ANALISIS BIAYA ALAT TANAM BENIH JAGUNG (Zea Mays L.) TIPE TUGAL, SEMI MEKANIS DAN MEKANIS SKRIPSI HANS BUDI FINDRANOV F

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS BIAYA ALAT TANAM BENIH JAGUNG (Zea Mays L.) TIPE TUGAL, SEMI MEKANIS DAN MEKANIS SKRIPSI HANS BUDI FINDRANOV F"

Transkripsi

1 ANALISIS BIAYA ALAT TANAM BENIH JAGUNG (Zea Mays L.) TIPE TUGAL, SEMI MEKANIS DAN MEKANIS SKRIPSI HANS BUDI FINDRANOV F DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 i

2 COST ANALYSIS OF CORN SEEDER BETWEEN DIBBLE, SEMI MECHANICAL AND MECHANICAL TYPE Hans Budi Findranov and Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University, IPB Darmaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia. Phone , ABSTRACT The development of corn agroindustry nowadays is always followed by the development of sustainable mechanization technology. The mechanization technologies have been applied in corn production process, especially for soil tillaging, but not much applied in seeding process. Many innovation and experiment that concern in seeding technology have been done by academician. Yet the innovation have been well developed, the study of financial aspect in the application of such newly developed technology is often neglected. Besides the study of financial aspect is as important as study on its performance. Thus, the process of developing new technology should be enhanced with study on its financial aspects such as feasibility study. Purpose of this research proposal is to have a engineering economy analysis on newly developed corn seeding technology, they are semi-mechanical corn seeder CO Seeders which developed by Mechanical and Biosystem Engineering (Bogor Agricultural University) students, dibble corn seeder V Model and mechanical corn seeder Grain Seeder which developed by Development Center of Agricultural Mechanization. Evaluation of such alternatives will be studied in order to obtain the conclusion of a machine that has the best cost efficiency. Evaluation of alternative will be conducted using Present Worth Cost (PWC) method and base cost method. Engineering economic modelling with PWC method shown that the Grain Seeder mechanical type corn seeder is have the least cost at 61 ha and more whereas the base cost method have the Grain Seeder least cost at 37 ha and more. Keywords: corn seeder, engineering economy, evaluation of alternatives, present worth cost, base cost ii

3 Hans Budi Findranov. F Analisis Biaya Alat Tanam Benih Jagung (Zea Mays L.) Tipe Tugal, Semi Mekanis dan Mekanis. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc RINGKASAN Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Jagung merupakan sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan serta menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Jagung di beberapa wilayah di Indonesia sendiri juga merupakan pangan pokok, seperti di daerah Madura dan Nusa Tenggara. Pengembangan agrondustri jagung tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi mekanisasi, baik di dalam maupun di luar usaha tani. Pertumbuhan agroindustri jagung yang mandiri dan didukung oleh teknologi mekanisasi merupakan pijakan dalam mewujudkan industri pertanian yang efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan. Perkembangan teknologi mekanisasi tanpa memperhatikan kondisi wilayah dan tidak diikuti oleh perbaikan infrastruktur kelembagaan pendukung, sistem usahatani dan analisis kelayakan usaha tidak akan memberikan hasil yang optimal. Analisis kelayakan usaha yang dapat dilakukan dapat berupa analisis usaha secara keseluruhan maupun evaluasi alternatif. Evaluasi alternatif adalah suatu metode analisis yang dilakukan untuk menentukan pilihan terbaik secara finansial di antara alternatif penggunaan teknologi yang dapat digunakan. Oleh karena itu perlu dilakukan studi kelayakan terhadap operasional alat tanam benih jagung. Metode pendekatan evaluasi alternatif adalah salah satu metode penting yang ada di dalam ranah ilmu ekonomi teknik (engineering economy). Evaluasi alternatif digunakan untuk mengukur manfaat dan efisiensi untuk mengambil suatu keputusan dalam suatu investasi. Alternatif yang dapat dievaluasi adalah alternatif investasi proyek, penggunaan teknologi maupun kebijakan perusahaan akan suatu proses tertentu. Pengambilan keputusan atas beberapa alternatif harus didasarkan pada jumlah investasi modal terendah dan menghasilkan hasil yang optimum. Sebuah studi kelayakan akan dilakukan untuk mengevaluasi berbagai teknologi penanaman benih jagung. Alat tanam yang akan dievaluasi adalah alat tanam semi-mekanis Control Otomatic Seeders yang dikembangkan oleh mahasiswa Teknik Mesin dan Biosistem IPB, alat tanam tugal Model V dan alat tanam mekanis Grain Seeder yang dikembangkan oleh Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. Metode evaluasi alternatif yang akan digunakan adalah metode present worth cost (PWC) dan biaya pokok. Metode PWC merupakan metode yang digunakan untuk mengevaluasi alternatif untuk suatu proses yang tidak diketahui tingkat manfaatnya. Metode ini digunakan dengan cara membandingkan alternatif yang memiliki tingkat biaya terendah (least negative). Analisis dengan metode PWC dan biaya pokok akan didapat nilai biaya terendah dari setiap alternatif yang dievaluasi. Pemodelan ekonomi teknik pada ketiga alat tanam jagung tersebut menunjukkan bahwa penggunaan alat mekanis Grain Seeder yang dikembangkan Balitsereal Maros lebih murah pada luas lahan tertentu dibandingkan dengan alat tanam jagung lainnya. Metode PWC menunjukkan Grain Seeder lebih murah pada luas lahan 61 ha dan selebihnya. Metode biaya pokok menunjukkan Grain Seeder lebih murah pada luas lahan 37 ha dan selebihnya. iii

4 ANALISIS BIAYA ALAT TANAM BENIH JAGUNG (Zea Mays L.) TIPE TUGAL, SEMI MEKANIS DAN MEKANIS SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Oleh : HANS BUDI FINDRANOV F DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011 iv

5 Judul Skripsi Nama NIM : Analisis Biaya Alat Tanam Benih Jagung (Zea Mays L.) Tipe Tugal, Semi Mekanis dan Mekanis : Hans Budi Findranov : F Menyetujui, Pembimbing, Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.S NIP Mengetahui : Ketua Departemen, Dr. Ir. Desrial, M.Eng NIP Tanggal lulus : v

6 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Analisis Biaya Alat Tanam Benih Jagung (Zea Mays L.) Tipe Tugal, Semi Mekanis dan Mekanis adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Bogor, Oktober 2011 Hans Budi Findranov F vi

7 Hak cipta milik Hans Budi Findranov, tahun 2011 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya vii

8 BIODATA PENULIS Hans Budi Findranov. Lahir di Jakarta, 29 November 1989 dari ayah Indra Putra dan ibu Safina, sebagai putra pertama dari tiga bersaudara. Penulis menamatkan SMA pada tahun 2007 dari SMA Labschool Jakarta, Jakarta dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Mayor Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam berbagai kegiatan termasuk menjadi anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) pada tahun Penulis juga aktif menjadi asisten dosen pada mata kuliah Mekanika Fluida pada tahun 2009 dan Praktikum Terpadu Mekanika Bahan Teknik pada tahun Penulis aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tenis Lapangan dan pernah menjadi Juara III pada Olimpiade Mahasiswa IPB cabang Tenis Lapangan pada tahun Penulis melaksanakan Praktik Lapangan pada tahun 2010 di PT Perkebunan Nusantara VIII Kebun Parakan Salak, Sukabumi, Jawa Barat. viii

9 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadapan Allooh SWT atas rahmatnya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan judul Analisis Ekonomi Teknik Alat Tanam Benih Jagung (Zea Mays L.) Tipe Tugal, Semi Mekanis dan Mekanis dilaksanakan di Serpong dan Bogor sejak bulan Februari sampai September Selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ayahanda Indra Putra dan Ibunda Safina yang telah memberikan dukungan moril dan kasih sayang tak terbatas kepada penulis, serta Rahmat Arief Budiman dan Dessy Safira sebagai adik penulis yang telah memberikan dukungan moril terhadap penulis selama studi di Institut Pertanian Bogor. 2. Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar sebagai dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, masukan dan diskusi yang sangat berharga dalam pendewasaan pola pikir akademis penulis. Beliau adalah inspirasi penulis untuk mencari kebenaran pada situasi dan kondisi apapun di dalam hidup. 3. Prof. Dr. Ir. Bambang Pramudya Noorachmat, M.Eng dan Dr. Ir. Faiz Syuaib, M.Agr sebagai dosen penguji skripsi atas 4. Dr. Ir. I Wayan Astika sebagai dosen yang telah memberikan masukan ilmu ekonomi teknik yang sangat berpengaruh terhadap proses penulisan skripsi ini. 5. Dr. Ir. Ahmad Junaedi, M.Si yang telah memberikan bimbingan kepada penulis untuk kenal lebih jauh tanaman jagung dari sudut pandang agronomi. 6. Ir. Joko Pitoyo, M.Si yang telah memberikan izin untuk menggunakan alat tanam mekanis rancangannya sebagai objek penelitian penulis. 7. Sdr. Yunius Girry Wijaya dan Sdri. Huda Fatmawati sebagai kolega yang telah saling membantu penelitian penulis dan penyelesaian skripsi ini. 8. Sdri. Asia Muflihah S.Gz yang telah memberikan dukungannya terhadap penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. 9. Sdr. Muammar Tawaruddin Akbar, Muhammad Wiriawan, Damar Wahyu Bintoro, Yuri Dalian, Muhammad Fauzi Kadarisman, Tofan Argandhi Putra, Agrha Adi Prayogo, Tri Yulni dan Yan Yonathan Rotinsulu yang telah menjadi teman baik penulis selama studi di Institut Pertanian Bogor. 10. Seluruh dosen dan karyawan Departemen Teknik Mesin dan Biosistem IPB yang telah membantu penulis dalam mengembangkan minat dan bakat penulis di bidang teknik pertanian sampai akhir masa studi. Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan bidang Teknik Mesin dan Biosistem di Indonesia. Bogor, Oktober 2011 Hans Budi Findranov ix

10 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR TABEL... xi DAFTAR GAMBAR xii BAB I. PENDAHULUAN LATAR BELAKANG TUJUAN PENELITIAN MANFAAT PENELITIAN... 2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BUDIDAYA JAGUNG KONDISI IDEAL PENANAMAN BENIH JAGUNG ALAT TANAM BENIH BIJI-BIJIAN ALAT TANAM TUGAL ALAT TANAM SEMI MEKANIS ALAT TANAM MEKANIS EVALUASI ALTERNATIF. 9 BAB III. METODE PENELITIAN WAKTU DAN TEMPAT ALAT DAN BAHAN OBJEK PENELITIAN ASUMSI PENELITIAN PROSEDUR PENELITIAN.. 15 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL PENGUJIAN ALAT TANAM SEMI MEKANIS BIAYA DAN MANFAAT ALAT TANAM JAGUNG TIPE TUGAL BIAYA DAN MANFAAT ALAT TANAM JAGUNG SEMI MEKANIS BIAYA DAN MANFAAT ALAT TANAM JAGUNG MEKANIS ANALISIS PRESENT WORTH COST ALAT TANAM JAGUNG ANALISIS BIAYA POKOK ALAT TANAM JAGUNG RINGKASAN HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN SARAN. 30 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN.. 33 x

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Proses kegiatan penelitian 14 Tabel 2. Data alat tanam benih jagung yang dibutuhkan 16 Tabel 3. Capital consumption per tahun 18 Tabel 4. Repair & maintenance, persentase harga awal 19 Tabel 5. Ilustrasi variabel pada analisis present worth cost Tabel 6. Hasil pengujian kapasitas lapang alat tanam semi mekanis. 23 Tabel 7. Hasil pengujian arus keluaran aki 23 Tabel 8. Biaya alat tanam jagung tipe tugal pada lahan satu hektar selama setahun 24 Tabel 9. Biaya alat tanam jagung semi mekanis pada lahan satu hektar selama setahun. 25 Tabel 10. Biaya alat tanam jagung mekanis pada lahan satu hektar selama setahun 25 Tabel 11. Data alat tanam benih jagung. 29 xi

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Alat tanam tugal modifikasi Model V... 7 Gambar 2. Skema kerja alat tanam tugal Model V. 7 Gambar 3. Alat tanam jagung semi mekanis CO Seeders. 8 Gambar 4. Alat tanam mekanis Grain Seeder dengan traktor roda dua. 9 Gambar 5. Nilai MARR relatif terhadap berbagai macam ROR Gambar 6. Analisis PWC alat tanam tugal, semi mekanis dan mekanis pada lahan seluas hektar Gambar 7. Analisis biaya pokok alat tanam tugal, semi mekanis dan mekanis pada lahan seluas hektar.. 28 xii

13 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Jagung merupakan sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan serta menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Jagung di beberapa wilayah di Indonesia sendiri juga merupakan pangan pokok, seperti di daerah Madura dan Nusa Tenggara. Jagung selain bermanfaat sebagai bahan pangan juga bermanfaat sebagai bahan baku industri. Pemenfaatan jagung sebagai bahan baku industri secara umum dibagi menjadi tiga jenis berdasarkan produk hasil olahannya, yakni industri giling kering yang menghasilkan tepung jagung, industri giling basah yang menghasilkan pati, sirup, gula jagung, minyak, dan dextrin jagung serta industri destilasi dan fermentasi yang menghasilkan etil alcohol, aseton, asam laktat, asam sitrat, gliserol, dan lain lain. Tidak hanya itu, jagung juga dapat dimanfaatkan jagung sebagai campuran pakan ternak. Bahkan di beberapa pedesaan jagung digunakan sebagai bahan pakan utama. Sebagai campuran, jagung biasanya dicampur bersama bahan pakan lain seperti dedak, sholgum, hijauan, dan tepung ikan. Pakan ini dapat diberikan pada ternak ayam, itik, dan puyuh (Anonim 2004) Seiring dengan perkembangan teknologi, potensi pemasaran jagung terus mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari semakin berkembangnya peternakan di Indonesia yang juga akan meningkatkan permintaan terhadap pakan ternak yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan jagung sebagai salah satu campuran bahan ternak. Selain itu, berkembangnya industri produk pangan lokal berbasis tepung jagung dan aneka snack olahan jagung di kalangan masyarakat yang secara tidak langsung akan meningkatkan permintaan jagung sebagai bahan baku pangan. Pada tahun 2004 saja kebutuhan jagung di Indonesia mencapai lebih dari 10 juta ton pipilan kering per tahun. Dari jumlah tersebut 51 % dimanfaatkan sebagai bahan baku pakan ternak, sisanya dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan produk pangan. Angka ini cenderung meningkat dari tahun ke tahun (Anonim 2004). Hal ini menggambaran potensi pasar dan peluang yang tinggi bagi petani untuk menanam jagung atau meningkatkan produksi jagungnya. Jagung di Indonesia kebanyakan ditanam di dataran rendah baik di tegalan, sawah tadah hujan maupun sawah irigasi, sebagian terdapat juga di daerah pegunungan pada ketinggian m di atas permukaan laut. Tanah yang dikehendaki adalah tanah yang gembur dan subur, karena tanaman jagung memerlukan aerasi dan drainase yang baik (Anonim 2004). Pengembangan agrondustri jagung tidak terlepas dari pemanfaatan teknologi mekanisasi, baik di dalam maupun di luar usaha tani. Pertumbuhan agroindustri jagung pedesaan yang mandiri dan didukung oleh teknologi mekanisasi merupakan pijakan dalam mewujudkan industri pertanian yang efisien, berdaya saing, dan berkelanjutan. Adapun tahapan budidaya jagung secara umum adalah pengolahan tanah, penanaman, perawatan, dan pemanenan (Hendriadi et al. 2007). Penanaman jagung merupakan kegiatan pembenaman benih ke dalam tanah, dapat dilakukan secara manual atau dengan bantuan alat dan mesin pertanian. Alat bantu penanaman jagung mulai dari yang paling sederhana seperti tugal sampai alat tanam modern yang menggunakan mesin. Alat tersebut pada dasarnya mempunyai prinsip yang sama, yaitu memerlukan mekanisme pembuka lubang/alur, peletak, penjatuh benih, dan penutup lubang tanam atau alur. Peralatan tanam tradisional yang umum digunakan petani adalah tugal. Penanaman dengan alat ini memerlukan banyak waktu, tenaga, dan melelahkan tentunya (Subandi et al. 2002). Adapun peralatan tanam mekanis yang sudah ada contohnya adalah alat tanam mekanis yang bernama 1

14 Grain Seeder buatan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan). Pengoperasian alat ini dapat ditarik traktor roda 2 maupun roda 4. Rancangan memiliki jumlah alur 2 buah dengan kontruksi tipe baru, yaitu roda penggerak metering memakai lengan ayun demikian juga pembuka alur sehingga mampu menyesuaikan dengan kontur tanah. Prototipe ini memiliki spesikasi khas yaitu jumlah alur mudah ditambahkan dan dikurangi (expandable) demikian juga jarak antar alur. Kapasitas kerja lapang mesin tanam 3 baris yang ditarik traktor roda 2 sebesar 3 jam/ha (Pitoyo 2006). Meskipun demikian, menurut Margaretha et al. (2008) alat tanam mekanis belum banyak diadopsi petani karena harganya yang mahal dan kurangnya ketrampilan petani. Control Otomatic Seeders (CO Seeder) adalah alat tanam benih semi mekanis yang akan dianalisis secara finansial kelayakan operasinya pada penelitian ini. Alat ini memiliki dua bagian utama yaitu: rangka mekanis dan perangkat elektronika dengan kapasitas penampungan benih masingmasing tempat penampung benih (hopper) adalah 1,5 kg sehingga dalam sekali tanam alat dapat menanam 2-3 benih. Tenaga masukan untuk komponen elektronika dalah berasal dari accu sedangkan tenaga dorong yang diperlukan untuk mendorong adalah gaya dorong manusia sebesar 64 Watt. Dalam pengoperasiannya alat ini hanya membutuhkan satu orang operator saja (Monayo et al. 2010). Menurut Hendriadi et al. (2008) pengembangan teknologi mekanisasi tanpa memperhatikan kondisi wilayah dan tidak diikuti oleh perbaikan infrastruktur kelembagaan pendukung, sistem usahatani dan analisis kelayakan usaha tidak akan memberikan hasil yang optimal. Analisis kelayakan usaha yang dapat dilakukan dapat berupa analisis usaha secara keseluruhan maupun evaluasi alternatif. DeGarmo et al. (1984) menyatakan bahwa evaluasi alternatif adalah suatu metode analisis yang dilakukan untuk menentukan pilihan terbaik secara finansial di antara alternatif penggunaan teknologi yang dapat digunakan. Oleh karena itu perlu dilakukan studi kelayakan operasional penanaman benih jagung antara alat tanam tugal, alat tanam mekanis (Grain Seeder), dan alat tanam semi mekanis (CO Seeders). 1.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Menentukan biaya operasional alat tanam jagung tipe tugal, semi mekanis dan mekanis dengan menggunakan metode present worth cost (PWC) dan biaya pokok. 2. Membandingkan biaya yang dikeluarkan alat tanam benih jagung tipe tugal, semi-mekanis dan mekanis pada luas lahan tertentu. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Sebagai referensi pemilihan alat tanam benih jagung bagi pelaku usaha agribisnis jagung. 2. Sebagai referensi studi ekonomi teknik bagi inovator alat tanam jagung untuk maju ke tahap komersialisasi alat. 2

15 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Jagung Jagung adalah tanaman yang menghendaki keadaan hawa yang cukup panas dan lembab dari waktu tanam sampai periode mengakhiri pembuahan. Jagung tidak membutuhkan persyaratan tanah yang spesifik karena tanaman ini dapat ditanam hampir di semua macam tanah. Berikut tahapan budidaya jagung secara umum Penyiapan Lahan Kegiatan penyiapan lahan dilakukan untuk mempersiapkan tanah yang nantinya akan ditanami benih jagung. Guna memaksimalkan proses budidaya jagung dan hasil yang maksimal maka lahan harus dipersiapkan dengan baik. Cara penyiapan lahan sangat bergantung pada fisik tanah seperti tekstur tanah. Tanah bertekstur berat perlu pengolahan yang intensif. Sebaliknya, tanah bertekstur ringan sampai sedang dapat disiapkan dengan teknik olah tanah konservasi seperti olah tanah minimum (OTM) atau tanpa olah tanah (TOT). Keuntungan penyiapan lahan dengan teknik olah tanah konservasi adalah dapat memajukan waktu tanam, menghemat tenaga kerja, mengurangi pemakaian bahan bakar untuk mengolah tanah dengan traktor, mengurangi erosi, dan meningkatkan kandungan air tanah (FAO 2000) Penanaman Kegiatan penanaman adalah proses transplantasi benih jagung ke dalam media tanamnya (tanah). Menurut Akil et al (2007) Salah satu upaya untuk mendapatkan hasil optimum adalah mengatur populasi tanaman. Secara umum, kepadatan tanam anjuran adalah tanaman/ha. Ini dapat dicapai dengan jarak tanam antarbaris 75 cm, dan 20 cm dalam barisan dengan satu tanaman per rumpun, atau jarak antarbaris 40 cm dengan dua tanaman per rumpun. Bagi daerah yang kekurangan tenaga kerja, jarak tanam dalam barisan 40 cm dengan dua tanaman per lubang lebih memungkinkan Pemupukan Pemupukan adalah proses pemberian unsur kimia kepada tanah yang ditanami tanaman untuk menunjang hasil produksi. Pemupukan secara berimbang dan rasional merupakan kunci utama keberhasilan peningkatan produktivitas jagung. Kadar unsur hara di dalam tanah, jenis pupuk/hara yang sesuai, dan kondisi lingkungan fisik, khususnya pedo-agroklimat, merupakan faktor penting perlu diperhatikan dalam mencapai produktivitas optimal tanaman (Akil et al. 2007). Jenis pupuk yang diberikan pada jagung adalah pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik berupa pupuk kandang yang diberikan pada lahan yang kurang subur dengan dosis ton/ha. Pupuk anorganik yang digunakan berupa urea, TSP atau SP-36 dan KCL. Dosis pupuk untuk jagung hibrida sedikit berbeda dengan non-hibrida. Jagung hibrida membutuhkan 3

16 pupuk per hektarnya urea 300 kg, TSP 100 kg dan KCL 50 kg. jagung non-hibrida membutuhkan per hektarnya urea 250 kg, TSP kg dan KCL 50 kg (Adisarwanto 2002) Pengairan Budi daya jagung tidak hanya di lahan kering pada musim hujan, tetapi juga pada lahan sawah tadah hujan dan lahan sawah pada irigasi musim kemarau, terutama pada areal yang ketersediaan air irigasinya kurang memadai untuk budi daya padi. Pengairan tanaman jagung pada musim kemarau bersumber dari air tanah yang dipompa maupun air permukaan dari jaringan irigasi. Agar distribusi air lebih efektif ke tanaman, petani umumnya membuat saluran air di antara barisan tanaman dengan menggunakan cangkul atau bajak ditarik ternak (Akil et al. 2007) Pemanenan Panen dilakukan pada saat biji telah masak fisiologis yang ditandai oleh adanya lapisan hitam pada biji. Panen merupakan tahap awal yang penting dari seluruh rangkaian penanganan pascapanen jagung, karena berpengaruh terhadap jumlah dan mutu hasil. Panen terlalu awal menyebabkan jumlah butir muda banyak, sehingga mutu biji dan daya simpannya rendah. Sebaliknya, terlambat panen mengakibatkan penurunan mutu dan peningkatan kehilangan hasil. Secara umum, saat panen yang tepat ditentukan oleh tingkat kemasakan biji, namun yang utama adalah berdasarkan penampilan visual, yaitu menuanya klobot atau bagian-bagian tanaman secara keseluruhan, mulai dari daun yang telah berwarna kecoklatan. Menurut Akil et al. (2007) Tanda-tanda jagung siap panen: (a) umur tanaman mencapai maksimum, yakni setelah pengisian biji optimal; (b) daun menguning dan sebagian besar mulai mengering; (c) klobot sudah kering atau kuning; (d) bila klobot dibuka, biji terlihat mengkilap dan keras, bila ditekan dengan kuku tidak membekas pada biji; dan (e) kadar air biji 25-35%. 2.2 Kondisi Ideal Penanaman Benih Jagung Benih Benih adalah faktor yang penting pada rangkaian budidaya tanaman karena merupakan awal kehidupan tanaman, sehingga untuk mendapatkan produksi yang tinggi perlu digunakan benih yang bermutu tinggi pula. Menurut Abdina (2008) benih bermutu tinggi ditentukan oleh faktor genetik dan faktor fisik. Faktor genetik adalah varietas yang memiriki genotipe dan fenotipe baik. Faktor fisik adalah benih yang persentase perkecambahannya tinggi, bebas dari kotoran, dan kadar airnya rendah. Guna meningkatkan produksi jagung pemilihan benih harus tepat. Menurut Adisarwanto (2002) benih bermutu tinggi yang umum ditanam di Indonesia berupa varietas unggul bersari bebas atau varietas unggul hibrida. Varietas bersari bebas antara lain Arjuna, Bisma, Lagalig, Kalingga, Wiyasa, Rama, dan Wisanggeni. Varietas hibrida antara lain Semar-2, Semar-3, CP-1, CP-2, Bisi-1, Bisi-2, Pioneer-3, Pioneer-4, dan Pioneer Pengolahan Tanah Menurut Adisarwanto (2002) secara umum,pengolahan tanah untuk budidaya jagung dapat dilakukan secara sempurna, minimum dan tanpa pengolahan. Pengolahan secara sempurna 4

17 dilakukan pada tanah yang berat dengan kondisi tanah tidak terlalu kering atau basah kemudia tanah dicangkul atau dibajak sedalam cm guna penggemburan dan pembenaman gulma. Proses akhir pengolahan tanah dalah dengan digaru guna meratakan tanah. Pengolahan tanah secara minimum (zero tillage) dilakukan pada tanah yang sangat peka terhadap erosi. Pengolahan dilakukan hanya pada barisan persiapan tanam selebar 60 cm dan sedalam cm dengan cangkul atau bajak. Selanjutnya dilakukan pendangiran pada saat tanaman berumur 25 hari. Lahan hanya dilakukan penugalan kemudian benih langsung ditanam. Tanpa pengolahan tanah (zero tillage) dilakukan pada lahan yang bertekstur ringan dan lahan yang kekurangan air atau saat musim kemarau dengan tujuan menghindari penguapan berlebihan. Lubang tanam dibuat hanya menggunakan cangkul. Perbedaan denga metode lain, pada lahan TOT perlu diberi mulsa untuk mengatasi erosi dan menekan gulma. Menurut Hendriadi et al. (2007) pengolahan tanah umumnya dilakukan dua kali. Pengolahan tanah pertama adalah dicangkul atau dibajak dengan cara membalik tanah sehingga sisa-sisa tanaman terbenam dan mengalami pembusukan, pengolahan tanah dilakukan dengan bajak piring ataupun bajak singkal. Pengolahan tanah kedua dilakukan dengan bajak rotari atau garu yang berguna untuk memecah tekstur tanah yang bertujuan untuk menggemburkan tanah guna kelangsungan pertumbuhan tanaman jagung Iklim Faktor-faktor iklim yang terpenting adalah jumlah dan pembagian sinar matahari, curah hujan, temperatur, kelembaban dan angin. Tempat penanaman jagung harus mendapatkan sinar matahari cukup, tidak boleh terhalang pohon-pohonan atau bangunan. Temperatur optimum untuk pertumbuhan jagung adalah antara C (Abdina 2008) Metode Penanaman Benih jagung yang akan ditanam harus memenuhi beberapa kondisi penanaman ideal agar benih dapat tumbuh dengan baik. Penelitian banyak dilakukan untuk mengetahui kondisi ideal penanaman benih jagung. Menurut Hendriadi et al. (2007) Agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang secara optimal, cara tanam jagung mempertimbangkan beberapa hal di antaranya kedalaman penempatan benih, populasi tanaman, cara tanam, dan lebar alur/jarak tanam. Kedalaman penempatan benih bervariasi antara 2,5-5 cm, bergantung pada kondisi tanah. Pada tanah yang kering, penempatan benih lebih dalam. Populasi tanaman umumnya bervariasi antara tanaman/ha. Hasil penelitian Subandi et al.(2003) menunjukkan bahwa populasi tanaman optimal untuk empat varietas yang diuji (Bisma, Semar-10, Lamuru, dan Sukmaraga) adalah tanaman/ha. Syarat lain yang perlu diperhatikan agar tanaman dapat berkembang secara optimal adalah jarak tanam. Penentuan jarak tanam jagung dipengaruhi oleh varietas yang ditanam, pola tanam, dan kesuburan tanah. Jarak tanam jagung yang umum digunakan adalah 75 cm x 25 cm, 80 cm x 25 cm, 75 cm x 40 cm, dan 80 cm x 40 cm, dua benih/lubang (Hendriadi et al. 2007). Kondisi tanah yang terbaik untuk penanaman benih jagung adalah tanah yang gembur dan subur, karena tanaman jagung memerlukan aerasi dan pengairan yang baik. Tanah lempung berdebu adalah yang paling baik bagi pertumbuhan jagung. Kemasaman tanah (ph) yang terbaik untuk jagung adalah sekitar Tanah dengan kemiringan tidak lebih dari 8% masih dapat ditanami jagung dengan arah barisan tegak lurus terhadap miringnya tanah, dengan maksud untuk mencegah erosi saat hujan besar (Abdina 2008). 5

18 Menurut Abdina (2008) kondisi ideal penanaman benih tidak terlepas dari waktu tanam dan pola tanam. Pada umumnya jagung di Indonesia ditanam dua kali dalam setahun. Periode tanam pertama adalah saat musim penghujan hampir berakhir yaitu pada bulan Februari sampai April. Periode tanam kedua adalah saat permulaan musim hujan yang jatuh sekitar bulan September sampai November. Keterlambatan penanaman jagung sampai dengan bulan Desember dapat mengakibatkan tanaman menderita serangan penyakit bulai (Downy mildew) berat. Proses penanaman jagung di Indonesia dilakukan pada selang waktu maksimum 15 hari per blok tanam guna penyesuaian terhadap usia tanam agar perbedaan variasi tanaman tidak terlalu mencolok. Setiap proses penanaman harus diterapkan masa vakum selama minimal 15 hari agar hama tanaman dapat dikendalikan, setelah itu baru dilakukan proses penanaman pada blok lain. 2.3 Alat Tanam Benih Biji-bijian Pekerjaan penanaman dapat meliputi penempatan benih atau umbi-umbian ke dalam tanah pada kedalaman tertentu, penyebaran benih secara acak atau penyebaran benih pada permukaan tanah. Pekerjaan penanaman juga dapat dilakukan oleh alat tanam yang berfungsi membuka penempatan benih, menjatah benih dan menutupnya kembali (Kepner et al. 1978). Perkecambahan dan pertumbuhan biji suatu tanaman dipengaruhi suatu faktor, yaitu : 1. Jumlah biji yang ditanam 2. Daya kecambah biji 3. Perlakuan terhadap biji 4. Keseragaman ukuran biji 5. Kedalaman penanaman 6. Jenis tanah 7. Kelembaban tanah 8. Mekanisme pengeluaran biji 9. Keseragaman penyebaran 10. Tipe pembuka dan penutup alur 11. Waktu penanaman 12. Tingkat pemadatan tanah sekitar biji 13. Drainase yang ada 14. Hama dan penyakit 15. Keterampilan operator Menurut Daywin et al. (1955) di dalam Monayo et. al. (2010) metode penanaman benih dengan alat tanam dibagi beberapa metode : 1. Broadcasting yaitu menyebar biji di atas permukaan tanah secara acak. 2. Drill seeding yaitu menjatuhkan biji secara acak dalam alur sekaligus menutup biji tersebut. 3. Precision drilling yaitu menempatkan sebuah biji dengan jarak yang sama dalam barisan tanaman. 4. Hill dropping yaitu menempatkan sekelompok biji di dalam tanah dengan jarak yang sama dalam barisan tanaman. 5. Checkrow planting yaitu menempatkan sekelompok biji dalam barisan tanaman sedemikian rupa sehingga barisan tanaman yang dihasilkan saling tegak lurus satu sama lain. 6

19 2.4 Alat Tanam Tugal Alat penanam tradisional yang umum digunakan adalah alat yang disebut tugal. Tugal merupakan alat yang paling sederhana yang dapat digerakkan dengan tangan dan cocok untuk menanam benih dengan jarak tanam lebar. Pada umumnya tugal yang digunakan di Indonesia hanya memiliki mekanisme melubangi tanah kemudian operator memasukkan benih jagung dan furadan secara manual lalu menutup kembali lubang tanam tersebut. Alat tanam tugal yang akan dibahas adalah alat tanam tugal Model V hasil rekayasa Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian (BBP Mektan). Bagian utama tugal yang dimodifikasi adalah tangkai kendali, kotak benih, pengatur keluaran benih dan saluran benih. Spesifikasi dan gambar alat tanam tugal dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Alat tanam tugal modifikasi Model V. (Sumber : Hendriadi et al. 2007) Mekanisme kerja alat tugal Model V ini adalah pada saat ditugalkan ke tanah dan tangkai kendalinya didorong ke depan maka tangkai penguak akan menguak tanah dan sekaligus memberi tanda pada permukaan tanah dan mendorong tuas yang juga menggerakkan papan benih sehingga benih yang ada di dalam lubang papan benih akan jatuh ke lubang tegalan di tanah. Apabila alat tanam diangkat, tanah akan terkuak dan menutup kembali dan papan benih akan kembali ke posisi semula. Ilustrasi skema kerja alat tanam tugal Model V dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Skema kerja alat tanam tugal Model V. 7

20 2.5 Alat Tanam Semi Mekanis Pengertian alat tanam semi mekanis adalah alat tanam yang mekanisme kerjanya otomatis tetapi tenaga penggeraknya berasal dari manusia. Alat tanam semi mekanis yang dibahas adalah alat tanam Control Otomatic Seeder atau CO Seeders rancangan mahasiswa Teknik Mesin dan Biosistem IPB. Spesifikasi dan gambar alat tanam CO Seeders dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Alat tanam jagung semi mekanis CO Seeder. (sumber : Wijaya 2011) Alat tanam Co Seeders pernah dibuat sebelumnya dan diuji coba. Dimensi alat ini adalah 130 x 100 x 90 cm. Ukuran ini didesain berdasarkan antropometri rata-rata orang Indonesia. Panjang batang penghubung yang digunakan adalah 110 cm dengan roda tugal diameter 40 cm sehingga panjang total dari alat tanam ini adalah 130 cm. Kapasitas penampungan benih masing-masing tempat penampung benih (hopper) adalah 1,5 kg sehingga dalam sekali tanam alat dapat menanam 3 kg benih. Penjatah benih yang digunakan berdiameter 12 cm dan berbentuk tabung. Sistem penggerak roda tugal adalah gaya dorong manusia dengan bantuan microcontroller dan sensor magnet yang terpasang pada batang proximity. Harapan dari sistem yang dipakai ini adalah ketepatan pembacaan lubang tugal dan penyaluran benih ke dalam lubang. Tenaga masukan untuk komponen elektronika dalah berasal dari aki sedangkan tenaga dorong yang diperlukan untuk mendorong adalah gaya dorong manusia yang berkisar antara 64 Watt. Dalam pengoperasiannya alat ini hanya membutuhkan satu orang operator saja. Pengujian alat tanam ini sebelumnya dilakukan oleh Monayo et al. (2010) pada skala laboratorium ini dilakukan di bengkel Departemen Teknik Mesin dan Biosistem IPB Leuwikopo. Hasil pengujian skala laboratorium adalah bahwa jarak tanam yang diperoleh setelah pengukuran ulang adalah 80.5 x 20.3 cm dengan diameter hasil penugalan sebesar 4,9 cm. Hasil keluaran benih oleh piringan penjatah adalah: keluaran benih dengan jumlah 1 benih perlubang adalah 30 %, 2 benih perlubang 60%, sedangkan 3 biji perlubang tanam adalah sebesar 10 %. Berdasarkan hasil pengujian kapasitas lapang alat ini adalah 5.3 jam/ha atau ha/jam. Alat ini kembali dirancang ulang oleh Wijaya (2011) dengan beberapa perbaikan guna mendapatkan kualitas penanaman yang lebih baik. Pengujian kinerja alat tanam yang terbaru dilakukan langsung oleh penulis yang selanjutnya akan dikaji di dalam skripsi ini. 2.6 Alat Tanam Mekanis Pengertian alat tanam mekanis adalah alat tanam yang memiliki mekanisme kerja otomatis dan tenaga penggeraknya berasal dari mesin, bukan berasal dari manusia. Manusia hanya berfungsi sebagai pengendali alat tersebut. Tenaga penggerak alat tanam mekanis adalah traktor. 8

21 Alat tanam mekanis yang dibahas adalah alat tanam Grain Seeder rancangan BBP Mektan. Alat tanam ini dapat dioperasikan dengan digandeng traktor roda 2 dan traktor roda 4, akan tetapi hanya akan dibahas penggunaan alat tanam mekanis dengan traktor roda 2 karena kebanyakan luas lahan pertanian di Indonesia belum membutuhkan traktor roda 4 (Litbang Deptan 2009). Data hasil uji lapang pengujian mesin menanam dengan penarik traktor roda 2 menunjukkan masih terdapat missing hill sekitar 5% ditandai dengan jarak tanam meloncat satu jarak tanam. Pengujian penjatahan biji adalah 50% berjumlah 1 dan 50% berjumlah 2. Kedalaman tanam nilainya bervariasi antara 2 cm sampai 7 cm. Hasil perhitungan dengan simulasi jarak tanam jagung antar baris 75 cm dan 3 baris alat tanam, maka kapasitas kerja lapang dengan efisiensi lapang 50% adalah 3 jam/ha (Pitoyo 2006). Spesifikasi dan gambar alat tanam mekanis dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Alat tanam mekanis Grain Seeder dengan traktor roda 2. (Sumber : Pitoyo 2006) Harga 3 baris alat tanam adalah Rp sedangkan harga traktor roda 2 merk QUICK G1000 (8.5 Hp) adalah Rp (Quick Tractor 2011) dengan umur ekonomis alat tanam 4 tahun, traktor 10 tahun. Nilai akhir mesin sebesar 10% dari harga baru. Alat tanam ini dioperasikan oleh 1 orang operator. 2.7 Evaluasi Alternatif Metode pendekatan evaluasi alternatif adalah salah satu metode penting yang ada di dalam ranah ilmu ekonomi teknik (engineering economy). Evaluasi alternatif digunakan untuk mengukur manfaat dan efisiensi untuk mengambil suatu keputusan dalam suatu investasi. Menurut Young (1993) alternatif yang dapat dievaluasi adalah alternatif investasi proyek, penggunaan teknologi maupun kebijakan perusahaan akan suatu proses tertentu. Menurut DeGarmo et al. (1984) pengambilan keputusan atas beberapa alternatif harus didasarkan pada jumlah investasi modal terendah dan menghasilkan hasil yang optimum. Konsep dasar ekonomi teknik dalam evaluasi alternatif menurut Young (1993) adalah nilai uang terhadap waktu, biaya, dan manfaat. berikut adalah penjelasan mengenai konsep tersebut : Biaya Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi untuk mencapai tujuan tertentu (Mulyadi 1986). Guna mengidentifikasi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaanuntuk suatu proyek dalam proses produksi, maka biaya dapat dikelompokkan berdasarkan fungsi-fungsi pokok yang ada dalam perusahaan. Biaya dapat dikelompokkan menjadi : 9

22 a. Biaya Investasi Biaya investasi adalah biaya modal yang dikeluarkan untuk membiayai pengadaan barang modal. Biaya investasi umumnya dikeluarkan di awal usaha dan cukup besar, misalnya, properti, mesin dan alat, dan peralatan kantor. b. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang jumlahnya tidak terpengaruh oleh perkembangan jumlah produksi atau penjualan dalam periode waktu tertentu. contoh biaya tetap adalah gaji, premi asuransi, bunga pinjaman, perawatan alat dan mesin. c. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya selaras dengan perkembangan produksi atau penjualan setiap periode waktu. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku, sarana investasi, bahan pembantu (BBM, spare-part mesin) dan upah tenaga kerja langsung Manfaat Manfaat merupakan sesuatu yang menimbulkan kontribusi terhadap tujuan suatu bisnis. Manfaat bisa berupa manfaat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung adalah manfaat yang secara nyata dan langsung dapat dirasakan sebagai akibat bisnis seperti penjualan, peningkatan produksi, penurunan biaya. Manfaat tidak langsung adalah manfaat yang secara tidak langsung ditimbulkan karena adanya suatu bisnis seperti peningkatan kondisi ekonomi, terbukanya infrastruktur baru dan dukungan kebijakan pemerintah Nilai Uang Terhadap Waktu Nilai uang terhadap waktu adalah konsep yang menjelaskan kecenderungan penurunan nilai uang seiring dengan berjalannya waktu. Konsep nilai uang terhadap waktu digunakan untuk memperkirakan nilai uang di masa mendatang yang dianalisis pada masa sekarang maupun sebaliknya (De Garmo et al. 1984). a. Interest Rate dan Rate of Return (ROR) Dijelaskan oleh Blank & Tarquin (2002) bahwa interest rate atau suku bunga adalah menifestasi dari nilai uang terhadap waktu. Bunga adalah penambahan nominal uang karena aktivitas investasi yang dilakukan, sedangkan suku bunga adalah persentase nilai uang yang bertambah akibat aktivitas investasi. Nilai suku bunga digambarkan dalam satuan persen per bulan atau persen per tahun. Rate of return (ROR) adalah tingkat pengembalian uang dari suatu aktivitas investasi dalam jangka waktu tertentu. Nilai ROR berupa persentase penambahan jumlah uang akibat aktivitas investasi dalam jangka waktu tertentu (Blank & Tarquin 2002). Dalam ranah studi kelayakan usaha, tingkat pengembalian suatu usaha digambarkan oleh Internal Rate of Return (IRR) yaitu kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan keuntungan. Standar nilai IRR yang dapat dipertimbangkan adalah jika nilai IRR lebih besar dari tingkat pengembalian usaha pada 10

23 investasi aman yaitu simpanan reguler di bank atau deposito bank. Umumnya standar IRR yang dapat dipertimbangkan adalah jika nilai IRR lebih besar dari bunga deposito bank. b. Single Payment Present Worth Single payment present worth (SPPW) adalah faktor/konstanta nilai uang terhadap waktu, nilai DR selalu menurun seiring dengan berjalannya waktu. Nilai SPPW didapatkan dari persamaan 2.1 (De Garmo et al. 1984). Keterangan : SPPW = Single payment present worth i = Tingkat suku bunga (%/tahun) n = Periode waktu (tahun) c. Present Worth Present Worth (PW) adalah metode untuk menghitung nilai uang di saat sekarang bila diketahui sejumlah tertentu di masa yang akan datang dalam periode waktu tertentu. Persamaan nilai uang di masa depan dan di masa sekarang dapat dilihat pada persamaan 2.2 (De Garmo et al. 1984). Keterangan : F = Nilai uang di masa mendatang P = Nilai uang di masa sekarang i = Tingkat suku bunga (%/tahun) n = Periode waktu (tahun) d. Uniform Series Present Worth Uniform series present worth (USPW) adalah metode untuk menghitung nilai uang di masa sekarang bila diketahui sejumlah uang yang jumlahnya sama setiap tahun di masa mendatang dalam periode waktu tertentu. Persamaan USPWdapat dilihat pada persamaan 2.3 (De Garmo et al. 1984). Keterangan : A = Nilai uang yang keluar atau masuk jumlahnya sama setiap tahunnya P = Nilai uang di masa sekarang i = Tingkat suku bunga (%/tahun) n = Periode waktu (tahun) 11

24 e. Minimum Attractive Rate of Return (MARR) Menurut Blank & Tarquin (2002) pemilihan alternatif pada analisis ekonomi teknik menggunakan nilai MARR sebagai nilai suku bunga (i). Nilai MARR digunakan sebagai suku bunga untuk perhitungan evaluasi alternatif karena nilai MARR sama dengan tingkat pengembalian (ROR) minimum dari berbagai macam proposal usaha yang dapat dipertimbangkan, jika digunakan nilai ROR yang lebih tinggi maka akan didapatkan nilai DR yang rendah yang mengakibatkan nilai uang terhadap waktu yang didapatkan sangat kecil sehingga hasil dari analisis evaluasi alternatif kurang akurat. Selain itu penentuan nilai MARR berdasarkan nilai ROR terendah dari proposal usaha yang dapat dipertimbangkan adalah untuk memastikan bahwa alternatif yang ada harus sesuai dengan kondisi minimum dari suatu proposal usaha (ROR minimum). Ilustrasi penentuan nilai MARR dapat dilihat pada gambar 5. Tingkat Pengembalian Usaha (%) Tingkat pengembalian (ROR) yang diharapkan dari proposal usaha Tingkat pengembalian minimum dari proposal usaha yang dapat dipertimbangkan MARR Tingkat pengembalian pada investasi aman (bunga deposito, i) Gambar 5. Nilai MARR relatif terhadap berbagai macam ROR. (Sumber : Blank & Tarquin 2002) Konsep dasar ekonomi teknik yang digunakan dalam evaluasi alternatif terkait satu dengan yang lainnya. Menurut DeGarmo (1984) metode evaluasi alternatif yang paling tepat untuk pemilihan alternatif teknologi yang digunakan dalam suatu proses usaha yang tingkat manfaatnya relatif setara adalah metode present worth cost. Metode present worth cost (PWC) adalah metode yang digunakan untuk mengevaluasi alternatif untuk suatu proses yang tidak diketahui tingkat manfaatnya. Metode ini digunakan dengan cara membandingkan alternatif yang memiliki tingkat biaya terendah (least negative). Evaluasi alternatif dengan metode PWC nantinya akan didapat nilai PWC terendah dari setiap alternatif yang dievaluasi nilai biayanya. Ilustrasi penghitungan PWC dapat dilihat pada persamaan

25 Keterangan : PWC = Present Worth Cost I = Investasi AD = Annual Disbursement S = Nilai Sisa Annual disbursement (AD) adalah pengeluaran tahunan yang dikeluarkan oleh suatu usaha. Pengeluaran tahunan tersebut terlebih dahulu dihitung dengan metode PWAF untuk mengetahui nilainya di masa sekarang. Nilai sisa adalah nilai akhir dari investasi dalam bentuk arus masuk. Nilai sisa dari investasi terlebih dahulu dihitung dengan metode DF untuk mengetahui nilainya dimasa sekarang. Nilai PWC adalah nilai seluruh uang masuk maupun keluar dari suatu usaha dalam jangka waktu tertentu. Nilai PWC seluruhnya adalah asumsi nilai uang di masa sekarang, maka nilai uang yang keluar atau masuk di masa mendatang seluruhnya harus dikonversi ke dalam nilai uang dimasa sekarang. 13

26 BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari bulan Februari sampai dengan September Studi literatur dan pengambilan data sekunder akan dilaksanakan di perpustakaan IPB dan Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong. Perancangan alat tanam semi mekanis dilakukan oleh Sdr. Yunius Girry Wijaya, pengambilan data dilakukan jika alat tersebut telah selesai proses perancangannya. Pengambilan data alat tanam semi mekanis akan dilaksanakan di laboratorium lapang teknik mesin dan biosistem. Proses kegiatan penelitian tertera pada Tabel 1. Tabel 1. Proses kegiatan penelitian Kegiatan Pengambilan data sekunder Perancangan alat tanam semi mekanis (oleh Sdr. Yunius) Pengujian kinerja alat tanam semi mekanis Analisis data Pelaporan Bulan Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Laptop 2. Digital camera 3. Meteran 4. Stopwatch 5. Tali rafia 6. Patok 7. Multimeter 8. Alat Tanam Semi Mekanis CO Seeder Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih jagung hibrida 3.3 Objek Penelitian Objek penelitian adalah alat tanam benih jagung. Seluruh alat yang dijadikan objek penelitian merupakan alat inovasi yang direncanakan akan menuju tahap komersialisasi alat. Alat tanam jagung yang dijadikan objek penelitian merupakan inovasi alat tanam yang direncanakan untuk dikomersialisasikan. Alat tersebut adalah alat tanam tugal Model V, alat tanam semi mekanis CO Seeder dan alat tanam mekanis Grain Seeder. Objek penelitian digunakan sebagai permodelan analisis ekonomi teknik untuk diketahui alat yang memiliki biaya terendah pada luasan lahan tertentu. 14

27 3.4 Asumsi Penelitian ini menggunakan beberapa asumsi. Asumsi digunakan sebagai pembatasan dan pendefinisian suatu kondisi atau parameter untuk memudahkan proses analisis. Asumsi yang digunakan terletak pada kondisi proses penanaman, upah operator dan nilai sisa alat. Asumsi penambahan blok tanam adalah jika pada blok kerja tertentu dengan alat yang tersedia, waktu penanaman telah mencapai 15 hari atau 120 jam. Jumlah blok maksimum yang digunakan adalah 6 blok kerja guna memudahkan penyesuaian penggunaan alat tanam. Asumsi penambahan alat adalah jika waktu penanaman per blok telah mencapai 15 hari atau 120 jam kerja. Proses penanaman pada tiap blok tidak boleh dilakukan secara kontinyu karena akan menyebabkan mudahnya hama berpindah dari blok satu ke blok lainnya. Guna memudahkan pengendalian hama maka diharuskan memberi jarak tanam antar blok, jarak tanam antar blok diasumsikan 15 hari. Ilustrasi pembagian blok tanam dapat dilihat pada Lampiran 3. Asumsi pada tenaga kerja yang dibutuhkan pada alat tanam jagung tipe tugal adalah dua orang walaupun spesifikasi menunjukkan hanya diperlukan satu orang untuk proses penanaman. Hal ini dikarenakan alat tanam tugal tidak dilengkapi dengan fasilitas penjatahan furadan. Diasumsikan waktu penambahan satu orang operator untuk memberikan furadan pada lubang tanam. Kapasitas kerja pemberian furadan diasumsikan lebih rendah dari proses penanaman itu sendiri. Maka proses keseluruhan penanaman dan pemberian furadan pada alat tanam tugal sama dengan kapasitas lapangnya dengan dua orang operator. Asumsi ketersediaan tenaga kerja pada seluruh proses penanaman adalah sempurna. Artinya tenaga kerja selalu tersedia pada proses penanaman. Asumsi waktu kerja harian yang digunakan adalah 8 jam kerja per hari. Asumsi upah operator alat tanam semi mekanis dan mekanis adalah 200% dari alat tanam tugal. Hal ini disebabkan tidak ditemukan referensi valid untuk upah operator traktor dan alat tanam semi mekanis, hanya ditemukan referensi valid untuk buruh tani yang tidak membutuhkan keahlian khusus (operator tugal). Sedangkan operator alat tanam semi mekanis dan mekanis membutuhkan keahlian khusus. Asumsi nilai sisa seluruh alat adalah 10%. Angka ini diasumsikan karena pada literatur ekonomi teknik pada umumnya digunakan angka 10% pada nilai sisa suatu alat atau mesin. 3.5 Prosedur Penelitian Penelitian dimulai dengan pengambilan data sekunder alat tanam tugal Model V dan alat tanam semi mekanis Grain Seeder di Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian Serpong. Penelitian lapangan yang dilakukan adalah menguji kinerja alat tanam semi mekanis CO Seeders. Penelitian dilakukan guna menentukan seluruh biaya dan manfaat alat tanam jagung kemudian membandingkan biaya dan manfaat tersebut pada luas lahan tertentu. Selanjutnya komparasi (evaluasi alternatif) dilakukan dengan simulasi sensitivitas seluruh alat tanam jagung dengan variabel berubah luas lahan dalam satuan hektar (ha). Biaya yang akan dianalisis adalah biaya investasi dan biaya operasional berupa biaya tetap dan variabel. Manfaat yang akan dianalisis adalah nilai sisa dari investasi. Data teknis alat yang dibutuhkan untuk analisis dapat dilihat pada Tabel 2. 15

28 Tabel 2. Data alat tanam benih jagung yang dibutuhkan Data Teknis dan Ekonomis Alat Tanam tugal Alat Tanam Semi Mekanis Alat Tanam Mekanis Kapasitas lapang (ha/jam) Jumlah Operator (Orang) Arus yang Digunakan (Ampere) - - Konsumsi Bahan Bakar (l/jam) - - Komsumsi Pelumas (l/jam) - - Harga Alsintan Umur Ekonomis Alat (tahun) Pengujian Alat Tanam Semi Mekanis Serangkaian pengujian kinerja alat tanam semi mekanis ditujukan untuk menentukan biaya pada pengoperasian alat. Pengujian yang dilakukan adalah uji kapasitas lapang dan arus yang keluaran aki pada saat alat bekerja. Pengujian kapasitas lapang dilakukan dengan mengukur waktu kerja alat pada luasan lahan tertentu. Uji coba alat tanam semi mekanis dilakukan pada lahan kering seluas 20 x 8 m atau 160 m 2 atau Ha sebanyak dua kali pengulangan. Uji coba menggunakan alat tanam semi mekanis, patok sebagai penentu luasan lahan, tali rafia sebagai pembatas lahan, meteran untuk mengukur luas lahan dan stopwatch untuk menghitung waktu kerja alat. Ilustrasi perhitungan kapasitas lapang dapat dilihat pada Persamaan 3.1. Pengujian arus keluaran aki dilakukan untuk menentukan biaya variabel pada isi ulang aki. Uji coba arus keluaran dilakukan dengan alat multitester yang dihubungkan pada kedua kutub aki. Uji coba arus dilakukan dengan pencatatan arus keluar pada saat alat bekerja sebanyak 10 kali berturut-turut Penentuan Biaya Investasi Penentuan biaya investasi dilakukan untuk mengetahui total biaya yang dikeluarkan pada awal pengadaan alat. Biaya investasi yang akan dianalisis adalah biaya pembelian alat. Biaya investasi pada alat tanam tugal adalah harga alat tanam tugal Model V. Biaya investasi alat tanam semi mekanis adalah harga alat tanam semi mekanis CO Seeder. Biaya investasi alat tanam mekanis adalah harga implemen dan harga traktor Adapun perbedaan asumsi biaya investasi pada alat tanam mekanis terletak pada biaya investasi traktor. Alat tanam mekanis terdiri dari traktor dan implemen penanam. Perbedaan asumsi biaya investasi terletak pada biaya investasi traktor. Biaya investasi traktor yang diasumsikan harus disesuaikan dengan tingkat kerja traktor tersebut untuk proses penanaman (Lampiran 1). Hal tersebut dikarenakan traktor tidak hanya digunakan pada proses penanaman saja, traktor juga dibutuhkan untuk proses pengolahan tanah. Biaya investasi traktor yang diasumsikan haruslah sesuai dengan perbandingan kerja traktor untuk proses penanaman dengan proses pengolahan tanah pada luasan lahan yang sama. Artinya, biaya investasi traktor harus dikalikan dengan faktor 16

29 penggunaan traktor untuk proses penanaman berupa perbandingan kapasitas lapang penanaman dengan kapasitas lapang olah tanah. Kapasitas lapang pengolahan tanah diasumsikan terdiri dari kapasitas lapang pengolahan tanah primer dan sekunder. Ilustrasi penentuan biaya investasi traktor dapat dilihat pada Persamaan Penentuan Biaya Tetap Menurut Hunt (2008) biaya tetap dari alat tanam jagung terdiri dari biaya penyusutan, bunga modal, pajak pembelian alat, asuransi dan penyimpanan. Umumnya di Indonesia penjualan alat pertanian tidak dikenakan pajak, jika dikenakan pajak pun biasanya sudah termasuk di dalam harga pembelian alat. Perusahaan asuransi di Indonesia juga mayoritas belum memiliki produk asuransi untuk alsintan. Biaya tetap yang akan dianalisis pada skripsi ini hanya biaya penyusutan, bunga modal dan penyimpanan. Sama seperti asumsi yang digunakan pada biaya investasi traktor, seluruh biaya tetap yang dikeluarkan oleh traktor harus dikalikan dengan faktor pemakaian traktor untuk proses penanaman. Hal ini dikarenakan hanya beban kerja traktor untuk proses penanaman yang akan dikonversi sebagai biaya tetap proses penanaman oleh traktor. a. Biaya Penyusutan Biaya penyusutan adalah selisih antara biaya awal dengan nilai sisa, berdasarkan suatu periode waktu. Biaya penyusutan disebabkan oleh penurunan kualitas kerja alat secara alamiah akibat digunakan dan penurunan nilai akibat ditemukannya teknologi yang lebih mutakhir. Metode yang digunakan untuk mencari nilai biaya penyusutan alat di dalam Hunt (2008) dapat dilihat pada Persamaan 3.3. Keterangan : D = Biaya penyusutan (Rp/tahun) P = Harga alat S = Nilai sisa L = Jangka waktu antara pembelian dan penjualan kembali alat (tahun) b. Biaya Bunga Modal Menurut Hunt (2008) biaya bunga modal adalah bunga pada investasi pembelian alat. Adapun biaya bunga dari investasi alat dikarenakan uang untuk pembelian alat tidak dapat digunakan untuk investasi lain yang dapat menghasilkan uang tanpa resiko, misalnya uang didepositokan. Biaya bunga modal diestimasi dalam capital consumption (CC). Besarnya nilai CC tergantung dari patokan bunga investasi tanpa resiko, deposito. Besarnya nilai bunga modal per tahun adalah persentasi CC terhadap total investasi alat. Nilai CC dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. 17

30 Tabel 3. Capital consumption per tahun (asumsi nilai sisa = 10% harga awal) Interest Rate (%) (Sumber : Hunt 2008) Jangka Waktu Analisis (tahun) c. Biaya Penyimpanan Penyimpanan alat tidak memberikan efek apapun pada umur ekonomis alsintan, tetapi dapat mencegah penurunan kualitas kerja akibat alat yang terhampar di bawah sinar matahari. Pembiayaan harus dibebankan pada tindakan preventif semacam ini. Kebanyakan alat pertanian disimpan di dalam bangunan khusus untuk menyimpan alsintan, dalam kasus ini estimasi biaya penyimpanan adalah 0.5 1% dari harga awal alsintan. Apabila alsintan disimpan di dalam bangunan lain yang bukan dikhususkan untuk alsintan, misalnya gudang penyimpanan hasil panen atau bekas kandang hewan ternak, biaya diestimasi maksimum 0.2% dari harga awal alsintan (Hunt 2008). Ilustrasi perhitungan biaya penyimpanan dapat dilihat pada Persamaan 3.4. Keterangan : Sh = Biaya penyimpanan (Rp/tahun) P = Harga alsintan Penentuan Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya sesuai dengan pemakaian alat. Menurut Hunt (2008) biaya variabel mungkin lebih besar daripada biaya tetap. Estimasi biaya variabel dari alsintan didasarkan pada waktu penggunaan alat. Termasuk biaya variabel dari alsintan diantaranya adalah biaya operator, bahan bakar, oli, gemuk, perbaikan dan perawatan. Biaya perbaikan dan perawatan di dalam Hunt (2008) disebutkan sebagai biaya repair & maintenance (R&M). Biaya R&M didefinisikan sebagai biaya yang dikeluarkan alsintan untuk (1) biaya spare part dan ongkos bengkel dan (2) rekondisi spare part akibat penggunaan alat. Faktor biaya R&M untuk traktor dan alat tanam benih dapat dilihat pada Tabel 4. 18

31 Tabel 4. Repair & maintenance (R&M), persentase harga awal Alsintan % R & M / jam Traktor Alat tanam benih tipe drill 0.05 Alat tanam benih gandeng traktor 0.05 (Sumber : Hunt 2008) Biaya operator ditentukan dengan asumsi gaji harian operator dibagi dengan asumsi jam kerja operator per hari. Ilustrasi perhitungan biaya operator dapat dilihat pada Persamaan 3.5. Waktu kerja operator bergantung pada luas lahan dan kapasitas lapangan alat yang digunakan. Ilustrasi perhitungan jam kerja operator dapat dilihat pada Persamaan 3.6. a. Biaya Variabel Alat Tanam Tugal Biaya variabel pada alat tanam tugal Model V diasumsikan hanya ada biaya operator dan R&M. Hal ini diasumsikan karena alat tanam tugal Model V tidak menggunakan bahan bakar dan oli pada proses operasinya. Biaya R&M diasumsikan menggunakan asumsi alat tanam benih tipe drill. b. Biaya Variabel Alat Tanam Semi Mekanis Biaya variabel pada alat tanam semi mekanis CO Seeder diasumsikan terdiri dari biaya operator, aki dan R&M. Biaya R&M diasumsikan menggunakan metode Hunt (2008) (tabel 3) dengan asumsi alat tanam sebagai alat tanam benih tipe drill. Biaya aki yang dimaksud adalah biaya pengisian ulang daya pada aki yang digunakan untuk pengoperasian alat. Biaya aki didapatkan dari rumus pada Persamaan 3.7. Guna mencari waktu kerja dan waktu isi ulang aki diperlukan nilai arus keluaran aki per jam dan konsumsi arus untuk menjalankan alat tersebut. Waktu kerja aki dapat dicari dengan menggunakan hukum Peukert (Smartgauge 2011), dapat dilihat pada Persamaan 3.8. Keterangan : t Cp I k = Waktu kerja aki / waktu isi ulang(jam) = Kapasitas aki (Ampere jam/ah) = Arus pada saat alat bekerja/arus yang digunakan untuk isi ulang(ampere) = Konstanta Peukert 19

32 c. Biaya Variabel Alat Tanam Mekanis Biaya variabel pada alat tanam mekanis Grain Seeder diasumsikan terdiri dari biaya operator, bahan bakar, oli, gemuk, air radiator dan biaya R&M. Biaya bahan bakar didapatkan dari perkalian waktu pakai traktor, laju konsumsi bahan bakar rata-rata dan harga solar. Ilustrasi perhitungan biaya bahan bakar dapat dilihat pada Persamaan 3.9. Biaya oli didapatkan dari perkalian waktu pakai traktor, laju konsumsi oli dan harga oli. Ilustrasi perhitungan biaya oli dapat dilihat pada Persamaan Biaya gemuk didapatkan dari perkalian faktor pemakaian gemuk terhadap biaya oli. Perhitungan biaya gemuk di dalam Santosa et al. (2005) dapat dilihat pada Persamaan Asumsi nilai biaya R&M didapat dari perkalian nilai rasio akumulasi biaya R&M (Tabel 3) dengan harga awal alsintan Penentuan Nilai Sisa Nilai sisa ditentukan sebagai arus kas masuk pada analisis PWC. Nilai sisa ada saat tahun akhir alat dianalisis. Ilustrasi penentuan nilai sisa dapat dilihat pada Persamaan Keterangan : P = Harga awal alat A = Umur ekonomis alat (tahun) Y = Umur alat ketika dianalisis (tahun) Ps = Persentasi nilai sisa alat yang diasumsikan (%) Pengecualian kembali ditetapkan pada nilai sisa traktor roda dua. Nilai sisa traktor roda dua harus dikalikan dengan faktor pakainya untuk proses penanaman saja. Hal ini dikarenakan dalam analisis alat tanam mekanis tidak seharusnya mendapat manfaat dari seluruh nilai sisa traktor saat umur alat dianalisis karena traktor tidak hanya digunakan untuk proses penanaman saja tapi juga pengolahan tanah Analisis Present Worth Cost Analisis present worth cost (PWC) dilakukan jika telah diketahui seluruh struktur biaya tetap, biaya variabel dan nilai sisa dari seluruh alat. Hal yang paling mendasar dari analisis PWC menurut Blank & Tarquin (2002) adalah analisis PWC dari berbagai alternatif harus dibandungkan dengan jumlah tahun yang sama. Hal ini mengindikasikan analisis harus dilakukan secara adil, 20

33 misalnya ada dua kondisi alternatif, kondisi pertama jika seluruh alat yang dianalisis mempunyai umur ekonomis yang sama maka analisis PWC dilakukan sepanjang horizon waktu umur ekonomis mereka. Akan tetapi jika pada kondisi umur ekonomis yang berbeda pada alat tanam maka analisis PWC harus dilakukan sepanjang horizon waktu kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dari umur ekonomis mereka. Nilai suku bunga yang digunakan pada analisis PWC adalah nilai MARR (minimum attractive rate of return). Lebih lanjut pengembangan dari Persamaan 2.4 untuk mencari nilai PWC dapat dilihat pada ilustrasi sebagai berikut. Perhitungan dan perbandingan nilai PWC akan dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel Tabel 5. Ilustrasi variabel pada analisis present worth cost Alat Tanam tugal Alat Tanam Semi Mekanis Alat Tanam Mekanis Investasi P1 P2 P3 Annual disbursement AD1 AD2 AD3 Nilai sisa S1 S2 S3 Umur ekonomis (tahun) KPK umur ekonomis (tahun) 4 Karena ketiga alat tanam memiliki umur ekonomis yang berbeda maka analisis harus dilakukan dengan membandingkan PWC terhadap nilai KPK dari umur ekonomis mereka yaitu 4 tahun. Perhitungan dengan metode PWC untuk seluruh alat tanam dapat dilihat pada Persamaan 3.13, 3.14 dan Perhitungan PWC untuk alat tanam tugal dilakukan selama 4 tahun, terdiri dari investasi awal, investasi kedua dengan present worth tahun ke-2, nilai sisa dari investasi awal dengan present worth tahun ke-2, nilai sisa dari investasi kedua dengan present worth tahun ke-4 dan nilai annual disbursement dengan uniform series present worth selama 4 tahun. *Ket: a = Aki dan charger Perhitungan PWC untuk alat tanam semi mekanis dilakukan selama 4 tahun, terdiri dari investasi awal berupa alat dan aki, nilai sisa dari investasi awal dengan present worth tahun ke-4, dan nilai annual disbursement dengan uniform series present worth selama 4 tahun. Aki dan charger memiliki umur ekonomis dua tahun maka investasi dan re-investasi pada akhir tahun kedua diperhitungkan pada analisis PWC. Perhitungan PWC untuk alat tanam mekanis dilakukan selama 4 tahun, terdiri dari investasi awal, nilai sisa dari investasi awal dengan present worth tahun ke-4, dan nilai annual disbursement dengan uniform series present worth selama 4 tahun. 21

34 3.4.7 Biaya Pokok Biaya pokok adalah biaya yang dikeluarkan alat atau mesin per unit produksi. Biaya pokok alat tanam jagung didefinisikan dalam satuan Rp/ha. Perhitungan biaya pokok dapat dilihat pada Persamaan Biaya total adalah penjumlahan antara biaya variabel dan biaya tetap dalam satu tahun dibagi waktu kerja per tahun. Kapasitas kerja didapatkan dari luasan lahan yang ditanam dibagi waktu kerja dalam satu tahun. 22

35 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Alat Tanam Semi Mekanis Pengujian kapasitas lapang alat tanam dilakukan di laboratorium lapangan Leuwikopo pada lahan kering seluas 160 m 2 atau ha sebanyak dua kali pengulangan. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil pengujian kapasitas lapang alat tanam semi mekanis. Luas Lahan (m 2 ) Waktu Penanaman (s) Kapasitas Lapang (s/m 2 ) Kapasitas Lapang (ha/jam) Rata-rata Hasil pengujian menunjukkan bahwa alat tanam semi mekanis dapat bekerja dengan kapasitas lapang ha/jam atau 12 jam/ha. Data kapasitas lapang digunakan untuk menentukan biaya operasional alat yaitu biaya operator dan R&M. Kapasitas lapang teoritis dan efisiensi lapangan alat diperlukan untuk menentukan lama aki bekerja selama proses penanaman. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2011) rata-rata efisiensi lapangan alat adalah % maka kapasitas lapang teoritis rata-rata adalah ha/jam atau 9 jam/ha. Kapasitas lapang teoritis digunakan sebagai asumsi alat (aki dan mikrokontroler) dalam keadaan bekerja, maka dalam satu hari kerja (8 jam) alat bekerja efisien selama 6 jam. Pengujian kedua adalah pengujian arus keluaran aki yang berkapasitas 5 Ah atau 5 A per jam dan bertegangn 12 V. Uji arus keluaran aki dilakukan dengan alat multitester sebanyak 10 kali pengulangan. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil pengujian arus keluaran aki. Pengulangan Arus Keluar (A) Rata-rata Hasil pengujian menunjukkan arus keluaran aki rata-rata saat alat bekerja adalah A atau 703 ma. Berdasarkan data tersebut maka dapat ditentukan waktu kerja aki sampai energi di dalam aki habis, selain itu dapat ditentukan pula waktu pengisian ulang aki apabila digunakan charger berkapasitas 800 ma dan 12 V atau 9.6 W. 23

36 Perhitungan dengan Persamaan 3.8 menunjukkan bahwa waktu kerja maksimum aki adalah 7.37 jam. Artinya aki dapat dipakai dalam waktu satu hari kerja dengan asumsi 6 jam alat bekerja efisien selama 8 jam proses penanaman. Berdasarkan Persamaan 3.8 didapatkan pula waktu pengisian ulang aki selama 6.4 jam jika energi di dalam aki kosong. Waktu pengisian ulang per hari didapatkan dari perbandingan waktu kerja maksimum dengan waktu pengisian ulang aki dalam keadaan energi kosong. Rasio waktu kerja maksimum dan waktu pengisian ulang aki adalah : 1. Aki bekerja efisien selama 6 jam per hari maka waktu pengisian ulang per hari adalah 5.2 jam. Rasio kerja alat dan waktu pengisian ulang aki adalah 1.54 : Biaya dan Manfaat Alat Tanam Jagung Tipe Tugal Struktur biaya alat tanam tugal Model V meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi berupa harga komersial alat. Biaya tetap meliputi penyusutan, bunga modal dan penyimpanan. Biaya variabel meliputi gaji operator dan biaya R&M. Ilustrasi biaya alat tanam jagung tipe tugal pada lahan satu hektar selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Biaya alat tanam jagung tipe tugal pada lahan satu hektar selama satu tahun. Investasi Biaya Tetap Biaya Variabel Penyusutan Bunga Modal Penyimpanan Operator R&M (200,000) (45,000) (55,250) (400) (1,172,400) (12,000) *Ket : tanda kurung menunjukkan nilai uang keluar (biaya) Harga komersial alat tanam jagung model V adalah Rp 200,000 maka nilai ini adalah biaya investasi. Biaya penyusutan Rp 45,000 didapatkan dengan menggunakan persamaan 3.3, asumsi nilai sisa alat adalah 10 % dari harga awal yaitu Rp 20,000 dengan umur ekonomis 2 tahun. Biaya bunga modal per tahun Rp 55,250 adalah nilai persentasi capital consumption (Tabel 2) % terhadap investasi awal. Asumsi yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito 7.25 % (Bank Indonesia 2011) dan jangka waktu analisis 4 tahun. Biaya penyimpanan Rp 400 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.4. Biaya variabel alat tanam jagung tipe tugal bergantung kepada waktu pengoperasian alat. Siklus tanam dilakukan dua kali dalam setahun. Waktu maksimum satu kali proses penanaman adalah 15 hari atau 120 jam (satu hari kerja 8 jam), maka waktu maksimum kerja alat dalam satu tahun adalah 240 jam. Kapasitas lapang alat 60 jam/ha maka dalam setahun alat bekerja selama 120 jam. Gaji buruh pertanian rata-rata di Indonesia adalah Rp 39,082 per hari (BPS 2011) atau Rp 4,885 per jam (Persamaan 3.5) maka dengan menggunakan Persamaan 3.5 dan 3.6 biaya operator dalam setahun adalah Rp 1,172,400. Biaya R&M Rp 12,000 didapatkan dengan menggunakan persentasi dari Tabel 3 dengan asumsi alat tanam sebagai alat tanam benih tipe drill. Manfaat dari alat tanam jagung tipe tugal berupa nilai sisa pada akhir umur ekonomis alat selama dua tahun. Asumsi nilai sisa alat adalah 10 % dari nilai awalnya yaitu Rp 20,000. Nilai tersebut dianggap sebagai pemasukan uang dari proses penanaman. 4.3 Biaya Alat dan Manfaat Alat Tanam Jagung Semi Mekanis Struktur biaya alat tanam jagung Co Seeders semi mekanis meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi berupa harga komersial alat dan aki beserta charger. Biaya tetap meliputi penyusutan, bunga modal dan penyimpanan. Biaya variabel meliputi gaji operator, 24

37 R&M dan biaya isi ulang aki. Ilustrasi biaya alat tanam jagung tipe semi mekanis pada lahan satu hektar selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya alat tanam jagung semi mekanis pada lahan satu hektar selama satu tahun. Investasi Biaya Tetap Biaya Variabel Penyusutan Bunga Modal Penyimpanan Operator R&M Aki (5,285,000) (1,189,125) (1,459,981) (10,570) (234,480) (63,420) (82) Harga komersial alat tanam jagung Co Seeders dan aki+charger adalah Rp 5,000,000 dan Rp 285,000 maka biaya investasi adalah sebesar Rp 5,285,000. Biaya penyusutan Rp 1,189,125 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.3, asumsi nilai sisa alat adalah 10 % dari harga awal yaitu Rp 500,000 dengan umur ekonomis 4 tahun. Biaya bunga modal per tahun Rp 1,459,981 adalah nilai persentasi capital consumption (Tabel 2) % terhadap investasi awal. Asumsi yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito 7.25 % (Bank Indonesia 2011) dan jangka waktu analisis 4 tahun. Biaya penyimpanan Rp 10,570 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.4. Biaya variabel alat tanam jagung tipe semi mekanis bergantung kepada waktu pengoperasian alat. Siklus tanam dilakukan dua kali dalam setahun. Waktu maksimum satu kali proses penanaman adalah 15 hari atau 120 jam (satu hari kerja 8 jam), maka waktu maksimum kerja alat dalam satu tahun adalah 240 jam. Kapasitas lapang alat 12 jam/ha maka dalam setahun alat bekerja selama 24 jam. Gaji buruh pertanian rata-rata di Indonesia adalah Rp 39,082 per hari (BPS 2011) atau Rp 4,885 per jam (Persamaan 3.5), asumsi gaji operator alat tanam semi mekanis adalah 200 % dari gaji buruh pertanian pada umumnya yaitu Rp 78,164 per hari atau Rp 9,770 per jam, maka dengan menggunakan Persamaan 3.5 dan 3.6 biaya operator dalam setahun adalah Rp 234,480. Biaya R&M Rp 63,420 didapatkan dengan menggunakan persentasi dari Tabel 3 dengan asumsi alat tanam sebagai alat tanam benih tipe drill. Biaya isi ulang aki sebesar Rp 82 didapatkan dari persamaan 3.7 dengan tarif dasar listrik seharga Rp 535 per KWh (PLN 2011), dengan daya charge aki 9.6 Watt atau KW. Waktu pengisian ulang aki 15.6 jam didapatkan dari rasio kerja alat dengan waktu pengisian ulang 1.54 : 1. Manfaat dari alat tanam jagung semi mekanis berupa nilai sisa pada akhir umur ekonomis alat selama 4 tahun juga nilai sisa aki dan charger pada akhir umur ekonomisnya 2 tahun. Asumsi nilai sisa alat dan aki adalah 10 % dari nilai awalnya yaitu Rp 500,000 dan Rp 28,500. Nilai tersebut dianggap sebagai pemasukan uang dari proses penanaman dengan alat tanam semi mekanis. 4.4 Biaya Alat Tanam Jagung Mekanis Struktur biaya alat tanam jagung Grain Seeder mekanis meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi berupa harga komersial alat dan traktor. Biaya tetap meliputi penyusutan, bunga modal dan penyimpanan. Biaya variabel meliputi gaji operator, R&M dan biaya isi ulang aki. Ilustrasi biaya alat tanam jagung mekanis pada lahan satu hektar selama satu tahun dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Biaya alat tanam jagung mekanis pada lahan satu hektar selama satu tahun. Investasi Biaya Tetap Biaya Variabel Penyusutan Bunga Modal Penyimpanan Operator R&M BOG (17,587,200) (3,607,848) (4,858,464) (35,174) (58,623) (46,288) (29,119) 25

38 Harga komersial traktor roda dua QUICK G1000 Rp 19,600,000 dan implemen tanam Grain Seeder Rp 15,000,000. Biaya investasi traktor direduksi sebesar persentase kerja hanya pada proses penanaman sebesar 13.2 % (Lampiran 1), maka biaya investasi traktor adalah sebesar Rp 2,587,200 dan investasi implemen tanam sebesar Rp 15,000,000 maka total biaya investasi adalah Rp 17,587,200. Biaya penyusutan Rp 3,607,848 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.3 dengan asumsi biaya investasi traktor sebesar 13.2 %, asumsi nilai sisa alat adalah 10 % dari harga awal yaitu Rp 500,000 dengan umur ekonomis traktor dan implemen selama 10 tahun dan 4 tahun. Biaya bunga modal per tahun Rp 4,858,464 adalah nilai persentasi capital consumption (Tabel 2) % terhadap investasi awal. Asumsi yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito 7.25 % (Bank Indonesia 2011) dan jangka waktu analisis 4 tahun. Biaya penyimpanan Rp 35,174 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.4. Biaya variabel alat tanam jagung tipe mekanis bergantung kepada waktu pengoperasian alat. Siklus tanam dilakukan dua kali dalam setahun. Waktu maksimum satu kali proses penanaman adalah 15 hari atau 120 jam (satu hari kerja 8 jam), maka waktu maksimum kerja alat dalam satu tahun adalah 240 jam. Kapasitas lapang alat 3 jam/ha maka dalam setahun alat bekerja selama 6 jam. Gaji buruh pertanian rata-rata di Indonesia adalah Rp 39,082 per hari (BPS 2011) atau Rp 4,885 per jam (Persamaan 3.5) asumsi gaji operator alat tanam semi mekanis adalah 200 % dari gaji buruh pertanian pada umumnya yaitu Rp 78,164 per hari atau Rp 9,770 per jam, maka dengan menggunakan Persamaan 3.5 dan 3.6 biaya operator dalam setahun adalah Rp 58,623. Biaya R&M Rp 46,288 didapatkan dengan menggunakan persentasi dari Tabel 3 dengan asumsi alat tanam sebagai alat tanam benih gandeng traktor. Biaya BOG sebesar Rp 29,119 terdiri dari biaya bahan bakar, oli dan gemuk. Biaya bahan bakar sebesar Rp 24,300 didapatkan dari Persamaan 3.9 dengan asumsi harga solar Rp 4,500 dan laju konsumsi bahan bakar 0.9 l/jam. Biaya oli sebsesar Rp 3,012 didapatkan dari Persamaan 3.10 dengan asumsi laju konsumsi oli 0.02 l/jam. Biaya gemuk sebesar Rp 1,807 didapatkan dari Persamaan Manfaat dari alat tanam jagung mekanis berupa nilai sisa pada akhir umur ekonomis alat selama 4 tahun dan nilai sisa traktor akhir tahun ke-4 dengan umur ekonomis alat 10 tahun. Asumsi nilai sisa implemen tanam dan traktor adalah 10 % dari nilai awalnya. Nilai sisa traktor sebesar Rp 1,655,808 didapatkan berdasarkan Persamaan Nilai sisa implemen tanam adalah 10 % dari harga awalnya Rp 15,000,000 yaitu Rp 1,500, Analisis Present Worth Cost Alat Tanam Jagung Analisis PWC seluruh alat tanam jagung dilakukan dengan mengadopsi persamaan PWC untuk ketiga alat tanam pada Persamaan 3.13, 3.14 dan 3.15 ke dalam software Microsoft Excel Data yang diperlukan terdiri dari biaya investasi, annual disbursement atau pengeluaran tahunan, nilai sisa investasi dan MARR. Nilai MARR yang digunakan adalah % (Lampiran 2). Analisis PWC ketiga alat tanam dilakukan berdasarkan teori penanaman jagung pada umumnya di Indonesia. Hasil perhitungan analisis PWC ketiga alat tersebut disimulasikan pada luas lahan yang bervariasi yaitu pada lahan seluas 1 sampai dengan 100 hektar. Hasil analisis PWC dapat dilihat pada Gambar 6. 26

39 PRESENT WORTH COST (Juta Rp) ATT ATSM ATM LUAS LAHAN (ha) *Keterangan : Detail analisis dapat dilihat pada lampiran. Gambar 6. Analisis PWC alat tanam tugal, semi mekanis dan mekanis pada lahan seluas ha. Grafik pada Gambar 6 menunjukkan bentuk seperti tangga. Bentuk tangga pada grafik diakibatkan oleh penambahan alat, maupun penambahan blok tanam, efeknya adalah penambahan investasi alat atau penambahan biaya variabel yang berarti menaikkan nilai PWC secara signifikan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Grafik tersebut juga menunjukkan beberapa kondisi. Hal yang paling mencolok adalah grafik PWC alat tanam tugal selalu memiliki kemiringan yang relatif lebih tinggi dibandingkan PWC alat tanam semi mekanis dan mekanis. Ini menunjukkan bahwa alat tanam tugal memiliki laju peningkatan biaya yang lebih tinggi di antara kedua alat lainnya. Selain itu alat tanam tugal lebih mahal dibandingkan alat tanam semi mekanis pada luasan lahan 5 ha dan selebihnya. Alat tanam tugal lebih mahal dibandingkan alat tanam mekanis pada luasan lahan 14 ha dan selebihnya. Alat tanam semi mekanis lebih mahal dibandingkan alat tanam mekanis pada luasan lahan 61 ha dan selebihnya. Grafik tersebut juga menunjukkan bahwa penerapan mekanisasi pada proses penanaman membuat biaya menjadi lebih rendah pada luasan lahan tertentu. Hal ini disebabkan biaya yang dikeluarkan alat mekanis menjadi lebih sedikit pada lahan yang lebih luas dibandingkan alat tanam manual dan semi mekanis. 4.6 Analisis Biaya Pokok Alat Tanam Jagung Analisis biaya pokok seluruh alat tanam jagung dilakukan dengan menggunakan data pada struktur biaya menggunakan Persamaan 3.16 yang dihitung menggunakan software Microsoft Excel Data yang diperlukan terdiri dari biaya tetap per jam, biaya variabel per jam dan kapasitas kerja alat. Analisis biaya pokok ketiga alat tanam dilakukan berdasarkan teori penanaman jagung pada umumnya di Indonesia. Hasil perhitungan analisis biaya pokok ketiga alat tersebut disimulasikan pada luas lahan yang bervariasi yaitu pada lahan seluas 1 sampai dengan 100 hektar. Hasil analisis biaya pokok dapat dilihat pada Gambar 7. 27

40 BIAYA POKOK (Juta Rp/ha) ATT ATSM ATM LUAS LAHAN (ha) *Keterangan : Detail analisis dapat dilihat pada lampiran. Gambar 7. Analisis biaya pokok alat tanam tugal, semi mekanis dan mekanis pada lahan seluas ha. Grafik pada Gambar 7 menunjukkan beberapa kondisi. Hal yang paling mencolok adalah grafik bergerak dari skala maksimum menuju titik terendahnya. Fenomena grafik biaya pokok tersebut menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang digunakan maka semakin murah biaya per satuan luasnya. Terdapat beberapa titik temu antara garis ATT, ATSM dan ATM. Hal tersebut menunjukkan ada suatu kondisi yang menjelaskan salah satu alat menjadi lebih murah dibandingkan alat lainnya. Biaya pokok alat tanam tugal menjadi lebih mahal dibandingkan alat tanam semi mekanis pada luasan lahan 3 ha dan selebihnya. Biaya pokok alat tanam tugal lebih mahal dibandingkan alat tanam mekanis pada luasan lahan 8 ha dan selebihnya. Biaya pokok alat tanam semi mekanis menajadi lebih mahal dibandingkan dengan alat tanam mekanis pada luasan lahan 37 ha dan selebihnya. 4.7 Ringkasan Hasil dan Pembahasan Data yang dijadikan dasar untuk analisis PWC adalah data teknis dan ekonomis dari alat seluruh alat tanam benih jagung. Data teknis dan ekonomis alat tanam jagung tipe tugal Model V dan mekanis Grain Seeder didapatkan dengan studi literatur atau data sekunder. Data teknis dan ekonomis alat tanam jagung semi mekanis CO Seeders didapatkan dengan menguji alat tersebut di lapangan. Data teknis dan ekonomis alat tanam benih jagung dapat dilihat pada Tabel

41 Tabel 11. Data alat tanam benih jagung Data Teknis dan Ekonomis Alat Tanam tugal Alat Tanam Semi Mekanis Alat Tanam Mekanis Kapasitas lapang (ha/jam) Jumlah Operator (Orang) Arus yang Digunakan (Ampere) Konsumsi Bahan Bakar (l/jam) Komsumsi Pelumas (l/jam) Harga Alsintan 200,000 15,000,000 5,000,000 Umur Ekonomis Alat (tahun) Perbandingan nilai PWC dan biaya pokokketiga alat tersebut menunjukkan bahwa proses penanaman pada lahan seluas ha alat tanam tugal Model V menjadi yang paling mahal pada akhirnya dan alat tanam mekanis yang paling murah. Pada analisis PWC alat tanam mekanis menjadi paling murah pada luasan lahan 61 ha dan selebihnya. Pada analisis biaya pokok alat tanam mekanis menjadi paling murah pada luasan lahan 37 ha dan selebihnya. 29

42 BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Biaya satuan operasional yang dihitung menggunakan metode PWC menunjukkan bahwa pada lahan seluas kurang dari 5 ha yang paling murah adalah alat tanam tugal (ATT) dengan nilai PWC pada luas lahan 4 ha sebesar Rp 13,731,404. Sebagai perbandingan, dengan luas lahan 4 ha, nilai PWC ATSM sebesar Rp 15,824,068 sedangkan nilai PWC ATM sebesar Rp 40,921,289. Pada lahan seluas 5 ha sampai dengan 61 ha yang paling murah adalah alat tanam semi mekanis (ATSM) dengan nilai PWC pada luas lahan 50 ha sebesar Rp 53,378,597. Sebagai perbandingan, dengan luas lahan 50 ha, nilai PWC ATT sebesar Rp 167,136,822 sedangkan nilai PWC ATM sebesar Rp 58,009,217. Pada lahan seluas 61 ha lebih yang paling murah adalah alat tanam mekanis (ATM) dengan nilai PWC pada luas lahan 100 ha sebesar Rp 76,538,051. Sebagai perbandingan, dengan luas lahan 100 ha, nilai PWC ATT sebesar Rp 336,299,009 sedangkan nilai PWC ATSM sebesar Rp 106,757,194. Biaya satuan operasional yang dihitung menggunakan metode biaya pokok menunjukkan bahwa pada lahan seluas kurang dari 3 ha yang paling murah adalah alat tanam tugal (ATT) dengan biaya pokok pada luas lahan 2 ha sebesar Rp 1,234,725/ha. Sebagai perbandingan, dengan luas lahan 2 ha, biaya pokok ATSM sebesar Rp 1,624,400/ha sedangkan biaya pokok ATM sebesar Rp 4,384,773/ha. Pada lahan seluas 3 ha sampai dengan 37 ha yang paling murah adalah alat tanam semi mekanis (ATSM) dengan biaya pokok pada lahan seluas 30 ha sebesar Rp 383,218/ha. Sebagai perbandingan, dengan luas lahan 30 ha, biaya pokok ATT sebesar Rp 1,194,465/ha sedangkan biaya pokok ATM sebesar Rp 417,413/ha. Pada lahan seluas 37 ha lebih yang paling murah adalah alat tanam mekanis (ATM) dengan biaya pokok pada lahan seluas 100 ha sebesar Rp 219,045/ha. Sebagai perbandingan, dengan luas lahan 100 ha, biaya pokok ATT sebesar Rp 1,202,934/ha sedangkan biaya pokok ATSM sebesar Rp 347,756/ha. Penelitian ini sekaligus membuktikan bahwa penerapan mekanisasi pada proses penanaman jagung menjadikan biaya yang dikeluarkan menjadi lebih murah pada lahan yang lebih luas. 5.2 Saran Tujuan dari analisis dengan menggunakan metode present worth cost dan biaya pokok pada skripsi ini adalah membandingkan biaya yang dikeluarkan pada proses penanaman jagung dengan menggunakan alat tanam jagung tipe tugal, semi mekanis dan mekanis. Hasil analisis tidak berarti dapat diterapkan langsung pada industri budidaya jagung di Indonesia pada umumya. Hal ini dikarenakan permodelan pada analisis ini menggunakan asumsi-asumsi yang spesifik, sedangkan dunia industri memiliki asumsi dan permasalahan yang beraneka ragam. Dengan demikian, sangat besar peluang permasalahan industri budidaya jagung di Indonesia akan membutuhkan permodelan yang berbeda. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam pengambilan keputusan yang tepat untuk memilih alat tanam jagung yang paling hemat waktu dan hemat biaya serta dapat dikelola dengan maksimal dengan mempertimbangkan biaya, manfaat, waktu kerja dan jumlah tenaga kerja yang digunakan.

43 DAFTAR PUSTAKA Abdina MF Analisis Pendapatan Usahatani Jagung Manis dengan Pola Tanam Tumpangsari dan Monokultur (Kasus : Desa Ciapus dan Desa Su kaharja, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat). [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Adisarwanto T dan Widyastuti YE Meningkatkan Produksi Jagung. Jakarta : Penebar Swadaya. Akil M dan Dahlan HA Budidaya Jagung dan Diseminasi Teknologi. Online. [27 November 2010] Alamsyah I, Lestari T dan Adriani D Analisis Finansial Sistem Usahatani Terpadu Berbasis Ternak Sapi di Kabupaten Ogan Ilir. Jurnal Pembangunan Manusia edisi 6. Online. [4 Juli 2011] Anonim Peluang Investasi Agribisnis Jagung. Online. [17 November 2010] Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah Propinsi Maluku Utara Profil Proyek Pengembangan Usaha Pertanian Tanaman Jagung di Kabupaten Halmahera Utara. Online. KERMalukuUtaraTwIII2009_Final.pdf [4 Juli 2011] Badan Litbang Pertanian Deptan RI Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis : Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian. Online. doc_bidangmasalah/mektan/mektan-bagian-b.pdf [24 Juni 2011] Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah Propinsi Kalimantan Timur Budidaya Tanaman Jagung Terintegrasi dengan Industri Pakan Ternak. Online. newsipid/userfiles/daerah/64/attachment/jagung.pdf [4 Juli 2011] Badan Pusat Statistik Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi ed. 13 Juni Online. [4 Juli 2011] Bank Indonesia Tingkat Suku Bunga per Bulan April Online. DE87A33EE036/23274/ ctkmjuni2011rev.pdf [5 Juli 2011] Blank LT dan Tarquin AJ Engineering Economy. 5 th ed. New York : The McGraw-Hill Co. Inc. DeGarmo EP, Sullivan WG dan Canada JR Engineering Economy. New York : Macmillan Publishing Company. Fatmawati H Uji Performansi Modifikasi Co Seeder Alat Tanam Benih Semi Mekanis. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Firmansyah IU, Aqil M, Sinuseng Y dan Riyadi Evaluasi kinerja alat tanam jagung ATB1-2R- Balitsereal pada sistem tanpa olah tanah di lahan sawah tadah hujan. Prosiding Seminar Mekanisasi Pertanian p Serpong : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. FAO Conservation Agriculture. Online. [19 November 2010] Hendriadi A, Firmansyah IU, Aqil M Teknologi Mekanisasi Budi Daya Jagung. Online. [27 November 2010] 31

44 Hunt D Farm Power and Machinery Management. 10 th ed. Illinois : Waveland Press, Inc. Joka U Manajemen Finansial Budidaya Jagung. Online. 10/manajemen-finansial-budidaya-jagung.html [4 Juli 2011] Kepner RA, Bainer R dan Bager EL Principles of Farm Machinery. 2 nd ed. Connecticut : The AVI Publishing Company. Margaretha SL, Syuryawati dan Dahlan HA Adopsi teknologi jagung (studi kasus: Kabupaten Takalar dan Kabupaten Jeneponto). Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Inovasi Pertanian Lahan Marginal. Jakarta : Balai Penelitian Serelia. Monayo AW, Luthfianita Y, Arifianto H, Fatmawati H, Wijaya YG Laporan akhir PKMT : Mesin tanam jagung (Control otomatic seeder). Bogor : Institut Pertanian Bogor. Mulyadi Akuntansi Biaya, Penentuan Harga Pokok Produksi dan Pengendalian Biaya. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Pemerintah Kabupaten Garut Peluang Investasi Agribisnis Jagung. Online. [4 Juli 2011] Pemerintah Kabupaten Garut Peluang Investasi Agribisnis Jagung. Online. [4 Juli 2011] Perusahaan Listrik Negara Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Tarif Tenaga Listrik yang Disediakan Oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara. Online. perpres%20no%208%20tahun% pdf [28 Juni 2011] Pitoyo J Pengembangan Alsin Penanam Benih Jagung Kedele Skala Besar. [Laporan Akhir]. Serpong : Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian. Quick Tractor Quick G1000 Spesification. Online. quick.co. id/ pdf/g1000_boxer_id.pdf [7 Juli 2011] Santosa, Andasuryani dan Veronica V Kajian Biaya Pokok Traktor Tangan untuk Pengolahan Tanah pada Berbagai Kecepatan Operasi. [Makalah]. Padang : Universitas Andalas. Smartgauge Electronics Peukert s Equation. Online. peukert2.html. [12 Juli 2011] Subandi, F. Kasim, M. Basir, W. Wakman., Zubachtiroddin, I. U. Firmansyah dan M. Akil Highlight Balitsereal Balitsereal. Umar S Pengembangan Alat Tanam Biji-Bijian pada Beberapa Kondisi Lahan untuk Peningkatan Efisiensi. Prosiding Seminar Nasional Teknik Pertanian 2008, Yogyakarta November Yogyakarta : Universitas Gajah Mada. Universitas Sumatera Utara Alat dan Mesin Pengolah Tanah. Online. mesin_pengolahan_tanah.pdf [6 Juli 2011] Wijaya YG Pembuatan Alat Tanam Benih Jagung Otomatis Berbasis Mikrokontroler. [Skripsi]. Bogor : Institut Pertanian Bogor. Young D Modern Engineering Economy. New York : John Wiley & Sons Inc. 32

45 LAMPIRAN 33

46 Lampiran 1. Proporsi Kerja Traktor Roda Dua Tenaga Penarik Tenaga (Hp) Jenis Alat Persentase Kapasitas Kerja (%) Traktor Roda Dua 5 9 (Sumber : Universitas Sumatera Utara 2011) Keadaan Tanah Bajak Singkal 60 Tanah Kering Bajak Rotari 40 Tanah Kering Tenaga Penarik Tenaga (Hp) Jenis Alat Kapasitas Kerja (jam/ha) Traktor Roda Dua (QUICK G1000) * (Sumber : Quick Tractor 2011) ** (Sumber : Pitoyo 2006) 7.5* Persentase (%) Bajak Singkal * 52 Bajak Rotari Implemen Tanam 3 **

47 Lampiran 2. Nilai Rate of Return Usaha Budidaya Jagung di Indonesia Daerah Propinsi ROR (%) Garut* Jawa Barat Garut** Jawa Barat Ogan Ilir*** Sumatera Selatan Flores**** Nusa Tenggara Timur Kutai***** Kalimantan Timur Halmahera****** Maluku Utara Minimum Attractive Rate of Return (MARR) * (Sumber : Pemkab Garut 2010) ** (Sumber : Pemkab Garut 2011) *** (Sumber : Alamsyah et al. 2011) **** (Sumber : Joka 2010) ***** (Sumber : BPPMD Propinsi Kaltim 2008) ****** (Sumber : BKPMD Propinsi Maluku Utara 2008) 35

48 Lampiran 3. Ilustrasi Pembagian Blok Tanam 33

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Jagung Jagung adalah tanaman yang menghendaki keadaan hawa yang cukup panas dan lembab dari waktu tanam sampai periode mengakhiri pembuahan. Jagung tidak membutuhkan

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari bulan Februari sampai dengan September 2011. Studi literatur dan pengambilan data sekunder akan dilaksanakan di perpustakaan IPB

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Alat Tanam Semi Mekanis Pengujian kapasitas lapang alat tanam dilakukan di laboratorium lapangan Leuwikopo pada lahan kering seluas 160 m 2 atau 0.016 ha

Lebih terperinci

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO

PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO PENANAMAN TANAMAN JAGUNG/ System JARWO Oleh : Sugeng Prayogo BP3K Srengat Penanaman merupakan proses pemindahan benih kedalam tanah dengan tujuan agar tanaman tumbuh dan berkembang dengan baik. Untuk memperoleh

Lebih terperinci

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi

PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI. Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi PROSPEK DAN STRATEGI PENGEMBANGAN JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI PROVINSI JAMBI Adri dan Endrizal Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi Abstrak. Sukmaraga salah satu varietas jagung bersari bebas yang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada kemiringan lahan 15 %. Tanah Latosol Darmaga/Typic Dystrudepts (Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm) dipilih sebagai

Lebih terperinci

Peluang Investasi Agribisnis Jagung

Peluang Investasi Agribisnis Jagung Halaman1 Peluang Investasi Agribisnis Jagung Jagung termasuk tanaman yang Familiar bagi sebagian masyarakat. Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak beredar jenis jagung. Untuk lebih mengenal

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK Pengembangan pertanaman jagung akan lebih produktif dan berorientasi pendapatan/agribisnis, selain

Lebih terperinci

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU

PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU PENYIAPAN BIBIT UBIKAYU Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Alasan dipergunakan bahan tanam dari perbanyakan vegetatif (stek) adalah selain karena lebih mudah, juga lebih ekonomis bila

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. RANCANGAN ALAT TANAM CO Seeders 1. CO Seeders Prototipe I Prototipe CO Seeders (Control Automatic Seeders) pertama kali dikembangkan oleh tim PKMT Abdul Wahid Monayo dkk pada tahun

Lebih terperinci

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara

Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Peluang Produksi Parent Stock Jagung Hibrida Nasional di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), Andi Tenrirawe 2), A.Takdir 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi pertanian Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH 11:33 PM MASPARY Selain ditanam pada lahan sawah tanaman padi juga bisa dibudidayakan pada lahan kering atau sering kita sebut dengan budidaya padi gogo rancah. Pada sistem

Lebih terperinci

Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : Vol.4, No.3. Desember (22) :

Jurnal Pertanian Tropik ISSN No : Vol.4, No.3. Desember (22) : PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays. L) PADA BERBAGAI PENGELOLAAN GULMA DI KABUPATEN DELI SERDANG Growth and Production of Maize (Zea mays L) in the Various of Weed Control in Distric Deli Serdang

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR Amir dan St. Najmah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung semi adalah jagung manis yang dipanen saat masih muda. Di Asia, jagung semi sangat populer sebagai sayuran yang dapat dimakan mentah maupun dimasak. Budidaya jagung

Lebih terperinci

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN Rosita Galib dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Abstrak.

Lebih terperinci

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK

PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK PROSPEK PENGEMBANGAN TANAMAN JAGUNG SEBAGAI SUMBER HIJAUAN PAKAN TERNAK Bambang Kushartono dan Nani Iriani Balai Penelitian Ternak, Po Box 221 Bogor 16002 RINGKASAN Tanamanjagung (ZeamisL) mempunyai nilai

Lebih terperinci

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny

Berdasarkan tehnik penanaman tebu tersebut dicoba diterapkan pada pola penanaman rumput raja (king grass) dengan harapan dapat ditingkatkan produksiny TEKNIK PENANAMAN RUMPUT RAJA (KING GRASS) BERDASARKAN PRINSIP PENANAMAN TEBU Bambang Kushartono Balai Penelitian Ternak Ciawi, P.O. Box 221, Bogor 16002 PENDAHULUAN Prospek rumput raja sebagai komoditas

Lebih terperinci

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering Abstrak Sumanto 1) dan Suwardi 2) 1)BPTP Kalimantan Selatan, Jl. Panglima Batur Barat No. 4, Banjarbaru 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut

Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Budi Daya Kedelai di Lahan Pasang Surut Penyusun I Wayan Suastika

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu jenis tanaman pangan bijibijian dari keluarga rumput-rumputan. Jagung merupakan tanaman serealia yang menjadi

Lebih terperinci

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB

TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB TUMPANG GILIR (RELAY PLANTING) ANTARA JAGUNG DAN KACANG HIJAU ATAU KEDELAI SEBAGAI ALTERNATIF PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN KERING DI NTB INSTALASI PENELITIAN DAN PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (IPPTP)

Lebih terperinci

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri

Pengelolaan Tanaman Terpadu. Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) JAGUNG Penyusun Samijan, Ekaningtyas Kushartanti, Tri Reni Prastuti, Syamsul Bahri Design By WAHYUDI H Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Teknologi Mekanisasi Budi Daya Jagung

Teknologi Mekanisasi Budi Daya Jagung Teknologi Mekanisasi Budi Daya Jagung A. Hendriadi 1, I.U. Firmansyah 2, dan M. Aqil 2 1 Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian, Serpong 2 Balai Penelitian Tanaman Serealia, Maros PENDAHULUAN Pengembangan

Lebih terperinci

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA

BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (KAJIWIDYA DI BBPP BINUANG) SUSMAWATI WIDYAISWARA MUDA Jagung berperan penting dalam perekonomian nasional dengan berkembangnya industry pangan yang ditunjang oleh teknologi budidaya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIK DAN MEKANIK JAGUNG DAN FURADAN Jagung memiliki sifat fisik yang sangat beragam baik beda varietas maupun dalam varietas yang sama. Dalam penelitian uji peformansi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pupuk Kompos Pupuk digolongkan menjadi dua, yakni pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk

Lebih terperinci

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida

TUGAS KULIAH TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH. Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida TUGAS KULIAH TEKNLGI PRDUKSI BENIH Teknologi Produksi Benih Jagung Hibrida leh : Nimas Ayu Kinasih 115040201111157 Nur Izzatul Maulida 115040201111339 KELAS L PRGRAM STUDI AGREKTEKNLGI FAKULTAS PERTANIAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Nama Tiga Belas Genotipe Gandum

3. METODE PENELITIAN. Tabel 3.1 Nama Tiga Belas Genotipe Gandum 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Oktober 2012. lokasi penelitian berada di kebun Salaran, desa Wates, kecamatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 7 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2012 di kebun percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga, Bogor. Analisis tanah

Lebih terperinci

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL

PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL Eko Srihartanto et al.: Penerapan Sistem Tanam Jajar PENERAPAN SISTEM TANAM JAJAR LEGOWO JAGUNG HIBRIDA UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DI LAHAN INCEPTISOLS GUNUNGKIDUL Eko Srihartanto 1), Sri Wahyuni

Lebih terperinci

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau Yunizar dan Jakoni Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Fax. (0761) 674206; E-mail bptpriau@yahoo.com Abstrak Peningkatan produksi jagung

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. menggunakan pengalaman, wawasan, dan keterampilan yang dikuasainya. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Profil Petani Petani adalah pelaku usahatani yang mengatur segala faktor produksi untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa kualitas

Lebih terperinci

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A

UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA. Oleh. Fetrie Bestiarini Effendi A UJI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.) HIBRIDA PADA TINGKAT POPULASI TANAMAN YANG BERBEDA Oleh Fetrie Bestiarini Effendi A01499044 PROGRAM STUDI AGRONOMI FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PENGATURAN POPULASI TANAMAN

PENGATURAN POPULASI TANAMAN PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PENGATURAN POPULASI TANAMAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PENGATURAN POPULASI

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI

POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI 1 POLA USAHATANI PADI, UBI JALAR, DAN KATUK UNTUK MENGAKUMULASI MODAL DAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETANI (Studi Kasus H. Adul Desa Situ Daun, Kecamatan Tenjolaya, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) Ach. Firman

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Pengamatan setelah panen dilanjutkan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas jagung (Zea mays L.) hingga kini masih sangat diminati oleh masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% diantaranya merupakan

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai. a. Pengambilan data tahanan penetrasi tanah

METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai. a. Pengambilan data tahanan penetrasi tanah METODE PENELITIAN A. Rangkaian kegiatan Kegiatan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut : a. Pengambilan data tahanan penetrasi tanah b. Pengolahan tanah c. Pesemaian d. Penanaman dan uji performansi

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A

PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A PENGARUH MANAJEMEN JERAMI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH (Oryza sativa L.) Oleh: MUDI LIANI AMRAH A34104064 PROGRAM STUDI AGRONOMI DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso

BUDIDAYA PADI RATUN. Marhaenis Budi Santoso BUDIDAYA PADI RATUN Marhaenis Budi Santoso Peningkatan produksi padi dapat dicapai melalui peningkatan indeks panen dan peningkatan produksi tanaman setiap musim tanam. Padi Ratun merupakan salah satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan masalah Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung. Kebutuhan ubikayu bagi penduduk dunia, khususnya pada negara tropis setiap tahunnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Jagung (Zea Mays L.) Jagung (Zea mays L) adalah tanaman semusim dan termasuk jenis rumputan/graminae yang mempunyai batang tunggal, meski terdapat kemungkinan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam kelompok rempah tidak bersubstitusi yang berfungsi sebagai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Bawang Merah Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas sayuran ini termasuk

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Usahatani Padi di Indonesia Padi merupakan komoditi pangan utama masyarakat Indonesia. Pangan pokok adalah pangan yang muncul dalam menu sehari-hari, mengambil porsi

Lebih terperinci

Pedoman Umum. PTT Jagung

Pedoman Umum. PTT Jagung Pedoman Umum PTT Jagung Kementerian Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian 2016 i Pedoman Umum PTT Jagung ISBN: 978-979-1159-31-9 Cetakan pertama: Mei 2009 Cetakan kedua: Februari 2010 Cetakan

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara

Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara Keragaan Produksi Benih Jagung di Tingkat Penangkar di Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara Idris Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara Bptp-sultra@litbang.deptan.go.id Abstrak Penyebaran

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari 2013. Penanaman dilakukan di Laboratorium Lapangan Terpadu Universitas Lampung. Pengamatan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di lahan kering daerah Kecamatan Ungaran Timur Kabupaten Semarang dan di Laboratorium Penelitian Fakultas Pertanian

Lebih terperinci

broadcasting ) atau menancapkan biji di permukaan tanah.

broadcasting ) atau menancapkan biji di permukaan tanah. Penempatan biji atau umbi di dalam tanah pada kedalaman tertentu, secara acak atau menyebarkan biji dipermukaan tanah ( broadcasting ) atau menancapkan biji di permukaan tanah. Tujuan penanaman : Memperoleh

Lebih terperinci

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING Margaretha SL dan Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian keragaan usahatani jagung komposit

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN Pemupukan merupakan usaha memasukkan usaha zat hara kedalam tanah dengan maksud memberikan/menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan tanaman agar didapatkan hasil (produksi)

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij

BAHAN DAN METODE. Y ij = + i + j + ij 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Cikabayan, University Farm IPB Darmaga Bogor pada ketinggian 240 m dpl. Uji kandungan amilosa dilakukan di

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah

I. PENDAHULUAN. Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung (Zea mays L.) merupakan tanaman pangan penting di dunia setelah gandum dan padi. Di Indonesia sendiri, jagung dijadikan sebagai sumber karbohidrat kedua

Lebih terperinci

PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU

PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU PETUNJUK TEKNIS PENGELOLAAN TANAMAN DAN SUMBERDAYA TERPADU (PTT) JAGUNG Penulis: Hendi Supriyadi Penyunting: Bambang Irawan Nandang Sunandar Disain Layout: Nadimin Saefudin Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan gambut Desa Rimbo Panjang Kecamatan Kampar dengan ketinggian tempat 10 meter di atas permukaan laut selama 5 bulan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemupukan pada Tanaman Tomat 2.1.1 Pengaruh Aplikasi Pupuk Kimia Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada tanaman tomat tertinggi terlihat pada

Lebih terperinci

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING

POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING POLA TANAM TANAMAN PANGAN DI LAHAN SAWAH DAN KERING TEKNOLOGI BUDIDAYA Pola tanam Varietas Teknik Budidaya: penyiapan lahan; penanaman (populasi tanaman); pemupukan; pengendalian hama, penyakit dan gulma;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) LOKAL MADURA SKRIPSI

PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) LOKAL MADURA SKRIPSI PENGARUH BENTUK DAN DOSIS PUPUK KOTORAN KAMBING TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) LOKAL MADURA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat

I. PENDAHULUAN. Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Jagung termasuk bahan pangan penting karena merupakan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, jagung dijadikan sebagai

Lebih terperinci

Dibajak satu atau dua kali, digaru lalu diratakan. Tanah yang telah siap ditanami harus bersih dari gulma, dan buatlah saluran-saluran drainase.

Dibajak satu atau dua kali, digaru lalu diratakan. Tanah yang telah siap ditanami harus bersih dari gulma, dan buatlah saluran-saluran drainase. 1. Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor) mempunyai potensi penting sebagai sumber karbohidrat bahan pangan, pakan, dan komoditi ekspor. Selain memiliki potensi sebagai sumber karbohidrat, tanaman sorgum, mempunyai

Lebih terperinci

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO Sejumlah faktor iklim dan tanah menjadi kendala bagi pertumbuhan dan produksi tanaman kakao. Lingkungan alami tanaman cokelat adalah hutan tropis. Dengan demikian curah hujan,

Lebih terperinci

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN

PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 1 PETUNJUK LAPANGAN (PETLAP) PENGOLAHAN LAHAN A. DEFINISI Adalah pengolahan lahan

Lebih terperinci

Alat dan Mesin Penanam

Alat dan Mesin Penanam MATA KULIAH: MEKANISASI PERTANIAN Alat dan Mesin Penanam Oleh: Zulfikar, S.P., M.P DASAR Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi pertanian, maka diperlukan suatu perubahan (penyesuaian) khususnya

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu, Universitas Lampung pada letak 5 22' 10" LS dan 105 14' 38" BT dengan ketinggian 146 m dpl

Lebih terperinci

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung

Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Perkembangan Produksi dan Kebijakan dalam Peningkatan Produksi Jagung Siwi Purwanto Direktorat Budi Daya Serealia, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan PENDAHULUAN Jagung (Zea mays) merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat 8 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian dilaksanakan di lahan petani di Dusun Pabuaran, Kelurahan Cilendek Timur, Kecamatan Cimanggu, Kotamadya Bogor. Adapun penimbangan bobot tongkol dan biji dilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi 45 III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi Berdasarkan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, secara operasional dapat diuraikan tentang definisi operasional,

Lebih terperinci

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU BPTP RIAU 2012 PENDAHULUAN Kebutuhan beras sebagai sumber kebutuhan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2011 Maret 2012. Persemaian dilakukan di rumah kaca Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan 11 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Penelitian dilaksanakan di Kebun Jagung University Farm IPB Jonggol, Bogor. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Tanah, Departemen Tanah, IPB. Penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taksonomi Kedelai Berdasarkan klasifikasi tanaman kedelai kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tumbuhan (taksonomi) diklasifikasikan sebagai berikut (Cahyono, 2007):

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PENANAM

ALAT DAN MESIN PENANAM ALAT DAN MESIN PENANAM Penanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih di dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji diatas permukaan tanah atau menanamkan tanah didalam tanah. Hal

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG

INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG 8 Highlight Balitsereal 2008 INOVASI TEKNOLOGI PRODUKSI JAGUNG PTT Jagung pada Lahan Sawah Sub Optimal Untuk peningkatan produksi jagung, komponen-komponen teknologi yang telah dihasilkan dari penelitian

Lebih terperinci

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS

TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI. Oleh : Ir. Nur Asni, MS TEKNIK PASCAPANEN UNTUK MENEKAN KEHILANGAN HASIL DAN MEMPERTAHANKAN MUTU KEDELAI DITINGKAT PETANI Oleh : Ir. Nur Asni, MS Peneliti Madya Kelompok Peneliti dan Pengkaji Mekanisasi dan Teknologi Hasil Pertanian

Lebih terperinci

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI

PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI PT. PERTANI (PERSERO) UPB SUKASARI Jln. Pramuka No. 83, Arga Makmur, Bengkulu Utara 38111 Phone 0737-521330 Menjadi Perusahaan Agrobisnis Nasional Terdepan dan Terpercaya Menghasilkan sarana produksi dan

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN. F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia TEKNOLOGI PRODUKSI BIOMAS JAGUNG MELALUI PENINGKATAN POPULASI TANAMAN F. Tabri Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Teknologi produksi biomas jagung melalui peningkatan populasi tanaman.tujuan pengkajian

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian, 2013 UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR Amir dan M. Basir Nappu Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT. Oleh: VIDY HARYANTI F

ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT. Oleh: VIDY HARYANTI F ANALISA SISTEM PEMANENAN TEBU (Saccharum officinarum L.) YANG OPTIMAL DI PG. JATITUJUH, MAJALENGKA, JAWA BARAT Oleh: VIDY HARYANTI F14104067 2008 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seperti akar tanaman jagung tanaman sorgum memiliki jenis akar serabut. Pada ruas batang terendah diatas permukaan tanah biasanya tumbuh akar. Akar tersebut dinamakan akar

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian 22 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung mulai bulan Oktober 212 sampai dengan Januari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 27 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 105 13 45,5 105 13 48,0 BT dan 05 21 19,6 05 21 19,7 LS, dengan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 19 V. HASIL DAN PEMBAHASAN Ubi jalar yang ditanam di Desa Cilembu Kabupaten Sumedang yang sering dinamai Ubi Cilembu ini memiliki rasa yang manis seperti madu dan memiliki ukuran umbi lebih besar dari

Lebih terperinci

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN. Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia

TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN. Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia TEKNOLOGI PRODUKSI DAN PASCAPANEN BENIH JAGUNG VARIETAS SUKMARAGA DI KALIMANTAN SELATAN Suwardi Balai Penelitian Tanaman Serealia Abstrak. Areal pertanaman jagung di Kalimantan Selatan cukup luas terutama

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Usahatani Usahatani adalah proses pengorganisasian faktor-faktor produksi yaitu alam, tenaga kerja, modal dan pengelolaan yang diusahakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan jenis perekonomian nasional. Hal ini terjadi karena Indonesia mempunyai stuktur sistem perekonomian

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT I.Gunarto, B. de Rosari dan Tony Basuki BPTP NTT ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di hamparan

Lebih terperinci

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU

TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU TEKNIS BUDIDAYA TEMBAKAU ( Nicotiana tabacum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Penanam dan penggunaan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. (Completely Randomized Block Design) dengan dua faktor yang disusun secara

BAB IV METODE PENELITIAN. (Completely Randomized Block Design) dengan dua faktor yang disusun secara 25 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Percobaan Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (Completely Randomized Block Design) dengan dua faktor yang disusun secara faktorial (Gomez dan

Lebih terperinci