TEORI PENELITIAN METODE PENELITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TEORI PENELITIAN METODE PENELITIAN"

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada suatu perguruan tinggi (Paryati Sudarman, 2004: 32). Mahasiswa juga dapat diartikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di Universitas ataupun Akademik, mereka yang terdaftar sebagai murid di Perguruan Tinggi (Afrida, 2013:15). Menurut Afrida (2013:15) mahasiswa pada umumnya dikategorikan dalam usia dewasa, namun tidak semua dari mereka cukup dewasa untuk memilah pengaruh gaya hidup dalam suatu lingkungan dalam tempat kampusnya. Perkembangan zaman juga menimbulkan pengaruh besar bagi gaya hidup mahasiswa pada saat sekarang. Hal ini disebabkan karena mahasiswa tersebut langsung terkena dampak dari perubahan zaman dari informasi dan teknologi. Kondisi seperti ini hampir semua lapisan dan generasi dalam masyarakat salah satunya mahasiswi, fenomena dari mahasiswa sekarang tercemin dalam berpakaian dan penampilan yang terkadang sangat berlebihan (Yumida, 2014: 1). Menurut Faiqoh (2013: 19) Pakaian atau busana sangat berkaitan dengan mode, karena pakaian dan mode satu sama lain tidak dapat dipisahkan, berbagai macam cara di lakukan orang-orang untuk bisa menunjukkan jati dirinya masing-masing, baik dari segi pola hidup maupun cara berpakaian. Apalagi dizaman modern saat ini, begitu banyak mode pakaian sudah diciptakan orang, mulai yang sempit sampai yang sangat longgar, mulai dari bahan yang sangat sederhana sampai bahan yang sangat mahal. Terutama untuk kaum hawa ini dianggap hal yang sangat penting dizaman sekarang. Mulai dari mode yang terbuka menampakkan perhiasannya, lalu yang sangat sempit yang menonjolkan lekuk tubuhnya sampai kepada mode yang sangat tertutup. Saat ini fashion semakin beragam dan menarik, apalagi dengan adanya trend fashion para perempuan Muslim yang menggunakan jilbab. Penggunaan hijab saat ini semakin bertambah dan bervariasi dengan tetap menggunakan pakaian Muslim yang menutupi seluruh tubuh. Jilbab berasal dari dalam bahasa Arab kata jamaknya jalaabiib artinya pakaian yang lapang/luas. Defenisi jilbab adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup aurat wanita, kecuali muka dan telapak tangan, jilbab yaitu pakaian lebar yang dipakai wanita untuk menutupi kepala, dada dan bagian belakang tubuh (Zami, 2014: 3). Meski demikian, tidaklah sedikit muslimah zaman sekarang yang telah menyimpang dari aturan memakai jilbab sesuai dengan arti jilbab itu, karena mereka telah terkontaminasi oleh budaya baru. Mereka lebih bangga mengikuti trend zaman dalam berpakaian yang sebenarnya tidaklah sesuai dengan syariat Islam. Masalah berpakaian yang saat ini sedang marak terjadi diantara para muslimah Indonesia adalah gaya berbusana ala Jilboobs. Istilah Jilboobs muncul pada tahun 2014 yang berkembang didunia maya, dengan akun facebook bernama Jilboobs Community dengan deskripsi Indahnya saling berbagi, akun itu memuat sejumlah foto wanita yang mengenakan jilbab dengan pakaian ketat. Jilboobs diadopsi dari gabungan kata jilbab (kerudung/penutup kepala) dan boobs (payudara). Maksudnya, jilbab yang mereka pakai tidak difungsikan sebagai penutup aurat, melainkan hanya sebagai pembungkus sebagian tubuhnya saja. Gaya berpakaian ini memang tidaklah sesuai, karena meski mereka memakai jilbab, namun mereka membiarkan bagian lekak-lekuk dadanya itu tetap terlihat dengan jelas (Pratomo: 2014/ republika.co.id). Fenomena jilboobs juga menjadi perhatian serius Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), menyatakan bahwa jilbab dengan pakaian yang ketat atau tembus pandang tidak memenuhi standar kewajiban. Penggunaan jilboobs dipengaruhi oleh ragam busana masa kini yang kian modern, yang mampu membuat penggemar fashion tergiur untuk mengenakanya. Gaya hidup didukung oleh perkembangan zaman dan teknologi, yang telah merubah budaya sebagian masyarakat terutama yang tinggal di perkotaan. Hal ini disebabkan karena mereka langsung terkena dampak dari informasi dan teknologi, kondisi ini melanda hampir semua lapisan dan generasi dalam masyarakat. Khususnya

2 mahasiswi STKIP PGRI Sumatera Barat, fenomena ini telah tercemin dalam cara berpakaian, berpenampilan yang terkadang terlihat berlebihan dalam memilih gaya untuk dirinya sendiri. Pakaian merupakan kebutuhan primer, seiring dengan berkembangnya dunia industri, hiburan, informasi dan teknologi, gaya berpakaian menjadi media untuk menunjukkan eksistensi seseorang dalam komunitasnya, dengan mengikuti gaya berpakaian tertentu, seseorang bisa menunjukkan jati dirinya. Hal ini menunjukkan bahwa saat ini gaya berpakaian sudah menjadi bagian dari gaya hidup seseorang. Sebagai mahasiswa STKIP PGRI yang melahirkan calon pendidik, yang siap nantinya terjun kelapangan sebagai guru yang profesional. Untuk itu para calon pendidik diwajibkan berpakaian rapi dan sopan, bagi laki-laki berpakain kemeja dan celana dasar sedangkan perempuan berpakaian baju kemeja/baju kurung dan berpakain rok, serta memakai jilbab bagi yang beragama Islam. Peraturan tata tertib bagi mahasiswa nomor 099/STKIP-AK/PGRI/2005 dalam BAB VI dalam menerapkan disiplin mahasiswa pasal 16 no 2 yang menyatakan mahasiswa berpenampilan diri yang tidak senonoh, yang tidak sesuai dengan norma adat dan agama, artinya bagi mahasiswa atau mahasiswi tidak boleh menggunakan kaos oblong, celana jeans/levis, baju transparan, pakaian ketat, rok transparan ketika barada di kampus STKIP PGRI Sumatera Barat. Berdasarkan latar belakang di atas rumusan masalah penelitian ini adalah apa motif mahasiswi STKIP PGRI menggunakan cara berpakaian jilboobs ke kampus? Sebagaimana yang telah penulis uraikan dalam penulisan perumusan masalah di atas, maka adapun tujuan penelitian yaitu mendeskripsikan motif mahasiswi STKIP PGRI menggunakan cara berpakain jilboobs. Manfaat Penelitian yaitu : 1. Manfaat Akademis Secara akademis, manfaat yang diharapkan dari peneliti ini dapat memberikan kontribusi ilmu terhadap perkembagan ilmu pengetahuan tentang fenomena penggunaan jilboobs dikalangan mahasiswi, khususnya yang berhubungan dengan disiplin ilmu sosial terutama bagi sosiologi perilaku menyimpang. 2. Manfaat Praktis. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi ataupun perbandingan dalam penelitian selanjutnya. serta memberikan masukan bagi mahasiswa, bahwa mahasiswa yang menggunakan pakaian seperti jilboobs tidak mencerminkan seorang calon pendidik yang baik. TEORI PENELITIAN Teori yang digunakan dalam penelitian yaitu teori fenomenologi yang dikemukakan oleh Alfred Schutz. Schutz menyatakan bahwa tindakan manusia memberikan arti makna tertentu terhadap tindakannya itu dan manusia lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti (Ritzer, 2002: 59). Pemahaman secara subyektif terhadap sesuatu tindakan sangat menentukan terhadap kelangsungan proses interaksi sosial. Menurut Alfred Schutz tindakan manusia ditentukan oleh makna yang dipahami tentang sesuatu yang disebut dengan motif, dimana mereka dalam melakukan tindakan mempunyai alasan tertentu. Bahwa tindakan subyektif para aktor tidak muncul begitu saja, tetapi harus melalui proses panjang. Dengan kata lain, sebelum masuk pada tataran in order motive menurut schutz ada tahapan because motive yang mendahuluinya (wirawan, 2012: 137). Because motive yaitu motivasi yang tumbuh melalui pengalaman dan masa lalu individu sebagai anggota masyarakat. In order motive yaitu motivasi yang tumbuh karena melihat adanya nilai-nilai terhadap tindakan sekarang untuk jangkauan masa depan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama dua bulan yakni yang dimulai dari bulan Juni-Juli Penelitian ini dilaksanakan di kampus STKIP PGRI Sumatera Barat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

3 tulisan atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati, penelitian ini bertipe deskriptif yang menggambarkan berbagai kondisi dan sesuatu hal seperti apa adanya. Teknik pengumpulan informan menggunakan Snowballing. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah 21 orang, terdiri dari 1 informan inti, 14 informan berpakaian jilboobs, 6 informan biasa. Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari responden. Menurut Bungin (2011:122) data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data atau subjek penelitian. Adapun data primer pada penelitian ini yaitu hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis terhadap 21 informan mahasiswi di STKIP PGRI Sumatera Barat. Data sekunder menurut Arikunto (2010:22) adalah data yang diperoleh untuk melengkapi data primer yang ada. Adapun data-data tersebut berupa gambaran umum STKIP PGRI Sumatera Barat. Metode pengumpulan data adalah observasi, wawancara, studi dokumen. Dalam penelitian ini peneliti melakukan observasi dengan menggunakan bentuk non-participant observer, yaitu suatu bentuk observasi dimana pengamat (peneliti) tidak terlibat langsung dalam kegiatan yang diamati (Yusuf, 2005:292). Peneliti mengamati cara berpakaian jilboobs mahasiswi, cara berjalan, dengan mendengarkan dan mengamati secara langsung penjelasan dari masing-masing informan. Wawancara merupakan suatu pengumpulan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti (Bungin, 2011: ). Dokumen adalah metode penelitian yang dilakukan terhadap informasi yang didokumentasikan dalam bentuk rekaman, gambar, suara, tulisan, dan dokumen-dokumen lainya. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data dalam penelitian kualitatif, dimana peneliti akan mencari data melalui hasil dari pengamatan atau observasi dan melalui wawancara dan studi dokumen. Analisis data pada penelitian ini menggunakan model interaktif dari Miles dan Huberman melalui tiga tahap, yaitu: pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Mahasiswa STKIP PGRI. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Sebagai mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat yang merupakan Sekolah Tinggi yang melahirkan calon pendidik yang siap nantinya terjun kelapangan sebagai guru yang profesional yang nantinya terjun untuk mengabdi. Untuk itu calon pendidik diwajibkan berpakaian yang sesuai dengan aturan serta berpakaian baik dan sopan. Aturan yang dibuat oleh STKIP PGRI bagi laki-laki berpakaian kemeja dan celana dasar, sedangkan bagi mahasiswa perempuan berpakaian kemeja atau baju kurung dan berpakaian rok, serta bagi yang beragama Islam menggunakan jilbab. B. Motif Mahasiswa STKIP PGRI Menggunakan Cara Berpakaian Jilboobs. 1. Because motive. Because motive yaitu motivasi yang tumbuh melalui pengalaman dan masa lalu individu sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan adapun motif berdasarkan pengalamannya adalah a). Tampil cantik dan modis, b). Nyaman, c). Meniru trend fashion. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut : a). Tampil Cantik dan Modis. Cantik adalah elok rupa, molek, bagus, (KKBI, 2013 : 152). Cantik adalah kata yang tidak pernah terlepas dari seorang wanita. Memberikan pesona agar menjadi cantik dan menarik bagi orang yang melihatnya. Saat ini menjadi cantikpun bukan sesuatu yang sulit atau tidak mungkin. Dari banyak cara, wanita

4 dapat membuat dirinya menjadi cantik dengan memedulikan busana yang dipakainya. Berdasarkan penelitian, mahasiswa perempuan sangat memperhatikan berpenampilan cantik dan modis dalam kehidupan sehari-hari, mereka beranggapan bahwa berpenampilan cantik dan modis itu sesuai dengan keinginannya, dan diperhatikan oleh orang-orang sekitar. Berdasarkan hasil wawancara dapat disimpulkan bahwa tampil cantik dan modis merupakan motif mahasiswa dalam berpakaian jilboobs, karena tampil cantik dan modis mereka merasa menjadi pusat perhatian oleh orang yang ada dilingkungan banyak orang. b). Nyaman. Nyaman adalah segar, sehat, sedap, enak (KBBI, 2007 : 604). Kenyamanan/ rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan penampilan sehari-hari). Kenyamanan yang diperoleh mahasiswi yaitu merupakan keinginan batin yang tercapai, yang merupakan kehendak yang mereka rencanakan ketika menggunakan sesuatu yang melekat pada tubuhnya. Ada banyak cara yang dilakukan orang untuk memenuhi keinginan yang membuat mereka merasa nyaman, serta keinginan yang hendak dicapai itupun dilakukan dengan cara yang berbeda-beda pula. Keinginan yang timbul dari dalam diri merupakan keinginan batin seseorang yang tercapai sesuai dengan kehendak yang telah ia rencanakan sebelumnya. Kenyamanan yang diperoleh merupakan kehendak yang mereka rencanakan ketika menggunakan sesuatu yang melekat pada tubuhnya. Berdasarkan pengamatan dan wawancara dapat disimpulkan bahwa disaat mahasiswa memakai pakaian yang lebih bagus dan menarik dibandingkan orang lain, maka disaat itu mereka merasa puas dan nyaman dengan apa yang telah mereka lakukan dan pergunakan. Nyaman menggunakan sesuatu yang melekat pada tubuh sangat mempengaruhi rasa kepercayaan diri seseorang. c). Meniru Trend Fashion. Trend yaitu merupakan bentuk nomina yang bermakna ragam cara atau bentuk terbaru pada suatu waktu tertentu (tata pakaian, potongan rambut, corak, hiasan, dan sebagainya). Trend merupakan gaya penampilan yang dianggap indah pada suatu masa digemari dan diikuti oleh orang banyak. Istilah fashion/ mode secara konotasi memiliki arti berbusana dengan memperhatikan gaya atau dandanan yang ap to date atau sesuai dengan ide-ide masa kini. Fashion atau mode menjadi sarana bagi orang untuk menciptakan identitas diri seutuhnya. Perkembangan fashion saat ini sangat berkembang pesat, khususnya dalam berpakaian dilingkungan mahasiswa, dan banyak kalangan yang menikmati bentuk pakaian yang semakin ternd tanpa terkecuali. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pada saat sekarang perkembangan berpakaian sangat mempengaruhi penampilan seseorang. Apalagi dikalangan mahasiswi yang pada dasarnya ingin terlihat berbeda dengan orang lain. mereka berfikir jika mereka mengikuti trend fashion yang lagi berkembang mereka dianggap modren jika dibandingkan dengan memakai pakaian yang model biasa. Kepercayaan diri lebih tinggi ketika apa yang dipakai tersebut terlihat bagus dihadapan orang lain, sehingga ketika melakukan aktifitas baik dilingkungan kampus. 2. In order motive. In order motive yang berarti motivasi yang tumbuh dan timbul karena melihat adanya nilai-nilai terhadap tindakan sekarang untuk jangkauan masa depan. In order motive merupakan tujuan yang digambarkan sebagai maksud, makna, harapan, minat yang diinginkan dan karena itu berorientasi kemasa depan. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan adapun in order motive adalah a). Ingin diperhatikan lawan jenis, b). Ingin lebih disayang pacar, c). Ingin tampil beda dan gaul. Hal ini dapat diuraikan sebagai berikut.

5 a). Ingin diperhatikan lawan jenis. Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan ada beberapa motif mahasiswa menggunakan berpakaian jilboobs, antara lain mahasiswa sangat memperhatikan penampilan dalam kehidupan sehari-hari apalagi didepan lawan jenis, mereka beranggapan bahwa berpenampilan menarik dan cantik itu sesuai dengan perkembangan busana sekarang. Keinginan merupakan sebuah tujuan, adanya rasa ingin diperhatiakan lawan jenis merupakan salah satu alasan atau motif mahasiswi menggunakan cara berpakaian jiilboobs. Rasa keinginan tersebut merupakan suatu hasrat yang ada dalam diri seseorang. Adanya rasa ingin untuk diperhatikan merupakan rasa yang ada didalam setiap diri individu tak terkecuali mahasiswi. b). Ingin Lebih Disayang pacar. Pakaian yang dipakai oleh mahasiswa pada dasarnya agar terlihat berbeda dengan orang lain dari segi berpenampilan menunjukkan mereka mempunyai alasan tersendiri untuk memakai busana atau pakaian dan karena ingin lebih disayang pacar, apapun dilakukan agar pasangan atau pacar terlihat senang ketika saat bersama, sehingga cara berpakaian ini harus mereka gunakan oleh mahsiswi agar pasangannya semakin sayang. Berpakaian yang digunakan dan dipilih oleh mahasiswi merupakan kesadaran yang mhasiswi inginkan tanpa diperintahkan oleh siapapun. Karena tujuannya yaitu biar tetap dipuji sama orang terdekat. c). Ingin Tampil Beda dan gaul. Bagi mahasiswa yang berpakaian jilboobs ingin tampil beda dan gaul dihadapan orang lain, tampil beda dan gaul menurut mereka akan bisa menimbulkan kepercayaan diri dengan apa yang dipakai oleh mahasiswa tersebut, selain itu barang yang dipakai dapat memberikan gambaran kepribadian, menunjukkan identitas diri dilingkungan mereka salah satunya di kampus. Motivasi seseorang dalam berpakaian sangatlah berbeda-beda, ada yang berpakaian mengikuti mode, menampakkan status, kekayaan, kesombongan, dan juga berpenampilan salah satunya berpenampilan berbeda yang ingin tampak gaul dari orang lain, yang lebih kelihatan cantik, modis, keren, elegan. Tindakan yang dilakukan mahasiswi ini berdasarkan in order motive merupakn tujuan atau motif ingin tampil beda dan gaul agar kelihatan keren dihadapan orang lain, hal ini merupakan tujuan mereka, selain itu juga timbul harapan agar dipandang bagus dan berkelas. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan telah diuraikan pada pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa motif mahasiswi STKIP PGRI menggunakan cara bepakain jilboobs, berdasarkan realita yang terjadi dilapangan bahwa mahasiswi mempunyai motif menggunakan cara berpakaian jilboobs adalah : 1. Because motive, yang berarti motivasi yang tumbuh melalui pengalaman dan masa lalu individu sebagai anggota masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti lakukan adapun motif berdasarkan pengalamannya, a). Tampil cantik dan modis, b). Nyaman, c). Meniru trend fashion. 2. In order motive, yang berarti motivasi yang tumbuh dan timbul karena melihat adanya nilai-nilai terhadap tindakan sekarang untuk jangkauan masa depan seperti, a). Ingin diperhatikan lawan jenis, b). Ingin lebih disayang pacar, c). Ingin tampil beda dan gaul. B. Saran. 1. Kepada institusi, pimpinan kampus, diharapkan memberikan sanksi yang tegas kepada mahasiswa yang melanggar tata tertip kampus salah satu seperti melanggar aturan berpakaian. 2. Kepada mahasiswi yang menggunakan cara berpakaian jilboobs diharapkan supaya tidak menggunakan cara berpakaian jilboobs pada saat ke kampus karena STKIP PGRI Sumatera Barat merupakan salah satu LPTK (Lembaga Perguruan Tinggi Keguruan) yang melahirkan calon pendidik yang baik, baik itu cara bebicara, berpakaiannya, tidak menggunakan pakaian yang tidak

6 sesuai dengan cara berpakaian seorang pendidik. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT raja Grafindo. Bungin, Burhan. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke Tiga (2007). Jakarta: Balai Pustaka. Miles, Matthew dan Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. UI Pers, Jakarta. Wirawan, I.B. (2013). Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma : Fakta Sosial, Defenisi Sosial dan Perilaku Sosial. : Kencana Prenada Media Group. Zami, Elzam. (2014). A-Z Hijab: Panduan Lengkap Hijab. Jakarta : Pustaka Oasis. SKRIPSI Sari, Rora Yumida Motif Mahasiswi STKIP PGRI Padang Memakai Busana Manset Ke Kampus STKIP PGRI Sumatera Barat Kota Padang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan pangan, hal tersebut sangat penting bagi manusia untuk menutup bagian bagian tubuh manusia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menururt Waspodo (2014) Negara Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia, meskipun hanya 88% penduduknya beragama Islam. Besarnya jumlah pemeluk agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini.

BAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jilboobs berasal dari kata jilbab dan boobs. Jilbab adalah kain yang digunakan untuk menutup kepala sampai dada yang dipakai oleh wanita muslim, sedangkan boobs berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Fashion atau mode saat ini semakin berkembang di Indonesia, begitu pula dengan perkembangan jilbab. Saat ini semakin banyak wanita yang memakai jilbab. Selain dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keindahan dan kecantikan seorang perempuan bersumber dari dua arah, yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. Kecantikan dari

Lebih terperinci

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga BAB IV Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga UKSW merupakan satu-satunya Universitas Swasta yang ada di kota Salatiga. Kebanyakan masyarakat mengeanal UKSW sebagai Indonesia mini. Karena didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan hal yang boleh dikatakan universal dalam hidup manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar belakang lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat dinikmati dalam balutan busana muslimah, Anak muda sekarang kian menggemari tren busana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jilbab berasal dari bahasa Arab yang jamaknya jalaabiib yang artinya pakaian yang lapang atau luas. Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus citacita bagi kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia jumlah muslimnya terbesar dan keanekaragaman budaya daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya. Oleh karena itu konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu alat media massa yang paling digemari oleh masyarakat. Karena televisi telah ada di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Memakai jilbab merupakan kewajiban bagi seorang muslimah. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kehormatan perempuan dengan menutup aurat mereka. Di zaman jahiliyah dulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan pola pikir manusia mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami banyaknya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga fitrahnya. Berhijab adalah. Sebagaimana kewajiban berhijab dalam Al-Qur'an Q.

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga fitrahnya. Berhijab adalah. Sebagaimana kewajiban berhijab dalam Al-Qur'an Q. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, hijab yang lebih sering merujuk pada kerudung atau jilbab ditunjukkan sebagai sesuatu yang selalu digunakan untuk menutupi bagian kepala hingga dada wanita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperdengarkan oleh telinga kita saat ini. Suatu kain yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. diperdengarkan oleh telinga kita saat ini. Suatu kain yang berfungsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kerudung atau jilbab merupakan kata yang tidak asing lagi diperdengarkan oleh telinga kita saat ini. Suatu kain yang berfungsi sebagai penutup aurat wanita kini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, manusia pada dasarnya akan merasakan kesulitan jika hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkan seberapa besar nilai moral dalam masyarakat disekitarnya, menurut Suratno dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam era-modernisasi negara Indonesia pada saat ini sudah mencapai tahap pemikiran yang sangat modern. Pada konteks sejarah manusia, tercatat beberapa kali telah terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat memiliki sifat yang dinamis, selalu berubah-ubah mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat memiliki sifat yang dinamis, selalu berubah-ubah mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat memiliki sifat yang dinamis, selalu berubah-ubah mengikuti perkembangan zaman, begitu pula dengan mode berpakaian perempuan, khususnya dalam penggunaan

Lebih terperinci

SARANA 1) Undang-Undang dan peraturan-peraturan yang berlaku; dan 2) Rapat-rapat pimpinan Universitas, Program Pascasarjana, dan Program Studi.

SARANA 1) Undang-Undang dan peraturan-peraturan yang berlaku; dan 2) Rapat-rapat pimpinan Universitas, Program Pascasarjana, dan Program Studi. TUJUAN 1) Memberikan penegasan tentang tata-cara pengaduan atas pelanggaran kode etik di PPs Unsyiah; dan 2) Memberikan pedoman bahwa proses pengaduan pelanggaran kode etik dan mekanisme penegakan etika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan. Tidak hanya dikalangan remaja, namun ibu-ibu juga

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan. Tidak hanya dikalangan remaja, namun ibu-ibu juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini penggunaan hijab dikalangan remaja telah mengalami perkembangan. Tidak hanya dikalangan remaja, namun ibu-ibu juga menggunakannya dalam

Lebih terperinci

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fashion, sepintas adalah mengenai pakaian atau busana. Jika kita berbicara tentang pakaian, hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat dekat dengan diri kita.

Lebih terperinci

ALASAN MAHASISWA MELANGGAR ATURAN BERPAKAIAN DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT (STUDI KASUS :PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANGKATAN 2014) ARTIKEL

ALASAN MAHASISWA MELANGGAR ATURAN BERPAKAIAN DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT (STUDI KASUS :PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANGKATAN 2014) ARTIKEL ALASAN MAHASISWA MELANGGAR ATURAN BERPAKAIAN DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT (STUDI KASUS :PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI ANGKATAN 2014) ARTIKEL Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam memprediksikan perilaku pembelian konsumen terhadap suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perilaku seseorang dapat dikatakan sesuatu yang unik, karena pilihan, kesukaan dan sikap terhadap obyek setiap orang berbeda. Selain itu konsumen berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia fashion terus mengalami kemajuan sehingga menghasilkan berbagai trend mode dan gaya. Hal ini tidak luput dari kemajuan teknologi dan media sehingga

Lebih terperinci

TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DI KABUPATEN SOLOK SELATAN

TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DI KABUPATEN SOLOK SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SOLOK SELATAN NOMOR : 6 TAHUN 2005 TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DI KABUPATEN SOLOK SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SOLOK SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang pesat memberikan berbagai pengaruh bagi para penggunanya. Dalam pengembangannya teknologi memberikan kelebihan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di kompleks Mulawarman, dilihat dari

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di kompleks Mulawarman, dilihat dari 33 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di kompleks Mulawarman, dilihat dari geografisnya terletak di daerah Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion kini merambah begitu besar. Para pelaku bisnis dan perancang busana berlombalomba untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran internet di tengah masyarakat saat ini, tentu membuat sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran internet di tengah masyarakat saat ini, tentu membuat sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia yang dinamis adalah salah satu yang membuat berbagai perkembangan-perkembangan yang sangat menarik untuk di pelajari dan di ikuti.inovasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengenakan jilbab atau kerudung sudah menjadi sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengenakan jilbab atau kerudung sudah menjadi sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siapa yang tidak mengenal istilah jilbab? Jilbab atau kerudung merupakan istilah yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Di Indonesia mengenakan jilbab atau

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tata berbusana kekinian semakin merambah dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia karena perkembangan berbusana kini cukup pesat dan fashion yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang dibawakan kepada para rasul-nya. Apabila seseorang tidak mau tunduk

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang dibawakan kepada para rasul-nya. Apabila seseorang tidak mau tunduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Umat Islam wajib melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangan Allah SWT, yang dibawakan kepada para rasul-nya. Apabila seseorang tidak mau tunduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Jilbab merupakan jenis pakaian yang memiliki arti sebagai kerudung lebar yang dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada (kbbiweb.id). Jilbab

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif kuantitatif. Sebab, penelitian ini menekankan pada fenomenafenomena

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif kuantitatif. Sebab, penelitian ini menekankan pada fenomenafenomena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Sebab, penelitian ini menekankan pada fenomenafenomena objektif yang dikaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita muslim umumnya identik dengan hijab. Dalam agama Islam,

BAB I PENDAHULUAN. Wanita muslim umumnya identik dengan hijab. Dalam agama Islam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita muslim umumnya identik dengan hijab. Dalam agama Islam, berhijab diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga fitrahnya. Adapun pengertian hijab ini sebenarnya sangat

Lebih terperinci

BAB III PANDANGAN MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA TENTANG BUSANA MUSLIMAH

BAB III PANDANGAN MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA TENTANG BUSANA MUSLIMAH BAB III PANDANGAN MAHASISWA FAKULTAS SYARI AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA TENTANG BUSANA MUSLIMAH A. Selayang Pandang Busana Mahasiswa Syari ah Dan Hukum UIN Sunan Ampel Surabaya 1. Profil Fakultas

Lebih terperinci

BAB. II LANDASAN TEORITIS. 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam struktur pendidikan Indonesia,

BAB. II LANDASAN TEORITIS. 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam struktur pendidikan Indonesia, BAB. II LANDASAN TEORITIS A. Mahasiswi Yang Menggunakan Jilbab Syar i 1.Pengertian Mahasiswa Pengertian mahasiswa menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2015), ialah pelajar perguruan tinggi. Didalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. https://id.wikipedia.org/wiki/jilbab, diakses tanggal 27 April 2016 pukul 08:43 WIB.

BAB I PENDAHULUAN. https://id.wikipedia.org/wiki/jilbab, diakses tanggal 27 April 2016 pukul 08:43 WIB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan trend berpakaian setiap tahunnya selalu mengalami perubahan mode yang tak akan membuat penikmatnya bosan. Mulai dari model baju, celana bahkan jilbab. Dulu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diskriminasi jilbab menjadi salah satu catatan penting diberbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diskriminasi jilbab menjadi salah satu catatan penting diberbagai 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diskriminasi jilbab menjadi salah satu catatan penting diberbagai pelosok dunia. Terlebih lagi di barat, jilbab sudah menjadi momok yang mengerikan dan harus

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Melalui upaya pendidikan Islam, nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dapat

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Melalui upaya pendidikan Islam, nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dapat 1 BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui upaya pendidikan Islam, nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dapat diberikan kepada peserta didik yang kelak akan menjadi pemimpin masyarakat.

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR : 04 TAHUN 2005 T E N T A N G BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH KABUPATEN PESISIR SELATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR : 04 TAHUN 2005 T E N T A N G BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH KABUPATEN PESISIR SELATAN PERATURAN DAERAH NOMOR : 04 TAHUN 2005 T E N T A N G BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESISIR SELATAN Menimbang : a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 29 ayat (2)

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam menyerukan seorang wanita muslimah untuk mengulurkan jilbab-jilbab

I. PENDAHULUAN. Islam menyerukan seorang wanita muslimah untuk mengulurkan jilbab-jilbab 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan seorang muslimah, menutup aurat merupakan sebuah kewajiban yang tidak dapat dihindari. Dalam menutup aurat tersebut, ajaran Islam menyerukan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI GURU DALAM MEMBIMBING DAN MENDIDIK AKHLAK SISWA KELAS XI SMAN 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL. Oleh:

KONTRIBUSI GURU DALAM MEMBIMBING DAN MENDIDIK AKHLAK SISWA KELAS XI SMAN 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL. Oleh: KONTRIBUSI GURU DALAM MEMBIMBING DAN MENDIDIK AKHLAK SISWA KELAS XI SMAN 2 BAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN ARTIKEL Oleh: YELLA AGUSTI NINGSIH NPM. 12070112 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI SEKOLAH TINGGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia selalu memiliki rasa untuk terus bersama dengan orang lain. Hal ini dikemukakan oleh seorang tokoh sosiologi dunia, Aristoteles (384-322 SM) dalam buku Sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan berbagai upaya dalam memenuhi kebutuhan yang beragam. Kebutuhan adalah salah satu aspek yang menggerkan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara individu dengan individu maupun kelompok. Interaksi sosial terjadi. pada setiap usia dan gender pada manusia.

BAB I PENDAHULUAN. antara individu dengan individu maupun kelompok. Interaksi sosial terjadi. pada setiap usia dan gender pada manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan individu lainnya untuk hidup. Dalam kehidupan setiap hari manusia selalu bertemu dengan manusia lainnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan bisnis di era globalisasi ini telah membuat berbagai perusahaan berlomba untuk merebut dan mempertahankan pangsa pasarnya. Berbagai jenis barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan saat ini menghadapi berbagai masalah yang amat kompleks yang perlu mendapatkan perhatian semua orang. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan di mana segala sistem kemasyarakatan yang bersifat tradisional dilepaskan menjadi tatanan yang mengimplikasikan

Lebih terperinci

2015 TINGKAT KESAD ARAN ETIKA PENAMPILAN MAHASISWA

2015 TINGKAT KESAD ARAN ETIKA PENAMPILAN MAHASISWA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Skripsi yang berjudul Tingkat Kesadaran Etika Penampilan Mahasiswa (Studi Deskriptif tentang Implementasi Pedoman Perilaku Mahasiswa FPIPS UPI) ini dilatar

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASAMAN BARAT NOMOR : 7 TAHUN 2007 TENTANG BERPAKAIAN MUSLIM DAN MUSLIMAH BAGI SISWA, MAHASISWA DAN KARYAWAN BUPATI PASAMAN BARAT Menimbang : a. bahwa salah satu perwujudan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada banyak hal salah satunya pada dunia Fashion. Aspek

BAB I PENDAHULUAN. yang berdampak pada banyak hal salah satunya pada dunia Fashion. Aspek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dari perkembangan tersebut, berkembang pula peradaban manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan peniti saat ini semakin pesat. Bisa dikatakan kerajinan yang sudah ada sejak dulu ini

Lebih terperinci

Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah

Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah Perkembangan bisnis fashion yang semakin bervariatif, ternyata mendorong para muslimah di Indonesia untuk berkarya menciptakan kreasi jilbab baru dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap aktivitasnya. Pemandangan perempuan berjilbab di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap aktivitasnya. Pemandangan perempuan berjilbab di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini banyak kita lihat perempuan yang menggunakan jilbab dalam setiap aktivitasnya. Pemandangan perempuan berjilbab di Indonesia pada saat ini bermula dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat tak terkecuali busana muslim. Desain-desain baru

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat tak terkecuali busana muslim. Desain-desain baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika pergantian mode dalam fashion yang ada di dunia selalu berkembang dengan cepat tak terkecuali busana muslim. Desain-desain baru bermunculan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemikiran Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terkait dengan tren yang sedang berlaku. Masyarakat sudah menyadari

BAB I PENDAHULUAN. dan terkait dengan tren yang sedang berlaku. Masyarakat sudah menyadari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan globalisasi telah membawa pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi dunia. Pesatnya pangsa pasar yang disebabkan oleh semakin dinamisnya perokonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam perkembangan kepribadian seseorang maka remaja mempunyai arti yang khusus. Secara psikologis masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui konstruksi budaya atas

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui konstruksi budaya atas BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian yang bertujuan untuk mengetahui konstruksi budaya atas penggunaan lensa kontak bagi pengguna lensa kontak oleh mahasiswi ini dilaksanakan di Yogyakarta.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita hidup di zaman modern yang menuntut setiap individu untuk meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang dianggap kuno dan memperbaharui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dari hidup manusia yang mempunyai fungsi lebih yaitu sebagai etika

BAB I PENDAHULUAN. penting dari hidup manusia yang mempunyai fungsi lebih yaitu sebagai etika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Pada awalnya busana dipakai sebagai pelindung tubuh dari panas matahari dan cuaca dingin, seiring berkembangnya zaman busana menjadi bagian penting

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang

I. PENDAHULUAN. Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kenakalan remaja merupakan salah satu masalah dalam bidang pendidikan yang harus segera diselesaikan atau dicarikan solusinya oleh pemerintah terutama dinas pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin factio,

Lebih terperinci

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN A. Kelompok Data Berkaitan Dengan Aspek Fungsi Produk Rancangan Gbr 3.A.1 Hijab Pengguna Motor Busana memiliki nilai fungsi dan kegunaan maka ada beberapa hal yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim. Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia pada tahun 2010 sekitar 217 juta jiwa dari total penduduk

Lebih terperinci

KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA

KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP SILIWANGI BANDUNG SURAT KEPUTUSAN KETUA STKIP SILIWANGI BANDUNG TENTANG KODE ETIK DAN TATA TERTIB MAHASISWA STKIP SILIWANGI

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. menerima ilmu kemudian menyebarkannya. Kaum muslimin (pria) wajib

BAB. I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. menerima ilmu kemudian menyebarkannya. Kaum muslimin (pria) wajib BAB. I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Terdapat perbedaan pada hak dan kewajiban antara pria dan wanita dalam menjalankan ajaran agama Islam. Perbedaan ini telah diatur dalam kitab suci Al-Quran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Membeli atau berbelanja melalui internet (online shopping) adalah proses dimana konsumen membeli produk atau jasa di internet (Ellitan, 2008: 12). Keuntungan yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk individu mengarah kepada karakteristik khas yang dimiliki manusia sebagai makhluk hidup yang membedakan dirinya dengan makhluk hidup yang lain,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bank merupakan salah satu lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Pengertian bank menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi dalam kelompok adalah bagian dari kegiatan keseharian kita. Kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan, karena melalui kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat

BAB I PENDAHULUAN. Ini bisa dilihat dengan begitu maraknya shopping mall atau pusat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan fashion, model busana, rancangan pakaian, gaya kostum dan lain-lain di Indonesia sudah sampai dititik yang mengesankan. Ini bisa dilihat dengan begitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan era yang tengah berkembang dengan pesat pada zaman ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (Bastian, 2001).Tingkatan kinerja organisasi dapat dilihat dari sejauh mana

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (Bastian, 2001).Tingkatan kinerja organisasi dapat dilihat dari sejauh mana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kinerja organisasi merupakan sebuah alat ukur untuk menilai dan mengevaluasi berhasil atau tidak tujuan organisasi. Kinerja didefinisikan sebagai suatu gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpakaian secara baik dan benar sesuai tuntunan Al-Qur an yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. berpakaian secara baik dan benar sesuai tuntunan Al-Qur an yang telah di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada zaman Nabi besar Muhammad SAW dahulu, kita diperkenalkan bagaimana cara kita menggunakan pakaian-pakaian yang layak dan tertutup seluruh aurat laki-laki dan perempuan.

Lebih terperinci

QUESIONER PENELITIAN. : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Universitas Sumatera Utara)

QUESIONER PENELITIAN. : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Universitas Sumatera Utara) QUESIONER PENELITIAN Nama : Elicia Dwi Hafida Nim : 060901003 Departemen Fakultas Alamat : Sosiologi : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Universitas Sumatera Utara) : Jalan Lilawangsa Gampong Geudubang Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Korea Selatan sudah dapat dikatakan berhasil dalam menyebar luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea telah menyebarkan budayanya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berbagai kepercayaan dan peribadatan agama sudah menjadi ciri universal

I. PENDAHULUAN. Berbagai kepercayaan dan peribadatan agama sudah menjadi ciri universal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang padat di dunia, Indonesia memiliki berbagai suku, bangsa, ras dan juga agama. Agama merupakan sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hijab merupakan simbol komunikasi dan sebagai identitas bagi wanita,

BAB I PENDAHULUAN. Hijab merupakan simbol komunikasi dan sebagai identitas bagi wanita, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hijab merupakan simbol komunikasi dan sebagai identitas bagi wanita, sehingga wanita mudah dikenal melalui pesan penampilan atau hijab yang dikenakan. Melalui hijab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunitas-komunitas hijabers di Indonesia. 1. Sebagai sebuah perkumpulan, komunitas hijabers mempunyai ciri

BAB I PENDAHULUAN. komunitas-komunitas hijabers di Indonesia. 1. Sebagai sebuah perkumpulan, komunitas hijabers mempunyai ciri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gaung perkembangan fashion muslim belakangan ini memang kian terdengar. Fashion muslim terus melakukan transformasi dari gaya konservatif menjadi lebih kontemporer

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Qanun merupakan Peraturan Perundang-undangan sejenis Peraturan

BAB 1 PENDAHULUAN. Qanun merupakan Peraturan Perundang-undangan sejenis Peraturan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Qanun merupakan Peraturan Perundang-undangan sejenis Peraturan Daerah yang mengatur penyelenggaraan pemerintahan dan kehidupan masyarakat di Propinsi atau daerah Kabupaten.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan yang lebih baik. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan halhal

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan yang lebih baik. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan halhal 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau kemajuan yang lebih baik. Melalui pendidikan manusia dapat menemukan halhal baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan berkembangnya era globalisasi saat ini, negara-negara di dunia termasuk Indonesia. Globalisasi tersebut membuat berbagai perubahan-perubahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian yang pesat di indonesia dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian yang pesat di indonesia dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perekonomian yang pesat di indonesia dalam rangka pembangunan menyangkut hampir meliputi disegala bidang, pada dasarnya tujuan utama pembangunan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai perhiasan dan kecantikan bagi yang mengenakannya secara

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai perhiasan dan kecantikan bagi yang mengenakannya secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Busana adalah karunia yang agung, yang dapat dipergunakan untuk menutup anggota-anggota tertentu dari bagian tubuh manusia, sekaligus berfungsi sebagai perhiasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Modernisasi merupakan pola kehidupan masyarakat yang mulai berkembang sejak dari tahun ketahun. Modernisasi di gunakan untuk tahapan perkembangan sosial yang di dasarkan

Lebih terperinci

BAB III BUTIK LATIFAH DAN PEMASARAN PRODUK. 1. Sejarah Berdirinya Butik Latifah Way Halim Bandar Lampung

BAB III BUTIK LATIFAH DAN PEMASARAN PRODUK. 1. Sejarah Berdirinya Butik Latifah Way Halim Bandar Lampung BAB III BUTIK LATIFAH DAN PEMASARAN PRODUK A. Profil Butik Latifah 1. Sejarah Berdirinya Butik Latifah Way Halim Bandar Lampung Menurut Rita Anomsari (Owner) bahwa sejarah berdiri Butik Latifah pada tanggal

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas Butik Dorayaky Shop. menuangkan hobi nya di bidang fashion tersebut dia berkeinginan

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Ringkas Butik Dorayaky Shop. menuangkan hobi nya di bidang fashion tersebut dia berkeinginan BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Ringkas Butik Dorayaky Shop Salah satu Butik yang di gemari di kawasan Jl. Bukit Siguntang No: 16 Medan adalah Butik Dorayaky Shop. Awal mulanya butik ini didirikan

Lebih terperinci

KARAKTER PROFETIK PERILAKU SEHARI-HARI PADA MAHASISWA PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

KARAKTER PROFETIK PERILAKU SEHARI-HARI PADA MAHASISWA PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN NASKAH PUBLIKASI KARAKTER PROFETIK PERILAKU SEHARI-HARI PADA MAHASISWA PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus Mahasiswa Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masih banyak sekali wanita wanita berhijab yang ingin tampil stylish tetapi masih kurang dalam mix n match gaya dengan berhijab. Maka dari itu mereka butuh panduan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Globalisasi adalah proses di mana manusia akan bersatu dan menjadi satu masyarakat tunggal dunia, masyarakat global (Albrow, 1990: 9). Globalisasi telah membawa perubahan

Lebih terperinci

DAMPAK GRUP JILBOOBS DI FACEBOOK PADA GAYA BERPAKAIAN PEREMPUAN MUSLIMAH DI KOTA SAMARINDA. Maria Silfia Safriani 1

DAMPAK GRUP JILBOOBS DI FACEBOOK PADA GAYA BERPAKAIAN PEREMPUAN MUSLIMAH DI KOTA SAMARINDA. Maria Silfia Safriani 1 ejournal Ilmu Komunikasi, 3 (2), 2015: 68-80 ISSN 0000-0000, ejournal.ilkom.fisip-unmul.ac.id Copyright 2015 DAMPAK GRUP JILBOOBS DI FACEBOOK PADA GAYA BERPAKAIAN PEREMPUAN MUSLIMAH DI KOTA SAMARINDA Maria

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menengah perkotaan, mereka menyadari bahwa penampilan memegang peranan

BAB V PENUTUP. menengah perkotaan, mereka menyadari bahwa penampilan memegang peranan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Sebagai komunitas yang dibentuk berdasarkan kesadaran religious, Komunitas Hijabers Yogyakarta ingin menampilkan sebuah identitas baru yaitu berbusana yang modis tapi tetap

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL PATH SEBAGAI SARANA PENGAKUAN SOSIAL

PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL PATH SEBAGAI SARANA PENGAKUAN SOSIAL PENGGUNAAN MEDIA SOSIAL PATH SEBAGAI SARANA PENGAKUAN SOSIAL Ardi Maulana Nugraha 1, Karim Suryadi 2, Syaifullah Syam 3 1 SMA Al Burhan 2 Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi 3 Dosen Program Studi

Lebih terperinci