BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN ASUMSI TEORITIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN ASUMSI TEORITIS"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN ASUMSI TEORITIS 1. Pendahuluan Ada akademisi yang melakukan penelitian tentang Perkantas, namun belum melakukan penelitian dalam perspektif sosiologis. Ada satu karya ilmiah yang dituliskan oleh Eliyunus Gulo yang membahas tentang Misi Perkantas dalam sosial politik namun menggunakan perspektif biblika dan Teologis.1 Penelitian ini tidak membahas gerakan sosial keagamaannya dan ideologi dalam mengerjakan misi. Selain itu konteks Perkantas secara Nasional bukan lokal. Oleh sebab itu penulisan tesis ini ditujukan untuk melakukan penelitian dalam perspektif sosiologis, dalam mendeskripsikan dan menganalisis Ideologi dalam Gerakan Sosial Keagamaan, Melalui kajian sosiologi agama diharapkan penulis mampu memberikan gambaran yang jelas tentang ideologi Perkantas serta pengaruhnya bagi Gerakan pelayanan kemahasiswaan di dalam UKMKP UNIMED. Selain itu, ada karya tulis tentang sejarah dan perkembangan pelayanan Perkantas selama 30 tahun, disusun oleh para Tim Perkantas. 2 Buku perjalanan pelayanan merupakan karya wawancara diseluruh Perkantas Indonesia namun bukan karya Ilmiah. Isinya lebih merupakan sharing tentang perjalanan pelayanan setiap daerah Perkantas. Namun, karya ini sangat penting untuk menjadi dasar acuan untuk menggunakan data-data wawancara dari pendiri Perkantas. 1 Eliyunus Gulo. Perluasan Misi Pelayanan Perkantas terhadap kehidupan sosial politik di Indonesia dalam era Reformasi, berdasarkan Lukas 4: (Cipanas: STTC, 2001) 2 Tim Perkantas. Visi dan Kontinuitas: Pergerakan Perkantas Selama 30 Tahun di Indonesia. (Jakarta:Perkantas, 2004) 16

2 Pada penelitian lain, pembahasan tentang teori sosiologi pengetahuan, ideologi dan gerakan sosial keagamaan banyak di bahas. Pembahasan tentang subjek penelitian tentang gerakan pelayanan mahasiswa UKMKP UNIMED dan Perkantas tidak ada yang membahasnya. Pembahasan dalam perspektif sosiologi agama antara ideologi Perkantas dan Gerakan sosial keagamaan UKMKP UNIMED pada karya tulis ini, akan dibahas dalam teori sosiologi pengetahuan serta melihat ideologi dan kaitannya dengan perilaku kolektif sebagai gerakan sosial keagamaan, akan dibahas dalam bab ini. 2. Sosiologi Pengetahuan dan Ideologi Ketika kita bertanya tentang bagaimana caranya kita tahu bahwa kita tahu? Jika menggunakan jawaban melalui pendekatan sosiologi maka jawabannya sangat sederhana yaitu kita mempelajarinya. Hal ini membuat kita menyadari bahwa setiap orang tidak berpikir sendiri namun ia berpikir dalam kelompok-kelompok tertentu yang mengembangkan suatu pengetahuan. 3 Ini merupakan gambaran bahwa setiap manusia berpikir namun bukan hanya pribadi namun ada pengaruh dari kelompok dan komunitas yang mempengaruhinya. Dalam pengertiannya Sosiologi pengetahuan merupakan salah satu dari berbagai cabang keilmuan yang muda dari sosiologi; sebagai bentuk teori keilmuan ini berusaha, menganalisis kaitan antara pengetahuan dan kehidupan; sebagai riset sosiologi-historis, cabang ini berupaya menelusuri bentuk-bentuk yang diambil oleh kaitannya dengan perkembangan intelektual manusia. 4 Teori ini ingin mengetahui bahwa pengetahuan 3 Karl Mannheim. Ideologi dan Utopia, Ibid,

3 merupakan berasal dari latar belakang kehidupan sosial dan masyarakat sekitar. Pengetahuan dan ide itu bukan lahir langsung dari suatu mimpi dan wahyu yang bersifat transenden, namun wacana yang terdapat dalam kehidupan sosial sangat menentukan. Melalui riset ini kita bisa melihat sejauhmana perkembangan dari proses intelektual dan berpikir suatu lingkungan sosial, melalui melihat kesejarahannya. Bagi Scheller, Sosiologi pengetahuan mempengaruhi pengetahuan yang dipelajari, hanya selama sosiologi itu menjelaskan waktu dan keadaan ketika pengetahuan itu muncul, diterima, atau mengabur. 5 Sedangkan Menurut Ignas Kleden mengatakan bahwa Dalil utama sosiologi pengetahuan ialah bahwa setiap pengetahuan bersifat kontekstual. Sosiologi pengetahuan sangat dipengaruhi tempat dan nilai-nilai dari konteks sosial tempat seseorang hidup dan bekerja. Sosiologi pengetahuan ingin menyelidiki asal usul dan pengaruh sosial atas sebuah pengetahuan. Akibatnya dalam sosiologi pengetahuan, peranan nilai-nilai transendental seperti rasio dikesampingkan dan diganti dengan fakta-fakta pengalaman. 6 Menurut Mannheim, tesis utama Sosiologi pengetahuan yaitu bahwa terdapat cara-cara berpikir yang tak dapat dipahami secara memadai selama asal-usul sosialnya tidak jelas. Memang benar bahwa hanyalah individu yang dapat berpikir. Tak ada suatu entitas metafisis seperti kelompok pikiran yang berpikir melampaui dan mengatasi kepala-kepala individu-individu, atau yang gagasan-gagasannya hanyalah direproduksi 5 George Ritzer & Barry Smart. Handbook Teori Sosial. (terj).(bandung:nusamedia,2011),195 6 Ignas Kleden. Sikap ilmiah dan Kritik Kebudayaan. (Jakarta:LP3S, 1987) 18

4 oleh individu. 7 Meskipun demikian kelirulah bila menyimpulkan dari hal ini bahwa semua gagasan dan perasaan yang mendorong individu berasal dari dirinya saja, dan dapat diterangkan secara memadai semata-mata dasar pengalaman hidupnya sendiri. Melalui bagian ini kita akan mengkaji tentang konsep ideologi dan bagaimana keterkaitan ideologi dengan teori sosiologi pengetahuan. Menggunakan pendekatan Mannheim, bahwa segala pengetahuan merupakan hasil proses pembentukan realitas dari suatu kelompok dan masyarakat, sehingga ideologi mempunyai kajian sejarah sosialnya. Kita akan melihat proses dari sosiologi pengetahuan menurut Mannheim bagaimana ideologi tercipta. Melalui Gambar 2.1, kita bisa melihat proses sosiologi pengetahuan diawali dengan segala kondisi material dan sosial, selanjutnya akan melahirkan suatu perilaku baik individu maupun sosial. Ketika hal ini mengalami internalisasi, perilaku ini menumbuhkan pengalaman personal dari perilaku seseorang. Jika setiap individu berinteraksi dengan individu lain dan melakukan eksternalisasi dan objektivikasi, maka pengalaman ini bukan hanya terjadi personal namun secara kolektif. Hal ini yang menjadi landasan bagi Organisasi-organisasi dan Proses sosial mendasari pembentukan ideologi. Pada tahap selanjutnya ideologi yang mempengaruhi seseorang maupun kolektif berusaha mengubah dan melestarikan kondisi material dan sosial itu kembali. 7 Karl Mannheim. Ideologi and Utopia,2 19

5 Gambar 2.1 Sosiologi Pengetahuan 8 Proses perputaran itu bukan terjadi sirkular namun terjadi secara sirkular spiral. Kondisi material dan sosial pertama akan berbeda dengan kondisi material dan sosial setelah adanya suatu ideologi. Perkembangan pemikiran menjadi pandangan hidup yang berakar didalamnya dipengaruhi nilai-nilai yang berbeda. Ideologi akan membangun kondisi material dan sosial baru serta akan melahirkan perilaku didalamnya baik secara kolektif maupun personal. Perputaran kembali kepada proses sosiologi pengetahuan. Ada yang akan hilang dalam proses eksternalisasi dan objektivikasi, namun ada yang semakin mengkristal yaitu nilai-nilai utama didalamnya. 2.1 Pengertian Ideologi Ideologi menurut kamus Webster ideologi berarti ilmu tentang ide-ide; studi tentang asal mula dan hakikat ide-ide; terutama sistem Condilac, yang secara eksklusif 8 William O Neil. Ideologi-Ideologi Pendidikan. (Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2001) 20

6 menderivasikan ide-ide dari kesan indrawi. 9 Kata ideologi pertama kali diperkenalkan oleh filsuf Perancis Antoine Destutt de Tracy pada tahun Kata ini berasal dari bahasa Perancis Ideologie, merupakan gabungan dua kata yaitu ideo yang mengacu kepada gagasan dan logie yang mengacu kepada logos, kata dalam bahasa Yunani untuk menjelaskan logika dan rasio. Destutt de Tracy menggunakan kata ini dalam pengertian etimologisnya, sebagai ilmu yang meliputi kajian tentang asal-usul dan hakikat ide atau gagasan. 10 Ideologi adalah suatu ilmu tentang ide atau gagasan. Ideologi dapat dianggap sebagai visi yang komprehensif, sebagai cara memandang segala sesuatu secara umum (ideologi dalam kehidupan sehari-hari) dan beberapa arah filosofis (ideologi politis), atau sekelompok ide yang diajukan oleh kelas yang dominan pada seluruh anggota masyarakat. 11 Tujuan utama di balik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak (bukan hanya sekedar pembentukan ide) yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat konsep menjadi inti politik. Ideologi mengacu pada pengertian pada sistem ide-ide tentang fenomena, terutama fenomena kehidupan sosial; cara berpikir khas suatu kelas atau individu. 12 Berikut kita akan melihat konsepsi Marx dan Engels tentang Ideologi. Pertama, konsepsi mereka tentang ideologi, bukan hanya meliputi suatu kajian teori tentang pengetahuan dan politik, namun juga metafisika, etika, agama dan bahkan segala bentuk 9 Merriam-Webster Dictionary.(USA: Merriam-Webster 2010) 10 Raymond Geuss. The Idea of A Critical Theory,, 4 11 Ibid, Henry D.Aiken. Abad Ideologi. (Yogyakarta:Bentang, 2002),2 21

7 kesadaran yang mengungkapkan sikap-sikap atau komitmen-komitmen mendasar suatu kelas sosial 13. Dalam bukunya German Ideologi terdapat sejumlah bagian yang menarik dimana Marx dan Engels tampaknya sedang mencoba merumuskan beberapa perbedaan antara komponen-komponen ideologis kesadaran dan apa yang kadang mereka sebut pengetahuan nyata atau ilmu positif nyata 14. Apa sesungguhnya arti dari perbedaan itu tak pernah diterangkan secara jelas, namun ia mengungkapkan bahwa Ideologiideologi itu, bersifat tidak rasional. Buku itu juga mengangkat persoalan-persoalan sulit tentang status materialisme dialektis itu sendiri, yang tidak hanya dikonsepsikan Marx sebagai ideologi kelas pekerja revolusioner namun juga sebagai filsafat ilmiah yang bisa dikemukakan orang sebagai kebenaran. Ideologi memiliki arti partikular dan arti total. Dalam konsep partikular Ideologi merujuk pada suatu gagasan-gagasan dan penjelasan-penjelasan yang dimajukan oleh lawan kita. Gagasan dan penjelasan itu dianggap kurang lebih sebagai penyembunyiaan hakikat kenyataan sesungguhnya, sedang pengetahuan tentang kenyataan itu sering dianggap tak sesuai dengan kepentingan-kepentingan lawan kita itu. Segala bentuk penipuan-penipuan dalam kondisi secara sadar sampai pengelabuan-pengelabuan merupakan distorsi-distorsi dari pihak lawan sampai membuat orang lain menipu dirinya. Konsep ini sedikit demi sedikit mengalami diferensiasi dari pendapat umum mengenai kebohongan 15. Disini kita mengacu pada ideologi suatu zaman atau ideologi suatu kelompok sosio-historis konkret. 13 William O Neil. Ideologi-Ideologi Pendidikan.(Yogyakarta:Pustaka Pelajar, 2001) 14 Ibid 15 Lih Karl Mannheim. Ideologi dan Utopia

8 2.2 Jenis-Jenis Ideologi Jika dilihat dari istilahnya telah banyak digunakan atau diterapkan secara berbeda pada berbagai disiplin ilmu. Para ahli teori mengemukakan bahwa teori ideologi ada dalam rangka menjawab berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan aspek kehidupan mereka. Guess membagi Ideologi menjadi tiga hal dalam sub-bagian yaitu: Ideologi dalam pemahaman deskriptif, kedua ideologi dalam pemahaman positif dan ketiga, ideologi dalam pemahaman pejorative Ideologi dalam Pemahaman Deskriptif Kajian dalam melihat ideologi melalui pendekatan Guess menggambarkan bahwa Ideologi dalam arti luas merupakan suatu pemahaman deskriptif murni. Ideologi memiliki tujuan untuk meneruskan proyek penggambaran dan penjelasan fitur-fitur tertentu dan fakta-fakta tentang kelompok sosial manusia. Ideologi dalam makna deskriptif terdiri dari dua unsur yaitu diskursif (konseptual atau proposional) maupun non-diskursif (gerakan karakteristik, ritual, sikap, bentuk kegiatan, seni, dll). 16 Agama adalah bagian dari ideologi kelompok, sementara ritual adalah elemen non-diskursif dari sebuah ideologi. Ideologi agama dapat berupa seperangkat keyakinan seolah-olah tentang manusia super sungguh ada, yaitu seperangkat keyakinan dengan isi manifest agama atau seperangkat keyakinan dan sikap yang berfungsi untuk mengatur atau mempengaruhi perilaku keagamaan dan prakteknya. 16 Raymond Geuss. The Idea of A Critical Theory, 5 23

9 Menurut Bell, ideologi merupakan cara menerjemahkan ide menjadi tindakan dan mendefinisikan sebuah ideologi total sebagai sistem yang termasuk pada realitas komprehensif, ini merupakan satu set kepercayaan yang dihayati dengan semangat, dan berusaha unuk mengubah keseluruhan dari cara hidup. Jadi, ideologi dalam pemahaman deskriptif adalah: Sebuah program atau rencana aksi didasarkan pada model sistematis eksplisit atau teori tentang bagaimana masyarakat bekerja. Bertujuan transformasi radikal atau rekonstruksi masyarakat secara keseluruhan. Diselenggarakan dengan lebih percaya diri (passion) daripada bukti bagi teori atau model tuntutan Ideologi dalam Pemahaman Positif Manusia memiliki kebutuhan mendasar untuk menggapai kehidupan yang bermakna dan memiliki identitas. Selain itu setiap manusia dan kelompok masyarakat memiliki kebutuhan, keinginan, kepentingan, kebiasaan dan keyakinan dalam suatu kelompok masyarakat. Pandangan dunia yang tepat bagi suatu kelompok yang kemudian melahirkan apa yang disebut sebagai ideologi. Ideologi memungkinkan setiap anggota kelompok memenuhi apa yang mereka butuhkan dan inginkan, dan selanjutnya bergerak sesuai dengan kepentingan yang ada. 18 Ideologi dalam makna positif lebih kepada sesuatu yang dibentuk, dibuat atau diciptakan. Setiap anggota kelompok kemudian saling menciptakan situasi yang memungkinkan mereka untuk merasa menjadi bagian dari suatu kehidupan bersama. 17 Raymond Geuss. The Idea of A Critical Theory, Ibid, 12 24

10 Usaha untuk memenuhi kebutuhan, keinginan dan kepentingan suatu kelompok sosial, mesti dilakukan dengan menjauhkan tendensi memperbudak, mengeksploitasi, atau bahkan mendominasi pihak lain 19. Jadi melalui pendekatan ini ideologi bisa menjadi suatu kesadaran positif Ideologi dalam Pemahaman Pejoratif Konsep penggunaan ideologi pada pemahaman pejoratif bersifat negatif, merendahkan atau kritis. Ideologi merupakan khayalan atau kesadaran palsu dimana tidak sesuai dengan realitas yang ada. Geuss menyatakan bahwa istilah kesadaran mengacu pada konstelasi kepercayaan tertentu, sikap, watak, dll. Arti atau sifat bentuk kesadaran yang dapat menjadi ideologi palsu dan menjadikan ideologi dalam arti pejoratif. 20 Bentuk kesadaran ideologis palsu dalam beberapa sifat epistemik dari keyakinan yang merupakan konstituennya. Suatu bentuk kesadaran ideologis palsu dalam sifat fungsional. Suatu bentuk kesadaran ideologis palsu dalam beberapa sifat genetiknya. Jadi, istilah ideologi digunakan dalam pemahaman pejoratif yaitu untuk mengkritik bentuk kesadaran karena menggabungkan keyakinan yang salah, atau menjalankan fungsinya dengan cara tercela serta memiliki asal-mula yang tercemar. Oleh sebab itu konsep ideologi pejoratif bernilai negatif dikarenakan adanya kepentingan dari agen dan merupakan delusi yang dipaksakan kepada anggotanya, guna mempertahankan dan memproduksi makna sendiri. Terdapat sifat fungsi dan peranan dalam mendukung, 19 Raymond Geuss. The Idea of A Critical Theory, Ibid,12 25

11 menstabilkan atau melegitimasi beberapa jenis institusi atau praktek-praktek sosial yang tercela, tidak adil, eksploitatif, hegemoni dan dominasi didalamnya. 2.3 Ideologi Pendidikan Salah satu bentuk ideologi selain dalam dunia politik yaitu ideologi dalam pendidikan. Gagasan tentang pendidikan penulis melihat konsep ideologi pendidikan penting untuk dibahas karena ada keterkaitan dengan penelitian. Ideologi Pendidikan menurut William O Neil berkaitan dengan sistem-sistem filosofis, namun mereka berbeda dari sistem-sistem filosofis yang biasanya dalam empat hal berikut yang membedakan ideologi dengan filosofi yaitu: 21 Mereka lebih merupakan sistem-sistem gagasan yang umum atau luas ketimbang kebanyakan filosofi Mereka seketika mengakar pada etika sosial (yakni, dalam filosofi moral serta politik), dan hanya memiliki akar yang tidak besar di dalam sistem-sistem filosofi yang lebih abstrak, seperti misalnya realism, idealism, dan pragmatism Mereka diniatkan terutama untuk mengarahkan tindakan sosial dan bukan sekedar menjernihkan ataupun menata pengetahuan Mereka merupakan sebab sekaligus akibat dari perubahan sosial yang mendasar Berikut penulis mencoba menjabarkan tentang Jenis-jenis Ideologi Pendidikan yang terbagi menjadi dua ideologi yaitu konservatif dan liberal. Pengolongan ini didasarkan pada pendekatan William O Neill yang menggunakan pendekatan moral dan 21 William O Neil. Ideologi-Ideologi Pendidikan,

12 politik, sehingga penggolongan yang dilakukan terbagi menjadi dua dengan sub-kategori lainnya Ideologi Pendidikan Konservatif Pengertian Konservatif berasal dari kata conserve yang berarti memelihara, menjaga, mempertahankan. Secara umum konservatif merupakan pandangan dan sikap yang ingin mempertahankan struktur dan sistem sosial, ekonomi, politik, budaya,etika, moral atau keagamaan yang ada, dan melawan perubahan, terutama yang bersifat mendadak dan radikal. 22 Jadi, Ideologi konservatif pendidikan merupakan suatu pandangan yang mempertahankan, memelihara, menjaga dan mempertahankan sistem nilai-nilai atau gagasan-gagasan yang tentang sistem nilai dari proses pengetahuan dan perkembangan manusia dalam mengetahuinya.. Ideologi pendidikan konservatif terbagi menjadi tiga tradisi pokok yaitu, Fundamentalisme pendidikan, Intelektualisme Pendidikan dan Konservatisme pendidikan Fundamentalisme Pendidikan merupakan suatu ideologi pendidikan yang mempertahankan dan menjaga sistem nilai secara keras dan cukup reaktif. Bentuk ideologi ini merupakan bentuk yang paling konservatif, sehingga ideologi ini dalam gerakan sosial keagamaan merupakan gerakan radikal menolak perubahan sosial. 22 A.Mangunhardjana. Isme-isme dalam Etika dari A sampai Z. (Yogyakarta:Kanisius,1997), Lih William O Neill. Ideologi-Ideologi Pendidikan,

13 Intelektualisme Pendidikan merupakan suatu ungkapan yang lahir dari konservatisme politik yang didasarkan pada sistem-sistem pemikiran filosofis atau religius yang pada dasarnya otoritarian 24. Intelektualisme pendidikan merupakan ideologi yang ingin mengubah praktik-praktik politik yang ada, demi menyesuaikannya secara lebih sempurna dengan cita-cita intelektual atau rohaniah yang sudah mapan dan tidak bervariasi Konservatisme Pendidikan merupakan suatu bentuk ideologi yang menekankan peran sentral pelatihan rohaniah sebagai landasan pembangunan karakter moral yang tepat. Cara untuk menjamin pertahanan hidup secara sosial serta efektivitas secara kuat oleh orientasi pendidikan yang bersifat lebih Alkitabiah dan Evangelis (mendakwahkan Agama) Ideologi pendidikan liberal Liberal berasal dari kata liber yang berarti bebas, tidak terikat, merdeka, dan tidak tergantung. Pandangan ini menjunjung tinggi martabat pribadi manusia dan kemerdekaannya. Ideologi ini percaya bahwa kebaikan dan kemampuan manusia untuk mengembangkan seluruh potensi dan hidupnya. 25 Pandangan ini lebih dinamis dalam mengalami perubahan baik yang kecil maupun yang radikal. Ideologi pendidikan ini memiliki tiga tradisi yaitu 26, 24 Otoritarian berasal dari kata authority yang diturunkan dari bahasa latin auctoritas yang berarti pengaruh, kuasa, wibawa, dan otoritas. Hal ini berarti melalui otoritas orang dapat dipengaruhi pendapat, pemikiran, gagasan dan perilaku orang baik secara perorangan maupun kelompok. 25 A.Mangunhardjana. Isme-isme dalam Etika, Lih William O Neil. Ideologi-Ideologi Pendidikan,

14 Liberalisme Pendidikan. Ideologi ini memiliki tujuan jangka panjang pendidikan untuk melestarikan dan memperbaiki tatanan sosial yang ada dengan cara mengajar setiap siswa sebagai caranya menghadapi persoalanpersoalan dalam kehidupannya sendiri secara efektif. Ideologi ini adalah bentuk ideologi pendidikan yang paling konservatif diantara ideologi pendidikan liberal yang lainnya Liberasionisme Pendidikan. Pandangan ide dari bagian ini yaitu suatu sudut pandang yang menganggap bahwa kita harus segera melakukan perombakan berlingkup besar terhadap tatanan politik yang ada sekarang, sebagai cara untuk memajukan kebebasan-kebebasan individu dan mempromosikan perujudan potensi-potensi diri semaksimal mungkin Anarkisme Pendidikan. Konsep ideologi ini adalah suatu sistem penyelidikan eksperimental yang terbuka (pembuktian pengetahuan melalui penalaran ilmiah), atau menerima prakiraan-prakiraan yang dianggap selaras dengan sistem pendidikan semacam itu. Pemahaman pendidikannya melakukan penghapusan pembatasan-pembatasan kelembagaan terhadap perilaku personal, bahwa kita harus, sejauh mungkin yang bisa kita lakukan mendestitusionalisasikan masyarakat membuat masyarakat bebas lembaga. membuat masyarakat bebas lembaga. Ideologi ini merupakan bentuk yang paling bebas dan memiliki ruang paling luas. Sosiologi pengetahuan akan mengetahui asal mula perkembangan pemikiran yang mempengaruhi kondisi material dan sosial suatu kelompok. Melalui pengetahuan 29

15 dari para tokoh-tokoh penting kita akan melihat nilai-nilai yang dialami baik personal maupun organisasi. Gagasan-gagasan yang lahir ini merupakan bagian penting untuk melihat visi dan misi tokoh ini bagi organisasi dan masyarakat. Ide dan gagasan itu lahir dalam bentuk ideologi dalam dimensi dan pemahamannya. Salah satu ideologi yaitu ideologi pendidikan yang lahir dari kondisi material sosial suatu kelompok tentang ide dan gagasan pendidikan. 3. Ideologi dan Gerakan Sosial Keagamaan Ketika melihat pengertian Ideologi serta keseluruhan jenis serta kaitannya dengan sosiologi pengetahuan. Selanjutnya akan membahas tentang kaitan Ideologi dengan Gerakan sosial Keagamaan. Pembahasan akan dimulai dengan memahami tentang arti Gerakan sosial serta melihat jenis-jenis gerakan sosial. Bagian ini melalui pendekatan teori gerakan sosial Neil smelser yang memasukkan kategori gerakan sosial keagamaan menjadi gerakan sosial berorientasi nilai. Pada akhirnya kita bisa melihat tentang kaitan Ideologi dalam kajian gerakan sosial keagamaan. 3.1 Pengertian Gerakan Sosial Gerakan sosial merupakan hal yang terdapat pada keberadaan hakiki manusia berkaitan dengan wacana dan kehidupan praktis yang dirancang untuk melawan dan merubah masyarakat yang telah mapan. Hal ini dibentuk oleh orang-orang yang, melampaui batas waktu, keterlibatan dalam wacana non-kelembagaan dan praktik untuk perubahan. Untuk memahami suatu gerakan, kita melihat kajian yang dilakukan oleh Blumer dalam terminologi ilmu sosial, tentang kata gerakan yang dalam bahasa inggris 30

16 movement berarti sesuatu dari yang abstrak menuju kepada sesuatu yang riil. Sebuah gerakan bukanlah suatu thing suatu benda fisik seperti meja atau sepotong roti hal ini berkaitan dengan keberadaan manusia didalam masyarakat yang terlibat dalam aksi dan berinteraksi satu sama lain, dengan menggunakan kemampuan manusia dalam bahasa dan simbol 27 Dalam ilmu sosial berbicara tentang gerakan berarti suatu aktifitas atau kegiatan dimana ada interaksi antara seorang manusia dengan manusia. Garner mendefinisikan bahwa Gerakan harus dipahami sebagai suatu respon dalam menanggapi orang lain 28. Gerakan tidak terpisahkan atau terkotak-kotak dalam interaksi terhadap sesuatu, tetapi keterlibatan manusia dalam pikiran dan tindakan yang berinteraksi dengan orang lain. Interkoneksi ini merupakan bagian utama pada satu gerakan disuatu waktu. Menurut kamus sosiologi, gerakan sosial merupakan Istilah yang mencakup berbagai macam bentuk tindakan sosial yang bertujuan untuk melakukan reorganisasi sosial. Tujuan dari gerakan sosial sangat luas, seperti suatu gerakan dalam menggulingkan pemerintahan yang berkuasa, atau dalam arti sempit, seperti dalam membersihkan lingkungan sekitar. 29 Suatu bentuk tindakan sosial dari agen yang berinteraksi satu dengan yang lainnya. Agen itu berada dalam suatu kelompok, grup maupun komunitas. Gerakan sosial merupakan suatu tindakan sosial yang dilakukan oleh komunitas yang memiliki tujuan dalam melakukan perubahan sosial. 27 Herbert Blumer. Collective Behaviour, in Alfred McClung Lee (ed.), New Outline of the Principles of Sociology. (New York: Barnes & Noble,1951) 28 Garner, Roberta. Contemporary Movements and Ideologies.(Chicago: McGraw-Hill, 1996), 9 29 Nicholas Abercrombie (et.al). Sociology of Dictionary. (England: Penguin Press, 1984) 31

17 3.2 Jenis-Jenis Gerakan Sosial Menurut Talcolt Parsons, secara logis suatu tindakan akan melibatkan seorang agen dan aktor, dengan memiliki suatu tujuan tindakan yang terarah, suatu situasi yang mencakup ketentuan dan sarana untuk tindakan serta seperangkat norma yang mengarahkan tindakan tersebut. 30 Konsep berpikir Talcolt Parson tentang tindakan sosial berasal dari pemikiran Max Weber. Menurut Tampake, Weber dalam bukunya Economy and Society mencirikan empat tipe tindakan sosial yaitu : Pertama, Tindakan sosial yang secara instrumental berorientasi rasional yang ditentukan oleh ekspektasiekspektasi yang digunakan sebagai kondisi-kondisi atau cara-cara untuk meraih tujuan akhir yang telah diperhitungkan sebelumnya oleh sang aktor. Kedua, Tindakan sosial yang berorientasi nilai yang ditentukan oleh keyakinan secara sadar terhadap nilai etika, keindahan dan agama. Ketiga, Tindakan sosial yang beorientasi afektif emosional yang ditentukan oleh kondisi perasaan aktor. Keempat, Tindakan sosial tradisional yang ditentukan oleh kebiasaan. 31 Neil Smelser mencoba mengembangkan pemikiran Weber yang hanya mengkaji konsep tindakan sosial sebagai suatu perilaku kolektif agen. Smelser memandang bahwa teori tindakan sosial merupakan hasil dari perilaku aktor yang memiliki orientasi pada pencapaian harapan dan tujuan dengan cara mengeluarkan tenaga yang secara normatif diregulasi. Smelser menyebut ada empat hal yang terkait dari pengembangannya tentang teori tindakan sosial, yaitu bahwa tindakan sosial selalu diarahkan pada pencapaian 30 Talcolt Parsons. The Structure of Social Action. (Illinois: The Free Press, 1949), hal Tony Tampake. Redefinisi Tindakan Sosial dan Rekonstruksi Identitas Pasca Konflik Poso. (Salatiga:UKSW, 2014),hal 41 32

18 tujuan atau harapan, terjadi di dalam situasi sosial bersifat normatif regulatif, dan melibatkan upaya serta motivasi. Smelser melihat bahwa Talcolt Parson didasarkan pada sudut pandang aktor, sehingga pada level abstraksi, individu-individu diperlakukan sebagai suatu sistem utama tidak terlalu penting. Oleh sebab itu ia menerapkan konsepsi tindakan sosial terhadap sistem tindakan sosial yang melibatkan dua aktor atau lebih. Smelser tidak lagi melakukan analisis tindakan sosial pada level interaksi antara aktor namun lebih kepada aktor dalam sebuah sistem sosial. 32 Melalui pendekatan gerakan sosial dimana aktor berinteraksi dengan sistem, ia menyebut bahwa ada empat komponen utama dari tindakan sosial. Pertama, nilai-nilai (values) yang akan memberikan panduan terhadap perilaku sosial yang disengaja. Nilainilai ini adalah komponen yang paling umum dari tindakan sosial yang bisa ditemukan dalam sebuah sistem nilai dengan terma-terma umum dengan menyatakan tujuan akhir atau kondisi akhir yang diharapkan. Kedua, komponen aturan-aturan regulatif (norms) yang mengatur pencapaian tujuan-tujuan perilaku sosial. Norma merupakan suatu tata aturan yang dibuat untuk menegakkan penerapan dari nilai-nilai yang disepakati bersama. Norma lebih bersifat legalistik, pasti dan tegas. Ketiga, komponen mobilisasi individu untuk meraih nilai-nilai sebagai tujuan tindakan sosial berdasarkan normanorma atau aturan-aturan regulatif. Keempat, komponen tentang ketersediaan fasilitas situasional yang dipakai oleh aktor sebagai cara untuk ketiga komponen sebelumnya, yang mencakup pengetahuan akan lingkungan, kemampuan memperkirakan akibat dari 32 Neil Smelser. Theory of Collective Behaviour., 23 33

19 tindakan, dan alat-alat ketrampilan. 33 Berdasarkan keempat komponen diatas Smelser membagi gerakan dalam empat tipologi gerakan sosial. yaitu: Gerakan Sosial Berorientasi Nilai. Suatu tindakan kolektif yang dilakukan karena interaksi agen dengan sebuah keyakinan, ide bersama yang di digeneralisasi (generalized belief) yang bertujuan untuuk menyusun kembali nilai-nilai dalam tindakan sosial Gerakan Sosial Berorientasi Norma. Suatu bentuk tindakan kolektif yang digerakkan dalam upaya penyusunan kembali norma-norma dalam tindakan sosial Gerakan Sosial Berorientasi Patokan Regulatif. Suatu bentuk tindakan sosial yang dikerahkan dalam meminta suatu pertanggungan jawab pada aktor sosial atas keadaan yang tidak diinginkan Gerakan Sosial Berorientasi Mobilisasi. Suatu bentuk perilaku kolektif yang didasarkan pada redefinisi fasilitas bersama. 3.3 Gerakan Sosial Keagamaan Sebagai Gerakan Sosial berorientasi Nilai Gerakan sosial keagamaan adalah suatu fenomena perilaku kolektif yang berorientasi nilai yang berupaya untuk melakukan suatu perubahan, merestorasi, memproteksi dan memodifikasi sistem nilai untuk suatu keyakinan yang digeneralisir. Keyakinan ini berupa ide, wahyu, maupun kepercayaan yang bersifat mistis. Namun, 33 Neil Smelser. Theory of Collective Behaviour.,

20 keyakinan ini tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan semua komponen tindakan sosial dan mengharapkan suatu perubahan sistem nilai, norma, motif dan fasilitas-fasilitas. 34 Gerakan-gerakan sosial berorientasi nilai akan muncul ketika tidak adanya caracara alternatif dalam menyusun kembali situasi sosial yang tidak tersedia. Ada tiga aspek utama dari bentuk ketidaktersediaan yaitu: Pertama, suatu kelompok yang merasa diperlakukan kurang adil (aggrieved) karena tidak memiliki fasilitas untuk dapat menyusun kembali suatu kondisi sosial. Kedua, suatu kelompok yang merasa diperlakukan kurang adil karena dilarang atau dicegah untuk mengekspresikan rasa dan sikap ketidakpuasan mereka terhadap orang-orang atau kelompok yang dianggap bertanggung jawab terhadap suatu gangguan keadaan. Ketiga, kelompok yang merasa diperlakukan kurang adil karena tidak dapat memodifikasi struktur normative dan tidak dapat mempengaruhi mereka yang memiliki kuasa untuk melakukan hal itu. 35 Gerakan berorientasi nilai keagamaan menekankan beberapa klasifikasi, seperti gerakan keagamaan pesimistik, gerakan keagamaan perfeksionis, gerakan keagamaan legalistik, gerakan keagamaan egosentrik, dan gerakan keagamaan esoterik. Smelser melihat bahwa gerakan sosial memiliki komponen penting dari sekedar tindakan kolektif yaitu perilaku kolektif. Perilaku kolektif Smelser dibangun diatas dua konstruksi yaitu konstruksi komponen-komponen tindakan sosial dan konstruksi proses pertambahan nilai. Konstruksi yang pertama digunakannya untuk menjelaskan dan menggambarkan 34 Ibid, Neil Smelser. Theory of Collective Behaviour.,

21 tindakan sosial. Sedangkan konstruksi kedua digunakan untuk mengatur faktor-faktor penentu di dalam model-model eksplanasi Kesimpulan Sosiologi Pengetahuan merupakan teori untuk melihat ideologi melalui pendekatan kesejarahan sosial ide itu berasal. Gagasan dan nilai-nilai dapat ditemukan dengan melihat aktor dan lembaga merumuskan suatu gagasan-gagasannya. Ide yang muncul ketika terus mengalami transformasi dan perubahan ketika menghadapi realitas dan menjadi suatu gagasan yang berakar dan terkristalisasi inilah yang bisa disebutkan sebagai ideologi. Gerakan sosial keagamaan merupakan suatu perilaku kolektif yang melahirkan tindakan sosial dalam bentuk aktifitas-aktifitas keagamaan. Perilaku kolektif ini didasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dari ajaran dan dogma dari agama tersebut. Gerakan sosial keagamaan biasanya dipengaruhi oleh penekanan terhadap gagasan keagamaan yang diklasifikasikan dengan pesimistik, perfeksionis, legalistik, egosentrik dan esoteric. Oleh sebab itu gerakan sosial keagamaan berorientasi nilai bisa menjadi suatu ideologi ketika nilai-nilai itu coba diterapkan dalam kehidupan realitas. 36 Tampake. Redefinisi Tindakan Sosial, 46 36

BAB V KESIMPULAN. relasi antara ideologi dan gerakan sosial keagamaan. Dengan melihat penelitian yang

BAB V KESIMPULAN. relasi antara ideologi dan gerakan sosial keagamaan. Dengan melihat penelitian yang BAB V KESIMPULAN Melalui penelitian yang diajukan penulis pada latar belakang masalah bahwa ada relasi antara ideologi dan gerakan sosial keagamaan. Dengan melihat penelitian yang dilakukan dalam Ideologi

Lebih terperinci

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN Pada umumnya manusia dilahirkan seorang diri. Namun demikian, mengapa manusia harus hidup bermasyarakat. Manusia tanpa manusia lainnya pasti akan mati. Bayi misalnya,

Lebih terperinci

BAB VII REFLEKSI DAN KESIMPULAN

BAB VII REFLEKSI DAN KESIMPULAN BAB VII REFLEKSI DAN KESIMPULAN Fakta-fakta dan analisis di dalam disertasi ini melahirkan satu kesimpulan umum yaitu bahwa keberadaan Jemaat Eli Salom Kele i adalah sebuah hasil konstruksi sosial dan

Lebih terperinci

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Handout 4 Pendidikan PANCASILA SAMSURI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA PANCASILA sebagai Sistem Filsafat Kita simak Pengakuan Bung Karno tentang Pancasila Pancasila memuat nilai-nilai universal Nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER Manusia merupakan anggota masyarakat yang akan senantiasa berusaha agar selalu bisa bergaul dengan sesama. Sehingga setiap individu akan bertindak dan berusaha untuk

Lebih terperinci

Etika dan Filsafat. Komunikasi

Etika dan Filsafat. Komunikasi Modul ke: Etika dan Filsafat Komunikasi Pokok Bahasan Fakultas Ilmu Komunikasi Pengantar Kepada Bidang Filsafat Dewi Sad Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pengantar Rasa

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA. Novia Kencana, S.IP, MPA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA. Novia Kencana, S.IP, MPA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI DAN DASAR NEGARA Novia Kencana, S.IP, MPA novia.kencana@gmail.com Ideologi mencerminkan cara berpikir masyarakat, bangsa maupun negara, namun juga membentuk masyarakat menuju

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang pembinaan kerohaniaan siswa, mahasiswa, serta alumni Kristen. Perkantas telah

BAB I PENDAHULUAN. bidang pembinaan kerohaniaan siswa, mahasiswa, serta alumni Kristen. Perkantas telah BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Yayasan Perkantas merupakan organisasi sosial keagamaan yang bergerak di bidang pembinaan kerohaniaan siswa, mahasiswa, serta alumni Kristen. Perkantas telah

Lebih terperinci

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA Era global menuntut kesiapan segenap komponen Bangsa untuk mengambil peranan sehingga pada muara akhirnya nanti dampak yang kemungkinan muncul, khususnya dampak negatif dari

Lebih terperinci

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU

BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB I SOSIOLOGI SEBAGAI ILMU ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT

Lebih terperinci

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik

Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Memahami Akar dan Ragam Teori Konflik Sofyan Sjaf Turner dalam bukunya yang berjudul The Structure of Sociological Theory pada bab 11 13 dengan apik menjelaskan akar dan ragam teori konflik yang hingga

Lebih terperinci

2.2 Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara...7

2.2 Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara...7 DAFTAR ISI COVER DAFTAR ISI...1 BAB 1 PENDAHULUAN...2 1.1 Latar Belakang Masalah...2 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan Penulisan...3 BAB 2 PEMBAHASAN...4 2.1 Pancasila Sebagai Ideologi Nasional Bangsa...4

Lebih terperinci

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat)

Teori Sosial. (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat) Teori Sosial (Apa Kontribusinya Terhadap Pemahaman Olahraga di Masyarakat) Apa itu Teori dalam Sosiologi? Pada saat kita menanyakan mengapa dunia sosial kita seperti ini dan kemudian membayangkan bagaimana

Lebih terperinci

Arti Penting Ideologi bagi Suatu Bangsa dan Negara

Arti Penting Ideologi bagi Suatu Bangsa dan Negara Arti Penting Ideologi bagi Suatu Bangsa dan Negara Ideologi berasal dari kata idea yang artinya pemikiran, khayalan. konsep, keyakinan, dan kata logos yang artinya logika, ilmu atau pengetahuan. Jadi,

Lebih terperinci

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme

Pengertian/Definisi Politik Terkait dengan masalah Kekuasaan/Pengaruh Terkait pula dengan negara Menentukan tujuan, pengambilan keputusan, dan impleme Ada tiga hal penting yang perlu kita tanyakan pada diri kita; Yakni: Apa yang perlu kita ketahui dan pahami tentang Sosiologi dan Politik? Mengapa kita perlu mengetahui dan memahami Sosiologi dan Politik?

Lebih terperinci

The Public Administration Theory Primer (Sebuah Kesimpulan)

The Public Administration Theory Primer (Sebuah Kesimpulan) The Public Administration Theory Primer (Sebuah Kesimpulan) Tujuan utama buku ini adalah untuk menjawab tentang peran teori terkait permasalahan administrasi publik. Sebagaimana diketahui, tujuan utama

Lebih terperinci

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN

SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN SOSIOLOGI DALAM KEPARIWISATAAN Pada hakekatnya manusia merupakan mahluk sosial. Hal ini dapat dilihat dari kehidupannya yang senantiasa menyukai dan membutuhkan kehadiran manusia lain. Manusia memiliki

Lebih terperinci

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER. Pada bab dua ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER. Pada bab dua ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL MAX WEBER A.Kajian Teori Pada bab dua ini akan membahas mengenai teori sosiologi yang relevan dengan temapembahasan dalam penelitian ini dengan menggunakan teori tindakan sosial

Lebih terperinci

Facebook :

Facebook : 1 Nama : Dian Silvia Ardasari Tetala : Baso, 4 Desember 1983 Pendidikan : Sarjana Sosial dari Universitas Indonesia Status : Istri dari Chairul Hudaya Ibu dari Naufal Ghazy Chairian (3,5 th) dan Naveena

Lebih terperinci

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2

KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Sosiologi lahir manakala muncul perhatian terhadap masyarakat karena perubahan yang terjadi Terdapat peristiwa besar di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat

BAB II KAJIAN TEORI. maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat BAB II KAJIAN TEORI A. KAJIAN PUSTAKA Dalam kajian pustaka ini penulis ataupun peneliti akan menjabarkan maupun mempaparkan dua konsep diantaranya definisi yang berkaitan erat dengan judul, tema, dan fokus

Lebih terperinci

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak

Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak Pengetahun, wawasan, dan pengalaman menjadikan manusia bijak P A R A D I G M A (Penelitian Sosial) I Paradigma Merton universalisme, komunalisme, pasang jarak/ tanpa keterlibatan emosional, skeptisisme

Lebih terperinci

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah

Menurut penerbitnya, buku Studying Christian Spirituality ini adalah Tinjauan Buku STUDYING CHRISTIAN SPIRITUALITY Jusuf Nikolas Anamofa janamofa@yahoo.com Judul Buku : Studying Christian Spirituality Penulis : David B. Perrin Tahun Terbit : 2007 Penerbit : Routledge -

Lebih terperinci

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI, BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika

Lebih terperinci

TUJUAN NEGARA. Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara

TUJUAN NEGARA. Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara IDEOLOGI POLITIK TUJUAN NEGARA Sesuai dengan tujuan bersama yang disepakati Tujuan negara sesuai dengan ideologi yang digunakan dalam negara tersebut MINGGU DEPAN 1. Ideologi : Anarkisme dan Komunisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TUGAS KULIAH PANCASILA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TUGAS KULIAH PANCASILA BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sebagai bangsa Indonesia, kita tentu mengetahui dasar negara kita. Dan di dalam Pancasila ini terkandung banyak nilai di mana dari keseluruhan nilai tersebut terkandung

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Utopia.com..., Raditya Margi Saputro, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 5 PENUTUP. Utopia.com..., Raditya Margi Saputro, FIB UI, Universitas Indonesia BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Bila ditarik garis besarnya maka di dalam skripsi ini saya telah mencoba memaparkan sebuah teori tentang kemungkinan baru di dalam memunculkan sebuah ranah publik melalui hubungan

Lebih terperinci

CRITICAL THEORIES Bagian II

CRITICAL THEORIES Bagian II CRITICAL THEORIES Bagian II 1 MARXISME Jalur Pengaruh Pemikiran Karl Mark & Teori Kritis Hegel Neo Marxisme Teori Kritis II Marks Muda Karl Mark Marks Tua Engels Kautsky Korsch Lukacs Gramsci Hokheimer

Lebih terperinci

DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI. Pertemuan 2

DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI. Pertemuan 2 DEFINISI, OBJEK DAN KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Berhubungan dengan ilmuwan Perancis bernama Auguste Comte (1789-1857) yang dengan kreatif menyusun

Lebih terperinci

Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum.

Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum. POLITIK HUKUM BAB I TENTANG PERSPEKTIF POLITIK HUKUM OLEH: Prof.DR.H.GUNARTO,SH.SE.Akt.M.Hum. Politik Hukum Secara filosofis, berbicara hukum, berarti berbicara tentang pengaturan keadilan, serta memastikan

Lebih terperinci

Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara. Oleh Selly Rahmawati, M.Pd.

Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara. Oleh Selly Rahmawati, M.Pd. Pancasila sebagai Ideologi Bangsa dan Negara Oleh Selly Rahmawati, M.Pd. Pengertian Ideologi Ideologi Idea : gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita Logos : ilmu Secara harfiah, ideologi berarti ilmu

Lebih terperinci

Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis

Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis Pembahasan mengenai: Pengertian etika Hubungan etika dengan moral Hubungan

Lebih terperinci

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik

* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori

Lebih terperinci

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc.

PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF. By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc. PARADIGMA PENELITIAN KUALITATIF By: Nur Atnan, S.IP., M.Sc. Paradigma dalam Penelitian Kualitatif Paradigma Interpretif Paradigma Konstruktivisme Paradigma Kritis Paradigma Positivis Positivisme dibidani

Lebih terperinci

RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato,

RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato, RANGKUMAN Penggolongan Filsafat Pendidikan menurut Theodore Brameld: 1. Tradisi filsafat klasik yang dikembangkan oleh tokoh-tokoh dari teori Plato, Aristoteles, thomas Aquinas muncullah Perenialisme.

Lebih terperinci

FILSAFAT PENDIDIKAN. Oleh Drs. Dwi Siswoyo, M. Hum

FILSAFAT PENDIDIKAN. Oleh Drs. Dwi Siswoyo, M. Hum FILSAFAT PENDIDIKAN Oleh Drs. Dwi Siswoyo, M. Hum MAKNA FILOSOFI Kata filosofi berasal dari perkataan yunani philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan) dan berarti cinta kebijaksanaan. Filosofi adalah tidak

Lebih terperinci

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan

MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN. Imam Gunawan MAZHAB FILSAFAT PENDIDIKAN Imam Gunawan PERENIALISME Merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad 20. Perenialisme lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Mereka menentang

Lebih terperinci

proses sosial itulah terbangun struktur sosial yang mempengaruhi bagaimana China merumuskan politik luar negeri terhadap Zimbabwe.

proses sosial itulah terbangun struktur sosial yang mempengaruhi bagaimana China merumuskan politik luar negeri terhadap Zimbabwe. BAB V KESIMPULAN Studi ini menyimpulkan bahwa politik luar negeri Hu Jintao terhadap Zimbabwe merupakan konstruksi sosial yang dapat dipahami melalui konteks struktur sosial yang lebih luas. Khususnya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan

BAB V PENUTUP. A. Simpulan BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran

Lebih terperinci

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer

4/9/2014. Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-6 Amika Wardana, Ph.D a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Fungsionalisme Versus Konflik Teori Konflik Analitis (Non-Marxist) Perbedaan Teori Konflik Marxist dan Non- Marxist Warisan

Lebih terperinci

Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara. Masih ingatkah Anda, apa yang dimaksud dengan ideologi? Mungkin

Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara. Masih ingatkah Anda, apa yang dimaksud dengan ideologi? Mungkin Menelusuri Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Ideologi Negara 1. Konsep Pancasila sebagai Ideologi Negara Masih ingatkah Anda, apa yang dimaksud dengan ideologi? Mungkin Anda pernah membaca atau mendengar

Lebih terperinci

Gerakan Sosial. -fitri dwi lestari-

Gerakan Sosial. -fitri dwi lestari- Gerakan Sosial -fitri dwi lestari- (Bruce J. Cohen - 1992) Gerakan yang dilakukan sekelompok individu yang terorganisir untuk merubah (properubahan) ataupun mempertahankan (konservatif) unsur tertentu

Lebih terperinci

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Drs. Akhmad Mulyana M.Si SOSIOLOGI KOMUNIKASI

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB. Drs. Akhmad Mulyana M.Si SOSIOLOGI KOMUNIKASI hanyalah yang tidak mengandung nilai-nilai yang berlawanan dengan nilai-nilai partai. Biasanya dalam sistem komunikasi seperti itu, isi media massa juga ditandai dengan sejumlah slogan yang dimaksudkan

Lebih terperinci

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14

Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : Pertemuan 14 Matakuliah : L0094-Ilmu Sosial Untuk Psikologi Tahun : 2008 Pertemuan 14 MASYARAKAT MATERI: Pengertian Masyarakat Hubungan Individu dengan Masyarakat Masyarakat Menurut Marx Masyarakat Menurut Max Weber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan Filsafat merupakan disiplin ilmu yang terkait dengan masalah kebijaksanaan. Hal yang ideal bagi hidup manusia adalah ketika manusia berpikir

Lebih terperinci

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak

BAB II. Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku. Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak 53 BAB II Tindakan Sosial Max Weber dan Relevansinya dalam Memahami Perilaku Peziarah di Makam Syekh Maulana Ishak Untuk menjelaskan fenomena yang di angkat oleh peneliti yaitu ZIARAH MAKAM Studi Kasus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memungkinkan terjadinya integritas sosial, merupakan hubungan-hubungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memungkinkan terjadinya integritas sosial, merupakan hubungan-hubungan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bourdieu tentang Habitus Menurut Bourdieu (dalam Ritzer 2008:525) Habitus ialah media atau ranah yang memungkinkan terjadinya integritas sosial, merupakan hubungan-hubungan

Lebih terperinci

BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER. ketuhanan). Ia dididik dengan tradisi idealisme Jerman dan perduli

BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER. ketuhanan). Ia dididik dengan tradisi idealisme Jerman dan perduli BAB II TINDAKAN SOSIAL MARX WEBER Max Weber (1864-1920), ia dilahirkan di Jerman dan merupakan anak dari seorang penganut protestan Liberal berhaluan sayap kanan. Weber berpendidikan ekonomi, sejarah,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Peranan Metodologi Dalam Penelitian / Kajian Hukum

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Peranan Metodologi Dalam Penelitian / Kajian Hukum 50 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peranan Metodologi Dalam Penelitian / Kajian Hukum Cara kerja keilmuan salah satunya ditandai dengan penggunaan metode (Inggris: method, Latin: methodus, Yunani: methodos-meta

Lebih terperinci

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim

AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL. Oleh : Erna Karim AGAMA dan PERUBAHAN SOSIAL Oleh : Erna Karim DEFINISI AGAMA MENGUNDANG PERDEBATAN POLEMIK (Ilmu Filsafat Agama, Teologi, Sosiologi, Antropologi, dan Ilmu Perbandingan Agama) TIDAK ADA DEFINISI AGAMA YANG

Lebih terperinci

BAB 5 PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

BAB 5 PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA BAB 5 PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA Modul ke: Mengapa mempelajari? Agar memahami Pancasila sebagai ideologi negara yang diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Fakultas Program Studi Rina Kurniawati,

Lebih terperinci

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan

BAB VII PENUTUP. dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan Pemikiran Filsafat Pendidikan Rekonstruksionisme menarik untuk dicermati dan di kritisi dalam menganalisis isu-isu pendidikan kontemporer. Berdasarkan hasil penelitian ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini merupakan sifat dasar masyarakat. Perubahan masyarakat tiada hentinya, jika

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ini merupakan sifat dasar masyarakat. Perubahan masyarakat tiada hentinya, jika BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tahap Pengembangan Masyarakat Masyarakat senantiasa akan mengalami perubahan dikarenakan masyarakat adalah mahluk yang tidak statis melainkan selalu berubah secara dinamis.

Lebih terperinci

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial

Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Gagasan dalam Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial Filsafat Ilmu Sosial 1 Positivistik (Value free) Fenomenologi (Value Bound) Perbedaan Paradigma dalam Sosiologi 2 3 Ilmu-ilmu sosial (seperti Sosiologi) telah

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan

BAB VI KESIMPULAN. Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan. kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan 533 BAB VI KESIMPULAN A. Kesimpulan Pada dasarnya Keraton Yogyakarta dibangun berdasarkan kosmologi Jawa, yang meletakkan keseimbangan dan keselarasan sebagai landasan relasi manusia-tuhan-alam semesta.

Lebih terperinci

SAMSURI SEMESTER GASAL 2011/2012 YOGYAKARTA

SAMSURI SEMESTER GASAL 2011/2012 YOGYAKARTA PENDIDIKAN PANCASILA SAMSURI SEMESTER GASAL 2011/2012 YOGYAKARTA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA PENGERTIAN IDEOLOGI DAN IDEOLOGI TERBUKA IDEOLOGI-IDEOLOGI BESAR DI DUNIA: LIBERALISME-KAPITALISME, SOSIALISME,

Lebih terperinci

SOSIOLOGI PENDIDIKAN

SOSIOLOGI PENDIDIKAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF STRUKTURAL KONFLIK TOKOH PEMIKIR ANTARA LAIN: 1. KARL MARX (1818-1883) 5. JURGEN HABERMAS 2. HEGEL 6. ANTONIO GRAMSCI 3. MAX HORKHEIMER (1895-1973) 7. HERBERT

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Penulis melakukan telaah kepustakaan yang berhubungan dengan PDH dengan menelusuri penelitian sebelumnya. Telaah pustaka

Lebih terperinci

Modul ke: Pancasila. Pancasila sebagai Ideologi Negara. Fakultas MKCU. Finy F. Basarah, M.Si. Program Studi MKCU

Modul ke: Pancasila. Pancasila sebagai Ideologi Negara. Fakultas MKCU. Finy F. Basarah, M.Si. Program Studi MKCU Modul ke: Pancasila Pancasila sebagai Ideologi Negara Fakultas MKCU Finy F. Basarah, M.Si Program Studi MKCU Pancasila sebagai Ideologi Negara Pancasila Abstract: Pancasila sebagai Ideologi, dan ideologi

Lebih terperinci

BAB I Tinjauan Umum Etika

BAB I Tinjauan Umum Etika BAB I Tinjauan Umum Etika Pendahuluan Manusia adalah Makhluk Individu Memiliki akal pikiran, perasaan, dan kehendak. Makhluk Sosial Memiliki perilaku etis Pembahasan mengenai: Pengertian etika Hubungan

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA

LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA LAPORAN TUGAS AKHIR KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN DASAR NEGARA Disusun Oleh: Nama : Heruadhi Cahyono Nim : 11.02.7917 Dosen : Drs. Khalis Purwanto, MM STIMIK AMIKOM

Lebih terperinci

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA 1. BPUPKI dalam sidangnya pada 29 Mei sampai dengan 1 Juni 1945 membicarakan. a. rancangan UUD b. persiapan kemerdekaan c. konstitusi Republik Indonesia Serikat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan negara yang dikenal dengan masyarakatnya BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah dan penegasan istilah. 1.1 Latar Belakang Bangsa

Lebih terperinci

8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI

8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI 8 KESIMPULAN DAN REFLEKSI 8.1 Kesimpulan 8.1.1 Transformasi dan Pola Interaksi Elite Transformasi kekuasaan pada etnis Bugis Bone dan Makassar Gowa berlangsung dalam empat fase utama; tradisional, feudalism,

Lebih terperinci

BAB V P E N U T U P. bahwa dalam komunitas Kao, konsep kepercayaan lokal dibangun dalam

BAB V P E N U T U P. bahwa dalam komunitas Kao, konsep kepercayaan lokal dibangun dalam BAB V P E N U T U P A. Kesimpulan Berdasarkan uraian bab demi bab dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa dalam komunitas Kao, konsep kepercayaan lokal dibangun dalam kepercayaan kepada Gikiri Moi

Lebih terperinci

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR I. Pendahuluan Banyaknya kebijakan yang tidak sinkron, tumpang tindih serta overlapping masih jadi permasalahan negara ini yang entah sampai kapan bisa diatasi. Dan ketika

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA Modul ke: PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA BAHAN TAYANG MODUL 7 SEMESTER GASAL 2016 Fakultas FAKULTAS TEKNIK RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Program Studi Teknik SIPIL www.mercubuana.ac.id Dalam bahasa

Lebih terperinci

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya.

maupun perbuatan- perbuatan-nya Nya. ILMU TAUHID / ILMU KALAM Ilmu Tauhid sering disebut juga dengan istilah Ilmu Kalam, Ilmu 'Aqaid, Ilmu Ushuluddin, dan Teologi Islam. Menurut bahasa (etimologis) kata "tauhid" merupakan bentuk masdar yang

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA Istilah ideologi berasal dari kata idea yang berarti gagasan, konsep, pengertian dasar, cita-cita dan logos yang berarti ilmu. Jadi secara harfiah ideologi

Lebih terperinci

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

FILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 02Fakultas Dr. PSIKOLOGI CABANG FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id CABANG- CABANG FILSAFAT Standar Kompetensi Setelah perkualiahan

Lebih terperinci

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi

INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI. Skripsi INTERAKSI SOSIAL PADA AKTIVIS IMM DAN KAMMI Skripsi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh derajat Sarjana S-1 Psikologi Oleh : NANANG FEBRIANTO F. 100 020 160 FAKULTAS PSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh

BAB V PENUTUP. dapat terlepas dari modal yang dimilikinya, semakin besar modal yang dimiliki oleh 180 BAB V PENUTUP Penelitian Pertarungan Tanda dalam Desain Kemasan Usaha Kecil dan Menengah ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 5.1. Kesimpulan 5.1.1. Praktik dan Modal Usaha Kecil Menengah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat.

BAB IV ANALISA. sinodal) dan siding majelis jemaat (lingkup jemaat). 2. Hubungan yang dinamis antara majelis sinode dan majelis jemaat. BAB IV ANALISA GPIB adalah sebuah gereja yang berasaskan dengan sistem presbiterial sinodal. Cara penatalayanan dengan sistem presbiterial sinodal selalu menekankan: 1. Penetapan kebijakan oleh presbiter

Lebih terperinci

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI

ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK: FILSAFAT, TEORI DAN METODOLOGI Oleh NIM : Boni Andika : 10/296364/SP/23830 Tulisan ini berbentuk critical review dari Ilmu Sosial dan Ilmu Politik: Filsafat, Teori dan Metodologi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS

BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS BAB III KERANGKA TEORI ANALISIS 3.1 Teori Kritis Jurgen Habermas Habermas berasumsi bahwa modernitas merupakan sebuah proyek yang belum selesai. Ini artinya masih ada yang perlu untuk dikerjakan kembali.

Lebih terperinci

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen

Estetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen Estetika Desain Oleh: Wisnu Adisukma Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen inilah yang seringkali muncul ketika seseorang melihat sebuah karya seni. Mungkin karena tidak memahami

Lebih terperinci

Bab VI: Kesimpulan. 1 Pemilih idealis mengaktualisasikan suaranya berdasarkan ideologi untuk memperjuangkan nilai-nilai

Bab VI: Kesimpulan. 1 Pemilih idealis mengaktualisasikan suaranya berdasarkan ideologi untuk memperjuangkan nilai-nilai Bab VI Kesimpulan Studi ini telah mengeksplorasi relasi dari kehadiran politik klan dan demokrasi di Indonesia dekade kedua reformasi. Lebih luas lagi, studi ini telah berupaya untuk berkontribusi terhadap

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para

BAB V PENUTUP. ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan oleh para BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sejarah fundamentalisme Islam di Indonesia mengalami perkembangan yang dinamis dari era orde lama sampai orde reformasi saat ini. Varian fundamentalisme sudah banyak dikategorisasikan

Lebih terperinci

otaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada

otaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada KESIMPULAN UMUM 303 Setelah pembahasan dengan menggunakan metode tiga telaah, deskriptif-konseptual-normatif, pada bagian akhir ini, akan disampaikan kesimpulan akhir. Tujuannya adalah untuk menyajikan

Lebih terperinci

2. Stakeholders dalam Organisasi Bisnis dan Fungsi dari Masing-Masing Stakeholder dalam Organisasi Bisnis

2. Stakeholders dalam Organisasi Bisnis dan Fungsi dari Masing-Masing Stakeholder dalam Organisasi Bisnis RESUME ETIKA ADMINISTRASI UNTUK PERSIAPAN UTS 1. Makna Penting Administrasi sebagai Filosofi in Action Filsafat merupakan sikap terhadap kegiatan tertentu. Semua administrator memiliki filosofi yang merupakan

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel.

BAB VIII KESIMPULAN. kesengsaraan, sekaligus kemarahan bangsa Palestina terhadap Israel. BAB VIII KESIMPULAN Puisi Maḥmūd Darwīsy merupakan sejarah perlawanan sosial bangsa Palestina terhadap penjajahan Israel yang menduduki tanah Palestina melalui aneksasi. Puisi perlawanan ini dianggap unik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam telaah-telaah ilmu sosial, bahasa menempati posisi yang sangat penting. Posisi penting bahasa tersebut, semakin diakui terutama setelah munculnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang memegang peranan penting dalam kehidupan dan kehadirannya sangat terkait erat dengan dunia pendidikan adalah Matematika.

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

M. Hamid Anwar, M. Phil.

M. Hamid Anwar, M. Phil. M. Hamid Anwar, M. Phil. Email: m_hamid@uny.ac.id Objek material Objek Formal : Pendidikan : Filsafat Philein/ Philos : Cinta Shopos/ Shopia : Kebijaksanaan Sebuah Upaya untuk mencapai kebijaksanaan dengan

Lebih terperinci

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain.

Gagasan tentang Tuhan yang dibentuk oleh sekelompok manusia pada satu generasi bisa saja menjadi tidak bermakna bagi generasi lain. TUHAN? Gagasan manusia tentang Tuhan memiliki sejarah, karena gagasan itu selalu mempunyai arti yang sedikit berbeda bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di berbagai periode waktu. Gagasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pemikiran Yoga dapat dilihat sebagai suatu konstelasi pemikiran filsafat, bukan hanya seperangkat hukum religi karena ia bekerja juga mencapai ranah-ranah

Lebih terperinci

Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi

Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi Pertemuan 1 Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi 1.1. Norma Norma (dalam sosiologi) adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Sudut pandang teori materialisme historis dalam filsafat sejarah

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Sudut pandang teori materialisme historis dalam filsafat sejarah 174 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sudut pandang teori materialisme historis dalam filsafat sejarah Marx yang mengulas arsitektural pemerintahan sebagai objek material membuahkan hasil yang menunjukkan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik,

BAB I PENDAHULUAN. plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Masyarakat dewasa ini dapat dikenali sebagai masyarakat yang berciri plural. Pluralitas masyarakat tampak dalam bentuk keberagaman suku, etnik, kelompok budaya dan

Lebih terperinci

Dasar-Dasar Etika Michael Hariadi / Teknik Elektro

Dasar-Dasar Etika Michael Hariadi / Teknik Elektro Dasar-Dasar Michael Hariadi / 1406564332 Teknik Elektro Sama halnya antara karakter dan kepribadian, demikian juga antara etika dan moralitas yang penggunaan sering menjadi rancu. berasal dari bahasa Yunani,

Lebih terperinci

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK

PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK 31 Jurnal Sains Psikologi, Jilid 6, Nomor 1, Maret 2017, hlm 31-36 PERSPEKTIF FILSAFAT PENDIDIKAN TERHADAP PSIKOLOGI PENDIDIKAN HUMANISTIK Fadhil Hikmawan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada fadhil_hikmawan@rocketmail.com

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1

PENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1 Modul ke: 05Fakultas Gunawan EKONOMI PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Ideologi Negara Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen S1 Tujuan Perkuliahan Menjelaskan: Pengertian Ideologi Pancasila dan

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PREVIEW PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT NILAI-NILAI PANCASILA MENJADI DASAR DAN ARAH KESEIMBANGAN

Lebih terperinci

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI

ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI Modul ke: Pokok Bahasan : PENGANTAR BIDANG FILSAFAT Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi (Marcomm) www.mercubuana.ac.id MENGAPA HARUS

Lebih terperinci

06MKCU. PENDIDIKAN PANCASILA Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain (Pancasila sebagai Ideologi Terbuka) Drs. Sugeng Baskoro, M.M.

06MKCU. PENDIDIKAN PANCASILA Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain (Pancasila sebagai Ideologi Terbuka) Drs. Sugeng Baskoro, M.M. Modul ke: Fakultas 06MKCU PENDIDIKAN PANCASILA Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain (Pancasila sebagai Ideologi Terbuka) Drs. Sugeng Baskoro, M.M. Program Studi Manajemen PANCASILA: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-

BAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,

Lebih terperinci

Bab 4 PENUTUP. Semenjak berakhirnya kekuasaan Orde Baru (negara) akibat desakan arus

Bab 4 PENUTUP. Semenjak berakhirnya kekuasaan Orde Baru (negara) akibat desakan arus Bab 4 PENUTUP Semenjak berakhirnya kekuasaan Orde Baru (negara) akibat desakan arus liberalisasi, ruang-ruang publik di tanah air mulai menampakkan dirinya. Namun kuatnya arus liberalisasi tersebut, justeru

Lebih terperinci

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN SMA X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT DEFINISI SOSIOLOGI: Studi sistematis tentang: Perilaku social individu-individu Cara kerja kelompok social,

Lebih terperinci