IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IV. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Transkripsi

1 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. SIFAT FISIK DAN MEKANIK JAGUNG DAN FURADAN Jagung memiliki sifat fisik yang sangat beragam baik beda varietas maupun dalam varietas yang sama. Dalam penelitian uji peformansi CO Seeders digunakan benih jagung bervarietas jagung manis yang memiliki sifat fisik berupa dimensi jagung yang berbeda satu sama lain. Dalam hal sifat fisik yang perlu diketahui adalah ukuran dimensi jagung seperti panjang jagung, lebar jagung, dan tebal jagung. Sifat lainnya yaitu berat dan volume jagung yang dibandingkan dengan jumlah biji jagung. Pada penelitian pendahuluan telah diukur dimensi jagung yang diambil dari 50 butir benih sebagai sampel. Dari semua pengukuran didapatkan nilai rata-rata dimensi jagung dengan panjang 9.7 mm lebar 8. mm dan tebal 3.5 mm. Berikut gambar dimensi benih jagung. TEBAL LEBAR PANJANG Gambar 8. Dimensi benih jagung Pengukuran dimensi jagung dilakukan untuk menyesuaikan bentuk dan dimensi metering device untuk penjatahan benih. Ukuran metering device harus sesuai agar jagung yang dijatah dapat tersalur dengan baik hingga ke dalam lubang tanam. Besarnya massa jenis jagung dijadikan untuk menentukan bentuk dan dimensi penampung benih (hopper). Dimensi dari hopper benih yang memiliki volume total.32 liter dengan berat /volume dari benih jagung gram/liter maka berat jagung yang dapat ditampung dalam wadah penampung (hopper) adalah 3.2 kg. Untuk dimensi furadan yang memiliki volume total 3 liter, dengan berat/volume dari furdan yaitu 1573 gram/liter maka berat furadan yang dapat ditampung oleh hopper furadan adalah sebesar.7 kg. Penggunaan jagung sebagai bahan untuk pengujian kinerja alat dikarenakan jagung memiliki tekstur atau bentuk yang tidak seragam, sehingga diharapakan jika alat ini dapat diaplikasikan untuk menanam benih jagung maka dapat pula digunakan untuk benih yang lain yang tekstur benihnya lebih mudah dibandingkan dengan tekstur benih jagung. Bentuk dimensi jagung mempengaruhi kinerja alat tanam karena didalam pengujian didapat kendala terhambatnya putaran metering device yang disebabkan oleh bentuk benih yang beragam. Apabila ukuran benih agung lebih besar jika dibandingkan dengan ukuran lubang mareting device maka benih dapat tersumbat dalam lubang metering device sehingga tidak terjatah jatuh ke dalam 17

2 tabung penyalur. Sedangkan untuk benih yang memiliki ukuran yang lebih kecil juga dapat menghabat putaran metering device seperti terselip dalam celah antara metering device dan penampung benih. Sifat mekanik jagung dan pupuk yang diukur dengan sudut curah (angel of refose), yaitu besarnya sudut kemiringan yang dapat membuat benih jagung atau pupuk dapat meluncur atau jatuh akibat gravitasi (gaya beratnya). Pengukuran sudut curah sangat berguna untuk menentukan desain dari kemiringan tabung penyalur benih, sehingga benih dan pupuk akan selalu terjatah dengan baik hingga lubang tanam. Pengukuran sudut curah dilakukan sebanyak 20 kali ulangan dengan rata-rata sudut curah benih 26.2 o dan sudut curah furadan 28.5 o. Nilai sudut curah ini merupakan besar sudut minimum yang dipakai untuk menentukan kemiringan tabung penyalur benih. Sifat mekanik menyatakan kemampuan suatu bahan (seperti komponen yang terbuat dari bahan tersebut) untuk menerima beban/gaya/energi tanpa menimbulkan kerusakan pada bahan/komponen tersebut. Seringkali bila suatu bahan mempunya sifat mekanik yang baik tetapi kurang baik pada sifat yang lain, maka diambil langkah untuk mengatasi kekurangan tersebut dengan berbagai cara yang diperlukan.misalkan saja baja yang sering digunakan sebagai bahan dasar pemilihan bahan. Sifat mekanik yang diamati untuk menentukan jenis jagung yang dipakai yang pertama adalah kekerasan (hardness) yaitu kemampuan suatu bahan untuk tahan terhadap penggoresan, pengikisan (abrasi), identasi atau penetrasi. Sifat ini berkaitan dengan sifat tahan aus (wear resistance). Sifat ini dapat dilihat dari bahan yang mengalami gesekan karena jagung terselip antara hopper dan metering device benih jagung masih bagus atau tidak rusak. Sifat berikutnya yaitu ketangguhan (toughness) yaitu kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energi tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Juga dapat dikatakan sebagai ukuran banyaknya energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu benda kerja, pada suatu kondisi tertentu. Sifat ini dipengaruhi oleh banyak faktor, sehingga sifat ini sulit diukur. Sifat ini dapat dilihat dari bentk jagung yang stabil walaupun telah dijemur pada terik matahari. Kedua sifat ini digunakan sebagai acuan dalam penggunaan bahan jagung manis pada lahan tanam, dari hasil pengamatan sifat mekanik jagung maka jagung manis dapat digunakan sebagai bahan pengujian di lahan tanam. Furadan memiliki sifat mekanik berupa berbentuk pasir yang tahan akan panas sehingga tahan terhadap panas matahari. Sifat ini menguntungkan pada saat dilakukan pengujian pada lahan uji yaitu furadan tidak mudah meleleh oleh panas matahari. Namun karena bentuknya yang kecil seperti pasir maka saat pengujian furadan masih menghambat kinerja metering device. Karena pada saat furadan diletakan pada metering device furadan akan mengisi celah kecil yang ada antara metering device dan hopper. 18

3 B. DESAIN ALAT TANAM BENIH SEMI MEKANIS CO Seeders Alat hasil rancang bangun yang digunakan untuk uji performansi adalah Control Otomatic Seeders. Alat tanam benih ini memiliki dua bagian utama yaitu: rangka mekanis dan perangkat elektronika. Rangka mekanis terdiri atas rangka alat, roda tugal, roda pembantu, tempat penampungan benih (hopper), piringan penjatah (metering device), tabung penyalur dan penutup alur. Sedangkan komponen elektronik yang menyempurnakan alat ini tersusun atas mikrokontroler, motor stepper, SPC motor controller dan sensor magnet. Dimensi dari alat ini adalah 130 x 100 x 90 cm. Ukuran ini didesain berdasarkan antropometri rata-rata orang Indonesia. Panjang batang penghubung yang digunakan adalah 110 cm dengan roda tugal diameter 0 cm sehingga panjang total dari alat tanam ini adalah130 cm. Kapasitas penampungan benih masing-masing tempat penampung benih (hopper) adalah 1.5 kg sehingga dalam sekali tanam alat dapat menanam 3 kg benih. Penjatah benih yang digunakan berdiameter 12 cm dan berbentuk tabung. Sistem penggerak roda tugal adalah gaya dorong manusia dengan bantuan mikrocontroller dan sensor magnet yang terpasang pada batang proximity. Harapan dari sistem yang dipakai ini adalah ketepatan pembacaan lubang tugal dan penyaluran benih ke dalam lubang. Tenaga masukan untuk komponen elektronika adalah berasal dari accu sedangkan tenaga dorong yang diperlukan untuk mendorong adalah gaya dorong manusia yang berkisar antara 6 Watt. Dalam pengoperasiannya alat ini hanya membutuhkan satu orang operator saja (Monayo dkk2010). Rangka alat hopper Roda bantu Tabung penyalur (a) Gambar 9. Alat tanam CO Seeders (a) sebelum dan (b) sesudah modifikasi Pada penelitian uji performansi digunakan CO Seeders yang telah diberi modifikasi pada penambahan fungsi pemberian furadan, yaitu ditambah dengan penampung furadan (hopper) serta pemberian roda blade yang dimodifikasi untuk membuka alur pemupukan. Namun pada saat opersionalnya roda blade juga dapat membantu penutupan alur tanam jagung. (b) Roda tugal 19

4 C. UJI FUNGSIONAL CO Seeders Pengujian fungsional dilakukan untuk mengetahui fungsi beberapa mekanisme utama dari tugal sebelum dilakukan pengujian performansi tugal di lapangan. Berat kosong dari CO Seeders ini adalah 20 kg. kapasitas maksimum penampung benih (hopper) adalah 16 kg untuk keempat hopper. Namun dalam pengujian fungsional penampung benih tidak diisi maksimum demi kelancaran proses penjatahan benih/ furadan. Benih yang terdapat dalam penampung akan terangkat satu persatu masuk kedalam lubang metering device yang berputar, setelah mencapai posisi teratas akan jatuh kedalam lubang tabung penyalur yang terdapat sejajar dengan posisi lubang metering device teratas, dari tabung penyalur akan dijatah ke dalam lubang tanam sesuai dengan perintah controller untuk membuka katup. Pengujian keluaran benih di luar lahan uji menunjukkan bahwa rata-rata benih jagung yang keluar untuk 0, 1, dan 2 biji adalah 13.3%, 76.6%, dan 10%. Untuk jagung manis jumlah jagung yang harusnya tertanam adalah 1 biji, namun jika tertanam 2 biji dapat dijadikan sebagai penyulaman. Sehingga bila jumlah benih yang diizinkan adalah 1-2 biji per lubang maka didapatkan presentase keberhasiannya sebesar 90%. CO Seeders telah dapat mengatasi permasalahan dalam penanaman benih dalam pengaturan pengeluaran benih. Hal ini dapat dilihat dari prosentase keberhasilan pengeluaran benih yang mencapai 90%. Dapat dikatakan jika kerja metering device dalam menjatah benih telah dapat digunakam di lapangan. Dalam pengujian masih didapatkan benih yang tidak keluar (0 biji) atau pun keluar 2 biji saat penjatahan pada penugalan terjadi karena, (1) saat metering device berputar benih tidak masuk dalam lubang sehingga lubang metering device kosong, (2) benih tertahan pada salah satu lubang metering device sehingga pada saat penjatahan ke dalam tabung penyalur benih tidak jatuh, (3) tidak seragamnya bentuk benih sehingga untuk ukuran benih yang relatif kecil dapat keluar sebanyak 2 biji. Gambar 10. Uji keluaran benih tanpa lahan Pengujian keluaran furadan di luar lahan uji dilakukan sebanyak 15 kali pengulangan sehingga didapatkan rata-rata keluaran furadan sebesar gram. Ini sesuai dengan tujuan pencegahan gulma yang sebaiknya tiap 1 m 2 lahan diberi kurang lebih gram furadan. 20

5 Gambar 11. Uji keluaran furadan di luar lahan uji Gambar 12. Keluaran furadan di luar lahan uji Pengujian keluaran furadan hanya dapat dilakukan di luar lahan uji, disebabkan pada saat furadan diletakan pada metering device furadan mengisi celah kecil yang ada antara metering device dan hopper sehingga ini menyebabkan putaran metering device macet dan tidak berputar. Ini disebabkan karena masih terdapat celah antara metering device dan hopper. Salah satu masalah yang terjadi pada sistem penjatahan adalah tidak masuknya benih jagung pada celah metering divice benih yang menyebabkan adanya kekosongan benih pada beberapa lubang tanam. Pada pengujian alat benih yang digunakan adalah benih jagung manis yg berukuran sedang dan tidak seragam. Benih yang berukuran tidak seragam merupakan faktor utama terjadi kemacetan metering device. Benih yang berukuran kecil terkadang masuk 2 buah benih ke dalam celah penjatahan yang menyebabkan penyempitan celah metering device terhadap hopper sehingga

6 terkadang membuat metering device berhenti, selain itu benih yg berukuran terlalu besar terkadang juga tidak masuk ke dalam celah metering device yg membuat kekosongan benih saat penjatahan. Penumpukan benih membuat metering Gambar 13. Kemacetan metering device benih Penjatahan benih pada lubang metering device Gambar 1. Panjatahan benih jagung Gambar 15. Ukuran benih jagung yang bervariasi Pada metering device furadan juga terjadi kemacetan yang cukup tinggi hal ini dikarenakan bentuk furadan yang seperti pasir dan bersifat mengisi ruang kosong sehingga banyak butiran furadan yang masuk ke dalam celah antara hopper dan metering device, sehingga membuat putaran metering device terhambat. Hal ini mengakibatkan penjatahan furadan tidak berjalan lancar dan membuat motor DC dipaksa berputar dengan hambatan yang besar. 22

7 D. UJI PERFORMANSI CO Seeders Pengujian performansi alat dilakukan untuk mengetahui effisiensi penanaman dengan alat pada lahan. Pengujian dilakukan pada laboratorium lapang Leuwikopo Departemen Teknik Mesin dan Biosistem pada bulan September Kondisi lahan saat penugalan mengandung kadar air yang rendah. Kondisi ini diperlukan agar tanah tidak banyak yang menempel pada mata tugal yang dapat mengganggu kinerja alat saat pengoperasian. Pada pengujian performansi alat, jarak tanam yang digunakan adalah 20cm x 80cm, terdapat 2 lahan dengan luas masing-masing 160m 2 (8m x 20m) yang masing-masing akan digunakan untuk menguji alat dengan menggunakan mata tugal kerucut padat dan mata tugal prisma berongga. Pola tanam yang digunakan untuk penanaman pada kedua jenis lahan adalah continous pattern. Pengoperasian alat dilakukan oleh seorang operator yang memiliki berat badan 80 kg tinggi badan 170 cm dan dengan tinggi bahu 150 cm. Kesesuaian antara tinggi alat dan tinggi bahu dapat mengurangi kelelahan pada operator saat mengoperasikan alat. Tinggi alat yaitu 90 cm, disesuaikan dengan tinggi rata-rata pinggang orang dewasa dimana menurut data antropometri orang Indonesia pada tinggi 90 cm maka merupakan tinggi maksimum manusia memberikan tenaga dorong yang maksimum. Sikap tubuh dan anggota tubuh yang dipergunakan dalam bekerja juga akan mempengaruhi seberapa besar tenaga yang dikeluarkan oleh operator. Berat alat tanpa terisi benih dan furadan adalah 20 kg, jika hopper diisi penuh dengan benih dan furadan maka berat total alat menjadi kurang lebih 36 kg sedangkan berat maksimum alat agar seseorang dapat mendorongnya adalah 51kg, sehingga operator tersebut masih dapat mendorong alat dengan baik. FINISH Arah maju alat START Arah belok alat Gambar 8. Pola penanaman dengan continous pattern Gambar 16. Pola penanaman dengan continous pattern 23

8 1. Pengujian CO Seeders dengan tugal prisma Pengujian alat CO Seeders dengan tugal prisma dilakukan pada lahan seluas 160 m 2 (8m x 20m). Menghasilkan kedalaman rata-rata hasil penugalan sebesar 3.6cm. Sedangkan prosentase keberhasilan penempatan benih kedalam lubang tanam adalah 75%. Hasil pengujian pada lahan dapat dilihat pada gambar 13. Pengukuran kapasitas kerja lapang alat dengan kecepatan maju rata-rata alat m/detik dan lebar kerja 0.8m (jarak antar baris tanam) sehingga didapatkan kapasitas lapang teoritis (KLT) sebesar ha/jam. Dengan lahan seluas ha dan total waktu tanam 11 menit maka didapatkan kapasitas lapang efektif (KLE) sebesar ha/jam, sehingga dari perbandingan KLE dan KLT didapatkan nilai effisiensi lapang penanaman sebesar 85%. Tabel. Data Hasil pengukuran kecepatan maju alat dengan tugal prisma Lintasan Jumlah Penugalan Waktu (detik) Panjang lintasan (m) Kecepatan maju (m/detik) , , , , , ,35 Rata- rata 0,325 Nilai prosentase penjatahan benih tepat pada lubang tanam yaitu 75%, sedangkan yang jatuh pada luar lubang tanam sebesar 8.5%, dan 16.5% benih tidak terjatah pada lubang tanam. Rendahnya nilai prosentase penjatahan benih jagung ke dalam lubang tanam dikarenakan benih tidak terjatah dengan baik ke dalam lubang tanam yang dikarenakan: a. Benih tersumbat pada lubang metering device b. Benih yang terjatah ke dalam lubang tanam namun tidak tepat jatuh pada lubang tanam karena terlempar ketika benih jatuh dan terkena klep pembukaan tabung penyalur c. Terhentinya putaran metering device yang disebabkan karena terdapat benih yang terselip pada celah antara metering device dan hopper penampung benih d. Benih tidak terjatah pada lubang metering device karena ukurannya yang tidak sesuai dengan lubang metering device 2

9 Gambar 17. Pengoperasian alat dengan tugal prisma pada lahan uji Lubang tanam dengan mata tugal prisma Gambar 18. Hasil penugalan dengan mata tugal prisma 2. Pengujian CO Seeders dengan tugal kerucut Pengujian alat CO Seeders dengan tugal kerucut dilakukan pada lahan seluas 160m2 (8m x 20m). Menghasilkan kedalaman rata-rata hasil penugalan sebesar.9cm. Sedangkan prosentase keberhasilan penempatan benih kedalam lubang adalah 6.5%. Hasil pengujian pada lahan dapat dilihat dalam gambar 11. Pengukuran kapasitas kerja lapang alat dengan kecepatan maju rata-rata alat 0.37 m/detik dan lebar kerja 0.8m (jarak antar baris tanam) sehingga didapatkan kapasitas lapang teoritis (KLT) sebesar ha/jam. Dengan lahan seluas ha dan total waktu tanam 12 menit maka didapatkan kapasitas lapang efektif (KLE) sebesar 0.08 ha/jam, sehingga dari perbandingan KLE dan KLT didapatkan nilai effisiensi lapang penanaman sebesar 63.9%. 25

10 Tabel 5. Data Hasil pengukuran kecepatan maju alat dengan tugal kerucut Lintasan Jumlah Penugalan Waktu (detik) Panjang lintasan Kecepatan maju (m) (m/detik) 1 10,08 0, ,99 0, ,11 0,360 7,37 0,53 5 7,86 0, ,3 0, ,02 0, ,02 0,3 9 9,06 0, ,01 0,399 Rata- rata 0,37 Nilai prosentase penjatahan benih tepat pada lubang tanam yaitu 6.5%, sedangkan yang jatuh pada luar lubang tanam sebesar 8%, dan 27.5% benih tidak terjatah pada lubang tanam. Rendahnya nilai prosentase penjatahan benih jagung ke dalam lubang tanam dikarenakan benih tidak terjatah dengan baik ke dalam lubang tanam yang dikarenakan: a. Benih tersumbat pada lubang metering device b. Benih yang terjatah ke dalam lubang tanam namun tidak tepat jatuh pada lubang tanam karena terlempar ketika benih jatuh dan terkena klep pembukaan tabung penyalur c. Terhentinya putaran metering device yang disebabkan karena terdapat benih yang terselip pada celah antara metering device dan hopper penampung benih d. Benih tidak terjatah pada lubang metering device karena ukurannya yang tidak sesuai dengan lubang metering device Gambar 19. Pengoperasian alat dengan tugal kerucut pada lahan uji 26

11 Lubang tanam dengan mata tugal kerucut Gambar 20. Hasil penugalan dengan mata tugal kerucut Nilai efisiensi lapang penananam alat dengan kedua jenis mata tugal yaitu mata tugal prisma sebesar 85% dan tugal kerucut sebesar 63.9%, kurang optimalnya nilai efisiensi penananam dapat ditingkatkan dengan mengurangi waktu belok yang pada saat pengujian tidak tercatat namun cukup memiliki pengaruh karena tidak terdapatnya penanda pindah alur tanam sehingga perlu waktu untuk pengaturan posisi alat untuk penanaman alur berikutnya. Coefisien of variation Koefisien variasi adalah perbandingan antara simpangan standar dengan nilai rata-rata yang dinyatakan dengan persentase. Koefisien variasi berguna untuk melihat sebaran data dari rata-rata hitungnya. Nilai koefisien variasi juga dapat dijadikan untuk membuat kriteria dalam mencari kepresisian suatu kinerja alat. Jika: cv < 5% maka sangat presisi 5 < cv < 10% maka presisi cv > 10% maka kurang presisi (baik) Nilai koefisien variasi dapat dicari dengan rumus = Dimana: x 100% cv = coefisiean of variation SD = standar deviasi x = rata-rata 27

12 Dalam pengujian kinerja CO Seeders prototipe II didapatkan nilai koefisien variasi dari masingmasing pengujian seperti pada tabel sebagai berikut. Tabel 6. Kriteria kepresisian pada pengujian alat CO Seeders prototipe II Jenis pengujian Rata-rata SD (standar deviasi) cv (coefisien of variation) Kriteria kepresisian Kecepatan maju alat (m/s) tugal kerucut tugal prisma Kurang presisi Kurang presisi Berat/volume (kg/liter) benih furadan Sangat presisi Sangat presisi Kedalaman penugalan (cm) tugal kerucut tugal prisma Kurang presisi Kurang presisi Penjatahan pada lubang tanam (%) tugal kerucut 0 benih 1 benih 2 benih tugal prisma 0 benih 1 benih 2 benih Kurang presisi Kurang presisi Sangat presisi Presisi Presisi Kurang presisi Sangat presisi Sangat presisi Kerusakan benih (gram) benih baik Sangat presisi 28

13 E. ANALISIS DAYA Menurut Saripudin (2007) besarnya tahanan gelinding (F) menggunakan persamaan: F = rolling resistance x berat benda Dimana: rolling resistance = 0.25 Daya rata-rata manusia = 0.1 Hp = kw = 75 W Asumsi kecepatan operator mendorong alat penanam = 0.6 m/s F = P/v = 75/0.6 = 125 N Sehingga berat alat maksimum adalah: Berat = F/rolling resistance = 125/0.25 = 500 N = 51 kg. Berat total prototipe setalah diisi oleh benih jagung dan furadan serta rangkaian elektronika yaitu 36 kg, Dari data diatas dapat disimpulkan kebutuhan tenaga untuk mendorong alat tanam oleh seorang operator membutuhkan tenaga 125 N, atau seseorang yang memiliki tenaga sebesar 75 W dapat mendorong alat ini dengan baik. Lama waktu kerja: Untuk menghitung waktu kerja dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Dimana: E (E-5) Tw Dengan asumsi: Tw = 25 E 5 menit = konsumsi energi selama pekerjaan berlangsung (kcal/menit) = habisnya cadangan energi (kcal/menit) = waktu kerja (working time), (menit) Berdasarkan tabel konsumsi energi dalam berbagai jenis kegiatan yaitu pulling handed cart yaitu sebesar 8.5 kcal/min, maka Lama waktu istirahat: Tw = menit Tw = 7.1 menit Dengan asumsi bahwa selama istirahat jumlah energi adalah 1.5 kcal/min, Tr = menit Tw = 3.5 menit Jadi, untuk menjaga kestabilan energi operator harus bekerja selama 7.1 menit (sebelum munculnya Asam Laktat sebagai tanda waktu istirahat) dan istirahat selama 3.5 menit (waktu pembentukan kembali cadangan energi) dan seterusnya. 29

14 F. PENGUKURAN PROSENTASE KERUSAKAN BENIH Kerusakan benih akibat pengoperasian alat perlu dihitung untuk mengetahui berapa banyak benih yang tertanam dalam kondisi baik dan akan berkecambah dengan baik. Dari hasil pengujian sebanyak 5 kali ulangan yang masing-masing berat benih yang diuji adalah 100 gram maka diperoleh rata-rata prosentase kerusakan benih sebesar.3%. Kerusakan benih bisa terjadi karena adanya pergerakan (gesekan) antara wadah penampung benih (hopper) dengan jagung yang terdapat pada lubang metering device. Benih yang berpeluang rusak (lecet atau pecah) adalah benih yang memiliki ukuran yang lebih besar dari ukuran lubang metering device sehingga saat metering device berputar dan benih ikut terbawa putaran sehingga benih mengalami gesekan dengan penampung benih. Tabel 7. Pengukuran kerusakan benih Ulangan Berat total (gram) Berat Benih Baik (gram) Berat Benih Rusak (gram) Rata- rata Kondisi fisik benih sangat mempengaruhi pada pertumbuhan tanaman, jika kondisi benih dalam keadaan baik maka pertumbuhan tanaman pun akan baik. Sehingga kita perlu mengetahui kondisi benih sebelum tanam. Bentuk fisik jagung manis yang berbentuk keriput saat siap tanam maka cukup menjadi kendala dalam pengoperasian CO Seeders karena akan menghambat putaran metering device sehingga penjatahan benih pada lubang tanam tidak terjatah dengan baik. Saat benih masuk kedalam lubang metering device yang memiliki diameter 1 cm maka untuk benih yang memiliki ukuran yang lebih besar dari lubang akan menghambat putaran atau benih dapat rusak karena gesekan benih dengan metering device dan hopper. G. PERMASALAHAN TEKNIK 1. Masalah teknis penjatahan benih Pada pengujian alat CO Seeders prototipe II (mata tugal prisma) nilai prosentase penjatahan benih tepat pada lubang tanam yaitu 75%, sedangkan yang jatuh pada luar lubang tanam sebesar 8.5%, dan 16.5% benih tidak terjatah pada lubang tanam. Sedangkan dengan mata tugal kerucut nilai prosentase penjatahan benih tepat pada lubang tanam yaitu 6.5%, sedangkan yang jatuh pada luar lubang tanam sebesar 8%, dan 27.5% benih tidak terjatah pada lubang tanam. Rendahnya nilai prosentase penjatahan benih jagung ke dalam lubang tanam dikarenakan benih tidak terjatah dengan baik ke dalam lubang tanam yang dikarenakan: 30

15 a. Benih tersumbat pada lubang metering device b. Benih yang terjatah ke dalam lubang tanam namun tidak tepat jatuh pada lubang tanam karena terlempar ketika benih jatuh dan terkena klep pembukaan tabung penyalur c. Terhentinya putaran metering device yang disebabkan karena terdapat benih yang terselip pada celah antara metering device dan hopper penampung benih d. Benih tidak terjatah pada lubang metering device karena ukurannya yang tidak sesuai dengan lubang metering device 2. Masalah teknis penjatahan furadan Pada metering device furadan terjadi kemacetan yang cukup tinggi hal ini dikarenakan bentuk furadan yang seperti pasir dan bersifat mengisi ruang kosong sehingga banyak butiran furadan yang masuk ke dalam celah antara hopper dan metering device, sehingga membuat putaran metering device terhambat. Hal ini mengakibatkan penjatahan furadan tidak berjalan lancar dan membuat motor DC dipaksa berputar dengan hambatan yang besar. Pada pengujiannya pengukuran keluaran furadan hanya bisa dilakukan di luar lahan tanam karena terhambat oleh metering device yang macet (tidak berputar) saat pengujian di luar lahan uji. 3. Masalah teknis timing pembukaan gate Permasalahan teknis pada timing pembukaan gate terjadi saat benih jatuh bertepatan dengan katup gate yang membuka sehingga benih ikut terlempar oleh katup menyebabkan penjatahan benih tidak tepat pada lubang tanam.. Masalah teknis pengoperasian CO Seeders memiliki berat total ± 36kg sehingga membutuhkan tenaga yang cukup besar untuk dapat mengoperasikannya dengan baik. Beberapa kesulitan/hambatan saat pengoperasian alat adalah kesulitannya saat membelokkan alat yang disebabkan roda bantu dilepas saat pengoperasian dilahan sehingga saat belok tetap bertumpu pada roda tugal. Besarnya waktu belok juga disebabkan tidak adanya penanda untuk pindah alur sehingga membutuhkan waktu dalam menentukan jarak untuk alur berikutnya. 31

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pembuatan Prototipe 1. Rangka Utama Bagian terpenting dari alat ini salah satunya adalah rangka utama. Rangka ini merupakan bagian yang menopang poros roda tugal, hopper benih

Lebih terperinci

ANALISA PERANCANGAN. Maju. Penugalan lahan. Sensor magnet. Mikrokontroler. Motor driver. Metering device berputar. Open Gate

ANALISA PERANCANGAN. Maju. Penugalan lahan. Sensor magnet. Mikrokontroler. Motor driver. Metering device berputar. Open Gate IV. ANALISA PERANCANGAN Alat tanam jagung ini menggunakan aki sebagai sumber tenaga penggerak elektronika dan tenaga manusia sebagai penggerak alat. Alat ini direncanakan menggunakan jarak tanam 80 x 20

Lebih terperinci

IV. ANALISA PERANCANGAN

IV. ANALISA PERANCANGAN IV. ANALISA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung menggunakan traktor tangan sebagai sumber tenaga tarik dan diintegrasikan bersama dengan alat pembuat guludan dan alat pengolah tanah (rotary tiller).

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK

V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENGUJIAN MODEL METERING DEVICE PUPUK Pengujian penjatah pupuk berjalan dengan baik, tetapi untuk campuran pupuk Urea dengan KCl kurang lancar karena pupuk lengket pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. RANCANGAN ALAT TANAM CO Seeders 1. CO Seeders Prototipe I Prototipe CO Seeders (Control Automatic Seeders) pertama kali dikembangkan oleh tim PKMT Abdul Wahid Monayo dkk pada tahun

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pembuatan Prototipe 5.1.1. Modifikasi Rangka Utama Untuk mempermudah dan mempercepat waktu pembuatan, rangka pada prototipe-1 tetap digunakan dengan beberapa modifikasi. Rangka

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Kegiatan penelitian yang meliputi perancangan, pembuatan prototipe mesin penanam dan pemupuk jagung dilakukan di Laboratorium Teknik Mesin Budidaya

Lebih terperinci

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional

4 PENDEKATAN RANCANGAN. Rancangan Fungsional 25 4 PENDEKATAN RANCANGAN Rancangan Fungsional Analisis pendugaan torsi dan desain penjatah pupuk tipe edge-cell (prototipe-3) diawali dengan merancang komponen-komponen utamanya, antara lain: 1) hopper,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan April hingga bulan September 2012 di Laboratorium Lapang Siswadhi Soepardjo, Departemen Teknik Mesin dan Biosistem, Fakultas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancangan Prototipe Mesin Pemupuk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Rancangan Prototipe Mesin Pemupuk HASIL DAN PEMBAHASAN Rancangan Prototipe Mesin Pemupuk Prototipe yang dibuat merupakan pengembangan dari prototipe pada penelitian sebelumnya (Azis 211) sebanyak satu unit. Untuk penelitian ini prototipe

Lebih terperinci

Rancang Bangun dan Uji Performansi Tugal Semi Mekanis dengan Penambahan Multi Seed Control untuk Penanaman Jagung, Kedelai dan Padi Gogo

Rancang Bangun dan Uji Performansi Tugal Semi Mekanis dengan Penambahan Multi Seed Control untuk Penanaman Jagung, Kedelai dan Padi Gogo Rancang Bangun dan Uji Performansi Tugal Semi Mekanis dengan Penambahan Multi Seed Control untuk Penanaman Jagung, Kedelai dan Padi Gogo Febri Kristianto Alumni Program Studi Teknik Pertanian, Jurusan

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN PERANCANGAN

IV. PENDEKATAN PERANCANGAN IV. PENDEKATAN PERANCANGAN A. KRITERIA PERANCANGAN Mesin penanam dan pemupuk jagung dengan tenaga tarik traktor tangan ini dirancangan terintegrasi dengan alat pembuat guludan (furrower) dan alat pengolah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 hingga bulan November 2011. Desain, pembuatan model dan prototipe rangka unit penebar pupuk dilaksanakan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT

RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT RANCANG BANGUN ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT Rindra Yusianto Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang 50131 E-mail : rindrayusianto@yahoo.com ABSTRAK Salah satu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN

BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN BAB IV ANALISIS TEKNIK MESIN A. ANALISIS PENGATUR KETINGGIAN Komponen pengatur ketinggian didesain dengan prinsip awal untuk mengatur ketinggian antara pisau pemotong terhadap permukaan tanah, sehingga

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. MODIFIKASI ALAT PENYIANG Alat ini merupakan hasil modifikasi dari alat penyiang gulma yang terdahulu yang didesain oleh Lingga mukti prabowo dan Hirasman tanjung (2005), Perubahan

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Penelitian 19 3 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan selama sepuluh bulan, dimulai pada bulan Januari 2012 hingga September 2012. Penelitian dilaksanakan di tiga tempat yang berbeda,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. PENGUJIAN PENDAHULUAN Pengujian ini bertujuan untuk merancang tingkat slip yang terjadi pada traktor tangan dengan cara pembebanan engine brake traktor roda empat. Pengujian

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL RANCANGAN DAN KONSTRUKSI 1. Deskripsi Alat Gambar 16. Mesin Pemangkas Tanaman Jarak Pagar a. Sumber Tenaga Penggerak Sumber tenaga pada mesin pemangkas diklasifikasikan

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Pengukuran Titik Berat Unit Transplanter Pengukuran dilakukan di bengkel departemen Teknik Pertanian IPB. Implemen asli dari transplanter dilepas, kemudian diukur bobotnya.

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PENANAM

ALAT DAN MESIN PENANAM ALAT DAN MESIN PENANAM Penanaman merupakan usaha penempatan biji atau benih di dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji diatas permukaan tanah atau menanamkan tanah didalam tanah. Hal

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESAIN PENGGETAR MOLE PLOW Prototip mole plow mempunyai empat bagian utama, yaitu rangka three hitch point, beam, blade, dan mole. Rangka three hitch point merupakan struktur

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 36 HASIL DAN PEMBAHASAN Dasar Pemilihan Bucket Elevator sebagai Mesin Pemindah Bahan Dasar pemilihan mesin pemindah bahan secara umum selain didasarkan pada sifat-sifat bahan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penanganan Awal Kacang Tanah Proses pengupasan kulit merupakan salah satu proses penting dalam dalam rangkaian proses penanganan kacang tanah dan dilakukan dengan maksud untuk

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Budidaya tebu bisa dibedakan dalam lima tahap yaitu pengolahan tanah, penyiapan bibit, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Budidaya tebu harus dilaksanakan seefektif dan seefisien

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN A Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Desember 2010 Pembuatan prototipe hasil modifikasi dilaksanakan di Bengkel Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengujian Alat Tanam Semi Mekanis Pengujian kapasitas lapang alat tanam dilakukan di laboratorium lapangan Leuwikopo pada lahan kering seluas 160 m 2 atau 0.016 ha

Lebih terperinci

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat

3.1. Waktu dan Tempat Bahan dan Alat III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga bulan September 2011 bertempat di Bengkel Teknik Mesin Budidaya Pertanian, Leuwikopo dan lahan percobaan Departemen Teknik

Lebih terperinci

Alat dan Mesin Penanam

Alat dan Mesin Penanam MATA KULIAH: MEKANISASI PERTANIAN Alat dan Mesin Penanam Oleh: Zulfikar, S.P., M.P DASAR Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi pertanian, maka diperlukan suatu perubahan (penyesuaian) khususnya

Lebih terperinci

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan

PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan PENDEKATAN DESAIN Kriteria Desain dan Gambaran Umum Proses Pencacahan Mengingat lahan tebu yang cukup luas kegiatan pencacahan serasah tebu hanya bisa dilakukan dengan sistem mekanisasi. Mesin pencacah

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Maret 2013 di Laboratorium Daya dan Alat Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian,

Lebih terperinci

Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum

Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum Alat Tanam Padi Tebar Langsung Tipe Drum Penyusun E. Eko Ananto Dadan Ridwan Ahmad Trip Alihamsyah Penyunting Sunihardi Proyek Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP Badan Penelitian dan Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

JURNAL BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN)

JURNAL BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN) JURNAL BETA (BIOSISTEM DAN TEKNIK PERTANIAN) Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana http://ojs.unud.ac.id/index.php/beta Volume 5, Nomor 1, Maret, 2017 Rancang

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Semi mekanis, alat Tanam, Pemupuk, Jagung, Pupuk.

ABSTRAK. Kata kunci : Semi mekanis, alat Tanam, Pemupuk, Jagung, Pupuk. v I Wayan Sugiana. 1211305019. 2016. Rancang Bangun Alat Penanam Dan Pemupuk Jagung (Zea mays) Tipe Tugal Semi Mekanis Yang Ergonomis. Di bawah bimbingan Dr. Ir. Ida Bagus Putu Gunadnya, MS sebagai Pembimbing

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Konsep perencanaan komponen yang diperhitungkan sebagai berikut: a. Motor b. Reducer c. Daya d. Puli e. Sabuk V 2.2 Motor Motor adalah komponen dalam sebuah kontruksi

Lebih terperinci

USAHA, ENERGI & DAYA

USAHA, ENERGI & DAYA USAHA, ENERGI & DAYA (Rumus) Gaya dan Usaha F = gaya s = perpindahan W = usaha Θ = sudut Total Gaya yang Berlawanan Arah Total Gaya yang Searah Energi Kinetik Energi Potensial Energi Mekanik Daya Effisiensi

Lebih terperinci

Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian:

Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian: Lampiran 1. Spesifikasi traktor pengujian Spesifikasi Traktor Pengujian Adapun spesifikasi traktor yang digunakan dalam penelitian: Merk/Type Kubota B6100 Tahun pembuatan 1981 Bahan bakar Diesel Jumlah

Lebih terperinci

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN

MEKANIKA UNIT. Pengukuran, Besaran & Vektor. Kumpulan Soal Latihan UN Kumpulan Soal Latihan UN UNIT MEKANIKA Pengukuran, Besaran & Vektor 1. Besaran yang dimensinya ML -1 T -2 adalah... A. Gaya B. Tekanan C. Energi D. Momentum E. Percepatan 2. Besar tetapan Planck adalah

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Mesin Cetak Bakso Dibutuhkan mesin cetak bakso dengan kapasitas produksi 250 buah bakso per menit daya listriknya tidak lebih dari 3/4 HP dan ukuran baksonya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 33 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Sampel Penelitian Penelitian Pengaruh Substitusi Pasir Dengan Bottom Ash Terhadap Kuat Tekan, dilakukan di Laboratorium Material dan Struktur DPTS FPTK UPI,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Perancangan 4.1.1 Gambar Rakitan (Assembly) Dari perancangan yang dilakukan dengan menggunakan software Autodesk Inventor 2016, didapat sebuah prototipe alat praktikum

Lebih terperinci

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) LAMPIRAN 74 75 Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m) : 15,4 kg Diameter silinder pencacah (D) : 37,5cm = 0,375 m Percepatan gravitasi (g) : 9,81 m/s 2 Kecepatan putar

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam sebuah penelitian perlu adanya referensi tentang penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Hal ini bertujuan sebagai pembanding dengan penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

MODIFIKASI DAN UJI KINERJA APLIKATOR PUPUK CAIR PADA PROSES BUDIDAYA TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.)

MODIFIKASI DAN UJI KINERJA APLIKATOR PUPUK CAIR PADA PROSES BUDIDAYA TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) MODIFIKASI DAN UJI KINERJA APLIKATOR PUPUK CAIR PADA PROSES BUDIDAYA TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) Agus Panduwinata 1, Siswoyo Soekarno 2, Tasliman 3 1 Dept of Agricultural Engineering, FTP, Universitas

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG

Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG Jurnal Ilmiah TEKNIKA ISSN: 2355-3553 PENGARUH PUTARAN PISAU TERHADAP KAPASITAS DAN HASIL PERAJANGAN PADA ALAT PERAJANG SINGKONG Sukadi* Novarini** *Dosen Teknik Mesin Politeknik Jambi **Dosen Teknik Mesin

Lebih terperinci

Pelatihan Ulangan Semester Gasal

Pelatihan Ulangan Semester Gasal Pelatihan Ulangan Semester Gasal A. Pilihlah jawaban yang benar dengan menuliskan huruf a, b, c, d, atau e di dalam buku tugas Anda!. Perhatikan gambar di samping! Jarak yang ditempuh benda setelah bergerak

Lebih terperinci

MODIFIKASI ALAT SEBAR BENIH TEMBAKAU JENIS SCATTERPLOT TOOL PILLEN (STP) DI PTPN X JEMBER

MODIFIKASI ALAT SEBAR BENIH TEMBAKAU JENIS SCATTERPLOT TOOL PILLEN (STP) DI PTPN X JEMBER MODIFIKASI ALAT SEBAR BENIH TEMBAKAU JENIS SCATTERPLOT TOOL PILLEN (STP) DI PTPN X JEMBER Septian Gagas 1,Siswoyo Soekarno 2, Tasliman 3 1 Dept of Agricultural Engineering, FTP, Universitas Jember, Jl

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Penelitian dilakukan di lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik PG Pesantren Baru yang terletak di desa Plosokidul, Kecamatan Plosoklaten, Kabupaten

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

Metode pengujian kekuatan tekan mortar semen Portland untuk pekerjaan sipil

Metode pengujian kekuatan tekan mortar semen Portland untuk pekerjaan sipil SNI 03-6825-2002 Standar Nasional Indonesia Metode pengujian kekuatan tekan mortar semen Portland untuk pekerjaan sipil ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Halaman BAB I DESKRIPSI...1

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. PEMBUATAN DAN PERAKITAN ALAT Pembuatan alat dilakukan berdasarkan rancangan yang telah dilakukan. Gambar rancangan alat secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 5.1. 1 3

Lebih terperinci

SEMINAR KOMPREHENSIF ANALISIS TEKNIK, UJI KINERJA, DAN ANALISIS EKONOMI MESIN PELECET KACANG KEDELAI EDAMAME. Angga Fajar S ( )

SEMINAR KOMPREHENSIF ANALISIS TEKNIK, UJI KINERJA, DAN ANALISIS EKONOMI MESIN PELECET KACANG KEDELAI EDAMAME. Angga Fajar S ( ) SEMINAR KOMPREHENSIF ANALISIS TEKNIK, UJI KINERJA, DAN ANALISIS EKONOMI MESIN PELECET KACANG KEDELAI EDAMAME Angga Fajar S (240110060041) Latar Belakang Kacang Kedelai Edamame Proses Pengupasan Kulit Manual

Lebih terperinci

ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL

ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN B. RANCANGAN FUNGSIONAL IV. ANALISIS RANCANGAN A. KRITERIA RANCANGAN Alat pemerah susu sapi ini dibuat sesederhana mungkin dengan memperhitungkan kemudahan penggunaan dan perawatan. Prinsip pemerahan yang dilakukan adalah dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian untuk melaksanakan riset tentang daya dukung tanah gambut yaitu dibagi pada dua tempat. Yang pertama pengujian daya dukung

Lebih terperinci

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung Mesin pemipil jagung merupakan mesin yang berfungsi sebagai perontok dan pemisah antara biji jagung dengan tongkol dalam jumlah yang banyak dan

Lebih terperinci

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon)

ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) ANALISIS PENYEBARAN PANAS PADA ALAT PENGERING JAGUNG MENGGUNAKAN CFD (Studi Kasus UPTD Balai Benih Palawija Cirebon) Engkos Koswara Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Majalengka Email : ekoswara.ek@gmail.com

Lebih terperinci

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini

HAK CIPTA DILINDUNGI UNDANG-UNDANG [1] Tidak diperkenankan mengumumkan, memublikasikan, memperbanyak sebagian atau seluruh karya ini BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Teknik 4.1.1. Kebutuhan Daya Penggerak Kebutuhan daya penggerak dihitung untuk mengetahui terpenuhinya daya yang dibutuhkan oleh mesin dengan daya aktual pada motor

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Budidaya Jagung Jarak tanam tergantung pada varietas jagung yang akan ditanam. Jarak tanam untuk jagung hibrida adalah 75 x 25 cm atau 75 x 40 cm. Kedalaman lubang tanam antara

Lebih terperinci

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan.

Mulai. Studi Literatur. Gambar Sketsa. Perhitungan. Gambar 2D dan 3D. Pembelian Komponen Dan Peralatan. Proses Pembuatan. BAB III PERANCANGAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alur Proses Perancangan Proses perancangan mesin pemipil jagung seperti terlihat pada Gambar 3.1 seperti berikut: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa Perhitungan

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2012 sampai Mei 2012 di Laboratorium Rekayasa Bioproses dan Pasca Panen dan di Laboratorium Mekanisasi

Lebih terperinci

Pertemuan ke-10. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa

Pertemuan ke-10. A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa Pertemuan ke-10 A.Tujuan Instruksional 1. Umum Setelah mengikuti matakuliah ini mahasiswa akan dapat menentukan jenis tenaga dan mesin peralatan yang layak untuk diterapkan di bidang pertanian. 2. Khusus

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat

METODE PENELITIAN. Penentuan parameter. perancangan. Perancangan fungsional dan struktural. Pembuatan Alat. pengujian. Pengujian unjuk kerja alat III. METODE PENELITIAN A. TAHAPAN PENELITIAN Pada penelitian kali ini akan dilakukan perancangan dengan sistem tetap (batch). Kemudian akan dialukan perancangan fungsional dan struktural sebelum dibuat

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Kalibrasi Load Cell & Instrumen Hasil kalibrasi yang telah dilakukan untuk pengukuran jarak tempuh dengan roda bantu kelima berjalan baik dan didapatkan data yang sesuai, sedangkan

Lebih terperinci

DESAIN DAN UJI PERFORMANSI TUGAL SEMI-MEKANIS PENANAM DAN PEMUPUK KEDELAI (PUPUK GRANULAR) UNTUK LAHAN KERING OLEH: RESMANANG WISNUBRATA F 31.

DESAIN DAN UJI PERFORMANSI TUGAL SEMI-MEKANIS PENANAM DAN PEMUPUK KEDELAI (PUPUK GRANULAR) UNTUK LAHAN KERING OLEH: RESMANANG WISNUBRATA F 31. DESAIN DAN UJI PERFORMANSI TUGAL SEMI-MEKANIS PENANAM DAN PEMUPUK KEDELAI (PUPUK GRANULAR) UNTUK LAHAN KERING OLEH: RESMANANG WISNUBRATA F 31.1017 2003 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANlAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM 1 PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini.

SNMPTN 2011 FISIKA. Kode Soal Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. SNMPTN 2011 FISIKA Kode Soal 999 Doc. Name: SNMPTN2011FIS999 Version: 2012-10 halaman 1 01. Gerakan sebuah mobil digambarkan oleh grafik kecepatan waktu berikut ini. Percepatan ketika mobil bergerak semakin

Lebih terperinci

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN

ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN ALAT DAN MESIN PEMUPUKAN TANAMAN Pemupukan merupakan usaha memasukkan usaha zat hara kedalam tanah dengan maksud memberikan/menambahkan zat tersebut untuk pertumbuhan tanaman agar didapatkan hasil (produksi)

Lebih terperinci

USAHA DAN ENERGI. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS.

USAHA DAN ENERGI. Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS. USAHA DAN ENERGI Fisika Dasar / Fisika Terapan Program Studi Teknik Sipil Salmani, ST., MT., MS. SOAL - SOAL : 1. Pada gambar, kita anggap bahwa benda ditarik sepanjang jalan oleh sebuah gaya 75

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. SPESIFIKASI MESIN PELUBANG TANAH Sebelum menguji kinerja mesin pelubang tanah ini, perlu diketahui spesifikasi dan detail dari mesin. Mesin pelubang tanah untuk menanam sengon

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan terhitung dari bulan Mei sampai dengan bulan Juni tahun 2009 yang bertempat di lahan HGU PG Pesantren Baru, Kediri,

Lebih terperinci

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor.

Gambar 11 Sistem kalibrasi dengan satu sensor. 7 Gambar Sistem kalibrasi dengan satu sensor. Besarnya debit aliran diukur dengan menggunakan wadah ukur. Wadah ukur tersebut di tempatkan pada tempat keluarnya aliran yang kemudian diukur volumenya terhadap

Lebih terperinci

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07)

PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) PR ONLINE MATA UJIAN: FISIKA (KODE A07) 1. Gambar di samping ini menunjukkan hasil pengukuran tebal kertas karton dengan menggunakan mikrometer sekrup. Hasil pengukurannya adalah (A) 4,30 mm. (D) 4,18

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budidaya Jagung Jagung adalah tanaman yang menghendaki keadaan hawa yang cukup panas dan lembab dari waktu tanam sampai periode mengakhiri pembuahan. Jagung tidak membutuhkan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PROTOTIPE ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT DAN MEKANIK PEMBUAT LUBANG UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS TANAM

RANCANG BANGUN PROTOTIPE ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT DAN MEKANIK PEMBUAT LUBANG UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS TANAM RANCANG BANGUN PROTOTIPE ALAT TANAM BENIH JAGUNG ERGONOMIS DENGAN TUAS PENGUNGKIT DAN MEKANIK PEMBUAT LUBANG UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS TANAM Rindra Yusianto Fakultas Teknik, Universitas Dian Nuswantoro,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 14. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar mesin sortasi buah manggis hasil rancangan dapat dilihat dalam Bak penampung mutu super Bak penampung mutu 1 Unit pengolahan citra Mangkuk dan sistem transportasi

Lebih terperinci

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda

Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Percobaan 3. Pertumbuhan dan Produksi Dua Varietas Kacang Tanah pada Populasi Tanaman yang Berbeda Latar Belakang Untuk memperoleh hasil tanaman yang tinggi dapat dilakukan manipulasi genetik maupun lingkungan.

Lebih terperinci

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap II Semifinal Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA

PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap II Semifinal Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA PETUNJUK UMUM Pengerjaan Soal Tahap II Semifinal Diponegoro Physics Competititon Tingkat SMA 1. Soal Olimpiade Sains bidang studi Fisika Tingkat SMA yaitu dalam bentuk Essay panjang. 2. Soal essay panjang

Lebih terperinci

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK

BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK BAB III PROSES PERANCANGAN ROLLER CONVEYOR DI PT. MUSTIKA AGUNG TEKNIK 3.1 Pengertian Perancangan Perancangan memiliki banyak definisi karena setiap orang mempunyai definisi yang berbeda-beda, tetapi intinya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini menggunakan mist blower merek Yanmar tipe MK 15-B. Sistem yang digunakan pada alat tersebut didasarkan oleh hembusan aliran udara berkecepatan tinggi. Oleh karena

Lebih terperinci

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah

Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Percobaan 4. Tumpangsari antara Jagung dengan Kacang Tanah Latar Belakang Di antara pola tanam ganda (multiple cropping) yang sering digunakan adalah tumpang sari (intercropping) dan tanam sisip (relay

Lebih terperinci

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT

PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM. Oleh ARIEF HIDAYAT PERANCANGAN MESIN PRESS BAGLOG JAMUR KAPASITAS 30 BAGLOG PER JAM Oleh ARIEF HIDAYAT 21410048 Latar Belakang Jamur Tiram dan Jamur Kuping adalah salah satu jenis jamur kayu, Media yang digunakan oleh para

Lebih terperinci

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College

Wardaya College. Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer. Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018. Departemen Fisika - Wardaya College Tes Simulasi Ujian Nasional SMA Berbasis Komputer Mata Pelajaran Fisika Tahun Ajaran 2017/2018-1. Hambatan listrik adalah salah satu jenis besaran turunan yang memiliki satuan Ohm. Satuan hambatan jika

Lebih terperinci

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy.

9. Dari gambar berikut, turunkan suatu rumus yang dikenal dengan rumus Darcy. SOAL HIDRO 1. Saluran drainase berbentuk empat persegi panjang dengan kemiringan dasar saluran 0,015, mempunyai kedalaman air 0,45 meter dan lebar dasar saluran 0,50 meter, koefisien kekasaran Manning

Lebih terperinci

FIsika USAHA DAN ENERGI

FIsika USAHA DAN ENERGI KTSP & K-3 FIsika K e l a s XI USAHA DAN ENERGI Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami konsep usaha dan energi.. Menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman jagung Jagung (Zea mays) adalah tanaman semusim yang berasal dari Amerika Tengah (Meksiko Bagian Selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini, lalu teknologi

Lebih terperinci

V.HASIL DAN PEMBAHASAN

V.HASIL DAN PEMBAHASAN V.HASIL DAN PEMBAHASAN A.KONDISI SERASAH TEBU DI LAHAN Sampel lahan pada perkebunan tebu PT Rajawali II Unit PG Subang yang digunakan dalam pengukuran profil guludan disajikan dalam Gambar 38. Profil guludan

Lebih terperinci

ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI

ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI LAMPIRAN LAMPIRAN 1 : ALTERNATIF DESAIN MEKANISME PENGENDALI Dari definisi permasalahan yang ada pada masing-masing mekanisme pengendali, beberapa alternatif rancangan dibuat untuk kemudian dipilih dan

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian

TATA CARA PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Percobaan, Laboratorium Penelitian dan Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Umum Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Beton Fakultas Teknik Departemen Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara. Metode campuran beton yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

Tabel 25. Spesifikasi teknis Boom sprayer Spesifikasi Teknis. Condor M-12/BX. Tekanan maksimum (rekomendasi)

Tabel 25. Spesifikasi teknis Boom sprayer Spesifikasi Teknis. Condor M-12/BX. Tekanan maksimum (rekomendasi) 9. PEMBAHASAN UMUM Beberapa metode analisa komputasi cerdas digunakan dalam penelitian pendeteksian serangan gulma. Masing-masing metode diarahkan untuk mencapai tujuan analisa utama yaitu pendeteksian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tinjauan Umum Variabel bebas yaitu variasi perbandingan agregat kasar, antara lain : Variasi I (1/1 : 1/2 : 2/3 = 3 : 1 : 2) Variasi II (1/1 : 1/2 : 2/3 = 5 : 1 : 3) Variasi

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Marga Agung, Kecamatan Jati Agung Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Rekayasa Sumber Daya Air dan Lahan

Lebih terperinci