UNIVERSITAS INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "UNIVERSITAS INDONESIA"

Transkripsi

1 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD) GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 JULI 22 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER Amalina Fakhriah, S. Farm ANGKATAN LXXIX PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JANUARI 2015

2 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD) GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 JULI 22 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DiajukansebagaisalahsatusyaratuntukmemperolehgelarApoteker Amalina Fakhriah, S. Farm ANGKATAN LXXIX PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK JANUARI 2015 vi

3 HALAMAN PENGESAHAN LaporanPraktekKerjaProfesiinidiajukanoleh : Nama : Amalina Fakhriah, S. Farm NPM : Program Studi : Apoteker JudulLaporan : LaporanPraktekKerjaProfesiApoteker dirumahsakitpusatangkatandarat (RSPAD) GatotSoebrotoDitkesadPeriode 7 Juli 22 Agustus 2014 Telahberhasildipertahankan di hadapandewanpengujidanditerimasebagaipersyaratan yang diperlukanuntukmemperolehgelarapotekerpada Program StudiApoteker, FakultasFarmasi,. DEWAN PENGUJI Pembimbing I : Drs. WawanKusdiawan, Apt (.) Pembimbing II : SantiPurna Sari, M.Si. Apt (.) Penguji I : (.) Penguji II : (.) Penguji III : (.) Ditetapkan di Tanggal : : Depok vi

4 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME Saya yang bertandatangandibawahinidengansebenarnyamenyatakanbahwalaporanpraktikpro fesiapotekerinisayasusuntanpatindakanplagiarismesesuaidenganperaturan yang berlaku di. Jikadikemudianhariternyatasayamelakukanplagiarisme, sayaakanbertanggungjawabsepenuhnyadanmenerimasanksi dijatuhkanoleh kepadasaya. yang Depok, Januari 2015 AmalinaFakhriah, S.Farm vi

5 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS LaporanPraktikKerjaProfesiApotekeriniadalahhasilkaryasayasendiridansemuasum berbaik yang dikutipmaupundirujuktelahsayanyatakandenganbenar. Nama : AmalinaFakhriah, S.Farm NPM : TandaTangan : Tanggal : Januari 2015 vi

6 vi

7 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad yang telah dilaksanakan pada tanggal 7 Juli- 22 Agustus Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menempuh ujian akhir apoteker di Fakultas Farmasi Unversitas Indonesia. Penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Drs. Wawan Kusdiawan, Apt selaku pembimbing selama PKPA di RSPAD Gatot Soebroto atas ilmu-ilmu yang telah diberikan. 2. SantiPurna Sari, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing yang telah membimbing penulis. 3. Kolonel (CKM), Drs. HidayatulRachman, Apt., M.Si selaku kepala Instalasi Farmasi RSPAD GatotSoebroto 4. Dr. Mahdi Jufri, M.Si.,Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi UI 5. Dr.Hayun, M.Si.,Apt selaku Ketua Program Profesi Apoteker Fakultas Farmasi UI 6. Seluruhstafmedismaupun non-medis RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad atas bantuannya selama PKPA 7. Keluarga dan orang-orang terdekat penulis, atas segala bentuk dukungan, perhatian, kasih sayang, serta doa tiada henti yang diberikan kepada penulis Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan semua pihak yang terkait. Penulis 2015 vi

8 Laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad Periode 7 Juli 22 Agustus 2014 ABSTRAK Praktik Kerja Profesi Apoteker di RSPAD Gatot Soebroto bertujuan untuk mengetahui secara langsung peranan apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya serta mengetahui dan mempraktekkan cara berinteraksi serta berkomunikasi yang baik dengan pasien maupun tenaga kesehatan lainnya. Tugas khusus yang diberikan adalah studi kasus pasien malaria yang dirawat di RSPAD. Kata kunci: Apoteker, Farmasi Rumah Sakit, malaria.

9 Report of Pharmacist Internship Program at The Gatot Soebroto Army Hospital Central Jakarta for Period 7 th July to 22 nd August 2014 The aim of pharmacist internship program at Gatot Soebroto Army Hospital is to determine directly the role of pharmacists in Hospital Pharmacy Installation in carrying out its duties and responsibilities as well as knowing and practicing how to interact and communicate with patients and other health professionals. Specific task that given in pharmacist internship program is a case study of malaria patients who were treated at The Gatot Soebroto Army Hospital Central. Keywords : Pharmacist, Hospital Pharmacy, malaria

10 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR LAMPIRAN... vi BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan... 2 BAB 2 TINJAUAN UMUM Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) Formulairum Rumah Sakit Peranan Apoteker BAB 3 TINJAUAN KHUSUS Sejarah RSPAD Gatot Soebroto Profil RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Visi, Misi, dan Tugas Fungsi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Secara Umum BAB 4 URAIAN HASIL KEGIATAN Visi dan Misi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Tujuan Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Pekerjaan Kefarmasian di RSPAD Gatot Soebroto BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA DAFTAR LAMPIRAN iv

11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif) yang dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan. Rumah sakit yang merupakan sarana kesehatan yang menjadi rujukan pelayanan kesehatan dengan fungsi utama menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan bagi pasien. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan bagian dari kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Paradigma pelayanan kefarmasian saat ini yang semula drug-oriented telah bergeser ke patient-oriented dan membutuhkan komponen penunjang dari sistem kesehatan yang ada. Orientasi kegiatan pelayanan kefarmasian yang berubah mempunyai konsekuensi bahwa apoteker dituntut untuk mengembangkan pengetahuan, ketrampilan dan perilaku dalam bidang farmasi agar dapat berinteraksi secara langsung dengan pasien. Pelayanan yang komprehensif meliputi komunikasi yang baik dengan pasien maupun tenaga kesehatan lain, pemberian informasi dan edukasi terkait pengobatan yang rasional dapat meningkatkan efektifitas dan efisiensi terapi secara optimal. Instalasi farmasi rumah sakit merupakan salah satu fasilitas penyelenggaraan kegiatan pekerjaan kefarmasian yang meliputi perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian obat, pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan serta pengembangan obat, bahan obat maupun obat tradisional. Instalasi Farmasi dipimpin oleh seorang Apoteker dan dibantu oleh beberapa staf apoteker serta asisten apoteker yang kompeten secara profesional. Tanggung jawab yang dimiliki oleh apoteker di rumah sakit begitu penting. Oleh karena itu, Fakultas Farmasi menyelenggarakan program Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) bagi mahasiswa Program Pendidikan Apoteker yang bekerjasama dengan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat 1

12 2 (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad yang berlangsung selama 6 minggu. Adanya kegiatan PKPA tersebut diharapkan mahasiswa calon Apoteker dapat mempersiapkan diri untuk mencari pengalaman, menambah dan memperdalam pengetahuan di lapangan khususnya mengenai kondisi di rumah sakit sebelum menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. 1.2 Tujuan Tujuan di lakukan praktek kerja profesi Apoteker di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad adalah agar calon Apoteker dapat: a. Mengetahui profil Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad secara umum. b. Melakukan studi perbandingan tentang peranan dan tanggungjawab apoteker dalam pelayanan farmasi rumah sakit secara praktik dengan pengetahuan yang didapatkan secara teori. c. Mengetahui secara langsung peranan apoteker di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. d. Mengetahui dan mempraktekkan cara berinteraksi serta berkomunikasi yang baik dengan pasien dan tenaga kesehatan lainnya.

13 BAB 2 TINJAUAN UMUM 2.1 Rumah Sakit Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yangharus mampu meningkatkan pelayanan menjadi lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Rumah sakit menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat untuk perorangan secara paripurna (Kementerian Kesehatan RI, 2009) Tugas dan Fungsi Tugas Rumah Sakit Rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan yang meliputi upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.pelayanan kesehatan promotif adalah kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan. Pelayanan kesehatan preventif adalah kegiatan pencegahan terhadap suatu masalah kesehatan atau penyakit. Pelayanan kesehatan kuratif adalah kegiatan pengobatan yang ditujukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas hidup pasien dapat terjaga secara optimal. Pelayanan kesehatan rehabilitatif adalah kegiatan untuk mengembalikan pasien ke lingkungan masyarakat sehingga dapat berfungsi lagi sebagai anggota masyarakat yang berguna untuk dirinya sendiri dan masyarakat seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya Fungsi Rumah Sakit Rumah Sakit mempunyai fungsi yaitu : a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit 3

14 4 b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan yang berkualitas d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan Jenis dan Klasifikasi Berdasarkan Jenis Pelayanan Rumah Sakit berdasarkan jenis pelayanannya dikategorikan menjadi Rumah Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus. Rumah Sakit Umum memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit, sedangkan Rumah Sakit Khusus memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya. Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan Rumah Sakit. Klasifikasi Rumah Sakit umum terdiri atas : a. Rumah Sakit umum kelas A Rumah Sakit Umum Kelas A adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis penunjang medis, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis. b. Rumah Sakit umum kelas B Rumah Sakit Umum Kelas B adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis penunjang medis, 8 (delapan) spesialis lain dan 2 (dua) subspesialis dasar.

15 5 c. Rumah Sakit umum kelas C Rumah Sakit Umum Kelas C adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat) spesialis penunjang medis. d. Rumah Sakit umum kelas D Rumah Sakit Umum Kelas D adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan pelayanan medis paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar. Klasifikasi Rumah Sakit khusus terdiri atas : a. Rumah Sakit khusus kelas A Rumah Sakit Khusus kelas A adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medis spesialis dan pelayanan medis subspesialis sesuai kekhususan yang lengkap. b. Rumah Sakit khusus kelas B Rumah Sakit Khusus kelas B adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medis spesialis dan pelayanan medis subspesialis sesuai kekhususan yang terbatas. c. Rumah Sakit khusus kelas C Rumah Sakit Khusus kelas C adalah Rumah Sakit Khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling sedikit pelayanan medis spesialis dan pelayanan medis subspesialis sesuai kekhususan yang minimal Berdasarkan Pengelolaannya Rumah Sakit dapat dibagi menjadi Rumah Sakit Publik dan Rumah Sakit Privat. Rumah Sakit Publik dapat dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah Sakit Publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum atau Badan Layanan Umum Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah Sakit Publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah Daerah tidak dapat dialihkan menjadi Rumah Sakit

16 6 Privat. Rumah Sakit Privat dikelola oleh badan hukum dengan tujuan profit yang berbentuk Perseroan Terbatas atau Persero (Kementerian Kesehatan RI, 2009) Rumah Sakit Pendidikan Rumah Sakit pendidikan merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan pendidikan dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya. Rumah Sakit dapat ditetapkan menjadi rumah sakit pendidikan setelah memenuhi persyaratan dan standar yang sesuai. Rumah sakit pendidikan ditetapkan oleh Menteri setelah berkoordinasi dengan Menteri yang membidangi urusan pendidikan (Kementerian Kesehatan RI, 2009) Struktur Organisasi Rumah Sakit Setiap Rumah Sakit harus memiliki struktur organisasi yang efektif, efisien dan akuntabel. Organisasi Rumah Sakit paling sedikit terdiri atas Kepala Rumah Sakit atau Direktur Rumah Sakit, unsur pelayanan medis, unsur keperawatan, unsur penunjang medis, komite medis, satuan pemeriksaan internal, serta administrasi umum dan keuangan.kepala Rumah Sakit harus seorang tenaga medis yang mempunyai kemampuan dan keahlian di bidang Rumah Sakit. Pemilik Rumah Sakit tidak boleh merangkap menjadi Kepala Rumah Sakit Indikator Rumah Sakit Penilaian tingkat keberhasilan tentang gambaran keadaan pelayanan di Rumah Sakit biasanya ditinjau dari tingkat pemanfaatan sarana pelayanan, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi pelayanan. Tingkat pemanfaatan mutu dan efisiensi pelayanan Rumah Sakit dapat dilihat dari berbagai indikator. Parameter yang dipakai sebagai nilai banding adalah antara standar yang diinginkan dengan fakta atau kondisi nyata. Beberapa indikator pelayanan di Rumah Sakit antara lain:

17 Bed Occupancy Rate (BOR): Angka penggunaan tempat tidur. BOR digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan tempat tidur Rumah Sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang tinggi lebih dari 85% menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang tinggi sehingga perlu pengembangan Rumah Sakit atau penambahan tempat tidur Average Long at Stay (Av-Los): Lamanya perawatan pasien. Av-Los digunakan untuk mengukur efisiensi pelayanan Rumah Sakit yang tidak dapat dilakukan sendiri tetapi harus bersama dengan interpretasi angka perputaran tempat tidur atau BTO ( Bed Turn Over) dan tenggang interval atau TOI (Turn Over Interval) Ketenagaan Rumah Sakit Berdasarkan PP RI No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan bahwa rumah sakit adalah instalasi yang memiliki tenaga profesi yang bermacam-macam yang terdiri dari : a. Tenaga medis : Dokter ahli, Dokter umum, Dokter gigi dan lain-lain. b. Tenaga Keperawatan : Perawat, Bidan dan lain-lain. c. Tenaga kefarmasian : Apoteker, Analis Farmasi, Asisten Apoteker. d. Tenaga Kesehatan Masyarakat: Epidemiologi kesehatan, Mikrobiologi, Penyuluhan kesehatan, Sanitarian dan lain-lain. e. Tenaga Gizi : Nutrisionis, Dietitian dan lain-lain. f. Tenaga Keterampilan Fisik : Fisioterapis, terapis wicara dan lain-lain. Tenaga Keteknisan Medis : Radioterapis, Teknisi gigi, Teknisi elektromedis, Analis kesehatan dan lain-lain. 2.2 Instalasi Farmasi Rumah Sakit Definisi Instalasi Farmasi Rumah Sakit Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah bagian dari Rumah Sakit yang dipimpin oleh Apoteker yang bertugas menyelenggarakan, mengkoordinasikan,

18 8 mengatur dan mengawasi seluruh kegiatan pelayanan farmasi serta melaksanakan pembinaan teknis kefarmasian di Rumah Sakit. Pelayanan farmasi rumah sakit merupakan salah satu kegiatan di rumah sakit yang menunjang pelayanan kesehatan yang bermutu. Hal ini diperjelas dalam keputusan Menteri Kesehatan No. 1333/MenKes/SK/XII/1999 tentang standar pelayanan rumah sakit. Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, persediaan obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua lapisan masyarakat.farmasi rumah sakit merupakan bagian dari manajemen rumah sakit dan merupakan pelayanan penunjang medis dengan fungsi sebagai berikut: a. Menyediakan pelayanan perbekalan farmasi seperti obat-obatan, alat kesehatan, bahan kimia dan gas medis. b. Melakukan kegiatan farmasi seperti peracikan, penyimpanan, pendistribusian, dan pelayanan Farmasi Klinik Visi, Misi dan Tujuan Farmasi Rumah Sakit Visi farmasi rumah sakit adalah terselenggaranya pelaksanaan dan pengelolaan dalam pelayanan, pekerjaan kefarmasian di rumah sakit termasuk pelayanan farmasi klinik. Misi pelayanan kefarmasian di rumah sakit adalah mengadakan terapi obat yang optimal bagi semua pasien, menjamin mutu tertinggi dan pelayanan dengan biaya yang paling efektif serta memberikan pendidikan dan pengetahuan baru di bidang kefarmasiaan melalui penelitian bagi staf medis, mahasiswa, dan masyarakat. Tujuan farmasi rumah sakit menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/MenKes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi Rumah Sakit adalah : a. Pedoman penyelenggaraan pelayanan farmasi di rumah sakit. b. Meningkatkan mutu pelayanan Farmasi Rumah Sakit. c. Menerapkan konsep pelayanan kefarmasian.

19 9 d. Memperluas fungsi dan peran Apoteker farmasi rumah sakit e. Melindungi masyarakat dari pelayanan yang tidak professional Tugas dan Fungsi Pokok Farmasi Rumah Sakit Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/MenKes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rurnah Sakit. Tugas dan fungsi tersebut meliputi : a. Tugas Pokok 1) Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal. 2) Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi. 3) Melaksanakan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) 4) Memberikan pelayanan yang bermutu melalui analisa dan evaluasi untuk meningkatkan mutu pelayanan farmasi. 5) Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku. 6) Menyelengggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi. 7) Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi. 8) Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium rumah sakit. b. Fungsi Pengelolaan perbekalan farmasi meliputi : 1) Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit. 2) Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal. 3) Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat sesuai ketentuan yang berlaku. 4) Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. 5) Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku. 6) Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan kefarmasian. 7) Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.

20 10 c. Pelayanan kefarmasian dalam penggunaan obat dan alat kesehatan. 1) Mengkaji instruksi pengobatan atau resep pasien. 2) Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan. 3) Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan. 4) Memantau efektifitas dan keamanan obat dan alat kesehatan. 5) Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien dan atau keluarga. 6) Memberikan konseling kepada pasien dan atau keluarga. 7) Melakukan pencampuran obat suntik. 8) Melakukan penyiapan nutrisi parenteral. 9) Melakukan penanganan obat kanker. 10) Melakukan penentuan kadar obat dalam darah. 11) Melakukan pencatatan dan melaporkan setiap kegiatan Struktur Organisasi Farmasi Rumah Sakit Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1197/Menkes/sk/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, kerangka organisasi minimal Instalasi Farmasi Rumah Sakit adalah mengakomodasi penyelenggaraan pengelolaan perbekalan, pelayanan farmasi klinik dan manajemen mutu dan harus selalu dinamis sesuai perubahan yang dilakukan untuk tetap menjaga mutu sesuai harapan pelanggan serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi Rumah Sakit Sumber Daya Manusia Dalam melaksanakan tugasnya Instalasi Farmasi Rumah Sakit memerlukan sumber daya manusia atau ketenagaan yang meliputi : 1) Apoteker 2) Sarjana Farmasi (S1) 3) Tenaga kesehatan menengah (D3/ AA). 4) Tenaga juru resep, pembersih atau tenaga lain yang bekerja dalam penyelenggaraan lancarnya arus kerja.

21 Panitia Farmasi dan Terapi (PFT) Berdasarkan Kepmenkes No 1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili hubungan komunikasi antara para staf medis dengan staf farmasi, sehingga anggotanya terdiri dari dokter yang mewakili spesialisasi-spesialisasi yang ada di rumah sakit dan apoteker wakil dari farmasi rumah sakit, serta tenaga kesehatan lainnya. Tujuan panitia farmasi dan terapi adalah: a. Menerbitkan kebijakan-kebijakan mengenai pemilihan obat, penggunaan obat serta evaluasinya b. Melengkapi staf profesional di bidang kesehatan dengan pengetahuan terbaru yang berhubungan dengan obat dan penggunaan obat sesuai dengan kebutuhan Fungsi dan Ruang Lingkup Fungsi dan ruang lingkup panitia farmasi dan terapi : a. Mengembangkan formularium di rumah sakit dan merevisinya. Pemilihan obat untuk dimasukan dalam formularium harus didasarkan pada evaluasi secara subjektif terhadap efek terapi, keamanan serta harga obat dan juga harus meminimalkan duplikasi dalam tipe obat, kelompok dan produk obat yang sama b. Panitia farmasi dan terapi harus mengevaluasi untuk menyetujui atau menolak produk obat baru atau dosis obat yang diusulkan oleh anggota staf medis c. Menetapkan pengelolaan obat yang digunakan di rumah sakit dan yang termasuk dalam kategori khusus d. Membantu instalasi farmasi dalam mengembangkan tinjauan terhadap kebijakan - kebijakan dan peraturan-peraturan mengenai penggunaan obat di rumah sakit sesuai peraturan yang berlaku secara lokal maupun nasional e. Melakukan tinjauan terhadap penggunaan obat di rumah sakit dengan mengkaji medical record dibandingkan dengan standar diagnosis dan terapi. Tinjauan ini dimaksudkan untuk meningkatkan secara terus menerus penggunaan obat secara rasional f. Mengumpulkan dan meninjau laporan mengenai efek samping obat

22 12 g. Menyebarluaskan ilmu pengetahuan yang menyangkut obat kepada staf medis dan perawat Peran Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi Peran apoteker sangatlah strategis dan penting karena semua kebijakan dan peraturan dalam mengelola serta menggunakan obat di seluruh unit di rumah sakit ditentukan dalam panitia ini, agar dapat mengemban tugasnya dengan baik, para apoteker harus secara mendasar dan mendalam telah dibekali dengan ilmuilmu farmakologi, farmakologi klinik, farmakoepidemologi, dan farmakoekonomi disamping ilmu-ilmu lain yang sangat dibutuhkan untuk menjaga hubungan profesionalnya dengan para petugas kesehatan lain di rumah sakit. Tugas Apoteker dalam Panitia Farmasi dan Terapi antara lain: a. Menjadi salah seorang anggota panitia (wakil ketua/sekretaris) b. Menetapkan jadwal pertemuan c. Mengajukan acara yang akan dibahas dalam pertemuan d. Menyiapkan dan memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk pembahasan dalam pertemuan e. Mencatat semua hasil keputusan dalam pertemuan dan melaporkan pada pimpinan rumah sakit f. Menyebarluaskan keputusan yang sudah disetujui oleh pimpinan kepada seluruh pihak yang terkait g. Melaksanakan keputusan-keputusan yang sudah disepakati dalam pertemuan h. Menunjang pembuatan pedoman diagnosis dan terapi, pedoman penggunaan antibiotika dan pedoman penggunaan obat dalam kelas terapi lain i. Membuat formularium rumah sakit berdasarkan hasil kesepakatan PFT j. Melaksanakan pendidikan dan pelatihan k. Melaksanakan pengkajian dan penggunaan obat, dan l. Melaksanakan umpan balik hasil pengkajian pengelolaan dan penggunaan obat pada pihak terkait.

23 Formularium Rumah Sakit Formularium adalah himpunan obat yang diterima atau disetujui oleh panitia farmasi dan terapi untuk digunakan di rumah sakit dan dapat direvisi pada waktu yang ditentukan. Sistem berkesinambungan yang dipakai pada penggunaan formularium berarti bahwa sementara formularium itu digunakan oleh staf medis, di lain pihak panitia farmasi dan terapi mengkaji, mengevaluasi dan menentukan pilihan terhadap produk obat yang ada di pasaran dengan lebih mempertimbangkan kesejahteraan pasien. Pedoman penggunaan yang digunakan untuk memberikan petunjuk kepada dokter, apoteker, perawat, serta petugas administrasi di rumah sakit dalam menerapkan sistem formularium, meliputi (Kementerian Kesehatan RI, 2004) : a. Membuat kesepakatan antara staf medis dari berbagai disiplin ilmu dengan panitia farmasi dan terapi dalam menentukan kerangka mengenai tujuan, organisasi, fungsi dan ruang lingkup. Staf medis harus mendukung sistem formularium yang diusulkan oleh panitia farmasi dan terapi b. Staf medis harus dapat menyesuaikan sistem yang berlaku dengan kebutuhan tiap-tiap institusi c. Staf medis harus menerima kebijakan-kebijakan dan prosedur yang ditulis oleh panitia farmasi dan terapi untuk menguasai sistem formularium yang dikembangkan oleh panitia farmasi dan terapi d. Nama obat yang tercantum dalam formularium adalah nama generik e. Membatasi jumlah produk obat yang secara rutin harus tersedia di instalasi farmasi f. Membuat prosedur yang mengatur pendistribusian obat generik yang efek terapinya sama, seperti: 1) Apoteker bertanggung jawab untuk menentukan jenis obat generik yang sama untuk disalurkan kepada dokter sesuai produk asli yang diminta 2) Dokter yang mempunyai pilihan terhadap obat paten tertentu harus didasarkan pada pertimbangan farmakologi dan terapi

24 14 3) Apoteker bertanggung jawab terhadap kualitas, kuantitas, dan sumber obat dari sediaan kimia, biologi dan sediaan farmasi yang digunakan oleh dokter untuk mendiagnosis dan mengobati pasien 2.5 Peranan Apoteker Pengelolaan Perbekalan Farmasi Pengelolaan perbekalan farmasi merupakan rangkaian siklus kegiatan, dimulai dari pemilihan atau seleksi, perencanaan, pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian, pengendalian, penghapusan, administrasi dan pelaporan serta evaluasi yang diperlukan bagi kegiatan pelayanandengan tujuan (Kementerian Kesehatan RI, 2004): a. Mengelola perbekalan farmasi yang efektif dan efesien b. Menerapkan farmakoekonomi dalam pelayanan c. Meningkatkan kompetensi/kemampuan tenaga farmasi d. Mewujudkan sistem informasi manajemen berdaya guna dan tepat guna e. Melaksanakan pengendalian mutu pelayanan 1. Pemilihan Pemilihan merupakan proses kegiatan dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menentukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi sampai menjaga sampai dengan memperbarui standar obat. Penentuan seleksi obat merupakan peran aktif apoteker dalam panitia farmasi dan terapi untuk menetapkan kualitas dan efektifitas, serta jaminan purna transaksi pembelian. 2. Perencanaan Perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggung jawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

25 15 Pedoman perencanaan berdasarkan: a) Daftar obat esensial nasional (DOEN) atau formularium, standar terapi rumah sakit dan ketentuan setempat yang berlaku b) Data catatan medis c) Anggaran yang tersedia d) Penetapan prioritas e) Siklus penyakit f) Sisa stok g) Data pemakaian periode lalu h) Perencanaan pengembangan 3. Pengadaan Pengadaan merupakan kegiatan untuk merealisasikan kebutuhan yang telah direncanakan dan disetujui melalui: a) Pembelian : secara tender (oleh panitia pembelian barang farmasi), secara langsung dari pabrik/distributor/pedagang besar farmasi/rekanan b) Produksi/pembuatan sediaan farmasi: produksi steril, produksi non steril c) Sumbangan/dropping/hibah 4. Produksi Produksi merupakan kegiatan membuat, mengubah bentuk dan pengemasan kembali sediaan farmasi steril atau nonsteril untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Kriteria obat yang diproduksi: a) Sediaan farmasi dengan formula khusus b) Sediaan farmasi dengan harga murah c) Sediaan farmasi dengan kemasan yang lebih kecil d) Sediaan farmasi yang tidak tersedia dipasaran e) Sediaan farmasi untuk penelitian f) Sediaan nutrisi parenteral g) Rekonstitusi sediaan obat kanker

26 16 5. Penerimaan Penerimaan merupakan kegiatan untuk menerima perbekalan farmasi yang telah diadakan sesuai dengan aturan kefarmasian, melalui pembelian langsung, tender, konsinyasi maupun hibah atau sumbangan. 6. Penyimpanan Penyimpanan merupakan kegiatan pengaturan perbekalan farmasi menurut persyaratan yang ditetapkan: a) Dibedakan menurut bentuk sediaan dan jenisnya b) Dibedakan menurut suhunya, kestabilannya c) Mudah tidaknya meledak/terbakar d) Tahan/tidaknya terhadap cahaya 7. Pendistribusian Pendistribusian merupakan kegiatan mendistribusikan perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan: a) Efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada b) Metode sentralisasi atau desentralisasi c) Sistem floor stock, resep individu, unit dose dispensing atau kombinasi Pelayanan Farmasi Klinis Pelayanan farmasi klinik adalah pelayanan langsung yang diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat. Pelayanan farmasi klinik meliputi (Kementerian Kesehatan RI, 2004) : a. Pengkajian pelayanan dan resep Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan obat, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan, pemeriksaan dan penyerahan disertai pemberian informasi.pada setiap tahap alur pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan

27 17 pemberian obat (medication error) dengan verifikasi yang dilakukan dari personel yang berbeda-beda. Tujuan pengkajian pelayananresep ialah untuk menganalisis adanya masalah terkait obat, bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada dokter penulis resep. Kegiatan yang dilakukan yaitu apoteker harus melakukan verifikasi terhadap resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetikdan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi: 1. Nama, umur, jenis kelamin, dan berat badan serta tinggi badan pasien 2. Nama, nomor ijin, alamat, dan paraf dokter 3. Tanggal resep 4. Ruangan/unit asal resep ` Persyaratan farmasetik meliputi: 1. Nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan 2. Dosis dan jumlah obat 3. Stabilitas 4. Aturan dan cara penggunaan Persyaratan klinis meliputi: 1. Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat 2. Duplikasi pengobatan 3. Alergi dan reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) 4. Kontraindikasi 5. Interaksi obat b. Penelusuran riwayat penggunaan obat Penelusuran riwayat penggunaan obat adalah proses untuk mendapatkan informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah dan sedang digunakan. Riwayat pengobatan dapat diperoleh dari wawancara atau data rekam medis atau pencatatan penggunaan obat pasien. Menggali riwayat penggunaan obat bertujuan untuk :

28 18 1) Membandingkan riwayat penggunaan obat dengan data rekam medis/pencatatan penggunaan obat untuk mengetahui perbedaan informasi penggunaan obat 2) Melakukan verifikasi riwayat penggunaan obat yang diberikan oleh tenaga kesehatan lain dan memberikan informasi tambahan jika diperlukan 3) Mendokumentasikan adanya alergi dan ROTD 4) Mengidentifikasi potensi terjadinya interaksi obat 5) Melakukan penilaian terhadap kepatuhan pasien dalam menggunakan obat 6) Melakukan penilaian rasionalitas obat yang diresepkan 7) Melakukan penilaian terhadap pemahaman pasien terhadap obat yang digunakan 8) Melakukan penilaian adanya bukti penyalahgunaan obat 9) Melakukan penilaian terhadap teknik penggunaan obat 10) Memeriksa adanya kebutuhan pasien terhadap obat dan alat bantu kepatuhan minum obat (concordance aids) 11) Mendokumentasikan obat yang digunakan pasien sendiri tanpa sepengetahuan dokter 12) Mengidentifikasi terapi lain misalnya suplemen, dan pengobatan alternatif yang mungkin digunakan oleh pasien Kegiatan yang dilakukan meliputi penelusuran riwayat penggunaan obat kepada pasien/keluarganya, dan melakukan penilaian terhadap pengaturan penggunaan obat pasien. Informasi yang harus didapatkan adalah nama obat (termasuk obat non resep), dosis, bentuk sediaan, frekuensi penggunaan indikasi dan lama penggunaan obat, ROTD termasuk riwayat alergi, dan kepatuhan terhadap regimen penggunaan obat (jumlah obat yang tersisa). c. Pelayanan lnformasi obat (PIO) PIO adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit. Tujuan PIO :

29 19 1) menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dan pihak lain di luar rumah sakit 2) menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan obat/perbekalan farmasi, terutama bagi komite/sub komite farmasi dan terapi 3) menunjang penggunaan obat yang rasional Kegiatan yang dilakukan pada PIO meliputimenjawab pertanyaan; menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter; menyediakan informasi bagi komite/sub komite farmasi dan terapi sehubungan dengan penyusunan formularium rumah sakit; bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap; melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya dan melakukan penelitian. d. Konseling Konseling obat adalah suatu proses diskusi antara apoteker dengan pasien/keluarga pasien yang dilakukan secara sistematis untuk memberikan kesempatan kepada pasien/keluarga pasien mengeksplorasikan diri dan membantu meningkatkan pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran sehingga pasien/keluarga pasien memperoleh keyakinan akan kemampuannya dalam penggunaan obat yang benar termasuk swamedikasi. Tujuan umum konseling adalah meningkatkan keberhasilan terapi, memaksimalkan efek terapi, meminimalkan resiko efek samping, meningkatkan cost effectiveness dan menghormati pilihan pasien dalam menjalankan terapi. Tujuan khusus dari konseling antara lain : 1) meningkatkan hubungan kepercayaan antara apoteker dan pasien 2) menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien 3) membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan obat 4) membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan obat dengan penyakitnya 5) meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan 6) mencegah atau meminimalkan masalah terkait obat

30 20 7) meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi 8) mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan 9) membimbing dan membina pasien dalam penggunaan obat sehingga dapat mencapai tujuan pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien Kegiatan yang dilakukan dalam konseling meliputi membuka komunikasi antara apoteker dengan pasien, mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan obat melalui three prime question, menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk mengeksplorasi masalah penggunaan obat, memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah penggunaan obat kemudian melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien dan terakhir mendokumentasikan kegiatan konseling. Faktor yang perlu diperhatikan kriteria pasien dan sarana prasarana pendukung. Kriteria pasien meliputi : a) Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi hati dan ginjal, ibu hamil dan menyusui) b) Pasien dengan terapi jangka panjang/penyakit kronis (TB, DM, epilepsi, dll) c) Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus (penggunaan kortikosteroid dengan tappering down/off) d) Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit (digoksin, fenitoin) e) Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi) f) pasien yang memiliki riwayat kepatuhan rendah Selain itu, sarana dan prasarana yang mendukung antara lain ruangan atau tempat konseling dan alat bantu konseling (kartu pasien/catatan konseling). e. Visite Visite merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap yang dilakukan apoteker secara mandiri atau bersama tim tenaga kesehatan untuk mengamati

31 21 kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat, memantau terapi obat dan reaksi obat yang tidak dikehendaki, meningkatkan terapi obat yang rasional, dan menyajikan informasi obat kepada dokter, pasien serta profesional kesehatan lainnya. Visite juga dapat dilakukan pada pasien yang sudah keluar rumah sakit atas permintaan pasien yang biasa disebut dengan pelayanan kefarmasian di rumah (home pharmacy care). Sebelum melakukan kegiatan visite apoteker harus mempersiapkan diri dengan mengumpulkan informasi mengenai kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medis atau sumber lain. f. Monitoring efek samping obat (MESO) MESO merupakan kegiatan pemantauan setiap respons terhadap obat yang tidak dikehendaki (ROTD) yang terjadi pada dosis lazim yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis, dan terapi.efek samping obat adalah reaksi obat yang tidak dikehendaki yang terkait dengan kerja farmakologi. Tujuan dilakukannya MESO : 1) menemukan efek samping obat (ESO) sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang 2) menentukan frekuensi dan insiden efek samping obat yang sudah dikenal dan yang baru saja ditemukan 3) mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya efek samping obat 4) meminimalkan resiko kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki 5) mencegah terulangnya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki Kegiatan pemantauan dan pelaporan efek samping obat (ESO): 1) mendeteksi adanya kejadian reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) 2) mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami ESO 3) mengevaluasi laporan ESO 4) mendiskusikan dan mendokumentasikan ESO di komite/sub komite farmasi dan terapi

32 22 5) melaporkan ke pusat monitoring efek samping obat nasional Faktor yang perlu diperhatikan: 1) kerjasama dengan komite farmasi dan terapi dan ruang rawat 2) ketersediaan formulir monitoring efek samping obat g. Dispensing sediaan khusus Dispensing sediaan khusus steril dilakukan di instalasi farmasi rumah sakit dengan teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat.tujuan dilakukan dispensing sediaan khusus adalah untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk, melindungi petugas dari paparan zat berbahaya, dan menghindari terjadinya kesalahan pemberian obat. Adapun kegiatan produksi dengan teknik aseptik yang dapat dilakukan di rumah sakit yakni : 1) Pencampuran obat suntik Pencampuran obat steril dilakukan sesuai kebutuhan pasien yang menjamin kompatibilitas dan stabilitas obat maupun wadah sesuai dengan dosis yang ditetapkan.kegiatan yang dilakukan meliputi mencampur sediaan intravena ke dalam cairan infus, melarutkan sediaan intravena bentuk serbuk dengan pelarut yang sesuai, dan mengemas mejadi sediaan siap pakai. Faktor yang perlu diperhatikan dalam melakukan pencampuran obat suntik adalah ruangan khusus, lemari pencampuran biological safety cabinet (BSC), dan HEPA filter. 2) Penyiapan nutrisi parenteral Kegiatan pencampuran nutrisi parenteral dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga stabilitas sediaan formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai.kegiatan yang dilakukan meliputi mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk kebutuhan perorangan, dan mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi. Faktor yang perlu diperhatikan:

33 23 a) tim yang terdiri dari dokter, apoteker, perawat dan ahli gizi b) sarana dan prasarana c) ruangan khusus d) lemari pencampuran biological safety cabinet e) kantong khusus untuk nutrisi parenteral 3) Penanganan sediaan sitotoksik Penanganan obat kanker secara aseptis dalam kemasan siap pakai sesuai kebutuhan pasien oleh tenaga farmasi yang terlatih dengan pengendalian pada keamanan terhadap lingkungan, petugas maupun sediaan obatnya dari efek toksik dan kontaminasi, dengan menggunakan alat pelindung diri, mengamankan pada saat pencampuran, distribusi, maupun pemberian kepada pasien sampai kepada pembuangan limbahnya. Secara operasional dalam mempersiapkan dan melakukan harus sesuai prosedur yang ditetapkan dengan alat pelindung diri yang memadai.hal-hal yang dilakukan yakni : a) Melakukan perhitungan dosis secara akurat b) Melarutkan sediaan obat kanker dengan pelarut yang sesuai c) Mencampur sediaan obat kanker sesuai dengan protokol pengobatan d) Mengemas dalam pengemas tertentu e) Membuang limbah sesuai prosedur yang berlaku Faktor yang perlu diperhatikan: a) Ruangan khusus yang dirancang dengan kondisi yang sesuai b) Lemari pencampuran biological safety cabinet c) HEPA filter d) Alat pelindung diri e) Sumber daya manusia yang terlatih f) Cara pemberian obat kanker

34 BAB 3 TINJAUAN KHUSUS 3.1 Sejarah RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Awal abad 19, perkembangan rumah sakit militer di Indonesia merupakan bagian dari strategi militer Belanda untuk tetap mempertahankan tanah jajahannya (Bederlands Indies). Pada awal Januari 1808, VOC melalui Gubernur Jenderal Daendles memperkuat militernya dengan mendirikan rumah sakit militer (Groot Militaire Hospitalen) atau Rumah Sakit Garnisun di Jakarta. Besarnya kebutuhan pelayanan kesehatan bagi serdadu Belanda di Batavia saat itu menyebabkan pemerintah Belanda memutuskan untuk membangun rumah sakit militer yang besar dengan nama Groot Hospitaal Weltevreden. Satu abad kemudian yakni pada tahun 1942 rumah sakit ini dikenal dengan nama Militaire Hospitaal Batavia yang merupakan cikal bakal RSPAD Gatot Soebroto. Selama penjajahan Jepang ( ), rumah sakit ini tetap berfungsi sebagai rumah sakit militer di bawah Komando Angkatan Darat Jepang dengan nama Rikugun Byoin. Setelah pengakuan kedaulatan RI, maka rumah sakit tersebut dikuasai oleh KNIL sampai tahun 1950 yang diberi nama Leger Hospital Batavia. Pada tanggal 26 Juli 1950 diserahkan kepada Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang diwakili oleh Letnan Kolonel Dr. Satrio dan dokter pihak KNIL oleh Letkol Scheffer. Sejak saat itu namanya diganti menjadi Rumah Sakit Tentara Pusat (RSTP). Pada tanggal 1 Maret 1952 Letnan Kolonel Dr. Satrio menyerahkan jabatan Kepala RSTP kepada Letnan Kolonel DR. Reksodiwirjo Wijotoarjo dan sesuai dengan perkembangan organisasi Djawatan Kesehatan Tentara Angkatan Darat (DKT AD) menjadi Djawatan Kesehatan Angkatan Darat (DKAD). Sebutan ini mempengaruhi juga nama RSTP menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat yang disingkat RSPAD dan nama ini digunakan sampai tahun Mengingat jasa-jasa Letnan Jendral Gatot Soebroto yang bertekad memberikan segala-galanya bagi RSPAD agar menjadi rumah sakit kebanggaan prajurit dan upaya meningkatkan kesejahteraan prajurit Angkatan Darat, maka dipakailah nama Gatot Soebroto Ditkesad di belakang nama Rumah Sakit Pusat 24

35 25 Angkatan Darat atau RSGS. Keputusan ini tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat, Nomor SKEP/582/1970. Sesuai dengan tuntunan organisasi agar lebih mudah pengucapannya, maka pada tanggal 4 Agustus 1977 dibuat keputusan Kajan Kesad yang dituangkan dalam Surat Edaran Nomor: SE/18/VIII/1977 yang isinya menetapkan bahwa nama rumah sakit ini berubah menjadi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad disingkat RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad sampai sekarang. Saat ini RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad merupakan rumah sakit tingkat I di jajaran TNI yang memberikan pelayanan kesehatan bagi para prajurit, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan keluarganya serta masyarakat umum. Rumah sakit ini juga digunakan oleh tim dokter kepresidenan dan sebagai tempat pemeriksaan pejabat tertinggi dan tinggi negara. Oleh karena itu, RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad mendapat dukungan fasilitas gedung dan alat kesehatan yang canggih. RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad menjadi rumah sakit militer terbesar di kawasan Asia yang terletak di Jalan Abdul Rachman Saleh No. 24 Jakarta Pusat, dengan luas tanah m 2 dan luas bangunan m 2. Gedung yang dimiliki oleh RSPAD Gatot Soebroto sebanyak 33 unit. RSPAD Gatot Soebroto mempunyai kapasitas tempat tidur sebanyak 770 tempat tidur (625 TT untuk pasien BPJS dan 145 TT untuk pasien swasta). Berdasarkan kapasitas tempat tidur dan unit pelayanannya, RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad termasuk rumah sakit tipe A. Berdasarkan peraturan Departemen Pertahanan dan Keamanan (Dephankam), RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad menjadi rumah sakit rujukan tertinggi bagi seluruh angkatan dalam jajaran Dephankam dan TNI(RSPAD Gatot Soebroto, 2014). 3.2 Profil RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad merupakan rumah sakit rujukan tertinggi bagi anggota TNI (Tentara Nasional Indonesia) Angkatan Darat. Berdasarkan kriteria pembagian Rumah Sakit menurut Permenkes RI No.93/Menkes/SK/XI/1992 dan Undang-Undang Republik Indonesia No.44 tahun 2009, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Ditkesad termasuk rumah sakit kelas A yang memiliki

36 26 tenaga spesialistik dan subspesialistik yang lengkap dengan kapasitas tempat tidur lebih kurang 1000, selain itu juga merupakan Rumah Sakit Pendidikan. Pelayanan kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad ditujukan untuk melayani: a. Pasien Dinas yaitu pasien anggota TNI Angkatan Darat, PNS Kementerian Pertahanan dan Keamanan beserta keluarganya (suami/istri dan 2 anak berusia maksimal 25 tahun belum menikah dan masih bersekolah), serta pasien dengan rujukan atau pasien integrasi yaitu pasien Angkatan Laut dan Angkatan Udara, dan sejak januari 2014 ditangani sebagai pasien BPJS. b. Pasien swasta, yaitu masyarakat umum yang berobat ke RSPAD baik pasien rawat inap maupun pasien rawat jalan (RSPAD Gatot Soebroto, 2014). 3.3 Visi, Misi, dan Tugas Fungsi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Visi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad menjadi RS berstandar internasional, sebagai rujukan tertinggi dan RS pendidikan utama, serta kebanggaan prajurit dan masyarakat Misi a. Menyelenggarakan fungsi RS tingkat pusat dan rujukan tertinggi AD dalam rangka mendukung tugas pokok TNI AD. b. Menyelenggarakan dukungan dan pelayanan kesehatan yang bermutu secara menyeluruh untuk prajurit/ PNS TNI AD, untuk keluarga dan masyarakat. c. Mengembangkan keilmuan secara berkesinambungan. d. Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan melalui pendidikan yang berkelanjutan. e. Memberikan lingkungan yang mendukung proses pemilahan dan pendukung bayi Tugas dan Fungsi Tugas pokok RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah menyelenggarakan fungsi perumahsakitan tertinggi di jajaran TNI AD, melalui upaya-upaya

37 27 pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif yang terpadu dengan pelaksanaan kegiatan kesehatan promotif serta preventif. RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad melaksanakan fungsinya melalui : a. Pelayanan perumahsakitan, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan di bidang pelayanan medik, penunjang medik serta keperawatan bagi personil TNI AD beserta keluarganya dalam rangka menunjang tugas pokok TNI AD. b. Rujukan dan supervisi, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan di bidang rujukan pelayanan pasien dan penunjang diagnostik dari rumah sakit tingkat Kodam serta melaksanakan supervisi teknis medis dan sistem/manajemen perumahsakitan. c. Pendidikan dan pelatihan, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan penyelenggaraan pendidikan tenaga kesehatan tingkat Diploma III, Strata I dan Pasca Sarjana serta melaksanakan pelatihan dalam rangka peningkatan profesionalisme dan keterampilan bagi personel kesehatan sesuai tingkat dan kebutuhan pelayanan kesehatan. d. Riset, meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan dengan menyelenggarakan penelitian ilmiah, pengembangan teknis medis dan sistem perumahsakitan sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan. e. Pembinaan profesi tenaga kesehatan di lingkungan Kesehatan TNI AD. f. Meliputi segala upaya pekerjaan dan kegiatan di bidang pemeliharaan dan peningkatan profesionalisme melalui penyelenggaraan seminar, lokakarya, temu ilmiah dan penulisan karya ilmiah kesehatan dalam rangka alih teknologi(rspad Gatot Soebroto, 2014).

38 Struktur Organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Secara Umum Struktur organisasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad berdasarkan Keputusan Kepala Staf Angkatan Darat Nomor Kep/50/XII/2006 tanggal 29 Desember 2006 adalah sebagai berikut: a. Eselon Pimpinan Rumah Sakit, terdiri atas: 1) Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, disingkat Ka RSPAD Gatot Soebroto. 2) Wakil Kepala Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, disingkat Waka RSPAD Gatot Soebroto. b. Eselon Pembantu Pimpinan, terdiri atas: 1) Ketua Badan Penasehat 2) Ketua Komite Medik 3) Ketua Komite Riset 4) Kepala Satuan Pengawasan Internal (Ka SPI) 5) Direktur Pembinaan Pelayanan Medis (Dirbinyanmed) 6) Direktur Pembinaan Penunjang Medis (Dirbinjangmed) 7) Direktur Pembinaan Penunjang Umum (Dirbinjangum) 8) Direktur Pembinaan Pengembangan (Dirbinbang) c. Eselon Pelayanan, terdiri atas: 1) Sekretaris (Ses) 2) Kepala Informasi dan Pengolahan Data (Kainfolahta) d. Eselon Pelaksana, terdiri atas: 1) Kepala Departemen Bedah 2) Kepala Departemen Penyakit Dalam 3) Kepala Departemen Kesehatan Jiwa 4) Kepala Departemen Obstetri dan Ginekologi 5) Kepala Departemen Ilmu Kesehatan Anak 6) Kepala Departemen Jantung 7) Kepala Departemen Paru 8) Kepala Departemen Mata 9) Kepala Departemen Saraf

39 29 10) Kepala Departemen Telinga, Hidung dan Tenggorokan 11) Kepala Departemen Penyakit Kulit dan Kelamin 12) Kepala Departemen Gigi dan Mulut 13) Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik 14) Kepala Instalasi Radiologi dan Kedokteran Nuklir. 15) Kepala Instalasi Patologi 16) Kepala Instalasi Gawat Darurat 17) Kepala Instalasi Kamar Operasi 18) Kepala Instalasi Rawat Jalan 19) Kepala Instalasi Rawat Inap 20) Kepala Instalasi Anestesi 21) Kepala Instalasi Farmasi 22) Kepala Unit Kedokteran Militer 23) Kepala Unit Rikkes 24) Kepala Unit Gizi 25) Kepala Unit Gudang Material 26) Kepala Unit Kesehatan Lingkungan 27) Kepala Unit Teknik 28) Kepala Unit Pendidikan dan Pelatihan Tenaga Kesehatan 29) Kepala Unit Penunjang Khusus(RSPAD Gatot Soebroto, 2014) Komite Medik RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Komite Medik RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah staf fungsional yang memiliki integritas, otonomi dan profesionalisme sesuai dengan keahliannya dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dalam penentuan standar pelayanan, pengawasan serta penilaian mutu pelayanan kesehatan. b. Memberikan saran dan pertimbangan medik dalam rangka rujukan pasien ke rumah sakit lain, baik di dalam maupun di luar negeri.

40 30 c. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad di bidang pendidikan, pelatihan serta pengembangan tenaga kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto. d. Memberikan saran dan pertimbangan kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dalam menegakkan etika profesi dan etika Rumah Sakit serta hukum kedokteran di RSPAD Gatot Soebroto. e. Memberikan saran dan pertimbangan dalam supervisi perumahsakitan terhadap Rumah Sakit tingkat Kodam Komite Riset RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Adapun Komite Riset RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad diketuai oleh seorang Pakar Ahli Fungsional yang memiliki kemampuan dan integritas di bidang riset ilmu kesehatan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai berikut: a. Memberikan saran dan rekomendasi kepada Ka RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad terhadap rencana kegiatan penelitian dan pengembangan yang akan dilaksanakan oleh setiap kecabangan ilmu kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto. b. Mengkoordinasikan, mengendalikan dan mengawasi setiap pelaksanaan penelitian dan pengembangan di RSPAD Gatot Soebroto Komite Farmasi dan Terapi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Komite Farmasi dan Terapi (KFT) RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad merupakan kelompok penasehat dari staf medik dan bertindak sebagai garis komunikasi organisasi antara staf medik dengan Instalasi Farmasi Rumah Sakit. Komite Farmasi dan Terapi di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dipimpin oleh Dirbinjangmed, sekretaris I adalah Kepala Instalasi Farmasi, sekretaris 2 adalah seorang apoteker dari Instalasi Farmasi dan beranggotakan dokter dari tiap departemen, dengan Penasehat Wakil Kepala RSPAD Gatot Soebroto. KFT mulai berdiri pada tahun 1982, sejak diterapkannya Farmasi Rumah Sakit di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dengan disusunnya Daftar Obat Esensial (DOE) edisi I. Pada tahun 1992 disusun DOE edisi II, yang merupakan tindak lanjut dari Peraturan Menteri Kesehatan RI

41 31 Nomor085/MENKES/PER/I/1989, tentang kewajiban menulis resep dan atau menggunakan obat generik di fasilitas pelayanan kesehatan milik pemerintah serta Keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan No. 013/Kep/VI/1985 tentang DOE ABRI edisi I dan Kep MENKES RI No. 216/MENKES/SK/III/1995 tanggal 8 Maret 1995 tentang Daftar Obat Esensial Nasional serta surat Harian Pangab No. 2 tanggal 1 Januari 1998 tentang pelaksanaan tindakan penghematan dan disiplin anggaran, pencegahan, penyimpanan dan pemborosan. DOE merupakan acuan bagi para dokter di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dalam menuliskan resep kepada pasien secara rasional yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat pasien dan waspada terhadap efek samping obat. RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad telah menerbitkan beberapa edisi DOE yang antara lain: 1) DOE edisi V diterbitkan pada tahun ) DOE edisi VI diterbitkan bulan Juli ) DOE edisi VII diterbitkan bulan Juli ) DOE edisi VIII diterbitkan tahun ) DOE edisi IX diterbitkan tahun ) Formularium RSPAD Direktorat Pembinaan Penunjang Medik RSPAD Gatot Soebroto Bagian Direktorat Pembinaan Penunjang Medik (Dirbinjangmed) membawahi antara lain Bagian Perencanaan dan Pengendalian Pengadaan Perbekalan Kesehatan (Rendal Ada Bekkes) dan Bagian Perencanaan dan Pengendalian Pengadaan Alat Kesehatan (Rendal Ada Alkes). Rendal Ada Bekkes bertugas merencanakan, mengendalikan, dan mengadakan perbekalan kesehatan, obat-obatan dan alat kesehatan sekali pakai, sementara Rendal Ada Alkes bertugas merencanakan, mengendalikan, dan mengadakan alat kesehatan inventaris. Namun, setelah era SJSN maka beberapa kebijakan dan prosedur berubah mengikuti peraturan pemerintah sehingga yang akan dibahas dalam laporan ini adalah tugas dan wewenang Rendal Ada Bekkes/Alkes pada era SJSN.

42 Rendal Ada Bekkes Kepala Bagian Rendal Ada Bekkes membawahi Urusan Perencanaan Perbekalan Kesehatan dan Urusan Pengendalian Pengadaan Perbekalan Kesehatan. Tugas dan fungsi dari Rendal Bekes menurut Kabag Rendal Ada Bekkes adalah memimpin, mengendalikan, dan mengawasi perbekalan kesehatan, serta merencanakan perbekalan kesehatan di Farmasi. Dasar perencanaan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah berdasarkan pola perencanaan dan jumlah anggaran, barang dropping, stok yang tersisa dari pengadaan sebelumnya, serta ketersediaan barang di pasaran. Pola perencanaan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad berdasarkan konsumsi (data penggunaan bekal kesehatan tahun sebelumnya) dan epidemiologi (pola kejadian penyakit di masyarakat tahun sebelumnya). Sumber dana berasal dari BPJS dan Yanmasum. Perencanaan untuk menyerap anggaran dana Yanmasum melalui pimpinan rumah sakit kemudian melalui Direktur Pembinaan Penunjang Medis dan bagian perencanaan dan pengadaan rumah sakit, perencanaan tersebut merupakan perencanaan kebutuhan secara menyeluruh selama satu tahun. Pembelian dilakukan melalui pembelian langsung kepada PBF utama yang sudah menjadi rekanan RSPAD Gatot Soebroto. Alur Perencanaan, Pengadaan, dan Distribusi Bekal Kesehatan adalah sebagai berikut: pihak IFRS akan menyerahkan data yang dikumpulkan dari depodepo dan user mengenai pemakaian bekal kesehatan kepada Rendal Ada Bekkes. Kemudian bagian pengadaan akan menghubungi PBF tersebut setelah melalui persetujuan Kepala RSPAD. Setelah PBF datang, bagian yang menerima bukan lagi Gudang Material ataupun Gudang Farmasi, melainkan Gudang Yanmasum Rendal Ada Alkes Kepala Bagian Rendal Ada Alkes membawahi Urusan Perencanaan Alat Kesehatan dan Urusan Pengendalian Pengadaan Alat Kesehatan. Tugas dan fungsi dari Rendal Bekes menurut Kabag Rendal Ada Alkes adalah merencanakan pengadaan alat kesehatan, mengendalikan pengadaan alat kesehatan,

43 33 merencanakan pemeliharaan alat kesehatan, dan mengendalikan pemeliharaan alat kesehatan. Dasar perencanaan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah berdasarkan permintaan langsung dari user. Jika tidak ada permintaan dari user maka tidak bisa dilakukan pengadaan. User hanya boleh menyebutkan spesifikasi alat kesehatan inventaris yang dibutuhkan dan tidak boleh menyebutkan merek langsung. User mengajukan rencana kebutuhan alkes kepada Kepala RSPAD dengan tembusan kepada Dirbinjangmed dan Kabagrendalada Alkes. Setelah itu, Kabagrendalada Alkes mengajukan persetujuan ke Dirbinjangmed sementara Dirbinjangmed meminta persetujuan penggunaan dana PNBP Yanmasum. Jika PNBP Yanmasum telah setuju maka persetujuan itu akan dibawa ke Kepala RSPAD. Jika Kepala RSPAD telah setuju, maka Kabagrendalada Alkes akan mengajukan pengadaan alkes kepada Unit Layanan Pengadaan dan Pejabat Pengadaan. Setelah selesai urusan harga dan kontrak, maka kontrak akan diserahkan kepada Pejabat Keuangan, kemudian kontrak yang sudah dibayar akan diserahkan kepada Unit Gudang Material bersama dengan barangnya. Barang tersebut kemudian akan diserahkan kepada user sesuai dengan PPM Direktorat Pembinaan Pelayanan Medik RSPAD Gatot Soebroto Direktorat Pembinaan Pelayanan Medik (Dirbinyanmed) membawahi beberapa bagian.bagian dibawah Dirbinyanmed yang berkaitan dengan pekerjaan kefarmasian adalah Bagian Administrasi Pasien dan Informasi Medis Bagian Administrasi Pasien dan Informasi Medis Bagian Administrasi Pasien dan Informasi Medis (Minpasien dan Formed) adalah organisasi yang langsung berada di bawah Sub Direktorat Pembinaan Pelayanan Medis (Subdirbinyanmed) dan bertanggung jawab kepada Direktorat Pembinaan Pelayanan Medis (Dirbinyanmed).Tugas pokok bagian ini adalah membantu Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dalam menyelenggarakan dan mengkoordinasikan prosedur-prosedur untuk penerimaan, pemulangan dan

44 34 pengolahan administrasi pasien serta pelaporan. Kepala Bagmin Pasien dan Formed membawahi: 1) Kepala Seksi Administrasi Pasien (Kasimin Pasien) Kasi Min Pasien dalam tugasnya dibantu oleh: a. Kepala Urusan Pendaftaran Pasien (Kaur Pendaftaran Pasien) b. Kepala Urusan Administrasi Catatan Medis (Kaurmin CM) c. Kepala Urusan Data Pelayanan Medis (Kaur Data Yanmed) d. Kepala Seksi Informasi Medis (Kasi Informasi Medis) 2) Kasi Informasi Medis dibantu oleh: a. Kepala Urusan Data Pelayanan (Kaur Data Yan) b. Kepala Urusan Penyajian Informasi Medis (Kaur Saji Formed) Penyimpanan rekam medik disusun berdasarkan nomor dan warna. Rekam medik mengandung enam unsur: administrasi, keaslian, keuangan, penelitian/ diagnosa, pendidikan. Dokumentasi Rekam medik dimusnahkan setiap lima tahun sekali Unit lain yang Berkaitan dengan Pekerjaan Kefarmasian Unit Gudang Material Unit Gudang Material mempunyai tugas pokok yaitu menerima, menyimpan, memelihara dan mendistribusikan material kesehatan dan material umum. Material kesehatan terdiri dari alat kesehatan, obat-obatan, medical supply, dan gas medik sedangkan material umum terdiri dari alat tulis kantor (ATK), administrasi kantor, alat-alat rumah tangga, pakaian dan makanan. Mekanisme kegiatan di unit gudang material: 1. Prosedur penerimaan materiil/ alat kesehatan: a. Seluruh penerimaan materiil/ barang alat kesehatan dilakukan di Unit Gudang RSPAD Gatot Subroto Ditkesad, baik hasil pengadaan swadana dan APBN, hibah, sumbangan atau berasal dari sumber lain. Kepala RSPAD Gatot Subroto Ditkesad menerbitkan Nota Penerimaan Materiil (NPM) kepada Kanit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad.

45 35 b. Kanit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad menerima barang di gudang transito in Unit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad dengan mengecek surat jalan materiil/ barang (DO) dan membuat bukti penerimaan materiil/ barang c. Seluruh materiil/ barang dicatat pada buku penerimaan gudang transito in dan dibuat Kartu Penerimaan Harian (KPH) dengan menyebutkan macam materiil/ barang, jumlah koli/ peti/ kemasan sesuai surat pengiriman barang. d. Kanit gudang material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad dan petugas gudang transito in tidak diperbolehkan membuka atau memeriksa materiil/ barang sebelum dilakukan pemeriksaan oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan. e. Kanit gudang material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad berkordinasi dengan Panitia Penerimaan Hasil Pekerjaan untuk melakukan pemeriksaan materiil/ barang. f. Panitia Penerimaan Hasil Pekerjaan melaksanakan pemeriksaan materiil/ barang yang diterima terhadap jenis barang, jumlah, ukuran, sifat barang dan kemasan/ pembungkus di gudang transito in Unit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad disaksikan oleh Kanit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad. g. Hasil Komisi atau pemeriksaan materiil/ barang alat kesehatan tersebut dituangkan dalam berita acara (BA) pemeriksaan, ditandatangani oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan RSPAD Gatot Subroto Ditkesad dan Kanit Gudang Materail RSPAD Gatot Subroto Ditkesad dan dilaporkan kepada Kepala RSPAD Gatot Subroto Ditkesad untuk mohon persetujuan. h. Apabila Panitia Penerimaan Hasil Pekerjaan berhalangan belum dapat melaksanakan komisi atau pemeriksaanmateriil/ barang alat kesehatan tersebut, maka dengan kesepakatan antara penyedia barang (rekanan) dengan Kanit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad materiil/ barang alat kesehatan tersebut disimpan di gudang transito in dengan risiko tetap berada di pihak penyedia barang (rekanan)

46 36 i. Kanit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad akan menghubungi penedia barang (rekanan) jika Panitia Penerima Hasil Pekerjaan telah siap untuk melakukan komisi atau pemeriksaan materiil/ barang tersebut. j. Materiil/ barang alat kesehatan yang telah dilakukan komisi/ pemeriksaan dipindahkan dan disimpan di gudang penyimpanan meliputi dilakukannya pencatatan pada buku penerimaan gudang simpan, dibuatkan pencatatan pada kartu gantung gudang dan dibuatkan kartu penerimaan harian material/ barang k. Kanit Gudang Materail RSPAD Gatot Subroto Ditkesad melakukan kordinasi dengan Tim SIMAK BMN RSPAD Gatot Subroto Ditkesad tentang penerimaan materiil/ barang tersebut untuk dimasukan/ dicatat pada system aplikasi SIMAK BMN dan dilaporkan kepada Kepala RSPAD Gatot Subroto Ditkesad selaku Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) secara periodic sesuai periode akuntansi. 2. Prosedur penyimpanan material: a. Materiil/ barang alat kesehatan yang diterima di gudang transito in di Unit Gudang RSPAD Gatot Subroto Ditkesad, baik hasil pengadaan swadana dan APBN, hibah, sumbangan atau berasal dari sumber lain setelah dilakukan pemeriksaan oleh Tim Komisi penerimaan disimpan di gudang penyimpanan alat kesehatan Unit Gudang materiil/ barang alat kesehatan dilakukan di Unit Gudang RSPAD Gatot Subroto Ditkesad, baik hasil pengadaan swadana dan APBN, hibah, sumbangab atau berasal dari sumber lain. b. Penempatan materiil/ alat kesehatan harus ditata dengan baik dan rapi serta dialasi dengan palet agar terdapat sirkualsi udara dari bawah dan terlindung dari lantai yang basah/ air. c. Seluruh materiil/ alat kesehatan yangtelah disimpan di gudang penyimpanan harus dilengkapi dengan pencatatan pada buku penerimaan materiil /barang, kartu penerimaaan harian (KPH) dan kartu stok/ kartu gantung gudang.

47 37 d. Setiap jenis materiil/ alat kesehatan mempunyai satu kartu gantung gudang. e. Materiil/ alat kesehatan hasil pengadaan swadana, APBN, hibah, sumbangan yang berasal dari sumber lain dengan jenis barang, merek/ type dan fungsi yang sama dicatat dalam satu kartu gantung gudang. f. Nama materiil/ alat kesehatan harus dicatat/ ditulis pada isian nama barang yang terdapat pada kartu gantung gudang. g. Satuan materiil/ alat kesehatan harus didicatat/ ditulis pada isian nama barang yang terdapat pada kartu gantung gudang. h. Tanggal penerimaan materiil/ alat kesehatan harus didicatat/ ditulis pada isian nama barang yang terdapat pada kartu gantung gudang. i. Nomor dokumen penerimaan materiil/ alat kesehatan harus didicatat/ ditulis pada isian nama barang yang terdapat pada kartu gantung gudang. j. Sumber materiil/ alat kesehatan harus didicatat/ ditulis pada isian nama barang yang terdapat pada kartu gantung gudang. k. Jika terjadi kesalahan pencatatan pada kartu gantung gudang tidak boleh ditip-x, melainkan harus dicoret dan dibubuhi paraf petugas gudang penyimpanan. l. Kartu gantung gudang harus selalu melekat pada materiil/ alat kesehatan. m. Kartu gantung gudang yang telah terisi penuh tidak boleh dipisahkan dengan kartu gantung gudang selanjutnya atau kartu gantung gudang yang baru. n. Kartu gantung gudang yang materiil/ alat kesehatannya sudah didistribusikan harus disimpan sebagai arsip untuk digunakan kembali jika diperlukan. 3. Prosedur pendistribusian material: a. Kanit Gudang Material menerima Nota Pengeluaran Material (NPM)dari Kepala RSPAD Gatot Subroto Ditkesad. b. Kanit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad melakukan kordinasi kepada penerima materiil/ barangtentang waktu pengambilan

48 38 materiil/ barang dari Unit Gudang material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad c. Kanit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad menyiapkan materiil/ barang yang akan didistribusikan atau pengeluaran materiil/ barang.ke penerima materiil/ barang. d. Kanit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad menyiapkan administrasi pendistribusian atau pengeluaran materiil/ barang e. Petugas yang menerima materiil/ barang harus mengecek materiil/ barang yang akan diterima sesuai dengan Nota Pengeluaran Materiil (NPM) yang diterbitkan oleh Kepala RSPAD Gatot Subroto Ditkesad di Unit Gudang Material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad. f. Jika materiil/ barang yang akan diterima oleh penerima materiil/ barang telah sesuai dengan Nota Pengeluaran Materiil (NPM) yang diterbitkan oleh Kepala RSPAD Gatot Subroto Ditkesad, materiil/ barang dikeluarkan dari gudang simpan Unit Gudang material RSPAD Gatot Subroto Ditkesad g. Materiil/ barang yang telah didistribusikan dilengkapi dengan administrasi pencatatan materiil/ barang pada buku pengeluaran materiil/ barang, pengurangan jumlah persediaan yangtertera pada kartu gantung gudang dan menerbitkan bukti pengeluaran materiil/ barang (BP) 4. Prosedur penghapusan obat a. Obat/ bekkes yang akan dihapus ditarik karena rusak atau kadaluarsa dicatat nama obat, jumlah bentuk sediaan dan alasannya (rusak/ kadaluarsa) yang ditandatangani Ka Instalasi Farmasi b. Ka Instalasi Farmasi membuat nota dinas ke Ka Unit Gumat tentang pengembalian Bekkes/ obat ke Unit Gumat c. Bagian Gumat memeriksa bekkes/ obat yang akan dihapus, setelah disetujui dibuat berita acara kerusakan yang ditandatangani oleh penanggung jawab bekkes dan saksi. d. Berita acara sikirimkan oleh Ka Unit Gumat kepada Dirbinjangmed untuk mendapat persetujuan.

49 39 e. Bila telah disetujui oleh Dirbinjangmed dibuatkan surat mutasi inventaris/ surat pengembalian matkes yang formulirnya sudah disediakan oleh Unit Panmatkes. Surat Mutasi ditandatangani oleh: Kaur pemegang Inventaris, Kepala Instalasi Farmasi, Kaur Disposal Gumat, Ka Unit Gumat, Dirbinjangmed f. Bekkes yang sudah dibuat surat mutasi inventaris selanjutnya siap untuk dikembalikan ke Ka Unit Gumat. g. Untuk proses selanjutnya dilaksanakan oleh Ka Unit Gumat sesuai prosedur pencelaan dan penghapusan bekkes/ obat Unit Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Nosokomial Unit Kesehatan Lingkungan berada di bawah Ka RSPAD. Tugas Kesling sebagai pelaksana pengelolaan lingkungan meliputi: 1) Pengelolaan limbah cair Limbah cair berasal dari berbagai macam unit, seperti laboratorium, ruang perawatan, dapur, laundry. Penanganan limbah cair menggunakan sistem IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah). Di RSPAD terdapat 6 unit IPAL, yaitu : a. IPAL Laundry b. IPAL Rehabilitasi Medik c. IPAL Paru d. IPAL IKA (anak) e. IPAL Jiwa f. IPAL Kartika Pemantauan pengolahan limbah di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan mengirim sampel ke BAPEDALDA (Badan Pengendalian Limbah Daerah) untuk melihat aman tidaknya Iimbah tersebut. Parameter pemeriksaan Iimbah cair adalah Chemical Oxygen Demand (COD), Biological Oxygen Demand (BOD), dan zat padat tersuspensi.

50 40 2) Pengelolaan limbah padat Limbah padat dibedakan menjadi : a. Limbah medis adalah limbah yang berasal dari ruangan perawatan, laboratorium radiologi, kedokteran, kamar operasi, dan UGD. Penanganannya dilakukan dengan proses pembakaran menggunakan incenerator dengan suhu 1000 C C. b. Limbah nonmedis terdiri dari limbah organik seperti sampah dapur, kertas dan limbah anorganik seperti botol plastik, botol infus, vial dan ampul. Penanganannya dilakukan dengan membuang limbah ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir), kemudian oleh Dinas Kesehatan DKI dalam 1 minggu diambil 2 kali. 3) Pengelolaan limbah gas agar tidak terjadi polusi udara maka hasil pembakaran limbah padat yaitu limbah gas yang dihasilkan harus dibakar lagi dengan api suhu 1000 C, sehingga gas yang keluar tidak membahayakan lagi atau sesuai dengan standar baku. 4) Pengawasan makanan Dilakukan, oleh unit gizi yang bertanggung jawab kepada Ka RSPAD. 5) Pengelolaan dan pengawasan kualitas air bersih. Air bersih RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad berasal daripdam dan air tanah, menggunakan filter penyaring dengan kapasitas 100 liter/jam. Kandungan air juga diperiksa secara kimia, fisika dan mikrobiologi. 6) Sterilisasi ruangan dengan menggunakan desinfektan untuk ruangan pasien yang terinfeksi dan kamar operasi. 7) Pengawasan kualitas kebisingan dan pencahayaan. 8) Pemberantasan serangga dan binatang pengganggu. Pemberantasan ini dilakukan dengan 3 cara: a. Fisik: ditangkap dengan menggunakan perangkap. b. Kimia: menggunakan bahan kimia, misal racun tikus dan lainnya. c. Biologi: memelihara ikan ke dalam selokan air untuk memakan jentik nyamuk.

51 41 9. Penyuluhan. Dilakukan setahun 4 kali dimana materinya mencakup tentang kesehatan lingkungan dan higiene rumah sakit dengan adanya interaksi baik dengan diskusi ataupun ceramah. Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Ditkesad sudah mempunyai laboratorium kesehatan lingkungan. Manfaat dari laboratorium kesling tersebut adalah untuk memeriksa udara baik yang terdapat di dalam ruangan maupun diluar ruangan, air, makanan dan minuman, limbah cair yang terdapat di lingkungan Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Kemampuan laboratorium kesling sebagai berikut: a. Memeriksa parameter kualitas udara dalam ruangan. b. Memeriksa parameter kualitas air. c. Memeriksa parameter kualitas limbah cair merupakan pemeriksaan swapantau yang dianjurkan oleh Bapedal DKI Jakarta. d. Memeriksa kualitas makanan atau minuman. e. Metode dan lokasi pemantauan serta tolak ukur: kebisingan dan kualitas udara, pengukuran pencahayaan, pengukuran suhu dan kelembaban, pemeriksaan partikel debu. f. Metode dan lokasi pemantauan sampah padat. g. Kualitas air limbah. h. Kualitas air bersih. i. Pemantauan serangga dan binatang pengganggu. j. Pemantauan infeksi nosokomial.

52 BAB 4 URAIAN HASIL KEGIATAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI INSTALASI FARMASI RSPAD GATOT SOEBROTO DITKESAD 4.1 Visi dan Misi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Visi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah menjadi unit pelayanan kebanggaan prajurit dan masyarakat, khususnya pelayanan kesehatan di bidang kefarmasian. Misi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad : a. Melaksanakan pelayanan perbekalan kesehatan bagi TNI dan keluarganya yang berobat di RSPAD Gatot Soebroto. b. Memberikan informasi obat kepada pasien, tenaga medis maupun paramedis secara berkesinambungan. c. Mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan memperhatikan faktor lingkungan dan perkembangan ilmu pengetahuan sehingga mampu menjawab tantangan tugas masa depan. d. Melaksanakan fungsi kefarmasian dalam Komite Farmasi dan Terapi. e. Melaksanakan fungsi pendidikan dan pelatihan bagi sarjana farmasi, profesi apoteker dan kedokteran, mahasiswa Akademi Keperawatan (AKPER), dan siswa Sekolah Menengah Farmasi (SMF). f. Melaksanakan pelayanan obat bagi masyarakat umum yang berobat di RSPAD Gatot Soebroto. g. Melaksanakan lain-lain fungsi sesuai dengan disiplin ilmu kefarmasian. 4.2 Tujuan Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Tujuan Umum Tujuan Umum Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah memberikan pelayanan di bidang kefarmasian secara paripurna, baik untuk lingkungan TNI AD/PNS TNI AD beserta keluarganya maupun masyarakat umum. 42

53 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad adalah: a. Memberikan pelayanan di bidang obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada prajurit TNI AD atau PNS TNI AD beserta keluarganya secara optimal. b. Meningkatkan derajat kesehatan prajurit TNI AD atau PNS TNI AD beserta keluarganya maupun masyarakat umum melalui pelayanan kefarmasian untuk mencapai masyarakat yang sehat, agar dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. c. Menyelenggarakan fungsi kefarmasian secara profesional dan berorientasi kepada kepentingan penderita dengan melaksanakan program penggunaan obat secara rasional yaitu tepat indikasi, tepat obat, tepat dosis, tepat pasien, dan waspada terhadap efek samping obat. d. Menyelenggarakan pendidikan dan latihan baik ke dalam maupun ke luar guna meningkatkan keterampilan dan ilmu pengetahuan khususnya di bidang kefarmasian. 4.3 Struktur Organisasi Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Kepala Instalasi Farmasi dijabat oleh seorang Perwira Menengah (Pamen) TNI AD berkualifikasi Apoteker dengan pangkat Kolonel CKM. Kepala Instalasi Farmasi mempunyai tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Merencanakan, menyelenggarakan dan melaksanakan pelayanan kefarmasian. b. Merencanakan, menyediakan dan mendistribusikan obat dan suplai medik. c. Merencanakan, menyediakan dan mendistribusikan gas medik. d. Melaksanakan kegiatan informasi obat dan monitoring efek samping obat. e. Menyelenggarakan pemeliharaan alat kesehatan meliputi pemeliharaan berkala dan perbaikan tingkat ringan, sedangkan untuk perbaikan tingkat sedang dan berat dilaksanakan melalui kerjasama dengan pihak ketiga.

54 44 f. Menyusun, mengevaluasi dan mengembangkan piranti lunak pelayanan obat dan suplai medis serta pemeliharaan alat kesehatan. g. Melaksanakan pembinaan personil di jajaran Instalasi Farmasi. h. Melaporkan pelaksanaan tugasnya kepada Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Kepala Instalasi Farmasi dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh: a. Kepala Kelompok Administrasi, disingkat Kapokmin b. Kepala Sub Instalasi Pelayanan Materiil Kesehatan, disingkat Kasub Instal Yanmatkes. c. Kepala Sub Instalasi Pemeliharaan Alat Kesehatan, disingkat Kasub Instal Haralkes. d. Kepala Sub Instalasi Penunjang dan Informasi Obat, disingkat Kasub Instal Jang Info Obat. e. Staf Fungsional, disingkat SF Sub Bagian Instalasi Penunjang dan Informasi Sub Bagian Instalasi Penunjang dan Informasi (Sub Instal Jang dan Info) dipimpin oleh seorang Pamen TNI AD berkualifikasi apoteker dengan pangkat Letkol CKM atau PNS golongan IV/a b dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Merencanakan, menyediakan, meyimpan dan mendistribusikan obat dan suplai medis untuk kebutuhan seluruh RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. b. Melaksanakan kegiatan informasi obat dan suplai medis serta monitoring efek samping obat, khususnya bagi pasien rawat inap. c. Menyusun, mengevaluasi dan mengembangkan piranti lunak pelayanan matkes serta pemeliharaannya. d. Memberikan informasi persediaan obat bulanan untuk seluruh unit pelayanan. e. Menerbitkan leaflet mengenai informasi obat. f. Merencanakan, menyiapkan dan mengevaluasi pemakaian obat-obat sitostatika. g. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kewajiban para Kasi.

55 45 h. Melaksanakan pengembangan pendidikan, pelatihan dan pelayanan kefarmasian. i. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Sub Instalasi Jang dan Info j. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kepala Instalasi Farmasi. Kasub Instal Jang dan Info membawahi dua bagian, yaitu Bagian Penunjang dan Bagian Informasi dan MESO. Kepala Seksi Penunjang (Kasi Penunjang) membawahi dua sub bagian, yaitu Perbekalan Kesehatan dan Gudang Farmasi dan Produksi. Kepala Seksi Informasi dan MESO (Kasi Info dan MESO) membawahi dua sub bagian, yaitu Informasi Obat dan MESO Bagian Penunjang Kepala Seksi Penunjang dijabat oleh seorang PNS berkualifikasi Apoteker berpangkat golongan IV A dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Membuat rencana kebutuhan obat, suplai medis dan kebutuhan produksi setiap triwulan b. Membuat perencanaan, penanganan dan pelaporan khusus untuk obat-obat sitostatika c. Membuat laporan penerimaan dan pemakaian obat, suplai medis dan obatobat yang diproduksi sendiri d. Membuat laporan penerimaan dan pemakaian obat-obat narkotika dan psikotropika yang diminta melalui unit bekkes e. Melaporkan setiap obat-obat yang sudah mendekati kadaluarsa dan persediaan yang kosong f. Melaksanakan stock opname obat dan suplai medis setiap akhir tahun anggaran g. Melaksanakan dan mengawasi penyimpanan obat dan suplai medis menurut peraturan yang berlaku

56 46 h. Melaksanakan koordinasi dengan Bagian Perencanaan dan Pengadaan mengenai pengadaan bekkes i. Melaksanakan evaluasi terhadap mutu obat yang diproduksi disertai dengan tindak lanjutnya j. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup seksi penunjang k. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kasub Instal Jang dan Info Kasi Penunjang membawahi Bekkes dan Gudang. Kaur Bekkes dan Gudang dijabat oleh seorang PNS berpangkat golongan III/ c d dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Membuat laporan penerimaan dan pemakaian obat dan suplai medis setiap bulan b. Membuat laporan penerimaan dan pemakaian obat-obat narkotika, psikotropika, sitostatika dan obat-obat khusus yang dilayani setiap bulan. c. Mencatat dan melaporkan setiap obat-obat yang mendekati kadaluarsa dan obat yang rusak d. Melaporkan persediaan obat yang tidak ada di persediaan e. Melaksanakan permintaan obat ke unit Gudmat Selain Bekkes dan Gudang, Kasi Penunjang juga membawahi Produksi. Kaur Produksi dijabat oleh seorang PNS berpangkat gol. III/ c d dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Memproduksi obat sesuai dengan formula yang ada dibawah pengawasan Kasi Penunjang b. Mencatat dan melaporkan semua hasil produksi yang telah di buat c. Mencatat dan melaporkan pengeluaran hasil produksi d. Melakukan pemeriksaan mutu terhadap hasil produksi secara organoleptis e. Mencatat dan melaporkan bahan baku yang tidak ada dalam persediaan ke Kasi Penunjang

57 47 f. Menyelenggarakan stock opname bahan baku dan sediaan hasil produksi setiap akhir tahun anggaran Produksi dibawah instalasi farmasi terbagi menjadi produksi steril dan non-steril. Contoh dari produksi non-steril antara lain hand rub, rivanol, tetes telinga, larutan H2O2, salep boor, lotio kumerfeldi, formalin 10%, gentian violet, elektrolit glukosa, betadine gargle, potio nigra, chloral hydrat, syrup simplex, amonia 10%, hingga beberapa jenis salep Bagian Informasi Dan MESO Kepala Seksi Informasi dan MESO dijabat oleh seorang PNS berpangkat golongan IV A dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Melaksanakan kegiatan informasi obat kepada tenaga medis, para medis, pasien dan keluarganya b. Melaksanakan Monitoring Efek Samping Obat di setiap unit pelayanan pasien rawat inap dan rawat jalan c. Mendidik dan membimbing para Sarjana Farmasi, siswa SMF yang membutuhkan informasi tentang obat dan sistem pelayanan farmasi dalam praktek kerja di Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad d. Membuat dan menerbitkan brosur tentang obat baru yang beredar di pasaran secara periodik e. Membuat edaran obat yang tersedia maupun tidak tersedia secara periodik f. Melaksanakan kegiatan PKMRS bagi pasien rawat jalan dan rawat inap beserta keluarganya g. Melaksanakan koordinasi dengan unit Rekam Medik dalam pelaksanaan Monitoring Efek Samping Obat h. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Sub Instal Info dan MESO i. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kasub Instal Jang dan Info

58 48 Kasi Info dan MESO membawahi Bagian Informasi Obat. Perwira Urusan Informasi Obat (Paur Info Obat) dijabat oleh seorang PNS berpangkat golongan III/ a- b dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Membuat edaran obat - obatan dan suplai medis yang ada setiap 2 minggu sekali b. Mencatat dan mengedarkan informasi obat kepada tenaga medis dan paramedis c. Membuat dan menginformasikan kepada unit pelayanan tentang obat dan suplai medis yang mendekati kadaluarsa d. Mengumpulkan dan mencatat semua informasi mengenai obat yang diterima dari unit pelayanan rawat inap dan rawat jalan Kasi Info dan MESO membawahi Bagian MESO. Perwira Urusan MESO (Paur MESO) dijabat oleh seorang PNS berpangkat golongan III/ a b, dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Mencatat semua keluhan-keluhan medis, paramedis dan pasien mengenai efek samping obat. b. Melaksanakan pencatatan, pelaporan dan pengarsipan mengenai pemakaian obat dan efek samping obat bagi pasien rawat inap dan rawat jalan. c. Mengidentifikasi obat - obatan dan pasien yang mempunyai risiko mengalami efek samping obat. d. Menyiapkan, mengedarkan dan mengisi formulir efek samping obat Sub Bagian Instalasi Pemeliharaan Alat Kesehatan dan Gas Medis Sub Instal Haralkes dipimpin oleh seorang Pamen TNI AD berkualifikasi Apoteker dengan pangkat Letkol CKM atau PNS IV B dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Menyelenggarakan perencanaan program kerja bidang pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan. b. Memonitor inventaris alat kesehatan di seluruh RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.

59 49 c. Menyelenggarakan perencanaan, penyimpanan dan pendistribusian gas medik untuk seluruh RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. d. Menyusun laporan berkala seluruh kegiatan pemeliharaan alat kesehatan dan pendistribusian gas medik serta mengevaluasi dan menindaklanjutinya. e. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan tugas dan kewajiban para Kaur. f. Melaksanakan koordinasi dengan Bagian Logistik mengenai pengadaan gas medik. g. Melaksanakan pembinaan personil dalam lingkup Sub Instalasi Haralkes. h. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kepala Instalasi Farmasi. Kasub Instal Haralkes membawahi dua bagian, yaitu Pemeliharaan Alat Kesehatan (Haralkes) dan Pemeliharaan Instalasi Gas Medik (Har Instal Gas Medik). Kepala Urusan Nik Haralkes dijabat oleh seorang Pama TNI AD berpangkat Kapten CKM dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Mengkoordinir dan melaksanakan semua kegiatan pemeliharaan alat kesehatan. b. Menghimpun dan menyusun permintaan pemeliharaan dan perbaikan alat kesehatan dari pengguna untuk dasar proses perbaikan alat kesehatan. c. Melaksanakan program pemeliharaan dan perbaikan per triwulan d. Membuat laporan pelaksanaan program pemeliharaan dan perbaikan per triwulan. e. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kasub Instal Haralkes. Selain Haralkes, terdapat juga Har Instal Gas Medik. Kepala Urusan Nik Har Instal Gas Medik dijabat oleh seorang PNS berrpangkat golongan III/ c d dengan tugas dan kewajiban sebagai berikut: a. Mengkoordinir dan melaksanakan semua kegiatan distribusi gas medik. b. Membuat laporan pemasukan dan pengeluaran gas medik setiap bulan.

60 50 c. Mencatat dan melaporkan setiap bulan mengenai peredaran tabung gas medik yang kosong. d. Melaporkan persediaan gas medik yang kosong dan terlambat pengirimannya. e. Melaksanakan stock opname setiap akhir tahun. f. Melaporkan pelaksanaan tugasnya secara periodik kepada Kasub Instal Haralkes. 4.4 Pekerjaan Kefarmasian di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Pemilihan, Perencanaan, dan Pengadaan Perbekalan Kesehatan Pemilihan Menurut Kepmenkes RI No. 1197/MENKES/SK/2004, langkah awal dalam siklus pengelolaan perbekalan farmasi adalah pemilihan atau seleksi. Pemilihan merupakan kegiatan mulai dari meninjau masalah kesehatan yang terjadi di rumah sakit, identifikasi pemilihan terapi, bentuk dan dosis, menetukan kriteria pemilihan dengan memprioritaskan obat esensial, standarisasi hingga menjaga dan memperbarui standar obat. Pemilihan perbekalan farmasi di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dilakukan berdasarkan daftar obat dalam formularium, dimana dalam formularium ini tercantum daftar perbekalan farmasi yang di-cover oleh Jaminan Kesehatan nasional (JKN). Pemilihan perbekalan farmasi yang tepat akan mendukung terselenggaranya penggunaan obat dan biaya yang efektif dan rasional. Oleh karena itu, apoteker memiliki peranan penting dalam kegiatan pemilihan ini Perencanaan dan Pengadaan Dalam Pedoman Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit tahun 2004, dikatakan bahwa perencanaan merupakan proses kegiatan dalam pemilihan jenis, jumlah, dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan anggaran, untuk menghindari kekosongan obat dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-dasar perencanaan yang telah

61 51 ditentukan disesuaikan anggaran yang tersedia. Metode perencanaan antara lain konsumsi, epidemiologi, kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi, sedangkan pedoman perencanaan perbekalan farmasi dapat berupa DOEN, formularium rumah sakit, standar terapi rumah sakit, data catatan medik, data pemakaian periode lalu, sisa persediaan, serta rencana pengembangan dan anggaran yang tersedia. Perencaaan perbekalan farmasi di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad yang meliputi sediaan farmasi dan alat kesehatan habis pakai, disusun menggunakan metode kombinasi antara metode konsumsi dan epidemiologi.sebelum menjadi salah satu Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan (BPJS), pengadaan di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dilakukan berdasarkan daftar kebutuhan depo farmasi selama satu tahun. Daftar ini kemudian dilaporkan kepada Kepala Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto. Semua kebutuhan dari depo farmasi akan dikompilasi dalam rencana kebutuhan tahunan. Depo-depo farmasi menyusun daftar kebutuhan perbekalan farmasi dengan metode konsumsi berdasarkan rata-rata konsumsi per bulan selama 12 bulan terakhir.selain itu, metode epidemiologi juga diterapkan. Data jumlah pasien beserta jenis penyakit yang diderita akan sangat membantu dalam memproyeksikan kebutuhan perbekalan farmasi di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.Rencana kebutuhan (Renbut) tahunan yang telah disetujui oleh Kepala Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad akan diajukan Direktur Pembinaan dan Penunjang Medik (Dirbinjangmed) untuk dikaji kembali mengenai anggaran yang tersedia, kapasitas gudang, dan waktu yang dibutuhkan mulai dari barang dipesan sampai barang siap didistribusikan ke Instalasi Farmasi. Renbut yang telah dikaji kemudian disusun kembali menjadi Renbut dan Program Kerja (Progja) dan perbekalan kesehatan untuk kebutuhan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Pengadaan perbekalan kesehatan di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad kemudian akan dilaksanakan oleh Unit Layanan Pengadaan (ULP) atau Pejabat Pengadaan yang berada di bawah pengawasan Dirbinjangmed. Pengadaan perbekalan kesehatan dilakukan oleh ULP jika nilainya lebih dari 50 juta rupiah sedangkan dilakukan oleh Pejabat Pengadaan untuk nilai yang kurang dari 50 juta rupiah.

62 52 Sejak diterapkannya Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), sistem perencanaan dan pengadaan perbekalan farmasi di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad yang merupakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan berubah. Perencanaan perbekalan farmasi saat ini dilakukan berdasarkan daftar kebutuhan dari depo farmasi yang disusun berdasarkan buku defecta, yaitu buku catatan perbekalan farmasi yang habis atau hampir habis.daftar kebutuhan dari semua depo farmasi kemudian dikompilasi oleh Bagian Pengadaan di Pelayanan Kesehatan Masyarakat (PKM).Bagian Pengadaan dari PKM inilah yang bertugas memesan perbekalan farmasi ke distributor.distributor yang ditunjuk sebagai penyuplai perbekalan farmasi merupakan distributor pilihan yang memiliki track record yang baik dan menawarkan produk berkualitas dengan harga yang sesuai Penerimaan dan Penyimpanan Perbekalan Farmasi Perbekalan farmasi yang dipesan oleh Bagian Pengadaan PKM, akan dikirim oleh distributor sesuai jam pemesanan. Barang yang dipesan pada pagi hari sebelum pukul 10.00, akan dikirim pada pukul Sedangkan untuk pemesanan di atas pukul 10.00, barang akan diantarkan ke RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad pada siang hari. Perbekalan farmasi yang datang akan diterima oleh Bagian Gudang PKM. Sebelum disimpan dalam gudang, dilakukan pengecekkan kesesuaian barang yang datang dengan barang yang dipesan. Selain itu dilakukan juga pengecekkan kesesuaian barang dengan faktur, meliputi alamat pengirim dan alamat yang dituju, nama produk, jenis, potensi, spesifikasi, tanggal kadaluarsa, dan jumlah produk. Faktur kemudian diserahkan ke Bagian Administrasi PKM untuk didokumentasikan sebagai tatanan naskah (Takah) yang nantinya akan dilaporkan kepada Kepala Bagian PKM. Setelah pengecekkan barang datang dilakukan, perbekalan farmasi disimpan di gudang sesuai dengan jenis, bentuk sediaan, dan stabilitas. Penyusunan barang di gudang menggunakan sistem First In First Out (FIFO) atau First Expired First Out (FEFO). Penyimpanan perbekalan farmasi dipisahkan berdasarkan jenisnya. Perbekalan yang perlu penanganan khusus, seperti vaksin,

63 53 insulin, reagen laboratorium, atau perbekalan lain disimpan di dalam medical refrigerator yang suhunya terkontrol sehingga kualitas ataupun efek terapinya tetap terjaga. Obat-obat golongan narkotika dan psikotropika disimpan di lemari khusus yang terpisah dari obat lain. Untuk obat-obat yang memiliki LASA (Look Alike Sound Alike) penyimpanannya disertai dengan pelabelan bertuliskan LASA dengan warna hijau terang di setiap kemasan sekunder dan peletakkannya tidak berdekatan (diselang dengan obat lain) untuk meminimalisir resiko salah pengambilan obat. Beberapa obat yang masuk dalam golongan High Alert seperti KCl 7,46%, MgSO4 20% dan 40%, NaHCO3 8,4%, NaCl 3%,disimpan di tempat atau wadah tertentu yang diberi border berwarna merah, disertai pelabelan di setiap kemasan primer dengan label berwarna merah bertuliskan HIGH ALERT. Sistem penyimpanan yang seperti ini tidak hanya diterapkan di gudang PKM saja, tetapi juga di semua depo farmasi. Hal ini dilakukan untuk menghindari kerusakan, penyalahgunaan, ataupun salah pengambilan obat atau perbekalan farmasi lain Distribusi Perbekalan Farmasi oleh Instalasi Farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Menurut Kepmenkes RI 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah sakit, distribusi merupakan kegiatan penyaluran perbekalan farmasi di rumah sakit untuk pelayanan individu dalam proses terapi bagi pasien rawat inap dan rawat jalan serta untuk menunjang pelayanan medis. Pendistribusian obat ke pasien menggunakan sistem desentralisasi dimana terdapat beberapa depo farmasi untuk memudahkan pelayanan kefarmasian dan menghindari kebocoran barang di unit pelayanan kesehatan.sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektivitas sumber daya yang ada.

64 Distribusi Perbekalan Farmasi oleh Gudang Material Kesehatan ke Gudang IFRSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Unit Gudang Material mempunyai tugas pokok yaitu menerima, menyimpan, memelihara dan mendistribusikan material kesehatan dan material umum. Material kesehatan terdiri dari alat kesehatan, obat-obatan, medical supply, dan gas medik sedangkan material umum terdiri dari alat tulis kantor (ATK), administrasi kantor, alat-alat rumah tangga, pakaian dan makanan. Distribusi material atau barang dari Gudang Material RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad harus dilakukan berdasarkan Surat Perintah Pengeluaran Material (SPPM) oleh Kepala RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad kepada Kepala Unit Gudang Material (Gudmat). Selain itu, Kepala Bagian Pengendalian, Distribusi dan Inventaris (Kabag Daldisi dan Inven) akan menerbitkan Nota Pengeluaran Material untuk user di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. User yang dimaksud oleh Gudmat adalah departemen, instalasi, unit, atau bagian yang melakukan permintaan, baik material kesehatan maupun material umum kepada Unit Gudmat. Distribusi perbekalan farmasi yang meliputi sediaan farmasi dan alat kesehatan, dilakukan oleh Gudang Material Kesehatan kepada Gudang IFRSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Pengeluaran material kesehatan dari Gudmat Kesehatan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dilakukan berdasarakan nota permintaan material yang berisi nama barang yang diminta, satuan, serta jumlah barang yang ditandatangani oleh Kepala IFRSPAD Ditkesad. Setelah Kepala Unit Gudmat menyetujui pengeluaran material dari Gudang Penyimpanan Material Kesehatan, maka dilakukan pengambilan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang diminta dengan melakukan pengurangan jumlah stok pada kartu stok dan ditulis pada Buku Pengeluaran Material Gudmat. Penyerahan material kesehatan kepada IFRSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dilakukan dengan disertai Bukti Pengeluaran (BP) Material yang ditandatangani oleh Kepala Unit Gudmat dan Kepala Urusan dari Gudang Material Kesehatan, serta disisipkan tanda tangan dari personil yang menerima material kesehatan yang bersangkutan.

65 55 Sediaan farmasi dan alat kesehatan yang ada di gudang material saat ini hanya sisa dari permintaan sebelumnya, karena setelah menjadi BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) nantinya semua sediaan farmasi dan alat kesehatan yang datang akan disimpan di PKM (Pelayanan Kesehatan Masyarakat) yang nantinya akan bergabung dengan gudang farmasi. Nantinya gudang farmasi tidak lagi berhubungan dengan gudang material dalam permintaan barang tetapi langsung melakukan permintaan barang ke PBF dan tidak ada beda antara barang dinas dan swasta Distribusi Perbekalan Farmasi oleh Gudang IFRSPAD Gatot Soebroto Ditkesad ke Depo Farmasi Gudang IFRSPAD Gatot Soebroto Ditkesad melayani permintaan sediaan farmasi dan alat kesehatan dari depo - depo farmasi, yaitu Depo Farmasi Perawatan Inap (Depo Perawatan Umum, Depo Farmasi Rawat Mondok dan Depo Farmasi Kedokteran Militer), Depo Farmasi Rawat Jalan yang melayani pasien dari poliklinik-poliklinik di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad serta Unit Produksi IFRSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. Rencana permintaan dari setiap Depo Farmasi kepada Gudang IFRSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dilakukan untuk setiap satu bulan.masing-masing Depo Farmasi harus mengisi Lembar Daftar Permintaan (LDP) dengan mencantumkan jumlah yang diminta serta sisa yang masih ada di Depo Farmasi bersangkutan.ldp harus atas pengetahuan Apoteker beranggung jawab atas Depo Farmasi tersebut.pengambilan perbekalan farmasi di Gudang IFRS dilakukan dengan menggunakan Nota Permintaan Obat dan/atau Nota Permintaan Perbekalan Farmasi.Tetapi apabila sebelum permintaan barang bulan berikutnya Depo sudah kehabisan stok, dapat melakukan permintaan kembali dengan menggunakan Nota Permintaan Obat dan/atau Nota Permintaan Perbekalan Farmasi. Tiap bulan masing-masing depo akan melakukan rekapitulasi penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan yang digunakan kemudian dijadikan dasar

66 56 untuk merencanakan permintaan ke gudang IFRSPAD Gatot Soebroto Ditkesad untuk kebutuhan bulan berikutnya Distribusi Perbekalan Farmasi oleh Depo Farmasi Pelayanan Rawat Inap Instalasi Farmasi Rawat Inap RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad melayani pasien berhak dan keluarganya, serta pasien swasta.pada pelayanan rawat inap RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad, resep pada Instalasi Farmasi Rawat Inap diantar dan diambil oleh perawat.apoteker atau tenaga teknis kefarmasian dari IFRS yang telah menerima resep, selanjutnya melakukan verifikasi terhadap resep untuk kelengkapan persyaratan administrasi, kesesuaian farmaseutik dan pertimbangan klinis. Persyaratan administrasi meliputi: a. Blanko resep yang digunakan adalah blanko yang berlaku di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. b. Identitas dokter penulis resep, meliputi nama dokter, SIP, tanda tangan dokter, poliklinik atau tempat perawatan c. Identitas pasien dimana terdapat perbedaan untuk pasien dinas dan pasien non dinas. Pasien dinas meliputi nama pasien terdiri dari dua kata, pangkat/corps/golongan, NRP/NIP, kesatuan, nomor rekam medik (RM) dan umur atau tanggal lahir pasien. Sedangkan, untuk pasien non dinas meliputi nama pasien yang terdiri dari dua kata, nomor rekam medik (RM), tanggal lahir atau umur pasien dan berat badan. Untuk semua resep harus terdapat stempel yang menunjukkan darimana resep tersebut berasal. d. Kelengkapan lainnya seperti tanggal resep dan tanda R/ Kesesuaian farmasetis meliputi: 1) Bentuk dan kekuatan sediaan 2) Dosis dan jumlah obat 3) Aturan dan cara pemakaian

67 57 Pertimbangan klinis meliputi: 1) Ketepatan indikasi, dosis, dan waktu penggunaan obat 2) Duplikasi obat 3) Alergi, interaksi, dan efek samping obat 4) Kontraindikasi Jika resep yang diterima oleh Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian tidak terbaca, resep tidak jelas atau ragu-ragu untuk mengambil tindakan, maka Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian segera menghubungi dokter penulis resep untuk menanyakan kejelasan obat yang diresepkan. Setelah memperoleh kejelasan dari dokter penulis resep, petugas IFRS bersangkutan menulis dan mengulang kembali penjelasan dokter penulis resep untuk memastikan kebenarannya. Jika petugas IFRS gagal menghubungi dokter penulis resep, maka petugas IFRS tersebut perlu menghubungi dokter spesialis kepala instalasi atau departemen yang terkait dengan dokter penulis resep. Instalasi Rawat Inap menerapkan sistem distribusi desentralisasi dengan membuat beberapa depo farmasi. Secara umum sistem distribusi desentralisasi dengan 3 depo farmasi yaitu depo perawatan umum untuk melayani resep penyakit dalam, depo kedokteran militer (Dokmil) dan depo rawat mondok sebagai pusat dari apotek rawat inap yang melayani resep dari unit Perawatan Paru, Jantung, Kebidanan, IKA, Jiwa, ICU, Bedah jantung, Paviliun Kartika, Paviliun Darmawan dan Gawat Darurat. Sistem pendistribusian obat di pelayanan rawat inap terbagi menjadi 2 yaitu sistem distribusi unit dose dan resep individual. a. Sistem Unit-Dose Dispensing (UDD) Sistem distribusi unit dose untuk pasien rawat inap di unit bedah lantai 3 sampai 6 dan di unit perawatan umum yaitu lantai 1 sampai 6 dilakukan dari tiap ruang perawatan resep diantar masing-masing oleh perawat atau petugas pengantar ke depo farmasi kemudian petugas di depo farmasi melakukan verifikasi resep dan pemberian nomor urut untuk pengerjaan. Resep di-copy, lebih dahulu, dimana resep asli menjadi arsip depo dan copy nya diletakkan dalam wadah UDD pasien.

68 58 Hal yang dilakukan dalam penyiapan UDD: 1) Apoteker atau tenaga teknis kefarmasian mengambil obat sesuai resep untuk penggunaan sehari danmempersiapkan wadah besar untuk penggunaan 24 jam serta wadah kecil untuk per sekali waktu penggunaan obat. Pada wadah penggunaan 24 jam ditempel label bertuliskan nama pasien yang terdiri dari dua kata, nomor rekam medik (RM) dan ruangan tempat pasien dirawat. Tutup wadah per satu kali waktu penggunaan ditempel etiket berwarna putih untuk sediaan obat oral dan sediaan obat luar diberi etiket biru yang memuat informasi berupa nama pasien yang terdiri dari dua kata, nomor rekam medik (RM), tanggal pemberian, nomor resep. Ketentuan wadah obat yaitu obat yang diberikan pagi hari dimasukkan dalam wadah dengan tutup berwarna pink, obat untuk siang hari dimasukkan dalam wadah dengan tutup berwarna biru, obat untuk sore hari dimasukkan dalam wadah dengan tutup berwarna hijau dan obat untuk malam hari dimasukkan dalam wadah dengan tutup berwarna ungu. 2) Setelah wadah per waktu penggunaan sudah disiapkan semua, kemudian wadah-wadah kecil tersebut dimasukkan dalam wadah penggunaan 24 jam. Wadah pasien yang sudah siap diserahkan pada petugas farmasi lain untuk dilakukan pengecekan kesesuaian antara resep dan sediaan farmasi yang telah disiapkan. 3) Setelah dilakukan pengecekan dan obat yang disiapkan telah sesuai resep, maka wadah-wadah pasien diletakkan pada trolley untuk masing-masing unit rawat inap kemudian diserahkan pada perawat. Pada saat penyerahan, petugas dari depo farmasi yang menyerahkan harus menulis dalam buku ekspedisi yang memuat tanggal penyerahan, jumlah wadah obat yang diberikan dengan masing-masing nama pasien, jumlah kotak UDD serta paraf petugas depo yang menyerahkan dan perawat yang menerima. 4) Trolley yang berisi wadah obat pasien dibawa ke nurse station oleh perawat dan diberikan kepada pasien sesuai waktu pemberian yang tertera di etiket.

69 59 Setiap kali pemberian obat kepada pasien harus memberikan tanda pada Daftar Pemberian Terapi. Sistem distribusi ini mempunyai keuntungan antara lain memperkecil resiko kesalahan pemberian obat karena adanya pengendalian, pengecekan ulang dan pengawasan langsung dari apoteker atau asisten apoteker pada saat sebelum dan sesudah penyiapan obat kemudian meningkatkan kepatuhan penderita terhadap regimen pengobatannya, sehingga pengendalian dan pemantauan obat menjadi lebih baik. Selain itu,mengurangi penyimpanan obat di ruangan perawatan, mencegah pencurian obat dan pemborosan penggunaan obat, dapat mengurangi total biaya pengobatan yang berkaitan dengan obat karena apabila sewaktu-waktu obat dihentikankarena dalam hal ini pasien hanya membayar obat yang digunakan. Namun, sistem distribusi unit dose juga memiliki kekurangan yang menyebabkan beban kerja perawat bertambah sehingga diperlukan personil lebih banyak. Pemberian obat kepada pasien dilakukan oleh perawat sehingga peran farmasis masih kurang dapat terlihat oleh pasien. b. Sistem resep individual atau Individual Medication Order System Proses dispensing sistem permintaan pengobatan individual mirip dengan dispensing untuk pasien rawat jalan yaitu obat untuk pasien disiapkan berdasarkan resep tertulis untuk pasien secara individual.sistem resep individual diterapkan dimana pasien diberikan obat berdasarkan resep yang dituliskan oleh dokter. Sistem distribusi ini mempunyai beberapa keuntungan diantaranya: 1) Semua obat yang diperlukan disiapkan oleh Apoteker dan Asisten Apoteker sehingga dapat dilakukan pengkajian kesesuaian terapi, jadi perawat mempunyai waktu lebih banyak untuk perawatan langsung kepada penderita. 2) Peniadaan duplikasi order obat yang berlebihan 3) Meniadakan pencurian dan pemborosan obat 4) Memungkinkan pengendalian yang lebih mudah atas sediaan farmasi 5) Mempermudah penagihan biaya obat pasien. 6) Menghindarkan kebingungan perawat menginterpretasikan resep.

70 60 Keterbatasan sistem distribusi obat resep individual antara lain: 1) Kemungkinan keterlambatan obat sampai ke pasien. 2) Jumlah kebutuhan personel di IFRS meningkat. 3) Kemungkinan terjadi kesalahan obat karena kurangnya pemeriksaan pada saat obat disiapkan. Pelayanan rawat inap IFRSPAD Gatot Soebroto terdiri dari lima Depo Farmasi, yaitu: a. Depo Farmasi Rawat Mondok Depo Farmasi Rawat Mondok atau rawat inap terletak di gedung instalasi farmasi RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad.Personel di Depo farmasi rawat inap terdiri dari 1 orang apoteker, 3 orang asisten apoteker.waktu operasional pelayanan yaitu hari Senin-Kamis mulai pukul dan pada hari Jumat mulai pukul Kriteria pasien yang diberikan pelayanan di depo farmasi rawat mondok adalah anggota TNI AD, PNS dari lingkungan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dan PNS dari kesatuan lain beserta keluarga dan Peserta BPJS. Depo Farmasi rawat mondok memiliki cakupan pelayanan rawat inap yang luas dibanding depo farmasi lainnya. Pelayanan resep obat dan medical supply di depo farmasi rawat inap diberikan kepada pasien rawat inap pada: 1. Unit perawatan paru dan jantung lantai Ruang bersalin, unit perawatan obstetri (post partum) dan ginekologi (penyakit yang berhubungan dengan kandungan) pada lantai Unit perawatan bayi; unit perawatan anak/ika lantai Unit perawatan amino (perawatan pasien dengan gangguan mental) 5. ICU 6. Pasien yang akan pulang setelah pemeriksaan UGD 7. Perwira tinggi TNI yang dirawat inap di paviliun Kartika Jumlah obat yang diserahkan kepada pasien untuk obat parenteral adalah pemakaian untuk 2 hari, sedangkan obat oral untuk pemakaian 5 hari. Sistem

71 61 distribusi obat di pelayanan rawat mondok yaitu sistem distribusi unit dose dan sistem distribusi resep perorangan. Unit dose diberikan untuk unit perawatan anak/ika lantai 2 dan unit perawatan obstetric dan gynaecology lantai 1 dan 2 yang dimaksudkan untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasien, meningkatkan kepatuhan pasien dan mengontrol penggunaan obat pasien.distribusi resep perorangan berlaku untuk ICU. Alur pelayanan resep di depo farmasi rawat mondok: 1. Resep dari ruang perawatan dibawa ke depo farmasi rawat mondok dan dicatat di buku ekspedisi oleh petugas yang berwenang. Pasien peserta BPJS, pasien atau keluarga pasien sendiri yang membawa resep ke depo farmasi rawat mondok dengan menyertakan foto copy SEP (Surat Eligibilitas Pasien) dan fotokopi kartu ASKES/BPJS 2. Pemeriksaan kelengkapan resep oleh petugas. 3. Dilakukan pembukuan di masing-masing buku (pra-dokumen) berdasarkan asal unit perawatan. 4. Obat yang ada langsung disiapkan, dibuat etiket, dicek, dibubuhi paraf kemudian dimasukkan ke keranjang obat untuk resep individual, sedangkan untuk unit dose disiapkan perhari. 5. Jika obat tidak tersedia, dibuatkan salinan atau copy resep 6. Obat yang sudah siap kemudian dievaluasi akhir, selanjutnya diserahkan ke petugas. 7. Obat ditempatkan pada wadah unit dose kecuali untuk ICU dilakukan resep individual, kemudian perawat akan mengambil ke apotek rawat mondok b. Depo Farmasi Perawatan Umum Pelayanan apotek di perawatan umum dipimpin oleh seorang apoteker.depo farmasi perawatan umum terletak di lantai 1 pada gedung perawatan umum.personel di Depo Farmasi perawatan umum terdiri dari 1 orang apoteker, 3 orang asisten apoteker.waktu operasional apotek perawatan umum yaitu hari Senin-Kamis mulai pukul dan hari Jumat mulai pukul

72 Gedung perawatan umum ini dikhususkan untuk rawat inap pasien dewasa yang mengalami gangguan penyakit dalam seperti gagal ginjal, gangguan jantung, hipertensi, diabetes, liver, kelainan darah, gangguan saluran pencernaan dan sebagainya; pasien yang mengalami infeksi virus dan sejenisnya seperti typhus, HIV AIDS, malaria, DBD, penyakit tumor dan kanker. Depo Farmasi perawatan umum melakukan pelayanan resep obat, tetapi tidak medical supply.medical supply yang dibutuhkan diperoleh dari depo gudang farmasi dikarenakan keterbatasan ruangan yang ada. Pelayanan resep obat diberikan kepada pasien yang dirawat di gedung perawatan umum terdiri dari pasien rawat inap: 1. Lantai 1 untuk TNI berpangkat kolonel 2. Lantai 2 untuk TNI berpangkat letkol, mayor dan PNS golongan IV 3. Lantai 3 untuk TNI berpangkat kapten, perwira menengah, letnan dan PNS golongan III 4. Lantai 5 yang dikhususkan untuk pasien perempuan yang berasal dari TNI berpangkat sersan, prajurit dan PNS golongan I dan II 5. Lantai 6 lantai yang dikhususkan untuk pasien laki-laki yang berasal dari TNI berpangkat sersan, prajurit dan PNS golongan I dan II. Lantai 4 Depo perawatan umum tidak melayani pasien dinas, karena dikhususkan untuk pasien BPJS departemen dan BPJS swasta. Jumlah obat yang diserahkan kepada pasien adalah obat parenteral untuk pemakaian 2 hari, sedangkan obat oral untuk pemakaian 5 hari.tidak ada pelayanan intravena admixture dan pelayanan sitotoksik. Sistem distribusi obat di perawatan umum yaitu sistem unit dose dan resep individual.unit dose dimaksudkan untuk memberikan pelayanan terbaik dan meningkatkan kepatuhan pasien, sedangkan untuk medical supply diperoleh dari apotek rawat mondok bagian medical supply. Resep perorangan diberikan kepada pasien yang akan pulang.

73 63 Alur pelayanan resep: 1. Resep dari ruang perawatan dibawa ke depo farmasi perawatan umum oleh petugas yang berwewenang. 2. Pemeriksaan kelengkapan resep oleh petugas. 3. Resep yang diterima diberi nomor 4. Dilakukan pembukuan pada masing-masing buku (pradokumen) berdasarkan asal lantai perawatan. 5. Obat yang ada langsung disiapkan, dibuat etiket, dicek, dibubuhi paraf kemudian dimasukkan ke keranjang obat berdasarkan masing-masing lantai perawatan. 6. Jika obat tidak tersedia, dokter penulis resep segera dihubungi untuk ditawarkan obat sejenis yang ada sebagai pengganti. 7. Bila obat tersebut tidak dapat diganti, maka dibuatkan salinan atau copy resep 8. Obat yang sudah siap dikirim ke ruang perawatan dengan buku ekspedisi, serah terima obat yang ditandatangani oleh petugas unit perawatan yang menerima, kemudian petugas apotek mengambil resep asli. c. Depo Farmasi Kedokteran Militer (Dokmil) Pelayanan apotek di kedokteran militer dipimpin oleh seorang apoteker.depo farmasi kedokteran militer terletak di lantai 6 pada gedung bedah sentral. Personil di Depo Farmasi Dokmil terdiri dari 1 orang apoteker, 3 orang asisten apoteker dan 1 orang tenaga non asisten apoteker. Waktu operasional pelayanan resep di Depo Farmasi Dokmil yaitu hari Senin-Kamis mulai pukul dan hari Jumat mulai pukul Kriteria pasien yang diberikan pelayanan resep di Depo Farmasi Dokmil adalah anggota TNI AD, PNS dari lingkungan RSPAD Gatot Soebroto dan PNS dari kesatuan lain beserta keluarga serta pasien dengan rujukan atau pasien integrasi yaitu pasien Angkatan Laut dan Angkatan Udara. Gedung bedah sentral ini dikhususkan untuk rawat inap pasien yang mengalami gangguan saraf, seperti stroke dan pasien yang telah selesai menjalani

74 64 operasi di lantai 2 gedung bedah sentral. Depo Farmasi Dokmil melakukan pelayanan resep obat dan medical supply untuk pasien rawat inap pada perawatan stroke pada lantai 3, perawatan pasca bedah pada lantai 3, 4, dan 5, serta lantai 6 untuk perawatan TNI korban peperangan atau TNI yang mengalami kecelakaan pada saat pendidikan maupun kecelakaan kerja. Jumlah obat yang diserahkan kepada pasien untuk obat parenteral adalah untuk pemakaian 2 hari, sedangkan obat oral untuk pemakaian 5 hari. Sistem distribusi obat di Dokmil yaitu sistem distribusi unit dose dan resep individual.unit dose diberikan untuk dimaksudkan agar dapat lebih memonitoring penggunaan obat oleh pasien. Resep individual diberikan kepada pasien yang akan pulang. Alur pelayanan resep di depo farmasi dokmil: 1. Resep dari ruang perawatan dibawa ke depo farmasi Dokmil oleh petugas yang berwenang. 2. Pemeriksaan kelengkapan resep oleh petugas. 3. Resep yang diterima diberi nomor kemudian diberi kode, yaitu B untuk unit perawatan bedah, ST untuk unit perawatan stroke, dan D untuk unit perawatan Dokmil. 4. Dilakukan pembukuan pada masing-masing buku (pradokumen) berdasarkan asal lantai perawatan. 5. Obat yang ada langsung disiapkan, dibuat etiket, dicek, dibubuhi paraf kemudian dimasukkan ke keranjang obat berdasarkan masing-masing lantai perawatan. 6. Jika obat tidak tersedia, dokter penulis resep segera dihubungi untuk ditawarkan obat sejenis yang ada sebagai pengganti. 7. Bila obat tersebut tidak dapat diganti, maka dibuatkan salinan atau copy resep 8. Obat yang sudah siap dikirim ke ruang perawatan dengan buku ekspedisi, serah terima obat yang ditandatangani oleh petugas unit perawatan yang menerima, kemudian petugas apotek mengambil resep asli.

75 65 d. ICU Depo Farmasi ICU terletak di lantai 2 pada gedung bedah sentral.personel di Depo Farmasi ICU dua orang asisten apoteker dan 1 orang Apoteker Klinis.Tugas dari asisten apoteker adalah mengcover obat-obatan yang dibutuhkan oleh pasien. Kriteria pasien yang diberikan pelayanan oleh Depo Farmasi ICU adalah anggota TNI AD, dan PNS di lingkungan RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad dan PNS dari kesatuan lain beserta keluarga, pasien askes/bpjs dan pasien swasta. Sistem distribusi obat di ICU yaitu sistem resep individu. Terdapat empat ruangan, yaitu: a. Ruang A: terdiri dari empat bed, hanya untuk pasien perawatan khusus misalnya pasca operasi, pasien masih sadar, dan tanpa ventilator b. Ruang B: terdiri dari satu bed, khusus bedah jantung c. Ruang C: terdiri dari empat bed, untuk pasien yang membutuhkan ventilator d. Ruang D: terdiri dari empat bed, khusus untuk anak, tapi karena sedikit atau bahkan tidak ada pasien anak, sehingga digunakan untuk pasien dewasa. Depo farmasi ICU melakukan permintaan sediaan farmasi untuk pasien per resep per hari ke Depo Farmasi Rawat Mondok, kecuali medical supply dilakukan permintaan mingguan ke Depo Farmasi Rawat Mondok. e. Depo Farmasi Instalasi Kamar Operasi (IKO) Terletak di Gedung Bedah lantai dua dan terdiri dari sepuluh Kamar Operasi yaitu 1) Kamar Operasi I untuk bedah saraf 2) Kamar Operasi II untuk bedah pasien anak dan kasus digestive 3) Kamar Operasi III untuk bedah telinga, hidung dan tenggorokan atau THT serta bedah gigi dan mulut (gilut) 4) Kamar Operasi IV untuk bedah plastik dan kasus tumor 5) Kamar Operasi V dan VI untuk kebidanan 6) Kamar Operasi VII untuk bedah mata

76 66 7) Kamar Operasi VIII untuk bedah jantung dan thorax 8) Kamar Operasi IX untuk bedah urologi 9) Kamar Operasi X untuk bedah orthopedi Kekhususan dari depo farmasi IKO adalah penggunaan obat anestesi dan narkotik yang sangat sering, sehingga untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotik serta penyelundupan sisa obat anestesi dan narkotik yang digunakan maka kemasan dari obat anestesi dan narkotik yang digunakan harus dikembalikan.depo farmasi IKO mempersiapkan perbekalan farmasi untuk keperluan bedah setelah jadwal bedah disampaikan kepada depo minimal sehari sebelum operasi dilaksanakan. Perbekalan farmasi tersebut disiapkan dalam kotak menjadi satu set standar untuk masing-masing keperluan bedah di setiap kamar operasi. Jika terdapat tambahan maka dokter bersangkutan harus meresepkan tambahan Distribusi Perbekalan Farmasi oleh Pelayanan Rawat Jalan Apotek Rawat Jalan terletak di lantai 1 dengan posisi yang strategis diantara 12 poli pelayanan kesehatan yang berada di RSPAD Gatot Soebroto yaitu Poliklinik Ilmu Kesehatan Anak, Poliklinik Bedah, Poliklinik Kardiologi, Poliklinik Obstetri dan Ginekologi, Poliklinik Gigi dan Mulut, Poliklinik Penyakit Dalam, Poliklinik Jiwa, Poliklinik Kulit dan Kelamin, Poliklinik Mata, Poliklinik Paru, Poliklinik Neurologi serta Poliklinik Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT). Terdiri dari dua Apotek rawat jalan yaitu Apotek eks ASKES yang melayani Poliklinik Pulmonologi dan Poliklinik Penyakit Dalam serta Apotek eks dinas yang melayani Poliklinik lainnya. Waktu operasional apotek rawat jalan yaitu hari Senin-Kamis mulai pukul dan pada hari Jumat mulai pukul Jumlah resep yang masuk ke apotek rawat jalan setiap harinya sekitar ± resep, dimana jumlah resep racikan sekitar ± 35% dari resep yang masuk. Karena RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad merupakan rumah sakit angkatan, maka dalam pelayanan Apotek rawat jalan memiliki beberapa peraturan.

77 67 Alur pelayanan resep di apotek rawat jalan: 1. Resep ditulis oleh dokter yang ada di masing-masing poli RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad. 2. Resep dibawa oleh pasien ke apotek rawat jalan melalui loket penerimaan resep, resep adalah resep asli bukan copy resep. 3. Petugas loket memeriksa kelengkapan resep dan identitas pasien untuk pasien dinas perlu menyertakan Kartu Tanda Anggota, kemudian diberi nomor urut dan label (untuk pegawai RSPAD label warna biru, sedangkan untuk anggota TNI beserta keluarga di luar RSPAD diberi label warna merah), untuk pasien BPJS perlu menyertakan fotokopi SEP (Surat Eligibilitas Pasien) dan fotokopi kartu ASKES/BPJS. Resep diberi tanda jam resep masuk dan petugas loket akan memberikan nomor resep ke pasien. 4. Resep yang masuk kemudian diperiksa stok obatnya, dibuat etiket dan di paraf, dimasukkan input data obat menggunakan komputer 5. Obat disiapkan secara individual yaitu obat disiapkan sesuai dengan jumlah yang tertera pada resep. Obat racikan dilakukan perhitungan terlebih dahulu sesuai resep. 6. Apabila ada obat yang tidak tersedia, dapat mengambil langsung ke gudang Apotek rawat jalan. Apotek rawat jalan memiliki gudang penyimpanan yang didistribusikan dari gudang farmasi, dimana Apotek melakukan permintaan setiap bulan kepada gudang tapi dapat melakukan permintaan bila sewaktu-waktu persediaan kosong sebelum permintaan bulan berikutnya. Adanya gudang di Apotek rawat jalan dapat membantu apabila tiba-tiba terjadi kekosongan obat tidak perlu waktu lama untuk mengisi kembali kekosongan obat sehingga pelayanan dapat terus berjalan melihat banyaknya pasien jika pelayanannya lambat pasien akan menunggu lebih lama. 7. Bila obat sudah siap, diperiksa oleh petugas dengan melihat kesesuaian antara resep dan obat yang disiapkan kemudian diserahkan pada loket

78 68 penyerahan ke pasien atau keluarga pasien dengan meminta tanda terima (tanda tangan dan nama jelas) oleh pasien atau keluarga pasien. Resep yang dilayani akan disimpan selama 3 tahun. 8. Pelayanan farmasi klinik yang ada di apotek rawat jalan meliputi informasi obat dan konseling khusus untuk penyakit kronis contohnya diabetes mellitus dan HIV/AIDS. Tapi karena banyaknya resep masuk dan antrian pasien, informasi obat yang diberikan menjadi tidak optimal, perlu adanya tambahan personil agar semua pasien mendapat informasi yang jelas dan akurat mengenai obat khususnya untuk penyakit kronis yang mendapat banyak obat. Informasi yang seharusnya diberikan saat penyerahan obat yaitu nama obat, indikasi, dosis, efek samping, aturan pakai dan cara penyimpanan Distribusi Gas medik Gas Medik di RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad menyediakan gas-gas untuk keperluan medik. Gas-gas tesebut dipesan dari perusahaan Aneka Gas, dan pemesanan berdasarkan persediaan gas di rumah sakit. Gas-gas tersebut meliputi : 1. Gas Oksigen (O 2 ) 2. Gas Nitrogen (N 2 O) 3. Gas Carbon (CO 2 ) Pengendalian O 2 cair dilakukan dengan melakukan pengecekan tekanan volume dan temperatur.untuk kebutuhan pengisian tabung O 2 cair jika telah mencapai 35 inch maka Kepala Sub Instalasi Haralkes dan Gas Medik mengajukan pengadaan kepada Kepala Unit Gudang Material. Lalu, atas persetujuan Kepala RSPAD Gatot Soebroto dilakukan pengisian oleh PT. Aneka Gas Industri hingga maksimal 120 inch.gas Medik di RSPAD digunakan untuk keperluan ruang perawatan dan Operasi.Gas-gas tersebut didistribusikan langsung ke seluruh ruangan melalui pengendalian gas medik sentral yang terletak di lantai dasar gedung Kedokteran Militer RSPAD.

79 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan a. RSPAD Gatot Soebroto adalah rumah sakit rujukan tertinggi untuk TNI AD, melayani pasien BPJS (TNI, PNS, anggota BPJS mandiri) serta pasien non BPJS atau swasta. b. RSPAD Gatot Soebroto merupakan Rumah Sakit tingkat I yang setara dengan Rumah Sakit tipe A, hal ini digolongkan menurut sistem pelayanan dan jenis peralatannya. Selain itu, RSPAD Gatot Soebroto juga telah terakreditasi secara internasional oleh JCI. c. Beberapa kegiatan farmasi klinis di RSPAD Gatot Soebroto telah berjalan seperti konseling pada pasien HIV dan diabetes, penanganan obat sitostatika dan pelayanan Total Nutrisi Parenteral secara aseptis. d. Sistem pendistribusian obat diruang rawat inap RSPAD Gatot Soebrotomenggunakan sistem UDD (Unit Dose Dispensing). 5.2 Saran a. Perlunya meningkatkan peran apoteker secara langsung untuk dapat terlibat lebih lanjut dalam perawatan pasien terkait obat misalnya seperti datang ke pasien untuk berkomunikasi, memberikan edukasi dan informasi mengenai terapi obat yang diterima. b. Menjalin kerjasama dan kontribusi yang nyata dengan tenaga medis dan tenaga kesehatan lain untuk meningkatkan kualitas pelayanan. c. Perlunya meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan resep bagi pasien rawat jalan dan rawat inap. d. Perlu adanya pengadaan sistem komputerisasi di depo-depo farmasi sehingga memudahkan dalam pencatatan dan pengawasan perbekalan farmasi. 69

80 DAFTAR ACUAN Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1197/ Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit.Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Undang-Undang No.44 tahun 2009 tentang RumahSakit. Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Siregar, J.P.C dan Amalia, L Farmasi Rumah Sakit Teori dan Penerapan. Jakarta: EGC 70

81 71 Lampiran 1.StrukturOrganisasi RSPAD GatotSubroto

82 72 Lampiran 2.StrukturOrganisasiInstalasiFarmasi RSPAD GatotoSubroto

83 73 Lampiran 3.AlurPengadaaanBekkes RSPAD GatotSubroto

84 74 Lampiran 4.AlurPemeliharaanPeralatanMedis RSPAD GatotSubroto

85 75 Lampiran5.Penarikan/ PengembalianAlatMedik RSPAD GatotSubroto

86 76 Lampiran6.LembarProtokolKemoterapi RSPAD GatotSubroto

87 77 Lampiran 7.DaftarPermintaanObat RSPAD GatotSubroto

88 78 Lampiran 8.Dokumentasi Gasmediksentral Gudang

89 i UNIVERSITAS INDONESIA TUGAS KHUSUS PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD) GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 JULI - 22 AGUSTUS 2014 LAPORAN KASUS PASIEN MALARIA DI UNIT PERAWATAN UMUM LANTAI 6 DAN ICU RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD) GATOT SOEBROTO DITKESAD TANGGAL 15 AGUSTUS 20 AGUSTUS 2014 Amalina Fakhriah, S.Farm ANGKATAN LXXIX PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI DEPOK DESEMBER 2014

90 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i DAFTAR ISI... ii BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Manfaat... 2 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Malaria Etiologi Penyebaran Malaria Siklus Hidup Plasmodium Manifestasi Klinis Komplikasi Epidemiologi Diagnosis Penatalaksanaan Malaria Kebijakan Pemberian Terapi Malaria Obat Antimalaria Mekanisme Obat Antimalaria Toksisitas Obat Antimalaria BAB 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pengkajian Metode Pengkajian BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pembahasan BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA... 35

91 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Malaria muncul sebagai masalah kesehatan global yang mayoritas terjadi di negara-negara berkembang maupun negara maju. Estimasi kasus klinis malaria berkisar antara 300 sampai dengan 500 juta kasus di seluruh dunia per tahun. Malaria dapat berakibat fatal hingga menyebabkan kematian. Penyakit malaria muncul terutama di daerah endemik yang beriklim tropis. Prevalensi tertinggi dan paling berbahaya ialah malaria yang disebabkan oleh Plasmodium falciparum. Plasmodium vivax ialah jenis malaria yang umum terjadi di Amerika Latin, Asia dan Oseania, tetapi tidak termasuk di Afrika. Plasmodium malariae dan P.ovale lebih jarang terjadi. Malaria merupakan penyakit kompleks dengan berbagai variasi epidemiologi dan manifestasi klinis yang tersebar diseluruh belahan dunia. Variabilitas ini dihasilkan dari faktor-faktor seperti spesies parasit malaria yang berbeda-beda di tiap daerah, kepekaan dan ketersediaan obat antimalaria, penyebaran vektor malaria, iklim, kondisi lingkungan serta perilaku dan imunitas yang diperoleh dari individu yang terpapar sebelumnya. Disamping itu, telah banyak pula peraturan maupun kebijakan yang diambil oleh Pemerintah dalam mengendalikan penyebaran malaria. Hal ini dilakukan agar transmisi malaria tidak meluas dan mengurangi insiden terjadinya malaria. Resistensi obat antimalaria telah banyak terjadi dan berlangsung lama sekitar 15 sampai dengan 20 tahun terakhir. Diagnosis lebih awal dengan pengobatan yang tepat dapat menjadi komponen utama dari strategi pemberantasan malaria. Terapi kombinasi untuk pengobatan malaria lebih banyak dipilih untuk mencegah risiko resistensi yang terjadi akibat penggunaan monoterapi antimalaria. Namun, perlu diwaspadai rasionalitas obat yang digunakan dengan mempertimbangkan dari segi efektifitas dan toksisitas obat antimalaria tersebut. Oleh karena itu, dalam makalah studi kasus ini akan dibahas lebih lanjut mengenai hal-hal yang berkaitan dengan penatalaksanaan malaria.

92 2 1.2 Tujuan a. Mengetahui DRP (Drug Related Problem) berdasarkan terapi yang diberikan kepada pasien b. Mengetahui peran Apoteker dalam mengkaji terapi obat 1.3 Manfaat Tambahan informasi bagi teman sejawat mengenai kebijakan yang mengatur tentang penggunaan terapi obat malaria, toksisitas obat dan resistensi serta penatalaksanaan malaria.

93 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit yang hidup di dalam tubuh manusia dan sebagian hidupnya juga terdapat dalam tubuh nyamuk. Penyakit malaria berakibat fatal yakni dapat menyebabkan kematian. Diperkirakan malaria mengancam sekitar lebih dari sepertiga populasi dunia. Malaria muncul di daerah tropis seperti di Asia, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Lebih dari satu juta korban meninggal diperkirakan per tahunnya (NIAID, 2007). 2.2 Etiologi Malaria disebabkan oleh infeksi parasit single-celled dari genus Plasmodium. Terdapat lebih dari 100 spesies Plasmodium yang ada di dunia. Namun, hanya 4 spesies Plasmodium yang umumnya menginfeksi manusia. Keempat jenis Plasmodium itu antara lain : a. Plasmodium falciparum, spesies utama yang mengakibatkan kasus kematian karena malaria. Infeksi ini dapat berkembang dan mengancam keselamatan jiwa karena komplikasinya. Malaria yang disebabkan oleh jenis ini dapat disembuhkan dengan perawatan yang agresif dan efektif. b. Plasmodium vivax, spesies yang paling banyak tersebar secara geografis. Hanya sedikit menimbulkan gejala yang berat. Fase relaps dapat terjadi setelah lebih dari 3 tahun dan menjadi malaria kronis. c. Plasmodium malariae, menghasilkan gejala yang tipikal, parasit berada di darah dalam jangka waktu yang lama sampai hitungan dekade tanpa pernah menimbulkan gejala. Pasien dengan P.malariae asimptomatis dapat menginfeksi individu lain melalui transfusi darah atau gigitan nyamuk. d. Plasmodium ovale, jarang menginfeksi tetapi dapat menyebabkan relaps dan umumnya terjadi di Afrika Barat.

94 4 2.3 Penyebaran Malaria Faktor risiko penyebaran malaria dipengaruhi banyak hal seperti faktor lingkungan maupun faktor biologis. Lokasi tempat tinggal ataupun individu yang bepergian ke daerah endemis malaria tanpa profilaksis akan meningkatkan risiko terjangkit malaria. Iklim juga sangat berpengaruh pada parasit maupun vektornya yakni nyamuk. Iklim tropis dengan curah hujan dan kelembaban yang cukup tinggi merupakan tempat yang cocok untuk kelangsungan hidup nyamuk maupun parasit. Selain itu, kondisi lingkungan yang kotor dan tidak terjaga akibat kelalaian manusia juga dapat menyebabkan perkembangan larvae nyamuk Anopheles menyebar di area pemukiman. Malaria juga dapat ditularkan melalui transfusi darah (NIAID, 2007). 2.4 Siklus Hidup Plasmodium Parasit malaria mempunyai siklus hidup kompleks yang melibatkan manusia maupun serangga (nyamuk) sebagai host. Plasmodium ditransmisikan oleh nyamuk Anopheles betina. Didalam tubuh nyamuk Anopheles, Plasmodium bereproduksi secara seksual dengan cara menggabungkan sel kelamin parasit. Pada tubuh manusia, parasit akan bereproduksi secara aseksual melalui pembelahan sel. Nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi parasit menggigit manusia dan pada saat bersamaan, saliva yang mengandung bentuk infeksius dari parasit berupa Sporozoite masuk kedalam peredaran darah manusia. Sporozoite ini akan menginvasi sel hepar. Satu atau dua minggu kemudian masing-masing sporozoite akan berkembang menjadi schizont, yakni struktur yang mengandung ribuan merozoites yang berbentuk bulat kecil (tahapan selanjutnya dari parasit). Ketika schizont matang, lalu rupture dan melepaskan merozoite kedalam pembuluh darah. Merozoite tersebut akan menginvasi eritrosit dan tumbuh dengan mengkonsumsi hemoglobin. Didalam eritrosit, kebanyakan merozoite akan menuju fase reproduksi aseksual dan kembali membentuk schizont yang dipenuhi dengan lebih banyak merozoite. Ketika schizont kembali matang, selnya rupture dan melepaskan merozoite. Merozoite yang baru dilepaskan akan menginvasi eristrosit lain dan infeksi akan berkelanjutan sesuai dengan siklus yang ada

95 5 sampai dapat dikendalikan dengan pemberian obat atau perlawanan dari sistem imun tubuh. Khusus pada P.vivax dan P.ovale, sporozoitenya dapat berubah menjadi hypnozoite, yakni bentuk dormansi di liver selama beberapa bulan bahkan bertahun-tahun. Apabila bentuk hypnozoite tersebut menjadi aktif (membentuk schizont) maka dapat menginfeksi ulang host nya (relaps). Gambar 1. Siklus Hidup Plasmodium Parasit Plasmodium akan melengkapi siklus hidupnya melalui nyamuk ketika merozoite yang berpenetrasi pada eritrosit tidak berkembang secara aseksual menjadi schizont, tetapi berubah menjadi bentuk seksual jantan dan betina yang disebut gametosit. Gametosit ini berada di sirkulasi darah menunggu nyamuk Anopheles betina untuk menggigit tubuh host. Setelah nyamuk Anopheles betina menggigit individu yang terinfeksi, gametosit masuk kedalam tubuh nyamuk melalui darah yang dihisap. Di dalam perut nyamuk, gametosit berkembang menjadi gamet jantan dan betina. Fertilisasi yang terjadi menghasilkan oosit yang dipenuhi dengan sporozoite yang infeksius. Ketika oosit matang kemudian rupture, maka ia akan melepaskan sporozoite dan bermigrasi ke

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pasien yang membutuhkan tindakan medis segera guna penyelamatan nyawa dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Defenisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatanyang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah Institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan Amalia, 2004).

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pemeliharaan kesehatan yang baik (Siregar dan Amalia, 2004). BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang BAB II 2.1 Rumah Sakit TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1.1 Definisi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 Pasal 1 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memfungsikan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit BAB IV PEMBAHASAN A. Karakteristik Sampel Penelitian ini bertujuan untuk Rumah Sakit Umum Daerah Lombok untuk melihat gambaran Penerapan Farmasi Klinik rumah sakit sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT KOMITE FARMASI DAN TERAPI DRA. NURMINDA S MSi, APT STANDARD PELAYANAN FARMASI Keputusan MenKes no. 1197/MenKes/SK/X/2004 Tanggal 19 Oktober 2004 Panitia Farmasi dan Terapi adalah organisasi yang mewakili

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 1.3 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD) GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 APRIL- 16 MEI 2014 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER Ayu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan

Lebih terperinci

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit

Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas adalah unit Puskesmas dan sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kota Stabat dalam rangka pembinaan Puskesmas. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang disingkat puskesmas

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO PERIODE 6 SEPTEMBER-28 OKTOBER 2011

UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO PERIODE 6 SEPTEMBER-28 OKTOBER 2011 UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO PERIODE 6 SEPTEMBER-28 OKTOBER 2011 LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER WILDYANTI PUSPITASARI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggan terbagi menjadi dua jenis, yaitu: fungsi atau pemakaian suatu produk. atribut yang bersifat tidak berwujud. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Kepuasan Konsumen Kepuasan konsumen berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang kurangnya sama dengan apa yang diharapkan (Kotler & Amstrong, 1997).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disingkat puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 983/MenKes/SK/XI/1992, rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi

Lebih terperinci

TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI RUMAH SAKIT. DIANA HOLIDAH Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember

TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI RUMAH SAKIT. DIANA HOLIDAH Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember TUGAS DAN FUNGSI APOTEKER DI RUMAH SAKIT DIANA HOLIDAH Bagian Farmasi Klinik dan Komunitas Fakultas Farmasi Universitas Jember Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit meliputi : Berdasarkan Permenkes No.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

UNIVERSITAS INDONESIA

UNIVERSITAS INDONESIA UNIVERSITAS INDONESIA LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT (RSPAD) GATOT SOEBROTO DITKESAD PERIODE 7 JULI 22 AGUSTUS 2014 LAPORAN PRAKTIK KERJA PROFESI APOTEKER HANI

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1. Defenisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dengan memberdayakan berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge) merupakan hasil penginderaan manusia atau hasil dari tahu seseorang terhadap obyek melalui indera yang dimilikinya (mata, telinga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-undang nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu dari saranan kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat pada umumnya semakin sadar akan pentingnya kesehatan dalam kehidupan. Kesehatan merupakan salah satu kunci utama bagi seseorang dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat merupakan komponen penting dalam pelayanan kesehatan. Pengelolaan obat yang efisien diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi rumah sakit dan pasien

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit 4 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor44 tahun 2009 pasal 1 Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan kepmenkes RI No. 983/ MENKES/ SK XI/ 1992 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan kepmenkes RI No. 983/ MENKES/ SK XI/ 1992 tentang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Tingkatan Rumah Sakit. Berdasarkan kepmenkes RI No. 983/ MENKES/ SK XI/ 1992 tentang pedoman organisasi rumah sakit umum, rumah sakit umum daerah, rumah sakit

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017

KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017 KERANGKA ACUAN KERJA / TERM OF REFERENCE KEGIATAN EVALUASI DAN PENGEMBANGAN STANDAR PELAYANAN KESEHATAN TA. 2017 Program : Program Pelayanan Kefarmsian Puskesmas Megang Hasil (Outcome) : Terselengaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Strategi pemerintah dalam pembangunan kesehatan nasional 2015-2019 bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Salah satu sarana untuk penyelenggaraan pembangunan kesehatan adalah rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Menurut Undang-undang Republik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Defenisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era persaingan yang ketat, hal utama yang perlu diperhatikan oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing, mempertahankan pasar

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang

SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014. Tentang SURAT KEPUTUSAN PENGURUS PUSAT IKATAN APOTEKER INDONESIA Nomor : PO. 002/ PP.IAI/1418/VII/2014 Tentang PERATURAN ORGANISASI TENTANG PEDOMAN PRAKTIK APOTEKER INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu unit yang memiliki organisasi yang teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerjaan Kefarmasian Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian berjudul Profil Penerapan Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah Sakit Umum Daerah di Pulau Bangka merupakan penelitian noneksperimental. Metode dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi rumah sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 pasal 1 rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah suatu organisasi yag kompleks, menggunakan gabungan alat ilmiah khusus, dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia nomor 36 tahun 2014, tentang Kesehatan, adalah. setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan citacita Bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Berdasarkan Undang-Undang tentang rumah sakit no.44 tahun 2009, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat mulai menyadari pentingnya menjaga kesehatan, dimana kesehatan merupakan salah satu faktor penting yang dapat mendukung dan mempengaruhi pekerjaan

Lebih terperinci

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT

PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT PERANAN APOTEKER DI RUMAH SAKIT Peranan Apoteker Farmasi Rumah Sakit adalah : 1. Peranan Dalam Manajemen Farmasi Rumah Sakit Apoteker sebagai pimpinan Farmasi Rumah Sakit harus mampu mengelola Farmasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia sebagai apoteker (Presiden, RI., 2009). BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Apotek Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker. Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus dan telah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah sakit Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.58 Tahun 2014 pasal 1 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

MAKALAH STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

MAKALAH STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT MAKALAH STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT Oleh: Erita Rahmani 260112140509 PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2015 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Rumah sakit Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 983/Menkes/SK/XI/1992 Rumah Sakit merupakan salah satu tempat dari sarana kesehatan menyelenggarakan kesehatan, bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya perkembangan dan perubahan pola hidup pada manusia (lifestyle) dapat berdampak langsung salah satunya pada kesehatan, sehingga kesehatan menjadi salah satu hal

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut WHO ( 1957 ), definisi atau pengertian Rumah sakit adalah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut WHO ( 1957 ), definisi atau pengertian Rumah sakit adalah BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut WHO ( 1957 ), definisi atau pengertian Rumah sakit adalah suatu bahagian menyeluruh, integrasi dari organisasi dan medis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat 2.1 Definisi Rumah Sakit BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT Rumah sakit adalah salah satu dari sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan dan difungsikan oleh berbagai kesatuan personel terlatih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Pembangunan kesehatan pada dasarnya

Lebih terperinci

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan untuk meningkatkan kualitas dan produktifitas kehidupan manusia. Pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan kebutuhan hidup yang diwujudkan dan dilaksanakan dalam mencapai kesejahteraan kehidupan dalam masyarakat. Menurut

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Manajemen adalah suatu proses tahapan kegiatan yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memadukan penggunaan ilmu dan seni untuk mencapai

Lebih terperinci

Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang. Cetakan pertama, Desember : Drs. Rusli. Sp., FTS. Apt

Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang. Cetakan pertama, Desember : Drs. Rusli. Sp., FTS. Apt Hak Cipta dan Hak Penerbitan dilindungi Undang-undang Cetakan pertama, Desember 2016 Penulis : Drs. Rusli. Sp., FTS. Apt Pengembang Desain Intruksional: Dra. Lintang Patria, M.Kom. Desain oleh Tim P2M2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak paling mendasar yang harus dipenuhi setiap orang dalam mencapai kesejahteraan sosial dalam masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan suatu obat dapat berpengaruh terhadap kualitas pengobatan, pelayanan dan biaya pengobatan. Penggunaan obat merupakan tahap akhir manajemen obat. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Definisi Rumah Sakit Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur, tempat pencegahan dan penyembuhan penyakit, peningkatan dan pemulihan kesehatan

Lebih terperinci

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu Hak Asasi Manusia (HAM) dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia adalah kesehatan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan

Lebih terperinci

SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN

SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN SOSIALISASI STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI SARANA KESEHATAN Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan Disampaikan dalam Pertemuan Tri Wulan I PC IAI Grobogan Tahun 2016 Purwodadi, 12 Maret 2016 Pokok Bahasan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup pasien yang dalam praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup pasien yang dalam praktek pelayanannya memerlukan pengetahuan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Farmasi klinik 1. Definisi Farmasi Klinik Farmasi klinik menurut Clinical Resource and Aundit Group (1996) diartikan sebagai disiplin kerja yang berkonsentrasi pada penerapan

Lebih terperinci

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN Mustika Meladiah 1 ; Harianto 2 ; Rachmawati 3 Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Apotek Definisi apotek menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/MENKES/SK/X/2002 yaitu sebagai suatu tempat dilakukannya pekerjaan kefarmasian, penyaluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan yang esensial dari setiap individu, keluarga, dan masyarakat. Kesehatan juga merupakan perwujudan dari tingkat kesejahteraan suatu masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia dalam melakukan kegiatan perlu memperhatikan masalah kesehatan. Kesehatan merupakan keadaan dimana tubuh dan mampu melakukan kegiatan yang produktif, oleh

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. jenis, jumlah dan harga perbekalan farmasi yang sesuai dengan kebutuhan dan BAB TINJAUAN PUSTAKA Perencanaan adalah pekerjaan yang menyangkut penyusunan konsep serta kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan demi masa depan yang lebih baik (Le

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepatuhan Kepatuhan menyatakan kesesuaian perilaku dan pelaksanaan kegiatan terhadap ketentuan atau standar yang berlaku. Kepatuah dokter menulis resep dipengaruhi faktor-faktor

Lebih terperinci

KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO

KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO. 1197/MENKES/ SK/X/2004 PADA RESEP PASIEN RAWAT JALAN DI INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH WONOGIRI BULAN JUNI 2008

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 pasal 1 tentang rumah

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 pasal 1 tentang rumah 4 BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit 2.1.1 Definisi Rumah Sakit Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 pasal 1 tentang rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna (pelayanan kesehatan yang meliputi

Lebih terperinci