PENGERTIAN HUKUM. 28 Februari 2017

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGERTIAN HUKUM. 28 Februari 2017"

Transkripsi

1 28 Februari 207 UUD 945 di Pasal Ayat (3) dengan jelas menegaskan, Negara Indonesia adalah negara hukum. Ini berarti bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara yang dijalankan oleh siapapun harus tunduk dan patuh dalam aturan-aturan hukum. Ironisnya, menurut Ketua Komisi Yudisial, Suparman Marzuki, menyatakan bahwa kebanyakan masyarakat tidak percaya terhadap proses penegakan hukum. Ketidakpercayaan ini karena prinsip peradilan yang fair, mulai dari kepolisian, kejaksaan, pengadilan sampai di lembaga pemasyarakatan, dilanggar. Selain itu, prinsip independensi (Pen. tidak terikat dengan pihak manapun, mandiri, merdeka dari kepentingan tertentu) dan imparsialitas (Pen. tidak memihak, bersikap jujur atau adil, tidak bersikap diskriminatif -memandang semua pihak setara di depan hukum) juga tidak diperhatikan (Siregar, 203). Tidak heran jika kemudian banyak yang melakukan aksi main hakim sendiri. Tercatat di tahun 204, Sistem Nasional Pemantauan Kekerasan (SNPK) mengungkap, dari konflik kekerasan yang terjadi, merupakan aksi main hakim sendiri (Mulyartono, 205). Apa sebenarnya hukum itu dan bagaimana hukum dapat berkaitan dengan ekonomi akan menjadi permasalahan utama yang diungkap dalam tulisan ini. Tujuan utamanya adalah sebagai pengantar awal dalam memahami dasar-dasar hukum dan ekonomi, termasuk juga keterkaitannya. PENGERTIAN HUKUM Untuk dapat memahami pengertian hukum, maka perlu dipahami bahwa hakikat dasar manusia adalah makhluk sosial yang memiliki motif untuk mengadakan hubungan dan hidup bersama dengan orang lain, yang disebut dorongan sosial. Hubungan timbalbalik sebagai suatu tindakan atas dorongan ini kemudian disebut sebagai interaksi sosial yang akan menimbulkan reaksi dari individu lain (Sunaryo, 2004). Tentu reaksi ini tidak serta merta selalu positif. Terlebih bila dikaitkan dengan perilaku ekonomi, perilaku yang timbul sebagai tanggapan terhadap dorongan kegiatan manusia untuk memenuhi kebutuhan terhadap barang atau kebendaan, yang tidak terbatas berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, akan

2 28 Februari 207 menimbulkan masalah yang tidak mudah untuk dipecahkan. (Gilarso, 2008) Masalah-masalah inilah yang kemudian menjadi landasan terbentuknya suatu hukum. Ini tidak bisa dilepaskan dari keyakinan yang mendasari bangunan masyarakat modern itu sendiri yang sangat mengandalkan hukum sebagai pencipta stabilitas dan keadilan bagi masyarakat (Iskandar & Junaidi, 20). Kata hukum dalam Bahasa Indonesia diserap dari kata hukm dalam Bahasa Arab. Ini sepadan dengan kata law dalam Bahasa Inggris yang diperkirakan berasal dari kata lagu kemudian menjadi lag dalam Bahasa Inggris Kuno yang berarti sesuatu yang tetap. Sedangkan istilah legal yang merupakan kata sifatnya diadopsi dari legalis (Latin) yang berasal (turunan) dari lex yang juga berarti hukum. Sementara itu, dalam bahasa Jerman digunakan recht sebagai padanan dari istilah hukum. (Iskandar & Junaidi, 20). Beberapa ahli mendefinisikan pengertian hukum sebagai berikut :. Van Kan Menurut Van Kan definisi hukum ialah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat. Kemudian Van Kan berpendapat mengenai tujuan hukum adalah untuk ketertiban dan perdamaian. Dengan adanya peraturan hukum orang akan lebih memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan melindungi kepentingannya dengan tertib. Dengan demikian, akan tercapai kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat. 2. Utrecht Menurut Utrecht definisi hukum ialah himpunan peraturan (baik berupa perintah maupun larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah. 3. Wiryono Kusumo Menurut Wiryono Kusumo definisi hukum ialah keseluruhan peraturan yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tata tertib di dalam masyarakat dan terhadap pelanggarnya umumnya dikenakan sanksi. Kemudian Wiryono Kusumo berpendapat mengenai tujuan hukum adalah untuk mengadakan keselamatan, kebahagiaan dan ketertiban dalam masyarakat. (Sari & Simangunsong, 2007) Dari beragam pengertian tersebut, hukum tidaklah muncul dari sebuah kekosongan. Hukum hanya hadir ketika sebelumnya telah muncul kepentingan yang kemudian berfungsi sebagai latar belakangnya. Kenyataan ini sejalan dengan maksud awal dari peran dan hakikat yang restriktif dari hukum itu sendiri, selaku regulasi dalam kehidupan publik. (Iskandar & Junaidi, 20). Dengan demikian, segala apa saja yang menimbulkan aturan-aturan yang mempunyai kekuatan-kekuatan yang bersifat memaksa, yang dapat mengakibatkan sanksi tegas dan nyata jika melanggar, dapat menjadi sumber hukum.

3 28 Februari 207 Sumber hukum dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu:. Sumber hukum materiil, sumber hukum yang dapat ditinjau dari berbagai sudut pandang, misalnya ekonomi, sejarah, sosiologi, dan filsafat. Ini menjadikan segala peristiwa yang terjadi dalam masyarakat dapat menjadi sumber hukum, yang pada akhirnya akan sangat tergantung pada subyektivitas masingmasing. 2. Sumber hukum formal, tertulis dan tidak tertulis. Sumber hukum formal tertulis, bersumber dari: a. Undang-undang (statue) yang diadakan dan dipelihara oleh Negara Dalam arti materiil, setiap peraturan yang dikeluarkan, dilihat dari isinya, dapat mengikat secara umum. Sedangkan dalam arti formal, keputusan yang dikeluarkan oleh pemerintah yang karena bentuknya dan dilibabatkan dalam pembuatannya disebut sebagai undang-undang. b. Kebiasaan (custom), perbuatan yang tetap dilakukan berulang-ulang dalam hal yang sama kemudian diterima dan diakui oleh masyarakat. Apabila terjadi tindakan atau perbuatan yang berlawanan dengan kebiasaan tersebut, ini bisa dianggap sebagai pelanggaran. c. Keputusan Hakim (jurisprudensi), keputusan hakim terdahulu yang dijadikan dasar sebagai dasar keputusan hakim-hakim lain dalam memutuskan perkara yang sama. d. Traktat (treaty) atau perjanjian yang mengikat warga negara dari negara yang bersangkutan. Traktat juga merupakan perjanjian formal antara dua negara atau lebih. e. Pendapat Ahli (doktrin) merupakan pendapat para ilmuwan atau ahli terkemuka yang mempunyai pengaruh atau kekuasaan dalam pengambilan keputusan. 3. Sumber hukum formal yang tidak tertulis, misalnya hukum adat merupakan peraturan-peraturan tidak tertulis yang tumbuh berkembang dan dipertahankan dengan kesadaran hukum masyarakatnya. Ini bersifat tradisional dengan berpangkal pada kehendak nenek moyang. Sumber-sumber hukum di atas kemudian disusun dan ditata sedemikian rupa untuk mempermudah seseorang ketika ingin menyelesaikan suatu peristiwa hukum yang terjadi di masyarakat. Tata hukum ini kemudian disahkan oleh pemerintah saat itu. Tata hukum yang sah dan berlaku pada waktu tertentu di negara tertentu dinamakan hukum positif (ius constitutum). Tata hukum yang diharapkan berlaku pada waktu yang akan datang dinamakan ius constituendum. Ius constituendum dapat menjadi ius constitutum baru yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat yang senantiasa berkembang. (Hasim, 2007) SISTEM HUKUM Suatu sistem akan memilki unsur-unsur yang satu sama lain saling berhubungan ketergantungan dan dalam keutuhan organisasi yang teratur serta terintegrasi. Sistem hukum menurut Friedman, dikutip dari Tohir (20), mengandung tiga unsur, yaitu struktur, substansi dan budaya hukum. Ketiga komponen tersebut dalam suatu sistem hukum saling berhubungan dan saling bergantung.

4 28 Februari 207 Lebih detail Nursadi (204) menjelaskan masing-masing unsur sebagai berikut:. Unsur struktur akan menjelaskan tentang bagian-bagian sistem hukum yang berfungsi dalam suatu mekanisme kelembagaan, yaitu lembaha-lembaga pembuat undang-undang, pengadilan dan lembaga-lembaga lain yang berwenang sebagai penegak hukum. Di Indonesia, hubungan antar lembaga ini diatur dalam UUD 945 dan amandemennya. Selain yang terkait dengan kelembagaan, unsur struktur juga mencakup pembidangan hukum, yaitu pembagian pembidangan dengan hukum publik dan perdata, hukum materiil dan formal, yaitu: a. Hukum Negara ) Hukum Tata Negara materiil dan formal. 2) Hukum Administrasi Negara materiil dan formal b. Hukum Perdata ) Hukum Perdata materiil, mencakup: a) Hukum Pribadi b) Hukum Harta Kekayaan () Hukum Benda Hukum Benda Tetap atau Hukum Agraria Hukum Benda Lepas (2) Hukum Perikatan Hukum Perjanjian Hukum Penyelewengan Perdata Hukum Perikatan lainnya (3) Hukum Objek Immateriil c) Hukum Keluarga () Hukum Kekerabatan (2) Hukum Perkawinan (3) Hukum Hubungan Orang tua/wali-anak (4) Hukum Perceraian (5) Hukum Harta Perkawinan d) Hukum Waris 2) Hukum Perdata formal c. Hukum Pidana materiil dan formal d. Hukum Internasional 2. Unsur substansi berisikan hasil nyata yang diterbitkan oleh sistem hukum. Hasil ini dapat berwujud in concerto (kaidah hukum individual) dan in abstraco (kaidah hukum umum). Kaidah hukum individual hanya ditujukan pada pihak-pihak atau individu-individu tertentu saja, misalnya putusan pengadilan atas lama hukuman seseorang, keputusan (bestuur) pemerintah untuk seseorang yang diizinkan mengemudikan kendaraan bermotor untuk diberi Surat Izin Mengemudi, dan sejenisnya. Kaidah hukum umum merupakan kaidah yang bersifat abstrak karena tidak ditujukan pada individu tertentu tetapi pada siapa saja yang dikenai perumusan kaidah umum tersebut. Kaidah umum bisa dibaca pada perumusan berbagai undang-undang yang berlaku. 3. Unsur budaya hukum merupakan sikapsikap dan nilai-nilai yang dipegang oleh masyarakat. Ini berhubungan erat dengan pola pikir dan suasana batin masyakarat karena merupakan cerminan nilai yang hidup dalam masyarakat. Dari unsur-unsur di atas, kemudian terwujudlah beberapa sistem hukum yang dikenal luas, yaitu:. Sistem Eropa Kontinental Sistem ini berkembang di negara-negara eropa daratan, dikenal sebagai Civil Law. Prinsip utama yang menjadi dasar sistem ini adalah hukum memperoleh kekuatan mengikat karena diwujudkan dalam peraturan perundang-undangan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara sistematik di dalam kodifikasi atau

5 28 Februari 207 kompilasi. Nilai utama yang merupakan tujuan hukum adalah kepastian hukum. 2. Sistem Anglo Saxon Sistem ini dikenal juga dengan sebutan Anglo Amerika, mulai berkembang di Inggris abad XI dan sering disebut sebagai Common Law. Sumber hukum sistem ini ialah putusan-putusan hakim/pengadilan (judicial decisions). Selain itu, kebiasaan-kebiasaan dari peraturan perundang-undangan tertulis undang-undang dan peraturan administrasi negara diakui. Sistem ini pun memberikan peran penting kepada hakim untuk berwenang sangat luas untuk menafsirkan peraturan hukum yang berlaku dan menciptakan prinsipprinsip hukum baru yang akan menjadi pegangan bagi hakim lain dalam memutuskan perkara sejenis. Satu doktrin yang dianut dalam sistem ini the doctrine of precedent, yaitu seorang hakim harus mendasarkan putusannya pada prinsip hukum yang sudah ada dalam putusan hakim lain dari perkara sejenis sebelumnya. 3. Sistem Hukum Adat Hukum adat merupakan hukum tidak tertulis, hukum kebiasaan dengan ciri khas yang merupakan pedoman kehidupan rakyat dalam menyelenggarakan tata keadilan dan kesejahteraan masyarakat dan bersifat kekeluargaan. Ini merupakan konkritisasi dari pada kesadaran hukum masyarakat dengan struktur sosial dan kebudayaan sederhana. 4. Sistem Hukum Islam Sistem ini menganggap hukum adalah salah satu pilar utama masyarakat, karena hukum itu diperuntukkan untuk masyarakat. Dengan kata lain, hukum selalu ada dan tumbuh dari dan untuk masyarakat; tidak ada masyarakat tanpa hukum. Sumber hukum ini bersumber dari al Quran, Sunnah, Ijma, dan Qiyas. Sistem hukum nasional Indonesia, menurut Mahfud MD, adalah sistem hukum yang berlaku di seluruh Indonesia yang meliputi semua unsur hukum (seperi isi, struktur, budaya, sarana, peraturan, perundangundangan dan semua sub unsurnya) yang antara yang satu dengan yang lain saling bergantung dan bersumber dari Pembukaan dan Pasal-pasal UUD 945. (Adhayanto, 204). PENGERTIAN EKONOMI Memahami kata ekonomi sebenarnya sama halnya dengan memahami kata rumah tangga. Kata ekonomi berasal dari bahasa Yunani Kuno kata oikonomos, yang berarti sesuatu yang mengatur rumah tangga. Suatu rumah tangga akan selalu menghadapi banyak pengambilan keputusan, mulai dari pembagian tugas cuci piring, cuci baju, jemur baju, sampai pengelolaan pendapatan belanja, dan lain-lain. Demikian pula dalam ekonomi, akan menentukan cara untuk memutuskan apa yang harus diselesaikan dan siapa yang melakukannya. (Mankiw, 200) Untuk dapat lebih memahami ekonomi, Gregory N. Mankiw merumuskan 0 (sepuluh) prinsip dasar ekonomi, yaitu:. Orang selalu menghadapi pertukaran (people face trade-offs). Untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, seseorang harus merelakan sesuatu yang dimilikinya.

6 28 Februari Suatu biaya adalah apa yang diberikan untuk mendapatkannya (the cost of something is what you give up to get it). Karena seseorang melakukan pertukaran, pengambilan keputusan diperlukan untuk memperbandingkan antara biaya dan keuntungan terhadap alternatif tindakan lainnya. Misalnya, biaya kuliah bukan hanya uang kuliah (SPP), buku, atau iuran, melainkan juga pendapatan yang hilang. 3. Orang rational berpikir pada selisih (rational people think at the margin). Ahli ekonomi mengasumsikan secara umum orang bertindak rasional. Setiap keputusan yang diambil akan memperbandingkan antara selisih keuntungan atau biaya (marginal benefits and marginal cost). 4. Orang merespon adanya insentif (tambahan) (people respond to incentive). Pengambilan keputusan akan didasari pada keuntungan dan kerugian. Segalanya akan sangat mempengaruhi keputusan tersebut. Insentif (tambahan) akan memberikan perhatian, baik secara positif maupun negatif. 5. Pertukaran dapat menjadikan setiap orang merasa lebih baik (Trade can make everyone better off) Pertukaran bukanlah kompetisi olah raga dimana satu pihak menang sementara dilain pihak kalah. Pertukaran seperti halnya satu keluarga akan menukarkankan sesuatu dengan keluarga lainnya. Tidak semua keluarga membangun rumah sendiri, menjahit pakaian sendiri atau menanam makanan sendiri. Spesialisasi produk akan menguntungkan dalam proses pertukaran ini. 6. Pasar biasanya cara terbaik mengorganisir aktivitas ekonomi (markets are usually a good way to organize economuc activity) Pasar, dalam pengertian ekononomi, adalah suatu perekonomian yang mengalokasikan sumber daya melalui keputusan desentralisasi kepada banyak perusahaan dan rumah tangga agar mereka saling berinteraksi atas barang dan jasa. Harga pasar akan menggambarkan nilai jual produk ke konsumen dan biaya sumber daya yang digunakan untuk memproduksinya. Adam Smith menyebut tangan-tangan tidak terlihat (invisible hand), dimana: although individuals are motivated by self-interest, an invisible hand guides this self-interest into promoting society s economic well-being [meskipun individu dimotivasi oleh kepentingan-sendiri, tangan tidak terlihat akan memandu kepentingan-sendiri ini untuk memajukan kesejahteraan ekonomi masyarakat] 7. Pemeritah kadang-kadang dapat meningkatkan hasil pasar (government can sometimes improve market outcome) Ada dua alasan utama pemerintah dapat mengintervensi ekonomi, meningkatkan efisiensi (efficiency) dan pemerataan keadilan (equity). Efisiensi adalah hak masyarakat untuk mendapatkan keuntungan maksimal dari kelangkaan sumber daya. Keadilan adalah hak mendapatkan kesejahteraan ekonomi yang cukup (fairly) di antara anggota masyarakat. Peran pemerintah sangat penting ketika pasar sedang mengalami kegagalan (market failure). 8. Standar kehidupan sangat tergantung pada kemampuan produksi negara (the standard of living depends on a country s production) Perbedaan standar kehidupan terletak pada perbedaan produktivitas, banyaknya barang atau jasa yang diproduksi setiap jam dalam jam kerja. Produktivitas yang tinggi akan berdampak pada standar kehidupan

7 28 Februari 207 yang tinggi Untuk meningkatkan standar kehidupan, pembuat kebijakan harus meningkatkan produktivitas dengan memastikan pekerja mendapat pendidikan yang baik, memiliki alat yang dibutuhkan dan memiliki akses teknologi terbaik yang ada. 9. Harga naik ketika pemerintah mencetak uang terlalu banyak (prices rise when the government prints too much money) Ketika pemerintah banyak mencetak uang, maka nilai uang itu akan jatuh. 0. Masyarakat akan menghadapi dampak jangka pendek dalam pertukaran ketika terjadi inflasi dan pengangguran (society faces a short-run trade off between inflation and unemployment) Kebanyakan ahli ekonomi percaya dampak jangka pendek kebijakan moneter adalah menurunkan pengangguran dan menaikkan harga. Ketika pemerintah menambah sejumlah uang dalam ekonomi akan menstimulasi pengeluaran dan meningkatkan permintaan barang dan jasa. Ketika permintaan meningkat, perusahaan produsen akan menaikkan harga. Namun di sisi lain, perusahaan akan berusaha meningkatkan kuantitas penawaran dengan menambah jumlah tenaga kerja yang akan memproduksi barang atau jasa tersebut. Ini berarti kemudian menurunkan tingkat pengangguran. Dampak jangka pendek atas inflasi dan tingkat pengangguran ini merupakan kunci utama dalam melakukan analisis siklus usaha, fluktuasi dalam aktivitas eknonomi. (wikiversity, 207) Namun demikian, pembahasan tentang ekonomi, terutama terkait ekonomi mikro, yang menekankan pada rumah tangga dan perusahaan tidak terlalu diutamakan. Kebanyakan ahli ekonomi saat ini lebih menekankan perilaku pasar (market behavior) terhadap keseluruhan perusahaan dan rumah tangga (aggregations of firms and households). Meskipun penting untuk mengenal rumah tangga dan perusahaan sebagai satuan tetapi lebih diutamakan dalam memahami respon menyeluruh atas perubahan parameter ekonomi dasar, seperti tarif pajak, masa tarif, teknologi atau pengawasan persaingan industri. Selain itu, ekonomi saat ini lebih ditekankan pada ekonomi positif (positive economics) dari perilaku pasar dan ekonomi itu sendiri. Sebagai contoh, apa yang terjadi terhadap tenaga kerja ketika pemerintah memutuskan ketentuan upah minimum. (Becker, 2007) Ilustrasi Perbedaan pola pikir tentang upah antara pemberi kerja dan pekerja Sumber:

8 28 Februari 207 HUKUM DALAM EKONOMI Literatur hukum sebelumnya tidak mengenal istilah Hukum Ekonomi. Ilmu hukum mengenal istilah hukum ekonomi justru berasal dari kalangan ahli ekonomi. Istilah ini berkembang setelah Ronald Coase (960) menerbitkan artikel yang berjudul The Problem of Social Cost. Coase berpendapat bahwa, dari perspektif ekonomi, tujuan dari sistem hukum harus mengarah pada pencapaian efisiensi ekonomi. Selanjutnya diikuti Guido Calabresi (96) dengan menerbitkan artikel berjudul Some Thoughts on Risk Distribution and Law the Torts. Guido Calabresi diakui sebagai Bapak Pendiri Hukum dan Ekonomi yang meletakkan dasardasar analisis ekonomi terhadap hukum ganti rugi. Adalah Richard A. Posner (970) yang kemudian memperkenalkan konsep The Economic Analysis of Law, yang menjadikan hukum ekonomi semakin diminati dan menjadi kajian yang lebih sistematis (Irawan, 203). Seperti yang telah diuraikan pada bagian awal bahwa perilaku ekonomi manusia secara individu yang akan terus berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, akan saling berinteraksi sosial dengan manusia lainnya. Ini tentu menimbulkan masalah yang tidak mudah dipecahkan. Keberadaan hukum ekonomi menjadi faktor penting karena aturan hukum akan menjadi aturan perilaku agar tidak menyimpang. Ini menunjukkan bahwa hukum dan ekonomi tidak dapat dipisahkan satu sama lain, sebagaimana Adam Smitm menyatakan, the end of justice is the secure from injury [tujuan keadilan adalah untuk melindungi dari kerugian]. (Harjono, 20) Rochmat Soemitro, sebagaimana dikutip dari Sari & Simangunsong (2007), mendefinisikan bahwa hukum ekonomi ialah sebagian dari keseluruhan norma yang dibuat oleh pemerintah atau penguasa sebagai satu personifikasi dari masyarakat yang mengatur kehidupan kepentingan ekonomi masyarakat yang berhadapan. Norma adalah aturan, ketentuan, tatanan atau kaidah yang dipakai sebagai panduan, pengendali tingkah laku (pemerintah dan masyarakat) atau sebagai tolak ukur untuk menilai atau memperbandingkan sesuatu. (Hariningsih, 20) Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa pembahasan hukum ekonomi tidaklah terbatas pada Hukum Administrasi Negara saja tetapi juga mengatur hal-hal yang termasuk substansi Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Dagang, Hukum Perdata Internasional, bahkan juga Hukum Acara Perdata dan Pidana (Hartono, 2003). DAFTAR BACAAN Adhayanto, Oksep. Perkembangan Sistem Hukum Nasional. Jurnal Ilmu Hukum Volume 4 No. 2 Februari-Juli 204 hal Becker, Gary Stanley (2007). Economics Theory. New Jersey: Transaction Publisher. ISBN Gilarso, T. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Cetakan ke-5. Yogyakarta: Penerbit Kanisius ISBN

9 28 Februari 207 Hariningsih, Sri (20). Perumusan Norma dalam Peraturan Perundang-undangan. < kemenkumham.go.id/files/doc/944_perumus%20norma%20dalam%20peraturan%20perunda ng-undangan.pdf> diakses 2 Februari 207, WITA Harjono, Dhaniswara K. Konsep Pembangunan Hukum dan Perannya Terhadap Sistem Ekonomi Pasar. Jurnal Hukum No. 4 Vol. 8 Oktober 20 hal Hartono, Sunaryati (2003). Upaya Menyusun Hukum Ekonomi Indonesia Pasca Tahun Makalah Seminar Pembangunan Nasional VIII, Denpasar 4-8 Juli < pdf/bali-seminar/upaya%20menyusun%20hukum%20ekonomi%20indonesia%20-%20 sunaryati%20hartono.pdf> diakses 2 Februari 207, WITA Irawan, Candra (203). Dasar-dasar Pemikirian Hukum Ekonomi Indonesia. Cetakan. Bandung: Penerbit Mandar Maju ISBN Iskandar, Pranoto dan Junaidi, Iskandar (20). Memahami Hukum di Indonesia, Sebuah Korelasi antara Politik, Filsafat dan Globalisasi. Cianjur: IMR Press. ISBN Mankiw, N. Gregory. (200). Principles of Economics. Edisi Keenam. South-Western, Cangage Learning ISBN Mulyartono, Siswo. Main Hakim Sendiri. 3 Maret 205, WIB. < diakses 8 Februari 207, 6.22 WITA Nursadi, Harsanto (204). Sistem Hukum Indonesia. Edisi. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka ISBN Purba, Hasim (2007). Pengantar Ilmu Hukum Indonesia. Universitas Sumatera Utara Fakultas Hukum Sari, Elsi Kartika dan Simangunsong, Advendi (2007). Hukum dalam Ekonomi. Jakarta: Penerbit Grasindo ISBN Siregar, Zulhidayat. Indonesia Negara Hukum, tapi masyarakat tidak percaya proses penegakan hukum November 203, WIB. < /23/34332/Indonesia-Negara-Hukum,-Tapi-Masyarakat-Tidak-Percaya-Proses-Penegakan- Hukum-> diakses 8 Februari 207, 5.30 WITA Sunaryo (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Cetakan I. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC ISBN Tohir, Toto. Rekonstruksi Budaya Hukum Nasional yang Berbasis Nilai-nilai Budaya Hukum Bangsa Indonesia. Jurnal Syiar Hukum Fakultas Hukum Universitas Islam Bandung Volume XIII No. Maret 20 hal wikiversity.org. 0 Principles of Economics. < wiki/0_principles_of_economics> diakses 2 Februari 207, 2.37 WITA

TEN PRINCIPLES OF ECONOMICS

TEN PRINCIPLES OF ECONOMICS 1 TEN PRINCIPLES OF ECONOMICS (disarikan dari Gregory N. Mankiw, Principle of Economics, Bab 1) Apa Ekonomi itu? 2 Ekonomi adalah masalah pengelolaan rumah tangga (household) Dalam household, terdapat

Lebih terperinci

Sistem Hukum. Nur Rois, S.H.,M.H.

Sistem Hukum. Nur Rois, S.H.,M.H. Sistem Hukum Nur Rois, S.H.,M.H. Prof. Subekti sistem hukum adalah susunan atau tatanan yang teratur, suatu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang teratur,terkait, tersusun dalam suatu pola,

Lebih terperinci

Ten Principles of Economics

Ten Principles of Economics CHAPTER 2 Ten Principles of Economics By N. GREGORY MANKIW Slides prepared by Navik Istikomah Education University of Indonesia Copyright 2006 by Lab. Ekop, Inc. All rights reserved. Requests for permission

Lebih terperinci

II. Istilah Hukum Perdata

II. Istilah Hukum Perdata I. Pembidangan Hukum Privat Hukum Hukum Publik II. Istilah Hukum Perdata = Hukum Sipil >< Militer (Hukum Privat Materil) Lazim dipergunakan istilah Hukum Perdata Prof.Soebekti pokok-pokok Hukum Perdata

Lebih terperinci

PERBANDINGAN HUKUM PERDATA 4 SISTEM HUKUM DI DUNIA. Oleh : Diah Pawestri Maharani, SH MH

PERBANDINGAN HUKUM PERDATA 4 SISTEM HUKUM DI DUNIA. Oleh : Diah Pawestri Maharani, SH MH PERBANDINGAN HUKUM PERDATA 4 SISTEM HUKUM DI DUNIA Oleh : Diah Pawestri Maharani, SH MH SISTEM HUKUM ANGLO SAXON/COMMON LAW Common Law atauanglo Saxon (Anglo Amerika) Sistem hukum Anglo Saxon, Anglo Amerika,

Lebih terperinci

HUKUM DAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA

HUKUM DAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA HUKUM DAN SISTEM HUKUM DI INDONESIA PENGERTIAN HUKUM E. UTRECHT : Hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup yang berisi perintahperintah dan larangan-larangan yang mengatur tata tertib dalam suatu

Lebih terperinci

PENGERTIAN HUKUM DAN HUKUM EKONOMI ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM.

PENGERTIAN HUKUM DAN HUKUM EKONOMI ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM. PENGERTIAN HUKUM DAN HUKUM EKONOMI ASPEK HUKUM DALAM EKONOMI, ANISAH SE.,MM. 1 PENGERTIAN HUKUM Menurut Prof. Mr. Dr L.J Van Apeldoorn Tidak mungkin memberikan definisi tentang apa yang dimaksud dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Advendi Simangunsong, Elsi Kartika Sari, Hukum Dalam Ekonomi, Jakarta, PT Gramedia Widiasrana Indonesia. halaman 2.

BAB I. PENDAHULUAN. Advendi Simangunsong, Elsi Kartika Sari, Hukum Dalam Ekonomi, Jakarta, PT Gramedia Widiasrana Indonesia. halaman 2. BAB I. PENDAHULUAN Sebelum kita mempelajari mengenai Hukum, ada baiknya kalau kita melihat terlebih dahulu aturan atau norma-norma yang ada disekitar kita/masyarakat. Sebagai subyek hukum dimasyarakat

Lebih terperinci

PraktikumPengantar Ekonomi Pertanian Sepeluh Prinsip Ekonomi

PraktikumPengantar Ekonomi Pertanian Sepeluh Prinsip Ekonomi PraktikumPengantar Ekonomi Pertanian Sepeluh Prinsip Ekonomi MODUL A. Uraian Materi B. Tujuan Praktikum C. Pelaksanaan Praktikum D. Laporan Praktikum (Lembar Kerja) A. Uraian Materi Dalam mempelajari ilmu

Lebih terperinci

A.Latar Belakang Masalah

A.Latar Belakang Masalah A.Latar Belakang Masalah Setiap manusia hidup mempunyai kepentingan. Guna terpenuhinya kepentingan tersebut maka diperlukan adanya interaksi sosial. Atas interaksi sosial tersebut akan muncul hak dan kewajiban

Lebih terperinci

HUKUM PERBANKAN INDONESIA

HUKUM PERBANKAN INDONESIA HUKUM PERBANKAN INDONESIA Oleh: Irdanuraprida Idris HUKUM Dalam Pandangan Masyarakat Ketika seseorang berhadapan dengan Hukum pada saat kondisi sedang normal, orang cenderung berpandangan bahwa Hukum adalah

Lebih terperinci

BAB II EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO

BAB II EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO BAB II EKONOMI MIKRO DAN EKONOMI MAKRO 2.1. Masalah Ekonomi Ada dua hal dalam hal ini yang perlu dibahas yaitu apa itu ilmu ekonomi dan apa itu ekonomi mikro dan ekonomi makro. Ilmu ekonomi dapat dipandang

Lebih terperinci

Materi 2 Ekonomi Mikro

Materi 2 Ekonomi Mikro Materi 2 Ekonomi Mikro Hubungan Pelaku Ekonomi Dalam Perekonomian Abstract Hubungan pelaku ekonomi dalam perekonomian dengan mempelajari sumberdaya aktivitas ekonomi yang saling berkaitan dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB 2 Ilmu Ekonomi Makro

BAB 2 Ilmu Ekonomi Makro BAB 2 Ilmu Ekonomi Makro Satuan Acara Perkuliahan 2 Tujuan kegiatan belajar ini adalah untuk membahas : Akar Ilmu Ekonomi Makro Definisi Ekonomi Makro Perbedaan ekonomi makro dan ekonomi mikro Permasalahan

Lebih terperinci

SISTEM HUKUM MAKALAH

SISTEM HUKUM MAKALAH SISTEM HUKUM MAKALAH Dibuat untuk Melengkapi Tugas Mata Kuliah Pengantar Hukum Indonesia di Bawah Bimbingan Dosen Bpk. FAUZUL ALIWARMAN, SHI., M.Hum. Ibu MAS ANIENDA TF, SH., MH. Oleh : KELOMPOK 3 KELAS

Lebih terperinci

Terciptanya keadilan. Terciptanya tata tertib. Memberikan suasana aman, damai, dan sejahtera

Terciptanya keadilan. Terciptanya tata tertib. Memberikan suasana aman, damai, dan sejahtera DEFINISI, TUJUAN, DAN ASPEK LAIN DARI HUKUM EKONOMI Definisi Hukum Hukum secara umum dapat diartikan sebagai keseluruhan norma yang oleh penguasa negara atau penguasa masyarakat yang berwenang menetapkan

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU HUKUM. Henry Anggoro Djohan

PENGANTAR ILMU HUKUM. Henry Anggoro Djohan PENGANTAR ILMU HUKUM Henry Anggoro Djohan Mengatur hubungan antara manusia secara perorangan dengan suatu masyarakat sebagai kelompok manusia. Beberapa definisi hukum dari sarjana hukum 1. E. Utrech memberikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan lembaga penegak hukum. Dalam hal ini pengembangan pendekatan terhadap

I. PENDAHULUAN. dan lembaga penegak hukum. Dalam hal ini pengembangan pendekatan terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap sistem hukum menunjukan empat unsur dasar, yaitu : pranata peraturan, proses penyelenggaraan hukum, prosedur pemberian keputusan oleh pengadilan dan lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci

SEB E U B A U H H MAT A A T KULIAH

SEB E U B A U H H MAT A A T KULIAH SEBUAH MATA KULIAH PENGANTAR PENGANTAR HUKUM INDONESIA Pengantar Hukum Indonesia HUKUM SEBAGAI PRANATA SOSIAL sistem norma yang bertujuan untuk mengatur tindakan maupun kegiatan masyarakat untuk memenuhi

Lebih terperinci

Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia

Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia Penyelenggaraan otonomi daerah yang kurang dapat dipahami dalam hal pembagian kewenangan antara urusan Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN POLITEKNIK KEUANGAN NEGARA STAN JALAN BINTARO UTAMA SEKTOR V, BINTARO JAYA - TANGERANG SELATAN 15222 TELEPON (021) 7361654-58

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Hukum Materi Sumber Hukum. Disampaikan oleh : Fully Handayani Ridwan

Pengantar Ilmu Hukum Materi Sumber Hukum. Disampaikan oleh : Fully Handayani Ridwan Pengantar Ilmu Hukum Materi Sumber Hukum Disampaikan oleh : Fully Handayani Ridwan Sebelum membahas Sumber-sumber hukum, ada baiknya perlu memahami bahwa ada tiga dasar kekuatan berlakunya hukum (peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (3) merumuskan bahwa, Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara

Lebih terperinci

PENGGOLONGAN HUKUM. Nama anggota : Mega Aditya Lavinda (19) Megantoro Prasetyo W (20) Mitsaqan Ghalizha (21) Ahmad hafiyyan (03)

PENGGOLONGAN HUKUM. Nama anggota : Mega Aditya Lavinda (19) Megantoro Prasetyo W (20) Mitsaqan Ghalizha (21) Ahmad hafiyyan (03) PENGGOLONGAN HUKUM Nama anggota : Mega Aditya Lavinda (19) Megantoro Prasetyo W (20) Mitsaqan Ghalizha (21) Ahmad hafiyyan (03) Penggolongan Hukum Hukum menurut bentuknya. Hukum menurut tempat berlakunya.

Lebih terperinci

BAHAN KULIAH SISTEM HUKUM INDONESIA MATCH DAY 13 PENEGAKAN HUKUM (BAGIAN 2)

BAHAN KULIAH SISTEM HUKUM INDONESIA MATCH DAY 13 PENEGAKAN HUKUM (BAGIAN 2) BAHAN KULIAH SISTEM HUKUM INDONESIA MATCH DAY 13 PENEGAKAN HUKUM (BAGIAN 2) B. Lembaga/Pihak Dalam Penegakan Hukum Lembaga atau pihak apa saja yang terkait dengan upaya penegakan hukum? dan apa tugas dan

Lebih terperinci

Daftar Pustaka. Glosarium

Daftar Pustaka. Glosarium Glosarium Daftar Pustaka Glosarium Deklarasi pembela HAM. Pernyataan Majlis Umum PBB yang menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak secara sen-diri sendiri maupun bersama sama untuk ikut serta dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan hubungan cinta, kasih sayang dan kesenangan. Sarana bagi terciptanya kerukunan dan kebahagiaan. Tujuan ikatan perkawinan adalah untuk dapat membentuk

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-1 Hakikat Perlindungan dan Penegakkan Hukum

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-1 Hakikat Perlindungan dan Penegakkan Hukum PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-1 Hakikat Perlindungan dan Penegakkan Hukum MAKNA KATA HUKUM Asal-usul hukum, kata hukum berasal dari bahasan Arab hukmun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Bahwa hal ini

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Bahwa hal ini BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Negara Indonesia adalah negara hukum. Sebuah deklarasi bahwa negara ini berdiri dan berjalan berdasar pada ketentuan hukum. Pada Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 tersebut sekaligus

Lebih terperinci

Hukum, Negara dan Pemerintahan

Hukum, Negara dan Pemerintahan Hukum, Negara dan Pemerintahan Hukum Hukum peraturan yang memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat yang di buat oleh badan resmi yang berwajib, apabila melakukan pelanggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial dan makhluk politik (zoonpoliticon). Sebagai makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan sesamanya, dan sebagai makhluk politik

Lebih terperinci

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di

PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA. Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan hukum Islam di PELEMBAGAAN HUKUM ISLAM DI INDONESIA Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. I Hukum Islam telah ada dan berkembang seiring dengan keberadaan Islam itu sendiri. Jadi, hukum Islam mulai ada sejak Islam ada. Keberadaan

Lebih terperinci

C. HUKUM MENURUT TEMPAT BERLAKUNYA

C. HUKUM MENURUT TEMPAT BERLAKUNYA Penggolongan Hukum Menurut Drs. C.S.T. Kansil, S.H hukum digolongkan menurut sumber, bentuk, tempat berlakunya, waktu berlakunya, cara mempertahankan, sifatnya, wujudnya, dan isinya. Pembagian hukum dalam

Lebih terperinci

Pengantar Teori Ekonomi dan Moneter

Pengantar Teori Ekonomi dan Moneter Pengantar Teori Ekonomi dan Moneter Pengantarn Teori Ekonomi Kebutuhan manusia tidak terbatas Sumber daya terbatas Teori Ekonomi Alokasi sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas

Lebih terperinci

Civil Law adalah sistem hukum yang banyak dianut oleh negara-negara Eropa

Civil Law adalah sistem hukum yang banyak dianut oleh negara-negara Eropa BAHAN KULIAH SISTEM HUKUM INDONESIA Match Day 2 SISTEM HUKUM DI DUNIA Pada dasarnya sistem hukum yang ada di dunia ini sangat beragam macamnya, setiap sistem hukum memiliki karakter khas dan penganutnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara Hukum. Maka guna mempertegas prinsip Negara Hukum, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagaimana tercantum pada Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan secara tegas bahwa Indonesia merupakan Negara Hukum. Maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD 1945, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945, sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 27 ayat (1) UUD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. negara hukum. Negara hukum merupakan dasar Negara dan pandangan. semua tertib hukum yang berlaku di Negara Indonesia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia dikenal sebagai Negara Hukum. Hal ini ditegaskan pula dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (3) yaitu Negara Indonesia adalah negara hukum. Negara hukum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Page 14 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa Negara Indonesia merupakan negara yang berdasarkan atas hukum. Itu berarti bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Modul ke: KONSTITUSI DAN RULE OF LAW Fakultas TEKNIK Martolis, MT Program Studi Teknik Mesin Tujuan Instruksional Khusus 1. Menyebutkan definisi dan pengertian rule of law 2.

Lebih terperinci

Warganegara dan Negara

Warganegara dan Negara Warganegara dan Negara 5 Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa dapat mengetahui dan menghargai kedudukan dan peranan setip warganegara dalam negara hukum indonesia Tujuan Instruksional Khusus 1. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA. A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA. A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP 29 BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PELAYARAN DI INDONESIA A. Pengaturan Tindak Pidana Pelayaran Di Dalam KUHP Indonesia merupakan negara maritim terbesar di dunia, yang mana hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ekonomis) hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian

BAB I PENDAHULUAN. (ekonomis) hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan undian dengan hadiah yang memiliki nilai materil (ekonomis) hingga ratusan juta rupiah menjadi semakin marak. Undian-undian berhadiah ini umumnya

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP. KEBIJAKAN HARGA Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2 Julian Adam Ridjal, SP., MP. Disampaikan pada Kuliah Kebijakan dan Peraturan Bidang Pertanian EMPAT KOMPONEN KERANGKA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Negara Republik Indonesia adalah negara yang berazazkan Pancasila dengan beragam kebudayaan yang ada. Dengan sistem sosial kebudayan Indonesia sebagai totalitas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

MASALAH-MASALAH DASAR DALAM ORGANISASI EKONOMI BAB 3. 1 Chapter 3 Masalah Dasar Organisasi Ekonomi Navik Istikomah

MASALAH-MASALAH DASAR DALAM ORGANISASI EKONOMI BAB 3. 1 Chapter 3 Masalah Dasar Organisasi Ekonomi Navik Istikomah MASALAH-MASALAH DASAR DALAM ORGANISASI EKONOMI BAB 3 1 Tiga Masalah Pokok Organisasi Ekonomi 1. Komoditi apa (what) yang harus diproduksi, dan berapa? Karena sumber daya bersifat langka atau terbatas (konsep

Lebih terperinci

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk

No Petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia atau Penyidik Pegawai Negeri Sipil di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan maupun secara berk TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5346 TRANSPORTASI. Kendaraan Bermotor. Pelanggaran. Pemeriksaan. Tata Cara. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 187) PENJELASAN ATAS PERATURAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

12/13/2009 HUKUM EKONOMI DEFINISI ILMU EKONOMI HUKUM EKONOMI 2 MASALAH DALAM MATA KULIAH HUKUM EKONOMI POKOK POKOK PIKIRAN DARI DEFINISI EKONOMI

12/13/2009 HUKUM EKONOMI DEFINISI ILMU EKONOMI HUKUM EKONOMI 2 MASALAH DALAM MATA KULIAH HUKUM EKONOMI POKOK POKOK PIKIRAN DARI DEFINISI EKONOMI HUKUM 2 MASALAH DALAM MATA KULIAH HUKUM OLEH: SITI HAMIDAH, SH, MM 1. JUSTIFIKASI EKSISTENSI HUKUM 2. BIDANG-BIDANG HUKUM 1 2 DEFINISI ILMU STUDI TENTANG KEKAYAAN STUDI TENTANG MANUSIA DALAM KEGIATAN HIDUP

Lebih terperinci

PENGERTIAN PAJAK FUNGSI PAJAK

PENGERTIAN PAJAK FUNGSI PAJAK PENGERTIAN PAJAK Negara sebagai suatu organisasi besar tentunya memiliki tujuan berkesinambungan, terutama terkait dengan pembangunan yang berujung pada kesejahteraan rakyatnya. Untuk itu tentu membutuhkan

Lebih terperinci

MAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL. Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si

MAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL. Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si INTERMEDIATE HUMAN RIGHTS TRAINING BAGI DOSEN HUKUM DAN HAM Hotel Novotel Balikpapan, 6-8 November 2012 MAKALAH AKSES KE KEADILAN: MENDISKUSIKAN PERAN KOMISI YUDISAL Oleh: Dr. Suparman Marzuki, S.H., M.Si

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro

Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: Pengantar Ekonomi Mikro 01 Fakultas EKONOMI & BISNIS Syafril Yurisno, SE, MM Program Studi Manajemen Definisi Ilmu Ekonomi & Prinsip Ekonomi Ilmu Ekonomi Salah satu bidang ilmu pengetahuan Bermula

Lebih terperinci

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BALIKPAPAN, Menimbang

Lebih terperinci

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan Sumber: ibnulkhattab.blogspot.com Gambar 4.3 Masyarakat yang sedang Melakukan Kegiatan Musyawarah untuk Menentukan Suatu Peraturan. 2. Macam-Macam Norma a. Norma Kesusilaan Ketika seseorang akan berbohong,

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM. Oleh: H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si

PENEGAKAN HUKUM. Oleh: H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si PENEGAKAN HUKUM Oleh: H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si PENDAHULUAN Masalah penegakan hukum adalah merupakan suatu persoalan yang dihadapi oleh setiap masyarakat. Walaupun kemudian setiap masyarakat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis kelamin yang berlainan, seorang laki-laki dan seorang perempuan, ada daya saling tarik menarik satu sama

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Pertemuan 2 Bisnis dan Etika dalam Dunia Modern

Pertemuan 2 Bisnis dan Etika dalam Dunia Modern Pertemuan 2 Bisnis dan Etika dalam Dunia Modern Tiga Aspek Pokok dari Bisnis 1. Sudut Pandang Ekonomis 2. Sudut Pandang Moral 3. Sudut Pandang Hukum Sudut Pandang Ekonomis Bisnis adalah kegiatan ekonomis

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 30 menit)

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 30 menit) Langkah untuk mendapatkan kunci jawaban dan pembahasan download di Ferry Andriyanto, S. Pd. 1. Untuk membiayai kebutuhan pemerintah local tanpa campurtangan pusat, pemerintah kolonial membentuk a. Algemeene

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah negara hukum pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kedamaian hidup bersama, yang merupakan keserasian antara ketertiban dengan ketentraman.

Lebih terperinci

HUKUM EKONOMI DALAM SISTEM HUKUM 1

HUKUM EKONOMI DALAM SISTEM HUKUM 1 2 CARA DALAM MEMPERMUDAH MEMAHAMI LEVEL KOMPETENSI III: DALAM SISTEM 1 MEMAHAMI UNSUR MEMAHAMI PEMBIDANGAN SUMBER: MATERIEL FORMIL BENTUK: TERTULIS TIDAK TERTULIS FUNGSI MEMPERTAHANKAN: MATERIEL (SUBSTANSI)

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. seluruh bangsa di negeri ini. Sebagai lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara

I. PENDAHULUAN. seluruh bangsa di negeri ini. Sebagai lembaga pemerintah yang melaksanakan kekuasaan negara I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Kejaksaan Republik Indonesia sebagai lembaga penuntutan tertinggi di bidang hukum mempunyai peran utama dalam penegakan supremasi hukum dan mewujudkan keadilan bagi seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perubahan tersebut ditegaskan bahwa ketentuan badan-badan lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini rasanya cukup relevan untuk membicarakan masalah polisi dan perubahan sosial, tidak hanya perubahan-perubahan yang berlangsung dengan intensif ditingkat

Lebih terperinci

Kontrak: Pendekatan-pendekatan Hukum Perdata dan Common Law

Kontrak: Pendekatan-pendekatan Hukum Perdata dan Common Law Kontrak: Pendekatan-pendekatan Hukum Perdata dan Common Law Sistem Common Law: Kebanyakan negara-negara yang dulunya di bawah pemerintahan Kolonial Inggris manganut sistem hukum kasus (common law) Inggris.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai Negara berkembang dapat diidentifikasikan dari tingkat pertumbuhan ekonominya. Pertumbuhan ekonomi Indonesia terbaru diukur berdasarkan besaran

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.61, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA IPTEK. Keinsinyuran. Profesi. Penyelenggaraan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5520) UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2000 TENTANG PENYELENGGARAAN JASA KONSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa jasa konstruksi mempunyai peran strategis dalam pembangunan

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G Kembali P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI

Lebih terperinci

KUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT

KUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT KUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT 1. Menurut pendapat anda, apa yang dimaksud dengan : a. Adat : aturan, norma dan hukum, kebiasaan yang lazim dalam kehidupan suatu masyarakat. Adat ini dijadikan acuan

Lebih terperinci

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 74/PUU-IX/2011 Tentang Pemberlakuan Sanksi Pidana Pada Pelaku Usaha

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 74/PUU-IX/2011 Tentang Pemberlakuan Sanksi Pidana Pada Pelaku Usaha RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 74/PUU-IX/2011 Tentang Pemberlakuan Sanksi Pidana Pada Pelaku Usaha I. PEMOHON Organisasi Advokat Indonesia (OAI) yang diwakili oleh Virza Roy

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G

P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2000 T E N T A N G PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 TENTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Lebih terperinci

SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSIAL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR. www.kas.de

SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSIAL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR. www.kas.de SYARAT-SYARAT KEBERHASILAN TATANAN SOSIAL GLOBAL DAN EKONOMI BERORIENTASI PASAR www.kas.de DAFTAR ISI 3 MUKADIMAH 3 KAIDAH- KAIDAH POKOK 1. Kerangka hukum...3 2. Kepemilikan properti dan lapangan kerja...3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan,

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan potensi dan perannya untuk mewujudkan keamanan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai peran strategis dalam mendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan

Lebih terperinci

KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA

KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA KODE ETIK PENYELENGGARA NEGARA SEBAGAI UPAYA PENEGAKAN ETIKA BAGI PENYELENGGARA NEGARA Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 01 November 2014; disetujui: 01 Desember 2014 Terselenggaranya tata pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempermudah proses transaksi jual beli. Harga juga berpengaruh dalam

BAB I PENDAHULUAN. mempermudah proses transaksi jual beli. Harga juga berpengaruh dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jual beli pada dasarnya merupakan kegiatan yang terdapat penentuan harga. Hal tersebut dilakukan untuk memberikan nilai nominal yang dihitung dengan jumlah satuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun antar negara, sudah sedemikian terasa ketatnya. 3

BAB I PENDAHULUAN. maupun antar negara, sudah sedemikian terasa ketatnya. 3 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi dan pasar bebas belum berjalan sepenuhnya. Akan tetapi aroma persaingan antar perusahaan barang maupun jasa, baik di dalam negeri maupun antar negara,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKKAN HUKUM DAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKKAN HUKUM DAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR BAB II TINJAUAN UMUM PENEGAKKAN HUKUM DAN PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR 2.1 Pengertian penegakan hukum. Mengenai pengertian dari penegakan hukum menunjuk pada batasan pengertian dari para sarjana. Identifikasi

Lebih terperinci

KODE ETIK PEDOMAN PERILAKU HAKIM. Oleh: Suparman Marzuki

KODE ETIK PEDOMAN PERILAKU HAKIM. Oleh: Suparman Marzuki KODE ETIK PEDOMAN PERILAKU HAKIM Oleh: Suparman Marzuki Visi Misi Kemanusian Hakim Visi misi kemanusian hakim seharusnya dibingkai dengan pemahaman dan kesadaran komprehensif dalam empat hal. Pertama,

Lebih terperinci

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL 1. Bentuk dan Fungsi Lembaga Sosial Pada dasarnya, fungsi lembaga sosial dalam masyarakat beraneka macam berdasarkan jenis-jenis lembaganya. Oleh karena itu, kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 adalah badan usaha

Lebih terperinci

PERSPEKTIF DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF

PERSPEKTIF DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF PERSPEKTIF DAN PERAN MASYARAKAT DALAM PELAKSANAAN PIDANA ALTERNATIF M. ALI ARANOVAL SEMINAR NASIONAL PEMBIMBINGAN KEMASYARAKATAN DAN ALTERNATIVE PEMIDANAAN IPKEMINDO - 19 APRIL 2018 CENTER FOR DETENTION

Lebih terperinci

BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF

BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF Oleh Kelompok 3 : Tondy Nugroho 153112350750001 Umayah Arindah 153112350750002 Mario Risdantino M. 153112350750005 Ketua Kelompok Tri Nadyagatari 153112350750006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum,

BAB I PENDAHULUAN. Barat, sistem Hukum Adat dan sistem Hukum Islam. 1 Sebagai sistem hukum, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hukum waris di Indonesia, selama ini diwarnai oleh tiga sistem hukum waris. Ketiga sistem hukum waris itu adalah, sistem Hukum Barat, sistem Hukum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara yang berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara yang berdasarkan atas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara Hukum, hal ini ditegaskan pada Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar 1945. 1 Negara yang berdasarkan atas hukum berarti segala

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepatuhan hukum masyarakat merupakan salah satu bagian dari budaya hukum, dalam budaya hukum dapat dilihat dari tradisi perilaku masyarakat kesehariannya yang sejalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka

BAB I PENDAHULUAN. merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam penjelasan UUD 1945 dijelaskan bahwa Negara Indonesia merupakan Negara yang berlandaskan atas dasar hukum ( Recht Staat ), maka Negara Indonesia sebagai

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

POKOK-POKOK HUKUM PERDATA

POKOK-POKOK HUKUM PERDATA POKOK-POKOK HUKUM PERDATA 1 m.k. hukum perdata 2 m.k. hukum perdata 3 m.k. hukum perdata 4 m.k. hukum perdata 5 PERBEDAAN COMMON LAW/ANGLO SAXON CIVIL LAW/EROPA KONT SISTEM PERATURAN 1. Didominasi oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan ketentuan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (selanjutnya disebut UUDNRI Tahun 1945), Negara Indonesia ialah

Lebih terperinci

PEMBINAAN HUKUM NASIONAL

PEMBINAAN HUKUM NASIONAL PEMBINAAN HUKUM NASIONAL Disajikan dalam Pra Perkuliahan Program Strata Dua (S2) Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Tahun Akademik 2007/2008

Lebih terperinci

Sistem Hukum dan Peradilan Nasional

Sistem Hukum dan Peradilan Nasional Sistem Hukum dan Peradilan Nasional 1. Pengertian Sistem Hukum Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.

Lebih terperinci

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 1FEB. Konsep Ilmu Ekonomi. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen

Pengantar Ekonomi Mikro. Modul ke: 1FEB. Konsep Ilmu Ekonomi. Fakultas. Febrina Mahliza, SE, M.Si. Program Studi Manajemen Pengantar Ekonomi Mikro Modul ke: Konsep Ilmu Ekonomi Fakultas 1FEB Febrina Mahliza, SE, M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Definisi Kegiatan ekonomi merupakan kegiatan individu/perusahaan/masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum.

BAB I PENDAHULUAN. menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan secara tegas bahwa negara Indonesia adalah negara hukum. Sejalan dengan ketentuan tersebut

Lebih terperinci