BAB 2 LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemasaran Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Armstrong (2012, p29) Pemasaran adalah suatu proses yang dilakukan oleh perusahaan dalam menciptakan value untuk pelanggan dan membina hubungan dengan pelanggan dengan tujuan untuk mendapatkan kembali value dari mereka. Pengertian pemasaran Kotler dan Keller (2009, p29) adalah sebuah proses dimana perusahaan menciptakan nilai bagi konsumen dan membangun hubungan yang kuat dengan konsumen untuk menangkap nilai dari pelanggan sebagai imbalan Manajemen Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009, p32) manajemen pemasaran adalah sebuah seni dan ilmu dalam memilih target pasar dan membangun hubungan yang menguntungkan dengan mereka. Tujuan dari seorang manajer pemasaran adalah untuk menemukan, menarik, menjaga, dan menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, memberikan, dan mengkomunikasikan nilai unggul bagi pelanggan 2.2 Pelanggan Definisi Pelanggan Menurut WebFinance, Inc. ( dictionary.com), pelanggan adalah sebuah pihak yang menerima atau mengkonsumsi suatu produk, baik barang 11

2 12 maupun jasa dan memiliki kemampuan untuk memilih produk produk dan juga supplier. Menurut Greenberg (2010, p8) pelanggan adalah individu atau sekelompok individu yang membeli produk dan jasa berdasarkan keputusan mereka dengan mempertimbangkan kesepakatan manfaat produk tersebut maupun harga, kemudian melakukan hubungan dengan perusahaan melalui telepon, surat, dan fasilitas lainnya untuk mendapatkan suatu penawaran baru dari perusahaan. Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa pelanggan dapat berupa individu maupun kelompok individu, baik berada di dalam maupun luar perusahaan, yang memutuskan untuk mengkonsumsi produk produk, yang dapat berbentuk fisik ataupun jasa dan mempunyai kekuatan untuk memilih dari siapa ia akan membeli produk tersebut dan produk apa yang akan dibeli dan merupakan dasar yang penting bagi bisnis apapun Definisi Donatur Donatur adalah orang yang secara tetap memberikan sumbangan berupa uang kepada suatu perkumpulan dsb; penymbang tetap; penderma tetap ( 2013) Dalam skripsi ini, pengertian dari donatur yang dimaksud penulis adalah perorangan atau kelompok maupun lembaga yang mempunyai minat dan potensi untuk memberikan bantuan khususnya masalah financial. Para donatur bertindak berdasarkan kebiasaan yang baik untuk kepentingan umum.

3 Organisasi Nirlaba Organisasi Nirlaba adalah organisasi yang terdiri dari individu-individu atau kelompok-kelompok usaha terpisah yang mempunyai ketertarikan atau minat yang sama dalam bidang tertentu seperti keuangan, profesional, sosial, kebudayaan, atau intelektualitas dan tidak berorientasi pada pencarian keuntungan atau profit, disebut sebagai organisasi nonprofit. Ada lima karakteristik yang dapat mendefinisikan sektor nonprofit atau organisasi nonprofit dan dapat diterapkan banyak negara (Cultip, Center, Broom, 2006, pp ): 1. Terorganisasi Dengan maksud, organisasi ini memiliki entitas terinstitusi, yang berarti organisasi ini mempunyai anggaran dasar, pertemuan reguler, pejabat, aturan, atau indikator lain tentang kepermanenannya. 2. Privat (Swasta) Organisasi nonprofit secara institusional terpisah dari pemerintah, yang berarti bahwa mereka bukan agen pemerintah atau bukan lembaga yang dikontrol pemerintah, bahkan jika mereka menerima dana dari pemerintah. 3. Distribusi nonprofit Organisasi nonprofit tidak berusaha mencari laba untuk pemilik atau direktur. Ini bukan berarti bahwa organisasi nonprofit tidak bisa mendatangkan laba. Tetapi ini berarti bahwa mendistribusikan profitnya pada mereka yang mengelola atau mengatur usaha adalah dilarang, dan karenanya diberi istilah nonprofit. 4. Mengatur diri sendiri

4 14 Organisasi nonprofit mengatur diri sendiri dan mengontrol aktivitasnya sendiri, yang berarti bahwa mereka menentukan prosedur sendiri dan memeberi kesempatankepada keterlibatan warga tanpa kontrol eksternal. Mereka punya dewan direksi sendiri dan memberi kesempatan kepada keterlibatan warga tanpa kontrol atau perintah pemerintah. 5. Sukarela Paling tidak, harus ada partisipasi sukarela dalam manajemen organisasi atau dalam pelaksanaan programnya, yang berarti bahwa ada beberapa dari kontribusi amal Panti Werdha Panti Werdha adalah tempat tinggal yang dirancang khusus untuk orang lanjut usia, yang di dalamnya disediakan semua fasilitas lengkap yang dibutuhkan orang lanjut usia (Hurlock, p193). Menurut Santrock (2002) panti werdha merupakan lembaga perawatan atau rumah perawatan yang dikhususkan untuk orang-orang dewasa lanjut. Disana tersedia berbagai macam kebutuhan yang dibutuhkan oleh para orang-orang lanjut usia dan tersedia juga fasilitas kesehatan. Panti Werdha swasta didefinisikan sebagai usaha yang menyediakan akomodasi, perawatan, layanan makanan dan manajemen kesehatan bagi satu atau lebih orang lanjut usia (Nusantara, 2009). Panti Werdha merupakan unit pelaksanaan teknis yang memberikan pelayanan sosial bagi lanjut usia, yaitu berupa pemberian penampungan, jaminan hidup seperti makanan dan pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial, mental serta agama,

5 sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi ketentraman lahir batin (DEPSOS RI, 2003) LSM Menurut definisi dari PBB, LSM adalah sebuah organisasi non-pemerintah yang tidak mencari keuntungan materi, didirikan sukarela oleh masyarakat, dengan skala lokal maupun internasional, dan bertujuan untuk mengangkat kesejahteraan masyarakat. LSM didirikan dengan tujuan-tujuan tertentu oleh sekelompok orang yang memiliki kesamaan pandangan. 2.5 Ekuitas Merek (Brand Equity) Pengertian Ekuitas Merek Menurut Kotler dan Armstrong (2012, p267), Brand Equity adalah efek diferensial untuk mengetahui apakah nama merek telah di respon pelanggan terhadap produk dan pemasaran. Ini adalah ukuran kemampuan merek untuk menangkap preferensi konsumen dan loyalitas. Sebuah merek memiliki ekuitas merek yang positif ketika konsumen bereaksi lebih baik untuk pada merek daripada yang tidak bermerek. Pengertian ekuitas merek menurut American Marketing Association (AMA) yang dikutip Kotler dan Keller (2009) adalah sebuah nilai tambah yang diberikan kepada barang atau jasa. Itu dapat tercermin dalam cara konsumen berpikir, merasa, dan bertindak sehubungan dengan merek, harga, pangsa pasar, dan profitabilitas merek bagi perusahaan.

6 Elemen Ekuitas Merek Menurut Moisescu (2005) ada 5 elemen ekuitas merek, yaitu: 1. Brand Loyalty (loyalitas merek) menghasilkan nilai dengan mengurangi biaya pemasaran dan meningkatkan perdagangan. Pelanggan setia akan selalu mengharapkan merek selalu tersedia dan menarik orang lain untuk menggunakannya. Mempertahankan pelanggan yang sudah ada jauh lebih murah daripada menarik pelanggan yang baru. Hal ini juga menyulitkan pesaing untuk berkomunikasi dengan pengguna merek yang puas karena mereka cenderung sedikit memiliki motivasi untuk belajar tentang alternatif merek lainnya. Oleh karena pesaing bisa enggan menghabiskan sumber daya untuk menarik pelanggan yang puas dan loyal pada suatu merek dan bahkan jika mereka melakukannya, ada banyak waktu untuk merespon sesuai dengan tindakan itu. 2. Brand Awareness (kesadaran merek), bahkan pada tingkat pengakuan, dapat memberikan merek dengan rasa akrab dan sinyal substansi dan komitmen. Sebuah merek yang dikenal mungkin dapat diandalkan dan mempunyai kualitas yang wajar. Kesadaran di tingkat recall selanjutnya mempengaruhi pilihan dengan mempengaruhi merek apa bisa dipertimbangkan dan terpilih sebagai merek yang pertama yang harus dibeli. 3. Perceived quality memberikan alasan untuk membeli. Sebuah merek akan terkait dengan itu persepsi kualitas secara keseluruhan tidak harus didasarkan pada pengetahuan tentang spesifikasi rinci. Kualitas terkait dengan merek juga dapat menjadi faktor kuat diferensiasi dan positioning. Membangun merek yang kuat tahan lama menunjukan bahwa merek mempunyai kualitas diatas rata-rata. Persepsi kualitas juga dapat menarik anggota jalur suku, memungkinkan ekstensi

7 17 dan mendukung harga yang lebih tinggi yang menyediakan sumber daya untuk berinvestasi di merek. 4. Brand associations (asosiasi merek) dapat merujuk kepada orang-orang, " konteks penggunaan ", gaya hidup atau kepribadian. Semua ini dapat mengubah pengalaman penggunaan dan membantu proses dan mengambil informasi dengan cara tertentu. Dua produk yang identik dapat menciptakan efek yang berbeda dalam penggunaannya hanya karena asosiasi merek mereka berbeda. Asosiasi dapat menjadi faktor penting dalam diferensiasi dan positioning, menciptakan alasan untuk membeli bagi pelanggan potensial yang mencari ciri-ciri fisik atau emosional tertentu yang terkait. Sebuah hubungan yang kuat mungkin juga merupakan dasar dari perluasan merek memberikan keuntungan kompetitif yang signifikan di wilayah yang ditargetkan. Merek dagang akan melindungi ekuitas merek dari pesaing yang mungkin ingin membingungkan pelanggan dengan menggunakan nama yang sama, simbol atau paket. Sebuah paten dapat mencegah kompetisi langsung jika kuat dan relevan untuk proses pengambilan keputusan pembelian. Akhirnya, saluran distribusi dapat langsung dikendalikan oleh sebuah merek karena pelanggan mengharapkan merek akan tersedia selalu, 5. Aset merek eksklusif lainnya mengacu pada paten, merek dagang dan hubungan saluran yang dapat memberikan keunggulan kompetitif yang kuat. 2.6 Manajemen Strategi Pengertian Strategi Menurut David (2011, p45), Strategi adalah sebuah saran untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis dapat mencakup pengembangan area

8 18 geografis, diversifikasi, dan akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar, penghematan biaya, likuidasi, dan usaha bersama. Strategi adalah suatu tindakan potensial yang membutuhkan sumber daya perusahaan dalam jumlah yang besar dan tentu saja keputusan dari manajemen puncak. Strategi sendiri mempunyai berbagai konsekuensi fungsional dan divisional dan membutuhkan perhitungan baik dari sisi eksternal ataupun internal perusahaan. Selain itu, strategi mempengaruhi perkembangan jangka panjang perusahaan, biasanya untuk lima tahun ke depan, dan karenanya berorientasi ke masa yang akan datang Pengertian Manajemen Strategi Manajemen Strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan ilmu dalam memformulasikan, implementasi, dan mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memungkinkan organisasi mencapai tujuannya. Sebagaimana diartikan oleh definisi ini, manajemen strategi berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akutansi, produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan dari organisasi. Tujuan dari manajemen strategi adalah untuk memanfaatkan dan membuat peluang yang baru dan berbeda untuk hari esok; perencanaan jangka panjang, juga sebaliknya, mencoba mengoptimalkan tren hari ini untuk hari esok. (David, 2011, p37)

9 Manfaat Manajemen Strategi David (2011, pp48-50) menjelaskan bahwa manajemen strategi memungkinkan sebuah organisasi menjadi lebih proaktif daripada menjadi reaktif dalam membentuk masa depan mereka. Manajemen Strategi memungkinkan organisasi untuk memulai dan mempengaruhi berbagai aktivitas dengan demikian mengontrol takdirnya sendiri. Secara historis, manfaat utama dari manajemen strategi adalah untuk membangun organisasi merumuskan strategi-strategi yang lebih baik melalui penggunaan pendekatan terhadap pilihan strategi yang lebih sistematis, logis dan rasional. Sedangkan manfaat lain dari manajemen strategis, yaitu : a. Keuntungan Keuangan Penelitian menunjukkan bahwa organisasi yang menggunakan konsep manajemen strategi akan menjadi lebih berhasil dan mempunyai tingkat profit yang lebih tinggi dibanding yang tidak menggunakan. Bisnis yang menggunakan berbagai konsep manajemen strategi menunjukkan perbaikan yang signifikan, dalam penjualan, profitabilitas, dan produktivitas dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan yang tanpa menggunakan perencanaan strategi yang sistematis. b. Keuntungan Non-Keuangan Selain membantu perusahaan mencegah terjadinya bencana keuangan, manajemen strategi juga menawarkan keuntungan-keuntungan nyata lainnya seperti meingkatnya kesadaran akan ancaman eksternal, membaiknya pemahaman akan strategi pesaing, naiknya produktifitas karyawan, menurunnya

10 20 resistensi pada perubahan, dan pemahaman yang lebih jelas akan relasi kinerjaimbalan. Manajemen strategi meningkatkan kapabilitas pencegahan penjualan organisasi sebab ia mendorong interaksi antar manajer di semua tingkat divisional dan tingkat fungsional. Selain itu, untuk memberdayakan manajer dan karyawan, manajemen strategi juga sering menciptakan keteraturan dan disiplin pada suatu perusahaan Jenis Strategi Menurut david (2011, pp ), strategi-strategi alternatif yang dapat dijalankan sebuah perusahaan dapat dikategorikan menjadi 11 tindakan yaitu : Strategi Integrasi ke Depan Definisi Memperoleh kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas distributor atau peritel. Integrasi ke Belakang Integrasi Horizontal Penetrasi Pasar Mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pemasok perusahaan. Mengupayakan kepemilikan atau kendali yang lebih besar atas pesaing. Mencari pangsa pasar yang lebih besar untuk produk atau jasa saat ini di pasar yang ada sekarang melalui upaya- upaya pemasaran yang lebih baik. Pengembangan Pasar Pengembangan Memperkenalkan produk atau jasa ke suatu area geografis yang baru. Mengupayakan peningkatan penjualan melalui perbaikan

11 21 Produk produk atau jasa saat ini atau pengembangan produk atau jasa baru. Diversifikasi Terkait Divesifikasi Tak Terkait Penciutan Menambah produk atau jasa yang baru namun masih berkaitan. Menambah produk atau jasa yang baru namun tak berkaitan. Pengelompokkan ulang melalui pengurangan biaya dan aset untuk membalik penjualan dan laba yang menurun Pembuangan Penjualan suatu divisi atau bagian dari sebuah organisasi Penjualan seluruh aset perusahaan, secara terpisahpisah,untuk kekayaan berwujudnya. Likuidasi Sumber : David. (2011, p169) 2.7 Kerangka Analitis Formulasi Strategi Analisis Tahap Masukan Matriks EFE (External Factor Evaluation) Menurut David (2011, pp112-pp113), sebuah matriks EFE memungkinkan manajer untuk merangkum dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, telnologi, dan kompetitif. Matriks EFE dapat dikembangkan dengan lima (5) cara sebagai berikut: 1. Urutkan faktor eksternal kunci yang sudah diidentifikasi pada proses audit eksternal. Cantumkan 15 sampai dengan 20 faktor, termasuk peluang dan ancaman yang mempengaruhi perusahaan dan industri. Urutkan peluang dahulu baru kemudian ancaman. Berusahalah untuk sangat spesifik, gunakan presentase, rasio, dan angka komparatif kapanpun memungkinkan.

12 22 2. Tetapkan bobot antara 0,0 (tidak penting) samapai 1,0 (sangat penting) Pada setiap faktor. Bobot mengindikasikan kepentingan relatif dari faktor tersebut bagi kesuksesan suatu perusahaan pada industri tersebut. Peluang seringkali mendapatkan bobot yang lebih tinggi daripada ancaman, namun ancaman dapat mendapatkan bobot lebih tinggi apabila ancaman tersebut sangat parah. Jumlah tambahan semua bobot yang telah ditetapkan harus berjumlah 1,0. 3. Tetapkan rating antara 1 sampai 4 untuk setiap faktor eksternal kunci untuk mengidentifikasikan keefektifan strategi perusahaan saat ini dalam merespon faktor-faktor yang telah teridentifikasi, dimana 4 = respon yang amat baik, 3 = respon di atas rata-rata, 2 = respon biasa, 1 = respon buruk. Rating didasarkan pada keefektifan strategi suatu perusahaan. 4. Kalikan bobot setiap faktor dengan rating-nya untuk menentukan skor tertimbang. 5. Jumlahkan skor tertimbang untuk tiap variabel untuk menentukan jumlah skor tertimbang untuk perusahaan tersebut. Jumlah skor tertimbang rata-rata adalah 2,5. Jumlah skor tertimbang sebesar 4,0 mengindikasikan sebuah organisasi merespon dengan sangat baik terhadap peluang dan ancaman yang ada pada industrinya. Jumlah skor tertimbang sebesar 1,0 mengidikasikan strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman. Matriks EFE digunakan perusahaan untuk menilai sisi eksternal yang berpengaruh terhadap perusahaan tersebut dalam suatu industri. Sisi eksternal tersebut mencakup hal hal yang berhubungan langsung dengan bisnis, misalnya

13 23 ekonomi sampai dengan hal-hal yang berkaitan dengan nilai dalam suatu masyarakat, yaitu sosial dan budaya. Matriks EFE dibentuk dengan melakukan analisis faktor yang berpengaruh terlebih dahulu kemudian melaksanakan 5 (lima) langkah yang telah diuraikan Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) Menurut David (2011, p154), matriks IFE merupakan alat untuk merangkum dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama pada area fungsional dari suatu bisnis, dan matriks IFE juga menyediakan suatu dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antar area tersebut. Penilaian intuitif dibutuhkan dalam pengembangan matriks IFE. Matriks IFE dapat dikembangkan dengan 5 (lima) cara sebagai berikut : 1. Urutkan faktor internal kunci yang sudah diidentifikasi pada proses audit internal. Cantumkan 10 sampai dengan 20 faktor internal, termasuk kekuatan dan kelemahan. Urutkan kekuatan terlebih dahulu baru kemudian kelemahan. Berusahalah untuk se-spesifik mungkin, gunakan presentase, rasio, dan angka komparatif kapanpun memungkinkan. 2. Tetapkan bobot yang berkisar antara 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting) pada setiap faktor. Bobot yang ditetapkan pada setiap faktor mengindikasikan kepentingan relatif dari faktor tersebut bagi kesuksesan suatu perusahaan pada industri tersebut. Tanpa memperhatikan apakah sebuah faktor kunci adalah sebuah kekuatan atau kelemahan internal, faktor yang dianggap mempunyai efek paling besar pada performa perusahaan harus ditetapkan

14 24 bobot yang paling besar. Jumlah dari semua bobot yang ada harus sama dengan 1,0. 3. Tetapkan rating 1-sampai-4 untuk setiap faktor untuk mengindikasikan apakah suatu, faktor merepresentasikan kelemahan utama (rating = 1), kelemahan kecil (rating = 2), kekuatan kecil (rating = 3), kekuatan utama (rating = 4). Ingatlah bahwa kekuatan harus menerima rating 3 atau 4 dan kelemahan harus menerima rating 1 atau Kalikan bobot setiap faktor dengan rating-nya untuk menentukan skor tertimbang. 5. Jumlahkan skor tertimbang untuk tiap variabel untuk menentukan jumlah skor tertimbang untuk perusahaan tersebut. Jumlah skor tertimbang rata-rata adalah 2,5. Jumlah skor tertimbang di bawah 2,5 menggambarkan suatu perusahaan yang lemah secara internal, dimana jumlah skor tertimbang di atas 2,5 mengindikasikan posisi internal yang kuat. Matriks IFE digunakan perusahaan untuk menilai sisi internal perusahaannya, yang terkait fungsi-fungsi yang ada di dalam perusahaan. Sisi internal tersebut terbagi menjadi manajemen, marketing, finance/accounting, production/operations, research and development dan menajeman sistem informasi. Matriks IFE dibentuk dengan melakukan analisis faktor yang berpengaruh terlebih dahulu kemudian melaksanakan 5 (lima) langkah yang telah diuraikan CPM (Competitive Profile Matrix) Menurut David (2011, p113), Competitive Profile Matrix digunakan untuk

15 25 mengidentifikasi pesaing-pesaing utama perusahaan dan kekuatan serta kelemahannya dalam hubungannya dengan posisi strategis perusahaan yang dianalisis. Bobot dan jumlah skor tertimbang pada CPM dan matriks EFE mempunyai makna yang sama. Namun, faktor penentu keberhasilan ( critical success factor) pada CPM meliputi faktor-faktor internal dan eksternal; sehingga rating mengacu pada kekuatan dan kelemahan, dimana 4 = kekuatan utama, 3 = kekuatan kecil, 2 = kelemahan kecil, 1 = kelemahan utama. Faktor penentu keberhasilan pada CPM tidak dikelompokkan menjadi peluang dan ancaman seperti pada matriks EFE. Pada CPM, rating dan jumlah skor tertimbanguntuk perusahaan saingan dapat dibandingkan dengan perusahaan yang sedang dianalisis. Analisis komparatif ini menyediakan informasi strategis internal yang penting. Jadi, CPM merupakan suatu alat yang digunakan perusahaan untuk menilai kekuatan dan kelemahan suatu perusahaan dibandingkan dengan pesaing-pesaing utamanya dan menentukan posisi bersaing dari perusahaan dan pesaing-pesaingnya tersebut Analisis Tahap Pencocokan Menurut David (2011, p209), tahap pencocokan pada kerangka formulasi strategi terdiri dari (lima) 5 teknik yang dapat digunakan dalam urutan mana saja, yaitu matriks SWOT, matriks SPACE, matriks BCG, matriks IE, dan matriks Grand Strategy Matriks SWOT (Strengths- Weakness- Opportunities- Threats) Menurut David (2011, pp210-pp212), matriks SWOT merupakan alat

16 26 pencocokan penting yang membantu manajer mengembangkan empat (4) tipe strategi : strategi SO (Strength Opportunities), Strategi WO (Weakness Opportunities), Strategi ST (Strength Threats), Strategi WT (Weakness Threats). Mencocokan daktor internal dan eksternal kunci adalah tahapan yang paling sulit dalam mengembangkan matriks SWOT dan memerlukan penilaian yang baik. Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal yang ada. Strategi WO bertujuan untuk mengatasi kelemahan internal dengan memanfaatkan peluang eksternal yang ada. Strategi ST menggunakan kekuatan perusahaan untuk mengurangi atau menghindari dampak dari ancaman eksternal. Strategi WT merupakan strategi defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahn internal dan menghindari ancaman eksternal. Terdapat delapan (8) tahapan-tahapan dalam mengembangkan matriks SWOT, yaitu sebagai berikut: 1. Urutkan peluang eksternal kunci perusahaan. 2. Urutkan ancaman eksternal kunci perusahaan. 3. Ururtkan kekuatan internal kunci perusahaan. 4. Urutkan kelemahan internal kunci perusahaan. 5. Cocokkan kekuatan internal dengan peluang eksternal, dan catat strategi SO yang dihasilkan. 6. Cocokkan kelemahan internal dengan peluang eksternal, dan catat strategi WO yang dihasilkan. 7. Cocokkan kekuatan internal dengan ancaman eksternal, dan catat strategi ST yang dihasilkan.

17 8. Cocokkan kelemahan internal dengan ancaman eksternal, dan catat strategi WT yang dihasilkan Matriks Internal Eksternal (IE) Menurut David (2011, pp220-pp221), matriks IE memposisikan perusahaan pada sembilan sel, seperti diilustrasikan pada Gambar 2.1. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci, yaitu skor tertimbang IFE pada sumbu x (garis horisontal) dan skor tertimbang EFE pada sumbu y (garis vertikal). Sumber: David (2011, p221) Gambar 2.1 Matrix IE Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga (3) bagian utama yang memiliki implikasi strategi yang berbeda, yaitu: 1. Perusahaan yang masuk pada sel I, II, IV dapat digambarkan sebagai bertumbuh dan berkembang

18 28 2. Perusahaan yang masuk pada sel III, V, dan VII dapat dikelola dengan strategi jaga dan bertahan. 3. Perusahaan yang masuk pada sel VI, VIII, dan IX dapat dikelola dengan strategi panen atau divestasi Matriks Grand Strategy Menurut David (2011, p223), matriks Grand Strategy seperti diilustrasikan pada Gambar 2.2, didasarkan pada dua (2) dimensi evaluatif, yaitu posisi kompetitif, dan pertumbuhan industri. Sumber: David (2011, p223) Gambar 2.2 Matriks Grand Strategy Perusahaan yang terletak pada kuadran I pada matriks Grand Strategy berada pada posisi strategis yang baik. Bagi perusahaan itu, konsentrasi pada pasar dan produk saat ini merupakan strategi yang paling cocok. Ketika perusahaan pada kuadran I memiliki sumber daya berlebihan, maka integrasi ke belakang, integrasi ke depan, atau integrasi horizontal merupakan strategi yang efektif. Jika perusahaan

19 29 pada kuadran I terlalu bergantung pada satu (1) produk, maka diversifikasi terkait dapat menurunkan resiko yang terkait dengan lini produk yang sedikit. Perusahaan yang terletak pada kuadran II perlu mengevaluasi pendekatan mereka pada pasar secara benar. Walaupun industri terus berkembang, mereka tidak dapat berkompetisi secara efektif, dan mereka perlu menentukan kenapa pendekatan perusahaan saat ini tidak efektif dan bagaimana perusahaan dapat berubah untuk meningkatkan daya saingnya. Dikarenakan perusahaan pada kuadran II berada pada industri dengan tingkat pertumbuhan tinggi, maka strategi intensif merupakan opsi oertama yang harus dipertimbangkan. Namun, jika perusahaan mengalami kekurangan keuntungan kompetitif, integrasi horizontal dapat menjadi pilihan. Ilihan terakhir bagi perusaan pada kuadran ini adalah diverstiture atau likuidasi Perusahaan yang terletak pada kuadran III berkompetisi pada industri yang tumbuh secara perlahan dan memiliki posisi kompetitif yang lemah. Perusahaanperusahaan ini harus mengambil langkah-langkah ekstrim untuk berubah untuk menhindari penurunan lebih jauh atau kemungkinan likuidasi. Pengurangan biaya dan pengurangan asset merupakan alternatif yang dapat diterapkan terlebih dahulu. Strategi alternatif adalah untuk memindahkan sumber daya dari bisnis saat ini pada area bisnis lainnya (diversifikasi). Namun jika semua strategi tersebut gagal, opsi terakhir adalah diverstiture ataupun likuidasi. Perusahaan yang terletak pada kuadran IV mempunyai posisi bersaing yang kuat namun berada pada industri yang tumbuh secara perlahan. Perusahaanperusahaan ini mempunyai kekuatan untuk menjalankan program diversifikasi areaarea yang lebih menjanjikan

20 Analisis Tahap Keputusan: QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) David (2011, pp ) menyatakan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) merupakan matriks yang digunakan untuk menentukan daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang layak. QSPM menggunakan input dari analisis matriks IFE dan EFE, serta hasil dari matriks IE dan BCG untuk menentukan alternatif strategi secara objektif. QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) digunakan untuk menentukan tingkat daya tarik strategi strategi yang telah dirumuskan. Teknik ini secara objektif mengindikasikan alternatif strategi mana yang paling baik. QSPM menggunakanmsukan dari analisis tahap 1 yaitu tahap masukan, dan hasil pencocokan dari analisis tahap 2 yaitu tahap pencocokan, untuk menentukan secara objektif strategi yang akan diambil dari alternatif strategi yang ada. Enam langkah yang dibutuhkan dalam mengembangkan QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix)adalah: 1. Buat daftar peluang/ancaman eksternal dan kekuatan/ kelemahan internal pada kolom kiri QSPM. Ini diperoleh dari dari matriks IFE dan matriks EFE. 2. Memberikan bobot pada tiap faktor internal dan eksternal. Bobot tersebut harus sama persis dengan bobot pada matriks IFE dan matriks EFE. Bobot ditampilkan secara vertikal pada bagian kanan dari faktor penentu keberhasilan. 3. Memeriksa matriks pada tahap pencocokan, dan identifikasi alternatif strategi yang harus dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasi. Tulisan strategi

21 31 ini pada baris atas QSPM. Kelompokkan strategi menjadi satu kelompok eksklusif jika memungkinkan 4. Menentukan nilai daya tarik (attractiveness Score AS). Nilai daya tarik merupakan nilai numerik yang mengindikasikan daya tarik relatif dari tiap strategi bagi serangkaian strategi yang ada. Nilai daya tarik ditentukan dengan memeriksa tiap faktor internal dan eksternal, dan bertanya Apakah faktor ini mempengaruhi pilihan strategi yang dipilih?. Jika jawabannya adalah iya, maka strategi harus dibandingkan secara relatif terhadap faktor kunci tersebut. Secara spesifik nilai daya dari satu strategi terhadap strategi lainnya. Nilai pada nilai daya tarik relatif dari satu strategi terhadap strategi lainnya. Nilai pada nilai daya tarik adalah 1 = tidak menarik, 2 = sedikit menarik, 3 = cukup menarik, 4 = sangat menarik. 5. Menghitung total nilai daya tarik (Total Attractiveness Score TAS). Total nilai daya tarik didefinisikan sebagai hasil perkalian dari bobot dengan nilai daya tarik untuk tiap baris. 6. Menghitung penjumlahan total nilai daya tarik. Tambahkan total nilai daya tarik untuk tiap kolom strategi pada QSPM. Nilai yang lebih tinggi menunjukkan strategi yang lebih menarik. 2.8 Proses Analisis Bertingkat Definisi Proses Analisis Bertingkat Menurut Taylor (2006, p404), analytical hierarchy process (AHP) merupakan metode untuk menentukan urut-urutan alternatif keputusan dan memilih yang paling baik ketika pengambil keputusan mempunyai beberapa

22 32 alternatif yang dapat dipilih sebagai dasar pengambilan keputusan. AHP merupakan proses pengembangkan skor numerik yang memeringkatkan setiap alternatif keputusan berdasarkan seberapa baik setiap alternatif memenuhi kriteria pembuat keputusan. Proses matematis secara umum yang tercakup dalam AHP adalah menetapkan preferensi pada tiap tingkat hirarki Perbandingan Berpasangan Menurut Taylor (2006, p406), perbandingan berpasangan digunakan oleh pembuat keputusan untuk membandingkan sepasang alternatif berdasarkan suatu kriteria atau preferensi. Perbandingan ini dilakukan dengan menggunakan skala preferensi yang memberikan angka numerik untuk tiap preferensi. Standar skala preferensi yang digunakan AHP telah ditentukan oleh peneliti yang berpengalaman di bidang AHP untuk digunakan sebagai landasan yang layak dalam membandingkan dua alternatif. Tiap tingkat pada skala dibuat berdasarkan perbandingan dua alternatif. Tingkat Preferensi Nilai Angka Equally preferred 1 Equally to moderately preferred 2 Moderately preferred 3 Moderately to strongly preferred 4 Strongly preferred 5 Strongly to very strongly preferred 6 Very strongly preferred 7

23 33 Very strongly to extremely preferred 8 Extremely preferred 9 Berikut ini adalah ringkasan dari tahapan matematis yang digunakan untuk membuat rekomendasi keputusan menggunakan AHP (Taylor, 2006, p410) : 1. Mengembangkan matriks perbandingan berpasangan untuk setiap alternatif keputusan di setiap kriteria. 2. Sitesis : a. Jumlahkan nilai pada tiap kolom yang ada pada matriks perbandingan berpasangan. b. Membagi nilai tiap kolom di dalam matriks perbandingan berpasangan dengan jumlah kolom yang bersangkutan yang disebut matriks normalisasi. c. Hitunglah nilai rata-rata baris pada matriks normalisasi yang disebut vektor preferensi. d. Gabungkan vektor preferensi untuk kriteria (dari tahap 2c) menjadi suatu matriks preferensi yang memperlihatkan preferensi tiap lokasi berdasarkan tiap kriteria. 3. Membuat matriks perbandingan berpasangan untuk kriteria. 4. Menghitung matriks normalisasi dengan membagi setiap nilai pada masingmasing kolom matriks dengan jumlah kolom yang terkait. 5. Membuat vektor preferensi dengan menghitung rata-rata baris pada matriks normalisasi.

24 34 6. Hitung skor keseluruhan untuk tiap alternatif keputusan dengan mengalikan vektor preferensi kriteria (dari langkah 5) dengan matriks kriteria (dari langkah 2). 7. Peringkatkan alternatif keputusan berdasarkan nilai alternatif yang dihitung pada langkah CRM Pengertian CRM Menurut Turban et al. (2012, p607) Customer Relationship Management adalah sebuah pendekatan pelayanan untuk pelanggan yang berfokus pada pembangunan relasi jangka panjang dan membangun hubungan pelanggan yang dapat menambah nilai bagi keduanya, yaitu bagi pelanggan dan bagi perusahaan. Menurut Rainer dan Cegielski (2011, p307), CRM adalah sebuah strategi organisasiyang berfokus kepada pelanggan dan dipacu oleh pelanggan. Maksudnya, organisasi berkonsentrasi untuk memuaskan keinginan pelanggan dengan mengakses mengenai kebutuhandari produk dan jasa yang digunakan pelanggan, kemudian menyediakan pelayanan dengan kualitas tinggi dan responsif. Menurut Kotler dan Keller (2009, p36), CRM adalah keseluruhan proses dari membangun dan mengelola hubungan dengan pelanggan yang menguntungkan dengan memberikan kepuasan dan nilai pada pelanggan.

25 Tahapan CRM Menurut Kalakota dan Robinson (2001, pp ), CRM terdiri dari 3 tahap: acquiring, enhancing, retain. Tiap tahap mendukung peningkatan kedekatan antara perusahaan dengan pelanggannya. 3 fase ini adalah : 1. Mendapatkan pelanggan baru (acquire). Mendapatkan pelanggan baru dengan mempromosikan produk dari perusahaan dan kepemimpinan pelayanan. Menunjukkan bagaimana perusahaan mendefinisikan ulang batas kinerja industri sehubungan dengan kenyamanan dan inovasi. Proposisi nilai kepada pelanggan adalah menawarkan produk unggulan didukung oleh pelayanan yang prima. 2. Meningkatkan hubungan dengan pelanggan yang telah ada (enhance). Meningkatkan hubungan dengan mendorong terjadinya cross-selling dan upselling, dengan demikian dapat memperdalam dan memperluas hubungan. Proposisi nilai kepada pelanggan adalah menawarkan kenyamanan yang lebih dengan biaya rendah (one-stop shopping) 3. Mempertahankan pelanggan (retain). Mempertahankan pelanggan berfokus pada penyesuaian pelayanan memberikan apa yang pelanggan inginkan bukan yang pasar inginkan. Proposisi nilai kepada pelanggan adalah menawarkan hubungan yang proaktif bagi kepentingan terbaiknya. Dewasa ini, perusahaan-perusahaan terkemuka lebuh memfokuskan diri pada mempertahankan pelanggan daripada menarik pelanggan baru.

26 Aplikasi Marketing pada CRM Sebuah sistem CRM untuk mendukung 4 kegiatan yang terdiri dari aplikasi marketing yang berbeda (Chaffey, 2011, pp ) antara lain : 1. Sales force automation (SFA) Perwakilan penjualan didukung dalam akun manajemen mereka dan penjualan berbasiskan telepon melalui alat untuk mengatur dan mencatat permintaan dan kunjungan pelanggan. 2. Customer service management Perwakilan di kontak pusat memberikan respon terhadap permintaan pelanggan untuk informasi yang diminta dengan menggunakan intranet untuk mengakses database yang berisi informasi mengenai pelanggan, produk, dan permintaanpermintaan sebelumnya. 3. Managing the sales process Ini dapat dicapai melalui situs e-commerce, atau dalam suatu konteks B2B dengan menunjang perwakilan penjualan dari pencatatan proses penjualan(sfa). 4. Campaign management Mengurus iklan, surat langsung, , dan lain-lainnya. 5. Analysis. Melalui teknologi seperti gudang data(data warehouse) dan pendekatan seperti penggalian data(data mining).

27 Aspek dari CRM Menurut Rainer dan Cegielski (2011, pp ), sistem CRM dalam organisasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu operational CRM dan analytical CRM yang akan dijelaskan berikut ini: 1. Operational CRM CRM operasional adalah komponen dari CRM yang mendukung proses bisnis yang dilakukan oleh front-office. Proses-proses ini adalah proses yang berinteraksi langsung dengan pelanggan seperti penjualan, pemasaran, dan pelayanan. Dua komponen utama dalam CRM operasional adalah customer facing applications dan customer-touching applications. Jenis aplikasi yang dapat termasuk sebagai customer-facing applications adalah customer service and support, sales force automation (SFA), marketing, dan campaign management. Sedangkan jenis aplikasi yang termasuk sebagai customer-touching applications adalah search and comparison capabilities, FAQ, dan respon otomatis melalui Analytical CRM Pada saat operational CRM mendukung proses bisnis yang dilakukan frontoffice, sistem analytical CRM menganalisa perilaku dan persepsi pelanggan yang dapat digunakan untuk menyediakan actionable business intelligence. Sebagai misal, sistem analytical CRM menyediakan informasi dari permintaan dan transaksi pelanggan, serta respon pelanggan terhadap pemasaran, penjualan, dan pelayanan dari organisasi. Sistem ini juga menyediakan model statistik dari

28 38 perilaku pelanggan dan nilai dari customer relationship. Beberapa teknologi penting pada analytical CRM adalah data warehouses, data mining, pendukung keputusan, dan teknologi business intelligence. Setelah berbagai analisis sudah lengkap, informasi akan tersedia bagi perusahaan dalam bentuk laporan dan panel digital Arsitektur CRM Gambar 2.4 terdapat 3 fase CRM yang mengilustrasikan cara untuk berfikir tentang pelanggan dan nilai bisnis dan komponen dari CRM (O'Brien dan Marakas, 2010, pp ) Sumber: (O'Brien dan Marakas, 2010, p315) Gambar 2.3 Fase CRM 1. Acquire Sebuah bisnis bergantung pada perangkat lunak dan basis data CRM untuk membantunya memperoleh pelanggan baru dengan melakukan pekerjaan yang

29 39 baik seperti mengatur kontak pelanggan, prospek penjualan, penjualan, pemenuhan dan pemasaran langsung. Tujuan dari fungsi CRM ini adalah untuk membantu pelanggan melihat nilai dari sebuah produk unggulan yang ditawarkan oleh perusahaan. 2. Enhance Manajemen kontak, layanan pelanggan, dan alat pendukung CRM yang dimungkinkan oleh web membantu pelanggan merasa senang dengan layanan unggula dari respon yang diberikan oleh seluruh tim, baik dari tim pemasaran, layanan, bahkan dari mitra bisnis. CRM membatu perusahaan melakukan cross sell dan up sell untuk meningkatkan keuntungan perusahaan. Nilai yang didapat pelanggan merupakan kemudahan melakukan onestopshopping dengan harga menarik. 3. Retain Perangkat lunak analitis dan basis data CRM dapat membantu sebuah perusahaan untuk secara proaktif mengidentifikasi dan menghargai pelanggannya yang paling menguntungkan dan setia untuk mempertahankan dan memperluas bisnis mereka melalui pemasaran terarah dan program hubungan pemasaran. Nilai yang dilihat pelanggan adalah hungungan bisnis terpersonalisasi dengan perusahaan Manfaat CRM Potensi manfaat bisnis dari CRM sangat bannyak, contohnya, CRM memungkinkan sebuah perusahaan untuk mengidentifikasi serta berfokus pada para pelanggan terbaik mereka, yaitu mereka yang paling menuntungkan bagi perusahaan,

30 40 agar mereka dapat dipertahankan sebagai pelanggan seumur hidup untuk layanan yang lebih besar dan menguntungkan. CRM memungkinkan penyesuaian dan personalisasi realtime atas berbagai produk dan jasa berdasarkan pada keinginan, kebutuhan, kebiasaaan membeli serta siklus hidup para pelanggan. CRM juga dapat menelusuri saat ketika pelanggan menghubungi perusahaan, darimanapun titik hubungannya. Sistem CRM juga memungkinkan perusahaan untuk memberi pengalamaan yang konsisten dan layanan serta dukungan superior bagi pelanggan, di semua titik kontak yang dipilih oleh pelanggan. Semua manfaat ini akan memberi nilai bisnis strategis bagi perusahaan dannilai pelanggan yang besar bagi para pelanggannya (O'Brien dan Marakas, 2010, p315). Menurut Tohidi (2011) salah satu manfaat CRM adalah memudahkan pelanggan untuk menerima layanan yang diinginkan melalui saluran komunikasi yang berbeda. Menurut Neslin, Taylor, Grantham, dan McNeil (2012) Customer Relationship Management memberikan keuntungan bagi perusahaan dengan adanya peluang untuk menghubungi pelanggan yang tepat pada saat yang tepat dan dengan alat pemasaran yang tepat E-CRM Menurut Turban et al. (2012, p295), e-crm adalah istilah industri yang mencakup metodologi dan perangkat lunak yang membantu perusahaan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang terorganisasi. Biasanya, sebuah basis data yang luas berisi informasi pelanggan, termasuk informasi kontak pelanggan, adalah pusat dari sistem CRM

31 41 Chaffey (2011, p455) mengatakan bahwa e-crm merupakan penggunaan teknologi komunikasi digital untuk memaksimalkan penjualan kepada pelanggan saat ini dan terus mendorong penggunaan pelayanan online Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Pengertian Sistem Berdasarkan pendapat Whitten, Bentley, dan Dittman (2007, p6), sistem adalah sekelompok komponen yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai hasil yang diinginkan. Berdasarkan pendapat O Brien dan Marakas (2011, p26), sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan dan bekerja sama ke arah tujuan bersama dengan menerima inputan inputan dan akan menghasilkan output dalam proses pengelolaan transformasi atau perubahan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sistem adalah seperangkat bagian-bagian yang dikoordinasikan untuk melaksanakan seperangkat tujuan Pengertian Sistem Informasi Menurut O Brien dan Marakas (2010, p4) sistem informasi adalah suatu kombinasi yang teratur apa pun dari orang, hardware, software, jaringan komunikasi, dan sumber daya data yang mengumpulkan, mengubah, dan menyebarkan informasi di dalam sebuah organisasi. Menurut Bennett, Mcrobb, dan Farmer (2010, p16), sistem informasi adalah sesuatu yang dibuat untuk menangkap, menyimpan, mengatur dan menampilkan informasi.

32 42 Sementara berdasarkan pendapat Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p7), sistem informasi adalah sekumpulan komponen terpisah yang berfungsi untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan menyediakan output berupa informasi yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang ada dalam bisnis Pengertian Analisis Sistem Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p4), analsis sistem adalah sebuah proses pemahaman dan menentukan secara rinci apa yang harus dilakukan oleh sistem informasi Pengertian Perancangan Sistem Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (200, p4) perancangan sistem adalah sebuah proses menentukan secara rinci bagaimana komponen-komponen dari sistem informasi harus diimplementasikan secara fisik Unified Modelling Language (UML) Menurut Bennett, Mcrobb, dan Farmer (2010, p118), UML diagram adalah grafik-grafik yang terdiri dari berbagai jenis bentuk yang dikenal dengan sebutan nodes, dan dihubungkan dengan garis yang dikenal sebagai path. Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p48), Unified Modelling Language (UML) adalah serangkaian model konstruksi standar dan notasi yang dikembangkan secara khusus untuk pengembangan object-oriented.

33 Activity Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p144), activity diagram adalah sebuah tipe dari workflow diagram yang menggambarkan aktivitas dari user dan flow nya secara berurutan. Menurut Bennett, Mcrobb, dan Farmer (2010, pp ), activity diagram dapat digunakan untuk memperagakan aspek berbeda dari sistem. Dalam tingkatan yang lebih tinggi, Activity Diagram dapat digunakan untuk memperagakan proses bisnis pada sistem yang sedang berjalan atau sistem potensial. Activity diagram digunakan untuk berbagai tujuan, yaitu: 1. Untuk memperagakan suatu proses atau tugas (misal dalam pemodelan bisnis). 2. Untuk mendeskripsikan suatu fungsi sistem yang digambarkan oleh use case. 3. Untuk menjelaskan logika dari sebuah operasi di dalam spesifikasi-spesifikasi operasi. 4. Dalam USDP (Unified Software Development Process), activity diagram digunakan untuk menggambarkan kegiatan yang membentuk sebuah siklus hidup. Notasinya dapat kita lihat pada gambar 2.5

34 44 Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p145) Gambar 2.4 Notasi Activity Diagram Class Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p302), domain class diagram menampilkan seperangkat masalah kelas domain dan hubungan asosiasi di antara mereka. Menurut Bennett, Mcrobb, dan Farmer (2010), class diagram adalah sebuah struktur diagram UML yang menampilkan class dengan attribute dan operation, bersamaan dengan asosiasi antar class. Menurut Bennett, Mcrobb, dan Farmer (2010, p396), salah satu tugas pada rancangan yang detil adalah menambahkan secara lebih detil ke dalam spesifikasi atribut dan operasi pada class yang sudah diidentifikasikan pada analisis. Hal ini termasuk: 1. Menentukan tipe data pada tiap atribut. 2. Menentukan bagaimana meng-handle atribut yang diturunkan.

35 45 3. Menambah operasi utama (primary operations). 4. Mendefinisikan tanda-tanda operasi termasuk tipe parameter. 5. Menentukan visibilitas dari atribut dan operasi Use Case Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p213), Use case diagram adalah sebuah diagram yang menunjukkan berbagai peran user dan cara mereka berinteraksi dengan sistem. Menurut Bennett, Mcrobb, dan Farmer (2010, p154), use case adalah penjelasan fungsionalitas sistem dari sudut pandang user. Use case diagram digunakan untuk menunjukkan fungsionalitas bila sistem akan menyediakan dan menggambarkan user mana yang berkomunikasi dengan sistem dalam cara menunjukkan fungsionalitas. Dua jenis hubungan yang dapat ditunjukkan dari use case diagram adalah extend dan include. Extend digunakan ketika ingin menunjukkan bila suatu use case menyediakan fungsionalitas tambahan yang diperlukan oleh use case lain. Include digunakan saat terdapat urutan perilaku yang sering digunakan pada sejumlah use case, dimana satu use case meliputi aksi yang dijelaskan di use case lain (Bennett, Mcrobb, dan Farmer, 2010, pp ).

36 46 Sumber: Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p216) Gambar 2.5 Contoh Use Case Diagram

37 Sequence Diagram Sequence Diagram menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p315) digunakan untuk menjelaskan interaksi objek dan keputusan desain dokumen. Menurut Bennett, Mcrobb, dan Farmer (2010, p262) Interaction Sequence Diagram adalah ekuivalen semantik untuk mengkomunikasikan diagram dalam interaksi yang sederhana. Sebuah sequence diagram menunjukkan sebuah interaksi antara objek-objek yang disusun dalam sebuah urutan waktu. Umumnya dari sebuah sequence diagram adalah mewakili interaksi yang terjadi untuk satu use case atau untuk satu operasi. Sumber : Bennett, Mcrobb, dan Farmer(2010, p254) Gambar 2.6 Notasi Sequence Diagram

38 User Interface Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2005, p442) user interface adalah bagian sistem informasi yang butuh interaksi dari user untuk menghasilkan input dan output. User Interface membuat input dan output lebih langsung melibatkan pengguna sistem. Terkadang output dihasilkan setelah pengguna berinteraksi dengan sistem, seperti informasi yang ditampilkan setelah query mengenai status dari suatu pesanan. Tiga aspek daripada user interface adalah : 1. Aspek fisik, termasuk perangkat yang langsung disentuh user seperti keyboard, mouse,touchscreen, atau keypad. 2. Aspek peseptual, termasuk segala sesuatu yang dilihat, didengar, atau disentuh oleh user (di luar perangkat fisik). 3. Aspek konseptual, meliputi segala sesuatu yang diketahui user tentang cara menggunakan sistem, mencakup semua hal problem domain pada sistem yang dimanipulasi, operasi yang dijalankan, dan prosedur yang diikuti untuk mengerjakan operasi.

39 Navigation Diagram Menurut Mathiassen (2000, p159), navigation diagram merupakan sebuah gambaran yang luas dari user interface, dan transisi di antara mereka. Navigation Diagram terdiri dari gambaran yang diperkecil dari tiap window, dan panah yang menunjukkan bagaimana suatu tombol atau pilihan lain akan mengaktifkan suatu fungsi atau membuka window lain.

40 Kerangka Pikir Gambar 2.7 Kerangka Pikir

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemasaran Pengertian Manajemen Pemasaran Orientasi Manajemen Pemasaran

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemasaran Pengertian Manajemen Pemasaran Orientasi Manajemen Pemasaran BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Manajemen Pemasaran Menurut Kotler dan Armstrong (2010,p32), Manajemen pemasaran adalah Seni dan ilmu memilih target pasar dan membangun hubungan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Wisata Agro Tambi yang terletak di Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo. Pemilihan lokasi ini ditentukan secara sengaja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.2 Pengertian Internet 2.3 World Wide Web

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi 2.2 Pengertian Internet 2.3 World Wide Web BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Menurut Rainer, Prince, & Cegielski (2015:6), Sistem informasi adalah proses mengumpulkan, menyimpan, menganalisa, dan menyebarkan informasi untuk tujuan tertentu.

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif yaitu metode yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan kondisi eksternal dan internal PT. Padang Digital Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah metode yang digunakan untuk meneliti sekelompok manusia,

Lebih terperinci

BAB III. Metodologi Penelitian

BAB III. Metodologi Penelitian BAB III Metodologi Penelitian 3.1 Desain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penilitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode analisis deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. Disain Penelitian Menurut Sarwono, Jonathan (2006:79) dalam melakukan penelitian salah satu hal penting adalah membuat desain penelitian. Desain Penelitian bagaikan sebuah peta

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Definisi Manajemen Menurut Stephen P. Robins dan Mary Coulter (2012:9) manajemen adalah mengkoordinasikan dan mengawasi kegiatan kerja orang lain sehingga kegiatan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2007, p7), manajemen adalah proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING 3.1 Penetapan Kriteria Penelitian Kriteria Optimasi yang digunakan untuk menganalisis alternatif-alternatif strategi bisnis yang akan digunakan Restaurant PT Okirobox Indonesia

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur.

IV METODE PENELITIAN. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan di kawasan Kalimalang, Jakarta Timur. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja berdasarkan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING

BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING BAB 3 METODE PROBLEM SOLVING Penetapan Kriteria Optimasi Penetapan kriteria optimasi dalam studi ini akan dijabarkan sebagai berikut: Kekuatan aspek internal perusahaan yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Strategi Menurut David (2009, p18) Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang hendak dicapai. Strategi bisnis mencakup ekspansi

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif, jenis penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana faktor faktor internal

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT. Pelni merupakan perusahaan pelayaran nasional yang bergerak dalam bidang jasa dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal pelayanan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di peternakan domba Tawakkal Farm (TF) Jalan Raya Sukabumi Km 15 Dusun Cimande Hilir No. 32, Caringin, Bogor. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN Strategi Pengembangan Usaha Maharani Farm Gambar 4. Kerangka Pemikiran Operasional IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Rumah Potong Ayam Maharani Farm yang beralamat

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada restoran tradisional khas Jawa Timur Pondok Sekararum yang terletak di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor, Propinsi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Strategi Menurut Robbins dan Coulter (2014:266) Strategi adalah rencana untuk bagaimana sebuah organisasi akan akan melakukan apa yang harus dilakukan dalam bisnisnya,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di dua lokasi, yakni Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah, khususnya di Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Agroforestry yang membawahi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Disain Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif menurut Arikunto (2005: 234) adalah penelitian yang dimaksud untuk

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara 20 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Pengumpulan data yang digunakan adalah : 1. Pengumpulan data primer melalui survei lapangan, wawancara (lampiran 1) dengan pihak perusahaan sebanyak 3 responden

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode

BAB 3 METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, yaitu metode yang bertujuan membantu memecahkan masalah yang bertujuan membantu memecahkan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kedua tempat usaha di kota Bogor, yaitu KFC Taman Topi dan Rahat cafe. KFC Taman Topi berlokasi di Jalan Kapten Muslihat

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada Pia Apple Pie yang berada di Jalan Pangrango 10 Bogor. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian adalah PT Godongijo Asri yang beralamat di Desa Serua, Kecamatan Cinangka, Sawangan, Depok, Jawa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Langkah awal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah mengetahui visi, misi dan tujuan Perum Pegadaian. Kemudian dilakukan analisis lingkungan internal

Lebih terperinci

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif.

penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan alternatif strategi yang lebih objektif. IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada usaha sate bebek H. Syafe i Cibeber, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas,

IV. METODE PENELITIAN. (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas, IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Pusat Koperasi Pemasaran Belimbing Dewa Depok (PKPBDD) yang terletak di Jalan Raya Sawangan No. 16B, Pancoran Mas, Depok. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi, khususnya di era globalisasi saat ini tidak dapat dielakkan lagi. Untuk dapat berkembang dan bertahan di dunia bisnis, suatu perusahaan harus

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di tempat produksi sate bandeng pada UKM Awal Putra Mandiri yang berlokasi di Jl. Ratu Rangga Blok B No.252 Rt. 02/11, Kampung

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis strategi yang sesuai untuk Rumah Makan Ayam Goreng & Bakar Mang Didin Asgar yang berlokasi di Jalan Ahmad Yani

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan penelitian ini dilaksanakan di Koperasi Simpan Pinjam Warga Sepakats beralamat di Jalan Raya Cibanteng Bogor No. 02 Cihideung Ilir- Ciampea

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Responden IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada usaha Durian Jatohan Haji Arif (DJHA), yang terletak di Jalan Raya Serang-Pandeglang KM. 14 Kecamatan Baros, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode yang digunakan Metode yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut (Sanders, Tom J., 2012) Penelitian manajemen strategis cenderungdilakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi penelitian dilaksanakan pada perusahaan CV Septia Anugerah Jakarta, yang beralamat di Jalan Fatmawati No. 26 Pondok Labu Jakarta Selatan. CV Septia Anugerah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 33 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil, dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV Salim Abadi (CV SA), yang terletak di Jalan Raya Punggur Mojopahit Kampung Tanggul Angin, Kecamatan Punggur,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di perusahaan Tyas Orchid yang berkantor di Bukit Cimanggu City Blok Q6 No 19 Jl. KH. Sholeh Iskandar, Bogor. Pemilihan objek

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Gama Catering yang beralamat di Komp. Bumi Panyileukan Blok G 13 No. 20 Kota Bandung. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Kaliduren Estates yang berlokasi di Perkebunan Tugu/Cimenteng, Desa Langkap Jaya, Kecamatan Lengkong, Kabupaten Sukabumi.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Koperasi Unit Desa (KUD) Puspa Mekar yang berlokasi di Jl. Kolonel Masturi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kawasan Objek Wisata Alam Talaga Remis di Desa Kadeula Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Kegiatan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di 38 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT. Amani Mastra yang kantornya terletak di Kompleks Perumahan Cikunir, Jatibening, Jakarta dan memiliki perkebunan sayuran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Dalam perkembangannya, konsep strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditunjukkan oleh adanya perbedaan konsep

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data

III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu B. Metode Kerja 1. Pengumpulan data 15 III. METODE KAJIAN A. Lokasi dan Waktu Pengambilan data dilakukan di PT. Mitra Bangun Cemerlang yang terletak di JL. Raya Kukun Cadas km 1,7 Kampung Pangondokan, Kelurahan Kutabaru, Kecamatan Pasar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh 44 BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Objek dan Tempat Penelitian Penelitian pada produk teh siap minum Walini Peko yang diproduksi oleh Industri Hilir Teh (IHT) PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII di Cibiru,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada produksi karet remah di PT ADEI Crumb Rubber Industry yang berlokasi di Jalan Imam Bonjol, Kel. Satria, Kec. Padang Hilir,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Perencanaan Strategi Sistem dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Perencanaan Strategis Perencanaan strategis, menurut Ward dan Peppard (2002, p462) adalah analisa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di PT. Godongijo Asri yang berlokasi di Jalan Cinangka Km 10, Kecamatan Sawangan, Kotamadya Depok. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Penelitian Proses perumusan strategi pada restoran Kebun Kita dimulai dengan mengetahui visi dan misinya, kemudian menganalisis permasalahan yang terjadi,

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Mitra Alam. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Strategi Menurut Kotler (2008:58), strategi pemasaran adalah logika pemasaran dimana perusahaan berharap untuk menciptakan nilai pelanggan dan mencapai hubungan yang

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengertian Strategi Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti seni berperang. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema

Lebih terperinci

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data

III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data 27 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data Lokasi tempat pelaksanaan Program Misykat DPU DT berada di kelurahan Loji Gunung Batu, Kecamatan Ciomas, Kotamadya Bogor, Jawa Barat. Waktu pengumpulan data selama

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rahat Cafe 1 yang berlokasi di Jalan Malabar 1 No.1 (samping Pangrango Plaza) kota Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 35 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada restoran iga bakar Mang Opan yang terletak di Jl. Adhyaksa II No.1A, Buah Batu, Bandung. Pemilihan tempat dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km

IV. METODE PENELITIAN. di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi di km 37 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Perusahaan AAPS, perusahaan yang bergerak di industri perunggasan khususnya telur ayam ras petelur. AAPS berlokasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4. Lokasi dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di pabrik pupuk organik PT Agrindo Surya Graha yang berlokasi di jalan PLTP Angkrong, Kampung Sunda Wenang, RT 25/ Rw 11,

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 19 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Pemasaran adalah faktor penting dalam manajemen perusahaan. Strategi pemasaran yang diterapkan harus seiring dengan misi dan tujuan perusahaan. Strategi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel

METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian B. Metode Pengumpulan Data 1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian 2. Metode Pengambilan Sampel 39 I. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis yaitu metode penelitian dengan membahas suatu permasalahan dengan cara

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Internet Menurut Chaffey (2009: 109), Internet adalah jaringan fisik yang menghubungkan komputer ke penjuru dunia. Internet terdiri dari jaringan server yang terinfrastruktur

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Elsari Brownies & Bakery (EBB) yang bertempat di Jalan Raya Pondok Rumput Nomor 18 RT 06/RW 11, Kelurahan Kebon Pedes,

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan jangka panjang. Menurut David (2008) strategi merepresentasikan tindakan yang akan diambil

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Strategis

II. TINJAUAN PUSTAKA Manajemen Strategis 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Strategis Strategi menurut Hamel dan Prahalad dalam Umar (2008) didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini berisi tentang latar belakang pembuatan aplikasi yang bertujuan untuk mengidentifikasi serta membatasi ruang lingkup permasalahan, sehingga aplikasi yang dibuat tidak

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica 2.2. One Village One Product (OVOP)

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica 2.2. One Village One Product (OVOP) 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Buah Carica Buah carica atau pepaya gunung merupakan rumpun buah pepaya yang hanya tumbuh di dataran tinggi. Di dunia, buah carica hanya tumbuh di tiga negara yaitu Amerika Latin,

Lebih terperinci

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 KERANGKA PEMIKIRAN III. METODOLOGI 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Pada masa krisis periode 1998-2000 usaha kecil merupakan salah satu bagian penting dari perekonomian Indonesia dikarenakan kemampuannya dalam menghadapi terpaan krisis

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian

BAB 3 METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Pada bagian ini membahas tentang teori - teori yang digunakan sebagai landasan pada penelitian ini. 3.1 Sistem Informasi Data merupakan bahan baku yang akan di proses untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi di era globalisasi yang begerak cepat telah dapat meningkatkan kinerja dan memungkinkan berbagai kegiatan dapat dilaksanakan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Robin, Stephen (2007:8), manajemen adalah proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 29 A. Metode Dasar Penelitian III. METODE PENELITIAN Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis. Ciri-ciri metode deskriptif analitis adalah memusatkan pada pemecahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Manajemen Manajemen merupakan seni yaitu, seni mengelola sumber daya yang dimiliki untuk mencapai tujuan yang ingin diperoleh (Wijayanto 2012 : 12). Sedangkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pilihan produk kepada pelanggan sehingga pelanggan dapat saja pindah sewaktu-waktu

BAB 1 PENDAHULUAN. pilihan produk kepada pelanggan sehingga pelanggan dapat saja pindah sewaktu-waktu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan zaman yang sangat cepat memberikan ruang yang bebas antara pelanggan dan pembeli serta banyaknya variasi produk dan harga akan memberikan pilihan produk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 42 III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi analisis yaitu metode penelitian yang menuturkan dan menafsirkan data sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODA PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN 18 BAB III METODA PENELITIAN A. Waktu Penelitian No Kegiatan Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian 1. Studi kepustakaan 2. Penyusunan desain penelitan 3. Penyusunan teknis pelaksanaan pengambilan data

Lebih terperinci

time horizon atau dimensi waktu yang digunakan adalah cross sectional, yang berarti

time horizon atau dimensi waktu yang digunakan adalah cross sectional, yang berarti 50 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Berdasarkan tujuan yang akan diteliti pada penulisan skripsi ini, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif, dimana penelitian

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN SISTEM E-CRM UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN BAGI PELANGGAN PADA PT. RAJASRI SEJAHTERA

PEMBANGUNAN SISTEM E-CRM UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN BAGI PELANGGAN PADA PT. RAJASRI SEJAHTERA PEMBANGUNAN SISTEM E-CRM UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN BAGI PELANGGAN PADA PT. RAJASRI SEJAHTERA Prestisia Intan Nurcahyani Kusumaningtyas Binus University, Jakarta, Indonesia ABSTRAK Tujuan dibuatnya penelitian

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tinjauan pustaka yang digunakan dalam pemodelan Customer Relationship Management. Adapun teori yang akan dijelaskan antara lain adalah Customer

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Apabila mengharapkan penerapan TI yang optimal, dibutuhkan strategi

BAB II LANDASAN TEORI. Apabila mengharapkan penerapan TI yang optimal, dibutuhkan strategi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Strategi STI Apabila mengharapkan penerapan TI yang optimal, dibutuhkan strategi STI yang selaras dengan strategi bisnis perusahaan. Hal ini sangat diperlukan agar investasi yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Daya Saing 2.1.1 Pengertian Daya Saing Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh pasar. Karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan,

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa:

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa: BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis hasil pengolahan data maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Dapat diketahui faktor eksternal PT. Gema Shafa Marwa adalah: a. Faktor

Lebih terperinci

E-CRM (1) Pertemuan 6 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom

E-CRM (1) Pertemuan 6 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom E-CRM (1) Pertemuan 6 Diema Hernyka Satyareni, M.Kom E-CRM strategis bisnis yang menggunakan teknologi informasi yang memberikan perusahaan suatu pandangan pelanggannya secara luas, yang dapat diandalkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen s 2.1.1 Pengertian Pearce dan Robinson (2008, p2) menyatakan bahwa strategi merupakan suatu rencana yang berskala besar, dengan berorientasi ke masa depan guna untuk

Lebih terperinci

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data 4. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di PT Semestaguna Food & Beverage. Perusahaan tersebut beralamat di JL.Ring Road, Bogor Utara, Taman Yasmin. Kota Bogor. Penelitian akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Sugiyono (2006) penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. lebih lanjut dalam perencanaan dan perumusan strategi bisnis. Jadi akan di jabarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. lebih lanjut dalam perencanaan dan perumusan strategi bisnis. Jadi akan di jabarkan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Ada pengkajian yang secara teoritis menjadi landasan teori yang di rumuskan lebih lanjut dalam perencanaan dan perumusan strategi bisnis. Jadi akan di jabarkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di dunia yang sangat pesat saat ini membawa pengaruh yang besar terhadap kinerja perusaahan di seluruh bidang bisnis baik dalam perusahaan dagang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelompok Pembudidaya Ikan (Pokdakan) Curug Jaya di Kampung Curug Jaya, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Pemilihan tempat

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, 98 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di KUB Hurip Mandiri Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. membeli sebuah produk atau jasa berdasarkan keputusan mereka yang didasarkan atas

BAB 2 LANDASAN TEORI. membeli sebuah produk atau jasa berdasarkan keputusan mereka yang didasarkan atas BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pelanggan 2.1.1 Definisi Pelanggan Menurut Greenberg (2010, p8), pelanggan adalah individu atau kelompok yang membeli sebuah produk atau jasa berdasarkan keputusan mereka yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini terus meningkat. Hal ini mengakibatkan pengusaha-pengusaha harus bisa mengembangkan pola pikir yang kritis dalam menentukan

Lebih terperinci