ALASAN MAHASISWA MELANGGAR ATURAN BERPAKAIAN DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT (STUDI KASUS :PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANGKATAN 2014) ARTIKEL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ALASAN MAHASISWA MELANGGAR ATURAN BERPAKAIAN DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT (STUDI KASUS :PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANGKATAN 2014) ARTIKEL"

Transkripsi

1 ALASAN MAHASISWA MELANGGAR ATURAN BERPAKAIAN DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT (STUDI KASUS :PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANGKATAN 2014) ARTIKEL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (Strata 1) SILVIA YULANDARI NPM: PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG 2017

2 HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL ALASAN MAHASISWA MELANGGAR ATURAN BERPAKAIAN DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT (STUDI KASUS :PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANGKATAN 2014) Nama : Silvia Yulandari NPM : Program Studi : Pendidikan Sosiologi Institusi : Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat Jurnal ini telah disetujui oleh dosen pembimbing skripsi, untuk diserahkan ke Program Studi Pendidikan Sosiologi. Disetujui Oleh: Padang, Maret 2017 Pembimbing I Pembimbing II Ranti Nazmi, M.Pd Erningsih, S.Sos, M.Pd

3 ALASAN MAHASISWA MELANGGAR ATURAN BERPAKAIAN DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT (STUDI KASUS :PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANGKATAN 2014) oleh Silvia Yulandari¹, Ranti Nazmi², Erningsih³ ABSTRACT Silvia Yulandari ( ) : Alasan Mahasiswa Melanggar Aturan Berpakain di STKIP PGRI Sumatera Barat (Studi Kasus : Prodi Pendidikan Sosiologi Angkatan 2014). Skripsi. Program Studi Pendidikan Sosiologi. Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat. Padang Penelitian ini dilatar belakangi oleh asumsi dasar karena mahasiswa angkatan 2014 pada kenyataannya sebagian dari mahasiswa masih ada belum menempatkan gaya berpakaiannya sesuai dengan aturan telah ada, dan peraturan telah ditetapkan oleh kampus STKIP PGRI yaitu salah satunya dilarang memakai masih pakaian baju kaos oblong, baju ketat, dan rok transparan bagi perempuan, kaos oblong, celana jeans, rambut panjang, dan aksesories lainnya bagi laki-laki. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan apa alasan mahasiswa melanggar aturan berpakaian di STKIP PGRI Sumatera Barat (StudiKasus : Prodi PendidikansosiologiAngkatan 2014). Teori digunakanadalahteoritindakansosialdari Max Weber, menurut Weber tindakansosialyaitumerupakansuatuindakanindividu memilikiartiataumakna ( Meaning) subjektifbagidirinyadandikaitkandengan orang lain.pendekatan dipakaipenelitianiniadalahpendekatankualitatifdengantipepenelitian.pengumpulan data dilakukandenganwawancaramendalam.metodepengumpulan data dilakukandengan 3 cara: (1) observasi(nonpartisipant), (2) wawancaramendalam, dan (3) studi do kumen. Pemilihaninformansnowball samplingyaituinforman-informanpenelitian diperolehdilapangan.unit analisis digunakanadalahindividudengananalisis data Miles danhuberman terdiridaritahapreduksi data, penyajian data, danpenarikankesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa mahasiswa tersebut melanggar dikarenakan (a) mengikuti trent atau mode, dimana maha siswa melanggar hanya karena ingin terlihat mengikuti trend atau mode sehingga mereka dikatakan tidak ketinggalan zaman (kuno), (b) untuk penampilan menarik dan keren, mahasiwa merasa penampilan adalah pertama bagi mahasiswa saat ke kampus agar terlihat menarik dan keren sekalipun itu melanggar aturan mahasiswa tidak mempedulikannya, (c) nyaman dan percaya diri, kenyamanan dan percaya diri menjadi alasan bagi mahasiswa untuk melanggar aturan, karena dengan aturan berpakaian tersebut mahasiswa merasa tidak nyaman dan percaya diri. Dari segi berpenampilan menunjukan bahwa mereka mempunyai alasan, cara dan tujuannya sendiri untuk lebih terlihat dari mahasiswa mahasiswa lainnya. Kata Kunci:peraturan, pakaian, Mahasiswa, dankampus. ¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ²Pembimbing I, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat ³Pembimbing II, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera BaraT

4 REASON FOR VIOLATING RULES STUDENTS DRESSED IN STKIP PGRI WEST SUMATRA (CASE STUDY: SOCIOLOGY OF EDUCATION PRODI FORCE 2014) oleh Silvia Yulandari¹, Ranti Nazmi², Erningsih³ ABSTRACT Silvia Yulandari ( ) Reason for Violating Rules Students dressed in STKIP PGRI West Sumatra (Case Study: Sociology of Education Prodi Force 2014). Essay.Sociology of Education Studies Program.High School Teacher Training and Education (STKIP) PGRI West Sumatra. Padang This research was motivated by the basic assumption for student class of 2014 in fact most of the students there are not placing style of dress in accordance with existing rules and regulations set by the campus STKIP PGRI that one is forbidden to wear is clothing dress shirts, leotards and transparent skirts for women, T-shirts, jeans, long hair, and other accessories for men. The purpose of this study was to describe the reason for the student violates the dress code in STKIP PGRI West Sumatra (Case Study: Education Prodi sociology Force 2014). The theory used is the theory of social action of Max Weber, according to Weber social action that the act is an individual who has the meaning (Meaning) for himself and his subjective attributed to others. The approach used by this study is a qualitative approach to the type of research. The data collection is done by in-depth interviews. Methods of data collection done in 3 ways: (1) observation (nonpartisipant), (2) in -depth interviews, and (3) stud y the document. Selection of informants snowball sampling informants obtained research field. The unit of analysis is the individual with the data analysis Miles and Huberman comprising the steps of data reduction, data presentation, and conclusion. Based on the results of this study concluded that the student violated because (a) follow trent or fashion, where students violated simply because they want to be seen to follow the trend or fashion so they are said not obsolete (old -fashioned), (b) to the attractive appearance and cool, students feel appearance is a first for current students to the campus to make it look attractive and cool even though it violates the rules of the students do not care about it, (c) comfortable and confident, comfort and confidence to be the reason for students to break the rules, because the dress code that students feel comfortable and confident. In terms of look shows that they have an excuse, his own way and purpose to be more visible from the students - other students. Keyword: regulation, apparel, Students and Campus. ¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ²Pembimbing I, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Sejarah STKIP PGRI Sumatera Barat ³Pembimbing II, Staf Pengajar Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera BaraT

5 PENDAHULUAN Mahasiswa merupakan pelajar di Perguruan Tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Mahasiswa adalah suatu kelompok dalam masyarakat memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon cendikiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat sering kali syarat dengan berbagai predikat. Mahasiswa aktif adalah mahasiswa masih tercatat sebagai mahasiswa di Perguruan Tinggi (Abdillah, 2001:217). MenurutAfrida (2013:15 ) mahasiswapadaumumnyadikategorikandala musiadewasa, namuntidaksemuadarimerekacukupdewasau ntukmemilih dan memilahpengaruhgayahidupdalamsuatulingk ungandalamtempatkampusnya. Perkembanganzamanjugamenimbulkanpeng aruhbesarbagigayahidupmahasiswapadasaats ekarang. Hal inidisebabkankarenamahasiswatersebutlangs ungterkenadampakdariperubahanzamaninfor masidanteknologi.kondisisepertiinihampirse mualapisandangenerasidalammasyarakatsala hsatunyamahasiswa, fenomenadarimahasiswasekarangterceminda lamberpakaiandanpenampilan terkadangsangatberlebihan (Yumida, 2014:1). MenurutFaiqoh ( dalam Yosi 2013:19),Pakaianataubusanasangatberkaitandengan mode, karenapakaiandan mode satusama lain tidakdapatdipisahkan, berbagaimacamcaradilakukan orang-orang untukmenunjukkanjatidirinyamasingmasing, baikdarisegipolahidupmaupuncaraberpakaia n. Apalagidizaman modern saatini, begitubanyak mode pakaiansudahdiciptakan orang, mulai sempitsampai sangatlonggar, mulaidaribahan sangatsederhanasampaibahan sangatmahal.terutamauntukkaumhawainidia nggaphal sangatpentingdizamansekarang, mulaidari mode terbukamenampakkanperhiasannya, lalu sangatsempit menonjolkanlekuktubuhnyasampai mode tertutup. Menurut Asmita (2013:1) fhasion adalah busana diambil dari bahasa sansekerta bhusana, yaitu segala dipakai manusia mulai dari kepala sampai ujung kaki, seperti baju dan sarung. Dalambahasa Indonesia terjadipergeseranmakna busana menjadipadananpakaian. Meskipundemikianpengertianbusanadanpaka ianmerupakanduahal berbeda.busanamerupakansegalasesuatu kitapakaimulaidariujungrambutsampaiujung kaki.sedangkanpakaianmerupakanbusanapo kok digunakanuntukmenutupibagianbagiantubuh. Pakaiandigunakanuntukmenambahcantikpen ampilanpenggunanya. Pakaianjugabergunauntukmenonjolkankepri badianpemakainya. Selanjutnya, pakaianmerupakan media komunikasi penting.pakaianbisa dilihatsebelum kata-kata terdengar.pesan dibawaolehpakaiantergantungpadasejumlahv ariabel, sepertilatarbelakangbudaya, pengalaman, dansebagainya.sebagai media komunikatif, pakaianmemilikibeberapafungsiyaituemosi, tingkahlaku, dandiferensiasi. Pakaianberpengaruhterhadaptingkahlakupem akaiannyasebagaimanajugatingkahlaku menanggapinyadanpakaianberfungsiuntukm embedakanseseorangdengan orang lain ataukelompoksatudengankelompoklain, (Sihabudin, 108:2013). Diantaranyayaitumunculnya trend dalamhalberpakaian ( fashion), dalammemenuhistandargayahiduppadakalan ganmahasiswabanyakcara dilakukanbaikitudidalambergaul, berpakaianhinggapenampilan memperlihatkansebuahidentitasdarimahasis waitusendiri. Gayatersebutcenderungberpenampilan terkadang berlebihan untuk dirinya sendiri.berpakaian seperti itu menjadi kebiasaan dan gaya hidupnya sehingga orang memandang dirinyatidaklayakuntukmenjadicalonpendidi kprofesional. Calonpendidikprofesionalakanmelamb angkantingkahlakunyadalamberpakaian, karenamenurutsihabudin ( 2013: 108) pakaianjugaakanberpengaruhterhadaptingka 1

6 hlaku orang menanggapinya. Meskidemikian, tidaklahsedikitmuslimahzamansekarang telahmenyimpangdariaturanmemakaipakaian tanpamengetahuimaknadaripakaian dipakaitersebutkarenamerekatelahterkontami nasiolehbudayabaru.merekalebihbanggamen gikutitrend dalamberpakaian sebenarnyatidaklahsesuaidengansyariatislam.sepertiditempatbilyarddantokopenjualanmi numanberalkoholtertulis Anaksekolahberseragamtidakdiperbolehkan karenaseragamsekolahberkaitandenganperila kuseorangmurid baik. Begitujugaterjadidikampus STKIP PGRI SUMBAR mempunyai dan menerapkan aturan-aturan sendiri baik tertulis maupun tidak tertulis terutama dalam soal berpakaian kekampus ditujukan untuk mahasiswa, seperti tertera dibawah ini dalam keputusan ketua STKIP PGRI SUMBAR NO.761/STKIP/AU/PGRI) 2012 Tentang kode etik mahasiswa STKIP PGRI SUMBAR berbunyi Berpenampilan sopan, rapi dan bersih dalam arti tidak menyimpang dari asas-asas kepatutan Artinya bagi mahasiswi atau mahasiswa tidak boleh menggunakan baju kaos oblong, baju transparan, pakaian ketat, rok transparan bagi perempuan, baju kaos oblong, celana jeans, gelang, dan rambut panjang ketika berada dikampus STKIP PGRI SUMBAR. Namum penerapan aturan-aturan tersebut tidak dihiraukan atau tidak diterapkan oleh mahasiswa tersebut. Mahasiswa melanggar dan tidak menerapkan aturan tersebut demi trend agar mereka dianggap tidak ketinggalan trend dan tanpa disadari telah menyalahgunakan pakaian serta melanggar salah satu aturan telah di terapkan oleh pihak kampus. STKIP PGRI Sumatra Barat, merupakan salah satu Perguruan Tinggi melahirkan pendidik siap terjun kelapangan sebagai guru profesional. Sebagaimahasiswi STKIP PGRI melahirkancalonpendidik siapnantinyaterjunkelapangansebagai guru profesional.mahasiswa keguruanharusmemperhatikangayaberpakai anartinyaseorang guru harusbisadipercayadanditirudalamhalpositif, baikdarisegikeilmuan dikuasainyamaupundaricaraberpakaian. Pakaian dipakaiolehcalon guru jugabisamengikuti trend asalkanmasihmenunjukkankarakterdaricalo npendidikdanmencerminkan seorangmahasiswa tersebut sebagai calon pendidik. Berpakaian juga dapat mencerminkan kepribadian dan status sosial si pemakai. Selain berpakaian dipakai juga dapat menyampaikan pesan kepada orang melihat. Untuk itu dalam berpakaian banyak hal perlu diperhatikan sehingga diperoleh pakaian serasi, indah dan menarik, salah satunya bagi calon pendidik. Sebagai seorang calon guru mahasiswa keguruan harus memperhatikan cara berpakaiannya, seorang guru harus dipercaya dan ditiru dalam hal positif, baik dari segi keilmuan dikuasainya maupun dari segi berpakaian. Pakaian dipakai oleh calon guru juga bisa mengikuti trend asalkan masih pakaian dipakai oleh calon guru atau calon pendidik. STKIP PGRI Sumatera Barat merupakan salah satu LPTK (Lembaga Perguruan Tinggi Keguruan) melahirkan calon pendidik. Kampus mempunyai tata tertib bertujuan untuk menjaga ketertiban dan keselamatan seluruh civitas akademik STKIP PGRI Sumatera Barat. Salah satu aturan lebih diutamakan adalah cara berpakaian mahasiswa. STKIP PGRI SUMBAR telah membuat dan menerapkan aturan kepada mahasiswa bagi perempuan tidak diperbolehkan memakai baju kaos oblong, berpakaian ketat, rok transparan sedangkan bagi laki-laki tidak diperbolehkan memakai baju kaos oblong celana jeans dan rambut panjang. Jika aturan tersebut dilanggar akan diberikan sanksi yaitu tidak diperbolehkan mengikuti perkuliahan dan tidak dilayani dalam berurusan akademik. Kenyataannya, di kampus STKIP PGRI SUMBAR masih ada sebagian mahasiswa belum menerapkan aturanaturan berpakaian telah ditetapkan oleh pihak kampus tersebut. Dimana ditemukan mahasiswa perempuan memakai baju kaos oblong, baju kaos ketat, rok transparan dan rok ketat. Dan mahasiswa laki-laki menggunakan baju kaos oblong, celana jeans, gelang kain, dan rambut panjang. 2

7 Tampilan seperti ini tidak diperbolehkan dan telah melanggar aturan telah diterapkan oleh kampus STKIP PGRI SUMBAR kenyataan ini memang suatu tindakan dengan berpakaian tidak bisa di ubah dengan mudah oleh mahasiswa menyukai perkembangan mode berpakaian. Berdasarkan observasi awal dilapangan pada tanggal 9 Mei 2016 dan dilanjutkan observasi pada tanggal 27 September 2016 dimana banyak ditemukan mahasiswa perempuan memakai baju kaos oblong, baju kaos ketat, rok transparan dan rok ketat. Mahasiswa laki-laki menggunakan baju kaos oblong, celana jeans, gelang kain, dan rambut panjang. Tipe penelitian ini menggambarkan dan menjelaskan alasan mahasiswa melanggar aturan berpakaian di STKIP PGRI Sumatera Barat. Berdasarkan penjelasan di atas maka penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan secara faktual dan akurat mengenai alasan mahasiswa STKIP PGRI melanggara aturan berpakaian saat ke kampus. Analisis data dilakukan dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penerikan kesimpulan. Penelitian ini dilakukan di STKIP PGRI SUMBAR, alasan penulis memilih lokasi ini banyak mahasiswa melanggar peraturan saat ke kampus. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Berpakaian Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat, Kota Padang Mahasiswa merupakan pribadi memiliki kebebasan luas. Disamping itu sebagai mahkluk sosial mahasiswa memiliki beberapa keterkaitan dengan kondisi lingkungan. Kebebasan dan keterkaitan itu antara lain dirumuskan hak dan kewajiban mahasiswa, keduanya menumbuhkan komitmen pada diri mahasiswa demi kesuksesan mereka (Prayitno, 2015). Sebagai mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat merupakan Sekolah tinggi melahirkan calon pendidik siap nantinya terjun kelapangan sebagai guru profesional nantinya terjun untuk mengabdi. Untuk itu calon pendidik diwajibkan berpakaian sesuai dengan aturan serta berpakaian baik dan sopan. Aturan dibuat oleh STKIP PGRI bagi laki-laki berpakaian kemeja dan celana dasar, sedangkan bagi mahasiswa perempuan berpakaian kemeja dan baju kurung dan berpakaian rok serta bagi beragama islam menggunakan jilbab. Sebagai seorang calon guru, mahsiswa keguruan harus memperhatikan cara berpakaiannya, seorang guru harus bisa dipercaya dan ditiru dalam hal positif, baik dari segi keilmuan dikuasainya. STKIP PGRI Sumatera Barat merupakan salah satu LPTK (Lembaga Perguruan Tinggi Keguruan) melahirkan calon pendidik. Kampus mempunyai tata tertib bertujuan untuk menjaga ketertiban dan keselamatan seluruh civitas akademik STKIP PGRI Sumatera Barat. Salah satu aturannya adalah cara berpakaian mahasiswa. Di STKIP PGRI Sumatera Barat aturan berpakaian sering kali dilanggar oleh mahasiswa, padahal STKIP PGRI sudah membuat aturan dan sanksi kepada mahasiswa melanggar aturan tersebut, sanksi diberikan kepada mahasiswa melanggar aturan khususnya melanggar aturan berpakaian bagi mahasiswa laki-laki menggunakan celana jeans dan mahasiswa perempuan memakai kaos, transparan dan ketat tidak diperbolehkan masuk kelas atau dikeluarkan dari kelas ketika perkuliahan dan tidak dilayani dalam berurusan akademik lainnya. a. Alasan Mahasiswa Melanggar Aturan Berpakaian di STKIP PGRI Sumatera Barat Segala norma dibuat akan mengalami proses dalam suatu masyarakat sehingga norma-norma tersebut diakui, dihargai, dikenal dan ditaati oleh warga masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari. Didalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dengan namanya nilai dan norma dimana norma adalah suatu aturan pengendali atau pedoman kita dalam melakukan suatu tindakan. Salah satu norma kita dalam bertindak dan berperilaku adalah norma kesopanan, contohnya cara kita berpakaian dan berbicara dimana disaat kita menggunakan pakaian harus menutupi aurat 3

8 apabila kita berpakaian tidak senonoh maka kita akan dicemoohkan, karena pakaian kita pakai tidak pantas dilihat oleh orang lain, begitupun dilingkungan kampus dimana kampus mempunyai aturan harus dipatuhi oleh pihak-pihak lingkungan kampus, namum peraturan tersebut sekarang menjadi hal tersulit bagi mahasiswa untuk mematuhinya. Masing-masing mahasiswa memiliki sikap berbeda dengan lainnya ada senang hati menerima peraturan tersebut tidak keberatan menuruti dan mentaati peraturan berlaku, ada pula bersikap cuek dan cenderung memberontak, merasa bahwa aturan tersebut tidak relavan dan tidak sesuai dengan dirinya, hingga akhirnya terwujudlah segala sesuatu tidak diharapkan oleh pihak lain seperti kampus meski itu melanggar aturan. Berdasarkan keterangan diatas banyak alasan tindakan dilakukan oleh mahasiswa saat melanggar, Adapun mahasiswa melanggar aturan nilai dan norma dikampus tersebut karena: 1. Mengikuti Trend Fashion atau Mode Trend/mode merupakan bentuk nomina bermakna ragam cara atau bentuk terbaru pada suatu waktu tertentu (tata pakaian, potongan rambut, corak, hiasan, dan sebagainya). Trend merupakan gaya penampilan dianggap indah pada suatu masa digemari dan diikuti oleh banyak orang. Istilah fashion/mode secara konotasi memiliki arti berbusana dengan memperhatikan gaya atau dandanan ap to date atau sesuai dengan ide-ide masa kini. Fashion atau mode menjadi sarana bagi orang untuk menciptakan identitas diri seutuhnya (Bernard, 2011 : 13). Televisi majalah, bahkan jejaring sosial, seperti internet merupakan teknologi informasi berperan penting untuk melihat perkembangan busana/pakaian menjadi aspek untuk menunjang penampilan seseorang. Masyarakat/mahasiswa melihat dan mencari busana/pakaian sedang trend saat ini dengan mudah dijumpai di lingkungan masyarakat dengan adanya media tersebut, memudahkan masyarakat untuk meniru model busana mengakibatkan banyak model busana bisa dimilikinya. Akan tetapi pada saat ini para perempuan dan laki-laki cara berpakaian atau trend fashion mereka tidak sesuai dengan tempatnya, inilah ditiru oleh mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat. Bagi mereka mahasiswa menunjukan kepada orang lain untuk melihat dan meniru gaya berpakaian digunakan banyak orang dengan menciptakan gaya sesuai dengan perkembangan fashion sekarang. Tindakan sosial dilakukan oleh mahasiswa mempunyai arti dan makna, dimana arti dan makna terkandung disini adalah ketikan mereka memakai pakaian melanggar ke kampus mereka menganggap mereka akan berfikiran bahwa mereka dianggap mengikuti perkembangan zaman ada dan terlihat mengikuti trend fhasion dan mode. Tindakan dilakukan disini termasuk juga dalam tindakan Rasional instrumental dimana tindakan ini dilakukan seseorang atas dasar pertimbangan dan pilihan sadar berhubungan dengan tujuan tindakan itu dan ketersediaan alat digunakan untuk mencapainya. Dimana mahasiswa disini melakukan tindakan tersebut atas dasar pilihan sadar mereka ikuti, contohnya saja pilihan sadar mereka lihat dari internet akan mempengaruhi mereka untuk mengikutinya apalagi ketersediaan alat untuk mencapainya mendukung. 2. Untuk Penampilan Menarik dan Keren. Dalam berpenampilan mahasiswa mempunyai cara dan gaya masing-masing, tetapi sebagai calon pendidik seharusnya tidak berpenampilan berlebihan tetapi berpenampilan sederhana sewajarnya, akan tetapi tidak meninggalkan mode sedang berkembang. Berdasarkan pengamatan peneliti lakukan bahwa ada mahasiswa memakai pakaian ketat ke kampus celana jeans dan baju kaos tersebut, mereka dengan mudahnya menunjukan penampilan tersebut kepada mahasiswa lainnya, mereka tidak malu dan bahkan tidak takut dengan aturan kampus melarang mahasiswanya mamakai pakaian seperti mereka pakai tersebut. Karena berdasarkan pengalaman mereka dengan memakai pakaian ketat seperti baju kaos ketat rok ketat dan celana jeans tersebut mereka mendapatkan pujian seperti dibilang cantik dan seksi, ada pula menganggap bahwa memakai pakaian 4

9 itu sesuai dengan trend dan sekarang oleh karena itu mereka terbiasa memakai pakaian seperti itu untuk pergi ke kampus karena belum ada sanksi membuat mereka jera memakai pakaian tersebut. Berdasarkan hasil wawancara peneliti lakukan mahasiswamemakai pakaian ketat celana jeans ke kampus mereka menganggap bahwa apa mereka pakai akan kelihatan lebih cantik, keren, untuk menarik perhatian orang/mahasiswa lainnya dan mereka pernah mendapatkan pujian dari teman mereka sendiri seperti dibilang cantik dan seksi, keren. Oleh karena itu mereka merasa lebih menarik dengan memakai pakaian ketat dan memakai celana jeans, dan baju kaos tersebut, karena dengan memakai pakaian tersebut dapat menarik perhatian dari orang melihatnya. Selain itu mereka mengetahui peraturan ada di Kampus STKIP PGRI Sumatera Barat bahwa tidak dibolehkan memakai pakaian ketat, baju kaos, celana jeans akan tetapi mereka tetap memakainya dan mereka juga mengetahui bahwa apabila mereka ketahuan memakai pakaian ketat baju kaosdan celana jeans tersebut akan disuruh pulang untuk mengganti pakaian sopan atau tidak boleh beraktifitas di lingkungan kampus selama memakai pakaian ketat, celana jeans tersebut. Namun kenyataannya tetap ada mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat memakai pakaian ketat ke kampus meskipun sudah mengetahui sanksi akan mereka terima apabila mereka kedapatan memakai pakaian ketat dan memakai celana jeans tersebut akan disuruh pulang untuk mengganti pakaian rapi bersih dan sopan, akan tetapi mereka masih merasa nyaman dengan memakai pakaian ketat tersebut mereka merasa cantik, modis, keren dan menarik. Tanpa memperdulikan aturan ada dan telah diterapkan. 3. Nyaman dan Percaya Diri Nyaman adalah segar, sehat, sedap, enak (KBBI, 2007). Kenyaman atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan dasarnya sebagai manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman ( suatu kepuasan meningkatkan penampilan sehari-hari). Kenyamanan diperoleh mahasiswa yaitu keinginan batin tercapai, merupakan kehendak mereka rencanakan ketika menggunakan sesuatu melekat pada tubuhnya. Ada banyak cara dilakukan orang untuk memenuhi keinginan ynag membuat mereka merasa nyaman, serta keinginan hendak dicapai itupun dilakukan dengan cara berbeda-beda pula. Dengan cara berpakain ketat, kaos oblong inilah cara mereka nyaman berpakaian baik di kampus maupun di luar kampus. Disaat mahasiswa memakai pakaian ang lebih bagus dan menarik dibandingkan orang lain, maka disaat itulah mereka merasa puas dan nyaman dengan apa telah mereka lakukan dan pergunakan. Dalam hasil wawancara peneliti dengan informan terdapat bahwa dari 8 orang 4 laki dan 4 lainnya adalah perempuan hampir menyatakan nyaman saat berpakaian tersebut. A. Penerapan Sanksi Aturan Berpakaian Terhadap Mahasiswa Melanggar Peraturan adalah sebuah perintah atau larangan sifatnya memaksa atau mengikat dan disertai sanksi bagi melanggarnya. Tujuannya agar melanggar aturan tersebut jera dan takut dengan sanksi diberikan, begitu juga dikampus setiap melanggar aturan dan tidak mentaati segala larangan ada di kampus pasti akan mendapatkan sanksi sesuai dengan apa dilanggarnya misalnya, masalah pakaian apabila ada kedapatan melanggar memakai baju kaos oblong, baju ketat, rok transparan, celana jeans, gelang, dan rambut panjang bagi mahasiswa, akan diberikan sanksi ringan seperti disuruh menggantinya pulang untuk pelanggaran memakai pakaian tidak diperbolehkan oleh lembaga kampus, selain itu dosen sebagai staf pengajar di kampus juga berhak dalam mengatur tata cara berpakaian mahasiswa saat ke kampus, dosen ada langsung bertindak tentang aturan di langgar oleh mahasiswanya baik dilokal maupun diluar lokal dosen berhak menegur atau memberikan sanksi untuk mahasiswa melanggar aturan tidak sesuai oleh kampus STKIP PGRI SUMBAR. Adapun sanksi bagi mahasiswa melanggar sebagai berikut: 1. Diusir Keluar Kelas 5

10 Mahasiswa melanggar aturan dikampus akan mendapatkan sanksi dari kampus maupun dosen melihat. Mahasiswa melanggar aturan seperti menggunakan pakaian ketat, baju kaos ketat, dan baju transparan bagi laki-laki memamakai baju kaos oblong, celana jeans, rambut panjang, dan aksesoris gelang dll. Ini dikarenakan karena mereka sudah merasa percaya diri, nyaman, dan merasa mengikuti trend masa kini. Bagi mahasiswa menggunakan pakaian melanggar ini juga terpengaruh oleh perkembangan zaman membuat mereka harus mengikuti trend masa kini. Mereka memakai pakaian melanggar selama dalam kelas, tidak hanya menjadi omongan teman-teman lainnya tetapi juga mendapat teguran dengan dosen mengajar di jam pelajaran tersebut. Selama proses belajar berlangsung jika ditemukan mahasiswa melanggar aturan brpakaian seperti, ditemukan ada berpakaian ketat bagi perempuan, dan bagi laki-laki memakai angting, gelang dan berambut panjang akan ditegur dan diberi sanksi langsung didalam kelas. Seperti, disuruh berdiri didalam kelas hingga pelajaran selesai bahkan ada diusir kelur keluar kelas. Kebanyakan mahasiwa diusir keluar kelas ini karena, dosen sudah marah melihat mereka karena sering melanggar aturan telah ditetapkan oleh kampus, bahkan bagi dosen jengkel akan mengurangi nilai mahasiswa melanggar aturan. Ini bertujuan agar menciptakan efek jera kepada mahasiswa sering melanggar aturan. 2. Disuruh Ganti Pakaian Sanksi kedua diterapkan terhadap mahasiswa melanggar norma berpakaian adalah disuruh mengganti pakaian, mengganti pakaian merupakan alternatif diberikan dosen agar mahasiswa tetap berada pada aturan berpakaian dan tidak meninggalkan proses perkuliahan. Tujuan dari pemberian sanksi ini agar mahasiswa melanggar aturan jera terhadap sanksi diberikan oleh dosen. Bagi mahasiswa disuruh ganti pakaian ini, bertujuan agar mahasiswa dapat berpakaian sesuai telah diterapkan oleh kampus. Mahasiswa peraturan mebawa almamater kampus dapat menjadi alternatif bagi mahasiswa yantag disuruh menganti pakaian pulang. Pakaian disuruh ganti yaitu seperti, kemaja longgar dan besar. Selain itu tujuannya juga supaya mahasiswa disuruh ganti pakaian pulang agar tetap bisa mengikuti proses perkuliah. 3. Tidak Dilayani Oleh Pihak Kampus Penerapan sanksi berikutnya, mahasiswa melanggar aturan juga tidak akan dilayani oleh pihak kampus karena mahasiswa dianggap tidak mengikuti peraturan ada jadi pihak kampus juga akan ikut menerapkan peraturan tersebut dengan tidak melayani mahasiswa tersebut. dosen maupun istansi kampus tentang melanggar peraturan tetap mengikuti sanksi telah diberlakukan oleh pihak kampus STKIP PGRI SUMBAR. Jadi setiap melanggar peraturan dan siapapun terkait dengan pihak kampus berhak mengikuti sanksi telah diberlakukan, sebagai mana telah ditetapkan oleh pihak lembaga kampus mahasiswa melanggar aturan berpakaian tidak sopan dan rapi akan disuruh pulang dan menggantinya jika ingin masih mengikuti kegiatan perkuliahan. Tidak itu saja pihak instansi-instansi lainnya seperti BAAK dan BAUK tidak melayani mahasiswa memakai pakaian tidak sopan dan rapi. KESIMPULAN Sebagian dari mahasiswa masih ada terlihat memakai pakaian belum sesuai dengan aturan telah ditetapkan oleh pihak kampus STKIP PGRI Sumatera Barat, karena masih terlihat mahasiswa melanggar aturan dalam berpakaian saat ke kampus contohnya saja, masih ada mahasiswa memakai pakaian baju kaos oblong, baju ketat, rok ketat, rok transparan bagi mahasiswa perempuan, dan mahasiswa laki-laki melanggar seperti memakai baju kaos oblong, celana jeans, rambut panjang, dan memakai aksesoris gelang. Dalam observasi dilakukan masih ditemukan masih ditemukan mahasiswa melanggar, berbagai alasan ditemukan saat mahasiswa tersebut melanggar aturan aturan kampus yaitu dalam masalah berpakaian mereka melanggar aturan 6

11 tersebut karena dengan alasan pertama, mengikuti trent atau mode, karena mereka tidak mau di anggap ketinggalan zaman, kedua, untuk penampilan menarik dan keren, ketiga, nyaman dan percaya diri. DAFTAR PUSTAKA Rahmawati, Yosi Fenomena Jilboobs dikalangan Mahasiswi STKIP PGRI Sumbar. Sari (2014), MotifMahasiswi Stkip Pgri Padang Memakai Busana Manset Kekampus STKIP PGRI SUMBAR. Sari, Rora Yumida Motif Mahasiswa STKIP PGRI SUMBAR Padang memakai busana Manset Ke Kampus PGRI SUMBAR. Padang: Jurusan Sosiologi STKIP PGRI Buku: Abdilah, Pius Kamus Mini Bahasa Indonesia. Surabaya : Arkola. Damsar Pengantar Teori Sosiologi. Jakarta: Prenadamedia Group. Prayitno PeningkatanPotensiMahasiswa.Pad ang : UNP Pers. Setiadi, M. Elly dan Kolip Usman Pengantar sosiologi. Jakarta: Prenada Media Group. Sihabudin, Ahmad KomunikasiAntarBudaya. Jakarta :BumiAksara.. STKIP PGRI SUMBAR, Buku Pedoman Akademik. Padang : jln. Gunung Pangilun. Tim Pustaka Phoenix Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Terbaru. Jakarta: PT Pustaka Phoenix. Skripsi : Afrida Nengki, Pola Hidup Konsumtif dikalangan Mahasiswi (Studi Kasus Mahasiswi STKIP PGRI Sumatera Barat Program Studi Sosiologi Angkatan 2012), 7

TEORI PENELITIAN METODE PENELITIAN

TEORI PENELITIAN METODE PENELITIAN PENDAHULUAN Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada suatu perguruan tinggi (Paryati Sudarman, 2004: 32). Mahasiswa juga dapat diartikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi,

Lebih terperinci

MOTIF SISWA MELANGGAR TATA TERTIB SEKOLAH TENTANG ATURAN PAKAIAN DAN PENAMPILAN DI SMA N 1 PASAMAN ARTIKEL

MOTIF SISWA MELANGGAR TATA TERTIB SEKOLAH TENTANG ATURAN PAKAIAN DAN PENAMPILAN DI SMA N 1 PASAMAN ARTIKEL MOTIF SISWA MELANGGAR TATA TERTIB SEKOLAH TENTANG ATURAN PAKAIAN DAN PENAMPILAN DI SMA N 1 PASAMAN ARTIKEL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata 1 (S1) ELPENDI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan pangan, hal tersebut sangat penting bagi manusia untuk menutup bagian bagian tubuh manusia. Perkembangan

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA

KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP SILIWANGI BANDUNG SURAT KEPUTUSAN KETUA STKIP SILIWANGI BANDUNG TENTANG KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA STKIP SILIWANGI

Lebih terperinci

TINGKAT KONFORMITAS MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING STKIP PGRI SUMATERA BARAT. Oleh: Yelni Susri. Fitria Kasih Weni Yulastri ABSTRACT

TINGKAT KONFORMITAS MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING STKIP PGRI SUMATERA BARAT. Oleh: Yelni Susri. Fitria Kasih Weni Yulastri ABSTRACT TINGKAT KONFORMITAS MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING STKIP PGRI SUMATERA BARAT Oleh: Yelni Susri Fitria Kasih Weni Yulastri Mahasiswa Bimbingan dan Barat ABSTRACT Observations result through, students

Lebih terperinci

STRATEGI MAHASISWA BERSTATUS MENIKAH DALAM MENJALANKAN STUDI (Studi Kasus : Mahasiswi Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumbar) ARTIKEL

STRATEGI MAHASISWA BERSTATUS MENIKAH DALAM MENJALANKAN STUDI (Studi Kasus : Mahasiswi Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumbar) ARTIKEL STRATEGI MAHASISWA BERSTATUS MENIKAH DALAM MENJALANKAN STUDI (Studi Kasus : Mahasiswi Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumbar) ARTIKEL Oleh: LOLLA OKTORA NPM 12070194 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Fashion atau mode saat ini semakin berkembang di Indonesia, begitu pula dengan perkembangan jilbab. Saat ini semakin banyak wanita yang memakai jilbab. Selain dari

Lebih terperinci

2015 TINGKAT KESAD ARAN ETIKA PENAMPILAN MAHASISWA

2015 TINGKAT KESAD ARAN ETIKA PENAMPILAN MAHASISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Skripsi yang berjudul Tingkat Kesadaran Etika Penampilan Mahasiswa (Studi Deskriptif tentang Implementasi Pedoman Perilaku Mahasiswa FPIPS UPI) ini dilatar

Lebih terperinci

APPLICATION METHOD AND PLANNED LEARNING MEDIA SOCIOLOGY TEACHER (Case Study: SMA N 1 North Bayang South Coastal District)

APPLICATION METHOD AND PLANNED LEARNING MEDIA SOCIOLOGY TEACHER (Case Study: SMA N 1 North Bayang South Coastal District) APPLICATION METHOD AND PLANNED LEARNING MEDIA SOCIOLOGY TEACHER (Case Study: SMA N 1 North Bayang South Coastal District) Mega Nelvia Sari 1 Drs Wahidul Basri, M.Pd 2 Faishal Yasin, S.Sos 3 Program Studi

Lebih terperinci

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga BAB IV Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga UKSW merupakan satu-satunya Universitas Swasta yang ada di kota Salatiga. Kebanyakan masyarakat mengeanal UKSW sebagai Indonesia mini. Karena didalamnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dapat mengatur kehidupan dunia dengan memanfaatkan teknologi sebagai. sarana meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

I. PENDAHULUAN. dapat mengatur kehidupan dunia dengan memanfaatkan teknologi sebagai. sarana meningkatkan kesejahteraan hidupnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna bila dibandingkan mahluk ciptaan lainnya. Perbedaan mendasar yang dapat dilihat adalah terletak pada akal dan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI GURU DALAM MEMBIMBING DAN MENDIDIK AKHLAK SISWA KELAS XI SMAN 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL. Oleh:

KONTRIBUSI GURU DALAM MEMBIMBING DAN MENDIDIK AKHLAK SISWA KELAS XI SMAN 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL. Oleh: KONTRIBUSI GURU DALAM MEMBIMBING DAN MENDIDIK AKHLAK SISWA KELAS XI SMAN 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL Oleh: YELLA AGUSTI NINGSIH NPM. 12070112 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

PERATURAN PSYCHE 2017

PERATURAN PSYCHE 2017 PERATURAN PSYCHE 2017 HIMPUNAN MAHASISWA PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2017 TATA TERTIB PSYCHE 2017 A. Hak Peserta 1. Peserta berhak untuk mendapatkan perlakuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jilbab berasal dari bahasa Arab yang jamaknya jalaabiib yang artinya pakaian yang lapang atau luas. Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menururt Waspodo (2014) Negara Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia, meskipun hanya 88% penduduknya beragama Islam. Besarnya jumlah pemeluk agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini.

BAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jilboobs berasal dari kata jilbab dan boobs. Jilbab adalah kain yang digunakan untuk menutup kepala sampai dada yang dipakai oleh wanita muslim, sedangkan boobs berasal

Lebih terperinci

JURNAL KORI HARTATI NIM

JURNAL KORI HARTATI NIM FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KURANGNYA MOTIVASI ORANG TUA UNTUK MELANJUTKAN PENDIDIKAN ANAK KE TINGKAT SMP DI KAMPUNG SUNGAI SALAK NAGARI KOTO RAWANG KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA

KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG 2014 SURAT KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG Nomor : Un.03/PP.0.09/

Lebih terperinci

OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 OLEH: TITY SOEGIARTY JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 PERILAKU UMUM PERILAKU MOBILITAS PERILAKU BERKREASI SIKAP DAN PERILAKU MAHASISWA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemikiran Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita hidup di zaman modern yang menuntut setiap individu untuk meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang dianggap kuno dan memperbaharui

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di kompleks Mulawarman, dilihat dari

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di kompleks Mulawarman, dilihat dari 33 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di kompleks Mulawarman, dilihat dari geografisnya terletak di daerah Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Banjarmasin

Lebih terperinci

QUESIONER PENELITIAN. : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Universitas Sumatera Utara)

QUESIONER PENELITIAN. : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Universitas Sumatera Utara) QUESIONER PENELITIAN Nama : Elicia Dwi Hafida Nim : 060901003 Departemen Fakultas Alamat : Sosiologi : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Universitas Sumatera Utara) : Jalan Lilawangsa Gampong Geudubang Jawa

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS DIKELAS VII 1 SMP PERTIWI SITEBA PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS DIKELAS VII 1 SMP PERTIWI SITEBA PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014 1 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN IPS DIKELAS VII 1 SMP PERTIWI SITEBA PADANG TAHUN PELAJARAN 2013/ 2014 Eli Puteri Wati 1 Ranti Nazmi 2 Meldawati 3 Program Studi

Lebih terperinci

TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA

TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) HAMZANWADI SELONG BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 (1) Tata tertib kehidupan kampus bagi mahasiswa adalah ketentuan

Lebih terperinci

INTERAKSI MAHASISWA PINDAH PROGRAM STUDI DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT

INTERAKSI MAHASISWA PINDAH PROGRAM STUDI DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT 1 INTERAKSI MAHASISWA PINDAH PROGRAM STUDI DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT Rahmat Hidayat 1, Isnaini 2, Yenita Yatim 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2 Dosen Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena pilihan, kesukaan dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu konsumen berasal dari

Lebih terperinci

FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA NILAI SOSIOLOGI SISWA DI SMA NEGERI I BONJOL KECAMATAN BONJOL KABUPATEN PASAMAN

FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA NILAI SOSIOLOGI SISWA DI SMA NEGERI I BONJOL KECAMATAN BONJOL KABUPATEN PASAMAN FAKTOR PENYEBAB RENDAHNYA NILAI SOSIOLOGI SISWA DI SMA NEGERI I BONJOL KECAMATAN BONJOL KABUPATEN PASAMAN Linda Zulfitri¹ Dr. Maihasni, M.Si,² Elvawati, M,Si³ Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN BUSANA DENGAN PENAMPILAN BERBUSANA KE KAMPUS MAHASISWA TATA BUSANA JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FT UNP SALMI FAJRIA

HUBUNGAN PENGETAHUAN BUSANA DENGAN PENAMPILAN BERBUSANA KE KAMPUS MAHASISWA TATA BUSANA JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FT UNP SALMI FAJRIA HUBUNGAN PENGETAHUAN BUSANA DENGAN PENAMPILAN BERBUSANA KE KAMPUS MAHASISWA TATA BUSANA JURUSAN KESEJAHTERAAN KELUARGA FT UNP SALMI FAJRIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARG FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

TATA TERTIB PENGENALAN PROGRAM STUDI (PPS) STIKES JENDERAL A. YANI CIMAHI TAHUN 2017/2018

TATA TERTIB PENGENALAN PROGRAM STUDI (PPS) STIKES JENDERAL A. YANI CIMAHI TAHUN 2017/2018 TATA TERTIB PENGENALAN PROGRAM STUDI (PPS) STIKES JENDERAL A. YANI CIMAHI TAHUN 2017/2018 A. TATA TERTIB UMUM 1. Peserta PPS tidak diperkenankan membawa kendaraan (roda dua maupun roda empat) ke wilayah

Lebih terperinci

POLA HIDUP KONSUMTIF DI KALANGAN MAHASISWI STUDI KASUS MAHASISWI STKIP PGRI SUMATERA BARAT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANGKATAN 2012

POLA HIDUP KONSUMTIF DI KALANGAN MAHASISWI STUDI KASUS MAHASISWI STKIP PGRI SUMATERA BARAT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANGKATAN 2012 POLA HIDUP KONSUMTIF DI KALANGAN MAHASISWI STUDI KASUS MAHASISWI STKIP PGRI SUMATERA BARAT PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANGKATAN 2012 Nengki Afrida 1 Rinel Fitlayeni 2 Surya Prahara 3 Program Studi

Lebih terperinci

Tugas 2 Etika Profesi: di Kampus

Tugas 2 Etika Profesi: di Kampus Tugas 2 Etika Profesi: di Kampus Nama : Heidy Olivia Thaeras NPM : 30408421 Kelas : 3ID02 Dosen : SUDARYANTO, IR, MSC A. Jelaskan tentang tata tertib kehidupan di Kampus yang berlaku umum untuk semua civitas

Lebih terperinci

BAB III PANDANGAN MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA TENTANG BUSANA MUSLIMAH

BAB III PANDANGAN MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA TENTANG BUSANA MUSLIMAH BAB III PANDANGAN MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA TENTANG BUSANA MUSLIMAH A. Selayang Pandang Busana Mahasiswa Syari ah Dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya 1. Profil Fakultas

Lebih terperinci

SARANA 1) Undang-Undang dan peraturan-peraturan yang berlaku; dan 2) Rapat-rapat pimpinan Universitas, Program Pascasarjana, dan Program Studi.

SARANA 1) Undang-Undang dan peraturan-peraturan yang berlaku; dan 2) Rapat-rapat pimpinan Universitas, Program Pascasarjana, dan Program Studi. TUJUAN 1) Memberikan penegasan tentang tata-cara pengaduan atas pelanggaran kode etik di PPs Unsyiah; dan 2) Memberikan pedoman bahwa proses pengaduan pelanggaran kode etik dan mekanisme penegakan etika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus citacita bagi kemajuan

Lebih terperinci

SISTEM PENDIDIKAN ANAK DALAM PANTI ASUHAN AISYIYAH CABANG KOTO TANGAH KOTA PADANG ARTIKEL ILMIAH ANNISA NPM

SISTEM PENDIDIKAN ANAK DALAM PANTI ASUHAN AISYIYAH CABANG KOTO TANGAH KOTA PADANG ARTIKEL ILMIAH ANNISA NPM SISTEM PENDIDIKAN ANAK DALAM PANTI ASUHAN AISYIYAH CABANG KOTO TANGAH KOTA PADANG ARTIKEL ILMIAH ANNISA NPM. 12070113 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin factio,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Memakai jilbab merupakan kewajiban bagi seorang muslimah. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kehormatan perempuan dengan menutup aurat mereka. Di zaman jahiliyah dulu,

Lebih terperinci

FASHION SEBAGAI KOMUNIKASI IDENTITAS SOSIAL MAHASISWA FKIP UNS

FASHION SEBAGAI KOMUNIKASI IDENTITAS SOSIAL MAHASISWA FKIP UNS FASHION SEBAGAI KOMUNIKASI IDENTITAS SOSIAL MAHASISWA FKIP UNS SKRIPSI Oleh : GHANI FIRDAUS K8412032 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Desember 2016 ii FASHION SEBAGAI

Lebih terperinci

KODE ETIK PEMBELAJAR KLINIK HUKUM ANTI KORUPSI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Kode Etik ini yang dimaksud dengan : 1. Klinik Hukum adalah klinik

KODE ETIK PEMBELAJAR KLINIK HUKUM ANTI KORUPSI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Kode Etik ini yang dimaksud dengan : 1. Klinik Hukum adalah klinik KODE ETIK PEMBELAJAR KLINIK HUKUM ANTI KORUPSI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Kode Etik ini yang dimaksud dengan : 1. Klinik Hukum adalah klinik hukum anti korupsi. 2. Pengajar klinik adalah dosen

Lebih terperinci

PERAN GURU BK DALAM MEMBANTU PESERTA DIDIK MENENTUKAN JURUSAN KE PERGURUAN TINGGI DI KELAS XII SMAN 2 KOTA PADANG PANJANG

PERAN GURU BK DALAM MEMBANTU PESERTA DIDIK MENENTUKAN JURUSAN KE PERGURUAN TINGGI DI KELAS XII SMAN 2 KOTA PADANG PANJANG PERAN GURU BK DALAM MEMBANTU PESERTA DIDIK MENENTUKAN JURUSAN KE PERGURUAN TINGGI DI KELAS XII SMAN 2 KOTA PADANG PANJANG Refki Linaldi 1, Fitria Kasih 2, Yasrial Chandra 2 1 Mahasiswa Program Studi Bimbingan

Lebih terperinci

FAKTOR PENDORONG ORANGTUA MENGIZINKAN ANAKNYA MELAKUKAN PERKAWINAN PADA USIA REMAJA DI DESA AGUNG JAYA KECAMATAN AIR MANJUTO KABUPATEN MUKOMUKO

FAKTOR PENDORONG ORANGTUA MENGIZINKAN ANAKNYA MELAKUKAN PERKAWINAN PADA USIA REMAJA DI DESA AGUNG JAYA KECAMATAN AIR MANJUTO KABUPATEN MUKOMUKO FAKTOR PENDORONG ORANGTUA MENGIZINKAN ANAKNYA MELAKUKAN PERKAWINAN PADA USIA REMAJA DI DESA AGUNG JAYA KECAMATAN AIR MANJUTO KABUPATEN MUKOMUKO ARTIKEL USWATUN KHASANAH NIM. 11070073 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

4. WAJIB, tidak memakai aksesoris apapun kecuali penunjuk waktu yang digunakan dipergelangan tangan.

4. WAJIB, tidak memakai aksesoris apapun kecuali penunjuk waktu yang digunakan dipergelangan tangan. 1. Rambut Putra : Rambut warna asli. WAJIB rapi dan standar (tidak boleh model punk, Mohawk, dsb). Untuk putra, rambut tidak boleh menyentuh alis, telinga, dan kerah baju. Putri : Untuk putri yang tidak

Lebih terperinci

PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 78 JAKARTA NOMOR 165 TAHUN 2011 TENTANG TATA TERTIB PESERTA DIDIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 78 Jakarta, Menimbang : a.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM Nomor : Dj.I/255/2007. Tentang TATA TERTIB MAHASISWA PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM Nomor : Dj.I/255/2007. Tentang TATA TERTIB MAHASISWA PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM Nomor : Dj.I/255/2007 Tentang TATA TERTIB MAHASISWA PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERSEPSI WARGA KAMPUS TERHADAP PERATURAN MENGENAI PENETAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT ABSTRACT

PERSEPSI WARGA KAMPUS TERHADAP PERATURAN MENGENAI PENETAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT ABSTRACT PERSEPSI WARGA KAMPUS TERHADAP PERATURAN MENGENAI PENETAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT Fitri Ratna Sari¹, Maihasni², Surya Prahara² ¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP

Lebih terperinci

STRATEGI MAHASISWA PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN KEPENDIDIKAN (PPLK) MENGHADAPI PERILAKU BELAJAR SISWA DI SMAN 1 V KOTO KAMPUNG DALAM JURNAL

STRATEGI MAHASISWA PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN KEPENDIDIKAN (PPLK) MENGHADAPI PERILAKU BELAJAR SISWA DI SMAN 1 V KOTO KAMPUNG DALAM JURNAL STRATEGI MAHASISWA PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN KEPENDIDIKAN (PPLK) MENGHADAPI PERILAKU BELAJAR SISWA DI SMAN 1 V KOTO KAMPUNG DALAM JURNAL Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

TATA TERTIB PESERTA POSTER 2016

TATA TERTIB PESERTA POSTER 2016 TATA TERTIB PESERTA POSTER 2016 1. Peserta wajib datang tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah ditentukan (06.00 WIB). 2. Peserta yang terlambat mendapatkan sanksi dari Komisi Disiplin. 3. Peserta

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan harus mampu menumbuhkan karakter yang mencintai dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan harus mampu menumbuhkan karakter yang mencintai dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan harus mampu menumbuhkan karakter yang mencintai dan bangga sebagai bangsa Indonesia. Salah satu pendidikan yang mampu menumbuhkan karakter Pancasila

Lebih terperinci

ARTIKEL ADE AGUS PUTRA NPM.

ARTIKEL ADE AGUS PUTRA NPM. HAMBATAN-HAMBATAN GURU MATA PELAJARAN IPS DALAM MENERAPKAN KURIKULUM 2013 PADA PROSES PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI 1 MANDAU KABUPATEN BENGKALIS KELURAHAN TALANG MANDI - DURI ARTIKEL ADE AGUS PUTRA NPM. 10070181

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah mencapai tahap pemikiran yang sangat modern. Pada konteks sejarah manusia, tercatat beberapa kali telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, sebagai khalifah manusia bukan saja diberi kepercayaan untuk menjaga, memelihara, dan memakmurkan

Lebih terperinci

oleh: ARI DARMANSYAH Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

oleh: ARI DARMANSYAH Mahasiswa Bimbingan dan Konseling, STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT PROFIL PENCAPAIAN TUGAS PERKEMBANGAN MASA DEWASA AWAL (STUDI PADA MAHASISWA DI PROGRAN STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING STKIP PGRI SUMATRA BARAT ANGKATAN 2014) oleh: ARI DARMANSYAH Mahasiswa Bimbingan dan

Lebih terperinci

Peran Guru BK dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Tinggal Kelas di SMA Negeri 2 Solok Selatan. By:

Peran Guru BK dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Tinggal Kelas di SMA Negeri 2 Solok Selatan. By: 1 1 Peran Guru BK dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Tinggal Kelas di SMA Negeri 2 Solok Selatan By: Wiza Pitri Yeni* Dra. Hj. Fitria Kasih, M.Pd. Kons** Septya Suarja, M.Pd ** *Student

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. namun memiliki keuangan yang terbatas. Saat berbelanja di Boutique

BAB VI PENUTUP. namun memiliki keuangan yang terbatas. Saat berbelanja di Boutique 1 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat disimpulkan bahwa pakaian bekas merupakan suatu fenomena yang sudah tidak asing lagi dikalangan mahasiswa, khususnya mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu alat media massa yang paling digemari oleh masyarakat. Karena televisi telah ada di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya

Lebih terperinci

Kode Etik Mahasiswa STKIP PGRI PACITAN 2009

Kode Etik Mahasiswa STKIP PGRI PACITAN 2009 Kode Etik Mahasiswa STKIP PGRI PACITAN 2009 PERATURAN STKIP PGRI PACITAN Nomor: 438/STKIP PGRI/KM/XII/2009 Tentang KODE ETIK MAHASISWA STKIP PGRI PACITAN Menimbang: 1. Bahwa dalam rangka optimalisasi upaya

Lebih terperinci

Pakaian Sebagai Komunikasi Artifaktual

Pakaian Sebagai Komunikasi Artifaktual Prosiding Hubungan Masyarakat ISSN: 2460-6510 Pakaian Sebagai Komunikasi Artifaktual 1 Ranti Irmawati Utari, 2 Tresna Wiwitan 1,2 Bidang Kajian Public Relations, Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Islam

Lebih terperinci

UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER ARTIKEL. Gusri Defriani NPM :

UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER ARTIKEL. Gusri Defriani NPM : UPAYA GURU BK DALAM MENGATASI PESERTA DIDIK YANG UNDER ACHIEVER ARTIKEL Gusri Defriani NPM : 10060220 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA

Lebih terperinci

FAKTOR TIDAK BERJALANNYA PERATURAN BUPATI NO 13 TAHUN 2016 TENTANG PENERTIBAN ORGEN TUNGGAL DI PADANG PARIAMAN

FAKTOR TIDAK BERJALANNYA PERATURAN BUPATI NO 13 TAHUN 2016 TENTANG PENERTIBAN ORGEN TUNGGAL DI PADANG PARIAMAN FAKTOR TIDAK BERJALANNYA PERATURAN BUPATI NO 13 TAHUN 2016 TENTANG PENERTIBAN ORGEN TUNGGAL DI PADANG PARIAMAN (Studi Kasus: Maraknya Orgen Tunggal di Nagari Kasang) Rani Refita Sari 1, Surya Prahara,

Lebih terperinci

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGII YANG BERSERTIFIKASI DI SMAN 1 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGII YANG BERSERTIFIKASI DI SMAN 1 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SOSIOLOGII YANG BERSERTIFIKASI DI SMAN 1 ENAM LINGKUNG KABUPATEN PADANG PARIAMAN JURNAL OLEH : SISRY PURNAMA SARI NPM :10070254 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keindahan dan kecantikan seorang perempuan bersumber dari dua arah, yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. Kecantikan dari

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas Butik Dorayaky Shop. menuangkan hobi nya di bidang fashion tersebut dia berkeinginan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas Butik Dorayaky Shop. menuangkan hobi nya di bidang fashion tersebut dia berkeinginan BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas Butik Dorayaky Shop Salah satu Butik yang di gemari di kawasan Jl. Bukit Siguntang No: 16 Medan adalah Butik Dorayaky Shop. Awal mulanya butik ini didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan di mana segala sistem kemasyarakatan yang bersifat tradisional dilepaskan menjadi tatanan yang mengimplikasikan

Lebih terperinci

PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL

PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL PROSES PEMBELAJARAN INKLUSI UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS KELAS XI DKV DI SMK NEGERI 4 PADANG JURNAL Oleh : MARDIANSYAH NIM. 11060308 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

PERAN GURU BK DALAM MEMBANTU PESERTA DIDIK YANG MENGALAMI PERILAKU MENYIMPANG DI SMP NEGERI 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN.

PERAN GURU BK DALAM MEMBANTU PESERTA DIDIK YANG MENGALAMI PERILAKU MENYIMPANG DI SMP NEGERI 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN. PERAN GURU BK DALAM MEMBANTU PESERTA DIDIK YANG MENGALAMI PERILAKU MENYIMPANG DI SMP NEGERI 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Anisa Syaputri *) Fitria Kasih **) Ahmad Zaini **) *) Mahasiswa Bimbingan

Lebih terperinci

KODE ETIK PEMBELAJAR KLINIK HUKUM PERDATA BAB I KETENTUAN UMUM

KODE ETIK PEMBELAJAR KLINIK HUKUM PERDATA BAB I KETENTUAN UMUM KODE ETIK PEMBELAJAR KLINIK HUKUM PERDATA BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Kode Etik ini yang dimaksud dengan : 1. Klinik Hukum adalah klinik hukum perdata. 2. Pengajar klinik adalah dosen pengajar/supervisor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti rok, dress, atau pun celana saja, tetapi sebagai suatu kesatuan dari keseluruhan yang

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SDN Anjir Muara Kota Tengah SDN Anjir Muara Kota Tengah merupakan sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Anjir

Lebih terperinci

Tata Tertib Psikologi Bungsu 2017 (PESERTA) Pasal 1 Cara Berpakaian dan Kerapian Selama Berada di Lingkungan Kampus

Tata Tertib Psikologi Bungsu 2017 (PESERTA) Pasal 1 Cara Berpakaian dan Kerapian Selama Berada di Lingkungan Kampus Tata Tertib Psikologi Bungsu 2017 (PESERTA) Pasal 1 Cara Berpakaian dan Kerapian Selama Berada di Lingkungan Kampus 1. Wajib mengenakan kemeja berkerah dengan warna / corak bebas namun sopan, berkancing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat dinikmati dalam balutan busana muslimah, Anak muda sekarang kian menggemari tren busana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, manusia pada dasarnya akan merasakan kesulitan jika hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan melanjutkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diskriminasi jilbab menjadi salah satu catatan penting diberbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diskriminasi jilbab menjadi salah satu catatan penting diberbagai 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diskriminasi jilbab menjadi salah satu catatan penting diberbagai pelosok dunia. Terlebih lagi di barat, jilbab sudah menjadi momok yang mengerikan dan harus

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PERSEPSI DAN SIKAP MAHASISWA TERHADAP PROGRAM GERAKAN PAKAIAN RAPI DAN SOPAN DI FKIP UNIVERSITAS RIAU

STUDI TENTANG PERSEPSI DAN SIKAP MAHASISWA TERHADAP PROGRAM GERAKAN PAKAIAN RAPI DAN SOPAN DI FKIP UNIVERSITAS RIAU STUDI TENTANG PERSEPSI DAN SIKAP MAHASISWA TERHADAP PROGRAM GERAKAN PAKAIAN RAPI DAN SOPAN DI FKIP UNIVERSITAS RIAU DRS. AHMAD EDDISON, M.Si. Dosen Program Studi PPKn FKIP Universitas Riau, Pekanbaru,

Lebih terperinci

PERAN BIROKRASI PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAJUAN PERCERAIAN GURU Studi Kasus Perceraian Guru Sekolah Dasar Di Kabupaten Lima PuluhKota

PERAN BIROKRASI PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAJUAN PERCERAIAN GURU Studi Kasus Perceraian Guru Sekolah Dasar Di Kabupaten Lima PuluhKota PERAN BIROKRASI PEMERINTAH DALAM PROSES PENGAJUAN PERCERAIAN GURU Studi Kasus Perceraian Guru Sekolah Dasar Di Kabupaten Lima PuluhKota SKRIPSI Oleh REZKY AGUS RYANTO BP.1210813005 Dosen Pembimbing Dr.

Lebih terperinci

Nadia Fitri Yani Adiyalmon, S.Ag, M.Pd Marleni, S.Pd Progam Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

Nadia Fitri Yani Adiyalmon, S.Ag, M.Pd Marleni, S.Pd Progam Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT Peranan Guru Pamong Membimbing Mahasiswa Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat (Studi Tentang Kesiapan Guru Pamong Membimbing Mahasiswa PPL Untuk Praktek Mengajar) Di SMA N Se-Kabupaten Dharmasraya Nadia

Lebih terperinci

Instruksi Kerja TATA TERTIB PESERTA PRE DIETARY INTERNSHIP JURUSAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

Instruksi Kerja TATA TERTIB PESERTA PRE DIETARY INTERNSHIP JURUSAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Instruksi Kerja TATA TERTIB PESERTA PRE DIETARY INTERNSHIP JURUSAN GIZI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA Universitas Brawijaya, 2008 All Rights Reserved 1 2 Instruksi Kerja TATA TERTIB PESERTA

Lebih terperinci

Persepsi Guru Pamong Tentang Kemampuan Mahasiswa S1 Tata Boga dalam Kegiatan Program Pengalaman Lapangan Kependidikan di SMK Pariwisata Sumbar

Persepsi Guru Pamong Tentang Kemampuan Mahasiswa S1 Tata Boga dalam Kegiatan Program Pengalaman Lapangan Kependidikan di SMK Pariwisata Sumbar 2 3 Persepsi Guru Pamong Tentang Kemampuan Mahasiswa S1 Tata Boga dalam Kegiatan Program Pengalaman Lapangan Kependidikan di SMK Pariwisata Sumbar Ayu Prastika Dewi 1, Elida 2, Wiwik Gusnita 2 Program

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS LAYANAN KONSULTASI DALAM MEMBANTU KONSULTI MENGENTASKAN MASALAH PIHAK KETIGA JURNAL

EFEKTIFITAS LAYANAN KONSULTASI DALAM MEMBANTU KONSULTI MENGENTASKAN MASALAH PIHAK KETIGA JURNAL EFEKTIFITAS LAYANAN KONSULTASI DALAM MEMBANTU KONSULTI MENGENTASKAN MASALAH PIHAK KETIGA JURNAL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (STRATA 1) NOFLA ILFA SARI NIM.

Lebih terperinci

KODE ETIK MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) YASNI MUARA BUNGO

KODE ETIK MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) YASNI MUARA BUNGO KODE ETIK MAHASISWA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) YASNI MUARA BUNGO MUARA BUNGO 2014 i KODE ETIK MAHASISWA STAI YASNI MUARA BUNGO Penyusun : Tim Penyusun Kode Etik Mahasiswa STAI YASNI Muara Bungo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia fashion terus mengalami kemajuan sehingga menghasilkan berbagai trend mode dan gaya. Hal ini tidak luput dari kemajuan teknologi dan media sehingga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Menurut Keraf (1998:14) etika berasal dari kata Yunani ethos, yang dalam bentuk jamaknya berarti adat istiadat atau kebiasaan. Dalam pengertian ini etika berkaitan

Lebih terperinci

BAB VI PERATURAN AKADEMIK FAKULTAS

BAB VI PERATURAN AKADEMIK FAKULTAS BAB VI PERATURAN AKADEMIK FAKULTAS 1. Disiplin Mahasiswa Berdasarkan SK Rektor tanggal 21 Oktober 2001 No. 460/SK-Rek/Rek/X/2001, mahasiswa yang melanggar peraturan disiplin mahasiswa akan dikenakan sanksi

Lebih terperinci

ARTIKEL MIGO WAHYU AKNIMAL NPM

ARTIKEL MIGO WAHYU AKNIMAL NPM PELAKSANAAN PERMENDIKBUD NO. 65 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PROSES (PENDEKATAN SAINTIFIK) PADA KEGIATAN INTI DALAM PEMBELAJARAN SOSIOLOGI DI KELAS X IPS SMA NEGERI 4 PADANG ARTIKEL MIGO WAHYU AKNIMAL NPM.

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS V.A PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS V.A PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS V.A PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS DI SDN 24 JATI GAUNG PADANG OLEH: MUTIA LATIFAH NPM. 1110013411167

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN MAGANG I SCHOOL OBSERVATION TAHUN AJARAN 2017/2018

PEDOMAN PELAKSANAAN MAGANG I SCHOOL OBSERVATION TAHUN AJARAN 2017/2018 PEDOMAN PELAKSANAAN MAGANG I SCHOOL OBSERVATION TAHUN AJARAN 2017/2018 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017 A. Latar Belakang Amanat undang-undang guru dan dosen mensyaratkan

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai mahasiswa aktif tahun

BAB V PEMBAHASAN. mahasiswi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam sebagai mahasiswa aktif tahun BAB V PEMBAHASAN Populasi pada penelitian ini ialah para mahasiswi dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) di IAIN Tulungagung yang terdiri dari tiga jurusan yaitu akuntansi syariah, ekonomi syariah

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL)

PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) I. Pengertian

Lebih terperinci

PEMAHAMAN DAN PEMANFAATAN HIMPUNAN DATA DALAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK N I KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN

PEMAHAMAN DAN PEMANFAATAN HIMPUNAN DATA DALAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK N I KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN PEMAHAMAN DAN PEMANFAATAN HIMPUNAN DATA DALAM KEGIATAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMK N I KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN Oleh: Fauzil Husnah Mahasiswa Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP

Lebih terperinci

PERANAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK YANG MEMPEROLEH HASIL BELAJAR RENDAH

PERANAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK YANG MEMPEROLEH HASIL BELAJAR RENDAH PERANAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR PESERTA DIDIK YANG MEMPEROLEH HASIL BELAJAR RENDAH (Studi Deskriptif Pada Kelas VIII di SMP Negeri 2 Pancung Soal) JURNAL Diajukan untuk menyusun

Lebih terperinci

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL Jurnal Gammath, Volume I Nomor 2, September 2016 KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL Mohammad Jupri 1, Zulfa Anggraini R 2, Christine Wulandari S 3 1 Universitas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH OLEH GURU BK DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PESERTA DIDIK (Studi di SMP Pertiwi 2 Padang) JURNAL

IMPLEMENTASI KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH OLEH GURU BK DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PESERTA DIDIK (Studi di SMP Pertiwi 2 Padang) JURNAL IMPLEMENTASI KEGIATAN KUNJUNGAN RUMAH OLEH GURU BK DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PESERTA DIDIK (Studi di SMP Pertiwi 2 Padang) JURNAL RIRIN DERWINA NPM : 10060091 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH

Lebih terperinci

KONTRAK FORUM EXPO INTERNAL 2015

KONTRAK FORUM EXPO INTERNAL 2015 KONTRAK FORUM EXPO INTERNAL 2015 I. Hak Peserta : Peserta EXPO INTERNAL 2015 mempunyai hak: 1. Mendapatkan informasi sejelas-jelasnya terkait pelaksanaan EXPO INTERNAL 2015. 2. Mengajukan pertanyaan, pendapat,

Lebih terperinci

STRATEGI GURU DALAM MENGONTROL PERILAKU SISWA KELAS XIIPS 4 DI SMA NEGERI 1 PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN ABSTRACT

STRATEGI GURU DALAM MENGONTROL PERILAKU SISWA KELAS XIIPS 4 DI SMA NEGERI 1 PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN ABSTRACT STRATEGI GURU DALAM MENGONTROL PERILAKU SISWA KELAS XIIPS 4 DI SMA NEGERI 1 PANCUNG SOAL KABUPATEN PESISIR SELATAN Nika Sutra Harnika 1, Rinel Fitlayeni 2, Yenita Yatim 2 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

STRATEGI PIHAK SEKOLAH DALAM MENCEGAH SISWA MELAKUKAN JUDI KOA (Studi Kasus SMA N 3 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan) ARTIKEL

STRATEGI PIHAK SEKOLAH DALAM MENCEGAH SISWA MELAKUKAN JUDI KOA (Studi Kasus SMA N 3 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan) ARTIKEL STRATEGI PIHAK SEKOLAH DALAM MENCEGAH SISWA MELAKUKAN JUDI KOA (Studi Kasus SMA N 3 Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan) ARTIKEL INDRA YALDI NPM: 12070039 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA NOMOR : 024/PR/UNISNU/IX/2013 TENTANG

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA NOMOR : 024/PR/UNISNU/IX/2013 TENTANG PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA NOMOR : 024/PR/UNISNU/IX/2013 TENTANG TATA TERTIB MAHASISWA UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA Bismillahirrahmanirrahim REKTOR UNIVERSITAS

Lebih terperinci