UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER CICILIA MARINA, S. Farm ANGKATAN LXXIX FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI FARMASI DEPOK DESEMBER 2014

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT NASIONAL (RSUPN) DR. CIPTO MANGUNKUSUMO PERIODE 7 JULI 22 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker CICILIA MARINA, S. Farm ANGKATAN LXXIX FAKULTAS FARMASI PROGRAM PROFESI FARMASI DEPOK DESEMBER 2014 ii

3 iii

4 iv

5 v

6 vi

7 KATA PENGANTAR Puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyelesaikan program Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo yang telah dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 22 Agustus 2014, serta dapat menyelesaikan laporan tugas umum ini. Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Apoteker di Fakultas Farmasi. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Ibu Dian Eka Permata, S.Farm., Apt selaku pembimbing I yang telah mengarahkan, berbagi ilmu, dan membimbing selama pelaksanaan PKPA di RSCM maupun penulisan laporan ini; 2. Dr. Fadlina Chany S, M.Si., Apt selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing penulis selama penyusunan laporan ini; 3. Bapak Dr. Mahdi Jufri, M.Si., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi ; 4. Bapak Dr. Hayun, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi dan pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan selama penulis menempuh pendidikan di Farmasi dan selama melaksanakan PKPA; 5. Ibu Dra. Yulia Trisna, M.Pharm., Apt. selaku Kepala Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo atas kesempatan yang telah diberikan kepada penulis untuk melaksanakan PKPA serta menggali ilmu sebanyakbanyaknya selama melaksanakan PKPA di RSCM; 6. Seluruh apoteker dan staf Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo atas waktu, pengarahan, dan bimbingannya selama penulis menjalani PKPA di RSCM; 7. Seluruh staf pengajar dan bagian Tata Usaha program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi atas ilmu, dukungan, dan bantuan vii

8 yang telah diberikan kepada penulis selama menempuh program studi Apoteker di Fakultas Farmasi ; 8. Keluarga tercinta dan orang-orang terdekat yang tidak pernah lelah memberikan dukungan secara moril dan materil; 9. Seluruh rekan sejawat Apoteker Angkatan 79 Fakultas Farmasi Universitas Indonesia atas kerja sama, dukungan, semangat, kekompakkan, dan persahabatan yang telah terjalin selama menempuh pendidikan di program profesi apoteker; dan 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan laporan ini. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan laporan ini. Oleh karena itu, penulis terbuka untuk menerima saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat, baik bagi diri penulis maupun pihak lain yang terlibat dan membaca laporan ini. Jakarta, Desember 2014 Penulis viii

9 ABSTRAK Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo bertujuan untuk memahami peran, fungsi, serta tanggung jawab apoteker dalam kegatan manajerial dan pelayanan farmasi di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo. Tugas khusus yang diberikan adalah pembuatan leaflet cara menggunakan heparin dan cara menggunakan dan membersihkan rotahaler di Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional (Rsupn) Dr. Cipto Mangunkusumo. Kata Kunci: Apoteker, Leaflet Heparin, Leaflet Rotahaler, Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional (Rsupn) Dr. Cipto Mangunkusumo. ix

10 ABSTRACT The aim of Pharmacist Internship Program at Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo is to understand the role, functions, and reponsibilites of pharmacist in pharmaceutical management and pharmaceutical care practice. Spesific task that given in pharmacist internship program is making flyer about the way of using heparin and the way of using and cleaning rotahaler in Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional (Rsupn) Dr. Cipto Mangunkusumo. Keywords: Pharmacist, Rumah Sakit Umum Pendidikan Nasional (Rsupn) Dr. Cipto Mangunkusumo., Heparin Flyer, Rotahaler Flyer. x

11 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR. HALAMAN PENGESAHAN DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL DAFTAR LAMPIRAN... i ii iv v vi vii viii BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan BAB 2 TINJAUAN UMUM Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Panitia Farmasi dan Terapi (TFT) Formularium Rumah Sakit Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Pelayanan Farmasi Klinik (Permenkes No. 58 Tahun 2014) BAB 3 TINJAUAN KHUSUS RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan Rumah Sakit BAB 4 PEMBAHASAN Gudang Perbekalan Farmasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Instalasi Sterilisasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Sub Instalasi Produksi Satelit Farmasi Kirana Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat Satelit Farmasi Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A) Satelit Farmasi Intensive Care Unit (ICU) Satelit Farmasi Pusat Pelayanan Farmasi Klinik RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran. 92 DAFTAR ACUAN.. 97 xi

12 DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1. Struktur Organisasi Suku Dinas Kesehatan Gambar 4.1. Struktur Organisasi IAL RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Gambar 4.2. Struktur Organisasi ISP Gambar 4.3. Skema Pembagian Penyimpanan Perbekalan Farmasi vii

13 DAFTAR TABEL Tabel 4.1. Aturan Pengiriman Obat di Satelit Farmasi IGD RSCM Tabel 4.2. Pembagian Ruang Rawat Inap Tiap Lantai Gedung A Tabel 4.3. Jadwal Pengambilan Perbekalan Farmasi yang Diterima Satelit viii

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Lampiran 3. Struktur Koordinasi Administrasi dan Keuangan Lampiran 4. Struktur Organisasi Koordinator Produksi dan Diklitbang Lampiran 5. Struktur Organisasi Koordinator Pelayanan Farmasi Lampiran 6. Alur Pengelolaan Perbekalan Farmasi di RSCM Lampiran 7. Denah Gudang Farmasi I Lampiran 8. Contoh Etiket Print Lampiran 9. Contoh Etiket Manual Lampiran 10. Contoh Klip Plastik Obat untuk Unit Dose Lampiran 11. Contoh Stiker Obat Lampiran 12. Contoh Blanko Kartu Stok Lampiran 13. Contoh Formulir Medication History Taking Lampiran 14. Lembar Pemantauan Terapi Obat untuk Pasien Rawat Inap Lampiran 15. Formulir Informasi Obat Pulang Lampiran 16. Lembar Checklist Review Resep Obat Pasien Lampiran 17. Lembar Formulir Serah Terima Barang Lampiran 18. Formulir Permintaan Khusus Obat Non Formularium Nasional ix

15 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang bermutu bukan hanya merupakan harapan bagi masyarakat, tetapi sudah menjadi suatu kebutuhan dan sekaligus menjadi tujuan Departemen Kesehatan yang harus diwujudkan dengan berbagai upaya. Adapun upaya yang dilakukan antara lain dengan mendekatkan dan memperluas pelayanan kesehatan kepada para masyarakat yang sifatnya menyeluruh, terpadu, merata, dan dapat diterima dengan mutu yang baik dan biaya yang relatif terjangkau. Upaya pelayanan kesehatan yang komprehensif atau menyeluruh meliputi upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif, dan rebilitatif. Rumah sakit yang merupakan salah satu dari sarana kesehatan merupakan rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal tersebut diperjelas dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor1333/Menkes/SK/XII/1999 tentang Standar Pelayanan Rumah Sakit yang menyebutkan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan obat yang bermutu, dan pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bermutu adalah pelayanan kesehatan yang dapat memuaskan setiap pemakai jasa layanan yang sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk serta penyelenggaraannya sesuai dengan standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan (Azwar, 1996). Paradigma lama telah bergeser menjadi paradigma baru yang ditandai dengan pengelolaan suatu organisasi yang menerapkan pola manajemen kualitas mutu dan pelayanan yang handal dalam menghadapi persaingan dan dinamika kerja yang meng-global, tak terkecuali pada sektor kesehatan. Kepuasan pasien menjadi tolak ukur tingkat kualitas pelayanan kesehatan. Selain itu, kepuasan pasien merupakan satu elemen yang penting dalam mengevaluasi kualitas layanan 1

16 2 dengan mengukur sejauh mana respon pasien setelah menerima jasa. Perbaikan kualitas jasa pelayanan kesehatan dapat dimulai dengan mengevaluasi setiap unsur-unsur yang berperan dalam membentuk kepuasan pasien. Sistem kepedulian kesehatan dapat diperbaiki melalui jalur klinis, layanan, termasuk perspektif pasien seperti seberapa baik jasa pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan. Pada saat ini orientasi paradigma pelayanan kefarmasian telah bergeser dari pelayanan obat (drug oriented) menjadi pelayanan pasien (patient oriented) dengan mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan yang sebelumnya hanya berfokus pada pengelolaan obat sebagai komoditi, berubah menjadi pelayanan yang komprehensif dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Hal tersebut juga terdapat dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, yang menyatakan bahwa pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu (Anonim, 2006). Tugas utama Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah pengelolaan mulai dari perencanaan, pengadaan, penyimpanan, penyiapan, peracikan, pelayanan langsung kepada pasien sampai dengan pengendalian semua perbekalan farmasi yang beredar dan digunakan dalam rumah sakit, baik untuk pasien rawat inap, rawat jalan, maupun untuk semua unit termasuk poliklinik rumah sakit (Siregar dan Amalia, 2004). Berkaitan dengan pengelolaan tersebut, Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus menyediakan obat untuk terapi yang optimal bagi semua pasien dan menjamin pelayanan bermutu tinggi dan yang paling bermanfaat dengan biaya minimal. Jadi Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah satu-satunya unit di rumah sakit yang bertugas dan bertanggung jawab sepenuhnya pada pengelolaan semua aspek yang berkaitan dengan perbekalan farmasi yang beredar dan digunakan di rumah sakit tersebut. Instalasi Farmasi Rumah Sakit bertanggung jawab mengembangkan suatu pelayanan farmasi yang luas dan terkoordinasi dengan baik dan tepat untuk memenuhi kebutuhan berbagai bagian atau unit diagnosis dan terapi, unit pelayanan keperawatan, staf medik, dan rumah sakit keseluruhan untuk kepentingan pelayanan pasien yang lebih baik (Siregar dan Amalia, 2004).

17 3 Apoteker merupakan tenaga kefarmasian yang memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melaksanakan pekerjaan kefarmasian. Seiring perkembangan zaman, profesionalisme apoteker semakin diperlukan karena pekerjaan kefarmasian tidak lagi berorientasi pada produk semata (product oriented), tetapi cenderung berorientasi pada pasien (patient oriented). Perubahan orientasi pekerjaan tersebut menuntut apoteker untuk memiliki pengetahuan yang luas dalam melaksanakan pelayanan kefarmasian, baik dalam pengelolaan perbekalan farmasi maupun pelayanan farmasi klinik. Salah satu upaya untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan bekerja sama dengan profesi kesehatan lainnya, maka Fakultas Farmasi menyelenggarakan program Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi mahasiswa Program Pendidikan Apoteker yang bekerja sama dengan Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta yang berlangsung selama 2 bulan. 1.2 Tujuan Tujuan pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Profesi Apoteker (PKPA) ini adalah untuk memberikan pemahaman serta pengalaman kepada mahasiswa apoteker tentang tugas pokok seorang apoteker di rumah sakit dalam peran manajemen perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo.

18 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Rumah Sakit Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan berupa rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit juga dapat didefinisikan sebagai institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya. Rumah sakit diselenggarakan berasaskan Pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak dan anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial (Menteri Kesehatan, 2009) Fungsi dan Tugas Rumah Sakit Menurut Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, dan untuk menjalankan tugas sebagaimana yang dimaksud fungsi rumah sakit adalah : a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit. b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis. c. Penyelenggaaan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan. 4

19 5 d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan Klasifikasi Rumah Sakit Suatu sistem klasifikasi rumah sakit diperlukan untuk memberikan kemudahan mengetahui identitas, organisasi, jenis pelayanan yang diberikan pemilik, serta evaluasi golongan rumah sakit. Rumah sakit dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan berdasarkan jenis pelayanan, kepemilikan, dan rumah sakit pendidikan Klasifikasi Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Pelayanan Berdasarkan jenis pelayanan, rumah sakit dapat digolongkan menjadi: 1. Rumah Sakit Umum Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit umum digolongkan menjadi: a. Rumah Sakit Umum Kelas A Rumah sakit umum kelas A harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, lima pelayanan spesialis penunjang medik, dua belas pelayanan medik spesialis lain, dan tiga belas pelayanan medik subspesialis. b. Rumah Sakit Umum Kelas B Rumah sakit umum kelas B harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar, empat pelayanan spesialis penunjang medik, delapan pelayanan medik spesialis lainnya, dan dua pelayanan medik subspesialis dasar. c. Rumah Sakit Umum Kelas C Rumah sakit umum kelas C harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat pelayanan medik spesialis dasar dan empat pelayanan spesialis penunjang medik.

20 6 d. Rumah Sakit Umum Kelas D Rumah sakit umum kelas D harus mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medik paling sedikit dua pelayanan medik spesialis dasar. 2. Rumah Sakit Khusus Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, rumah sakit khusus digolongkan menjadi: a. Rumah Sakit Khusus Kelas A b. Rumah Sakit Khusus Kelas B c. Rumah Sakit Khusus Kelas C Berdasarkan Pengelola Berdasarkan pengelolanya, rumah sakit dapat digolongkan menjadi : a. Rumah Sakit Publik Rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. b. Rumah Sakit Privat Rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Persero Terbatas atau Persero Rumah Sakit Pendidikan Rumah sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya.

21 Organisasi Rumah Sakit Organisasi di rumah sakit adalah sebuah struktur yang dibangun oleh rumah sakit sendiri yang memiliki tingkatan-tingkatan dan tugas masing-masing serta saling membutuhkan satu sama lain. Organisasi tersebut dapat berdiri di bawah naungan pemerintah ataupun tidak. Rumah sakit yang tidak berada di bawah naungan pemerintah adalah rumah sakit swasta. Mereka berdiri dari orang yang memiliki rumah sakit tersebut. Setiap rumah sakit harus memiliki organisasi yang efektif, efisien, dan akuntabel agar dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Menurut UU No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, organisasi rumah sakit paling sedikit terdiri atas kepala rumah sakit atau direktur rumah sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan. Kepala rumah sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang perumahsakitan. Pemilik rumah sakit tidak boleh merangkap menjadi kepala rumah sakit Tenaga Kesehatan Menurut UU No. 36 Tahun 2009, tenaga kesehatan merupakan setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Tenaga kesehatan juga harus memiliki kualifikasi minimum, memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional. Kode etik dan standar profesi diatur oleh organisasi profesi masing-masing. Menurut Undang Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan, tenaga kesehatan yang dimaksud yaitu: 1. Tenaga medis yang meliputi dokter dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis. 2. Tenaga psikologi klinis. 3. Tenaga keperawatan. 4. Tenaga kebidanan. 5. Tenaga kefarmasian yang meliputi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.

22 8 6. Tenaga kesehatan masyarakat yang meliputi epidemiolog kesehatan, tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatik dan kependudukan, serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga. 7. Tenaga kesehatan lingkungan yang meliputi tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan. 8. Tenaga gizi yang meliputi nutrisionis dan dietisien. 9. Tenaga keterapian fisik yang meliputi fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara, dan akupunktur. 10. Tenaga keteknisian medis yang meliputi perekam medis dan informasi kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan mulut, serta audiologis. 11. Tenaga teknik biomedika yang meliputi radiografer, elektromedis, ahli teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik prostetik. 12. Tenaga kesehatan tradisional yang meliputi tenaga kesehatan tradisional ramuan dan tenaga kesehatan tradisional keterampilan. 13. Tenaga kesehatan lain. 2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Definisi IFRS Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah suatu bagian / unit / divisi / fasilitas di rumah sakit, tempat penyelenggaraan semua kegiatan pekerjaan kefarmasian yang ditujukan untuk keperluan rumah sakit itu sendiri (Siregar dan Amalia, 2004). Berdasarkan definisi tersebut maka Instalasi Farmasi Rumah Sakit secara umum dapat diartikan sebagai suatu departemen atau unit atau bagian di suatu rumah sakit di bawah pimpinan seorang apoteker dan dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan perundang-undangan yang berlaku dan bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan serta pelayanan kefarmasian, yang terdiri dari pelayanan paripurna yang mencakup perencanaan, pengadaan, produksi, penyimpanan perbekalan farmasi, penyiapan obat berdasarkan resep

23 9 bagi pasien rawat inap dan rawat jalan, pengendalian mutu, distribusi, dan penggunaan seluruh perbekalan farmasi di rumah sakit. Pelayanan farmasi klinik umum dan spesialis mencakup pelayanan langsung pada pasien dan pelayanan klinik yang merupakan program rumah sakit secara keseluruhan (Siregar dan Amalia, 2004) Tugas dan Fungsi IFRS Berdasarkan Permenkes No.58 Tahun 2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit mempunyai: Tugas Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi: a. Menyelenggarakan, mengkoordinasikan, mengatur, dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan kefarmasian yang optimal dan profesional serta sesuai prosedur dan etik profesi. b. Melaksanakan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang efektif, aman, bermutu, dan efisien. c. Melaksanakan pengkajian dan pemantauan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai guna memaksimalkan efek terapi dan keamanan serta meminimalkan risiko. d. Melaksanakan Komunikasi, Edukasi, dan Informasi (KIE) serta memberikan rekomendasi kepada dokter, perawat, dan pasien. e. Berperan aktif dalam Tim Farmasi dan Terapi. f. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan serta pengembangan Pelayanan Kefarmasian. g. Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium Rumah Sakit. Fungsi Instalasi Farmasi Rumah Sakit, meliputi: 1. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi : a. Memilih Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai kebutuhan pelayanan Rumah Sakit. b. Merencanakan kebutuhan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai secara efektif, efisien, dan optimal.

24 10 c. Mengadakan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku. d. Memproduksi Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. e. Menerima Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku. f. Menyimpan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian. g. Mendistribusikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ke unit-unit pelayanan di Rumah Sakit. h. Melaksanakan pelayanan farmasi satu pintu. i. Melaksanakan pelayanan Obat unit dose atau dosis sehari. j. Melaksanakan komputerisasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai (apabila sudah memungkinkan). k. Mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. l. Melakukan pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang sudah tidak dapat digunakan. m. Mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. n. Melakukan administrasi pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. 2. Pelayanan Farmasi Klinik a. Mengkaji dan melaksanakan pelayanan resep atau permintaan obat. b. Melaksanakan penelusuran riwayat penggunaan obat. c. Melaksanakan rekonsiliasi obat. d. Memberikan informasi dan edukasi penggunaan obat, baik berdasarkan resep maupun obat non resep kepada pasien/keluarga pasien.

25 11 e. Mengidentifikasi, mencegah, dan mengatasi masalah yang terkait dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. f. Melaksanakan visite mandiri maupun bersama tenaga kesehatan lain. g. Memberikan konseling pada pasien dan/atau keluarganya. h. Melaksanakan Pemantauan Terapi Obat (PTO): Pemantauan efek terapi obat., Pemantauan efek samping obat, Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD). i. Melaksanakan Evaluasi Penggunaan Obat (EPO). j. Melaksanakan dispensing sediaan steril: Melakukan pencampuran obat suntik, Menyiapkan nutrisi parenteral, Melaksanakan penanganan sediaan sitotoksik, Melaksanakan pengemasan ulang sediaan steril yang tidak stabil. k. Melaksanakan Pelayanan Informasi Obat (PIO) kepada tenaga kesehatan lain, pasien/keluarga, masyarakat, dan institusi di luar Rumah Sakit. l. Melaksanakan Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS). 2.3 Tim Farmasi dan Terapi (TFT) Berdasarkan Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit tahun 2014 dalam pengorganisasian Rumah Sakit dibentuk Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang merupakan unit kerja dalam memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit mengenai kebijakan penggunaan obat di Rumah Sakit yang anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili semua spesialisasi yang ada di Rumah Sakit, Apoteker Instalasi Farmasi, serta tenaga kesehatan lainnya apabila diperlukan. TFT harus dapat membina hubungan kerja dengan komite lain di dalam Rumah Sakit yang berhubungan/berkaitan dengan penggunaan obat. Ketua TFT dapat diketuai oleh seorang dokter atau seorang Apoteker, apabila diketuai oleh dokter maka sekretarisnya adalah Apoteker, namun apabila diketuai oleh Apoteker, maka sekretarisnya adalah dokter. TFT harus mengadakan rapat secara teratur, sedikitnya 2 (dua) bulan sekali dan untuk Rumah Sakit besar rapat diadakan sekali dalam satu bulan. Rapat TFT dapat mengundang pakar dari dalam maupun dari luar Rumah Sakit yang dapat

26 12 memberikan masukan bagi pengelolaan TFT, memiliki pengetahuan khusus, keahlian-keahlian atau pendapat tertentu yang bermanfaat bagi TFT. Tugas Tim Farmasi dan Terapi (TFT) meliputi: a. Mengembangkan kebijakan tentang penggunaan obat di Rumah Sakit. b. Melakukan seleksi dan evaluasi obat yang akan masuk dalam formularium Rumah Sakit. c. Mengembangkan standar terapi. d. Mengidentifikasi permasalahan dalam penggunaan obat. e. Melakukan intervensi dalam meningkatkan penggunaan obat yang rasional. f. Mengkoordinir penatalaksanaan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki. g. Mengkoordinir penatalaksanaan medication error. h. Menyebarluaskan informasi terkait kebijakan penggunaan obat di Rumah Sakit. 2.4 Formularium Rumah Sakit Formularium Rumah Sakit disusun mengacu kepada Formularium Nasional. Formularium Rumah Sakit merupakan daftar obat yang disepakati staf medis, disusun oleh Tim Farmasi dan Terapi (TFT) yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit. Formularium Rumah Sakit harus tersedia untuk semua penulis resep, pemberi obat, dan penyedia obat di Rumah Sakit. Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan Rumah Sakit. Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapetik dan ekonomi dari penggunaan obat agar dihasilkan Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional. Tahapan proses penyusunan Formularium Rumah Sakit: a. Membuat rekapitulasi usulan obat dari masing-masing Staf Medik Fungsional (SMF) berdasarkan standar terapi atau standar pelayanan medik. b. Mengelompokkan usulan obat berdasarkan kelas terapi.

27 13 c. Membahas usulan tersebut dalam rapat Tim Farmasi dan Terapi (TFT), jika diperlukan dapat meminta masukan dari pakar. d. Mengembalikan rancangan hasil pembahasan Tim Farmasi dan Terapi (TFT), dikembalikan ke masing-masing SMF untuk mendapatkan umpan balik. e. Membahas hasil umpan balik dari masing-masing SMF. f. Menetapkan daftar obat yang masuk ke dalam Formularium Rumah Sakit. g. Menyusun kebijakan dan pedoman untuk implementasi. h. Melakukan edukasi mengenai Formularium Rumah Sakit kepada staf dan melakukan monitoring. Kriteria pemilihan obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit: a. Mengutamakan penggunaan obat generik. b. Memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan penderita. c. Mutu terjamin, termasuk stabilitas, dan bioavailabilitas. d. Praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan. e. Praktis dalam penggunaan dan penyerahan. f. Menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien. g. Memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak langsung. h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence based medicines) yang paling dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau. 2.5 Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai Menurut Permenkes No 58 Tahun 2014 terbaru yang telah ditetapkan pada bulan Agustus 2014, Apoteker bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang menjamin seluruh rangkaian kegiatan perbekalan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan ketentuan yang berlaku

28 14 serta memastikan kualitas, manfaat, dan keamanannya. Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan suatu siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan, perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pemusnahan dan penarikan, pengendalian, dan administrasi yang diperlukan bagi kegiatan Pelayanan Kefarmasian. Dalam Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa Pengelolaan Alat Kesehatan, Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit harus dilakukan oleh Instalasi Farmasi sistem satu pintu. Sistem satu pintu adalah satu kebijakan kefarmasian termasuk pembuatan formularium, pengadaan, dan pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang bertujuan untuk mengutamakan kepentingan pasien melalui Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Dengan demikian semua Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang beredar di Rumah Sakit merupakan tanggung jawab Instalasi Farmasi Rumah Sakit, sehingga tidak ada pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di Rumah Sakit yang dilaksanakan selain oleh Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan Permenkes No 58 Tahun 2014 meliputi: A. Pemilihan Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan. Pemilihan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai ini berdasarkan: a. Formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi. b. Standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah ditetapkan. c. Pola penyakit. d. Efektifitas dan keamanan. e. Pengobatan berbasis bukti. f. Mutu.

29 15 g. Harga. h. Ketersediaan di pasaran. B. Perencanaan Kebutuhan Perencanaan kebutuhan merupakan kegiatan untuk menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, dan efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi, serta disesuaikan dengan anggaran yang tersedia. Pedoman perencanaan harus mempertimbangkan: a. Anggaran yang tersedia. b. Penetapan prioritas. c. Sisa persediaan. d. Data pemakaian periode yang lalu. e. Waktu tunggu pemesanan. f. Rencana pengembangan. C. Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan perencanaan kebutuhan. Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu. Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengadaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai antara lain: a. Bahan baku obat harus disertai Sertifikat Analisa.

30 16 b. Bahan berbahaya harus menyertakan Material Safety Data Sheet (MSDS). c. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus mempunyai Nomor Izin Edar. d. Expired date minimal 2 (dua) tahun kecuali untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai tertentu (vaksin, reagensia, dan lain-lain). Pengadaan dapat dilakukan melalui: a. Pembelian Untuk Rumah Sakit Pemerintah, pembelian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan ketentuan pengadaan barang dan jasa yang berlaku. b. Produksi Sediaan Farmasi Instalasi Farmasi Rumah Sakit dapat memproduksi sediaan tertentu apabila: Sediaan Farmasi tidak ada di pasaran. Sediaan Farmasi lebih murah jika diproduksi sendiri. Sediaan Farmasi dengan formula khusus. Sediaan Farmasi dengan kemasan yang lebih kecil/repacking. Sediaan Farmasi untuk penelitian. Sediaan Farmasi yang tidak stabil dalam penyimpanan/harus dibuat baru (recenter paratus). Sediaan yang dibuat di Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan mutu dan terbatas hanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan di Rumah Sakit tersebut. c. Sumbangan/Dropping/Hibah Instalasi Farmasi harus melakukan pencatatan dan pelaporan terhadap penerimaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sumbangan/dropping/ hibah. Seluruh kegiatan penerimaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan cara sumbangan/dropping/hibah harus disertai dokumen administrasi yang lengkap dan jelas. Agar penyediaan Sediaan Farmasi,

31 17 Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dapat membantu pelayanan kesehatan, maka jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai harus sesuai dengan kebutuhan pasien di Rumah Sakit. Instalasi Farmasi dapat memberikan rekomendasi kepada pimpinan Rumah Sakit untuk mengembalikan/menolak sumbangan/dropping/hibah Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak bermanfaat bagi kepentingan pasien Rumah Sakit. d. Penerimaan Penerimaan merupakan kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu, waktu penyerahan, dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang harus tersimpan dengan baik. e. Penyimpanan Setelah barang diterima di Instalasi Farmasi perlu dilakukan penyimpanan sebelum dilakukan pendistribusian. Penyimpanan harus dapat menjamin kualitas dan keamanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan persyaratan kefarmasian. Persyaratan kefarmasian yang dimaksud meliputi persyaratan stabilitas dan keamanan, sanitasi, cahaya, kelembaban, ventilasi, dan penggolongan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Komponen yang harus diperhatikan antara lain: a. Obat dan bahan kimia yang digunakan untuk mempersiapkan obat diberi label yang secara jelas terbaca memuat nama, tanggal pertama kemasan dibuka, tanggal kadaluwarsa, dan peringatan khusus. b. Elektrolit konsentrasi tinggi tidak disimpan di unit perawatan kecuali untuk kebutuhan klinis yang penting. c. Elektrolit konsentrasi tinggi yang disimpan pada unit perawatan pasien dilengkapi dengan pengaman, harus diberi label yang jelas dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted) untuk mencegah penatalaksanaan yang kurang hati-hati.

32 18 d. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang dibawa oleh pasien harus disimpan secara khusus dan dapat diidentifikasi. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang harus disimpan terpisah yaitu: a. Bahan yang mudah terbakar, disimpan dalam ruang tahan api dan diberi tanda khusus bahan berbahaya. b. Gas medis disimpan dengan posisi berdiri, terikat, dan diberi penandaaan untuk menghindari kesalahan pengambilan jenis gas medis. Penyimpanan tabung gas medis kosong terpisah dari tabung gas medis yang ada isinya. Penyimpanan tabung gas medis di ruangan harus menggunakan tutup demi keselamatan. Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk sediaan, dan jenis Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired First Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) disertai sistem informasi manajemen. Penyimpanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang penampilan dan penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya kesalahan pengambilan obat. Rumah Sakit harus dapat menyediakan lokasi penyimpanan obat emergensi untuk kondisi kegawatdaruratan. Tempat penyimpanan harus mudah diakses dan terhindar dari penyalahgunaan dan pencurian. f. Pendistribusian Distribusi merupakan suatu rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/menyerahkan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu. Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.

33 19 Sistem distribusi di unit pelayanan dapat dilakukan dengan cara: Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (Floor Stock) 1. Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai untuk persediaan di ruang rawat disiapkan dan dikelola oleh Instalasi Farmasi. 2. Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang sangat dibutuhkan. 3. Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola (di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung jawab ruangan. 4. Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan. 5. Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan, dan kemungkinan interaksi obat pada setiap jenis obat yang disediakan di floor stock. a. Sistem Resep Perorangan Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan resep perorangan/pasien rawat jalan dan rawat inap melalui Instalasi Farmasi. b. Sistem Unit Dosis Pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai berdasarkan resep perorangan yang disiapkan dalam unit dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini digunakan untuk pasien rawat inap. c. Sistem Kombinasi Sistem pendistribusian Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bagi pasien rawat inap dengan menggunakan kombinasi a + b atau b + c atau a + c. g. Pemusnahan dan Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai

34 20 Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai bila: a. Produk tidak memenuhi persyaratan mutu. b. Telah kadaluwarsa. c. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan dalam pelayanan kesehatan atau kepentingan ilmu pengetahuan. d. Dicabut izin edarnya. Tahapan pemusnahan obat terdiri dari: a. Membuat daftar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan dimusnahkan. b. Menyiapkan Berita Acara Pemusnahan. c. Mengoordinasikan jadwal, metode, dan tempat pemusnahan kepada pihak terkait. d. Menyiapkan tempat pemusnahan. e. Melakukan pemusnahan disesuaikan dengan jenis dan bentuk sediaan serta peraturan yang berlaku. Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan oleh BPOM atau pabrikan asal. Rumah Sakit harus mempunyai sistem pencatatan terhadap kegiatan penarikan. h. Pengendalian Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pengendalian penggunaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis

35 21 Habis Pakai dapat dilakukan oleh Instalasi Farmasi harus bersama dengan Tim Farmasi dan Terapi (TFT) di Rumah Sakit. Tujuan pengendalian persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah untuk: a. Penggunaan obat sesuai dengan Formularium Rumah Sakit. b. Penggunaan obat sesuai dengan diagnosis dan terapi. c. Memastikan persediaan efektif dan efisien atau tidak terjadi kelebihan dan kekurangan/kekosongan, kerusakan, kadaluwarsa, dan kehilangan serta pengembalian pesanan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Cara untuk mengendalikan persediaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai adalah: a. Melakukan evaluasi persediaan yang jarang digunakan (slow moving). b. Melakukan evaluasi persediaan yang tidak digunakan dalam waktu tiga bulan berturut-turut (death stock). c. Stok opname yang dilakukan secara periodik dan berkala. i. Administrasi Administrasi harus dilakukan secara tertib dan berkesinambungan untuk memudahkan penelusuran kegiatan yang sudah berlalu. Kegiatan administrasi terdiri dari: a. Pencatatan dan Pelaporan Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang meliputi perencanaan kebutuhan, pengadaan, penerimaan, pendistribusian, pengendalian persediaan, pengembalian, pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai. Pelaporan dibuat secara periodik yang dilakukan Instalasi Farmasi dalam periode waktu tertentu (bulanan, triwulanan, semester atau pertahun).

36 22 Jenis-jenis pelaporan yang dibuat menyesuaikan dengan peraturan yang berlaku. Pencatatan dilakukan untuk: a. Persyaratan Kementerian Kesehatan/BPOM. b. Dasar akreditasi Rumah Sakit. c. Dasar audit Rumah Sakit. d. Dokumentasi farmasi. Pelaporan dilakukan sebagai: a. Komunikasi antara level manajemen. b. Penyiapan laporan tahunan yang komprehensif mengenai kegiatan di Instalasi Farmasi. c. Laporan tahunan. b. Administrasi Keuangan Apabila Instalasi Farmasi Rumah Sakit harus mengelola keuangan maka perlu menyelenggarakan administrasi keuangan. Administrasi keuangan merupakan pengaturan anggaran, pengendalian dan analisa biaya, pengumpulan informasi keuangan, penyiapan laporan, penggunaan laporan yang berkaitan dengan semua kegiatan Pelayanan Kefarmasian secara rutin atau tidak rutin dalam periode bulanan, triwulanan, semesteran atau tahunan. c. Administrasi Penghapusan Administrasi penghapusan merupakan kegiatan penyelesaian terhadap Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang tidak terpakai karena kadaluwarsa, rusak, mutu tidak memenuhi standar dengan cara membuat usulan penghapusan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai kepada pihak terkait sesuai dengan prosedur yang berlaku. 2.6 Pelayanan Farmasi Klinik (Permenkes No.58 Tahun 2014) Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan

37 23 meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien (patient safety) sehingga kualitas hidup pasien (quality of life) terjamin Pengkajian dan Pelayanan Resep Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai termasuk peracikan obat, pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur pelayanan resep dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian Obat (medication error). Kegiatan ini untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi: a. Nama, umur, jenis kelamin, berat badan, dan tinggi badan pasien. b. Nama, nomor izin, alamat, dan paraf dokter. c. Tanggal resep. d. Ruangan/unit asal resep. Persyaratan farmasetik meliputi: a. Nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan. b. Dosis dan jumlah obat. c. Stabilitas. d. Aturan dan cara penggunaan. Persyaratan klinis meliputi: a. Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat. b. Duplikasi pengobatan. c. Alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD).

38 24 d. Kontraindikasi. e. Interaksi obat Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh Obat/Sediaan Farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan, riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara, atau data rekam medik/pencatatan penggunaan obat pasien. Tahapan penelusuran riwayat penggunaan obat: a. Membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam medik/pencatatan penggunaan obat untuk mengetahui perbedaan informasi penggunaan obat. b. Melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan. c. Mendokumentasikan adanya alergi dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). d. Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat. e. Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan obat. f. Melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan. g. Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang digunakan. h. Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat. i. Melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat. j. Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat bantu kepatuhan minum obat (concordance aids). k. Mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa sepengetahuan dokter. l. Mengidentifikasi terapi lain, misalnya suplemen dan pengobatan alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien.

39 Rekonsiliasi Obat Rekonsiliasi obat merupakan proses membandingkan instruksi pengobatan dengan obat yang telah didapat pasien. Rekonsiliasi dilakukan untuk mencegah terjadinya kesalahan obat (medication error) seperti obat tidak diberikan, duplikasi, kesalahan dosis, atau interaksi obat. Kesalahan obat (medication error) rentan terjadi pada pemindahan pasien dari satu Rumah Sakit ke Rumah Sakit lain, antar ruang perawatan, serta pada pasien yang keluar dari Rumah Sakit ke layanan kesehatan primer dan sebaliknya. Tujuan dilakukannya rekonsiliasi obat adalah: a. Memastikan informasi yang akurat tentang obat yang digunakan pasien. b. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terdokumentasinya instruksi dokter. c. Mengidentifikasi ketidaksesuaian akibat tidak terbacanya instruksi dokter Pelayanan Informasi Obat (PIO) Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit. PIO bertujuan untuk: a. Menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit. b. Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan Obat/Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, terutama bagi Tim Farmasi dan Terapi. c. Menunjang penggunaan obat yang rasional. Kegiatan PIO meliputi: a. Menjawab pertanyaan. b. Menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter.

40 26 c. Menyediakan informasi bagi tim farmasi dan terapi sehubungan dengan penyusunan Formularium Rumah Sakit. d. Bersama dengan tim Penyuluhan Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap. e. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya. f. Melakukan penelitian Konseling Obat Konseling obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi obat dari Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker, rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya. Pemberian konseling yang efektif memerlukan kepercayaan pasien dan/atau keluarga terhadap Apoteker. Pemberian konseling obat bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost-effectiveness yang pada akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien (patient safety). Secara khusus konseling obat ditujukan untuk: a. Meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien. b. Menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien. c. Membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat. d. Membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat dengan penyakitnya. e. Meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. f. Mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat. g. Meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi. h. Mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan.

41 27 i. Membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien. Kegiatan dalam konseling obat meliputi: a. Membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien. b. Mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui Three Prime Questions. c. Menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat. d. Memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah pengunaan obat. e. Melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien. f. Dokumentasi Visite Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan Apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar Rumah Sakit baik atas permintaan pasien maupun sesuai dengan program Rumah Sakit yang biasa disebut dengan Pelayanan Kefarmasian di rumah (Home Pharmacy Care). Sebelum melakukan kegiatan visite Apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medik atau sumber lain Pemantauan Terapi Obat (PTO) Pemantauan Terapi Obat (PTO) merupakan suatu proses yang mencakup kegiatan untuk memastikan terapi obat yang aman, efektif, dan rasional bagi

42 28 pasien. Tujuan PTO adalah meningkatkan efektivitas terapi dan meminimalkan risiko Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). Kegiatan dalam PTO meliputi: a. Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respons terapi, dan Reaksi Obat yang Tidak Dikehendaki (ROTD). b. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat. c. Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat. Tahapan PTO: a. Pengumpulan data pasien. b. Identifikasi masalah terkait obat. c. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat. d. Pemantauan. e. Tindak lanjut Monitoring Efek Samping Obat Monitoring Efek Samping Obat (MESO) merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang tidak dikehendaki, yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosa, dan terapi. Efek Samping Obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi. MESO bertujuan: a. Menemukan Efek Samping Obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, dan frekuensinya jarang. b. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan. c. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya ESO. d. Meminimalkan risiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki. e. Mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki.

43 Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) Evaluasi Penggunaan Obat (EPO) merupakan program evaluasi penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan secara kualitatif dan kuantitatif. Tujuan EPO yaitu: a. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat. b. Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu. c. Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat. d. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat Dispensing Sediaan Steril Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Dispensing sediaan steril bertujuan: a. Menjamin agar pasien menerima obat sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. b. Menjamin sterilitas dan stabilitas produk. c. Melindungi petugas dari paparan zat berbahaya. d. Menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Kegiatan dispensing sediaan steril meliputi : A. Pencampuran Obat Suntik Melakukan pencampuran obat steril sesuai kebutuhan pasien yang menjamin kompatibilitas dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan. Kegiatan: a. Mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus. b. Melarutkan sediaan intravena dalam bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai. c. Mengemas menjadi sediaan siap pakai.

44 30 B. Penyiapan Nutrisi Parenteral Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan, formula standar, dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai. Kegiatan dalam dispensing sediaan khusus: a. Mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk kebutuhan perorangan. b. Mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi. C. Penanganan Sediaan Sitostatik Penanganan sediaan sitostatik merupakan penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas, maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun proses pemberian kepada pasien sampai pembuangan limbahnya. Kegiatan dalam penanganan sediaan sitostatik meliputi: a. Melakukan perhitungan dosis secara akurat. b. Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai. c. Mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan. d. Mengemas dalam kemasan tertentu. e. Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) Pemantauan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) merupakan interpretasi hasil pemeriksaan kadar obat tertentu atas permintaan dari dokter yang merawat karena indeks terapi yang sempit atau atas usulan dari Apoteker kepada dokter. PKOD bertujuan: a. Mengetahui Kadar Obat dalam Darah. b. Memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat.

45 31 Kegiatan PKOD meliputi: a. Melakukan penilaian kebutuhan pasien yang membutuhkan Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD). b. Mendiskusikan kepada dokter untuk persetujuan melakukan Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD). c. Menganalisis hasil Pemeriksaan Kadar Obat dalam Darah (PKOD) dan memberikan rekomendasi.

46 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS 3.1 RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Sejarah Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo didirikan pada tanggal 19 November 1919 dengan nama Centrale Burgerlijke Ziekenhuis. Centrale Burgerlijke Ziekenhuis (CBZ) menjadi rumah sakit perguruan tinggi (Ika Daigaku Byongin) pada bulan Maret 1942 di masa pendudukan Jepang di Indonesia. CBZ berubah nama menjadi Rumah Sakit Oemoem Negeri (RSON) dan dipimpin oleh Prof. Dr. Asikin Widjaya Koesoema dan kemudian dipimpin oleh Prof. Tamija pada tahun RSON berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) pada tahun Selanjutnya Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) diresmikan menjadi Rumah Sakit Tjipto Mangunkusumo (RSTM) pada tanggal 17 Agustus 1964 oleh Menteri Kesehatan pada masa itu, yaitu Prof. Dr. Satrio. RSTM diubah menjadi RSCM seiring dengan perkembangan ejaan baru Bahasa Indonesia. Sesuai dengan SK Menkes nomor 553/Menkes/SK.VI/1994, rumah sakit ini berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum Pusat Nasional (RSUPN) Dr. Cipto Mangunkusumo pada tanggal 13 Juni 1994 hingga saat ini. Gambar 3.1. RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo 32

47 33 \RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo ditetapkan sebagai Perusahaan Jawatan (Perjan) RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta berdasarkan pada PP No. 116 Tahun 2000 dan dalam perkembangan berikutnya, status Perjan RSCM berubah menjadi Badan Layanan Umum (BLU) berdasarkan pada PP No. 23 Tahun 2005, dengan harapan RSCM dapat memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal penyediaan barang dan jasa tanpa mengutamakan keuntungan, serta kegiatan yang dilakukan didasarkan pada prinsip efisiensi dan produktivitas Visi RSCM memiliki visi Menjadi rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan nasional terkemuka di Asia Pasifik tahun Misi RSCM memiliki misi, yaitu: 1. Memberikan pelayanan kesehatan paripurna dan bermutu serta terjangkau oleh semua lapisan masyarakat. 2. Menjadi tempat pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan. 3. Tempat penelitian dan pengembangan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui manajemen yang dinamis dan akuntabel Klasifikasi RSCM adalah rumah sakit umum pemerintah pusat kelas A dan merupakan pusat rujukan nasional. RSCM juga merupakan rumah sakit pendidikan yang bekerja sama dengan banyak pihak, salah satunya adalah dalam rangka melaksanakan program pendidikan pada bidang kesehatan. Sebagai contoh, Fakultas Kedokteran (FKUI) sebagai mitra penyelenggara program pendidikan Spesialis dan Sub Spesialis serta Fakultas Farmasi (FFUI) sebagai mitra penyelenggara program pendidikan profesi apoteker.

48 Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia RSCM dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang membawahi lima direktorat, yaitu Direktorat Medik dan Keperawatan, Direktorat Pengembangan dan Pemasaran, Direktorat Sumber Daya Manusia dan Pendidikan, Direktorat Keuangan, dan Direktorat Umum dan Operasional yang terkait dengan pelayanan rumah sakit. Struktur organisasi RSCM dapat dilihat pada Lampiran Nilai Budaya Lima nilai budaya yang dimiliki RSCM yaitu Profesionalisme, Integritas, Kepedulian, Penyempurnaan Berkesinambungan, serta Belajar dan Mendidik. 3.2 Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Instalasi Farmasi RSCM merupakan satuan kerja fungsional yang berperan sebagai pusat pendapatan di lingkungan RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo dan berada di bawah Direktorat Medik dan Keperawatan. Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang apoteker pejabat yang disebut Kepala Instalasi Farmasi Visi Instalasi Farmasi RSCM memiliki visi Menjadi penyelenggara pelayanan farmasi yang komprehensif dengan kualitas terbaik dan mengutamakan kepuasan pelanggan dengan melakukan peningkatan berkesinambungan Misi Instalasi Farmasi RSCM memiliki misi, yaitu: 1. Menyelenggarakan pelayanan farmasi prima untuk kepuasan pelanggan. 2. Menyelenggarakan manajemen perbekalan farmasi yang efektif dan efisien. 3. Menyelenggarakan pelayanan farmasi klinis untuk meningkatkan keselamatan pasien dan mencapai hasil terapi obat yang optimal. 4. Menunjang penyelenggaraan kebijakan obat di rumah sakit dalam rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional.

49 35 5. Memproduksi sediaan farmasi tertentu yang dibutuhkan RSCM sesuai persyaratan mutu. 6. Berperan serta dalam peningkatan pendapatan rumah sakit. 7. Berperan serta dalam program pendidikan dan pelatihan (Diklat), serta penelitian dan pengembangan (Litbang) farmasi Tujuan Umum Menyelenggarakan pelayanan farmasi yang profesional berdasarkan pada prosedur kefarmasian dan etika profesi, bekerja sama dengan dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lain yang terkait dalam rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional Tujuan Khusus 1. Aspek Manajemen Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efisien, menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan, mewujudkan sistem informasi yang tepat guna dan berdaya guna, meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan farmasi melalui pendidikan dan pelatihan, serta mengawasi, mengendalikan, dan mengevaluasi mutu pelayanan farmasi. 2. Aspek Klinik Mengkaji instruksi pengobatan, mengidentifikasi dan menyelesaikan permasalahan yang berhubungan dengan obat, memantau efektivitas dan keamanan penggunaan obat, menjadi pusat informasi obat bagi tenaga kesehatan, pasien/keluarga, dan masyarakat, melaksanakan konseling pada pasien, melakukan pengkajian obat, melakukan penanganan obat obat kanker, melakukan perencanaan, penerapan, dan evaluasi obat, bekerja sama dengan tenaga kesehatan lain, dan berperan serta dalam tim/kepanitiaan di rumah sakit seperti Panitia Farmasi dan Terapi (PFT), serta Pelaksana Pengendalian Resistensi Antibiotik (PPRA).

50 Tugas Pokok dan Fungsi Instalasi Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo bertugas melaksanakan pengelolaan perbekalan farmasi yang optimal, meliputi perencanaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian perbekalan farmasi dan produksi sediaan farmasi, serta melaksanakan pelayanan farmasi klinis sesuai dengan prosedur kefarmasian dan etika profesi. Instalasi Farmasi juga berpartisipasi aktif dalam kegiatan pendidikan, pelatihan, dan penelitian di bidang farmasi. Untuk menjalankan tugasnya tersebut, Instalasi Farmasi RSCM berfungsi dalam: 1. Penyusunan standar, kriteria, prosedur, dan indikator kinerja pelayanan kefarmasian. 2. Pengkoordinasian perencanaan perbekalan farmasi. 3. Pengelolaan perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. 4. Penyelenggaraan produksi sediaan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. 5. Penyelenggaran pengkajian instruksi pengobatan dan resep pasien. 6. Pengidentifikasian masalah dalam penggunaan obat dan alat kesehatan. 7. Pencegahan dan penanganan masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan terhadap efektivitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan. 8. Pemberian informasi kepada petugas kesehatan, pasien, atau keluarga. 9. Pemberian konseling kepada pasien atau keluarga. 10. Pelaksanaan pencampuran obat suntik, dispensing, dan dosis unit. 11. Penyelenggaraan supervisi terhadap pelayanan farmasi. 12. Pemantauan, pengawasan, dan pengendalian terhadap jaminan mutu pengelolaan pelayanan kefarmasian. 13. Pengembangan profesi SDM kefarmasian. 14. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia Instalasi Farmasi RSCM bertanggung jawab langsung kepada Direktorat Medik dan Keperawatan. Instalasi Farmasi berpusat di Gedung Central Medical

51 37 Unit (CMU 2) lantai 3 dan dipimpin oleh seorang apoteker selaku Kepala Instalasi Farmasi RSCM yang membawahi : 1. Koordinator Administrasi dan Keuangan (Adminkeu) Mempunyai tugas melaksanakan pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, dan pengawasan perbekalan farmasi sesuai prosedur. 2. Koordinator Produksi dan Diklitbang Mempunyai tugas dalam melaksanakan kegiatan pengadaan perbekalan farmasi di RSCM. 3. Koordinator Pelayanan Farmasi Struktur organisasi Instalasi Farmasi RSCM dapat dilihat pada Lampiran Keterlibatan Farmasi dalam Kepanitiaan Rumah Sakit Pelaksana Pengendalian Resistensi Antimikroba (PPRA) PPRA merupakan suatu tim pelaksana yang dibentuk oleh rumah sakit untuk tujuan: 1. Tercapainya peningkatan mutu dalam penggunaan antibiotik di rumah sakit melalui kerja sama dengan empat pilar yang terdiri dari Panitia Farmasi dan Terapi, Panitia Pengendalian Infeksi Rumah Sakit (PPIRS), Tim Mikrobiologi Klinik, dan Tim Farmasi Klinik. 2. Terlaksananya pengawasan, pemantauan, dan pengendalian prosedur penggunaan antibiotik pada masing-masing unit agar tidak menyimpang dari prosedur yang telah ditetapkan. 3. Terlaksananya evaluasi pelaksanaan pemakaian antibiotic. 4. Terselenggaranya pendidikan, pelatihan, dan penelitian dalam pengendalian resistensi antimikroba. Tim PPRA melaksanakan pengawasan dan pengendalian penggunaan antimikroba secara bijak (meliputi efikasi, biaya, keamanan, dan kenyamanan) di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo. Tim PPRA terdiri dari:

52 38 1. Tim inti yaitu: a. Perwakilan dari Panitia Farmasi dan Terapi. b. PPIRS. c. Spesialis Mikrobiologi Klinik. 2. Perwakilan dari Departemen Patologi Klinik. 3. Perwakilan Departemen Penyakit Dalam, Departemen Bedah, Departemen Kebidanan dan Kandungan, dan Departemen Ilmu Kesehatan Anak. 4. Perwakilan Divisi Penyakit Tropik Departemen Ilmu Penyakit Dalam. 5. Perwakilan Bidang Pelayanan Medik dan Bidang Keperawatan. Organisasi PPRA terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, dan anggota yang terdiri dari unsur klinis (mewakili Departemen/UPT/Instalasi terkait), perawat, apoteker, spesialis Mikrobiologi Klinik, spesialis Patologi Klinik, spesialis Farmakologi Klinik, dan konsultan Penyakit Tropik Infeksi. Tim PPRA dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Pokja PPRA dari berbagai departemen/upt/instalasi yang melaksanakan pelayanan yang berhubungan dengan penggunaan antimikroba. Pokja departemen terdiri dari ketua yang merangkap sebagai anggota Tim PPRA dan beberapa orang anggota. Pokja PPRA tingkat departemen/instalasi/upt termasuk di dalamnya adalah (SK No.10281/TU.K/34/VI/2011): 1. Departemen Penyakit Dalam 2. Departemen Bedah 3. Departemen IKA 4. Departemen Obstetri dan Ginekologi 5. Departemen Kulit dan Kelamin 6. Departemen Gigi dan Mulut 7. Departemen Bedah Syaraf 8. Departemen Mata 9. Departemen Neurologi 10. Departemen Urologi 11. Departemen THT 12. ICU 13. Unit Pelayanan Luka Bakar

53 Pelayanan Jantung Terpadu 15. Instalasi Gawat Darurat Tugas pokok dari Tim PPRA adalah melaksanakan pengendalian resistensi antimikroba. Fungsi lain dari PPRA adalah sebagai berikut: 1. Menetapkan kebijakan pengendalian penggunaan antibiotik. 2. Menerapkan kebijakan di bidang pengendalian resistensi antimikroba melalui koordinasi empat pilar. 3. Menyusun program kerja Tim PPRA dan Pokja PPRA departemen/upt/instalasi. 4. Menyebarluaskan dan meningkatkan pemahaman serta kesadaran tentang prinsip pengendalian resistensi antimikroba yang terkait dengan penggunaan antibiotik secara bijak. 5. Sebagai konsultan dalam pemilihan antibiotik lini ke Melakukan pemantauan dan evaluasi penggunaan antibiotik, pola resistensi kuman, dan insiden MRSA. Tim PPRA menyelenggarakan ronde klinik setiap minggu dan pertemuan berkala secara terencana minimal satu bulan sekali. Kegiatan ini bertujuan untuk membahas program dan kegiatan yang telah ditetapkan dalam PPRA dan menyampaikan rekomendasi hasil keputusan rapat secara tertulis kepada Direktur Medik dan Keperawatan dan pihak terkait (Departemen/UPT/Instalasi Pelayanan dan empat pilar PPRA). Empat pilar yang berkoordinasi dengan Tim PPRA antara lain Tim Mikrobiologi Klinik yang berkoordinasi dengan Departemen Patologi Klinik, Panitia Farmasi Terapi, Tim Farmasi Klinik, dan Tim Panitia Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit (PPIRS) Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) Panitia Farmasi dan Terapi adalah panitia ahli yang berada di bawah Komite Medik dan bertugas membantu Direktur Utama dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan dan peraturan tentang pengelolaan dan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM. Keanggotaan Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) didasarkan atas usulan dari Kepala Departemen/Bidang/Instalasi dan disahkan

54 40 oleh Direktur Utama. Keanggotaannya diperbarui maksimal setiap 5 tahun sekali. Anggota PFT tidak boleh mempunyai ikatan kerja dengan perusahaan farmasi manapun. Ketua, sekretaris, dan 2 (dua) anggota PFT ditetapkan sebagai pengurus harian. Setiap departemen memiliki PFT tingkat departemen yang terdiri dari ketua, sekretaris, dan 2-3 orang anggota. Ketua PFT tingkat departemen menjadi anggota ex officio PFT tingkat RSCM. PFT menyusun program kerja tentang pemilihan dan penyusunan formularium. PFT juga mengajukan anggaran setiap tahun untuk mendukung program kerjanya. Tugas PFT mencakup : 1. Sebagai penasehat bagi pimpinan RSCM dan tenaga kesehatan dalam semua masalah yang berkaitan dengan perbekalan farmasi. 2. Menyusun kebijakan penggunaan perbekalan farmasi di RSCM. 3. Menyusun formularium obat, daftar alat kesehatan, dan reagensia; dan memperbaharuinya secara berkala. Seleksi obat, alat kesehatan, dan reagensia didasarkan pada kemanjuran, keamanan, kualitas, dan harga. PFT harus mampu meminimalkan jenis obat yang nama generiknya sama atau jenis obat yang indikasinya sama. 4. Memantapkan dan melaksanakan program serta agenda kegiatan yang menjamin berlangsungnya pelaksanaan terapi yang efektif, aman, dan hemat biaya. 5. Merencanakan dan melaksanakan program pelatihan serta penyebaran informasi tentang hal-hal yang berhubungan dengan seleksi, pengadaan, dan penggunaan obat kepada staf medis RSCM. 6. Berperan aktif dalam menjamin mutu pemilihan, pengadaan, dan penggunaan perbekalan farmasi. 7. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi efek samping obat yang terjadi di RSCM. 8. Memandu tinjauan penggunaan obat (drug utilization review) dan melakukan umpan-balik hasil tinjauan tersebut ke seluruh staf medis. Dalam melaksanakan tugas tersebut, PFT perlu mengadakan rapat rutin sekurangnya satu bulan sekali untuk membicarakan implementasi kebijakan dan

55 41 peraturan tentang seleksi, pengadaan, penyimpanan, dan penggunaan perbekalan farmasi. Keputusan rapat pleno yang menyangkut kebijakan diambil berdasarkan musyawarah. Jika musyawarah tidak berhasil, maka dapat dilakukan pemungutan suara. Setiap anggota PFT yang ikut serta dalam pengambilan keputusan harus bebas dari kepentingan pribadi atau kelompok dan semata-mata untuk kepentingan pasien (Formularium RSCM, 2014).

56 BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Gudang Perbekalan Farmasi Pusat RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Gudang perbekalan farmasi merupakan sarana penting dalam proses pengelolaan perbekalan farmasi di RSCM dan dalam struktur organisasi saat ini gudang perbekalan farmasi berada di bawah Instalasi Administrasi dan Logistik (IAL). Adapun Struktur Organisasi Instalasi Administrasi dan Logistik (IAL) dapat dilihat pada Gambar 4.1. Gambar 4.1. Struktur Organisasi IAL RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo Gudang Perbekalan Farmasi Pusat RSCM terdiri dari Gudang Farmasi I, Gudang Farmasi II, dan Gudang Gas Medis. Waktu pelayanan Gudang Perbekalan Farmasi Pusat, yaitu pukul sampai dengan yang terbagi dalam 2 shift. Setelah Juli 2013, pengelolaan perbekalan farmasi berada di bawah Instalasi Administrasi dan Logistik (IAL), dimana sebelumnya berada di bawah Instalasi Farmasi. Alur pengelolaan perbekalan farmasi di RSCM dapat dilihat pada Lampiran 3. Kegiatan Gudang Perbekalan Farmasi Pusat saat ini berfokus pada pemesanan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengawasan, dan 42

57 43 pelaporan perbekalan farmasi di Rumah Sakit. Pemesanan dilakukan berdasarkan pada Surat Perintah Kerja (SPK) yang dikeluarkan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP). Pemesanan perbekalan farmasi ke distributor dilakukan berdasarkan pada permintaan (defekta) perbekalan farmasi dari setiap unit kerja dan satelit farmasi yang dilakukan secara rutin dua kali dalam seminggu, dan dari permintaan mendesak (sito) yang dapat dilakukan setiap hari. Permintaan perbekalan farmasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan selama dua minggu dengan persediaan buffer 6 hari. Perencanaan yang telah dibuat oleh petugas Gudang Pusat selanjutnya dikirim ke koordinator logistik. Jika permintaan telah disetujui oleh koordinator logistik, maka petugas pemesanan akan membuat surat pesanan ke distributor terkait yang selanjutnya akan dikirim ke Gudang Pusat. Setelah perbekalan farmasi diterima di Gudang Pusat, selanjutnya dilakukan proses penerimaan barang yang dilakukan oleh Panitia Penerimaan bersama dengan petugas gudang. Pada proses penerimaan, dilakukan kegiatan pemeriksaan yang meliputi kesesuaian daftar pesanan, baik jenis dan jumlah pesanan, serta penyesuaian dengan faktur penjualan melalui komputer. Selain itu, dilakukan juga pemeriksaan terhadap bentuk fisik, nama perbekalan farmasi, dan tanggal kadaluwarsa perbekalan farmasi yang akan diterima. Jika terdapat kemasan yang telah rusak atau perbekalan farmasi tidak sesuai, maka dapat dilakukan penggantian barang ke distributor. Tetapi, jika barang sudah sesuai dengan permintaan dan telah lulus dalam pemeriksaan, barang tersebut disimpan sesuai dengan tempat penyimpanannya. Khusus untuk perbekalan farmasi yang bersifat termolabil, pemeriksaan juga dilakukan dengan melihat kesesuaian penyimpanan perbekalan farmasi, yaitu dalam perjalanan distribusi perbekalan farmasi dari distributor ke Gudang Pusat harus disimpan di dalam cool box yang dilengkapi dengan termometer dan dipastikan berada pada suhu yang sesuai. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap dokumen-dokumen penyerta perbekalan farmasi, misalnya Material Safety Data Sheet (MSDS) untuk bahan berbahaya dan beracun (B3). Setelah pemeriksaan dilakukan dan perbekalan farmasi yang diterima telah sesuai dengan pesanan, Panitia Penerimaan memberikan tanda tangan, nama jelas dan stempel gudang farmasi, serta tanggal penerimaan pada faktur penjualan dan salinan faktur.

58 44 Lembar asli faktur dan salinannya diserahkan kepada petugas gudang. Data dari lembar faktur tersebut akan di-input oleh petugas ke dalam sistem komputer dan kartu stok manual, meliputi data spesifikasi produk, asal distributor, jumlah, dan waktu kadaluwarsa. Namun, jika terdapat perbekalan farmasi yang tidak sesuai dan tidak lulus pemeriksaan, maka dapat dilakukan pengembalian atau penggantian barang ke distributor. Perbekalan Farmasi yang telah diterima kemudian disimpan di Gudang Pusat. Tujuan penyimpanan perbekalan farmasi adalah menempatkan perbekalan farmasi yang diterima dengan aman dan sesuai aturan kefarmasian agar terjamin kualitas dan kuantitasnya. Penyimpanan yang sesuai dapat memudahkan kegiatan pencarian barang untuk mempercepat pelayanan serta memudahkan pengawasan dan operasional penyimpanan. Penyimpanan perbekalan farmasi disusun dengan sistem First In First Out (FIFO) dan First Expired First Out (FEFO). Selain itu, penyimpanan juga disusun berdasarkan jenis perbekalan farmasi, yaitu alat kesehatan diletakkan di ruang Alkes I, II, dan III pada Gudang Farmasi I; obat (oral atau injeksi) diletakkan di ruang penyimpanan obat pada Gudang Farmasi I; bahan berbahaya dan beracun (B3) diletakkan di ruang tahan api pada Gudang Farmasi I; cairan dan hemodialisa diletakkan di Gudang Farmasi II, dan gas medis diletakkan di Gudang Gas Medis. Denah gedung Farmasi 1 dapat dilihat pada Lampiran 4. Selain berdasarkan pada jenis perbekalan farmasi, penyimpanan juga didasarkan pada bentuk sediaan, kestabilan perbekalan farmasi, sifat perbekalan farmasi (high alert atau sitostatika), rute pemberian obat, obat produksi RSCM, serta nama generik dan nama dagang. Penyimpanan obat di Gudang Pusat juga disusun berdasarkan alfabetis dengan memperhatikan penyusunan obat yang tergolong Look Alike Sound Alike (LASA) untuk menghindari terjadinya kesalahan dispensing. Obat yang tergolong LASA memiliki bentuk dan pengucapan yang mirip sehingga penyimpanannya dipisah dengan satu atau dua obat lain, dan pada wadah penyimpanan diberi penandaan dengan stiker LASA berwarna hijau. Obat-obat mahal, obat-obat high alert, dan obat-obat sitostatika disimpan pada lemari khusus. Tempat penyimpanan obat high alert ditandai

59 45 dengan lakban berwarna merah pada bagian tepi pintu tempat penyimpanan dan diberi label high alert pada tiap kemasan primer dan sekunder obat. Obat sitostatika disimpan di lemari terpisah dan diberi label berwarna ungu Obat Kanker, Tangani dengan Hati-hati pada kemasan sekunder obat. Penyimpanan obat yang sudah tertata rapi dan baik dengan pemberian label petunjuk pada setiap kelompok obat akan memudahkan dispensing obat, mengingat jenis dan jumlah perbekalan farmasi di rumah sakit sangat besar. Obat narkotika dan psikotropika disimpan di dalam lemari khusus yang terpisah dari penyimpanan obat lainnya. Obat narkotika disimpan dalam lemari berpintu dua dengan kunci ganda. Kunci lemari tersebut dipegang oleh Asisten Apoteker yang bertugas pada tiap shift. Penyimpanan alat kesehatan di Gudang Pusat terpisah dengan penyimpanan obat-obatan. Alat kesehatan disusun berdasarkan kesamaan jenis misalnya kapas, alat pelindung diri, pouches dan indikator steril, serta berdasarkan kelompok departemen pengguna, misalnya Departemen Bedah, Departemen Mata, dan Departemen Pelayanan Jantung Terpadu (PJT). Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam pengambilan barang. Agar akuntabilitas perbekalan farmasi tetap terjaga, maka petugas gudang melakukan stock opname (SO) setiap tiga bulan sekali untuk memudahkan pengawasan perbekalan farmasi dengan mengetahui kesesuaian fisik perbekalan farmasi yang ada dengan jumlah yang tertera pada kartu stok dan sistem IT serta untuk mengetahui nilai aset RSCM. Kegiatan stock opname juga dilakukan untuk mempermudah pengawasan terhadap perbekalan farmasi yang mendekati waktu kadaluwarsa. Produk yang akan kadaluwarsa dalam waktu enam bulan ke depan akan diberi label berwarna kuning yang dilengkapi dengan waktu kadaluwarsanya. Mutu perbekalan farmasi yang disimpan juga dijaga dengan melakukan pemantauan suhu pada lemari pendingin dan ruangan yang dilakukan setiap hari. Pemantauan suhu lemari pendingin dilakukan sebanyak tiga kali sehari, yaitu pada pukul 06.00, 14.00, dan WIB, sedangkan pemantauan suhu ruangan dilakukan satu kali sehari pada pukul WIB. Gudang Pusat merupakan pusat pendistribusian perbekalan farmasi di Rumah Sakit. Gudang melayani permintaan dari seluruh satelit dan unit kerja.

60 46 Permintaan perbekalan farmasi ke Gudang Pusat dapat dilakukan secara rutin sesuai jadwal yang telah ditetapkan untuk masing-masing satelit dan unit kerja atau permintaan sito setiap hari. Permintaan ke Gudang Pusat dilakukan secara online melalui sistem Electronic Health Record (EHR) untuk satelit farmasi dan unit kerja. Permintaan yang diajukan secara online akan langsung dicetak oleh Gudang Pusat dalam bentuk surat permintaan barang. Defekta terhadap obat-obat narkotika dibuat dalam surat permintaan tersendiri. Petugas Gudang Pusat akan menyiapkan perbekalan farmasi yang diminta serta melakukan pencatatan jenis dan jumlah perbekalan farmasi yang tertera pada surat permintaan. Petugas administrasi akan memproses surat permintaan tersebut untuk mendapatkan Form Penerimaan Barang bagi tiap satelit/unit/departemen terkait. Penyiapan perbekalan farmasi oleh petugas gudang biasanya dilakukan dalam waktu maksimal satu hari sebelum pengambilan barang oleh satelit atau unit kerja. Pada saat penyerahan, dilakukan pengecekan kembali oleh petugas gudang dan pihak satelit atau unit kerja dengan membaca ulang dan memeriksa perbekalan farmasi yang telah disiapkan. Setelah dinyatakan bahwa barang yang diterima pihak satelit atau unit kerja sesuai dengan permintaan, kemudian dilakukan penandatanganan bersama Form Penerimaan Barang oleh petugas gudang dan petugas satelit atau unit kerja. Lembar form yang asli disimpan oleh pihak gudang, sedangkan lembar copy diberikan kepada pihak satelit farmasi atau unit kerja. Gudang Pusat juga melayani permintaan mendesak/sito setiap hari. Untuk memenuhi permintaan perbekalan farmasi di luar jam operasional gudang, petugas satelit harus menghubungi Penanggung jawab Gudang Pusat untuk mengambil perbekalan farmasi di gudang dengan didampingi satu orang saksi dan petugas keamanan untuk membuka pintu gudang untuk kemudian keesokan harinya membuat permintaan ke EHR. Gudang Pusat juga melakukan kegiatan pemusnahan untuk perbekalan farmasi yang telah kadaluwarsa maupun yang rusak. Perbekalan farmasi yang tidak digunakan, terkontaminasi, sudah kadaluwarsa, atau rusak diretur kembali ke gudang dari satelit-satelit dan unit kerja. Pemusnahan dilakukan sesuai perintah direktur dan dilakukan oleh Panitia Pemusnahan dan dibuat berita acara pemusnahan.

61 47 Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA di Gudang Perbekalan Farmasi Pusat, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan, antara lain: 1. Masih terdapat ketidaksesuaian jumlah data barang pada kartu stok dengan jumlah fisik atau jumlah barang di IT. 2. Masih terdapat lemari pendingin yang tidak memiliki daftar nama obat-obat yang terdapat di dalamnya sehingga menyulitkan petugas baru yang akan menyiapkan permintaan perbekalan farmasi. Saran untuk mengatasi hal tersebut, yaitu: 1. Ketidaksesuaian antara kartu stok dengan jumlah fisik Dilakukan sampling stok dan fisik sebanyak 10 item per hari dan jika terjadi ketidaksesuaian, maka petugas harus langsung menelusuri penyebab ketidaksesuaian. 2. Membuat daftar nama obat-obat yang terdapat di dalam masing-masing lemari pendingin dan menempelkannya pada pintu lemari pendingin yang sesuai. Daftar tersebut juga perlu diperiksa dan diperbaharui secara berkala sehingga data yang tersedia selalu ter-update sesuai dengan persediaan yang terdapat di dalamnya. 4.2 Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Kondisi alat kesehatan yang steril melalui sterilisasi merupakan prinsip dasar untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial. Tujuan sterilisasi adalah untuk terlaksananya patient safety melalui pemutusan mata rantai penyebaran mikroorganisme. Pelaksanaan sterilisasi membutuhkan perangkat dan sistem yang utuh dalam pelaksanaannya dengan petugas khusus yang memiliki keterampilan khusus sebagai first step to quality. Oleh karena itu, Instalasi Sterilisasi Pusat (ISP) menjadi unit yang sangat dibutuhkan di rumah sakit untuk memenuhi ketersediaan barang-barang steril untuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.

62 Definisi Instalasi Sterilisasi Pusat Instalasi Sterilisasi Pusat merupakan unit kerja yang bertugas menyediakan barang-barang dan peralatan steril yang dibutuhkan oleh departemen/instalasi/unit kerja lainnya di RSCM Visi dan Misi ISP RSCM Visi dari ISP RSCM adalah menjadi ISP yang terkemuka di Asia Pasifik Tahun Misi dari ISP RSCM adalah: a. Menyelenggarakan pusat pelayanan sterilisasi yang aman dan bermutu. b. Menjadi penyedia alat kesehatan steril untuk jejaring pelayanan kesehatan. c. Meningkatkan kompetensi SDM di bidang sterilisasi. d. Menyedikan sarana dan prasarana yang handal. e. Menyediakan tempat pendidikan/pelatihan dan penelitian/pengembangan di bidang sterilisasi Tujuan dan Strategi ISP RSCM Tujuan dari ISP RSCM adalah tercapainya pelayanan pusat sterilisasi dengan pergeseran posisi menjadi revenue center. Strategi yang digagas antara lain: a. Meningkatkan efisiensi produktivitas. b. Meningkatkan profesionalisme. c. Menciptakan restrukturisasi. d. Menerapkan sistem managemen keuangan. e. Menetapkan tarif pelayanan sterilisasi berdasarkan perhitungan unit cost. f. Meningkatkan mutu pemantauan dan evaluasi Pengelolaan Organisasi dan Sumber Daya Manusia ISP RSCM diketuai oleh Kepala Instalasi Pusat Sterilisasi yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur Umum dan Operasional. Kepala Instalasi Pusat

63 49 Sterilisasi membawahi dua kepala bagian yaitu Kepala Sub Instalasi Operasional dan Kepala Sub Instalasi Mutu. Adapun Struktur Organisasi Instalasi ISP dapat dilihat pada Gambar 4.2. Direktur Umum dan Operasional Kepala Instalasi Sterilisasi Pusat Kepala Sub Instalasi Operasional Kepala Sub Instalasi Mutu Logistik dan Inventory Produksi BMHP Steril SDM dan Diklat Administrasi dan Pelaporan Pre-Cleaning/ Cleaning Pengemasan/ Penandaan Penyimpanan dan Distribusi Quality Control Proses Sterilisasi Quality Control Gambar 4.2. Struktur Organisasi ISP Ruang dan Sarana ISP RSCM Ruang ISP RSCM memiliki suhu C dan kelembaban 35-75%. Pertukaran udara dilakukan minimal 10 kali per jam dan pada setiap ruangan harus memiliki exhaust/hepafilter. Alat yang digunakan untuk membantu

64 50 sterilisasi yaitu ultrasonic, washer automatic, dry heat sterilisator, autoclave sterilisator, dan plasma sterilisator. ISP RSCM memiliki tiga jenis area, yaitu: a. Area Unclean Area bertekanan negatif sebagai tempat proses dekontaminasi. b. Area Clean Tempat dilakukannya proses pengemasan, labeling, dan sterilisasi. c. Area Steril Area bertekanan positif untuk pelaksanaan uji visual, penyimpanan, dan distribusi barang steril Sistem Pelayanan Sistem pelayanan ISP terbagi dua, yaitu sistem pelayanan yang tersentralisasi dan desentralisasi. Sistem pelayanan tersentralisasi mencakup hal manajemen (SDM, SOP, perencanaan) dan pelayanan sterilisasi perbekalan farmasi dasar steril. Untuk sistem pelayanan desentralisasi mencakup hal khusus, seperti pelayanan sterilisasi instrumen, linen, peralatan operasi, dot botol bayi, dan baju operasi. Pelaksanaan sterilisasi di RSCM tersentralisasi di ISP. Keuntungan sentralisasi tersebut diantaranya: a. Peningkatan efisiensi ruangan, SDM, peralatan, dan waktu. b. Mutu dari alat kesehatan steril terjamin karena adanya prosedur indikator mutu. c. Pelayanan yang diberikan akan lebih cepat dan dapat mengurangi beban kerja SDM di unit pengguna perbekalan farmasi steril. d. Pengawasan dan pengendalian proses sterilisasi menjadi lebih mudah. e. Mencegah duplikasi dalam proses sterilisasi Kegiatan ISP Kegiatan yang dilakukan di ISP adalah sebagai berikut: 1. Alur Perpindahan Barang Satu Arah ISP RSCM memiliki alur dalam perpindahan barang. Alur tersebut berupa alur satu arah, dari area kotor ke area bersih dan akhirnya ke area steril. Di area

65 51 kotor, barang non steril diterima dan dipilih, kemudian, barang direndam, dibersihkan/disikat, dibilas, dan dikeringkan sebelum dibawa ke area bersih. Di area bersih, barang diterima, dikelompokkan sesuai unit kerja yang melakukan permintaan sterilisasi dan dilakukan uji kelayakan barang sesuai dengan yang tercantum dalam formulir permintaan sterilisasi, dan dikemas. Barang yang dikemas kemudian diberi label, disusun dan diuji secara mekanik, kimia, dan biologi, kemudian barang akan melalui proses sterilisasi. Setelah proses sterilisasi, barang akan masuk ke area steril dan disimpan. 2. Alur Aktivitas Fungsional Terdapat dua subjek yang ditangani oleh ISP, yaitu supplier dan customer. Supplier memberikan barang bersih yang ditempatkan pada loket barang bersih ISP. Berbeda dengan supplier, barang kotor yang berasal dari customer diserahkan melalui loket barang kotor. Barang kotor diseleksi dan dilakukan dekontaminasi (fisika atau kimia) lalu dikemas dan diberi label. Sebelum dilakukan pengemasan dan pemberian label, petugas akan melakukan uji mutu pada sebagian barang. Barang bersih yang lolos uji mutu dapat memasuki tahap pengemasan dan labeling. Setelah dikemas dan diberi label, barang diuji mutunya sebelum memasuki proses sterilisasi. Pada proses sterilisasi, barang yang tidak berhasil disterilisasi akan dilakukan proses sterilisasi ulang dengan cara mengulang proses sterilisasi dari awal, sedangkan barang yang kondisinya telah memenuhi persyaratan akan dilakukan uji visual kemudian ditempatkan di penyimpanan barang steril. Barang-barang di area penyimpanan barang steril kemudian didistribusikan melalui loket distribusi dan akan diawasi mutunya oleh customer atau supplier. 3. Proses Sterilisasi Perbekalan Farmasi Dasar Barang bersih memasuki tahap kontrol spesifikasi sebelum pengemasan dan labeling. Selain itu, barang diuji secara mekanik, kimia, dan biologi. Setelah dikemas dan diberi label, barang disusun dengan baik sebelum sterilisasi. Sterilisasi menggunakan suhu tinggi (autoklaf C) atau suhu rendah ( C).

66 52 Setelah proses sterilisasi, barang akan melalui uji visual dan ditempatkan pada bagian penyimpanan barang steril untuk didistribusikan. 4. Proses Sterilisasi Barang Medis Ulang Pakai Proses sterilisasi barang medis ulang pakai ISP RSCM harus melalui proses dekontaminasi terlebih dahulu dan sebelumnya lolos uji mekanik, kimia, dan biologi. Barang yang telah didekontaminasi kemudian dikeringkan dan dilakukan kontrol spesifikasi, lalu memasuki tahap pengemasan, labeling, dan penyusunan. Setelah penyusunan, barang disterilisasi dengan suhu tinggi atau suhu rendah sesuai dengan informasi yang tertera pada formulir permintaan sterilisasi. Setelah melewati tahap sterilisasi, barang selanjutnya diuji secara visual dan ditempatkan di bagian penyimpanan barang steril untuk didistribusikan. Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA di ISP, terdapat beberapa permasalahan yang ditemukan, antara lain: 1. Proses pencucian alkes (botol susu bayi) hanya direndam & dibilas saja bagian luarnya (bagian dalam tetap disikat bersih), kurang dibersihkan hingga benarbenar bersih. 2. Kedua pintu Pass box di loket kotor dan loket bersih terbuka saat terjadi proses serah terima alkes. 3. Masih terdapat material kecil pada bagian dalam kassa produksi BMHP. 4.3 Sub Instalasi Produksi Sub Instalasi Produksi merupakan salah satu fasilitas kegiatan pengadaan perbekalan farmasi di RSCM. Adapun fungsi dari sub instalasi produksi adalah untuk membantu menunjang fungsi Instalasi Farmasi dalam hal penyiapan dan pengadaan perbekalan farmasi di RSCM. Sumber daya manusia yang terdapat di Sub Instalasi Produksi, terdiri dari 3 Apoteker, 24 asisten apoteker, dan 4 pekarya.

67 Sub Instalasi Produksi melayani antara lain : 1. Produksi sediaan farmasi, yaitu produksi sediaan farmasi untuk keperluan internal RSCM. Produksi sediaan farmasi yang dilakukan di RSCM terdiri dari sediaan steril dan non-steril. Kriteria sediaan farmasi yang diproduksi antara lain: a. Sediaan dengan formula khusus. b. Sediaan dengan kemasan yang lebih kecil (re-packing). c. Sediaan yang tidak ada di pasaran. d. Sediaan dengan harga yang lebih murah. e. Produk yang harus selalu dibuat segar. f. Sediaan untuk keperluan penelitian. 2. Pelayanan aseptic dispensing, ada beberapa lokasi untuk pelayanan aseptic dispensing di RSCM, antara lain terdapat di : a. Central Medical Unit (CMU) 2 lantai 3: melakukan pencampuran obat suntik (IV admixture), pencampuran obat sitostatik, dan re-packing sediaan serbuk steril. b. Perinatologi : melakukan pencampuran obat suntik (IV admixture) dan TPN. c. Gedung A lantai 8: melakukan pencampuran obat sitostatik. d. Departemen Ilmu Kesehatan Anak (IKA): melakukan pencampuran obat kemoterapi. Sub Instalasi Produksi CMU 2 lantai 3 dan Perinatologi beroperasi dalam 2 shift yaitu pada pukul WIB dari hari Senin hingga Sabtu. Gedung A lantai 8 beroperasi dalam 2 shift yaitu pukul WIB untuk hari Senin hingga Jumat sedangkan untuk hari Sabtu dan Minggu hanya 1 shift mulai pukul WIB. Departemen IKA beroperasi hanya 1 shift pada pukul WIB dari hari Senin hingga Jumat. Selain itu, sub Instalasi Produksi di gedung CMU 2 lantai 3 memiliki fasilitas untuk melaksanakan kegiatan produksi agar selalu sesuai standar dan terjamin mutunya. Fasilitas disesuaikan dengan kegiatan produksi yang dilakukan dalam ruangan tersebut. Terdapat beberapa ruangan di dalamnya, yaitu :

68 54 a. Ruang karantina sebagai tempat untuk menyimpan alat dan bahan yang baru masuk sebelum digunakan pada proses produksi. b. Ruang pencucian sebagai tempat untuk membersihkan alat dan kemasan yang akan digunakan dalam proses produksi. c. Ruang bahan baku sebagai tempat penyimpanan bahan baku obat yang akan digunakan dalam proses produksi. Penyimpanan bahan baku disimpan berdasarkan rute penggunaannya, yaitu bahan baku untuk sediaan oral dan obat luar. d. Ruang peracikan sediaan farmasi non-steril yang terdiri dari ruangan tempat dilakukannya peracikan obat oral dan peracikan sediaan obat luar. e. Ruang produksi steril sebagai tempat dilakukannya kegiatan produksi steril dan repacking. f. Ruang uji mutu sebagai tempat dilakukannya kegiatan pengujian kualitas produk yang dihasilkan. g. Ruang penyiapan aseptik, terdiri dari: 1) Ruang Sitostatika, merupakan ruangan tempat dilakukannya peracikan dan pencampuran (dispensing) obat-obat kemoterapi. Prinsip tekanan dalam ruangan ini adalah tekanan negatif sehingga tekanan di luar ruangan lebih besar dari tekanan di dalam ruangan. Dengan prinsip seperti ini, diharapkan zat-zat yang bersifat sitostatik tidak menyebar keluar ruangan sehingga petugas yang di luar ruang terhindar dari efek paparan obat sitostatika. 2) Ruang Pencampuran Obat Suntik dan Nutrisi Parenteral, merupakan ruangan tempat dilakukan peracikan dan pencampuran (dispensing) sediaan obat suntik atau nutrisi parenteral. Prinsip tekanan dalam ruangan adalah tekanan positif sehingga tekanan dalam ruangan lebih besar dibanding luar ruangan. Hal ini bertujuan agar ruangan dalam tidak terkontaminasi dari partikel yang terdapat di luar ruangan. Produksi steril dan non-steril yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi menghasilkan sekitar 146 jenis sediaan dengan berbagai konsentrasi dan volume yang bermacam macam yang terdiri dari obat dalam 29 item, obat luar 108 item, dan obat steril 9 item. Produk steril yang diproduksi, antara lain sediaan salep

69 55 kemicetin, kloramfenikol tulle, dan metilen blue. Sementara sediaan non-steril yang dihasilkan, yaitu sediaan obat oral seperti kapsul dan serbuk bungkus, sediaan obat luar, seperti salep dan salicyl talk, hand rub, alkohol 70%, dan povidone iodine Kegiatan PKPA di Sub Instalasi Produksi PKPA yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi berlokasi di gedung CMU 2 lantai 3 dan berlangsung selama tiga hari. Beberapa kegiatan yang diamati dan diikuti mahasiswa, antara lain : a. Mengamati Kegiatan Rekonstitusi Obat Sitostatika Pasien Rawat Jalan Alur pelayanan dispensing obat kemoterapi yang dilakukan di Sub Instalasi Produksi dimulai dari penerimaan resep berupa formulir pelayanan pencampuran obat sitostatika dari pihak satelit farmasi pusat oleh petugas rekonstitusi obat sitostatika. Untuk menghindari terjadinya kesalahan dispensing, formulir juga dilengkapi dengan salinan/copy protokol kemoterapi yang ditulis oleh dokter. Petugas yang akan melakukan rekonstitusi kemudian melakukan skrining resep dengan memeriksa kesesuaian pasien dan dosis obat untuk menjamin keamanan pasien. Petugas juga memeriksa obat-obatan yang diserahkan beserta cairan infus dan spuit yang dibutuhkan sesuai dengan jumlah yang tertulis dalam formulir permintaan rekonstitusi. Apabila pasien tidak jadi atau berhalangan melakukan kemoterapi, maka obat disimpan di Depo Sitostatika sebagai obat titipan pasien. Persiapan pencampuran obat sitostatika meliputi penyiapan cairan, obat sitostatika, dan spuit sesuai dengan jumlah yang dibutuhkan. Selain itu, juga dilakukan pembuatan etiket yang berisi nama pasien, nomor rekam medik (NRM), jumlah obat yang dioplos beserta jumlah cairan pelarutnya, rute pemberian, tanggal dan waktu pembuatan, serta tanggal dan waktu kadaluwarsa. Seluruh obat, cairan, spuit, dan etiket yang diperlukan ditempatkan di dalam kotak obat dan didistribusikan melalui pass box yang terhubung ke dalam ruang steril tempat penyiapan obat secara aseptis. Sebelum masuk ke ruangan steril dan melakukan rekonstitusi, petugas terlebih dahulu menggunakan alat pelindung diri (APD) sesuai ketentuan yang berlaku untuk keamanan bagi petugas sendiri dan menjamin sterilitas produk yang dihasilkan. Persiapan tersebut meliputi pemakaian gown

70 56 dan APD lainnya, seperti penutup kepala, sarung tangan steril, masker N95, penutup mata (goggle), dan penutup kaki. Sarung tangan yang digunakan untuk prosedur aseptis pencampuran obat sitostatika adalah rangkap dua, sarung tangan pertama digunakan di ruang ganti (gowning), sarung tangan yang kedua digunakan petugas setelah masuk ke dalam ruang steril. Selanjutnya, petugas masuk ke dalam ruang steril tempat pencampuran yang di dalamnya terdapat Biological Safety Cabinet (BSC) yang dilengkapi dengan Laminar Air Flow (LAF) dengan aliran udara vertikal. Sebelum proses rekonstitusi, perlu dilakukan pembersihan area kerja agar tercipta lingkungan yang aseptik dengan cara mengelap bagian dalam BSC dengan alkohol 70% dan gerakan yang searah, serta mengelap kemasan obat, cairan, dan spuit yang akan dimasukkan ke dalam BSC dengan mengunakan alkohol 70%. Perlu disiapkan juga tempat pembuangan khusus limbah sitostatika dan peralatan lain yang dibutuhkan, seperti beaker glass. Adapun rekonstitusi obat sitostatika yang telah dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, dimana dilakukan di ruang steril dalam BSC serta dikerjakan dengan hati-hati dan teliti. Setelah selesai direkonstitusi, sediaan sitostatika diberikan etiket dan label obat sitostatika. Pelabelan dan pemberian etiket juga dilakukan di dalam ruang steril. Khusus obat yang tidak tahan cahaya, obat dikemas menggunakan aluminium foil. Sediaan akhir yang selesai dikerjakan kemudian dikeluarkan dari ruang steril melalui pass box dan dikemas ke dalam plastik klip per pasien. b. Mengamati Proses Aseptic Dispensing Mahasiswa mengamati kegiatan aseptic dispensing sediaan parenteral berupa premixed KCl dan kegiatan re-packing sediaan serbuk steril. Alur yang dilakukan pada aseptic dispensing adalah pengecekan permintaan yang dilakukan secara online. Jika terdapat permintaan, akan dilakukan pengisian form permintaan yang telah disediakan. Kemudian, disiapkan bahan-bahan lain yang akan digunakan. Proses dispensing dilakukan di ruang aseptik dengan tekanan udara positif, menggunakan APD lengkap serta pembersihan area kerja dengan alkohol 70%. Dalam ruangan tersebut, dilakukan pengemasan dan pemberian

71 57 etiket pada sediaan yang telah siap. Obat yang telah siap akan diantarkan oleh pekarya ke satelit atau unit kerja yang memesan sediaan tersebut. c. Re-packing Pembuatan Sediaan Povidone Iodine Proses re-packing dilakukan untuk mengemas kembali sediaan menjadi kemasan yang lebih kecil dan ekonomis, meliputi kemasan 10 cc, 30 cc, dan 60 cc. d. Pembuatan Sirup Omeprazole Sirup omeprazole merupakan sediaan sirup yang tidak tersedia di pasaran sehingga produksi sirup omeprazole ini dapat memenuhi kebutuhan di RSCM. Umumnya, produksi sirup ini tidak banyak dan hanya diproduksi sesuai dengan permintaan agar kestabilan obat tetap terjaga. e. Pengisian Kapsul Pengisian kapsul yang dilakukan adalah pengisian kapsul NaCl. Sebelum pengerjaan dilakukan, area kerja dan peralatan yang akan digunakan dibersihkan menggunakan alkohol. Proses pengisian kapsul dilakukan dengan menggunakan alat. Setelahnya, kapsul dimasukkan ke dalam wadah dan diberi etiket berisi nama obat, jumlah sediaan, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluwarsa. Berdasarkan hasil pengamatan selama pelaksanaan PKPA di Sub Instalasi Produksi, kegiatan produksi yang dilaksanakan di Sub Instalasi Produksi telah sesuai dengan prosedur dan telah memanfaatkan sumber daya yang ada dengan maksimal. Hanya saja, terdapat beberapa masalah yang ditemukan, antara lain : 1. Terjadinya kekosongan bahan baku yang menyebabkan kegiatan produksi tidak berjalan dengan baik. 2. Penyiapan obat sitostatika yang menumpuk di pagi hari. 3. Permintaan produk dari dokter yang belum terlaksana. 4. Adanya petugas yang tidak menggunakan APD pada saat proses pembuatan kapsul natrium bicarbonate. 4.4 Satelit Farmasi Kirana Satelit Farmasi Kirana dibuka oleh IFRS pada tahun 2011 dan ditujukan khusus untuk pasien dengan diagnosis penyakit mata yang memiliki tiga depo

72 58 farmasi, yaitu depo farmasi lantai 1, lantai 3, dan lantai 4. Depo lantai 1 melayani pasien rawat jalan, depo lantai 3 melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk tindakan operasi mata, sedangkan depo lantai 4 melayani pasien rawat inap. Depo lantai 1 beroperasi setiap hari Senin hingga Jumat dengan jadwal dua shift, yakni shift pertama mulai pukul WIB dan shift kedua mulai pukul WIB, sedangkan depo farmasi lantai 3 dan 4 memiliki jadwal satu shift, yaitu mulai pukul hingga WIB atau biasa sampai long shift Sumber Daya Manusia (SDM) Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) di Satelit Kirana berjumlah 9 orang, terdiri dari satu orang apoteker penanggungjawab dan 5 orang Asisten apoteker, 2 orang porter, dan 1 orang administrasi (staff kirana). Selain obat mata, satelit ini juga menyediakan obat-obat lain, berupa obat oral, injeksi, B3, psikotropika, dan narkotika sebagai terapi penyerta di luar pengobatan mata untuk pasien Kirana. Depo farmasi lantai 1 melayani pasien rawat jalan, depo farmasi lantai 3 hanya melayani kebutuhan ruang OK/bedah dan lasik, sedangkan depo lantai 4 melayani pasien rawat inap. Bagian OK di Satelit Kirana memiliki 12 divisi mata dan masing-masing menggunakan sistem paket untuk pendistribusian perbekalan farmasinya. Pada depo lantai 3 pendokumentasian permintaan paket dilakukan melalui pencatatan pada lembar formulir serah terima barang (lampiran 17) yang berisi data pasien, unit, No.regis, Rekam Medik (RM), Hari/tanggal, dan jenis tindakan, sedangkan untuk verbal order yang ada pada Lt. 3 dan 4 dilakukan juga pencatatan meliputi nama pasien, nama barang, jumlah yang diminta, dokter yang meminta, dan paraf. Kedua pencatatan tersebut nantinya akan diinput ke sistem EHR Kegiatan Satelit Kirana Pengelolaan Perbekalan Farmasi a. Perencanaan, Pengadaan, dan Penerimaan Perbekalan Farmasi Perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan 6 bulan sekali yaitu periode Januari-Juni dan Juli-Desember dimana metode yang digunakan berdasarkan metode permintaan resep dan metode

73 59 konsumsi. Data perencanaan dikirim ke Gudang Pusat untuk disiapkan pengadaannya. Depo lantai 3 dan 4 membuat perencanaan untuk pemesanan barang dan dikirimkan ke depo lantai 1. Defekta perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan oleh pihak depo lantai 1 secara online pada hari Senin dan Rabu, sedangkan pengambilan perbekalan farmasi dilakukan pada hari Selasa dan Kamis. Satelit Kirana tidak memiliki pekarya, maka perbekalan farmasi yang diminta diantar oleh petugas Gudang Pusat. Pada hari pengantaran barang ke Satelit Kirana, dilakukan pengecekan kesesuaian barang, jumlah barang, kualitas barang dan ED barang yang diterima dengan defekta oleh petugas farmasi di Satelit Kirana. Kemudian, perbekalan farmasi dimasukkan ke rak perbekalan farmasi dan dicatat pemasukannya pada kartu stok. Khusus untuk pengadaan barang konsinyasi, seperti lensa mata, perencanaan dibuat oleh departemen kirana ke instalasi farmasi kemudian dilanjutkan ke Direktur Pelayanan Medik, yang kemudian akan berdiskusi dengan Bagian Keuangan RSCM. Jika disetujui, bagian Unit Layanan Pengadaan (ULP) akan melakukan sistem tender untuk menentukan vendor mana yang akan menangani barang konsinyasi atau dilakukan penunjukkan vendor langsung, setelah itu Unit Kerja Kirana akan menghubungi vendor untuk melakukan pemesanan barang. Dokumentasi penggunaan lensa di Satelit Kirana dilakukan pada buku khusus pencatatan penggunaan lensa yang akan digunakan sebagai pedoman untuk pembuatan laporan pemakaian lensa per bulan. Laporan tersebut ditandatangani oleh Kepala Departemen Mata dan Koordinator Pelayanan Farmasi lalu diberikan ke bagian Instalasi Farmasi untuk dibuatkan faktur. Faktur ini akan diserahkan ke bagian keuangan untuk dijadikan dasar penagihan pembayaran bagi vendor. b. Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi Kirana Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Kirana menggunakan sistem FEFO dan FIFO yang disusun secara alfabetis. Penyimpanan perbekalan farmasi di satelit ini terbagi menjadi tiga, yaitu penyimpanan obat, penyimpanan alat kesehatan, dan penyimpanan obat khusus. Penyimpanan obat dilakukan

74 60 berdasarkan bentuk sediaan dan stabilitasnya, sedangkan penyimpanan alat kesehatan disimpan terpisah dari obat dan diatur berdasarkan jenisnya. Penyimpanan obat khusus di Satelit Kirana, meliputi penyimpanan psikotropika, obat high alert, obat sitostatika, penyimpanan B3, dan obat termolabil. Obat-obat yang tergolong LASA diatur agar tidak terletak bersebelahan dengan obat pasangannya dan telah dilakukan penempelan stiker LASA pada wadah obat-obat tersebut. Obat-obat High Alert disimpan di lemari khusus yang pada bagian tepinya ditandai dengan lakban berwarna merah, serta pada tiap kemasan sekunder dan primer obat diberi stiker High Alert. Obat kanker disimpan di lemari terpisah yang diberi stiker ungu. Barang-barang dengan masa kedaluwarsa enam bulan ke depan ditandai dengan label kuning yang dilengkapi dengan data bulan dan tahun kedaluwarsa obat tersebut. Obat-obat termolabil disimpan di dalam lemari pendingin. Pengecekan suhu lemari pendingin dilakukan tiap pagi, siang, dan sore serta suhu ruangan penyimpanan Satelit Kirana dilakukan tiap pagi. c. Pengontrolan Stok Perbekalan Farmasi Sebagai langkah pengontrolan terhadap stok perbekalan farmasi yang ada, dilakukan SO di Satelit Kirana 3 bulan sekali. Barang-barang yang diketahui telah mencapai tanggal kedaluwarsa atau rusak akan dikembalikan ke Gudang Pusat untuk dimusnahkan. Serta dilakukan sistem sampling stok yang harus dilakukan oleh semua AA setiap harinya dengan pembagian berdasarkan rak. d. Distribusi Perbekalan Farmasi Sistem distribusi perbekalan farmasi di Satelit Kirana dilakukan dengan tiga cara, yaitu sistem peresepan individual untuk pasien rawat jalan dan paket operasi per pasien, unit dose untuk pasien rawat inap, dan sistem floor stock berupa BMHP. Resep yang diterima di satelit ini adalah resep manual. Alur pelayanan resep di Satelit Kirana adalah sebagai berikut: Pasien Umum (Resep Tunai) Pasien umum datang dengan membawa resep asli dari dokter. Resep tersebut diverifikasi terlebih dahulu oleh petugas farmasi, meliputi verifikasi

75 61 kelengkapan resep, ketersediaan barang di satelit, dan jumlah obat yang akan diberikan. Petugas satelit akan mengonfirmasi harga obat kepada pasien untuk selanjutnya dilakukan transaksi. Kemudian, petugas satelit melakukan dispensing obat dan menyerahkannya kepada pasien disertai dengan pemberian informasi obat. Alur pelayanan di Satelit Kirana sesuai dengan standar VHDS yang berlaku di RSCM, yaitu mulai dari pelaksanaan verifikasi, pemberian harga, dispensing obat, dan penyerahan obat. Pasien jaminan Perbedaan alur pelayanan resep pasien umum dengan pasien jaminan terletak pada saat proses penerimaan resep. Pasien jaminan harus membawa resep asli, fotokopi resep, dan surat jaminan. Petugas satelit memastikan bahwa obat yang akan ditebus oleh pasien terdapat dalam Fornas. Jika obat diluar fornas maka dokter mengisi formulir obat non fornas dimana hanya untuk obat yang mahal saja diatas lima ratus ribu rupiah. Setelah itu dilakukan verifikasi dan petugas satelit melakukan dispensing obat dan menyerahkannya kepada pasien disertai dengan pemberian informasi obat Kegiatan Satelit Kirana Mahasiswa bertugas di satelit Kirana selama 2 hari. Selama berada di satelit Kirana, mahasiswa berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi. Beberapa kegiatan tersebut, antara lain : 1. Membantu proses dispensing obat sesuai resep yang ada. 2. Membantu proses penyetokan obat. 3. Melakukan monitoring resep manual. 4. Melakukan sampling resep dan etiket. Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama berada di Satelit Kirana, terdapat beberapa hal kendala yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pelayanan farmasi Satelit Farmasi Kirana. Beberapa hal tersebut, antara lain : a. Ada Obat LASA yang tidak ditempel stiker LASA (ada 1 item obat yang tidak ditempel stiker LASA), yaitu obat : Vitrolenta MD dan Vitrolenta ED. b. Diperlukan adanya pengeras suara untuk memanggil pasien.

76 62 c. Belum adanya saluran telepon (SIEMENS) yang menghubungkan satelit kirana dengan unit lain di luar KIRANA. d. Sistem EHR yang belum terintegrasi di satelit KIRANA (lantai 1). e. Tidak adanya loket yang digunakan untuk penerimaan dan penyerahan resep. 4.5 Satelit Farmasi Instalasi Gawat Darurat Satelit Farmasi IGD RSCM merupakan unit kerja yang melayani perbekalan farmasi untuk pasien setiap harinya selama 24 jam dan hanya melayani kebutuhan perbekalan farmasi di ruang IGD RSCM saja, tidak menerima resep dari unit lain di RSCM. Satelit farmasi IGD RSCM mempunyai satu satelit di lantai 1 dan satu satelit di lantai 4. Satelit lantai 1 melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk lantai 1 (ruang rertiase, imet, rhesus, urgent, perinatologi dan anak), lantai 2 (ruang ICU, PICU, hemodialisa anak, dan hemodialisa dewasa), dan lantai 3 untuk ruang kebidanan, sedangkan satelit lantai 4 melayani kebutuhan perbekalan farmasi untuk ruang OK IGD dan OK urologi Sumber Daya Manusia (SDM) Satelit Farmasi IGD memiliki 2 orang Apoteker, yang masing-masing bertanggung jawab untuk pelaksanaan kegiatan manajemen perbekalan farmasi dan pelayanan farmasi klinik, 23 orang Asisten Apoteker, 4 orang porter, dan 1 orang pekarya. Pelayanan farmasi di kedua depo setiap harinya dilakukan dalam 3 shift selama 24 jam Kegiatan Satelit Farmasi IGD Kegiatan Manajemen Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi IGD RSCM adalah : a. Perencanaan, Pengadaan, dan Penerimaan Perbekalan Farmasi Pengelolaan perbekalan farmasi untuk satelit lantai 1 dan satelit lantai 4 dilakukan secara terpisah. Perencanaan untuk pengadaan perbekalan farmasi menggunakan perbandingan metode permintaan dan metode konsumsi dimana semakin banyak barang yang keluar dari stok, maka permintaan untuk barang tersebut juga besar. Perencanaan perbekalan farmasi di satelit farmasi IGD

77 63 dilakukan 6 bulan sekali yaitu periode Januari - Juni dan Juli - Desember. Pengadaan perbekalan farmasi di satelit farmasi IGD RSCM dilakukan melalui sistem defekta yang dilakukan 2 kali dalam seminggu yaitu pada hari Senin dan Kamis secara online melalui HER. Pengambilan barang ke gudang pusat dilakukan setiap hari Selasa dan Jumat. Defekta perbekalan farmasi dipisahkan, antara defekta obat, alat kesehatan, dan narkotika. Selain itu juga ada defecta cito. Satelit lantai 1 juga menyediakan perbekalan farmasi untuk keperluan satelit lantai 4. Sistem pengadaan barang di satelit lantai 4 dilakukan dengan mengajukan defekta ke satelit lantai 1. Satelit farmasi lantai 4 mengajukan defekta ke satelit farmasi lt.1 dalam waktu 2 kali dalam seminggu, yaitu pada hari Senin dan Kamis. Pelaksanaan defekta pada hari Senin dan Kamis oleh pihak satelit dengan memasukkan data defekta yang akan di-posting melalui sistem EHR ke gudang. Selanjutnya pihak gudang menyiapkan terlebih dahulu barang yang diminta oleh pihak satelit farmasi IGD. Keesokan harinya pada hari pengambilan barang, pekarya dan AA dari satelit farmasi IGD akan datang ke gudang pusat untuk mengurus pengambilan barang yang telah diminta. Pekarya akan melakukan pengambilan barang, sementara AA bersama dengan petugas gudang akan melakukan pengecekan kembali untuk menyesuaikan antara nama perbekalan farmasi, jenis, bentuk sediaan, dan jumlah barang yang diambil dari gudang pusat dengan data defekta dari IGD dan data yang di-entry pihak gudang ke dalam sistem EHR. Hal yang juga perlu diperhatikan pada saat serah terima perbekalan farmasi adalah pengecekan tanggal kadaluarsa. Setelah data sesuai, lembar defekta ditandatangani oleh pihak yang menyerahkan (pihak gudang) dan pihak yang menerima barang (pihak satelit farmasi IGD). Pihak satelit farmasi IGD akan mendapat satu copy lembar defekta tersebut. Tahapan selanjutnya yang harus dilakukan adalah mencatat penambahan perbekalan farmasi di kartu stok dan memasukan data ke sistem EHR yang ada. Selanjutnya dilakukan penambahan stok barang di satelit farmasi IGD. b. Penyimpanan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi IGD RSCM

78 64 Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi IGD telah diatur sesuai dengan persyaratan dan standar kefarmasian. Susunan penyimpanan dibuat berdasarkan pembagian berikut : 1) Bentuk dan jenis perbekalan farmasi a) Obat Penyimpanan obat dibedakan berdasarkan bentuk sediaannya, yaitu sediaan tablet, sediaan sirup, sediaan topikal, injeksi, dan cairan infus. b) Alat kesehatan Penyusunan alat kesehatan dikelompokkan berdasarkan jenisnya. 2) Suhu penyimpanan dan stabilitas Obat-obat termolabil yang memerlukan penyimpanan di suhu dingin (2 8 C) disimpan pada kulkas terpisah 3) Susunan alfabetis Obat disusun sesuai urutan alfabetis nama generik atau nama dagangnya. 4) Sifat bahan Bahan bahan beracun dan berbahaya (B3) disimpan secara terpisah dalam lemari yang terbuat dari bahan yang sukar terbakar, serta dilengkapi dengan label bahan berbahaya dan lembar Material Safety Data Sheet (MSDS) bahan. 5) Sistem FIFO dan FEFO Perbekalan farmasi disusun dengan menempatkan barang yang pertama kali masuk atau barang dengan tanggal kadaluwarsa paling dekat terletak di bagian depan sehingga dapat agar mudah dikeluarkan lebih dulu. Obat-obat yang mendekati kadaluwarsa dalam jangka waktu 3 bulan, dimasukkan ke dalam plastik kuning dan diberi label bewarna kuning dengan mencantumkan bulan dan tahun kadaluarsa obat tersebut pada kemasan plastik dan wadah penyimpanan. Pada sistem FIFO, perbekalan farmasi yang baru datang dari gudang ditempatkan pada kontainer besar terlebih dahulu sebelum dimasukkan di tempat penyimpanannya. Setelah obat yang berada pada tempat penyimpanannya habis, baru diisi ulang dengan obat yang berada di dalam kontainer. Hal ini dapat memudahkan dalam membedakan mana obat yang pertama kali masuk dengan obat yang terakhir masuk.

79 65 6) Obat high alert dan LASA Obat-obat yang termasuk dalam kelompok obat high alert dan obat LASA di Satelit Farmasi IGD disimpan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan, Obat high alert disimpan dalam lemari tertentu, ditandai dengan plester berwarna merah pada bagian tepinya dan terpisah dari sediaanlainnya. Sedangkan obat LASA diletakkan tidak bersebelahan dengan obat pasangannya (diberi jarak) dan diberi stiker LASA pada tempat penyimpanannya. 7) Sediaan narkotika dan psikotropika Sediaan narkotika dan psikotropika disimpan terpisah dari sediaan lainnya di dalam lemari khusus yang terletak di bagian belakang satelit. Kedua lemari tersebut selalu terkunci dan khusus untuk lemari narkotika, dilengkapi dengan pintu ganda. Kunci lemari dikalungkan pada salah satu petugas farmasi yang sedang bertugas. Kunci diserahterimakan kepada petugas farmasi lainnya ketika pemegang kunci sebelumnya akan meninggalkan area kerja. c. Sistem Distribusi Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi IGD RSCM Sistem disribusi di satelit farmasi IGD RSCM ada tiga, yaitu sistem distribusi resep individu, paket, serta floor stock. 1) Sistem peresepan individu Sistem peresepan individu adalah sistem penyiapan dan pendistribusian perbekalan farmasi berdasarkan pemberian atau resep untuk 1 hari pemberian. Peresepan untuk ruang triase dan imet diberikan untuk 1 kali pemberian, sedangkan untuk ruangan rhesus, urgent dan boarding diberikan untuk 1 hari pemberian. Alur pelayanan resep individu adalah resep dari dokter di HER akan diverifikasi oleh apoteker atau asisten apoteker. Verifikasi resep yang dilakukan meliputi skrining pertimbangan klinis. Khusus untuk resep yang di dalamnya terdapat sediaan narkotika harus ada nama dokter, SIP, nomor telpon, dan alamat rumah doker bersangkutan yang menulis resep. Jika persyaratan tersebut tidak ada atau tidak lengkap, maka resep tidak dapat diproses dan petugas farmasi harus melakukan konfirmasi dahulu kepada dokter yang bersangkutan. Setelah dilakukan verifikasi, maka petugas farmasi akan mencetak etiket dan resep dari

80 66 HER. Selanjutnya petugas farmasi akan menyiapkan perbekalan farmasi sesuai yang diminta di dalam resep. Setiap pengambilan perbekalan farmasi dari tempat penyimpanannya, petugas farmasi harus mencatatnya di buku/kartu stok. Setelah barang diambil, kemudian dimasukkan ke dalam plastic sesuai masing-masing obatnya dan diberi etiket. Setelah itu, semua obat dalam resep akan dimasukkan ke dalam kantung plastik beserta resepnya. Penyerahan obat dapat dilakukan dengan cara diantar ke ruang rawat atau diambil langsung oleh perawat, dokter, atau keluarga pasien di satelit farmasi lantai 1. Terdapat ketentuan pengiriman obat di IGD yaitu: a. Bila Cito Maka harus diselesaikan < 15 menit. b. Apabila Tidak Cito, maka mengikuti aturan pengiriman obat yang tercantum pada tabel 4.1. No. Jam Resep Jam Antar Resep Dari Jam Penyuntikan Selesai dan Ruangan di Ruangan Diantar Max siang Max sore Max (dini hari) (subuh) Max Untuk simvastatin dan simarc Max Untuk antibiotika disesuaikan dengan jam masuk awal penyuntikan Tabel 4.1 Aturan Pengiriman Obat di Satelit Farmasi IGD RSCM c. Tugas shift pagi : Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi, resep ICU dan penyiapan resep untuk penyuntikan jam dan jam (jika resep sudah datang). Tugas Shift Sore: Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi, resep ICU pasien baru dan penyuntikan resep untuk penyuntikan jam

81 67 d. Tugas shift Malam: Semua resep CITO untuk pasien baru dan ganti terapi, Resep ICU pasien baru dan penyiapan resep untuk penyuntikan jam dan pagi. e. Untuk resep boarding diberikan untuk satu hari. f. Untuk ruangan urgent observasi diberikan 1 hari. g. Untuk ruang ICU dikirimkan jam ) Sistem Distribusi Paket Sistem paket tujuanya adalah untuk memudahkan pelayanan. Jenis-jenis paket yang ada di satelit farmasi IGD RSCM adalah : a. Satelit farmasi IGD lantai 1 Paket akut IGD, paket antisipasi HD IGD, paket catheter IGD, paket kondom catheter IGD, paket infuse lantai 3 IGD, paket partus IGD, paket PEB IGB, paket tokolitik IGD. b. Satelit farmasi IGD lantai 4 Paket bedah plastic lantai 4 IGD, paket anestesi CVC lantai 4 IGD, paket anestesi epidural, paket blok lantai 4 IGD, paket GA, paket laparatomi anak IGD, paket laparatomi dewasa IGD, paket operasi appendiktomi/herniotomi lantai 4 IGD, paket operasi bedah vaskular IGD, paket operasi craniotomi IGD, paket operasi debriedement IGD, paket operasi laparotomi bayi IGD, paket operasi orif/bedah orthopedic lantai 4 IGD, paket operasi thorakotomi lantai 4 IGD, paket operasi WSD lantai 4 IGD, paket sectio (tanpa antibiotika) paket sectio dengan antibiotika, paket spinal, paket tambahan OK IGD lantai 4, dan paket urologi lantai 4. 3) Sistem Distribusi Floor Stock Sistem distribusi floor stock diberlakukan untuk persediaan BMHP dan persediaan perbekalan farmasi di troli emergensi. BMHP (Bahan Medis Habis Pakai) BMHP merupakan perbekalan farmasi dasar yang disediakan oleh pihak farmasi di lemari penyimpanan di ruang rawat. Defekta BMHP disalurkan

82 68 setiap 1 minggu sekali ke satelit farmasi IGD lantai 1, yaitu pada hari jumat, serta dimonitor kondisi penyimpanannya setiap 1 bulan sekali oleh pihak farmasi. Trolley Emergency Tersedia 7 buah troli emergensi yang masing masing terdapat di lantai 1 (urgent), lantai 2 (ICU, PICU, hemodialisa anak dan dewasa), lantai 3 (kebidanan), dan lantai 4 (OK). Isi trolley emergency adalah life saving drugs, alat untuk membuka jalan napas (airway), alat bantu napas (breathing), alat untuk pengelolaan sirkulasi darah (circulation), dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP). Barang-barang di dalam troli emergensi di IGD diisi oleh pihak Satelit Farmasi lantai 1 IGD, sedangkan troli di lantai 4 diisi oleh satelit farmasi IGD lt.4. ED obat dan alkes yang dimasukkan ke dalam troli harus dicatat pada lembar checklist troli emergensi yang tersedia. Setelah troli terisi, pihak farmasi akan menguncinya menggunakan kunci disposable. Petugas farmasi yang melakukan penguncian troli harus mengisi Berita Acara penutupan troli dan menandatanganinya serta mencatat nomor kuncinya. Troli emergensi akan dibuka ketika terdapat code blue yang berarti terjadikondisi kegawatdaruratan medis. Setelah tindakan untuk pasien dilakukan, dokteratau perawat harus menandai nama perbekalan farmasi dan jumlah yang digunakan dari troli pada lembar checklist troli emergensi serta menuliskan nama pasien yang menggunakan. Dokter harus membuat resep untuk meminta penggantian perbekalan farmasi yang telah digunakannya dari troli emergensi dan memberitahu pihak Satelit lantai 1 dengan batas maksimal 1x24 jam. Resep dibuat atas nama pasien yang menggunakan perbekalan farmasi dari troli sehingga biaya penggantiannya akan ditagihkan kepada pasien tersebut. Petugas farmasi dari Satelit lantai 1 akan menyiapkan barang pengganti sesuai resep dokter beserta kunci baru untuk troli tersebut. Bersama dengan perawat, pihak farmasi akan mengecek kembali kelengkapan seluruh isi troli. Troli harus dikunci menggunakan kunci disposable baru. Nomor seri kunci harus dicatat setiap kali terjadi penggantian kunci. Selanjutnya seperti pada awal pengisian troli, petugas farmasi harus mengisi Berita Acara penutupan troli. Pada Berita Acara tersebut harus dituliskan juga nama pembuka troli, tanggal

83 69 pembukaan, alasan pembukaan, dan nama pasien yang memerlukan. Berita Acara tersebut ditandatangani oleh petugas farmasi beserta perawat sebagai saksi. 4) Monitoring dan Evaluasi Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi IGD RSCM Monitoring dan evaluasi perbekalan farmasi yang dilakukan meliputi: a. Monitoring stock opname Stock opname (SO) untuk semua perbekalan farmasi yang terdapat di satelit lantai 1 dilakukan setiap 3 bulan sekali. Pelaksanaan SO bertujuan sebagai salah satu langkah untuk monitoring stok perbekalan farmasi yang terdapat di Satelit Farmasi IGD. b. Pemisahan penyimpanan obat mahal. c. Pengecekan suhu ruangan dan suhu di dalam kulkas. Pengecekan suhu ruangan dilakukan setiap 1 kali dalam sehrai sedangkan untuk pengecekan suhu kulkas di IGD yang buka selama 24 jam, makan pengecekannya dilakukan 3 kali dalam sehari setiap pergantian shift. d. Pengecekan rutin stok narkotika setiap 2 x seminggu. e. Penerapan sistem sampling (dilakukan oleh AA) untuk mengecek kesesuaian stok dari data kartu stok dengan jumlah fisik perbekalan farmasi di satelit IGD. f. Monitoring obat yang dekat ED yaitu obat yang mempunyai tanggal kadaluarsa 6 bulan ke depan dihitung mulai dari stock opname, dimasukkan ke dalam kantung dan diberi label ED pada kantung dan tempat penyimpannya. g. Monitoring distribusi BMHP, floor stock dan laporan narkotika Kegiatan PKPA di Satelit Farmasi IGD Mahasiswa berkesempatan melaksanakan PKPA di satelit farmasi IGD selama 2 hari yaitu untuk melihat mempelajari manajemen pengelolaan perbekalan farmasi di IGD dan kegiatan farmasi klink di IGD. Kegiatan yang dilakukan antara lain : 1. Melihat cara verifikasi resep melalui EHR oleh asisten apoteker.

84 70 2. Membantu melakukan penyiapan dan pengemasan obat. 3. Menyusun kartu stok berdasarkan abjad. 4. Mendapatkan pengarahan kegiatan farkasi klinik di ruang ICU IGD, IGD, ruang hemodialisa anak. 5. Mendapatkan pengarahan mengenai manajemen perbekalan farmasi di satelit farmasi IGD. Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama berada di Satelit IGD, terdapat beberapa hal yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pelayanan farmasi Satelit Farmasi IGD. Beberapa hal tersebut, antara lain: 1) Terdapat selisih stok obat termasuk obat mahal di kartu stok dengan jumlah fisik obat. 2) Penulisan tanggal pada kartu stok yang tidak lengkap. 3) Terdapat penyusunan obat yang tidak alfabetis pada rak penyimpanan 4) Terdapat penyususnan obat LASA yang tidak sesuai prosedur (disimpan secara berdampingan). 4.6 Satelit Farmasi Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A) Gedung A merupakan unit rawat inap terpadu RS Dr. Cipto Mangunkusumo yang terdiri dari 8 lantai dan basement. Perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap pada gedung A dikelola oleh Satelit farmasi Gedung A yang terdiri dari satelit farmasi yang terletak di basement dan depo farmasi pada setiap lantai. Sistem managemen perbekalan farmasi Gedung A merupakan sistem desentralisasi yang terpusat pada satelit farmasi Basement dan akan didistribusikan pada depo depo tiap lantai. Lantai Lantai 1 Lantai 2 Lantai 3 Ruang Rawat Anak dan VIP Obgyn dan Boarding Penyakit Dalam dan Kelas Khusus

85 71 Lantai 4 Bedah Lantai 5 Stroke Unit, Bedah Saraf dan Neurologi Lantai 6 HCU dan Kardiovaskular Lantai 7 IPD, THT dan Kulit Kelamin Tabel 4.2 Pembagian Ruang Rawat Inap Tiap Lantai Gedung A Sumber daya manusia satelit farmasi manajemen gedung A terdiri dari 74 tenaga, yang terdiri dari 2 orang tenaga apoteker, 59 asisten apoteker (D3), 11 orang pekarya dan porter, serta 2 orang administrasi yang terdiri dari asisten apoteker dan pekarya. Administrasi merupakan suatu bagian yang menangani kelengkapan berkas-berkas penagihan obat bagi pasien jaminan agar dapat ditagihkan ke pihak penjamin. Petugas administrasi ini bertugas di bagian keuangan di basement Gedung A. Pelayanan farmasi untuk pasien rawat inap Gedung A dilakukan selama 24 jam yang terbagi menjadi tiga shift yaitu pagi pukul WIB dan sore pukul WIB yang dilayani langsung oleh depo farmasi setiap lantai dan shift malam pukul WIB yang pelayanannya langsung Satelit Farmasi Basement Gedung A. Fungsi satelit farmasi sendiri antara lain manyediakan kebutuhan perbekalan farmasi untuk pasien, bertanggung jawab dalam penggunaan perbekalan farmasi dan menjamin perbekalan farmasi baik secara kimia maupun fisika. Sedangkan untuk depo farmasi tiap lantai gedung A memiliki tugas tambahan yaitu menyiapkan kebutuhan obat dan alat kesehatan pasien yang sedang dirawat tiap lantai. Sedangkan kegiatan farmasi manajemen basement Gedung A yaitu mengelola perbekalan farmasi mulai dari perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, serta monitoring. Perencanaan satelit farmasi basement berdasarkan kebutuhan depo farmasi tiap lantai yang dilakukan 2 kali dalam setahun. Untuk periode Januari Juni perencanaan dilakukan pada bulan Agustus, sedangkan periode Juli Agustus dilakukan perencanaan pada bulan Februari. Untuk pengadaan perbekalan farmasi dilakukan dengan cara defecta ke gudang pusat yang dilakukan 3 kali dalam seminggu yaitu pad hari Senin, Rabu, dan Jumat. Pengadaan dilakukan juga berdasarkan kebutuhan depo farmasi tiap lantai. Proses pengadaan dilakukan menggunakan sistem online yaitu melalui

86 72 EHR ( Electronic Health Record ). Setelah dilakukan pemesanan dan penyiapan perbekalan farmasi oleh petugas gudang pusat, petugas farmasi dari satelit farmasi basement Gedung A akan mengambil dan mengecek kesesuaian jenis dan jumlah yang diminta, serta dilakukan pengecekan juga terhadap kondisi dan tanggal kadaluwarsa dari perbekalan farmasi. Perbekalan farmasi yang diterima dan diperiksa dibawa ke Satelit Basement dan dicatat pada kartu stock serta datanya dimasukkan ke dalam IT. Sedangkan untuk pengadaan kebutuhan cito dapat dilakukan kapan saja dengan alur yang sama. Penyimapanan perbekalan farmasi berdasarkan bentuk, sifat dan jenisnya. Pembagian penyimpanan perbekalan farmasi di satelit farmasi basement gedung A dapat dilihat pada gambar. Sedangkan penyusunan berdasarkan alfabetis dan secara FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out). Perbekalan Farmasi Obat Alat Kesehatan Stabilitas Lemari pendingin Ruangan Oral Infus Injeksi Topikal Tablet Sirup Generik Nama dagang Generik Nama dagang Gambar 4.3 Skema Pembagian Penyimpanan Perbekalan Farmasi. Pendistribusian perbekalan farmasi dilakukan oleh Satelit Farmasi Basement ke depo farmasi setiap lantai sesuai dengan defecta yang diminta oleh tiap depo berdasarkan kebutuhan pasien rawat inap pada tiap lantai setiap harinya. Selain itu Satelit Famasi Basement juga melakukan pendistribusian dengan cara floor stock

87 73 untuk perbekalan farmasi Barang Medis Habis Pakai (BMHP) ke tiap ruangan yang membutuhkan BMHP yang sudah disetujui oleh manager penunjang medik dan juga trolley emergency. Trolley emergency merupakan persediaan perbekalan farmasi pada keadaan darurat, berisi obat-obat penyelamat hidup, cairan nutrisi, dan alat-alat kesehatan penyelamat hidup (airways, breathing, circulation). Untuk pendistribusian floor stock mulai hari Senin hingga Jumat sesuai dengan jadwal tiap lantai yang telah disusun. Sedangkan untuk trolley emergency pengisian pertama dilakukan oleh Satelit Farmasi Basement Gedung A sedangkan untuk pengecekan dan pengisian jika ada yang kurang akan dilakukan oleh depo farmasi pada tiap lantai. Perbekalan farmasi yang sudah disiapkan oleh petugas Satelit Farmasi Basement akan dikirimkan ke depo farmasi, sedangkan BMHP akan diambil oleh petugas dari tiap ruangan. Setelah perbekalan farmasi diterima, selanjutnya depo farmasi tersebut yang akan mendistribusikan perbekalan farmasi ke pasien melalui perawat setiap harinya. Pelayanan yang dilakukan oleh depo farmasi di tiap lantai adalah penyiapan obat untuk pasien rawat inap tiap lantai yang diresepkan oleh dokter tiap hari Senin dan Kamis. Dokter mengirimkan resep pasien pada hari Senin untuk penggunaan dari Senin sore hingga Kamis siang serta resep Kamis untuk penggunaan dari Kamis sore hingga Senin siang. Sistem peresepan di Gedung A sudah menggunakan sistem online berupa Electronic Health Record (EHR). Kelebihan penggunaan sistem ini adalah dapat mengurangi kesalahan dalam membaca resep, sehingga kesalahan dalam pemberian obat juga berkurang. Selain itu, kelengkapan administrasi resep secara otomatis terpenuhi, resep lebih cepat sampai di depo farmasi, sehingga akan lebih cepat untuk melakukan dispensing obat, serta tagihan pasien dapat diketahui secara real time. Akan tetapi, selain kelebihan juga terdapat kekurangan pada sistem ini antara lain jika terjadi gangguan pada jaringan internet sehingga menjadi lama, jika terjadi kesalahan pada saat dokter salah memilih obat yang diresepkan. Setelah dokter meresepkan kemudian dilakukan verifikasi resep dan pencetakan etiket. Selanjutnya obat akan disiapkan oleh farmasi di depo sedangkan obat-obat yang perlu diracik disiapkan di ruang peracikan khusus yang tersedia di Satelit Farmasi Basement dan selanjutnya didistribusikan ke pasien melalui perawat.

88 74 Sistem distribusi yang digunakan, yaitu daily dose, unit dose, dan peresepan individual. Sistem resep harian, yaitu sistem distribusi obat yang disiapkan untuk penggunaan obat selama satu hari, untuk obat oral akan dikemas berdasarkan unit dose. Sistem unit dose, yaitu sistem distribusi obat yang disiapkan untuk setiap kali waktu minum obat selama 24 jam, dimulai dari sore hingga siang hari di hari berikutnya. Obat dimasukkan dalam kemasan sesuai waktu pemberian yang dapat dilihat pada lampiran. Walaupun obat disiapkan secara unit dose, namun penyerahan obat ke perawat tetap dilakukan satu kali sehari untuk penggunaan secara satu hari, yaitu setiap sore hari sebelum pukul WIB. Sistem distribusi peresepan individu digunakan untuk obat pasien yang akan pulang. Monitoring yang dilakukan antara lain stock opname untuk semua perbekalan farmasi yang dilakukan setiap 3 bulan sekali yang bertujuan sebagai salah satu langkah monitoring stok perbekalan farmasi yang terdapat pada Satelit farmasi Gedung A. Monitoring lain yang dilakukan yaitu melakukan sampling terhadap kesesuaian antara kartu stock dengan jumlah barang yang ada dilakukan setiap harinya, monitoring terhadap perbekalan farmasi yang dekat ED ( 6 bulan ke depan). Setiap kegiatan manajemen perbekalan farmasi yang telah dilakukan harus disertakan dengan laporan. Laporan yang disiapkan oleh Satelit Farmasi Basement Gedung A antara lain: laporan mutasi, laporan pendapatan, laporan pemakaian antibiotik, laporan IKI pegawai, laporan barang kadaluwarsa, laporan stock opname, laporan narkotik. Laporan tersebut dibuat setiap bulan dan dikirim maksimal tangal 10 setiap bulannya ke Koordinator Perbekalan Farmasi, Koordinator Adminkeu, dan Koordinator Pelayanan Farmasi. Berdasarkan hasil pengamatan mahasiswa selama berada di Satelit ruang rawat inap terpadu gedung A, terdapat beberapa hal masalah yang masih perlu diperbaiki untuk meningkatkan kualitas pelayanan farmasi Satelit ruang rawat inab terpadu gedung A, antara lain : 1. Belum terdapat daftar nama nama obat yang disimpan dalam lemari pendingin sehingga jika mencari obat yang disimpan pada lemari pendingin harus mencari satu satu dalam lemri pendingin.

89 75 2. Pengambilan tablet maupun kapsul yang tanpa kemasan menggunakan tangan langsung. 3. Banyaknya intrupsi di depo farmasi sehingga mengizinkan untuk mengambil barang sendiri. 4. Tempat penyimpanan tablet maupun kapsul yang tanpa kemasan rawan terhadap debu. 4.7 Satelit Farmasi Intensive Care Unit (ICU) Satelit Farmasi ICU merupakan salah satu unit yang melayani perbekalan farmasi untuk pasien selama 24 jam setiap hari. Jam pelayanan setelit ini dibagi menjadi 3 shift yaitu shift pertama dilakukan pada pukul WIB, shift kedua dilakukan pada pukul WIB dan shift ketiga dilakukan pada pukul WIB. Pelayanan resep dilakukan untuk pasien jaminan maupun pasien umum. Satelit ini melayani resep rawat inap dari ICU dewasa, ICCU, dan juga menyiapkan paket tindakan endoskopi. Pelayanan farmasi di Satelit Farmasi ICU dikelola oleh satu orang apoteker manajemen perbekalan farmasi dan satu orang apoteker klinis, dibantu oleh delapan orang asisten apoteker dan dua orang pekarya. Apoteker manajemen perbekalan farmasi bertanggung jawab atas pengelolaan perbekalan farmasi sedangkan apoteker farmasi klinis bertanggung jawab atas pengobatan pasien secara rasional Pengelolaan Perbekalan Farmasi di Satelit Farmasi ICU Terdapat dua macam perencanaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi ICU yaitu perencanaan yang dilakukan dua kali dalam satu tahun dan perencanaan rutin (defekta rutin). Periode perencanaan yang di lakukaan duaa kali dalam setahun dilakukan pada bulan Januari Juni (Jan-Jun) dan Juli Desember (Jul- Des). Perencanaan untuk bulan Januari Juni (Jan-Jun) dilakukan penyusunan pada bulan September pada tahun sebelumnya, sedangkan perencanaan untuk bulan Juli Desember (Jul-Des) dilakukan penyusunan pada bulan Maret pada tahun yang sama. Perencanaan yang dilakukan dua kali dalam setahun disusun berdasarkan data pemakaian barang yang dilihat dari rekap laporan mutasi barang serta laporan pemenuhan permintaan perbekalan farmasi. Pengadaan perbekalan

90 76 farmasi yang rutin di Satelit Farmasi ICU menggunakan defekta online ke Gudang Pusat setiap hari Senin dan Kamis, sedangkan untuk pengambilan barang dilakukan pada hari Selasa dan Jumat. Alur pelayanan resep di satelit farmasi ICU yaitu dokter akan menuliskan resep obat secara online melalui EHR petugas satelit akan melakukan verifikasi terhadap resep yang diterima. Verifikasi resep, meliputi verifikasi administratif, farmasetik, klinis dan kelengkapan lainnya, seperti kelengkapan persyaratan jaminan pasien serta hasil pemeriksaan laboratorium untuk penggunaan obat obat tertentu, seperti albumin. Setelah verifikasi, jumlah obat dan jenis obat dimasukkan melalui sistem IT (EHR) dan diberi harga. Setelah itu, obat disiapkan oleh petugas satelit ICU. Petugas pelaksana dispensing mengambil obat dengan jenis dan jumlah yang sesuai dengan permintaan dalam resep, lalu dicatat mutasinya pada kartu stok. Selanjutnya, obat dikemas dan diberi etiket. Setelah selesai dispensing, pertugas Satelit Farmasi ICU (asisten apoteker) akan mengantarkan perbekalan farmasi tersebut ke ruangan. Namun untuk resep cito maka petugas ruangan yang akan datang untuk mengambilnya di Satelit Farmasi ICU. Sistem distribusi yang dilakukan di Satelit Farmasi ICU meliputi peresepan unit dose, floor stock dan resep individual. Pada sistem distribusi floor stock, Satelit Farmasi ICU mendistribusikan perbekalan farmasi ke ruang rawat berupa BMHP (Bahan Medik Habis Pakai) dan troli emergensi.. Farmasi dan perawat bertanggung jawab atas troli emergensi. Farmasi bertanggung jawab dalam hal perbekalan farmasi, sedangkan perawat bertanggung jawab dalam hal pengontrolan kelengkapan dan penggunaan alat di dalam troli. Pada sistem distribusi unit dose pemberian obat pada pasien rawat inap dalam kemasan sekali pakai untuk pemakaian selama 24 jam. Obat disiapkan untuk sore, pagi, siang, dan malam. Sedangkan resep individual diberikan untuk peresepan obat pasien pulang dan peresepan paket endoskopi. Penyimpanan perbekalan farmasi dibedakan berdasarkan jenisnya, yaitu obat dan alat kesehatan. Penyimpanan obat di Satelit Farmasi ICU dilakukan berdasarkan bentuk sediaan, generic, atau nama dagang. Untuk alat kesehatan, penyimpanan dilakukan berdasarkan fungsi dan penggunaannya. Di Satelit

91 77 Farmasi ICU terdapat pelabelan khusus dalam penyimpanan obat yaitu obat obat LASA, obat high alert, obat yang mendekati waktu kadaluwasa, obat sitostatik dan obat yang disimpan dalam kulkas. Penyimpanan obat high alert pada tempat tersendiri diberikan stiker merah bertuliskan high alert berwarna putih yang di tempel dari kemasan sekunder hingga kemasan primer obat. Penyimpanan obatobat LASA telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan tidak meletakkan dua jenis obat yang tergolong LASA secara berdampingan dan diberikan stiker LASA berwarna hijau yang ditempelkan pada wadah penyimpanan obat. Obat yang mendekati waktu kadaluwarsa dimasukkan ke dalam plastik obat berwarna kuning dan diberi label warna kuning dengan mencantumkan bulan dan tahun kadaluwarsa obat tersebut. Penyimpanan untuk obat sitostatika yaitu tempat penyimpanan obat sitostatika diberi lakban merah dan diberi stiker ungu. Sedangkan untuk obat yang disimpan dalam kulkas diberi label kuning yang bertuliskan disimpan pada suhu C Kegiatan PKPA di Satelit Farmasi ICU Mahasiswa bertugas di Satelit Farmasi ICU selama 3 hari. Selama berada di Satelit Farmasi ICU, mahasiswa berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi dan kegiatan farmasi klinik. Beberapa kegiatan tersebut, antara lain: 1. Membantu proses dispensing obat di Satelit Farmasi ICU. 2. Membuat daftar kesesuaian obat dalam lemari dengan dafatar obat yang ditempel. 3. Membantu membereskan obat LASA. 4. Memverifikasi resep pasien di ICU dewasa. 5. Monitoring pengobatan pasien ICU dewasa. 6. Mengikuti Parade dan Visite pasien di ICU dewasa. 4.8 Satelit Farmasi Pusat Satelit Farmasi Pusat melaksanakan pelayanan kefarmasian selama 24 jam setiap hari yang masing masing terbagi ke dalam tiga shift kerja mulai pukul untuk shift pertama, pukul untuk shift kedua, dan

92 78 pukul untuk shift ketiga. Sumber daya manusia di Satelit Farmasi Pusat terdiri dari 1 apoteker manajemen perbekalan farmasi, 10 asisten apoteker, dan 2 pekarya. Pembagian dalam satu shift terdiri dari 2 atau 3 asisten apoteker dan 1 pekarya untuk shift pertama dan kedua. Sementara untuk shift ketiga, terdapat 2 asisten apoteker yang bertugas. Selain itu, pada hari-hari pelayanan yang ramai (Selasa, Rabu, Jum at) ditempatkan 3 asisten apoteker dan 2 pekarya untuk shift pertama, 3 asisten apoteker untuk shift kedua, dan 2 asisten apoteker untuk shift ketiga. Satelit farmasi pusat melayani pasien jaminan dan pasien umum. Resep yang dilayani meliputi resep dari ruang rawat inap yang tidak memiliki satelit farmasi dan resep pasien rawat jalan dari beberapa poliklinik serta menjadi tempat peralihan resep dari ruang rawat inap yang satelit farmasi yang belum buka 24 jam. Resep rawat inap berasal dari rawat inap Bedah Anak (BCh), Perinatalogi (PICU dan NICU), dan Psikiatri (PKL, PKW, PKA). Resep pasien rawat jalan melayani 3 poli yaitu yang berasal dari semua Poliklinik yang memiliki divisi hematoonkologi (ipd, obgyn, bedah), poli lain yg membutuhkan obat kemoterapi dan poliklinik Thalasemia. Dua macam perencanaan perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat yaitu perencanaan yang dilakukan dua kali dalam satu tahun dan perencanaan rutin (defekta rutin). Periode perencanaan yang dilakukan dua kali dalam setahun dilakukan pada bulan Januari Juni (Jan-Jun) dan Juli Desember (Jul-Des). Perencanaan untuk bulan Januari Juni (Jan-Jun) dilakukan penyusunan pada bulan September pada tahun sebelumnya, sedangkan pernecanaan untuk bulan Juli Desember (Jul-Des) dilakukan penyusunan pada bulan Maret pada tahun yang sama. Perencanaan yang dilakukan dua kali dalam setahun disusun berdasarkan data pemakaian barang yang dilihat dari rekap laporan mutasi barang serta laporan pemenuhan permintaan perbekalan farmasi. Pada proses pengadaan, dilakukan defekta secara online 2 kali dalam seminggu. Hari defekta yaitu pada hari selasa dan jumat. Permintaan barang ke gudang dilakukan minimal 1 hari sebelum hari defekta. Selanjutnya petugas gudang menyiapkan ketersediaan perbekalan farmasi sesuai dengan permintaan. Pada pagi hari selasa dan jumat dilakukan serah terima perbekalan farmasi. (di cek

93 79 kesesuaian barang, jumlah, dan tanggal kadaluwarsa). Setelah dilakukan pengecekan terhadap kesesuaian jenis dan jumlah barang yang diminta dengan yang diberikan petugas Satelit Farmasi Pusat akan menandatangani fomulir defekta barang. Petugas satelit farmasi akan mencatat jumlah barang yang diterima pada kartu stok barang dan memasukkan ke sistem EHR Satelit Farmasi. Selanjutnya perbekalan farmasi disusun pada tempat yang telah disediakan dan buffer stock perbekalan farmasi disimpan di tempat terpisah. Selain melakukan defekta secara rutin, Satelit Farmasi Pusat juga melaksanakan defekta cito saat stok kosong atau terdapat permintaan perbekalan farmasi yang tidak terduga. Petugas tetap melakukan defekta secara online dan akan datang langsung ke Gudang mengambil obat atau alat kesehatan yang dibutuhkan. Selain itu, Satelit Farmasi Pusat dapat meminjam obat atau alat kesehatan yang dibutuhkan tersebut ke satelit farmasi yang lain. Penyimpanan perbekalan farmasi di Satelit Pusat disusun secara alfabetis dengan sistem First In First Out (FIFO) atau First Expired First Out (FEFO) dengan pemantauan suhu ruang penyimpanan 15 sampai 25 o C yang dilakukan satu kali sehari. Perbekalan farmasi disusun menurut jenisnya, yaitu obat dan alat kesehatan. Penyimpanan obat disusun sesuai dengan bentuk sediaan, obat generik ataupun obat nama dagang. Bentuk sediaan yang ada di Satelit Farmasi Pusat antara lain oral, injeksi, cairan infus, nutrisi parenteral, sirup/drop, serta obat luar. Berbeda dengan obat, penyimpanan alat kesehatan dilakukan berdasarkan jenis dan fungsinya. Hal tersebut dilakukan untuk memudahkan proses penyiapan alat kesehatan. Di Satelit Farmasi Pusat terdapat obat-obat dengan penyimpanan khusus meliputi: 1) Termolabil Obat yang bersifat termolabil disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 2 sampai 8 C. Kualitas perbekalan farmasi yang disimpan harus selalu melalui pengecekan suhu pada lemari pendingin yang dilakukan sebanyak tiga kali sehari. 2) Obat sitostatika Penyimpanan obat sitostatika diberi stiker ungu. 3) High Alert

94 80 Obat High Alert disimpan dalam tempat tersendiri yang dibatasi dengan lakban merah dan ditempel stiker High Alert pada kemasan primer obat. 4) Narkotika Obat golongan narkotika disimpan dalam lemari khusus yang terdiri dari 2 sekat dengan kunci ganda. 5) Obat dengan penyimpanan terpisah, seperti sediaan nutrisi, dan obat mahal. 6) Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) Penyimpanan B3 secara terpisah dalam lemari yang terbuat dari bahan tahan api (terbuat dari besi), serta dilengkapi dengan label bahan berbahaya dan lembar Material Safety Data Sheet (MSDS). Selain itu, terdapat pelabelan khusus untuk perbekalan farmasi di Satelit Farmasi Pusat antara lain obat obat LASA, obat high alert, obat yang mendekati waktu kedaluwasa, obat sitostatik dan obat yang disimpan dalam kulkas.penyimpanan obat high alert pada tempat tersendiri diberikan stiker merah bertuliskan high alert berwarna putih yang di tempel dari kemasan sekunder hingga kemasan primer obat. Penyimpanan obat-obat LASA telah sesuai dengan ketentuan yang berlaku dengan tidak meletakkan dua jenis obat yang tergolong LASA secara berdampingan dan diberikan stiker LASA berwarna hijau yang ditempelkan pada wadah penyimpanan obat. Obat yang mendekati waktu kadaluwarsa dimasukkan ke dalam plastik obat berwarna kuning dan diberi label warna kuning dengan mencantumkan bulan dan tahun kadaluwarsa obat tersebut. Penyimpanan untuk obat sitostatika yaitu tempat penyimpanan obat sitostatika diberi lakban merah dan diberi stiker ungu. Sedangkan untuk obat yang disimpan dalam kulkas diberi label kuning yang bertuliskan disimpan pada suhu C. Pendistribusian perbekalan farmasi yang dilakukan di Satelit Farmasi Pusat menggunakan sistem distribusi peresepan individual. Resep yang diterima oleh Satelit Farmasi Pusat terdiri dari resep manual dan resep online. Perbekalan farmasi yang telah disiapkan akan diambil oleh petugas dari masing masing Unit Kerja. Khusus obat kemoterapi, pasien hanya menerima bon penitipan obat dan obat kemoterapi yang telah disiapkan akan didistribusikan oleh petugas Satelit Farmasi Pusat ke unit produksi tempat dilakukannya dispensing obat kemoterapi,

95 81 atau gedung A bagian sitostatika dan pada hari kemoterapi baru dilakukan pencampuran. Jadwal pengambilan perbekalan farmasi yang diterima oleh Satelit Farmasi Pusat dapat dilihat pada Tabel 4.3. Waktu Resep Datang Waktu Pengambilan Perbekalan Farmasi Sebelum pkl Untuk Psikiatri jam Resep Cito 15 menit Tabel 4.3. Jadwal Pengambilan Perbekalan Farmasi yang Diterima Satelit Mahasiswa bertugas di Satelit Farmasi Pusat selama 2 hari. Selama berada di Satelit Farmasi Pusat, mahasiswa berkesempatan untuk terlibat dalam kegiatan pengelolaan perbekalan farmasi. Beberapa kegiatan tersebut, antara lain : a. Membantu proses dispensing obat di Satelit Farmasi Pusat. b. Membantu membereskan daftar obat di lemari. c. Menelusuri obat dengan membandingkan jumlah fisik dengan jumlah yang tertulis pada kartu stok dan melengkapi kartu stok. a. Satelit Paviliun Tumbuh Kembang (PTK) Satelit PTK melakukan pelayanan mulai dari pukul Diluar dari jam pelayanan pelayanan dialihkan ke satelit pusat. Tenaga SDM yang ada terdiri dari 1 asisten apoteker dan 1 pekarya. Resep yang dilayani adalah resep yang

96 82 berasal dari paviliun tumbuh kembang saja. Resep yang dilayani sudah merupakan resep online (EHR) semua. Perencanaan dilakukan harian tergantung pemakaian. Satelit PTK melakukan defecta rutin ke satelit pusat bukan ke gudang langsung pada hari senin dan jumat. Resep yang diterima oleh Satelit PTK (resep online) selanjutnya akan disiapkan (Resep tidak di print kecuali resep yang dialihkan ke pusat, namun obat yang digunakan dicatat di formulir pengobatan, tiap 1 pasien memiliki satu lembar formulir pengobatan) diambil oleh petugas ruang untuk digunakan. Penyimpanan obat di satelit PTK yaitu didalam dua lemari yang terdapat dalam satelit ini. Terdapat satu lemari yang terkunci tempat menyimpan stock barang dan satu lemari lainnya yang tidak terkunci. Lemari yang tidak terkunci digunakan untuk melayani resep cito. Didepan lemari terdapat daftar nama obat dan jumlah barang yang distok di dalam lemari tersebut. Setiap barang diambil dicatat mutasi barangnya di laporan pemakaian obat. Di dalam satelit juga terdapat satu kulkas yang merupakan kulkas bersama yang digunakan oleh perawat dan farmasi. Didalamnya terdapat obat yang sudah dan belum digunakan termasuk juga obat sitotoksik. Sistem distribusi obat satelit ini menggunakan sistem unit dose yang disiapkan untuk sore, pagi, dan siang selama satu hari, kecuali hari jumat disiapkan untuk 3 hari. 4.9 Pelayanan Farmasi Klinik RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Pelayanan farmasi dalam penggunaan obat dan alat kesehatan adalah pendekatan profesional yang bertanggung jawab dalam menjamin penggunaan obat dan alat kesehatan sesuai indikasi, efektif, aman, dan terjangkau oleh pasien melalui penerapan pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan prilaku apoteker serta bekerja sama dengan pasien dan profesi kesehatan lainnya. Pelayanan kefarmasian di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo tidak terpisahkan dari kegiatan farmasi klinik yang berorientasi kepada pasien dan bertujuan untuk menjamin efektivitas, keamanan, dan efisiensi penggunaan obat serta dalam rangka meningkatkan penggunaan obat yang rasional. Penggunaan obat yang rasional adalah penggunaan obat yang tepat indikasi, tepat obat, tepat cara pemberian,

97 83 tepat waktu pemberian, dan tepat lama pemberian. Kegiatan farmasi klinik yang di RSCM meliputi beberapa kegiatan, antara lain : a. Medication History Taking (Pengambilan Riwayat Pengobatan) Pengambilan riwayat pengobatan bertujan untuk melihat pengobatan pasien terdahulu yang dicurigai dapat menimbulkan efek samping obat, melihat ada tidaknya alergi, dan untuk menyesuaikan terapi sebelum perawatan dan saat perawatan pasien di RSCM. Pasien yang datang berobat ke RSCM tidak semuanya diambil data tentang riwayat pengobatan. Pasien yang diambil datanya tentang riwayat pengobatan adalah pasien yang telah dirawat selama 48 jam. Apoteker melakukan pengambilan riwayat pengobatan dengan cara menanyakan langsung ke pasien terkait riwayat penggunaan obat. Selain itu apoteker juga dapat melihat formulir pengkajian awal medik pasien yang ada di status pasien untuk mendapatkan informasi riwayat pengobatan pasien. Untuk melakukan pengambilan riwayat pengobatan, apoteker menyiapkan terlebih dahulu lembar daftar obat sebelum perawatan meliputi: nama obat yang digunakan (nama generik/ nama dagang), cara perolehan (resep, non-resep) termasuk obat herbal dan suplemen, dosis/aturan pakai, lama penggunaan obat (kapan mulai menggunakan dan kapan dihentikan), kepatuhan (dengan jadwal teratur, kadang-kadang, jika timbul gejala saja, dll), sumber obat, dan jumlah obat tersisa. Setelah menandapatkan informasi mengenai riwayat pengobatan pasien, riwayat alergi dan efek samping obat yang pernah dialami pasien yang kemudian dicatat pada formulir medication history taking yang dapat dilihat pada Lampiran 13. b. Pengkajian Resep Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian resep dimulai dari seleksi persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan. 1. Persyaratan administrasi meliputi: a. Nama, umur, jenis kelamin, tanggal lahir, dan berat badan pasien untuk pasien anak-anak; b. Nama dokter;

98 84 c. Tanggal resep; dan d. Ruangan/ unit asal resep. 2. Persyaratan farmasetik meliputi: a. Nama Obat; b. Bentuk dan kekuatan sediaan; c. Dosis dan jumlah obat; d. Stabilitas dan ketersediaan; dan e. Aturan, cara dan teknik penggunaan. 3. Persyaratan klinis meliputi: a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat; b. Duplikasi pengobatan; c. Alergi, interaksi dan efek samping obat; d. Kontra indikasi; Apoteker klinis akan melakukan pengkajian resep sebelum obat di-dispense. Akan tetapi, ketika Apoteker klinis tidak ada di satelit, proses pengkajian dilakukan oleh AA. Dalam melaksanakan pengkajian resep, terdapat 10 indikator yang harus diperhatikan, yaitu: 1. Resep tidak terbaca; 2. Kesesuaian pasien; 3. Dosis/ kekuatan/ frekuensi; 4. Nama obat; 5. Rute pemberian; 6. Waktu pemberian; 7. Interaksi obat; 8. Duplikasi; 9. Obat lebih dari 7 item; dan 10. Antibiotik lebih dari 3 item. c. Monitoring Pengobatan Monitoring pengobatan adalah suatu pemantauan perkembangan pengobatan pasien yang dapat dikaji dari jenis obat yang diberikan, dosis dan frekuensi penggunaannya, efek terapi yang dicapai, ada tidaknya interaksi,

99 85 maupun kemungkinan timbulnya efek samping dari obat yang digunakan. Monitoring pengobatan ini tidak hanya melihat dari obat-obatan yang diberikan pada pasien saja, tetapi dapat juga dilihat dari hasil laboratorium pasien. Tujuan dilakukan monitoring pengobatan ini untuk memastikan kesesuaian pengobatan pasien dan mengetahui perkembangan pengobatan pasien. Data yang diperoleh dicatat pada formulir monitoring pasien rawat inap pada Lampiran 14. Hal-hal yang dilakukan selama monitoring pengobatan pasien meliputi: 1) Melihat kesesuaian antara resep dokter di EHR dengan kardeks (laporan pemberian obat oleh perawat) serta obat yang ditulis di status pasien (Medical Record). 2) Kesuaian pemberian obat terhadap hasil laboratorium pasien. 3) Melihat kesesuaian dosis yang diberikan. 4) Interaksi obat yang terjadi karena polifarmasi. 5) Melihat ada tidaknya efek samping dari obat yang diberikan. d. Konseling Merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Tujuan dari pelaksanaan konseling adalah memberikan pemahaman yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, efek samping obat, tanda tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat obat lain. Konseling dilakukan untuk pasien rawat jalan dan pasien rawat inap. Konseling diprioritaskan secara berurutan bagi: 1. Pasien geriatri (usia lanjut > 60 tahun), 2. Pediatrik (anak-anak < 18 tahun), 3. Pasien yang akan pulang, 4. Pasien yang mendapatkan lebih dari 7 rejimen obat, 5. Pasien yang mendapatkan obat dengan indeks terapi sempit. 6. Pasien yang mendapatkan efek obat yang tidak diharapkan dari penggunaan obatnya.

100 86 Konseling yang diberikan bagi pasien yang akan pulang harus informatif karena pasien akan menggunakan obat sendiri di rumah tanpa didampingi oleh perawat seperti di rumah sakit. Namun karena kondisi pasien yang akut ataupun keadaan pasien yang ingin segera pulang sehingga informasi obat yang diberikan tidak terlalu mendetail. Akan tetapi, apoteker sebaiknya meminta pasien untuk mengulangi informasi yang telah disampaikan sebagai proses evaluasi dan untuk memastikan bahwa informasi telah diterima dengan tepat oleh pasien tanpa ada kesalahan dalam memahami informasi. Sebelum dilakukan kegiatan konseling untuk pasien pulang, apoteker terlebih dahulu menyiapkan formulir informasi obat pulang (Lampiran 12), sedangkan obatnya disiapkan oleh petugas satelit farmasi tiap lantai. Formulir tersebut dapat memudahkan pasien untuk menggunakan obatnya sendiri di rumah, karena sudah dilengkapi dengan waktu minum (pagi, siang atau sore, sesudah atau sebelum makan) dosis dan jumlah obat yang diminum. Informasi yang diberikan kepada pasien meliputi nama obat, khasiat obat, jumlah obat yang diberikan, aturan dan waktu pemakaian obat, serta informasi khusus.walaupun pada saat konseling oleh apoteker telah diberikan formulir informasi obat, namun pasien akan lebih sering melihat aturan penggunaan obat pada etiket. Sehingga sebaiknya informasi obat yang tertera dalam etiket juga mencantumkan cara penggunaan obat (sebelum/setelah makan). e. Pelayanan Informasi Obat (PIO) Pelayanan informasi obat merupakan kegiatan yang dilakukan oleh Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias, dan terkini kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan dari pelaksanaan ini adalah menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit; menyediakan informasi untuk membuat kebijakan kebijakan yang berhubungan dengan obat, terutama bagi panitia/ komite farmasi dan terapi; meningkatkan profesionalisme apoteker; serta menunjang terapi obat yang rasional. PIO merupakan kegiatan yang dapat dilakukan oleh apoteker secara mandiri maupun berkelompok. PIO terdiri dari:

101 87 1. PIO pasif, yaitu berupa menjawab pertanyaan baik yang berasal dari tenaga kesehatan di lingkungan Rumah Sakit maupun di luar Rumah Sakit. Saat ini kegiatan PIO pasif sebagian besar berasal dari tenaga medis di lingkungan Gedung A RSCM. 2. PIO aktif, yaitu berupa memberikan informasi secara aktif, seperti melalui buku panduan, leaflet, brosur, dan media lainnya. Dalam melakukan kegiatan PIO, Apoteker mencari informasi yang dibutuhkan menggunakan buku-buku literatur terbaru maupun media elektronik seperti internet yang berasal dari sumber yang dapat dipercaya. Pertanyaan yang diajukan oleh tenaga medis maupun pasien dapat berupa pertanyaan mengenai kestabilan obat, substitusi obat, dosis obat untuk pasien dengan keadaan tertentu, dan pertanyaan lainnya yang mungkin ditemukan selama pasien menjalani perawatan. Laporan dari kegiatan PIO akan direkapitulasi dan dilaporkan setiap bulan sehingga memudahkan pencarian kembali apabila pertanyaan serupa ditanyakan kembali di lain waktu. f. Parade/ Ronde/ Visite Parade/ ronde/ visite merupakan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menentukan pemilihan obat, menerapkan secara langsung pengetahuan farmakologi terapetik, menilai kemajuan pasien, serta bekerjasama dengan tenaga kesehatan lain. Visite dapat dilakukan oleh Apoteker secara mandiri maupun berkolaborasi bersama tim medis lainnya sesuai dengan situasi dan kondisi. Dalam kegiatan visite, Apoteker berperan dalam memberikan rekomendasi pengobatan pasien terkait kesesuaian obat dengan penyakitnya, kesesuaian dosis dan sediaan obat, ketersediaan obat, harga obat, efek yang tidak diinginkan, serta kemungkinan terjadinya interaksi obat. g. Diskusi Kasus Kegiatan yang dilakukan selama diskusi kasus dapat bermacam-macam sesuai dengan kondisi unit yang melakukan diskusi kasus. Diskusi kasus dapat meliputi:

102 88 1. Ronde klinik PPRA untuk membahas kasus penggunaan antibiotik, baik kasus yang berasal dari pasien maupun yang terjadi secara umum. 2. Ronde geriatri (geriatric meeting). 3. Ronde bersama (waktunya tidak pasti dan dilakukan minimal satu bulan sekali). h. Monitoring Efek Samping Obat Monitoring efek samping obat merupakan kegiatan pemantauan setiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Tujuan dari kegiatan ini adalah menemukan efek samping obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, dan ferkuensinya jarang; menentukan frekuensi dan insidensi efek samping obat yang sudah dikenal sekali, yang baru saja ditemukan; mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/ mempengaruhi timbulnya efek samping obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat. Kegiatan yang dilakukan selama melakukan monitoring efek samping obat antara lain: 1. Menganalisa laporan efek samping obat. 2. Mengidentifikasi obat obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami efek samping obat. 3. Mengisi formulir efek samping obat. 4. Melaporkan ke panitia efek samping obat nasional Kegiatan PKPA Farmasi Klinik di RSCM Pelaksanaan kegiatan farmasi klinik di RSCM sudah diterapkan di beberapa divisi/ unit pelayanan antara lain: a. Pelayanan Jantung Terpadu (PJT) b. Instalasi Gawat Darurat (IGD) c. ICU & ICCU d. Perinatologi & PTK e. Rawat Inap Gedung A f. Kencana

103 89 Secara keseluruhan, pelaksanaan kegiatan farmasi klinik di RSCM sudah berjalan cukup baik. Dari delapan kegiatan farmasi klinik yang ada, terdapat beberapa perbedaan metode pelaksanaan pada tiap divisi atau unit pelayanan, diantaranya adalah: 1. Pelayanan Farmasi Klinik di Unit Rawat Inap Terpadu Gedung A Pelaksanaan kegiatan farmasi klinik di gedung A rawat inap dilaksakan oleh tujuh orang apoteker, adapun beberapa kegiatan rutin farmasi klinik yang dilakukan di gedung A, yaitu: a. Monitoring Pengobatan. b. Pelayanan Konseling (bed side pasien dan pasien pulang). c. Pelayanan Informasi Obat. d. Ronde/Visite. e. Pengambilan riwayat penggunaan obat (Medication History Taking). f. Verifikasi Resep. g. Diskusi Kasus. h. Monitoring Efek Samping Obat. 2. Pelayanan Farmasi Klinik di ICU & ICCU Pelaksanaan kegiatan farmasi klinik di ICU & ICCU dilaksanakan oleh 1 orang Apoteker, adapun beberapa kegiatan farmasi klinik yang dilakukan di ICU dan ICCU, yaitu: a. Parade/ ronde/ visite bersama dengan dokter dan perawat untuk membicarakan mengenai kondisi pasien yang sedang dirawat di ICU, tindakan medis yang akan dilakukan serta terapi pengobatan yang akan digunakan; b. Pengkajian resep; c. Monitoring pengobatan; d. Kegiatan konseling pasien pulang di ICCU, kegiatan konseling hampir tidak pernah dilaksanakan di ICU mengingat bahwa pasien yang dirawat di ICU rerata memiliki kondisi yang tidak stabil, sehingga tidak memungkinkan untuk diberikan konseling; e. Pelayanan informasi obat;

104 90 f. Kegiatan monitoring efek samping obat; g. Ronde 3. Pelayanan Farmasi Klinik di Instalasi Gawat Darurat (IGD) Pelaksanaan kegiatan farmasi klinik di Instalasi Gawat Darurat dilaksanakan oleh 1 orang Apoteker, adapun beberapa kegiatan farmasi klinik yang dilakukan di IGD, yaitu: a. Pengambilan riwayat pengobatan; b. Pengkajian resep; c. Monitoring pengobatan; d. Ronde mandiri; e. Konseling pasien pulang; f. Pelayanan informasi obat; dan g. Monitoring efek samping obat. Selama pelaksanaan PKPA dalam kegiatan farmasi klinik di gedung A rawat inap, ICU & ICCU, serta di IGD terdapat beberapa masalah dan kendala yang ditemui, yaitu: 1. Pasien harus menunggu cukup lama untuk mendapatkan informasi obat pulang oleh Apoteker. 2. Ruangan PIO terkadang kosong, kemungkinan adanya telpon mengenai PIO yang tidak terjawab. 3. Tidak ada catatan apoteker di status pasien. 4. PIO aktif RSCM saat ini hanya dilakukan berdasarkan kebutuhan, belum dapat dilakukan secara rutin. Adapun hasil dari PIO aktif yang sudah dilakukan antara lain: Buku Panduan Pencampuran Obat Suntik, Brosur Penggunaan Salep Mata, Suppositoria, dan Inhaler.

105 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pelayanan kefarmasian yang dilakukan di rumah sakit mencakup kegiatan manajemen dan farmasi klinik. Peran apoteker dalam menjalankan fungsinya di bidang manajemen adalah menjamin, menyediakan dan menyimpan ketersediaan perbekalan faremasi yang memenuhui kualitas, kuantitas dan keamanannya. Selain itu, apoteker juga berperan sebagai seorang manajer yang bertugas melakukan pengelolaan sumber daya manusia (SDM), sarana dan prasarana, sertaberkontribusi dalam upaya peningkatan pendapatan rumah sakit. Peran apoteker dalam menjalankan fungsinya di bidang farmasi klinik yaitu Monitoring Pengobatan, konseling, pelayanan informasi obat, ronde/visit, pengambilan riwayat penggunaan obat (Medication History Taking), pengkajian resep, dispensing, pemantauan dan pelaporan efek samping obat (MenKes RI No. 1197). Pelaksanaan pelayanan kefarmasian tersebut di RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo sudah cukup memenuhi standar pelayanan kefarmasian dari Kementerian Kesehatan RI dan standar dari Joint Commission International. Meskipun begitu masih ditemui adanya aspek pelayanan yang belum dilakukan secara maksimal karena faktor keterbatasan jumlah SDM dan keterbatasan fasilitas penunjang pelayanan. 5.2 Saran Selama pelaksanaan PKPA di Satelit Farmasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, terdapat beberapa hal yang diamati oleh mahasiswa dalam kegiatan manajemen dan farmasi klinik. Beberapa hal yang bisa kami sarankan adalah: Kegiatan Farmasi Klinik 1. Ada penambahan jumlah apoteker klinis untuk memaksimalkan kegiatan farmasi klinik. 2. Harus ada Apoteker yang selalu berada diruangan PIO. 91

106 92 3. Sebaiknya ada catatan apoteker di status pasien. 4. Apoteker farmasi klinik sebaiknya mengikuti ronde di IGD, agar dapat saling sharing mengenai pasien antar tenaga kesehatan lainnya Gudang Perbekalan Farmasi Pusat 1. Penambahan jumlah kalkulator; melakukan sampling stock dan fisik untuk beberapa jenis item setiap hari. 2. Membuat daftar nama obat dan menempelkannya di pintu lemari pendingin serta diperbaharui secara berkala Instalasi Sterilisasi Pusat 1. Dilakukan pencucian hingga kotoran benar-benar hilang pada saat proses Precleaning & Cleaning. 2. Pintu pass box diperbaiki atau ruangan tunggu di loket bersih harus berada dalam keadaan tertutup saat melakukan serah terima barang. 3. Dilakukan pemeriksaan kembali produk BMHP sebelum dilakukan proses pengemasan dan sterilisasi Instalasi Gawat Darurat (IGD) 1. Petugas lebih cermat lagi dalam menulis kartu stok dan melakukan penelusuran terhadap selisih tersebut saat ditemukan. 2. Petugas diharapkan menulis tanggal pada kartu stok yang lengkap. 3. Petugas diharapkan dapat menyusun sediaan farmasi sesuai alfabetis. 4. Petugas lebih teliti lagi dalam menyimpan obat LASA. Penyimpanannya harus diberi label LASA pada tempat penyimpanan dan tidak diletakkan secara berdampingan Ruang Rawat Inap Terpadu (Gedung A) 1. Membuat daftar nama obat-obat yang terdapat di lemari pendingin dan menempelkannya pada pintu atau samping lemari pendingin. Daftar tersebut juga perlu diperiksa dan diperbaharui secara berkala sehingga data yang tersedia selalu ter-update sesuai dengan persediaan yang terdapat di dalamnya. 2. Setiap pengambilan tablet maupun kapsul yang tanpa kemasan sebaiknya menggunakan sendok atau menggunakan hand rub terlebih dahulu. 3. Penyimpanan untuk tablet maupun kapsul yang tanpa kemasan sebaiknya tetap berada pada plastiknya.

107 93 4. Setiap perawat maupun dokter yang meminta perbekalan farmasi, sebaiknya petugas farmasi sendiri yang mengambilkanya Satelit Intensive Care Unit (ICU) 1. Lemari obat alkes merupakan lemari dengan pintu yang tertutup, maka sebaiknya diberikan daftar barang yang terdapat didalam pada tiap-tiap pintu lemari. 2. Daftar obat di lemari high alert, narkotik, psikotropik, belum ada daftar obat high alert di kulkas dan barang di dalam kulkas sebaiknya di cek lagi kesesuaian dengan barang di dalamnya sudah dibuatkan daftar barang. 3. Pada penyimpanan tablet dirapihkan daftarnya karena masih banyak yang ditulis tangan dan kurang rapi. 4. Kartu stock sebaiknya dilengkapi dan jangan hanya lembaran kertas karena rentan tercecer. 5. Sebaiknya diberikan tangga untuk bisa menjangkau lemari di satelit farmasi ICU yang tinggi Satelit Farmasi Pusat dan satelit PTK a) Satelit Farmasi Pusat 1. Sebaiknya terdapat seorang apoteker farmasi klinis yang dapat memberikan informasi/konseling kepada pasien rawat jalan. 2. Sebaiknya dilakukan pengecekan lagi pada kartu stock masih terdapat selisih antara jumlah yang tertulis pada kartu stok dengan jumlah fisik. b) Satelit PTK 1. Sebaiknya diberikan kulkas mini untuk satelit ini agar kulkas di satelit PTK terpisah antara kulkas farmasi dan kulkas yang digunakan oleh perawat. 2. Pada pintu kulkas sebaiknya ditulis peringatan untuk tidak menyimpan makanan di dalam kulkas, karena sempat terlihat adanya makanan di dalam freezer. 3. Sebaiknya semua resep, baik yang dilayani langsung di satelit PTK atau pun yang dialihkan di print out. 4. Satelit PTK sebaiknya tidak melakukan peracikan obat karena diruang tersebut tidak dilengkapi meja/ruang khusus peracikan Satelit Kirana

108 94 1. Penempelan obat LASA pada kemasan sekunder obat untuk meminimalkan terjadinya kesalahan dalam pengambilan obat. 2. Disediakan alat pengeras suara di Satelit Kirana untuk memudahkan Asisten Apoteker dalam memanggil pasien. 3. Mengadakan telepon internal antar unit (siemens) RSCM, untuk memudahkan komunikasi antar unit RSCM terutama dengan gudang dan satelit lain. Tindak lanjut yang sudah dilakukan adalah sudah membuat surat ke bagian aset RSCM, dan sedang menunggu acc dari DirKeu. 4. Segera menyeragamkan sistem aplikasi peresepan di KIRANA agar mempermudah sistem peresepan di satelit kirana (terutama lantai 1). 5. Perlu dibuatkan loket untuk penerimaan resep dan penyerahan obat untuk pasien rawat jalan di depo lantai 1 kirana. Berikut contoh layout dari loket yang sebaiknya disediakan di satelit kirana: Sub Instalasi Produksi 1. Kekosongan bahan baku dapat diatasi dengan menambah jumlah defecta bahan produksi untuk kebutuhan produksi, terutama untuk produksi yang rutin dilakukan. 2. Penyiapan obat sitostatika yang menumpuk di pagi hari dapat diatasi dengan menugaskan seorang karyawan untuk mengambil obat titipan kemo di Satelit

109 95 Farmasi Pusat pada siang harinya agar dapat disiapkan oleh petugas sitostatika. Selain itu, dapat juga dengan memperbaiki LAF yang saat ini sedang rusak sehingga proses pelayanan penyiapan obat sitostatika dapat lebih cepat diselesaikan. 3. Permintaan produk dari dokter yang belum terlaksana dapat diatasi dengan adanya apoteker untuk mengembangkan formula sesuai permintaan. Sehingga dengan adanya jumlah apoteker yang memadai, permintaan terhadap suatu produk oleh dokter dapat dipenuhi. 4. Selama proses pembuatan kapsul Natrium bicarbonate, petugas harus menggunakan APD lengkap (Contoh : Masker) untuk mecegah adanya kemungkinan kontaminan yang berasal dari tubuh petugas (mulut, tangan, rambut).

110 96 DAFTAR ACUAN Menteri Kesehatan. (2009). Undang-Undang No.36 tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Menteri Kesehatan. (2009). Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Menteri Kesehatan. (2014). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Presiden Republik Indonesia. (2014). Undang Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan. Jakarta Siregar, Lia Amalia. (2004). Farmasi Rumah Sakit: Teori dan Penerapan. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

111 LAMPIRAN

112 97 Lampiran 1.Struktur Organisasi RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Direktur Utama Komite Medik, Komite Etik, PPIRS, Komite Mutu Direktur Medik dan Keperawatan Direktur Pengembangan dan Pemasaran Direktur Keuangan Direktur SDM dan Pendidikan Direktur Umum dan Operasional Departemen Instalasi promkes Bagian Anggaran Bagian Diklat Bagian Administrasi Instalasi Farmasi UPJM Bagian Perbendaharaan Bagian SDM Bagian Aset dan Inventaris UPT Bagian Akuntansi Bagian Hukor Bagian Teknik Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Instalasi Pendidikan Instalasi Medik ULP Unit Utilitas

113 98 Lampiran 2. Struktur Organisasi Instalasi Farmasi Direktorat Medik dan Keperawatan Kepala Instalasi Farmasi Koordinator Administrasi dan Keuangan Koordinator Produksi dan Diklitbang Koordinator Pelayanan Farmasi

114 99 Lampiran 3. Struktur Koordinasi Administrasi dan Keuangan

115 99 Lampiran 4. Struktur Organisasi Koordinator Produksi dan Diklitbang

116 100 Lampiran 5. Struktur Organisasi Koordinator Pelayanan Farmasi

117 101 Lampiran 6. Alur Pengelolalaan Perbekalan Farmasi di RSCM

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit 4 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

MAKALAH STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

MAKALAH STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT MAKALAH STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT Oleh: Erita Rahmani 260112140509 PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2015 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu organisasi yag kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah sakit Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014 pasal 1 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI RUMAH SAKIT. DIANA HOLIDAH Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember

TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI RUMAH SAKIT. DIANA HOLIDAH Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI RUMAH SAKIT DIANA HOLIDAH Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi : Berdasarkan Permenkes No.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2016 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah 4 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Defenisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit. seleksi (selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit. seleksi (selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Sediaan Farmasi di Rumah Sakit Alur pengelolaan sediaan farmasi meliputi empat fungsi dasar, yaitu seleksi (selection), perencanaan dan pengadaan (procurement), distribusi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerjaan Kefarmasian Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 pasal 1 tentang rumah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 pasal 1 tentang rumah 4 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 pasal 1 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Defenisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu dari saranan kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG PEDOMAN PRAKTIK APOTEKER INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kegiatan pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan dalam masyarakat biasanya dilakukan dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat semakin menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan menjadi salah satu prioritas yang perlu diperhatikan untuk bertahan hidup dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit BAB IV PEMBAHASAN A. Karakteristik Sampel Penelitian ini bertujuan untuk Rumah Sakit Umum Daerah Lombok untuk melihat gambaran Penerapan Farmasi Klinik rumah sakit sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN. Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014

BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN. Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014 BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN Disajikan Pada : RAPAT 23 SEPTEMBER 2014 Pemetaan Tenaga Kesehatan Mutu Tenaga Kesehatan Untuk Memenuhi: 1.Hak dan Kebutuhan Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983/MenKes/SK/XI/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya kesehatan merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit 4 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat pada umumnya semakin sadar akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu kunci utama bagi seseorang dalam melaksanakan

Lebih terperinci

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT KOMITE FARMASI DAN TERAPI DRA. NURMINDA S MSi, APT STANDARD PELAYANAN FARMASI Keputusan MenKes no. 1197/MenKes/SK/X/2004 Tanggal 19 Oktober 2004 Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan kepmenkes RI No. 983/ MENKES/ SK XI/ 1992 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan kepmenkes RI No. 983/ MENKES/ SK XI/ 1992 tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tingkatan Rumah Sakit. Berdasarkan kepmenkes RI No. 983/ MENKES/ SK XI/ 1992 tentang pedoman organisasi rumah sakit umum, rumah sakit umum daerah, rumah sakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pengetahuan masyarakat akan pentingnya kesehatan terus meningkat seiring perkembangan zaman. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan masyarakat senantiasa diupayakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Salah satu sarana untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era persaingan yang ketat, hal utama yang perlu diperhatikan oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing, mempertahankan pasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung dan mempengaruhi pekerjaan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat 2.1 Definisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

Aspek legal. untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan. Yustina Sri Hartini - PP IAI

Aspek legal. untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan. Yustina Sri Hartini - PP IAI Aspek legal penggunaan TIK untuk pelayanan kefarmasian di fasilitas kesehatan Yustina Sri Hartini - PP IAI Disampaikan dalam Annual Scientific Meeting Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta, 23 Maret 2017

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN... TENTANG MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017 KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017 Program : Program Pelayanan Kefarmsian Puskesmas Megang Hasil (Outcome) : Terselengaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatanyang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG TENAGA KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa tenaga kesehatan memiliki peranan penting

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.298, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan citacita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. dalam rangka keselamatan pasien (patient safety) (Menkes, RI., 2014). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Pelayanan kefarmasian di apotek saat ini telah mempunyai standar dengan diterbitkannya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

Pharmaceutical barrier in preventing counterfeit medicines in hospitals. Hadi Sumarsono, S. Farm., Apt.

Pharmaceutical barrier in preventing counterfeit medicines in hospitals. Hadi Sumarsono, S. Farm., Apt. Pharmaceutical barrier in preventing counterfeit medicines in hospitals Hadi Sumarsono, S. Farm., Apt. PERMENKES Nomor 58 Tahun 2014 Standard Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit Standard pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan Amalia, 2004).

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan Amalia, 2004). BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS CADASARI

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. CadasariKab. PandeglangBanten SURAT KEPUTUSAN KEPALA PUKESMAS CADASARI Nomor : TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah Sakit Umum Daerah di Pulau Bangka merupakan penelitian noneksperimental. Metode dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang. menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Puskesmas Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kesehatan adalah salah satu tujuan dari pembangunan suatu bangsa. Kesehatan sendiri adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Pengertian Rumah Sakit Menurut WHO (World Health Organization), rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.298, 2014 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Tenaga Kesehatan. Penyelenggaraan. Pengadaan. Pendayagunaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5607) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan kebutuhan hidup yang diwujudkan dan dilaksanakan dalam mencapai kesejahteraan kehidupan dalam masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan I. Latar Belakang Beberapa pertimbangan dikeluarkannya Permenkes ini diantaranya, bahwa penyelenggaraan Pusat Kesehatan Masyarakat perlu ditata ulang untuk meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan

Lebih terperinci

Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang. Cetakan pertama, Desember : Drs. Rusli. Sp., FTS. Apt

Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang. Cetakan pertama, Desember : Drs. Rusli. Sp., FTS. Apt Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang Cetakan pertama, Desember 2016 Penulis : Drs. Rusli. Sp., FTS. Apt Pengembang Desain Intruksional: Dra. Lintang Patria, M.Kom. Desain oleh Tim P2M2

Lebih terperinci

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT

PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT PERESEPAN, PEMESANAN DAN PENGELOLAAN OBAT SOP No. Dokumen No. Revisi : Tanggal Terbit : 51.VIII/SOP/PNG/V/2016 : 3 Mei 2016 Halaman : 1/ 6 UPT PUSKESMAS PANUNGGANGAN 1. Pengertian 2. Tujuan 3. Kebijakan

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah rumah sakit sangat diperlukan oleh masyarakat, oleh karena itu diperlukan upaya kesehatan untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Selatan

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Selatan LAMPIRAN 57 Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Selatan 58 Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian RSUD Bangka Tengah 59 Lampiran 3. Surat Ijin Penelitian RSUD Depati Hamzah 60 Lampiran 4. Surat Ijin

Lebih terperinci

Elemen Penilaian PKPO 1 Elemen Penilaian PKPO 2 Elemen Penilaian PKPO 2.1 Elemen Penilaian PKPO Elemen Penilaian PKPO 3

Elemen Penilaian PKPO 1 Elemen Penilaian PKPO 2 Elemen Penilaian PKPO 2.1 Elemen Penilaian PKPO Elemen Penilaian PKPO 3 Elemen Penilaian PKPO 1 1. Ada regulasi organisasi yang mengelola pelayanan kefarmasian dan penggunaan obat yang menyeluruh atau mengarahkan semua tahapan pelayanan kefarmasian serta penggunaan obat yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas kehidupan manusia. Pembangunan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR, BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2009 NOMOR 19 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SAKIT WALIKOTA BOGOR, Menimbang : Mengingat a. bahwa rumah sakit merupakan

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.315, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. ORTA RS Kelas B dr. Suyoto. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT KELAS

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI

GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI GAMBARAN PELAKSANAAN STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI APOTEK WILAYAH KECAMATAN LAWEYAN KOTA SOLO TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: ROSY MELLISSA K.100.050.150 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 17 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS RUMAH SAKIT JIWA KALAWA ATEI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit Dalam rangka menyukseskan pembangunan nasional, pembangunan dalam bidang kesehatan memiliki peran yang penting. Kesehatan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan merupakan kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat dan tempat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu sarana pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam mempercepat

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO. / SK / RSPB / / 2017

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO. / SK / RSPB / / 2017 SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR NO. / SK / RSPB / / 2017 TENTANG KEBIJAKAN PELAYANAN FARMASI MENIMBANG : 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit Permata Bunda, maka diperlukan penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah sakit Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 983/Menkes/SK/XI/1992 Rumah Sakit merupakan salah satu tempat dari sarana kesehatan menyelenggarakan kesehatan, bertujuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup pasien yang dalam praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup pasien yang dalam praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Farmasi klinik 1. Definisi Farmasi Klinik Farmasi klinik menurut Clinical Resource and Aundit Group (1996) diartikan sebagai disiplin kerja yang berkonsentrasi pada penerapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam analisis kepuasan pasien, erat hubungannya dengan suatu kinerja, yaitu proses yang dilakukan dan hasil yang dicapai oleh suatu organisasi dalam menyediakan produk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Nasional Jaminan kesehatan adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (pelayanan kesehatan yang meliputi

Lebih terperinci

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN TERHADAP KUALITAS PELAYANAN DI APOTEK INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN SKRIPSI Oleh : MEILINA DYAH EKAWATI K 100 050 204 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pelayanan Kefarmasian Pelayanan kefarmasian pada saat ini telah bergeser orientasinya dari obat ke pasien yang mengacu kepada Pharmaceutical Care. Kegiatan pelayanan kefarmasian

Lebih terperinci

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.316, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMHAN. JFT dan JFU. RS Kelas B dr. Suyoto. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2018 TENTANG SUSUNAN DAN TATA KERJA JABATAN FUNGSIONAL

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap masyarakat berhak untuk memperoleh pelayanan kesehatan terbaik bagi dirinya. Pengertian kesehatan berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 Tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci