BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penemuan sinar-x oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada 8

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penemuan sinar-x oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada 8"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penemuan sinar-x oleh Wilhelm Conrad Rontgen pada 8 November 1895 menimbulkan harapan baru di dunia kesehatan. Penemuan ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena dengan hasil penemuan ini dapat digunakan untuk pemeriksaan bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah tercapai. Dimana sinar-x digunakan untuk membantu menegakkan diagnosa dan juga terapi. Instalasi radiologi sebagai salah satu instalasi penunjang medik di rumah sakit yang mempunyai fungsi cukup penting bagi pelayanan kesehatan. Dalam hal ini instalasi radiologi dituntut untuk mampu menyampaikan radiograf yang berkualitas dan informatif. Dan pemeriksaan Radiologi merupakan pemeriksaan yang dapat digunakan untuk melihat kelainan patologis maupun traumatis yang dapat membantu dokter spesialis radiologi menentukan diagnosa. Pemeriksaan Shoulder Joint adalah salah satu Pemeriksaan Radiologi tanpa menggunakan Media Kontras. Indikasi pada Shoulder Joint biasanya terjadi akibat trauma Shoulder yaitu benturan benda tajam yang mengakibatkan cidera seperti Faktur atau Dislokasi. Fraktur merupakan suatu gangguan integritas tulang yang ditandai dengan rusaknya atau terputusnya kontinuitas jaringan tulang. Proyeksi yang digunakan dalam permeriksaan Shoulder Joint adalah proyeksi AP (Antero-posterior). 1

2 Dengan mengangkatnya alasan dalam diatas bentuk maka penulis tertarik tulisan dengan judul untuk Teknik Pemeriksaan Shoulder Joint pada Kasus Dislokasi Shoulder Joint di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Teknik Pemeriksaan Shoulder Joint pada kasus Dislokasi Shoulder Joint di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar? 2. Bagaimana Hasil Interpretasi pada Pemeriksaan Shoulder Joint pada Kasus Dislokasi Joint di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar? C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Untuk Mengetahui Teknik Pemeriksaan Shoulder Joint pada Kasus Dislokasi Shoulder Joint di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui hasil dan pembahasan dari pemeriksaan Shoulder Joint b. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi dari Shoulder Joint D. Manfaat Penulisan 1. Manfaat Praktis Dapat menambah wawasan pengetahuan bagi penulis terutama tentang Pemeriksaan Shoulder Joint. 2

3 2. Manfaat Ilmiah Sebagai sumber informasi untuk mengetahui mengenai Teknik Pemeriksaan Shoulder Joint pada Kasus Dislokasi Shoulder Joint. Manfaat Institusi Dapat menambah kepustakaan dan pertimbangan referensi tentang Teknik Pemeriksaan Shoulder Joint pada Kasus Dislokasi Shoulder Joint.. 4. Manfaat Masyarakat Dapat memberikan Gambaran yang jelas tentang Teknik Pemeriksaan Shoulder Joint pada Kasus Dislokasi Shoulder Joint. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4 A. Tinjauan Umum Tentang Lokasi PKL 1. Gambaran Umum RSUD H. Padjonga Dg Ngalle Takalar Rumah Sakit Umum Daerah Haji Padjonga Daeng Ngalle adalah Rumah Sakit Umum Daerah Type C yang terletak di Pusat kota Takalar, milik Pemerintah Kab. Takalar. Di dirikan pada Tahun 1981 merupakan Unit Pelaksana Tehnis daerah yang dipimpin oleh seorang Direktur. RSUD Haji Padjonga Daeng Ngalle berubah salah satu unsur organisasi perangkat daerah dengan disahkannya peraturan daerah tentang pembentukan susunan organisasi dan tata kerja Rumah Sakit Umum Daerah Haji Padjonga Daeng Ngalle dengan Perda ini maka rumah sakit menjadi unsur Lembaga Tehnik Daerah (LTD) dalam bidang Pelayanan Kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah Haji Padjonga Daeng Ngalle dan bertanggung Jawab langsung kepada Kepala Daerah TK II Kab. Takalar. Pada Tanggal 21 Agustus 200 berubah Status dari Type D Ke Type C, dengan SK MenKes RI No. 119/MenKes/SK/XIII Adapun Visi, Misi dan Motto RSUD H. Padjonga dg Ngalle : a. Visi Rumah Sakit Umum Daerah dengan pelayanan terbaik dikawasan selatan Prov Sul-sel tahun 2018 b. Misi 4

5 1. Memberikan pelayanan spesialistik dan subspesialistik terbanyak. 2. Memberikan pelayanan menyeluruh yang berkualitas dan terjangkau keada masyarakat.. Peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana dalam mendukung pelayanan di RSUD. H.Padjonga Dg. Ngalle Kab. Takalar. 4. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang berkesinambungan, mandiri, dan sejahtera c. Motto : Kepercayaan anda adalah semangat kerja kami. Gambar 1. RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar 2. Gambaran Umum Pelayanan Kesehatan Unit Radiologi Pelayanan radiologi RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar adalah pelayanan yang dilakukan di radiologi untuk menegakkan diagnosa, dimana bertujuan menjadikan instalasi Radiologi RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar yang mampu memberikan pelayanan secara tepat guna, inovatif dan efesian di dukung sumber daya manusia yang handal dan professional. Batasan Operasional (Prosedur Pelayan Pasien) 5

6 a. Pelayanan Pasien Rawat Jalan 1) Pasien menunjukkan surat pengantar/permintaan foto dari dokter kepada petugas loket radiologi. 2) Petugas administrasi mencatat (tanggal, no. foto, nama pasien, umur, alamat, klinis, jenis pemeriksaan, dokter pengirim, hasil diagnose dokter) dalam buku registrasi radiologi sesuai SJP ( BPJS, KIS, Umum ). ) Petugas (radiografer) meminta kepada pasien untuk menyebutkan nama dan umur agar tidak terjadi kesalahan. 4) Petugas (radiografer) melakukan pemeriksaan Rontgen sesuai permintaan dokter 5) Petugas (radiografer) melakukan processing film di kamar gelap. 6) Pasien / keluarganya mengambil hasil pemeriksaan setelah di expertise oleh dokter spesialis radiologi. b. Pelayanan Pasien Rawat Inap 1) Perawat menghubungi petugas radiologi sebelum mengantar pasien ke ruang radiologi agar petugas radiologi menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. 2) Perawat mengantar ke unit radiologi untuk dilakukan pemeriksaan sesuai dengan permintaan dokter. ) Petugas administrasi mencatat (tanggal, no. foto, nama pasien, umur, alamat, klinis, jenis pemeriksaan, dokter pengirim, hasil diagnose dokter) dalam buku registrasi radiologi sesuai SJP ( BPJS, KIS, Umum ). 4) Petugas (radiografer) meminta kepada pasien untuk menyebutkan nama dan umur agar tidak terjadi kesalahan. 5) Petugas (radiografer) melakukan pemeriksaan Rontgen sesuai permintaan dokter 6) Petugas (radiografer) melakukan processing film di kamar gelap. 6

7 7) Pasien / keluarganya mengambil hasil pemeriksaan setelah di expertise oleh dokter spesialis radiologi. Tabel 1. Rekapitulasi Tindakan Pemeriksaan di RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar 21 November 1 Desember NO JENIS PEMERIKSAAN TARGET REALISASI % 1. THORAX LUMBOSACRAL 10. ANTEBRACHI OSSA CRURIS BNO SHOULDER JOINT THORACOLUMBAL PELVIS OS FEMUR KNEE JOINT OSSA PEDIS 12. ANKLE JOINT 1. OSSA MANUS 14. OS CERVICAL 15. OS HUMERUS 16. OS CRANIUM 17. PROC. MASTOIDEUS Sumber Data : Primer Berdasarkan tabel 1 di atas dapat dijelaskan bahwa pemeriksaan yang di lakukan di RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar, terdapat beberapa pemeriksaan. Permeriksaan terbanyak yang ditemukan yaitu pemeriksaan Thorax dimana memiliki Realisasi 7

8 dengan jumlah 29 Pemeriksaan dan disusul Pemeriksaan Os Cranium dengan Realisasi sebanyak 11 Pemeriksaan. Kemudian Pemeriksaan yang jarang ditemukan di RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar, yaitu Pemeriksaan Thoracolumbal, Os Humerus, Pelvis, Ossa Manus, Proc. Mastoideus dan Os Cervical. B. Tinjauan Umum Tentang Anatomi Fisiologi dan Patologi 1. Anatomi dan Fisiologi Shoulder joint Susunan Anatomi Shoulder Joint terdiri dari Clavikula dan Scapula yang berhubungan satu dengan yang lain dengan Sendi Acromioclavikulair dan lengan atas menampakkan 2 curvatur. Bagian ⅔ medial convek ke depan dan berbentuk seperti suatu prisma triangular. Bagian tengah Clavikula tampak lebih halus dari pada kedua ujungnya. Tetapi belakang ⅔ medial agak kasar tempat melakat Ligamentum Corroclavikula. Bagian ⅓ Lateral Clavikula yang memiliki konvitas kedepan pada penampang Superior-Inferior agak memipih. Sedangkan pada permukaan bawah ada penonjolanpenonjolan locouna yaitu terbentuk consil-consil yang menghubungkan Clavikula dengan Processus Coronoid Scapula. Scapula merupakan tulang pipih pada sisi belakang Thorax yang terletak antara iga ke-2 dan ke-7. Korpus Scapula berbentuk segitiga dan Processus Coracoideus menonjol kedepan sedangkan spina scapula processus menonjol Coracoideus kebelakang. berbentuk Bagian kasar belakang guna atas melakatnya ligamentum Corakoclavikula. Kadang-kadang terdapat sendi kecil 8

9 antara kedua Tulang Spina Scapula ini membentang ke lateral dan membentuk Akromion sendi dengan Clavikula. Permukaan depan Scapula atau Fossa Skapulari ditandai dengan garis-garis miring dan menonjol tempat Permukaan dorsal melekatnya dibagi otot-otot oleh Spina subskapulain Scapula jadi berkait. Fossa Supraspinatus dan Infra Spinatus, bagian Fossa Infraspinata membentuk garis tonjolan menuju sudut scapula. Ujung atas Humerus, ⅓ dari atas ujung Humerus terdiri atas sebuah kepala yang membuat sendi dengan rongga glanoid dari Scapula dan merupakan bagian dari bagunan sendi bahu di bawah leher dan bagian yang sedikit ramping yang disebut leher anatomik. Disebelah luar ujung atas dibawah leher anatomi terdapat sebuah benjolan yaitu tuberosis ma yor dan disebelah depan ada benjolan yang lebih kecil yaitu tuberosis minor. Antara kedua tuberositas ini terdapat sebuah celah-celah bisipital atau sulkus inter tuberkularis, yang memuat tendon dari otot bisep. Tulang menjadi lebih sempit dari bawah tuberositas dan tempat ini disebut leher cirurgis. Gerakan-gerakan yang terjadi di gelang bahu dimungkinkan oleh sejumlah sendi yang saling berhubungan erat, misalnya sendii kostovertebral atas, sendi akromioklavikular, sendi sternoklavikular, permukaan pergeseran skapulotorakal dan sendi glenohumeral atau shoulder joint. Gangguan gerakan di dalam shoulder joint sering mempunyai konsekuensi untuk shoulder joint yang lain di gelang bahu dan sebaliknya. Shoulder joint dibentuk oleh kepala tulang humerus dan mangkok sendi, disebut cavitas glenoidalis. Sendi ini 9

10 menghasilkan gerakan fungsional sehari-hari seperti menyisir, menggaruk kepala, mengambil dompet dan sebagainya atas kerja sama yang harmonis dan simultan dengan sendi-sendi lainnya. Cavitas glenoidalis sebagai mangkok sendi bentuknya agak cekung tempat melekatnya kepala tulang humerus dengan diameter cavitas glenoidalis yang pendek kira-kira hanya mencakup sepertiga bagian dan kepala tulang sendinya yang agak besar, keadaan ini otomatis membuat sendi tersebut tidak stabil namun paling luas gerakannya. Beberapa karakteristik daripada sendi bahu, yaitu: antara permukaan mangkok sendinya dengan kepala sendinya tidak sebanding. Kapsull sendinya relatif lemah. Otot-otot pembungkus sendinya relatif lemah, seperti otot supraspinatus, infrapinatus, teres minor dan subscapularis. Gerakannya paling luas. Stabilitas sendinya relatif kurang stabil. Dengan melihat keadaan sendi tersebut, maka sendii bahu lebih mudah mengalami gangguan fungsi dibandingkan dengan sendi lainnya. Gambar 2. Anatomi shoulder joint 2. Patologi Shoulder Joint a. Dislokasi anterior (subkorakoid): terlihat caput humeri keluar dari fossa glenoidalis dan berada dibawah processus korakoid. 10

11 b. Dislokasi posterior (subakromial): jarang terjadi. Agak sukar dilihat pada foto AP. Bila dilihat secara teliti tampak caput tidak sejajar lagi dengan fossa glanoidalis. Biasanya terjadi karena spasme otot yang kuat seperti pada elilepsi atau renjatan listrik. C. Tinjauan Umum Teknik Pemeriksaan Adapun teknik pemeriksaan basic yang sering dilakukan yaitu: 1. Posisi pasien : Pasien erect AP 2. Posisi objek : Pasien erect, Sendi bahu diatur true AP dan diletakkan ditengah - tengah kaset.. Faktor eksposi yang digunakan dalam pemeriksaan sendi bahu: a. FFD : 90 cm b. Central Ray : tegak lurus film c. Central Point : pertengahan sendi bahu d. kv : 44 e. mas : 6,70 f. Kriteria Gambar : 1) Tampak tulang dan struktur jaringan lunak dari shoulder dan proksimal humerus pada posisi anatomi. 2) Tampak superior skapula, setengah lateral klavikula, dan proksimal humerus. ) Tampak juga jaringan lunak sekitar shoulder dengan detail trabecular tulang. Gambar. Posisi AP BAB III METODE PEMERIKSAAN A. Tempat dan Waktu Pemeriksaan 11

12 Tempat pemeriksaan ini dilakukan di RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar dan Waktu pemeriksaan Kamis, Tanggal 01 Desember 2016 dan pada Jam Wita. B. Kronologis Riwayat Pasien Pada hari Kamis, 01 Desember 2016 sekitar Pukul WITA, salah satu pasien bernama Ny.N datang ke Instalasi Radiologi di antar oleh keluarganya dengan membawa pengantar foto Shoulder Joint dari UGD dengan klinis Dislokasi Shoulder Joint ke bagian administrasi radiologi. Pasien tersebut datang dalam kondisi lengan sebelah kanan tidak bisa di gerakkan. akibat kecelakaan bermotor yang menyebabkan benturan hebat antara lengan/sendi bahu dengan trotoar jalan. C. Persiapan Pasien Untuk mendapatkan hasil radiografi yang baik, maka pasien perlu melakukan persiapan sebagai berikut: 1. Melepas baju atau semua yang dapat menggangu hasil radiografi. 2. Menjelaskan pada pasien bahwa pada saat expose tidak diperbolehkan untuk bergerak (goyang), karena akan menyebabkan pengkaburan (unshapness). D. Prosedur Kerja 1. Memasang kaset 2. Mengatur posisi pasien. Mengatur jarak (FFD) 12

13 4. Menentukan arah sinar (CR) dan pusat sinar (CP) 5. Mengatur kolimasi 6. Menentukan faktor eksposi dan proteksi radiasi 7. Melakukan eksposi 8. Melakukan processing film menggunakan komputer radiologi (CR) 9. Mengevaluasi hasil foto BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pemeriksaan Laporan Kasus 1. Data Pasien 1

14 a. b. c. d. e. f. g. Nama Umur Alamat Poli/ruangan Permintaan foto No. RM No. Foto : Ny.N : 21 tahun : Sungguminasa : UGD : Sholder Joint : : Persiapan Alat dan Bahan Radiologi a.pesawat Sinar-X 1. Merk 2.Model.Nomor Seri 4.kV Maximum 5.mA Max b. Film 1. Merk 2. Ukuran. Jenis : : : : : HYUNDAI HDCM-5125 R 7A kvp 00 ma : : : Fuji 24 0 Cm Green Sensitive c. Kaset 24x0 cm Merk : Toshiba Type : Green Emiting Ukuran : 24 x 0 cm d. Processing secara AutoMatic 1. Merk : RAE KYO 2. Model : RF 800. Power : 200 V / 50 Hz / 8,8A Gambar 4. Pesawat X-ray 14

15 Gambar 5. Film X-ray Gambar 6. Kaset Ukuran 24x0 cm 15

16 Gambar 7. Processing Automatic. Teknik Pemeriksaan : a. Pengertian Pemeriksaan shoulder joint merupakan jenis pemeriksaan nonkontras dari berpuluh-puluh tulang yang ada didalam tubuh kita dengan menggunakan sinar-x untuk menghasilkan suatu citra atau gambar dengan tujuan menegakkan diagnosa dari shoulder joint tersebut. b. Tujuan Pemeriksaan Menampakkan shoulder joint dan Memperlihatkan fraktur, dislokasi, penyakit degeneratif dan lesi tulang. c. Proyeksi 1) Posisi Pasien : Erect AP 2) Posisi Obyek : a) Pasien erect di stand kaset b) Sendi bahu diatur true AP dan diletakkan ditengah-tengah ) 4) 5) 6) 7) 8) kaset. Central Ray (CR) Central Point (CP) FFD Kolimasi a) Batas Atas b) Batas bawah Faktor Eksposi Prosesing Film : Horizontal terhadap film : Pertengahan shoulder joint : 90 cm : Cervical II : Sejajar Thoracal VII : kv : 44, mas : 6,70 : Automatic Processing 16

17 4. Analisis Radiografi a. Hasil Radiografi Adapun hasil radiografi shoulder joint sebagai berikut : Gambar 8. Hasil radiografi shoulder b. Kriteria Gambar : c. 1) Tampak jelas Hasil Radiografi dari Shoulder Joint. 2) Tampak adanya Dislokasi pada Caput Humerus Dextra Hasil Interpretasi Dokter : 1) Tampak Dislokasi humeri ke anterior 2) Alignment tulang dan sendi Shoulder berubah ) Celah sendi Shoulder menyempit Kesan : Dislokasi Caput Humeri Dextra Oleh : dr. Supriyati Arif, M.Kes, Sp.Rad d. Kelebihan Dan Kekurangan Hasil Foto 1) Kelebihan : Gambaran terlihat jelas sehingga dapat di diagnosa oleh dokter 2) Kekurangan : Kolimasi terlalu besar B. Pembahasan Laporan Kasus Pemeriksaan Shoulder Joint yang digunakan di Instalasi Radiologi RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle sudah sesuai dengan teori yaitu menggunakan proyeksi basic AP dengan Central point 17

18 pertengahan sendi bahu, menggunakan FFD : 90 Cm dan faktor eksposi : KV : 44 dan mas : 6,70 menggunakan kaset 24 x 0 cm. Pada proyeksi ini berguna untuk melihat Shoulder Joint dalam keadaan true AP dan dapat mendiagnosa suatu penyakit. Hasil gambaran radiograf menampakkan tulang dan struktur jaringan lunak dari shoulder dan proksimal humerus pada posisi anatomi. Tampak superior skapula, setengah lateral klavikula, dan proksimal humerus. Tampak juga jaringan lunak sekitar shoulder dengan detail trabecular tulang. Dan dari hasil Radiografi Shoulder Joint yang telah diinterpresentasikan oleh Radiolog yang menyimpulkan bahwa hasil Radiografi dari Foto Shoulder Joint tersebut mengalami. Dislokasi Caput Humeri Dextra. Dislokasi adalah gangguan lengkap dalam hubungan normal dua tulang di mana tidak ada lagi kontak dari permukaan artikular. Dislokasi biasanya disebabkan oleh trauma, biasanya ada kerusakan pada ligamen, kapsul sendi dan jaringan lunak. Arah dislokasi digambarkan oleh posisi tulang distal (misalnya, pada dislokasi anterior bahu, humerus dislokasi anterior terhadap skapula). BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pemeriksaan shoulder joint merupakan jenis pemeriksaan nonkontras dari berpuluh-puluh tulang yang ada didalam tubuh kita 18

19 dengan menggunakan sinar-x untuk menghasilkan suatu citra atau gambar dengan tujuan menegakkan diagnosa dari shoulder joint tersebut. Salah satu indikasi pada shoulder joint yang biasanya terjadi akibat trauma shoulder karena benturan benda tajam yang mengakibatkan cidera yaitu dislokasi pada shoulder. Dislokasi adalah gangguan lengkap dalam hubungan normal dua tulang di mana tidak ada lagii kontak dari permukaan artikular. Proyeksi Shoulder Joint yang digunakan di Instalasi Radiologi RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle sudah sesuai dengan teori yaitu menggunakan proyeksi basic AP yang sangat membantu seorang Dokter Radiologi dalam Mendiagnosa suatu penyakit. Processing film di Instalasi Radiologi RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle menggunakan Automatic Processing. 2. Hasil Interpretasi Dokter Radiologi yaitu: Dislokasi Caput pada Humeri Dextra. B. Saran 1. Teknik Radiografi Khususnya Shoulder Joint agar memberikan Hasil Radiografi yang tepat sehingga tidak terjadi kesalahan dalam suatu pemeriksaan atau menegakkan diagnosa, Radiografer hendaknya mampu memposisikan pasien senyaman mungkin dan mengambil gambar dengan tepat sehingga dapat meminimalkan terjadinya 19

20 pengulangan foto, diperlukan pula ketelitian dari Radiografer mulai dari pengambilan foto, faktor eksposi, pemrosesan gambar, sampai hasil radiografi dapat ditegakkan diagnosanya dengan akurat oleh Dokter Ahli Radiologi. 2. Sebaiknya lebih memperhatikan Proteksi Radiasi agar mengurangii Radiasi yang diterima Pasien, Petugas dan Masyarakat Umum. DAFTAR PUSTAKA Anonim Dislokasi Adalah (Online) Diakses 4 Desember 2016 Aditya Proyeksi Pemeriksaan Shoulder Joint Diakses 4 Desember 2016 (Online) Anonim Trauma (Rudapaksa) Skelet Diakses 4 Desember 2016 (Online) Bocahradiography Teknik Radiografi Shoulder Joint Diakses Desember 2016 (Online) 20

21 Chyciicute, Teknik Radiografi Shoulder Joint http//.blogspot.com. Diakses Desember (Online) LAMPIRAN-1 BIODATA PENULIS NAMA LENGKAP : MASYITHA NURUL AMALIA NAMA PANGGILAN : SITHA NIM : KELAS :A T.T.L : KOLAKA, 29 MARET 1998 ASAL DAERAH : KOLAKA 21

22 ASAL SMA : SMA NEGERI 1 KOLAKA ALAMAT : JLN. INCE NURDIN NO. 47E HOBBY : BACA NOVEL CONTACT PERSON HP : LINE/IG/TWITTER : MasyithaNurul Masyithanurul_amalia@yahoo.co.id PENGALAMAN ORGANISASI : 1. Anggota OSIS SMA Negeri 1 Kolaka, Koordinator Seksi Keagamaan 2. Anggota IMM PIKOM ATRO Muhammadiyah Makassar, Bidang Hikmah JUDUL KARYA LAPORAN KASUS DIBUAT 1 PKL I : Teknik Pemeriksaan Shoulder Joint pada Kasus Dislokasi Shoulder Joint LAMPIRAN-2 FOTOCOPY SURAT PENGANTAR FOTO 22

23 Surat Pengantar Foto Rontgen LAMPIRAN- FOTOCOPY HASIL BACA FOTO LAPORAN KASUS 2

24 Hasil Baca Foto Rontgen LAMPIRAN-4 STRUKTUR ORGANISASI RADIOLOGI RSUD H. PADJONGA DG. NGALLE 24

25 Struktur Organisasi Radiologi RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle LAMPIRAN-5 DENAH RUANGAN RADIOLOGI RSUD H. PADJONGA DG. NGALLE TAKALAR 25

26 Denah Ruangan Radiologi LAMPIRAN-6 DENAH RUANG PROCESING FILM 26

27 Keterangan : Kipas Angin Automatic Processing Meja Manual Processing Save light Denah Ruang Processing Film LAMPIRAN-7 DOKUMENTASI KEGIATAN MAHASISWA PKL I 27

28 Tampak Depan RSUD H. Padjonga Dg. Ngalle Takalar Bersama senior di depan ruang Radiologi 28

29 Memposisikan Pasien Proyeksi Antero Posterior (AP) Pada saat processing film di kamar gelap 29

30 Dokumentasi bersama Kepala Instalasi Radiologi Dr. Adrianus R, Sp.Rad, M.Si Dokumentasi Bersama Senior 0

31 Dokumentasi bersama kelompok PKL I Dokumentasi bersama Kepala Ruangan Instalasi Radiologi Muh. Syarif Boddy, S.Si 1

Teknik Radiografi Manus, Wrist joint, Antebrachii, Humerus

Teknik Radiografi Manus, Wrist joint, Antebrachii, Humerus Teknik Radiografi Manus, Wrist joint, Antebrachii, Humerus INDIKASI PEMERIKSAAN RADIOGRAFI Trauma / cidera Fraktur, fisura, dislokasi, luksasi, ruptur Pathologis Artheritis, Osteoma, dll. Benda asing (corpus

Lebih terperinci

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR

ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR ANATOMI HUMERUS DAN FEMUR A. HUMERUS (arm bone) merupakan tulang terpanjang dan terbesar dari ekstremitas superior. Tulang tersebut bersendi pada bagian proksimal dengan skapula dan pada bagian distal

Lebih terperinci

Volume 2 No. 6 Oktober 2016 ISSN :

Volume 2 No. 6 Oktober 2016 ISSN : PENGARUH CENTRAL RAY TERHADAP HASI RADIOGRAF FORAMEN INTERVERTEBRALIS PADA PEMERIKSAAN RADIOGRAFI CERVICAL RIGH POSTERIOR OBLIQUE 1) Farida Wahyuni, 2) Surip, 3) Ganis Rizki Agita 1,2,3) Program Studi

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24

LEMBAR PENGESAHAN. No. Dok : Tanggal : Revisi : Halaman 1 dari 24 Halaman 1 dari 24 LEMBAR PENGESAHAN Disiapkan oleh Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal Diperiksa oleh Disahkan oleh Halaman 2 dari 24 Pernyataan Kebijakan Proteksi dan Keselamatan Radiasi Setiap kegiatan

Lebih terperinci

DESKRIPSI FOTO X-Ray. Foto Schedel AP/Lateral. o Besar dan bentuk calvaria normal/tidak

DESKRIPSI FOTO X-Ray. Foto Schedel AP/Lateral. o Besar dan bentuk calvaria normal/tidak DESKRIPSI FOTO X-Ray Foto Schedel AP/Lateral o Besar dan bentuk calvaria normal/tidak o Tabula eksterna, diploe dan tabula interna ada fraktur?, kalsifikasi? o Vaskular marking (garis pembuluh darah) ada/tidak,

Lebih terperinci

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA

FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA FRAKTUR TIBIA DAN FIBULA Fraktur tibia umumnya dikaitkan dengan fraktur tulang fibula, karena gaya ditransmisikan sepanjang membran interoseus fibula. Kulit dan jaringan subkutan sangat tipis pada bagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive),

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive), BAB I PENDAHULUAN Dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat diselenggarakan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit

Lebih terperinci

4mw\> Balai. Serangkaian tindakan pengujian kesehatan personel penerbangan yang meliputi pemeriksaan Thorax dan tulang

4mw\> Balai. Serangkaian tindakan pengujian kesehatan personel penerbangan yang meliputi pemeriksaan Thorax dan tulang 4mw\> Balai Kesehatan Penerbangan ^ PENGERTIAN TUJUAN KEBIJAKAN PROSEDUR PROSEDUR TETAP PEMERIKSAAN RONTGEN Serangkaian tindakan pengujian kesehatan personel penerbangan yang meliputi pemeriksaan Thorax

Lebih terperinci

Teksbook reading. Tessa Rulianty (Hal 71-80)

Teksbook reading. Tessa Rulianty (Hal 71-80) Teksbook reading Tessa Rulianty (Hal 71-80) Tes ini sama dengan tes job dimana lengan diputar ke arah yang berlawanan. Jika terdapat nyeri dan pasien mengalami kesulitan mengatur posisi mengindikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan umumnya di karenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008). Dikehidupan sehari hari yang semakin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. 4 kg, sedangkan untuk kelas junior putra 5 kg dan putri 3 kg. BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Tolak Peluru Tolak peluru termasuk nomor lempar dalam olahraga atletik yang memiliki kriteria tersendiri dari alat hingga lapangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hidup dalam masyarakat.pembangunan kesehatan, yaitu: menggerakkan. memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hidup dalam masyarakat.pembangunan kesehatan, yaitu: menggerakkan. memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang BAB I PENDAHULUAN Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No 23,1992). Oleh karena itu kesehatan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRACTURE CAPUT HUMERI DISERTAI DISLOKASI SHOULDER DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRACTURE CAPUT HUMERI DISERTAI DISLOKASI SHOULDER DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS FRACTURE CAPUT HUMERI DISERTAI DISLOKASI SHOULDER DEXTRA DENGAN MODALITAS INFRA RED DAN TERAPI LATIHAN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : U. DIANA J 100 100 076 KARYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang atau tulang rawan umumnya di karenakan rudapaksa (Mansjoer, 2008). Dikehidupan sehari hari yang semakin

Lebih terperinci

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen

dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen 6 ke lateral dan sedikit ke arah posterior dari hubungan lamina dan pedikel dan bersama dengan processus spinosus berfungsi sebagai tuas untuk otot-otot dan ligamenligamen yang menempel kepadanya. Processus

Lebih terperinci

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

Insidens Dislokasi sendi panggul umumnya ditemukan pada umur di bawah usia 5 tahun. Lebih banyak pada anak laki-laki daripada anak perempuan. Dislokasi Sendi Panggul Dislokasi sendi panggul banyak ditemukan di Indonesia akibat trauma dan sering dialami oleh anak-anak. Di Negara Eropa, Amerika dan Jepang, jenis dislokasi sendi panggul yang sering

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN

LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN 39 LAMPIRAN 1 LEMBAR PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN Salam sejahtera, Bapak/ibu Yth, Perkenalkan Saya, dr. Antonius Haratua Pakpahan, saat ini sedang menjalani Program Pendidikan Dokter Spesialis Orthopaedi

Lebih terperinci

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN :

Volume 2 No. 5 April 2016 ISSN : PENGARUH PEMERIKSAAN GENU PROYEKSI SKYLINE TERHADAP GAMBARAN TERBUKANYA CELAH SENDI LUTUT PADA KASUS OSTEOARTHRITIS Sri Wagiarti 1), Agus Wiyantono 2) 1), 2) Program Studi D3 Radiodiagnostik dan Radioterapi,

Lebih terperinci

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN)

PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN) UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan no. 94 Padang Telp.: 0751-31746 Fax.: 32838 PENUNTUN KETERAMPILAN KLINIK IV BLOK 2.5 (RONTGEN) BAGIAN 2 SEMESTER 4 TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST DISLOKASI SHOULDER DEXTRA DI RSUD SUKOHARJO

NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST DISLOKASI SHOULDER DEXTRA DI RSUD SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA POST DISLOKASI SHOULDER DEXTRA DI RSUD SUKOHARJO Disusun oleh : Arif Setiyawan J100100040 Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

Lebih terperinci

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR

OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR BLOK BASIC BIOMEDICAL SCIENCES OSTEOLOGI EXTREMITAS INFERIOR DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2010 Dimulai dari regio Glutea (posterior) dan dari regio Inguinal (anterior)

Lebih terperinci

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MUSCLE OF UPPER EXTREMITY DEPARTEMEN ANATOMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA OTOT-OTOT EKSTREMITAS SUPERIOR 1. Kelompok otot pada gelang bahu 2. Kelompok otot regio brachii (lengan atas)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tugas-tugasnya dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. sendi bahu dan mengakibatkan gangguan aktivitas fungsional.

BAB I PENDAHULUAN. dan tugas-tugasnya dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. sendi bahu dan mengakibatkan gangguan aktivitas fungsional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Dengan kondisi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dislokasi sendi bahu sering ditemukan pada orang dewasa tetapi jarang pada anakanak. Penyebab tersering dislokasi sendi bahu ialah trauma dan sebagian besar dislokasi

Lebih terperinci

Oleh: Siti Rosidah, Intan Andriani, Asih Puji Utami Dosen Program Studi DIII Teknik Rontgen

Oleh: Siti Rosidah, Intan Andriani, Asih Puji Utami Dosen Program Studi DIII Teknik Rontgen TEKNIK PEMERIKSAAN STERNOCLAVICULAR JOINT METODE HOBBS VIEW DENGAN INDIKASI DISLOKASI DI INSTALASI RADIOLOGI RUMAHSAKIT ORTOPEDI PROF. DR. R. SOEHARSO SURAKARTA RADIOGRAPHIC EXAMINATION TECHNIQUES HOBBS

Lebih terperinci

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari

PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM. by : Hasty Widyastari ANATOMI PENDAHULUAN dan OSTEOLOGI UMUM by : Hasty Widyastari Posisi Posisi Anatomi : Berdiri tegak, kedua lengan disamping lateral tubuh, kedua telapak tangan membuka kedepan Posisi Fundamental : Berdiri

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA PENATALAKSANAAN INFRA MERAH, MASSAGE DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST ORIF CLOSED FRAKTUR ANTEBRACHII DEXTRA DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Oleh : LENY MUSTIKA PUTRI J 100 050 049 KARYA TULIS ILMIAH

Lebih terperinci

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI DIREKTUR WADIR YANMED. Ka.Instalasi. Radiologi. Kaur Instalasi. Radiologi. Penanggungjawa b / Petugas PPR

STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI DIREKTUR WADIR YANMED. Ka.Instalasi. Radiologi. Kaur Instalasi. Radiologi. Penanggungjawa b / Petugas PPR STRUKTUR ORGANISASI INSTALASI RADIOLOGI DIREKTUR WADIR YANMED Ka.Instalasi Kaur Instalasi ALat & Instrumen Logistik/BHP jadwal Dinas Penanggungjawa b / Petugas PPR Kamar Gelap Pelayanan Jadwal Dinas URAIAN

Lebih terperinci

Teknik Radiografi Sinus Paranasal

Teknik Radiografi Sinus Paranasal Teknik Radiografi Sinus Paranasal Menurut Biglioli dan Chiapasco (2014) teknik radiografi sinus paranasal yang rutin digunakan untuk kasus sinusitis pada sinus maksilaris ada 2: 1. Proyeksi Parietoacantial

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN BY ADE. R. SST FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSALINAN A. JALAN LAHIR (PASSAGE) B. JANIN (PASSENGER) C. TENAGA atau KEKUATAN (POWER) D. PSIKIS WANITA (IBU)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berkembangnya pembangunan di bidang industri yang sangat maju yang diiringi dengan kemajuan yang pesat dari ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan masyarakat

Lebih terperinci

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna

Gambar 2.1 Os radius 2. Os. Ulna Anatomi antebrachii 1. Os. Radius Adalah tulang lengan bawah yang menyambung dengan humerus dan membentuk sendi siku. Radius merupakan os longum yang terdiri atas epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun :

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun : MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun : Muh. Irfan, SKM, S.Ft, M.Fis Wismanto, SSt.Ft, S.Ft, M. Fis Abdul Chalik Meidian,

Lebih terperinci

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J

Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI POST OPERASI FRAKTUR FEMUR 1/3 TENGAH DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO. PROF DR. R SOEHARSO SURAKARTA Oleh : DWI BRINA HESTILIANA J 100 050 035

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Glenohumeral joint merupakan sendi joint yang paling luas gerakannya di tubuh kita. Glenohumeral joint termasuk sendi peluru dengan mangkok sendi yang sangat dangkal.

Lebih terperinci

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK (CSL) FOTO X RAY SKULL & LUMBOSACRAL

PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK (CSL) FOTO X RAY SKULL & LUMBOSACRAL PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK (CSL) FOTO X RAY SKULL & LUMBOSACRAL Disusun Oleh : Prof. Dr. dr. Muhammad Ilyas, Sp.Rad (K) dr. Rafikah Rauf, Sp.Rad., M.Kes DEPARTEMEN RADIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kesehatan yang optimal, maka diperlukan kemauan dan kemampuan akan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. kesehatan yang optimal, maka diperlukan kemauan dan kemampuan akan kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam pembangunan akan kesadaran kesehatan untuk mendapatkan derajat kesehatan yang optimal, maka diperlukan kemauan dan kemampuan akan kesehatan bagi setiap penduduk.

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Siku (Elbow Joint)

MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI. Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Siku (Elbow Joint) MODUL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENGUKURAN FISIOTERAPI Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Siku (Elbow Joint) Tim Penyusun : Muh. Irfan, SKM, S.Ft, M.Fis Wismanto, SSt.Ft, S.Ft, M. Fis Abdul Chalik Meidian,

Lebih terperinci

PENGARUH RADIASI HAMBUR TERHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KETEBALAN OBYEK DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY

PENGARUH RADIASI HAMBUR TERHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KETEBALAN OBYEK DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY PNGARUH RADIASI HAMBUR TRHADAP KONTRAS RADIOGRAFI AKIBAT VARIASI KTBALAN OBYK DAN LUAS LAPANGAN PNYINARAN MUHAMMAD SYARIF BODDY KONSNTRASI FISIKA MDIK, JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATMATIKA DAN ILMU PNGTAHUAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Patella merupakan tulang sesamoid terbesar yang ada di tubuh, menduduki

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Patella merupakan tulang sesamoid terbesar yang ada di tubuh, menduduki BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Patella Patella merupakan tulang sesamoid terbesar yang ada di tubuh, menduduki femoral trochlea. Bentuknya yang oval asimetris dengan puncaknya mengarah ke distal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fungsional. Banyak faktor yang dapat menimbulkan gangguan aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. fungsional. Banyak faktor yang dapat menimbulkan gangguan aktifitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia sebagai mahluk biopsikososial membutuhkan suatu kondisi atau keadaan tubuh yang optimal untuk berinteraksi dan beradaptasi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya teknologi dan ilmu pengetahuan, manusia dituntut untuk hiduplebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi tuntutan tersebut,

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOTERAPI

MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOTERAPI MODUL PRAKTIKUM PENGUKURAN FISIOTERAPI Namaa : Nim : Kelas : Kelompok : FAKULTAS FISIOTERAPI UNIVERSITAS ESA UNGGUL JAKARTA Topik : Pengukuran Lingkup Gerak Sendi Bahu (Shoulder Joint) Tim Penyusun : Muh.

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J NASKAH PUBLIKASI PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA STIFFNESS ELBOW DEXTRA POST FRAKTUR SUPRACONDYLAR HUMERI DENGAN K-WIRE DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Disusun oleh: AYUDIA SEKAR PUTRI J 100 090 02

Lebih terperinci

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI. Edisi 1, 2016

PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI. Edisi 1, 2016 PENUNTUN KETRAMPILAN KLINIS PEMERIKSAAN RADIOGRAFI TORAKS BLOK 2.6 GANGGUAN RESPIRASI Edisi 1, 2016 KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI & PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS ANDALAS FAKULTAS KEDOKTERAN PADANG 2016

Lebih terperinci

Wan Rita Mardhiya, S. Ked

Wan Rita Mardhiya, S. Ked Author : Wan Rita Mardhiya, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Files of DrsMed FK UR http://www.yayanakhyar.co.nr PENDAHULUAN Fraktur femur mempunyai pengaruh sosial ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat BAB I PENDAHULUAN Pembangunan dibidang kesehatan adalah penyelenggaran upaya kesehatan mencapai kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Hidup sehat pada

Lebih terperinci

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Feni Fitriyani 1, Suharyana 1, Muhtarom 2

Lebih terperinci

BAYU TIRTA SUKMANA ANATOMI OLAHRAGA. Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH

BAYU TIRTA SUKMANA ANATOMI OLAHRAGA. Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH BAYU TIRTA SUKMANA 1 ANATOMI OLAHRAGA Ebook Anatomi Olahraga PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH MANUSIA ANATOMI OLAHRAGA PENGANTAR UMUM TENTANG TUBUH MANUSIA Buku ini didedikasikan untuk kemajuan Sport Science

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat menghasilkan kualitas gambar intraoral yang dapat dijadikan untuk. sebelumnya (Farman & Kolsom, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. tepat menghasilkan kualitas gambar intraoral yang dapat dijadikan untuk. sebelumnya (Farman & Kolsom, 2014). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan radiografik telah menjadi salah satu alat bantu diagnosis utama di bidang kedokteran gigi untuk menentukan keadaan penyakit dan merencanakan perawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan Negara berkembang dan menuju industrilisasi tentunya akan mempengaruhi peningkatan mobilisasi masyarakat terutama dalam bidang penggunaan

Lebih terperinci

DISLOKASI SENDI PANGGUL

DISLOKASI SENDI PANGGUL DISLOKASI SENDI PANGGUL Pembimbing: Prof. dr. H. Hafas Hanafiah, Sp.B, Sp.OT(K), FICS Oleh: Leni Agnes Siagian (070100153) Rahila (070100129) Hilda Destuty (070100039) ILMU BEDAH ORTOPAEDI DAN TRAUMATOLOGI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Foramen Mentale Foramen mentale adalah suatu saluran terbuka pada korpus mandibula. Melalui foramen mentale dapat keluar pembuluh darah dan saraf, yaitu arteri, vena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang

BAB I PENDAHULUAN. upaya penyembuhan (kuratif) dan upaya pemulihan (rehabilitatif), yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Radiografi Kedokteran Gigi Radiografi adalah alat yang digunakan dalam menegakkan diagnosis dan rencana pengobatan penyakit baik penyakit umum maupun penyakit mulut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia. Maka Islam menegaskan perlunya

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sesuai dengan fitrah manusia. Maka Islam menegaskan perlunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia. Demikian sabda Nabi Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai dengan

Lebih terperinci

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar

acromion yang panjang dengan permukaan yang kasar. Penjuluran ini berfungsi sebagai tuas saat os scapula melakukan gerakan perputaran dan melempar PEMBAHASAN Lokomosi pada MEP ditandai dengan perpindahan dari satu posisi ke posisi lainnya. Saat melakukan perpindahan, MEP mampu melakukan perpindahan baik secara quadrupedalism maupun bipedalism (Napier

Lebih terperinci

PENGOLAHAN FILM RADIOGRAFI SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN AUTOMATIC X-RAY FILM PROCESSOR MODEL JP-33

PENGOLAHAN FILM RADIOGRAFI SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN AUTOMATIC X-RAY FILM PROCESSOR MODEL JP-33 PENGOLAHAN FILM RADIOGRAFI SECARA OTOMATIS MENGGUNAKAN AUTOMATIC X-RAY FILM PROCESSOR MODEL JP-33 Zoucella Andre Afani 1, Ni Nyoman Rupiasih 1* 1 Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

Sejarah X-Ray. Wilheim Conrad Roentgen

Sejarah X-Ray. Wilheim Conrad Roentgen PENCITRAAN X-RAY Sejarah X-Ray Wilheim Conrad Roentgen DEFINISI Sinar X adalah pancaran gelombang elektromagnetik yang sejenis dengan gelombang radio, panas, cahaya, dan sinar ultraviolet tetapi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan kehidupan masyarakat sekarang telah mengalami perubahan dalam berbagai bidang. Misalnya dalam bidang ilmu dan teknologi secara tidak langsung dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi sehat jasmani, rohani, dan sosial. Tidak hanya bebas dari BAB I PENDAHULUAN Dalam upaya mewujudkan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya, maka setiap warga Indonesia berhak memperoleh derajat sehat yang setinggitingginya yang meliputi sehat jasmani, rohani,

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA J Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat 1 KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI STIFFNESS ANKLE JOINT SINISTRA AKIBAT POST FRACTURE CRURIS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Disusun oleh: ILSA ROVIATIN AGUSTINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan

BAB I PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya hubungan (diskontinuitas) tulang radius dan ulna yang disebabkan oleh cedera pada lengan bawah baik trauma langsung maupun trauma tidak langsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya untuk memajukan bangsa dan negara didukung oleh. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta faktor ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya untuk memajukan bangsa dan negara didukung oleh. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta faktor ekonomi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam upaya untuk memajukan bangsa dan negara didukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta faktor ekonomi mendorong manusia untuk dituntut mengikuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan

BAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya disebabkan oleh trauma /ruda paksa atau tenaga fisik yang ditentukan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 16 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Kulit di daerah bahu beruk ditutupi oleh rambut yang relatif panjang dan berwarna abu-abu kekuningan dengan bagian medial berwarna gelap. Morfologi tubuh beruk daerah bahu

Lebih terperinci

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat

BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA. Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat BAB 2 SENDI TEMPOROMANDIBULA Temporomandibula merupakan sendi yang paling kompleks yang dapat melakukan gerakan meluncur dan rotasi pada saat mandibula berfungsi. Sendi ini dibentuk oleh kondilus mandibula

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS. Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 2.1 Kinesiologi dan Biomekanika Kinesiologi adalah ilmu yang mempelajari tubuh manusia pada waktu melakukan gerakan. 6 Beberapa disiplin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk

BAB I PENDAHULUAN. secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil guna dan berdaya guna untuk BAB I PENDAHULUAN Pertama pembiayaan kesehatan bertujuan untuk penyediaan pembiayaan kesehatan yang berkesinambungan dengan jumlah yang mencukupi, teralokasi secara adil, dan termanfaatkan secara berhasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kerangka Teoritis II.1.1 Defenisi Fraktur adalah hilangnya kontuinitas tulang, tulang rawan sendi dan tulang rawan epifise yang bersifat total maupun parsial. Untuk mengetahui

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PARAPLEGI

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PARAPLEGI PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI PARAPLEGI e.c POST OPERASI FRAKTUR DISLOKASI VERTEBRA THORAKAL XI- XII FRANKLE A DI RSO Prof. Dr. SOEHARSO SURAKARTA Oleh : RISKA J 100 080 042 Diajukan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Pelayanan untuk pasien di rumah sakit umumnya meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja dan penduduk Indonesia secara umum akan bertambah baik dan

BAB I PENDAHULUAN. Tenaga kerja dan penduduk Indonesia secara umum akan bertambah baik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehat dan selamat bukanlah segalanya, tetapi tanpa itu, segalanya tidak ada artinya (Health and safety is not everything, but without it, everything is nothing). Tenaga

Lebih terperinci

BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan

BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK. secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan BAB 2 RADIOGRAFI PANORAMIK Panoramik merupakan salah satu foto rontgen ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial. 5,7,10,11

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat. RSUD kota Bandung beralamat di Jl. Rumah Sakit No. 22 Ujung

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat. RSUD kota Bandung beralamat di Jl. Rumah Sakit No. 22 Ujung 45 BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Berdirinya RSUD Kota Bandung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota Bandung merupakan salah satu instansi pemerintah kota Bandung yang bergerak dibidang layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi tertinggi menyerang wanita (Hoy, et al., 2007). Di Indonesia, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri leher adalah masalah yang sering dikeluhkan di masyarakat. Prevalensi nyeri leher dalam populasi umum mencapai 23,1% dengan prevalensi tertinggi menyerang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanankan pada bulan Mei 7 bertujuan untuk mengetahui persentase jenis kegagalan radiografi periapikal di RSGM UMY yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan sinar X telah lama dikenal dalam bidang kedokteran umum maupun kedokteran gigi sebagai suatu alat yang sangat membantu dalam suatu diagnosa penyakit gigi.

Lebih terperinci

Uji Fungsi Alat Bantu Sederhana Pemeriksaan Cervikal. Proyeksi AP Supine dan Cross Table Lateral pada Pasien. Gawat Darurat di RSUD Tangerang

Uji Fungsi Alat Bantu Sederhana Pemeriksaan Cervikal. Proyeksi AP Supine dan Cross Table Lateral pada Pasien. Gawat Darurat di RSUD Tangerang Uji Fungsi Alat Bantu Sederhana Pemeriksaan Cervikal Proyeksi AP Supine dan Cross Table Lateral pada Pasien Gawat Darurat di RSUD Tangerang KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. J POST APPENDIKTOMY DI BANGSAL MAWAR RSUD Dr SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapatkan Gelar Ahli Madya Keperawatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN

PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PEMERINTAH KABUPATEN KARIMUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 06 TAHUN 2004 T E N T A N G SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KARIMUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. patah tulang adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J,

BAB I PENDAHULUAN. patah tulang adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves C.J, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya (Smeltzer S.C & Bare B.G, 2001).Fraktur atau patah

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Conducted by: Jusuf R.

Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Conducted by: Jusuf R. Universitas Indonusa Esa Unggul FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT Jurusan Perekam Medis dan Informasi Kesehatan ANATOMI FISIOLOGI Conducted by: Jusuf R. Sofjan,dr,MARS 2/17/2016 1 ANATOMI : adalah ilmu yang

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai 3 4

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai 3 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakteristik Skelet Tungkai Skelet tungkai MEP memiliki ukuran tulang yang kecil namun kompak dengan permukaan yang halus dan tidak banyak dijumpai rigi ataupun penjuluran.

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan

BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID. Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan BAB 3 GAMBARAN RADIOGRAFI KALSIFIKASI ARTERI KAROTID Tindakan membaca foto roentgen haruslah didasari dengan kemampuan seorang dokter gigi untuk mengenali anatomi normal rongga mulut, sehingga jika ditemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses penurunan tensil strength dan stiffnes jaringan kolagen yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses penurunan tensil strength dan stiffnes jaringan kolagen yang menyebabkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah saatu fenomena physiology of aging atau proses ketuaan yaitu terjadi proses penurunan tensil strength dan stiffnes jaringan kolagen yang menyebabkan instabilitas

Lebih terperinci

PENUNTUN CSL Keterampilan Interpretasi Foto Thorax

PENUNTUN CSL Keterampilan Interpretasi Foto Thorax PENUNTUN CSL Keterampilan Interpretasi Foto Thorax Penyusun Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin CSL 2 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2017 TATA-TERTIB LABORATORIUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak perubahan yang sangat besar terhadap kehidupan masyarakat di suatu negara, seperti pada kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan

BAB I PENDAHULUAN. atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, lempeng epiphyseal atau permukaan rawan sendi. Karena tulang dikelilingi oleh struktur jaringan lunak, tekanan fisik yang

Lebih terperinci

OPTIMASI CITRA RADIOGRAFI PADA PEMERIKSAAN PELVIS MENGGUNAKAN COMPUTED RADIOGRAPHY (CR)

OPTIMASI CITRA RADIOGRAFI PADA PEMERIKSAAN PELVIS MENGGUNAKAN COMPUTED RADIOGRAPHY (CR) OPTIMASI CITRA RADIOGRAFI PADA PEMERIKSAAN PELVIS MENGGUNAKAN COMPUTED RADIOGRAPHY (CR) SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sains Ridho Wahyudi 110821019

Lebih terperinci

PEMERIKSAAN MRI KELOMPOK 1. Delika Putri Destika Ayu Fajriyah Qurota Hasna Ratuloli Ighfirlii Nurul Hildayati Nurul Ummah Rizky Amalia

PEMERIKSAAN MRI KELOMPOK 1. Delika Putri Destika Ayu Fajriyah Qurota Hasna Ratuloli Ighfirlii Nurul Hildayati Nurul Ummah Rizky Amalia PEMERIKSAAN MRI KELOMPOK 1 Delika Putri Destika Ayu Fajriyah Qurota Hasna Ratuloli Ighfirlii Nurul Hildayati Nurul Ummah Rizky Amalia MRI Pencitraan resonansi magnetik (bahasa Inggris: Magnetic Resonance

Lebih terperinci

Fraktura Os Radius Ulna

Fraktura Os Radius Ulna Fraktura Os Radius Ulna Pendahuluan Fraktura adalah patah atau ruptur kontinuitas struktur dari tulang atau cartilago dengan atau tanpa disertai dislokasio fragmen. Fraktur os radius dan fraktus os ulna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat progresif, dimana keilmuan khususnya dibidang kesehatan akan

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat progresif, dimana keilmuan khususnya dibidang kesehatan akan 1 BAB I PENDAHULUAN Pembangunan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan merupakan sesuatu yang bersifat progresif, dimana keilmuan khususnya dibidang kesehatan akan selalu berkembang dan semakin maju. Oleh

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit BAB IV PEMBAHASAN A. Karakteristik Sampel Penelitian ini bertujuan untuk Rumah Sakit Umum Daerah Lombok untuk melihat gambaran Penerapan Farmasi Klinik rumah sakit sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memajukan pembangunan dibidang kesehatan. Dalam pembukaan UUD 1945

BAB I PENDAHULUAN. memajukan pembangunan dibidang kesehatan. Dalam pembukaan UUD 1945 BAB I PENDAHULUAN Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang berusaha untuk memajukan pembangunan dibidang kesehatan. Dalam pembukaan UUD 1945 alinea 4 disebutkan tujuan Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang.

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan lalu lintas adalah fraktur yang lebih dikenal dengan patah tulang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat Indonesia mulai memilih alat transportasi yang praktis, modern, dan tidak membuang banyak energi seperti kendaraan

Lebih terperinci

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST ORIF CLOSE FRAKTUR CLAVICULA DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST ORIF CLOSE FRAKTUR CLAVICULA DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA POST ORIF CLOSE FRAKTUR CLAVICULA DEXTRA DENGAN PEMASANGAN PLATE AND SCREW DI RSO PROF. DR. SOEHARSO SURAKARTA Disusun Oleh : KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Tumbuh Kembang Anak Perubahan morfologi, biokimia dan fisiologi merupakan manifestasi kompleks dari tumbuh kembang yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa.

Lebih terperinci

Pengenalan perangkat lunak untuk survei data dosis pasien dalam rangka penyusunan Indonesia Diagnostic Reference Level (I-DRL) P2STPFRZR BAPETEN 2015

Pengenalan perangkat lunak untuk survei data dosis pasien dalam rangka penyusunan Indonesia Diagnostic Reference Level (I-DRL) P2STPFRZR BAPETEN 2015 Pengenalan perangkat lunak untuk survei data dosis pasien dalam rangka penyusunan Indonesia Diagnostic Reference Level (I-DRL) P2STPFRZR BAPETEN 2015 1 Diagnostic Reference Level (DRL) = tingkat panduan

Lebih terperinci