BAB II TINJAUAN TEORITIS
|
|
- Surya Cahyadi
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 8 BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Lanjut Usia (Lansia) Pengertian Lanjut Usia (Lansia) Ada dua pandangan tentang definisi lanjut usia menurut J.W.Santrock, (2002), yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia. Pandangan orang barat yang tergolong orang lanjut usia atau lansia adalah orang yang sudah berumur 65 tahun ke atas. Sedangkan menurut pandangan orang Indonesia, lansia adalah orang yang berumur lebih dari 60 tahun, karena pada umumnya di Indonesia dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri ketuaan.. Hurlock,(1980), mengatakan ciri-ciri ketuaan merupakan periode kemunduran. Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis. Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi. Lansia merupakan status kelompok minoritas sebagai akibat dari sikap sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang
2 9 lanjut usia dan diperkuat oleh pendapat-pendapat yang jelek terhadap lansia. Misalnya, lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya daripada mendengarkan pendapat orang lain, dan penyesuaian yang buruk pada lansia. Perlakuan yang buruk membuat lansia cenderung mengembangkan konsep diri dalam bentuk perilaku yang buruk. Menua juga merupakan perubahan peran. Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan. Menurut (Levinson, dalam Monks, 2002), dalam jurnal (Sarvatra, 2010), bahwa dalam fase perkembangan lansia itu berada dalam fase masa dewasa akhir berusia 60 tahun ke atas. Arti tumbuh, bertambah besar dan mengalami diferensiasi sebagai proses perubahan yang dinamis pada masa dewasa yang terjadi bersama dengan keadaan menjadi tua. Birren dan Schroots (dalam Monks, 2002), dalam jurnal (Sarvatra, 2010), membedakan tiga proses sentral pada masa dewasa lanjut, yaitu: 1) Penuaan sebagai proses biologis (Senescing) 2) Menjadi senior dalam masyarakat atau penuaan sosial (eldering)
3 10 3) Penuaan psikologis subjektif (geronting). Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang berusia > 60 tahun (di negara berkembang) atau > 65 tahun (di negara maju) yang telah mengalami proses menjadi tua dan memiliki kesulitan dalam memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara jasmani, rohani maupun sosial Karakteristik Lanjut Usia Karakteristik Fisik Pada masa lansia, individu memiliki perubahan fisik, baik yang dapat terlihat maupun yang tidak tampak. Perubahan-perubahan fisik yang dapat terlihat tersebut antara lain kulit yang mengeriput dan kurang elastis serta rambut yang memutih. Tubuh lansia juga terlihat lebih pendek karena jarak tulang vertebra lebih rapat dan menipisnya diskus intervertebrata. Sedangkan perubahan fisik yang tidak tampak antara lain: Penurunan berat otak disebabkan atrofi neuron dalam otak. Efek lanjutnya adalah penurunan koordinasi fisik maupun kognitif sehingga kemampuan merespon juga menurun. Hal inilah yang dapat
4 11 menyebabkan melemahnya daya ingat. Sehingga lansia sering lupa makan atau minum obat, yang pada akhirnya akan menimbulkan penyakit Munculnya masalah pada alat-alat indera, antara lain berupa kesulitan dalam mempersepsikan warna, kesulitan dalam membaca, menjahit dan berkurangnya kemampuan mendengar. Penurunan dalam indera pengecap dan penciuman juga menyebabkan lansia kurang dapat menikmati makanan. Serta penurunan kekuatan dan keseimbangan sehingga tidak mampu untuk melakukan aktivitas yang memerlukan tenaga besar dan keseimbangan dalam waktu yang lama. Selain itu, lansia juga memiliki kecenderungan untuk mengalami dementia atau penurunan fungsi kognitif dan tingkah laku yang disebabkan karena perubahan fisiologis yang terjadi sejalan pertambahan usia. Salah satu jenis dementia yang biasanya dialami lansia adalah penyakit
5 12 alzeimer (penurunan fungsi kognitif dan hilangnya kontrol terhadap fungsi tubuh akibat kelainan pada otak). Selain itu, lansia juga memiliki kecenderungan Parkinson dengan gejala tremor, kekauan, pergerakan yang lambat dan postur yang tidak stabil akibat kelainan neurologis (Papalia, Olds, dan Feldman, 2004) Pada dasarnya kemampuan fungsi seksual dapat dijaga dengan aktivitas seksual yang konsisten selama bertahun-tahun. Hanya saja waktu yang diperlukan lebih lama pada lansia laki-laki untuk ereksi atau ejakulasi, sedangkan pada lansia perempuan, stimulus rangsangan seksual akan menjadi kurang kuat dibanding masa mudanya Keadaan tubuh dan tulang Kadar lemak dalam tubuh meningkat akibat penurunan aktivitas fisik. Daya motorik otot menurun akibat lansia jarang bergerak. Jumlah air di dalam tubuh berkurang. Massa tulang pun menurun
6 13 karena kondisi tulang mulai rapuh, sementara pertumbuhan tulang sudah berhenti dan terjadi dekalsifikasi masa tulang. Pengurangan massa tulang karena pertambahan usia ini disebabkan kurangnya mengkonsumsi makanan yang mengandung zat Ca (kalsium), penurunan fungsi pencernaan dan metabolisme, jarang berolahraga, menopause dini, dan hilangnya selera makan (anoreksia) Pencernaan Gangguan pada gigi dan perubahan bentuk rahang mengakibatkan sulitnya mengunyah makanan. Daya penciuman dan perasa menurun, hal ini menyebabkan turunnya selera makan yang berakibat kekurangan gizi. Menurunnya produksi asam lambung dan enzim pencernaan, mempengaruhi penyerapan vitamin dan zat-zat lain pada usus. Penurunan perkembangan lapisan otot pada usus, melemahkan dinding usus, dan menurunkan daya cerna usus. Fungsi hati
7 14 yang memproses racun, seperti obatobatan dan alkohol pun melemah Kekebalan tubuh Akibat berkurangnya kemampuan tubuh memproduksi antibodi pada masa lansia, sistem kekebalan tubuhpun menurun. Hal ini membuat lansia rentan terhadap berbagai macam penyakit Jantung Daya pompa jantung menurun karena elastisitas dan kontradiksi otot jantung melemah. Demikian juga dengan vasodilatasi terjadi perubahan kolagen dan elastin dalam dinding arteri Pernafasan Fungsi paru-paru menurun akibat berkurangnya elastisitas serabut otot polos yang mempertahankan lumen sel nafas dalam paru-paru tetap terbuka. Penurunan fungsi ini akan lebih berat jika orang bersangkutan memiliki kebiasaan merokok dan kurang berolahraga.
8 Ekskresi Aliran darah ke ginjal karena berkurangnya jumlah nefron, yaitu unit yang berfungsi menyaring sisa metabolisme dari darah dan membuangnya menjadi urine. Hal ini menyebabkan penurunan volume urine dan frekuensi pengeluaran urine Karakteristik psikososial Pada fungsi psikososial, lansia mengalami perubahan pada gaya hidup. Hal ini dikarenakan pada hubungan sosial, individu yang sebelumnya bekerja, juga mengalami kehilangan identitas pada masa pensiunnya dan memiliki banyaknya waktu luang (Papalia, Olds dan Feldman, 2004). Latihan fisik menjadi fokus dalam aktivitas waktu luang pada sejumlah lansia karena bermanfaat untuk kesehatan, kepercayaan diri dan semangat hidup. Aktivitas waktu luang dan rekreasi pada lansia juga bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan akan persahabatan, kebutuhan mengalami hal baru dan berbeda, untuk melepaskan diri dari tekanan dalam berhubungan dengan orang lain, untuk menemukan ketenangan dan keamanan, dan menemukan kesempatan memperoleh stimulasi intelektual, ekspresi diri, dan
9 16 pelayanan (Tiensley et al. Dalam Newman & Newman, 2006). Menurut Patterson (dalam Newman & Newman, 2006), janda atau duda lansia yang terlibat dalam aktivitas luang memiliki tingkat stress yang lebih rendah dibanding mereka yang tidak terlibat dalam aktivitas-aktivitas tertentu. Namun demikian bukan berarti dengan begitu mereka tidak berduka, karena aktivitas sosial yang lansia lakukan membantu merasa tidak terisolasi dan memberi perasaan akan adanya nilai sosial. Salah satu tema penting masa lansia adalah pada pengaturan tempat tinggal. Di negara berkembang, para lansia baik pria maupun wanita biasanya tinggal dengan anak-anaknya dan cucu-cucunya (Papalia, Olds & Feldman, 2004). Sedangkan menurut McFall & Miller (dalam Papalia, Olds & Feldman, 2004), lansia yang memiliki resiko tinggi untuk tinggal di panti wredha adalah mereka yang hidup sendiri, yang tidak mengambil bagian dalam aktivitas sosial, yang memiliki keterbatasan kesehatan dan kemampuan, serta yang memiliki keluarga yang terbebani dengan kehadirannya. Selain itu, lansia biasanya melewatkan kesempatan untuk meningkatkan kontak sosial dan lebih puas dengan
10 17 jaringan sosial yang lebih kecil (Papalia, Olds & Feldman, 2004). Dengan demikian, bagi lansia, hubungan personal menjadi hal yang penting, bahkan lebih dari sebelumnya, walaupun dalam hubungan sosial, umumnya kehidupan lansia diperkaya dengan kehadiran teman lama dan keluarga. Perubahan psikososial lain yang terjadi pada masa lansia adalah kehilangan pasangan (Papalia, Olds & Feldman, 2004) Kesejahteraan Lansia Pengertian Kesejahteraan Lansia Konsep kesejahteraan ini diperkenalkan oleh Neugarten (dalam Palupi, 2008), dalam Jurnal Novalia, (2011), yaitu diartikan sebagai kondisi psikologis yang dicapai oleh seseorang pada saat berada pada lansia. Nathawat (dalam Katarina, 2007) berpendapat bahwa kesejahteraan adalah reaksi evaluasi seseorang mengenai kenyamanan hidupnya. Ryff (dalam Palupi, 2008) dalam Jurnal Novalia, (2011), menyatakan bahwa kesejahteraan adalah suatu keadaan dimana individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri sebagaimana adanya, memiliki hubungan positif dengan orang lain, mampu mengarahkan perilakunya sendiri, mampu
11 18 mengembangkan potensi diri secara berkelanjutan, mampu menguasai lingkungan, serta memiliki tujuan dalam hidupnya. Diener (dalam Papalia, Olds dan Feldman, 2004), mengatakan bahwa kesejahteraan adalah perasaan subjektif dan evaluasi individu terhadap hidupnya sendiri. Berdasarkan dari beberapa definisi kesejahteraan yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan merupakan kondisi yang dapat dicapai oleh individu, dimana individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan diri sebagaimana adanya, memiliki hubungan positif dengan orang lain, mampu mengarahkan perilakunya sendiri, mampu mengembangkan potensi diri secara berkelanjutan, mampu menguasai lingkungan, serta memiliki tujuan dalam hidupnya dalam bentuk perasaan subjektif sebagai reaksi evaluasi seseorang mengenai kenyamanan hidupnya. Menurut Keyes, Ryff & Singer (dalam Papalia, Olds, Feldman & Gross, 2004), ada 6 dimensi kesejahteraan yaitu: 1. Penerimaan Diri (Self Acceptance) Individu yang memiliki kesejahteraan yang baik adalah individu yang memiliki penerimaan diri yang baik. Jika individu mempunyai penilaian diri yang baik, maka individu tersebut memiliki sikap yang positif tentang dirinya, mengakui dan menerima banyak aspek dari diri sendiri
12 19 termasuk bagus dan tidaknya kualitas dirinya, dan berpikir positif tentang masa lalu. 2. Hubungan Positif dengan Orang Lain (Relations with Positive Others) Pada dimensi ini, kesejahteraan dipandang dari interaksi yang terjadi pada seorang individu dengan orang lain yang ada di sekitarnya. Individu dikatakan memiliki kesejahteraan yang baik jika individu tersebut memiliki interaksi yang positif dengan orang lain. Interaksi positif tersebut antara lain memiliki kehangatan dan kepercayaan dengan orang lain, terkait dengan kesejahteraan orang lain, memiliki empati, kasih sayang dan keintiman, serta mengerti, memberi dan menerima dalam hubungan antar manusia. 3. Otonomi (Autonomy) Pada dimensi otonomi ini seseorang yang kesejahteraannya baik, terlihat dari kemandiriannya dalam menghadapi sesuatu. Mereka lebih cenderung menjadi orang yang memiliki otonomi yang baik sehingga dapat melakukan pengambilan keputusan berdasarkan diri sendiri, tidak tergantung, dapat menahan tekanan sosial untuk berpikir dan membuat keputusan di jalan yang tepat, dapat mengatur perilaku dan menilai diri sendiri dari standarnya sendiri.
13 20 4. Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery) Ketika seseorang dapat menguasai lingkungan, ia mampu melihat peluang-peluang yang ada dan akan berdampak positif bagi kehidupan orang tersebut. Seseorang yang mempunyai penguasaan lingkungan yang tinggi akan mempunyai rasa penguasaan dan kompetensi didalam mengatur lingkungan, dapat mengontrol dan mempersiapkan aktivitas eksternal, membuat sesuatu menjadi efektif dengan menggunakan peluang yang ada dan dapat memilih atau membuat kebutuhan seseorang dengan tepat dan sesuai. 5. Tujuan Hidup (Purpose in Life) Individu yang memiliki kesejahteraan yang baik adalah orang yang mempunyai tujuan dan sasaran hidup, merasa menjadi pemimpin, merasakan arti dari kehidupan sekarang dan masa lalu dan memegang kepercayaan bahwa hidup memiliki arti. 6. Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth) Pertumbuhan pribadi yang dimaksud adalah mempunyai rasa untuk terus berkembang, memaknai pertumbuhan dan perkembangan diri sendiri, terbuka pada semua pengalaman yang baru, menyadari potensi diri, melihat
14 21 peningkatan diri dan perilaku setiap waktu serta, mengubah jalan jika melihat peluang baru yang lebih efektif Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Menurut Andrew & Robinson (dalam syamsudin, 2008), faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan individu lanjut usia yang tinggal di panti wredha adalah: a) Faktor pengalaman hidup dan interpretasinya Faktor pengalaman hidup dan interpretasinya individu terhadap pengalaman hidupnya menjadi suatu pengaruh pada penilaian individu terhadap kehidupannya secara umum. b) Faktor Dukungan sosial Dukungan sosial dari lingkungan akan sangat mempengaruhi kesejahteraan yang dirasakan oleh individu tersebut. Menurut Sarafino (dalam Syamsudin, 2008), dukungan sosial ternyata juga memiliki hubungan dengan kondisi kesejahteraan. Dukungan sosial didefinisikan sebagai pemberi rasa nyaman, kepedulian, penghargaan, atau bantuan kepada individu, yang bisa diperoleh dari pasangan, keluarga, teman atau organisasi kemasyarakatan. Individu yang mendapatkan dukungan sosial akan merasa bahwa dirinya dicintai, dipedulikan,
15 22 dihargai, dan menjadi bagian dalam jaringan sosial (seperti keluarga dan organisasi tertentu) yang menyediakan tempat bergantung ketika dibutuhkan. Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dapat dibagi ke dalam berbagai komponen yang berbeda-beda. Misalnya Weiss (Cutrona dkk,1994 : 371) dalam artikel Drs. H. Zainudin Sri Kuntjoro, Mpsi, (2002), mengemukakan adanya 6 (enam) komponen dukungan sosial yang disebut sebagai "The Social Provision Scale", dimana masingmasing komponen dapat berdiri sendiri-sendiri, namun satu sama lain saling berhubungan. Adapun komponenkomponen tersebut adalah : 1) Kerekatan Emosional (Emotional Attachment) Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan seseorang memperoleh kerekatan (kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa aman bagi yang menerima. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini merasa tentram, aman dan damai yang ditunjukkan dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber dukungan sosial semacam ini yang paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup atau anggota keluarga/teman dekat/sanak keluarga yang akrab dan memiliki hubungan yang harmonis. Bagi
16 23 lansia adanya orang kedua yang cocok, terutama yang tidak memiliki pasangan hidup, menjadi sangat penting untuk dapat memberi dukungan sosial atau dukungan moral (moral support). 2) Integrasi sosial (Social Integration) Jenis dukungan sosial semacam ini memungkinkan lansia untuk memperoleh perasaan memiliki suatu kelompok yang memungkinkannya untuk membagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama. Sumber dukungan semacam ini memungkinkan lansia mendapatkan rasa aman, nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok. Adanya kepedulian oleh masyarakat untuk mengorganisasi lansia dan melakukan kegiatan bersama tanpa ada pamrih akan banyak memberikan dukungan sosial. Mereka merasa bahagia, ceria dan dapat mencurahkan segala ganjalan yang ada pada dirinya untuk bercerita atau mendengarkan ceramah ringan yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Hal itu semua merupakan dukungan sosial yang sangat bermanfaat bagi lansia.
17 24 3) Adanya pengakuan (Reanssurance of Worth) Pada dukungan sosial jenis ini lansia mendapat pengakuan atas kemampuan dan keahliannya serta mendapat penghargaan dari orang lain atau lembaga. Sumber dukungan sosial semacam ini dapat berasal dari keluarga atau lembaga/instansi atau perusahaan/organisasi dimana sang lansia pernah bekerja. Karena jasa, kemampuan dan keahliannya maka ia tetap mendapat perhatian dan santunan dalam berbagai bentuk penghargaan. Uang pensiun mungkin dapat dianggap sebagai salah satu bentuk dukungan sosial juga, bila seseorang menerimanya dengan rasa syukur. Bentuk lain dukungan sosial berupa pengakuan adalah mengundang para lansia pada setiap event / hari besar untuk berpartisipasi dalam perayaan tersebut bersama-sama dengan para pegawai yang masih berusia produktif. Contoh: Setiap hari besar TNI maka para mantan pejabat yang telah pensiun /memasuki masa lansia biasa diundang hadir dalam upacara atau pun resepsi yang diadakan oleh Instansi tersebut.
18 25 4) Ketergantungan yang dapat diandalkan ( Reliable Reliance) Dalam dukungan sosial jenis ini, lansia mendapat dukungan sosial berupa jaminan bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika lansia membutuhkan bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial jenis ini pada umum berasal dari keluarga. Untuk lansia yang tinggal di lembaga, misalnya pada Sasana Werdha ada petugas yang selalu siap untuk membantu para lansia yang tinggal di lembaga tersebut, sehingga para lansia mendapat pelayanan yang memuaskan. 5) Bimbingan (Guidance) Dukungan sosial jenis ini adalah berupa adanya hubungan kerja atau pun hubungan sosial yang memungkinkan lansia mendapatkan informasi, saran, atau nasehat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial jenis ini bersumber dari guru, alim ulama, pamong dalam masyarakat, figur yang dituakan dan juga orang tua.
19 26 6) Kesempatan untuk mengasuh (Opportunity for Nurturance) Suatu aspek penting dalam hubungan interpersonal akan perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Jenis dukungan sosial ini memungkinkan lansia untuk memperoleh perasaan bahwa orang lain tergantung padanya untuk memperoleh kesejahteraan. Menurut Weiss (Cotuna dkk,1994), dalam artikel Drs. H. Zainudin Sri Kuntjoro, Mpsi, (2002), sumber dukungan sosial ini adalah keturunan (anak-anak) dan pasangan hidup. Itulah sebabnya sangat banyak lansia yang merasa sedih dan kurang bahagia jika berada jauh dari cucucucu atau pun anak-anaknya. Dengan memahami pentingnya dukungan sosial bagi lansia, kita semua diharapkan mampu untuk memberikan partisipasi dalam pemberian dukungan sosial sesuai dengan kebutuhan lansia. Dengan cara memberikan dukungan sosial pada lansia yang berada dekat dengan kita. Dengan pemberian dukungan yang bermakna maka para lansia akan dapat menikmati hari tua mereka dengan tentram dan damai yang pada akhirnya tentu akan memberikan banyak manfaat bagi semua anggota keluarga yang lain.
20 Panti Werdha Pengertian Panti Werdha Pengadaan panti werdha bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan para lansia. Berdasarkan UU RI no 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia (Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitas Sosial Lanjut Usia, 2004), peningkatan kesejahteraan adalah peningkatan tata kehidupan dan penghidupan sosial baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan, dan ketentraman lahir dan batin yang memungkinkan untuk mengadakan kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial sebaik-baiknya. Panti werdha merupakan lembaga perawatan atau rumah perawatan yang dikhususkan untuk orang-orang dewasa lanjut. Di panti werdha tersedia berbagai macam kebutuhan yang dibutuhkan oleh para orang-orang lanjut usia dan tersedia juga fasilitas kesehatan (Santrock, 2002). Panti werdha merupakan unit pelaksanaan teknis yang memberikan pelayanan sosial bagi lanjut usia, yaitu berupa pemberian penampungan, jaminan hidup seperti makanan dan pakaian, pemeliharaan kesehatan, pengisian waktu luang termasuk rekreasi, bimbingan sosial, mental serta agama, sehingga mereka dapat menikmati hari tuanya dengan diliputi ketentraman lahir batin (DEPSOS RI, 2003).
21 28 Panti werdha adalah sebuah rumah atau tempat penampungan untuk manusia lanjut usia. Sebuah sarana dimana lansia diberikan fasilitas, layanan 24 jam, jadwal aktifitas, dan hiburan yang dibutuhkan sesuai kebutuhan lansia. Namun di bagian Negara Asia, panti werdha merupakan hal yang masih kurang diterima masyarakat dikarenakan pola pemikiran untuk menghormati yang lebih tua masih melekat dalam jiwa penduduk asia. Pada jaman ini, masyarakat telah memasuki era modernisasi sehingga timbulnya perubahanperubahan pola pikir dan sikap masyarakat. Salah satu dampak negatif modernisasi adalah tumbuhnya sikap individualistik. Sikap ini menyebabkan masyarakat merasa tidak membutuhkan orang lain dalam beraktifitas, padahal manusia diciptakan sebagai makhluk sosial. Sehingga masyarakat cenderung bersaing mengejar tujuan pribadi. Hal ini menyebabkan waktu dan pikiran yang tersita. Ketika sikap ini dibawa kerumah, masing-masing individu akan lebih fokus kepada keluarga inti. Sehingga bagian keluarga yang sudah mulai menua kurang mendapat perhatian dan perawatan dari anak cucu mereka. Keluarga yang tidak mampu merawat akhirnya menempatkan lansia ke panti werdha. Tentunya hal ini membuat para lansia merasa tersisihkan ketika harus ditempatkan di tempat dengan
22 29 bangunan dan fasilitas yang seadanya. Terkadang, bangunan dan fasilitas yang seadanya itu membuat para lansia merasa tidak nyaman dan tidak betah. Namun seringkali karena tidak ada pilihan para lansia merasa terpaksa dan tidak senang yang kemudian dapat menyebabkan gangguan kesehatan. (Artikel Latar belakang panti jompo, 2012) Alasan Lansia tinggal di Panti Werdha Dalam Kadir, (2009), ada beberapa alasan yang menyebabkan lansia tinggal di panti werdha, yaitu: 1. Perubahan tipe keluarga dari keluarga besar (extended family) menjadi keluarga kecil (nuclear family). Dimana pada awalnya dalam keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Namun sesuai dengan perkembangan keluarga ada tahap dimana keluarga menghadapi anak yang menikah atau membentuk keluarga sendiri, sehingga yang terjadi adalah orang tua akan tinggal berdua saja, tentu saja kondisi ini membutuhkan peran pengganti keluarga, yaitu institusi tertentu. 2. Berubah peran ibu. Pada awalnya peran ibu adalah mengurus rumah tangga, anak-anak, dan lain-lain. Sekarang telah mengalami perubahan dimana ibu juga bertindak sebagai pencari nafakah yang bekerja di kantoran dan sebagainya. sehingga anggota keluarga
23 30 seperti anak-anak dan kakek serta nenek dititipkan pada institusi tertentu. 3. Kebutuhan sosialisasi orang lanjut usia itu sendiri. Apabila ia tinggal dalam keluarga ia akan mengalami perasaan yang bosan ditinggal sendiri, anaknya berangkat bekerja dan cucunya ke sekolah. Sehingga ia membutuhkan suatu lingkungan sosial, yang memiliki beberapa kesamaan sehingga ia merasa betah dan kembali bersemangat yaitu di panti werdha. Panti werdha bisa menjadi pilihan yang baik untuk menikmati hari tua mereka. Mereka akan menemukan teman yang relatif seusia sehingga dapat berbagi cerita. Karena keberadaan lansia di panti dengan berbagai karakter serta memiliki berbagai ragam problematika maka perlu untuk memberikan suatu penanganan khusus sesuai kelebihan serta kekurangan yang mereka miliki. Di panti werdha selain mendapatkan pelayanan berupa pemenuhan kebutuhan dasar juga diberikan fungsi positif lainnya yaitu program-program pelayanan sosial yang bisa memberikan kesibukan buat mereka sebagai pengisian waktu luang diantaranya pemberian bimbingan sosial, bimbingan mental, spiritual serta rekreasi, penyaluran bakat dan hobi, terapi kelompok, senam dan banyak kegiatan lainnya. Mereka
24 31 juga akan mendapatkan fasilitas serta kemudahankemudahan/aksebilitas lainnya. Selain bersama teman seusianya, mereka juga mendapatkan pelayanan maksimal dari para pekerja sosial dimana mereka menemukan hariharinya dengan ceria (Kadir, 2009).
25 32 KERANGKA PENELITIAN Gambaran Kesejahtera Lansia 6 Dimensi Kesejahteraan Faktor faktor yang mempengaruhi kesejahteraan Yang Paling dekat dengan mbah siapa? Kedekatannya seperti apa? Dan bagaimana perasaan mbah? 1. Penerimaan Diri (Self Acceptance) 2. Hubungan Positif Dengan Orang Lain (Positive Relations with Others) 3. Otonomi (Autonomy) 4. Penguasaan Lingkungan (Environmental Mastery) 5. Tujuan Hidup (Purpose in Life) 6. Pertumbuhan Pribadi (Personal Growth) Apakah Mbah merasa sering kesepian? Dan Apakah mbah merasa hidup ini memiliki arti? Bagaimana Hubungan mbah dengan temanteman mbah, Ibu Asrama, dan para pramurukti di panti ini? Bagaimana mbah mengubah keputusan jika teman-teman mbah tidak menyetujuinya? Menurut Mbah, apakah lingkungan yang bersih itu sangat penting? Dan Apakah mbah, peduli pada lingkungan sekitar? Menurut Mbah, bagaimana hidup mbah di masa lalu, masa sekarang dan masa yang akan datang Menurut mbah, ada tidak perubahan yang berarti dalah hidup mbah? Faktor Pengalaman Hidup Ada Tidak pengalaman hidup mbah yang menyenangkan? Kalau ada seperti apa dan kalau tidak ada juga seperti apa dan hubungannya antara dulu dan sekarang seperti apa? Faktor Dukungan Sosial 1. Kerekatan Emosional (Emotional Attachment) 2. Integrasi Sosial (Sosial Integration) 3. Adanya Pengakuan (Reanssuarance of Worth) 4.Ketergantungan yang dapat diandalkan (Reliable Reliance) 5. Bimbingan (Guidance) 6. Kesempatan untuk mengasuh (Opportunity for Nurturance) Bagaimana keaktifan mbah dengan kelompok sekitar, apakah menemukan sesuatu yang lain atau tidak? Menurut mbah, apakah ada 1 peranan yang dipegang oleh mbah dalam suatu kelompok misalnya menjadi koordinator dalam 1 kegiatan tertentu, dan bagaimana pendapat teman-teman mbah ketika mbah menjadi koordinator dalam kelompok tersebut? Adakah keluarga atau orang panti yang selalu mendukung dan membantu mbah? Dan selain itu apakah mbah selalu mendapat bimbingan misalnya dari pendeta? Menurut mbah, apakah ada rasa kepedulian yang mbah berikan kepada sesama misalnya mengasuh atau membantu sesama, lalu bagaimana perasaan mbah nyaman atau tidak?
Chairul Huda Al Husna
DIMENSI SOSIAL LANSIA Chairul Huda Al Husna PARADIGMA Lansia Proses menua Perubahan fisik Perubahan psikologis Perubahan sosial Stressor PARADIGMA Semakin tua partisipasi sosial & cakupannya menyempit
Lebih terperinciUsia yang Tinggal di Panti Werdha
Gambaran Psychological Well Being Pada Individu Lanjut Usia yang Tinggal di Panti Werdha http://www.gunadarma.ac.id/ Disusun Oleh Novalia Desty Utami Latar Belakang Lansia ingin untuk dapat lebih menghabiskan
Lebih terperincipara1). BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi tua merupakan suatu proses perubahan alami yang terjadi pada setiap individu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 60 tahun sampai 74 tahun sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Konsep Psychological Well Being Konsep psychological well being sendiri mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal. Sampai saat
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Juni 2014 sampai tanggal 15 Juli Penelitian ini dilakukan di Panti
39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Juni tepatnya pada tanggal 13 Juni 2014 sampai tanggal 15 Juli 2014. Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan bagian dari keluarga, dimana sebagian besar kelahiran disambut bahagia oleh anggota keluarganya, setiap orang tua mengharapkan anak yang sehat,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dian Lidriani, 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Populasi lansia di dunia mengalami peningkatan pesat. Berdasarkan hasil penelitian Kinsella &Velkof (2001), bahwa sepanjang tahun 2000, populasi lansia dunia tumbuh
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN 1. Defenisi Kemandirian Menurut Steinberg (2002) kemandirian adalah kemampuan individu untuk bertingkah laku secara seorang diri. Steinberg (2006) juga menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup, artinya secara fisik individu akan terus tumbuh namun akan berhenti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2000 diperoleh data bahwa jumlah lansia (kaum lanjut usia) mencapai 15,8 juta jiwa atau 7,6%. Sementara itu populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Duvall & Miller (1985) pernikahan bukan semata-mata legalisasi, dari kehidupan bersama antara seorang laki-laki dan perempuan tetapi lebih dari itu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan dalam bidang pendidikan dan teknologi yang pesat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam bidang pendidikan dan teknologi yang pesat memudahkan masyarakat memperoleh wawasan yang semakin luas tentang banyak hal. Wawasan yang semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tahun 1950 jumlah lanjut usia di dunia sebanyak 205 juta jiwa, sedangkan pada tahun 2000 telah meningkat menjadi 606 juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Periode perkembangan hidup manusia terdiri dari masa pranatal, masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan terjadi pada manusia seiring dengan berjalannya waktu melalui tahaptahap perkembangan. Periode perkembangan hidup manusia terdiri dari masa pranatal,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara biologis maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia atau lanjut usia adalah tahap akhir dari proses penuaan. Pada tahap ini biasanya individu tersebut sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kecemasan Menghadapi Kematian Pada Lansia 2.1.1. Pengertian kecemasan Menghadapi Kematian Kecemasan menghadapi kematian (Thanatophobia) mengacu pada rasa takut dan kekhawatiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan suatu proses yang dinamis sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari periode terdahulu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prostitusi merupakan fenomena yang tiada habisnya. Meskipun telah dilakukan upaya untuk memberantasnya dengan menutup lokalisasi, seperti yang terjadi di lokalisasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa dimana individu telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat
Lebih terperinciLONELINESS PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DEWANATA CILACAP SKRIPSI
LONELINESS PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DEWANATA CILACAP SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menjadi tua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menjadi tua merupakan proses yang alami dalam kehidupan manusia dan ditandai dengan menurunnya kemampuan tubuh dalam menghadapi pengaruh dari dalam maupun dari luar
Lebih terperinciKesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Kesehatan Mental Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis Fakultas Psikologi Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Konsep Kebahagiaan atau Kesejahteraan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan, pastinya setiap individu akan mengalami sebuah fase kehidupan. Fase kehidupan tersebut berawal sejak dari kandungan, masa kanak-kanak,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia. Dimana pada usia lanjut tubuh akan mencapai titik perkembangan yang maksimal, setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masa untuk menjadi sakit sakitan, sesuatu hal buruk, mengalami penurunan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Santrock, orang yang telah lanjut usia dimulai ketika seseorang mulai memasuki usia 60 tahun. Seringkali usia yang telah lanjut dianggap sebagai masa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Lansia adalah bagian dari proses tumbuh kembang manusia dalam kehidupan. Manusia menjadi tua melalui proses perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, dewasa, dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik. Sedangkan Diener, dkk (2003) menerjemahkan subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Subjective Well-Being 1. Pengertian Subjective Well-Being Pinquart & Sorenson (2000) mendefinisikan subjective well-being sebagai evaluasi positif dari kehidupan individu terkait
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA Keluarga Nilai Anak
7 TINJAUAN PUSTAKA Keluarga Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat
Lebih terperinciAsuhan Kebidanan Komunitas I. Mata Kuliah DODIET ADITYA SETYAWAN NIP
Pertemuan II KONSEP DASAR KELUARGA Oleh : DODIET ADITYA SETYAWAN NIP. 197401121998031002 Mata Kuliah Asuhan Kebidanan Komunitas I Program Studi Diploma IV Kebidanan Komunitas Jurusan Kebidanan Poltekkes
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Lansia yang berhenti bekerja, umumnya menderita post power. syndrome, kehilangan kepercayaan diri karena berkurangnya peran
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nugroho (2006) menjelaskan bahwa menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Kemunduran fisik yang di alami saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. usia tua di Indonesia akan mencapai 23,9 juta atau 9,77% dan usia harapan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk Lanjut usia di Indonesia meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan karena meningkatnya usia harapan hidup. Pada tahun 1980 usia harapan hidup di Indonesia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan proses perubahan biologis secara terus- menerus, dan terjadi. suatu kemunduran atau penurunan (Suardiman, 2011)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penuaan merupakan bagian dari rentang kehidupan manusia, menua atau aging adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan manusia yang diberi umur panjang. Menua bukanlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Panti jompo adalah sebuah rumah atau tempat penampungan untuk manusia lanjut usia. Sebuah sarana dimana manula diberikan fasilitas, layanan 24 jam, jadwal aktifitas,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 2.1.1. Definisi Psychological Well-Being Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being. Menurut Ryff (1989), psychological well being
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Pernikahan pada dasarnya menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (Maryam, 2008). Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki usia lanjut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari, terus-menerus, dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. No.13 tahun 1998 pasal 1 ayat 2 tentang kesejahteraan lanjut usia dinyatakan bahwa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembagunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat termaksud usia lanjut. Berdasarkan undang-undang No.13 tahun 1998
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciIRMA MUSTIKA SARI J
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PERSONAL DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Proses menua di dalam perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal yang wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
Lebih terperinciSM, 2015 PROFIL PENERIMAAN DIRI PADA REMAJA YANG TINGGAL DENGAN ORANG TUA TUNGGAL BESERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHINYA
1 BAB I PENDAHULUAN 1.2 Latar Belakang Masalah Pada tahun 1980-an di Amerika setidaknya 50 persen individu yang lahir menghabiskan sebagian masa remajanya pada keluarga dengan orangtua tunggal dengan pengaruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Manusia sebagai makhluk individu dan juga makhluk sosial yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia memerlukan norma atau
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah lansia di beberapa negara, salah satunya Indonesia, telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).
Lebih terperinciSATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia
SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia Penyuluh : Mahasiswi Gizi Poltekkes Hari/Tanggal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lain dan kelak dapat hidup secara mandiri merupakan keinginan setiap orangtua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang tumbuh dan berkembang sehat sebagaimana anak pada umumnya memiliki kecerdasan, perilaku yang baik, serta dapat bersosialisasi dengan orang lain dan kelak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lansia. Semua individu mengikuti pola perkemban gan dengan pasti. Setiap masa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu atau Manusia dalam hidupnya mengalami perkembangan dalam serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lansia. Semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik sehat secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang sehatlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk lansia (lanjut usia) Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414% dan hal ini merupakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap makhluk hidup didunia memiliki keinginan untuk saling berinteraksi. Interaksi social yang biasa disebut dengan proses sosial merupakan syarat utama terjadinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Lanjut Usia (lansia) merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa di mana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun
Lebih terperinciPSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berubah dari perubahan kognitif, fisik, sosial dan identitas diri. Selain itu, terjadi pula
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada masa dewasa awal. Pada masa ini, mahasiswa berada pada masa transisi dari masa remaja ke masa dewasa. Pada masa transisi ini banyak hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah masa penutup. Masa penutup merupakan masa dimana. penurunan jumlah aktivitas (Hurlock, 1999).
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap individu menjalani periode perkembangan yang sama. Salah satu masa perkembangan yang dijalani adalah masa lansia atau masa tua yang juga dikenal dengan istilah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selayaknya mendapatkan perhatian utama baik dari pemerintah maupun. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan tujuan suatu bangsa untuk memberdayakan semua warga negaranya agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional, telah mewujudkan hasil yang positif diberbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, perbaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh setiap individu. Kegiatan bekerja dilakukan untuk berbagai alasan seperti; mencari uang, mengisi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam hidupnya mengalami suatu proses perkembangan. Ia berkembang sejak dilahirkan hingga meninggal dunia. Dalam proses perkembangan itu, berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang
BAB I PENDAHULUAN l.l Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya. Merekalah yang akan menerima kepemimpinan dikemudian hari serta menjadi penerus perjuangan bangsa. Dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab II ini akan menjelaskan Psychological well-being, dimensidimensi psychological well-being, faktor-faktor yang berkaitan dengan psychological well-being, pengertian remaja,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI
HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi setiap manusia. Manusia dapat menjalankan berbagai macam aktivitas hidup dengan baik bila memiliki kondisi kesehatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengguna Narkoba. Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengguna Narkoba 1. Pengertian Pengguna Narkoba Pengguna napza atau penyalahguna napza adalah individu yang menggunakan narkotika atau psikotropika tanpa indikasi medis dan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia. Semua individu pasti
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manusia lanjut usia adalah seorang yang karena usianya mengalami perubahan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Lansia Lanjut usia adalah suatu kejadian yang pasti dialami oleh semua orang yang dikarunia usia panjang, terjadinya tidak bisa dihindari oleh siapapun. Manusia lanjut
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS Kesejahteraan Psikologis (Psycological Well Being) Pengertian Kesejahteraan Psikologis
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Kesejahteraan Psikologis (Psycological Well Being) 2.1.1. Pengertian Kesejahteraan Psikologis Kesejahteraan psikologis adalah keadaan dimana seseorang memiliki kondisi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia adalah seorang laki-laki atau
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lanjut usia (lansia) menurut UU Nomer 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan lanjut usia pasal 1 ayat 2 adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Lansia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan suatu hal yang sangat penting, diantaranya sebagai sumber dukungan sosial bagi individu, dan juga pernikahan dapat memberikan kebahagiaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia. Setiap individu memiliki harapan untuk bahagia dalam kehidupan perkawinannya. Karena tujuan perkawinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (www.kompasiana.com/wardhanahendra/mereka-lansia-mereka-berdaya) orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 5 besar negara dengan jumlah penduduk lansia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan usia harapan hidup menyebabkan terjadinya perubahan pada aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan menjadikan lansia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penutup dalam rentang hidup seseorang yaitu suatu periode dimana seseorang
24 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia dalam kehidupannya akan mengalami proses menjadi tua yang dikenal dengan lanjut usia (Lansia). Periode Lansia adalah periode penutup dalam rentang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Sosial. Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyesuaian Sosial 1. Pengertian Penyesuaian Sosial Manusia adalah makhluk sosial.di dalam kehidupan sehari-hari manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis dalam satu
19 BAB II LANDASAN TEORI A. Biseksual 1. Definisi Biseksual Krafft-Ebing, salah seorang seksologis Jerman menyebut biseksual dengan sebutan psychosexual hermaphroditism yaitu eksistensi dua seks biologis
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada bab ini akan diuraikan lebih mendalam mengenai teori-teori yang
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih mendalam mengenai teori-teori yang menjelaskan tentang pengertian psychological well-being, faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. a. Pengertian Dukungan Sosial Orang Tua
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Kajian Pustaka 1. Dukungan Sosial Orang Tua a. Pengertian Dukungan Sosial Orang Tua Dukungan sosial merupakan salah satu istilah yang
Lebih terperinciBABI. kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap
BABI PENDAHULUAN BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu melewati tahap-tahap perkembangan di sepanjang rentang kehidupan yang memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Tahap-tahap
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN TEORI 1. Kebutuhan Spiritual. Kebutuhan spiritual adalah kebutuhan untuk mempertahankan atau mengembalikan keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, serta kebutuhan untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena melajang pada era modern ini menjadi sebuah trend baru dalam kehidupan manusia, terutama di kota besar di Indonesia, seperti Jakarta. Sampai saat ini memang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan kasih sayang. Melainkan anak juga sebagai pemenuh kebutuhan biologis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan ikatan batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (UU
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diselenggarakan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dimulai sejak berada dalam kandungan, lalu lahir menjadi bayi,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap manusia menjalani perkembangan sepanjang rentang hidup yang dimulai sejak berada dalam kandungan, lalu lahir menjadi bayi, melewati masa kanak-kanak,
Lebih terperinciPerkembangan Sepanjang Hayat
Modul ke: Perkembangan Sepanjang Hayat Memahami Masa Perkembangan Dewasa Akhir dalam Aspek Fisik dan Kognitif Fakultas PSIKOLOGI Hanifah, M.Psi, Psikolog Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai dari usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Coping 2.1.1 Pengertian Coping Coping adalah proses untuk menata tuntutan yang dianggap membebani atau melebihi kemampuan sumber daya kita, Lazarus & Folkman; Lazarus & Launier
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan ekonomi, peraikan lingkungan hidup,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan pembangunan suatu negara adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Meningkatnya usia harapan hidup penduduk, menyebabkan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup hampir di seluruh negara di dunia menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dan terjadi transisi demografi ke arah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Lanjut Usia. Kesejahteraan Lanjut Usia, dalam pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa yang dimaksud
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Pengertian Lanjut Usia Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia, dalam pasal 1 ayat 2 dinyatakan bahwa yang
Lebih terperinci