BAB I PENDAHULUAN. 2. Mengetahui besarnya biaya kecelakaan lalu lintas ratarata

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. 2. Mengetahui besarnya biaya kecelakaan lalu lintas ratarata"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dewasa ini menghadapi permasalahan kecelakaan lalu lintas jalan yang cukup serius, dimana tercatat kejadian dengan jumlah kematian orang, luka berat orang dan luka ringan orang (MABES Polri, 2003). Data Ditlantas Polda Jatim juga menyebutkan, kawasan yang paling rawan laka adalah wilayah hukum Polwiltabes Surabaya. Tercatat sejak Januari 2008 hingga Desember 2008 terjadi kasus laka dengan korban meninggal jiwa.tingginya korban kecelakaan tersebut disadari telah mendorong tingginya biaya pemakai jalan, dan secara ekonomi menyebabkan terjadinya pemborosan sumber daya. Berbagai upaya penanganan juga telah dilakukan untuk mengurangi jumlah dan kelas kecelakaan lalu lintas jalan (accident severity) tersebut. Sebagian besar kecelakaan dialami kaum laki-laki dari kelompok usia produktif, yakni antara tahun. Dimana persentase terbesar adalah mereka yang berada dalam kelompok umur tahun. Hal ini mengakibatkan penurunan produktivitas secara massal. Data ini mencerminkan fakta bahwa pengendara sepeda motor cenderung berada pada masa produktif. Hal ini penting karena dampak biaya tak langsung terhadap korban akan membesar untuk kelompok umur ini. Ini adalah sebab hilangnya produktivitas, sama dengan waktu yang tidak produktif dikalikan dengan gaji. Jika kecelakaan mati pada usia 25 tahun, dengan usia pensiun adalah 60 tahun, waktu yang tidak produktif adalah 35 tahun. Lebih dari itu, jika kecelakaan mati dengan suatu gaji yang baik, kemudian hilangnya produktivitas menjadi lebih tinggi dibanding seseorang yang mati pada usia yang lebih tua. Pemakai kendaraan sepeda motor memiliki resiko yang lebih tinggi untuk mengalami kecelakaan dibandingkan dengan penggunaan kendaraan lainnya seperti mobil. Perbedaan terbesar antara sepeda motor dan mobil adalah kategori fatal yang mana 15 kali lebih tinggi untuk bersepeda motor. Dapat disimpulkan bahwa dampak korban dari suatu kecelakaan sepeda motor akan lebih parah sedangkan suatu kecelakaan mobil lebih mungkin hanya mengalami kerugian materi. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) merupakan salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya yang memiliki jumlah mahasiswa yang banyak memakai sepeda motor sebagai kendaraan untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Sehingga memiliki resiko mengalami kecelakaan kendaraan bermotor. Oleh karena itu, diperlukan suatu studi mengenai biaya kecelakaan di lokasi tersebut. 1.2 Permasalahan Berdasarkan pada keadaan yang ada (eksisting), yang nantinya akan dikaji untuk didapatkan jawabannya. Antara lain sebagai berikut : 1 Berapa biaya kecelakaan lalu lintas rata-rata yang harus dikeluarkan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya bila mengalami kecelakaan ringan, kecelakaan berat, dan kecelakaan hanya mengalami kerusakan property menurut opini responden dengan menggunakan metode The Gross Output? 2 Berapa biaya kecelakaan lalu lintas rata-rata yang harus dikeluarkan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya bila mengalami kecelakaan ringan, kecelakaan berat, dan kecelakaan hanya mengalami kerusakan property sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 dengan menggunakan metode The Gross Output? 3 Berapa perbandingkan biaya kecelakaan antara biaya kecelakaan dan klasifikasi kecelakaan menurut opini responden dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993? 4 Berapa probability dan karakteristik mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya yang bersedia mengeluarkan biaya tambahan untuk mengurangi 25% resiko kecelakaan dengan menggunakan metode Willingness To Pay? 1.3 Tujuan Dalam pengerjaan Tugas Akhir ini, diharapkan uraian tentang hasil yang akan dicapai atau jawaban permasalahan penelitian, antara lain sebagai berikut : 1. Mengetahui besarnya biaya kecelakaan lalu lintas ratarata yang harus dikeluarkan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya bila mengalami kecelakaan ringan, kecelakaan berat, dan kecelakaan hanya mengalami kerusakan property menurut opini responden dengan menggunakan Metode The Gross Output. 2. Mengetahui besarnya biaya kecelakaan lalu lintas ratarata yang harus dikeluarkan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya bila mengalami kecelakaan ringan, kecelakaan berat, dan kecelakaan hanya mengalami kerusakan property sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 dengan menggunakan metode The Gross Output. 3. Mengetahui perbandingkan biaya kecelakaan antara biaya kecelakaan dan klasifikasi kecelakaan menurut opini responden dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun Mengetahui besarnya probability dan karakteristik mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya yang bersedia mengeluarkan biaya tambahan untuk mengurangi 25% resiko kecelakaan dengan menggunakan metode Willingness To Pay.

2 1.4 Lingkup Pekerjaan dan Batasan Masalah Agar Tugas Akhir ini terarah lebih jelas maka perlu ditentukan batas-batas pada permasalahan yang akan dibahas, antara lain sebagai berikut : 1. Mengevaluasi biaya kecelakaan dengan menggunakan Metode The Gross Output. 2. Mencari probability menggunakan metode Willingness To Pay. 3. Mengevaluasi biaya kecelakaan berdasarkan kepemilikan kendaraan sepeda motor di kalangan mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. 4. Tidak membahas penyebab terjadinya kecelakaan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Umum Kecelakaan lalu lintas pada umumnya terjadi karena beberapa faktor seperti pelanggaran atau sikap tak hati-hati dari para pengguna jalan (pengemudi dan pejalan kaki), kondisi kendaraan, cuaca, serta pandangan yang terhalng. Terjadinya kecelakaan umumnya didasarkan oleh beberapa faktor sebagai berikut : 1) Manusia Faktor manusia yaitu pengguna jalan, dapat dipilih dalam dua golongan adalah pengemudi dan pejalan kaki. 2) Kendaraan Kendaraan tercatat menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas yang berakibat parah. Kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kerusakan rem (rem blong) sering terjadi. 3) Jalan Kondisi jalan dapat juga menjadi penyebab kecelakaan lalu lintas. Meskipun demikian semuanya kembali kepada manusia sebagai penggun jalan itu sendiri. 4) Lingkungan Faktor lingkungan, baik lingkungan alam maupun binaan sangat mempengaruhi keselamatan lalu lintas. Lebih detil faktor-faktor penyebab kecelakaan dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Faktor Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas di Jalan Faktor Penyebab Pengguna Jalan Kendaraan Jalan Lingkunga n Uraian % Lengah, mengantuk, Kurang terampil, lelah, mabuk, kecepatan tinggi, tidak menjaga jarak, kesalahan pejalan kaki, gangguan binatang. Ban pecah, Kerusakan rem, kerusakan sistem kemudi, as/kopel lepas, sistem lampu tidak berfungsi. Persimpangan jalan sempit, akses yang tidak dikontrol, marka jalan yang kurang jelas, tidak ada rambu batas kecepatan, permukaan jalan licin. Lalu lintas campuran antara kendaraan cepat dengan kendaraan lambat, interaksi antara kendaraan dan pejalan, pengawasan dan penegakkan hukum belum efektif, pelayanan gawat darurat yang kurang cepat, cuaca : gelap, hujan, kabut, asap. 93,52 2,7 3,23 0,49 Sumber : Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Warpani, 2002 hal 117) Klasifikasi Korban Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan Peraturan pemerintah RI No. 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan Bab Xi Pasal 93 ayat 2 korban akibat kecelakaan dibedakan menjadi tiga yaitu : 1) Meninggal dunia adalah korban kecelakaan yang dipastikan meninggal dunia sebagai akibat kecelakaan lalu lintas dalam jangka waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari setelah kecelakaan tersebut terjadi. 2) Luka berat adalah korban kecelakaan yang karena luka-lukanya menderita cacat tetap atau harus dirawat inap di rumah sakit dalam jangkan waktu 30 (tiga puluh) hari sejak terjadi kecelakaan. 3) Luka ringan adalah korban kecelakaan yang mengalami luka-luka yang tidak memerluan rawat inap atau yang harus di rawat inap di rumah sakit dari 30 hari. Biaya kecelakan Masalah kecelakaan lalu lintas ditinjau dari sisi kemanusiaan dan ekonomi merupakan topik pembahasan yang menarik. Miliaran rupiah telah dikeluarkan akibat kecelakaan lalu lintas. Oleh karena itu, berbagai upaya rekayasa lalu lintas selain bertujuan melancarkan arus lalu lintas, yang utama adalah upaya menjamin keselamatan berlalu lintas yaitu dengan menghindarkan kecelakaan lalu lintas. (Suwardjoko P. Warpani, 2002;196). Dalam studi ini biaya kecelakaan dibagi menjadi dua jenis,yaitu antara lain : 1. Biaya Langsung (Direct Cost) Biaya langsung adalah biaya yang dikeluarkan korban kecelakaan yang meliputi biaya rumah sakit, biaya rawat jalan, biaya reparasi kendaraan, biaya administrasi, dan biaya lainnya. Dengan penjelasan masing-masing biaya sebagai berikut: a. Biaya Rumah Sakit. Biaya perawatan medis dirumah sakit. b. Biaya Rawat Jalan. Sebagian korban luka ringan yang mengalami goresan, kaki atau tangan terkilir lebih suka menjalani perawatan di rumah dan bukan menjalani perawatan medis. Pembelian obat pembunuh rasa sakit, cairan disinfektan dan pengobatan tradisional adalah bagian dari solusi mereka. Meskipun mereka tidak membutuhkan biaya perawatan medis, pada kenyataannya mereka mengeluarkan uang untuk proses penyembuhan. c. Biaya Reparasi Kendaraan. Biaya yang dikeluarkan untuk memperbaiki kendaraan yang rusak akibat kecelakaan. d. Biaya Administrasi. Biaya yang dikeluarkan untuk membayar polis asuransi atau biaya administrasi lainnya.

3 e. Biaya Lainnya. Biaya lainnya adalah biaya yang tidak termasuk dalam biaya-biaya diatas, seperti pembayaran ke pihak ketiga. 2. Biaya Tak Langsung (Indirect Cost). Yaitu kerugian yang tak langsung dialami dialami korban akibat kecelakaan seperti hilangnya produktifitas (nilai waktu) dan Human Cost. Hilangnya produktifitas menyangkut berkurangnya nilai waktu akibat kecelakaan yang diperoleh dengan mengalikan waktu yang terbuang dan pendapatan. Human Cost barkaitan dengan perhitungan biaya akibat faktor psikis dan emosional korban setelah kecelakaan. Biaya tak langsung sulit diperkirakan karena kurangnya data dan kesulitan pengukuran keuntungan, keluhan dan penderitaan serta penilaian menurut biaya moneter. Selain itu, sebagian besar masyarakat Indonesia percaya bahwa menjadi korban kecelakaan adalah bentuk dari takdir atau Kuasa Tuhan. Ketentuan Teknis 1. Metode Willingness To Pay. Merupakan pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui persentasi kemungkinan orang yang mau membayar lebih untuk mengurangi resiko kecelakaan. Kemungkinan pilihan untuk keinginan membayar jumlah untuk pengurangan kecelakaan dapat ditulis sebagai berikut: β ' χ yes e Pn ( i) = Pyes =...(4) β ' χ yes β ' χno e + e Di mana : P n (i) : Kemungkinan individu n yang berkeinginan membayar jumlah untuk mengurangi resiko kecelakaan. Selain itu, untuk mengukur kebaikan yang tepat dari model dan data yang digunakan, Statistik Rho-squared 2 ( ρ ) telah diterapkan. Perhitungannya seperti : 2 LL( β ) ρ = 1...(6) LL( o) Di mana, LL(o) adalah log-likelihood awal (dengan semua parameter yang ditetapkan pada nol) dan adalah log-likelihood pemusatan dengan parameter vector β. a) Aneka pilihan biner. Struktur dari pilihan untuk kesediaan untuk membayar (Willingness To Pay) yang ditawarkan kepada responden di daftar pertanyaan yang berkenaan dengan skenario yang hipotetis dari mengurangi resiko dari suatu kecelakaan berikut luka-luka/kerugian suatu kecelakaan sepeda motor. Pilihan biner untuk mereduksi resiko kecelakaan sebesar 25% telah diberikan kepada responden. Contoh daftar pertanyaan diberikan secara langsung. Contoh aneka pilihan biner yang diberikan kepada responden dapat dilihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Contoh pilihan biner. Kriteria Pilihan A Pilihan B Batas kecepatan maksimum (km/hr) Jarak servis rem (km) Kemungkinan mendapat luka ringan Tambahan biaya (Rp) in in Sumber : Widyastuti, H., Muller C, D.R., Dissanayake D, D.R.(2007) 2. Metode Gross Output (Human Capital Approach). Pendekatan lain yang dipakai untuk menentukan biaya satuan pada Tugas Akhir ini adalah Gross Output (Human Capital Approach), metode ini menghitung biaya kecelakaan lalu lintas dalam 2 kategori, yaitu : a). Biaya-biaya yang diakibatkan atas hilangnya sumber daya pada saat kecelakaan terjadi. b). Biaya-biaya oleh hilangnya produktivitas pada masa yang akan datang yang diakibatkan kecelakaan yang terjadi. 1. Biaya langsung (Direct Cost). Yaitu kerugian yang langsung dialami oleh korban setelah kecelakaan seperti biaya rumah sakit, biaya physiotheraphy, biaya administrasi, biaya perbaikan kendaraan dan biaya lain-lain. 2. Biaya tak langsung (Indirect Cost). Yaitu kerugian yang tak langsung dialami dialami korban akibat kecelakaan seperti hilangnya produktifitas (nilai waktu) dan Human Cost. Hilangnya produktifitas menyangkut berkurangnya nilai waktu akibat kecelakaan yang diperoleh dengan mengalikan waktu yang terbuang dan pendapatan. Human Cost barkaitan dengan perhitungan biaya akibat faktor psikis dan emosional korban setelah kecelakaan. Downing, A(1997) merekomendasikan menambahkan suatu penjumlahan dari penderitaan, duka cita dimana perinciannya : a) 38% dari biaya-biaya total untuk kecelakaan fatal. b) 100% dari biaya-biaya total untuk kecelakaan serius. c) 8% dari biaya-biaya total untuk kecelakaan ringan. Untuk perhitungan biaya kecelakaan, biaya langsung dan biaya tak langsung di dijumlahkan 0

4 berdasarkan klasifikasinya. Kemudian biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tak langsung (Indirect Cost) dijumlahkan, sehingga prediksi besarnya biaya kecelakaan rata-rata dapat diketahui. Penentuan Jumlah Sample. Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi Jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang penting manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang menggunakan analisis kuantitatif. Pada penelitian yang menggunakan analisis kualitatif, ukuran sampel bukan menjadi nomor satu, karena yang dipentingkan adalah kekayaan informasi. Walau jumlahnya sedikit tetapi jika kaya akan informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat. Ukuran sampel yang akan diambil mengacu pada pendapat Slovin (Oktaviani dan Suryana, 2006) sesuai dengan rumus : N n = 2 1+ ( N. e ) Dimana : N = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir. BAB III METODOLOGI START PERUMUSAN MASALAH STUDI LITERATUR PENGUMPULAN DATA SEKUNDER Data jumlah mahasiswa dari BAAK ITS PENENTUAN JUMLAH SAMPEL N n = ( N. e ) PENGUMPULAN DATA PRIMER Hasil pengedaran kuisoner dan wawancara langsung ke mahasiswa ITS ANALISA BIAYA KECELAKAAN KESIMPULAN DAN SARAN FINISH Gambar 3.1. Diagram Alir Penelitian.

5 BAB IV PENGUMPULAN DATA 4.1. Rekapitulasi Jumlah Mahasiswa ITS Semester Gasal Seperti telah dijelaskan di Bab III untuk mengetahui jumlah sample yang diperlukan, dibutuhkan jumlah mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya tahun ajaran 2008/2009 yang didapat dari BAAK Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Berikut rekapitulasi jumlah mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya tiap Fakultas. Tabel 4.1. Data Rekapitulasi Mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Tiap Fakultas Tahun Ajaran 2008/2009. LAKI- FAKULTAS LAKI PEREMPUAN TOTAL FMIPA FTI FTSP FTIF FTK TOTAL Sumber : Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan ITS 4.2. Penentuan Jumlah Sample Kuisioner. Berdasarkan data yang diperoleh dari BAAK ITS dapat kita tentukan jumlah sample yang diperlukan. Dengan diketahuinya jumlah populasi mahasiswa ITS maka menurut Slovin (Oktaviani dan Suryana, 2006) digunakan metode pengambilan sampel dari mahasiswa dilakukan dengan pendekatan non-probability sampling melalui metode Convenience Sampling, yaitu ketika responden yang akan dijadikan sampel sedang berada di lokasi penelitian dan bersedia diwawancara. Ukuran sampel yang akan diambil mengacu pada pendapat Slovin (Oktaviani dan Suryana, 2006) sesuai dengan rumus : N n = 2 1+ ( N. e ) Dimana : n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi e =Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sample yang masih dapat ditolerir. Dalam menentukan jumlah sample ini penulis memakai persen kelonggaran sebesar 7,5%, dengan kata lain penulis confident dengan jumlah sample yang didapat sebesar 92,5% n = = 177 sample 2 1+ ( ,075 ) Dari jumlah sampel yang diperoleh dari perhitungan di atas, kemudian dilaksanakan penyebaran kuisioner dan wawancara langsungi. Survei dilaksanakan pada saat kegiatan perkuliahan atau saat parkiran penuh Perancangan Kuisioner. Penggunaan kuisioner merupakan hal yang pokok untuk pengumpulan data. Hasil kuisioner tersebut akan terjelma dalam angka-angka, tabel-tabel, analisa statistik dan uraian serta kesimpulan hasil penelitian. Analisa data kuantitatif dilandaskan pada hasil kuisioner. Tujuan pembuatan kuisioner adalah untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan survey. Mengingat terbatasnya masalah yang dapat ditanyakan dalam kuisioner, maka senangtiasa perlu diingat agar pertanyaan-pertanyaan memang langsung berkaitan dengan hipotesa dan tujuan penelitian. Kuisioner diperlukan untuk mengetahui besarnya direct dan indirect cost serta tingkat keparahan menurut opini reponden akibat kecelakaan Penyebaran Kuisioner dan Wawancara Langsung. Penyebaran kuesioner dilaksanakan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya pada waktu perkuliahan dan di rumah maupun tempat kos mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya bila diluar jam kuliah. Jumlah sampel yang diperlukan sebanyak 177 sampel Identifikasi Responden. Setelah dilakukan penyebaran kuisioner dan wawancara langsung, diperoleh beberapa data yang dapat diidentifikasi, antara lain jenis kelamin, usia, fakultas, jenis kendaraan yang dimiliki, dan jumlah uang saku yang dimiliki oleh mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Identifikasi responden berdasarkan jenis kelamin adalah sebanyak 104 orang responden berjenis kelamin laki-laki atau 58,76% dari total responden, sedangkan sebanyak 73 orang berjenis kelamin perempuan atau 41,24% dari total respondent. Hasil identifikasi berdasarkan jenis kelamin ini dapat terlihat pada Gambar 4.1

6 Identifikasi responden berdasarkan Fakultas. Ada berbagai jurusan pendidikan yang ada di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, yang tergabung menjadi lima fakultas. Fakultas yang ada di kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya antara lain Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan (FTSP), Fakultas Teknik Industri (FTI), Fakultas Teknik Informatika (FTIF) dan Fakultas Teknik Kelautan (FTK). Dari hasil identifikasi memperlihatkan, dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 36 orang atau 20,34% dari total responden, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan 35 orang atau 19,77% dari total responden, Fakultas Teknik Industri 36 orang atau 20,34% dari total responden, Fakultas Teknik Informatika 35 orang atau 19,77% dari total responden, dan Fakultas Teknik Kelautan 35 orang atau 19,77% dari total responden. Hasil identifikasi ini terlihat pada gambar 4.3 berikut. Gambar 4.1 Identifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Identifikasi responden berdasarkan usia adalah sebanyak 1 orang berusia 17 tahun atau 0,56% dari total responden, sebanyak 14 orang berusia 18 tahun atau 7,91% dari total responden, sebanyak 42 orang berusia 19 tahun atau 23,73% dari total responden, sebanyak 61 orang berusia 20 tahun atau 34,46% dari total responden, sebanyak 35 orang berusia 21 tahun atau 19,77% dari total responden, sebanyak 14 orang berusia 22 tahun atau 7,91% dari total responden, sebanyak 9 orang berusia 23 tahun atau 5,08% dari total responden, dan sebanyak 1 orang berusia 24 tahun atau 0,56% dari total responden. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 4.2. Gambar 4.3 Identifikasi Responden Berdasarkan Fakultas Sedangkan untuk kepemilikan kendaraan diketahui bahwa dari total responden, 163 orang (92,09%) memiliki sepeda motor, 1 orang (0,56%) memiliki mobil, 11 orang (6,21%) memiliki sepeda motor dan mobil, dan 2 orang (1,13%) tidak memiliki kendaraan bermotor. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.4 berikut. Gambar 4.2 Identifikasi Responden Berdasarkan Usia

7 Berikut adalah identifikasi data responden yang aktivitasnya terhenti dan yang tidak terhenti akibat kecelakaan lalu lintas. Dari hasil penyebaran kuisioner diketahui responden yang aktivitasnya terhenti sebanyak 86 orang (48,59%) dan responden yang aktivitasnya tidak terhenti sebanyak 91 orang (51,41%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.6 berikut. Gambar 4.4 Identifikasi Responden Berdasarkan Kepemilikan Kendaraan Identifikasi responden berdasarkan jumlah uang saku per bulan. Didapat responden dengan uang saku < 1 juta tiap bulan sebanyak 26 orang (14,69%), uang saku antara 1 juta 2,5 juta tiap bulan sebanyak 148 orang (83,62%), uang saku antara 2,5 juta 5 juta tiap bulan sebanyak 3 orang (1,69%), dan dengan uang saku > 5 juta tiap bulan sebanyak 0 orang (0%). Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.5 berikut. Gambar 4.6 Identifikasi Responden Berdasarkan Aktivitas Akibat Kecelakaan Adapun identifikasi responden yang bersedia mengeluarkan biaya lebih untuk mengurangi resiko kecelakaan adalah sebanyak 145 orang (81,92%) bersedia mengeluarkan biaya lebih dan sebanyak 32 orang (18,08%) yang tidak bersedia mengeluarkan biaya lebih untuk mengurangi resiko kecelakaan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.7 berikut. Gambar 4.5 Identifikasi Responden Berdasarkan Uang Saku Gambar 4.7 Identifikasi Responden Berdasarkan Kesediaan Membayar Lebih

8 Adapun identifikasi responden berdasarkan biaya langsung (Direct Cost) adalah sebagai berikut : 1. Biaya Rumah Sakit. Hasil menunjukkkan bahwa sebanyak 53 atau 29,94 % responden harus membayar biaya rumah sakit untuk menyembuhkan luka mereka. Dengan biaya maksimum Rp dan biaya rata-rata Rp ,585. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.8 berikut. 3. Biaya Reparasi Kendaraan. Hasil menunjukkkan bahwa sebanyak 112 atau 63,28 % responden harus membayar biaya reparasi kendaraan akibat mengalami kecelakaan. Dengan biaya maksimum Rp dan biaya rata-rata Rp ,966. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.10 berikut. Gambar 4.8 Identifikasi Responden Berdasarkan Biaya Rumah Sakit 2. Biaya Rawat Jalan. Hasil menunjukkkan bahwa sebanyak 53 atau 29,94 % responden harus membayar biaya rawat jalan untuk menyembuhkan luka mereka. Dengan biaya maksimum Rp dan biaya rata-rata Rp ,40. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.9 berikut. Gambar 4.10 Identifikasi Responden Berdasarkan Biaya Reparasi Kendaraan 4. Biaya Administrasi. Hasil menunjukkkan bahwa sebanyak 14 atau 7,91 % responden harus membayar biaya administrasi akibat mengalami kecelakaan. Dengan biaya maksimum Rp dan biaya rata-rata Rp Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.11 berikut. Gambar 4.9 Identifikasi Responden Berdasarkan Biaya Rawat Jalan Gambar 4.11 Identifikasi Responden Berdasarkan Biaya Administrasi 5. Biaya Lainnya

9 Hasil menunjukkkan bahwa sebanyak 47 atau 26,55 % responden harus membayar biaya lainnya akibat mengalami kecelakaan. Dengan biaya maksimum Rp dan biaya rata-rata Rp ,180. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar 4.12 berikut. duka cita, trauma dan penderitaan dimana nilainya sebagai berikut : 38% dari biaya-biaya total untuk kecelakaan fatal. 100% dari biaya-biaya total untuk kecelakaan serius. 8% dari biaya-biaya total untuk kecelakaan ringan. B. Biaya Langsung. Gambar 4.12 Identifikasi Responden Berdasarkan Biaya Lainnya BAB V PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA 5.1. Metode Gross Output. A. Biaya tak Langsung. Biaya tak langsung (Indirect Cost) merupakan biaya akibat kehilangan waktu selama dirawat di rumah sakit maupun di rumah setelah kecelakaan. Dari hasil penyebaran kuesioner dan wawancara langsung, diketahui bahwa 91 responden (51%) tidak mengalami kehilangan produktivitas dan 86 responden (49%) mengalami kehilangan produktivitas. Besarnya biaya dapat diketahui dengan menggunakan rumus : t Keterangan : LP (Rp.) Income Lama dirawat (hari) = Lost of Productivity = Uang saku (Rp.) = Total aktifitas terhenti Uang saku yang dimiliki oleh mahasiswa di sini dianggap sebagai income, karena dianggap belum memiliki pemasukan. Biaya dari kehilangan kualitas hidup yaitu biaya akibat perasaan duka cita, trauma dan penderitaan setelah kecelakaan. Menurut Downing, A(1997) merekomendasikan menambahkan suatu penjumlahan dari Biaya langsung (Direct Cost) merupakan biaya yang langsung dikeluarkan saat kecelakaan. Biaya kecelakaan sendiri dibedakan menjadi dua komponen, yaitu biaya langsung dan biaya tak langsung. Biaya tak langsung sendiri terdiri dari kehilangan produktivitas dan kehilangan kualitas hidup. Biaya langsung dalam metode Gross Output dibedakan menjadi beberapa macam yaitu biaya rumah sakit, biaya rawat jalan, biaya reparasi kendaraan, biaya administrasi dan biaya lainnya. Nilai biaya langsung didapat dengan menjumlahkan biaya biaya yang disebutkan diatas. Biaya Kecelakaan Menurut Opini Responden A. Luka Berat. Biaya Langsung (Direct Cost). Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak adalah responden dengan biaya langsung (Direct Cost) antara Rp Rp yaitu sebanyak 7 orang. Rata rata biaya langsung (Direct Cost) Rp ,29. Tabel 5.1 Direct Cost < > Total 21 Rata-Rata 5,160, Biaya tak Langsung (Indirect Cost).

10 Data kuesioner menyebutkan bahwa dari 21 responden yang mengalami kecelakaan dengan luka berat semuanya (100%) responden mendapatkan perawatan hingga mengakibatkan kehilangan produktivitas. Hasil perhitungan menyebutkan bahwa biaya tak langsung (Indirect Cost) rata rata yang dikeluarkan oleh responden untuk kecelakaan luka berat sebesar Rp ,14 Biaya Kecelakaan (Casualty Cost). Perhitungan biaya kecelakaan untuk kecelakaan dengan luka berat sebagai berikut : Tabel 5.2 Perhitungan Biaya Kecelakaan Jenis Biaya Biaya Rata-Rata Rumah Sakit 3,354, Rawat Jalan 688, Reparasi Kendaraan 590, Biaya Administrasi 108, Biaya Lain 419, Total Direct Cost 5,160, Lost of Productivity Cost 672, Total Direct + Lost of Productivity costs 5,833, Pain, grift and suffering 5,833, Casualty Cost 11,667, Untuk mendapatkan nilai dari biaya kecelakaan (Casualty Cost), maka Total Direct + Lost of Productivity costs dijumlahkan dengan Pain, grift and suffering sebesar 100% dari jumlah total Direct Cost dan Lost of Productivity Cost. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa rata rata biaya kecelakaan yang dikeluarkan untuk kecelakaan dengan luka berat adalah Rp ,86. Jumlah responden yang paling banyak adalah responden dengan biaya kecelakaan di atas Rp Seperti yang dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 5.3 Casualty Cost < > Total 21 Rata-Rata 11,667, B. Luka Ringan. Biaya Langsung (Direct Cost). Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak adalah responden dengan biaya langsung (Direct Cost) kurang dari Rp Rata rata biaya langsung (Direct Cost) Rp ,40. Tabel 5.4 Direct Cost < > Total 146 Rata-rata 251, Biaya tak Langsung (Indirect Cost). Data kuesioner menyebutkan bahwa dari total responden yang mengalami kecelakaan luka ringan, 44,52% responden mendapatkan perawatan hingga mengakibatkan kehilangan produktivitas. Hasil perhitungan menyebutkan bahwa biaya tak langsung (Indirect Cost) rata rata yang dikeluarkan oleh responden untuk kecelakaan ringan sebesar Rp ,49. Biaya Kecelakaan (Casualty Cost). Perhitungan biaya kecelakaan untuk kecelakaan dengan luka ringan sebagai berikut :

11 Tabel 5.5 Perhitungan Biaya Kecelakaan Jenis Biaya Biaya Rata-Rata Rumah Sakit 48, Rawat Jalan 33, Reparasi Kendaraan 103, Biaya Administrasi 22, Biaya Lain 42, Total Direct Cost 251, Lost of Productivity Cost 58, Total Direct + Lost of Productivity costs 309, Pain, grift and suffering 24, Casualty Cost 334, Untuk mendapatkan nilai dari biaya kecelakaan (Casualty Cost), maka Total Direct + Lost of Productivity costs dijumlahkan dengan Pain, grift and suffering sebesar 8% dari jumlah total Direct Cost dan Lost of Productivity Cost. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa rata rata biaya kecelakaan yang dikeluarkan untuk kecelakaan dengan luka ringan adalah Rp ,88. Jumlah responden yang paling banyak adalah responden dengan biaya kecelakaan kurang dari Rp seperti yang dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 5.6 Casualty Cost < > Total 146 Rata-rata 334, C. PDO ( Damage Property Only). PDO ( Damage Property Only) merupakan suatu kelas kecelakaan dimana korban hanya mengalami kerugian harta benda. Harta benda yang dimaksud dalam studi ini adalah kendaraan yang dimiliki. Biaya Langsung (Direct Cost). Dari hasil perhitungan, jumlah responden yang paling banyak adalah responden dengan biaya langsung (Direct Cost) antara Rata rata biaya langsung (Direct Cost) Rp ,00. Tabel 5.7 Direct Cost < > Total 10 Rata-Rata 148, Biaya tak Langsung (Indirect Cost). Dalam perhitungan biaya kecelakaan untuk PDO (Property Damage Only), tidak ada responden mendapatkan perawatan hingga tidak mengalami kehilangan produktivitas. Karena tidak mengalami kehilangan produktivitas, maka biaya tak langsung (Indirect Cost) adalah Rp.0. Biaya Kecelakaan (Casualty Cost). Perhitungan biaya kecelakaan untuk kecelakaan dengan luka berat sebagai berikut :

12 Total 10 Rata-Rata 148, Tabel 5.8 Perhitungan Biaya Kecelakaan Jenis Biaya Biaya Rata-Rata Rumah Sakit - Rawat Jalan - Reparasi Kendaraan 148, Biaya Administrasi - Biaya Lain - Total Direct Cost 148, Lost of Productivity Cost - Total Direct + Lost of Productivity costs 148, Pain, grift and suffering - Casualty Cost 148, Untuk mendapatkan nilai dari biaya kecelakaan (Casualty Cost), maka Total Direct + Lost of Productivity costs dijumlahkan dengan Pain, grift and suffering sebesar 0% dari jumlah total Direct Cost dan Lost of Productivity Cost. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa rata rata biaya kecelakaan yang dikeluarkan untuk kecelakaan dengan luka ringan adalah Rp ,00. Jumlah responden yang paling banyak adalah responden dengan biaya kecelakaan antara Rp Rp , seperti yang dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 5.9 Casualty Cost < > Biaya Kecelakaan Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun l993. A. Luka Berat. Luka berat menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun l993 adalah korban kecelakaan yang mengalami cacat tetap atau dirawat lebih dari 30 hari. Perhitungan biaya kecelakaan untuk korban luka berat sebagai berikut. Biaya Langsung (Direct Cost). Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa jumlah responden yang paling banyak adalah responden dengan biaya langsung (Direct Cost) di atas Rp ,00 dan Rp Rp Rata rata biaya langsung (Direct Cost) Rp ,00. Tabel 5.10 Direct Cost < > Total 5 Rata-Rata 7,440, Biaya tak Langsung (Indirect Cost). Data kuesioner menyebutkan bahwa dari total responden yang mengalami kecelakaan dengan luka berat, semuanya (100%) responden mendapatkan perawatan hingga mengakibatkan kehilangan produktivitas. Hasil perhitungan menyebutkan bahwa biaya tak langsung (Indirect Cost) rata rata yang dikeluarkan

13 oleh responden untuk kecelakaan luka berat sebesar Rp ,33. Biaya Kecelakaan (Casualty Cost). Perhitungan biaya untuk kecelakaan dengan luka berat sebagai berikut : Total 5 Rata-Rata 17,296, Tabel 5.11 Perhitungan Biaya Kecelakaan B. Luka Ringan. Biaya Langsung (Direct Cost). Jenis Biaya Biaya Rata-Rata Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa jumlah Rumah Sakit 4,250, responden yang paling banyak adalah responden dengan biaya langsung (Direct Cost) kurang dari Rawat Jalan 1,310, Rp Rata rata biaya langsung (Direct Cost) Reparasi Kendaraan 1,270, Rp ,56. Biaya Administrasi 210, Biaya Lain 400, Tabel 5.13 Direct Cost Total Direct Cost 7,440, Lost of Productivity Cost 1,208, Total Direct + Lost of Productivity 8,648, < costs Pain, grift and suffering 8,648, Casualty Cost 17,296, Untuk mendapatkan nilai dari biaya kecelakaan (Casualty Cost), maka Total Direct + Lost of Productivity costs dijumlahkan dengan Pain, grift and suffering sebesar 100% dari jumlah total Direct Cost dan Lost of Productivity Cost Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa rata rata biaya kecelakaan yang dikeluarkan untuk kecelakaan dengan luka berat adalah Rp ,67. > Jumlah responden yang paling banyak adalah Total 128 responden dengan biaya kecelakaan di atas Rp , Rata-rata 800, seperti yang dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 5.12 Casualty Cost Biaya tak Langsung (Indirect Cost). Data kuesioner menyebutkan bahwa dari total responden yang mengalami kecelakaan luka ringan, 84,37% responden mendapatkan perawatan hingga mengakibatkan kehilangan produktivitas. < Hasil perhitungan menyebutkan bahwa biaya tak langsung (Indirect Cost) rata rata yang dikeluarkan oleh responden untuk kecelakaan ringan sebesar Rp , Biaya Kecelakaan (Casualty Cost) Perhitungan biaya kecelakaan untuk kecelakaan dengan luka berat sebagai berikut : >

14 Total 128 Rata-rata 997, Tabel 5.14 Perhitungan Biaya Kecelakaan Biaya Rata- Jenis Biaya Rata Rumah Sakit 440, Rawat Jalan 99, Reparasi Kendaraan 125, Biaya Administrasi 33, Biaya Lain 100, Total Direct Cost 800, Lost of Productivity Cost 129, Total Direct + Lost of Productivity costs 930, Pain, grift and suffering 67, Casualty Cost 997, Untuk mendapatkan nilai dari biaya kecelakaan (Casualty Cost), maka Total Direct + Lost of Productivity costs dijumlahkan dengan Pain, grift and suffering sebesar 8% dari jumlah total Direct Cost dan Lost of Productivity Cost. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa rata rata biaya kecelakaan yang dikeluarkan untuk kecelakaan dengan luka ringan adalah Rp ,21. Jumlah responden yang paling banyak adalah responden dengan biaya kecelakaan di bawah Rp ,00. Seperti yang dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 5.15 Casualty Cost < > C. PDO ( Damage Property Only). PDO ( Damage Property Only) merupakan suatau kelas kecelakaan dimana korban hanya mengalami kerugian harta benda. Harta benda yang dimaksud dalam studi ini adalah kendaraan yang dimiliki. Biaya Langsung (Direct Cost). Dari hasil perhitungan, jumlah responden yang paling banyak adalah responden dengan biaya langsung (Direct Cost) kurang dari Rp Rata rata biaya langsung (Direct Cost) Rp ,09. Tabel 5.16 Direct Cost < > Rata-Rata Biaya tak Langsung (Indirect Cost). Dalam perhitungan biaya kecelakaan untuk PDO (Property Damage Only), tidak ada responden mendapatkan perawatan hingga tidak mengalami kehilangan produktivitas. Karena tidak mengalami kehilangan produktivitas, maka biaya tak langsung (Indirect Cost) adalah Rp.0. Biaya Kecelakaan (Casualty Cost). Perhitungan biaya kecelakaan untuk kecelakaan PDO sebagai berikut :

15 Rata-Rata Tabel 5.17 Perhitungan Biaya Kecelakaan Jenis Biaya Biaya Rata-Rata Rumah Sakit - Rawat Jalan - Reparasi Kendaraan 148, Biaya Administrasi 3, Biaya Lain 2, Total Direct Cost 154, Lost of Productivity Cost - Total Direct + Lost of Productivity costs 154, Pain, grift and suffering - Casualty Cost 154, Untuk mendapatkan nilai dari biaya kecelakaan (Casualty Cost), maka Total Direct + Lost of Productivity costs dijumlahkan dengan Pain, grift and suffering sebesar 0% dari jumlah total Direct Cost dan Lost of Productivity Cost. Dari hasil perhitungan, diketahui bahwa rata rata biaya kecelakaan yang dikeluarkan untuk kecelakaan dengan luka ringan adalah Rp ,00. Jumlah responden yang paling banyak adalah responden dengan biaya kecelakaan kurang dari RP Seperti yang dijelaskan pada tabel berikut : Tabel 5.18 Casualty Cost < > A. Estimasi model willingness to pay Struktur probabilitas keinginan untuk mengeluarkan biaya lebih (willingness to pay) untuk mengurangi resiko kecelakaan di jalan raya pada pengguna sepeda motor. Struktur kuisioner yang digunakan pada analisis WTP adalah pilihan untuk mengurangi resiko akibat kecelakaan. Pilihan biner yang digunakan sebagai variabel dependent adalah sebagai berikut : Tabel 5.13 Struktur Pilihan Biner Kriteria Pilihan A Pilihan B Batas kecepatan maksimum (km/hr) Jarak servis rem (km) Kemungkinan mendapat luka ringan Tambahan biaya (Rp) in in Pilahan-pilihan biner dalam penelitian ini kemudian dimasukan dalam model binary sebagai variabel variabel dependent (observasi) dengan kreteria pengelompokan adalah sebagai berikut : Table 5.14 Nilai Internal Variabel Dependent Original Value Internal Value Pilihan B 0 Pilihan A 1 Untuk menggambarkan dengan lebih detail persepsi mahasiswa ITS tentang pilihan keinginan untuk mengeluarkan biaya tambahan guna mengurangi tingkat kecelakaan jalan raya maka dibuat frekuensi jawaban responden atas dua pilihan yang disediakan sebagai berikut. Table 5.15 Frekuensi dan Prosentase Pilihan_Biner Frekuensi Prosentase Mau menggeluarkan (Pilihan A) Tidak mau mengeluarkan (Pilihan B)

16 Berdasarkan table 5.15 tentang distribusi jawaban responden diketahui bahwa dari keseluruhan 175 responden sebanyak 109 responden atau 62.3 % adalah kelompok yang memilih pilihan A, yaitu kategori mau mengeluarkan biaya tambahan, sebaliknya sebanyak 66 responden atau 37.7 % penelitian ini adalah kelompok yang tidak mau mengeluarkan biaya lebih. Langkah selanjutnya dalam interpretasi Binary logistik setelah melihat distribusi frekuensi adalah melakukan pengembangan model. Pada sub bab ini, akan diuraikan pengaruh variabel dependent (observasi) yang digunakan dalam penelitian terhadap variabel bebasnya (prediktor) taraf signifikansi yang digunakan pada penelitian adalah sebesar 10 % (α=0.1), berikut Tabel 5.16 dibawah ini akan menyajikan hasil dari uji Logistic Regression: Tabel 5.16 Hasil Uji Binary Choice Model WTP Rp 700 Step1 Variabel B Sig. Exp(B) USIA GENDER FAKULTAS FAKULTAS(1) FAKULTAS(2) FAKULTAS(3) FAKULTAS(4) income_rasio KENDARAAN KECELAKAAN AKTIFITAS_TERHENTI Constant Sumber : lampiran diolah Dari hasil pengujian diatas didapat variable yang signifikan adalah usia, gender dan fakultas. Untuk mendapatkan nilai signifikansi variable yang dipakai variable yang signifikan tersebut diuji Logistic Regression lagi. Berikut hasil uji Logistic Regression step 2 : Tabel 5.17 Hasil Uji Binary Choice Model WTP Rp 700 Step 2 Variables B Sig. Exp(B) USIA GENDER Constant Sumber : lampiran diolah Berdasarkan hasil uji regresi logistik dari tabel 5.17 diketahui dari keselurahan prediktor yang digunakan hanya terdapat dua variabel yang memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 10 %, yaitu usia (β= p=0.082<0.1) sehingga disimpulkan usia berpengaruh negatif signifikan terhadap probabilitas keinginan untuk membayar dan variabel kedua adalah gender (β=0.840 p=0.06<0.1) sehingga disimpulkan gender berpengaruh positif signifikan terhadap probabilitas keinginan untuk membayar. Sedangkan variabel-variabel lain yang digunakan untuk memprediksi WTP memiliki nilai signifikansi diatas ambang batas signifikasni (10 %). Hasil yang didapat dari Binary Choice Model WTP Rp 700 Step 2, menyebutkan salah satu variabel yang signifikan yaitu gender (jenis kelamin). Oleh sebab itu variabel perlu dikategorikan lagi berdasarkan gender (jenis kelamin). Dengan mengkategorikan gender diharapkan probabilitas jenis kelamin laki-laki dan perempuan dapat diperoleh Probabilitas Responden Laki-laki. Sama seperti pengujian sebelumnya akan diuraikan pengaruh variabel dependent (observasi) yang digunakan dalam penelitian terhadap variabel bebasnya (prediktor) taraf signifikansi yang digunakan pada penelitian adalah sebesar 10 % (α=0.1), berikut Tabel 5.18 dibawah ini akan menyajikan hasil dari uji Logistic Regression: Tabel 5.18 Hasil Uji Binary Choice Model WTP Rp 700 Step1A Variables B Sig. Exp(B) Step 1(a) USIA FAKULTAS.596 FAKULTAS(1) FAKULTAS(2) FAKULTAS(3) FAKULTAS(4) income_rasio KENDARAAN KECELAKAAN AKTIFITAS_TERH ENTI Constant Sumber : lampiran diolah Dari hasil pengujian diatas didapat variable yang signifikan adalah usia. Untuk mendapatkan nilai signifikansi variable yang dipakai variable yang signifikan tersebut diuji Logistic Regression lagi. Berikut hasil uji Logistic Regression step 2 : Tabel 5.19 Hasil Uji Binary Choice Model WTP Rp 700 Step2A Variables B Sig. Exp(B) Step USIA 1(a) Constant Sumber : lampiran diolah

17 LL (0) = LL (β) = ρ 2 = Log likelihood step 0 = = - Dari hasil analisis model Logistic Regression tersebut, maka dapat digambarkan model logit sebagai berikut: Logit (p) = ln (p/1-p) = usia Merujuk pada persamaan Regresi Logistik tersebut, maka dapat dijelaskan sebagai berikut: 1). Konstanta (a): Konstanta sebesar adalah probabilitas keinginan untuk mau membayar biaya lebih (Option A) setelah mengontrol seluruh variabel. 2). Koefisien regresi usia sebesar menyatakan bahwa log odds keinginan untuk mau membayar biaya lebih (Option A), dimana setiap peningkatan usia sebesar satu satuan akan menurunkan probabilitas masyarakat untuk mau membayar biaya lebih (Option A) sebesar factor (e = 0,671), dengan asumsi variabel lain tetap. Pengujian kreteria Goodness-of-Fit Model Logistic Regression Untuk menentukan GOF (Goodness-of-Fit) akan melihat pada Nilai -2 Log Likelihood yang berfungsi untuk melihat kesesuaian dari model Logistic Regression. Nilai - 2 Log Likelihood Block 0 merupakan nilai untuk model yang hanya memasukkan konstanta yaitu sebesar Sementara itu, nilai -2 Log Likelihood Block 1 merupakan model dengan konstanta dan variabel bebas lainnya yaitu sebesar Berdasarkan hasil output Tabel 5.6 diketahui bahwa terdapat penurunan nilai -2 Log Likelihood dari pada block 0 menjadi , pada block 1 sehingga disimpulkan secara keseluruhan terdapat kesesuaian model dengan data. Dan nilai adalah antara interval 1 sampai 0, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel Tabel 5.20 Goodness of Fit Model A -2 Log Step likelihood Sumber : lampiran diolah -2 Log likelihood step 0 = Log likelihood step 0 = = - -2 Log likelihood step 1( ) = Interpretasi odds rasio Guna menggambarkan model secara lebih terperinci maka dapat dilakukan dengan menginterpretasikan model binary logistik kedalam probabilitas angka-angka. Berikut adalah nilai Mean, Modus, dan Median dari variable usia. Tabel 5.21 Descriptive Statistics A. USIA N 102 Mean Median Mode 20 Sumber : lampiran diolah Dari hasil analisa menunjukkan nilai mean,modus dan median adalah sama yaitu usia 20 tahun. Untuk mendapatkan nilai probabilitas dapat dilihat dari ilustrasi sebagai berikut, jika seorang mahasiswa ITS berusia 20 tahun, dan berjenis kelamin laki-laki. Logit (p) = ln (p/1-p) = (20) = Oleh karena itu probabilitas yang diperoleh adalah Logit (p)= (Exp / 1+ Exp ) = Indikasi ini menunjukan bahwa probabilitas kemungkingan mahasiswa ITS dengan karakteristik berusia 20 tahun, dan berjenis kelamin laki-laki (nilai internal jenis kelamin pria = 1), untuk mau membayar sebesar Rp 700 rupiah guna menurunkan kecelakaan sebesar 25 % adalah sebesar 34,7 % Probabilitas Responden Perempuan. Sama seperti pengujian sebelumnya akan diuraikan pengaruh variabel dependent (observasi) yang digunakan dalam penelitian terhadap variabel bebasnya (prediktor) taraf signifikansi yang digunakan pada penelitian adalah sebesar 10 % (α=0.1), berikut Tabel 5.22 dibawah ini akan menyajikan hasil dari uji Logistic Regression: Tabel 5.22 Hasil Uji Binary Choice Model WTP Rp 700 Step1B Variables Step 1(a) USIA B Sig. Exp(B)

18 FAKULTAS.888 Sementara itu, nilai -2 Log Likelihood Block 1 merupakan FAKULTAS(1) model dengan konstanta dan variabel bebas lainnya yaitu sebesar Berdasarkan hasil output Tabel 5.6 FAKULTAS(2) diketahui.893 bahwa terdapat penurunan nilai -2 Log FAKULTAS(3) Likelihood dari pada block 0 menjadi , KENDARAAN pada.766 block 1 sehingga disimpulkan secara keseluruhan KECELAKAAN terdapat.974 kesesuaian model dengan data. Dan nilai adalah AKTIFITAS_TERH antara interval 1 sampai ENTI income_rasio Sumber : lampiran diolah Tabel 5.24 Goodness of Fit Model B. Untuk mendapatkan nilai signifikansi variable yang dipakai variable yang signifikan tersebut diuji Logistic Regression lagi. Berikut hasil uji Logistic Regression step 2 : Tabel 5.23 Hasil Uji Binary Choice Model WTP Rp 700 Step2B Variables B Sig. Exp(B) USIA Constant Sumber : lampiran diolah LL (0) = LL (β) = ρ 2 = Dari hasil analisis model Logistic Regression tersebut, maka dapat digambarkan model logit sebagai berikut: Logit (p) = ln (p/1-p) = usia Log Step likelihood Sumber : lampiran diolah -2 Log likelihood step 0 = Log likelihood step 0 = = - -2 Log likelihood step 1( ) = Log likelihood step 0 = = Merujuk pada persamaan Regresi Logistik tersebut, maka dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Konstanta (a): Konstanta sebesar adalah probabilitas keinginan untuk mau membayar biaya lebih (Option A) setelah mengontrol seluruh variabel. 2. Koefisien regresi usia sebesar menyatakan bahwa log odds keinginan untuk mau membayar biaya lebih (Option A), dimana setiap peningkatan usia sebesar satu satuan akan menurunkan probabilitas masyarakat untuk mau membayar biaya lebih (Option A) sebesar factor (e = 0,923), dengan asumsi variabel lain tetap. Pengujian kreteria Goodness-of-Fit Model Logistic Regression Untuk menentukan GOF (Goodness-of-Fit) akan melihat pada Nilai -2 Log Likelihood yang berfungsi untuk melihat kesesuaian dari model Logistic Regression. Nilai - 2 Log Likelihood Block 0 merupakan nilai untuk model yang hanya memasukkan konstanta yaitu sebesar Interpretasi odds rasio Guna menggambarkan model secara lebih terperinci maka dapat dilakukan dengan menginterpretasikan model binary logistik kedalam probabilitas angka-angka. Berikut adalah nilai Mean, Modus, dan Median dari variable usia. Tabel 5.25 Descriptive Statistics B. USIA N 73 Mean Median Mode 19 Sumber : lampiran diolah

19 Dari hasil analisa menunjukkan nilai mean dan median adalah sama yaitu usia 20 tahun, dan modus adalah 19 tahun Untuk mendapatkan nilai probabilitas dapat dilihat dari ilustrasi sebagai berikut, jika seorang mahasiswa ITS berusia 19 tahun, dan berjenis kelamin perempuan. Logit (p) = ln (p/1-p) = (19) = Oleh karena itu probabilitas yang diperoleh adalah Logit (p)= (Exp / 1+ Exp ) = Indikasi ini menunjukan bahwa probabilitas kemungkingan mahasiswa ITS dengan karakteristik berusia 20 tahun, dan berjenis kelamin perempuan (nilai internal jenis kelamin perempuan = 2), untuk mau membayar sebesar Rp 700 rupiah guna menurunkan kecelakaan sebesar 25 % adalah sebesar 20,1 %. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa : 1. Hasil perhitungan accident cost mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya menurut opini responden menggunakan metode The Gross Output : 1) Biaya kecelakaan rata rata yang dikeluarkan untuk kecelakaan dengan luka berat adalah Rp ,86. 2) Biaya kecelakaan rata rata yang dikeluarkan untuk kecelakaan dengan luka ringan adalah Rp ,88. 3) Biaya kecelakaan rata rata yang dikeluarkan untuk kecelakaan yang hanya mengakibatkan kerusakan properti adalah Rp , Hasil perhitungan accident cost mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun l993 menggunakan metode The Gross Output : 1) Biaya kecelakaan rata rata yang dikeluarkan untuk kecelakaan dengan luka berat adalah Rp ,67. 2) Biaya kecelakaan rata rata yang dikeluarkan untuk kecelakaan dengan luka ringan adalah Rp ,21. 3) Biaya kecelakaan rata rata yang dikeluarkan untuk kecelakaan yang hanya mengakibatkan kerusakan properti adalah Rp , Dari hasil perhitungan biaya kecelakaan dan klasifikasi kecelakaan berdasarkan opini responden dan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun l993, didapat perbandingan biaya kecelakaan sebagai berikut : a. Untuk korban kecelakaan dengan luka berat, biaya kecelakaan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun l993 lebih besar bila dibandingkan biaya kecelakaan menurut opini responden. Hal ini disebabkan oleh perbedaan parameter yang digunakan yaitu keparahan menurut korban pada opini responden dan lama aktivitas terhenti pada Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun l993. Hal ini menyebabkan perbedaan yang cukup signifikan pada biaya Lost of Productivity dengan perbandingan sebagai berikut Rp ,86 : Rp ,67. 1 : 1,48 b. Untuk korban dengan luka ringan, biaya kecelakaan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun l993 lebih besar bila dibandingkan biaya kecelakaan menurut opini responden. Hal ini disebabkan oleh perbedaan parameter yang digunakan yaitu keparahan menurut korban pada opini responden dan lama aktivitas terhenti pada Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun l993. Hal ini menyebabkan perbedaan yang cukup signifikan pada biaya Lost of Productivity dengan perbandingan sebagai berikut. Rp ,88 : Rp ,21. 1 : 3 c. Untuk korban PDO biaya kecelakaan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun l993 lebih besar bila dibandingkan biaya kecelakaan menurut opini responden tetapi tidak terlalu signifikan dengan perbandingan sebagai berikut. Rp ,00 : Rp ,00. 1 : 1,06 4. Hasil analisa menggunakan metode willingness to pay dengan menggunakan SPSS 15 didapat kesimpulan sebagai berikut : a) Probabilitas kemungkingan mahasiswa ITS dengan karakteristik berusia 20 tahun, dan berjenis kelamin laki-laki untuk mau membayar sebesar Rp 700 rupiah guna menurunkan kecelakaan sebesar 25 % adalah sebesar 34,7 %. b) Probabilitas kemungkingan mahasiswa ITS dengan jenis kelamin wanita untuk mau membayar sebesar Rp 700 rupiah guna

EVALUASI ACCIDENT COST MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

EVALUASI ACCIDENT COST MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA EVALUASI ACCIDENT COST MAHASISWA INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA OLEH : MARIO ADITYO BASKORO NRP 3104 100 023 Dosen Pembimbing Hera Widyastuti., Ir., MT. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

EVALUASI ACCIDENT COST MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

EVALUASI ACCIDENT COST MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA TUGAS AKHIR RC09 1380 EVALUASI ACCIDENT COST MAHASISWA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA RICKY RINALDI RACHMAN NRP 3104 100 025 Dosen Pembimbing HERA WIDYASTUTI.,IR,.MT JURUSAN TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Semakin berkembang suatu wilayah maka kebutuhan transportasi akan semakin meningkat dan permasalahan di dalamnya pun akan bertambah. Masyarakat dituntut untuk memiliki mobilitas

Lebih terperinci

EVALUASI BIAYA KECELAKAAN MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

EVALUASI BIAYA KECELAKAAN MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 1 EVALUASI BIAYA KECELAKAAN MAHASISWA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG Nama Mahasiswa : Reza Fachrur Rozy NRP : 314 1 129 Jurusan : Teknik Sipil FTSP- ITS Dosen Konsultasi : Hera Widyastuti, Ir.MT. Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan sarana dan prasarana transportasi itu sendiri. BAB I PENDAHULUAN I.1 Umum Semakin berkembang suatu wilayah maka kebutuhan transportasi akan semakin meningkat dan permasalahan di dalamnya pun akan bertambah. Masyarakat dituntut untuk memiliki mobilitas

Lebih terperinci

BIAYA KECELAKAAN LALULINTAS JALAN DI INDONESIA DAN VIETNAM

BIAYA KECELAKAAN LALULINTAS JALAN DI INDONESIA DAN VIETNAM BIAYA KECELAKAAN LALULINTAS JALAN DI INDONESIA DAN VIETNAM Gito Sugiyanto Program Studi Teknik Sipil Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto Jl. Mayjend Sungkono Km. 5, Blater,

Lebih terperinci

BIAYA KECELAKAAN PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH PURBALINGGA DENGAN MENGGUNAKAN METODE GROSS OUTPUT

BIAYA KECELAKAAN PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH PURBALINGGA DENGAN MENGGUNAKAN METODE GROSS OUTPUT BIAYA KECELAKAAN PENGGUNA KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH PURBALINGGA DENGAN MENGGUNAKAN METODE GROSS OUTPUT Safety Husna Pangestika Program Studi Teknik Sipil Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : kecelakaan, lalulintas, tingkat pemahaman aturan lalulintas, pemodelan dan prediksi kecelakaan

ABSTRAK. Kata kunci : kecelakaan, lalulintas, tingkat pemahaman aturan lalulintas, pemodelan dan prediksi kecelakaan VOLUME 1 NO.1, FEBRUARI 214 MODEL KECELAKAAN LALULINTAS BERDASARKAN KORELASI POPULASI, TINGKAT PEMAHAMAN PENGGUNA DAN TINGKAT PERTUMBUHAN KENDARAAN DI KOTA BESAR, SEDANG DAN KECIL SUMATERA BARAT Cut Dona

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan diperoleh kesimpulan sebagai berikut. 1. Kecelakaan lalu lintas itu dapat diuraikan melalui adanya relasi statistik yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.. Deskripsi Objek Penelitian Kemampuan laba (profitabilitas) merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Rasio kemampulabaan akan memberikan

Lebih terperinci

BAB IV INTEPRETASI DATA

BAB IV INTEPRETASI DATA 41 BAB IV INTEPRETASI DATA 4.1 Pengumpulan Data Data responden pada penyusunan skripsi ini terdiri atas dua bagian yaitu data profil responden dan data stated preference. Untuk data profil responden terdiri

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 50 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statisik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Sebanyak 25 perusahaan yang masuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap fasilitas-fasilitas umum dan timbulnya korban yang meninggal dunia. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kecelakaan lalu lintas akhir-akhir ini sangat sering terjadi dan banyak menimbulkan kerugian. Akibat dari kecelakaan lalu lintas berupa kerusakan terhadap fasilitas-fasilitas

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara).

Lebih terperinci

HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN

HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN Najid Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Tarumanagara e-mail: najid29@yahoo.com mobile phone: 818156673 Abstract: Rapid

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan 54 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Uji Validitas Untuk mengetahui tingkat validitas dari setiap pernyataan dalam kuisioner, digunakan rumus korelasi product

Lebih terperinci

BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III LOKASI DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 LOKASI PENELITIAN Lokasi yang dipilih untuk dilakukan penelitian tentang daerah rawan kecelakaan ini yaitu ruas jalan tol Jakarta Cikampek. Lokasi ini dipilih

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik 1. Uji Klasifikasi Model Uji klasifikasi model dapat menunjukkan kekuatan atau ketepatan prediksi dari model regresi untuk mempredikasi tingkat nilai willingness

Lebih terperinci

Prakata. Pd. T B

Prakata. Pd. T B Prakata Pedoman perhitungan besaran biaya kecelakaan lalu lintas dipersiapkan oleh Panitia Teknik Standarisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan melalui Gugus kerja Bidang Ekonomi Transportasi pada Sub Panitia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan februari 2009-Juni 2009 di beberapa wilayah terutama Jakarta, Depok dan Bogor untuk pengambilan sampel responden

Lebih terperinci

PEDOMAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Perhitungan besaran biaya kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan metoda the gross output (human capital)

PEDOMAN DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Perhitungan besaran biaya kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan metoda the gross output (human capital) PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd T-02-2005-B Perhitungan besaran biaya kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan metoda the gross output (human capital) DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM Daftar Isi Daftar isi...

Lebih terperinci

Perhitungan besaran biaya kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan metoda the gross output (human capital)

Perhitungan besaran biaya kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan metoda the gross output (human capital) Perhitungan besaran biaya kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan metoda the gross output (human capital) 1 Ruang lingkup Pedoman ini menetapkan prosedur untuk melakukan perhitungan besaran biaya kecelakaan

Lebih terperinci

2) K-Type injury accident : mengakibatkan luka yang mengeluarkan banyak

2) K-Type injury accident : mengakibatkan luka yang mengeluarkan banyak BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Karakteristik Kecelakaan Menurut Fachrurrozy (2001) beberapa karakteristik kecelakaan yang diperlukan dalam analisis kecelakaan lalu lintas adalah : 1. Berdasarkan tingkat kecelakaan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Metode survei yang digunakan adalah metode random sampling yaitu cara pengambilan sampel memberikan kesempatan yang sama pada responden untuk diambil

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Demografi Responden Penelitian

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. 1. Karakteristik Demografi Responden Penelitian BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data A.1. Analisis Deskriptif 1. Karakteristik Demografi Responden Penelitian Demografi responden terdiri dari Jenis Kelamin. Usia, Tingkat Pendidikan, Jumlah

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Membedakan Jenis Pelanggaran lalu lintas di Polres Sidoarjo dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik Biner

Faktor-Faktor yang Membedakan Jenis Pelanggaran lalu lintas di Polres Sidoarjo dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik Biner Faktor-Faktor yang Membedakan Jenis Pelanggaran lalu lintas di Polres Sidoarjo dengan Menggunakan Metode Regresi Logistik Biner Oleh : Febrian Hadi Santoso 1308 030 016 Pembimbing : Wibawati, S.Si, M.Si

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu :

III. METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, penulis menggunakan dua sumber data, yaitu : III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Salah satu yang mempengaruhi kualitas penelitian adalah kualitas data yang dikumpulkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai cara. Dalam

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian mengenai persepsi dan sikap responden terhadap produk Oreo setelah adanya isu melamin serta faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa

IV. METODE PENELITIAN. Kawasan ini dipilih secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data untuk keperluan penelitian dilakukan di Kelurahan Harapan Jaya, Kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Kawasan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. mahasiswa. Setiap responden mempunyai karakteristik yang berbeda. Oleh

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. mahasiswa. Setiap responden mempunyai karakteristik yang berbeda. Oleh 43 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Jumlah responden yang diambil dalam penelitian ini ada sebanyak 72 mahasiswa. Setiap responden mempunyai karakteristik yang berbeda. Oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat mungkin dialami oleh setiap pengguna jalan. Hal ini terjadi karena pengemudi kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Populasi kendaraan yang terus meningkat, termasuk sepeda motor, membuka peluang terjadinya kecelakaan lalu lintas jalan. Hingga kini, angka kecelakaan lalu lintas jalan

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data.

BAB III METODA PENELITIAN. Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data. BAB III METODA PENELITIAN 3.1 Operasionalisasi Variabel Dalam penelitian ini digunakan variabel-variabel untuk melakukan analisis data. Variabel tersebut terdiri dari variabel terikat (dependent variable)

Lebih terperinci

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB III. METODE PENELITIAN BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian yang berjudul Analisis Respon Masyarakat terhadap Rencana Kenaikan Harga BBM Jenis Premium (Kasus: Pengendara Mobil Pribadi di Bogor)

Lebih terperinci

Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya

Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-5 1 Analisis Perpindahan Moda dari Taksi dan Mobil Pribadi ke Bus Damri di Bandar Udara Juanda Surabaya Devina Octavianti, dan Ir. Hera Widyastuti, MT., Ph.D.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan tujuan tertentu. Alat pendukung. aman, nyaman, lancar, cepat dan ekonomis. 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Menurut Miro (2002), Transportasi dapat diartikan sebagai usaha memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari satu tempat ketempat lain, dimana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sakit At-Turrots Al-Islamy, PKU Muhammadiyah Gamping, Puskesmas

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sakit At-Turrots Al-Islamy, PKU Muhammadiyah Gamping, Puskesmas BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek yang dilakukan pada penelitian ini adalah peserta BPJS kelas II yang berada di Kabupaten Sleman. B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian untuk penulisan skripsi ini berlangsung pada 1 Maret 2016 s.d selesai yang dilakukan di Jakarta. B. Desain penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

BAB IV HASIL DAN ANALISIS 51 BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Data Penelitian 4.1.1 Profil Obyek Penelitian Obyek penelitian dalam penelitian ini adalah Pasar Sleman. Pasar Sleman merupakan pasar terbesar di Kecamatan Sleman.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan dan hipotesis penelitian, penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan dan hipotesis penelitian, penelitian ini digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Model Penelitian Berdasarkan permasalahan dan hipotesis penelitian, penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, tujuannya

Lebih terperinci

pembinaan dan operasi. Audit keselamatan jalan pada awalnya diperiksa oleh orang atau tim yang berkualitas secara mandiri untuk

pembinaan dan operasi. Audit keselamatan jalan pada awalnya diperiksa oleh orang atau tim yang berkualitas secara mandiri untuk 15 pada semua perangkat jalan mulai dari perancangan, bentuk jalan, pembinaan dan operasi. Audit keselamatan jalan pada awalnya dikembangkan untuk jalan-jalan baru, akan tetapi semakin banyak digunakan

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Responden Lokasi penelitian dilakukan di sekitar Bogor, bagi pemilik dan pengendara mobil pribadi. Lokasi yang aksidental berada di sekitar kampus IPB, Indraprasta

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Wilayah Studi Daerah rawan kecelakaan adalah daerah yang mempunyai angka kecelakaan tinggi, resiko kecelakaan tinggi dan potensi kecelakaan tinggi pada suatu ruas jalan. Daerah

Lebih terperinci

TREND KECELAKAAN LALU LINTAS DI INDONESIA ( ) 12/8/2014. Pertemuan Kesebelas. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada

TREND KECELAKAAN LALU LINTAS DI INDONESIA ( ) 12/8/2014. Pertemuan Kesebelas. Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Index Kecelakaan 1971 1973 1975 1977 1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 12/8/2014 Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Universitas Gadjah Mada Pertemuan Kesebelas

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa ini membawa dampak positif bagi masyarakat Indonesia yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Badan Pusat Statistika menyatakan bahwa angka kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Indonesia sangat tinggi, penyebabnya adalah semakin banyaknya jumlah kendaraan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 31 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pengunjung wisata Kraton Ratu Boko di Kabupaten Sleman. B. Lokasi Penelitian Ratu Boko. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Peneliti melakukan penelitian pada bulan Desember 2010. Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti melakukan penelitian di Pojok Bursa Universitas

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. 1 Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Responden

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4. 1 Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Responden BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Analisis Deskriptif 4.1.1. Data Karakteristik Rumah Tangga 1). Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Responden Tabel 4. 1 Jenis Pekerjaan dan Pendapatan Responden Pekerjaan

Lebih terperinci

STUDI PEMAHAMAN MAHASISWA SEBAGAI PENGENDARA TERHADAP RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN DI KOTA PADANG

STUDI PEMAHAMAN MAHASISWA SEBAGAI PENGENDARA TERHADAP RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN DI KOTA PADANG Konferensi Nasional Teknik Sipil 11 Universitas Tarumanagara, 26-27 Oktober 2017 STUDI PEMAHAMAN MAHASISWA SEBAGAI PENGENDARA TERHADAP RAMBU LALU LINTAS DAN MARKA JALAN DI KOTA PADANG Titi Kurniati 1 dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan masyarakat saat ini maka kebutuhan sarana dan prasarana yang terkait dengan transportasi guna mendukung produktivitas di berbagai bidang yang

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Choice Modelling (CM) Penelitian ini dimulai pada tanggal 15 April 2016 sampai dengan tanggal 1 Mei 2016 di Hutan Mangrove Pasar Banggi, Rembang. Data diperoleh dengan

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Variabel Penelitian Berdasarkan hasil penelitian tentang Willingness To Pay pengunjung Umbul Ponggok didapatkan hasil berikut ini : 1. Uji Klasifikasi Model

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian kecelakaan lalu lintas dewasa ini dilaporkan semakin meningkat padahal telah banyak sarana dan prasarana untuk mengantisipasi kecelakaan lalu lintas, contohnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN A.

III. METODE PENELITIAN A. 28 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif analitis. Menurut Surakhmad (2004) metode deskriptif analitik merupakan metode

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN DATA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN DATA 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN DAN DATA 3.1 Metodologi Penelitian Sesuai dengan bentuk data dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui bagaimana pengaruh office channeling

Lebih terperinci

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II Ada banyak hal yang termasuk kategori pelanggaran lalu lintas yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 Tahun 2009. Dan sudah seharusnya masyarakat mengetahui jenis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN digilib.uns.ac.id 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Populasi yaitu sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu (Indriantoro dan Supamo, 1999:115).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Statistik Deskriptif Statistik deskriptif berkaitan dengan pengumpulan dan peringkat data yang menggambarkan karakteristik sampel yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Umum Menurut Oglesby and Hicks (1988), kecelakaan kendaraan adalah kejadian yang berlangsung tanpa diduga atau diharapkan, pada umumnya ini terjadi dengan cepat. Selain itu

Lebih terperinci

Kata Kunci Keparahan Korban Kecelakaan Lalu Lintas, Model Log Linier, Regresi Logistik Multinomial. H 1 Ada hubungan antara dua variabel yang diamati

Kata Kunci Keparahan Korban Kecelakaan Lalu Lintas, Model Log Linier, Regresi Logistik Multinomial. H 1 Ada hubungan antara dua variabel yang diamati Pemodelan Faktor Penyebab Keparahan Korban Kecelakaan Lalu Lintas Dengan Metode Regresi Logistik Multinomial (Studi Kasus Kecelakaan Lalu Lintas di Provinsi DKI Jakarta) Weny Rahmayanti, dan Vita Ratnasari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Kecelakaan Peraturan Pemerintah ( PP ) Nomor : 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas, yang merupakan penjabaran UU No 14 tahun 1992 tentang lalu lintas

Lebih terperinci

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 30 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Karakteristik Responden Jasa Transportasi Angkutan Umum Kota (Angkot) yang Berbahan Bakar Premium di Kota Bogor Jasa transportasi angkutan umum kota ini digunakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang jenis. termasuk di dalamnya jeep, sedan dan lain-lain. BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Validitas Variabel. Sumber : data primer diolah (Lampiran 1)

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Tabel 5.1 Uji Validitas Variabel. Sumber : data primer diolah (Lampiran 1) BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Data 1. Uji Validitas Usia JAK Edu Income Tabel 5.1 Uji Validitas Variabel Usia JAK Edu Income Pearson Correlation 1 0.202* -0.365** 0.56 Sig. (2-tailed)

Lebih terperinci

MAKALAH REGRESI LOGISTIK DAN REGRESI DENGAN VARIABLE DUMMY

MAKALAH REGRESI LOGISTIK DAN REGRESI DENGAN VARIABLE DUMMY MAKALAH REGRESI LOGISTIK DAN REGRESI DENGAN VARIABLE DUMMY KELOMPOK : Karlina Siti Faresha 135020200111071 Rezky Ridhowati 135020200111074 Pahriyatul Ummah 135020201111002 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

ANALISIS BIAYA KECELAKAAN LALULINTAS DI KOTA MAKASSAR

ANALISIS BIAYA KECELAKAAN LALULINTAS DI KOTA MAKASSAR ANALISIS BIAYA KECELAKAAN LALULINTAS DI KOTA MAKASSAR Munawir Muhtar Mahasiswa S-1 Jurusan Teknik Sipil Fak. Teknik Univ. Hasanuddin Jln. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea, Makassar, Sul-Sel Telp./Faks:

Lebih terperinci

MODEL REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK MENENTUKAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DI SULAWESI TENGAH

MODEL REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK MENENTUKAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DI SULAWESI TENGAH JIMT Vol. 13 No. 1 Juni 2016 (Hal. 24 37) Jurnal Ilmiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X MODEL REGRESI LOGISTIK BINER UNTUK MENENTUKAN FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP ANAK PUTUS SEKOLAH DI SULAWESI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menjawab

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menjawab BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menjawab rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya dengan berdasarkan tingkat eksplanasinya 54.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bogor merupakan salah satu kota yang sedang berkembang di Indonesia dari segi wisata dan fasilitas umum yang terus dikembangkan oleh pemerintahan Kota Bogor,

Lebih terperinci

PEMODELAN REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSION PADA REGRESI POISSON

PEMODELAN REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSION PADA REGRESI POISSON PEMODELAN REGRESI BINOMIAL NEGATIF UNTUK MENGATASI OVERDISPERSION PADA REGRESI POISSON Rena Muntafiah 1, Rochdi Wasono 2, Moh. Yamin Darsyah 3 1,2,3 Program Studi Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis (hypothesis testing) yang menjelaskan sifat dari hubungan tertentu, memahami perbedaan antara kelompok

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga,

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Klasifikasi Kendaraan Klasifikasi kendaraan bermotor dalam data didasarkan menurut Peraturan Bina Marga, yakni perbandingan terhadap satuan mobil penumpang. Penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 dibawah ini, menggambarkan tentang tahapan-tahapan

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 dibawah ini, menggambarkan tentang tahapan-tahapan BAB III METODE PENELITIAN Gambar 3.1 dibawah ini, menggambarkan tentang tahapan-tahapan penelitian yang akan digunakan untuk meneliti penerimaan penerapan PARIS (Parking Information System) dengan metode

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keparahan Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Surabaya dengan Pendekatan Bagging Regresi Logistik Ordinal

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keparahan Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Surabaya dengan Pendekatan Bagging Regresi Logistik Ordinal JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 1, No. 1, (Sept. 2012) ISSN: 2301-928X D-253 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keparahan Korban Kecelakaan Lalu Lintas di Kota Surabaya dengan Pendekatan Bagging Regresi Logistik

Lebih terperinci

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI DAN SIKAP RESPONDEN TERHADAP PRODUK OREO SETELAH ADANYA ISU MELAMIN Penelitian ini menggunakan regresi logistik untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Model Regresi Binary Logit (Aplikasi Model dengan Program SPSS)

Model Regresi Binary Logit (Aplikasi Model dengan Program SPSS) Model Regresi Binary Logit (Aplikasi Model dengan Program SPSS) Author: Junaidi Junaidi 1. Pengantar Salah satu persyaratan dalam mengestimasi persamaan regresi dengan metode OLS (Ordinary Least Square)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang selalu dihadapi kota-kota besar seperti Jakarta maupun Bandung adalah masalah lalu lintas. Hal tersebut terbukti dengan angka kemacetan

Lebih terperinci

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 %

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 % Traffic safety (keselamatan lalulintas) l li Penyebab kecelakaan di Indonesia: a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 % Manusia penyebab utama kecelakaan lalulintas Penyebab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai angka kurang lebih 300 kendaraan per 1000 orang, suatu angka yang. dengan pangsa hampir sebesar 80 persen.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai angka kurang lebih 300 kendaraan per 1000 orang, suatu angka yang. dengan pangsa hampir sebesar 80 persen. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Padatnya pengguna jalan khususnya pada wilayah kota-kota besar di Indonesia berdampak langsung pada sistem lalu lintas yang ada. Terbukti dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat credit

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat credit BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat credit demand, credit market choices dan determinan apa saja yang mempengrauhi credit market choices

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan BAB I PENDAHULUAN I. 1 Latar Belakang Kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama kematian dengan berbagai sebab, menempati urutan kesepuluh penyebab semua kematian dan kesembilan sebagai kontributor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIA HASIL DAN PEMBAHASAN 39 BAB IV ANALISIA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif digunakan untuk melihat gambaran secara umum data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini. Dari 144 perusahaan manufaktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dari berbagai moda transportasi, sepeda motor merupakan yang paling banyak dipilih di Indonesia maupun di negara-negara berkembang lainnya. Hal ini yang menyebabkan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bank Jabar Banten KCP Dramaga dan juga

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bank Jabar Banten KCP Dramaga dan juga 37 METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bank Jabar Banten KCP Dramaga dan juga cabang Cibinong. Pelaksanaan penelitian berlangsung bulan Juli 2009 sedangkan upaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bagan Alir Mulai Moda yang dipakai Pemodelan pemilihan moda perjalanan menuju kampus menggunakan kendaraan pribadi dan umum (Universitas Mercu Buana) Karakteristik pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sektor transportasi merupakan hal yang sangat mutlak dibutuhkan terutama oleh negara yang sedang berkembang. Karena transportasi menjadi nadi perkembangan suatu negara,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Jalan Warpani (2002) mengatakan bahwa tujuan utama upaya pengendalian lalu lintas melalui rekayasa dan upaya lain adalah keselamatan berlalu lintas. Konsep sampai

Lebih terperinci

Salah satu roda perekonomian yang berperan penting adalah transportasi jalan

Salah satu roda perekonomian yang berperan penting adalah transportasi jalan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan nasional di satu sisi telah meningkatkan kesejahteraan masyarakat banyak, tetapi seiring dengan itu pula disisi yang lain menghendaki

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480]

UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1992 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 1992/49, TLN 3480] BAB XIII KETENTUAN PIDANA Pasal 54 Barangsiapa mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak sesuai

Lebih terperinci

II. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. HASIL DAN PEMBAHASAN II. HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan jawaban responden yang telah diklasifikasikan menurut jenis kelamin, umur, pendidikan, jenis pekerjaan, dan pengeluaran dalam satu bulan,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 26 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Alur Penelitian Alur penelitian dalam penulisan skripsi ini menjelaskan mengenai tahapan atau prosedur penelitian untuk menganalisa besarnya willingness to pay (WTP)

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Populasi dan Sampel Penelitian Analisis Statistik Deksriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti nilai minimum, maksimum, rata-rata

Lebih terperinci

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS

BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS BAB 3 STRATEGI DASAR MANAJEMEN LALU LINTAS Tujuan Pembelajaran Umum : Mahasiswa mampu mengaplikasikan strategi dasar manajemen lalu lintas dalam perancangan sesuai acuan teknis yang berlaku Tujuan Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi/angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan. Transportasi

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Data Satlantas Polwiltabes Semarang menunjukkan kecelakaan yang terjadi pada jalan non tol di Kota Semarang dalam kurun waktu 2001 2005 cenderung menurun dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. PT Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), IDX Statistics Book, Indonesian

BAB III METODE PENELITIAN. PT Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id), IDX Statistics Book, Indonesian BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik dokumentasi dari data-data yang dipublikasikan oleh perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK

ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK LAPORAN TUGAS AKHIR ANALISIS REGRESI LOGISTIK ORDINAL PADA FAKTOR-FAKTOR BERPENGARUH TERHADAP PENYAKIT MATA KATARAK BAGI PASIEN PENDERITA DI KLINIK MATA UTAMA GRESIK Latar Belakang Katarak Indonesia Klinik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepeda motor adalah salah satu alat transportasi yang sedang banyak digemari oleh masyarakat di indonesia. Dari tahun ke tahun jumlah pengendara sepeda motor mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dalam hal ini kondisi jalan serta cuaca turut berperan (Bustan, 2007). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini masih banyak terjadi kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja (occupational diseases), baik pada sektor formal maupun sektor informal (seperti sektor

Lebih terperinci