6. Apa tujuan utama pemekaran Kabupaten Padang Lawas? Artinya apakah hanya untuk bagi-bagi kekuasaan didaerah?

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "6. Apa tujuan utama pemekaran Kabupaten Padang Lawas? Artinya apakah hanya untuk bagi-bagi kekuasaan didaerah?"

Transkripsi

1 Lampiran 1 Pedoman Wawancara 1. Boleh dijelaskan mengenai sejarah mekarnya Kabupaten Padang Lawas? 2. Apa yang melatar belakangi Kabupaten Padang Lawas ingin mekar? 3. Isu pemekaran Kabupaten Padang Lawas bermula dari siapa? Masyarakat atau elit politik? 4. Bagaimana proses yang terjadi dalam pemekaran Kabupaten Padang Lawas? 5. Apa saja kendala yang terdapat dalam pemekaran Kabupaten Padang Lawas? 6. Apa tujuan utama pemekaran Kabupaten Padang Lawas? 7. Menurut Anda, apakah pemekaran Kabupaten Padang Lawas ini untuk kesejahteraan masyarakat atau hanya untuk kepentingan para elit saja? Artinya apakah hanya untuk bagi-bagi kekuasaan didaerah? 8. Bagaimana kesejahteraan masyarakat Kabupaten Padang Lawas sebelum dan sesudah mekar? hingga sekarang, apa saja yang sudah dihasilkan Kabupaten Padang Lawas setelah mekar? 10. Siapa yang mendominasi kursi pemerintahan di Kabupaten Padang Lawas? menurut suku, agama, atau bagian dari ormas mana? 1. Wawancara dengan Bapak H. Marahadi Hasibuan. BA 80

2 Hasil wawancara dengan Bapak H. Marahadi Hasibuan. BA (Ketua Panitia Pemekaran Kab.Palas dan juga sebagai Kepala Yayasan Sekolah Abdi Negara) pada tanggal 12 Oktober 2015 di Sekolah Abdi Negara Sibuhuan pada pukul WIB 1. Raja Innal dia berfikir sumatera utara harus dimekarkan mengingat yang pertama daerah sumatera utara terlampau luas, jadi pada tahun 1992 sumatera utara segera melaksanakan pemekaran yaitu termasuk tapanuli selatan, tapanuli selatan pada waktu itu ada 17 kecamatan daerahnya yaitu kalo saya tidak silap ¼ dari daerah provinsi sumatera utara, jadi kitapun daerah ini sehubungan dengan selama ini kemajuan dari segala bidang pembangunan agak terlambat, jadi kita berfikir dengan adanya pemekaran segala keperluan untuk itu sangat dibutuhkan antara lain seperti: pendidikan, kesehatan, dan juga ekonomi. Karena kunci dari kemajuan suatu daerah ataupun keluarga, atau negara yang pertama adalah pendidikan, kedua adalah kesehatan, dan yang ketiga adalah ekonomi, yang lainnya seperti infrastruktur adalah sebagai pembantu. Dalam hal ini mudah-mudahan kita berjuang Alhamdulillah beberapa kali kita ke jakarta dan juga ke medan maka sambutan pemerintah itu memberikan suatu gambaran yang baik untuk masa depan kita, Alhamdulillah kebetulan juga ada kawan saya dan dengan hal ini waktu itu Pak Fahruddin menjadi wakil ketua komisi 2 di DPR di jakarta bagian otonomi daerah, yaitu kawan saya di jakarta berjuang diwaktu itu ditambah dengan masyarakat daripada barumun dan padang lawas. Jadi 81

3 sehingga terwujudlah, oh belum terwujud pada waktu itu tahun 2005 karena pak Raja Innal mau habis masa bakti, abis itu masa baktinya disambung oleh Pak Rizalnuddin maka dibaharui pulalah usul itu sehingga kita berjuah terus. Alhamdulillah mulai difikirkan pada tahun itu di jakarta dan diparipurnakan pada tahun Jadi 2007 sudah diparipurnakan, baru belakangan baru disidangkan balik maka terciptalah kabupaten itu pada tanggal 10 Agustus 2007 itulah sampai sekarang. 2. Yang melatar belakangi pemekaran Kabupaten Padang Lawas Pada waktu itu iyalah konsep 1992, tahun 1992 sudah ada konsep pemekaran yaitu Tapsel dan padang lawas. padang lawas pada waktu itu beribu kota di gunung tua. Jadi ternyata setelah hasil paripurna tahun 2005 itu Tapsel memekarkan angkola sipirok, jadi masyarakat palas dan tokoh politik masyarakat palas ingin juga memekarkan palas sesuai konsep 1992 tapi beribu kota di sibuhuan, karena beribukota disibuhuan padang lawas utara juga mengiginkan pemekaran, jadi tokoh politik masyarakat palas dan paluta sama-sama membuat konsep ke pusat untuk mekar dan menjadi kota dan kabupaten, itulah yang melatarbelakangi pemekaran Kab.palas sesuai konsep Yang mencetuskan pemekaran pertama kali bukan Tapsel, yaitu Bapak Raja Innal Gubernur Sumatera Utara, sehingga diapanya itu Kab. Hasundutan, Kab.toba Samosir, Kab.Mandailing Natal, Kab.Labuhan Batu Selatan, Kab.Sungai Kanopan, dan juga Kab.Padang Lawas dan Madia Padang Sidimpuan. Alhamdulillah terbentuk sementara karena banyak 82

4 jatah pada waktu itu pada tahun 1999 hanya kabupaten toba samosir, dan kabupaten mandailing natal karena jatahnya Cuma sedikit. Belakangan ini kita usulkan balik barulah katanya main pulak riau, jadi mereka mendapat 7 kabupaten kita masih tertinggal. Baru kita berjuang terus barulah berhasil pada tahun Proses yang terjadi dalam pemekaran Kabupaten Padang Lawas ini terjadi sejak tanggal 21 Maret 1992 tentang persetujuan pemekaran wilayah Kabupaten Padang Lawas, kemudian gubernur Sumatera Utara mengundang masyarakat Padang Lawas untuk menghadiri musyawarah terkait dengan hal pemekaran wilayang Padang Lawas. Selanjutnya pada hari kedua idul fitri Desember 2000, Masrin Harahap mengundang H.Fahruddin (DPRD Prov. Riau), Marahadi Hasibuan, H.Andolan Siregar dan H.Muslihuddin untuk hadir dirumahnya di Wek I Kelurahan Pasar Sibuhuan, mengajukan supaya dibentuk panitia Persiapan Kabupaten Padang Lawas Ibukotanya Sibuhuan. Pada mulanya, hasil dari musyawarah tanggal 13 April 1992, telah memutuskan Kota Padang Sidimpuan ibu kotanya Padang Sidimpuan, Kab. Angkola Sipirok ibu kotanya Sipirok, Mandailing Natal ibu kotanya Panyambungan dan Padang Lawas ibu kotanya Sibuhuan. Selanjutnya, pada 22 Februari 2001 kepanitiaan terbentuk dengan penasehat 5 orang yakni KH.Muctar Muda Nasution, KH.M.Arjun Akbar Nasution, Tongku Fikir Lubis, H.Abdul Wahab Harahap dan Fahruddin S. Ketua panitia Marahadi Hasibuan dan wakilnya Syamsul Bahri Tanjung, sekertaris H.Andolan Siregar dan 83

5 Wakilnya David Daulay, Bendahara H.Muslihuddin Nasution dan Wakilnya H.Amir Hamjah Harahap. Sedangkan seksi Keuangan sebanyak 10 orang yang dikoordinir Syahrun Harahap, seksi perlengkapan tujuh orang dikoordinir Afner Azis Siregar dan seksi humas sebanyak 10 orang yang dikoordinir H.Muktar Hasan Nasution. Pada tanggal 5 juli 2005, lanjut Bapak Marahadi, diadakan rapat di Lapangan Merdeka Sibuhuan yang berpidato saat itu H Fahruddin. Selanjutnya dibuat kesimpulan untuk menambah kekuatan panitia, maka dibentuklah tim kerja di Mess Pemda Sibuhuan. Perjuangan tokoh pemekaran di warga Padang Lawas tersebut berakhir pada 17 juli 2007 DPR-RI mengadakan sidang paripurna pengesahan rencana Undang-undang (RUU) menjadi Undang-undang pembentukan Kabupaten dan Kota, Kab.Padang Lawas salah satu diantaranya. Pada 10 Agustus 2007 ditetapkan Undang-undang Nomor 38 tahun 2007 tentang pembentukan Padang Lawas. 5. Kendala yang pertama dalam pemekaran Kab.palas ialah daerah-daerah lain banyak cemburu itu, semua mau pemekaran. Orang mengukur secara apatis, apalah itu maka dikatakan apalah saya, dan saya bilang saya yakin kalau masyarakat ikut bersama saya karna mencapai sesuatunya itu harus bersandar bahu dengan semua pihak tidak hanya bisa sendiri, jadi itu perinsip saya. Akomodasi juga termasuk menjadi kendala pemekaran pada waktu itu. 6. Tujuan utama pemekaran kabupaten padang lawas ini ialah untuk meningkatkan segala upaya-upaya seperti yang saya sebutkan tadi 84

6 termasuk masalah infrastruktur jalan, selain pada itu pendidikan, kesehatan, ekonomi, karena bagaimanapun ekonomi sudah tergambar disini, perkebunan banyak jadi selalu dikirim ke tapanuli selatan, jadi hasilnya banyak pada orang lain. Jadi untuk menyelamatkan itu semua harus dilaksanakan otonomi daerah yaitu kabupaten, itu prinsip saya, mudah-mudahan itu dapat dirasakan orang banyak tapi ada juga mencaci itu wajar saja. Yang penting setelah berhasil yang mencaci saya itu lebih hebat. 7. Pemekaran untuk kepentingan masyarakat, contohnya seperti jalan dari sibuhuan sekarang kepasar matanggor kan sudah dibangun 6 jembatan, jalan dari sibuhuan sampai ke pekanbaru sudah lancar, bahkan ini mau dibangun pula jalan dari apung kepanyambungan. Panglima sudah datang kemari, jadi kegunaan daripada pemekaran ini adalah untuk kesejahteraan masyarakat, bukan orang elit atau saudagar-saudagar. 8. Perbandingan sebelum dan sesudah pemekaran sudah jauh berbeda, yang pertama: sebelum pemekaran kecamatan daripada sibuhuan ini hanya 4 kecamatan, kecamatan barumun, kecamatan sosopan, kecamatan sosa, dan kecamatan barumun tengah. Setelah pemekaran menjadi sekarang sudah 12 kecamatan mau ditambah lagi menjadi 6 kecamatan, insyallah pada tahun 2016 menjadi 18 kecamatan. Apabila dimekarkan kecamatan, kan bertambah pula pembangunan disamping itu juga bertambah pula sarana pra sarana seperti seperti sekarang ini, dulu SMA diseluruh kabupaten padang lawas yang masih 4 kecamatan dulu hanya ada 4 disini SMAN, 85

7 yang kedua SMA abdi negara. Setelah beberapa tahun ada lagi di sosopan SMAN, ada di binanga, ada di ujung batu, sekarang sudah ada di panyambungan, sudah ada di barumun selatan sekarang ada 8 SMAN di kabupaten ini, kalo SMA swasta hanya ada satu yaitu Abdi Negara, kalo SMK swasta ada kira-kira 7 lagi di kabupaten ini, Aliyah hanya ada 3 di kabupaten ini dulu hanya ada satu sekarang sudah 3, di binanga 2 di sibuhuan 1, tetapi swasta banyak ada 11 jadi perkembangan ini berkat daripada pemekaran. Kalau dari segi kesehatan sudah bertambah, kalau pandangan saya sudah jauh berbeda sebelum dan sesudah menjadi kabupaten. 9. Ekonomi masyarakat sudah meningkat hanya saja pada saat ini kira-kira 6 bulan yang lalu sampai hari ini semuanya menurun bukan saja disini tapi diseluruh indonesia. Kalau dulu daerah ini dibilang orang daerah dolar karena harga sawit tinggi, harga karet tinggi. Disini pabrik saja ada 9 pabrik sawit, perkebunannya entah berapa hektar, perkebunan ini banyak yang punya. 10. Kalo jelas-jelas yang mendominasi disini adalah agama islam 99% penduduk padang lawas adalah islam, dan mengenai pemerintahan banyak diduduki orang palas asli, suku yang mendominasi adalah suku mandailing, kita sepakat dulu marga lubis sekarang marga harahap. 2. Wawancara dengan Bapak Harjusli Fahri Srg S.STP 86

8 Hasil wawancara dengan Bapak Harjusli Fahri Srg S.STP (Kasubbag tatapemerintahan) pada tanggal 12 Novenber 2015 di Kantor Bupati Kab.Padang Lawas pada pukul WIB 1. Kalau yang saya ketahui sejarah pemekaran PALAS, ini dulu adalah konsep Tahun 1992, 1992 sudah ada konsep dari TAPSEL yaitu kabupaten padang lawas pada waktu itu, tapi rencananya itu beribukota di Gunung Tua, tetapi setelah terjadinya gejolak politik di 2005 lagi sesuai PP 129, PP nya UU 32 itu terjadi lagi gejolak pemekaran di Tapsel, tetapi pada waktu itu yang diparipurnakan oleh Kab.TAPSEL itu ialah angkola sipirok itulah yang disampaikan ke provinsi. Persetujuan Kab.TAPSEL dan DPRD Tapanuli Selatan pada waktu itu adalah Angkola Sipirok itulah yang diparipurnakan pada waktu itu, itulah yang diajukan ke provinsi dan provinsi menyampaikan ke pusat ke departemen dalam negeri, pada waktu itu drigjen otonomi daerah. Jadi setelah proses ini di pusat terjadilah gejolak daripada tokoh politik masyarakat padang lawas bahwa mereka juga menginginkan padang lawas itu sendiri, dan padang lawas utara juga terjadi gejolak padang lawas utara sendiri, padahal hasil paripurna adalah angkola sipirok. Jadi setelah beberapa bulan itu di jakarta hampir 11 bulan proses ini di jakarta keluarlah keinginan DPR RI pada waktu itu tapanuli selatan itu dimekarkan yaitu PALUTA dan PALAS dan angkola sipirok menjadi kabupaten induk. Jadi itulah pada waktu itu rapat finalisasi sesuai inisiatif DPR RI itu saya juga hadir di drigen otonomi daerah, disetujuilah pada waktu itu tanggal 16 juli kalau tidak salah diruangan drigen otonomi 87

9 daerah dibuatlah kesimpulan bahwa pemekaran untuk TAPSEL itu yang diambil adalah untuk wilayah padang lawas utara dan padang lawas juga. Prosesnya panjang sekali jadi pemekaran itu bukan berdasarkan hasil paripurna dari Kabupaten induk melainkan konsep dari pusat antara DPR RI dan kementrian dalam negeri itu sendiri. 2. Sebenarnya ide awalnya itu, bagaimana meningkatkan efektifitas terhadap pelayanan masyarakat, dengan efektifitasnya pelayanan masyarakat dan pembangunan di daerah padang lawas, diharapkan efeknya menjadikan padang lawas ini bisa lebih sejahtera. Jadi idenya, pada akhirnya nanti adalah lebih mensejahterakan rakyat. Lalu mengapa perlu dibentuknya kabupaten padang lawas itu, karena merasa sangat jauhnya jarak pemerintahan Tapanuli Selatan yang berada di daerah Padang Sidimpuan, hal ini sangat dirasakan oleh masyarakat, sehingga petugas dinas-dinas dan semacamnya, karena jauhnya antara Padang Sidimpuan dan Padang Lawas. dalam hal ini, muncul ide dari masyarakat disini, karena sudah semakin berkembangnya pelayanan masyarakat yang lebih cepat. Karena seolah-olah hal ini sudah tidak tertangani oleh Pemerintahan daerah. 3. Isu pemekaran sebenarnya bermula dari elit politik lokal masyarakat Padang Lawas, akan tetapi disini seluruh masyarakat Padang Lawas mendukung penuh sangat antusias dengan diadakannya pemekaran di Kabupaten Padang Lawas. 4. proses pemekaran wilayang Kabupaten Padang Lawas terjadi sebagaimana mestinya, berjalan dengan baik disini masyarakat juga mendukung penuh 88

10 pemekaran Kabupaten Padang Lawas, sebab tanpa dukungan masyarakat panitia pemekaran bukan apa-apa. 5. Biasa kendala-kendala umum yang sering terjadi saat pemekaran wilayah seperti kurangnya Sumber Daya Manusia yang memadai sehingga bisa menghambat pembangunan daerah nantinya. 6. Tujuan utama pemekaran Kabupaten Padang Lawas ini adalah untuk mempercepat pembangunan didaerah, sebab kalo kita masih bergabung dengan Tapanuli Selatan bembangunan jadi kurang Fokus, sehingga dapat mensejahterakan masyarakat Kabupaten Padang Lawas. 7. Jelas pemekaran Kabupaten Padang Lawas ini untuk kesejahteraan masyarakat, dilakukannya pembangunan sehingga Kabupaten menjadi lebih maju seperti ini dibanding sebelum pemekaran semua untuk kesejahteraan masyarakat, elit politik disini hanya perantara saja untuk mewujudkan kebaikan bersama. 8. Kesejahteraan masyarakat Padang Lawas sekarang bisa dikatakan lebih sejatera dibandingkan sebelum pemekaran, masyarakat sekarang lebih mudah dalam hal pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Dengan adanya pemekaran masyarakat di banyak sekali di untungkan sekolah-sekaloh sudah banyak dibangun, dalam hal kesehatan setiap kecamatan sekarang memiliki puskesmas yang siap melayani 24 jam dan memiliki fasilitas lengkap, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Padang Lawas. 89

11 9. Sebelum pemekaran kecamatan daripada sibuhuan ini hanya 4 kecamatan dan setelah pemekaran kecamat menjadi 12, perkantoran sudah banyak terbangun yang dulunya berada di Tapsel kina masyarakat lebih mudah, jalan disibuhuan juga sudah dibangun, pelebaran jalan dan pembangunan jembatan-jembatan, sehingga memudahkan masyarakat Padang Lawas dalam menjalankan aktivitasnya. 10. yang mendominasi di kursi pemerintahan di Kabupaten Padang Lawas ini adalah suku batak mandailing asli masyarakat Padang Lawas dan beragama islam. 3. Wawancara dengan Bapak Irsan Bangun (Wakil Ketua DPRD Kab. Padang Lawas). 1. sejarah pemekaran Kabupaten Padang Lawas berawal tahun 1992, tetapi pemekaran tersebut beribukota di gunung tua. Pada tahun 2005 terjadi gejolak politik sesuai PP 129 Undang-Undang 32 terjadi lagi gejolak pemekaran di Tapsel. Pada waktu itu yang diparipurnakan oleh Tapsel adalah Angkola Sipirok yang di ajukan ke Provinsi dan lalu provinsi menyampaikan ke Pusat, kedepartemen dalam Negeri. Jadi setelah proses ini dipusat masyarakat Padang Lawas juga menginginkan Padang Lawas dimekarkan sendiri, padahal hasil paripurna adalah Angkola Sipirok, jadi setelah sekitar 11 bulan di jakarta keluarlah keinginan DPR-RI Tapanuli selatan dimekarkan menjadi Padang Lawas Utara dan Padang Lawas sedangkan Angkola Sipirok menjadi Kabupaten Induk. Jadi itulah hasil 90

12 rapat finalisasi sesuai inisiatif DPR-RI pada saat itu disetujui pada tanggal 16 juli. 2. Yang melatar belakangi Padang Lawas ingin mekar itu adalah luas wilayah antara Tapanuli Selatan dan Padang Lawas sangat luas, jadi untuk pembangunan sangat lambat dirasakan oleh masyarakat Padang Lawas. Karena hal tersebutlah masyarakat menginginakan Padang Lawas untuk di mekarkan agar lebih cepat proses pembangunan agar masyarakat dapat hidup sejahtera. 3. Isu pemekaran sebenarnya bermula dari elit politik lokal masyarakat Padang Lawas, akan tetapi disini seluruh masyarakat Padang Lawas mendukung penuh, sangat antusias dengan diadakannya pemekaran di Kabupaten Padang Lawas. Meskipun begitu pemekara Kabupaten Padang Lawas ini murni untuk kepentingan masyarakat bukan untuk kepentingan elit politik tersebut. 4. Proses yang terjadi dalam pemekaran Kabupaten Padang Lawas ini terjadi sejak tanggal 21 Maret 1992 tentang persetujuan pemekaran wilayah Kabupaten Padang Lawas, kemudian gubernur Sumatera Utara mengundang masyarakat Padang Lawas untuk menghadiri musyawarah terkait dengan hal pemekaran wilayang Padang Lawas. Selanjutnya pada hari kedua idul fitri Desember 2000, Masrin Harahap mengundang H.Fahruddin (DPRD Prov. Riau), Marahadi Hasibuan, H.Andolan Siregar dan H.Muslihuddin untuk hadir dirumahnya di Wek I Kelurahan Pasar Sibuhuan, mengajukan supaya dibentuk panitia Persiapan Kabupaten 91

13 Padang Lawas Ibukotanya Sibuhuan. Pada mulanya, hasil dari musyawarah tanggal 13 April 1992, telah memutuskan Kota Padang Sidimpuan ibu kotanya Padang Sidimpuan, Kab. Angkola Sipirok ibu kotanya Sipirok, Mandailing Natal ibu kotanya Panyambungan dan Padang Lawas ibu kotanya Sibuhuan. Selanjutnya, pada 22 Februari 2001 kepanitiaan terbentuk dengan penasehat 5 orang yakni KH.Muctar Muda Nasution, KH.M.Arjun Akbar Nasution, Tongku Fikir Lubis, H.Abdul Wahab Harahap dan Fahruddin S. Ketua panitia Marahadi Hasibuan dan wakilnya Syamsul Bahri Tanjung, sekertaris H.Andolan Siregar dan Wakilnya David Daulay, Bendahara H.Muslihuddin Nasution dan Wakilnya H.Amir Hamjah Harahap. Sedangkan seksi Keuangan sebanyak 10 orang yang dikoordinir Syahrun Harahap, seksi perlengkapan tujuh orang dikoordinir Afner Azis Siregar dan seksi humas sebanyak 10 orang yang dikoordinir H.Muktar Hasan Nasution. Pada tanggal 5 juli 2005, lanjut Bapak Marahadi, diadakan rapat di Lapangan Merdeka Sibuhuan yang berpidato saat itu H Fahruddin. Selanjutnya dibuat kesimpulan untuk menambah kekuatan panitia, maka dibentuklah tim kerja di Mess Pemda Sibuhuan. Perjuangan tokoh pemekaran di warga Padang Lawas tersebut berakhir pada 17 juli 2007 DPR-RI mengadakan sidang paripurna pengesahan rencana Undang-undang (RUU) menjadi Undang-undang pembentukan Kabupaten dan Kota, Kab.Padang Lawas salah satu diantaranya. Pada 10 Agustus 2007 ditetapkan Undang-undang Nomor 38 tahun 2007 tentang pembentukan Padang Lawas. 92

14 5. Kendala yang pertama dalam pemekaran Kab.palas ialah daerah-daerah lain banyak memandang secara apatis, semua mau ikut dimekarkan. Sumber Daya Manusia yang kurang juga menjadi kendala, adanya kelompok yang pesimis diadakannya pemekaran Kabupaten Padang Lawas. 6. Tujuan utama pemekaran ialah untuk mendekatakan pelayanan publik untuk masyarakat agar masyarakat tidak lagi jauh-jauh ke TAPSEL hanya untuk mengurus urusan pemerintahan, hal tersebut termasuk tujuan utama pemekaran Kabupaten Padang Lawas karena untuk mensejahterakaan masyarak. 7. Disini elit polit kan hanya sebagai perantara dalam proses pemekaran, dan sama-sama berjuang seluruh masyarakat Padang Lawas untuk memekarkan Padang lawas untuk satu tujuan yakni mensejahterakan seluruh masyarakat Padang Lawas tanpa terkecuali. 8. Kesejahteraan masyarakat sudah berkembang dengan baik, meskipun sedikit lambat tetapi tepat sasaran apa yang dibutuhkan oleh masyarakat pasti akan di penuhi oleh pemerintah agar masyarakat sejahtera. 9. Setelah mekar pembangunan sudah banyak yang kita hasilkan, yang pertama setelah mekar kita banyak menambah kecamatan itu sudah lengkap dengan kantor camatnya, puskesmasnya dan fasilitas umum lainnya. Kebutuhan dasar ekonomi masyarakat juga semakin membaik, pendidikan yang semakin di tingkatkan dengan banyaknya SMA Negeri 93

15 yang ada di Padang Lawas dan 1 Universitas Swasta, kesehatan dan pelayanan BPJS sudah lengkap bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. 10. kalau dikatakan siapa yang mendominasi boleh dikatakan masih fifti-fifti, belum semua masyarakat Padang Lawsa yang menduduki jabatan disini. Padang Lawas mendapat penyerahan pegawai dari Kabupaten induk yakni Kabupaten Tapsel. 4. Wawancara dengan Bapak H.Kanti Nasution (Camat Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas). 1. Gubernurberfikir sumatera utara harus dimekarkan mengingat yang pertama daerah sumatera utara terlampau luas, jadi pada tahun 1992 sumatera utara segera melaksanakan pemekaran yaitu termasuk tapanuli selatan, tapanuli selatan pada waktu itu ada 17 kecamatan daerahnya yaitu kalo saya tidak silap ¼ dari daerah provinsi sumatera utara, jadi kitapun daerah ini sehubungan dengan selama ini kemajuan dari segala bidang pembangunan agak terlambat, jadi kita berfikir dengan adanya pemekaran segala keperluan untuk itu sangat dibutuhkan antara lain seperti: pendidikan, kesehatan, dan juga ekonomi. Karena kunci dari kemajuan suatu daerah ataupun keluarga, atau negara yang pertama adalah pendidikan, kedua adalah kesehatan, dan yang ketiga adalah ekonomi, yang lainnya seperti infrastruktur adalah sebagai pembantu. Dalam hal ini mudah-mudahan kita berjuang Alhamdulillah beberapa kali kita ke jakarta dan juga ke medan maka sambutan pemerintah itu memberikan suatu gambaran yang baik untuk masa depan 94

16 kita, Alhamdulillah kebetulan juga ada kawan saya dan dengan hal ini waktu itu Pak Fahruddin menjadi wakil ketua komisi di DPR di jakarta bagian otonomi daerah, yaitu kawan saya di jakarta berjuang diwaktu itu ditambah dengan masyarakat daripada barumun dan padang lawas. Jadi sehingga terwujudlah, oh belum terwujud pada waktu itu tahun 2005 karena pak Raja Innal mau habis masa bakti, abis itu masa baktinya disambung oleh Pak Rizalnuddin maka dibaharui pulalah usul itu sehingga kita berjuah terus. Alhamdulillah mulai difikirkan pada tahun itu di jakarta dan diparipurnakan pada tahun Jadi 2007 sudah diparipurnakan, baru belakangan baru disidangkan balik maka terciptalah kabupaten itu pada tanggal 10 Agustus 2007 itulah sampai sekarang. 2. Yang melatar belakangi Padang Lawas ingin mekar itu adalah luas wilayah antara Tapanuli Selatan dan Padang Lawas sangat luas, jadi untuk pembangunan sangat lambat dirasakan oleh masyarakat Padang Lawas. Karena hal tersebutlah masyarakat menginginakan Padang Lawas untuk di mekarkan agar lebih cepat proses pembangunan agar masyarakat dapat hidup sejahtera. 3. Isu pemekaran sebenarnya bermula dari elit politik lokal masyarakat Padang Lawas, akan tetapi disini seluruh masyarakat Padang Lawas mendukung penuh, sangat antusias dengan diadakannya pemekaran di Kabupaten Padang Lawas. Meskipun begitu pemekara Kabupaten Padang Lawas ini murni untuk kepentingan masyarakat bukan untuk kepentingan elit politik tersebut. 95

17 4. Proses yang terjadi dalam pemekaran Kabupaten Padang Lawas ini terjadi sejak tanggal 21 Maret 1992 tentang persetujuan pemekaran wilayah Kabupaten Padang Lawas, kemudian gubernur Sumatera Utara mengundang masyarakat Padang Lawas untuk menghadiri musyawarah terkait dengan hal pemekaran wilayang Padang Lawas. Selanjutnya pada hari kedua idul fitri Desember 2000, Masrin Harahap mengundang H.Fahruddin (DPRD Prov. Riau), Marahadi Hasibuan, H.Andolan Siregar dan H.Muslihuddin untuk hadir dirumahnya di Wek I Kelurahan Pasar Sibuhuan, mengajukan supaya dibentuk panitia Persiapan Kabupaten Padang Lawas Ibukotanya Sibuhuan. Pada mulanya, hasil dari musyawarah tanggal 13 April 1992, telah memutuskan Kota Padang Sidimpuan ibu kotanya Padang Sidimpuan, Kab. Angkola Sipirok ibu kotanya Sipirok, Mandailing Natal ibu kotanya Panyambungan dan Padang Lawas ibu kotanya Sibuhuan. Selanjutnya, pada 22 Februari 2001 kepanitiaan terbentuk dengan penasehat 5 orang yakni KH.Muctar Muda Nasution, KH.M.Arjun Akbar Nasution, Tongku Fikir Lubis, H.Abdul Wahab Harahap dan Fahruddin S. Ketua panitia Marahadi Hasibuan dan wakilnya Syamsul Bahri Tanjung, sekertaris H.Andolan Siregar dan Wakilnya David Daulay, Bendahara H.Muslihuddin Nasution dan Wakilnya H.Amir Hamjah Harahap. Sedangkan seksi Keuangan sebanyak 10 orang yang dikoordinir Syahrun Harahap, seksi perlengkapan tujuh orang dikoordinir Afner Azis Siregar dan seksi humas sebanyak 10 orang yang dikoordinir H.Muktar Hasan Nasution. Pada tanggal 5 juli 2005, 96

18 lanjut Bapak Marahadi, diadakan rapat di Lapangan Merdeka Sibuhuan yang berpidato saat itu H Fahruddin. Selanjutnya dibuat kesimpulan untuk menambah kekuatan panitia, maka dibentuklah tim kerja di Mess Pemda Sibuhuan. Perjuangan tokoh pemekaran di warga Padang Lawas tersebut berakhir pada 17 juli 2007 DPR-RI mengadakan sidang paripurna pengesahan rencana Undang-undang (RUU) menjadi Undang-undang pembentukan Kabupaten dan Kota, Kab.Padang Lawas salah satu diantaranya. Pada 10 Agustus 2007 ditetapkan Undang-undang Nomor 38 tahun 2007 tentang pembentukan Padang Lawas. 5. Kendala yang pertama dalam pemekaran Kab.palas ialah daerah-daerah lain banyak memandang secara apatis, semua mau ikut dimekarkan. Sumber Daya Manusia yang kurang juga menjadi kendala, adanya kelompok yang pesimis diadakannya pemekaran Kabupaten Padang Lawas. 6. Tujuan utama pemekaran ialah untuk mendekatakan pelayanan publik untuk masyarakat agar masyarakat tidak lagi jauh-jauh ke TAPSEL hanya untuk mengurus urusan pemerintahan, hal tersebut termasuk tujuan utama pemekaran Kabupaten Padang Lawas karena untuk mensejahterakaan masyarak. 7. Disini elit polit kan hanya sebagai perantara dalam proses pemekaran, dan sama-sama berjuang seluruh masyarakat Padang Lawas untuk memekarkan Padang lawas untuk satu tujuan yakni mensejahterakan seluruh masyarakat Padang Lawas tanpa terkecuali. 97

19 8. Kesejahteraan masyarakat sudah berkembang dengan baik, meskipun sedikit lambat tetapi tepat sasaran apa yang dibutuhkan oleh masyarakat pasti akan di penuhi oleh pemerintah agar masyarakat sejahtera. 9. Setelah mekar pembangunan sudah banyak yang kita hasilkan, yang pertama setelah mekar kita banyak menambah kecamatan itu sudah lengkap dengan kantor camatnya, puskesmasnya dan fasilitas umum lainnya. Kebutuhan dasar ekonomi masyarakat juga semakin membaik, pendidikan yang semakin di tingkatkan dengan banyaknya SMA Negeri yang ada di Padang Lawas dan 1 Universitas Swasta, kesehatan dan pelayanan BPJS sudah lengkap bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. 10. kalau dikatakan siapa yang mendominasi boleh dikatakan masih fifti-fifti, belum semua masyarakat Padang Lawsa yang menduduki jabatan disini. Padang Lawas mendapat penyerahan pegawai dari Kabupaten induk yakni Kabupaten Tapsel. 98

BAB II DESKRIPSI LOKASI KABUPATEN PADANG LAWAS. AFDEELING PADANG SIDIMPUAN yang dikepalai oleh seorang Residen yang

BAB II DESKRIPSI LOKASI KABUPATEN PADANG LAWAS. AFDEELING PADANG SIDIMPUAN yang dikepalai oleh seorang Residen yang BAB II DESKRIPSI LOKASI KABUPATEN PADANG LAWAS 2.1 Pofil Kabupaten Padang Lawas 2.1.1Sejarah Kabupaten Padang Lawas Pada zaman penjajahan Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan disebut AFDEELING PADANG SIDIMPUAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA PENJELASAN ATAS UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA I. UMUM Provinsi Sumatera Utara yang memiliki luas wilayah ± 72.427,81

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURANDAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR 05 TAHUN 2014

PERATURANDAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR 05 TAHUN 2014 PERATURANDAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR 05 TAHUN 2014 TENTANG HARI JADI DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS, Menimbang : a. bahwa untuk mengenang dan menghargai perjuangan sejarah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten B II GAMRAN UMUM DAERAH PENELITIAN 2.1 Pengantar Angkola sebenarnya adalah sebutan untuk sebuah daerah yang sebelumnya berada dalam kawasan Kabupaten Tapanuli Selatan. Namun saat ini, kabupaten tersebut

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN PADANG LAWAS UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BUPATI PADANG LAWAS. BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ASSALAMU ALAIKUM Wr. Wb. SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA,

BUPATI PADANG LAWAS. BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ASSALAMU ALAIKUM Wr. Wb. SELAMAT PAGI DAN SALAM SEJAHTERA BAGI KITA SEMUA, 1 BUPATI PADANG LAWAS SAMBUTAN BUPATI PADANG LAWAS PADA ACARA PENYALURAN BANTUAN PROGRAM KELUARGA HARAPAN (PKH) DI KABUPATEN PADANG LAWAS SABTU, 16 APRIL 2016 BISMILLAHIRROHMANIRROHIM ASSALAMU ALAIKUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Pak-pak, Toba, Mandailing dan Angkola. (Padang Bolak), dan Tapanuli Selatan (B. G Siregar, 1984).

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Pak-pak, Toba, Mandailing dan Angkola. (Padang Bolak), dan Tapanuli Selatan (B. G Siregar, 1984). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Indonesia adalah masyarakat majemuk yang memiliki keanekaragaman budaya, suku, agama, dan ras. Salah satu provinsi yang ada di Indonesia adalah provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketimpangan kesejahteraan telah mengurung masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena ketimpangan kesejahteraan telah mengurung masyarakat 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Fenomena ketimpangan kesejahteraan telah mengurung masyarakat Indonesia selama puluhan tahun. Keadaan ini mendapat tanggapan reaktif dari masyarakat, sehingga

Lebih terperinci

BUPATI PADANG LAWAS PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PADANG LAWAS PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR TAHUN 2016 TENTANG BUPATI PADANG LAWAS PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN PERANGKAT DAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

LAPORAN KEGIATAN PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT DALAM RANGKA KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN RESES MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG

LAPORAN KEGIATAN PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT DALAM RANGKA KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN RESES MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG LAPORAN KEGIATAN PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT DALAM RANGKA KUNJUNGAN KERJA PERORANGAN RESES MASA PERSIDANGAN I TAHUN SIDANG 2014-2015 A. PENDAHULUAN Sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 42 tahun 2014

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa pembentukan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA, RUKUN WARGA, LEMBAGA KEMASYARAKATAN LAINNYA DAN DUSUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki 34 provinsi yang kini telah tumbuh menjadi beberapa wacana untuk mendirikan provinsi-provinsi baru di Indonesia. Pembentukan provinsi baru ini didasari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun pria sama-sama memiliki kesempatan untuk bisa aktif di bidang politik

BAB I PENDAHULUAN. maupun pria sama-sama memiliki kesempatan untuk bisa aktif di bidang politik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap masyarakat senantiasa akan selalu mengalami perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat dapat diketahui dengan membandingkan keadaan masyarakat

Lebih terperinci

PLUS-MINUS PEMBENTUKAN PROVINSI SUMATERA TENGGARA 1. Effan Zulfiqar 2 ABSTRAK

PLUS-MINUS PEMBENTUKAN PROVINSI SUMATERA TENGGARA 1. Effan Zulfiqar 2 ABSTRAK PLUS-MINUS PEMBENTUKAN PROVINSI SUMATERA TENGGARA 1 Effan Zulfiqar 2 ABSTRAK Wacana Pembentukan Provinsi Baru di Tapanuli bagian Selatan telah bergulir sejak tanggal 8 Desember 2008 saat mana bertemunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUDNRI Tahun 1945) menyebutkan bahwa tujuan dari dibentuknya negara Indonesia adalah:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang

BAB I PENDAHULUAN. Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Siklus pengelolaan keuangan daerah merupakan tahapan-tahapan yang harus dilakukan dalam mengelola keuangan yang menjadi wewenang dan tanggung jawab pemerintah

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan (growth) merupakan awal proses pembangunan suatu negara. Pembangunan suatu negara diharapkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 9 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 9 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 9 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Sosial dan Budaya Kabupaten Tulang Bawang Barat

GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Sosial dan Budaya Kabupaten Tulang Bawang Barat 51 IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Sosial dan Budaya Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat (Tuba Barat) merupakan kabupaten baru hasil pemekaran dengan Kabupaten Tulang Bawang. Kabupaten

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.legalitas.org UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WAKIL BUPATI PADANG LAWAS KETUA, WAKIL KETUA BESERTA ANGGOTA DPRD KABUPATEN PADANG LAWAS.

WAKIL BUPATI PADANG LAWAS KETUA, WAKIL KETUA BESERTA ANGGOTA DPRD KABUPATEN PADANG LAWAS. BIMBINGAN DAN ARAHAN BUPATI PADANG LAWAS PADA PERTEMUAN KUNJUNGAN KERJASAMA TIM UNIVERSITAS GADJAH MADA DENGAN PARA KEPALA SEKOLAH DAN SISWA SLTA SEDERAJAT BERPRESTASI DI KABUPATEN PADANG LAWAS SIBUHUAN,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 118/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 118/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 118/PID/2012/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA PAPARAN USULAN REVISI KA WASAN H UTAN P ROVINSI SUMATERA UTARA PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA JA NUARI 2010 KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA No Fungsi Hutan TGHK (1982) RTRWP (2003) 1 2 3 4 5

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG KETENTUAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA ATAU KELURAHAN, PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DAN PEMEKARAN KELURAHAN MENJADI

Lebih terperinci

P E N G U M U M A N Nomor : /DBM-PE/ /2012

P E N G U M U M A N Nomor : /DBM-PE/ /2012 P E N G U M U M A N Nomor : /DBM-PE/ /2012 Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Dinas Bina Marga Provinsi Sumatera Utara merencanakan akan menyelenggarakan Pengadaan Barang dan Jasa dengan Sumber Dana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DUSUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DUSUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAMPUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PENGIMPLEMENTASIAN PEMEKARAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT

PENGIMPLEMENTASIAN PEMEKARAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT i PENGIMPLEMENTASIAN PEMEKARAN DAERAH KABUPATEN TAPANULI SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP MASYARAKAT SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN/ATAU PENGGABUNGAN DESA/ KELURAHAN SERTA PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PUU-XV/2017

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PUU-XV/2017 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 44/PUU-XV/2017 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara Indonesia. Sumatera Utara memiliki keanekaragaman suku dan budaya. Suku yang berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha Bentuk Usaha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha 1.1.1 Bentuk Usaha Bentuk usaha dari tempat penulis melakukan kegiatan praktek kerja magang adalah sebuah instansi Pemerintahan Daerah tepatnya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010 NOMOR 25 SERI D NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010 NOMOR 25 SERI D NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR TAHUN 2010 NOMOR 25 SERI D NOMOR 21 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMOSIR NOMOR 9 TAHUN 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. sebuah organisasi yang tidak berpenghasilan tetapi justru mengeluarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Partai politik merupakan aktor yang menarik dalam pemerintahan, menarik dalam hal status, fungsi, dan koordinasi partai terhadap aktor-aktor lainnya. Peran partai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengangguran merupakan suatu topik yang tidak pernah hilang dalam sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah istilah bagi orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi.

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi. Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah kabupaten dan daerah kota. Setiap daerah provinsi,

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI D LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

- 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG - 1 - BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN KELURAHAN SERTA PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 11 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARO NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARO, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

Pemerintahan Government

Pemerintahan Government Pemerintahan Government Pada akhir bulan Juni tahun 2010, Sumatera Utara terdiri dari 25 Kabupaten dan 8 Kota. Keseluruhan kabupaten/kota ini terbagi dalam 417 Kecamatan dan 5.744 desa/kelurahan. 2.1.

Lebih terperinci

Peran Partai Golkar dalam Pemilu Legislatif 2014 di Padang Lawas

Peran Partai Golkar dalam Pemilu Legislatif 2014 di Padang Lawas Peran Partai Golkar dalam Pemilu Legislatif 2014 di Padang Lawas SYARIF HIDAYATULLAH HASIBUAN Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan, Jl. Dr. Sofyan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/DPD RI/I/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/DPD RI/I/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 18/DPD RI/I/2013-2014 PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP ASPIRASI MASYARAKAT DAN DAERAH PEMBENTUKAN KABUPATEN PANTAI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH NOMOR 27/DPD RI/II/2013-2014 PANDANGAN DAN PENDAPAT DEWAN PERWAKILAN DAERAH TERHADAP ASPIRASI MASYARAKAT DAN DAERAH PEMBENTUKAN KABUPATEN CIBALIUNG

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

KELOMPOK KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN ANGGARAN 2013

KELOMPOK KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN ANGGARAN 2013 KELOMPOK KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN DINAS KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN KABUPATEN PADANG LAWAS TAHUN ANGGARAN 2013 Jalan Karya Pembangunan Sibuhuan BERITA ACARA PEMBUKAAN PENAWARAN Nomor : 66/Pokja ULP/DISHUTBUN/XI/2013

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN LABUHANBATU UTARA DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN

KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN Lampiran 2. Berita Acara Serah Terima Barang Milik Negara KEMENTERIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN Jalan Percetakan Negara No 29 Jakarta Pusat 10560

Lebih terperinci

PENATAAN DAERAH. Muchamad Ali Safa at

PENATAAN DAERAH. Muchamad Ali Safa at PENATAAN DAERAH Muchamad Ali Safa at TUJUAN efek;vitas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah; mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat; mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik; meningkatkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO KECAMATAN PACET DESA NOGOSARI PERATURAN DESA DESA NOGOSARI NOMOR : 11 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO KECAMATAN PACET DESA NOGOSARI PERATURAN DESA DESA NOGOSARI NOMOR : 11 TAHUN 2001 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO KECAMATAN PACET DESA NOGOSARI PERATURAN DESA DESA NOGOSARI NOMOR : 11 TAHUN 2001 TENTANG PENCEGAHAN DAMPAK LINGKUNGAN DESA KARENA HUTAN SELUAS 108HA DIWILAYAH DESA NOGOSARI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN,

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN, PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

P U T U S A N. Nomor : 300/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N. Nomor : 300/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA P U T U S A N Nomor : 300/PID/2015/PT-MDN. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Tinggi Medan, yang memeriksa dan mengadili perkara pidana dalam Peradilan Tingkat Banding, telah

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 1998 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II TOBA SAMOSIR DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II MANDAILING NATAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebar dari Sabang sampai Merauke. Termasuk daerah Sumatera Utara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah sebuah bangsa yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang pada dasarnya adalah pribumi. Suku bangsa yang berbeda ini menyebar dari Sabang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 05 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PESAWARAN,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DHARMASRAYA, KABUPATEN SOLOK SELATAN, DAN KABUPATEN PASAMAN BARAT DI PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5.

Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. BUPATI PADANG LAWAS PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURANDAERAH KABUPATEN PADANG LAWAS NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG SUMBANGAN PIHAK KETIGA KEPADA PEMERINTAHDAERAH DENGAN RAHMATTUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG

Lebih terperinci

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba

Sumatera Utara. Rumah Balai Batak Toba , Laporan Provinsi 105 Sumatera Rumah Balai Batak Toba Rumah Balai Batak Toba adalah rumah adat dari daerah Sumatera. Rumah ini terbagi atas dua bagian, yaitu jabu parsakitan dan jabu bolon. Jabu parsakitan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO,

Lebih terperinci

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No.

maupun daerah untuk mempercepat tercapainya pembangunan ekonomi. lahirnya dua produk undang-undang, yaitu Undang-undang No. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap orang menginginkan pembangunan dan setiap negara bekerja keras untuk pembangunan. Memang kemajuan ekonomi adalah komponen utama pembangunan, tetapi bukan merupakan

Lebih terperinci

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA

BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA 39 BAB III TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DAN KEMISKINAN DI KABUPATEN/KOTA PROPINSI SUMATERA UTARA 3.1. Karakteristik Kemiskinan Propinsi Sumatera Utara Perkembangan persentase penduduk miskin di Sumatera

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA

KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA KONDISI KAWASAN HUTAN PROVINSI SUMATERA UTARA (Bahan Kata Sambutan Gubernur Sumatera Utara pada Rapat Monitoring dan Evaluasi Gerakan Nasional Penyelamatan Sumber Daya Alam Indonesia Sektor Kehutanan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tingkat kemajuan harus menempuh pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tingkat kemajuan harus menempuh pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sudah dimulai sejak adanya manusia. Setiap manusia bila ingin mencapai suatu tingkat kemajuan harus menempuh pendidikan. Apakah pendidikan itu diperolehnya

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG

RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG RGS Mitra 1 of 14 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN SAMOSIR DAN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 4 TAHUN 2007 Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Desa dan Perubahan Status Desa Menjadi Kelurahan Bagian Hukum Setda Bima 2007 PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BIMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dan tanggung jawab penuh dalam mengatur dan mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak berlakunya otonomi daerah sesuai dengan UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN BUPATI LINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

Provinsi Sumatera Utara: Demografi

Provinsi Sumatera Utara: Demografi Fact Sheet 02/2015 (28 Februari 2015) Agrarian Resource Center ARC Provinsi Sumatera Utara: Demografi Provinsi Sumatera Utara adalah provinsi peringkat ke-4 di Indonesia dari sisi jumlah penduduk. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an,

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, 60 BAB I PENDAHULUAN 3.1. Latar Belakang Sejak dikembangkannya tanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 60-an, luas areal perkebunan kelapa sawit mengalami perkembangan yang sangat pesat. Bila pada

Lebih terperinci

P U T U S A N NOMOR : 24/PDT/2011/PT-MDN

P U T U S A N NOMOR : 24/PDT/2011/PT-MDN P U T U S A N NOMOR : 24/PDT/2011/PT-MDN DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA ---- PENGADILAN TINGGI MEDAN, yang memeriksa dan mengadili Perkaraperkara Perdata dalam Tingkat Banding telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinjauan ini dilakukan.tapanuli Utara,yang dikenal sebagai Afdeeling

BAB I PENDAHULUAN. tinjauan ini dilakukan.tapanuli Utara,yang dikenal sebagai Afdeeling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada masa Kolonial Belanda, Kabupaten Tapanuli Selatan disebut Afdeeling Padangsidimpuan yang dikepalai oleh Residen yang berkedudukan di Padangsidimpuan. Afdeeling

Lebih terperinci

BUPATI TAPANULI UTARA

BUPATI TAPANULI UTARA BUPATI TAPANULI UTARA KEPUTUSAN BUPATI TAPANULI UTARA NOMOR 353 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PANITIA PENYELENGGARA PERINGATAN HARI JADI KE-66 KABUPATEN TAPANULI UTARA TAHUN 2011 Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

PROSES PEMBENTUKAN PUU BERDASARKAN UU NO 10 TAHUN 2004 TENTANG P3 WICIPTO SETIADI

PROSES PEMBENTUKAN PUU BERDASARKAN UU NO 10 TAHUN 2004 TENTANG P3 WICIPTO SETIADI PROSES PEMBENTUKAN PUU BERDASARKAN UU NO 10 TAHUN 2004 TENTANG P3 WICIPTO SETIADI PENDAHULUAN Pembentukan Peraturan Perundangundangan adalah proses pembuatan peraturan perundang-undangan yang pada dasarnya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG P E R AT UR AN D AE R AH K ABU P AT EN B AT AN G NOMOR 10 TAHUN 2008 T E N T A N G

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG P E R AT UR AN D AE R AH K ABU P AT EN B AT AN G NOMOR 10 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMERINTAH KABUPATEN BATANG P E R AT UR AN D AE R AH K ABU P AT EN B AT AN G NOMOR 10 TAHUN 2008 T E N T A N G PEMBENT UKAN, PENG HAPUSAN, DAN PENGG ABUNG AN DESA DENGAN RAH MAT T UHAN YANG M AHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PEMERINTAH KABUPATEN KOLAKA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOLAKA UTARA NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOLAKA UTARA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN TAHUN 2007 No. 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DENGAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap

I. PENDAHULUAN. tantangan, menyesuaikan diri dalam pola dan struktur produksi terhadap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Suhardiyono (1992), dalam rangka membangun pertanian tangguh para pelaku pembangunan pertanian perlu memiliki kemampuan dalam memanfaatkan segala sumberdaya secara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. usaha pertanian (0,74 juta rumah tangga) di Sumatera Utara. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian merupakan basis utama perekonomian nasional. Sebagian besar masyarakat Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada

Lebih terperinci

EXECUTIVE SUMMARY Kajian Evaluasi Pembentukan, Pemekaran, Penggabungan dan Penghapusan Daerah

EXECUTIVE SUMMARY Kajian Evaluasi Pembentukan, Pemekaran, Penggabungan dan Penghapusan Daerah EXECUTIVE SUMMARY Kajian Evaluasi Pembentukan, Pemekaran, Penggabungan dan Penghapusan Daerah Era reformasi yang ditandai dengan meningkatnya tuntutan untuk melakukan pemekaran daerah berjalan seiring

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DONGGALA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DONGGALA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DONGGALA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN DESA BATUSUYA GO O KECAMATAN SINDUE TOMBUSABORA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN SERTA PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG OTSUS DAN PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA

KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG OTSUS DAN PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG OTSUS DAN PENYELESAIAN KONFLIK PAPUA Jakarta, 13 Desember 2010 disampaikan oleh : Prof. Dr. H. Djohermansyah Djohan, MA Dirjen Otonomi Daerah Kemendagri pada Seminar : REFLEKSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 02 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya

I. PENDAHULUAN. dibandingkan jumlah kebutuhan manusia untuk mencukupi kebutuhan hidupnya I. PENDAHULUAN. Latar Belakang Manusia selalu menghadapi masalah untuk bisa tetap hidup. Hal ini disebabkan karena tidak sesuainya jumlah barang dan jasa yang tersedia dibandingkan jumlah kebutuhan manusia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN DHARMASRAYA, KABUPATEN SOLOK SELATAN, DAN KABUPATEN PASAMAN BARAT DI PROVINSI SUMATERA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara demokrasi, sehingga pengisian lembaga perwakilan dalam praktek ketatanegaraan lazimnya dilaksanakan melalui Pemilihan Umum. Pasca perubahan

Lebih terperinci