PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM

Transkripsi

1 PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM KEKUASAAN PRODUKTIF INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM UPAYA INTERNALISASI NILAI PANCASILA BIDANG KEGIATAN: PKM-PENELITIAN Diusulkan oleh: Calfin Murrin Yp Angkatan 2012 Nastiti Setia Utami Angkatan 2012 Janitra Icta Almer Angkatan 2014 UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2015

2 PENGESAHAN PKM-PENELITIAN 1. Judul Kegiatan : Kekuasaan Produktif Indonesia Melalui Pendidikan Kewarganegaraan dalam Upaya Internalisasi Nilai Pancasila 2. Bidang Kegiatan : PKM-P 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Calfin Murrin YP b. NIM : c. Jurusan : Ilmu Hubungan Internasional d. Universitas : Universitas Indonesia e. Alamat Rumah : Jl. Juragan Sinda Raya no. 5c, Kukusan, Beji, Depok f. No. Telp/HP. : g. Alamat calfin.murrin@gmail.com 4. Anggota Pelaksana Kegiatan : 3 orang 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap : b. NIDN : c. Alamat Rumah : d. No. Telp/HP. : Menyetujui, Depok, 15 Oktober 2015 Wakil Manajer Kemahasiswaan FISIP UI, Ketua Pelaksana Kegiatan, Yogo Tri Hendiarto, S.Sos., M.Si. NIP Direktur Kemahasiswaan UI, NPM. Dosen Pendamping Arman Nefi, S.H., M.M. NUK NIP. ii

3 DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL...i HALAMAN PENGESAHAN...ii DAFTAR ISI...iii DAFTAR TABEL...iv DAFTAR GAMBAR...iv RINGKASAN...v BAB I PENDAHULUAN...1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bahasan Pertama Bahasan Kedua Bahasan Ketiga...5 BAB III METODE PENELITIAN Metodedan Model Penelitian RancanganPenelitian Analisis Data...6 BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN AnggaranBiaya JadwalKegiatan...6 DAFTAR PUSTAKA...7 LAMPIRAN...11 Lampiran 1. Biodata Ketua Kelompok, Anggota Kelompk, dan Dosen Pendamping...11 Lampiran 2. JustifikasiAnggaranKegiatan...22 Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas...23 iii

4 Lampiran 4. Surat Penyataan Ketua Pelaksana...24 DAFTAR TABEL Tabel 1.Contoh Tabel...5 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Contoh Gambar...4 iv

5 RINGKASAN Menurut teori soft power and higher education seharusnya pendidikan dapat menginternalisasikan nilai. Keputusan DIKTI no. 43 tahun 2006 menyatakan pendidikan tinggi melalui Pendidikan Kewarganegaraan wajib untuk melakukan internalisasi sistem nilai Pancasila termasuk didalamnya nilai toleransi. Akan tetapi setelah 4 tahun berjalannya keputusan tersebut, sebuah survei menyatakan bahwa toleransi masyarakat yang beralatarbelakang pendidikan tinggi masih rendah. Berdasarkan perbedaan antara aspek ideal dan fakta empiris, penelitian ini berusaha untuk menjawab pertanyaan: Apakah Pendidikan Kewarganegaraan sesuai Keputusan DIKTI no. 43 tahun 2006 berhasil menginternalisasi Sistem Nilai Pancasila dalam diri mahasiswa Indonesia? v

6 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Soft power adalah upaya untuk mencapai perspektif atau hasil yang diinginkan melalui cara-cara yang atraktif dan halus. Salah satunya adalah kebudayaan tinggi yang dapat diartikan sebagai pendidikan dan pendidikan tinggi. Pendidikan diharapkan dapat menanamkan nilai-nilai yang diinginkan oleh negara. Hal ini juga yang berusaha diterapkan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dengan adanya Keputusan DIKTI no 43 tahun Berdasarkan keputusan tersebut, maka perguruan tinggi di Indonesia diwajibkan untuk memberikan pendidikan kewarganegaraan di Universitas dan Pendidikan Tinggi. Kompetensi dasar dari Pendidikan Kewarganegaraan yang dirumuskan tersebut adalah untuk menjadi ilmuwan dan profesional yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis yang berkeadaban, menjadi warga negara yang memiliki daya saing berdisiplin, dan berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang damai berdasarkan sistem nilai Pancasila. Dalam penjabaran pendidikan kewarganegaraan tersebut peserta didik diajakan Filsafat Pancasila, Identitas Nasional, dan Politik dan Strategi Indonesia. 2 Namun demikian pada kenyataannya, berdasarkan survei toleransi beragama yang dikeluarkan oleh CSIS pada tahun 2012, toleransi umat beragama di Indonesia dinyatakan rendah. Sekitar 20% masyarakat pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas menyatakan tak keberatan dengan pembangunan rumah ibadah agama lain di lingkungannya. Sedangkan masyarakat yang memiliki latar pendidikan tinggi hanya sekitar 38.1% yang menyatakan setuju akan pembangunan rumah ibadah agama lain di lingkungannya. Melalui hasil tersebut dapat kita lihat bahwa sekitar 62.9% masyarakat Indonesia dengan latar belakang pendidikan tinggi menjawab tidak setuju atau tidak tahu. Tidak terjadi peningkatan toleransi yang sangat signifikan antara masyarakat yang tidak memiliki 1 Michael Barnett dan Raymond Duvall, Power in International Politics, International Organization, Vol. 59, No. 1 (Winter, 2005) p.55 2 DIKTI, Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor: 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi 1

7 latar pendidikan tinggi maupun yang memiliki latar pendidikan tinggi. 3 Padahal nilai toleransi merupakan salah satu sistem nilai yang ditanamkan dalam Pancasila. Menurut Nye, higher education, yaitu universitas sebagai bentuk kebudayaan tinggi seharusnya mampu menanamkan nilai-nilai negara. Namun pada kenyataannya sistem pendidikan tinggi di Indonesia tidak mampu menanamkan nilai-nilai toleransi yang merupakan salah satu nilai dari sistem nilai Pancasila terhadap masyarakatnya walaupun Pendidikan Kewarganegaraan sudah diwajibkan di sistem Pendidikan Tinggi. Setelah mewajibkan Pendidikan Kewarganegaraan di Pendidikan Tinggi selama kurang lebih 4 tahun, tidak tercipta nilai toleransi yang sesuai dengan yang dicanangkan dalam keputusan tersebut, terbukti dengan survei yang dilakukan untuk mengukur tingkat toleransi beragama di Indonesia dimana masyarakat yang mempunyai latar belakang pendidikan tinggi tidak mempunyai toleransi besar terhadap pendirian rumah ibadah agama lain. Nilai-nilai toleransi sebagai sistem nilai Pancasila yang diajarkan dalam Pendidikan Kewarganegaraan di Pendidikan Tinggi tidak bisa membentuk perspektif yang diharapkan sebagaimana yang soft power harapkan sebagai hasil dari soft power yaitu kemampuan untuk membentuk perspektif sesuai yang diharapkan oleh negara Pertanyaan Permasalahan Apakah Pendidikan Kewarganegaraan sesuai Keputusan DIKTI no. 43 tahun 2006 berhasil menginternalisasi Sistem Nilai Pancasila dalam diri mahasiswa Indonesia? 3 Tempo. Toleransi Beragama Orang Indonesia Rendah. Diakses dari Indonesia-Rendah pada 17 Desember 2014 pukul

8 BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kekuasaan Produktif Kekuasaan produktif terjadi karena adanya proses sosial konstitutif yang tidak dikendalikan oleh aktor eksklusif tertentu, melainkan terjadi karena adanya praktik bersama oleh banyak aktor. Teori kekuasaan produktif percaya bahwa kapasitas sosial para aktor merupakan hasil bentukan sosial dan proses pembentukan tersebut membentuk kesamaan pemahaman dan kepentingan. Kekuasaan produktif merupakan kekuasaan yang bekerja melalui pembentukan keseluruhan subjek sosial dengan berbagai kuasa sosial yang dilakukan dengan sistem pengetahuan (knowledge) dan praktik-praktik diskursif dengan lingkup sosial yang umum dan luas. Kekuasaan produktif dilanggengkan dengan adanya sistem dari signifikansi dan pengertian dan juga jejaring kekuasaan sosial yang membentuk satu sama lainnya. 4 Terdapat dua prinsip penting dalam penerapan kekuasaan produktif. Pertama, kekuasaan produktif menekankan pada pentingnya diskursus, proses sosial, dan sistem pengetahuan dimana ketiga poin tersebut diproduksi, ditetapkan, dihidupi, dirasakan, dan ditransformasikan dalam kehidupan sosial. Diskursus dalam pengertian ini merujuk kepada bagaimana microfields atau kehidupan sehari-hari mendefinisikan apa yang mungkin, bisa, alami, normal, dan yang dihitung sebagai masalah. Diskursus adalah bentuk dari relasi sosial dari kekuasaan karena diskursus terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan mendefinisikan aksi sosial. Kedua, Proses dan praktik diskursif menghasilkan identitas dan kapasitas sosial karena proses dan praktik diskursif ini memberikan makna kepada identitas dan kapasitas sosial tersebut. 5 Secara singkat, kekuasan produktif adalah kekuasaan yang didifusikan melalui kegiatan sehari-hari oleh banyak aktor dengan tujuan untuk membentuk subjektivitas masyarakat dalam melihat kegiatan sosial mereka. Kekuasaan tersebut ditanamkan melalui pengetahuan dan praktik-praktik diskursif. 2.2 Justifikasi Pemilihan Teori 4 Michael Barnett dan Raymond Duvall, Power in International Politics,55 5 Michael Barnett dan Raymond Duvall, 56 3

9 Pemilihan teori Kekuasaan Produktif untuk menjawab pertanyaan permasalah sudah melalui pertimbangan. Ketidakmampuan teori soft power and higher education dalam menjawab pertanyaan permasalahan adalah ketiadaan interaksi yang kami anggap sebagai salah satu unsur penting yang harus dilakukan untuk menginternalisasikan nilai. Interaksi yang kami maksudkan disini adalah interaksi antar pelajar dan lingkungan sekitar yang mencerminkan sistem nilai tersebut. Ketiadaan interaksi tersebut yang menjadikan internalisasi nilai tidak berjalan dengan baik. Kami menganggap bahwa keputusan Dikti no. 43 tahun 2006 yang berupa sebuah bentuk institusionalisasi pendidikan formal tidak akan berlaku efektif karena ketiadaan praktek diskursif. Masalah-masalah tersebut dapat diatasi dengan pemilihan teori Kekuasaan Produktif yang menekankan pentingnya praktik diskursif selain pendidikan formal yang terinstitusionalisasi. Kekuasaan produktif menekankan pada pentingnya diskursus, proses sosial, dan sistem pengetahuan dimana ketiga poin tersebut diproduksi, ditetapkan, dihidupi, dirasakan, dan ditransformasikan dalam kehidupan sosial. Diskursus dalam pengertian ini merujuk kepada bagaimana microfields atau kehidupan sehari-hari mendefinisikan apa yang mungkin, bisa, alami, normal, dan yang dihitung sebagai masalah. Diskursus adalah bentuk dari relasi sosial dari kekuasaan karena diskursus terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan mendefinisikan aksi sosial. Proses diskursif dalam teori Kekuasaan Produktif mampu menutupi celah dalam teori Soft Power dan Higher Education Operasionalisasi Teori 4

10 BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Model Penelitian Untuk menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan, penelitian akan dilakukan secara kualitatif positivistik dengan menggunakan pendekatan studi kasus. Menurut Gerring, studi kasus dapat dimaknai sebagai penelitian intensif mengenai suatu kasus di mana tujuannya untuk merefleksikan kasus yang lebih besar. 6 Menurut George dan Bennet, dilihat dari jumlah kasus yang ditelitinya, studi kasus dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu, single case (within-case), yang berfokus pada causal path dalam sebuah kasus, dan controlled comparison (crosscase), yang berfokus untuk menganalisa variabel dalam beberapa kasus. Lebih lanjut, menurutnya, dilihat dari cara meneliti variabel dan mencari hubungan kausalitas, single case dapat diteliti dengan beberapa metode seperti congruence, processtracing, atau counterfactual, sedangkan controlled comparison dapat diteliti dengan beberapa metode lain seperti, most similar atau least similar. 7 Secara lebih praktikal, penelitian ini akan menggunakan metode process tracing. Nantinya, metode ini akan digunakan untuk menelusuri kausalitas antara variabel independen dan variabel dependen, menemukan intervening variable, dan dapat juga menemukan variabel independen lain. Dengan begitu, penelitian ini diharapkan dapat mengetahui penyebab mengapa telah terjadi tindakan yang kontraproduktif terhadap nilai nasionalisme, padahal nilai tersebut telah diinternalisasi melalui sebuah sistem pendidikan formal. Sehingga, dapat pula dikatakan bahwa penelitian ini juga bertujuan untuk menguji teori. Terkait dengan upaya pengumpulan data, data yang dikumpulkan adalah data yang dapat menjelaskan mengenai keberadaan setiap indikator dalam variabel independen dan dependen yang disebutkan oleh teori. Selain itu, data yang dikumpulkan juga harus dapat menjelaskan proses kausalitas variabel independen dan dependen, secara tahap demi tahap. Di samping itu, data yang dikumpulkan juga harus dapat melihat dan digunakan untuk menganalisa ada tidaknya faktor atau 6 John Gerring, What Is Case Study and What Is It Good For?, The American Political Science Review, Vol. 98, No. 2 (2004): Alexander L. George dan Andrew Bennett, Case Studies and Theory Development in The Social Science, (Cambridge: BCSIA, 2005) 5

11 bahkan variabel lain yang mempengaruhi hubungan kausalitas antara variabel independen dan dependen yang telah ditentukan sebelumnya. Melihat ketiga hal tersebut, data akan dikumpulkan dikumpulkan melalui tiga cara, yaitu, studi pustaka atau dokumen, pengamatan atau observasi langsung, dan wawancara. Adapun, data yang dikumpulkan akan mencakup dokumen pembelajaran mata kuliah terkait, hasil pengamatan proses pembelajaran, hasil pengamatan terhadap aktivitas mahasiswa di luar perkuliahan, hasil pengamatan terhadap dinamika dan hasil dari forum-forum diskusi mahasiswa yang ada, hasil wawancara terkait dengan nasionalisme, dan hasil pengamatan mengenai implementasi sikap nasionalisme mahasiswa Struktur Pembahasan Penelitian ini akan ditulis dalam makalah yang terdiri tiga bab, yaitu, bab pendahuluan, bab pembahasan, dan terakhir bab kesimpulan. Bab pendahuluan berisikan bagian latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, kerangka pemikiran, tinjauan pustaka, kerangka teori, metode penelitian, struktur pembahasan. Kemudian, bab pembahasan akan memuat sub bab-sub bab yang akan membahas lebih lanjut mengenai kasus berdasarkan kerangka teori yang digunakan. Selain itu, juga tentu setiap temuan akan dianalisa dan dibahas lebih kanjut. Terakhir, bab kesimpulan akan memuat kesimpulan akhir dari hasil analisis sebelumnya, sekaligus menjawab rumusan penelitian yang telah dipaparkan sebelumnya. 6

12 BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN 4.1 AnggaranPenelitian Anggaran penelitian selengkapnya dapat dilihat pada bagian lampiran 2. Berikut adalah pembagian dan persentase rincian pengeluaran No. JenisPengeluaran Biaya (Rp) 1 Peralatan Penunjang Rp Bahan habis pakai Rp Perjalanan Rp Lain-lain: administrasi, publikasi, seminar, laporan, lainnya. Rp Jumlah Rp JadwalKegiatan KegiatanPenelitian Rencana Penelitian Pengumpulan data sekunder Turun Lapangan Analisis data Pembuatan Kesimpulan dan Finalisasi Seminar Bulan Bulan 1 2 v v v V v v v V Bulan 3 v v v v V Bulan 4 v v V V Bulan 5 V 7

13 DAFTAR PUSTAKA Michael Barnett dan Raymond Duvall, Power in International Politics, International Organization, Vol. 59, No. 1 (Winter, 2005) George, Alexander L. dan Andrew Bennett. Case Studies and Theory Development in The Social Science. Cambridge: BCSIA, 2005 Hadi, Syamsul et al.disintegrasi pasca Orde Baru: negara, konflik lokal, dan dinamika internasional. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, Gerring, John. What Is Case Study and What Is It Good For?. The American Political Science Review, Vol. 98, No. 2 (2004): Nye, Joseph. Soft Power and Higher Education. Forum for the Future of Higher Education (2005). DIKTI, Keputusan Direktur Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor: 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi Tempo. Toleransi Beragama Orang Indonesia Rendah. Diakses dari Indonesia-Rendah pada 17 Desember 2014 pukul

14 LAMPIRAN Lampiran 1. Biodata Ketua Kelompok, Anggota Kelompok, dan Dosen Pendamping 1. Biodata Ketua Kelompok A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap Calfin Murrin Yp 2. Jenis Kelamin Laki-laki 3. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional 4. NIM Tempat Tanggal Lahir Jambi, 29 Juni Nomor Telepon/HP Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara secara hukum. Apabila di kemudian ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya siap menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian. Depok, 15 November 2015 Pengusul, (Calfin Murrin Yp) 2. Biodata Anggota Kelompok 2.1 Biodata Anggota Kelompok ke-1 A. Identitas Diri 1. Nama Lengkap Nastiti Setia Utami 2. Jenis Kelamin Perempuan 3. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional 4. NIM Tempat Tanggal Lahir Jakarta, 27 Juli Nomor Telepon/HP

15 Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara secara hukum. Apabila di kemudian ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya siap menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian. Depok, 15 Oktober 2015 Pengusul, (Nastiti Setia Utami) 2.2 Biodata Anggota Kelompok Ke-2 1. Identitas Diri 1. Nama Lengkap Janitra Icta Almer 2. Jenis Kelamin Laki-Laki 3. Program Studi Ilmu Hubungan Internasional 4. NIM Tempat Tanggal Lahir Lumajang, 22 juli Nomor Telepon/HP Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara secara hukum. Apabila di kemudian ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya siap menerima sanksi. Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam pengajuan Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian. Depok, 15 Oktober 2015 Pengusul, (Janitra Icta Almer) 10

16 Lampiran 2. JustifikasiAnggaranKegiatan No. JustifikasiPemakaian HargaSatuan (Rp) Kuantitas Jumlah (Rp) Peralatan Penunjang 1. Tape Recorder Rp Rp Bahan Habis Pakai 1. Pulpen Rp Rp Kertas Rp Rp Print Rp Rp Perjalanan 1. Ke UI Rp Rp Ke UGM Rp Rp Ke ITB Rp Rp Seminar 1. Sewa Ruangan Rp Rp Konsumsi Rp Rp Sewa infocus Rp Rp Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas No. Nama/NIM 1. Calfin Murrin Yp 2. Nastiti Setia Utami 3. Janitra Icta Almer Program Studi Bidang Ilmu Alokasi Waktu Uraian Tugas HI HI Penelitian HI HI Penelitian HI HI Penelitian 11

17 SURAT PERNYATAAN KETUA PELAKSANA Yang bertandatangan dibawah ini: Nama : NIM : Program Studi : Fakultas : Dengan ini menyatakan bahwa proposal Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKM-P) saya dengan judul: yang diusulkan untuk tahun anggaran 2015 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain. Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara. Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan sebenar-benarnya. Depok, Februari 2015 Mengetahui, Yang menyatakan, Direktur Kemahasiswaan UI, Arman Nefi, SH., M.M. NUK NPM 12