BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
|
|
- Ari Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Alat Tanam Semi Mekanis Pengujian kapasitas lapang alat tanam dilakukan di laboratorium lapangan Leuwikopo pada lahan kering seluas 160 m 2 atau ha sebanyak dua kali pengulangan. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil pengujian kapasitas lapang alat tanam semi mekanis. Luas Lahan (m 2 ) Waktu Penanaman (s) Kapasitas Lapang (s/m 2 ) Kapasitas Lapang (ha/jam) Rata-rata Hasil pengujian menunjukkan bahwa alat tanam semi mekanis dapat bekerja dengan kapasitas lapang ha/jam atau 12 jam/ha. Data kapasitas lapang digunakan untuk menentukan biaya operasional alat yaitu biaya operator dan R&M. Kapasitas lapang teoritis dan efisiensi lapangan alat diperlukan untuk menentukan lama aki bekerja selama proses penanaman. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2011) rata-rata efisiensi lapangan alat adalah % maka kapasitas lapang teoritis rata-rata adalah ha/jam atau 9 jam/ha. Kapasitas lapang teoritis digunakan sebagai asumsi alat (aki dan mikrokontroler) dalam keadaan bekerja, maka dalam satu hari kerja (8 jam) alat bekerja efisien selama 6 jam. Pengujian kedua adalah pengujian arus keluaran aki yang berkapasitas 5 Ah atau 5 A per jam dan bertegangn 12 V. Uji arus keluaran aki dilakukan dengan alat multitester sebanyak 10 kali pengulangan. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil pengujian arus keluaran aki. Pengulangan Arus Keluar (A) Rata-rata Hasil pengujian menunjukkan arus keluaran aki rata-rata saat alat bekerja adalah A atau 703 ma. Berdasarkan data tersebut maka dapat ditentukan waktu kerja aki sampai energi di dalam aki habis, selain itu dapat ditentukan pula waktu pengisian ulang aki apabila digunakan charger berkapasitas 800 ma dan 12 V atau 9.6 W. 23
2 Perhitungan dengan Persamaan 3.8 menunjukkan bahwa waktu kerja maksimum aki adalah 7.37 jam. Artinya aki dapat dipakai dalam waktu satu hari kerja dengan asumsi 6 jam alat bekerja efisien selama 8 jam proses penanaman. Berdasarkan Persamaan 3.8 didapatkan pula waktu pengisian ulang aki selama 6.4 jam jika energi di dalam aki kosong. Waktu pengisian ulang per hari didapatkan dari perbandingan waktu kerja maksimum dengan waktu pengisian ulang aki dalam keadaan energi kosong. Rasio waktu kerja maksimum dan waktu pengisian ulang aki adalah : 1. Aki bekerja efisien selama 6 jam per hari maka waktu pengisian ulang per hari adalah 5.2 jam. Rasio kerja alat dan waktu pengisian ulang aki adalah 1.54 : Biaya dan Manfaat Alat Tanam Jagung Tipe Tugal Struktur biaya alat tanam tugal Model V meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi berupa harga komersial alat. Biaya tetap meliputi penyusutan, bunga modal dan penyimpanan. Biaya variabel meliputi gaji operator dan biaya R&M. Ilustrasi biaya alat tanam jagung tipe tugal pada lahan satu hektar selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Biaya alat tanam jagung tipe tugal pada lahan satu hektar selama satu tahun. Investasi (Rp) Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Penyusutan Bunga Modal Penyimpanan Operator R&M (200,000) (45,000) (55,250) (400) (1,172,400) (12,000) *Ket : tanda kurung menunjukkan nilai uang keluar (biaya) Harga komersial alat tanam jagung model V adalah Rp 200,000 maka nilai ini adalah biaya investasi. Biaya penyusutan Rp 45,000 didapatkan dengan menggunakan persamaan 3.3, asumsi nilai sisa alat adalah 10 % dari harga awal yaitu Rp 20,000 dengan umur ekonomis 2 tahun. Biaya bunga modal per tahun Rp 55,250 adalah nilai persentasi capital consumption (Tabel 2) % terhadap investasi awal. Asumsi yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito 7.25 % (Bank Indonesia 2011) dan jangka waktu analisis 4 tahun. Biaya penyimpanan Rp 400 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.4. Biaya variabel alat tanam jagung tipe tugal bergantung kepada waktu pengoperasian alat. Siklus tanam dilakukan dua kali dalam setahun. Waktu maksimum satu kali proses penanaman adalah 15 hari atau 120 jam (satu hari kerja 8 jam), maka waktu maksimum kerja alat dalam satu tahun adalah 240 jam. Kapasitas lapang alat 60 jam/ha maka dalam setahun alat bekerja selama 120 jam. Gaji buruh pertanian rata-rata di Indonesia adalah Rp 39,082 per hari (BPS 2011) atau Rp 4,885 per jam (Persamaan 3.5) maka dengan menggunakan Persamaan 3.5 dan 3.6 biaya operator dalam setahun adalah Rp 1,172,400. Biaya R&M Rp 12,000 didapatkan dengan menggunakan persentasi dari Tabel 3 dengan asumsi alat tanam sebagai alat tanam benih tipe drill. Manfaat dari alat tanam jagung tipe tugal berupa nilai sisa pada akhir umur ekonomis alat selama dua tahun. Asumsi nilai sisa alat adalah 10 % dari nilai awalnya yaitu Rp 20,000. Nilai tersebut dianggap sebagai pemasukan uang dari proses penanaman. 4.3 Biaya Alat dan Manfaat Alat Tanam Jagung Semi Mekanis Struktur biaya alat tanam jagung Co Seeders semi mekanis meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi berupa harga komersial alat dan aki beserta charger. Biaya tetap meliputi penyusutan, bunga modal dan penyimpanan. Biaya variabel meliputi gaji operator, 24
3 R&M dan biaya isi ulang aki. Ilustrasi biaya alat tanam jagung tipe semi mekanis pada lahan satu hektar selama satu tahun dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Biaya alat tanam jagung semi mekanis pada lahan satu hektar selama satu tahun. Investasi (Rp) Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Penyusutan Bunga Modal Penyimpanan Operator R&M Aki (5,285,000) (1,189,125) (1,459,981) (10,570) (234,480) (63,420) (82) Harga komersial alat tanam jagung Co Seeders dan aki+charger adalah Rp 5,000,000 dan Rp 285,000 maka biaya investasi adalah sebesar Rp 5,285,000. Biaya penyusutan Rp 1,189,125 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.3, asumsi nilai sisa alat adalah 10 % dari harga awal yaitu Rp 500,000 dengan umur ekonomis 4 tahun. Biaya bunga modal per tahun Rp 1,459,981 adalah nilai persentasi capital consumption (Tabel 2) % terhadap investasi awal. Asumsi yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito 7.25 % (Bank Indonesia 2011) dan jangka waktu analisis 4 tahun. Biaya penyimpanan Rp 10,570 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.4. Biaya variabel alat tanam jagung tipe semi mekanis bergantung kepada waktu pengoperasian alat. Siklus tanam dilakukan dua kali dalam setahun. Waktu maksimum satu kali proses penanaman adalah 15 hari atau 120 jam (satu hari kerja 8 jam), maka waktu maksimum kerja alat dalam satu tahun adalah 240 jam. Kapasitas lapang alat 12 jam/ha maka dalam setahun alat bekerja selama 24 jam. Gaji buruh pertanian rata-rata di Indonesia adalah Rp 39,082 per hari (BPS 2011) atau Rp 4,885 per jam (Persamaan 3.5), asumsi gaji operator alat tanam semi mekanis adalah 200 % dari gaji buruh pertanian pada umumnya yaitu Rp 78,164 per hari atau Rp 9,770 per jam, maka dengan menggunakan Persamaan 3.5 dan 3.6 biaya operator dalam setahun adalah Rp 234,480. Biaya R&M Rp 63,420 didapatkan dengan menggunakan persentasi dari Tabel 3 dengan asumsi alat tanam sebagai alat tanam benih tipe drill. Biaya isi ulang aki sebesar Rp 82 didapatkan dari persamaan 3.7 dengan tarif dasar listrik seharga Rp 535 per KWh (PLN 2011), dengan daya charge aki 9.6 Watt atau KW. Waktu pengisian ulang aki 15.6 jam didapatkan dari rasio kerja alat dengan waktu pengisian ulang 1.54 : 1. Manfaat dari alat tanam jagung semi mekanis berupa nilai sisa pada akhir umur ekonomis alat selama 4 tahun juga nilai sisa aki dan charger pada akhir umur ekonomisnya 2 tahun. Asumsi nilai sisa alat dan aki adalah 10 % dari nilai awalnya yaitu Rp 500,000 dan Rp 28,500. Nilai tersebut dianggap sebagai pemasukan uang dari proses penanaman dengan alat tanam semi mekanis. 4.4 Biaya Alat Tanam Jagung Mekanis Struktur biaya alat tanam jagung Grain Seeder mekanis meliputi biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Biaya investasi berupa harga komersial alat dan traktor. Biaya tetap meliputi penyusutan, bunga modal dan penyimpanan. Biaya variabel meliputi gaji operator, R&M dan biaya isi ulang aki. Ilustrasi biaya alat tanam jagung mekanis pada lahan satu hektar selama satu tahun dapat dilihat pada tabel 10. Tabel 10. Biaya alat tanam jagung mekanis pada lahan satu hektar selama satu tahun. Investasi (Rp) Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel (Rp) Penyusutan Bunga Modal Penyimpanan Operator R&M BOG (17,587,200) (3,607,848) (4,858,464) (35,174) (58,623) (46,288) (29,119) 25
4 Harga komersial traktor roda dua QUICK G1000 Rp 19,600,000 dan implemen tanam Grain Seeder Rp 15,000,000. Biaya investasi traktor direduksi sebesar persentase kerja hanya pada proses penanaman sebesar 13.2 % (Lampiran 1), maka biaya investasi traktor adalah sebesar Rp 2,587,200 dan investasi implemen tanam sebesar Rp 15,000,000 maka total biaya investasi adalah Rp 17,587,200. Biaya penyusutan Rp 3,607,848 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.3 dengan asumsi biaya investasi traktor sebesar 13.2 %, asumsi nilai sisa alat adalah 10 % dari harga awal yaitu Rp 500,000 dengan umur ekonomis traktor dan implemen selama 10 tahun dan 4 tahun. Biaya bunga modal per tahun Rp 4,858,464 adalah nilai persentasi capital consumption (Tabel 2) % terhadap investasi awal. Asumsi yang digunakan adalah tingkat suku bunga deposito 7.25 % (Bank Indonesia 2011) dan jangka waktu analisis 4 tahun. Biaya penyimpanan Rp 35,174 didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3.4. Biaya variabel alat tanam jagung tipe mekanis bergantung kepada waktu pengoperasian alat. Siklus tanam dilakukan dua kali dalam setahun. Waktu maksimum satu kali proses penanaman adalah 15 hari atau 120 jam (satu hari kerja 8 jam), maka waktu maksimum kerja alat dalam satu tahun adalah 240 jam. Kapasitas lapang alat 3 jam/ha maka dalam setahun alat bekerja selama 6 jam. Gaji buruh pertanian rata-rata di Indonesia adalah Rp 39,082 per hari (BPS 2011) atau Rp 4,885 per jam (Persamaan 3.5) asumsi gaji operator alat tanam semi mekanis adalah 200 % dari gaji buruh pertanian pada umumnya yaitu Rp 78,164 per hari atau Rp 9,770 per jam, maka dengan menggunakan Persamaan 3.5 dan 3.6 biaya operator dalam setahun adalah Rp 58,623. Biaya R&M Rp 46,288 didapatkan dengan menggunakan persentasi dari Tabel 3 dengan asumsi alat tanam sebagai alat tanam benih gandeng traktor. Biaya BOG sebesar Rp 29,119 terdiri dari biaya bahan bakar, oli dan gemuk. Biaya bahan bakar sebesar Rp 24,300 didapatkan dari Persamaan 3.9 dengan asumsi harga solar Rp 4,500 dan laju konsumsi bahan bakar 0.9 l/jam. Biaya oli sebsesar Rp 3,012 didapatkan dari Persamaan 3.10 dengan asumsi laju konsumsi oli 0.02 l/jam. Biaya gemuk sebesar Rp 1,807 didapatkan dari Persamaan Manfaat dari alat tanam jagung mekanis berupa nilai sisa pada akhir umur ekonomis alat selama 4 tahun dan nilai sisa traktor akhir tahun ke-4 dengan umur ekonomis alat 10 tahun. Asumsi nilai sisa implemen tanam dan traktor adalah 10 % dari nilai awalnya. Nilai sisa traktor sebesar Rp 1,655,808 didapatkan berdasarkan Persamaan Nilai sisa implemen tanam adalah 10 % dari harga awalnya Rp 15,000,000 yaitu Rp 1,500, Analisis Present Worth Cost Alat Tanam Jagung Analisis PWC seluruh alat tanam jagung dilakukan dengan mengadopsi persamaan PWC untuk ketiga alat tanam pada Persamaan 3.13, 3.14 dan 3.15 ke dalam software Microsoft Excel Data yang diperlukan terdiri dari biaya investasi, annual disbursement atau pengeluaran tahunan, nilai sisa investasi dan MARR. Nilai MARR yang digunakan adalah % (Lampiran 2). Analisis PWC ketiga alat tanam dilakukan berdasarkan teori penanaman jagung pada umumnya di Indonesia. Hasil perhitungan analisis PWC ketiga alat tersebut disimulasikan pada luas lahan yang bervariasi yaitu pada lahan seluas 1 sampai dengan 100 hektar. Hasil analisis PWC dapat dilihat pada Gambar 6. 26
5 PRESENT WORTH COST (Juta Rp) ATT ATSM ATM LUAS LAHAN (ha) *Keterangan : Detail analisis dapat dilihat pada lampiran. Gambar 6. Analisis PWC alat tanam tugal, semi mekanis dan mekanis pada lahan seluas ha. Grafik pada Gambar 6 menunjukkan bentuk seperti tangga. Bentuk tangga pada grafik diakibatkan oleh penambahan alat, maupun penambahan blok tanam, efeknya adalah penambahan investasi alat atau penambahan biaya variabel yang berarti menaikkan nilai PWC secara signifikan dibandingkan dengan kondisi sebelumnya. Grafik tersebut juga menunjukkan beberapa kondisi. Hal yang paling mencolok adalah grafik PWC alat tanam tugal selalu memiliki kemiringan yang relatif lebih tinggi dibandingkan PWC alat tanam semi mekanis dan mekanis. Ini menunjukkan bahwa alat tanam tugal memiliki laju peningkatan biaya yang lebih tinggi di antara kedua alat lainnya. Selain itu alat tanam tugal lebih mahal dibandingkan alat tanam semi mekanis pada luasan lahan 5 ha dan selebihnya. Alat tanam tugal lebih mahal dibandingkan alat tanam mekanis pada luasan lahan 14 ha dan selebihnya. Alat tanam semi mekanis lebih mahal dibandingkan alat tanam mekanis pada luasan lahan 61 ha dan selebihnya. Grafik tersebut juga menunjukkan bahwa penerapan mekanisasi pada proses penanaman membuat biaya menjadi lebih rendah pada luasan lahan tertentu. Hal ini disebabkan biaya yang dikeluarkan alat mekanis menjadi lebih sedikit pada lahan yang lebih luas dibandingkan alat tanam manual dan semi mekanis. 4.6 Analisis Biaya Pokok Alat Tanam Jagung Analisis biaya pokok seluruh alat tanam jagung dilakukan dengan menggunakan data pada struktur biaya menggunakan Persamaan 3.16 yang dihitung menggunakan software Microsoft Excel Data yang diperlukan terdiri dari biaya tetap per jam, biaya variabel per jam dan kapasitas kerja alat. Analisis biaya pokok ketiga alat tanam dilakukan berdasarkan teori penanaman jagung pada umumnya di Indonesia. Hasil perhitungan analisis biaya pokok ketiga alat tersebut disimulasikan pada luas lahan yang bervariasi yaitu pada lahan seluas 1 sampai dengan 100 hektar. Hasil analisis biaya pokok dapat dilihat pada Gambar 7. 27
6 BIAYA POKOK (Juta Rp/ha) ATT ATSM ATM LUAS LAHAN (ha) *Keterangan : Detail analisis dapat dilihat pada lampiran. Gambar 7. Analisis biaya pokok alat tanam tugal, semi mekanis dan mekanis pada lahan seluas ha. Grafik pada Gambar 7 menunjukkan beberapa kondisi. Hal yang paling mencolok adalah grafik bergerak dari skala maksimum menuju titik terendahnya. Fenomena grafik biaya pokok tersebut menunjukkan bahwa semakin luas lahan yang digunakan maka semakin murah biaya per satuan luasnya. Terdapat beberapa titik temu antara garis ATT, ATSM dan ATM. Hal tersebut menunjukkan ada suatu kondisi yang menjelaskan salah satu alat menjadi lebih murah dibandingkan alat lainnya. Biaya pokok alat tanam tugal menjadi lebih mahal dibandingkan alat tanam semi mekanis pada luasan lahan 3 ha dan selebihnya. Biaya pokok alat tanam tugal lebih mahal dibandingkan alat tanam mekanis pada luasan lahan 8 ha dan selebihnya. Biaya pokok alat tanam semi mekanis menajadi lebih mahal dibandingkan dengan alat tanam mekanis pada luasan lahan 37 ha dan selebihnya. 4.7 Ringkasan Hasil dan Pembahasan Data yang dijadikan dasar untuk analisis PWC adalah data teknis dan ekonomis dari alat seluruh alat tanam benih jagung. Data teknis dan ekonomis alat tanam jagung tipe tugal Model V dan mekanis Grain Seeder didapatkan dengan studi literatur atau data sekunder. Data teknis dan ekonomis alat tanam jagung semi mekanis CO Seeders didapatkan dengan menguji alat tersebut di lapangan. Data teknis dan ekonomis alat tanam benih jagung dapat dilihat pada Tabel
7 Tabel 11. Data alat tanam benih jagung Data Teknis dan Ekonomis Alat Tanam tugal Alat Tanam Semi Mekanis Alat Tanam Mekanis Kapasitas lapang (ha/jam) Jumlah Operator (Orang) Arus yang Digunakan (Ampere) Konsumsi Bahan Bakar (l/jam) Komsumsi Pelumas (l/jam) Harga Alsintan (Rp) 200,000 15,000,000 5,000,000 Umur Ekonomis Alat (tahun) Perbandingan nilai PWC dan biaya pokokketiga alat tersebut menunjukkan bahwa proses penanaman pada lahan seluas ha alat tanam tugal Model V menjadi yang paling mahal pada akhirnya dan alat tanam mekanis yang paling murah. Pada analisis PWC alat tanam mekanis menjadi paling murah pada luasan lahan 61 ha dan selebihnya. Pada analisis biaya pokok alat tanam mekanis menjadi paling murah pada luasan lahan 37 ha dan selebihnya. 29
BAB III. METODE PENELITIAN
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari bulan Februari sampai dengan September 2011. Studi literatur dan pengambilan data sekunder akan dilaksanakan di perpustakaan IPB
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Alat Tipe Tampah, Engkol Semi Mekanis, dan Mekanis Pengujian kapasitas lapang alat pengupas dilakukan di Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna (BPTTG), provinsi
Lebih terperinciBAB II. TINJAUAN PUSTAKA
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Jagung Jagung adalah tanaman yang menghendaki keadaan hawa yang cukup panas dan lembab dari waktu tanam sampai periode mengakhiri pembuahan. Jagung tidak membutuhkan
Lebih terperinciUJI KINERJA DAN ANALISIS BIAYA TRENCHER BERTENAGA TRAKTOR RODA EMPAT UNTUK PEMBUATAN PARIT PADA TANAH PADAS DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X JEMBER
UJI KINERJA DAN ANALISIS BIAYA TRENCHER BERTENAGA TRAKTOR RODA EMPAT UNTUK PEMBUATAN PARIT PADA TANAH PADAS DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X JEMBER Yuan Septia 1, Siswoyo Soekarno 1, Ida Bagus Suryaningrat
Lebih terperinciVII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dilakukan untuk mengetahui kelayakan pembesaran ikan lele sangkuriang kolam terpal. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam aspek finansial
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 KONDISI LINTASAN UJI Tanah yang digunakan untuk pengujian kinerja traktor tangan Huanghai DF-12L di Laboratorium Lapangan Departemen Teknik Pertanian, Leuwikopo, IPB adalah
Lebih terperinciLampiran 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian. mulai
42 Lampiran 1. Diagram Alir Pelaksanaan Penelitian mulai Mengukur luas lahan sawah Membagi menjadi 9 petakan Waktu pembajakan Pembajakan Kecepatan bajak: -1 m/s -1,4m/s -1,2 m/s Waktu pengglebekan Pengglebekan
Lebih terperinciDEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008
PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN TRAKTOR DALAM PENGOLAHAN TANAH DI KECAMATAN PERBAUNGAN MAKALAH Oleh: TAUFIK RIZALDI, STP, MP. DEPARTEMEN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2008
Lebih terperinciKEUNTUNGAN = BIAYA YANG DIKELUARKAN PENDAPATAN YANG DITERIMA ANALISIS BIAYA DARI PROSES PRODUKSI
ANALISIS BIAYA MESIN PERTANIAN Ekonomi Teknik / Sigit Prabawa / 1 ANALISIS BIAYA ALAT/MESIN PERTANIAN TUJUAN SUATU USAHA KEUNTUNGAN KEUNTUNGAN = BIAYA YANG DIKELUARKAN PENDAPATAN YANG DITERIMA ANALISIS
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan
Lebih terperinciBAB 4 STUDI EKONOMI 4. 1 Perkiraan Total Investasi
BAB 4 STUDI EKONOMI 4. 1 Perkiraan Total Investasi Hasil simulasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan produksi energi tahunan apabila turbin dinaikkan kapasitas debitnya atau jumlah turbin dilipatgandakan.
Lebih terperinciANALISA MANFAAT BIAYA RENCANA INVESTIGASI PADA PROYEK PELABUHAN PENDARATAN IKAN BULU KABUPATEN TUBAN. Oleh : MUMTAHANAH SYAM
ANALISA MANFAAT BIAYA RENCANA INVESTIGASI PADA PROYEK PELABUHAN PENDARATAN IKAN BULU KABUPATEN TUBAN Oleh : MUMTAHANAH SYAM 3106.100.714 1.1 Latar Belakang Pelabuhan pendaratan ikan Bulu Kabupaten Tuban
Lebih terperinciLampiran 1. Lokasi Pengambilan Data. Lampiran 2. Gambar Aplikasi Herbisida di Lahan. Lampiran 3. Perhitungan Unjuk Kerja dan Biaya Aplikasi Herbisida
LAMPIRAN 30 Lampiran 1. Lokasi Pengambilan Data Lampiran 2. Gambar Aplikasi erbisida di Lahan Lampiran 3. Perhitungan Unjuk Kerja dan Biaya Aplikasi erbisida 31 Ulangan ke- Tabel Debit Penyemprotan Masing-masing
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengambilan Data Pada penelitian ini penulis mengambil data di PT. Perkebunan Nusantara Pabrik Gula Pangka di Jalan Raya Pangka Slawi, Kecamatan Pangkah, Kabupaten
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini bersifat studi kasus dimana objek yang diteliti adalah peluang usaha produksi alat pemerah susu sapi SOTE di Jawa Barat. Waktu penelitian
Lebih terperinciBAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI
BAB V ANALISIS BIAYA PENGERINGAN GABAH MENGUNAKAN PENGERING RESIRKULASI 5.1 PENDAHULUAN Pengembangan usaha pelayanan jasa pengeringan gabah dapat digolongkan ke dalam perencanaan suatu kegiatan untuk mendatangkan
Lebih terperinciVI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Persepsi Masyarakat Mengenai Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) Ciesek Persepsi yang diberikan masyarakat terhadap pembangunan PLTMH merupakan suatu pandangan
Lebih terperinciANALISIS BIAYA ALAT TANAM BENIH JAGUNG (Zea Mays L.) TIPE TUGAL, SEMI MEKANIS DAN MEKANIS SKRIPSI HANS BUDI FINDRANOV F
ANALISIS BIAYA ALAT TANAM BENIH JAGUNG (Zea Mays L.) TIPE TUGAL, SEMI MEKANIS DAN MEKANIS SKRIPSI HANS BUDI FINDRANOV F14070009 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIK DAN MEKANIK JAGUNG DAN FURADAN Jagung memiliki sifat fisik yang sangat beragam baik beda varietas maupun dalam varietas yang sama. Dalam penelitian uji peformansi
Lebih terperinciSTUDI TEKNO-EKONOMI MESIN TANAM INDO JARWO TRANSPLANTER 2:1 DI KABUPATEN DHARMASRAYA DAN PADANG PARIAMAN
STUDI TEKNO-EKONOMI MESIN TANAM INDO JARWO TRANSPLANTER 2:1 DI KABUPATEN DHARMASRAYA DAN PADANG PARIAMAN Study of Techno-Economic of Indo Jarwo Transplanter 2:1 in Dharmasraya and Padang Pariaman Regency
Lebih terperinciMODIFIKASI DAN UJI TEKNIS KINERJA ALAT TUGAL BENIH JAGUNG (Zea mays L) SEMI MEKANIS PADA LAHAN TANPA OLAH TANAH
MODIFIKASI DAN UJI TEKNIS KINERJA ALAT TUGAL BENIH JAGUNG (Zea mays L) SEMI MEKANIS PADA LAHAN TANPA OLAH TANAH SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan Strata
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI
24 BAB 4 IMPLEMENTASI SISTEM KOGENERASI 4.1. Metodologi Dalam penelitian ini, mencakup pemilihan sistem kogenerasi dan evaluasi nilai ekonomi. Pemilihan sistem kogenerasi yang diimplementasikan mempertimbangkan
Lebih terperinciEFISIENSI LAPANG DAN BIAYA PRODUKSI BEBERAPA ALAT PENGOLAHAN TANAH SAWAH DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT
EFISIENSI LAPANG DAN BIAYA PRODUKSI BEBERAPA ALAT PENGOLAHAN TANAH SAWAH DI KECAMATAN PANGKALAN SUSU KABUPATEN LANGKAT (Field Efficiency and Production Cost of Some Rice Field Tillage Tools in Kecamatan
Lebih terperinciBAB 4 STUDI KELAYAKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. PELAYARAN SINDUTAMA BAHARI
BAB 4 STUDI KELAYAKAN INVESTASI TEKNOLOGI INFORMASI PADA PT. PELAYARAN SINDUTAMA BAHARI 4.1 Kelayakan Teknis Selama menggunakan web, belum menemukan suatu kendala teknis yang berarti. Semua masalah teknis,
Lebih terperinciOLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA
STUDI PEMANFAATAN BIOMASSA LIMBAH KELAPA SAWIT SEBAGAI BAHAN BAKAR PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP DI KALIMANTAN SELATAN (STUDI KASUS KAB TANAH LAUT) OLEH :: INDRA PERMATA KUSUMA 2206 100 036 Dosen Dosen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia sebagai salah satu negara yang berbasis pertanian umumnya memiliki usaha tani keluarga skala kecil dengan petakan lahan yang sempit. Usaha pertanian ini terutama
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
A III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret 2012 hingga April 2012 di areal lahan hak guna usaha (GU) Divisi I PT PG Laju Perdana Indah site OKU, Palembang,
Lebih terperinciBAB IV SIMULASI 4.1 Simulasi dengan Homer Software Pembangkit Listrik Solar Panel
BAB IV SIMULASI Pada bab ini simulasi serta analisa dilakukan melihat penghematan yang ada akibat penerapan sistem pembangkit listrik energi matahari untuk rumah penduduk ini. Simulasi dilakukan dengan
Lebih terperinciPROSIDING SEMINAR NASIONAL APTA, Jember Oktober 2016
UJI KINERJA DAN ANALISIS BIAYA TRENCHER UNTUK PEMBUATAN SALURAN DRAINASE (GOT) TEMBAKAU CERUTU PADA TANAH RINGAN DI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA X KABUPATEN JEMBER Embun Ayu Gejora 1, Siswoyo Soekarno 1, Ida
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan. Menggambar alat. Memilih bahan yang akan digunakan
Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan Mengukur bahan yang akan digunakan
Lebih terperinciASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.
ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran
Lebih terperinciusaha dari segi keuntungan. Analisis finansial dilakukan dengan menggunakan
34 Roda Mandala Asia Makmur Trass 2.5 35 Rumpin Satria Bangun Trass 1.3 36 Sirtu Pratama Usaha Andesit 1.8 37 Sumber Alfa Prolindo Pasir 4 38 Tarabatuh Manunggal Andesit 16 39 Wiguna Karya II Trass 2.5
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian dilaksanankan selama 3 bulan, yaitu mulai bulan Juli - September 2010. Objek yang dijadikan sebagai lokasi penelitian adalah usaha
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang
IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciBAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1 Profil Perusahaan PT. ALS adalah perusahaan jasa transfortasi darat yang kegiatan utamanya adalah mengantar penumpang sampai tujuan
Lebih terperinciTeknik Pelaksanaan & Alat Berat ( TPAB )
Teknik Pelaksanaan & Alat Berat ( TPAB ) Bobot Nilai : Dosen TP : 50 % Dosen AB : 50 % Dosen AB : PR & Diskusi : 30 % Quiz : 30 % UAS : 40 % Referensi 1. Alat-Alat Berat dan Penggunaannya, Ir. Rochmanhadi.
Lebih terperinciPROGRAM SIMULASI PENGELOLAAN TRAKTOR UNTUK PENGOLAHAN TANAH DI LAHAN SAWAH (STUDI KASUS : KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI)
Keteknikan Pertanian J.Rekayasa Pangan dan Pert., Vol.5 No. 4 Th. 2017 PROGRAM SIMULASI PENGELOLAAN TRAKTOR UNTUK PENGOLAHAN TANAH DI LAHAN SAWAH (STUDI KASUS : KECAMATAN PERBAUNGAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI)
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kalibrasi Load Cell & Instrumen Hasil kalibrasi yang telah dilakukan untuk pengukuran jarak tempuh dengan roda bantu kelima berjalan baik dan didapatkan data yang sesuai, sedangkan
Lebih terperinciVII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL
VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui apakah usaha budidaya nilam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam melakukan suatu kegiatan, manusia selalu memanfaatkan energi, baik yang disadari maupun tidak disadari. Namun, setiap kegiatan yang memanfaatkan energi memiliki
Lebih terperinciBAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL
BAB VII KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL 7.1. Analisis Aspek Finansial Aspek finansial adalah aspek yang mengkaji dari sisi keuangan perusahaan. Kelayakan pada aspek financial dapat diukur melalui perhitungan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Tiga Bagian Utama Sistem Tenaga Listrik untuk Menuju Konsumen
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Distribusi Pada dasarnya, definisi dari sebuah sistem tenaga listrik mencakup tiga bagian penting, yaitu pembangkitan, transmisi, dan distribusi, seperti dapat terlihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia, bahan, mesin/peralatan, dan lingkungan kerja. Komponen-komponen
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Suatu sistem kerja pada dasarnya terdiri dari empat komponen utama yaitu manusia, bahan, mesin/peralatan, dan lingkungan kerja. Komponen-komponen sistem
Lebih terperinciLampiran 1. Gambar proses pembuatan tahu
LAMPIRAN 35 Lampiran 1. Gambar proses pembuatan tahu 1. Pemanenan Kedelai* 2. Perontokan Biji Kedelai** 3. Pencucian Kedelai 4. Pengupasan Kulit Ari Kedelai 5. Kedelai Setelah Dicuci 6. Penggilingan Kedelai
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten
Lebih terperinciBAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL
BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. TARIF TOL Menurut UU No.13/1980, tol adalah sejumlah uang tertentu yang dibayarkan untuk pemakaian jalan tol.. Kemudian pada tahun 2001 Presiden mengeluarkan PP No. 40/2001. Sesuai
Lebih terperinciVII. ANALISIS FINANSIAL
VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Penelitian dilakukan di lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik PG Pesantren Baru yang terletak di desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Dari hasil pengamatan dan pencatatan dari kwh meter pada PLTS bisa dilakukan perhitungan biaya efisiensi yang dihasilkan dari penggunaan PLTS dari jumlah kwh penggunaan
Lebih terperinciANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA PENGELOLAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH (TPA) MANDUNG DI KABUPATEN TABANAN
Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA PENGELOLAAN TEMPAT PEMROSESAN AKHIR SAMPAH (TPA) MANDUNG DI KABUPATEN TABANAN Kadek Diana
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran penelitian ini diawali dengan melihat potensi usaha yang sedang dijalankan oleh Warung Surabi yang memiliki banyak konsumen
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Diukur bahan yang akan digunakan
43 Lampiran 1. Flow chart pelaksanaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Diukur bahan yang akan digunakan Dipotong bahan yang digunakan sesuai dengan
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENGELOLAAN ALSINTAN
PENGEMBANGAN MEKANISASI PERTANIAN MENUJU PERTANIAN MODERN KEBIJAKAN PENGELOLAAN ALSINTAN 1. Pengelolaan Alsintan Melalui Brigade Tanam: a. Bersifat task force b. Dikelola oleh Dinas Pertanian Propinsi
Lebih terperinciPenetepan Harga Sewa Ruang Rusunawa Sumur Welut Surabaya Dengan Metode Permenpera No.18 Tahun 2007
1 Penetepan Harga Sewa Ruang Rusunawa Sumur Welut Surabaya Dengan Metode Permenpera No.18 Tahun 2007 Tantio Cahyo Fajrin, Retno Indryani, Ir., MS. Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Perubahan lingkungan internal dan eksternal menuntut perusahaan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif agar dapat bertahan dan berkembang. Disaat perusahaan
Lebih terperinciIV METODOLOGI PENELITIAN
IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciGambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Lokasi dan Kondisi PATM Gorontalo merupakan salah satu daerah yang menjadi tempat untuk pengembangan sumberdaya lokal berbasis pertanian agropolitan sehingga diperlukan inovasi
Lebih terperinciIV. METODE PENELITIAN. penelitian dipilih secara tertuju (purposive) dengan memperhatikan bahwa Desa
IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara tertuju (purposive) dengan memperhatikan bahwa
Lebih terperinciBAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS
BAB 4 SIMULASI DAN ANALISIS 4.1 Hasil Simulasi Simulasi dan optimasi dengan menggunakan HOMER menghasilkan beberapa konfigurasi yang berbeda sesuai dengan batasan sensitifitas yang diterapkan. Beban puncak
Lebih terperinciKOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai
KOMPONEN PENENTU HARGA JUAL TENAGA LISTRIK DARI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP BATUBARA SKALA KECIL (PLTU B-SK) Hasan Maksum dan Abdul Rivai Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan,
Lebih terperinci6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI
6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya
Lebih terperinciVII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT
VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT 7.1. Penerimaan Usahatani Padi Sehat Penerimaan usahatani padi sehat terdiri dari penerimaan tunai dan penerimaan diperhitungkan. Penerimaan tunai adalah penerimaan
Lebih terperinciDESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ( Design and testing tools planting corn seeds)
DESAIN DAN PENGUJIAN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ( Design and testing tools planting corn seeds) Muhammad Iskandar, Syafriandi, Mustaqimah Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Restoran Pastel and Pizza Rijsttafel yang terletak di Jalan Binamarga I/1 Bogor. Pemilihan tempat penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. daya beli masyarakat pedesaan masih terbatas, dan pada penggunaan suatu unit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Air merupakan sarana yang penting dalam kehidupan manusia dan hewan maupun tumbuh-tumbuhan. Di samping itu juga merupakan sumber tenaga yang di sediakan oleh
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian Sangkuriang Jaya yang terletak di Desa Babakan, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor berkeinginan untuk melakukan pengembangan usaha untuk meraup
Lebih terperinciKata kunci: gedung perkantoran, analisa teknis dan finansial, Kabupaten Kapuas
SWASTANISASI PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PERKANTORAN MENGGUNAKAN ANALISA TEKNIS DAN FINANSIAL (Studi Kasus Proyek Pembangunan Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kapuas) Astati Novianti, Retno Indryani,
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber
IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi
Lebih terperinciV. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010
65 V. HASIL ANALISIS SISTEM NERACA SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010 5.1. Gambaran Umum dan Hasil dari Sistem Neraca Sosial Ekonomi (SNSE) Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Pada bab ini dijelaskan
Lebih terperinciWaktu rata rata penggulungan benang
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Perbandingan waktu pengujian tanpa kardus a. Waktu rata-rata pengujian tanpa kardus Dari pengujian benang 1 kg diperoleh gulungan sebanyak 38 buah, kemudian diperoleh waktu
Lebih terperinciIV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Pengambilan Responden 4.3. Desain Penelitian
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja (purposive)
Lebih terperinciDISAMPAIKAN DI DINAS PUPESDM PROP DIY
Gambaran Umum Kelistrikan Produksi Listrik Persentase (%) Grafik Persentase Tingkat Pertumbuhan Produksi Listrik (KWh) 020 018 016 014 012 010 008 006 004 002 000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Lebih terperinciAspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11
Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang
Lebih terperinciANALISIS EKONOMIS SEBAGAI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENGGANTIAN EXCAVATOR
ANALISIS EKONOMIS SEBAGAI DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM PENGGANTIAN EXCAVATOR Deviana 1, Tommy Christian Yuwono 2, dan Ratna S. Alifen 3 ABSTRAK : dalam pengadaan alat berat untuk sebuah proyek konstruksi,
Lebih terperinciAnalisa Teknis-Ekonomis Pemanfaatan Genset dan Panel Surya sebagai Sumber Energi Listrik Mandiri untuk Rumah Tinggal
Analisa Teknis-Ekonomis Pemanfaatan Genset dan Panel Surya sebagai Sumber Energi Listrik Mandiri untuk Rumah Tinggal Wayan G. Santika 1, a * dan Putu Wijaya Sunu 1,b 1 Jurusan Teknik Mesin - Politeknik
Lebih terperinciBAHAN AJAR MESIN PRODUKSI PERTANIAN. OIeh: SUNARTO CIPTOHADIJOYO
BAHAN AJAR MESIN PRODUKSI PERTANIAN OIeh: SUNARTO CIPTOHADIJOYO JURUSAN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA 2003 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. Dasar Pertimbangan Pengembangan
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN SUSUT BEBAN. Data teknis dari transformator pada gardu induk tangerang yang ada pada
BAB IV PERHITUNGAN SUSUT BEBAN 4.1 GAMBARAN UMUM 4.1.1 Data Teknis Data teknis dari transformator pada gardu induk tangerang yang ada pada Area Jaringan Tangerang dalam bentuk data trafo dan spesifikasi
Lebih terperinciCara Mudah Menghitung Tarif KWh listrik PLN prabayar Pulsa Murah
1 of 8 5/3/2014 12:43 PM Cara Mudah Menghitung Tarif KWh listrik PLN prabayar Cara menghitung KWh PLN prabayar, Sistem ini memiliki keunggulan dimana pelanggan bisa menentukan sendiri pemakaian listriknya,
Lebih terperinciTahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80%
Tahap II Proyeksi Peningkatan Rasio Elektrifikasi 80% Jika dilihat kembali proyeksi konsumsi energi pelanggan rumah tangga, pada tahun 2014 dengan : Jumlah pelanggan = 255.552 pelanggan Konsumsi energi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Metode Penentuan Sampel
IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan dalam kelompok ternak Hidayah Alam yang terletak di Desa Nambo, Kecamatan Klapa Nunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN KOMBINASI SOLAR HOME SYSTEM DENGAN LISTRIK PLN
SUPLY PLN SHS MCB 2 MCB 1 BEBAN Gambar 3.10 Panel daya (kombinasi solar home system dengan listrik PLN) BAB IV ANALISA DAN KOMBINASI SOLAR HOME SYSTEM DENGAN LISTRIK PLN 4.1 ANALISA SOLAR HOME SYSTEM Analisa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Usahatani tembakau sendiri merupakan salah satu usahatani yang memiliki
22 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Tembakau merupakan salah satu tanaman yang memberikan kontribusi besar kepada negara Indonesia yaitu sebagai salah satu penghasil devisa negara. Usahatani
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. Menggambar dan menentukan dimensi alat. Memilih bahan. Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan dimensi pada gambar
39 Lampiran 1. Flowchart pengerjaan penelitian Mulai Merancang bentuk alat Menggambar dan menentukan dimensi alat Memilih bahan Mengukur bahan yang akan digunakan Memotong bahan yang digunakan sesuai dengan
Lebih terperinciEkonomi Rekayasa. (Engineering Economy) Ir Donny M. Mangitung, M.Sc., Ph.D. Untad Press Palu
(Engineering Economy) Ir Donny M. Mangitung, M.Sc., Ph.D Untad Press Palu 2009 Oleh Ir. Donny M. Mangitung, M.Sc., Ph.D Hak cipta 2009, pada penulis Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang memperbanyak
Lebih terperinciMulai. Merancang bentuk alat. - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat
Lampiran 1. Flowchart penelitian Mulai Merancang bentuk alat - Menentukan dimensi alat - Menghitung daya yang diperlukan - Menghitung kecepatan putaran alat Menggambar alat Memilih bahan yang akan digunakan
Lebih terperincilistrik di beberapa lokasi/wilayah.
PEMBANGUNAN PEMBANGKIT PLTU SKALA KECIL TERSEBAR 3 x 7 MW SEBAGAI PROGRAM 10.000 MW TAHAP KEDUA PT. PLN DI KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT Agus Nur Setiawan 2206 100 001 Pembimbing : Ir. Syariffuddin
Lebih terperinciBAB IV DATA DAN PEMBAHASAN
BAB IV DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. Data yang Didapat Data yang diperoleh dalam penelitian ini untuk menunjang sebagai analisis perbandingan lampu yaitu menggunakan data jenis lampu yang digunakan pada area
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Pada 1992 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deregulasi sector ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden
Lebih terperinciVII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL
VII. ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Pada penelitian ini dilakukan analisis kelayakan finansial untuk mengetahui kelayakan pengusahaan ikan lele, serta untuk mengetahui apakah usaha yang dilakukan pada kelompok
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. RANCANGAN ALAT TANAM CO Seeders 1. CO Seeders Prototipe I Prototipe CO Seeders (Control Automatic Seeders) pertama kali dikembangkan oleh tim PKMT Abdul Wahid Monayo dkk pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013
BAB I PENDAHULUAN Menurut badan statistik PLN, kapastitas terpasang tenaga listrik oleh PLN pada tahun 2014 meningkat sebesar 5,91% dibandingkan dengan akhir tahun 2013 dengan total terpasang sebesar 198,601
Lebih terperinciRANCANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2002
Draft 7 Maret 2003 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR. TAHUN 2002 TENTANG JUAL BELI, SEWA JARINGAN TRANSMISI DAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciSTRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN
BADAN PUSAT STATISTIK BPS PROVINSI SULAWESI SELATAN No. 70/12/73/Th. II, 23 Desember 2014 STRUKTUR ONGKOS USAHA TANAMAN PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI TAHUN 2014 PROVINSI SULAWESI SELATAN TOTAL BIAYA PER MUSIM
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada
Lebih terperinciANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE
ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG DAN KEDELE Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementerian Pertanian Februari 2011 ANALISIS USAHATANI DAN KESEJAHTERAAN PETANI PADI, JAGUNG
Lebih terperinciyang tinggi dan ragam penggunaan yang sangat luas (Kusumaningrum,2005).
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 Juta ton BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gula merupakan sumber pangan utama yang digunakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat. Di Indonesia,
Lebih terperinciTenaga Uap (PLTU). Salah satu jenis pembangkit PLTU yang menjadi. pemerintah untuk mengatasi defisit energi listrik khususnya di Sumatera Utara.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi listrik terus-menerus meningkat yang disebabkan karena pertumbuhan penduduk dan industri di Indonesia berkembang dengan pesat, sehingga mewajibkan
Lebih terperinci