PADA PROGRAMA 4 BUDAYA DI RADIO REPUBLIK INDONESIA DENPASAR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PADA PROGRAMA 4 BUDAYA DI RADIO REPUBLIK INDONESIA DENPASAR"

Transkripsi

1 LAKON RAREANGON DALAM ARJA NEGAK PADA PROGRAMA 4 BUDAYA DI RADIO REPUBLIK INDONESIA DENPASAR (Perspektif Pendidikan Agama Hindu) Oleh : Ida Bagus Eka Permana idabaguspermana@yahoo.com ABSTRAK Kesenian Arja Negak di Radio Republik Indonesia Denpasar pertama kali muncul pada tahun 1958 yang dihimpun dalam wadah Keluarga Kesenian Bali (KKB). Arja Negak adalah arja yang ketika pentas para pemainnya tidak melakukan aktivitas menari, tetapi duduk bersama memerankan tokoh yang diperankan dalam lakon. Dalam memerankan tokoh yang diperankan itu tidak terlepas dari pakem pengarjaan seperti struktur pemain yang terdiri dari 12 tokoh atau lebih dan lakon-lakon yang ditampilkan berasal dari cerita Panji (Malat). Lakon Rareangon merupakan salah satu bagian dari cerita Panji. Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini ada tiga yaitu; 1) bagaimanakah struktur lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya di Radio Republik Indonesia Denpasar?, 2) apakah fungsi lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya di Radio Republik Indonesia Denpasar?, 3) nilai-nilai pendidikan agama Hindu apa saja yang terkandung pada lakon Rareangon dalam Arja Negak Programa 4 Budaya Radio Republik Indonesia Denpasar?. Tujuan Penelitian adalah untuk mengetahui Lakon Rarengon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya RRI Denpasar karena mengandung nilai-nilai pendidikan agama Hindu serta menumbuh kembangkan pelestarian budaya Bali. Manfaat penelitian sebagai salah satu sumber informasi tentang kajian analisis Lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya RRI Denpasar serta diharapkan dapat meningkatkan wawasan dan pemahaman tentang pendidikan agama Hindu, seni, dan budaya. Teori yang dipergunakan dalam menganalisis permasalahan tersebut adalah; teori wacana, teori fungsionalisme struktural, dan teori nilai. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif dengan menggunakan teknik pengumpulan data yaitu : observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Penentuan informan dilakukan secara purposive sampling dan teknik analisis data dilakukan dengan analisis deksriptif kualitatif dengan tahap yang digunakan berupa reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil analisis dari lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Radio Republik Indonesia Denpasar dalam penelitian ini membahas mengenai struktur Lakon Rareangon meliputi; sinopsis Lakon Rareangon, babak Lakon Rareangon yang terdiri dari tujuh babak, adegan lakon Rareangon meliputi; adegan ngugal, adegan pangipuk, adegan tetangisan, adegan pasiat, dan adegan pangkat. Analisis struktur formal Lakon Rareangon meliputi; tema, tokoh dan penokohan, plot/alur, dan latar/setting. Ditinjau dari segi fungsi, lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Radio Republik Indonesia Denpasar memiliki fungsi pendidikan sraddha, fungsi ajakan berbuat baik, fungsi estetis, fungsi pelestarian budaya dan fungsi hiburan yang merujuk pada teori fungsional struktural. Hasil terakhir 1

2 dalam penelian ini membahas nilai-nilai pendidikan agama Hindu pada lakon Rareangon dalam Arja Negak Programa 4 Budaya yaitu meliputi; nilai Estetika, nilai Tri Hita Karana, nilai Putra Sesana, nilai Etika/Susila, dan nilai Kepemimpinan dengan konsep Asta Brata. Melalui fungsi dari nilainilai pendidikan agama Hindu yang terdapat dalam Lakon Rareangon dalam Arja Negak diharapkan dapat menjadi tuntunan kepada umat manusia dalam menjalankan kehidupan berdasarkan swadharma masing-masing. Kata Kunci : Lakon Rareangon, Arja Negak PENDAHULUAN Salah satu seni pertunjukan yang masih bertahan di zaman modern ini adalah seni pertunjukan Arja. Arja pada dasarnya adalah sebuah dramatari musikal yang banyak menggunakan seni suara vokal (tembang) dengan lakon yang pada umumnya bersumber pada cerita Panji (Malat). Dalam membawakan sebuah lakon dengan kisah-kisahnya yang melodramatik setiap penari tampil dengan cara berdialog menggunakan tembang-tembang macepat yang kadang-kadang dipadukan dengan bahasa verbal non-tembang (Dibia, 2012:81). Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah, pakar seni dan seniman agar jenis-jenis seni pertunjukan Bali yang langka tidak punah termasuk arja itu sendiri, diantaranya dengan menggelar saresehan seni, festival kesenian dan Pesta Kesenian Bali (PKB), bahkan di ajang Pesta Kesenian Bali, arja tidak pernah absen untuk ditampilkan serta masyarakat begitu antusias untuk menyaksikan seni pertunjukan arja, Kesenian Arja Negak di Radio Republik Indonesia Denpasar pertama kali muncul pada tahun 1958, yang dihimpun dalam wadah Keluarga Kesenian Bali (KKB). Pemain Arja Negak di Radio Republik Indonesia Denpasar tidak pentas seperti pertunjukan Arja pada umumnya, tetapi para pemain duduk di dalam studio membawakan suatu lakon, serta tetap mempergunakan pakem Arja seperti struktur pemain terdiri dari 12 tokoh yang disesuaikan pula dengan papeson. Radio Republik Indonesia Denpasar sebagai Lembaga Penyiaran Publik, masih eksis menyiarkan kesenian Arja Negak di tengah semakin banyaknya hiburan yang bersifat variatif yang ditawarkan oleh media 2

3 elektronik seperti sinetron di televisi, acara musik di radio swasta dan hiburan lainnya, hal ini mengisyaratkan bahwa kesenian Arja Negak RRI Denpasar masih digemari oleh masyarakat pendengar, dan keampuan grup kesenian Arja Negak dalam merespon selera masyarakat dengan membawakan lakon-lakon yang sarat dengan tutur (nasehat), banyol (humor). Siaran Arja Negak, menjadi mata acara siaran trade mark yaitu mata siaran ciri khasnya RRI Denpasar yang disiarkan setiap hari Minggu pukul sampai dengan pukul Wita. Lakon yang disiarkan dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya Radio Republik Indonesia Denpasar, mengambil salah satu bagian dari cerita Panji (Malat) yaitu Lakon Rareangon. Dalam Lakon Rareangon terdapat pesan-pesan yang disampaikan oleh pemain Arja Negak melalui dialog-dialog yang diucapkan sehingga menunjukan fungsi yang bermanfaat bagi masyarakat penikmatnya. Selain itu dalam Lakon Rareangon terdapat nilai-nilai pendidikan agama Hindu yang disampaikan kepada masyarakat/pemirsa yang bertujuan agar pemirsa dapat mengambil hikmah dalam dari Arja Negak dengan Lakon Rareangon tersebut, sehingga dapat dipakai cerminan atau penuntun dalam mengarungi kehidupan ini. Tokoh Rareangon adalah contoh tokoh yang konsisten menjalankan kebenaran berdasarkan ajaran agama. Walaupun dalam kesehariannya tokoh ini bersama dengan saudaranya yaitu Galuh (Lobangkuri) mendapat perlakuan yang sangat menyakitkan oleh ibu tirinya, tetapi ia tetap konsisten membela kebenaran. Karena hanya dengan perilaku benar, dia akan selamat dari bahaya yang menimpa dirinya walaupun pada awal cerita ini Rarengon dan Lobangkuri mendapat perlakuan yang menyakitkan. Berdasarkan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian untuk mengkaji lebih mendalam tentang kesenian Arja Negak di RRI Denpasar dengan judul Lakon Rareangon Dalam Arja Negak Pada Programa 4 Budaya RRI Denpasar (Perspektif Pendidikan Agama Hindu). 3

4 METODE Secara metodologis penelitian ini dilakukan melalui pendekatan perspektif Pendidikan Agama Hindu dengan metode kualitatif. Penelitian dilakukan di Radio Republik Indonesia Denpasar. Jenis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif yang diperoleh dari sumber data primer dan data skunder. Data diperoleh dari beberapa literatur dan informan yang ditentukan secara purposive sampling berdasarkan pertimbangan permasalahannya. Dalam pengumpulan data di lapangan peneliti menggunakan pedoman wawancara, tape recorder, kamera digital, dan alat tulis. Selanjutnya, teknik yang digunakan dalam dalam pengumpulan data adalah observasi, wawancara, dan studi kepustakaan. Data dianalisis dengan teknik deskritif kualitatif dengan menggunakan teori Wacana, teori Fungsionalisme Struktural, dan teori Nilai, yang hasilnya disajikan secara formal dan informal. HASIL ANALISIS Hasil penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Srtuktur Lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya RRI Denpasar adalah menguraikan tentang sinopsis dari lakon Rareangon, babak lakon Rareangon, babak menurut Panuti Sudjiman (1990:11) mengatakan bahwa babak adalah bagian dalam drama atau lakon. Babak lakon Rareangon terdiri dari tujuh babak. Babak pertama dimulai dengan pertemuan tokoh Galuh atau (Lobangkuri), Inya dan Mantri Manis. Babak kedua menceritakan ketidaksenangan Liku terhadap kedua anak tirinya dan muncul konflik. Babak ketiga memunculkan tokoh Dukuh. Babak keempat memperkenalkan tokoh Mantri Buduh. Babak kelima pertemuan tokoh Mantri Buduh dan Liku yang membicarakan peminangan. Babak keenam menceritakan Mantri Buduh dalam mencari Lobangkuri bertemu dengan Dukuh dan Mantri Manis. Babak ketujuh adalah babak penutup, bertemunya Rareangon dengan Lobangkuri. Adegan lakon Rareangon terdiri dari adegan ngugal, adegan pangipuk, adegan tetangisan, adegan pasiat dan adegan 4

5 pangkat. Tema dari lakon Rareangon adalah kesetiaan dari dua orang bersaudara yang selalu rukun, meskipun ibu kandungnya sudah meninggal. Tokoh dan penokohan merupakan unsur yang paling penting dalam karya naratif. Menurut Nurgiantoro (2007:165) mengatakan bahwa istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, sedangkan penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Tokoh dalam lakon Rareangon adalah terdiri dari tokoh protagonis yaitu Galuh dan Mantri Manis, tokoh antagonis yaitu Liku, tokoh tritagonis yaitu Limbur dan Mantri Werda tokoh pembantu yaitu Inya, Desak Rai, Penasar Kelihan dan Penasar Cenikan. Plot dalam lakon Rareangon terdiri dari paparan mualinya peristiwa, peristiwa yang mengarah pada konflik yang memuncak dan penyelesaian terhadap konflik. Latar atau setting lakon Rareangon, terdiri dari unsur waktu, tempat, dan suasana. Peristiwa dalam cerita ini terjadi dalam waktu yang tidak tentu atau bersifat fleksibel yang berlaku sepanjang masa, dapat menyesuaikan diri dengan waktu kapan saja dan tidak ketinggalan zaman. Tempat dalam lakon Rareangon ini bersifat khayalan. Istana Daha dan Jenggala adalah sebuah nama fiktif yang tidak dikenal dalam faktual oleh masyarakat. Suasana atau situasi dalam lakon Rareangon dari babak pertama sudah tidak kondusif., Galuh dan Mantri Manis dari sejak kecil mendapat perlakuan yang tidak baik dari Ibu tirinya (Liku). Arja merupakan salah satu bentuk kesenian yang menyangkut berbagai elemen seni yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat pendukungnya, termasuk Arja Negak RRI Denpasar. Hal ini disebabkan bahwa kesenian merupakan bagian budaya yang menduduki fungsi penting sekaligus memberi nilai tersendiri dalam kehidupan masyarakat pendukungnya. Menurut Bascom (dalam Dananjaya 1991:19) mengatakan bahwa folklore atau cerita rakyat memiliki empat fungsi yaitu : (1) sebagai cermin atau angan-angan pemiliknya, (2) sebagai pengesah pranata-pranata dan lembaga-lembaga kebudayaan, (3) sebagai alat pendidikan anak-anak, dan (4) sebagai alat pemaksa dan pengawas agar norma-norma masyarakat selalu dipatuhi 5

6 anggota kolektifnya. Fungsi lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya RRI Denpasar terdapat fungsi pendidikan sraddha. Menurut Titib (2001:8), menyatakan bahwa sraddha secara harfiah berarti iman dari umat manusia. Dengan demikian sraddha adalah kepercayaan dalam agama Hindu. Fungsi pendidikan sraddha dalam lakon Rareangon dapat dicermati ketika Penasar Kelihan dalam prolognya menekankan pada tata cara beryajña yang baik, yang dilakukan berdasarkan kempampuan dan keikhlasan. Fungsi ajakan berbuat baik, terdapat dialog yang berisikan nasehat Limbur kepada menantunya yaitu Liku cara mendampingi suami yang berkedudukan sebagai raja dan nasehat cara memelihara dan mendidik anak. Fungsi estetis, terdapat ucapan Inya, yang merasa kagum atas kecantikan dan ketampanan dari Galuh dan Mantri Manis, dan dalam persaudaraan mereka berdua selalu rukun, dan damai, sehingga menjadi panutan di kerajaan Daha. Fungsi pelestarian budaya, terdapat dialog antara Penasar Kelihan dan Penasar Cenikan tentang pelestarian seni Arja khususnya Arja RRI Denpasar, mereka khawatir terhadap kondisi kesenian Arja yang kurang mendapat perhatian dari pemerintah terutama dalam hal penggantian pemain yang sudah menginjak masa pensiun dan pengangkatan pegawai negeri demi mendukung kelanjutan kesenian Arja dan mengajak masyarakat untuk bergabung dengan RRI Denpasar untuk ngayah walaupun mendapat honor sedikit, sebagai wujud pelestarian budaya. Fungsi hiburan menjadi hal yang sangat esensial karena setiap pertunjukan memiliki fungsi menghibur masyarakat. Lakon Rareangon dalam Arja Negak RRI Denpasar fungsi hiburan terdapat dialog lelucon yang diungkap oleh Mantri Werda dalam bentuk tembang pengajum, pengungkapannya dilakukan ketika menyanjung istrinya(liku) yang berlebihan dihadapan Punakawannya, ketika ia dipuji Liku sangat kegirangan seperti kekanak-kanakan, sehingga dapat menghibur pemirsa. Nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu pada lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya RRI Denpasar terdapat nilai estetika yang memancarkan keutuhan atau keseluruhan penampilannya, kecuali seni gerak 6

7 dan seni busana dan rias tidak ditonjolkan karena kesenian ini tidak pentas seperti Arja pada umumnya, meskipun hanya melibatkan dua aspek seni secara utuh yaitu tembang pupuh, tembang sisipan dan non tembang, serta seni musik berupa geguntangan tidak mengurangi keutuhan dari penampilan Arja Negak tersebut, sehingga dengan dua aspek seni tersebut nilai estetika suatu karya seni bisa terwujud. Nilai Tri Hita Karana terdapat dalam dialog antara Penasar Kelihan dan Penasar Cenikan yang lebih cendrung menekankan menjaga hubungan manusia dengan manusia, antara manusia dengan Tuhan. Sedangkan menjaga hubungan dengan alam lingkungan tidak diungkap dalam dialog tersebut. Walaupun demikian, dua kewajiban manusia sebagai bagian dari Tri Hita Karana, yang diungkap di atas merupakan usaha manusia untuk menjaga keseimbangan dunia ini, sebagai upaya untuk menciptakan kedamaian, kedamaian yang bermuara pada kesejahteraan bersama, dan sebagai suatu kesatuan yang dapat membentuk iklim hidup yang harmonis menyukseskan empat tujuan hidup yang disebut dengan Catur Purusa Artha. Nilai Putra Sesana yaitu terdapat dialog antara Ayah (Mantri Werda) dan dua orang anak (Galuh dan Mantri Manis). Prilaku dan kewajiban seorang anak terhadap Ayahnya, ketika kedua anaknya menghadap menyampaikan isi hati dengan penuh santun. Kebahagiaan dan ketenangan hati seorang Ayah terletak pada prilaku anaknya sendiri. Nilai Susila terdapat dalam dialog antara Rareangon dan Dukuh, Rareangon merasa berhutang budi kepada Si Dukuh karena telah menolong dirinya dari kesengsaraan dan mau memungut sebagai anak, dan menyarankan kepada Rareangon kalau mau membayar hutang kepada Si Dukuh yang selama ini dianggap sebagai Ayahnya sendiri atau dikenal dengan istilah Guru Rupaka, maka hutang itu harus dibayar dengan perbuatan yang baik, karena perbuatan yang baik itu adalah merupakan yajña dalam bentuk nonmaterial. Nilai Kepemimpinan, menekankan tentang ajaran kepemimpinan, khususnya kepemimpinan dengan konsep Asta Brata, yaitu delapan pedoman dalam melaksanakan kewajiban bagi seorang pemimpin atau raja. (Mahendra, 2001:27). Dalam nilai kepemimpinan dinyatakan bahwa dua orang abdi atau punakawan menghadap 7

8 kepada Mantri Werda dengan menggunakan tembang berupa kekawin dan menggunakan non tembang atau munyi matah. Kedua abdi atau punakawan ini menanyakan kepada Mantri Werda, bagaimana kewajiban seorang pemimpin atau raja supaya wilayah kerajaan makmur. Mantri Werda menjawab bahwa ajaran kepemimpinan yang disebut Asta Brata agar diperkokoh dan tidak boleh ingkar terhadap sastra yang disebut dengan Sang Hyang Aji. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian Lakon Rareangon dalam Arja Negak pada Programa 4 Budaya Radio Republik Indonesia Denpasar dapat disimpulkan sebagai berikut : 1). Sruktur Lakon Rareangon Dalam Arja Negak Pada Programa 4 RRI Denpasar, terdiri dari sinopsis lakon Rareangon, babak lakon Rareangon yang terdiri dari tujuh babak. Adegan yang terdiri dari adegan ngugal, adegan pangipuk, adegan tetangisan, adegan pasiat, dan adegan pangkat. Analisis struktur formal dalam lakon Rareangon terdiri dari tema, tentang kesetiaan dua orang bersaudara. Selanjutnya tokoh dan penokohan. Tokoh dalam lakon Rareangon terdiri dari tokoh protagonis, antagonis, tritagonis, dan pembantu. Plot dalam lakon Rareangon terdiri dari pemaparan cerita, konfliks dan penyelesaian terhadap konflik. Latar dan setting lakon Rareangon terdiri dari tiga unsur yaitu : waktu, tempat, dan suasana atau situasi, 2). Dramatari Arja merupakan salah satu bentuk kesenian yang menyangkut berbagai elemen seni yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat pendukungnya, termasuk dramatari Arja Negak RRI Denpasar dalam memilih pesan atau amanat yang diwacanakan dalam bentuk dialog menunjukkan fungsi-fungsi yang bermanfaat bagi masyarakat penikmatnya. Fungsi Lakon Rareangon Dalam Arja Negak Pada Programa 4 RRI Denpasar dalam penelitian ini terdiri dari : fungsi pendidikan sraddha, fungsi ajakan berbuat baik, fungsi estetis, fungsi pelestarian budaya, dan fungsi hiburan, 3). Nilai-nilai Pendidikan Agama Hindu pada Lakon Rareangon Dalam Arja Negak Programa 4 RRI Denpasar, yakni mengandung 8

9 nilai estetika, nilai tri hita karana, nilai putra sesana, nilai pendidikan etika dan nilai kepemimpinan dengan konsep Asta Brata. SARAN 1). Kepada Pemerintah Daerah agar senantiasa memperhatikan kesenian dramatari Arja dengan memberikan dukungan moril maupun materiil serta memikirkan kedepan untuk diadakan regenerasi, mengingat sebagian besar penarinya sudah berusia lanjut, sehingga dramatari Arja yang memiliki fungsi dan nilai-nilai luhur bisa hidup kembali untuk memperkaya kesenian tradisional dan mengimbangi pengaruh negatif dari luar yang dibawa oleh arus globalisasi akibat pengaruh kemajuan teknologi dalam berbagai bidang, 2). Kepada tokoh-tokoh pemeran kesenian Arja diharapkan duduk bersama mencari solusi sebagai bentuk inovasi. Inovasi harus dilakukan tetapi jangan keluar dari pakem-pakem pengarjaan karena esensi dramatari Arja, ketika dilahirkan sudah membawa identitasnya sendiri sebagai seni tradisional yang mengutamakan tembang sebagai alat komunikasinya, 3). Kepada lembaga penyiaran publik, khususnya RRI Stasiun Denpasar agar tetap mempertahankan kesenian Arja Negak sebagai model percontohan kepada lembaga penyiaran lainnya terutama penyiaran lembaga lokal untuk menyiarkan kesenian-kesenian tradisional langka yang hampir punah demi kelestarian dan pengembangan budaya Bali. DAFTAR PUSTAKA Anggoro, Toha Metode Penelitian. Jakarta. Universitas Terbuka Arikunto Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. Dananjaya, James Folkor Indonesia : Ilmu Gosip, Dongeng, dan lainlain. Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti Dibia, I Wayan, Geliat Seni Pertunjukan Bali. Denpasar : Buku Arti. Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 9

10 Gulo, Metodologi Penelitian. Jakarta : PT. Rineka Cipta. Hasan, Iqbal, Pokok-Pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Indonesia Gahilia. Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta : Paradigma. Koentajaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta : Gramedia. Moleong J. Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya. Nasution, Metode Research. Jakarta : Bumi Aksara. Nurgiantoro, Burhan Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta. Gadjah Mada University Press. Satori, Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Penerbit Alafabeta Oka Mahendra, Ajaran Hindu Tentang Kepemimpinan, Konsep Negara dan Wiweka. Denpasar, Pustaka Manik Geni. Titib, I Made, Pengantar Veda. Jakarta : Hanuman Sakti. Zuriah Nurul, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. 10

KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA

KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA KRITIK SENI BUSANA LIKU DMA TARI ARJA Oleh Ni NyomanAndra Kristina Susanti Program StudiSeni (S2) ProgramPascasarjanaInstitutSeni Indonesia Denpasar Email: andra.kristina@yahoo.co.id Abstrak Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. cipta yang menggambarkan kejadian-kejadian yang berkembang di masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan karya sastra tidak dapat dilepaskan dari gejolak dan perubahan yang terjadi di masyarakat. Karena itu, sastra merupakan gambaran kehidupan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI. Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Dalam melakukan sebuah penelitian memerlukan adanya kajian pustaka. Kajian pustaka merupakan pedoman terhadap suatu penelitian sekaligus

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TOKOH GALUH DALAM DRAMATRI ARJA DI SANGGAR SENI SIWARATRI DESA KERAMAS BLAHBATUH GIANYAR

ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TOKOH GALUH DALAM DRAMATRI ARJA DI SANGGAR SENI SIWARATRI DESA KERAMAS BLAHBATUH GIANYAR ARTIKEL KARYA SENI PENGEMBANGAN VIDEO PEMBELAJARAN TOKOH GALUH DALAM DRAMATRI ARJA DI SANGGAR SENI SIWARATRI DESA KERAMAS BLAHBATUH GIANYAR Oleh : NI PUTU LETSU PHYARTINI PROGRAM STUDI S-1 TARI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global

Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Menguak Nilai Seni Tradisi Sebagai Inspirasi Penciptaan Seni Pertunjukan Pada Era Global Oleh: Dyah Kustiyanti Tradisi biasanya didefinisikan sebagai cara mewariskan pemikiran, pandangan hidup, kebiasaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra Bali merupakan bagian dari kebudayaan daerah yang merupakan akar dari kebudayaan nasional. Keberadaan karya sastra dapat memperkaya warisan budaya bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam

BAB II KAJIAN TEORI. bagaimana unsur cerita atau peristiwa dihadirkan oleh pengarang sehingga di dalam BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Drama Sebagai Karya Fiksi Sastra sebagai salah satu cabang seni bacaan, tidak hanya cukup dianalisis dari segi kebahasaan, tetapi juga harus melalui studi khusus yang berhubungan

Lebih terperinci

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Ari Rahmawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rahmawatiarie21@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan menggunakan kajian BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Sepanjang pengamatan peneliti, tidak ditemukan penelitian yang membahas nilai-nilai moral terhadap cerita rakyat Deleng Pertektekkendengan

Lebih terperinci

realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman,

realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra menempati posisi penting dalam pembentukan karakteristik kebangsaan, karena sastra memiliki potensi fungsi sosial untuk menumbuhkan nilai dan sikap

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008

DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A. Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 DESKRIPSI KARYA TARI KREASI S O M Y A Dipentaskan pada Festival Nasional Tari Tradisional Indonesia di Jakarta Convention Centre 4-8 Juni 2008 Oleh: I Gede Oka Surya Negara, SST.,MSn JURUSAN SENI TARI

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu dari sekian banyaknya kesenian di Pulau Jawa adalah kesenian wayang kulit purwa. Kesenian wayang kulit purwa hampir terdapat di seluruh Pulau Jawa.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi,

BAB II KAJIAN TEORITIK. menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Teori 1. Nilai Nilai adalah segala sesuatu yang dipentingkan manusia sebagai subjek, menyangkut segala sesuatu yang baik atau buruk sebagai abstraksi, pandangan, atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu perubahan dalam kehidupan sosial, budaya dan gaya hidup yang di sebabkan dari media massa baik media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berkembangnya zaman ke arah modern membuat kepopuleran ludruk sebagai kesenian tradisional Jawa Timur semakin terkikis. Kepopuleran di masa lampau seakan hilang seiring

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI PROSES PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA GONG BAGI SISWA KELAS XII AP 1 SMK PGRI PAYANANG

ARTIKEL KARYA SENI PROSES PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA GONG BAGI SISWA KELAS XII AP 1 SMK PGRI PAYANANG ARTIKEL KARYA SENI PROSES PEMBELAJARAN BERMAIN DRAMA GONG BAGI SISWA KELAS XII AP 1 SMK PGRI PAYANANG Oleh : I KADEK LAMAT PROGRAM STUDI S-1 SENDRATASIK FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi

BAB I PENDAHULUAN. cerdas, sehat, disiplin, dan betanggung jawab, berketrampilan serta. menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi misi dan visi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perwujudan iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu dalam rangka membentuk generasi bangsa yang memiliki karakter dengan kualitas akhlak mulia, kreatif,

Lebih terperinci

INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PELESTARIAN BUDAYA DAERAH MELALUI PERTUNJUKAN KETHOPRAK

INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PELESTARIAN BUDAYA DAERAH MELALUI PERTUNJUKAN KETHOPRAK INTERNALISASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DAN PELESTARIAN BUDAYA DAERAH MELALUI PERTUNJUKAN KETHOPRAK Budi Waluyo, Astiana Ajeng Rahadini, Favorita Kurwidaria, Dewi Pangestu Said 229 SEMNASBAHTERA

Lebih terperinci

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

SKRIP KARYA SENI GERAHING MEDANG KEMULAN

SKRIP KARYA SENI GERAHING MEDANG KEMULAN SKRIP KARYA SENI GERAHING MEDANG KEMULAN OLEH: I Wayan Balik Anto NIM: 201203015 PROGRAM STUDI S-1 SENI PEDALANGAN JURUSAN PEDALANGAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 1 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan berasal dari kata gurit yang berarti gubah, karang, sadur. Geguritan berarti gubahan cerita yang berbentuk tembang atau pupuh (Tim Penyusun Kamus Bali-Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan arus informasi yang menyajikan kebudayaan barat sudah mulai banyak. Sehingga masyarakat pada umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu

BAB I PENDAHULUAN. berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali merupakan salah satu aspek kebudayaan Bali yang hidup dan berkembang mengiringi kebudayaan dari zaman ke zaman.akibat perkembangan itu maka di Bali lahirlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh

1. PENDAHULUAN. pembelajaran sastra berlangsung. Banyak siswa yang mengeluh apabila disuruh 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran sastra di sekolah kini tampak semakin melesu dan kurang diminati oleh siswa. Hal ini terlihat dari respon siswa yang cenderung tidak antusias saat

Lebih terperinci

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR.

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR. PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR. Hj. Yusida Gloriani dan Siti Maemunah Pendidikan Bahasa dan Sastra Inonesia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan, 2000:69). Drama dapat BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1 Drama Kata drama berasal dari bahasa Greek, tegasnya dan kata kerja Dran yang berarti berbuat, to act atau to do (Morris dalam taringan,

Lebih terperinci

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA

MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA DISUSUN OLEH Komang Kembar Dana Disusun oleh : Komang Kembar Dana 1 MODUL PEMBELAJARAN SENI BUDAYA STANDAR KOMPETENSI Mengapresiasi karya seni teater KOMPETENSI DASAR Menunjukan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian analisis struktural dan nilai pendidikan karakter naskah drama Lautan Bernyanyi karya Putu Wijaya, dapat diambil simpulan sebagai

Lebih terperinci

SENI KETOPRAK DI ERA MODERNISASI

SENI KETOPRAK DI ERA MODERNISASI SENI KETOPRAK DI ERA MODERNISASI (Studi Kasus di Lingkungan Balekambang Kodya Surakarta) JURNAL Oleh: EVIE NUR AFIFAH K8410022 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA

TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA DESKRIPSI TARI ADI MERDANGGA SIWA NATA RAJA LINGGA Produksi ISI Denpasar pada Pembukaan Pesta Kesenian Bali XXXI di Depan Banjar Kayumas Denpasar Tahun 2009 OLEH : I Gede Oka Surya Negara,SST.,M.Sn INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bumi merupakan tempat tinggal seluruh makhluk di dunia. Makhluk hidup di bumi memiliki berbagai macam bentuk dan jenis yang dipengaruhi oleh tempat tinggal masing-masing

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN PESTA KESENIAN BALI KE-35 DI ART CENTRE, ARDHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional daerah dengan kekhasannya masing-masing senantiasa mengungkapkan alam pikiran dan kehidupan kultural daerah yang bersangkutan. Adanya berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI SMA

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI SMA ANALISIS NILAI MORAL NOVEL SURGA YANG TAK DIRINDUKAN KARYA ASMA NADIA DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Dwi Widiasih Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Negara Indonesia kaya akan ragam suku sehingga dari keberagaman tersebut lahirlah banyak kesenian tradisi yang bersifat unik dan khas. Poerwadarminta (2001,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BHISMA DEWABHARATA (BABAK I)

BHISMA DEWABHARATA (BABAK I) DESKRIPSI KARYA TARI ORATORIUM BHISMA DEWABHARATA (BABAK I) Oleh : I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn. Produksi ISI Denpasar dipergelarkan dalam rangka Pembukaan Pesta Kesenian Bali ke 33 Di Art Centre

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan umat manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan nonmaterial. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier. Sedangkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan

1) Nilai Religius. Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan. Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Nilai Nilai Gamelan Semara Pagulingan Banjar Teges Kanginan Kiriman I Ketut Partha, SSKar., M. Si., dosen PS Seni Karawitan Realisasi pelestarian nilai-nilai tradisi dalam berkesenian, bersinergi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL HADIAH KECIL DARI TUHAN KARYA ADI RUSTANDI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL NOVEL HADIAH KECIL DARI TUHAN KARYA ADI RUSTANDI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL NOVEL HADIAH KECIL DARI TUHAN KARYA ADI RUSTANDI DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ika Chandra Deviana Program Studi Pendidikan Bahasa Dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang dipentaskan dihadapan penonton. Jika melihat drama berati kita melihat kejadian yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayang orang atau wayang wong dalam bahasa Jawa-nya yang mementaskan cerita tentang Ramayana dan Mahabarata yang dimainkan oleh aktor dengan memerankan tokoh

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA

ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA ANALISIS NILAI PENDIDIKAN TOKOH UTAMA NOVELTAK SEMPURNAKARYA FAHD DJIBRAN BONDAN PRAKOSO DAN FADE2BLACK DAN SKENARIO PEMBELAJARANSASTRA DI SMA Oleh: Tati Mulyani Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI. Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA

ARTIKEL KARYA SENI. Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA ARTIKEL KARYA SENI PENERAPAN METODE PRAKTIKUM BERDRAMA I JAYA PRANA DAN NI LAYON SARI UNTUK MENGGALI POTENSI SISWA BERMAIN DRAMA DI SMP NEGERI 1 SUKAWATI GIANYAR Oleh : NI WAYAN PHIA WIDIARI EKA TANA PROGRAM

Lebih terperinci

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA

DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA DESKRIPSI SENDRATARI KOLOSAL BIMA SWARGA Oleh : I Gede Oka Surya Negara, SST.,M.Sn. JURUSAN SENI TARI FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2009 KATA PENGANTAR Berkat rahmat Tuhan

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA

ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA ANALISIS NILAI MORAL DALAM NOVEL 5 CM KARYA DONNY DHIRGANTORO DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Ady Wicaksono Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Adywicaksono77@yahoo.com Abstrak: Tujuan

Lebih terperinci

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. a. Upaya pemertahanan bahasa Bali dalam keluarga. Hal ini tampak dalam situasi 126 BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan Tulisan ini dapat disimpulkan sebagai berikut. 1). Upaya-upaya pemertahanan bahasa Bali dalam masyarakat multikultural di Kota Denpasar adalah sebagai berikut.

Lebih terperinci

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA

NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL SANG PEMIMPI KARYA ANDREA HIRATA DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMSA Oleh: Intani Nurkasanah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah seni yang banyak memanfaatkan simbol atau tanda untuk mengungkapkan dunia bawah sadar agar kelihatan nyata dan lebih jelas, pengarang menggunakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Nilai Moral Menurut Suseno (1987: 19) kata moral selalu mengacu pada baik-buruknya manusia sebagai manusia. Pengertian moral tidak hanya mengacu pada baik buruknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. jenis kelamin, pendidikan, maupun status sosial seseorang. Untuk mendukung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, siaran televisi dipandang sebagai salah satu media informasi dan hiburan yang memiliki banyak sekali penonton, tanpa mengenal batas usia, jenis kelamin,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni 147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni tradisional wayang kulit purwa di Kabupaten Tegal, maka terdapat empat hal yang ingin penulis

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK GERAK TARI KREASI GEUNTA PADA SANGGAR SEULAWEUET

ANALISIS BENTUK GERAK TARI KREASI GEUNTA PADA SANGGAR SEULAWEUET ANALISIS BENTUK GERAK TARI KREASI GEUNTA PADA SANGGAR SEULAWEUET Rina Syafriana 1*, Tri Supadmi 1, Aida Fitri 1 1 Program Studi Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai

Lebih terperinci

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk BAB I Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk 1.1 Bagaimana Kabar Seni Pertunjukan Dulmuluk Dewasa Ini? Seni adalah bagian dari kebudayaan. Sebagai bagian dari kebudayaan, sebagai perwujudan keberakalan manusia,

Lebih terperinci

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK

NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY. Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK NILAI NILAI DIDAKTIS DALAM NOVEL CINTA SUCI ZAHRANA KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY Oleh : Rice Sepniyantika ABSTRAK Penelitian ini mengambil novel Cinta Suci Zahrana karya Habiburrahman El Shirazy sebagai

Lebih terperinci

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH Oleh: Neni Puji Nur Rahmawati Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat Karungut adalah sebuah kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara garis besar perkembangan seni pertunjukan Indonesia tradisional sangat dipengaruhi oleh adanya budaya yang datang dari luar. Hal itu menjadikan kesenian tradisional

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan pada hasil temuan penelitian dan analisis data mengenai struktur, pandangan dunia pengarang, struktur sosial pengarang, nilai edukatif, dan

Lebih terperinci

Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan drama.

Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan drama. Menulis Kreatif Naskah Drama Kelas VII Kompetensi Kompetensi Dasar : Indikator: Menulis kreatif naskah drama satu babak dengan memperhatikan kaidah penulisan drama. Membedakan dua jenis drama Menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Geguritan merupakan salah satu karya sastra Bali tradisional yang masih hidup dan berkembang cukup baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan para pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas.

BAB I PENDAHULUAN. pukul 09:00 WIB untuk menanyakan kendala atau hambatan pada saat. pembelajaran Mendengarkan Pementasan Drama di dalam kelas. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di SMA Negeri 2 Batu, pembelajaran sastra masih kurang maksimal untuk mengapresiasi pementasan drama. Hal ini terjadi karena dengan metode memutarkan video

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. semua peristiwa itu aktivitas menyimak terjadi. Dalam mengikuti pendidikan. peristiwa ini keterampilan menyimak mutlak diperlukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dihadapkan dengan berbagai kesibukan menyimak. Dialog di keluarga, baik antara anak dan orang tua, antara orang tua, antar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Penelitian ini memuat tentang hasil hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus

BAB V PENUTUP. kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari uraian skripsi yang telah penulis bahas tersebut maka dapat diambil kesimpulan untuk mengingatkan kembali hal-hal yang penting dan sekaligus menjadi inti sari daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus bangsa. Di pundaknya teremban amanat guna melangsungkan cita-cita luhur bangsa. Oleh karena itu, penyiapan kader bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam sepanjang hidupnya hampir-hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan

Lebih terperinci

ARTIKEL KARYA SENI RINDUKU

ARTIKEL KARYA SENI RINDUKU ARTIKEL KARYA SENI RINDUKU Oleh : I MADE YOGA GIRI PROGRAM STUDI S-1 PEDALANGAN FAKULTAS SENI PERTUNJUKAN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2016 Judul Penelitian: Struktur Dramatik Lakon Maling Sakti Dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan

BAB II LANDASAN TEORI. Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Yang Relevan Sebelumnya Peneliti mengambil penelitian dengan judul Resepsi mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Terhadap pentas drama Drakula intelek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang ditandai dengan munculnya kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat membuat kehidupan manusia menjadi serba mudah. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya.

BAB 2 DATA DAN ANALISIS Perang Wanara dan Raksasa. satu ksatria yang sangat ditakuti oleh lawannya. BAB 2 DATA DAN ANALISIS 2.1. Legenda Hanoman 2.1.1 Perang Wanara dan Raksasa Setelah lakon Hanoman Obong. Hanoman kembali bersama Sri Rama dan Laskmana beserta ribuan pasukan wanara untuk menyerang Alengka

Lebih terperinci

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN ENCEP KUSUMAH MENU UTAMA PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN UNSUR PROSA FIKSI CERPEN NOVELET NOVEL GENRE SASTRA SASTRA nonimajinatif Puisi - esai - kritik - biografi - otobiografi - sejarah - memoar - catatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbahasa adalah kebutuhan utama bagi setiap individu dalam kehidupan. Bahasa pada dasarnya dapat digunakan untuk menyampaikan maksud yang ada di dalam pikiran kita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerita tidak hanya sekedar hiburan melainkan merupakan suatu cara yang dipandang cukup efektif digunakan dalam mencapai target pendidikan. Oleh karena itu melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cerita rakyat adalah salah satu budaya Indonesia yang menambah keragaman budaya di negeri kita dan patut dilestarikan. Setiap daerah di Indonesia pada umumnya mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA

ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA ARTIKEL E-JOURNAL SYARIFAH RAHMAWATI NIM. 080320717216 JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka berfungsi untuk mengetahui faktor-faktor original atau keaslian suatu penelitian. Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Surabaya merupakan salah satu kota tua di Indonesia. Bukti sejarah menunjukan bahwa Surabaya sudah ada jauh sebelum orang orang Eropa datang ke Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yulia Afrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yulia Afrianti, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Aktivitas manusia sepanjang sejarah mencakup berbagai macam kegiatan,di antaranya adalah seni yang di dalamnya termasuk seni tari. Batasan seni tari sudah

Lebih terperinci

PROFESIONALITAS GURU AGAMA HINDU DALAM MENINGKATKAN KARAKTER SISWA DI SD GUGUS6 KECAMATAN KERAMBITAN, KABUPATEN TABANAN.

PROFESIONALITAS GURU AGAMA HINDU DALAM MENINGKATKAN KARAKTER SISWA DI SD GUGUS6 KECAMATAN KERAMBITAN, KABUPATEN TABANAN. PROFESIONALITAS GURU AGAMA HINDU DALAM MENINGKATKAN KARAKTER SISWA DI SD GUGUS6 KECAMATAN KERAMBITAN, KABUPATEN TABANAN. Oleh ; Ni Komang Murniati Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar ABSTRAK Pada kenyataannya

Lebih terperinci

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA.

NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. NILAI-NILAI PENDIDIKAN NOVEL RANAH 3 WARNA KARYA AHMAD FUADI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA. Oleh : Gilang Ratnasari Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP-Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkembangnya era globalisasi berdampak pada tatanan persaingan kehidupan tingkat tinggi sehingga menuntut sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisai ini, media merupakan suatu alat yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia. Kebutuhan akan informasi dan hiburan secara instan menjadi salah satu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Hovland, komunikasi merupakan proses di mana individu menyampaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Hovland, komunikasi merupakan proses di mana individu menyampaikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan tindakan yang setiap hari dilakukan oleh individu. Menurut Hovland, komunikasi merupakan proses di mana individu menyampaikan pesan, dan

Lebih terperinci

BAB III METODE, TEKNIK, DAN INSTRUMEN PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifanalisis.

BAB III METODE, TEKNIK, DAN INSTRUMEN PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifanalisis. BAB III METODE, TEKNIK, DAN INSTRUMEN PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifanalisis. Pendeskripsian data dilakukan dengan cara menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Media massa berperan sebagai sumber rujukan di bidang pendidikan dan penyebaran informasi yang cepat. Dalam hal ini, media dapat meningkatkan tingkat pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan panca inderanya yaitu

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di Kabupaten Bintan Tahun 1980-2007 diketahui bahwa kesenian Mak Yong merupakan seni pertunjukan

Lebih terperinci