UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD) GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 JULI 22 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANI HAIFA PUTRI, S. Far ANGKATAN LXXIX FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2015

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD) GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 JULI 22 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker HANI HAIFA PUTRI, S. Far ANGKATAN LXXIX FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2015 ii

3 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS Karya ilmiah ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar Nama : Hani Haifa Putri, S. Far. NPM : Tanda Tangan : Tanggal : 6 Januari 2015 iii

4 iv

5 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, alhamdulillah atas rahmat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan program Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad yang telah dilaksanakan pada tanggal 7 Juli - 22 Agustus 2014, serta dapat menyelesaikan laporan tugas umum ini dengan tepat waktu. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menempuh ujian akhir apoteker pada Fakultas Farmasi Unversitas Indonesia. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Drs. Wawan Kusdiawan, Apt selaku pembimbing selama PKPA di RSPAD Gatot Soebroto atas ilmu-ilmu yang telah diberikan; 2. Ibu Santi Purna Sari, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu dan pikiran untuk membimbing penulis 3. Kolonel (CKM), Drs. Hidayatul Rachman, M.Si., Apt selaku kepala Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto; 4. Ibu Dra. Renni Septini, MARS., Apt selaku koordinator diklat yang telah memberikan arahan dan bimbingan. 5. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi UI; 6. Bapak Drs.Hayun, M.Si.,Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI; 7. Seluruh staf medis maupun non-medis RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad atas bantuannya selama PKPA; 8. Seluruh staf pengajar dan staf administrasi di Fakultas Farmasi UI atas segala ilmu pengetahuan yang penulis dapatkan selama penulis menempuh pendidikan ini; 9. Keluarga dan orang-orang terdekat penulis, atas segala bentuk dukungan, perhatian, kasih sayang, serta doa tiada henti yang diberikan kepada penulis; v

6 10. Seluruh rekan sesama Apoteker Angkatan 79 Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas dukungan, semangat, dan persahabatan yang telah terjalin selama menempuh pendidikan di program Profesi Apoteker. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Depok, Januari 2015 Penulis vi

7 HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Sebagai civitas akademik, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Hani Haifa Putri NPM : Program Studi : Profesi Apoteker Fakultas : Farmasi Jenis Karya : Laporan Praktik Kerja Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Nonexclusive Royalty Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul : LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD) GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 JULI 22 AGUSTUS 2014 Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini, berhak menyimpan, mengalih media / memformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Depok Pada tanggal : 6 Januari 2015 Yang menyatakan, (Hani Haifa Putri, S. Far) vii

8 ABSTRAK Nama : Hani Haifa Putri, S. Far. Program studi : Profesi Apoteker Judul : Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker Di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad Periode 7 Juli 22 Agustus 2014 Konsep kesatuan upaya kesehatan menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Instalasi farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu fasilitas Rumah Sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yaitu pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat traditional. Apoteker di rumah sakit memiliki peran dalam manajemen pengelolaan perbekalan farmasi dan farmasi klinis. Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad Periode 7 Juli 22 Agustus 2014 bertujuan untuk mengetahui secara langsung peranan farmasis di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, mengetahui peran apoteker dalam kegiatan manajemen farmasi di rumah sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku di dalam sistem pelayanan kesehatan dan mengetahui peran apoteker dalam kegiatan farmasi klinik di rumah sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku di dalam sistem pelayanan kesehatan. Sedangkan tujuan dari tugas khusus adalah melakukan pemantauan terapi obat pada pasien stroke hemoragik serta memahami tujuan dan parameter terapi. Kata kunci : Praktik Kerja Profesi Apoteker, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, IFRS,pemantauan terapi obat, pasien stroke hemoragik Tugas Umum : xii + 75 halaman : 11 lampiran Tugas Khusus : iv + 41 halaman : 14 tabel : 5 gambar Daftar Acuan Tugas Umum : 7 ( ) Daftar Acuan Tugas Khusus : 15 ( ) viii

9 ABSTRACT Name Program Title : Hani Haifa Putri, S.Far : Pharmacy Internship : A Report on a Pharmacy Internship in Gatot Soebroto Army Hospital for the Period July 7 th August 22 nd 2014 The concept of the unity in health care effort is the guide and handbook used in all health facilities in Indonesia, including the hospital. The hospital which is one of health facilities is the referral health service with the primary function conducting the health care such as healing and recovery for the patients. Hospital Pharmacy is one of the hospital facilities, the venue for all pharmaceutical services, such as pharmaceutical products quality control, security, procurement, storage, and distribution, and also drug, drug material, and traditional medicine development. Pharmacist in the hospital has a role in the pharmaceutical management and clinical pharmacy. The aim of the pharmacy internship in Gatot Subroto Army Hospital for the period July 7 th August 22 nd 2014 was to determine directly the role of pharmacists in the hospital pharmacy in carrying out their duty and responsibility, determine the role of pharmacist in the pharmaceutical management activities in accordance with applicable provisions in the health care system. While the purpose of the specific assignment was to monitor drug therapy of patients with hemorrhagic stroke and understand the purpose and parameters of therapy. Key Words : Pharmacy Internship, Gatot Subroto Army Hospital, Hospital Pharmacy, Drug Therapy Monitoring, Hemorrhagic Stroke General Assignment : xii + 75 pages : 11 attachments Specific Assignment : iv + 41 pages : 14 tables : 5 images General Assignment references : 7 ( ) Specific Assignment references : 15 ( ) ix

10 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... ii HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS...iii HALAMAN PENGESAHAN... iv KATA PENGANTAR... v HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii ABSTRAK...viii ABSTRACT... ix DAFTAR ISI... x DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN UMUM Rumah Sakit Definisi Rumah Sakit Tugas dan Fungsi Jenis dan Klasifikasi Struktur Organisasi Rumah Sakit Ketenagaan Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Sumber Daya Manusia Tim Farmasi dan Terapi (TFT) Formularium Rumah Sakit Peranan Apoteker Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan BMHP Pelayanan Farmasi Klinik BAB 3 TINJAUAN KHUSUS Sejarah RSPAD Gatot Soebroto Profil RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Visi, Misi, dan Tugas Fungsi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Visi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Misi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Tugas dan Fungsi RSPAD Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Komite Medik RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Komite Riset Gatot Soebroto Ditkesad Komite Farmasi dan Terapi Gatot Soebroto Ditkesad Direktorat Pembinaan Penunjang Medik Gatot Soebroto Direktorat Pembinaan Pelayanan Medik Gatot Soebroto x

11 3.4.6 Unit Lain yang Berkaita dengan Pekerjaan Kefarmasian Instalasi Farmasi Rumah Sakit Gatot Soebroto Ditkesad Visi dan Misi Instalasi Farmasi RSPAD Tujuan Instalasi RSPAD Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSPAD BAB 4 URAIAN HASIL KEGIATAN Unit Pelayanan Farmasi Rawat Inap Depo Farmasi Rawat Mondok Depo Farmasi Perawatan Umum Depo Farmasi Kedokteran Militer Depo ICU Depo Instalasi Kamar Operasi Depo Gawat Darurat Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Apotek Rawat Jalan Apotek PKM IV Rendal Ada Bekkes dan Alkes Gudang Farmasi Gas Medik Haralkes Produksi Produksi Non-steril Produksi Steril BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR ACUAN xi

12 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Lampiran 3. Formulir Permintaan Khusus Obat Non Formularium Lampiran 4. Formulir Pengkajian Resep RSPAD Gatot Soebroto Lampiran 5. Alur Pengadaan Perbekalan Kesehatan Dana PNBP Yanmasum Lampiran 6. Daftar Permintaan Obat Lampiran 7. Gudang Lampiran 8. Gas Medik Lampiran 9. Alur Pemeliharaan Alat Kesehatan Lampiran 10. Alur Penarikan/ Pengembalian Alat Medik Lampiran 11. Lembar Pelayanan Pencampuran Obat Kanker xii

13 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UU No. 36 Tentang Kesehatan, 2009). Pelayanan kesehatan merupakan hak setiap orang yang harus diwujudkan dengan upaya peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya (UU No. 44 Tentang Rumah Sakit, 2009). Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya pada mulanya berupa upaya penyembuhan penyakit, kemudian secara berangsurangsur berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan mengikutsertakan masyarakat secara luas yang mencakup upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang bersifat menyeluruh terpadu dan berkesinambungan (UU No. 36 Tentang Kesehatan, 2009). Konsep kesatuan upaya kesehatan menjadi pedoman dan pegangan bagi semua fasilitas kesehatan di Indonesia termasuk rumah sakit. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan, merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Instalasi farmasi Rumah Sakit merupakan salah satu fasilitas Rumah Sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yaitu pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat serta pengembangan obat, bahan obat dan obat traditional. Perkembangan dan adanya tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang komprehensif dapat menjadi peluang sekaligus merupakan tantangan bagi Apoteker untuk meningkatkan kompetensinya. Apoteker yang bekerja di Rumah Sakit dituntut untuk merealisasikan perluasan paradigma Pelayanan Kefarmasian dari orientasi produk menjadi orientasi pasien untuk itu kompetensi Apoteker perlu ditingkatkan secara kontinu agar perubahan 1

14 2 paradigma tersebut dapat diimplementasikan (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014) Mengingat begitu besarnya tanggung jawab yang harus dilakukan oleh apoteker di rumah sakit, maka tidak cukup hanya pembelajaran melalui teori di bangku perkuliahan, tetapi juga harus melaksanakan praktek secara langsung di lapangan. Oleh karena itu, Fakultas Farmasi menyelenggarakan program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi mahasiswa Program Pendidikan Apoteker yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Pusat Anggkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad yang berlangsung selama 6 minggu. Dengan kegiatan PKPA tersebut diharapkan mahasiswa calon Apoteker dapat mempersiapkan diri dengan mencari pengalaman dan memperdalam pengetahuan di lapangan khususnya rumah sakit sebelum menjalankan tugas dan tanggung jawabnya di rumah sakit. 1.2 Tujuan Tujuan dilakukan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad adalah agar calon Apoteker dapat: 1. Mengetahui secara langsung peranan farmasis di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. 2. Mengetahui peran apoteker dalam kegiatan manajemen farmasi di rumah sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku di dalam sistem pelayanan kesehatan. 3. Mengetahui peran apoteker dalam kegiatan farmasi klinik di rumah sakit sesuai dengan ketentuan yang berlaku di dalam sistem pelayanan kesehatan.

15 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Rumah Sakit Definisi Rumah sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yangharus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat (UU No. 44 tentang Rumah Sakit, 2009) Tugas dan Fungsi Tugas Rumah Sakit Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yaitu pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative (UU No. 44 tentang Rumah Sakit, 2009) Fungsi Rumah Sakit Untuk menjalankan tugas, Rumah Sakit mempunyai fungsi: a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (UU No. 44 tentang Rumah Sakit, 2009). 3

16 Jenis dan Klasifikasi Rumah Sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya (UU No. 44 tentang Rumah Sakit, 2009) Berdasarkan jenis pelayanan Rumah Sakit dikategorikan dalam Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Sedangkan Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya (UU No. 44 tentang Rumah Sakit, 2009). Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit (UU No. 44 tentang Rumah Sakit, 2009). Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri atas : a. Rumah Sakit umum kelas A Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medik, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis. b. Rumah Sakit umum kelas B Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medik, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar. c. Rumah Sakit umum kelas C Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medik. d. Rumah Sakit umum kelas D Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.

17 5 Klasifikasi Rumah Sakit khusus terdiri atas : a. Rumah Sakit khusus kelas A Rumah Sakit Khusus kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap. b. Rumah Sakit khusus kelas B Rumah Sakit Khusus kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas. c. Rumah Sakit khusus kelas C Rumah Sakit Khusus kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang minimal (Permenkes No. 340 tentang Klasifikasi Rumah Sakit, 2010) Berdasarkan pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit publik dan Rumah Sakit privat. Rumah Sakit publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit privat. Rumah Sakit privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero (UU No. 44 tentang Rumah Sakit, 2009) Struktur Organisasi Rumah Sakit Setiap Rumah Sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien dan akuntabel. Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.

18 6 Kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang Rumah Sakit. Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi Kepala Rumah Sakit (UU No. 44 tentang Rumah Sakit, 2009) Ketenagaan Rumah Sakit Rumah Sakit harus memiliki tenaga tetap yang meliputi tenaga medis dan penunjang medis, tenaga keperawatan, tenaga kefarmasian, tenaga manajemen Rumah Sakit, dan tenaga nonkesehatan. Jumlah dan jenis sumber daya manusia Rumah Sakit harus sesuai dengan jenis dan klasifikasi Rumah Sakit (UU No. 44 tentang Rumah Sakit, 2009). 2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian / unit / divisi / fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri. Berdasarkan definisi tersebut maka Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan bertanggungjawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian. Pada IFRS, pelayanan kefarmasian terdiri dari pelayanan paripurna yang mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan farmasi, penyiapan obat berdasarkan resep bagi pasien rawat inap dan rawat jalan, pengendalian mutu, distribusi dan penggunaan seluruh perbekalan farmasi di rumah sakit. Pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis mencakup pelayanan langsung pada pasien dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan (Siregar & Amalia, 2004) Tugas dan Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Tugas Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit Berdasarkan Permenkes No. 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, meliputi:

19 7 a. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan Pelayanan Kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai prosedur dan etik profesi; b. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu dan efisien; Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko; c. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi dan Informasi (KIE) serta memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat dan pasien; d. Berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi; e. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan Kefarmasian; f. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium Rumah Sakit Fungsi Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi: 1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai a. Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit; b. Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai secara efektif, efisien dan optimal; c. Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku; d. Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit; e. Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku; f. Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian;

20 8 g. Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit; h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu; i. Melaksanakan pelayanan Obat unit dose /dosis sehari; j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah memungkinkan); k. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; l. Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan; m. Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; n. Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. 2. Pelayanan farmasi klinik a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan Resep atau permintaan Obat; b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan Obat; c. Melaksanakan rekonsiliasi Obat; d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan Obat baik berdasarkan Resep maupun Obat non Resep kepada pasien/keluarga pasien; e. Mengidentifikasi, mencegah dan mengatasi masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai; f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain; g. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya; h. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO) 1) Pemantauan efek terapi Obat; 2) Pemantauan efek samping Obat; 3) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD). i. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO); j. Melaksanakan dispensing sediaan steril 1) Melakukan pencampuran Obat suntik 2) Menyiapkan nutrisi parenteral

21 9 3) Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik 4) Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil k. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan lain, pasien/keluarga, masyarakat dan institusi di luar Rumah Sakit; l. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi harus memiliki Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian yang sesuai dengan beban kerja dan petugas penunjang lain agar tercapai sasaran dan tujuan Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Ketersediaan jumlah tenaga Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian di Rumah Sakit dipenuhi sesuai dengan ketentuan klasifikasi dan perizinan Rumah Sakit yang ditetapkan oleh Menteri. Uraian tugas tertulis dari masing-masing staf Instalasi Farmasi harus ada dan sebaiknya dilakukan peninjauan kembali paling sedikit setiap tiga tahun sesuai kebijakan dan prosedur di Instalasi Farmasi Rumah Sakit. 1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia (SDM) Berdasarkan pekerjaan yang dilakukan, kualifikasi SDM Instalasi Farmasi diklasifikasikan sebagai berikut: a. Untuk pekerjaan kefarmasian terdiri dari: 1) Apoteker 2) Tenaga Teknis Kefarmasian b. Untuk pekerjaan penunjang terdiri dari: 1) Operator Komputer/Teknisi yang memahami kefarmasian 2) Tenaga Administrasi 3) Pekarya/Pembantu pelaksana Untuk menghasilkan mutu pelayanan yang baik dan aman, maka dalam penentuan kebutuhan tenaga harus mempertimbangkan kompetensi yang disesuaikan dengan jenis pelayanan, tugas, fungsi, wewenang dan tanggung jawabnya. 2. Persyaratan SDM Pelayanan Kefarmasian harus dilakukan oleh Apoteker dan Tenaga Teknis Kefarmasian. Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan Pelayanan Kefarmasian harus di bawah supervisi Apoteker. Apoteker dan Tenaga Teknis

22 10 Kefarmasian harus memenuhi persyaratan administrasi seperti yang telah ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014). 2.3 Tim Farmasi dan Terapi (TFT) Dalam pengorganisasian Rumah Sakit dibentuk Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan Obat di Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, Apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan. TFT harus dapat membina hubungan kerja dengan komite lain di dalam Rumah Sakit yang berhubungan/berkaitan dengan penggunaan Obat. Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang Apoteker, apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah Apoteker, namun apabila diketuai oleh Apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter. TFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk Rumah Sakit besar rapat diadakan sekali dalam satu bulan. Rapat TFT dapat mengundang pakar dari dalam maupun dari luar Rumah Sakit yang dapat memberikan masukan bagi pengelolaan TFT, memiliki pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang bermanfaat bagi TFT (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014). TFT mempunyai tugas: a. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan Obat di Rumah Sakit; b. Melakukan seleksi dan evaluasi Obat yang akan masuk dalam formularium Rumah Sakit; c. Mengembangkan standar terapi; d. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan Obat; e. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan Obat yang rasional; f. Mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki; g. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error; h. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan Obat di Rumah Sakit

23 Formularium Rumah Sakit Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi Obat, dan penyedia Obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit. Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan Obat agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014). 2.5 Peranan Apoteker Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku serta memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014) Pemilihan Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan: (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014). a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi

24 12 b. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah ditetapkan c. Pola penyakit d. Efektifitas dan keamanan e. Pengobatan berbasis bukti f. Mutu g. Harga h. Ketersediaan di pasaran Perencanaan Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan Obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014). Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan: a. Anggaran yang tersedia; b. Penetapan prioritas; c. Sisa persediaan; d. Data pemakaian periode yang lalu; e. Waktu tunggu pemesanan; dan f. Rencana pengembangan Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi

25 13 kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014).Pengadaan dapat dilakukan melalui: a. Pembelian Untuk Rumah Sakit pemerintah pembelian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku. b. Produksi Sediaan Farmasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi sediaan tertentu apabila: 1) Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran; 2) Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri; 3) Sediaan Farmasi dengan formula khusus; 4) Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking; 5) Sediaan Farmasi untuk penelitian; dan 6) Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru (recenter paratus). c. Sumbangan/Dropping/Hibah Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap penerimaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sumbangan/dropping/ hibah. Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit untuk mengembalikan/menolak sumbangan/dropping/hibah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien Rumah Sakit Penerimaan Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi atau sumbangan (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014) Penyimpanan Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan

26 14 penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan Obat (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014) Pendistribusian Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014). Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara: a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock) 1) Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi. 2) Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan. 3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan.

27 15 4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan. 5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan interaksi Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock. b. Sistem Resep Perorangan Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi. c. Sistem Unit Dosis Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap. d. Sistem Kombinasi Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bila: produk tidak memenuhi persyaratan mutu; telah kadaluarsa; tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan; dan dicabut izin edarnya (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014) Pengendalian Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit.

28 16 Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah: a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving); b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan berturut-turut (death stock); c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala Pelayanan Farmasi Klinis Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena Obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014) Pengkajian pelayanan dan resep Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat (medication error). Tujuan pengkajian pelayanan dan resep untuk menganalisa adanya masalah terkait obat; bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Kegiatan yang dilakukan yaitu apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014). Persyaratan administrasi meliputi: 1. Nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan serta tinggi badan pasien 2. Nama, nomor ijin, alamat, dan paraf dokter 3. Tanggal resep 4. Ruangan/unit asal resep Persyaratan farmasetik meliputi: 1. Nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan 2. Dosis dan jumlah obat

29 17 3. Stabilitas 4. Aturan dan cara penggunaan Persyaratan klinis meliputi: 1. Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat 2. Duplikasi pengobatan 3. Alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (rotd) 4. Kontraindikasi 5. Interaksi obat Penelusuran riwayat penggunaan obat Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014) Rekonsiliasi Obat Rekonsiliasi Obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan Obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan Obat (medication error) seperti Obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis atau interaksi Obat. Kesalahan Obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014) Pelayanan lnformasi obat (PIO) PIO adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014). Tujuan PIO : 1. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit

30 18 2. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan obat/perbekalan farmasi, terutama bagi komite/sub komite farmasi dan terapi 3. Menunjang penggunaan obat yang rasional Konseling Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan pasien/keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga pasien mengeksplorasikan diri dan membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga pasien/keluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasi. Tujuan umum konseling adalah meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi, meminimalkan resiko efek samping, meningkatkan cost effectiveness dan menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014). Tujuan khusus dari konseling adalah: a. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dan pasien b. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien c. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat d. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat dengan penyakitnya e. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan f. Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat g. Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi h. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan i. Membimbing dan membina pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien Kegiatan yang dilakukan dalam konseling meliputi: a. Membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien b. Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui three prime questions c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat

31 19 d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan obat e. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien f. Dokumentasi Faktor yang perlu diperhatikan: 1. Kriteria pasien a) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan ginjal, ibu hamil dan menyusui) b) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (tb, dm, epilepsi, dll) c) Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off) d) Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin) e) Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi) f) Pasien yang memiliki riwayat kepatuhan rendah 2. Sarana dan prasarana a) ruangan atau tempat konseling b) alat bantu konseling (kartu pasien/catatan konseling) Visite Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit atas permintaan pasien yang biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care). Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medis atau sumber lain (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014).

32 Pemantauan Terapi Obat (PTO) Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi Obat yang aman, efektif dan rasional bagi pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD) (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014). Kegiatan dalam PTO meliputi: a. Pengkajian pemilihan Obat, dosis, cara pemberian Obat, respons terapi, Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD); b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait Obat; dan c. Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi Obat Monitoring efek samping obat (MESO) MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respons terhadap obat yang tidak dikehendaki (ROTD) yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa, dan terapi. Efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014).Tujuan: a. Menemukan efek samping obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang b. Menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat d. Meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki e. Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki Kegiatan pemantauan dan pelaporan efek samping obat (ESO): a. Mendeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) b. Mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami ESO c. Mengevaluasi laporan ESO d. Mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di komite/sub komite farmasi dan terapi

33 21 e. Melaporkan ke pusat monitoring efek samping obat nasional Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan Obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif. Tujuan EPO yaitu: mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan Obat; membandingkan pola penggunaan Obat pada periode waktu tertentu; memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan Obat; dan menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan Obat (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014) Dispensing Sediaan Steril Dispensing sediaan khusus steril dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit dengan tekhnik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Tujuan dilakukan dispensing sediaan khusus adalah untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk, melindungi petugas dari paparan zat berbahaya, dan menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014). Kegiatan dispensing sediaan steril meliputi: a. Pencampuran obat suntik Pencampuran obat steril dilakukan sesuai kebutuhan pasien yang menjamin kompatibilitas dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan. Kegiatan yang dilakukan meliputi mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus, melarutkan sediaan intravena bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai, dan mengemas mejadi sediaan siap pakai. b. Penyiapan nutrisi parenteral Kegiatan pencampuran nutrisi parenteral dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai. Kegiatan yang dilakukan meliputi mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk kebutuhan perorangan, dan mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi.

34 22 c. Penanganan sediaan sitotoksik Penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun pemberian kepada pasien sampai kepada pembuangan limbahnya. Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai. Kegiatan: a. Melakukan perhitungan dosis secara akurat b. Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai c. Mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan d. Mengemas dalam pengemas tertentu e. Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi hasil pemeriksaan kadar Obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari Apoteker kepada dokter. PKOD bertujuan: mengetahui Kadar Obat dalam Darah dan memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat. Kegiatan PKOD meliputi: melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD), mendiskusikan kepada dokter untuk persetujuan melakukan Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) dan menganalisis hasil Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) dan memberikan rekomendasi. (Peraturan Menteri Kesehatan No. 58, 2014).

35 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS 3.1 Sejarah RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Pada awal abad 19 perkembangan rumah sakit militer di Indonesia merupakan bagian dari strategi militer Belanda untuk tetap mempertahankan tanah jajahannya (Bederlands Indies). Pada awal Januari 1808, Gubernur Jenderal Daendles memperkuat militernya dengan mendirikan rumah sakit militer (Groot Militaire Hospitalen) atau Rumah Sakit Garnisun di Jakarta. Besarnya kebutuhan pelayanan kesehatan bagi serdadu Belanda di Batavia pada saat itu, menyebabkan pemerintah Belanda memutuskan untuk membangun rumah sakit militer yang besar dengan nama Groot Hospitaal Weltevreden. Satu abad kemudian yaitu tahun 1942 rumah sakit ini dikenal dengan nama Militaire Hospitaal Batavia dan merupakan cikal bakal RSPAD Gatot Soebroto. Selama penjajahan Jepang ( ), rumah sakit ini tetap berfungsi sebagai rumah sakit militer di bawah Komando Angkatan Darat Jepang dengan nama Rikugun Byoin. Setelah pengakuan kedaulatan RI, maka rumah sakit tersebut dikuasai oleh KNIL sampai tahun 1950 yang diberi nama Leger Hospital Batavia. Pada tanggal 26 Juli 1950 diserahkan kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang diwakili oleh Letnan Kolonel Dr. Satrio dan dokter pihak KNIL oleh Letkol Scheffer. Sejak saat itu namanya diganti menjadi Rumah Sakit Tentara Pusat (RSTP). Pada tanggal 1 Maret 1952 Letnan Kolonel Dr. Satrio menyerahkan jabatan Kepala RSTP kepada Letnan Kolonel DR. Reksodiwirjo Wijotoarjo dan sesuai dengan perkembangan organisasi Djawatan Kesehatan Tentara Angkatan Darat (DKT AD) menjadi Djawatan Kesehatan Angkatan Darat (DKAD). Sebutan ini mempengaruhi juga nama RSTP menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat yang disingkat RSPAD dan nama ini digunakan sampai tahun Mengingat jasa-jasa Letnan Jendral Gatot Soebroto yang bertekad memberikan segala-galanya bagi RSPAD agar menjadi rumah sakit kebanggaan prajurit dan upaya meningkatkan kesejahteraan prajurit Angkatan Darat, dipakailah nama Gatot Soebroto Ditkesad di belakang nama Rumah Sakit Pusat 23

36 24 Angkatan Darat atau RSGS. Keputusan ini tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat, Nomor SKEP/582/1970. Sesuai dengan tuntunan organisasi agar lebih mudah pengucapannya, maka pada tanggal 4 Agustus 1977 dibuat keputusan Kajan Kesad yang dituangkan dalam Surat Edaran Nomor: SE/18/VIII/1977 yang isinya menetapkan bahwa nama rumah sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad disingkat RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad sampai sekarang. Saat ini RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad merupakan rumah sakit tingkat I di jajaran TNI yang memberikan pelayanan kesehatan bagi para prajurit, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan keluarganya serta masyarakat umum. Rumah sakit ini juga digunakan oleh tim dokter kepresidenan dan sebagai tempat pemeriksaan pejabat tertinggi dan tinggi negara. Untuk itu RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad mendapat dukungan fasilitas gedung dan alat kesehatan yang canggih. RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad menjadi rumah sakit militer terbesar di kawasan Asia yang terletak di Jl. Abdul Rachman Saleh No. 24 Jakarta Pusat, dengan luas tanah m 2 dan luas bangunan m 2. RSPAD Gatot Soebroto mempunyai kapasitas tempat tidur sebanyak 770 tempat tidur (625 TT untuk pasien BPJS dan 145 TT untuk pasien swasta). Berdasarkan kapasitas tempat tidur dan unit pelayanannya RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad merupakan rumah sakit tipe A. Berdasarkan peraturan Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam), RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad menjadi rumah sakit rujukan tertinggi bagi seluruh angkatan dalam jajaran Dephankam dan TNI (RSPAD Gatot Soebroto, 2014). 3.2 Profil RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad merupakan rumah sakit rujukan tertinggi bagi anggota TNI (Tentara Nasional Indonesia) Angkatan Darat. Berdasarkan kriteria pembagian Rumah Sakit menurut PerMenkes RI No.93/Menkes/SK/XI/1992 dan Undang-Undang Republik Indonesia No.44 tahun 2009, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad termasuk rumah sakit kelas A yang memiliki tenaga spesialistik dan subspesialistik yang lengkap dengan kapasitas tempat tidur

37 25 lebih kurang 1000, selain itu juga merupakan Rumah Sakit pendidikan. Pelayanan kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad ditujukan untuk melayani: a. Pasien Dinas yaitu pasien anggota TNI Angkatan Darat, PNS Kementerian Pertahanan dan Keamanan beserta keluarganya (suami/istri dan 2 anak berusia maksimal 25 tahun belum menikah dan masih bersekolah), serta pasien dengan rujukan atau pasien integrasi yaitu pasien Angkatan Laut dan Angkatan Udara. b. Pasien swasta, yaitu masyarakat umum yang berobat ke RSPAD baik pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan (RSPAD Gatot Soebroto, 2014). 3.3 Visi, Misi, dan Tugas Fungsi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Visi RSPAD RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad menjadi RS berstandar internasional, sebagai rujukan tertinggi dan RS pendidikan utama, serta kebanggaan prajurit dan masyarakat Misi RSPAD a. Menyelenggarakan fungsi RS tingkat pusat dan rujukan tertinggi AD dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD. b. Menyelenggarakan dukungan dan pelayanan kesehatan yang bermutu secara menyeluruh untuk prajurit/ PNS TNI AD, untuk keluarga dan masyarakat. c. Mengembangkan keilmuan secara berkesinambungan. d. Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan melalui pendidikan yang berkelanjutan. e. Memberikan lingkungan yang mendukung proses pemilahan dan pendukung bayi Tugas dan Fungsi Tugas pokok RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah menyelenggarakan fungsi perumahsakitan tertinggi di jajaran TNI AD, melalui upaya-upaya pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif yang terpadu dengan pelaksanaan kegiatan kesehatan promotif dan preventif. Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad melaksanakan fungsi:

38 26 a. Pelayanan perumahsakitan, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan di bidang pelayanan medik, penunjang medik serta keperawatan bagi personil TNI AD beserta keluarganya dalam rangka menunjang tugas pokok TNI AD. b. Rujukan dan supervisi, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan di bidang rujukan pelayanan pasien dan penunjang diagnostik dari rumah sakit tingkat Kodam serta melaksanakan supervisi teknis medis dan sistem/manajemen perumahsakitan. c. Pendidikan dan pelatihan, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan tingkat Diploma III, Strata I dan Pasca Sarjana serta melaksanakan pelatihan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan keterampilan bagi personel kesehatan sesuai tingkat dan kebutuhan pelayanan kesehatan. d. Riset, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan dengan menyelenggarakan penelitian ilmiah, pengembangan teknis medis dan sistem perumahsakitan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. e. Pembinaan profesi tenaga kesehatan di lingkungan Kesehatan TNI AD. f. Meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan di bidang pemeliharaan dan peningkatan profesionalisme melalui penyelenggaraan seminar, lokakarya, temu ilmiah dan penulisan karya ilmiah kesehatan dalam rangka alih teknologi (RSPAD Gatot Soebroto, 2014). 3.4 Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Struktur organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad berdasarkan Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kep/50/XII/2006 tanggal 29 Desember 2006 adalah sebagai berikut: (Lampiran.1) A. Eselon Pimpinan Rumah Sakit, terdiri atas: 1. Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, disingkat Ka RSPAD Gatot Soebroto. 2. Wakil Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, disingkat Waka RSPAD Gatot Soebroto. B. Eselon Pembantu Pimpinan, terdiri atas: 1. Ketua Badan Penasehat

39 27 2. Ketua Komite Medik 3. Ketua Komite Riset 4. Kepala Satuan Pengawasan Internal (Ka SPI) 5. Direktur Pembinaan Pelayanan Medis (Dirbinyanmed) 6. Direktur Pembinaan Penunjang Medis (Dirbinjangmed) 7. Direktur Pembinaan Penunjang Umum (Dirbinjangum) 8. Direktur Pembinaan Pengembangan (Dirbinbang) C. Eselon Pelayanan, terdiri atas: 1. Sekretaris (Ses) 2. Kepala Informasi dan Pengolahan Data (Kainfolahta) D. Eselon Pelaksana, terdiri atas: 1. Kepala Departemen Bedah 2. Kepala Departemen Penyakit Dalam 3. Kepala Departemen Kesehatan Jiwa 4. Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi 5. Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak 6. Kepala Departemen Jantung 7. Kepala Departemen Paru 8. Kepala Departemen Mata 9. Kepala Departemen Saraf 10. Kepala Departemen Telinga, Hidung dan Tenggorokan 11. Kepala Departemen Penyakit Kulit dan Kelamin 12. Kepala Departemen Gigi dan Mulut 13. Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik 14. Kepala Instalasi Radiologi dan Kedokteran Nuklir. 15. Kepala Instalasi Patologi 16. Kepala Instalasi Gawat Darurat 17. Kepala Instalasi Kamar Operasi 18. Kepala Instalasi Rawat Jalan 19. Kepala Instalasi Rawat Inap 20. Kepala Instalasi Anestesi 21. Kepala Instalasi Farmasi

40 Kepala Unit Kedokteran Militer 23. Kepala Unit Rikkes 24. Kepala Unit Gizi 25. Kepala Unit Gudang Material 26. Kepala Unit Kesehatan Lingkungan 27. Kepala Unit Teknik 28. Kepala Unit Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan 29. Kepala Unit Penunjang Khusus (RSPAD Gatot Soebroto, 2014) Komite Medik RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Komite Medik RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah staf fungsional yang memiliki integritas, otonomi dan profesionalisme sesuai dengan keahliannya dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dalam penentuan standar pelayanan, pengawasan serta penilaian mutu pelayanan kesehatan. b. Memberikan saran dan pertimbangan medik dalam rangka rujukan pasien ke rumah sakit lain, baik di dalam maupun di luar negeri. c. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad di bidang pendidikan, pelatihan serta pengembangan tenaga kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto. d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dalam menegakkan etika profesi dan etika Rumah Sakit serta hukum kedokteran di RSPAD Gatot Soebroto. e. Memberikan saran dan pertimbangan dalam supervisi perumahsakitan terhadap Rumah Sakit tingkat Kodam Komite Riset RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Adapun Komite Riset RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad diketuai oleh seorang Pakar Ahli Fungsional yang memiliki kemampuan dan integritas di bidang riset ilmu kesehatan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Memberikan saran dan rekomendasi kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad terhadap rencana kegiatan penelitian dan pengembangan yang akan

41 29 dilaksanakan oleh setiap kecabangan ilmu kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto. b. Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengawasi setiap pelaksanaan penelitian dan pengembangan di RSPAD Gatot Soebroto Komite Farmasi dan Terapi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Komite Farmasi dan Terapi (KFT) RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad merupakan kelompok penasehat dari staf medik dan bertindak sebagai garis komunikasi organisasi antara staf medik dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Komite Farmasi dan Terapi di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dipimpin oleh Dirbinjangmed, sekretaris I adalah Kepala Instalasi Farmasi, sekretaris 2 adalah seorang apoteker dari Instalasi Farmasi dan beranggotakan dokter dari tiap departemen, dengan Penasehat Wakil Kepala RSPAD Gatot Soebroto. KFT mulai berdiri pada tahun 1982, sejak diterapkannya Farmasi Rumah Sakit di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dengan disusunnya Daftar Obat Esensial (DOE) edisi I. Pada tahun 1992 disusun DOE edisi II, yang merupakan tindak lanjut dari Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 085/MENKES/PER/I/1989, tentang kewajiban menulis resep dan atau menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah serta Keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan No. 013/Kep/VI/1985 tentang DOE ABRI edisi I dan Kep MENKES RI No. 216/MENKES/SK/III/1995 tanggal 8 Maret 1995 tentang Daftar Obat Esensial Nasional serta surat Harian Pangab No. 2 tanggal 1 Januari 1998 tentang pelaksanaan tindakan penghematan dan disiplin anggaran, pencegahan, penyimpanan dan pemborosan. DOE merupakan acuan bagi para dokter di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dalam menuliskan resep kepada pasien secara rasional yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat pasien dan waspada terhadap efek samping obat. RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad telah menerbitkan beberapa edisi DOE yang antara lain: DOE edisi V diterbitkan pada tahun 1997, DOE edisi VI diterbitkan bulan Juli 2002, DOE edisi VII diterbitkan bulan Juli 2007, DOE edisi VIII diterbitkan tahun 2009, DOE Edisi IX diterbitkan tahun 2012

42 Direktorat Pembinaan Penunjang Medik RSPAD Gatot Soebroto Bagian Direktorat Pembinaan Penunjang Medik (Dirbinjangmed) membawahi antara lain Bagian Perencanaan dan Pengendalian Pengadaan Perbekalan Kesehatan (Rendal Ada Bekkes) dan Bagian Perencanaan dan Pengendalian Pengadaan Alat Kesehatan (Rendal Ada Alkes). Rendal Ada Bekkes bertugas merencanakan, mengendalikan, dan mengadakan perbekalan kesehatan, obat-obatan dan alat kesehatan sekali pakai, sementara Rendal Ada Alkes bertugas merencanakan, mengendalikan, dan mengadakan alat kesehatan inventaris. Namun, setelah era SJSN maka beberapa kebijakan dan prosedur berubah mengikuti peraturan pemerintah sehingga yang akan dibahas dalam laporan ini adalah tugas dan wewenang Rendal Ada Bekkes/Alkes pada era SJSN Rendal Ada Bekkes Kepala Bagian Administrasi Rendal Ada Bekkes membawahi Urusan Perencanaan Perbekalan Kesehatan dan Urusan Pengendalian Pengadaan Perbekalan Kesehatan. Tugas dan fungsi dari Rendal Bekes menurut Kabag Rendal Ada Bekkes, Mayor. Ckm. Riboed Soemargo, S.Si., Apt., adalah memimpin, mengendalikan, dan mengawasi perbekalan kesehatan, serta merencanakan perbekalan kesehatan di Farmasi. Dasar perencanaan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah berdasarkan pola perencanaan dan jumlah anggaran, barang dropping, stok yang tersisa dari pengadaan sebelumnya, serta ketersediaan barang di pasaran. Pola perencanaan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad berdasarkan konsumsi (data penggunaan bekal kesehatan tahun sebelumnya) dan epidemiologi (pola kejadian penyakit di masyarakat tahun sebelumnya). Sumber dana berasal dari BPJS dan Yanmasum. Untuk dana Yanmasum maka perencanaan melalui pimpinan rumah sakit kemudian melalui Direktur Pembinaan Penunjang Medis dan bagian perencanaan dan pengadaan rumah sakit, perencanaan tersebut merupakan perencanaan kebutuhan secara menyeluruh selama satu tahun. Untuk pembelian, dilakukan melalui pembelian langsung kepada PBF utama yang sudah menjadi rekanan RSPAD Gatot Soebroto. Alur Perencanaan, Pengadaan, dan Distribusi Bekal Kesehatan adalah sebagai berikut:

43 31 pihak IFRS akan menyerahkan data yang dikumpulkan dari depo-depo dan user mengenai pemakaian bekal kesehatan kepada Rendal Ada Bekkes. Kemudian bagian pengadaan akan menghubungi PBF tersebut setelah melalui persetujuan Kepala RSPAD. Setelah PBF datang, bagian yang menerima bukan lagi Gudang Material ataupun Gudang Farmasi melainkan Gudang Yanmasum Rendal Ada Alkes Kepala Bagian Administrasi Rendal Ada Alkes membawahi Urusan Perencanaan Alat Kesehatan dan Urusan Pengendalian Pengadaan Alat Kesehatan. Tugas dan fungsi dari Rendal Bekes menurut Kabag Rendal Ada Alkes, Letkol. Ckm. Drs. Ambiyo, Apt., adalah merencanakan pengadaan alat kesehatan, mengendalikan pengadaan alat kesehatan, merencanakan pemeliharaan alat kesehatan, dan mengendalikan pemeliharaan alat kesehatan. Dasar perencanaan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah berdasarkan permintaan langsung dari user. Jika tidak ada permintaan dari user maka tidak bisa dilakukan pengadaan. User hanya boleh menyebutkan spesifikasi alat kesehatan inventaris yang dibutuhkan dan tidak boleh menyebutkan merek langsung. User mengajukan rencana kebutuhan alkes kepada Kepala RSPAD dengan tembusan kepada Dirbinjangmed dan Kabagrendalada Alkes. Setelah itu Kabagrendalaada Alkes mengajukan persetujuan ke Dirbinjangmed sementara Dirbinjangmed meminta persetujuan penggunaan dana PNBP Yanmasum. Jika PNBP Yanmasum telah setuju maka persetujuan itu akan dibawa ke Kepala RSPAD. Jika Kepala RSPAD telah setuju, maka Kabagrendalada Alkes akan mengajukan pengadaan alkes kepada Unit Layanan Pengadaan dan Pejabat Pengadaan. Setelah selesai urusan harga dan kontrak, maka kontrak akan diserahkan kepada Pejabat Keuangan, kemudian kontrak yang sudah dibayar akan diserahkan kepada Unit Gudang Material bersama dengan barangnya. Barang tersebut kemudian akan diserahkan kepada user sesuai dengan PPM Direktorat Pembinaan Pelayanan Medik RSPAD Gatot Soebroto Direktorat Pembinaan Pelayanan Medik (Dirbinyanmed) membawahi beberapa bagian.bagian dibawah Dirbinyanmed yang berkaitan dengan pekerjaan kefarmasian adalah Bagian Administrasi Pasien dan Informasi Medis.

44 Bagian Administrasi Pasien dan Informasi Medis Bagian Administrasi Pasien dan Informasi Medis (Minpasien dan Formed) adalah organisasi yang langsung berada di bawah Sub Direktorat Pembinaan Pelayanan Medis (Subdirbinyanmed) dan bertanggung jawab kepada Direktorat Pembinaan Pelayanan Medis (Dirbinyanmed).Tugas pokok bagian ini adalah membantu Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dalam menyelenggarakan dan mengkoordinasikan prosedur-prosedur untuk penerimaan, pemulangan dan pengolahan administrasi pasien serta pelaporan. Kepala Bagmin Pasien dan Formed membawahi: 1. Kepala Seksi Administrasi Pasien (Kasimin Pasien) Kasi Min Pasien dalam tugasnya dibantu oleh: a. Kepala Urusan Pendaftaran Pasien (Kaur Pendaftaran Pasien) b. Kepala Urusan Administrasi Catatan Medis (Kaurmin CM) c. Kepala Urusan Data Pelayanan Medis (Kaur Data Yanmed) d. Kepala Seksi Informasi Medis (Kasi Informasi Medis) 2. Kasi Informasi Medis dibantu oleh: a. Kepala Urusan Data Pelayanan (Kaur Data Yan) b. Kepala Urusan Penyajian Informasi Medis (Kaur Saji Formed) Penyimpanan rekam medik disusun berdasarkan nomor dan warna. Rekam medik mengandung enam unsur: administrasi, keaslian, keuangan, penelitian/ diagnosa, pendidikan. Dokumentasi Rekam medik dimusnahkan setiap lima tahun sekali Unit lain yang Berkaitan dengan Pekerjaan Kefarmasian Unit Gudang Material Unit Gudang Material mempunyai tugas pokok yaitu menerima, menyimpan, memelihara dan mendistribusikan material kesehatan dan material umum. Material kesehatan terdiri dari alat kesehatan, obat-obatan, medical supply, dan gas medik sedangkan material umum terdiri dari alat tulis kantor (ATK), administrasi kantor, alat-alat rumah tangga, pakaian dan makanan. Mekanisme kegiatan di unit gudang material:

45 33 1. Prosedur penerimaan materiil/ alat kesehatan: a. Seluruh penerimaan materiil/ barang alat kesehatan dilakukan di Unit Gudang RSPAD Gatot Subroto Ditkesad, baik hasil pengadaan swadana dan APBN, hibah, sumbangan atau berasal dari sumber lain. Kepala RSPAD Gatot Subroto Ditkesad menerbitkan Nota Penerimaan Materiil (NPM) kepada Kanit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad. b. Kanit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad menerima barang di gudang transito in Unit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad dengan : cek surat jalan materiil/ barang (DO) dan membuat bukti penerimaan materiil/ barang c. Seluruh materiil/ barang dicatat pada buku penerimaan gudang transito in dan dibuat Kartu Penerimaan Harian (KPH) dengan menyebutkan macam materiil/ barang, jumlah koli/ peti/ kemasan sesuai surat pengiriman barang. d. Kanit gudang material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad dan petugas gudang transito in tidak diperbolehkan membuka atau memeriksa materiil/ barang sebelum dilakukan pemeriksaan oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan. e. Kanit gudang material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad berkordinasi dengan Panitia Penerimaan Hasil Pekerjaan untuk melakukan pemeriksaan materiil/ barang. f. Panitia Penerimaan Hasil Pekerjaan melaksanakan pemeriksaan materiil/ barang yang diterima terhadap jenis barang, jumlah, ukuran, sifat bang dan kemasan/ pembungkus di gudang transito in Unit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad disaksikan oleh Kanit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad. g. Hasil Komisi atau pemeriksaan materiil/ barang alat kesehatan tersebut dituangkan dalam berita acara (BA) pemeriksaan, ditandatangani oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan RSPAD Gatot Subroto Ditkesad dan Kanit Gudang Materail RSPAD Gatot Subroto Ditkesad dan dilaporkan kepada Kepala RSPAD Gatot Subroto Ditkesad untuk mohon persetujuan.

46 34 h. Apabila Panitia Penerimaan Hasil Pekerjaan berhalangan belum dapat melaksanakan komisi atau pemeriksaanmateriil/ barang alat kesehatan tersebut, maka dengan kesepakatan antara penyedia barang (rekanan) dengan Kanit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad materiil/ barang alat kesehatan tersebut disimpan di gudang transito in dengan risiko tetap berada di pihak penyedia barang (rekanan) i. Kanit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad akan menghubungi penedia barang (rekanan) jika Panitia Penerima Hasil Pekerjaan telah siap untuk melakukan komisi atau pemeriksaan materiil/ barang tersebut. j. Materiil/ barang alat kesehatan yang telah dilakukan komisi/ pemeriksaan dipindahkan dan disimpan di gudang penyimpanan serta dilakukan pencatatan pada buku penerimaan gudang simpan, kartu gantung gudang, kartu penerimaan harian material/ barang k. Kanit Gudang Materail RSPAD Gatot Subroto Ditkesad melakukan kordinasi dengan Tim SIMAK BMN RSPAD Gatot Subroto Ditkesad tentang penerimaan materiil/ barang tersebut untuk dimasukan/ dicatat pada system aplikasi SIMAK BMN dan dilaporkan kepada Kepala RSPAD Gatot Subroto Ditkesad selaku Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) secara periodic sesuai periode akuntansi. 2. Prosedur penyimpanan material: a. Materiil/ barang alat kesehatan yang diterima di gudang transito in di Unit Gudang RSPAD Gatot Subroto Ditkesad, baik hasil pengadaan swadana dan APBN, hibah, sumbangan atau berasal dari sumber lain setelah dilakukan pemeriksaan oleh Tim Komisi penerimaan disimpan di gudang penyimpanan alat kesehatan Unit Gudang materiil/ barang alat kesehatan dilakukan di Unit Gudang RSPAD Gatot Subroto Ditkesad, baik hasil pengadaan swadana dan APBN, hibah, sumbangab atau berasal dari sumber lain. b. Penempatan materiil/ alat kesehatan harus ditata dengan baik dan rapi serta dialasi dengan palet agar terdapat sirkualsi udara dari bawah dan terlindung dari lantai yang basah/ air.

47 35 c. Seluruh materiil/ alat kesehatan yang telah disimpan di gudang penyimpanan harus dilengkapi dengan pencatatan pada buku penerimaan materiil /barang, kartu penerimaaan harian (KPH), kartu stock/ kartu gantung gudang d. Setiap jenis materiil/ alat kesehatan mempunyai satu kartu gantung gudang. e. Materiil/ alat kesehatan hasil pengadaan swadana, APBN, hibah, sumbangan yang berasal dari sumber lain dengan jenis barang, merek/ type dan fungsi yang sama dicatat dalam satu kartu gantung gudang. f. Nama materiil/ alat kesehatan harus dicatat/ ditulis pada isian nama barang yang terdapat pada kartu gantung gudang. g. Satuan materiil/ alat kesehatan harus di dicatat/ ditulis pada isian nama barang yang terdapat pada kartu gantung gudang. h. Tanggal penerimaan materiil/ alat kesehatan harus di dicatat/ ditulis pada isian nama barang yang terdapat pada kartu gantung gudang. i. Nomor dokumen penerimaan materiil/ alat kesehatan harus di dicatat/ ditulis pada isian nama barang yang terdapat pada kartu gantung gudang. j. Sumber materiil/ alat kesehatan harus di dicatat/ ditulis pada isian nama barang yang terdapat pada kartu gantung gudang. k. Jika terjadi kesalahan pencatatan pada kartu gantung gudang tidak boleh ditip-x, melainakn harus dicoret dan dibubuhi paraf petugas gudang penyimpanan. l. Kartu gantung gudang harus selalu melekat pada materiil/ alat kesehatan. m. Kartu gantung gudang yang telah terisi penuh tidak boleh dipisahkan dengan kartu gantung gudang selanjutnya atau kartu gantung gudang yang baru. n. Kartu gantung gudang yang materiil/ alat kesehatannya sudah didistribusikan harus disimpan sebagai arsip untuk digunakan kembali jika diperlukan. 3. Prosedur pendistribusian material: a. Kanit Gudang Material menerima Nota Pengeluaran Material (NPM) dari Kepala RSPAD Gatot Subroto Ditkesad.

48 36 b. Kanit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad melakukan kordinasi kepada penerima materiil/ barangtentang waktu pengambilan materiil/ barang dari Unit Gudang material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad c. Kanit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad menyiapkan materiil/ barang yang akan didistribusikan atau pengeluaran materiil/ barang.ke penerima materiil/ barang. d. Kanit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad menyiapkan administrasi pendistribusian atau pengeluaran materiil/ barang e. Petugas yang menerima materiil/ barang harus mengecek materiil/ barang yang akan diterima sesuai dengan Nota Pengeluaran Materiil (NPM) yang diterbitkan oleh Kepala RSPAD Gatot Subroto Ditkesad di Unit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad. f. Jika materiil/ barang yang akan diterima oleh penerima materiil/ barang telah sesuai dengan Nota Pengeluaran Materiil (NPM) yang diterbitkan oleh Kepala RSPAD Gatot Subroto Ditkesad, materiil/ barang dikeluarkan dari gudang simpan Unit Gudang material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad g. Materiil/ barang yang telah didistribusikan dilengkapi dengan administrasi pencatatan materiil/ barang pada buku pengeluaran materiil/ barang, pengurangan jumlah persediaan yangtertera pada kartu gantung gudang, menerbitkan bukti pengeluaran materiil/ barang (BP) 4. Prosedur penghapusan obat a. Obat/ bekkes yang akan dihapus ditarik karena rusak atau kadaluarsa dicatat nama obat, jumlah bentuk sediaan dan alasannya (rusak/ kadaluarsa) yang ditandatangani Ka Instalasi Farmasi b. Ka Instalasi Farmasi membuat nota dinas ke Ka Unit Gumat tentang pengembalian Bekkes/ obat ke Unit Gumat c. Bagian Gumat memeriksa bekkes/ obat yang akan dihapus, setelah disetujui dibuat berita acara kerusakan yang ditandatangani oleh penanggung jawab bekkes dan saksi. d. Berita acara sikirimkan oleh Ka Unit Gumat kepada Dirbinjangmed untuk mendapat persetujuan.

49 37 e. Bila telah disetujui oleh Dirbinjangmed dibuatkan surat mutasi inventaris/ surat pengembalian matkes yang formulirnya sudah disediakan oleh Unit Panmatkes. Surat Mutasi ditandatangani oleh: Kaur pemegang Inventaris, Kepala Instalasi Farmasi, Kaur Disposal Gumat, Ka Unit Gumat, Dirbinjangmed f. Bekkes yang sudah dibuat surat mutasi inventaris selanjutnya siap untuk dikembalikan ke Ka Unit Gumat. g. Untuk proses selanjutnya dilaksanakan oleh Ka Unit Gumat sesuai prosedur pencelaan dan penghapusan bekkes/ obat Unit Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Nosokomial Unit Kesehatan Lingkungan berada di bawah Ka RSPAD. Tugas Kesling sebagai pelaksana pengelolaan lingkungan meliputi: 1. Pengelolaan limbah cair Limbah cair berasal dari berbagai macam unit, seperti laboratorium, ruang perawatan, dapur, laundry. Penanganan limbah cair menggunakan sistem IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Di RSPAD terdapat 6 unit IPAL, yaitu : a. IPAL Laundry b. IPAL Rehabilitasi Medik c. IPAL Paru d. IPAL IKA (anak) e. IPAL Jiwa f. IPAL Kartika Pemantauan pengolahan limbah di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan mengirim sampel ke BAPEDALDA (Badan Pengendalian Limbah Daerah) untuk melihat aman tidaknya Iimbah tersebut. Parameter pemeriksaan Iimbah cair adalah Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen Demand (BOD), dan zat padat tersuspensi. 2. Pengelolaan limbah padat Limbah padat dibedakan menjadi : a. Limbah medis adalah limbah yang berasal dari ruangan perawatan, laboratorium radiologi, kedokteran, kamar operasi, dan UGD.

50 38 Penanganannya dilakukan dengan proses pembakaran menggunakan incenerator dengan suhu 1000 C C. b. Limbah nonmedis terdiri dari: 1) Limbah organik seperti sampah dapur, kertas. 2) Limbah anorganik seperti botol plastik, botol infus, vial dan ampul. Penanganannya dilakukan dengan membuang limbah ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir), kemudian oleh Dinas Kesehatan DKI dalam 1 minggu diambil 2 kali. 3. Pengelolaan limbah gas agar tidak terjadi polusi udara maka hasil pembakaran limbah padat yaitu limbah gas yang dihasilkan harus dibakar lagi dengan api suhu 1000 C, sehingga gas yang keluar tidak membahayakan lagi atau sesuai dengan standar baku. 4. Pengawasan makanan yang dilakukan oleh unit gizi yang bertanggung jawab kepada Ka RSPAD. 5. Pengelolaan dan pengawasan kualitas air bersih. Air bersih RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad berasal dari: PDAM dan Artesis (air tanah) yang menggunakan filter penyaring dengan kapasitas 100 liter/jam. Pengawasan dilakukan dengan pemeriksaan kandungan air secara kimia, fisika dan mikrobiologi. 6. Sterilisasi ruangan. Dengan menggunakan desinfektan untuk ruangan pasien yang terinfeksi dan kamar operasi. 7. Pengawasan kualitas kebisingan dan pencahayaan. 8. Pemberantasan serangga dan binatang pengganggu. Pemberantasan ini dilakukan dengan 3 cara, yaitu Fisik (ditangkap dengan menggunakan perangkap), Kimia( menggunakan bahan kimia, misal racun tikus dan lainnya), Biologi (memelihara ikan ke dalam selokan air untuk memakan jentik nyamuk). 9. Penyuluhan yang dilakukan setahun 4 kali dimana materinya mencakup tentang kesehatan lingkungan dan higiene rumah sakit dengan adanya interaksi baik dengan diskusi ataupun ceramah. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad sudah mempunyai laboratorium kesehatan lingkungan. Manfaat dari laboratorium kesling tersebut adalah untuk

51 39 memeriksa udara baik yang terdapat di dalam ruangan maupun diluar ruangan, air, makanan dan minuman, limbah cair yang terdapat di lingkungan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Kemampuan laboratorium kesling sebagai berikut: a. Memeriksa parameter kualitas udara dalam ruangan. b. Memeriksa parameter kualitas air. c. Memeriksa parameter kualitas limbah cair merupakan pemeriksaan swapantau yang dianjurkan oleh Bapedal DKI Jakarta. d. Memeriksa kualitas makanan atau minuman. e. Metode dan lokasi pemantauan serta tolak ukur: kebisingan dan kualitas udara, pengukuran pencahayaan, pengukuran suhu dan kelembaban, pemeriksaan partikel debu. f. Metode dan lokasi pemantauan sampah padat. g. Kualitas air limbah. h. Kualitas air bersih. i. Pemantauan serangga dan binatang pengganggu. j. Pemantauan infeksi nosokomial. 3.5 Instalasi Farmasi Rumah Sakit Gatot Soebroto Ditkesad Visi dan Misi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Visi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah menjadi unit pelayanan kebanggaan prajurit dan masyarakat, khususnya pelayanan kesehatan di bidang kefarmasian. Misi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah: a. Melaksanakan pelayanan perbekalan kesehatan bagi TNI dan keluarganya yang berobat di RSPAD Gatot Soebroto. b. Memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga medik maupun paramedik secara berkesinambungan. c. Mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan faktor lingkungan dan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga mampu menjawab tantangan tugas masa depan. d. Melaksanakan fungsi kefarmasian dalam Komite Farmasi dan Terapi.

52 40 e. Melaksanakan fungsi pendidikan dan pelatihan bagi sarjana farmasi, profesi apoteker dan kedokteran, mahasiswa Akademi Keperawatan (AKPER), dan siswa Sekolah Menengah Farmasi (SMF). f. Melaksanakan pelayanan obat bagi masyarakat umum yang berobat di RSPAD Gatot Soebroto. g. Melaksanakan lain-lain fungsi sesuai dengan disiplin ilmu kefarmasian Tujuan Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Tujuan Umum Tujuan Umum Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah memberikan pelayanan di bidang kefarmasian secara paripurna, baik untuk lingkungan TNI AD/PNS TNI AD beserta keluarganya maupun masyarakat umum Tujuan Khusus Tujuan khusus dari Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah: a. Memberikan pelayanan di bidang obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada prajurit TNI AD atau PNS TNI AD beserta keluarganya secara optimal. b. Meningkatkan derajat kesehatan prajurit TNI AD atau PNS TNI AD beserta keluarganya maupun masyarakat umum melalui pelayanan kefarmasian untuk mencapai masyarakat yang sehat, agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. c. Menyelenggarakan fungsi kefarmasian secara profesional dan berorientasi kepada kepentingan penderita dengan melaksanakan program penggunaan obat secara rasional yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat pasien, dan waspada terhadap efek samping obat. d. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan baik ke dalam maupun ke luar guna meningkatkan keterampilan dan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kefarmasian Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Struktur organisasi IFRSPAD Gatot Soebroto Ditkesad berdasarkan Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kep/50/XII/2006 tanggal 29 Desember 2006 adalah sebagai berikut: (Lampiran.2)

53 41 Kepala Instalasi Farmasi dijabat oleh seorang Perwira Menengah (Pamen) TNI AD berkualifikasi Apoteker dengan pangkat Kolonel CKM. Kepala Instalasi Farmasi mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Merencanakan, menyelenggarakan dan melaksanakan pelayanan kefarmasian. b. Merencanakan, menyediakan dan mendistribusikan obat dan suplai medik. c. Merencanakan, menyediakan dan mendistribusikan gas medik. d. Melaksanakan kegiatan informasi obat dan monitoring efek samping obat. e. Menyelenggarakan pemeliharaan alat kesehatan meliputi pemeliharaan berkala dan perbaikan tingkat ringan, sedangkan untuk perbaikan tingkat sedang dan berat dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak ketiga. f. Menyusun, mengevaluasi dan mengembangkan piranti lunak pelayanan obat dan suplai medis serta pemeliharaan alat kesehatan. g. Melaksanakan pembinaan personil di jajaran Instalasi Farmasi. h. Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Kepala Instalasi Farmasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh: a. Kepala Kelompok Administrasi, disingkat Kapokmin b. Kepala Sub Instalasi Pelayanan Materiil Kesehatan, disingkat Kasub Instal Yanmatkes. c. Kepala Sub Instalasi Pemeliharaan Alat Kesehatan, disingkat Kasub Instal Haralkes. d. Kepala Sub Instalasi Penunjang dan Informasi Obat, disingkat Kasub Instal Jang Info Obat. e. Staf Fungsional, disingkat SF Sub Bagian Instalasi Penunjang dan Informasi Sub Bagian Instalasi Penunjang dan Informasi (Sub Instal Jang dan Info) dipimpin oleh seorang Pamen TNI AD berkualifikasi apoteker dengan pangkat Letkol CKM atau PNS golongan IV/a b dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Merencanakan, menyediakan, meyimpan dan mendistribusikan obat dan suplai medis untuk kebutuhan seluruh RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. b. Melaksanakan kegiatan informasi obat dan suplai medis serta monitoring efek samping obat, khususnya bagi penderita rawat inap.

54 42 c. Menyusun, mengevaluasi dan mengembangkan piranti lunak pelayanan matkes serta pemeliharaannya. d. Memberikan informasi persediaan obat bulanan untuk seluruh unit pelayanan. e. Menerbitkan leaflet mengenai informasi obat. f. Merencanakan, menyiapkan dan mengevaluasi pemakaian obat-obat sitostatika. g. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kewajiban para Kasi. h. Melaksanakan pengembangan pendidikan, pelatihan dan pelayanan kefarmasian. i. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Sub Instalasi Jang dan Info j. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kepala Instalasi Farmasi. Kasub Instal Jang dan Info membawahi dua bagian, yaitu Bagian Penunjang dan Bagian Informasi dan MESO. Kepala Seksi Penunjang (Kasi Penunjang) membawahi dua sub bagian, yaitu Perbekalan Kesehatan dan Gudang Farmasi dan Produksi. Kepala Seksi Informasi dan MESO (Kasi Info dan MESO) membawahi dua sub bagian, yaitu Informasi Obat dan MESO. Kepala Seksi Penunjang dijabat oleh seorang PNS berkualifikasi Apoteker berpangkat golongan IV A dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Membuat rencana kebutuhan obat, suplai medis dan kebutuhan produksi setiap triwulan b. Membuat perencanaan, penanganan dan pelaporan khusus untuk obat-obat sitostatika c. Membuat laporan penerimaan dan pemakaian obat, suplai medis dan obatobat yang diproduksi sendiri d. Membuat laporan penerimaan dan pemakaian obat-obat narkotika dan psikotropika yang diminta melalui unit bekkes e. Melaporkan setiap obat-obat yang sudah mendekati kadaluarsa dan persediaan yang kosong f. Melaksanakan stock opname obat dan suplai medis setiap akhir tahun anggaran

55 43 g. Melaksanakan dan mengawasi penyimpanan obat dan suplai medis menurut peraturan yang berlaku h. Melaksanakan koordinasi dengan Bagian Perencanaan dan Pengadaan mengenai pengadaan bekkes i. Melaksanakan evaluasi terhadap mutu obat yang diproduksi disertai dengan tindak lanjutnya j. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup seksi penunjang k. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kasub Instal Jang dan Info Kasi Penunjang membawahi Bekkes dan Gudang. Kaur Bekkes dan Gudang dijabat oleh seorang PNS berpangkat golongan III/ c d dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Membuat laporan penerimaan dan pemakaian obat dan suplai medis setiap bulan b. Membuat laporan penerimaan dan pemakaian obat-obat narkotika, psikotropika, sitostatika dan obat-obat khusus yang dilayani setiap bulan. c. Mencatat dan melaporkan setiap obat-obat yang mendekati d. kadaluarsa dan obat yang rusak e. Melaporkan persediaan obat yang tidak ada di persediaan f. Melaksanakan permintaan obat ke unit Gudmat Selain Bekkes dan Gudang, Kasi Penunjang juga membawahi Produksi. Kaur Produksi dijabat oleh seorang PNS berpangkat gol. III/ c d dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Memproduksi obat sesuai dengan formula yang ada dibawah pengawasan Kasi Penunjang b. Mencatat dan melaporkan semua hasil produksi yang telah di buat c. Mencatat dan melaporkan pengeluaran hasil produksi d. Melakukan pemeriksaan mutu terhadap hasil produksi secara organoleptis e. Mencatat dan melaporkan bahan baku yang tidak ada dalam persediaan ke Kasi Penunjang f. Menyelenggarakan stock opname bahan baku dan sediaan hasil produksi setiap akhir tahun anggaran

56 Bagian Informasi Dan MESO Kepala Seksi Informasi dan MESO dijabat oleh seorang PNS berpangkat golongan IV A dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Melaksanakan kegiatan informasi obat kepada tenaga medis, para medis, pasien dan keluarganya b. Melaksanakan Monitoring Efek Samping Obat di setiap unit pelayanan pasien rawat inap dan rawat jalan c. Mendidik dan membimbing para Sarjana Farmasi, siswa SMF yang membutuhkan informasi tentang obat dan sistem pelayanan farmasi dalam praktek kerja di Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad d. Membuat dan menerbitkan brosur tentang obat baru yang beredar di pasaran secara periodik e. Membuat edaran obat yang tersedia maupun tidak tersedia secara periodik f. Melaksanakan kegiatan PKMRS bagi pasien rawat jalan dan rawat inap beserta keluarganya g. Melaksanakan koordinasi dengan unit Rekam Medik dalam pelaksanaan Monitoring Efek Samping Obat h. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Sub Instal Info dan MESO i. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kasub Instal Jang dan Info Kasi Info dan MESO membawahi Bagian Informasi Obat. Perwira Urusan Informasi Obat (Paur Info Obat) dijabat oleh seorang PNS berpangkat golongan III/ a- b dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Membuat edaran obat - obatan dan suplai medis yang ada setiap 2 minggu sekali b. Mencatat dan mengedarkan informasi obat kepada tenaga medis dan paramedis c. Membuat dan menginformasikan kepada unit pelayanan tentang obat dan suplai medis yang mendekati kadaluarsa d. Mengumpulkan dan mencatat semua informasi mengenai obat yang diterima dari unit pelayanan rawat inap dan rawat jalan

57 45 Kasi Info dan MESO membawahi Bagian MESO. Perwira Urusan MESO (Paur MESO) dijabat oleh seorang PNS berpangkat golongan III/ a b, dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Mencatat semua keluhan-keluhan medis, paramedis dan pasien mengenai efek samping obat. b. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat jalan. c. Mengidentifikasi obat - obatan dan pasien yang mempunyai risiko mengalami efek samping obat. d. Menyiapkan, mengedarkan dan mengisi formulir efek samping obat Sub Bagian Instalasi Pemeliharaan Alat Kesehatan dan Gas Medis Sub Instal Haralkes dipimpin oleh seorang Pamen TNI AD berkualifikasi Apoteker dengan pangkat Letkol CKM atau PNS IV B dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Menyelenggarakan perencanaan program kerja bidang pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan. b. Memonitor inventaris alat kesehatan di seluruh RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. c. Menyelenggarakan perencanaan, penyimpanan dan pendistribusian gas medik untuk seluruh RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. d. Menyusun laporan berkala seluruh kegiatan pemeliharaan alat kesehatan dan pendistribusian gas medik serta mengevaluasi dan menindaklanjutinya. e. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kewajiban para Kaur. f. Melaksanakan koordinasi dengan Bagian Logistik mengenai pengadaan gas medik. g. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Sub Instalasi Haralkes. h. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kepala Instalasi Farmasi. Kasub Instal Haralkes membawahi dua bagian, yaitu Pemeliharaan Alat Kesehatan (Haralkes) dan Pemeliharaan Instalasi Gas Medik (Har Instal Gas Medik). Kepala Urusan Nik Haralkes dijabat oleh seorang Pama TNI AD berpangkat Kapten CKM dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut:

58 46 a. Mengkoordinir dan melaksanakan semua kegiatan pemeliharaan alat kesehatan. b. Menghimpun dan menyusun permintaan pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan dari pengguna untuk dasar proses perbaikan alat kesehatan. c. Melaksanakan program pemeliharaan dan perbaikan per triwulan d. Membuat laporan pelaksanaan program pemeliharaan dan perbaikan per triwulan. e. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kasub Instal Haralkes. Selain Haralkes, terdapat juga Har Instal Gas Medik. Kepala Urusan Nik Har Instal Gas Medik dijabat oleh seorang PNS berrpangkat golongan III/ c d dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Mengkoordinir dan melaksanakan semua kegiatan distribusi gas medik. b. Membuat laporan pemasukan dan pengeluaran gas medik setiap bulan. c. Mencatat dan melaporkan setiap bulan mengenai peredaran tabung gas medik yang kosong. d. Melaporkan persediaan gas medik yang kosong dan terlambat pengirimannya. e. Melaksanakan stock opname setiap akhir tahun. f. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kasub Instal Haralkes.

59 BAB 4 URAIAN KEGIATAN PELAKSANAAN Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 22 Agustus Kegiatan yang dilakukan selama PKPA adalah mengamati dan mengikuti serangkaian kegiatan manajemen dan pelayanan klinik di Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto. Kegiatan manajemen farmasi meliputi pemilihan, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian sediaan farmasi. Kegiatan farmasi klinik yang dilakukan antara lain, skrining resep, pemantauan terapi obat, dispensing sediaan steril. Kegiatan PKPA dilakukan di beberapa tempat yang terdapat di RSPAD yang terkait dengan farmasi, antara lain Unit Farmasi Rawat Inap (Depo Mondok, Depo PU, Depo Dokmil, Depo Gadar, Depo ICU, Depo OK), Unit Farmasi Rawat Jalan (Depo Rawat Jalan, PKM IV), Rendal Ada Bekkes Alkes, Gudang Farmasi, Haralkes, Gas Medik, Produksi. Pemilihan terhadap perbekalan farmasi yang akan digunakan di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad harus dilakukan secara cermat dengan mempertimbangkan asas cost-effectiveness. Komite Farmasi dan Terapi harus memilih produk obat yang menunjukkan keunggulan dibandingkan produk lain yang sejenis dari aspek khasiat, keamanan, ketersediaannya di pasaran, harga dan biaya pengobatan yang paling murah. Proses pemilihan obat mengikuti Standar Prosedur Operasional Penyusunan Formularium. Pada kasus dimana diperlukan suatu obat yang tidak tercantum dalam formularium, maka dokter dapat mengajukan permintaan khusus yang ditujukan kepada KFT dengan mengisi Formulir Permintaan Khusus Obat Non Formularium (Lampiran 3) (Formularium RSPAD, 2013). Penyimpanan obat, alat kesehatan, reagensia dan gas medis harus dilakukan sesuai persyaratan dan standar kefarmasian untuk menjamin stabilitas dan keamanannya serta memudahkan dalam pencariannya untuk mempercepat pelayanan. Khusus bahan berbahaya seperti bersifat mudah menyala atau terbakar, eksplosif, radioaktif, oksidator/reduktor, racun, korosif, karsinogenik, teratogenik, 47

60 48 mutagenik, iritasi dan berbahaya lainnya harus disimpan terpisah dan disertai tanda bahan berbahaya. Obat narkotika disimpan dalam lemari terpisah dengan pintu berkunci ganda. Obat jadi dan bahan baku harus diberi label yang mencantumkan: kandungan, tanggal kadaluarsa dan peringatan penting. Obat High Alert (Obat yang memerlukan kewaspadaan tinggi) harus disimpan di tempat terpisah dan di beri label khusus mengikuti Standar Prosedur Operasional Penyimpanan Obat High Alert. Obat dengan tampilan mirip atau bunyi mirip (Look Alike Sound Alike/LASA) disimpan tidak berdekatan dan diberi label "LASA" (Formularium RSPAD, 2013). Verifikasi terhadap resep atau yang dikenal dengan skrining resep merupakan salah satu kegiatan farmasi klinik yang dilakukan di RSPAD Gatot Soebroto. Kegiatan tersebut dilakukan untuk melihat kelengkapan persyaratan administrasi, kesesuaian farmaseutik dan pertimbangan klinis. Form skrining resep terlampir pada Lampiran 4. Persyaratan administrasi meliputi: a. Blanko resep yang digunakan adalah blanko yang berlaku di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. b. Identitas dokter penulis resep, meliputi nama dokter, SIP, tanda tangan dokter, poliklinik atau tempat perawatan c. Identitas pasien dimana terdapat perbedaan untuk pasien dinas dan pasien non dinas. Pasien dinas meliputi nama pasien terdiri dari dua kata, pangkat/corps/golongan, NRP/NIP, kesatuan, nomor rekam medik (RM) dan umur atau tanggal lahir pasien. Sedangkan, untuk pasien non dinas meliputi nama pasien yang terdiri dari dua kata, nomor rekam medik (RM), tanggal lahir atau umur pasien dan berat badan. Untuk semua resep harus terdapat stempel yang menunjukkan darimana resep tersebut berasal. d. Kelengkapan lainnya seperti tanggal resep dan tanda R/ Kesesuaian farmasetis meliputi: a. Bentuk dan kekuatan sediaan b. Dosis dan jumlah obat c. Aturan dan cara pemakaian

61 49 Pertimbangan klinis meliputi: a. Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat b. Duplikasi obat c. Alergi, interaksi, dan efek samping obat d. Kontraindikasi 4.1 Unit Pelayanan Farmasi Rawat Inap Pelayanan rawat inap IFRSPAD Gatot Soebroto terdiri dari enam Depo Farmasi. Pelayanan rawat inap di RSPAD Gatot Soebroto telah menerapkan Unit Dose Dispensing. Tahapan penyiapan proses dispensing tersebut ialah sebagai berikut: a. Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian mengambil obat sesuai resep untuk penggunaan sehari dan mempersiapkan wadah besar untuk penggunaan 24 jam serta wadah kecil untuk per sekali waktu penggunaan obat. Pada wadah penggunaan 24 jam ditempel label bertuliskan nama pasien yang terdiri dari dua kata, nomor rekam medik (RM) dan ruangan tempat pasien dirawat. Tutup wadah per satu kali waktu penggunaan ditempel etiket berwarna putih untuk sediaan obat oral dan sediaan obat luar diberi etiket biru yang memuat informasi berupa nama pasien yang terdiri dari dua kata, nomor rekam medik (RM), tanggal pemberian, nomor resep. Ketentuan wadah obat yaitu obat yang diberikan pagi hari dimasukkan dalam wadah dengan tutup berwarna pink, obat untuk siang hari dimasukkan dalam wadah dengan tutup berwarna biru, obat untuk sore hari dimasukkan dalam wadah dengan tutup berwarna hijau dan obat untuk malam hari dimasukkan dalam wadah dengan tutup berwarna ungu. b. Setelah wadah per waktu penggunaan sudah disiapkan semua, kemudian wadah-wadah kecil tersebut dimasukkan dalam wadah penggunaan 24 jam. Wadah pasien yang sudah siap diserahkan pada petugas farmasi lain untuk dilakukan pengecekan kesesuaian antara resep dan sediaan farmasi yang telah disiapkan. c. Setelah dilakukan pengecekan dan obat yang disiapkan telah sesuai resep, maka wadah-wadah pasien diletakkan pada trolley untuk masing-masing unit rawat inap kemudian diserahkan pada perawat. Pada saat penyerahan, petugas

62 50 dari depo farmasi yang menyerahkan harus menulis dalam buku ekspedisi yang memuat tanggal penyerahan, jumlah wadah obat yang diberikan dengan masing-masing nama pasien, jumlah kotak UDD serta paraf petugas depo yang menyerahkan dan perawat yang menerima. d. Trolley yang berisi wadah obat pasien dibawa ke nurse station oleh perawat dan diberikan kepada pasien sesuai waktu pemberian yang tertera di etiket. Setiap kali pemberian obat kepada pasien harus memberikan tanda pada Daftar Pemberian Terapi Depo Farmasi Rawat Mondok Depo Farmasi Rawat Mondok atau rawat inap terletak di gedung instalasi farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Waktu operasional pelayanan yaitu hari Senin-Kamis mulai pukul dan pada hari Jumat mulai pukul Kriteria pasien yang diberikan pelayanan di depo farmasi rawat mondok adalah anggota TNI AD, PNS dari lingkungan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dan PNS dari kesatuan lain beserta keluarga dan Peserta BPJS. Depo Farmasi rawat mondok memiliki cakupan pelayanan rawat inap yang luas dibanding depo farmasi lainnya. Pelayanan resep obat dan medical supply di depo farmasi rawat inap diberikan kepada pasien rawat inap pada: a. Unit perawatan paru dan jantung lantai 1-4 b. Ruang bersalin, unit perawatan obstetri (post partum) dan ginekologi (penyakit yang berhubungan dengan kandungan) pada lantai 1-2 c. Unit perawatan bayi; unit perawatan anak/ika lantai 1-2 d. Unit perawatan amino (perawatan pasien dengan gangguan mental) e. ICU f. Pasien yang akan pulang setelah pemeriksaan UGD g. Perwira tinggi TNI yang dirawat inap di paviliun Kartika Jumlah obat yang diserahkan kepada pasien untuk obat parenteral adalah pemakaian untuk 2 hari, sedangkan obat oral untuk pemakaian 5 hari. Sistem distribusi obat di pelayanan rawat mondok yaitu sistem distribusi unit dose dan sistem distribusi resep perorangan. Unit dose diberikan untuk unit perawatan anak/ika lantai 2 dan unit perawatan obstetric dan gynaecology lantai 1 dan 2

63 51 yang dimaksudkan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasien, meningkatkan kepatuhan pasien dan mengontrol penggunaan obat pasien. Distribusi resep perorangan berlaku untuk ICU. Alur pelayanan resep di depo farmasi rawat mondok: a. Resep dari ruang perawatan dibawa ke depo farmasi rawat mondok dan dicatat di buku ekspedisi oleh petugas yang berwenang. Pasien peserta BPJS, pasien atau keluarga pasien sendiri yang membawa resep ke depo farmasi rawat mondok dengan menyertakan foto copy SEP (Surat Eligibilitas Pasien) dan fotokopi kartu ASKES/BPJS b. Pemeriksaan kelengkapan resep oleh petugas. c. Dilakukan pembukuan di masing-masing buku (pra dokumen) berdasarkan asal unit perawatan. d. Obat yang ada langsung disiapkan, dibuat etiket, dicek, dibubuhi paraf kemudian dimasukkan ke keranjang obat untuk resep individual, sedangkan untuk unit dose disiapkan per hari. e. Jika obat tidak tersedia, dibuatkan salinan atau copy resep f. Obat yang sudah siap kemudian dievaluasi akhir, selanjutnya diserahkan ke petugas. g. Obat ditempatkan pada wadah unit dose kecuali untuk ICU dilakukan resep individual, kemudian perawat akan mengambil ke apotek rawat mondok Depo Farmasi Perawatan Umum Pelayanan apotek di perawatan umum dipimpin oleh seorang apoteker. Depo farmasi perawatan umum terletak di lantai 1 pada gedung perawatan umum. Waktu operasional apotek perawatan umum yaitu hari Senin-Kamis mulai pukul dan hari Jumat mulai pukul Gedung perawatan umum ini dikhususkan untuk rawat inap pasien dewasa yang mengalami gangguan penyakit dalam seperti gagal ginjal, gangguan jantung, hipertensi, diabetes, liver, kelainan darah, gangguan saluran pencernaan dan sebagainya; pasien yang mengalami infeksi virus dan sejenisnya seperti typhus, HIV AIDS, malaria, DBD, penyakit tumor dan kanker. Depo Farmasi perawatan umum melakukan pelayanan

64 52 resep obat. Medical supply yang dibutuhkan diperoleh dari depo gudang farmasi dikarenakan keterbatasan ruangan yang ada. Pelayanan resep obat diberikan kepada pasien yang dirawat di gedung perawatan umum terdiri dari pasien rawat inap: a. Lantai 1 untuk TNI berpangkat kolonel b. Lantai 2 untuk TNI berpangkat letkol, mayor dan PNS golongan IV c. Lantai 3 untuk TNI berpangkat kapten, perwira menengah, letnan dan PNS golongan III d. Lantai 5 yang dikhususkan untuk pasien perempuan yang berasal dari TNI berpangkat sersan, prajurit dan PNS golongan I dan II e. Lantai 6 lantai yang dikhususkan untuk pasien laki-laki yang berasal dari TNI berpangkat sersan, prajurit dan PNS golongan I dan II. Untuk lantai 4 Depo perawatan umum tidak melayani pasien dinas, karena dikhususkan untuk pasien BPJS departemen dan BPJS swasta. Jumlah obat yang diserahkan kepada pasien adalah obat parenteral untuk pemakaian 2 hari, sedangkan obat oral untuk pemakaian 5 hari. Sistem distribusi obat di perawatan umum yaitu sistem unit dose dan resep individual. Unit dose dimaksudkan untuk memberikan pelayanan terbaik dan meningkatkan kepatuhan pasien, sedangkan untuk medical supply diperoleh dari apotek rawat mondok bagian medical supply. Resep perorangan diberikan kepada pasien yang akan pulang. Alur pelayanan resep: a. Resep dari ruang perawatan dibawa ke depo farmasi perawatan umum oleh petugas yang berwewenang. b. Pemeriksaan kelengkapan resep oleh petugas. c. Resep yang diterima diberi nomor d. Dilakukan pembukuan pada masing-masing buku (pradokumen) berdasarkan asal lantai perawatan. e. Obat yang ada langsung disiapkan, dibuat etiket, dicek, dibubuhi paraf kemudian dimasukkan ke keranjang obat berdasarkan masing-masing lantai perawatan.

65 53 f. Jika obat tidak tersedia, dokter penulis resep segera dihubungi untuk ditawarkan obat sejenis yang ada sebagai pengganti. g. Bila obat tersebut tidak dapat diganti, maka dibuatkan salinan atau copy resep h. Obat yang sudah siap dikirim ke ruang perawatan dengan buku ekspedisi, serah terima obat yang ditandatangani oleh petugas unit perawatan yang menerima, kemudian petugas apotek mengambil resep asli Depo Farmasi Kedokteran Militer (Dokmil) Pelayanan apotek di kedokteran militer dipimpin oleh seorang apoteker. Depo farmasi kedokteran militer terletak di lantai 6 pada gedung bedah sentral. Waktu operasional pelayanan resep di Depo Farmasi Dokmil yaitu hari Senin- Kamis mulai pukul dan hari Jumat mulai pukul Kriteria pasien yang diberikan pelayanan resep di Depo Farmasi Dokmil adalah anggota TNI AD, PNS dari lingkungan RSPAD Gatot Soebroto dan PNS dari kesatuan lain beserta keluarga serta pasien dengan rujukan atau pasien integrasi yaitu pasien Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Gedung bedah sentral ini dikhususkan untuk rawat inap pasien yang mengalami gangguan saraf, seperti stroke dan pasien yang telah selesai menjalani operasi di lantai 2 gedung bedah sentral. Depo Farmasi Dokmil melakukan pelayanan resep obat dan medical supply untuk pasien rawat inap pada perawatan stroke pada lantai 3, perawatan pasca bedah pada lantai 3, 4, dan 5, serta lantai 6 untuk perawatan TNI korban peperangan atau TNI yang mengalami kecelakaan pada saat pendidikan maupun kecelakaan kerja. Jumlah obat yang diserahkan kepada pasien untuk obat parenteral adalah untuk pemakaian 2 hari, sedangkan obat oral untuk pemakaian 5 hari. Sistem distribusi obat di Dokmil yaitu sistem distribusi unit dose dan resep individual. Unit dose diberikan untuk dimaksudkan agar dapat lebih memonitoring penggunaan obat oleh pasien. Resep individual diberikan kepada pasien yang akan pulang. Alur pelayanan resep di depo farmasi dokmil: a. Resep dari ruang perawatan dibawa ke depo farmasi Dokmil oleh petugas yang berwenang.

66 54 b. Pemeriksaan kelengkapan resep oleh petugas. c. Resep yang diterima diberi nomor kemudian diberi kode, yaitu B untuk unit perawatan bedah, ST untuk unit perawatan stroke, dan D untuk unit perawatan Dokmil. d. Dilakukan pembukuan pada masing-masing buku (pradokumen) berdasarkan asal lantai perawatan. e. Obat yang ada langsung disiapkan, dibuat etiket, dicek, dibubuhi paraf kemudian dimasukkan ke keranjang obat berdasarkan masing-masing lantai perawatan. f. Jika obat tidak tersedia, dokter penulis resep segera dihubungi untuk ditawarkan obat sejenis yang ada sebagai pengganti. g. Bila obat tersebut tidak dapat diganti, maka dibuatkan salinan atau copy resep h. Obat yang sudah siap dikirim ke ruang perawatan dengan buku ekspedisi, serah terima obat yang ditandatangani oleh petugas unit perawatan yang menerima, kemudian petugas apotek mengambil resep asli Depo ICU Depo Farmasi ICU terletak di lantai 2 pada gedung bedah sentral. Tugas dari asisten apoteker adalah mengcover obat-obatan yang dibutuhkan oleh pasien. Kriteria pasien yang diberikan pelayanan oleh Depo Farmasi ICU adalah anggota TNI AD, dan PNS di lingkungan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dan PNS dari kesatuan lain beserta keluarga, pasien askes/bpjs dan pasien swasta. Sistem distribusi obat di ICU yaitu sistem resep individu. Terdapat empat ruangan, yaitu: a. Ruang A: terdiri dari empat bed, hanya untuk pasien perawatan khusus misalnya pasca operasi, pasien masih sadar, dan tanpa ventilator b. Ruang B: terdiri dari satu bed, khusus bedah jantung c. Ruang C: terdiri dari empat bed, untuk pasien yang membutuhkan ventilator d. Ruang D: terdiri dari empat bed, khusus untuk anak, tapi karena sedikit atau bahkan tidak ada pasien anak, sehingga digunakan untuk pasien dewasa.

67 55 Depo farmasi ICU melakukan permintaan sediaan farmasi untuk pasien per resep per hari ke Depo Farmasi Mondok, kecuali medical supply dilakukan permintaan mingguan ke Depo Farmasi Mondok Depo Instalasi Kamar Operasi (IKO) Depo ini terletak di Gedung Bedah lantai dua dan terdiri dari sepuluh Kamar Operasi yaitu: a. Kamar Operasi I untuk bedah saraf b. Kamar Operasi II untuk bedah pasien anak c. Kamar Operasi III untuk bedah telinga, hidung dan tenggorokan atau THT serta bedah gigi dan mulut (gilut) d. Kamar Operasi IV untuk bedah plastik dan kasus tumor e. Kamar Operasi V dan VI untuk kebidanan f. Kamar Operasi VII untuk bedah mata g. Kamar Operasi VIII untuk bedah jantung dan thorax h. Kamar Operasi IX untuk bedah urologi i. Kamar Operasi X untuk bedah orthopedi Kekhususan dari depo farmasi IKO adalah penggunaan obat anestesi dan narkotik yang sangat sering, sehingga untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotik serta penyelundupan sisa obat anestesi dan narkotik yang digunakan maka kemasan dari obat anestesi dan narkotik yang digunakan harus dikembalikan. Depo farmasi IKO mempersiapkan perbekalan farmasi untuk keperluan bedah setelah jadwal bedah disampaikan kepada depo minimal sehari sebelum operasi dilaksanakan. Perbekalan farmasi tersebut disiapkan dalam kotak menjadi satu set standar untuk masing-masing keperluan bedah di setiap kamar operasi. Jika terdapat tambahan maka dokter bersangkutan harus meresepkan tambahan Depo Gawat Darurat (Gadar) Depo gadar terletak di dalam Instalasi Gawat Darurat (IGD). Penanganan pasien pada Instalasi Gawat Darurat dimulai dari pemilihan pasien pada pintu masuk. Pemilihan ini didasarkan pada sistem administrasi dan keparahan

68 56 penyakit. Sistem administrasi yang dimaksud ialah pasien peserta BPJS atau pasien swasta. Keparahan penyakit digolongkan menjadi tingkat ringan, sedang dan berat. Jika pasien mengalami tingkat keparahan ringan, maka penanganan dapat dilakukan di bagian luar IGD, namun jika pasien mengalami keparahan sedang hingga berat penanganan dilakukan di bagian dalam IGD. Tahapan selanjutnya ialah diagnose oleh tim dokter IGD. Ruangan IGD terdiri dari: a. Ruangan bedah, khusus untuk pasien dengan luka pendarahan, b. Ruangan medis, ditujukan untuk pasien tanpa luka pendarahan, c. Ruangan anak, ditujukan untuk pasien anak. Alur pelayanan resep di Depo Gadar umumnya sama dengan Depo Farmasi Rawat Inap lainnya, namun dalam kondisi darurat penyerahan obat dan medical supply dapat diberikan terlebih dahulu dan resep dapat menyusul setelahnya. 4.2 Unit Pelayanan Farmasi Rawat Jalan Apotek Rawat Jalan terletak di lantai 1 dengan posisi yang strategis diantara 12 poli pelayanan kesehatan yang berada di RSPAD Gatot Soebroto yaitu Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak, Poliklinik Bedah, Poliklinik Kardiologi, Poliklinik Obstetri dan Ginekologi, Poliklinik Gigi dan Mulut, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Jiwa, Poliklinik Kulit dan Kelamin, Poliklinik Mata, Poliklinik Paru, Poliklinik Neurologi serta Poliklinik Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT). Unit Pelayanan Rawat Jalan terdiri dari dua apotek Apotek Rawat Jalan Waktu operasional apotek rawat jalan yaitu hari Senin-Kamis mulai pukul dan pada hari Jumat mulai pukul Apotek ini melayani pasien dinas dan pasien ASKES untuk pasien yang berobat di seluruh Poliklinik kecuali Poli Paru dan Poli Penyakit Dalam. Alur pelayanan resep di apotek rawat jalan: a. Resep ditulis oleh dokter yang ada di masing-masing poli RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. b. Resep dibawa oleh pasien ke apotek rawat jalan melalui loket penerimaan resep, resep adalah resep asli bukan copy resep.

69 57 c. Petugas loket memeriksa kelengkapan resep dan identitas pasien untuk pasien dinas perlu menyertakan Kartu Tanda Anggota, kemudian diberi nomor urut dan label, untuk pasien BPJS perlu menyertakan fotokopi SEP (Surat Eligibilitas Pasien) dan fotokopi kartu ASKES/BPJS. Resep diberi tanda jam resep masuk dan petugas loket akan memberikan nomor resep ke pasien. d. Resep yang masuk kemudian diperiksa stok obatnya, dibuat etiket. e. Obat disiapkan secara individual yaitu obat disiapkan sesuai dengan jumlah yang tertera pada resep. Obat racikan dilakukan perhitungan terlebih dahulu sesuai resep. f. Bila obat sudah siap, diperiksa oleh petugas dengan melihat kesesuaian antara resep dan obat yang disiapkan kemudian diserahkan pada loket penyerahan ke pasien atau keluarga pasien dengan meminta tanda terima (tanda tangan dan nama jelas) oleh pasien atau keluarga pasien Apotek PKM IV Apotek PKM IV melayani pasien BPJS Mandiri serta pasien dinas maupun ASKES yang berobat di Poli Penyakit Dalam dan Poli Paru. Kriteria pemberian obat untuk pasien penyakit kronis ialah untuk pengobatan selama 30 hari, sedangkan untuk penyakit nonkronis ialah selama 7 hari. Alur pelayanan resep di apotek PKM IV: a. Resep ditulis oleh dokter yang ada di masing-masing poli RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. b. Resep dibawa oleh pasien ke apotek PKM IV melalui loket penerimaan resep, resep adalah resep asli bukan copy resep. c. Petugas loket memeriksa kelengkapan resep dan identitas pasien untuk pasien perlu menyertakan fotokopi kartu BPJS/ ASKES, kemudian diberi nomor urut dan label, untuk pasien BPJS perlu menyertakan fotokopi SEP (Surat Eligibilitas Pasien). Khusus pasien hemodialisa perlu menyertakan jadwal hemodialisa. Hasil laboratorium disertakan untuk pengambilan obat tertentu seperti obat pengontrol kolesterol dan kadar gula darah. Resep diberi tanda jam resep masuk dan petugas loket akan memberikan nomor resep ke pasien.

70 58 d. Dilakukan proses pengecekan kecocokan penyakit dengan obat menggunakan pedoman ICD 9 dan ICD 10. Selanjutnya resep tersebut diinput ke dalam komputer. e. Resep yang masuk kemudian diperiksa stok obatnya, dibuat etiket. f. Obat disiapkan secara individual yaitu obat disiapkan sesuai dengan jumlah yang tertera pada resep. Obat racikan dilakukan perhitungan terlebih dahulu sesuai resep. g. Bila obat sudah siap, diperiksa oleh petugas dengan melihat kesesuaian antara resep dan obat yang disiapkan kemudian diserahkan pada loket penyerahan ke pasien atau keluarga pasien dengan meminta tanda terima (tanda tangan dan nama jelas) oleh pasien atau keluarga pasien. Berdasarkan pengamatan pelayanan resep di unit rawat jalan, diperoleh bahwa waktu tunggu pasien untuk mendapatkan obat lumayan cukup memakan waktu. Hal ini dikarenakan resep harian yang diterima kedua apotek tersebut berjumlah ratusan. Perlu dikembangkan Standar Prosedur Operasional untuk dapat memberikan efisiensi waktu dalam hal pelayanan. Jika membandingkan kedua apotek unit rawat jalan di atas, sistem administrasi apotek PKM IV lebih teratur karena telah menggunakan komputer dan apotek PKM IV mempunyai database ICD 9 dan ICD Rendal Ada Bekkes dan Alkes Tugas bagian Perencanaan, Pengendalian dan Pengadaan Perbekalan Kesehatan dan Alat Kesehatan (Rendal Ada Bekkes dan Alkes) ialah merencanakan, mengendalikan, mengadakan, perbekalan kesehatan, obat-obatan dan alat kesehatan. Sebelum menjadi salah satu Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS), pengadaan di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dilakukan berdasarkan daftar kebutuhan depo farmasi selama satu tahun. Daftar ini kemudian dilaporkan kepada Kepala Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto. Semua kebutuhan dari depo farmasi akan dikompilasi dalam rencana kebutuhan tahunan. Depo-depo farmasi menyusun daftar kebutuhan perbekalan farmasi dengan metode konsumsi berdasarkan rata-rata konsumsi per bulan selama 12 bulan terakhir. Selain itu, metode epidemiologi juga diterapkan. Data jumlah

71 59 pasien beserta jenis penyakit yang diderita akan sangat membantu dalam memproyeksikan kebutuhan perbekalan farmasi di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Rencana kebutuhan (Renbut) tahunan yang telah disetujui oleh Kepala Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad akan diajukan Direktur Pembinaan dan Penunjang Medik (Dirbinjangmed) untuk dikaji kembali mengenai anggaran yang tersedia, kapasitas gudang, dan waktu yang dibutuhkan mulai dari barang dipesan sampai barang siap didistribusikan ke Instalasi Farmasi. Renbut yang telah dikaji kemudian disusun kembali menjadi Renbut dan Program Kerja (Progja) dan perbekalan kesehatan untuk kebutuhan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Pengadaan perbekalan kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad kemudian akan dilaksanakan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) atau Pejabat Pengadaan yang berada di bawah pengawasan Dirbinjangmed. Pengadaan perbekalan kesehatan dilakukan oleh ULP jika nilainya lebih dari 50 juta rupiah sedangkan dilakukan oleh Pejabat Pengadaan untuk nilai yang kurang dari 50 juta rupiah (Lampiran 5). Sejak diterapkannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), sistem perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad yang merupakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan berubah. Perencanaan perbekalan farmasi saat ini dilakukan berdasarkan daftar kebutuhan dari depo farmasi yang disusun berdasarkan buku defecta, yaitu buku catatan perbekalan farmasi yang habis atau hampir habis. Daftar kebutuhan dari semua depo farmasi kemudian dikompilasi oleh Bagian Pengadaan di Pelayanan Kesehatan Masyarakat (PKM). Bagian Pengadaan dari PKM inilah yang bertugas memesan perbekalan farmasi ke distributor. Distributor yang ditunjuk sebagai penyuplai perbekalan farmasi merupakan distributor pilihan yang memiliki track record yang baik dan menawarkan produk berkualitas dengan harga yang sesuai.

72 Gudang Farmasi Gudang Farmasi Pengelolaan perbekalan farmasi di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad diselenggarakan dengan sistem satu pintu sesuai Undang Undang No. 44/2009 tentang Rumah Sakit, pasal 15 ayat 3. Perbekalan Farmasi dikelompokkan menjadi 3 kelompok, yaitu : a. Perbekalan farmasi A1 basah meliputi cairan infus, sirup,salep, suppositoria, injeksi, bahan baku cairan. b. Perbekalan Farmasi A1 Kering meliputi tablet, kapsul, bahan baku kering c. Perbekalan Farmasi A2 pembalut meliputi suplai medis. Sebelum era BPJS, perencanaan gudang farmasi melalui proses tender, diantaranya RBK yang berlangsung setiap 3 bulan dan DPK yang berlangsung setiap bulan. Alur pengadaan dilakukan dengan mengajukan permintaan ke Gudang Material, setelah mendapat persetujuan dikeluarkan bukti pengeluaran oleh Gudang Material. Pendistribusian perbekalan farmasi ke masing-masing depo didasarkan pada daftar permintaan obat yang berisi jumlah permintaan (Lampiran 6). Dokumentasi gudang farmasi terlampir pada Lampiran Gas Medik Gas Medik di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad menyediakan gas-gas untuk keperluan medik. Gas-gas tesebut dipesan dari perusahaan Aneka Gas, dan pemesanan berdasarkan persediaan gas di rumah sakit. Gas-gas tersebut meliputi : a. Gas Oksigen (O 2 ) b. Gas Nitrogen (N 2 O) c. Gas Carbon (CO 2 ) Pengendalian O 2 liquid dilakukan dengan melakukan pengecekan tekanan volume dan temperatur. Untuk kebutuhan pengisian tabung O 2 cair jika telah mencapai 35 inch maka Kepala Sub Instalasi Haralkes dan Gas Medik mengajukan pengadaan kepada Kepala Unit Gudang Material. Lalu, atas persetujuan Kepala RSPAD Gatot Soebroto dilakukan pengisian oleh PT. Aneka Gas Industri hingga maksimal 120 inch. Gas Medik di RSPAD digunakan untuk keperluan ruang perawatan dan Operasi. Gas-gas tersebut didistribusikan langsung ke seluruh ruang perawatan

73 61 dan Operasi melalui pengendalian gas medik sentral yang terletak di lantai dasar gedung Kedokteran Militer RSPAD (Lampiran 8) 4.6 Haralkes Tugas dari Sub Instal Pemeliharaan Alat Kesehatan (Haralkes) ialah mengawasi dan pemelihaan alkes. Kegiatan yang dilakukan berupa monitoring kerusakan dan kelayakan alat kesehatan serta mengkalibrasi alat kesehatan. Alur pemeliharaan alat kesehatan terlampir pada Lampiran 9. Sub Instal ini bekerjasama dengan Tim K3 untuk penilaian risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh alat kesehatan. Kerja sama tersebut dilakukan pada saat penarikan/ pengembalian alat medik (Lampiran 10). 4.7 Produksi Produksi di bawah instalasi farmasi terbagi menjadi produksi steril dan non-steril Produksi NonSteril Unit produksi nonsteril RSPAD Gatot Soebroto melakukan tiga kegiatan, yaitu: pembuatan obat-obatan nonsteril, pendistribusian cairan steril (infus) dan pelipatan kasa. Contoh dari produksi non-steril antara lain hand rub, rivanol, tetes telinga, larutan H 2 O 2, salep boor, lotio kumerfeldi, formalin 10%, gentian violet, elektrolit glukosa, betadine gargle, potio nigra, chloral hydrat, syrup simplex, amonia 10%, hingga beberapa jenis salep. Unit produksi ini pun melakukan pengemasan kembali (repackage) seperti kapsul CaCO 3 dan kapsul Teofilin. Dalam setiap kemasan dicantumkan no.batch dan tanggal kadaluarsa Produksi Steril Ruang lingkup dari produksi sediaan steril antara lain, iv admixture, Total Parenteral Nutrition dan Handling Cytotoxic. Kriteria ruangan untuk produksi sediaan steril ialah jumlah partikel terkontrol, konstruksi dinding mudah dibersihkan, tekanan udara positif, suhu antara C, kelembapan 35-50%, terdapat ruang antara dan ruang cuci tangan. Ruangan produksi obat kanker berbeda dengan pelayanan produksi steril lainnya. Petugas yang melakukan pelayanan obat kanker pun berbeda setiap harinya. Kegiatan yang dilakukan oleh apoteker ialah penghitungan dosis, sedangkan pencampuran obat dilakukan oleh

74 62 asisten apoteker. Lembar pelayanan obat kanker meliputi identitas pasien, protokol pengobatan, obat yang digunakan beserta kondisi penyimpanan (Lampiran 11).

75 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. Apoteker memiliki tugas dan peranan yang penting dalam pelaksanaan kegiatan manajemen dan kegiatan farmasi klinik. b. Sistem manajemen pengelolaan sediaan farmasi di RSPAD telah terlaksana dengan baik. Penyimpanan sediaan farmasi telah memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh standar JCI dan peraturan perundang-undangan. Pendistribusian di RSPAD menggunakan sistem desentralisasi dengan menerapkan Unit Dose Dispensing pada setiap depo farmasi rawat inap. c. Beberapa kegiatan farmasi klinis di RSPAD Gatot Soebroto telah berjalan seperti skrining resep, konseling pada pasien HIV dan diabetes, penanganan obat sitostatika, pencampuran sediaan intravena, pelayanan Total Nutrisi Parenteral. 5.2 Saran a. Perlunya peningkatan efektivitas waktu dengan menerapkan Standar Operasional Prosedur yang baik dalam melayani pasien rawat jalan. b. Kualitas petugas kefarmasian perlu ditingkatkan dalam hal penerapan 3 S (Senyum, Salam, Sapa) terutama dalam pelayanan pasien rawat jalan. c. Pemberian edukasi terhadap petugas kefarmasian untuk menggunakan APD terutama saat peracikan obat. d. Perlu adanya pengadaan sistem komputerisasi di depo-depo farmasi sehingga memudahkan dalam pencatatan dan pengawasan perbekalan farmasi. 63

76 DAFTAR ACUAN Dewan Perwakilan Rakyat Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta : Dewan Perwakilan Rakyat. Dewan Perwakilan Rakyat Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta : Dewan Perwakilan Rakyat. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 58 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 340 tentang Klasifikasi Rumah Sakit.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia PFT RSPAD Formularium RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Jakarta: RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Profil RSPAD. Diakses di (diakses 25 Agustus 2014 pukul 09.45) Siregar, J.P.C dan Amalia, L Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC 64

77 LAMPIRAN

78 Lampiran 1. Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto 65

79 Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto 66

80 Lampiran 3. Formulir Permintaan Khusus Obat Non Formularium 67 DIREKTORAT KESEHATAN ANGKATAN DARAT RSPAD GATOT SOEBROTO Nama generik FORMULIR PERMINTAAN KHUSUS OBAT NON FORMULARIUM :.. I. Nama Dagang dan Pabrik :. II. Bentuk sediaan dan kekuatan :.. III. Nama Pasien IV. Indikasi :.. :.. V. Alasan permintaan :.. VII. Jumlah yang diminta :.. Mengetahui: Kepala Departemen Jakarta, Dokter Yang meminta (.) NIP.: (...) NIP.: Catatan : Formulir ini harus diisi dengan lengkap, dicap stempel Departemen dan dikirimkan kepada: Ketua Komite Farmasi dan Terapi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Keputusan Komite Farmasi dan Terapi (Diisi oleh KFT): Disetujui Tidak disetujui: Alasan: Jakarta, Ketua Komite Farmasi & Terapi RSPAD Gatot Soebroto (... ) NIP/NRP.

81 Lampiran 4. Formulir Pengkajian Resep RSPAD Gatot Soebroto 68

82 Lampiran 5. Alur Pengadaan Perbekalan Kesehatan Dana PNBP Yanmasum 69

83 70 Lampiran 6. Daftar Permintaan Obat Instalasi Farmasi No : RSPAD Gatot Soebroto Tanggal: DAFTAR PERMINTAAN OBAT No. Nama Obat Jumlah Permintaan Pemberian Keterangan

84 71 Lampiran 7. Gudang

85 72 Lampiran 8. Gas Medik

86 73 Lampiran 9. Alur Pemeliharaan Alat Kesehatan

87 Lampiran 10. Alur Penarikan/ Pengembalian Alat Medik 74

88 Lampiran 11. Lembar Pelayanan Pencampuran Obat Kanker 75

89 UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 JULI 22 AGUSTUS 2014 LAPORAN KASUS PASIEN STROKE HEMORAGIK DI UNIT STROKE RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SUBROTO DITKESAT PERIODE AGUSTUS 2014 HANI HAIFA PUTRI, S. Far ANGKATAN LXXIX FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI APOTEKER DEPOK JANUARI 2015

90 DAFTAR ISI DAFTAR ISI.. ii DAFTAR TABEL.. iii DAFTAR GAMBAR... iv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan.. 2 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Stroke Klasifikasi Stroke Faktor Risiko Stroke Penatalaksanaan Stroke Hipertensi Emergensi Medikamentosa Hipertensi pada Stroke Akut... 9 BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian Metode Pengkajian.. 14 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pemantauan Terapi di Instalasi Gawat Darurat Pemantauan Terapi di Ruang Rawat Hasil Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang Lain Regimen Pengobatan Analisa Drug Related Problem (DRP) 31 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran..40 DAFTAR ACUAN 41 ii

91 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perbedaan PIS dengsn PSA Tabel 2.2 Faktor Risiko Stroke Tabel 2.3 Patofisiologi Hipertensi Emergensi.. 8 Tabel 2.5 Obat Parenteral untuk Terapi Emergensi Hipertensi pada Stroke Akut.. 10 Tabel 2.6 Obat Oral untuk Terapi Urgensi Hipertensi pada Stroke Akut Tabel 2.7 Terapi Hipertensi Urgency Tabel 2.8 Terapi Hipertensi Emergency. 13 Tabel 4.1 Identitas Pasien 15 Tabel 4.2 Catatan Medis Perawatan IGD 16 Tabel 4.3 Pemantauan tanda-tanda vital di IGD.. 17 Tabel 4.4 Catatan Perkembangan Pasien Terintegrasi Tabel 4.5 Hasil Laboratorium Tabel 4.6 Regimen Pengobatan Pasien. 30 Tabel 4.7 Analisa PCNE di Unit Stroke.. 34 iii

92 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Flowchart Penatalaksanaan Hipertensi pada Stroke Akut Gambar 4.1 Grafik Pemeriksaan Tekanan Darah di IGD.. 17 Gambar 4.2 Grafik Pemeriksaan Nadi di IGD 18 Gambar 4.3 Grafik Pemeriksaan Laju Respirasi 19 Gambar 4.4 Grafik Pemeriksaan Suhu di IGD 19 iv

93 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah salah satu penyebab kematian tertinggi, yang berdasarkan laporan tahunan 2006 di RSSA angka kematian ini berkisar antara 16,31% dan menyebabkan 4,41% pasien dirawat-inapkan. Angka-angka tersebut tidak membedakan antara stroke iskemik dan hemoragik. Di negara lain seperti Inggris dan Amerika, sebagian besar stroke yang dijumpai pada pasien (88%) adalah jenis iskemik karena penyumbatan pada pembuluh darah, sedangkan sisanya adalah stroke hemoragik karena pecahnya pembuluh darah. Walaupun jumlah kejadian relatif lebih kecil, tapi stroke hemoragik lebih sering mengakibatkan mortalitas (Lyrawati, 2008). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan bahwa 15 juta pasien di seluruh dunia menderita stroke setiap tahunnya. Sekitar sepertiga dari kasuskasus tersebut mengalami kematian, sepertiga yang tersisa mengalami kelumpuhan dan sepertiga dapat sembuh. Tekanan darah tinggi memiliki kontribusi dalam lebih dari 12,7 juta kasus stroke per tahun di seluruh dunia (Magistris, et.al, 2013) Di Indonesia, prevalensi stroke mencapai angka 8,3 per penduduk. Daerah yang memiliki prevalensi stroke tertinggi adalah Nanggroe Aceh Darussalam (16,6 per penduduk) dan yang terendah adalah Papua (3,8 per penduduk). Menurut Riskesdas tahun 2007, stroke, bersama-sama dengan hipertensi, penyakit jantung iskemik dan penyakit jantung lainnya, juga merupakan penyakit tidak menular utama penyebab kematian di Indonesia. Stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian utama semua usia di Indonesia (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2009). Data di Indonesia menunjukkan kecenderungan peningkatan kasus stroke baik dalam hal kematian, kejadian, maupun kecacatan. Angka kematian berdasarkan umur adalah: sebesar 15,9% (umur tahun) dan 26,8% (umur tahun) dan 23,5% (umur 65 tahun). Kejadian stroke (insiden) sebesar 51,6/ penduduk dan kecacatan;1,6% tidak berubah; 4,3% semakin 1

94 2 memberat. Penderita laki-laki lebih banyak daripada perempuan dan profil usia dibawah 45 tahun sebesar 11,8%, usia tahun 54,2%, dan usia diatas 65 tahun sebesar 33,5%. Stroke menyerang usia produktif dan usia lanjut yang berpotensi menimbulkan masalah baru dalam pembangunan kesehatan secara nasional di kemudian hari (Perdossi, 2011) Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) adalah suatu unit atau bagian di rumah sakit yang melakukan pekerjaan dan memberikan pelayanan kefarmasian secara menyeluruh, khususnya kepada pasien, profesional kesehatan rumah sakit serta masyarakat pada umumnya. Pasien yang mendapatkan terapi obat mempunyai risiko untuk mengalami masalah terkait obat; oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan terapi obat (PTO). PTO merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif dan rasional. Pemantauan terapi obat mencakup pengkajian pilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi dan rekomendasi perubahan atau alternatif terapi. Diharapkan apoteker dapat berperan dalam berkontribusi dalam pengobatan stroke. Apoteker dapat mengarahkan pasien ke dokter dan memberikan konseling bagaimana melakukan terapi non farmakologis (mengubah gaya hidup, diet, mengurangi berat badan, melakukan aktivitas fisik) dan cara minum obat yang benar. Pada kesempatan praktik kerja profesi apoteker (PKPA) ini penulis mendapatkan pasien penderita stroke hemoragik yang memiliki riwayat penyakit hipertensi dan mengidap dyslipidemia. Laporan ini akan memaparkan studi kasus pemantauan terapi obat pada pasien rawat inap berjenis kelamin pria di ruang perawatan Unit Stroke RSPAD Gatot Subroto Ditkesad. 1.2 Tujuan a. Melakukan pemantauan terapi obat pada pasien stroke hemoragik. b. Mampu memahami tujuan dan parameter terapi.

95 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Stroke Menurut WHO stroke adalah gangguan fungsional otak fokal maupun global akut, lebih dari 24 jam, berasal dari gangguan aliran darah otak dan bukan disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak sepintas, tumor otak, stroke sekunder karena trauma maupun infeksi (Setropranoto, 2011) Pengertian stroke dalam SPM RSPAD Gatot Subroto ialah suatu gangguan fungsional otak terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baiiik fokal maupun global yang beralngsung lebih darii 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak pecahnya pembuluh darah otak (perdarahan) (RSPAD, 2012) 2.2 Klasifikasi Stroke Menurut patologi dari serangan stroke meliputi: Stroke Hemoragik Merupakan perdarahan serebri dan mungkin subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saaat melakukan aktivitas atau saat aktif, anmun bisa juga saat istirahat. Kesadaran klien umumnya menurun. Stroke hemoragik adalah disfungsi neurologis fokal yang akut dandisebabkan oleh perdarahan primer substansi otak yang terjadi secara spontan bukan oleh karena trauma kapitis, disebabkan oleh karena pecahnya pembulluh artei, vena, dan kalpiler. Perdarahan otak dibagi dua, yaitu: a. Perdarahan Intraserebri (PIS) Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. b. Perdarahan Subarakhnoid (PSA) Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi 3

96 4 dan cabang-cabangnya yang terdapat di luar parenkim otak. (Muttaqin, 2008) Tabel 2.1 Perbedaan PIS dengsn PSA Sumber: Muttaqin, Stroke Nonhemoragik Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebri, biasanya terjadi saat setelah lammm beristirahat, bangun tidur, atau dipagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. (Muttaqin, 2008) 2.3 Faktor Risiko Stroke Menurut Ismail Setyopranoto, Kepala Unit Stroke RSUP Dr Sardjito faktor risiko pada penyakit stroke dapat digolongkan menjadi faktor yang dapat dikendalikan, potensial dapat dikendalikan, dan tidak dapat dikendalikan. Tabel 2.2 Faktor Risiko Stroke Dapat dikendalikan Potensial dapat dikendalikan Tidak dapat dikendalikan Hipertensi Diabetes mellitus Umur Penyakit jantung Hiperthomosisteinemia Jenis kelamin Fibrilasi atrium Hipertrofi ventrikel Herediter kiri Endocarditis Ras dan etnis Stenosis mitralis Geografi Infark jantung Merokok Anemia sel sabit Transient Ischemic Attack Stenosis karotis asimtomatik Sumber : Setropranoto, 2011

97 5 2.4 Penatalaksanaan Stroke Stadium Hiperakut Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Rawat Darurat dan merupakan tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar kerusakan jaringan otak tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan kristaloid/koloid; hindari pemberian cairan dekstrosa atau salin dalam H2O. Dilakukan pemeriksaan CT scan otak, elektrokardiografi, foto toraks, darah perifer lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time/inr, APTT, glukosa darah, kimia darah (termasuk elektrolit); jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah. Tindakan lain di Instalasi Rawat Darurat adalah memberikan dukungan mental kepada pasien serta memberikan penjelasan pada keluarganya agar tetap tenang. (Setropranoto, 2011) Stadium Akut Pada stadium ini, dilakukan penanganan factor-faktor etiologik maupun penyulit. Juga dilakukan tindakan terapi fisik, okupasi, wicara dan psikologis serta telaah sosial untuk membantu pemulihan pasien. Penjelasan dan edukasi kepada keluarga pasien perlu, menyangkut dampak stroke terhadap pasien dan keluarga serta tata cara perawatan pasien yang dapat dilakukan keluarga. (Setropranoto, 2011) Stroke Hemoragik Terapi umum Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 ml, perdarahan intraventrikuler dengan hidrosefalus, dan keadaan klinis cenderung memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau 15-20% bila tekanan sistolik >180 mmhg, diastolik >120 mmhg, MAP >130 mmhg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan

98 6 darah harus segera diturunkan dengan labetalol iv 10 mg (pemberian dalam 2 menit) sampai 20 mg (pemberian dalam 10 menit) maksimum 300 mg; enalapril iv 0, mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan tanda tekanan intracranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 300, posisi kepala dan dada di satu bidang, diberi manitol bolus intravena 0,25 sampai 1 g/ kgbb per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan umum memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5 hari. Harus dilakukan pemantauan osmolalitas (<320 mmol); sebagai alternatif, dapat diberikan larutan hipertonik (NaCl 3%) atau furosemid. dan hiperventilasi (pco mmhg). Penatalaksanaan tukak lambung diatasi dengan antagonis H2 parenteral, sukralfat, atau inhibitor pompa proton; komplikasi saluran napas dicegah dengan fisioterapi dan diobati dengan antibiotik spektrum luas. (Setropranoto, 2011) Terapi khusus Neuroprotektor dapat diberikan kecuali yang bersifat vasodilator. Tindakan bedah mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya kian memburuk dengan perdarahan serebelum berdiameter >3 cm3, hidrosefalus akut akibat perdarahan intraventrikel atau serebelum, dilakukan VP-shunting, dan perdarahan lobar >60 ml dengan tanda peningkatan tekanan intrakranial akut dan ancaman herniasi. Pada perdarahan subaraknoid, dapat digunakan antagonis Kalsium (nimodipin) atau tindakan bedah (ligasi, embolisasi, ekstirpasi, maupun gamma knife) jika penyebabnya adalah aneurisma atau malformasi arteri-vena (arteriovenous malformation, AVM). (Setropranoto, 2011) 2.5 Hipertensi Emergensi Krisi hipertensi adalah keadaan hipertensi yang memerlukan penurunan tekanan darah segera karena akan mempengaruhi keadaan pasien selanjutnya. Tingginya tekanan darah bervariasi, yang terpenting adalah cepat naiknya tekanan darah (Gatot Subroto, 2012) Dibagi menjadi dua:

99 7 a. Hipertensi emergensi situasi dimana diperlukan penurunan tekanan darah yang segera dengan obat antihipertensi parenteral karena adanya kerusakan organ target akut atau progresif. b. Hipertensi urgensi situasi dimana terdapat peningkatan tekanan darah yang bermakna tanpa adanya gejala yang berat atau kerusakan organ target progresif dan tekanan darah perlu diturunkan dalam beberapa jam (Gatot Subroto, 2012). Hipertensi emergensi adalah hipertensi berat dengan gangguan akut sistem organ (khususnya sistem saraf pusat, sistem kardiovaskular dan / atau sistem ginjal) dan kemungkinan kerusakan organ yang bersifat ireversibel. Beberapa kelas obat antihipertensi yang direkomendasikan dan pilihan untuk obat antihipertensi tergantung pada penyebab hipertensi emergensi, tingkat keparahan tinggi tekanan darah dan tekanan darah psien sebelum mengalami hipertensi emergensi. Hiperensi emergensi ditandai dengan peningkatan tekanan darah (>180/120 mmhg) yang disertai dengan komplikasi disfungsi organ. (Amartya, 2011) Keadaan hipertensi emergensi berhubungan dengan: 1. Defisit neurologis terutama TIA, hipertensi ensefalopati, perdarahan intrakranial dan stroke. 2. Komplikasi kardiovaskular seperti edema paru. miokard akut infark, krisis adrenergik, bedah aneurisma aorta, dan eklampsia. 3. Komplikasi ginjal yaitu hematuria dan disfungsi ginjal.

100 8 Tabel 2.3 Patofisiologi Hipertensi Emergensi Sumber: Amartya, 2011

101 9 2.6 Medikamentosa Hipertensi pada Stroke Akut Perdossi telah merumuskan pedoman dalam pengobatan stroke termasuk penanganan hipertensi pada stroke. Berikut ialah penatalaksaan hipertensi pada stroke akut. Gambar 2.1 Flowchart Penatalaksanaan Hipertensi pada Stroke Akut Sumber: PERDOSSI, 2007

102 10 Tabel 2.5 Obat Parenteral untuk Terapi Emergensi Hipertensi pada Stroke Akut Obat Dosis Mula kerja Labetolol mg iv bolus setiap 10 menit atau 2 mg/menit infus kontinyu Nikardipin 5-15 mg/jam infus kontinyu Diltiazem 5-40 µg/kg/menit infus kontinyu 5-10 menit 5-15 menit 5-10 menit Lama kerja Efek samping 3-6 jam Nausea, vomitus, hipotensi, blok atau gagal jantung, kerusakan hati, bronkospasme Sepanjang infus berjalan takikardi 4 jam Blok nodus A-V, denyut prematur atrium, terutama usia lanjut Keterangan Terutama untuk kegawatdaruratan hipertensi, kecuali pada gagal jantung akut Larut dalam air, tidak sensitif terhadap cahaya, vasodilatasi perifer dengan tanpa menurunkan aktivitas pompa jantung Krisis hipertensi Sumber: PERDOSSI, 2007

103 11 Tabel 2.6 Obat Oral untuk Terapi Urgensi Hipertensi pada Stroke Akut Jenis Obat Rute Mula kerja Lama kerja Dosis dewasa Frekuensi Pemberian Efek samping Nifedipin Oral Bukal menit 5-10 menit 3-6 jam 3-6 jam 10 mg 10 mg 6 jam menit Hipotensi, nyeri kepala, takikardia, pusing, muka merah Captopril Oral SL menit 5 menit 4-6 jam 2-3 jam 6,25-25 mg 6,26-25 mg 30 menit 30 menit Hiperkalemia, insufisiensi ginjal, hipotensi dosis awal Clonidin Oral 30 menit 8-12 jam 0,1-0,2 mg 12 jam Sedasi Prazosin Oral menit 8 jam 1-2 mg 8 jam Sakit kepala, fatique, drowsiness, weakness Sumber: PERDOSSI, 2007

104 12 Tabel 2.7 Terapi Hipertensi Urgency Obat Dosis Awitan Lama kerja Kaptopril 6,25 mg per oral atau sublingual bila tidak dapat menelan 15 menit 4 6 jam Klonidin Dosis awal per oral 0,15 mg, selanjutnya 0,15 mg tiap jam dapat diberikan sampai dengan dosis total 0,9 mg 0,5 2 jam 6 8 jam Labetalol mg per oral 0,5 2 jam 8 12 jam Furosemide mg per oral 0,5 1 jam 6 8 jam Sumber : SPM RSPAD Gatot Subroto, 2012

105 13 Tabel 2.8 Terapi Hipertensi Emergency Obat Dosis Awitan Lama kerja Diuretik Furosemide mg dapat diulang. Hanya diberikan bila terdapat retensi cairan 5 15 menit 2-3 jam Vasodilator Nitrogliserin Infus mcg/ menit, dapat ditingkatkan 5 mcg tiap 3 5 menit 2 5 menit 5 10 menit Diltiazem Bolus iv 10 mg (0,25 mg/kg/bb), dilanjutkan infus 5 10 mcg/jam 5 10 menit 4 jam Klonidin 6 ampul dalam 250 ml cairan infus, dosis diberikan dengan titrasi 5 15 menit Sepanjang infus Nicardipin 5 40 µg/ kgbb/menit infus kontinyu Sumber : SPM RSPAD Gatot Subroto, 2012

106 BAB 3 METODOLOGI PENGKAJIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal Agustus 2014 yang bertempat di Ruang Rawat Inap Unit Stroke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad. 3.2 Metode Pengkajian Data-data yang dikumpulkan berasal dari hasil pengamatan data rekam medik pada pasien rawat inap di unit stroke dan berdasar pada literatur literatur yang dipublikasikan yang berkaitan dengan stroke. Pemilihan pasien didasarkan atas komplikasi yang diderita yaitu stroke dengan riwayat hipertensi dan disertai dyslipidemia. Selain itu karena pasien masuk rumah sakit bersamaan saat pengambilan data berlangsung. Penulis tidak memilih pasien yang telah lama dirawat karena diperkirakan pasien akan keluar rumah sakit dalam jangka waktu yang tidak lama. Tahapan pengkajian dimulai dengan orientasi lapangan pada ruang rawat inap di RSPAD Gatot Soebroto, kemudian skrinig data rekam medik pasien. Setelah dilakukan observasi terhadap data rekam medik pasien, dilakukan pemilihan pasien. Pengambilan data berlangsung selama 5 hari yang kemudian dilanjutkan dengan studi literatur dan penulisan laporan. 14

107 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Pasien Tn. MT merupakan pasien rujukan dari Rumah Sakit TK. IV Daan Mogot Tangerang. Masuk RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal 16 Agustus 2014, jam kedatangan di Instalasi Gawat Darurat pukul Berikut ialah identitas singkat mengenai pasien Tn MT. Tabel 4.1 Identitas Pasien Nama Tn. M T Tanggal lahir No RM xx Alamat Kebon Nanas RT 12/05 Tangerang 4.1 Pemantauan Terapi di Instalasi Gawat Darurat Berdasarkan catatan medis IGD, pasien terjatuh saat berhenti naik motor lalu pasien berdiri kembali dan merasakan lemas pada kaki dan tangan kiri. Pasien memiliki riwayat penyakit hipertensi, tidak memiliki riwayat alergi, riwayat pengobatan sebelumnya ialah obat asam urat serta ketergantungan terhadap rokok. Selain itu pasien juga memiliki riwayat penyakit keluarga stroke yang dialami oleh ayah kandung. Oleh karena jendela terapi dalam pengobatan stroke akut sangat pendek, maka evaluasi dan diagnosis di IGD harus dilakukan dengan cepat, sistematik, dan cermat. Evaluasi gejala dan klinik stroke akut meliputi: 1. Anamnesa, terutama mengenai gejala awal, waktu awitan, aktivitas penderita saat serangan 2. Pemeriksaan fisik, meliputi meliputi penilaian respirasi, sirkulasi, oksimetri, dan suhu tubuh 3. Pemeriksaan neurologis, terutama pemeriksaan saraf kranialis, rangsang selaput otak, sistem motorik, sikap dan cara jalan refleks, koordinasi, sensorik dan fungsi kognitif (Perdossi, 2011) 15

108 16 Di dalam SPM RSPAD Gatot Soebroto disebutkan anamnesis hipertensi emergensi berupa riwayat hipertennsi dan terapinya, kepatuhan minum obat pasien, tekanan darah rata-rata, riwayat pemakaian obat-obatan simpatomimetik dan steroid, kelaian hormonal, riwayat penyakit kronik lain, gejala-gejala serebral jantung dan gangguan penglihatan. Pemeriksaan fisik yang dilakukan pada hipertensi emergensi ialah tekanan darah pada kedua ekstremitas, perabaan denyut nadi perifer, bunyi jantung bruit pada abdomen, adanya edema atau tanda penumpukan cairan, dan status neurologis. Kriteria diagnosis berupa peningkatan tekanan darah mendadak (systole atau diastole ) Pasien dikaji pada Instalasi Gawat Darurat pada pukul Berikut ialah hasil pengkajian evaluasi gejala dan diagnosis serta tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga medis Instalasi Gawat Darurat RSPAD Gatot Soebroto. Tabel 4.2 Catatan Medis Perawatan IGD Airway Bebas Breathing Normal, RR 26 x/ menit Circulation Nadi = 113 x/ menit Tensi = 197/120 mmhg Suhu = 38,5 0 C Nadi teraba hangat, acral hangat, turgor baik Disability OCS 14 Skala nyeri 0 Status psikologi Tidak ada masalah Risiko jatuh Risiko tinggi BB; TB 80 kg; 170 cm Diagnosa HT emergency Susp CVD Hemoragik Rencana kerja Darah rutin, Ur/Cr, GDS, AGD, OT/PT Ro thorax ap, CT scan kepala, NGT, kateter Terapi / tindakan O2 3L/ menit Tensilo start 0,5 µl by syringe pump Omeprazole 40 mg iv IVFD RL 20 tpm + NB amp drip Citicolin 500 iv

109 17 Selama pasien berada dalam Instalasi Gawat Darurat tanda-tanda vital pasien dipantau. Pemantauan meliputi pengukuran tekanan darah, nadi, laju respirasi, suhu dan skala nyeri. Berikut ialah hasil pemantauan tersebut Jam Tabel 4.3 Pemantauan tanda-tanda vital di IGD Kesadaran Tanda tanda vital TD Nadi RR Suhu Skala nyeri Apatis 193/ CM 187/ CM 181/ CM 175/ CM 176/ CM 180/ Pemeriksaan tekanan darah pasien perlahan mengalami penurunan dari awal kedatangan pada Instalasi Gawat Darurat saat pemeriksaan pukul 17.30, 18.00, serta Namun tekanan darah pada pemeriksaan selanjutnya mengalami peningkatan. Dari hasil pemeriksaan diperoleh data bahwa tekanan darah pasien di atas keadaaan normal yaitu < 120/80 mmhg. Gambar 4.1 Grafik Pemeriksaan Tekanan Darah di IGD

110 18 Pada pemeriksaan nadi pada pasien Tn. MT mengalami kenaikan dan penurunan yang tidak teratur. Pada pemeriksaan pertama pada awal kedatangan sebesar 115. Pemeriksaan kedua pada pukul sebesar 117. Pemeriksaan ketiga pada pukul mengalami penurunan menjadi 115. Pemeriksaan keempat mengalami kenaikan menjadi 119, kemudian menurun menjadi 110 dan naik kembali menjadi 111. Dari keseluruhan hasil pengukuran denyut nadi, nilainilai tersebut berada di atas rentang normal, yaitu kali/ menit untuk usia dewasa. Gambar 4.2 Grafik Pemeriksaan Nadi di IGD Pada pemerikasaan laju respirasi Tn. MT awal kedatangan sebesar 27x/menit. Pada pemeriksaan selanjutnya pukul sedikit mengalami kenaikan menjadi 28x/menit. Pegukuran selanjutnya mengalami penurunan menjadi 15 x/menit pada pemeriksaan pukul kemudian naik menjadi 26 x/menit pada pukul pada pukul dan laju respirasi pasien sebesar 23x/menit dan 24x/menit. Nilai laju respirasi pasien Tn. MT berada di luar batas normal, yakni kali menit.

111 19 Gambar 4.3 Grafik Pemeriksaan Laju Respirasi Pemeriksaan suhu pasien selama berada di IGD tetap tidak mengalami kenaikan dan penurunan. Hasil pengukuran pada pasien Tn. MT ialah sebesar 37 0 C. suhu ini termasuk dalam keadaan suhu normal. Gambar 4.4 Grafik Pemeriksaan Suhu di IGD 4.2 Pemantauan Terapi di Ruang Rawat Pada pukul pasien Tn. MT masuk ke ruang perawatan unit stroke dengan kondisi kesadaran composmentis, terpasang infus RL 15 tpm, parallel tensilo. Pasien dialihkan ke unit stroke berdasarkan hasil konsultasi dengan Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) dalam kasus ini ialah Letkol Ckm Dr.Solihul Muhibi, Sp.S., M.Si.MED. Berdasarkan pedoman kriteria pasien masuk unit stroke, sistem organ pasien Tn, MT mengalami kelainan/ keluhan stroke hemoragik dan tanpa dilakukan tindakan operasi serta memiliki nilai GCS

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit 4 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI RUMAH SAKIT. DIANA HOLIDAH Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember

TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI RUMAH SAKIT. DIANA HOLIDAH Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI RUMAH SAKIT DIANA HOLIDAH Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi : Berdasarkan Permenkes No.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu organisasi yag kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

MAKALAH STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

MAKALAH STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT MAKALAH STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT Oleh: Erita Rahmani 260112140509 PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2015 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah sakit Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014 pasal 1 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit BAB IV PEMBAHASAN A. Karakteristik Sampel Penelitian ini bertujuan untuk Rumah Sakit Umum Daerah Lombok untuk melihat gambaran Penerapan Farmasi Klinik rumah sakit sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 pasal 1 tentang rumah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 pasal 1 tentang rumah 4 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 pasal 1 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah 4 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG PEDOMAN PRAKTIK APOTEKER INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu dari saranan kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Defenisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah Sakit Umum Daerah di Pulau Bangka merupakan penelitian noneksperimental. Metode dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017 KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017 Program : Program Pelayanan Kefarmsian Puskesmas Megang Hasil (Outcome) : Terselengaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil dari tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, telinga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan kepmenkes RI No. 983/ MENKES/ SK XI/ 1992 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan kepmenkes RI No. 983/ MENKES/ SK XI/ 1992 tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tingkatan Rumah Sakit. Berdasarkan kepmenkes RI No. 983/ MENKES/ SK XI/ 1992 tentang pedoman organisasi rumah sakit umum, rumah sakit umum daerah, rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 1.3 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan Amalia, 2004).

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan Amalia, 2004). BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD) GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 JULI 22 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER Amalina

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm. 1306502333

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983/MenKes/SK/XI/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang BAB II 2.1 Rumah Sakit TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1.1 Definisi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 1 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit 4 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia seperti dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Defenisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai

Lebih terperinci

SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN

SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan Disampaikan dalam Pertemuan Tri Wulan I PC IAI Grobogan Tahun 2016 Purwodadi, 12 Maret 2016 Pokok Bahasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat pada umumnya semakin sadar akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu kunci utama bagi seseorang dalam melaksanakan

Lebih terperinci

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN Mustika Meladiah 1 ; Harianto 2 ; Rachmawati 3 Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit. seleksi (selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit. seleksi (selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit Alur pengelolaan sediaan farmasi meliputi empat fungsi dasar, yaitu seleksi (selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung dan mempengaruhi pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan citacita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah sakit Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 983/Menkes/SK/XI/1992 Rumah Sakit merupakan salah satu tempat dari sarana kesehatan menyelenggarakan kesehatan, bertujuan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Selatan

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Selatan LAMPIRAN 57 Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Selatan 58 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Tengah 59 Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian RSUD Depati Hamzah 60 Lampiran 4. Surat Ijin

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

PELAYANAN PENCAMPURAN ASEPTIK DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA. Oleh: Dra. Nastiti Setyo Rahayu. Apt

PELAYANAN PENCAMPURAN ASEPTIK DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA. Oleh: Dra. Nastiti Setyo Rahayu. Apt PELAYANAN PENCAMPURAN ASEPTIK DI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA Oleh: Dra. Nastiti Setyo Rahayu. Apt dra Nastiti Setyo Rahayu. Apt INST. FARMASI RSUP DR SARDJITO YOGYAKARTA TUJUAN (Pelayanan Standar) PASIEN:

Lebih terperinci

Pharmaceutical barrier in preventing counterfeit medicines in hospitals. Hadi Sumarsono, S. Farm., Apt.

Pharmaceutical barrier in preventing counterfeit medicines in hospitals. Hadi Sumarsono, S. Farm., Apt. Pharmaceutical barrier in preventing counterfeit medicines in hospitals Hadi Sumarsono, S. Farm., Apt. PERMENKES Nomor 58 Tahun 2014 Standard Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Standard pengelolaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era persaingan yang ketat, hal utama yang perlu diperhatikan oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing, mempertahankan pasar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatanyang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

2017, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.50, 2017 KEMENKES. Standar Pelayanan Kefarmasian Apotek. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD) GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 APRIL- 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Ayu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak paling mendasar yang harus dipenuhi setiap orang dalam mencapai kesejahteraan sosial dalam masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

2 Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lemb

2 Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1162, 2014 KEMENKES. Kefarmasian. Apotek. Standar Pelayanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup pasien yang dalam praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup pasien yang dalam praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Farmasi klinik 1. Definisi Farmasi Klinik Farmasi klinik menurut Clinical Resource and Aundit Group (1996) diartikan sebagai disiplin kerja yang berkonsentrasi pada penerapan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerjaan Kefarmasian Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Pengertian Rumah Sakit Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi

Lebih terperinci

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Instalasi Farmasi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (promotif, preventif, kuratif,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan dalam masyarakat biasanya dilakukan dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan kebutuhan hidup yang diwujudkan dan dilaksanakan dalam mencapai kesejahteraan kehidupan dalam masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO PERIODE 6 SEPTEMBER-28 OKTOBER 2011

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO PERIODE 6 SEPTEMBER-28 OKTOBER 2011 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO PERIODE 6 SEPTEMBER-28 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILDYANTI PUSPITASARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu unsur kesejahteraan dan hak asasi manusia adalah kesehatan. Kesehatan merupakan salah satu aspek yang harus dipenuhi karena termasuk kebutuhan pokok manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Berkembangnya ilmu pengetahuan tentang kesehatan di kehidupan masyarakat terutama perkembangan teknologi farmasi yang inovatif yang telah dikenal masyarakat luas dan banyaknya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Salah satu sarana untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas kehidupan manusia. Pembangunan

Lebih terperinci

Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kabupaten Magelang Berdasarkan Permenkes RI No.74 tahun 2016

Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kabupaten Magelang Berdasarkan Permenkes RI No.74 tahun 2016 Evaluasi Penerapan Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kabupaten Magelang Berdasarkan Permenkes RI No.74 tahun 2016 Puspita Septie Dianita 1*, Tiara Mega Kusuma 2, Ni Made Ayu Nila Septianingrum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang. Cetakan pertama, Desember : Drs. Rusli. Sp., FTS. Apt

Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang. Cetakan pertama, Desember : Drs. Rusli. Sp., FTS. Apt Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang Cetakan pertama, Desember 2016 Penulis : Drs. Rusli. Sp., FTS. Apt Pengembang Desain Intruksional: Dra. Lintang Patria, M.Kom. Desain oleh Tim P2M2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan menjadi salah satu prioritas yang perlu diperhatikan untuk bertahan hidup dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu tujuan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan bangsa Indonesia sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea 4 adalah untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. Permenkes Nomor 58 tahun 2014 ini di lakukan di 4 Rumah Sakit Umum

BAB IV PEMBAHASAN. Permenkes Nomor 58 tahun 2014 ini di lakukan di 4 Rumah Sakit Umum BAB IV PEMBAHASAN A. Karakteristik Sampel Penelitian profil penerapan pelayanan farmasi klinik berdasarkan Permenkes Nomor 58 tahun 2014 ini di lakukan di 4 Rumah Sakit Umum Daerah yang berada di Pulau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI D NOMOR 9 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT

Lebih terperinci