DAMPAK PEMILIHAN TEKNOLOGI LRT BATAM TERHADAP ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DAMPAK PEMILIHAN TEKNOLOGI LRT BATAM TERHADAP ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL"

Transkripsi

1 UNIVERSITY NETWORK FOR INDONESIA INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT () DAMPAK PEMILIHAN TEKNOLOGI LRT BATAM TERHADAP ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL Herawati Zetha Rahman 1, Dian Perwitasari 1, dan Azaria Andreas 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Pancasila, Jakarta zetha.hera@univpancasila.ac.id / zetha.hera@gmail.com Abstrak. Batam terus mengalami peningkatan mobilitas penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Ketersediaan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, efektif, dan efisien, dipercaya menjadi solusi dari peningkatan penduduk dan kondisi ekonomi di kota Batam. Solusi yang ditawarkan adalah dibangunnya LRT Kota Batam. Namun demikian, biaya pembangunan tersebut tidaklah murah dan dengan keterbatasan dana yang ada, maka diharapkan peran serta swasta dalam skema KPBU. Salah satu aspek yang berpengaruh terhadap kelayakan finansial adalah pemillihan teknologi LRT yang akan digunakan. Dalam kajian ini, akan dilakukan pemilihan terhadap jenis teknologi, yaitu LRT dengan sistem Cattenary ataupun LRT dengan sistem Tanpa Cattenary. Pendekatan kuantitatif dengan analisa Life Cycle Costing (LCC) digunakan dalam kajian ini. Hasilnya menunjukkan bahwa LRT Batam dengan Sistem Cattenary memberikan kelayakan yang lebih baik. Kata kunci : Batam, Life Cycle Costing, LRT, Sistem Cattenary I. PENDAHULUAN Sasaran pengembangan jaringan jalur kereta api di Pulau Sumatera adalah mewujudkan Trans Sumatera Railways dan menghubungkan jalur kereta api yang sudah ada yaitu di Nangroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan Lampung menjadi jaringan jalur kereta api yang saling terhubung sepanjang kilometer. Salah satu bagian pengembangan jaringan jalur kereta api wilayah Sumatera berada di Kota Batam. Batam merupakan kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas dimana pengelolaannya dilakukan oleh Badan Pengusahaan Batam (BP Batam). Sebagai kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas, laju pertumbuhan penduduk dan perekonomian di Batam mengalami peningkatan, sehingga berdampak pada semakin tingginya pergerakan barang maupun orang. Gambar 1. Grafik Permintaan Perjalanan pada Skala Moderat Sumber: Kajian Bappenas, 2016 II. KAJIAN LITERATUR Light Rail Transit (LRT) merupakan sarana transportasi massal yang banyak digunakan di berbagai negara di dunia dan saat ini pemerintah melalui Kementerian perhubungan juga menggunakan LRT pada berbagai proyek pengembangan kereta api di seluruh Indonesia. LRT dianggap dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas di berbagai aspek baik perhubungan, tata kota, perekonomian dan lain sebagainya. Disebut light rail karena kereta ini menggunakan kereta ringan sekitar 20 ton yang bergerak dengan aliran listrik sebagai sumber daya dengan selang waktu 5-10 menit antar rangkaian sehingga merupakan alternatif solusi kemacetan. LRT memiliki berbagai tipe berdasarkan sumberdaya ataupun letak aliran listrik. a. Cattenary Daya listrik yang digunakan untuk menggerakkan LRT dialirkan menggunakan kawat konduktor yang membentang pada bagian atas sepanjang rute perjalanan LRT tersebut yang disebut dengan sitem LAA (Listrik Aliran Atas)/ Cattenary. Sistem cattenary dibedakan berdasarkan jenis arus listrik yang mengalir yaitu arus searah (DC) dan arus bolak-balik (AC). Arus listrik mengalir dari gardu traksi (traction substation). Sistem gardu traksi menggunakan beberapa panel dan komponen seperti trafo, silicon rectifier, DC switchgear, baterai dan charger. Baterai yang digunakan biasa disebut baterai maintenance (kering), dengan keunggulan tidak diperlukan penambahan air secara manual dan berkala sedangkan kapasitas baterai akan selalu terjaga dengan penggunaan charger. Spesifikasi dari setiap panel maupun komponen pada sistem gardu traksi sangat tergantung dari besarnya daya yang dialirkan.

2 Sebagian besar Ligth Rail Transit yang digunakan di seluruh dunia hingga saat ini masih menggunakan sistem listrik aliran atas atau cattenary. Akan tetapi seiring dengan perkembangan zaman dan kesadaran pemerintah terhadap perancangan kota yang semakin baik maka penggunaan LRT dengan sistem cattenary mulai tidak disukai. Beberapa pertimbangan yang membuat sistem tersebut tidak disukai diantaranya adalah biaya pembangunan dan pemeliharaan, keselamatan serta keindahan kota. Biaya yang dibutuhkan untuk pembangunan kereta jenis ini tidak hanya pembangunan jalur jalan rel saja, tetapi juga termasuk biaya elektrifikasi seperti kabel, konstruksi penyangga, sub-station dengan rentang jarak tertentu, serta peralatan listrik lainnya. Biaya yang dibutuhkan untuk pemeliharaan dan operasional LRT dengan sistem cattenary ini pun tidak sedikit. Dalam hal keindahan kota, kabel-kabel sepanjang jalur rel menjadi pemandangan yang kurang sedap terutama jika jalur tersebut melalui kawasan kota yang bersejarah. Untuk mendukung perkembangan tata kota yang baik dan peningkatan pariwisata maka sistem LRT tanpa catenary dikembangkan. b. Tanpa Cattenary Secara garis besar LRT tanpa cattenary dibagi dalam 2 golongan yaitu sistem listrik aliran bawah dan baterai atau super capacitor. Sistem Listrik Aliran Bawah Sistem ini menggantikan konstruksi listrik saluran atas dengan konstruksi saluran bawah. Beberapa perusahaan produsen LRT seperti Alstom dan Bombardier telah mengembangkan sistem listrik aliran bawah dengan konsep yang berbeda. Alstom mengembangkan sistem yang dinamakan APS sistem (Aesthetic Power Supply), sistem ini terdiri dari beberapa power unit yang diletakkan di bawah jalur dengan jarak interval tertentu. Energi listrik disalurkan melalui konduktor listrik yang kemudian diterima oleh dua buah alat penerima yang disebut collector slippers, alat ini berada di bagian tengah rangkaian LRT. Energi listrik juga disimpan dalam baterai sehingga apabila salah satu power unit rusak LRT masih dapat berjalan dengan lancar. Faktor keamanan dipertimbangkan dalam sistem ini dimana elektrifikasi hanya berfungsi pada saat rangkaian LRT melewati jalur tersebut sehingga aman untuk dilintasi oleh pejalan kaki. Sistem yang dikembangkan oleh Bombardier dinamakan Bombardier Primove System (BPS). Sistem BPS menggunakan konsep berbeda yaitu dengan konsep induksi listrik. Sistem BPS ini terdiri dan sumber tenaga listrik berupa segmen-segmen kabel di bawah track. Bila segmen ini diaktifkan akan tercipta suatu medan magnet. Pada rangkaian LRT terdapat alat penerima yang merubah energi medan magnet menjadi energi listrik sebagai penggerak LRT. Akan tetapi pengaruh medan magnet tersebut memberikan pengaruh yang kuat terhadap peralatan elektronik lainnya, sehingga LRT dengan sistem BPS ini masih dalam tahap pengujian untuk dinyatakan layak digunakan. Baterai atau Super Capacitor Teknologi lain yang dikembangkan pada LRT adalah teknologi baterai dan super capacitor. Infrsatruktur yang perlu dibangun pada LRT dengan teknologi ini merupakan infrastruktur konvensional dengan penambahan sistem pengisian (charging system) baterai atau super capacitor. LRT dengan tenaga baterai umumnya membutuhkan waktu pengisian yang cukup lama tetapi memiliki jangkauan operasi yang lebih jauh sedangkan menggunakan super capasitor pengisian dapat dilakukan dengan cepat sekitar 20 detik dengan jangkauan operasi lebih pendek. LRT bertenaga baterai ini dapat juga digabungkan penggunaanya dengan penerapan sistem cattenary. Tabel 1. Perbedaan LRT Tanpa Cattenary menggunakan Baterai dan Super Capacitor Sumber: Global Mass Transit Research Salah satu kota yang menerapkan LRT dengan teknologi baterai adalah Kota Konya, Turki. LRT tersebut beroperasi pada jalur yang merupakan penggabungan sistem cattenary dan tanpa cattenary. Pengisian baterai dilakukan pada saat LRT melalui jalur catenary, baterai ini kemudian digunakan saat LRT melalui jalur tanpa cattenary. Sebagai warisan budaya yang sudah ada sejak zaman Romawi, pemerintah setempat tidak mengizinkan perubahan pemandangan di kota tua tersebut sehingga LRT dengan cattenary tidak diizinkan untuk diterapkan pada beberapa kawasan. LRT baterai kota Konya ini akan beroperasi pada jalur baru sepanjang 6 km dimana 2 km diantaranya tanpa cattenary. Walaupun LRT dengan teknologi ini sudah banyak digunakan di beberapa negara di dunia, teknologi ini masih terus dikembangkan, kelemahan sistem baterai dimana pengisian (charging) membutuhkan waktu lama dapat diatasi oleh sistem super capacitor. Pengisian super capacitor yang cukup singkat membuat sistem ini juga cocok digunakan untuk menyimpan energi pada saat pengereman. Secara teknis penerapan teknologi baterai dan super capacitor dalam satu rangkaian LRT dapat digabungkan, ukuran besarnya super capacitor tergantung dari jangkauan LRT yang diinginkan. LRT dengan teknologi super capacitor saat ini sedang dikembangkan oleh CSR (Tiongkok dan Siemens). Pengisian super capacitor dilakukan secara otomatis dengan durasi antara detik oleh sebuah power supply. Pengisian tersebut terjadi pada saat LRT menurunkan atau menaikkan penumpang di stasiun. Pengisian juga dapat dilakukan dengan sistem Mobile charger untuk mengantisipasi kerusakan sistem pengisian di stasiun pemberhentian. Dalam satu kali pengisian LRT mampu menjangkau sejauh 4 km, dan pada saat melakukan pengereman 85% dari energi pengereman yang dihasilkan disimpan sebagai energi listrik yang dapat digunakan kembali. LRT dengan mengandalkan 100 persen super capacitor ini dioperasikan di kota Guangzhou, Tiongkok. LRT Guangzhou ini melayani rute antara Canton Tower dan Wanshengwei sepanjang 7,7 km dengan 10 pemberhentian, dan mampu mengangkut 386 penumpang dengan kecepatan maximum 70 km/ jam. c. Penelitian Terdahulu Penelitian serupa yang pernah dilakukan adalah Technology Selection In Airport Railway Project Using Value Engineereing Approach (Berawi dkk, 2013) yang mengkaji pemilihan jenis teknologi prasarana kereta api pada proyek pembangunan jalur kereta api yang menghubungkan bandara Halim Perdana Kusuma dengan Bandara Soekarno-Hatta. Adapun skema pembiayaan proyek direncanakan menggunakan skema PPP, namun karena biaya investasi

3 cukup tinggi, maka diperlukan inovasi dan usaha kreatif pada perencanaan konstruksi dengan tanpa mengurangi fungsi. Salah satu caranya adalah dengan melakukan pemilihan jenis teknologi pada prasarana kereta api yaitu pemilihan jenis komponen track (slab track or ballasted track), komponen electicity (250 KV AC or 2500 V DC), dan komponen signalling (Fixed Block or Moving Block). Hasil analisa pemilihan jenis teknologi yang paling sesuai untuk diimplementasikan di proyek tersebut akhirnya dapat memberikan nilai sebesar 9.11%, dan nilai NPV terbesar yaitu Rp selama 30 tahun. III. ANALISA KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial merupakan analisis besarnya investasi terhadap pendapatan operasi usaha perkerataapian. Indikator kelayakan baku yang biasa digunakan dalam evaluasi finansial antara lain adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (), dan Payback Period. Secara umum semua indikator tersebut akan memberikan suatu besaran yang membandi ngkan nilai manfaat dan biaya dari setiap alternatif yang diusulkan, namun secara spesifik setiap indikator tersebut memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pada umumnya semua indikator tersebut perlu diperiksa untuk menggambarkan secara lebih jelas kejadian-kejadian ekonomi selama masa perencanaan. 1. Net Present Value (NPV) Net Present Value merupakan teknik yang sesuai untuk menghitung besarnya cash flow dalam jangka waktu yang lama seperti halnya dalam proyek infrastruktur. NPV dapat dihitung menggunakan formula (Maric dkk, 2011) berikut: N I n e NPV = t n=0 asdasdsdas(1) (1+ P 100 )n Dimana B adalah keuntungan dalam setahun, hasil NPV dari suatu proyek yang dikatakan layak secara finansial adalah menghasilkan NPV positif, dalam hal ini proyek pembangunan dapat dilaksanakan karena menghasilkan keuntungan pada umur ekonomis rencana. Bila NPV bernilai negatif maka proyek tersebut tidak layak secara finansial untuk dilaksanakan, namun apabila secara ekonomi proyek tersebut dinyatakan layak, maka perlu dicari alternatif skema lain yang memungkinkan proyek infrastruktur tersebut layak secara finansial. 2. Internal Rate of Return () Internal Rate of Return () adalah besarnya tingkat suku bunga pada saat nilai NPV = 0. dapat dihitung menggunakan formula (Maric dkk, 2011) berikut: N I n e t n=0 = 0 (2)aasasdsdsdsds(2) (1+ P 100 )n Nilai dari suatu proyek harus lebih besar dari nilai suku bunga yang berlaku. Nilai ini digunakan untuk memperoleh suatu tingkat bunga dimana nilai NPV=0. Jika nilai lebih besar dari discount rate yang berlaku atau MARR (Minimum Atractive Rate of Return) maka proyek mempunyai keuntungan finansial. MARR MARR adalah tingkat suku bunga pengembalian minimum yang menarik, di mana tingkat suku bunga tersebut akan dijadikan dasar atau indikator keputusan badan usaha untuk ikut serta dalam proyek-proyek infrastruktur pemerintah. 3. WACC WACC merupakan tingkat rata-rata tertimbang dari expected after-tax returns dari sumber sumber pendanaan perusahaan. Proyek dinyatakan layak secara finansial dan memenuhi ekspektasi badan usaha untuk terlibat dalam proyek infrtruktur pemerintah apabila >MARR>WACC. 4. Payback Period Periode Payback menunjukkan berapa lama suatu investasi akan kembali. Pay Back Period diidentifikasi pada saat NPV sama dengan nol, yang berarti masa pengembalian modal telah tercukupi. Apabila periode payback kurang dari suatu periode yang telah ditentukan, proyek tersebut bisa diterima, sebaliknya apabila tidak, maka proyek tersebut ditolak. Jangka waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan nilai investasi melalui penerimaan penerimaan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut juga untuk mengukur kecepatan kembalinya dana investasi. IV. LRT BATAM Berdasarkan hasil studi kelayakan yang dilakukan oleh Kementerian Negara PPN/ Bappenas pada tahun 2015, prioritas pengembangan perkeretaapian di Pulau Batam terdiri dari jalur Tanjung Uncang-Batam Center (Jalur 1) serta jalur Bandara Hang Nadim-Nagoya (Jalur 2). Jalur 1 sepanjang sepanjang 27,54 km dengan 23,5 km jalur at grade dan 4,04 km jalur elevated, sedangkan jalur 2 merupakan jalur elevated sepanjang 27,93 km. Pada tahun pertama operasi yang direncanakan pada tahun 2022, besaran permintaan perjalanan pada jalur 1 dan 2 masing-masing diperkirakan sebebesar penumpang/ hari dan penumpang/ hari. Adapun komponen biaya yang diperhitungkan dalam analisa ini sebagai berikut: a. Komponen biaya, terdiri atas: 1. Capital Expenditure Capital expenditure pada analisa ini adalah initial cost dengan 7 alternatif pembangunan dimana masa konstruksi direncanakan selama 3 tahun yaitu dengan progress pembangunan di asumsikan 25% pada tahun pertama, 50% pada tahun kedua dan 25% pada tahun ketiga. 2. Bunga Pinjaman (Interest During Construction) 3. Selama masa konstruksi sesuai dengan asumsi rasio modal dimana 70% berasal dari pinjaman, maka pihak badan usaha dapat melakukan pinjaman yang disertai dengan adanya bunga pinjaman 4. Depresiasi prasarana dan penggantian sarana 5. Operasi dan pemeliharaan prasarana dan sarana b. Komponen pendapatan Revenue/ Pendapatan dalam operasional dan pemeliharaan LRT Batam ini direncanakan bersumber dari: 1. Pendapatan Tiket, diperoleh dari jumlah demand per tahun dikalikan dengan asumsi harga tiket. 2. Pengembangan Properti, yang terdiri atas hotel dan kondominium/ apartemen yang terdapat pada masing-masing jalur. 3. Pendapatan Stasiun, stasiun pada LRT Batam terdiri dari 3 tipe stasiun yaitu Tipe A, B dan C, Stasiun Tipe A tidak memiliki ruang komersil, Stasiun Tipe B memiliki ruang kios/ gerai yang dapat disewakan sedang stasiun Tipe C selain memiliki ruang

4 kios/gerai yang dapat disewakan juga terintegrasi dengan Mall/ Bandara sehingga memberikan kontribusi pendapatan terhadap stasiun. Media outdoor berupa billboard diletakan di tiga lokasi yaitu: di stasiun Tipe B dan stasiun Tipe C, di jalur rel yang strategis (perempatan jalan) dan di dinding dalam dan luar kereta. V. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif dengan melakukan interview kepada para ahli di bidang transportasi khususnya perkeretaapian. Kelayakan finansial dampak pemilihan teknologi LRT Batam diperoleh dengan menggunakan Analisa Life Cycle Costing (LCC) untuk memperoleh besarnya NPV dan. Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisa ini sebagai berikut: 1. Peningkatan biaya operasi dan pemeliharaan per tahun mempertimbangkan inflasi di sektor perhubungan sebesar 6,5% 2. Sarana yang digunakan memiliki umur manfaat selama 30 tahun, pada 30 tahun pertama spesifikasi sarana 2 car set, setelah 30 tahun diperlukan peremajaan sarana dengan biaya maksimal 50% dari harga sarana. Setelah 50 tahun sarana harus diganti dengan spesifikasi 3 car set sehingga mempunyai daya tampung yang lebih banyak untuk mengakomodasi jumlah demand yang mengalami peningkatan. 3. Penggantian Baterai dilakukan setiap 5 tahun per 1 car set, dengan nilai Rp Pada tahun pertama operasi, ekspektasi penumpang sebesar 61% (skala moderat). 5. Simulasi dalam Analisa LCC dilakukan terhadap tariff LRT sebesar Rp dan Rp , serta tingkat Occupancy property sebesar 65% dan 75%. 6. Nilai Kurs 1 US$ yang digunakan Rp (2016) VI. HASIL DAN PEMBAHASAN Biaya Initial, dan Operasi dan Pemeliharaan Biaya infrastruktur keseluruhan untuk LRT Batam meliputi Initial Cost (IC) dan Operation and Maintenance Cost (OM), yang termasuk di dalamnya antara lain, komponen Prasarana seperti jalur kereta (elevated dan at grade), komponen persinyalan, komponen elektrifikasi, komponen telekomunikasi, FO & Radio Link, Depo, dan Sarana. Keseluruhan biaya ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 2. Initial Cost dan OM Cost Jalur 1 Jalur 2 Biaya LRT Batam (dalam juta Rp.) (dalam juta Rp.) Initial Cost OM Cost Setelah memperoleh data IC dan OM, tahap selanjutnya adalah menghitung kelayakan finansial dari LRT Batam untuk kedua jalur menggunakan pendekatan LCC. Asumsi yang digunakan dalam perhitungan ini dapat dilihat pada Bagian Metodologi. Analisa Cattenary Tabel 3. Analisa Kelayakan Finansial Cattenary Tahun Konsesi Tarif Rp. Occupancy Property % NPV (dalam juta rupiah) Dari hasil analisa dapat dilihat bahwa baik untuk jalur 1 maupun jalur 2, nilai NPV untuk Cattenary adalah negatif, baik jika menggunakan tarif Rp , maupun Rp nilai NPV ini tetap negatif, bahkan jika masa konsesi dilakukan hingga 50 ataupun 75 tahun. Analisa Tanpa Cattenary Tabel 4. Analisa Kelayakan Finansial Tanpa Cattenary Tahun Konsesi Tarif Rp. Dari hasil analisa dapat dilihat bahwa baik untuk jalur 1 maupun jalur 2, nilai NPV untuk Tanpa Cattenary adalah negatif, baik jika menggunakan tarif Rp , maupun Rp nilai NPV ini tetap negatif, bahkan jika masa konsesi dilakukan hingga 50 ataupun 75 tahun. VII. KESIMPULAN Jika membandingkan teknologi LRT yang dianalisa yaitu Cattenary dan Tanpa Cattenary, maka teknologi yang paling layak secara finansial untuk digunakan adalah teknologi Cattenary. Hal ini dapat dilihat pada nilai NPV dan yang lebih besar pada Cattenary, ketimbang tanpa Cattenary. Dari hasil analisa kelayakan tersebut, dapat dilihat, baik menggunakan Cattenary maupun Tanpa Cattenary untuk jalur 1 dan jalur 2, diperoleh hasil nilai NPV negatif, dan nilai yang berada dibawah MARR. Berdasarkan analisa tersebut, artinya rencana pembangunan LRT Batam ini tidak layak secara finansial untuk dibangun selama masa konsesi yang diasumsikan, yaitu 50 tahun, dan 75 tahun. Berdasarkan simulasi diketahui bahwa nilai sensitif terhadap perubahan harga tiket, dalam analisa ini mengunakan harga tiket Rp dan Rp , akan tetapi tidak sensitif terhadap perubahan tingkat okupansi property. Sehingga perlu untuk dikaji lebih lanjut terkait skema KPBU (Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha) agar rencana pembangunan LRT Batam ini dapat dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA JALUR 1 JALUR 2 (Real) (Nominal) NPV (dalam juta rupiah) (Real) (Nominal) 65-3,016, % 3.89% -8,743, % 3.12% 75-2,765, % 3.95% -8,376, % 3.16% 65-2,712, % 5.50% -8,322, % 4.20% 75-2,368, % 5.56% -7,826, % 4.25% 65-2,873, % 6.98% -8,512, % 6.09% 75-2,765, % 7.01% -8,376, % 6.11% 65-2,508, % 7.97% -8,006, % 6.82% 75-2,368, % 8.01% -7,826, % 6.84% Occupancy JALUR 1 JALUR 2 Property NPV NPV % (dalam juta rupiah) (Real) (Nominal) (dalam juta rupiah) (Real) (Nominal) 65-3,061, % 3.58% -8,745, % 2.98% 75-3,027, % 3.65% -8,686, % 3.02% 65-2,755, % 5.28% -8,322, % 4.10% 75-2,722, % 5.34% -8,264, % 4.15% 65-2,947, % 6.40% -8,555, % 5.62% 75-2,889, % 6.88% -8,460, % 6.05% 65-2,586, % 7.55% -8,056, % 6.44% 75-2,522, % 7.90% -7,952, % 6.79% Berawi, M. A., Susantono, B., Miraj, P., Berawi, A. R. B., Rahman, H. Z., dan Husin, A., 2014, Enhancing Value for Money of Mega Infrastructure Projects Development Using Value Engineering Method, Procedia Technology, vol. 16, hlm Berawi, A. R. B., Rahman, H. Z., Zulkarnaen Mohammad, 2013, Technology Selection In Airport Railway Project Using Value Engineereing Approach. Proceeding,

5 International Conference on Advanced Technology to Support Sustainable Development, hlm. C Global Mass Transit Report, Global Rolling Stock and Railway Systems Report Maric, B., Kamberovic, B., Radlovacki, V., Delic, M., Zubanov, V., 2011, Observing the Dependence Between Dynamic Indicators of Investment Profitability Relative Net Present Value and Internal Rate of Return, African Journal of Business Management, vol. 5 (26), hlm Sintropher Innovative Technologies for Light Rail and Tram: A European reference resource. University College London. Zetha, H.R., Berawi, M,A., Sesmiwati., Susilowati and Dofir, A. (2012). Application of Value Engineering at Public Private Partnership Project to Improve Quality of Feasibility Study (Case Study: Airport Railway in Indonesia). International Conference on Value Engineering and Management (ICVEM) Hongkong.

KAJIAN KELAYAKAN EKONOMI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DI KOTA BATAM

KAJIAN KELAYAKAN EKONOMI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DI KOTA BATAM KAJIAN KELAYAKAN EKONOMI PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN LIGHT RAIL TRANSIT (LRT) DI KOTA BATAM Azaria Andreas 1, Herawati Zetha Rahman 1, Imam Hagni Puspito 1, Dian Perwitasari 1, Jade Sjafrecia Petroceany

Lebih terperinci

NEW YOGYAKARTA INTERNATIONAL AIRPORT (NYIA)

NEW YOGYAKARTA INTERNATIONAL AIRPORT (NYIA) KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN PRA-KELAYAKAN EKONOMI RENCANA PEMBANGUNAN KA BANDARA DALAM MENDUKUNG NEW YOGYAKARTA INTERNATIONAL AIRPORT (NYIA) KEASDEPAN SISTEM TRANSPORTASI MULTIMODA KEDEPUTIAN

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI JALAN REL

KAJIAN AWAL KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI JALAN REL KAJIAN AWAL KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI JALAN REL Herman Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional Jln. PHH Mustapa No. 23 Bandung, 40124 Tlp. 022-7272215

Lebih terperinci

PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT

PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT Ilustrasi LRT Kota Medan merupakan salah satu dari 5 kota di Indonesia dengan jumlah penduduk diatas 2 juta jiwa (BPS, 2015). Dengan luas 26.510 Hektar (265,10

Lebih terperinci

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang.

BAB V HASIL ANALISA. dan keekonomian. Analisis ini dilakukan untuk 10 (sepuluh) tahun. batubara merupakan faktor lain yang juga menunjang. BAB V HASIL ANALISA 5.1 ANALISIS FINANSIAL Untuk melihat prospek cadangan batubara PT. XYZ, selain dilakukan tinjauan dari segi teknis, dilakukan juga kajian berdasarkan aspek keuangan dan keekonomian.

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return.

ABSTRAK. Universitas Kristen Marantha. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, Internal Rate of Return. ABSTRAK Dalam memasuki era globalisasi, Indonesia dituntut untuk mempersiapkan dirinya agar dapat bersaing khususnya dalam bidang ekonomi. Perekonomian Indonesia sekarang dapat dikatakan sudah mulai meningkat

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG

ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG ANALISIS FINANSIAL PADA INVESTASI JALAN TOL CIKAMPEK-PADALARANG Lulu Widia Roswita NRP : 9721055 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M. Sc FAKULTAS TEKNIK JURUSAN SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG

Lebih terperinci

1 Universitas Indonesia

1 Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor ketenagalistrikan menjadi bagian yang menyatu dan tak terpisahkan dari pertumbuhan ekonomi suatu negara, juga merupakan komponen yang sangat penting bagi pembangunan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Budget Budget adalah ungkapan kuantitatif dari rencana yang ditujukan oleh manajemen selama periode tertentu dan membantu mengkoordinasikan apa yang dibutuhkan untuk diselesaikan

Lebih terperinci

ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL

ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL ALTERNATIF PENGADAAN BATU PECAH DI KABUPATEN KAPUAS DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL Teras, R. Sutjipto Tantyonimpuno Laboratorium Manajemen Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil FTSP ITS Telp 031-5939925, fax

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: net present value, penganggaran modal, pengambilan keputusan. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata kunci: net present value, penganggaran modal, pengambilan keputusan. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada PT. X yang merupakan perusahaan yang bergerak dibidang industri textile dengan produk utamanya kain polyester. Seperti perusahaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan pada Warnet Pelangi, maka penulis menyimpulkan bahwa: 1. Warnet Pelangi belum menerapkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan transportasi, khususnya kemacetan, sudah menjadi permasalahan utama di wilayah Jabodetabek. Kemacetan umumnya terjadi ketika jam puncak, yaitu ketika pagi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI JALAN REL

KAJIAN AWAL KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI JALAN REL KAJIAN AWAL KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI JALAN REL Dr. Herman, Ir., MT. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional Jl. PHH Mustapa No. 23 Bandung, 40124 (P):

Lebih terperinci

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi

Oleh : Ani Hidayati. Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Oleh : Ani Hidayati Penggunaan Informasi Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Investasi Keputusan Investasi (capital investment decisions) Berkaitan dengan proses perencanaan, penentuan tujuan

Lebih terperinci

OPTIMALISASI KERJASAMA PEMANFAATAN ASET DALAM PEMBIAYAAN OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN STASIUN PALMERAH

OPTIMALISASI KERJASAMA PEMANFAATAN ASET DALAM PEMBIAYAAN OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN STASIUN PALMERAH OPTIMALISASI KERJASAMA PEMANFAATAN ASET DALAM PEMBIAYAAN OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN STASIUN PALMERAH Dian Perwitasari Teknik Sipil/Fakultas Teknik Universitas Pancasila Jl.Srengseng Sawah, Jagakarsa,

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.1.1 Latar Belakang proyek Di ibukota Jakarta, penduduknya lebih banyak adalah para pendatang dari luar daerah Jakarta untuk mencari pekerjaan. Mereka berasal dari

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENYIAPAN DOKUMEN PROYEK INVESTASI PENYELENGGARAAN MONOREL DI PULAU BATAM

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENYIAPAN DOKUMEN PROYEK INVESTASI PENYELENGGARAAN MONOREL DI PULAU BATAM KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENYIAPAN DOKUMEN PROYEK INVESTASI PENYELENGGARAAN MONOREL DI PULAU BATAM BADAN PENGUSAHAAN BATAM Tahun anggaran 2013 KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) PENYIAPAN DOKUMEN PROYEK INVESTASI

Lebih terperinci

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME

JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7 JUTA PERJALANAN/HARI. 18,7 JUTA (72,95 %) MERUPAKAN PERJALANAN INTERNAL DKI JAKARTA, 6,9 JUTA (27,05 %) ME LRT SEBAGAI SOLUSI EFEKTIF MENGATASI KEMACETAN JABODETABEK DISHUBTRANS DKI JAKARTA SEPTEMBER 2015 DISAMPAIKAN DALAM DIALOG PUBLIK DENGAN DTKJ 16 SEPTEMBER 2015 JUMLAH PERJALANAN JABODETABEK MENCAPAI 25,7

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan literatur, baik berupa buku-buku

III. METODE PENELITIAN. Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan literatur, baik berupa buku-buku III. METODE PENELITIAN A. Umum Studi ini dilakukan dengan mengumpulkan literatur, baik berupa buku-buku maupun jurnal-jurnal yang membahas tentang studi kelayakan, yang dapat menambah pengetahuan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian Indonesia terbukti telah bangkit kembali sejak krisis keuangan global pada tahun 1990an. Pada tahun 2009, sebagai contoh, Indonesia telah mengalami pertumbuhan

Lebih terperinci

Analisa Investasi Perumahan Kalianget Paradise di Kabupaten Sumenep Ditinjau dari Aspek Finansial

Analisa Investasi Perumahan Kalianget Paradise di Kabupaten Sumenep Ditinjau dari Aspek Finansial JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) D-303 Perumahan Kalianget Paradise di Kabupaten Sumenep Ditinjau dari Aspek Finansial Erwin Ready, Cahyono Bintang Nurcahyo, dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 70 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi berasal dari kata Latin, yaitu transportare, dimana trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare berarti mengangkut atau membawa. Dengan demikian,

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di sebuah lokasi yang berada Desa Kanreapia Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Propinsi Sulawesi Selatan. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI

6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6 ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGOLAHAN SURIMI 6.1 Pendahuluan Industri surimi merupakan suatu industri pengolahan yang memiliki peluang besar untuk dibangun dan dikembangkan. Hal ini didukung oleh adanya

Lebih terperinci

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO

ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO ANALISA PILIHAN INVESTASI ANTARA APARTEMEN DAN LANDED HOUSE UNTUK KAWASAN MILIK PT. X DI SIDOARJO Dwi Joko Fachrur Rozi 1) dan I Ketut Gunarta 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual III. METODE PENELITIAN Nilai tambah yang tinggi yang diperoleh melalui pengolahan cokelat menjadi berbagai produk cokelat, seperti cokelat batangan merupakan suatu peluang

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PEMBANGUNAN JALAN TOL GEMPOL-PANDAAN Djoko Susilo 1 dan Christiono Utomo Program Studi Magister Manajemen Teknologi Institut Teknologi Sepuluh Nopember Email: 1) djokoyysusilo@yahoo.com

Lebih terperinci

Designer Sistem Perkeretaapian (Signalling/Telecomm/HMI/SCADA)

Designer Sistem Perkeretaapian (Signalling/Telecomm/HMI/SCADA) Company Profile PT Len Railway Systems berdiri pada tahun 2012, merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang EPC (Engineering, Procurement, Construction) untuk persinyalan kereta api. PT Len Railway

Lebih terperinci

DAN ANALISIS TEKNO EKONOMI

DAN ANALISIS TEKNO EKONOMI 4 BAB DAN ANALISIS TEKNO EKONOMI 4 PERHITUNGAN PERHITUNGAN DAN ANALISIS TEKNO EKONOMI 4.1 Analisis Perbandingan Investasi Softswitch terhadap Circuit Switch Untuk membandingkan antara Investasi dengan

Lebih terperinci

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL

IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 32 IV. ANALISA FAKTOR KELAYAKAN FINANSIAL 4.1. Identifikasi Indikator Kelayakan Finansial Pada umumnya ada enam indikator yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian kelayakan finansial dari

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL

STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL STUDI KELAYAKAN INVESTASI PERUMAHAN GREEN SEMANGGI MANGROVE SURABAYA DITINJAU DARI ASPEK FINANSIAL Disusun oleh: ANDINI PRASTIWI NRP : 3111105038 Dosen Pembimbing: Christiono Utomo, ST., MT., PhD. Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. PT Trikarya Idea Sakti selaku Developer telah

BAB I PENDAHULUAN. Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat. PT Trikarya Idea Sakti selaku Developer telah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyaknya investasi proyek yang gagal, baik pada tahap pembangunan maupun tahap operasi, membuat perlunya ketepatan dan ketelitian dalam tahap analisis kelayakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Transportasi Transportasi dapat didefinisikan sebagai usaha dan kegiatan mengangkut atau membawa barang atau penumpang dari suatu tempat ke tempat lainnya. Pengangkutan atau pemindahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Maintenance Menara BTS 2.1.1 Pengertian Menara BTS Menara BTS adalah tower yang yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa baik segi empat atau segi tiga, atau hanya berupa pipa

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci

PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG

PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG PEMASARAN PRODUK INDUSTRI KONSTRUKSI PRACETAK PRATEGANG Dibawakan oleh Bp. Ir. Wilfred I. A. singkali *) PENGERTIAN PASAR : Pasar Produk Industri Pracetak dan Prategang : Adalah pasar konstruksi yang menggunakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: capital budgeting, net present value, pengambilan keputusan

ABSTRAK. Kata kunci: capital budgeting, net present value, pengambilan keputusan ABSTRAK Dunia usaha selalu dipenuhi dengan persaingan. Setiap perusahaan harus berusaha semaksimal mungkin untuk mengembangkan bisnis atau usahanya agar mampu bersaing dan dapat bertahan. Ada berbagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Proyek Dalam menilai suatu proyek, perlu diadakannya studi kelayakan untuk mengetahui apakah proyek tersebut layak untuk dijalankan atau tidak. Dan penilaian tersebut

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek memiliki beberapa pengertian. Menurut Kadariah et al. (1999) proyek ialah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan

Lebih terperinci

TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD

TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD TINJAUAN KELAYAKAN PROYEK DENGAN MENGGUNAKAN NET PRESENT VALUE METHOD DAN INTERNAL RATE OF RETURN METHOD Andreas Y. H. Aponno NRP : 9221035 Pembimbing : V. Hartanto, Ir., M.Sc. FAKULTAS TEKNIK JURUSAN

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Kata Kunci: Capital Budgeting, Payback Period, Net Present Value, dan Internal Rate of Return. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Citra Jaya Putra Utama merupakan salah satu perusahaan jasa yang bergerak di bidang distribusi farmasi. Perusahaan saat ini ingin melakukan investasi modal dalam bentuk cabang baru di Surabaya

Lebih terperinci

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini

BAB V RENCANA AKSI. bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini BAB V RENCANA AKSI Bab ini menjelaskan rencana aksi atau realisasi dari perancangan model bisnis mobile application platform PinjamPinjam. Penjelasan dalam bab ini meliputi rencana kegiatan dan waktu pelaksanaan,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian. Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang

KERANGKA PEMIKIRAN. Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Pada bagian ini akan dijelaskan tentang konsep dan teori yang berhubungan dengan penelitian studi kelayakan usaha pupuk kompos pada Kelompok Tani

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 16 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Usaha pengembangan kerupuk Ichtiar merupakan suatu usaha yang didirikan dengan tujuan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Melihat dari adanya peluang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Moda Transportasi Kereta Api Nasional Perkeretaapian di Indonesia terus berkembang baik dalam prasarana jalan rel maupun sarana kereta apinya (Utomo,

Lebih terperinci

9 Universitas Indonesia

9 Universitas Indonesia BAB 2 TINJAUAN LITERATUR 2.1. Studi Kelayakan Studi kelayakan atau feasibility study adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu kegiatan atau usaha atau bisnis yang akan dijalankan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Flow Diagram Pemecahan Masalah Penelitian merupakan suatu rangkaian proses yang saling terkait secara sistematis, setiap tahap merupakan bagian menentukan tahap berikutnya

Lebih terperinci

= Jumlah stasiun kerja. 4. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay) Balance delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan

= Jumlah stasiun kerja. 4. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay) Balance delay merupakan ukuran dari ketidakefisienan Keterangan: n = Jumlah stasiun kerja Ws Wi = Waktu stasiun kerja terbesar. = Waktu sebenarnya pada stasiun kerja. i = 1,2,3,,n. 4. Keseimbangan Waktu Senggang (Balance Delay) Balance delay merupakan ukuran

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik. dari segi materi maupun waktu. Maka dari itu, dengan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan membutuhkan suatu perencanaan yang baik agar penambangan yang dilakukan tidak menimbulkan kerugian baik dari segi materi maupun waktu. Maka dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia usaha yang semakin berkembang saat ini, di mana ditunjukkan dengan meningkatnya persaingan yang ketat di berbagai sektor industri baik dalam industri yang

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER F-0653 Issue/Revisi : A0 Tanggal Berlaku : 1 Juli 2015 Untuk Tahun Akademik : 2015/2016 Masa Berlaku : 4 (empat) tahun Jml Halaman : 15 halaman Mata Kuliah : Ekonomi Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maksimum termanfaatkan bila tanpa disertai dengan pola operasi yang sesuai.

BAB I PENDAHULUAN. maksimum termanfaatkan bila tanpa disertai dengan pola operasi yang sesuai. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam suatu sistem transportasi, hubungan antara prasarana, sarana, dan operasi sangat erat. Suatu ketersediaan prasarana dan sarana dapat secara maksimum termanfaatkan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan.

BAB I PENDAHULUAN. ini tentu akan meningkatkan resiko dari industri pertambangan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pertambangan merupakan salah satu industri yang membutuhkan investasi besar, teknologi yang memadai serta beresiko tinggi terutama pada tahap eksplorasi. Untuk

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Profil Perusahaan Pada 1992 Pemerintah Indonesia mengeluarkan deregulasi sector ketenagalistrikan. Proses ini berawal dengan diterbitkannya Keputusan Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kondisi suatu pasar yang dapat menjanjikan tingkat profitabilitas yang cukup menarik dan menguntungkan tentu saja akan mendorong para pengusaha untuk masuk

Lebih terperinci

Analisis Finansial Fasilitas Park and Ride Sebagai Pelayanan Infrastruktur Kota Bandung (Studi Kasus: Gedebage)

Analisis Finansial Fasilitas Park and Ride Sebagai Pelayanan Infrastruktur Kota Bandung (Studi Kasus: Gedebage) Analisis Finansial Fasilitas Park and Ride Sebagai Pelayanan Infrastruktur Kota Bandung (Studi Kasus: Gedebage) Rindu Evelina 1, Herman 2 1 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Definisi Internet II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Internet Secara harfiah, internet (kependekan dari interconnectednetworking) ialah rangkaian komputer yang terhubung di dalam beberapa rangkaian. Internet juga berarti

Lebih terperinci

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1)

Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) M a n a j e m e n K e u a n g a n 96 Bab 6 Teknik Penganggaran Modal (Bagian 1) Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menghitung, dan menjelaskan mengenai penggunaan teknik penganggaran modal yaitu Payback

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Transportasi merupakan bagian yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, dalam kaitannya dengan kehidupan dan kegiatan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut:

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan permasalahan serta maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, maka penulis dapat menarik simpulan sebagai berikut: 1. Estimasi incremental

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Obyek penelitian berupa proyek pembangunan apartemen Grand Taman

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Obyek penelitian berupa proyek pembangunan apartemen Grand Taman BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Deskripsi Obyek Penelitian Obyek penelitian berupa proyek pembangunan apartemen Grand Taman Melati Margonda yang terletak di Jalan Margonda, Kota Depok. Proyek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan sebagai bagian dari sektor transportasi memiliki peran untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi merupakan salah satu sektor penting bagi perkembangan perekonomian wilayah dan kehidupan masyarakat. Adanya pertumbuhan dan perkembangan aktivitas di suatu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno

STRUKTUR HARGA PLTMH. Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno STRUKTUR HARGA PLTMH Topik Utama Gery Baldi, Hasan Maksum, Charles Lambok, Hari Soekarno Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Ketenagalistrikan, Energi Baru Terbarukan, dan Konservasi Energi h_maksum@yahoo.com

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Saat ini Indonesia sedang memasuki era globalisasi, sehingga Indonesia dituntut untuk selalu mengembangkan teknologi di segala bidang agar tidak tertinggal oleh teknologi negara lain. Hal ini juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bergesernya pola hidup masyarakat secara global yang semakin hari semakin menginginkan pola hidup yang sehat, membuat adanya perbedaan dalam pola konsumsi

Lebih terperinci

Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik. Awang Djohan Bachtiar

Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik. Awang Djohan Bachtiar Analisa Biaya Manfaat Penerapan Power Management System Pada PT Petrokimia Gresik Awang Djohan Bachtiar 9105205402 Pendahuluan Profil PT Petrokimia Gresik. Penjelasan singkat Mengapa butuh power monitoring

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan menggunakan jenis data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang diperoleh dari sumber data secara langsung.

Lebih terperinci

dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun. Batas waktu satu

dimana jangka waktu kembalinya dana tersebut melebihi waktu satu tahun. Batas waktu satu A. Pengertian Capital Budgeting Definisi Capital Budgeting menurut Bambang Riyanto (hal 121, thn 1995) adalah keseluruhan proses perencanaan dan pengambilan keputusan mengenai pengeluaran dana dimana jangka

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA Florence Kartika Panditasiwi Universitas Katolik Parahyangan Jln. Ciumbuleuit 94 Bandung 40141 Tlp. (022)

Lebih terperinci

1. Kerangka Peraturan Perundangan 2. Dasar Hukum 3. Uji Publik Rencana Kerjasama KPBU Di BPTJ 2018

1. Kerangka Peraturan Perundangan 2. Dasar Hukum 3. Uji Publik Rencana Kerjasama KPBU Di BPTJ 2018 1. Kerangka Peraturan Perundangan 2. Dasar Hukum 3. Uji Publik Rencana Kerjasama KPBU Di BPTJ 2018 4. Latar Belakang Penjajakan Minat (Market Sounding) TOD Poris Plawad 5. Tujuan, Sasaran dan Output 6.

Lebih terperinci

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha

Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha Makalah Analisis Bisnis dan Studi Kelayakan Usaha ANALISIS BISNIS DAN STUDI KELAYAKAN USAHA MAKALAH ARTI PENTING DAN ANALISIS DALAM STUDI KELAYAKAN BISNIS OLEH ALI SUDIRMAN KELAS REGULER 3 SEMESTER 5 KATA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 98 TAHUN 2015 TENTANG PERCEPATAN PENYELENGGARAAN KERETA API RINGAN/LIGHT RAIL TRANSIT TERINTEGRASI

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 41 BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Pilihan Analisis Untuk menganalisis kelayakan usaha untuk dapat melakukan investasi dalam rangka melakukan ekspansi adalah dengan melakukan penerapan terhadap

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI JALAN REL

KAJIAN AWAL KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI JALAN REL KAJIAN AWAL KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI JALAN REL Dr. Herman, Ir., MT. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Teknik Sipil Institut Teknologi Nasional Jl. PHH Mustapa No. 23 Bandung, 40124 (P):

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1

DAFTAR ISI... Halaman ABSTRAKSI.. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR Latar Belakang Penelitian 1 ABSTRAKSI Dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang semakin ketat, maka perusahaan memerlukan strategi yang tepat untuk selalu dapat unggul dalam persaingan. Karena bila salah dalam menerapkan strategi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Di Indonesia, pertumbuhan ekonomi yang pesat terutama pada sektor industri, telah mendorong berkembangnya perusahaan industri dalam bentuk yang bervariasi. Industri mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan dalam bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sampai

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN..

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN.. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI.. DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR..... DAFTAR LAMPIRAN.. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang.......... 1.2. Perumusan Masalah.... 1.3. Tujuan Penelitian...... 1.4. Manfaat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN 63 BAB IV ANALISA DAN HASIL PENELITIAN Pada bab IV ini akan disajikan secara berturut-turut mengenai analisa dan hasil penelitian meliputi : 4.1. Perekonomian Pulau Jawa saat ini 4.2. Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA

KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN TERMINAL PENUMPANG BANDAR UDARA INTERNASIONAL HUSEIN SASTRANEGARA Florence Kartika Panditasiwi Universitas Katolik Parahyangan Jln. Ciumbuleuit 94, Bandung Telp: (022)

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tingkat perekonomian yang tiap tahunnya meningkat membuat individu di dunia harus mencari sumber penghasilan sebanyak-banyaknya agar mampu memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PERBANDINGAN AD WIKA DAN USULAN AD WIKA ANGGARAN DASAR PADA SAAT INI PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR REFERENSI

PERBANDINGAN AD WIKA DAN USULAN AD WIKA ANGGARAN DASAR PADA SAAT INI PENYESUAIAN ANGGARAN DASAR REFERENSI Usulan AD WIKA (Matriks) (12-06-2015) 1 PERBANDINGAN AD WIKA DAN USULAN AD WIKA -MAKSUD DAN TUJUAN SERTA KEGIATAN USAHA- ------- ---------------------- Pasal 3 ----------------------------------- 1. Maksud

Lebih terperinci

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11

Aspek Ekonomi dan Keuangan. Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Pertemuan 11 Aspek Ekonomi dan Keuangan Aspek ekonomi dan keuangan membahas tentang kebutuhan modal dan investasi yang diperlukan dalam pendirian dan pengembangan usaha yang

Lebih terperinci

ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI PENILAIAN EKSPANSI USAHA (Studi Kasus pada PT. Wijaya Karya Beton, Tbk)

ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI PENILAIAN EKSPANSI USAHA (Studi Kasus pada PT. Wijaya Karya Beton, Tbk) ANALISIS CAPITAL BUDGETING SEBAGAI PENILAIAN EKSPANSI USAHA (Studi Kasus pada PT. Wijaya Karya Beton, Tbk) Aditya Satriawan Topowijono Achmad Husaini Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

Lebih terperinci

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI

KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI KONSEP DAN METODE PENILAIAN INVESTASI 4.1. KONSEP INVESTASI Penganggaran modal adalah merupakan keputusan investasi jangka panjang, yang pada umumnya menyangkut pengeluaran yang besar yang akan memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan suatu bisnis maupun dalam usaha menginvestasikan dana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan suatu bisnis maupun dalam usaha menginvestasikan dana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam menjalankan suatu bisnis maupun dalam usaha menginvestasikan dana atau modal, kita perlu melakukan suatu studi kelayakan untuk melihat apakah proyek

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan pada Laboratorium Percontohan Pabrik Mini Pusat Kajian Buah Tropika (LPPM PKBT) yang berlokasi di Tajur sebagai sumber informasi

Lebih terperinci

Bab 5 Penganggaran Modal

Bab 5 Penganggaran Modal M a n a j e m e n K e u a n g a n 90 Bab 5 Penganggaran Modal Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menjelaskan mengenai teori dan perhitungan dalam investasi penganggaran modal dalam penentuan keputusan

Lebih terperinci

INTISARI. Kata-kata Kunci: Investasi, Studi Kelayakan, Penganggaran Modal, Analisis Sensitifitas. Universitas Kristen Maranatha

INTISARI. Kata-kata Kunci: Investasi, Studi Kelayakan, Penganggaran Modal, Analisis Sensitifitas. Universitas Kristen Maranatha INTISARI Pada studi kasus ini, saya ingin mengidentifikasikan kelayakan investasi PT Satu Hati di Purwokerto. Perusahaan ini ingin membeli lima unit tangki minyak tanah untuk mendukung operasional pemasarannya.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG TATA CARA DAN KRITERIA PENETAPAN SIMPUL DAN LOKASI TERMINAL PENUMPANG SERTA LOKASI FASILITAS PERPINDAHAN MODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci