PENDAHULUAN. Latar Belakang. pengendalian berbasis pada penggunaan obat antelmintik sering gagal untuk

Transkripsi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang Keberhasilan ternak ruminansia kecil membutuhkan pengendalian nematoda gastrointestinal secara efektif. Kegagalan pengendalian akan mengakibatkan penyakit, gangguan pertumbuhan, dan kematian. Program pengendalian berbasis pada penggunaan obat antelmintik sering gagal untuk mengontrol nematoda gastrointestinal karena terjadi peningkatan prevalensi resistensi obat (Waller and Faedo, 1993); ( Mortensen et al., 2003 ). Kasus resistensi juga sudah dilaporkan terjadi di beberapa wilayah di Indonesia pada tahun 2001 (Haryuningtyas et al., 2001). Pemberian obat cacing harus dilakukan berulang-ulang karena ternak yang digembalakan sering kembali terinfeksi saat merumput. Sebagai akibat dari pemberian antelmintik yang terus-menerus, maka akan timbul resistensi terhadap obat cacing (Larsen, 2000). Resistensi antelmintik direspon dengan melakukan upaya penemuan bahan alami (non sintetis) dengan toksisitas rendah untuk mengurangi beban cacing pada ternak (Alawa et al., 2003). Jenis tanaman yang memiliki unsur tanin telah dilaporkan mampu mengurangi kejadian infestasi cacing. Pengembangan antelmintik baru menunjukkan bahwa tanaman tanninferous dapat dianggap sebagai potensi alternatif strategis untuk pengendalian infestasi nematoda pada ternak ruminansia kecil (Akkari et al., 2008). Infestasi nematoda yang menimbulkan masalah pada

2 produksi ternak ruminansia kecil terutama di daerah tropis adalah Haemonchus contortus. Usaha untuk meningkatkan produktivitas ternak di negara berkembang biasanya dibatasi oleh dua hal yaitu: nutrisi dan kesehatan. Permasalahan utama dalam pemenuhan nutrisi adalah sulitnya memenuhi ketersediaan pakan secara berkesinambungan baik mutu maupun jumlahnya. Strategi pemberian pakan yang efisien adalah dengan memanfaatkan sumber daya lokal yang melimpah berupa limbah pertanian bernilai gizi bagi ternak (Kustantinah et al., 2008). Fakta lapangan menyatakan bahwa ternak ruminansia sangat tergantung pada pakan hijauan. Produktivitas hijauan kenyataannnya sangat berfluktuasi pada daerah padat ternak, pada musim hujan berlimpah sedangkan saat kemarau terjadi kekurangan. Ternak ruminansia memiliki keunikan pada saluran pencernakan yakni mampu mengubah pakan kualitas rendah (jerami padi, jerami jagung, daundaunan atau hasil samping pertanian) dengan menggunakan mikroorganisme yang terdapat di dalam rumennya (Rasjid, 2012). Pengolahan limbah pertanian secara kimia menghasilkan residu yang menyebabkan pencemaran lingkungan. Saat ini pengolahan limbah pertanian untuk tujuan pemenuhan pakan maupun antelmintik alami telah banyak dilakukan yaitu secara fisik, kimia, biologis dan kombinasinya (Ahmad, 2003). Evaluasi bahan pakan ternak ruminansia berdasarkan dua pendekatan, yaitu berdasarkan kecernaannya di dalam saluran dan berdasarkan peran terhadap kesehatan ternak atau sifat anti parasit (Kustantinah et al., 2007).

3 Keaslian Penelitian Daryatmo et al., (2010) melakukan evaluasi terhadap daun-daun yang memiliki potensi antelmintik untuk dilakukan uji in vitro. Hasilnya lima belas spesies tanaman diantaranya daun ketela (Manihot esculenta Crantz), daun mahoni (Swietania mahagony), daun turi (Sesbania grandoflora), dan daun nangka (Artocarpus heterophyllus) dapat berpotensi dimanfaatkan petani sebagai pengganti obat cacing. Penelitian tentang efek tanin yang ada pada daun ketela (Manihot utilissima) menyimpulkan bahwa tanin sebagai antelmintik menghambat perkembangan larva cacing nematoda, menurunkan populasi cacing dewasa, menurunkan fekunditas cacing betina dewasa, dan menurunkan jumlah telur yang dikeluarkan melalui feses (Wigati, 2010). Tanaman yang memiliki efek antelmintik secara invitro diantaranya daun pepaya Carica papaya (Murdiyati et al., 1997), bangle (Beriajaya et al., 1998), mengkudu (Beriajaya dan Tetriana, 1999) dan biji pinang (Tiwow et al., 2013), daun nanas (Beriajaya dan Handiwirawan, 2005), daun putri malu terhadap Ascaris suum (Ratnawati et al., 2013). Penelitian mengenai fermentasi pakan menggunakan mikroorganisme pada umumnya bertujuan untuk meningkatkan nilai nutrisi, memanfaatkan melimpahnya limbah pertanian dan untuk menanggulangi keterbatasan pakan di musim kemarau. Rohaeni et al., (2006) meneliti waktu optimal fermentasi pada limbah jagung. Harfiah (2010) meneliti optimalisasi penggunaan jerami padi

4 sebagai pakan ruminansia. Islamiyati et al., (2011) melakukan penelitian fermentasi Trichoderma sp pada limbah jagung dalam aspek pakan ternak. Fermentasi Bahan Pakan Limbah Industri Pertanian dengan Menggunakan T. Harzianum (Noviati, 2002). Berbagai penelitian tentang nematofagus masih sering menggunakan uji in vitro. Beberapa penelitian yang telah dilakukan secara in vivo menggunakan fungi Duddingtonia flagrans atau Arthrobotrys oligospora. Ojeda-Robertos et al., (2009) melakukan penelitian in vivo menggunakan fungi Duddingtonia flagrans. Pemberian kombinasi D. flagrans dan S. serevisae menyebabkan perubahan patologis pada ovum dan spermatosit H. contortus (Ahmad dan Sani, 2007). Ahmad et al., (2012) memakai Duddingtonia flagrans dan Saccharomycer cerevisiae untuk mereduksi larva infektif Haemonchus contortus. Pemanfaatan daun-daun potensi antelmintik dengan teknik fermentasi menggunakan fungi khususnya dari kelompok nematofagus, yang sekaligus memiliki sifat decomposer, dari jenis Trichoderma belum pernah dipublikasikan. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah untuk meningkatkan efektifitas penggunaan hijauan daun sebagai alternatif antelmintik alami dengan cara fermentasi menggunakan fungi Trichoderma sp. Pemanfaatan obat yang ramah lingkungan dengan fungi Trichoderma sp sebagai alternatif antelmintik alami. Mengurangi penggunaan obat kimia untuk menghindari munculnnya resistensi terhadap obat

5 cacing. Pemanfaatan hijauan yang melimpah dan murah untuk menanggulangi infestasi H. contortrus menggunakan teknologi fermentasi sederhana. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efek antelmintik Trichoderma sp. terhadap EPG cacing H. contortus dan gambaran darah dari kambing yang terinfeksi H. contortus. Mengetahui efektifitas antelmintik daun yang biasa dimanfaatkan sebagai pakan ternak dengan cara fermentasi fungi Trichoderma sp. Mengetahui efek dari fermentasi fungi nematofagus Trichoderma sp. terhadap kadar tanin, selulosa dan protein daun hijaun pakan ternak.