LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN (GPW / 0210) ACARA 1 KAJIAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN (GPW / 0210) ACARA 1 KAJIAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN"

Transkripsi

1 LAPORAN PRAKTIKUM PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN (GPW / 0210) ACARA 1 KAJIAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN Disusun Oleh : Nama : Dimas Pradana Riyadi NIM : 08 / / GE / Hari/jam : Rabu / Asisten : Andini Atrasina Chika Agustina PROGRAM STUDI PEMBANGUNAN WILAYAH JURUSAN SAINS INFORMASI GEOGRAFI DAN PENGEMBANGAN WILAYAH FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2010

2 I. JUDUL : KAJIAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PENGGUNAAN LAHAN II. TUJUAN : 1. Mahasiswa dapat mengetahui daata kebijakan pendukung perencanaan penggunaan lahan. 2. Mahasiswa dapat menggunakan data kebijakan pendukung perencanaan penggunaan lahan untuk mendukung analisis sosial ekonomi beserta katannya dengan penggunaan lahan. III. ALAT DAN BAHAN 1. Data BPS Kabupaten Bantul 2. RTRW Kabupaten Bantul 3. Data Statistik penduduk menurut jenis kelamin dan pendidikan di Kabupaten Bantul 4. Data Pendapatan Domestik Regional Bruto Daerah Kabupaten Bantul 5. Data Penyebaran dan Lokasi Kawasan Lindung Kabupaten Bantul 6. Alat tulis IV. DASAR TEORI Meningkatnya kebutuhan dan persaingan dalam penggunaan lahan baik untuk keperluan produksi pertanian maupun keperluan lainnya memerlukan pemikiran yang seksama dalam mengambil keputusan pemanfaatan yang paling menguntungkan dari sumber daya lahan yang terbatas, kemudian juga dalam melakukan tindakan konservasinya untuk penggunaan di masa yang akan datang. Kecenderungan seperti itu telah mendorong pemikiran para ahli akan perlunya suatu perencanaan penggunaan

3 lahan agar lahan yang ada dapat dimanfaatkan dengan sebaik dan seefisien mungkin. Permasalahan dalam penggunaan lahan sifatnya umum diseluruh dunia ini, baik di negara yang maju maupun di negara yang sedang berkembang, terutama akan lebih menonjol bersama dengan terjadinya peningkatan jumlah penduduk dan proses industrialisasi. Pemikiran secara Intuitif dalam penggunaan lahan sebenarnya telah lama dilaksanakan, akan tetapi pemikiran untuk menggunakan lahan secara lebih efisien dengan cara berencana baru memperoleh wujud yang lebih nyata setelah perang dunia ke I. Rencana adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam kurun waktu tertentu dan didasarkan pada fakta. Perencanaan adalah penyusunan serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu yang didahului oleh ide dan permasalahan. Perencanaan penggunaan lahan adalah suatu proses pengambilan keputusan mengenai bagaimana seharusnya lahan digunakan. Perencanaan Penggunaan Lahan tidak menggariskan apa yang telah diletakan tetapi meletakan apa yang telah digariskan. Perencanaan Penggunaan Lahan tidak dapat terjadi, jika perencanaan lainnya seperti perencanaan ekonomi, sosial dan budaya yang selanjutnya memerlukan lahan sebagai tempat kegiatannya belum tersedia. Oleh karena itu, perencanaan penggunaan lahan bukanlah suatu kegiatan yang mandiri, tetapi harus mengaitkan dengan perencanaan di sektor lain. Kegiatan utama dalam perencanaan penggunaan lahan yaitu menyusun rencana penggunaan lahan dengan praktik-praktik penggunaan lahan, untuk menempatkan dimana lokasi penggunaan yang paling sesuai. Pengertian Perencanaan Penggunaan Lahan, dan apa yang harus dikerjakan dalam perencanaan penggunaan lahan dapat dikemukan sebagai berikut. Perencanaan Penggunaan Lahan :

4 Suatu proses pengambilan keputusan mengenai bagaimana seharusnya lahan digunakan. Merupakan suatu cara menempatkan gol (sasaran) penggunaan lahan, dan menunujukkan bagaimana sasaran tersebut dapat ddicapai. Kegiatan utama dalam perencanaan penggunaan lahan adalah menyusun rencana maupun menghubungkan rencana penggunaan lahan dengan praktik-praktik penggunaan lahan untuk menempatkan di mana lokasi penggunaan lahan yang paling sesuai. Sasaran-sasaran perencanaan yang akan dicapai, pada dasarnya ditentukan oleh kebutuhan-kebutuhan manusia. Oleh karenanya metode (cara-cara) untuk mencapai sasaran bergantung pada keberadaan kondisi (syarat) saat ini serta ketersediaan sumberdaya. Sumberdaya mencakup semua segi dari lingkungan perencanaan, yaitu : manusia, lahan, teknik, administratif, dan ekonomi. Perencanaan menggunakan proses perencanaan untuk menyusun suatu rencana penggunaan lahan. Rencana ini memuat apa yang harus dikerjakan pada setiap petak lahan di daerah perencanaan. Di samping itu juga memuat tentang tujuan, kesempatan dan masalah-masalah, serta memuat tentang deskripsi penduduk, kebutuhan dan lahan mereka di daerah perencanaan. Suatu rencana sebaiknya juga memuat tentang apa saja yang diukur serta bagaimana cara pengukurannya. Selain dari hal-hal yang dikemukakan di atas juga tidak kalah pentingnya adalah kurangnya informasi tentang potensi lahan, kesesuaian penggunaan lahan dan tindakan pengelolaan yang diperlukan bagi setiap areal lahan, yang dapat digunakan sebagai pegangan dalam pemanfaatan areal tersebut. Untuk dapat melakukan perencanaan secara menyeluruh, salah satu hal pokok yang diperlukan adalah tersedianya faktor fisik lingkungan yang meliputi sifat dan potensi lahan. Keterangan ini dapat diperoleh antara lain melalui kegiatan survey tanah yang diikuti dengan pengevaluasian lahan.

5 Ada dua cara dalam mengevaluasi lahan yaitu secara langsung maupun secara tidak langsung. Pada evaluasi lahan secara langsung, lahan dievaluasi langsung melalui percobaan-percobaan, misalnya dengan menanam tanaman atau membangun jalan atau pipa-pipa minyak, untuk melihat apa yang akan terjadi. Hasil-hasil tersebut dapat digunakan hanya untuk lokasi percobaan tertentu atau untuk tujuan penggunaan tertentu lainnya. Dalam penggunaan praktisnya, hasil-hasil percobaan tersebut sering juga digunakan / diekstrapolasikan kepada satu satuan lingkungan alami secara keseluruhan, misalnya satuan peta tanah. Evaluasi lahan secara langsung mempunyai penggunaan yang sangat terbatas jika tidak disertai dengan pengumpulan data yang cukup banyak. Oleh karena itu, sebagian besar pengevaluasian lahan dilakukan secara tidak langsung. Dalam evaluasi secara tidak langsung ini diasumsikan bahwa tanah tertentu dan sifat-sifat lain yang terdapat dalam lokasi (site) akan mempengaruhi keberhasilan suatu jenis penggunaan lahan tertentu. Keadaan ini dapat diprediksi karena kualitas lahan dapat dideduksi dari hasil pengamatan lahan tersebut. Proses evaluasi lahan secara tidak langsung dapat dibagi ke dalam beberapa tahapan. Proses ini akan meliputi penentuan ciri lahan (land properties) yang ada hubungannya dan dapat diukur atau dianalisis tanpa memerlukan usaha-usaha yang sangat besar. Ciri tersebut disebut karakteristik lahan (land characteristic). Dalam prakteknya data ini sering dikumpulkan pada saat survey tanah, yaitu meliputi keterangan-keterangan mengenai keadaan tanah, topografi, iklim dan sifat-sifat lain yang berhubungan dengan ekologi. Pengaruh karakteristik lahan pada sistem penggunaan lahan jarang bersifat langsung. Sebagai contoh, pertumbuhan tanaman tidak secara langsung dipengaruhi oleh curah hujan atau tekstur tanah tetapi dipengaruhi oleh ketersediaan air dan unsur tanah. Hal yang terakhir ini dalam FAO

6 (1976) disebut kualitas lahan (land qualities) yaitu yang sifat kompleks atau sifat komposit yang sesuai untuk suatu penggunaan yang mana ditentukan oleh seperangkat karakteristik lahan yang berinteraksi. Kesesuaian menyangkut satu penggunaan tertentu / penggunaan khusus. Sebagai contoh, kesesuaian untuk golf, perkebunan kelapa sawit, padi dan sebagainya. Kemampuan menyangkut serangkaian atau jumlah penggunaan. Sebagai contoh, untuk pertanian, kehutanan, atau rekreasi. Jadi ruang lingkupnya lebih luas. Penggunaan istilah kesesuaian dan kemampuan lahan itu sendiri sebenarnya masih belum tuntas, sehingga yang berpendapat keduanya pada dasarnya sama. Sebagai contoh, Canada Land Inventory menggunakan klasifikasi kemampuan untuk pertanian, kehutanan, rekreasi dan cagar alam dan menggunakan kesesuaian untuk tanaman umum, tanaman makanan ternak (perennial forage) dan tempat perkemahan (camping). Selain itu, klasifikasi kemampuan lahan oleh USDA digunakan untuk penggunaan yang luas meliputi pertanian, padang rumput (grazing) dan kehutanan. Penilaian kemampuan (capability assessment) umumnya meliputi sejumlah penilaian kesesuaian, misalnya suatu lahan dinilai tidak sesuai untuk tanaman setahun atau padang rumput, tetapi sesuai untuk kehutanan. Akan tetapi FAO tidak menggunakan istilah kemampuan dan Vink (1975) berpendapat tidak ada perbedaan esensial antara kesesuaian lahan dan kemampuan lahan. Konsep nilai (value) didasarkan atas pertimbangan finansial atau sejenisnya dinyatakan sebagai jumlah biaya pertahun, misalnya nilai sewa atau sebagai bayaran modal. Bodingan (1978) berpendapat bahwa para perencana membutuhkan terjemahan kelas-kelas kemampuan ke dalam istilah ekonomis agar dapat diperhitungkan keuntungan / kerugian yang akan timbul sesuai dengan usulan perubahan pola penggunaan lahan tersebut. Sebagai hasil akhir dari evaluasi lahan adalah keputusan bagi penggunaan lahan yang optimum, baik dalam bentuk usaha pribadi (sebagai

7 contoh apakah harus menanam jeruk atau tanaman lain di suatu areal tertentu) atau untuk kepentingan umum (misalnya dalam menentukan lokasi tempat rekreasi baru yang akan dibangun). V. LANGKAH KERJA 1. Mengumpulkan data yang terkait dengan bidang sosial ekonomi (produksi pertanian, jumlah fasilitas pelayanan, jumlah penduduk, jumlah pendapatan, dan sebagainya) yang dapat dicari dari BPS ataupun instansi yang terkait. 2. Mencari dokumen-dokumen tersebut, antara lain : Buku Rencana Penggunaan Tanah, Rencana Tata Ruang Wilayah, Profil Daerah, Kabupaten Dalam Angka. 3. Setelah data tersebut terkumpul, selanjutnya melakukan identifikasi terhadap potensi dan permasalahan sosial ekonomi serta mengaitkan dengan penggunaan lahan berdasarkan interpretasi data tersebut. VI. HASIL PRAKTIKUM Hasil yang diperoleh pada praktikum kali ini berupa: 1. Tabel profil wilayah tiap kecamatan di kabupaten Bantul (terlampir). 2. Tabel resume profil wilayah (terlampir). VII. PEMBAHASAN

8

9

10 VIII. KESIMPULAN

11 IX. DAFTAR PUSTAKA Ritohardoyo, Su Catatan Kuliah Perencanaan Penggunaan Lahan.Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Widiyanto, Dodi. Tyas, Estuning W. M Petunujk Praktikum Perencanaan Penggunaan Lahan. Yogyakarta : Fakultas Geografi UGM diakses tanggal 18 Oktober d=384 diakses tanggal 18 Oktober diakses tanggal 18 Oktober tanggal 18 Oktober 2010 diakses

12 TABEL IDENTIFIKASI POTENSI DAN PERMASALAHAN WILAYAH KABUPATEN BANTUL No. Kecamatan Potensi Permasalahan 1 Srandakan 1. Perkembangan bidang jasa 1. Pantai belum dikelola. maju. 2. Pencemaran limbah 2. Jumlah pengangguran industri. sedikit. 3. Penduduk miskin 3. Jumlah tenaga kerja sedang. cukup banyak. 4. Terdapat pantai yang dapat dikembangkan. 4. Tidak ada perubahan lahan. 5. Bahan galian pasir, kerikil 5. Teknologi industri dan padir besi. pengolahan masih 6. Industri tahu. terbatas. 6. Minimnya penyuluhan untuk meningkatkan keterampilan nelayan. 2 Sanden 1. Jumlah penduduk sedang. 1. Potensi banjir. 2. Daerah terbangun 2. Pemasaran potensi meningkat. 3. Lahan persawahan luas. wisata kurang tepat. 3. Pencemaran 4. Produksi ikan tinggi. lingkungan melalui 5. Terdapat pantai. 6. Pengangguran rendah. darat atau udara 4. Kualitas SDM kurang 7. Terdapat tambang pasir 5. Arus urbanisasi tinggi besi. 8. Peternakan 9. Jasa dan perdagangan 10. Wisata 3 Kretek 1. Daerah terbangun luas. 1. Rawan terjadi banjir,

13 2. Lahan pertanian luas. 3. Golongan keluarga miskin rendah. 4. Bahan galian pasir, kerikil, pasir besi, andesit. 5. Jasa dan perdagangan 6. Industri wisata 4 Pundong 1. Persawahan cukup luas. 2. Peningkatan daerah terbangun tinggi. 3. Bahan galian : tanah liat, pasir, kerikil 4. Industri kecil dan kerajinan mebel 5. Perkebunan 5 Bambanglipuro 1. Jumlah penduduk cukup tinggi. 2. dan jasa berkembang baik. 3. Lahan pertanian subur 6 Pandak 1. Sarana pendidikan mencukupi. 2. Daerah terbangun luas. 3., peternakan, industri, pertanian cukup maju. 4. Bahan galian : pasir, kerikil, batu gamping. gempa dan tsunami. 2. Spesialisasi tenaga kerja terdidik masih kurang 3. Pengelolaan wisata kurang maksimal 1. Rawan terjadi erosi dan longsor (Sistem irigasi Jelek). 2. Potensi bencana gempa bumi. 3. Kepadatan penduduk rendah. 4. Urbanisasi tinggi 5. Aksesibilitas kurang 1. Peningakatan lahan terbangun tinggi 2. Pengangguran cukup banyak. 3. Potensi bencana gempa bumi. 1. Potensi bencana gempa bumi. 2. Jumlah penduduk yang padat. 3. Kesejahteraan petani kurang

14 7 Bantul 1. Pusat kegiatan sos, eko, bud, (pusat kota). 2. Fasilitas memadai. 3. Jumlah tenaga kerja mencukupi. 4. dan jasa maju. 5. Ancaman bencana alam kecil. 8 Jetis 1. dan jasa cukup maju. 2. Tenaga kerja mencukupi. 3. Banyak terdapat batu breksi, apung, gamping. 9 Imogiri 1. dan jasa maju. 2. Obyek wisata makam raja dan goa. 3. Jumlah tenaga kerja cukup 4. Bahan galian cukup banyak. 1. Jumlah penduduk padat. 2. Jumlah warga miskin tinggi. 3. Tidak terdapat bahan galian. 1. Daerah tidak terlalu luas. 2. Daerah terbangun terus meluas. 3. Banyak keluarga miskin. 4. Konversi lahan tinggi. 5. Jumlah penduduk tinggi. 6. Modal usaha terbatas 1. Daerah tidak terlalu luas. 2. Jumlah penduduk padat. 3. Potensi bencana erosi dan longsor. 4. Pengangguran tinggi. 5. Sebagian daerah merupakan bukit gersang. 6. Jumlah keluarga miskin paling tinggi se-

15 10 Dlingo 1. Wilayah cukup luas. 2. Bahan galian: kalsit. 3. Industri kecil dan kerajinan mebel cukup maju dan berkembang. 4. Kepadatan penduduk rendah. 5. Perkebunan 11 Pleret 1. dan jasa berkembang cukup baik. 2. Tenaga kerja cukup 3. Bahan galian: tanah liat, batu gamping, batu apung. 12 Piyungan 1. Kepadatan penduduk sedang. 2. dan jasa berkembang baik. 3. Jumlah tenaga kerja tinggi. 4. Pengangguran rendah. 5. Bahan galian : bentonit, tanah liat, batu gamping. 13 Banguntapan 1. Jumlah tenbaga kerja banyak. 2. dan jasa cukup maju. 3. Muncul permukiman menengah ketas. 4. Lahan pertanian subur 5. Galian golongan C Kabupaten Bantul. 1. Potensi bencana longsor dan erosi. 2. Aksesibilitas kurang (topografi perbukitan) 3. Keluarga miskin banyak. 4. Urbanisasi tinggi 1. Keluarga miskin banyak. 2. Kepadatan penduduk rendah. 1. Jumlah keluarga miskin banyak. 2. Potensi bencana longsor dan erosi (topografi). 3. Aksesibilitas kurang 1. Konversi lahan pertanian ke non pertanian. 2. Keluarga miskin banyak. 3. Pengangguran banyak. 4. Kepadatan penduduk tinggi.

16 14 Sewon 1. dan jasa cukup maju. 2. Industri-industri kecil berkembang cukup baik. 3. Jumlah tenaga kerja cukup 4. Lokasi dekat dengan pusat (Yogyakarta) 15 Kasihan 1. Adanya industri rumah tangga dan industri kecil. (industri kerajinan gerabah dan tanah liat) 2. Penyerapan tenaga kerja cukup memadai. 3. Potensi tanah liat. 16 Pajangan 1. Potensi obyek wisata goa. 2. Tenaga kerja cukup memadai. 3. Keluarga miskin cukup tinggi. 4. Potensi hutan jati. 5. Bahan galian: kerikil, kalsit, tanah liat, batu gamping. 17 Sedayu 1. Kepadatan penduduk sedang. 5. Industri tambang tidak ramah lingkungan 1. Pengangguran tinggi. 2. Keluarga miskin banyak. 3. Kepadatn penduduk tinggi. 4. Pencemaran limbah industri 1. Terbatasnya bahan baku industri. 2. Produktivitas kebun menurun. 3. Pengangguran tinggi. 4. Keluarga miskin banyak. 5. Konversi lahan tinggi. 6. Potensi bencana longsor dan erosi. 1. Sebagian daerah tandus. 2. Potensi bencana longsor dan erosi. 3. dan industri tidak berkembang dengan baik. 1. Jumlah keluarga miskin tinggi.

17 2. Industri kerjinan maju pesat 3. Pengangguran tidak terlalu tinggi. 4. Bahan galian : pasir, kerikil, batu gamping. 2. Potensi bencana erosi dan longsor.

18 Tabel Resume Wilayah No. Kawasan Fungsi Kecamatan 1. Pertanian Sedayu, Pajangan, Kasihan, Piyungan, Pleret, Dlingo, Dimogiri, Jetis, Bantul, Pandak, Bambang Lipuro, Pundong, Kretek, Sanden, Srandakan 2. Hutan Dlingo, Imogiri (Lindung/Produksi) 3. Pertambangan Banguntapan 4. Industri (besar, kecil, sedang) Sedayu, Pajangan, Kasihan, Piyungan, Pleret, Jetis, Bantul, Pandak, Bambang Lipuro, Pundong, Kretek, Sanden, Srandakan 5. Pariwisata Pleret, Bantul, Pandak, Bambang Lipuro, Pundong, Kretek, Srandakan 6. Pelayanan Sosial Sewon, Banguntapan, Pleret, Bantul, Srandakan, Kasihan, Sedayu 7. dan Jasa Sedayu, Pajangan, Kasihan, Piyungan, Pleret, Jetis, Bantul, Pandak, Bambang Lipuro, Pundong, Kretek, Sanden, Srandakan, Dlingo, Imogiri 8. Permukiman Sedayu, Pajangan, Kasihan, Piyungan, Pleret, Jetis, Bantul, Pandak, Bambang Lipuro, Pundong, Kretek, Sanden, Srandakan,Sewon, Banguntapan 9. Aksesibelitas Sedayu, Pajangan, Kasihan, Piyungan, Pleret, Jetis, Bantul, Pandak, Bambang Lipuro, Pundong, Kretek, Sanden, Srandakan, Dlingo, Imogiri 10. Rawan Bencana Pundong, Kretek, Dlingo, Imogiri, Piyungan, Pleret

19 Rencana Strategis Kabupaten Bantul BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dengan diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, yang berlaku efektif mulai bulan Januari 2001 sebagai landasan pelaksanaan desentralisasi pemerintahan, Kabupaten Bantul menerima banyak limpahan kewenangan yang lebih luas untuk menyelenggarakan pemerintahan dan kebijakan pembangunan secara otonom. Dalam kaitan ini telah banyak kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Bantul untuk mempersiapkannya sekalipun peraturan perundangan pelaksanaannya masih sangat terbatas. Menyadari akan banyaknya pelimpahan kewenangan yang diberikan serta menyadari akan keterbatasannya maka Pemerintah Kabupaten Bantul melakukan perubahan paradigma yang dikenal dengan paradigma baru. Perubahan mendasar dari paradigma baru adalah bahwa pembangunan harus dilaksanakan oleh 3 (tiga) komponen utama yaitu unsur masyarakat, swasta, dan pemerintah. Oleh karena itu hal yang mutlak harus dilaksanakan adalah pemberdayaan masyarakat dalam setiap kegiatan pembangunan. Penerapan otonomi daerah mestinya dapat diharapkan membawa semangat perubahan dalam mewujudkan tujuan pembangunan yaitu meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Namun karena sifatnya masih relatif baru maka wajar apabila masih banyak dijumpai kendala. Menyikapi kondisi tersebut diperlukan visi bersama yang mengarah kepada tindakan yang penuh kehati-hatian dan sikap arif dari semua pihak yang mempunyai tugas dan kewenangan dalam menentukan jalannya pemerintahan dan pembangunan di Kabupaten Bantul, termasuk di dalamnya masyarakat yang diharapkan dapat lebih berperan sebagai subyek dan pelaksana pembangunan. Berkenaan dengan kondisi tersebut pemerintah Kabupaten Bantul dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah memerlukan sebuah kebijakan sebagai petunjuk (guidance), penentu arah, sasaran dan tujuan, serta dengan cara bagaimana pemerintahan dan pembangunan akan dilakukan. Kebijakan itu diwujudkan dalam sebuah rencana strategis yang akan diterapkan pada tahun 2001 hingga Tujuan lainnya sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 108 tahun 2000 tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah, Rencana Strategis Pembangunan Kabupaten Bantul Tahun digunakan sebagai dasar penilaian kinerja Bupati dalam laporan pertanggung-jawabannya kepada DPRD selama 5 (lima) tahun ke depan. B. DESKRIPSI POTENSI Bantul merupakan salah satu wilayah kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, terletak di sebelah selatan Kota Yogyakarta dengan luas wilayah lebih kurang 506,85 km persegi, dibagi dalam 17 Kecamatan, 75 Desa, dan 933 Dusun.

20 Jumlah penduduk Kabupaten Bantul pada tahun 2000 berdasarkan hasil registrasi penduduk akhir tahun 2000 mencapai jiwa dengan kepadatan lebih dari jiwa per km persegi. Kondisi ini termasuk sangat padat bila dibandingkan dengan dua kabupaten lain yaitu Kulon Progo dan Gunung Kidul. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) perkapita atas dasar harga berlaku pada tahun 1998 sebesar Rp ,- naik menjadi Rp ,- pada tahun 1999 dan pada tahun 2000 naik menjadi Rp ,-. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar dibandingkan sektor-sektor lain dan merupakan sektor yang dominan dalam pembentukan PDRB hingga tahun 2000, yang mencapai 29,65% dari total PDRB. Angka pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Bantul tahun 1997 adalah 3,09%, sedang pada tahun 1998 adalah -9,35%. Pertumbuhan ekonomi yang minus ini menunjukkan bahwa produksi atau barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun 1998 jumlahnya menurun dibandingkan dengan produksi tahun Sedang pada tahun 1999 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Bantul (dalam hal ini dihitung melalui pertumbuhan pendapatan regional) mengalami pertumbuhan 1,36% dari tahun sebelumnya. Dan pada tahun 2000 pertumbuhan ekonomi mengalami pertumbuhan dua kali lebih besar dibandingkan tahun 1999, yaitu sebesar 3,06%. Secara garis besar sumbangan terbesar yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut diberikan oleh sektor industri pengolahan dengan pertumbuhan sebesar 5,86%, kemudian diikuti sektor jasa sebesar 3,72%, sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 3,67%, dan sektor pertanian sebesar 3,61%. (Sumber: PDRB Kabupaten Bantul , BPS Kab. Bantul dan Bappeda Kab. Bantul) Pada sektor kesejahteraan rakyat dalam bidang pendidikan pada tahun 1999/2000 terlihat adanya angka partisipasi pendidikan untuk SD/MI dengan Angka Partisipasi Kasar (APK) sebesar 106,18% dan Angka Partisipasi Murni (APM) sebesar 89,41%, tingkat APK SLTP/MTs sebesar 98,71% dan APM sebesar 73,67%, serta tingkat APK Sekolah Menengah/MA sebesar 48,53% dan APM sebesar 46,14%. Kemajuan pada bidang kesehatan dapat dilihat melalui angka harapan hidup (life expectancy) yang pada tahun 2000 mencapai 70 tahun bagi laki-laki dan 72 tahun bagi perempuan; angka kematian kasar (CDR) sebesar 5,37 permil; dan angka kematian ibu hamil dan bersalin (MMR) yang masih berkisar sekitar 181/ Adapun sarana kesehatan yang tersedia berupa Puskesmas sebanyak 26 unit, RSUD sebanyak 1 unit dan RS Swasta sebanyak 2 unit, dengan jumlah kapasitas tempat tidur sebanyak 262 buah. Kabupaten Bantul sebagai daerah agraris mempunyai potensi persawahan pada tahun 2000 seluas Ha, dengan rincian: - Irigasi teknis : Ha - Irigasi setengah teknis : Ha - Irigasi sederhana : 587 Ha - Irigasi desa/non PU : 159 Ha - Tadah hujan : Ha

21 Dari luas potensi di atas, titik berat pemanfaatan potensi irigasi dilakukan melalui pembinaan lembaga kemasyarakatan Persatuan Petani Pemakai Air (P3A), agar pemeliharaan dan pemanfaatan irigasi dapat lebih optimal. Komoditas pertanian yang dominan adalah jenis tanaman pangan dan hortikultura (padi, jagung, kacang tanah, kedelai, bawang merah, cabai, dan sebagainya). Di Kecamatan Bambanglipuro, Kretek, Sanden, dan sebagian Pundong tanaman komoditas yang paling banyak adalah bawang merah dan cabai. Kontribusi perikanan darat maupun laut serta tanaman perkebunan masih kecil bagi perekonomian masyarakat. Potensi daerah lainnya yang cukup besar kontribusinya terhadap pendapatan asli daerah (PAD) adalah sektor pariwisata, dengan jenis wisata alam, religius, budaya, dan industri kerajinan. Sektor ini masih sangat potensial untuk dikembangkan guna meningkatkan PAD dan pendapatan masyarakat luas. Lokasi potensi wisata Kabupaten Bantul tersebar di Kecamatan Kretek, Imogiri, Sanden, Srandakan, Pajangan, Kasihan, dan Piyungan. Sektor industri khususnya industri kerajinan rakyat dengan sentrasentranya, mempunyai peran yang sangat menonjol dalam mendukung sektor pariwisata. Seperti kerajinan gerabah, kulit, ukir kayu, batik, dan jenis-jenis kerajinan lainnya yang tersebar di bebarapa kecamatan, seperti kecamatan Kasihan, Pundong, Imogiri, Sewon, Pajangan, dan Pandak. Bahkan untuk subsektor ini wilayah pemasarannya tidak hanya berskala regional namun telah mencapai skala internasional. Pada sektor transportasi, sarana jalan aspal kabupaten dengan status mantap per Nopember 2000 baru mencapai sekitar 69,41% (368,43 km). Dengan demikian masih ada 30,59% (162,35 km) kondisi jalan aspal yang belum mantap. Untuk sarana jembatan masih terdapat beberapa jembatan penghubung maupun pendukung perkembangan perekonomian antarwilayah yang dipandang sangat perlu diperhatikan, seperti jembatan Bentoro, Srandakan II, Kasongan, Samas, Cemplung, dan beberapa jembatan penghubung antardesa. Pada bidang ketenagakerjaan, Bantul merupakan daerah penyangga bagi Kota Yogyakarta dalam penyediaan jasa tenaga kerja. Namun dalam kenyataannya tenaga kerja yang ada sebagian besar bukanlah tenaga kerja dengan keahlian yang profesional. Sehingga dari segi ekonomi penghasilannya masih jauh dari mencukupi untuk mencapai standar hidup sejahtera. Di Kabupaten Bantul pada tahun 1999 terdata sebanyak orang penganggur. C. MAKNA DAN ARTI PENTING PERENCANAAN STRATEGIS Disadari bersama bahwa tujuan utama pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam rangka mewujudkannya tentu saja harus dilaksanakan dengan tahapan-tahapan pembangunan sejalan dengan dinamika kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Tahapan dimaksud dituangkan dalam perencanaan strategis (RENSTRA) yang disusun untuk kurun waktu selama 5 (lima) tahun ke depan. Pelaksanaan pembangunan yang tertuang dalam Renstra tidak akan berjalan dengan baik apabila hanya bergantung pada pemerintah saja. Hal ini sangat terkait dengan terbatasnya sumber dana pemerintah daerah sebagai

22 penggerak roda pembangunan. Menyadari akan hal itu maka pemerintah Kabupaten Bantul dengan paradigma barunya terus berupaya meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam semua proses kegiatan pembangunan, dengan jalan melibatkan masyarakat sejak dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengembangan, sampai dengan pemeliharaan (pasca konstruksi). Perencanaan strategis pembangunan yang melibatkan 3 (tiga) pilar utama yaitu tokoh masyarakat, swasta, dan birokrat (pemerintah), disusun dan berpijak pada kondisi, potensi, dan permasalahan yang ada serta harus berpihak pada kebutuhan masyarakat. Keberpihakan kepada rakyat tersebut dituangkan dalam cita-cita luhur yang dikenal dengan visi. Berkenaan dengan permasalahan tersebut di atas maka diperlukan sebuah kebijakan bersama sebagai penentu arah dalam mencapai tujuan dan sasaran serta dengan cara bagaimana pemerintahan dan pembangunan akan dilakukan. Kebijakan itu diwujudkan dalam sebuah rencana strategis (RENSTRA) yang akan diterapkan pada tahun 2001 hingga D. MANFAAT PERENCANAAN STRATEGIS Perencanaan strategis sangat bermanfaat dan diperlukan untuk beberapa alasan yaitu: 1. Dengan ditetapkannya Perencanaan Strategis, organisasi pemerintahan bukan hanya sekedar bereaksi terhadap perubahan yang terjadi tetapi dapat mengantisipasi perubahan secara proaktif. 2. Dengan Perencanaan Strategis, organisasi pemerintahan dapat membangun strateginya sebagai bagian penting organisasi yang berorientasi pada hasil. Kapabilitas dan sumber daya difokuskan secara optimal untuk mencapai hasil yang diinginkan. 3. Perencanaan Strategis dapat memberikan komitmen pada aktivitas dan kegiatan di masa mendatang. Perencanaan strategis memerlukan pengumpulan informasi secara menyeluruh untuk kemudian menyiapkan analisis atas berbagai alternatif dan implikasi yang dapat diarahkan pada masa mendatang. 4. Perencanaan Strategis bersifat adaptif, fleksibel, dan mampu menjawab penyesuaian terhadap perkembangan yang muncul serta dapat memanfaatkan peluang yang ada. 5. Perencanaan Strategis dapat menggambarkan pelayanan prima pemerintahan, dalam hal ini pemerintah dan aparat dituntut untuk memberikan pelayanan yang prima, yaitu memberikan kepuasan masyarakat yang merupakan faktor penentu keberhasilan bagi setiap organisasi pemerintah. Oleh karena itu pola-pola pelayanan yang perlu diselenggarakan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. 6. Perencanaan Strategis dapat meningkatkan komunikasi, artinya implementasi perencanaan strategis akan dapat memfasilitasi komunikasi dan partisipasi, mengakomodasikan perbedaan kepentingan, dan mendorong proses pengambilan keputusan yang teratur serta keberhasilan pencapaian tujuan. Implementasi

23 perencanaan strategis dapat meningkatkan komunikasi baik vertikal maupun horisontal. E. LANDASAN HUKUM DAN SISTIMATIKA PENULISAN Rencana Strategis Pembangunan Daerah Kabupaten Bantul tahun ini disusun dengan memperhatikan peraturan perundangan yang berlaku, yaitu: 1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah; 2. Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah; 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) Tahun ; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 105 tahun 2000, tentang Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan daerah; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 Tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah. 6. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 Tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Adapun ruang lingkup dari rencana strategis ini adalah pelaksanaan pembangunan daerah Kabupaten Bantul tahun , dan disusun dengan alur pikir/sistematika penulisan sebagai berikut: BAB I: PENDAHULUAN, membahas mengenai latar belakang, diskripsi potensi daerah, makna dan arti penting perencanaan strategis, manfaat perencanaan strategis, landasan hukum, dan sistimatika penulisan. BAB II: VISI, MISI, DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH dimulai dengan perumusan Visi dan kemudian diturunkan (diderivasi) menjadi Misi. Dilanjutkan dengan uraian tentang Nilai-nilai, Analisis Lingkungan Internal (ALI) dan Analisis Lingkungan Eksternal (ALE), dan Faktor-faktor Keberhasilan ang dipergunakan sebagai motor penggerak utama dalam mencapai tujuan dan sasaran. Selanjutnya penentuan tujuan, sasaran, dan strategi (Cara mencapai Tujuan dan Sasaran) dituangkan dalam bentuk kebijakan. BAB III: PRIORITAS PEMBANGUNAN DAERAH yang membahas tentang faktor penentu program prioritas, prioritas program pembangunan, penyusunan perencanaan strategis. Uraian program/kegiatan disajikan di dalam Lampiran yang secara lengkap disusun dengan menggunakan matrik perencanaan strategis (PS) dari PS-1 (tahun 2001) sampai dengan PS-2 tahun ke-5 (tahun 2005). BAB IV: PENGUKURAN DAN EVALUASI KINERJA, berisi kerangka pengukuran kinerja, evaluasi kinerja, kesimpulan hasil evaluasi, dan analisis pencapaian akuntabilitas kinerja. BAB V: PENUTUP

24 BAB II VISI, MISI, DAN ARAH KEBIJAKAN DAERAH A. VISI Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa untuk mewujudkan tujuan pembangunan Kabupaten Bantul ditetapkan visi daerah, yaitu: "BANTUL PROJOTAMANSARI SEJAHTERA, DEMOKRATIS, DAN AGAMIS". Visi tersebut mengandung pengertian bahwa kondisi Kabupaten Bantul yang ingin diwujudkan di masa yang akan datang adalah Bantul yang produktifprofesional, ijo royo-royo, tertib, aman, sehat dan asri, sejahtera, dan demokratis, yang semuanya itu akan diwujudkan melalui misi. Produktif dalam arti bahwa semua potensi daerah baik sumberdaya alam maupun sumberdaya manusianya dapat berproduksi sehingga mampu memberikan andil terhadap pembangunan daerah. Profesional dalam arti penekanan kepada setiap warganya dari berbagai profesi, agar mereka betul-betul matang dan ahli di bidangnya masing-masing. Tolok ukur profesionalisme ini dapat dilihat dari kualitas hasil kerja dihadapkan kepada efisiensi penggunaan dana, sarana, tenaga, serta waktu yang diperlukan. Ijo Royo-royo dalam arti tidak ada sejengkal tanahpun yang diterlantarkan sehingga baik di musim hujan maupun di musim kemarau di manapun akan tampak suasana yang rindang. Dalam hal ini perlu diingatkan kepada masyarakat Bantul bahwa bagaimanapun Kabupaten Bantul tumbuh terlebih dahulu sebagai kawasan agronomi yang tangguh dalam rangka mendukung tumbuh berkembangnya sektor industri yang kuat di masa mendatang. Tertib dalam arti bahwa setiap warga negara secara sadar menggunakan hak dan menjalankan kewajibannya dengan sebaik-baiknya sehingga terwujud kehidupan pemerintahan dan kemasyarakatan yang tertib semuanya secara pasti, berpedoman pada sistem ketentuan hukum/perundang-undangan yang esensial untuk terciptanya disiplin nasional. Aman dalam arti bahwa terwujudnya tertib pemerintahan dan tertib kemasyarakatan akan sangat membantu terwujudnya keamanan dan ketentraman masyarakat. Kondisi aman ini perlu ditunjang demi terpeliharanya stabilitas daerah. Sehat dalam arti bahwa tertibnya lingkungan hidup yang akan dapat menjamin kesehatan jasmani dan rohani bagi masyarakat/manusia yang menghuninya. Asri dalam arti bahwa upaya pengaturan tata ruang di desa dan di kota dapat serasi, selaras, dan seimbang dengan kegiatan-kegiatan manusia yang menghuninya sehingga akan menumbuhkan perasaan kerasan, asri tidak mewah tetapi lebih cenderung memanfaatkan potensi lingkungan yang bersandar pada kreativitas manusiawi. Sejahtera dalam arti bahwa kebutuhan dasar masyarakat Kabupaten Bantul telah terpenuhi secara lahir dan batin. Demokratis dalam arti bahwa adanya kebebasan berpendapat, berbeda pendapat, dan menerima pendapat orang lain. Akan tetapi apabila sudah menjadi keputusan harus dilaksanakan bersama-sama dengan penuh rasa tanggung jawab.

25 Agamis dalam arti bahwa kehidupan masyarakat Bantul senantiasa diwarnai oleh nilai-nilai religiusitas dan budi pekerti yang luhur. Pentingnya aspek agama tidak diartikan sebagai bentuk primordialisme untuk suatu agama tertentu, tetapi harus diartikan secara umum bahwa nilai-nilai luhur yang dianut oleh semua agama semestinya dapat diterapkan dalam interaksi sosial sehari-hari. B. MISI Misi merupakan pernyataan tentang tujuan operasional organisasi (pemerintah) yang diwujudkan dalam produk dan pelayanan, sehingga dapat mengikuti irama perubahan zaman bagi pihak-pihak yang berkepentingan pada masa mendatang. Sebagai penjabaran dari visi yang telah ditetapkan di atas, pernyataan misi mencerminkan tentang segala sesuatu yang akan dilaksanakan untuk pencapaian visi tersebut. Dengan adanya pernyataan misi organisasi, maka akan dapat dijelaskan mengapa organisasi eksis dan apa maknanya pada masa yang akan datang. Adapun misi Kabupaten Bantul adalah sebagai berikut: 1. Mewujudkan kesejahteraan dengan prioritas mencerdaskan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang didasarkan pada keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bertanggung jawab. 3. Mewujudkan demokratisasi dalam segala aspek kehidupan, menghormati hak asasi manusia, dan menjamin tegaknya supremasi hukum. 4. Mewujudkan peningkatan produksi, produktivitas, dan nilai tambah hasilhasil potensi daerah yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. C. NILAI-NILAI Nilai-nilai (values) adalah hal-hal yang dijunjung tinggi oleh organisasi dalam perjalanan mewujudkan visi. Dengan kata lain nilai merupakan prinsip sosial, tujuan, ataupun norma yang diterima oleh individu organisasi atau masyarakat. Nilai memberikan batasan dan tuntunan dalam pemilihan cara-cara yang ditempuh dalam mewujudkan visi. Atas dasar nilai itu maka tidak semua cara boleh ditempuh. Untuk mencapai visi Kabupaten Bantul maka nilai utama yang dijadikan pedoman antara lain asas kebersamaan, keterbukaan, jujur, adil, demokratis, dan dapat dipertanggungjawabkan. Nilai-nilai tersebut harus melandasi jalannya roda pemerintahan sehingga menjadi pemerintahan yang baik (Good Governance) dengan karakteristik sebagai berikut: 1. Transparansi. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi. Adanya sifat keterbukaan bagi semua pihak yang berkepentingan terhadap semua informasi terkait, seperti berbagai aturan, kebijakan pemerintah di berbagai kegiatan. Proses-proses, lembaga-lembaga, dan informasi secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor. 2. Dapat dipertanggungjawabkan (akuntabel). Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau untuk menjawab

26 dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/ pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau kewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta, dan masyarakat bertanggungjawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi. 3. Demokratis. Dalam arti masyarakat diberikan kebebasan dalam mengemukakan pendapat, berbeda pendapat dan menerima pendapat orang lain. Akan tetapi apabila sudah menjadi keputusan harus dilaksanakan bersama-sama dengan penuh rasa tanggung jawab. 4. Pelayanan Prima. Pelayanan kepada masyarakat merupakan hal yang utama untuk diperhatikan. Dalam hal ini kepuasan masyarakat merupakan faktor penentu keberhasilan bagi setiap organisasi (pemerintah) untuk tetap dapat diterima oleh masyarakat. Untuk itu pola-pola pelayanan yang perlu diselenggarakan harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat. 5. Efektivitas dan efisiensi. Proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang telah digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin. 6. Partisipasi. Setiap warga Bantul mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi tersebut dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif. Prinsip pembangunan adalah dari, oleh, dan untuk rakyat. Oleh karenanya rakyat harus dilibatkan dalam setiap proses pembangunan yaitu dari perencanaan, pelaksanaan dan pemeliharaan/pasca konstruksi. D. TUJUAN DAN SASARAN 1. TUJUAN Tujuan pembangunan Kabupaten Bantul pada tahun yang merupakan implementasi dari misi adalah sebagai berikut: a. Mencukupi kebutuhan dasar dengan prioritas meningkatkan kecerdasan dan derajat kesehatan masyarakat yang dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Menata kelembagaan pemerintah yang mendukung kinerja pemerintahan yang profesional, efektif dan efisien, dan bebas KKN c. Meningkatkan sistem pengawasan yang efektif d. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam proses penentuan kebijakan e. Mewujudkan ketertiban, ketentraman, dan keamanan kehidupan bermasyarakat f. Memberdayakan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan dengan semangat gotong royong untuk menanggulangi kemiskinan

27 g. Mengoptimalkan pemanfaatan potensi daerah yang berwawasan lingkungan. 2. SASARAN Dengan memperhatikan tujuan tersebut di atas dapat ditetapkan rumusan sasaran pembangunan daerah periode tahun sebagai berikut: a. Tercapainya peningkatan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta budi pekerti yang luhur b. Tercukupinya kebutuhan dasar masyarakat yang meliputi pangan, sandang, papan, pendidikan, dan kesehatan c. Terlaksananya penataan kelembagaan pemerintahan yang efektif dan efisien d. Terselenggaranya pengawasan internal dan eksternal e. Tercapainya peningkatan partisipasi masyarakat dalam proses penentuan kebijakan pemerintah kabupaten f. Terwujudnya ketertiban, ketentraman, dan keamanan kehidupan bermasyarakat g. Tercapainya peningkatan Pendapatan Asli Daerah dan PDRB h. Terjaganya kelestarian lingkungan untuk mendukung pembangunan yang berkelanjutan i. Terlaksananya pemberdayaan masyarakat dan lembaga kemasyarakatan dengan semangat gotong royong untuk mengurangi kemiskinan. Sasaran-sasaran tersebut di atas masih bersifat kualitatif dan akan dijabarkan lebih lanjut menjadi sasaran kuantitatif pada matrik rencana strategis untuk masing-masing sasaran. E. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 1. Analisis Lingkungan Strategis Kinerja sangat dipengaruhi oleh bagaimana suatu organisasi (pemerintahan) menerima sukses atau mengalami kegagalan dari suatu misi organisasi pemerintah. Faktor-faktor keberhasilan berfungsi untuk lebih memfokuskan strategi dalam rangka pencapaian tujuan dan misi organisasi pemerintahan secara sinergis dan efisien. Berdasarkan kajian analisis lingkungan internal (ALI) terdapat beberapa hal yang merupakan unsur kekuatan yaitu: a. Memiliki jumlah penduduk dan angkatan kerja yang relatif banyak b. Terjalinnya hubungan yang sinergis antara ulama dan umaro c. Memiliki sumberdaya alam yang potensial (lahan pertanian, pariwisata, pertambangan, dan kelalutan) d. Memiliki struktur organisasi yang sudah berorientasi pada kewenangan wajib yang dimiliki e. Adanya komitmen pemerintah daerah untuk meningkatkan mutu pendidikan dan kesehatan masyarakat

28 f. Kondisi wilayah yang aman dan kondusif. Adapun yang merupakan unsur kelemahan yaitu: a. Adanya pola pikir, pola sikap, dan pola tindak sebagian masyarakat yang masih relatif rendah/sempit b. Rendahnya kemampuan keuangan daerah c. Belum adanya kesamaan persepsi dan tolok ukur kinerja d. Kualitas sarana dan prasarana publik yang belum memadai e. Penataan organisasi yang belum selesai. Sedangkan berdasarkan analisis lingkungan eksternal (ALE), yang merupakan unsur peluang adalah: a. Diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah b. Adanya tawaran kerjasama/kemitraan dari pihak ketiga baik dalam negeri maupun luar negeri (Pemerintah, Investor, Universitas, LSM, dan masyarakat luas) c. Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan informasi d. Komitmen pemerintah untuk mewujudkan pariwisata sebagai sumber pendapatan. RENCANA TATA RUANG WILAYAH Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Bantul. Hal tersebut merupakan salah satu upaya perencanaan program pembangunan yang memperhatikan suatu tatanan wilayah yang terpadu dan teratur. Secara garis besar arah pengembangan dan pembangunan daerah mengacu pada RTRW Kabupaten Bantul yang terbagi menjadi enam Satuan Wilayah Pengembangan (SWP), yaitu: 1. SWP I : Kecamatan Sedayu, Pajangan, dan sebagian Kec. Kasihan (Desa Bangunjiwo) Pembangunan diarahkan untuk pengembangan kawasan pertanian lahan basah, industri, dan permukiman (kota baru). 2. SWP II : Kecamatan Kasihan, Sewon, dan Banguntapan Pembangunan diarahkan untuk pengembangan kawasan permukiman dan pelayanan yang berorientasi perkotaan. 3. SWP II I: Kecamatan Piyungan Pembangunan diarahkan untuk pengembangan kawasan industri dan pertanian lahan basah. 4. SWP IV : Kecamatan Srandakan, Sanden, dan Kretek Pembangunan diarahkan untuk pengembangan kawasan pertanian lahan basah, permukiman, peternakan, perikanan, dan wisata. 5. SWP V : Kecamatan Bantul, Pajangan, Pandak, Bambanglipuro, Pundong, dan Pleret

29 Satuan Wilayah Pengembangan ini dipusatkan di Kota Bantul. Pembangunan diarahkan untuk pengembangan kawasan industri, permukiman, pertanian lahan basah, dan wisata alam. 6. SWP VI : Kecamatan Imogiri dan Dlingo Pembangunan diarahkan untuk pengembangan budi daya pertanian dan hutan lindung bawahan. Untuk mendukung program kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru, maka tiga kecamatan telah dijadikan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru, yaitu Kecamatan Piyungan, Kecamatan Pundong, dan Kecamatan Srandakan. Selain penataan wilayah seperti tersebut di atas, pembangunan di Kabupaten Bantul juga mengacu pada Perda No. 01 tahun 1994 tentang Rencana Umum Tata Ruang Daerah Kabupaten Bantul yang menunjukkan pemanfaatan ruang wilayah. Pembagian pemanfaatan ruang di Kabupaten Bantul secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Budidaya Pertanian, terdiri dari: Kawasan Lahan Basah Non Irigasi; Kawasan Lahan Basah Irigasi; Kawasan Pertanian Lahan Kering. 2. Budidaya Non Pertanian, terdiri dari: Kawasan Industri; Kawasan Perumahan Baru; Kawasan Perkotaan; Kawasan Pariwisata. Pemanfaatan ruang di Kabupaten Bantul secara spasial menggambarkan suatu lokasi yang akan dikembangkan dengan didukung baik oleh potensi maupun kesesuaian lahannya.

30 PEMBAGIAN ADMINISTRATIF Tabel 1. Jumlah Desa, Pedukuhan, dan Luas Kecamatan di Kabupaten Bantul No. Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Pedukuhan Luas (Km2) 1 Srandakan Sanden Kretek Pundong Bambanglipuro Pandak Pajangan Bantul Jetis Imogiri Dlingo Banguntapan Pleret Piyungan Sewon Kasihan Sedayu Jumlah Sumber : Bagian Tata Pemerintahan Setda Kab. Bantul Tabel 2. Status Desa (Pedesaan/Perkotaan) Kabupaten Bantul No. Kecamatan Status Desa/Kelurahan Pedesaan Pekotaaan 1 Srandakan Poncosari Trimurti 2 Sanden Srigading Gadingsari Gadingharjo Murtigading 3 Kretek Tirtohargo Parangtritis Tirtosari Tirtomulyo 4 Pundong Seloharjo Panjangrejo Donotirto Srihardono 5 Bambanglipuro Sumbermulyo Sidomulyo Mulyodadi

31 6 Pandak Caturharjo Triharjo Gilangharjo Wijirejo 7 Bantul Sabdodadi Palbapang Ringinharjo Bantul Trirenggo 8 Imogiri Selopamioro Sriharjo Karangtengah 9 Dlingo Mangunan Muntuk Temuwuh Jatimulyo Terong 10 Jetis Patalan Canden 11 Pleret Bawuran Wonolelo Segoroyoso Kebonagung Karangtalun Imogiri Wukirsari Girirejo Dlingo Trimulyo Sumberagung Wonokromo Pleret 12 Piyungan Sitimulyo Srimulyo Srimartani 13 Banguntapan Tamanan Jagalan Singosaren Wirokerten Jambidan Potorono 14 Sewon Pendowoharjo Timbulharjo 15 Kasihan Tamantirto Ngestiharjo Bangunjiwo Baturetno Banguntapan Bangunharjo Panggungharjo Tirtonirmolo 16 Pajangan Guwosari Triwidadi Sendangsari 17 Sedayu Argodadi Argomulyo Argosari Argorejo Sumber : Bagian Tata Pemerintahan Setda Kab. Bantul PENGGUNAAN LAHAN Tabel 13. Perubahan tanah pertanian menjadi tanah non pertanian (Ijin Pengeringan) di Kabupaten Bantul Tahun 2004 No. Kecamatan/Kelurahan Jumlah Luas (m2) Jumlah Bidang I BANGUNTAPAN

32 1 Banguntapan 2 Baturetno 3 Potorono 4 Tamanan 5 Wirokerten 6 Singosaren 7 Jambidan II SEWON 1 Panggungharjo 2 Bangunharjo 3 Pendowoharjo 4 Timbulharjo III BANTUL 1 Bantul 2 Ringinharjo 3 Trirenggo 4 Sabdodadi 5 Palbapang IV KASIHAN 1 Tirtonirmolo 2 Ngestiharjo 3 Tamantirto 4 Bangunjiwo V PIYUNGAN Srimartani Srimulyo Sitimulyo VI BAMBANGLIPURO 1 Mulyodadi 2 Sidomulyo 3 Sumbermulyo VII JETIS 1 Canden 2 Sumberagung 3 Patalan 4 Trimulyo VIII KRETEK 1 Donotirto 2 Parangtritis IX PLERET 1 Pleret 2 Wonokromo X PANDAK 637 2

33 1 Caturharjo 2 Wijirejo XI PAJANGAN 1 Guwosari 2 Triwidadi 3 Sendangsari XII SRANDAKAN 1 Poncosari XIII PUNDONG 1 Panjangrejo XIV IMOGIRI 1 Sriharjo 2 Imogiri XV SEDAYU 1 Argomulyo 2 Argorejo 3 Argosari TOTAL Sumber : Kantor BPN Kab. Bantul Tabel 14. Klasifikasi penggunaan lahan di Kabupaten Bantul tahun 2002 dan 2004 Luas (Ha) No. Klasifikasi Kampung/Pemukiman 3.606, ,24 2 Kebun Campur , ,50 3 Sawah , ,30 4 Tegalan 6.638, ,90 5 Perkebunan Rakyat Hutan 1.385, ,00 7 Tanah Tandus 573,00 573,00 8 Tanah Kosong Telaga/Waduk Lain-lain 5.616,05 5, TOTAL , ,99 Sumber : Kantor BPN Kab. Bantul Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa terdapat kecenderungan adanya penurunan luas lahan pertanian pada sawah dan tegalan. Lahan pertanian tersebut dimungkinkan mengalami perubahan fungsi yang umumnya berubah menjadi kampung/pemukiman, kantor/pabrik, dan sarana perhubungan. Dengan kondisi

34 demikian perlu disusun langkah antisipasi terhadap penurunan hasil pertanian untuk dapat mempertahankan kondisi swasembada pangan, terutama terhadap perubahan fungsi dari pertanian (lahan basah) menjadi lahan yang tidak produktif. RENCANA TATA RUANG WILAYAH Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) sangat diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Bantul. Hal tersebut merupakan salah satu upaya perencanaan program pembangunan yang memperhatikan suatu tatanan wilayah yang terpadu dan teratur. Secara garis besar arah pengembangan dan pembangunan daerah mengacu pada RTRW Kabupaten Bantul yang terbagi menjadi enam Satuan Wilayah Pengembangan (SWP), yaitu: 1. SWP I : Kecamatan Sedayu, Pajangan, dan sebagian Kec. Kasihan (Desa Bangunjiwo) Pembangunan diarahkan untuk pengembangan kawasan pertanian lahan basah, industri, dan permukiman (kota baru). 2. SWP II : Kecamatan Kasihan, Sewon, dan Banguntapan Pembangunan diarahkan untuk pengembangan kawasan permukiman dan pelayanan yang berorientasi perkotaan. 3. SWP II I: Kecamatan Piyungan Pembangunan diarahkan untuk pengembangan kawasan industri dan pertanian lahan basah. 4. SWP IV : Kecamatan Srandakan, Sanden, dan Kretek Pembangunan diarahkan untuk pengembangan kawasan pertanian lahan basah, permukiman, peternakan, perikanan, dan wisata. 5. SWP V : Kecamatan Bantul, Pajangan, Pandak, Bambanglipuro, Pundong, dan Pleret Satuan Wilayah Pengembangan ini dipusatkan di Kota Bantul. Pembangunan diarahkan untuk pengembangan kawasan industri, permukiman, pertanian lahan basah, dan wisata alam. 6. SWP VI : Kecamatan Imogiri dan Dlingo Pembangunan diarahkan untuk pengembangan budi daya pertanian dan hutan lindung bawahan. Untuk mendukung program kecamatan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru, maka tiga kecamatan telah dijadikan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru, yaitu Kecamatan Piyungan, Kecamatan Pundong, dan Kecamatan Srandakan. Selain penataan wilayah seperti tersebut di atas, pemwah bangunan di Kabupaten Bantul juga mengacu pada Perda No. 01 tahun 1994 tentang Rencana Umum Tata Ruang Daerah Kabupaten Bantul yang menunjukkan pemanfaatan ruang wilayah. Pembagian pemanfaatan ruang di Kabupaten Bantul secara garis besar dibedakan menjadi dua yaitu:

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA KABUPATEN BANTUL TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BANTUL,

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA KABUPATEN BANTUL TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BANTUL, BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG ALOKASI DANA DESA KABUPATEN BANTUL TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dengan telah ditetapkannya Peraturan Daerah

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG PAGU RUMAH TANGGA SASARAN PENERIMA MANFAAT BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN DAN DESA SE-KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PAGU RUMAH TANGGA SASARAN PENERIMA MANFAAT BERAS UNTUK RUMAH TANGGA MISKIN DI KECAMATAN DAN DESA SE-KABUPATEN BANTUL TAHUN 2014 BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG PAGU RUMAH TANGGA SASARAN PENERIMA MANFAAT PROGRAM SUBSIDI BERAS BAGI MASYARAKAT BERPENDAPATAN RENDAH (RASKIN/RASTRA)

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 05 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN BANTUAN KEUANGAN KEPADA DESA ATAS PEMANFAATAN TANAH KAS DESA UNTUK FASILITAS UMUM DALAM BENTUK DANA

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DI KABUPATEN BANTUL

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DI KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN APOTEK DI KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa apotek merupakan salah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.108,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tata, Cara, pengalokasian, besaran alokasi, Pajak Daerah, Retribusi Daerah, desa, Tahun Anggaran

Lebih terperinci

Nama SKPD Alamat Status

Nama SKPD Alamat  Status Daftar Alamat E-mail Resmi OPD di Lingkungan Pemkab. Bantul Nama SKPD Alamat E-mail Status Dinas 1 Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga dikpora@bantulkab.go.id 2 Dinas Sosial, Pemberdayaan Perempuan dan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2016 No.84,2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAH DESA.KEUANGAN DESA.Pedoman.Bantuan Keuangan. Dana Kompensasi.Pemanfaatan.Tanah

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 249 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 249 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 249 TAHUN 2016 TENTANG PEMBERIAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN SAMPAI DENGAN TRIWULAN KEDUA

Lebih terperinci

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN SEMESTER II TAHUN 2016 MENURUT JENIS KELAMIN PER DESA

DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN SEMESTER II TAHUN 2016 MENURUT JENIS KELAMIN PER DESA DATA AGREGAT KEPENDUDUKAN SEMESTER II TAHUN 2016 MENURUT JENIS KELAMIN PER DESA a. Kecamatan Jetis NO DESA/KELURAHAN L P JUMLAH 1 PATALAN 5,982 6,175 12,157 2 CANDEN 6,005 6,021 12,026 3 SUMBERAGUNG 7,583

Lebih terperinci

Pengarusutamaan Gender Berbasis Spasial untuk Pengurangan Risiko Bencana

Pengarusutamaan Gender Berbasis Spasial untuk Pengurangan Risiko Bencana antarafoto.com salimah.or.id pmibantul Pengarusutamaan Gender Berbasis Spasial untuk Pengurangan Risiko Bencana Lalitya Narieswari, Sri Lestari Munajati, Mone Iye C. Marschiavelli, Habib Subagio National

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2014 No.57,2014 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Setda Kabupaten Bantul. Pemberian, bantuan keuangan, desa. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 93 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.33,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tata, cara, alokasi, besaran, bagian hasil, pajak daerah, retribusi daerah, desa. BUPATI BANTUL

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.60,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Perubahan Kedua, Peraturan Bupati Bantul, Tatacara, pengalokasian, besaran alokasi, dana desa. BUPATI

Lebih terperinci

LAMPIRAN INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA INSTRUMEN PEDOMAN WAWANCARA Fenomena yang diamati Dimensi Indikator Pertanyaan EfektivitaspelaksanaanK Ketepatankebij Muatankebijakanterhada a. Apakah SKPG telahsesuaidijalankan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tatacara, pengalokasian, besaran alokasi, dana desa.

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tatacara, pengalokasian, besaran alokasi, dana desa. 1 2015 No.29,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tatacara, pengalokasian, besaran alokasi, dana desa. BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta sendiri memiliki daerah-daerah yang terkhusus pada rawan bencana. Sejumlah 301 dari 438 desa di DIY menyandang status rawan bencana alam

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 17 TAHUN 2017 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN BESARAN DANA DESA SETIAP DESA TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG 1 2016 No.70,2016 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Kantor Pemberdayaan Masyarakat Desa Kabupaten Bantul. PEMBANGUNAN. KESEJAHTERAAN. MASYARAKAT. DESA. Pedoman. Bantuan Keuangan Khusus. BUPATI BANTUL DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 103 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PEMBAGIAN DAN PENETAPAN

Lebih terperinci

DATA PUAP / LKMA KABUPATEN BANTUL

DATA PUAP / LKMA KABUPATEN BANTUL DATA PUAP / LKMA KABUPATEN BANTUL BPS Gapoktan LKMA Ketua/Manager Koordinat 2008 2009 200 20 Srandakan Poncosari Sari Kismo Sari Kismo Waluyo 2 2 Trimurti Sido Maju Tani Murti Untung Suparmadi 2 Sanden

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.30,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tatacara, pembagian, penetapan, rincian, dana desa, setiap, desa, Kabupaten Bantul. BUPATI BANTUL DAERAH

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PENYALURAN ALOKASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2016 YANG TERTUNDA PENYALURANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2013

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR TAHUN 2013 BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 83. 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN TIM TEKNIS PINJAMAN DANA BERGULIR PEMBERDAYAAN EKONOMI KELUARGA MISKIN DI KECAMATAN SE-KABUPATEN BANTUL TAHUN 2013 BUPATI

Lebih terperinci

Tentang TAKSIRAN PANJAR ( VOORSCHOT ) BIAYA PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI BANTUL KETUA PENGADILAN NEGERI BANTUL

Tentang TAKSIRAN PANJAR ( VOORSCHOT ) BIAYA PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI BANTUL KETUA PENGADILAN NEGERI BANTUL KEPUTUSAN KETUA PENGADILAN NEGERI BANTUL NOMOR : W13-U5/1922/HK.02/VI/2017 Tentang TAKSIRAN PANJAR ( VOORSCHOT ) BIAYA PERKARA PERDATA PADA PENGADILAN NEGERI BANTUL KETUA PENGADILAN NEGERI BANTUL Membaca

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL 1 2015 No.103,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tata, Cara, pembagian, penetapan, rincian, dana desa, Kabupaten Bantul, Tahun Anggaran 2016.

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL 1 2015 No.102,2015 BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL Bagian Pemerintahan Desa Sekretariat Daerah Kabupaten Bantul. Tata, Cara, pengalokasian, besaran alokasi, dana desa, Tahun Anggaran 2016. BUPATI BANTUL

Lebih terperinci

DAFTAR NAMA DAN ALAMAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI/SWASTA KABUPATEN BANTUL

DAFTAR NAMA DAN ALAMAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI/SWASTA KABUPATEN BANTUL DAFTAR NAMA DAN ALAMAT SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) NEGERI/SWASTA KABUPATEN BANTUL SMP Negeri Nomor NSS NPSN NAMA SEKOLAH ALAMAT DESA KECAMATAN KABUPATEN/KOTA STATUS 1 201040110015 20400339 SMP NEGERI

Lebih terperinci

RENCANA POLA TANAM DAN TATA TANAM GLOBAL DETAIL PADA MUSIM HUJAN SERTA PENJELASAN POLA TANAM DI KABUPATEN BANTUL TANGGAL

RENCANA POLA TANAM DAN TATA TANAM GLOBAL DETAIL PADA MUSIM HUJAN SERTA PENJELASAN POLA TANAM DI KABUPATEN BANTUL TANGGAL RENCANA POLA TANAM DAN TATA TANAM GLOBAL DETAIL PADA MUSIM HUJAN TAHUN 2013 / 2014 DAN MUSIM KEMARAU TAHUN 2014 SERTA PENJELASAN POLA TANAM DI KABUPATEN BANTUL Daerah Irigasi Kewenangan Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

BADAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA TAHUN 2009

BADAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA TAHUN 2009 KELUARGA KABUPATEN BANTUL TAHUN 2008 BADAN KESEJAHTERAAN KELUARGA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA TAHUN 2009 ADMINISTRATIF KAB. BANTUL SECARA ADMINISTRATIF KABUPATEN BANTUL TERDIRI DARI 17

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 44 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPADA DESA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 218 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 218 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 218 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN TIM PELAKSANA PELAYANAN ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL TAHUN 2015 BUPATI BANTUL,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi pusat perhatian dalam pembangunan nasional, khususnya yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Tanaman Pangan merupakan komoditas penting dan strategis, karena pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia, hal

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04" ' 27"

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. DIY. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 07 44' 04 ' 27 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari lima kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kabupaten Bantul terletak di sebelah selatan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten

BAB II GAMBARAN UMUM. Progo, Kabupaten Gunung Kidul, dan Kota Yogyakarta. Secara geografis, Kabupaten BAB II GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang berada di wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN BAB II DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN A. Deskripsi Umum Kabupten Bantul a. Geografis Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah seluruhnya

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM 51 BAB IV GAMBARAN UMUM A. Keadaan Geografis 1. Keadaan Alam Wilayah Kabupaten Bantul terletak antara 07 o 44 04 08 o 00 27 Lintang Selatan dan 110 o 12 34 110 o 31 08 Bujur Timur. Luas wilayah Kabupaten

Lebih terperinci

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B PENGADLAN NEGER BANTUL KELAS B KEPUTUSAN KETUA PENGADLAN NEGER BANTUL NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BESARAN BAYA PERKARA PERDATA PADA PENGADLAN NEGER BANTUL KETUA PENGADLAN NEGER BANTUL,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui adalah sumber daya lahan. Sumber daya lahan sangat penting bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia sekarang masih tergolong tinggi berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu 1,49 % per tahun, akibatnya diperlukan usaha

Lebih terperinci

BAB III PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN, PUSAT KULINER DAN WATERPARK DI PANTAI DEPOK, BANTUL

BAB III PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN, PUSAT KULINER DAN WATERPARK DI PANTAI DEPOK, BANTUL BAB III PENGEMBANGAN TEMPAT PELELANGAN IKAN, PUSAT KULINER DAN WATERPARK DI PANTAI DEPOK, BANTUL 3.1 Tinjauan Umum Kabupaten Bantul 3.1.1 Letak Geografis, Luas Wilayah dan Batas Administrasi Secara geografis,

Lebih terperinci

DAFTAR NAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ( SMP ) & MADRASAH TSANAWIYAH ( MTs ) KABUPATEN BANTUL TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010

DAFTAR NAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ( SMP ) & MADRASAH TSANAWIYAH ( MTs ) KABUPATEN BANTUL TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010 DAFTAR NAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA ( SMP ) & MADRASAH TSANAWIYAH ( MTs ) KABUPATEN TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010 NO NPSN NSS Nama Sekolah Alamat Status Sekolah Desa / Kalurahan 01 20400302 201040101001

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH Bengkulu Tengah yang Lebih Maju, Sejahtera, Demokratis, Berkeadilan, Damai dan Agamis 1. Maju, yang diukur dengan : (a) meningkatnya investasi;

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PENUNJUKAN KOORDINATOR TENAGA KERJA SUKARELA OTONOM (TKS-O) DAN TENAGA KERJA SUKARELA OTONOM (TKS-O) PROGRAM

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL

BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL BAB III TINJAUAN WILAYAH BANTUL 3.1. Tinjauan Kabupaten Bantul 3.1.1. Tinjauan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu Kabupaten dari 5 Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman,

KEADAAN UMUM WILAYAH. Projotamansari singkatan dari Produktif-profesional, ijo royo royo, tertib, aman, IV. KEADAAN UMUM WILAYAH A. Keadaan Fisik Daerah Kabupaten Bantul merupakan kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibukotanya adalah Bantul. Motto dari Kabupaten ini adalah Projotamansari

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN OBJEK. a. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia

BAB IV GAMBARAN OBJEK. a. Sebelah Utara : Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman. b. Sebelah Selatan : Samudera Indonesia BAB IV GAMBARAN OBJEK A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Keadaan Alam Sumber data yang di dapat dari Disdukcapil Kab. Bantul. Kabupaten Bantul terletak di sebelah Selatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,

Lebih terperinci

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN

MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN MATRIK TAHAPAN RPJP KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2005-2025 TAHAPAN I (2005-2009) TAHAPAN I (2010-2014) TAHAPAN II (2015-2019) TAHAPAN IV (2020-2024) 1. Meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat Kabupaten

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 234 TAHUN 2011

BUPATI BANTUL KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 234 TAHUN 2011 BUPAT BANTUL KEPUTUSAN BUPAT BANTUL NOMOR 234 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA POLA TANAM DAN TATA TANAM GLOBAL DETAL PADA MUSM HUJAN TAHUN 2011/2012 DAN MUSM KEMARAU TAHUN 2012 BUPAT BANTUL Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS IIV.1 Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Ngawi saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi lima tahun ke depan perlu mendapat

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. dilakukan terhadap permasalahan, maka dapat diambil kesimpulan:

BAB V PENUTUP. dilakukan terhadap permasalahan, maka dapat diambil kesimpulan: BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan, maka dapat diambil kesimpulan: 1. Partisipasi anggaran berpengaruh positif

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG 1 2016 No.11,2016 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTUL Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Bantul. PEMERINTAH DAERAH. Rencana. Pembangunan. Jangka Menengah. Daerah. Tahun 2016-2021. (Penjelasan

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur,

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak diantara koordinat 110 o o Bujur Timur, IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul adalah salah satu wilayah kabupaten yang terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang dijadikan sebagai objek

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah (pilkada).

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian di Indonesia bermuara pada pembangunan usaha tani dengan berbagai kebijakan yang memiliki dampak secara langsung maupun tidak langsung dalam mendukung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Bantul merupakan bagian integral dari wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang mempunyai 17 kecamatan. Letak astronominya antara 110º12 34 sampai 110º31

Lebih terperinci

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016

DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DRAFT RANCANGAN AWAL RPJMD KABUPATEN GUNUNGKIDUL TAHUN 2016-2021 Disampaikan pada Forum Konsultasi Publik Rabu, 6 April 2016 DASAR PENYUSUNAN Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Lebih terperinci

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016

Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi. Jambi, 31 Mei 2016 Disampaikan oleh: Kepala Bappeda provinsi Jambi Jambi, 31 Mei 2016 SUMBER PERTUMBUHAN PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA 1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi Jambi pada Februari 2015 sebesar 4,66

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek

KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kecamatan Kretek III. KARAKTERISTIK WILAYAH A. Kecamatan Kretek Kecamatan Kretek merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Bantul. Gambar 5. Peta Administrasi Kecamatan Kretek 17 18 Secara geografis Kecamatan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI KECAMATAN SE-KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkokoh

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI KECAMATAN SE-KABUPATEN BANTUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memperkokoh

Lebih terperinci

PROFIL PASAR DESA DI KABUPATEN BANTUL KANTOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA KABUPATEN BANTUL OKTOBER 2014

PROFIL PASAR DESA DI KABUPATEN BANTUL KANTOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA KABUPATEN BANTUL OKTOBER 2014 PROFIL PASAR DESA DI KABUPATEN BANTUL KANTOR PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA KABUPATEN BANTUL OKTOBER 2014 1 Daftar Isi 1. Pasar Triwindu Desa Bangunharjo Kecamatan Sewon 3 2. Pasar Kepek Desa Timbulharjo

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEGAL DRAFTING... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEGAL DRAFTING... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEGAL DRAFTING... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... i ii iii vi xii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Landasan Hukum... I-2 1.3. Hubungan RPJMD

Lebih terperinci

DAFTAR NAMA SEKOLAH DASAR ( SD ) & MADRASAH IBTIDAIYAH ( MI ) KABUPATEN BANTUL TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010

DAFTAR NAMA SEKOLAH DASAR ( SD ) & MADRASAH IBTIDAIYAH ( MI ) KABUPATEN BANTUL TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010 DAFTAR NAMA SEKOLAH DASAR ( SD ) & MADRASAH IBTIDAIYAH ( MI ) KABUPATEN BANTUL TAHUN PELAJARAN 2009 / 2010 No NPSN NSS Nama Alamat 001 20400469 101040101001 SD Bantul Manunggal Jl. Gatot Subroto, Ringinharjo,

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara

KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL. Kabupaten Bantul terdiri dari 17 kecamatan, 75 desa, dan 933 dusun. Secara IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN BANTUL A. Letak Kabupaten Bantul Kabupaten Bantul merupakan salah satu kabupaten dari 5 kabupaten/kota di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang terletak di Pulau Jawa.

Lebih terperinci

KABUPATEN BANTUL TAHUN 2017

KABUPATEN BANTUL TAHUN 2017 BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 38 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN BANTUL TAHUN 2017 PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL Jalan Robert WolterMonginsidiNomor 1 KabupatenBantul

Lebih terperinci

INVENTARISASI DAERAH IRIGASI PROGRAM WISMP APL I STATUS PROVINSI / KABUPATEN

INVENTARISASI DAERAH IRIGASI PROGRAM WISMP APL I STATUS PROVINSI / KABUPATEN INVENTARISASI DAERAH IRIGASI PROGRAM WISMP APL I STATUS PROVINSI / KABUPATEN :DIY / BANTUL DATA ORGANISASI P3A No. Nama Daerah Irigasi Luas Areal (ha) Kecamatan Desa Nama P3A Luas Wilayah Kerja (ha) Jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Telah banyak kebijakan pemberdayaan ekonomi keluarga miskin. yang diprogramkan pemerintah sebagai langkah efektif dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Telah banyak kebijakan pemberdayaan ekonomi keluarga miskin. yang diprogramkan pemerintah sebagai langkah efektif dalam upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Telah banyak kebijakan pemberdayaan ekonomi keluarga miskin yang diprogramkan pemerintah sebagai langkah efektif dalam upaya penanggulangan kemiskinan, baik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD 3.1.1 Permasalahan Infrastruktur Jalan dan Sumber Daya Air Beberapa permasalahan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM

BAB II GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM Dalam bab ini akan diuraikan sekilas mengenai gambaran umum Kabupaten Bantul, Desa Mangunan. A. Kondisi Geografis Kabupaten Bantul 1. Administratif dan Perwilayahan Kabupaten Bantul

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN A. Visi Mengacu kepada Peraturan Daerah Kabupaten Semarang Nomor 5 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Semarang Tahun

Lebih terperinci

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 257 BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 8.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis terhadap permasalahan yang menjadi fokus kajian penelitian, dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut : 1. Menindaklanjuti ketentuan

Lebih terperinci

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral.

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral. Visi Pemerintah 2014-2019 adalah : Terwujudnya Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral. Perumusan dan penjelasan terhadap visi di maksud, menghasilkan pokok-pokok visi yang diterjemahkan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah. Dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA Pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha yang tanpa akhir. Development is not a static concept. It is continuously changing. Atau bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pariwisata. Desa wisata biasanya dikembangkan pada kawasan

BAB I PENDAHULUAN. pada sektor pariwisata. Desa wisata biasanya dikembangkan pada kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Desa wisata merupakan salah satu objek wisata yang sedang berkembang pada sektor pariwisata. Desa wisata biasanya dikembangkan pada kawasan pedesaan yang didalamnya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pajak yang sangat tinggi, akan tetapi banyak potensi pajak yang hilang atau tidak diperhatikan

Lebih terperinci

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat

Jumlah desa, dusun dan luas Kabupaten Bantul per kecamatan dapat BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara astronomis Kabupaten Bantul terletak antara 07 0 44 04-08 0 00 27 LS dan 110 0 12 34 110 0 31 08 BT.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas tentang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun untuk memperjelas tentang BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Kondisi Umum Wilayah Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini akan menggunakan Kabupaten Bantul sebagai objek penelitian. Dimana kabupaten

Lebih terperinci

DAFTAR NAMA DAN ALAMAT SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI/SWASTA KABUPATEN BANTUL

DAFTAR NAMA DAN ALAMAT SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI/SWASTA KABUPATEN BANTUL DAFTAR NAMA DAN ALAMAT SEKOLAH DASAR (SD) NEGERI/SWASTA KABUPATEN BANTUL SD Negeri Nomor NSS NPSN NAMA SEKOLAH ALAMAT DESA KECAMATAN KABUPATEN STATUS 1 101040110015 20400137 SD PLEBENGAN PLEBENGAN SIDOMULYO

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH BAB III VISI, MISI, DAN ARAH PEMBANGUNAN DAERAH 3.1. Visi Berdasarkan kondisi masyarakat dan modal dasar Kabupaten Solok saat ini, serta tantangan yang dihadapi dalam 20 (dua puluh) tahun mendatang, maka

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN I. VISI Pembangunan di Kabupaten Flores Timur pada tahap kedua RPJPD atau RPJMD tahun 2005-2010 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN V.5.1 Visi Visi merupakan pandangan jauh ke depan, ke arah mana dan bagaimana Kabupaten Situbondo akan dibawa dan berkarya agar konsisten dan eksis, antisipatif, inovatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor yang berkembang pesat dalam pertanian Indonesia. Jenis tanaman yang dibudidayakan dalam hortikultura meliputi buah-buahan, sayur-sayuran,

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan

Lebih terperinci

BAB III VISI, MISI DAN NILAI

BAB III VISI, MISI DAN NILAI BAB III VISI, MISI DAN NILAI VISI PEMBANGUNAN KABUPATEN SIAK Dalam suatu institusi pemerintahan modern, perumusan visi dalam pelaksanaan pembangunan mempunyai arti yang sangat penting mengingat semakin

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penetapan tarif sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. Berdasarkan latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. penetapan tarif sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. Berdasarkan latar belakang BAB I PENDAHULUAN Bab I memaparkan tentang latar belakang dan motivasi penelitian mengenai penetapan tarif sewa Rusunawa Tamanan Banguntapan. Berdasarkan latar belakang timbul permasalahan mengenai penetapan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 14 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa irigasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. RPJMD Kabupaten Bantul 2011-2015 HALAMAN JUDUL... LEGAL DRAFTING... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI. RPJMD Kabupaten Bantul 2011-2015 HALAMAN JUDUL... LEGAL DRAFTING... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI Kabupaten Bantul 2011-2015 HALAMAN JUDUL... LEGAL DRAFTING... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... I-1 1.2. Landasan Hukum... I-2 1.3. Hubungan

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci