ANALISIS PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN TAHUN 2011 DAN 2015 DI KABUPATEN AGAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN TAHUN 2011 DAN 2015 DI KABUPATEN AGAM"

Transkripsi

1 ANALISIS PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN TAHUN 2011 DAN 2015 DI KABUPATEN AGAM JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) NELA YULIDIANTI Pembimbing I Pembimbing II ( Erna Juita, S.Pd, M.Si ) ( Afrital Rezki, S.Pd, M.Si ) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2017

2 ANALISIS PERUBAHAN FUNGSI KAWASAN HUTAN TAHUN 2011 DAN 2015 DI KABUPATEN AGAM Oleh : Nela Yulidianti*Erna Juita**Afrital Rezki** Mahasiswa Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat* Dosen Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat** ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Sebaran fungsi kawasan hutan Di Kabupaten Agam tahun 2011 dan 2015 dan 2) Perubahan fungsi kawasan hutan di Kabupaten Agam tahun 2011 dan Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah Kabupaten Agam. Sampel penelitian diambil dengan total sampling yaitu seluruh wilayah Kabupaten Agam. Teknik analisis data menggunakan teknik overlay peta. Hasil penelitian ditemukan bahwa: 1) Sebaran fungsi kawasan hutan Di Kabupaten Agam tahun 2011 dan 2015: sebaran fungsi kawasan hutan lindung di Kabupaten Agam pada tahun 2011 dan 2015 terdapat pada 15 Kecamatan dan sebaran fungsi kawasan hutan Produksi di Kabupaten Agam pada tahun 2011 dan 2015 terdapat pada 7 kecamatan, kawasan hutan yang terluas di Kabupaten Agam tahun 2011 dan 2015 adalah kawasan hutan Lindung sebesar ,59 (Ha) dari pada hutan Produksi sebesar ,52 (Ha). Di tahun 2011 dan 2015 hutan lindung dan hutan suaka alam dan wisata yang terluas di Kecamatan Palembayan, Kecamatan Tanjung Raya, dan Kecamatan Palupuh, Pada hutan Produksi yang terluas di Kecamatan Palembayan dan Palupuh dan 2) Perubahan Fungsi Kawasan Di Kabupaten Agam Tahun Perubahan fungsi kawasan hutan lindung pada tahun 2015 menurun dari tahun 2011 dapat dilihat bahwasanya pada tahun 2015 luas hutan lindung 44089,59 (Ha) dan pada tahun 2011 luas hutan lindung 47849,42 (Ha). Kemudian perubahan fungsi kawasan hutan Produksi pada tahun 2015 mengalami kenaikan dari tahun 2011 dapat dilihat bahwasanya pada tahun 2015 luas hutan produksi 20768,52 (Ha) dan pada tahun 2011 luas hutan produksi 19439,20 (Ha). Kata Kunci : Sebaran fungsi kawasan hutan, Perubahan fungsi kawasan hutan

3 ANALYSIS OF FOREST FUNCTIONS CHANGES 2011 DAN 2015 IN THE DISTRICT AGAM By: Nela Yulidianti*Erna Juita**Afrital Rezki ** *) Student of Geography Education Department of STKIP PGRI SUMBAR **) Lecturer at Goegraphy Education Department of STKIP PGRI SUMBAR ABSTRACT This study aims to determine: 1) Distribution of forest land in Kabupaten Agam in 2011 and 2015 and 2) Changes of forest land in Kabupaten Agam in 2011 and This type of research is descriptive. The population in this study is Kabupaten Agam. Samples were taken with total sampling throughout the of Kabupaten Agam. Data were analyzed using the map overlay technique. The research found that: 1) Distribution of forest land in Kabupaten Agam in 2011 and 2015: the distribution function of protected forest areas in Kabupaten Agam in 2011 and 2015 contained in the 15 districts and the distribution of forest land Production in Kabupaten Agam in 2011 and 2015 contained in 7 districts, the largest forest areas in Kabupaten Agam in 2011 and 2015 is a Protected forest area of (ha) of forest production amounted to (Ha). In 2011 and 2015 forest and forest preserves and the largest travel in District Palembayan, District of Tanjung Raya, and the District Palupuh, In the widest forest production in Sub Palembayan and Palupuh and 2) Changes in Forest Areas Function In Agam Year Changes in the function of protected forest areas in 2015 decreased from 2011 can be seen that in 2015 the protected forest area (Ha) and in 2011 the area of protected forests ( Ha). Then change the function of forest production in 2015 increased from 2011 can be seen that in 2015 the production forest area (Ha) and in 2011 the production forest area (Ha). Key Words: Distribution Of Forest Land, Forest Land Use Change

4 PENDAHULUAN adalah sumber daya alam yang merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa dan mempunyai fungsi sangat penting untuk mengatur tata air, pencegahan bahaya banjir dan erosi, pemeliharaan kesuburan tanah, dan pelestarian lingkungan hidup. Untuk dapat memanfaatkan secara lestari, hutan harus dilindungi dari kerusakan-kerusakan yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak, kebakaran, hama dan penyakit. Selain itu hutan adalah kekayaan alam yang tidak ternilai, sehingga hak-hak bangsa dan negara atas hutan dan hasilnya perlu dijaga dan dipertahankan agar hutan tersebut dapat memenuhi fungsinya (Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan: 2009) Provinsi Sumatera Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, dan merupakan pintu gerbang masuk di wilayah barat pulau ini. Provinsi Sumatera Barat dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 61 tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau. Secara administrasi, wilayah Provinsi Sumatera Barat terdiri dari 12 (dua belas) wilayah kabupaten dan 7 (tujuh) wilayah kota dengan jumlah kecamatan sebanyak 166 kecamatan (RTRW Provinsi Sumatera Barat ). Kawasan hutan di Provinsi Sumatera Barat dibedakan menjadi hutan lindung, dan hutan suaka alam dan wisata (HSAW), hutan produksi, hutan produksi terbatas, dan hutan produksi yang dapat dikonversi. Total luas kawasan hutan di provinsi Sumatera Barat tahun 2007 mencapai Ha (60,53%). Luas hutan lindung dan HSAW mencapai sekitar 40,59% dari luas provinsi Sumatera Barat, dan hutan produksi mencapai 19,94%. Permasalahan yang dihadapi sektor kehutanan selain menurunnya produktivitas hasil hutan karena semakin berkurangnya potensi hutan produksi, juga masalah perluasan kawasan budidaya ke dalam kawasan hutan, kondisi ini telah banyak menimbulkan bencana alam terutama banjir dan tanah longsor, bahkan berpengaruh terhadap perubahan iklim mikro (RTRW Provinsi Sumatera Barat ). Berdasarka Masalah pada waktu melakukan observasi di lapangan ditemukan masalah tidak sesuainya peruntukan penggunaan lahan dengan arahan fungsi kawasan hutan hal ini juga terjadi di Kabupaten Agam. Kurangnya kesadaran dan perhatian pemerintah berimbas kepada beralih fungsinya kawasan hutan yang seharusnya lindung dijadikan sebagai produksi. Tabel I. Luas Kawasan Menurut Fungsi/Statusnya di Kabupaten Agam 2015 No Fungsi Luas Persent (Ha) ase (%) 1 Lindung ,29% 2 Produksi ,26% Konservasi 3 Produksi ,09% Terbatas 4 Produksi ,37% Total Sumber : Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kabupaten Agam Dari tabel diatas dapat diuraikan bahwa luas kawasan hutan menurut fungsi/statusnya di Kabupaten Agam pada tahun Dari fungsi kawasan hutan lindung dapat diketahui luas wilayah sebesar (Ha), fungsi kawasan hutan produksi konservasi dengan luas wilayah sebesar (Ha), pada fungsi kawasan hutan produksi terbatas dengan luar wilayah dengan luas wilayah sebesar (Ha), dan fungsi kawasan hutan produksi dengan luas wilayah sebesar (Ha). Dari data tersebut dapat dilihat di Kabupaten Agam fungsi kawasan hutan lindung lebih tinggi pusat konservasi lahannya karena luas kawasannya mencapai (Ha), dari pada fungsi kawasan hutan produksi dengan luas (Ha). Fungsi kawasan hutan terbagi atas dua kawasan hutan yaitu kawasan hutan lindung dan kawasan hutan produksi. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Kabupaten Agam bahwasanya Luas wilayah kawasan hutan lindung di Kabupaten Agam seluas (Ha) dan

5 Luas fungsi Kawasan Produksi seluas (Ha). Sebaran fungsi kawasan hutan lindung berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Kabupaten Agam bahwasanya sebaran fungsi kawasan hutan lindung terdapat di 12 Kecamatan antara lain Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Matur, Kecamatan IV Koto, Kecamatan Malalak, Kecamatan Baso, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatan Kamang Magek, Kecamatan Palembayan, dan Kecamatan Palupuh. Sebaran fungsi kawasan hutan produksi berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kehutanan Kabupaten Agam bahwasanya sebaran fungsi kawasan hutan produksi terbagi atas 3 kriteria yaitu hutan produksi terbatas, hutan produksi, dan hutan produksi konservasi antara lain: Produksi terbatas terdapat di 3 Kecamatan antara lain kecamatan matur, Kecamatan Palembayan dan Kecamatan Palupuh. Produksi terdapat di 3 Kecamatan antara lain kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari dan Kecamatan Baso. Produksi Konservasi terdapat di 4 Kecamatan antara lain Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari dan Kecamatan Palembayan. Perubahan fungsi kawasan hutan di Kabupaten Agam ini adalah memadukan analisis arahan fungsi kawasan hutan dan sebaran hutan secara spasial. Sehingga dapat menjadi salah satu sarana untuk mencegah berubahnya suatu kawasan. Alat analisis yang bisa digunakan adalah penginderaan jauh dan sistem informasi geografis. Pemanfaatan teknologi penginderaan jauh dan sangat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengetahui perubahan fungsi kawasan hutan dengan cepat sehingga dapat menghasilkan informasi berupa sebaran (distribusi), perubahan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan arahannya di Kabupaten Agam. Dari uraian diatas peneliti ini nantinya akan penulis tuangkan dalam sebuah judul penelitian Analisis Perubahan Fungsi Kawasan Tahun 2011 dan 2015 Di Kabupaten Agam. METODOLOGI PENELITIAN Berdasarkan latar belakang permasalahan dan tujuan peneliti yang dilakukan tergolong pada penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang berpusat pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang, atau masalah/kejadian yang aktual dan berarti, serta bertujuan untuk mendeskripsikan situasi atau kejadian secara tepat dan akurat (Yusuf, 2007). Penelitian bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan sebaran kawasan hutan Kabupaten Agam. Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka Populasi wilayah penelitian ini adalah Kabupaten Agam. Sampel penelitian ini adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi maka sampel wilayah penelitian ini adalah seluruh wilayah Kabupaten Agam (total Sampling). A. Definisi Operasional Variabel dan Indikator 1. Fungsi Kawasan Lindung Menurut P. Julius F. Nagel (2011) menyebutkan bahwa Kawasan hutan lindung adalah hutan yang perlu dibina dan dipertahankan sebagai hutan dengan penutupan vegetasi secara tetap untuk kepentingan hidroorologi, yaitu mengatur tata air, mencegah banjir dan erosi, memelihara keawetan dan kesuburan tanah baik dalam kawasan hutan bersangkutan maupun kawasan yang dipengaruhi disekitarnya. Berdasarkan dengan indikator dari variabel ini adalah : a. Luas lahan hutan (2011 dan 2015) b. Sebaran (2011 dan 2015) 2. Fungsi Kawasan produksi Menurut P. Julius F. Nagel (2011) menyebutkan bahwa kawasan produksi adalah kawasan hutan yang diperuntukkan sebagai kebutuhan perluasan, pengembangan wilayah misalnya transmigrasi pertanian dan perkebunan, industri dan permukiman dan lain lain. Kawasan hutan untuk

6 menghasilkan kayu hutan yang hanya dapat dieksploitasi secara terbatas dengan cara tebang pilih serta hutan yang di pertahankan untuk keberadaan keanekaragaman jenis plasma nutfah dan tempat hidup dan kehidupan satwa tertentu. Berdasarkan indikator dari variabel ini adalah : a. Luas lahan (2011 dan 2015), b. Sebaran (2011 dan 2015). B. Alat dan Bahan 1. Alat Adapun alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Software Arc gis untuk menggambarkan peta hasil observasi lapangan, b. GPS untuk memperoleh titik koordinat, c. Kamera digital untuk dokumentasi, d. Pencatatan untuk mencatat data yang diperoleh di lapangan. 2. Bahan a. Data Badan Pusat Statistik (BPS), b. Peta RTRW (Rencana Tata Ruang Wilayah) c. Peta persebaran kawasan hutan di Kabupaten Agam, d. Citra satelit landsat ETM 7 dan 8 tahun 2011 dan C. Jenis Dan Alat Pegumpulan Data 1. Jenis data a. Data Sekunder Data sekunder yaitu data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang atau instansi diluar peneliti sendiri, walaupun yang dikumpulkan itu sesungguhnya adalah data asli yang diperoleh dari instansi instansi seperti instansi dinas pendidikan dan perhubungan (pabundu,2005). Pada sekunder penelitian ini terdiri dari data Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Agam Tahun 2015 dari Dinas Kehutanan, peta Kabupaten Agam dari RTRW ( Rencana Tata Ruang Wilayah) Kabupaten Agam. b. Data Primer Data primer yaitu terdiri dari data data yang terdapat dari hasil survey di lapangan yang bersumber dari wilayah kecamatan kabupaten agam. Data primer di penelitian ini adalah peta citra landsat ETM 7 dan Alat Pengumpulan Data Berdasarkan jenis data maka diperoleh data dari BPS Kabupaten Agam, Dinas Kehutanan Kabupaten Agam dan cek lapangan. D. Tahapan Penelitian 1. Pra penelitian a. Kajian pustaka dilakukan terhadap buku buku yang terkait dengan penelitian, b. Pengumpulan alat dan bahan penelitian. 2. Penelitian dan analisa a. Pengukuran kawasan hutan dengan menggunakan GPS, b. Pengelolaan data hasil pengamatan kawasan hutan di Kabupaten Agam, c. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan menggunakan aplikasi SIG yaitu dengan menggunakan software ArcView, d. Hasil penelitian dalam bentuk peta, table dan laporan. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik overlay peta yang penjelasannya ada pada bahasan berikut: 1. Teknik overlay peta Menurut Dewi Handayani U.N, R.Soelistijadi dan Sunardi (2005) Overlay Peta adalah Merupakan proses dua peta tematik dengan area yang sama dan menghamparkan satu dengan yang lain untuk membentuk satu layer peta baru. Kemampuan untuk mengintegrasikan data dari dua sumber menggunakan peta merupakan kunci dari fungsi - fungsi analisis Sistem Informasi Geografi. Teknik overlay peta ini sangat membantu dalam melakukan analisis spasial. Berdasarkan data yang ada dan informasi yang didapat melalui survey dengan teknik overlay akan mengetahui kesesuaian lahan dan lokasi lokasi potensial pada fungsi kawasan hutan di Kabupaten Agam. 2. Konsep Overlay Peta a. Alamat Overlay Peta merupakan hubungan interseksi dan saling melengkapi antara fitur-fitur spasial.

7 b. Overlay Peta mengkombinasikan data spasial dan data attribut dari dua theme masukan. Tiga tipe fitur masukan, melalui overlay yang merupakan polygonyaitu : 1) Titik dengan - poligon, menghasilkan keluaran dalam bentuk titik-titik, 2) Garis dengan - poligon, menghasilkan keluaran dalam bentuk garis, 3) Poligon dengan -poligon menghasilkan keluaran dalam bentuk polygon. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertama, Sebaran fungsi kawasan hutan Di Kabupaten Agam tahun 2011 dan 2015: sebaran fungsi kawasan hutan lindung di Kabupaten Agam pada tahun 2011 dan 2015 terdapat pada 15 Kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Matur, Kecamatan IV Koto, Kecamatan Malalak, Kecamatan Banuhampu, Kecamatn Sungai Pua, Kecamatan Canduang, Kecamatan Baso, Kecamatan Tilatang Kamang, Kecamatn Kamang Magek, Kecamatan Palembayan, dan Kecamatan Palupuh. Kemudian, sebaran fungsi kawasan hutan Produksi di Kabupaten Agam pada tahun 2011 dan 2015 terdapat pada 7 kecamatan yaitu Kecamatan Palembayan, Kecamatan Palupuh, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Baso, Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Tanjung Mutiara, dan Kecamatan Matur. Kecamatan yang terluas pada hutan lindung dan hutan produksi di Kabupaten Agam tahun 2011 adalah terdapat di Kecamatan Palembayan dengan luas hutan lindung 7897,00 (Ha) dan Kecamatan Palembayan dengan luas hutan produksi sebesar 8004,91 (Ha). Sedangkan Kecamatan yang terluas pada hutan lindung dan hutan produksi di Kabupaten Agam tahun 2015 adalah terdapat di Kecamatan Palembayan dengan luas hutan lindung sebesar 6673,80 (Ha) dan Kecamatan Palembayan dengan luas hutan produksi sebesar 8,004,91 (Ha). Dari hasil penelitian peneliti kawasan hutan yang terluas di Kabupaten Agam tahun 2011 dan 2015 adalah kawasan hutan Lindung sebesar ,50 (Ha) dari pada hutan Produksi sebesar ,47 (Ha). Di tahun 2011 dan 2015 hutan lindung dan hutan suaka alam dan wisata yang terluas di Kecamatan Palembayan, Kecamatan Tanjung Raya, dan Kecamatan Palupuh. Pada hutan Produksi yang terluas di Kecamatan Palembayan dan Palupuh. Menurut Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kabupaten Agam dimana terdapat 16 Kecamatan, pada tahun 2015 fungsi kawasan hutan terdapat 16 Kecamatan yang memiliki fungsi/statusnya kawasan hutan, status luas wilayah berdasarkan penggunaan lahan, luas kawasan hutan berdasarkan Kecamatan dalam satuan hektar. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kabupaten Agam, dimana terdapatnya fungsi kawasan hutan, dan luas kawasan hutan berdasarkan Kecamatannya dalam satuan hektar. Gambar 1. Peta Fungsi Kawasan Kabupaten Agam Tahun 2011 Kedua, Perubahan Fungsi Kawasan Di Kabupaten Agam Tahun Perubahan fungsi kawasan hutan lindung pada tahun 2015 menurun dari tahun 2011 dapat dilihat bahwasanya pada tahun 2015 luas hutan lindung 44089,50 (Ha) dan pada tahun 2011 luas hutan lindung 45399,61 (Ha). Kemudian perubahan fungsi kawasan hutan Produksi pada tahun 2015 mengalami kenaikan dari tahun 2011 dapat dilihat

8 bahwasanya pada tahun 2015 luas hutan produksi 20768,47 (Ha) dan pada tahun 2011 luas hutan produksi 19436,30 (Ha). Kecamatan yang terluas pada hutan lindung dan hutan produksi di Kabupaten Agam tahun 2011 adalah terdapat di Kecamatan Palembayan dengan luas hutan lindung 7897,00 (Ha) dan Kecamatan Palembayan dengan luas hutan produksi sebesar 8004,3 (Ha). Sedangkan Kecamatan yang terluas pada hutan lindung dan hutan produksi di Kabupaten Agam tahun 2015 adalah terdapat di Kecamatan Palembayan dengan luas hutan lindung sebesar 6673,80 (Ha) dan Kecamatan 8,004,3 (Ha). Di tahun 2011 pada hutan lindung tahun 2015 terjadinya perubahan menjadi hutan produksi sebesar 801,74 (Ha) dan lain sebesar (Ha). Ditahun 2011 pada hutan suaka alam dan wisata tahun 2015 terjadi perubahan menjadi hutan produksi sebesar 530,22 (Ha) dan penggunaan lain sebesar (Ha). Sedangkan di tahun 2011 pada hutan produksi, hutan produksi konversi, hutan produksi terbatas dan penggunaan lain di tahun 2015 tidak ada terjadinya perubahan. Menurut Pemerintah Republik Indonesia Nomor 104 tahun 2015 Perubahan fungsi kawasan hutan adalah perubahan sebagian atau seluruh fungsi hutan dalam satu atau beberapa kelompok hutan menjadi fungsi kawasan hutan yang lain. Perubahan fungsi kawasan hutan dilakukan untuk memantapkan dan mengoptimalisasikan fungsi kawasan hutan. Perubahan fungsi kawasan hutan lindung menjadi kawasan hutan konservasi atau kawasan hutan produksi dan lain-lain. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang di tetapkan oleh pemerintah untuk dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetep. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Pemerintah Republik Indonesia Nomor 104 tahun 2015, dimana perubahan sebagian atau seluruh fungsi hutan dalam satu atau beberapa kelompok hutan menjadi fungsi kawasan hutan yang lain. Gambar 2. Peta Fungsi Kawasan Kabupaten Agam Tahun 2015 Gambar 3. Peta Perubahan Fungsi Kawasan Kabupaten Agam Tahun 2011 dan 2015 Berdasarkan cek lapangan yang penulis lakukan di Kawasan Di Kabupaten Agam dimana Kawasan hutan di Kabupaten Agam pada tahun 2015 dengan menentukan beberapa daerah lokasi untuk menentukan

9 alih fungsi hutan di Kabupaten Agam. Untuk menentukan perubahan alih fungsi hutan dengan menggunakan metode interpretasi citra, metode ini merupakan alat bantu untuk memperoleh hasil pada peta. Disini dilihat bagaimana perubahan alih fungsi hutan dengan menggunakan metode tersebut dan apakah sama dengan kondisi yang terjadi di lapangan atau eksisting. Dapat dilihat dibawah ini: 10 Matur H. Suaka Alam H. Suaka Alam 11 Baso H. Produksi H. Produksi Sumber : Pengolahan Data Primer 2015 Dari tabel diatas kita lihat bahwa ada 11 Lokasi yang penulis lakukan di lapangan untuk melihat hasil dari penelitian peneliti apakah sama atau tidaknya hasil penggunaan lahan di menurut interpretasi citra dengan penggunaan eksisting. Kita dapat lihat di tabel dimana pada penggunaan lain ada 4 lokasi yaitu Sungai Jariang, Sungai Pua, Kandih Bulaan, Koto Malintang. Pada hutan produksi juga ada 4 lokasi yaitu Batu Kambiang, Sitanang, Malabua, dan Baso. suaka alam ada 2 lokasi yaitu Damagadang dan Matur, dan lokasi hutan lindung terdapat pada Puncak Lawang. Jadi dari hasil lokasi yang penulis lakukan dilapangan untuk melihat hasil dari penelitian peneliti dimana dari penggunaan lahan di menurut interpretasi citra dengan penggunaan eksisting semua hasilnya sama dan Tidak ada yang berdeda. KESIMPULAN DAN SARAN Gambar 4. Peta Ground Cek Tabel 2. Lokasi Cek Lapangan Kawasan Di Kabupaten Agam No Lokasi Lahan di menurut Interpretasi Citra Lahan Eksisting 1 2 Sungai Jariang Batu kambiang H. Produksi H. Produksi 3 Sitanang H. Produksi H. Produksi 4 Malabua H. Produksi H. Produksi Sungai Pua Kandih Bulaan Dama Gadang Koto Malintang Puncak Lawang H. Suaka Alam Lindung H. Suaka Alam Lindung 1. Sebaran fungsi kawasan hutan Di Kabupaten Agam tahun 2011 dan 2015: sebaran fungsi kawasan hutan lindung di Kabupaten Agam pada tahun 2011 dan 2015 terdapat pada 15 Kecamatan, Dan sebaran fungsi kawasan hutan Produksi di Kabupaten Agam pada tahun 2011 dan 2015 terdapat pada 7 kecamatan. Kecamatan yang terluas pada hutan lindung dan hutan produksi di Kabupaten Agam tahun 2011 adalah terdapat di Kecamatan Palembayan dengan luas hutan lindung 7897,00 (Ha) dan Kecamatan Palembayan dengan luas hutan produksi sebesar 8004,3 (Ha). Sedangkan Kecamatan yang terluas pada hutan lindung dan hutan produksi di Kabupaten Agam tahun 2015 adalah terdapat di Kecamatan Palembayan dengan luas hutan lindung sebesar 6673,80 (Ha) dan Kecamatan Palembayan dengan luas hutan produksi sebesar 8,004,3 (Ha). 2. Perubahan Fungsi Kawasan Di Kabupaten Agam Tahun Perubahan fungsi kawasan hutan lindung pada tahun 2015 menurun dari tahun

10 2011 dapat dilihat bahwasanya pada tahun 2015 luas hutan lindung 44089,50 (Ha) dan pada tahun 2011 luas hutan lindung 45399,61 (Ha). Kemudian perubahan fungsi kawasan hutan Produksi pada tahun 2015 mengalami kenaikan dari tahun 2011 dapat dilihat bahwasanya pada tahun 2015 luas hutan produksi 20768,47 (Ha) dan pada tahun 2011 luas hutan produksi 19436,30 (Ha). Sedangkan saran yang dapat penulis kemukakan : 1. Kepada pemerintah Kabupaten Agam agar dapat lebih memperhatikan kawasan hutan agar tidak terjadinya ilegal loging. 2. Kepada Dinas Kehutanan Kabupaten Agam agar dapat bekerja sama dengan masyarakat yang ada disekitar kawasan hutan di Kabupaten Agam untuk menjaga kelestarian di sekitar kawasan hutan tersebut. DAFTAR PUSTAKA Airlangga Dkk Pemetaan Objek Wisata Di Wilayah Kabupaten Langpung Barat. Jurnal Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka cipta Badan Pengelola Lingkungan Hidup Kabupaten Agam Status Lingkungan Hidup Kabupaten Agam F. Nagel, P. Julius Pelestarian Dalam Hubungannya Dengan Lingkungan dan Potensi Ekonomi. Jurnal PROCEEDING PESAT. Fakultas Bisnis Unika Widya Mandala Surabaya Vol. 4, Oktober 2011 Hutauruk, F. H Dkk Evaluasi Kawasan Lindung Dengan Menggunakan Citra Landsat Tm Tahun 2oo1 Dan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus Di Wilayah Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa Barat). Jurnal MEDIA KONSERVASI. Fakultas Kehutanan IPB Vol. IX, No. 1, Januari Juni 2004 Idjudin, A. Abas Peranan Konservasi Lahan Dalam Pengelolaan Perkebunan. Jurnal SUMBERDAYA LAHAN. Balai Penelitian Tanah Vol. 5, No. 2, Desember 2011 Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan. 19 April 2016 Maspiyanti, Febri Dkk Klasifikasi Fase Pertumbuhan Padi Berdasarkan Citra Hiperspektral Dengan Modifikasi Logika Fuzzy. Jurnal PENGINDERAAN JAUH. Fakultas Ilmu Komputer Vol. 10, No. 1. Juni 2013 Prahasta, Eddy Konsep Konsep Dasar SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS. Jakarta: INFORMATIKA Bandung RTRW Provinsi Sumatera Barat April 2016 Somantri, Lili Pemanfaatan Teknik Penginderaan Jauh Untuk Mengidentifikasi Kerentanan Dan Risiko Banjir. Jurnal GEA. Jurusan Pendidikan Geografi Vol. 8, No. 2, Oktober 2008 Syahadat, Epi Dkk Permasalahan Penataan Ruang Kawasan Dalam Rangka Revisi Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi. Jurnal ANALISIS KEBIJAKAN KEHUTANAN. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan Vol 9, No. 2, Agustus 2012 Yusuf. A. Muri Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press. Zulkarnain Analisis Penetapan Kriteria Kawasan. Jurnal AGRIFOR. Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Vol 7, No. 2, Oktober 2013

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah sudah dilaksanakan sejak tahun 2001. Keadaan ini telah memberi kesadaran baru bagi kalangan pemerintah maupun masyarakat, bahwa pelaksanaan otonomi tidak bisa

Lebih terperinci

Penutup Sekapur Sirih Mukhlis SE,MM

Penutup Sekapur Sirih Mukhlis SE,MM Penutup Sekapur Sirih Penyelenggaraan Sensus Penduduk merupakan hajatan besar bangsa yang hasilnya sangat penting dalam rangka perencanaan pembangunan. Pembangunan yang melalui proses perencanaan yang

Lebih terperinci

BUPATI AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH

BUPATI AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH SALINAN BUPATI AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI AGAM, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perencanaan pengembangan wilayah merupakan salah satu bentuk usaha yang memanfaatkan potensi sumberdaya lahan secara maksimal untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat

Lebih terperinci

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai ekonomi, ekologi dan sosial yang tinggi. Hutan alam tropika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman

I. PENDAHULUAN. masyarakat Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pesawaran. Selain itu taman I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman merupakan wilayah sistem penyangga kehidupan terutama dalam pengaturan tata air, menjaga kesuburan tanah, mencegah erosi, menjaga keseimbangan

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN AGAM

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN AGAM 07 BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN AGAM Seuntai Kata Sensus Pertanian 2013 (ST2013) merupakan sensus pertanian keenam yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik (BPS) setiap 10 (sepuluh) tahun sekali sejak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini 57 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Hutan Indonesia Berdasarkan paduserasi TGHK RTRWP, luas hutan Indonesia saat ini mencapai angka 120,35 juta ha atau sekitar 61 % dari luas wilayah daratan Indonesia.

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Penghitungan Deforestasi Indonesia Periode Tahun 2009-2011

Lebih terperinci

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG ABSTRACT

EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG ABSTRACT 1 EVALUASI PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN DAERAH RAWAN BANJIR DI KOTA PADANG Andre Cahyana 1, Erna Juita 2, Afrital Rezki 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU

ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU ANALISIS PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KABUPATEN BARRU Abdul Malik Universitas Hasanuddin e-mail; malik9950@yahoo.co.id Abstrak Kondisi ekosistem mangrove di kabupaten Barru mengalami perubahan

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG Rina Sukesi 1, Dedi Hermon 2, Endah Purwaningsih 2 Program Studi Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Padang

Lebih terperinci

NUR MARTIA

NUR MARTIA SIDANG TUGAS AKHIR Studi Sistem Informasi Geografis Kawasan Longsor Danau Maninjau, Kabupaten Agam, Sumatera Barat NUR MARTIA 3507100431 PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Provinsi Sumatera Barat berada di antara

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan seluruh satuan lahan yang menunjang kelompok vegetasi yang didominasi oleh pohon segala ukuran, dieksploitasi maupun tidak, dapat menghasilkan kayu

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN SEMPADAN SUB DAS PALANGKI KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG ABSTRACT

ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN SEMPADAN SUB DAS PALANGKI KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG ABSTRACT 1 ANALISIS SPASIAL PERUBAHAN SEMPADAN SUB DAS PALANGKI KECAMATAN IV NAGARI KABUPATEN SIJUNJUNG Husnul Chotimah 1, Erna Juita 2, Afrital Rezki 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI

Lebih terperinci

Orientasi adalah usaha peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989).

Orientasi adalah usaha peninjauan untuk menentukan sikap (arah, tempat, dan sebagainya) yang tepat dan benar (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989). BAB II METODE KAJIAN 2.1. Pengertian Rekonstruksi, dari kata re : kembali, dan konstruksi : susunan, model, atau tata letak suatu bangunan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1989), dalam hal ini rekonstruksi

Lebih terperinci

HISTORICAL TOURISM MAPPING IN DISTRICTS OF DHARMASRAYA

HISTORICAL TOURISM MAPPING IN DISTRICTS OF DHARMASRAYA 2 1 HISTORICAL TOURISM MAPPING IN DISTRICTS OF DHARMASRAYA By : Silfia Wahyuni *Erna Juita**AfritalRezki** *.the geography education student of STKIP PGRI Sumatera Barat. ** the lecturer at geography department

Lebih terperinci

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003

REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003 REKALKUKASI SUMBER DAYA HUTAN INDONESIA TAHUN 2003 KATA PENGANTAR Assalaamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan Buku

Lebih terperinci

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Contributor : Doni Prihatna Tanggal : April 2012 Posting : Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009 Pada 19 Januari 2012 lalu, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan

Lebih terperinci

Pembangunan Basis Data Guna Lahan Kabupaten Bengkalis

Pembangunan Basis Data Guna Lahan Kabupaten Bengkalis Jurnal Rekayasa LPPM Itenas No.1 Vol. XV Institut Teknologi Nasional Januari Maret 2011 Pembangunan Basis Data Guna Lahan Kabupaten Bengkalis M. ABDUL BASYID, DIAN SURADIANTO Jurusan Teknik Geodesi FTSP

Lebih terperinci

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN

ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN ANALISIS KERAPATAN VEGETASI PADA KELAS TUTUPAN LAHAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI LEPAN SKRIPSI Oleh : WARREN CHRISTHOPER MELIALA 121201031 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut

TINJAUAN PUSTAKA. lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut TINJAUAN PUSTAKA Hutan Manggrove Hutan mangrove oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya yang berbahasa Melayu sering disebut dengan hutan bakau. Menurut Kusmana dkk (2003) Hutan mangrove

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah harus dipandang sebagai upaya pemanfaatan sumberdaya ruang agar sesuai dengan tujuan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (UU No.5 Tahun 1960). Penataan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 9 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 410 Desember 2011 (Lampiran 2), bertempat di wilayah Kota Selatpanjang, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau.

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL TAHUN 2006 DAN 2014 BERDASARKAN CITRA QUICKBIRD NASKAH PUBLIKASI Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan Mencapai derajat Sarjana

Lebih terperinci

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR Oleh: TAUFIQURROHMAN L2D 004 355 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2009 KESESUAIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan mangrove merupakan salah satu sumberdaya alam daerah pantai payau yang mempunyai fungsi produksi, perlindungan dan pelestarian alam. Luas hutan mangrove di

Lebih terperinci

MUARALABUH SERVICES MARKET AREA BEFORE AND AFTER MOVED LOCATIONS IN SUNGAI PAGU SUB DISTRICT SOLOK SOUTH RIVER by:

MUARALABUH SERVICES MARKET AREA BEFORE AND AFTER MOVED LOCATIONS IN SUNGAI PAGU SUB DISTRICT SOLOK SOUTH RIVER by: 1 MUARALABUH SERVICES MARKET AREA BEFORE AND AFTER MOVED LOCATIONS IN SUNGAI PAGU SUB DISTRICT SOLOK SOUTH RIVER by: Widia Putri Yeni*Erna Juita **Afrital Rezki Student of Education Geography, STKIP PGRI

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI Oleh : PUTRI SINAMBELA 071201035/MANAJEMEN HUTAN DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 LEMBAR PENGESAHAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2015 KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5794). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK )

ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK ) ANALISIS KESELARASAN PEMANFAATAN RUANG KECAMATAN SEWON BANTUL TAHUN 2006, 2010, 2014 TERHADAP RENCANA DETAIL TATA RUANG KAWASAN (RDTRK 2008-2018) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program

Lebih terperinci

Analisis Pola Permukiman Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Pulau Batam

Analisis Pola Permukiman Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Pulau Batam Analisis Pola Permukiman Menggunakan Data Penginderaan Jauh di Pulau Batam Arif Roziqin dan Nur Indah Kusumawati Program Studi Teknik Geomatika, Politeknik Negeri Batam, Batam 29461 E-mail : arifroziqin@polibatam.ac.id

Lebih terperinci

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015 Kabupaten Agam

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015 Kabupaten Agam SKPD : DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Kode (1) (2) (3) (4) (5) (6) (8) (9) (1) URUSAN KEHUTANAN 7,143,465, 8,48,49,4 1 3 1 Program Pelayanan Administrasi Terwujudnya pelayanan administrasi Perkantoran

Lebih terperinci

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015 Kabupaten Agam

Rumusan Rencana Program dan Kegiatan SKPD Tahun 2014 dan Prakiraan Maju Tahun 2015 Kabupaten Agam SKPD : DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN Kode URUSAN KEHUTANAN 7,393,465, 8,48,49,4 3 Program Pelayanan Administrasi Terwujudnya pelayanan administrasi Perkantoran perkantoran. 59,5, 765,, 3 2 Penyediaan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2012 yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 33 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENERTIBAN DAN PENGENDALIAN HUTAN PRODUKSI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian

METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Ruang Lingkup Penelitian METODE PENELITIAN Kerangka Pemikiran Dalam rangka perumusan kebijakan, pembangunan wilayah sudah seharusnya mempertimbangkan pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan. Penelitian ini dilakukan atas dasar

Lebih terperinci

TIPOLOGI DESA BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL

TIPOLOGI DESA BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL 0 TIPOLOGI DESA BERDASARKAN MATA PENCAHARIAN PENDUDUK DI KECAMATAN V KOTO KABUPATEN MUKOMUKO JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan SI (Strata I) SAKRI EFENDI

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam analisis tingkat kekritisan lahan kawasan budidaya pertanian yaitu dengan menggunakan metode analisis data sekunder yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN (LAND COVER) DI TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU KABUPATEN SAMBAS TAHUN

ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN (LAND COVER) DI TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU KABUPATEN SAMBAS TAHUN ANALISIS PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN (LAND COVER) DI TAMAN WISATA ALAM SUNGAI LIKU KABUPATEN SAMBAS TAHUN 2013-2016 (Analysis Of Land Cover Changes At The Nature Tourism Park Of Sungai Liku In Sambas Regency

Lebih terperinci

PEMETAAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI KECAMATAN PESISIR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SKRIPSI

PEMETAAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI KECAMATAN PESISIR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SKRIPSI PEMETAAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI KECAMATAN PESISIR KABUPATEN SERDANG BEDAGAI SKRIPSI Oleh: HARIANTO 061201029 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2011 PEMETAAN PERUBAHAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah 25 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survei. Survei adalah suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data

Lebih terperinci

12. Tarigan, Robinson Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara : Jakarta. 13. Virtriana, Riantini. 2007, Analisis Korelasi Jumlah Penduduk

12. Tarigan, Robinson Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara : Jakarta. 13. Virtriana, Riantini. 2007, Analisis Korelasi Jumlah Penduduk DAFTAR PUSTAKA 1. Andries, Benjamin. 2007. Pengembangan Metode Penilaina Tanah dengan Mempertimbangkan Aspek Ekonomi, Sosial dan Lingkungan untuk Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan sebagai Fungsi

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS

IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS IDENTIFIKASI KAWASAN RAWAN KONVERSI PADA LAHAN SAWAH DI KECAMATAN 2 X 11 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN BERBASIS GIS (GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM) Fakultas Teknologi Pertanian, Kampus Limau

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PENGEMBANGAN POTENSI WISATA ALAM KABUPATEN TULUNGAGUNG DENGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Oleh : Misbakhul Munir Zain 3506100055 Program Studi Teknik Geomatika ITS, Kampus ITS Sukolilo, Surabaya 60111 Email

Lebih terperinci

MEWUJUDKAN PENGEMBANGAN DESA YANG BERKELANJUTAN MELALAUI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN YANG BERKELANJUTAN (P2KPB)

MEWUJUDKAN PENGEMBANGAN DESA YANG BERKELANJUTAN MELALAUI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN YANG BERKELANJUTAN (P2KPB) MEWUJUDKAN PENGEMBANGAN DESA YANG BERKELANJUTAN MELALAUI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN PERDESAAN YANG BERKELANJUTAN (P2KPB) Disampaikan Oleh: Bupati Agam Indra Catri Disampaikan pada acara Dialog Nasional

Lebih terperinci

PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI SUB DAS AEK RAISAN DAN SUB DAS SIPANSIHAPORAS DAS BATANG TORU

PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI SUB DAS AEK RAISAN DAN SUB DAS SIPANSIHAPORAS DAS BATANG TORU PENENTUAN TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DENGAN MENGGUNAKAN GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM DI SUB DAS AEK RAISAN DAN SUB DAS SIPANSIHAPORAS DAS BATANG TORU SKRIPSI OLEH: BASA ERIKA LIMBONG 061201013/ MANAJEMEN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN

BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN PROVINSI SUMATERA SELATAN PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR V TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESATUAN

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2015

EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2015 EVALUASI PENGGUNAAN LAHAN (LAND USE) DI KECAMATAN SINGKOHOR KABUPATEN ACEH SINGKIL TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh: Chandra Pangihutan Simamora 111201111 BUDIDAYA HUTAN PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN

Lebih terperinci

PATTERNS OF LAND USE CHANGES FOR THE YEAR 2009 AND 2014 IN KECAMATAN PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA

PATTERNS OF LAND USE CHANGES FOR THE YEAR 2009 AND 2014 IN KECAMATAN PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA 1 PATTERNS OF LAND USE CHANGES FOR THE YEAR 2009 AND 2014 IN KECAMATAN PULAU PUNJUNG KABUPATEN DHARMASRAYA By : Fauzi Gustian *Helfia Ideal**Afrital Rezki** *.the geography education student of STKIP PGRI

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok

METODE PENELITIAN. Sumber: Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Depok (2010) Gambar 9. Peta Orientasi Wilayah Kecamatan Beji, Kota Depok III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Beji sebagai pusat Kota Depok, Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Penelitian

Lebih terperinci

ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN (JURNAL) Oleh: INDARYONO

ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN (JURNAL) Oleh: INDARYONO ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN 2005-2014 (JURNAL) Oleh: INDARYONO 1113034039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS

Lebih terperinci

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (LAND COVER CHANGES IN WAY KAMBAS NATIONAL PARK)

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (LAND COVER CHANGES IN WAY KAMBAS NATIONAL PARK) PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS (LAND COVER CHANGES IN WAY KAMBAS NATIONAL PARK) Danang Arif Maullana dan Arief Darmawan Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Jl. Prof.

Lebih terperinci

APLIKASI PENGINDERAAN JAUH UNTUK PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE SEBAGAI SALAH SATU SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR (STUDI KASUS DI DELTA SUNGAI WULAN KABUPATEN DEMAK) Septiana Fathurrohmah 1, Karina Bunga Hati

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian

BAB III METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian 20 BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi penelitian Penelitian ini dilaksanakan dalam rentang waktu 4 bulan, pada bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2012. Persiapan dilakukan sejak bulan Maret 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota Provinsi Sumatera Barat (Gambar 5), dengan pertimbangan sebagai berikut: 1. Kota merupakan salah satu dari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN 7 Latar Belakang Tekanan terhadap sumberdaya hutan menyebabkan terjadinya eksploitasi yang berlebihan, sehingga sumberdaya hutan tidak mampu lagi memberikan manfaat yang optimal. Tekanan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kawasan yang mempunyai berbagai macam jenis tumbuhan dan hewan yang saling berinteraksi di dalamnya. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem

Lebih terperinci

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN PERTEMUAN 10 SUMBERDAYA LAHAN Sumberdaya Lahan Lahan dapat didefinisikan sebagai suatu ruang di permukaan bumi yang secara alamiah dibatasi oleh sifat-sifat fisik serta bentuk

Lebih terperinci

illryw Elvi Zuriyani,lV.Si s':

illryw Elvi Zuriyani,lV.Si s': STUDI KEHMUPAN PETANI PADI SAWAH SETELAH KOI{I{ERSI LAIIAN PERTANIAN MENJADI PERUMAHAN DI KELURAHAN LUBUK MINTURTTN KECAMATAN KOTO TANGAH KOTA PADANG JURNAL odajufigrrscfiog*isahfi So*tqwatil*$*{aryeta{efr

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI

LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI LEMBARAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2009 SERI E NOMOR 02 PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG HUTAN KOTA Menimbang DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI, : a. bahwa

Lebih terperinci

ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R. Oleh : INDIRA PUSPITA L2D

ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R. Oleh : INDIRA PUSPITA L2D ZONASI KONDISI KAWASAN HUTAN NEGARA DI DIENG DAN ARAHAN PENGELOLAAN YANG BERWAWASAN LINGKUNGAN T U G A S A K H I R Oleh : INDIRA PUSPITA L2D 303 291 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA 1 PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA (Studi Kasus di Kawasan Taman Nasional Siberut Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai) JURNAL Diajukan

Lebih terperinci

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN

Statistik Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah XII Tanjungpinang Tahun Halaman 34 VI. PERPETAAN HUTAN VI. PERPETAAN HUTAN Perpetaan Kehutanan adalah pengurusan segala sesuatu yang berkaitan dengan peta kehutanan yang mempunyai tujuan menyediakan data dan informasi kehutanan terutama dalam bentuk peta,

Lebih terperinci

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara

Kata kunci: Fungsi hutan, opini masyarakat, DAS Kelara Opini Masyarakat Terhadap Fungsi Hutan di Hulu DAS Kelara OPINI MASYARAKAT TERHADAP FUNGSI HUTAN DI HULU DAS KELARA Oleh: Balai Penelitian Kehutanan Makassar, Jl. Perintis Kemerdekaan Km.16 Makassar, 90243,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ekosistem hutan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Berbagai jenis tumbuhan dan satwa liar terdapat di hutan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1999

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hutan Berdasarkan pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1967, arti hutan dirumuskan sebagai Suatu lapangan tetumbuhan pohon-pohonan yang secara keseluruhan merupakan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI CACAO (THEOBROMA CACAO) DI JORONG I TAMPANG NAGARI TARUNG-TARUNG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI CACAO (THEOBROMA CACAO) DI JORONG I TAMPANG NAGARI TARUNG-TARUNG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PRODUKSI CACAO (THEOBROMA CACAO) DI JORONG I TAMPANG NAGARI TARUNG-TARUNG KECAMATAN RAO KABUPATEN PASAMAN JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Lebih terperinci

PEMETAAN ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN UNTUK KAWASAN FUNGSI LINDUNG DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS

PEMETAAN ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN UNTUK KAWASAN FUNGSI LINDUNG DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS 0 PEMETAAN ARAHAN FUNGSI PEMANFAATAN LAHAN UNTUK KAWASAN FUNGSI LINDUNG DI KECAMATAN GISTING KABUPATEN TANGGAMUS Fitrianti 1), I Gede Sugiyanta 2), Dedy Miswar 3) Abstract: This research aims to evaluate

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb. KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT atas karunia-nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan buku Rekalkulasi Penutupan Lahan Indonesia Tahun 2011 yang

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu

METODE PENELITIAN. deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,

Lebih terperinci

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting

Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Analisis dan Pemetaan Lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dengan Sistem Informasi Geografis dan Metode Simple Additive Weighting Artikel Ilmiah Diajukan kepada Program Studi Sistem Informasi guna memenuhi

Lebih terperinci

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI

PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN DI TAMAN NASIONAL KERINCI SEBLAT KABUPATEN PESISIR SELATAN PROVINSI SUMBAR HANDY RUSYDI DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

Dampak Pasca Penambangan Emas Bagi Kerusakan Lahan di Sekitar Aliran Batang Palangki di Kenagarian Muaro Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung

Dampak Pasca Penambangan Emas Bagi Kerusakan Lahan di Sekitar Aliran Batang Palangki di Kenagarian Muaro Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung Dampak Pasca Penambangan Emas Bagi Kerusakan Lahan di Sekitar Aliran Batang Palangki di Kenagarian Muaro Kecamatan Sijunjung Kabupaten Sijunjung Oleh: Lia Junita * ), Helfia Edial ** ), Erna Juita ** )

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN VEGETASI BERDASARKAN NILAI NDVI DAN FAKTOR BIOFISIK LAHAN DI CAGAR ALAM DOLOK SIBUAL-BUALI SKRIPSI Oleh : Ardiansyah Putra 101201018 PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

TOMI YOGO WASISSO E

TOMI YOGO WASISSO E ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN TERHADAP PERUBAHAN TINGKAT POTENSI GERAKAN TANAH MENGGUNAKANSISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI KECAMATAN MOJOSONGO KABUPATEN BOYOLALI Disusun Sebagai Salah Satu

Lebih terperinci

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent

BAGIAN 1-3. Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi. Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent BAGIAN 1-3 Dinamika Tutupan Lahan Kabupaten Bungo, Jambi Andree Ekadinata dan Grégoire Vincent 54 Belajar dari Bungo Mengelola Sumberdaya Alam di Era Desentralisasi PENDAHULUAN Kabupaten Bungo mencakup

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak dan Adminitrasi Wilayah Kabupaten Agam secara geografis berada antara 00 o 01 34-00 o 28 43 LS dan 99 o 46 39 100 o 32 50 BT dengan luas wilayah 2 212.19 km 2 5.24%

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Diresmikannya Kota Tasikmalaya sebagai daerah otonom pada tanggal 17 Oktober 2001 mengandung konsekuensi adanya tuntutan peningkatan pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL PEMUKIMAN TRANSMIGRASI DI KABUPATEN DHARMASRAYA

ANALISIS SPASIAL PEMUKIMAN TRANSMIGRASI DI KABUPATEN DHARMASRAYA ANALISIS SPASIAL PEMUKIMAN TRANSMIGRASI DI KABUPATEN DHARMASRAYA Irma Susanti¹, Erna Juita², Afrital Rezki² ¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ²Dosen Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Septi Sri Rahmawati, 2015 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lahan merupakan salah satu faktor penunjang kehidupan di muka bumi baik bagi hewan, tumbuhan hingga manusia. Lahan berperan penting sebagai ruang kehidupan,

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Data tentang luas tutupan lahan pada setiap periode waktu penelitian disajikan pada 82,6 443.8 157.9 13.2 2664.8 1294.5 977.6 2948.8 348.7 1777.9 1831.6 65.8 2274.9 5243.4 469.2 4998.4 Hektar 9946.9 11841.8 13981.2 36 V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Citra Data tentang luas tutupan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang

PENDAHULUAN. banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan dunia era sekarang ini begitu cepat, ditandai dengan banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang sebelumnya kota telah berkembang menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan bangunan berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana

Lebih terperinci

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh

Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh Analisis Perubahan Lahan Tambak Di Kawasan Pesisir Kota Banda Aceh 1 Mira Mauliza Rahmi, * 2 Sugianto Sugianto dan 3 Faisal 1 Program Studi Magister Pengelolaan Sumberdaya Pesisir Terpadu Program Pascasarjana;

Lebih terperinci

ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA PADANG ABSTRACT

ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA PADANG ABSTRACT ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA PADANG Ike Martha Monica 1, Erna Juita 2, Farida 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program Studi

Lebih terperinci

ANALISIS LAJU DEFORESTASI HUTAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PROVINSI PAPUA)

ANALISIS LAJU DEFORESTASI HUTAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PROVINSI PAPUA) ANALISIS LAJU DEFORESTASI HUTAN BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (STUDI KASUS PROVINSI PAPUA) La Ode Muh. Yazid Amsah 1, Drs. H. Samsu Arif, M.Si 2, Syamsuddin, S.Si, MT 2 Program Studi Geofisika Jurusan

Lebih terperinci

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi

Gambar 3. Peta Orientasi Lokasi Studi BAB III METODOLOGI. Lokasi dan Waktu Kegiatan studi dilakukan di Dukuh Karangkulon yang terletak di Desa Wukirsari, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan luas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PENATAGUNAAN LAHAN DI DAS ULAR SUMATERA UTARA

PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PENATAGUNAAN LAHAN DI DAS ULAR SUMATERA UTARA 1 PEMANFAATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) UNTUK PENATAGUNAAN LAHAN DI DAS ULAR SUMATERA UTARA SKRIPSI Oleh: Yan Alfred Sigalingging 061201030 Manajemen Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003

BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003 BUKU INDIKASI KAWASAN HUTAN & LAHAN YANG PERLU DILAKUKAN REHABILITASI TAHUN 2003 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki nilai eknmi, eklgi dan ssial

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan sistem yang kompleks dan terdiri dari komponen utama seperti vegetasi (hutan), tanah, air, manusia dan biota lainnya. Hutan sebagai

Lebih terperinci