PERHITUNGAN PROYEKSI HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PT APOLLO ANEKA PERSADA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERHITUNGAN PROYEKSI HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PT APOLLO ANEKA PERSADA"

Transkripsi

1 PERHITUNGAN PROYEKSI HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PT APOLLO ANEKA PERSADA TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Diploma III Oleh: INNES KURNIA PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN ADMINISTRASI NIAGA POLITEKNIK NEGERI BATAM 2011

2 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Tugas Akhir ini adalah karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar. Nama : Innes Kurnia Nim : Tanda Tangan : Tanggal : 18 Juli 2011 ii

3 LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR PERHITUNGAN PROYEKSI HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PT APOLLO ANEKA PERSADA Oleh: INNES KURNIA BATAM, 21 Juni 2011 Dosen Pembimbing Ely Kartikaningdyah, SE, M.Si Dosen Penguji I Dosen Penguji II Bambang Hendrawan, ST, M.Si. Chici Rhamdaniah, SE iii

4 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur hanya kepada Allah S.W.T yang telah memberikan rahmat dan karunia-nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang dilakukan di PT Apollo Aneka Persada dengan judul Perhitungan Proyeksi Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Activity Based Costing (ABC) pada PT Apollo Aneka Persada. Tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk kelulusan Program Diploma III. Dalam menyelesaikan tugas akhir ini penulis banyak menerima bantuan dan masukan baik dalam petunjuk, saran, nasehat dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Allah S.W.T atas nafas yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini. 2. Kedua orang tua ku tercinta atas doa dan dorongan serta nasehat nya sehingga penulis semangat menyelesaikan tugas akhir ini. 3. Ibu Ely Kartikaningdyah selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dam memberikan masukan dan saran untuk membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini. 4. Seluruh staf dan karyawan PT Apollo Aneka Persada yang telah memberikan bantuan berupa fasilitas, masukan, saran dan kerja sama dalam proses pengambilan data. 5. Dosen Penguji I yaitu Bapak Bambang Hendrawan dan Dosen Penguji II yaitu Mbak Chici yang telah memberikan masukan, saran dan kritikan kepada saya. iv

5 6. Semua dosen Akuntansi yang telah memberikan banyak ilmu serta bimbingannya selama 3 tahun ini. 7. Teman-teman ku ina, winda,mery, dan farika atas masukan dan sarannya. 8. Buat kakak ku tecinta terima kasih atas bantuan dan dukungannya. 9. Seluruh teman-teman akuntansi 2008 yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih untuk kebersamaan kita selama 3 tahun ini. Akhir kata, penulis berharap agar Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan pihak-pihak yang membutuhkan. Penulis menyadari bahwa banyak isi dari tugas akhir ini belum sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kebaikan di masa yang akan datang. Batam, 18 Juli 2011 Penulis Innes Kurnia v

6 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai sivitas akademik Politeknik Negeri Batam, saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Innes Kurnia NIM : Program Studi Jenis Karya : Akuntansi : Tugas Akhir/Skripsi/Karya Ilmiah Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Politeknik Batam Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty- Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul: PERHITUNGAN PROYEKSI HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PT APOLLO ANEKA PERSADA beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Politeknik Negeri Batam berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemillik Hak Cipta. Demikian penyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Batam Pada tanggal : 18 Juli 2011 Yang menyatakan (Innes Kurnia) vi

7 ABSTRAK Nama Program Studi Judul : Innes Kurnia : Akuntansi : Perhitungan Proyeksi Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Activity Based Costing (ABC) pada PT Apollo Aneka Persada Keanekaragaman produk merupakan salah satu masalah bagi perusahaan untuk menetapkan harga pokok produksi setiap produk. Tugas akhir ini bertujuan untuk menghitung proyeksi harga pokok produksi dengan pendekatan Activity Based Costing (ABC) pada PT Apollo Aneka Persada. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif. Terjadi selisih antara hasil perhitungan penulis dengan perhitungan versi perusahaan. Hasil penelitian ini menyarankan perusahaan untuk mempertimbangkan menggunakan perhitungan harga pokok produksi dengan pendekatan Activity Based Costing (ABC). Pendekatan Activity Based Costing (ABC) dapat membantu perusahaan untuk mengukur secara cermat biaya-biaya yang terjadi dari setiap aktivitas yang akan dialokasikan ke setiap produk, sehingga harga pokok produksi dengan menggunakan pendekatan ini akan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat. Kata kunci : Harga pokok produksi, Activity Based Costing (ABC) vii

8 DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Pernyataan Orisinalitas... ii Lembar Pengesahaan... iii Kata Pengantar... iv Lembar Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah... vi Abstrak vii Daftar Isi... viii Daftar Tabel x Daftar Gambar... xi Daftar Lampiran... xii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Sistematika Penulisan... 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Biaya Pengertian Biaya Klasifikasi Biaya Aktivitas Pengertian Aktivitas Penggolongan Tingkat Aktivitas Pemacu Aktivitas Activity Based Costing (ABC) Pengertian Activity Based Costing (ABC) Manfaat Sistem Activity Based Costing (ABC) Pemacu Biaya (Cost Driver) Perhitungan Biaya Produk dengan Menggunakan Pendekatan Activity Based Costing (ABC) Harga Pokok Produksi Pengertian Harga Pokok Produksi Perhitungan Harga Pokok Produksi BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Metodologi Penelitian Objek Penelitian Teknik Pengumpulan Data viii

9 3.1.3 Metode Analisis Data Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Berdirinya PT Apollo Aneka Persada Produk Perusahaan Struktur Organisasi Perusahaan Job Description BAB IV PEMBAHASAN Perhitungan Proyeksi Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Pendekatan Activity Based Costing (ABC) Mengidentifikasi Aktivitas dan Tingkatan Aktivitas Membebankan Biaya ke Aktivitas Mengidentifikasi Cost Driver Menentukan Tarif Pembebanan Biaya ke Produk Perbandingan Proyeksi Harga Pokok Produksi Versi Perusahaan dengan Pendekatan Activity Based Costing (ABC) BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

10 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Tabel Aktivitas dan Tingkat Aktivitas Tabel 4.2 Tabel Rincian Biaya Overhead Setiap Aktivitas Tabel 4.3 Tabel Jumlah Penggerak Aktivitas Setiap Aktivitas Tabel 4.4 Tabel Cost Driver Tiap Aktivitas Tabel 4.5 Tabel Tarif Overhead Setiap Aktivitas Tabel 4.6 Tabel Biaya Bahan Baku dan Biaya TKL Tahun Anggaran Tabel 4.7 Tabel Perhitungan Proyeksi Harga Pokok Produksi Tabel 4.8 Tabel Perhitungan Proyeksi Harga Pokok Produksi Tabel 4.9 Tabel Perhitungan Proyeksi Harga Pokok Produksi Tabel 4.10 Tabel Perhitungan Proyeksi Harga Pokok Produksi Tabel 4.11 Tabel Perbandingan Proyeksi HPP Versi Perusahaan dengan Pendekatan ABC x

11 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.4 Struktur Organisasi PT Apollo Aneka Persada xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 : Laporan Magang : Produk Perusahaan : Proyeksi Penggunaan Direct Material dan Indirect Material : Dokumen-dokumen yang Digunakan pada Bagian Store xii

13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri di Batam dewasa ini cukup pesat, sehingga banyak berdiri perusahaan-perusahaan baru yang bergerak di berbagai bidang, termasuk dalam bidang manufaktur. Lokasi Kota Batam yang strategis dan didukung oleh permintaan pasar yang bagus, merupakan salah satu alasan berdirinya PT Apollo Aneka Persada. Perusahaan yang berdiri sejak tahun 2009 ini, memproduksi protector (pelindung) pipa yang berukuran 2-7/8, 3-1/2, 4-1/2, 5-1/2, 6-5/8, 7, 9-5/8, 10-3/4,13-3/8 dan 20. PT Apollo Aneka Persada melakukan kegiatan produksi berdasarkan pesanan, tetapi perusahaan tetap melakukan kegiatan produksi setiap harinya tanpa harus menunggu pesanan dari konsumen. Perusahaan telah memenuhi permintaan pasar dalam negeri serta melakukan ekspor produknya, khususnya ke Singapura. Salah satu konsumen dengan tingkat pemesanan tertinggi selama tahun 2010 adalah Marubeni Itochu Tabulars Asia Pte Ltd (MITA). Dalam rangka menghindari kerugian perusahaan, penetapan harga pokok produksi menjadi suatu masalah yang kompleks bagi perusahaan karena merupakan acuan bagi perusahaan untuk menetapkan harga pokok penjualan. Harga pokok produksi merupakan jumlah biaya bahan baku langsung (direct material), tenaga kerja langsung, serta biaya overhead yang terjadi selama proses produksi. Penetapan harga pokok produksi yang terlalu tinggi dapat 1

14 2 mempengaruhi harga pokok penjualan dan menyebabkan perusahaan mengalami kerugian. PT Apollo Aneka Persada menghasilkan protector dengan berbagai macam ukuran, sehingga output yang dijual oleh perusahaan lebih dari satu. Keanekaragaman ukuran protector mengakibatkan banyaknya jenis biaya serta aktivitas yang terjadi selama proses produksi. Hal ini akan menyulitkan perusahaan untuk mengalokasikan biaya overhead ke masing-masing produk. Metode Activity Based Costing (ABC) dapat membantu perusahaan untuk mengukur secara cermat biaya-biaya yang terjadi dari setiap aktivitas yang akan dialokasikan ke setiap produk. Keanekaragaman ukuran protector berarti bahwa masing-masing ukuran protector mengkonsumsi aktivitas overhead dalam proporsi yang berbeda-beda. Menurut Hansen dan Mowen (2006), dalam lingkungan yang memiliki keanekaragaman produk, pembebanan biaya overhead berdasarkan aktivitas (activity based costing) menjanjikan keakuratan yang lebih baik dan keputusan dibuat berdasarkan fakta yang benar. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk mengambil judul PERHITUNGAN PROYEKSI HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PT APOLLO ANEKA PERSADA.

15 3 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: a. Bagaimana perhitungan proyeksi harga pokok produksi protector dengan menggunakan pendekatan Activity Based Costing (ABC). b. Bagaimana perbandingan proyeksi harga pokok produksi protector yang menggunakan pendekatan Activity Based Costing (ABC) dengan yang telah diterapkan perusahaan. 1.3 Batasan Masalah Adapun batasan masalah dari penelitian ini adalah: a. Batasan Data Data yang digunakan adalah data yang berhubungan dengan perhitungan proyeksi harga pokok produksi tahun 2011 dengan menggunakan pendekatan Activity Based Costing (ABC) pada PT Apollo Aneka Persada. b. Batasan Lapangan Penelitian ini dilakukan pada bagian accounting dan bagian produksi pada PT Apollo Aneka Persada. c. Batasan Aspek Dalam penelitian ini penulis hanya mengarah pada aspek perhitungan proyeksi harga pokok produksi dengan menggunakan pendekatan pendekatan Activity Based Costing (ABC) pada PT Apollo Aneka Persada.

16 4 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah: a. Untuk menghitung proyeksi harga pokok produksi dengan menggunakan pendekatan pendekatan Activity Based Costing (ABC) pada PT Apollo Aneka Persada. b. Untuk membandingkan proyeksi harga pokok produksi protector yang menggunakan pendekatan Activity Based Costing (ABC) dengan yang telah diterapkan perusahaan. 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: a. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perusahaan berkaitan dengan perhitungan harga pokok produksi. b. Bagi Penulis Sebagai wadah menerapkan ilmu yang telah dipelajari selama di bangku kuliah dan untuk mengetahui penerapan dan praktek sesungguhnya. c. Bagi Pustaka Sebagai tambahan referensi tentang perhitungan harga pokok produksi.

17 5 1.6 Sistematika Penulisan Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah: Bab I Pendahuluan Pada bab ini penulis menguraikan latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penulisan Bab II Tinjauan Pustaka Dalam bab ini dibahas landasan teori yang mendasari penelitian yang berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan perhitungan proyeksi harga pokok produksi dengan menggunakan pendekatan Activity Based Costing (ABC). Bab III Metodologi Penelitian dan Gambaran Umum Perusahaan Dalam bab ini, menjelaskan tentang objek penelitian, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data penelitian. Selain itu, pada bab ini juga dibahas tentang sejarah perusahaan, kegiatan dan jenis usaha serta perkembangan usaha sampai saat ini. Bab IV Pembahasan Bab ini akan berisi jawaban dari seluruh rumusan masalah tentang perhitungan proyeksi harga pokok produksi protector dengan menggunakan pendekatan Activity Based Costing (ABC).

18 6 Bab V Penutup Pada bab ini penulis akan membuat kesimpulan dan saran yang diambil dari pembahasan yang ada pada bab IV.

19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Pengertian Biaya Hansen dan Mowen (2006) menyatakan bahwa biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau di masa yang akan datang bagi organisasi. Dikatakan sebagai ekuivalen kas karena sumber nonkas dapat ditukar dengan barang atau jasa yang diinginkan. Bustami dan Nurlela (2006) menyatakan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Samryn (2002), istilah biaya umumya digunakan untuk pengorbanan manfaat ekonomis untuk memperoleh jasa yang tidak bisa dikapitalisir nilainya Klasifikasi Biaya Menurut Bustami dan Nurlela (2006), biaya dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Biaya dalam hubungannya dengan produk a. Biaya produksi, adalah biaya yang digunakan dalam proses produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan biaya overhead. Biaya produksi terdiri atas: 7

20 8 Biaya bahan baku langsung, adalah bahan baku yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat ditelusuri langsung kepada produk selesai. Tenaga kerja langsung, adalah tenaga kerja yang merubah atau mengkonversi bahan baku menjadi produk selesai dan dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Biaya overhead pabrik, merupakan biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam merubah bahan menjadi produk selesai. Biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk selesai. Biaya overhead dapat dikelompokkan sebagai berikut: - Bahan tidak langsung (bahan pembantu atau penolong), merupakan bahan yang digunakan dalam penyelesaian produk tetapi pemakaiannya relatif lebih kecil dan biaya ini tidak dapat ditelusuri secara langsung ke produk selesai. - Tenaga kerja tidak langsung, adalah tenaga kerja yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri kepada produk selesai. Misalnya gaji resepsionis pabrik. - Biaya tidak langsung lainnya, merupakan biaya selain bahan tidak langsung dan tenaga kerja tidak langsung yang membantu dalam pengolahan produk selesai, tetapi tidak dapat ditelusuri ke produk selesai. Misalnya listrik pabrik. b. Biaya non produksi, adalah biaya yang tidak berhubungan dengan proses produksi.

21 9 Biaya ini terdiri dari:0 Beban Pemasaran, adalah biaya yang dikeluarkan apabila produk selesai dan siap dipasarkan ke tangan konsumen. Misalnya beban iklan dan promosi. Beban Administrasi, merupakan biaya yang dikeluarkan dalam hubungan dengan kegiatan penentu kebijakan, pengarahan, pengawasan kegiatan perusahaan secara keseluruhan agar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Beban Keuangan, adalah biaya yang muncul dalam melaksanakan fungsi-fungsi keuangan. 2. Biaya dalam Hubungannya dengan Volume Produksi a. Biaya variabel, adalah biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi dalam rentang relevan, tetapi tidak per unit tetap. Misalnya biaya bahan bakar. b. Biaya tetap, adalah biaya yang secara totalitas bersifat tetap dalam rentang relevan tertentu, tetapi secara per-unit berubah. Misalnya penyusutan jika menggunakan metode garis lurus. c. Biaya Semi, adalah biaya yang didalamnya mengandung unsur tetap dan mengandung unsur variabel. Biaya semi ini dapat dikelompokkan menjadi dua elemen, yaitu: Biaya semivariabel, merupakan biaya yang di dalamnya mengandung unsur tetap dan memperlihatkan karakter tetap dan variabel, seperti biaya listrik.

22 10 Biaya semitetap, merupakan biaya yang berubah dan volume secara bertahap, seperti gaji penyelia. 3. Biaya dalam Hubungannya dengan Departemen Produksi a. Biaya langsung departemen, adalah biaya yang dapat ditelusuri secara langsung ke departemen bersangkutan. Misalnya gaji mandor pegawai pabrik departemen cutting. b. Biaya tidak langsung departemen, adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri secara langsung ke departemen bersangkutan. Misalnya biaya penyusutan yang merupakan biaya yang manfaatnya digunakan secara bersama oleh masing-masing departemen. 4. Biaya dalam Hubungan dengan Periode Waktu a. Biaya Pengeluaran Modal, adalah biaya yang dikeluarkan untuk memberikan manfaat untuk periode di masa depan dan dalam jangka waktu yang panjang dan dilaporkan sebagai aktiva, seperti pembelian mesin dan peralatan. b. Biaya pengeluaran pendapatan, adalah biaya yang memberikan manfaat untuk periode sekarang dan dilaporkan sebagai beban. Misalnya biaya penyusutan mesin. 5. Klasifikasi Biaya untuk Pembebanan Pada Objek Biaya a. Biaya langsung, adalah suatu biaya yang dapat dengan mudah hubungannya dengan objek biaya tersebut, misalnya biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung.

23 11 b. Biaya tidak langsung, adalah suatu biaya yang tidak dapat ditelusuri hubungannya dengan objek yang dibiayai. Biaya tidak langsung juga sering disebut dengan common cost seperti overhead pabrik. 2.2 Aktivitas Pengertian Aktivitas Menurut Nafarin (2007), aktivitas (activity) adalah keseluruhan tindakan dalam organisasi yang mengkonsumsi sumber daya (tenaga kerja, peralatan, dan lainlain) yang berguna bagi manajer untuk tujuan perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan demi memenuhi kebutuhan pelanggan. Sedangkan menurut Supriyono (1999), aktivitas adalah pekerjaan yang dilaksanakan dalam organisasi. Hansen dan Mowen (2005) menyatakan suatu aktivitas merupakan tindakan yang diambil atau pekerjaan yang dilakukan dengan peralatan atau dengan orang. Menurut Hansen dan Mowen (2005), terdapat 2 (dua) tipe aktivitas, yaitu: a. Aktivitas primer, adalah aktivitas yang dikonsumsi produk atau pelanggan. b. Aktivitas sekunder, adalah aktivitas yang dikonsumsi oleh aktivitas primer Penggolongan Tingkat Aktivitas Menurut Nafarin (2007), tingkat aktivitas digolongkan menjadi empat, yaitu: a. Aktivitas tingkat unit (unit-level activity), adalah aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan unit yang dihasilkan dari produk tersebut. b. Aktivitas tingkat gugus (batch-level activity), adalah aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan pada jumlah gugus (batch) yang

24 12 diproduksi. Gugus (batch) adalah sekelompok produk yang diproduksi dalam satu kali proses. c. Aktivitas Tingkat Produk (product-level activity), adalah aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan produk yang dihasilkan dari aktivitas tersebut. d. Aktivitas Tingkat Fasilitas (facility-level activity), adalah aktivitas yang dikonsumsi oleh produk berdasarkan fasilitas yang dinikmati oleh produk yang diproduksi Pemacu aktivitas Menurut Nafarin (2007), pemacu aktivitas (activity driver) adalah sesuatu yang menjadi penyebab timbulnya konsumsi aktivitas oleh objek biaya. Sedangkan pemacu biaya (cost driver) adalah faktor penyebab timbulnya pola konsumsi yang khas dan menghubungkan sebab akibat pada proses pembebanan biaya. Pemacu biaya adalah unsur yang menyebabkan aktivitas menggunakan sumber daya dalam rangka melaksanakan pekerjaan, karena merupakan bagian integral dari penghargapokokan produk. Menurut Nafarin (2007), pemacu aktivitas ini dapat digolongkan menjadi empat, yaitu: a. Pemacu aktivitas tingkat unit (unit- level activity driver), adalah dasar pembebanan biaya aktivitas ke produk yang menggunakan jumlah unit produk, jam mesin, dan jam tenaga kerja langsung. b. Pemacu aktivitas tingkat gugus (batch-level activity driver), adalah dasar pembebanan biaya aktivitas ke produk dengan menggunakan jumlah gugus.

25 13 c. Pemacu aktivitas tingkat produk (product-level activity driver), adalah dasar pembebanan biaya aktivitas ke produk dengan menggunakan konsumsi waktu untuk mendesain dan mengembangkan produk tersebut. d. Pemacu aktivitas tingkat fasilitas (facility-level activity driver), adalah dasar pembebanan biaya aktivitas ke produk berdasarkan pemanfaatan fasilitas. 2.3 Activity Based Costing (ABC) Pengertian Activity Based Costing (ABC) Menurut Samryn (2002), Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu sistem yang berfokus pada aktivitas sebagai obyek biayanya dan menggunakan biaya aktivitas tersebut kepada cost driver bagi obyek pembiayaan selain aktivitas. Sedangkan menurut Nafarin (2007), penghargapokokan berbasis aktivitas (activity based costing) adalah metode untuk mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait dengan proses dan objek biaya, membebankan biaya aktivitas berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya, dan membebankan biaya pada objek biaya, seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian aktivitas, mengenali hubungan sebab akibat (kausal) antara pemacu biaya dengan aktivitas. Menurut Hansen dan Mowen (2006) sistem biaya berdasarkan aktivitas (ABC) pertama-tama menelusuri biaya aktivitas dan kemudian produk. Asumsi yang mendasari adalah bahwa aktivitas-aktivitas memakai sumber daya dan produk, sebagai gantinya memakai aktivitas. Menurut Mulyadi (2007), activity based costing merupakan sistem akuntansi biaya yang menggunakan aktivitas sebagai titik fokusnya. Semua biaya

26 14 dihubungkan dengan aktivitas untuk kepentingan perhitungan tarif biaya aktivitas. Tarif biaya aktivitas ini kemudian digunakan untuk menghitung object cost dengan cara mengalikan kuantitas aktivitas yang dikonsumsi dalam setiap cost object dengan tarif biaya aktivitas Manfaat Sistem Activity Based Costing (ABC) Menurut Tunggal (2000), manfaat atau kebaikan Activity Based Costing (ABC) adalah: a. Suatu pengkajian Activity Based Costing (ABC) dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. b. Manajemen akan berada dalam posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar. c. ABC dapat membantu dalam keputusan membuat-membeli yang manajemen harus lakukan. d. Dengan analisis biaya yang diperbaiki, manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume yang diperlukan untuk mencapai impas (break even) atas produk yang bervolume rendah. e. Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya, manajemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi Pemacu Biaya (Cost Driver) Menurut Nafarin (2007), pemacu biaya (cost driver) adalah faktor penyebab timbulnya pola konsumsi yang khas yang menghubungkan sebab akibat pada

27 15 proses pembebanan biaya. Pemacu biaya adalah unsur yang menyebabkan aktivitas menggunakan sumber daya dalam rangka melaksanakan pekerjaan karena merupakan bagian integral dari penghargapokokan produk. Ukuran pemacu biaya lebih berguna untuk mengukur kinerja karena lebih menekankan pada unsur penyebab, seperti besarnya sediaan atau ketidakseimbangan jadwal mesin. Menurut Nafarin (2007), terdapat 2 (dua) faktor yang harus diperhatikan dalam memilih pemacu biaya, yaitu: a. Biaya pengukuran, adalah biaya yang berkaitan dengan pengkuran yang diperlukan dalam metode biaya yang digunakan. Dalam memilih pemacu biaya hendaknya dipilih biaya pengukuran yang minimal misalnya dengan membuat kelompok biaya (cost pool) yang homogen. b. Tingkat korelasi antara pemacu biaya dengan konsumsi overhead pabrik sesungguhnya Perhitungan Biaya Produk dengan Menggunakan Pendekatan Activity Based Costing (ABC) Menurut Hansen dan Mowen (2006), ABC merupakan proses 2 (dua) tahap. a. Tahap Pertama Tahap pertama terdiri dari beberapa tahap, yaitu: 1. Pengidentifikasian Aktivitas dan Atributnya Oleh karena suatu aktivitas merupakan tindakan yang diambil atau pekerjaan yang dilakukan dengan peralatan, atau dengan orang, bagi orang lain, pengidentifikasian aktivitas biasanya dikerjakan dengan cara

28 16 mewawancarai para manajer atau wakil dari area kerja fungsional (departemen). Untuk mengidentifikasi aktivitas diperlukan rancangan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya akan menghasilkan banyak data yang diperlukan bagi perhitungan biaya berdasarkan aktivitas. Dari data yang diperoleh kemudian dibuat kamus aktivitas. Kamus aktivitas menyebutkan aktivitas, menggambarkan tugas yang menyebabkan aktivitas, mengklasifikasikan aktivitas sebagai aktivitas primer dan sekunder, mendaftar pengguna (objek biaya), dan mengidentifikasikan penggerak aktivitas. 2. Pembebanan Biaya ke Aktivitas Begitu aktivitas diidentifikasikan dan dijelaskan, tugas berikutnya adalah menentukan berapa banyak biaya untuk melakukan tiap aktivitas. Hal ini membutuhkan identifikasi sumber daya yang dikonsumsi oleh tiap aktivitas. Aktivitas memakai sumber daya seperti tenaga kerja, bahan, energi dan modal. Untuk mengetahui berapa banyak biaya yang dihabiskan pada setiap aktivitas, maka untuk membebankan biaya sumber daya ke aktivitas maka dilakukan penelusuran langsung dan penggerak. 3. Pengelompokan Aktivitas yang Homogen Guna mengurangi jumlah tarif overhead yang dibutuhkan dan untuk mempersingkat proses, aktivitas dapat dikelompokkan ke dalam kelompok sejenis berdasarkan karakter yang sama: (1) mereka secara logis berhubungan, dan (2) mereka memiliki rasio konsumsi yang sama terhadap semua produk. Kumpulan biaya overhead yang berhubungan dengan masing-masing kelompok aktivitas disebut kesatuan biaya sejenis.

29 17 Oleh karena aktivitas dalam kesatuan biaya sejenis mamiliki rasio konsumsi yang sama, penggerak aktivitas dari tiap aktivitas akan membebankan biaya pada produk pada proporsi yang sama. Hal ini berarti hanya satu penggerak yang diperlukan untuk membebankan biaya kelompok. Begitu kesatuan biaya ditentukan, biaya per unit dari penggerak aktivitas terpilih dihitung dengan cara membagi biaya kelompok dengan kapasitas praktis penggerak aktivitas. Hal inilah yang disebut dengan tarif kelompok (pool rate). 4. Penentuan Tarif Penggerak aktivitas diidentifikasikan untuk aktivitas primer. Guna menghitung tarif aktivitas, kapasitas praktis dari tiap aktivitas harus ditentukan. Tarif dapat ditentukan dengan membagi biaya produksi yang terkait dengan aktivitas dengan total kapasitas praktis dari aktivitas tersebut. b. Tahap Kedua (Pembebanan Biaya pada Produk) Setelah biaya dari aktivitas ditentukan, maka biaya tersebut dapat dibebankan pada produk dalam suatu proporsi sesuai dengan aktivitas pengunaannya, seperti yang diukur oleh penggerak aktivitas. Pembebanan ini dapat diselesaikan dengan cara : Tarif BOP x Penggunaan Aktual Aktivitas Menurut Samryn (2002), ada dua langkah dalam proses akuntansi activity based costing, yaitu: 1. Membagi biaya-biaya overhead ke dalam sejumlah biaya-biaya pool aktivitas yang merupakan jenis aktivitas yang menimbulkan biaya overhead,

30 18 seperti pemeliharaan gudang, pembelian bahan, reparasi mesin, pemakaian listrik dan lain-lain. 2. Alokasi biaya pada tiap-tiap pool biaya. Untuk mengidentifikasi arus alokasi biaya overhead, dapat dibuat skema alokasi berdasarkan biaya aktivitas yang dikonsumsi tiap lini produk. Berdasarkan pola alokasi tersebut tiap item biaya overhead selanjutnya dapat dibuat proses alokasi biaya dengan prosedur sebagai berikut: Tentukan item dan jumlah biaya overhead yang akan dialokasikan. Secara berturut-turut tentukan dasar alokasi biaya, jenis pool biaya aktivitas, pemicu biaya, dan lini produk yang akan menyerap biaya overhead. Hitung tarif alokasi biaya untuk tiap dasar alokasi biaya. Tentukan total biaya yang dialokasikan kepada tiap pool biaya aktivitas. Alokasikan biaya dari tiap pool biaya aktivitas kepada masing-masing lini produk berdasarkan level pemicu biaya yang diserap tiap produk. 2.4 Harga Pokok Produksi Pengertian Harga Pokok Produksi Menurut Samryn (2002) harga pokok produk meliputi semua biaya yang terjadi dalam rangka pembelian atau pembuatan produk. Dalam pendekatan full costing harga pokok produk akan sama jumlah dan komponennya dengan biaya pabrik. Termasuk dalam kelompok biaya ini adalah biaya bahan langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

31 19 Menurut Hansen dan Mowen (2006), harga pokok produksi mencerminkan total biaya barang yang diselesaikan selama periode berjalan. Biaya yang dibebankan ke barang yang diselesaikan adalah biaya manufaktur bahan langsung, tenaga kerja langsung, dan overhead. Menurut Bustami dan Nurlela (2006), harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurangi persediaan produk dalam proses akhir Perhitungan Harga Pokok Produksi Menurut Bustami dan Nurlela (2006), harga pokok produksi akan sama dengan biaya produksi apabila tidak ada persediaan produk dalam proses awal dan akhir. Sehingga harga pokok produksi dapat dihitung dengan menjumlahkan biaya-biaya produksi yang terjadi selama proses produksi. Contoh: Biaya bahan baku langsung Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead Harga pokok produksi xxx xxx xxx+ xxx

32 BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Metodologi Penelitian Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai dari 7 Februari sampai dengan 7 Mei 2011 di PT Apollo Aneka Persada yang beralamat di Kara Industrial Park Blok C4 No.2, Batam Centre, Telepon (0778) , Faksimili (0778) , apollo.psd@gmail.com. Adapun objek dari penelitian ini adalah bagian accounting dan bagian produksi PT Apollo Aneka Persada. Penulis melakukan penelitian terkait perhitungan proyeksi harga pokok produksi dengan menggunakan pendekatan Activity Based Costing (ABC) Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam menyusun tugas akhir ini adalah: a. Observasi Penulis melakukan pengamatan langsung dan sistematis pada objek penelitian, seperti aktivitas yang dilakukan dan biaya-biaya apa saja yang digunakan dalam menentukan proyeksi harga pokok produksi dengan menggunakan pendekatan Activity Based Costing (ABC). 20

33 21 b. Wawancara Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik wawancara. Penulis akan mengadakan dialog langsung dengan senior di bagian accounting dan bagian produksi untuk memperoleh informasi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam peneliatian ini Metode Analisis Data Dalam menyusun tugas akhir ini, teknik analisis yang digunakan penulis adalah penelitian deskriptif. Penulis akan menjelaskan bagaimana perhitungan proyeksi harga pokok produksi dengan menggunakan pendekatan Activity Based Costing (ABC). 3.2 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah Berdirinya PT Apollo Aneka Persada PT Apollo Aneka Persada berdiri sejak tanggal 26 Juni 2009 berdasarkan akta notaris nomor 43 yang dikeluarkan di Batam oleh Notaris Anly Cenggana SH. Perusahaan yang beralamat di Kara Industrial Park Blok C4 No 2 Batam Centre ini didirikan oleh Riki Sendjaja sebagai Komisaris Utama, Herry Wijaya sebagai komisaris, Lim Tiak Hian sebagai Direktur Utama, Kusuma Rahadi sebagai Direktur Marketing, Phang Tiam Loi sebagai Direktur Finance & Administrasi. Perusahaan ini telah mendapatkan pengesahan kehakiman dengan nomor dokumen AHU AH tanggal 30 September PT Apollo Aneka Persada bergerak di sektor usaha manufaktur yang memproduksi barang-barang penunjang perminyakan dan gas bumi. Produk yang dihasilkan berupa plastik dan composite protector yang berukuran 2 7/8, 3 ½, 4

34 22 1/2, 6 5/8, 7, 9 5/8, 10 ¾, 13 3/8, dan 20.Meski PT Apollo Aneka Persada sebagai badan hukum resmi didaftarkan tahun 2009, namun sebagai pembuat barang-barang plastik pendukung industri minyak dan gas, usaha ini telah telah dirintis melalui perusahaan afiliasi PT Apollo Aneka Plasindo di Cibitung, Bekasi-Jawa Barat sejak tahun Produk Perusahaan Produk yang diproduksi oleh PT Apollo Aneka Persada saat ini adalah Plastik dan Composite Protector dengan ukuran sebagai berikut: a. Plastik Protector, dengan ukuran sebagai berikut: / ½ 3. 4 ½ b. Composite Protector, dengan ukuran sebagai berikut: 1. 5 ½ / / ¾ / Untuk mendukung kegiatan PT Apollo Aneka Persada juga memproduksi barang lainnya, yaitu: a. End cap

35 23 b. Econowarp c. Stopper d. Spacer Struktur Organisasi Perusahaan Setiap perusahaan pasti menginginkan pencapaian target yang maksimal dalam menjalankan kegiatan usaha, baik dari segi keuntungan yang diperoleh maupun kepuasan para pelanggannya karena hal inilah yang akan menjamin kelangsungan usaha perusahaan di masa yang akan datang. Untuk mencapai hal ini, diperlukan orang-orang yang dapat bekerja sama dengan baik demi tercapainya tujuan perusahaan. Di sinilah letak pentingnya struktur organisasi bagi setiap perusahaan. Setiap perusahaan mempunyai struktur organisasi yang berbeda-beda, tergantung pada kebutuhan setiap perusahaan. Struktur organisasi dimaksudkan untuk mewujudkan kinerja perusahaan yang lebih efektif dan efisien, karena adanya pembagian tanggung jawab bagi masing-masing unsur dalam perusahaan. Struktur organisasi PT Apollo Aneka Persada dapat dilihat pada Gambar 3.1.

36 STRUKTUR ORGANISASI PT APOLLO ANEKA PERSADA COMMISINERS PRESIDENT DIRECTOR SECT. TO THE BOD MARKETING DIR. OPERATIONAL DIR. FINANCE&GEN ADMIN/SERVICE DIR. MKT ADMIN PRODUCTION MAINTENANCE MATERIAL PPC QC FINANCE HR/ ADMIN&SERV. PURCHASING Gambar 3.1 Struktur Organisasi Perusahaan Sumber : PT Apollo Aneka Persada

37 Job Description Deskripsi pekerjaan dari setiap bagian dalam struktur organisasi yang ada di PT Apollo Aneka Persada adalah: 1. Operational Director a. Memastikan semua kegiatan operasional sudah berjalan di perusahaan dapat berlangsung sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dan diketahui bersama. b. Mengontrol semua aktivitas yang berjalan di perusahaan melalui kepala departemen yang ditunjuk dari setiap departemen. c. Memantau dan mengawasi pelaksanaan pengelolaan kegiatan pengendalian mutu yang berjalan di perusahaan. d. Melakukan evaluasi kinerja setiap bagian yang barada di bawah otorisasi. e. Mengotorisasi dokumen-dokumen penting seperti Receiving Voucher, Purchase Order serta dokumen penting lainnya. f. Memonitor kebutuhan material di dalam kelancaran operasional. 2. Marketing Director a. Bertanggung jawab terhadap pemasaran produk perusahaan. b. Melakukan penjualan terhadap produk perusahaan. 3. Finance & Gen. Admin Services Director a. Membawahi finance, human resource, admin &sevices. b. Melakukan evaluasi kinerja setiap bagian yang berada di bawah otorisasi. c. Mengotorisasi dokumen-dokumen penting perusahaan yang berada di bawah fungsi otorisasi. 25

38 26 4. Production a. Berkoordinasi dengan setiap bagian agar proses produksi berjalan sesuai dengan aliran produksi. b. Mengamati produksi secara berkesinambungan agar pencapaian target terpenuhi sesuai dengan rencana yang telah ditentukan. c. Melakukan pengawasan atas kegiatan produksi apakah telah sesuai dengan prosedur dan peralatan yang terkontrol dengan benar. d. Bertanggung jawab terhadap kegitan produksi perusahaan. e. Membuat laporan produksi untuk periode tertentu. f. Membawahi proses injection, metal, threading, dan painting. 5. Quality Control a. Mengecek setiap produk yang telah selesai diproduksi untuk memastikan bahwa produk tersebut telah sesuai dengan standard yang telah ditetapkan. b. Menjaga dan menjamin kualitas produk pada waktu proses dan setelah proses produksi. c. Menerima dan menolak produk yang tidak sesuai dengan standard yang telah ditetapkan. 6. Finance a. Memimpin fungsi keuangan PT Apollo Aneka Persada termasuk manajemen keuangan, akunting, pajak, audit, bendahara dan persediaan. b. Bertanggung jawab atas perencanaan dan analisis pengeluaran modal dan pengendalian internalnya.

39 27 c. Menjamin pelaksanaan seluruh kebijakan perusahaan, mengatur pelaporan lokal dan corporate, serta memberi saran pada manajemen tentang strategi keuangan. d. Membuat budget serta perkiraan dalam kebutuhan keuangan. e. Menangani penerimaan uang, pengeluaran uang serta yang berhubungan dengan utang dan piutang perusahaan. f. Membuat laporan pajak setiap bulan. g. Melakukan pembayaran terhadap supplier berdasarkan invoice, laporan penerimaan barang dan purchase order. 7. Material a. Mencatat keluar masuknya barang di gudang. b. Melakukan aktivitas kontrol stok barang di gudang. c. Mengawasi pengiriman barang ke atau dari perusahaan. d. Melakukan pemeriksaan dan pengecekan terhadap jumlah barang yang dipesan. 8. Maintenance a. Melakukan perbaikan atas kerusakan fasilitas perusahaan seperti mesin, kendaraan serta peralatan produksi lainnya. b. Bertanggung jawab atas perawatan fasilitas perusahaan untuk kegiatan produksi seperti mesin-mesin, listrik serta kendaraan pendukung produksi. 9. Purchasing a. Mengawasi segala bentuk perencanaan dan pembelian bahan baku. b. Melakukan pembelian bahan baku dan bahan baku pendukung (consumables)

40 28 c. Memilih supplier yang menguntungkan perusahaan. 10. PPC (Planning Production Control) a. Mengontrol rencana produksi perusahaan. b. Mengawasi sistem pengendalian dan perencanaan produksi. c. Menjamin ketetapan schedule fabrikasidan kebenaran dalam menyelesaikan produk proyek sesuai standard dan persyaratan pelanggan. 11. Human Resource & Services a. Menyeleksi, menerima dan mengangkat karyawan sesuai dengan kebutuhan. b. Menghitung dan membuat daftar gaji untuk semua karyawan. c. Membuat laporan karyawan tentang kehadiran, cuti, pengunduran diri, serta jumlah karyawan untuk kepentingan jamsostek. d. Membuat sertifikat pengalaman kerja.

41 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan Proyeksi Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Pendekatan Activity Based Costing (ABC) Mengidentifikasi Aktivitas dan Tingkatan Aktivitas Berdasarkan hasil wawancara dengan bagian produksi, bagian gudang, dan bagian maintenance dan bagian Quality Control (QC), aktivitas-aktivitas yang dapat penulis identifikasi adalah sebagai berikut: 1. Penanganan Bahan Aktivitas penanganan bahan merupakan aktivitas yang terkait dengan kegiatan penanganan bahan baku meliputi penerimaan bahan baku hingga pengeluaran bahan baku untuk proses produksi. Penanganan bahan dilakukan setiap suatu batch produk (sekelompok produk yang diproduksi dalam satu kali proses) diproduksi sehingga aktivitas ini termasuk ke dalam aktivitas tingkat batch. Biaya overhead yang terkait dengan aktivitas ini adalah biaya tenaga kerja tidak langsung (bagian material). 2. Pemrosesan Produk Aktivitas pemrosesan produk merupakan aktivitas utama dalam perusahaan. Aktivitas ini memproses bahan baku hingga menjadi sebuah protector. Aktivitas ini dilakukan setiap kali satu unit diproduksi sehingga 29

42 30 aktivitas ini termasuk ke dalam aktivitas tingkat unit. Biaya overhead yang terkait dengan aktivitas ini terdiri dari: a. Biaya administrasi pabrik, meliputi biaya work facility, printing, fotocopy, stationary, air minum, dan kopi. b. Biaya komunikasi dan energi, meliputi biaya telepon dan fax, biaya listrik dan biaya air. c. Biaya consumable (bahan pendukung) d. Rejected 3. Perbaikan dan Perawatan Aktivitas perbaikan dan perawatan merupakan aktivitas yang terkait dengan perbaikan dan perawatan inventaris pabrik seperti mesin, peralatan pabrik serta listrik pabrik. Bagian maintenance akan melakukan aktivitas perbaikan inventaris pabrik yang mengalami kerusakan dan perawatan inventaris pabrik setiap suatu batch produk (sekelompok produk yang diproduksi dalam satu kali proses) diproduksi sehingga aktivitas ini termasuk ke dalam aktivitas tingkat batch. Biaya overhead yang terkait dengan aktivitas ini, terdiri dari: a. Biaya repair dan maintenance, yang meliputi biaya oli mesin dan biaya lainnya yang terkait dengan perawatan dan perbaikan kerusakan inventaris pabrik. b. Biaya gaji bagian maintenace. 4. Pengawasan Aktivitas pengawasan merupakan Aktivitas yang berkaitan dengan pengawasan atas setiap bagian dan aktivitasnya yang terjadi selama proses

43 31 produksi. Aktivitas ini dilakukan setiap suatu batch produk (sekelompok produk yang diproduksi dalam satu kali proses) diproduksi sehingga aktivitas ini termasuk ke dalam aktivitas tingkat batch. Biaya overhead yang terkait dengan aktivitas ini adalah: a. Biaya gaji supervisor produksi b. Biaya gaji supervisor warehouse c. Biaya gaji supervisor maintenance d. Biaya gaji PPC 5. Pengecekan Aktivitas pengecekan merupakan aktivitas ini berkaitan dengan kegiatan pengecekan dan pemeriksaan terhadap produk jadi perusahaan. Hal ini dilakukan untuk mengecek apakah produk telah sesuai dengan standar yang telah ditetapkan serta sesuai dengan pesanan dari konsumen. Aktivitas ini dilakukan setiap kali suatu unit diproduksi, sehingga aktivitas ini termasuk ke dalam aktivitas tingkat unit. Biaya yang terkait dengan aktivitas ini adalah biaya gaji Quality Control (QC). 6. Packing Produk Aktivitas packing produk merupakan aktivitas yang terkait dengan pengepakan produk perusahaan sesuai dengan jumlah produk yang dipesan oleh pelanggan. Aktivitas packing produk merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendukung pemasaran produk perusahaan ke konsumen sehingga aktivitas ini termasuk ke dalam aktivitas tingkat produk. Biaya yang terkait dengan aktivitas ini adalah delivery expense yang terdiri dari pallets, plastic film, rental lory dan biaya lainnya.

44 32 7. Pemeliharaan Fasilitas Aktivitas ini terkait dengan pemeliharaan inventaris pabrik. Aktivitas ini menopang proses umum produksi suatu pabrik dan tidak memberikan manfaat kepada produk secara spesifik sehingga aktivitas ini termasuk ke dalam aktivitas tingkat fasilitas. Biaya overhead yang terkait dengan aktivitas ini adalah biaya depresiasi mesin, biaya asuransi, dan biaya sewa gedung. Setelah mengetahui aktivitas-aktivitas yang terkait dengan kegiatan produksi, dapat ditentukan penggerak aktivitas dari setiap aktivitas. Aktivitasaktivitas tersebut selanjutnya digolongkan ke dalam tingkat aktivitas. Hal ini dapat dilihat di Tabel 4.1. Tabel 4.1 Aktivitas dan Tingkat Aktivitas No Aktivitas Tingkat Aktivitas 1 Penanganan Bahan Aktivitas tingkat batch 2 Pemrosesan Aktivitas tingkat unit 3 Perbaikan dan Perawatan Aktivitas tingkat batch 4 Pengawasan Aktivitas tingkat batch 5 Pengecekan Aktivitas tingkat unit 6 Packing Produk Aktivitas tingkat produk 7 Pemeliharaan Fasilitas Aktivitas tingkat fasilitas Membebankan Biaya ke Aktivitas Setelah akitivitas diidentifikasi dan dijelaskan, langkah selanjutnya adalah menentukan berapa banyak biaya yang diperlukan untuk melakukan aktivitas.

45 33 Tabel 4.2 Rincian Biaya Overhead Setiap Aktivitas Tahun Anggaran 2011 No Aktivitas Elemen Biaya Jumlah Biaya (Rp) 1 - Penanganan Bahan gaji bagian material 62,108,583 (aktivitas tingkat batch) 2 - Pemprosesan biaya administrasi pabrik 16,215,000 (aktivitas tingkat unit) biaya komunikasi dan energi pabrik 847,800,000 biaya consumable 6,056,772 rejected 156,242, Perbaikan dan Perawatan biaya repair & maintenance 130,522,170 (aktivitas tingkat batch) gaji maintenance 15,527, Pengawasan gaji supervisor produksi 32,752,841 ( aktivitas tingkat batch) gaji supervisor warehouse 23,337,683 gaji supervisor maintenance 23,277,422 gaji PPC 35,174, Pengecekan gaji Quality Control (QC) 68,637,478 ( aktivitas tingkat unit) 6 - Packing Produk delivery expense 63,687,000 (aktivitas tingkat produk) 7 Pemeliharaan Fasilitas depreciation (inventaris pabrik) 465,019,564 (aktivitas tingkat fasilitas) insurance(mesin) 5,000,000 sewa gedung 293,160,000 Total 2,244,518,976 Sumber Data : PT Apollo Aneka Persada Mengidentifikasi Cost Driver Sebelum menentukan cost driver setiap aktivitas, terlebih dahulu ditentukan penggerak aktivitas dari setiap aktivitas, yaitu sebagai berikut: 1. Penanganan Bahan Biaya overhead yang terkait oleh aktivitas ini merupakan biaya gaji tenaga kerja bagian material. Biaya ini digunakan untuk membiayai aktivitas penanganan bahan. Jam kerja karyawan bagian material akan sama dengan jumlah waktu yang dihabiskan untuk aktivitas tersebut. Sehingga untuk

46 34 aktivitas penanganan bahan penggerak aktivitasnya adalah jam tenaga kerja bagian material. 2. Pemrosesan Produk PT Apollo Aneka Persada memiliki 12 mesin, sehingga hampir seluruh kegiatan produksinya menggunakan mesin. Mesin-mesin tersebut beroperasi setiap jam kerja termasuk ketika over time. Sehingga untuk aktivitas pemrosesan produk penggerak aktivitasnya adalah jam mesin. 3. Perbaikan dan Perawatan Aktivitas perbaikan dan perawatan inventaris pabrik dilakukan setiap harinya oleh karyawan bagian maintenance. Waktu yang dihabiskan untuk aktivitas ini merupakan waktu bagian maintenance melakukan kegiatan perbaikan dan perawatan (jam kerja maintenance). Sehingga untuk aktivitas perbaikan dan perawatan penggerak aktivitasnya adalah jam tenaga kerja bagian maintenance. 4. Pengawasan Aktivitas pengawasan dilakukan setiap harinya oleh karyawan bagian pengawasan. Waktu yang dihabiskan untuk aktivitas ini merupakan waktu bagian pengawasan (supervisor) melakukan kegiatan pengawasan terhadap setiap aktivitas dan bagiannya (jam kerja bagian pengawasan). Sehingga untuk aktivitas pengawasan penggerak aktivitasnya adalah jam tenaga kerja bagian pengawasan. 5. Pengecekan Aktivitas pengecekan dilakukan ketika produk telah diproses. Waktu yang dihabiskan untuk aktivitas ini merupakan waktu yang dihabiskan oleh

47 35 bagian Quality Control (QC) dalam mengecek produk setiap unitnya (jam kerja bagian Quality Control). Sehingga untuk aktivitas pengawasan penggerak aktivitasnya adalah jam tenaga kerja bagian Quality Control (QC). 6. Packing Produk Aktivitas packing produk dilakukan setelah produk dicek setiap unitnya. Jumlah biaya yang dihabiskan untuk aktivitas ini tergantung banyaknya unit produk yang diproduksi. Sehingga untuk aktivitas packing produk penggerak aktivitasnya adalah unit produksi. 7. Pemeliharaan Fasilitas Biaya yang terkait dengan aktivitas pemeliharaan fasilitas adalah biaya tetap. Besar kecilnya jumlah unit produk yang diproduksi oleh perusahaan tidak akan menambah atau mengurangi biaya untuk aktivitas ini. Kapasitas produksi setiap produk yang telah ditentukan sesuai dengan kemampuan perusahaan dalam memproduksi dapat dipilih sebagai penggerak aktivitas untuk aktivitas ini. Alasannya karena biaya terkait dengan aktivitas ini ditetapkan untuk kapasitas produksi perusahaan. Setelah penggerak aktivitas untuk setiap aktivitas ditentukan, langkah selanjutnya adalah menentukan cost driver untuk setiap aktivitas. Cost driver merupakan jumlah penggerak aktivitas dari setiap aktivitas selama satu tahun. Cost driver ini akan menjadi pembagi biaya produksi ketika dilakukan penentuan tarif.

48 36 Tabel 4.3 Jumlah Penggerak Aktivitas Setiap Aktivitas Tahun Anggaran 2011 No Ukuran Protector Jam TKTL (BB) Jam Mesin Jam TKTL (B) Jam TKTL (P) Jam TKTL (C) Unit Produksi (set) Kapasitas Produksi (set) 1 2-7/8" ,129 1, /2" ,334 1, /2" ,565 2, /2" 340 1, ,206 4, /8" ,847 1, " 839 2, ,362 10, /8" 1,395 4, ,542 1,046 17,236 17, /4" 1,594 4, ,763 1,196 19,698 20, /8" 2,674 8, ,956 2,005 33,035 34, " 905 2, , ,182 11,518 TOTAL 8,304 25,788 2,076 9,180 6, , ,672 Sumber : PT Apollo Aneka Persada Keterangan : BB B P C = Penanganan Bahan = Perbaikan = Pengawasan = Pengecekan Tabel 4.4 Cost Driver Tiap aktivitas No Aktivitas Penggerak Aktivitas Cost Driver 1 Penanganan Bahan Jam Kerja TKTL (M) 8,304 2 Pemrosesan Jam Mesin 25,788 3 Perbaikan dan Perawatan Jam Kerja TKTL (MT) 2,076 4 Pengawasan Jam Kerja TKTL (S) 9,180 5 Pengecekan Jam Kerja TKTL (QC) 6,228 6 Packing Produk Unit Produksi 102,594 7 Pemeliharaan Fasilitas Kapasitas Produksi 105,672 Keterangan : M = Material MT = Maintenance S = Supervisor & PPC QC = Quality Control

49 Menentukan Tarif Setelah cost driver setiap aktivitas ditentukan, langkah selanjutnya adalah menentukan tarif setiap aktivitas. Tarif setiap aktivitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Tarif Overhead = Jumlah Biaya Aktivitas Cost Driver Contoh perhitungan : Tarif Overhead Penanganan Bahan = 62,108,583 8,304 = 7, Tabel 4.5 Tarif Overhead Setiap Aktivitas No Aktivitas Tarif Overhead (Rp) 1 Penanganan Bahan 7, Pemprosesan 39, Perbaikan dan Perawatan 70, Pengawasan 12, Pengecekan 11, Packing Produk Pemeliharaan Fasilitas 7,222.16

50 Pembebanan Biaya ke Produk Setelah biaya dari aktivitas ditentukan, maka biaya tersebut dapat dibebankan pada produk dalam suatu proporsi sesuai dengan penggunaan aktivitasnya, seperti yang diukur oleh penggerak aktivitas. Pembebanan ini dapat diselesaikan dengan cara : Tarif BOP x Penggunaan Aktual Aktivitas Tabel 4.6 Biaya Bahan Baku, Biaya TKL dan Bahan Baku Tidak Langsung Tahun Anggaran 2011 Ukuran Biaya BB Biaya TKL BB Tidak Langsung Unit Produksi Protector (Rp) (Rp) (Rp) (set) 2-7/8" 69,314,762 3,074,405-12, /2" 85,334,789 3,633,387-13, /2" 157,252,279 6,987,283-13, /2" 238,362,143 11,459,144-7, /8" 103,165,401 5,030,844 3,286,016 2,200 7" 589,345,867 28,228,624 18,351,027 12, /8" 988,933,837 46,954,542 19,134,563 11, /4" 1,136,844,027 53,662,334 19,134,563 11, /8" 1,904,582,321 89,996,206 27,238,481 15,300 20" 647,861,919 30,464,554 6,553,846 3,100 Total 5,920,997, ,491,324 93,698, ,594 Sumber Data : PT Apollo Aneka Persada

51 39 Tabel 4.7 Perhitungan Proyeksi Harga Pokok Produksi Keterangan Perhitungan Ukuran Protector 2-7/8" 3-1/2" 4-1/2" Biaya Bahan Baku (Rp) 69,314,762 85,334, ,252,279 Biaya TKL (Rp) 3,074,405 3,633,387 6,987,283 BB Tidak Langsung (Rp) Biaya Overhead (Rp): Penanganan Bahan 91 x , x , x ,555,707 Pemrosesan 284 x ,302, x ,332, x ,669,800 Perbaikan dan Perawatan 23 x ,618, x ,899, x ,658,268 Pengawasan 101 x ,260, x ,484, x ,869,802 Pengecekan 69 x , x , x ,719,243 Packing Produk 1129 x , x , x ,592,275 Pemeliharaan Fasilitas 1162 x ,392, x ,923, x ,080,947 Total Biaya Overhead 24,715,025 29,168,483 56,146,042 Harga Pokok Produksi 97,104, ,136, ,385,604 Unit Produksi 12,500 13,990 13,504 HPP/Unit 7,768 8,444 16,320

52 40 Tabel 4.8 Perhitungan Proyeksi Harga Pokok Produksi (Lanjutan) Keterangan Perhitungan Ukuran Protector 5-1/2" 6-5/8" 7" Biaya Bahan Baku (Rp) 238,362, ,165, ,345,867 Biaya TKL (Rp) 11,459,144 5,030,844 28,228,624 BB Tidak Langsung (Rp) - 3,286,016 18,351,027 Biaya Overhead (Rp): Penanganan Bahan 340 x ,542, x ,121, x ,275,183 Pemrosesan 1057 x ,066, x ,466, x ,674,155 Perbaikan dan Perawatan 85 x ,979, x ,602, x ,773,775 Pengawasan 376 x ,691, x ,058, x ,566,550 Pengecekan 255 x ,810, x ,234, x ,932,077 Packing Produk 4206 x ,610, x ,146, x ,432,419 Pemeliharaan Fasilitas 4333 x ,293, x ,736, x ,082,114 Total Biaya Overhead 91,995,859 40,367, ,736,272 Harga Pokok Produksi 341,817, ,849, ,661,790 Unit Produksi 7,000 2,200 12,000 HPP/Unit 48,831 69,023 71,888

53 41 Tabel 4.9 Perhitungan Harga Pokok Produksi (Lanjutan) Keterangan Perhitungan Ukuran Protector 9-5/8" 10-3/4" 13-3/8" Biaya Bahan Baku (Rp) 988,933,837 1,136,844,027 1,904,582,321 Biaya TKL (Rp) 46,954,542 53,662,334 89,996,206 BB Tidak Langsung (Rp) 19,134,563 19,134,563 27,238,481 Biaya Overhead: Penanganan Bahan 1395 x ,433, x ,922, x ,999,809 Pemrosesan 4332 x ,405, x ,040, x ,483,755 Perbaikan dan Perawatan 349 x ,552, x ,070, x ,994,675 Pengawasan 1542 x ,240, x ,997, x ,883,194 Pengecekan 1046 x ,527, x ,180, x ,096,684 Packing Produk x ,699, x ,227, x ,507,137 Pemeliharaan Fasilitas x ,215, x ,530, x ,741,216 Total Biaya Overhead 377,074, ,969, ,706,470 Harga Pokok Produksi 1,432,097,294 1,640,610,640 2,744,523,478 Unit Produksi 11,500 11,500 15,300 HPP/Unit 124, , ,381

54 42 Tabel 4.10 Perhitungan Harga Pokok Produksi (Lanjutan) Keterangan Perhitungan Ukuran Protector 20" Biaya Bahan Baku (Rp) 647,861,919 Biaya TKL (Rp) 30,464,554 BB Tidak Langsung (Rp) 6,553,846 Biaya Overhead (Rp): Penanganan Bahan 905 x ,768,821 Pemrosesan 2811 x ,872,572 Perbaikan dan Perawatan 226 x ,899,396 Pengawasan 1,001 x ,489,877 Pengecekan 679 x ,483,116 Packing Produk 11,182 x ,941,450 Pemeliharaan Fasilitas 11,518 x ,184,839 Total Biaya Overhead 244,640,071 Harga Pokok Produksi 929,520,390 Unit Produksi 3,100 HPP/Unit 299,845

55 Perbandingan Proyeksi Harga Pokok Produksi Versi Perusahaan dengan Pendekatan Activity Based Costing (ABC) Hasil perhitungan proyeksi harga pokok produksi versi perusahaan memiliki perbedaan dengan hasil perhitungan versi penulis. Hal ini dapat di lihat pada Tabel Tabel 4.11 Perbandingan Proyeksi HPP Versi Perusahaan dengan Versi Penulis Ukuran HPP Perusahaan HPP ABC Selisih Protector (Rp) (Rp) (Rp) 2-7/8" 7,344 7, /2" 8,064 8, /2" 15,423 16, /2" 45,257 48,831 3, /8" 64,259 69,023 4,764 7" 67,201 71,888 4, /8" 116, ,530 8, /4" 133, ,662 9, /8" 167, ,381 11,809 20" 280, ,845 19,687 Total 904, ,692 63,693 Dari perhitungan di atas terdapat selisih antara harga pokok produksi versi perusahaan dengan hasil perhitungan penulis yaitu sebesar Rp ,00. Selisih ini terjadi untuk semua ukuran protector. Jika dibandingkan dengan proyeksi harga pokok produksi versi perusahaan, harga pokok produksi hasil perhitungan penulis lebih tinggi. Perbedaan/selisih proyeksi harga pokok produksi versi perusahaan dengan versi penulis terjadi karena perbedaan pembebanan biaya overhead ke setiap produk. Pada metode Activity Based Costing (ABC), biaya overhead kepada

56 44 masing-masing produk dibebankan dengan menggunakan beberapa cost driver seperti jam mesin, jam tenaga kerja tidak langsung, unit produksi dan kapasitas produksi. Sehingga metode Activity Based Costing (ABC) telah mampu mengalokasikan biaya overhead ke masing-masing produk secara tepat berdasarkan konsumsi masing-masing aktivitas oleh setiap produk.

57 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang dilakukan penulis, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Perhitungan proyeksi harga pokok produksi dengan menggunakan pendekatan Activity Based Costing (ABC) merupakan proses dua tahap. Tahap pertama, aktivitas diidentifikasi dan dikelompokkan ke dalam beberapa tingkatan aktivitas. Biaya-biaya overhead akan dibebankan ke setiap aktivitas. Aktivitas-aktivitas yang berada pada tingkatan dan cost driver yang sama akan dikelompokkan menjadi satu. Selanjutnya tarif overhead untuk setiap aktivitas ditetapkan dengan cara membagi biaya produksi setiap aktivitas dengan cost driver aktivitas tersebut. Tahap kedua yaitu pembebanan biaya ke produk. Pembebanan ini dilakukan dengan cara mengalikan tarif overhead setiap aktivitas dengan penggunaan aktivitas oleh produk. 2. Terjadi selisih antara proyeksi harga pokok produksi versi perusahaan dengan perhitungan yang dilakukan penulis yaitu sebesar Rp ,00. Selisih ini terjadi karena dalam menghitung biaya overhead untuk masingmasing produk penulis menggunakan cost driver lebih dari satu. Sehingga metode Activity Based Costing (ABC) telah mampu mengalokasikan biaya overhead ke setiap produk secara tepat berdasarkan konsumsi aktivitas masing-masing produk. 45

58 Saran adalah: Adapun saran yang dapat penulis uraikan dalam penyusunan tugas akhir ini 1. Perusahaan sebaiknya melakukan perhitungan harga pokok produksi untuk setiap jenis ukuran protector. Dengan mengetahui harga pokok produksi setiap ukuran protector, perusahaan mempunyai dasar dalam menetapkan harga pokok penjualan dan harga jual produk. 2. Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan penggunaan Activity Based Costing (ABC) dalam menentukan harga pokok produksi setiap ukuran protector. Keanekaragaman ukuran protector yang dihasilkan oleh perusahaan akan menyulitkan perusahaan dalam mengalokasikan biaya ke masing-masing produk. Pendekatan Activity Based Costing (ABC) dapat membantu perusahaan untuk mengukur secara cermat biaya-biaya yang terjadi dari setiap aktivitas yang akan dialokasikan ke setiap produk. Sehingga harga pokok produksi dengan menggunakan pendekatan ini akan menghasilkan perhitungan yang lebih akurat. 3. Dalam melakukan perhitungan proyeksi harga pokok produksi, penulis hanya menggunakan data projected (anggaran) tahun 2011, sehingga hasil perhitungannya memiliki perbedaan dengan harga pokok produksi aktualnya. Perusahaan dapat melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan data aktual agar memperoleh proyeksi harga pokok produksi yang sebenarnya.

59 DAFTAR PUSTAKA Bustami dan Nurlela. (2006). Akuntansi Biaya: Teori dan Aplikasi. Yoygyakarta: Graha Ilmu. Hansen, D.R., &Mowen, M.M. (2006). Akuntansi Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Maher, Michael W, & Deakin, Edward B. (1997). Akuntansi Biaya (Herman Wibowo & Adjat Djatnika, Penerjemah.). Jakarta: Erlangga. Mulyadi. (2007). Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen. Jakarta: Salemba Empat. Nafarin, M. (2007). Penganggaran Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat. Samryn, L. N. (2002). Akuntansi Manajerial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Supriyono. (1999). Manajemen Biaya. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Tunggal, Amin Widjaja. (2000). Activity Based Costing untuk Manufakturing dan Pemasaran. Jakarta: Harvarindo. 47

60 47

61 47

62 LAPORAN MAGANG 1. Uraian Kegiatan Penulis melakukan kegiatan magang di PT Apollo Aneka Persada selama 3 (tiga) bulan. Selama magang penulis ditempatkan di bagian accounting dan bagian store. Selama magang di PT Apollo Aneka Persada, kegiatan yang penulis lakukan adalah: a. Bagian Accounting 1. Melakukan pencatatan petty cash. 2. Melakukan penginputan data stock card raw material dan consumable untuk bagian accounting. 3. Melakukan pengecekan rekonsiliasi bank. 4. Menyusun dokumen-dokumen yang merupakan arsip bagian accounting. 5. Penginputan data work order perusahaan. 6. Penginputan penggunaan direct material dan realisasi produksi selama tahun b. Bagian Store 1. Menulis form Material Requisition (MR). 2. Menulis form Store Requisition (SR). 3. Menulis form Material Issue Voucher (MIV) raw material. 4. Menulis form Material Issue Voucher (MIV) consumable. 5. Menulis form Material Receiving Voucher (MRV) raw material. 6. Menulis form Receiving Voucher (RR) consumable.

63 7. Penginputan stock card raw material. 8. Penginputan stock card consumable. 9. Menyusun dokumen-dokumen yang merupakan arsip bagian store. 2. Sistem dan Prosedur Kerja di Bagian Accounting dan Store store adalah: Prosedur kerja yang dilakukan penulis di bagian accounting dan bagian a. Bagian Accounting 1. Bagian accounting akan menerima Purchase Order (PO) dari bagian pembelian, Material Issue Voucher (MIV) consumables dan raw material serta Material Receiving Voucher (MRV) atau Receiving Voucher (RR), Delivery Order (DO) dari bagian store, serta Invoice dari supplier. 2. Material Issue Voucher (MIV) consumables/raw material kemudian diinput di dalam stock card accounting. 3. Setelah diinput, jumlah nominal yang ada di stock card accounting kemudian ditulis di dalam bagian Material Issue Voucher (MIV) consumables dan raw material. Selanjutnya Material Issue Voucher (MIV) disimpan sebagai arsip. 4. Selanjutnya input Material Receiving Voucher (MRV) atau Receiving Voucher (RR) ke stock card accounting. 5. Material Receiving Voucher (MRV) atau Receiving Voucher (RR), Invoice, Delivery Order (DO), Purchase Order (PO) di klip kemudian disimpan sebagai arsip.

64 b. Bagian Store a. Prosedur Permintaan Pembelian Barang 1. Bagian store akan menerima Store Requisiton (SR) dari user. 2. Jika barang yang diminta ada, maka bagian store akan mengeluarkan barang. 3. Jika barang yang diminta tidak ada maka bagian store akan membuat Material Reaqusition (MR) sebanyak 2 (dua) rangkap. Material Reaqusition (MR) rangkap ke-1 akan diserahkan ke bagian pembelian sebagai dasar pembuatan purchase order. Material Reaqusition (MR) rangkap ke-2 dan Store Requisiton (SR) dari user akan disimpan sebagai arsip. b. Prosedur Penerimaan Barang 1. Bagian store akan menerima Purchase Order (PO) dari bagian pembelian.bagian store akan menerima barang yang dipesan dan delivery order dari supplier. 2. Selanjutnya Delivery order di perbanyak 2(dua) rangkap. Delivery Order yang asli diserahkan ke bagian accounting, rangkap ke-1 (satu) ke bagian pembelian dan rangkap ke -2 (dua) untuk bagian store. 3. Barang yang diterima kemudian dicek dan dicocokkan dengan Delivery Order (DO) dan Purchase Order (PO). 4. Jika cocok, maka bagian store akan membuat Material Receiving Voucher (MRV) untuk raw material dan Receiving Voucher (RR) untuk consumable sebanyak 4 (empat) rangkap. Material Receiving

65 Voucher (MRV)/Receiving Voucher (RR) selanjutnya akan diotorisasi oleh pihak-pihak yang mempunyai wewenang. 5. Selanjutnya bagian store akan menginput data penerimaan barang (stock card) ke computer (stock card). 6. Material Receiving Voucher (MRV)/Receiving Voucher (RR) yang telah diotorisasi selanjutnya akan didistribusikan ke bagian lainnya. Material Receiving Voucher (MRV) atau Receiving Voucher (RR) rangkap ke -1 (satu) dan 2 (dua) akan diserahkan ke bagian accounting, rangkap ke -4 (empat) diserahkan ke bagian pembelian, dan rangkap ke -3 (tiga) ke bagian store. 7. Material Receiving Voucher (MRV)/Receiving Voucher (RR), Delivery Order, serta Purchase Order (PO) kemudian di klip dan di simpan sebagai arsip. c. Prosedur Pengeluaran Barang 1. Bagian store akan menerima Store Requisiton (SR) dari user. 2. Jika barang yang diminta ada, maka barang akan dikeluarkan. 3. Selanjutnya dibuat Material Issue Voucher (MIV) raw material atau consumable sebanyak 4 rangkap. Selanjutnya Material Issue Voucher (MIV) akan diotorisasi oleh pihak yang meminta dan bagian store. 4. Selanjutnya bagian store akan menginput data pengeluaran barang (stock card). 5. Selanjutnya Material Issue Voucher (MIV) rangkap ke -1 akan diserahkan ke bagian accounting dan rangkap ke -2,3, dan 4 Store Requisiton (SR) serta akan disimpan sebagai arsip.

66 3. Flowchart Sistem dan Prosedur 1. Prosedur Bagian Accounting Bagian Store MRV/RR DO MIV PO Invoice Bagian Pembelian Supplier Entry stock Card MIV Penulisan jumalh nominal ke MIV MIV Entry stock Card RR/ MRV MIV/RR, Invoice, DO,PO diklip MRV/RR invoice DO PO Keterangan : MRV= Material Receiving Voucher RR = Receiving Voucher MIV = Material Receiving Voucher DO = Delivery Order PO = Purchase Order Gambar 3.1 Flowchart Prosedur Bagian Accounting 2. Prosedur Permintaan Pembelian

67 start SR 1 User Barang Tidak Ada MR 1 2 Bagian Pembelian Keterangan: MR = Material Requisition SR = Store Requisition Gambar 3.2 Flowchart Prosedur Permintaan Pembelian

68 3. Prosedur Penerimaan Barang Supplier DO start PO Bagian Pembelian MRV/RR otorisasi 1 DO 2 DO 3 4 Bagian Accounting Bagian Pembelian DO diperba nyak/ difotoko pi MRV/ RR, PO, DO diklip Bagian Accounting DO asli 1 DO DO 2 Bagian Pembelian MRV/RR 3 PO DO Baran g di cek PO DO cocok 1 MRV/RR 2 3 DO DO 4 Otoris asi MRV/ RR Entry stock card Keterangan: DO = Delivery Order PO = Purchase Order MRV = Material receiving Voucher RR = Receiving Voucher Gambar 3.3 Flowchart Prosedur Penerimaan Barang

69 4. Prosedur Pengeluaran Barang start SR 1 User Barang Ada Barang dikelua rkan MIV 1 2 DO DO 3 Diotorisasi Entry stock card Bagian Accounting 1 MIV 2 MIV 3 4 DO DO SR Keterangan : SR = Store Requisition MIV = Material Issue Voucher Gambar 3.4 Flowchart Prosedur Pengeluaran Barang

70 4. Media, Dokumen, Peralatan, dan Data yang Digunakan a. Media/Peralatan yang Digunakan Adapun media dan peralatan yang digunakan penulis dalam pelaksanaan magang di PT Apollo Aneka Persada adalah: NAMA ALAT Komputer Printer Kalkulator Pena Kertas Pensil Mesin Foto Copy SPESIFIKASI Standar Standar Standar Hitam, Biru A4 2B Standar b. Dokumen yang Digunakan Adapun dokumen-dokumen yang digunakan penulis dalam pelaksanaan magang di PT Apollo Aneka Persada adalah: 1. Purchase Order (PO) 2. Material Requisition (MR) 3. Store Requisition (SR) 4. Material Issue Voucher (MIV) Consumables 5. Material Issue Voucher (MIV) Raw Material 6. Material Receiving Voucher (MRV) 7. Receiving Voucher (RR)

71 5. Identifikasi Permasalahan dan Kendala yang dihadapi dalam menyelesaikan pekerjaan Masalah yang dihadapi penulis selama melakukan pekerjaan magang pada bagian store terjadi pada saat input data stock card ke komputer. Komputer yang bervirus membuat pekerjaan penulis terhambat. Dalam input data stock card ke computer khususnya stock card consumables, penulis kesulitan untuk mengidentifikasi nama beberapa jenis barang di mana terjadi perbedaan antara nama barang yang tertulis di Receiving Voucher (RR) dengan Material Issue Voucher (MIV). Penulis harus melakukan konfirmasi dan bertanya kepada pihak yang mengerti dan mengetahui jenis barang tersebut. 6. Manfaat Kegiatan Magang Selama melakukan kegiatan magang di PT Apollo Aneka Persada, penulis menjalankan tugas-tugas di bagian store dan bagian accounting. Namun penulis lebih banyak melakukan pekerjaan di bagian store. Tugas-tugas yang penulis lakukan banyak memberikan manfaat bagi penulis yang nantinya akan terjun ke dunia kerja. Adapun manfaat kegiatan magang yang diberikan adalah: 1. Menambah ilmu pengetahuan penulis berkaitan dengan bidang akuntansi. 2. Memberikan gambaran secara umum tentang kondisi dunia kerja. 3. Memperoleh pengalaman yang belum pernah didapat selama penulis di bangku kuliah.

72 7. Lampiran Resume Pekerjaan Selama 3 (tiga) Bulan Ringkasan pekerjaan yang dilakukan penulis selama 3 (tiga) bulan dalam pelaksanaan magang di PT Apollo Aneka Persada dapat dilihat pada Table 7.1.

73 Tabel 7.1. Resume Pekerjaan Selama 3 (Tiga) bulan Minggu Ke- Uraian Kegitan Tanda Tangan PIC Minggu I (7 Feb 11 Feb 2011) Minggu II (14 Feb 18 Feb 2011) Minggu III (21 Feb 25 Feb 2011) Minggu IV (28 Feb 4 Mar 2011) Perkenalan dokumen Perkenalan flowchart perusahaan Mengecek perhitungan rincian budget Mencatat petty cash Mencatat Purchase Order (PO) dalam buku berdasarkan urutan tanggal dan nomor PO Entry data work order perusahaan Entry persediaan awal stock card tahun 2011 Mencatat petty cash Entry stock card accounting Entry stock card accounting Menjumlahkan pemakaian bahan di Material Issue Voucher (MIV) Menyusun dokumen Purchase Order (PO), invoice dan Delivery Order (DO) Mencatat Store Requisition (SR), Material Issue Voucher (MIV) consumable dan raw material

74 Minggu V (7 Mar 11 Mar 2011) Minggu VI (14 Mar 18 Mar 2011) Mencatat Material Receiving Voucher (MRV) dan Receiving Voucher (RR) Menyusun dokumen Entry stock card store Membuat invoice Mencatat penggunaan petty cash ke komputer Revisi stock card accounting Entry stock card accounting Mencatat Store Requisition (SR), Material Issue Voucher (MIV) consumable dan raw material Entry penggunaan direct material dan realisasi produksi tahun 2010 Entry stock card store. Mencatat Store Requisition (SR), Material Issue Voucher (MIV) consumable dan raw material Entry stock card store Menyusun dokumen Mencatat Material Receiving Voucher (MRV) dan Receiving Voucher (RR) Membuat max box thread protector length Mengecek MIV steel 123 bulan Jan-Feb

75 Minggu VII (21 Mar - 25 Mar 2011) Minggu VIII (28 Mar 1 Apr 2011) Minggu IX (4 Apr 8 Apr 2011) Menyusun dokumen Store Requisition (SR) dan Material Issue Voucher (MIV) Entry stock card accounting Mencatat Store Requisition (SR), Material Issue Voucher (MIV) consumable dan raw material Entry stock card store Mencatat Store Requisition (SR), Material Issue Voucher (MIV) consumable dan raw material Menyusun dokumen Store Requisition (SR) dan Material Issue Voucher (MIV) Mencatat Material Receiving Voucher (MRV) dan Receiving Voucher (RR) Entry stock card store Mencatat Store Requisition (SR), Material Issue Voucher (MIV) consumable dan raw material Menyusun dokumen Store Requisition (SR) dan Material Issue Voucher (MIV)

76 Minggu X (11 Apr 15 Apr 2011) Minggu XI (18 Apr 22 Apr 2011) Minggu XII (25 Apr 29 Apr 2011) Entry stock card store Entry stock card accounting Mencatat Receiving Voucher (RR) Mencatat Store Requisition (SR), Material Issue Voucher (MIV) consumable dan raw material Menyusun dokumen Store Requisition (SR) dan Material Issue Voucher (MIV) Entry stock card store Entry stock card accounting. Entry stock card accounting Mencatat Store Requisition (SR), Material Issue Voucher (MIV) consumable dan raw material Menyusun dokumen Store Requisition (SR) dan Material Issue Voucher (MIV) Entry stock card store Mencatat Store Requisition (SR), Material Issue Voucher (MIV) consumable dan raw material Menyusun dokumen Store Requisition (SR) dan Material Issue Voucher

77 Minggu XIII (2 Mei 6 Mei 2011) (MIV) Entry stock card store Entry stock card consumable (consumable yang tidak ada di sheet stock card store) Entry stock card accounting Mencatat Store Requisition (SR), Material Issue Voucher (MIV) consumable dan raw material Menyusun dokumen Store Requisition (SR) dan Material Issue Voucher (MIV) Entry stock card store Mencatat nomor akun Material Issue Voucher (MIV) consumable bagian accounting Mengetahui, Dosen Pembimbing Pembimbing Perusahaan Ely Kartikaningdyah, SE, M.Si. NIK Asriando Siregar

78

79

80

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Ada beberapa pengertian biaya yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya: Daljono (2011: 13) mendefinisikan Biaya adalah suatu pengorbanan sumber

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsur dari harga pokok dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian akuntansi yang mencatat berbagai macam biaya, mengelompokkan, mengalokasikannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya salah satu bagian atau unsure dari harga dan juga unsur yang paling pokok dalam akuntansi biaya, untuk itu perlu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu pengeluaran yang pasti dalam suatu perusahaan, oleh karenanya, biaya sangat diperlukan dalam

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Pengertian dan Penggolongan Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi bisnis, non-bisnis, manufaktur, eceran dan jasa. Umumnya, berbagai macam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Biaya 1. Pengertian Biaya Dalam penerapan activity based costing, pemahaman konsep dan klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN 2.1 Harga Pokok Produksi 1. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan untuk

Lebih terperinci

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai

Definisi akuntansi biaya dikemukakan oleh Supriyono (2011:12) sebagai BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi secara garis besar dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen.akuntansi biaya bukan merupakan tipe akuntansi tersendiri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Biaya Setiap perusahaan yang berorientasi pada peningkatan pendapatan akan selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 2.1.1 Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Tahun 2008 tentang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan

Bab 1. Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya Hubungan Akuntansi Biaya dengan Akuntansi Keuangan Bab 1 Konsep Biaya dan Sistem Informasi Akuntansi Biaya 1.1 Pengertian Akuntansi biaya adalah suatu bidang akuntansi yang mempelajari bagaimana mencatat, megukur dan melaporkan tentang informasi biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Hansen dan Mowen (2011:47) Biaya adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi

Lebih terperinci

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos

commit to user 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian, Klasifikasi Kos (Cost) dan Biaya (Expense) 1. Kos (Cost) a. Pengertian Kos Mulyadi (2003: 4) menjelaskan bahwa kos (cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biaya Informasi biaya sangat bermanfaat bagi manajemen perusahaan. Diantaranya adalah untuk menghitung harga pokok produksi, membantu manajemen dalam fungsi perencanaan dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini, penulis akan menguraikan teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli yang akan digunakan sebagai landasan dalam menganalisa permasalahan yang ada diperusahaan PT

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memberikan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang

BAB II LANDASAN TEORI. semacam ini sering disebut juga unit based system. Pada sistem ini biaya-biaya yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Pembiayaan Sistem pembiayaan (costing system) secara umum terbagi menjadi dua tipe, yaitu sistem akuntansi biaya konvensional. Sistem akuntansi biaya konvensional menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha. Mikro, Kecil dan Menengah bahwa usaha mikro adalah usaha BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah 2.1.1. Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Menurut pasal 1 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bahwa

Lebih terperinci

METODE PEMBEBANAN BOP

METODE PEMBEBANAN BOP METODE PEMBEBANAN BOP ~ Kalkulasi Biaya Berdasar Aktivitas ~.[metode tradisional] Kalkulasi biaya atau costing, adalah cara perhitungan biaya, baik biaya produksi maupun biaya nonproduksi. Yang dimaksud

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan

BAB II LANDASAN TEORI. mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya II.1.1 Pengertian Biaya Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Hermawan (2000) mendefinisikan, Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Biaya 1. Pengertian Biaya Biaya menurut Atkinson dan Kaplan (2009 : 33) adalah nilai moneter barang dan jasa yang dikeluarkan untuk mendapatkan manfaat sekarang atau masa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya sangat berperan penting dalam kegiatan perusahaan. Salah satu peranan akuntansi biaya

Lebih terperinci

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA

TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA - Jurusan Teknik Industri TIN 4112 AKUNTANSI BIAYA Teknik Industri Lesson 1 RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Mata Kuliah : Kode : TID 4019 Semester : 3 Beban Studi : 3 SKS Capaian Pembelajaran (CPL): 1. Menguasai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan. mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Mikro Kecil dan Menengah Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih popular dengan singkatan UMKM memiliki peran yang cukup penting dalam hal penyedia lapangan pekerjaan.

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB II BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi Biaya merupakan hal yang penting bagi perusahaan manufaktur dalam mengendalikan suatu biaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya mengukur dan melaporkan setiap informasi keuangan dan non keuangan yang terkait dengan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai: BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Definisi Biaya Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai: Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa

Lebih terperinci

Akuntansi Biaya. Manajemen, kontroler, dan Akuntansi Biaya. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis

Akuntansi Biaya. Manajemen, kontroler, dan Akuntansi Biaya. Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI. Modul ke: Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Akuntansi Modul ke: Manajemen, kontroler, dan Akuntansi Fakultas Fakultas Ekonomi dan BIsnis Program Studi Akuntansi Yulis Diana Alfia, SE., MSA., Ak., CPAI www.mercubuana.ac.id Manajemen dan Proses produksi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama hal nya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintahan, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40).

BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA. masa datang bagi organisasi (Hansen dan Mowen, 2006:40). BAB II PENGUKURAN BIAYA PEMBEBANAN PRODUK JASA II.1. Pengertian Biaya Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan hal yang paling penting bagi manajemen perusahaan sebagai basis data biaya untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya dan Pengklasifikasian Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya berkaitan dengan semua tipe organisasi baik organisasi bisnis, non bisnis, manufaktur, dagang dan jasa. Dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi suatu perusahaan. Akuntansi biaya mengukur

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntani Biaya 1. Pengertian biaya Biaya merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan dalam proses produksi dalam satu perusahaan manufaktur. Terdapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 2. Diskripsi CV. Jawa Dipa CV. Jawa Dipa merupakan salah satu badan usaha yang bergerak dibidang permebelan yang ada di Desa Bondo, Kecamatan

Lebih terperinci

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Penentuan tarif merupakan salah satu bagian dari tujuan akuntansi biaya yaitu perencanaan dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh manajemen, oleh karena itu sebelum

Lebih terperinci

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk

Bab IV PEMBAHASAN. perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk Bab IV PEMBAHASAN Perhitungan harga pokok produksi yang akurat sangatlah penting bagi perusahaan, sehingga perusahaan dapat menentukan harga jual yang kompetitif. Untuk dapat menentukan harga pokok produksi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN

PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN PERHITUNGAN BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS (ABC) : ALAT BANTU PEMBUAT KEPUTUSAN Gejala-gejala Sistem Biaya yang Telah Usang 1. Hasil penawaran yang sulit dijelaskan 2. Harga jual bervolume tinggi yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Tinjauan Teori 2.1.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan akuntansi yang membicarakan tentang penentuan harga pokok dari suatu produk yang diproduksi, baik untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Akuntansi Biaya II.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Terdapat beberapa pengertian akuntansi biaya yang dikemukakan oleh beberapa ahli, antara lain: Rayburn yang diterjemahkan oleh

Lebih terperinci

ANALISIS VARIANS BIAYA PRODUKSI PADA PT APOLLO ANEKA PERSADA

ANALISIS VARIANS BIAYA PRODUKSI PADA PT APOLLO ANEKA PERSADA ANALISIS VARIANS BIAYA PRODUKSI PADA PT APOLLO ANEKA PERSADA TUGAS AKHIR Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Diploma III Oleh: FARIKA MITRA YEKTI 3110801085 PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini menjelaskan mengenai pengertian yang mendasari dari perhitungan biaya produksi dan mengambil beberapa referensi yang diperoleh dari buku ilmiah, laporan penelitian

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 7 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatan perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. metode yang di teteapkan dalam perusahaan. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu Studi sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti dengan menerapkan metode Activity Based Costing dalam perhitungan di perusahan. Yang dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perkembangan Konsep Biaya Pengertian Biaya menurut pendapat beberapa ahli adalah sebagai berikut : a. Usry dan Hammer (1995:25) mendefinisikan biaya sebagai suatu nilai tukar

Lebih terperinci

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING)

PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING) PENENTUAN BIAYA PRODUK BERDASARKAN AKTIVITAS (ACTIVITY-BASED COSTING) PENDAHULUAN Activity-based costing (ABC) membebankan biaya ke produk atau jasa berdasarkan konsumsi terhadap aktivitas. Sistem ini

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Akuntansi Biaya. Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai. berikut:

BAB II BAHAN RUJUKAN Pengertian Akuntansi Biaya. Menurut Mulyadi (2009:7) mendefinisikan akuntansi biaya sebagai. berikut: BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya melengkapi manajemen menggunakan perangkat akuntansi untuk kegiatam perencanaan dan pengendalian, perbaikan mutu dan efisiensi serta membuat keputusan

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN BIAYA JASA

BAB II PENENTUAN BIAYA JASA 12 BAB II PENENTUAN BIAYA JASA 2.1. Jasa Perusahaan adalah suatu unit kegiatan yang mengelola sumber-sumber ekonomi untuk menyediakn barang dan jasa bagi masyarakat, dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan dalam menentukan harga pokok adalah biaya. Biaya mengandung dua pengertian, yaitu dalam beban

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah BAB 2 TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Akuntansi Manajemen 1. Pengertian Akuntansi Manajemen Definisi akuntansi manajemen menurut Abdul Halim (2012:5) adalah suatu kegiatan yang menjadi bagian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biaya Biaya merupakan salah satu faktor yang sangat penting yang harus mendapat perhatian dalam menentukan biaya produksi. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Dalam kegiatan perusahaan ada banyak keputusan yang harus diambil oleh manajemen untuk kelangsungan hidup perusahaan. Dalam pengambilan keputusan dibutuhkan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Secara garis besar bahwa akuntansi dapat diartikan sebagai pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan

Lebih terperinci

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA

BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TUNJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Klasifikasi Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Bastian (2006:137) Biaya adalah suatu bentuk pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan entitas.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Ada beberapa penafsiran mengenai pengertian Akuntansi Biaya seperti yang dikemukakan oleh : Menurut Mulyadi (2005:7) dalam bukunya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Akuntansi Biaya 2.1.1. Pengertian Akuntasi Biaya Secara garis besar Akuntasi berarti pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian dari transaksi-transaksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENELITIAN TERDAHULU Telah ada beberapa penelitian-penelitian terdahulu mengenai penetapan harga pokok produk dengan metode biaya yang mempunyai kaitan dengan penelitian ini.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Harga Pokok Produksi 2.1.1 Pengertian harga pokok produksi Harga pokok produksi adalah harga pokok produk yang sudah selesai dan ditransfer ke produk dalam proses pada periode

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Masiyah Kholmi dan Yuningsih biaya (cost) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Salah satu data penting yang diperlukan oleh perusahaan dalam menentukan harga pokok adalah biaya. Biaya mengandung dua pengertian, yaitu dalam beban

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR 2014 1 PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1. II.1.1. Konsep Biaya Identifikasi Biaya Definisi biaya menurut Krismiaji (2002), Cost adalah kas atau ekuivalen kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang diharapkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Activity-Based Costing Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan konsepkonsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Persaingan dunia bisnis menuju era pasar bebas, membuat perusahaan lebih berhati-hati dalam menetapkan kebijakan-kebijakan terutama dalam memasarkan produknya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Biaya Biaya merupakan salah satu komponen yang sangat penting karena biaya sangat berpengaruh dalam mendukung kemajuan suatu perusahaan dalam melaksanakan aktifitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memasukkan bagian-bagian akuntansi manajemen dan akuntansi keuangan tentang bagaimana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan yang membahas mengenai penentuan harga pokok produk. Akuntansi biaya secara khusus berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Biaya 1. Pengertian Biaya Konsep dan istilah biaya telah dikembangkan selaras dengan kebutuhan para akuntan, ekonom, dan insinyur. Para akuntan telah mendefinisikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Biaya Menjalankan suatu usaha membutuhkan biaya yang harus dikeluarkan agar perusahaan mampu terus berkualitas. Biaya sendiri merupakan hal yang sangat penting dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biaya dan Beban Istilah biaya (cost) sering digunakan dalam arti yang sama dengan istilah beban (expense). Berdasarkan teori yang ada istilah biaya (cost) dengan

Lebih terperinci

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH

BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH BAB II HARGA POKOK PRODUKSI DAN INDUSTRI KECIL MENENGAH 3.1 Biaya 3.1.1 Pengertian Biaya Biaya memiliki dua pengertian baik pengertian secara luas dan pengertian secara sempit. Dalam arti luas, biaya adalah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya Pengertian Biaya BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Menurut Mulyadi (2014:8) mendefinisikan biaya sebagai berikut: Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Biaya merupakan komponen terpenting dalam melakukan perhitungan harga pokok produksi. Setiap perusahaan yang bertujuan mencari laba (profit oriented) ataupun tidak mencari

Lebih terperinci

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA

BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA BAB II BIAYA PRODUKSI PADA CV. FILADELFIA PLASINDO SURAKARTA Manajemen dalam menjalankan tugasnya harus mempunyai keahlian serta kemampuan untuk memanfaatkan setiap faktor produksi yang ada. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki perusahaan dalam

Lebih terperinci

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS

BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS BIAYA BERDASARKAN AKTIVITAS A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan. Biaya per

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi.

BAB II LANDASAN TEORI. mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya Rayburn, L. G. yang diterjemahkan oleh Sugyarto (1999) menyatakan, Biaya mengukur pengorbanan ekonomis yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi. Untuk suatu produk,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Harga Pokok Produk. rupa sehingga memungkinkan untuk : a. Penentuan harga pokok produk secara teliti BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Harga Pokok Produk 1. Pengertian Harga Pokok Produk Tujuan akuntansi biaya adalah untuk menyediakan informasi biaya untuk kepentingan manajemen guna membantu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya memiliki peranan penting bagi manajemen perusahaan agar dapat memiliki pemahaman dalam

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA Anang Fachroji Teknik Industri-FTI-UPN Veteran Jawa Timur INTISARI Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menerapkan sistem Activity

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 7 BAB II LANDASAN TEORITIS A. Definisi Biaya Menurut Bustami dan Nurlela (2007:4) biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Penyusunan laporan akhir ini penulis menggunakan beberapa teori sebagai acuan untuk membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 5 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Biaya 2.1.1 Pengertian Biaya Biaya merupakan faktor penting dalam menentukan harga pokok, karena dalam kegiatan operasi suatu perusahaan untuk menghasilkan produk harus mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya menyediakan informasi biaya yang akan digunakan untuk membantu menetapkan harga pokok produksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi dan perubahan dunia bisnis, telah menciptakan kebutuhan akan pendekatan strategi manajemen yang baru, serta dapat memberikan informasi

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Walter T Harrison JR. (2011:03) Mulyadi (2009:5)

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Walter T Harrison JR. (2011:03) Mulyadi (2009:5) BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan salah satu pengkhususan dalam akuntansi, sama halnya dengan akuntansi keuangan, akuntansi pemerintah, akuntansi pajak, dan sebagainya.

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang

BAB IV PEMBAHASAN. manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang BAB IV PEMBAHASAN Kelancaran atau keberhasilan suatu perusahaan tergantung pada kemampuan manajemen di dalam mengambil keputusan. Manajemen memerlukan informasi yang dapat dipercaya sebagai dasar untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Pihak pihak yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangat memerlukan informasi akuntansi, untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Biaya Penentuan biaya selalu menjadi fokus utama bagi para manajer karena melalui pembebanan biaya bagi setiap item (produk maupun jasa) yang dihasilkan membantu para manajer

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Tujuan Akuntansi Biaya 2.1.1 Pengertian Akuntansi Biaya Akuntansi biaya merupakan bagian dari akuntansi keuangan dan akuntansi manajemen. Akuntansi biaya memiliki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Setiap usaha, baik usaha kecil maupun usaha besar membutuhkan informasi akuntansi yang berguna bagi pihak manajemen. Informasi akuntansi dapat

Lebih terperinci

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM Nugroho Noto Susanto, Mochammad Chaeron, Sutrisno Jurusan Teknik Industri, FTI Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional Perkembangan teknologi yang semakin pesat, mengakibatkan perubahan pola persaingan

Lebih terperinci

Pertemuan 3 Activity Based Costing

Pertemuan 3 Activity Based Costing 1 Pertemuan 3 Activity Based Costing A. Pentingnya Biaya per Unit Sistem akuntansi biaya memiliki tujuan untuk pengukuran dan pembebanan biaya sehingga biaya per unit dari suatu produk dapat ditentukan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Tradisional Pada PT. XYZ Perhitungan harga pokok produksi dalam perusahaan, khususnya perusahaan manufaktur masalah

Lebih terperinci