MIGRASI: ETNISITAS BUDAYA SEBAGAI IDENTITAS BANGSA INDONESIA

Transkripsi

1 MIGRASI: ETNISITAS BUDAYA SEBAGAI IDENTITAS BANGSA INDONESIA Lucas Wattimena (Balai Arkeologi Ambon) Abstrack Migration in Indonesian happening as naturally siklus of life, which is an antrolistik process also sociology interaction culture. Society look deep into the basic concept of culture is natural and is being arismatik. So the identity of ethnic, group, tribe is been important than be all the live of how to live in society, nation and mother land. Keywords: Migration, identity, culture Pendahuluan Negara Indonesia merupakan salah satu negara terbesar di dunia berdasarkan jumlah penduduk dan luas wilayahnya. Dalam wilayah kepulauan ini terdapat berbagai sukubangsa serta adat istiadat yang berbeda-beda dan beraneka ragaman yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke. Hal inilah yang menjadikan bangsa Indonesia sebagai suatu bangsa yang menarik bila dibandingkan dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Tiap sukubangsa di Indonesia memiliki adat yang berbeda-beda dan, hal ini merupakan modal utama bagi bangsa dan Negara Indonesia dalam mengembangkan kebudayaannya. Pemahaman mengenai suatu kelompok etnisitas merupakan suatu kajian budaya yang perlu lebih untuk diteliti, sehingga menimbulkan pemahaman yang baru akan etnisitas itu sendiri. Proses migrasi yang terjadi di bumi Indonesia merupakan salah satu proses migrasi yang sifanya universal. Hampir di setiap propinsi, kota/kabupaten tersebar sukubangsasukubangsa yang ada di Indoenesia. Proses ini menjadikan bangsa Indonesia sebagai salah satu bangsa yang multikulturalisme. 25

2 Menurut Supardi Suparlan (2004: 45) acuan utama bagi terwujudnya masyarakat Indonesia yang multikultural adalah multikulturalisme, yaitu sebuah ideologi yang mengakui dan mengagungkan perbedaan dalam kesederajatan baik secara individual maupun secara kebudayaan. Dalam model multikulturalisme ini, sebuah masyarakat dilihat sebagai mempunyai sebuah kebudayaan yang berlaku umum dalam masyarakat tersebut yang coraknya seperti sebuah mosaik. Di dalam mosaik tercakup semua kebudayaan dari masyarakatmasyarakat yang lebih kecil yang membentuk terwujudnya masyarakat yang lebih besar, yang mempunyai kebudayaan yang seperti sebuah mosaik tersebut. Dengan demikian kebudayaan suatu bangsa hanya dapat dilihat dari sudut perspektif bangsa itu sendiri. Kebudayaan itu merupakan hasil cipta, rasa dan karsa jadi tidaklah mungkin dalam berbagai kebudayaan dalam bangsa Indonesia ini kita mau jadikan satu. Platform kita jelas, yakni bhineka tunggal ika; berbeda-beda tetapi satu. Sulitnya bagsa kita adalah berbeda-beda mau dijadikan satu. Dahulu kala para leluhur kita yang melakukan ekspansi dari berbagai tempat yang tersebar-tersebar sudah memikirkan hal ini, sehingga suasana lingkungan sosial, budaya, ekonomi serta politik bangsa jelas. Migrasi penduduk Indonesia yang kita ketahui telah memasuki abad yang ke-21, dimana perkembangan dahulu hingga sekarang mengalami suatu masa yang kita kenal millennium. Penduduk-penduduk di seluruh Indonesia menjadi lebih eksistensi plural, bagaimana eksisitensi dari kesukubangsaan lebih mendominasi seluruh kolektifitas lingkungan sosial yang ada. Kesadaran masyarakat berbangsa dan bertanah air jelas sekali di bawah platform Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945, tentang kebebasan masyarakat Indonesia untuk berbudaya. Sebagaimana terungkap dalam penjelasan: Pasal 32 UUD 1945, yang berbunyi: kebudayaan bangsa (Indonesia) adalah puncak-puncak kebudayaan di daerah. Hal demikian menunjukan bahwa persebaran penduduk di seluruh Indonesia dengan membawa budaya dari satu lokasi ke lokasi yang lain, hanya dapat direpresentasikan dengan kebudayaan dari masing-masing sukubangsa dan daerah yang ada di Indonesia. 26

3 Etnik / Sukubangsa Dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan istilah etnik berarti kelompok sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi. Menurut Frederich Barth (1969) istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok tertentu yang karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya. Kelompok etnik adalah kelompok orang-orang sebagai suatu populasi yang : dalam populasi kelompok mereka mampu melestarikan kelangsungan kelompok dengan berkembang biak. Mempunyai nila-nilai budaya yang sama, dan sadar akan rasa kebersamaannya dalam suatu bentuk budaya. Membentuk jaringan komunikasi dan interaksi sendiri. Menentukan ciri kelompoknya sendiri yang diterima oleh kelompok lain dan dapat dibedakan dari kelompok populasi lain. Masyarakat Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang sifatnya koheren antara satu dengan yang lain. Di dalam masyarakat pasti ada kebudayaan, sebab masyarakatlah yang menciptakan kebudayaan itu. Masyarakat merupakan sekelompok manusia yang bergaul dan berinteraksi melalui prasarana dan potensi-potensi. Menurut koentjaraningrat masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 1965:77). Mengacu pada pandangan di atas, maka dapat dikatakan secara emplisit bahwa Masyarakat adalah sekelompok individu yang secara langsung atau tidak langsung saling berhubungan sehingga merupakan sebuah satuan kehidupan yang mempunyai kebudayaan sendiri yang berbeda-beda dari kebudayaan yang dipunyai oleh masyarakat lain. Sebagai satuan kehidupan, maka masyarakat menempati sebuah wilayah yang menjadi tempatnya hidup dan lestarinya masyarakat tersebut. Sebuah masyarakat merupakan struktur yang 27

4 terdiri atas saling hubungan peranan-peranan dan para warganya, yang peranan-peranan tersebut dijalankan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Tallcot Parson mengeksplorasi mengapa masyarakat bisa stabil dan berfungsi. Modelnya AGIL (Adaptation, Gol Attainment, Integration, Latency) mewakili empat fungsi dasar yang harus dicapai oleh semua sistem sosial atau organisasi sosial jika ingin bertahan. Model Parson ini adalah sistem terbuka organisasi yang pertama. Talcott Parsons melahirkan teori fungsional tentang perubahan. Seperti para pendahulunya, Parsons juga menganalogikan perubahan sosial pada masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada mahkluk hidup. Komponen utama pemikiran Parsons adalah adanya proses diferensiasi. Parsons berasumsi bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat berubah, umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan kemampuan yang lebih baik untuk menanggulangi permasalahan hidupnya. Dapat dikatakan Parsons termasuk dalam golongan yang memandang optimis sebuah proses perubahan. Empat fungsi dasar itu adalah: a) Adaptasi (adaptation): persoalan mendapatkan sumber daya yang cukup, b) Pencapaian gol (goal attainment): persoalan menetapkan dan mengimplementasikan gol, c) Pengintegrasian (integration): persoalan memelihara solidaritas dan koordinasi di antara sub-unit sebuah sistem, d) Kelatenan (latency): persoalan menciptakan, memelihara, dan mewariskan budaya dan nilai-nilai sistem. Dengan demikian proses migrasi penduduk yang ada di seluruh Indonesia mengalami suatu sistem sosial yang saling bergantungan antara satu dengan yang lain. Misalnya warga Buton yang ada di Maluku; pada saat musim panen cengkih di Pulau Seram banyak sekali orang Buton yang datang untuk membantu saudara-saudaranya yang ada di Pulau Seram untuk memanen. Hal demikian juga bukan atas dasar ekonomi semata, namun juga mempunyai relasi sejarah perjalanan persebaran penduduk Buton di Maluku. Berdasarkan pandangan di atas dapat dikatakan bahwa, tak ada masyarakat yang tak mempunyai kebudayaan dan sebaliknya, tak ada kebudayaan tanpa masyarakat sebagai wadah dan pendukungnya. Apa yang disebut masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling berinteraksi. Suatu kesatuan masyarakat dapat memiliki prasarana yang memungkinkan para warganya untuk berinteraksi. Perlu kiranya diperhatikan 28

5 bahwa tidak semua kesatuan manusia yang berinteraksi merupakan masyarakat, sebab suatu masyarakat harus memiliki suatu ikatan khusus. Ikatan yang menyebabkan suatu kesatuan manusia menjadi suatu masyarakat adalah pola tingkah laku yang menyangkut semua aspek kehidupan dalam batas kesatuan tersebut, yang sifatnya khas, mantap dan berkesinambungan, sehingga menjadi adat istiadat. Ikatan antara satu kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lain, seperti halnya hubungan antara orang Buton dan Maluku, orang Jawa, orang bugis, dan lain-lain. Kehidupan masyarakat yang ada di Indonesia merupakan tatanan kesatuan manusia yang tertutup dan terbungkus oleh adat istiadat yang mengutamakan khasanah sosial budaya masyarakat, yang sifatnya berkesinambungan. Dinamika Masyarakat Indonesia Indonesia adalah sebuah masyarakat yang terdiri atas masyarakat-masyarakat sukubangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai satu sukubangsa atau Nation yaitu, bangsa Indonesia. Indonesia merupakan negara terpadat di dunia (urutan ke 4) yang memiliki ± 200 juta jiwa yang tersebar di seluruh pelosok kota/kabupaten serta kecamatan. Akibat kepadatan penduduk yang begitu banyak, maka entisitas multi budaya masyarakatnya pun berbeda-beda satu dengan yang lain. Beberapa indikator-indikator Indonesia sebagai Negara yang kompleks akan sosial budaya masyarakat, yakni: topografi dan geografi, kepulauan, Kesukuan/sukubangsa. Sehingga terjadi dinamika dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki ciri masyarakat yang berkompeten kepulauan, sehingga interaksi satu masyarakat dengan yang lain masyarakat menjadi lebih berbeda akibat perbedaan daratan, namun ada beberapa kesamaan sosial budaya; misalnya warna kulit dan cirri tubuh antara orang Papua dan Maluku yang tak berbeda jauh. Kadang dalam kehidupan masyarakat Indonesia segala sesuatu diukur dari etnik/ sukubangsa tertentu; seseorang merasa bagian dari orang lain pabila dia satu etnik dari orang tersebut. Semangat kebersamaan dalam perbedaan sebagaimana terpatri dalam wacana Bhineka Tunggal Ika perlu menjadi roh atau spirit penggerak setiap tindakan komunikatif, khususnya dalam proses pengambilan keputusan politik, keputusan yang menyangkut persoalan kehidupan bersama sebagai bangsa dan negara. Jika tindakan komunikatif terlaksana dalam sebuah komunitas masyarakat multikultural, hubungan diagonal ini akan menghasilkan beberapa hal penting, misalnya: 29

6 a) Reproduksi kultural b) Integrasi sosial c) Sosialisasi (Suparlan 2004 : 15). Dengan demikian proses migrasi penduduk yang terjadi di Indonesia merupakan salah satu proses budaya alami secara antrolistik maupun interaksi sosiologis. Pendekatanpendekatan kebudayaan yang digunakan oleh masyarakat setempat disesuaikan dengan arismatik konsep dasar yang dipengaruhi oleh kebudayaan luar maupun setempat. Selanjutnya Kaberry (Koentjaraningrat 1987:167) dalam hal itu membedakan antara fungsi sosial dalam tiga tingkat abstraksi yaitu: pertama mengenai pengaruh atau efeknya terhadap adat, tingkah-laku manusia dan pranata sosial yang lain dalam masyarakat; Kedua mengenai pengaruh atau efeknya terhadap kebutuhan suatu adat atau pranata lain untuk mencapai maksudnya, seperti yang dikonsepsikan oleh warga masyarakat yang bersangkutan; Ketiga mengenai pengaruh atau efeknya terhadap kebutuhan mutlak untuk berlangsungnya secara terintegrasi dari suatu sistem sosial yang tertentu. Berdasarkan pendapat Kaberry di atas, maka memang manusia itu melakukan beberapa tahapan secara adat. Dan adat istiadat itulah yang membimbing manusia masyarakat pada suatu kehidupan berbudaya. Bagaimana efek konsistebilitas yang diatur, bagaimana kulturdeterminisme manusia masyarakat itu berjalan, kesemuanya itu hanya pada konsep etnisitas masyarakat itu sendiri. Etnisitas dari suatu bangsa sangatlah jelas telah memperlihatkan bagi semua manusia bagaimana sifat natural dari tiap manusia itu merepresentasikan kebudayaan sosial budaya manusia masyarakat tersebut. Pada dasarnya proses migrasi merupakan penyebaran penduduk, namun tidak hanya berhenti disitu saja. Sekarang ini perubahan zaman sangat relatif signifikan, dituntut untuk bagaimana identitas sosial politik budaya suatu masyarakat dapat menjelaskan jati diri masyarakat itu sendiri tanpa melupakan dari mana asal mula sejarah masyarakat itu. Menurut Marx (Suseno 2005:95) tahapan masyarakat itu tergolong atas 3 tahapan: 1) masyarakat tradisional (primitif), 2) masyarakat Feodal, 3) masyarakat Kapitalis, masyarakat sosialis kapitalis. 30

7 Proses tahapan masyarakat diatas, dengan jelas mengatakan bahwa masyarakat sifatnya statis bukan dinamis. Masyarakat mengalami perubahan-perubahan relatif signifikan dari satu tahapan ke tahapan berikutnya dan seterusnya. Masyarakat Indonesia mengalami perubahan-perubahan seperti itu, dan sekarang ini pada abad 21 ini telah memasuki tahapan sosialis kapitalis, meskipun ada beberapa propinsi di Indonesia masih mempertahankan tahapan masyarakat feodal. Namun pergerakan dinamika kehidupan di Indonesia yang platformnya multikultural membawa kita dan menyadari akan normanorma perbedaan yang kita taati. Dinamika kehidupan berbangsa Indonesia yang dilatar belakangi oleh berbagai etnis, suku, agama dan kepulauan menjadikan bangsa kita berbeda dengan bangsa lain. Masyarakat yang multikultural menjadikan berbagai aroma kehidupan menjadi beranekaragaman sehingga kesatuan masyarakat yang plural menjadi lebih kompleksitas. Budaya masyarakat itu akan berubah karena terjadi transformasi nilai dari masyarakat terdahulu ke masyarakat kemudian (cultural progress), tetapi dengan tetap memelihara nilai-nilai yang dianggapnya luhur, karena tanpa hal itu akan terbentuk masyarakat baru yang lain. Sejarah telah membuktikan banyak peradaban masyarakat yang telah hilang karena tidak mampu beradaptasi dengan perubahan dunia. Beradaptasi di sini dalam arti mampu menghadapi perubahan dunia dan arus gerak sejarah peradaban yang ada dengan tetap mengkontekstualisasikan sistem nillai dari peradaban kita dan tetap mengedepankan identitas kebangsaan kita. Masyarakat yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan serta memanfaatkan peluang yang timbul akan tetap eksis dan memiliki keberlanjutan kehidupan kebangsaan yang mantap. Bhineka Tunggal Ika: Identitas budaya Indonesia Sejarah perjalanan etnisitas, budaya bangsa Indonesia merupakan perjalanan sejarah sosial budaya yang terbesar sekaligus kompleks bagi bangsa Indonesia. Hal demikian dapat dilihat mulai dari abad ke 14 dan 15 setelah penjajah masuk ke Indonesia, mereka mulai menguasai, mengambil serta merusak tatanan sosial budaya yang ada. Namun di satu sisi, seyogyanya kita (bangsa Indonesia) mengucap syukur atas kedatangan mereka, sebab karna itulah bangsa kita ini ada. Nama Indonesia untuk pertama kali digunakan oleh seorang ahli etnolog kesukubangsaan) berkebangsaan Belanda, yang bernama James Richarson Logan pada 31

8 tahun 1850, dalam tulisannya yang berjudul Jurnal of The Indian Archipelago And East Asia. Sebenarnya nama Indonesia ini diambil dari bahasa Yunani yang terdiri dari 2 (dua) suku kata, yakni: Indo atau Indus, yang berarti India, dan Nesos artinya kepulauan. Jadi Indonesia adalah kepulauan yang terletak di sebelah India (P. J. Pelupessy 2008: 1). Di situlah pertama kalinya nama Indonesia mulai terangkat dan terkenal hingga Indonesia saat ini. Kemudian masuknya agama-agama Abrahamic, kebangkitan nasional, Sumpah Pemuda, kemerdekaan/pemerintahan orde baru (era Soeharto) sampai pada reformasi serta saat ini otonomi daerah. Setiap warga Negara yang baik, menjunjung tinggi nasionalis kebangsaanya merupakan hal penting bagi tiap warga Negara untuk menjadi satu tanpa mengenal perbedaan. Sesuai dengan asas Negara kita pancasila/bhineka Tunggal ika, maka seyogyanya perbedaan tiap warga Negara dijadikan tolak ukur kemajuan bangsa, suku dan etnik. Kerangka Pikir Masyarakat Prular Indonesia Konflik Masyarakat yang adil dan makmur sesuai UUD 1945/serta masyarakat yang berdasarkan asas Pancasila Etnisitas /Sukubangsa Migrasi/persebaran Penduduk 32

9 Kesatuan masyarakat Indonesia hanya dapat berjalan dengan baik, apabila dilakukan sebagai suatu sistem sosial yang saling berkaitan satu dengan yang lain, tanpa memandang suku, agama, ras dan golongan. Orang-orang atau suku bangsa yang ada di Indonesia merupakan satu kesatuan system bukan lain. Orang Buton, Maluku, Papua, Jawa, Batak, Bugis dan lain-lain akan dapat hidup berdampingan pabila mengetahu dasar budaya masing-masing komunitas. Keperbagaian ini sejalan bersama seiring dengan waktu yang ada, sifatnya temporal parsial. Menurut Kaplan (2002:76) fungsionalisme adalah metodologi untuk mengeksplorasi ketergantungan. Di samping itu para fungsionalis menyatakan pula bahwa fungsionalisme merupakan teori tentang proses kultural. Fungsionalisme sebagai perspektif teoritik dalam antropologi bertumpu pada analogi dengan organisme. Artinya, ia membawa kita memikirkan sistem sosial budaya sebagai semacam organisme, yang bagian-bagiannya tidak hanya saling berhubungan melainkan juga memberikan andil bagi pemeliharaan, stabilitas dan kelestarian hidup organisme itu. Oleh karena itu, kehidupan berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia sangat dipengaruhi antara satu dengan yang, sehingga dapat mencapai kulturalisme yang absolute sebagai satu kesatuan budaya yang absolut. Selanjutnya J. W. M Baker (1984: 12) kebudayaan mempunyai 2 (dua) unsur: 1. Kebudayaan subjektif, dipandang dari aspirasi fundamental yang ada pada manusia, nilai-nilai batin dalam kebudayaan subjektif terdapat perkembangan kebenaran, kebajikan dan keindahan. Pada aras ini kebudayaan lebih bersifat subjektif, dimana nilai-nilai subjektif itu diutamakan. 2. Kebudayaan objektif, sesuatu yang objek, yang dapat dimanifestasikan. Kebudayaan selalu berhubungan dengan masyarakat rel yang bisa diamati, diteliti dieksplorasi secara empiris. 33

10 Masyarakat Indonesia sebagai masyarakat kepulauan adalah sebuah masyarakat yang memiliki ciri dinamis, terbuka dan cepat berubah. Sebagai masyarakat yang dinamis, terbuka tentu akan terjadi pelbagai macam konflik. Pemaknaan masyarakat Indonesia sangat kompleks, dimana struktur manusianya kepulauan sangat sulit untuk diekspresikan kehidupannya sedemikian rupa, sehingga puncak manusia kepulauan yang sesungguhnya dapat dicapai. Kini propinsi bukan lagi sebuah isu atau wacana, tetapi sesungguhnya, telah menjadi komitmen berbangsa dalam mengandaikan sebuah pandangan filosofi yang bukan hanya pro realitas, melainkan secara hakiki pro eksistensial. 34

11 DAFTAR PUSTAKA Barth, Federik Etnic groups and Boundaris-The Social Organization of Culture Difference. London: Universities Forlaget. Frans, Magnis Suseno Pemikiran Karl Marx. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Geertz, Clifford Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius. Kaplan, David & Roberts A Manners Teori Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Koentjaraningrat Sejarah Teori I. Jakarta: UI Press. Milosevic, Sinisa The Sociology of Ethnicity. London: Sage Publication Pieter, J Pelupessy Buku Pembelajaran Kewarganegaraan. Ambon: FISIP- Universitas Pattimura. Suparlan, Parsudi Hubungan Antar Suku Bangsa. Jakarta: YPIKIK. 35