BAB I PENDAHULUAN. perkembangan. Periode perkembangan hidup manusia terdiri dari masa pranatal, masa
|
|
- Susanto Cahyadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan terjadi pada manusia seiring dengan berjalannya waktu melalui tahaptahap perkembangan. Periode perkembangan hidup manusia terdiri dari masa pranatal, masa bayi, masa kanak-kanak awal, masa kanak-kanak akhir, masa remaja, masa dewasa, masa dewasa madya, dan masa lanjut usia (Papalia, 2003). Mohamad (dalam Mutiara, 1990), membagi periodisasi biologis perkembangan manusia yaitu, masa bayi, masa prasekolah, masa sekolah, masa pubertas, masa dewasa, masa setengah umur (Prasenium), dan masa lanjut usia (Senium). Periode perkembangan hidup manusia ini berbeda-beda sesuai dengan tingkat usianya. Periode perkembangan yang terakhir itu, adalah masa lanjut usia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengemukakan bahwa lanjut usia meliputi usia pertengahan (Middle Age) antara tahun, usia lanjut (Elderly) antara tahun, dan usia lanjut tua (Old Age) antara tahun, dan usia sangat tua (Very Old Age) di atas 90 tahun (Mutiara, 1990). Departemen Kesehatan RI membuat pengelompokan lanjut usia berdasarkan kelompok pertengahan umur, ialah kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan lanjut usia, yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa yang berusia tahun, kelompok lanjut usia dini, ialah kelompok dalam masa prasenium, yaitu kelompok yang mulai memasuki lanjut usia yang berusia tahun, kelompok lanjut usia dengan risiko tinggi, ialah kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun, atau kelompok lanjut usia yang hidup sendiri, terpencil, tinggal di panti wredha, menderita penyakit berat, atau cacat (Mutiara, 1990).
2 Penduduk lanjut usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7 juta jiwa atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990 jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9 persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Diperkirakan pada tahun 2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Suhartini, 2007). Peningkatan jumlah lanjut usia tersebut menimbulkan konsekuensi-konsekuensi, antara lain, bertambah besarnya sumber-sumber pemerintah dan masyarakat yang harus dikeluarkan untuk mengakomodasikan permasalahan yang diakibatkannya (untuk perawatan, penanggulangan permasalahan, penyediaan fasilitas, perluasan lapangan kerja dan pelatihan), selain itu perlu lebih ditingkatkan penyuluhan sosial kepada masyarakat tentang karakteristik kehidupan lanjut usia, penyediaan dan perluasan lapangan kerja serta kegiatan-kegiatan kemasyarakatan yang layak bagi lanjut usia, penyediaan dan perluasan pelayanan sosial dan pelayanan lainnya yang secara kuantitatif dan kualitatif memadai (Mutiara, 1990). Ketika persentase orang yang berusia tua semakin banyak, masa hidup sebenarnya tetap tidak berubah sejak awal pencacatan sejarah. Masa hidup adalah batas atas dari hidup, jumlah maksimum dari tahun-tahun di mana individu dapat hidup. Masa maksimal dari manusia kurang lebih usia seratus dua puluh tahun. Maka, masa lanjut usia adalah suatu masa yang memiliki rentang kehidupan yang paling panjang dalam periode perkembangan manusia (Santrock, 2002). Wibisono (dalam Marsetio, 1992) menyebutkan bahwa lanjut usia sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang mencapai lanjut usia tersebut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat
3 dihindari. Meskipun demikian, dari zaman ke zaman selalu ada saja yang memimpikan untuk tidak mengalaminya. Ada banyak usaha untuk mempertahankan kemudaan dan banyak gangguan atau problema kejiwaan yang berkaitan dengan lanjut usia, menunjukkan besarnya pengaruh perubahan akibat lanjut usia tersebut bagi kehidupan manusia (Wibisono, dalam Marsetio, 1992). Havighurst & Duvall (dalam Hardywinoto, 1991), menguraikan tujuh jenis tugas perkembangan (developmental tasks) selama hidup yang harus dilaksanakan oleh lanjut usia, yaitu penyesuaian terhadap penurunan fisik dan psikis, penyesuaian terhadap pensiun dan penurunan pendapatan, menemukan makna kehidupan, mempertahankan pengaturan hidup yang memuaskan, menemukan kepuasan dalam hidup berkeluarga, penyesuaian diri terhadap kenyataan akan meninggal dunia, dan menerima dirinya sebagai seorang lanjut usia. Senada dengan yang diungkapkan oleh Hurlock (1999) bahwa tugas perkembangan lanjut usia meliputi menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuaikan diri dengan masa pensiun dan berkurangnya penghasilan keluarga, menyesuaikan diri dengan kematian pasangan, membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusia, membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan dan menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes. Hurlock (1999), mengemukakan bahwa ada lima pola kehidupan di masa lanjut usia yang bersifat umum, yaitu tinggal sendiri hanya dengan pasangannya, lanjut usia yang hidup sendiri di rumahnya sendiri, dua atau lebih anggota dari usia yang sama tinggal bersama dengan status tanpa hubungan perkawinan seperti: saudara laki-laki, saudara perempuan atau teman-teman seusia, janda atau duda yang tinggal bersama dengan anak atau cucunya, dan orang lanjut usia yang tinggal di dalam rumah penampungan orang lanjut usia atau panti wredha.
4 Menurut Hardywinoto (1991), panti wredha adalah panti yang didalamnya ada personel keperawatan yang profesional, dan hanya lanjut usia yang lemah dan tidak mampu mengurus dirinya sendiri serta mempunyai kondisi ketergantungan dapat diterima atau dirawat. Hal ini sejalan dengan pendapat Hurlock (1999) yang mengatakan bahwa seseorang tinggal di panti wredha apabila kesehatan, status ekonomi, atau kondisi lainnya tidak memungkinkan mereka untuk melanjutkan hidup di rumah masing-masing, dan jika mereka tidak mempunyai sanak saudara yang dapat atau sanggup merawat mereka. Mariani (2007), mengungkapkan bahwa pada awalnya panti wredha dimaksudkan untuk menampung orang lanjut usia yang miskin dan terlantar untuk diberikan fasilitas yang layak mulai dari kebutuhan makan minum sampai dengan kebutuhan aktualisasi. Namun lambat laun dirasakan bahwa yang membutuhkan pelayanan kesejahteraan lanjut usia yang berbasis panti wredha tidak hanya bagi mereka yang miskin dan terlantar saja, tetapi orang yang berkecukupan dan mapan pun membutuhkannya. Hal ini dikarenakan oleh beberapa alasan, pertama disebabkan oleh perubahan tipe keluarga dari keluarga besar (extended family) menjadi keluarga kecil (nuclear family). Dimana pada awalnya dalam keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. Tapi sesuai dengan perkembangan keluarga ada tahap dimana keluarga menghadapi anak yang menikah atau membentuk keluarga sendiri, sehingga yang terjadi adalah orang tua akan tinggal berdua saja, tentu saja kondisi ini membutuhkan peran pengganti keluarga. Kedua, perubahan peran ibu. Pada awalnya peran ibu adalah mengurus rumah tangga, anak-anak, dan lain-lain. Sekarang telah mengalami perubahan dimana ibu juga bertindak sebagai pencari nafkah bekerja di kantoran dan sebagainya, sehingga anggota keluarga seperti anak-anak dan kakek serta nenek dititipkan pada institusi tertentu. Ketiga, kebutuhan sosialisasi orang lanjut usia itu sendiri. Apabila mereka tinggal dalam keluarga mungkin mereka akan mengalami perasaan yang bosan ditinggal sendiri, anaknya mungkin berangkat bekerja dan cucunya
5 kesekolah. Hal ini menyebabkan mereka membutuhkan suatu lingkungan sosial dimana di dalam komunitas tersebut terdapat beberapa kesamaan sehingga mereka merasa betah dan kembali bersemangat. Menurut Hurlock (1999) ada beberapa kondisi yang mempengaruhi pilihan pola hidup bagi orang lanjut usia di panti wredha yaitu status ekonomi, status perkawinan, kesehatan, kemudahan dalam perawatan, jenis kelamin, anak-anak, keinginan untuk mempunyai teman dan iklim. Jika kesehatan mereka buruk, mereka lebih suka hidup di rumah khusus orang lanjut usia agar mereka dapat berhubungan dengan orang-orang seusianya. Hal ini sesuai dengan pengalaman seorang lanjut usia di panti wredha yang mengalami kelumpuhan (Pebas. Wanita berusia 68 tahun) seperti terdapat dalam kutipan wawancara berikut ini: Batin saya selalu tiap hari berkata bagaimanapun akan mati saya pikir, jadi kepingin saya mendengarkan nama tuhan disini. (Komunikasi Personal, 15 Maret 2008) Alasan dan kondisi tersebut dapat mempengaruhi seorang lanjut usia untuk memilih dan memutuskan tinggal di panti wredha. Pada proses pengambilan keputusan untuk tinggal di panti wredha, ada faktor situasional yang berpengaruh yaitu kondisi fisik yang mulai melemah saat memasuki masa lanjut usia, serta adanya kekhawatiran yang disebabkan oleh berkurangnya pendapatan setelah pensiun. Setiap proses pengambilan keputusan berbedabeda alasannya, maka akan menghasilkan akibat atau efek yang berbeda-beda, yaitu panti wredha sebagai tempat yang dapat memberikan kebebasan, baik dalam beraktivitas maupun dalam menjalankan peran-peran yang biasa dilakukan sebelumnya. Panti wredha sebagai tempat pelarian untuk menghindari konflik dan sebagai tempat persinggahan sementara (terminal), serta panti wredha sebagai tempat yang dapat memenuhi kebutuhan afeksi (Fitria, 2007). Mariani (2007) juga menambahkan bahwa lanjut usia yang berada di panti wredha dapat menemukan teman yang relatif seusia dengannya dimana mereka dapat berbagi cerita,
6 program-program pelayanan sosial yang bisa memberikan kesibukan buat mereka sebagai pengisian waktu luang di antaranya pemberian bimbingan sosial, bimbingan mental spiritual serta rekreasi, penyaluran bakat dan hobi, terapi kelompok, senam dan banyak kegiatan lainnya. Di panti wredha para lanjut usia mendapatkan fasilitas serta kemudahan-kemudahan lainnya, selain bersama teman seusianya, mereka juga mendapatkan pelayanan maksimal dari para pekerja sosial dimana mereka menemukan hari-harinya dengan ceria. Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Hurlock (1999) yang mengatakan bahwa efek yang didapat ketika lanjut usia tinggal di panti wredha dapat berupa efek yang negatif dan efek yang positif. Salah satu efek yang positif dari tinggal di panti wredha adalah terdapat kemungkinan untuk berhubungan dengan teman seusia (Hurlock, 1999). Keinginan untuk berhubungan dengan orang lain akan terus melekat pada manusia sepanjang rentang kehidupannya, tak terkecuali pada para lanjut usia. Hal tersebut sesuai dengan pengalaman seorang lanjut usia di panti wredha (Pebas, Wanita berusia 68 tahun) seperti terdapat dalam kutipan wawancara berikut: Saya senang tinggal di panti ini, disini saya bisa mendengarkan kebaktian itu, tinggal rame-rame enak, bisa cerita-cerita sama kawan-kawan, yang makannya ga enak pun bisa jadi enak karena rame-rame itu.. (Komunikasi Personal, 15 Maret 2008) Panti wredha memegang peranan penting dalam membangun perasaan lanjut usia, dimana apabila lanjut usia secara sukarela tinggal di suatu tempat maka akan membuat mereka memiliki pandangan diri yang positif, menyukai tempat itu dan dapat mengakibatkan situasi yang menyenangkan dalam penyesuaian diri (Hurlock, 1999). Efek positif dan efek negatif yang dialami lanjut usia ketika tinggal di panti akan mengakibat perubahan-perubahan dalam hidupnya. Untuk itu, lanjut usia yang tinggal di panti wredha perlu melakukan suatu penyesuaian diri.
7 Penyesuaian diri ini sering kali dimengerti sebagai kemampuan individu untuk menyamakan diri dengan harapan kelompok, sebagai mengatur kembali ritme hidup atau jadwal harian, dan sebagai suatu pembelajaran hidup dengan sesuatu yang tidak dapat diubah (Siswanto, 2007). Menurut Siswanto (2007), istilah penyesuaian diri dalam bahasa inggris memiliki dua kata yang berbeda maknanya, yaitu adaptasi (adaptation) dan penyesuaian (adjustment). Kedua istilah tersebut sama-sama mengacu pada pengertian mengenai penyesuaian diri, tetapi memiliki perbedaan yang mendasar. Adaptasi memiliki pengertian individu melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan, yang menekankan pada perubahan yang individu lakukan terhadap dirinya supaya tetap bisa sesuai dengan lingkungannya. Penyesuaian dipahami sebagai mengubah lingkungan agar menjadi lebih sesuai dengan diri individu. Pengertian ini menekankan pada perubahan lingkungan yang dilakukan oleh individu sehingga tetap sesuai dengan dirinya. Penyesuaian yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi penyesuaian diri lanjut usia baik dalam pengertian adaptation maupun adjustment. Menurut Hurlock (1999) penyesuaian diri lanjut usia di panti wredha dipengaruhi oleh faktor-faktor berupa persiapan untuk hari tua, pengalaman masa lampau, kepuasan dari kebutuhan, kenangan akan persahabatan lama, anak-anak yang telah dewasa, sikap sosial, sikap pribadi, metode penyesuaian diri, kondisi fisik, kondisi hidup dan kondisi ekonomi. Sikap anak-anak yang telah dewasa dan sering berhubungan dengan lanjut usia dapat menciptakan penyesuaian sosial dan personal yang baik bagi para lanjut usia di panti wredha. Apabila para lanjut usia masih merasa bagian dari keluarga dan tidak terputus kontak dengan sanak saudara mereka maka akan dapat mempengaruhi penyesuaian diri lanjut usia di panti wredha (Hurlock, 1999). Hal ini dapat dilihat dari hasil kutipan wawancara peneliti dengan seorang lanjut usia yang tinggal di panti wredha (Rala, Wanita berusia 87 tahun), kutipan wawancara tersebut adalah:
8 ...aku ngerasa nggak cocok tinggal dengan anakku..anakku agama Islam, aku kristen. Klo makan pun aku makan sendiri, bikin doa sendiri, macam orang gila kurasa samaku..tapi karena ayah saya orang agama saya pegang itu terus.. jadi saya putuskan tinggal disini saja..lebih enak kurasa..saya ngerasa bebas.. (Komunikasi Personal, 15 Maret 2008) Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri lanjut usia akan menentukan dalam arti mempunyai efek yang menentukan proses penyesuaian. Penyesuaian diri terbentuk melalui bentuk-bentuk penyesuaian diri yang dilakukan oleh lanjut usia berupa perilaku kompensatoris, perilaku menarik perhatian orang, memperkuat diri melalui kritik, identifikasi, sikap proyeksi, rasionalisasi, sublimasi, melamun dan mengkhayal, dan represi. Orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik adalah orang yang dengan keterbatasan yang ada pada dirinya, belajar untuk berinteraksi terhadap dirinya dan lingkungan dengan cara yang matang, bermanfaat, efisien, dan memuaskan, serta dapat menyelesaikan konflik, frustrasi, maupun kesulitan-kesulitan pribadi dan sosial tanpa mengalami gangguan tingkah laku (Schneiders dalam Agustiani, 2006). Menurut Adler (dalam Agustiani, 2006) dalam mengevaluasi penyesuaian diri tergantung pada 2 faktor yaitu, faktor situasi yang merupakan cara dari seseorang individu untuk melakukan penyesuaian diri dan bagaimana penilaian orang lain mengenai baik tidaknya penyesuaian diri tergantung pada situasi seperti apa individu melakukan penyesuaian, dan faktor yang kedua adalah nilai-nilai yang mengemukakan bahwa seseorang dikatakan baik penyesuaian dirinya tidak hanya bergantung pada situasi tapi juga nilai-nilai, ide-ide tentang apa yang seharusnya dilakukan dan bagaimana individu melakukan hal tersebut. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Calhoun & Acocella (1990) yang mengatakan bahwa dalam menilai perilaku penyesuaian diri yang baik tergantung pada faktor situasi dan nilai-nilai. Faktor situasi menyebabkan seseorang dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap suatu lingkungan tetapi tidak terhadap lingkungan yang lain. Faktor nilai-nilai adalah bagaimana penilaian kita tentang bagaimana seseorang seharusnya berperilaku.
9 Hurlock (1999) menyatakan bahwa dalam menilai penyesuaian diri yang baik dapat dilihat dari kualitas pola perilaku dan kepuasan atau kebahagiaan, sedangkan penyesuaian diri yang buruk dapat dilihat dari perubahan-perubahan dalam tingkah emosional, dan perubahanperubahan pada kepribadian. Ada empat kondisi yang menentukan berhasilnya orang lanjut usia dalam menyesuaikan diri terhadap kehidupan di panti wredha yaitu: pertama, apabila pria atau wanita yang masuk ke panti wredha secara sukarela; kedua, apabila pria atau wanita yang masuk panti wredha sudah terbiasa hidup dengan orang lain; ketiga, apabila jarak panti wredha dengan tempat tinggal mereka cukup dekat; dan keempat, adalah kondisi yang paling penting yaitu para lanjut usia masih merasa bagian dari keluarga dan tidak terputus kontak dengan sanak saudara mereka (Hurlock, 1999). Lanjut usia di panti wredha yang mampu menyesuaikan diri dengan baik, pada umumnya memiliki ciri-ciri yaitu memiliki persepsi yang akurat terhadap realita, kemampuan untuk beradaptasi dengan tekanan stres dan kecemasan, mempunyai gambaran diri yang positif tentang dirinya, kemampuan untuk mengekspresikan perasaannya serta memiliki relasi interpersonal yang baik. Adapun ciri-ciri lanjut usia di panti wredha yang gagal dalam melakukan penyesuaian diri yang efektif adalah memiliki tingkah laku yang aneh karena menyimpang dari norma, mengalami kesulitan, gangguan dalam melakukan penyesuaian diri secara efektif dalam kehidupan sehari-hari dan mengalami distres subjektif yang sering atau kronis (Siswanto, 2007). Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa lanjut usia memiliki alasan-alasan atau kondisi yang mempengaruhi pilihan pola hidup tertentu untuk tinggal di panti wredha yang mengakibatkan perubahan dalam kehidupannya. Terkait dengan fenomena di atas bahwa jika lanjut usia mengalami perubahan dalam hidupnya akan menyebabkan penyesuaian diri yang dipengaruhi oleh beberapa faktor dan
10 melalui bentuk-bentuk penyesuaian diri. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melihat bagaimana penyesuaian diri lanjut usia di panti wredha. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana penyesuaian diri lanjut usia di panti wredha. Penyesuaian diri tersebut dilihat dari: 1. Apa saja alasan atau kondisi yang mempengaruhi pilihan pola hidup lanjut usia untuk tinggal di panti wredha dan bagaimana efek atau akibatnya? 2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri lanjut usia di panti wredha? 3. Apa saja bentuk penyesuaian diri diri lanjut usia di panti wredha? 4. Bagaimana gambaran penyesuaian diri lanjut usia di panti wredha? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran penyesuaian diri lanjut usia di panti wredha. Hal ini penting untuk diketahui, mengingat pentingnya melakukan penyesuaian diri secara efektif bagi lanjut usia khususnya bagi lanjut usia di panti wredha. D. Manfaat Penelitian Dari penelitian ini diharapkan ada dua manfaat yang dapat diambil, diantaranya yaitu: 1. Manfaat Teoritis
11 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan memperkaya khasanah kajian Psikologi, khususnya di bidang Psikologi Klinis mengenai penyesuaian diri lanjut usia di panti wredha. 2. Manfaat Praktis a. Diharapkan penelitian ini memberikan masukan ataupun sumbangan informasi kepada lanjut usia di panti wredha untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya secara tepat, dan membantu lanjut usia untuk menyesuaikan dirinya di panti wredha secara efektif. b. Penelitian ini dapat memberi sumbangan informasi bagi keluarga, masyarakat, lembaga-lembaga, praktisi kesehatan, yayasan-yayasan yang menangani para lanjut usia agar dapat memberikan dukungan sosial yang dibutuhkan lanjut usia di panti wredha sehingga mereka dapat melakukan penyesuaian diri yang efektif. c. Sebagai wacana/pengetahuan ataupun data empiris mengenai penyesuaian diri lanjut usia di panti wredha, selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau acuan bagi peneliti selanjutnya. E. Sistematika Penulisan Laporan hasil penelitian ini disusun dalam sistematika sebagai berikut: BAB I : Pendahuluan Dalam bab ini menguraikan tentang latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
12 BAB II : Landasan Teori Bagian ini menguraikan tentang tinjauan teoritis yang menjadi acuan dalam pembahasan penelitian, terdiri dari teori-teori mengenai penyesuaian diri, termasuk definisi penyesuaian diri, aspek-aspek penyesuaian diri, faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, kriteria penilaian penyesuaian diri, ciri-ciri penyesuaian diri yang efektif dan tidak efektif. Teori lanjut usia, termasuk definisi lanjut usia dan perubahan-perubahan yang dialami lanjut usia. Teori panti wredha, termasuk definisi panti wredha, bentuk-bentuk panti wredha, alasan atau kondisi yang mempengaruhi pilihan pola hidup di panti wredha, efek/akibat tinggal di panti wredha, karakteristik individu yang tinggal di panti wredha, dan karakteristik panti wredha dan paradigma penelitian. BAB III : Metode Penelitian Dalam bab ini akan dijelaskan metode penelitian yang digunakan oleh peneliti, dalam hal ini adalah metode penelitian kualitatif, metode pengumpulan data, responden, lokasi penelitian, alat bantu pengumpulan data, karakteristik dan teknik pengambilan subjek, serta prosedur penelitian dan analisis data. BAB IV : Hasil Analisis Data Pada bab ini peneliti menjabarkan hasil dari analisa data yang menguraikan tentang data pribadi partisipan, analisa data dan interpretasi partisipan yang meliputi gambaran alasan/kondisi yang
13 mempengaruhi pilihan hidup di panti wredha, gambaran akibat/efek tinggal di panti wredha, faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri, gambaran bentuk-bentuk penyesuaian diri dan gambaran penyesuaian diri serta rangkuman hasil analisa data antar partisipan. BAB V : Kesimpulan, Diskusi dan Saran Kesimpulan berisikan hasil penelitian yang dilaksanakan, dan terdapat diskusi terhadap data-data yang tidak dapat dijelaskan dengan teori atau penelitian sebelumnya, karena merupakan hal baru, serta saran-saran praktis sesuai hasil dan masalah-masalah penelitian, serta saran-saran metodologis untuk penyempurnaan penelitian lanjutan.
BAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. Penyesuaian Diri 1. Definisi Penyesuaian Diri Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah adjustment atau personal adjustment. Menurut Calhoun dan Acocella (1990),
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENDUDUK LANJUT USIA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN Ir. ERNA MUTIARA. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
KARAKTERISTIK PENDUDUK LANJUT USIA DI PROPINSI SUMATERA UTARA TAHUN 1990 Ir. ERNA MUTIARA Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara PENDAHULUAN Pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Perkawinan 1. Pengertian Penyesuaian Perkawinan Konsep penyesuaian perkawinan menuntut kesediaan dua individu untuk mengakomodasikan berbagai kebutuhan, keinginan,
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Lanjut Usia (lansia) merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia. Masa di mana semua orang berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup, artinya secara fisik individu akan terus tumbuh namun akan berhenti
Lebih terperinciPENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN
PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Allah SWT berpasang-pasangan. Sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya serta mencari pasangan
Lebih terperincipara1). BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menjadi tua merupakan suatu proses perubahan alami yang terjadi pada setiap individu. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan 60 tahun sampai 74 tahun sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan adalah sebuah hubungan yang menjadi penting bagi individu lanjut usia yang telah kehilangan banyak peran (Indriana, 2013). Para individu lanjut usia atau
Lebih terperinciPENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyar
TUGAS TUGAS PERKEMBANGAN (Developmental Task) PENGERTIAN TUGAS-TUGAS PERKEMBANGAN adalah tugas - tugas yang harus dilakukan oleh seseorang dalam masa-masa tertentu sesuai dengan norma-norma masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lansia merupakan tahap akhir manusia mengalami penurunan fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang menurun. Menurut World Health Organization
Lebih terperinciGAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan aset yang paling berharga bagi manusia, karena dengan sehat manusia bisa terus menjalankan aktivitas kehidupan tanpa mengalami masalah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (www.kompasiana.com/wardhanahendra/mereka-lansia-mereka-berdaya) orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010, jumlah penduduk di Indonesia menunjukkan bahwa Indonesia termasuk 5 besar negara dengan jumlah penduduk lansia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan lahir batin dan persatuan antara dua pribadi yang berasal dari keluarga, sifat, kebiasaan dan budaya yang berbeda. Pernikahan juga memerlukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah salah satu periode dalam rentang kehidupan manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada fase ini seorang individu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa dimana individu telah beranjak jauh dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa tua merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia, dalam masa ini akan terjadi proses penuaan atau aging yang merupakan suatu proses yang dinamis sebagai
Lebih terperinciJurnal FamilyEdu 50 Ester Elisabeth Sipayung et al
Jurnal FamilyEdu 50 Ester Elisabeth Sipayung et al Vol 1 No.1 April 2015 Pelaksanaan Program Pendampingan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Karitas Cimahi Ester Elisabeth Sipayung 1, Yani Achdiani,
Lebih terperinciMODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)
MODUL PERKULIAHAN Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri) Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Psikologi Psikologi 03 MK61112 Aulia Kirana,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang, kehidupan seksual dikalangan remaja sudah lebih bebas dibanding dahulu. Terbukanya saluran informasi seputar seks bebas beredar dimasyarakat
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI A. KEMANDIRIAN 1. Defenisi Kemandirian Menurut Steinberg (2002) kemandirian adalah kemampuan individu untuk bertingkah laku secara seorang diri. Steinberg (2006) juga menjelaskan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua
14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Konsep Psychological Well Being Konsep psychological well being sendiri mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal. Sampai saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berusia diatas 50 tahun sehingga istilah Baby Boom pada masa lalu berganti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk usia lanjut dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Di negara maju
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia melewati tahap demi tahap perkembangan dalam kehidupannya. Pada setiap tahap perkembangan terdapat tugas-tugas perkembangan yang menurut Havighurst
Lebih terperinciPENYESUAIAN DIRI LANJUT USIA di PANTI WREDHA SKRIPSI
PENYESUAIAN DIRI LANJUT USIA di PANTI WREDHA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi OLEH: RUTH TRESIA SARI S. 041301122 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA GANJIL,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahasan dalam psikologi positif adalah terkait dengan subjective well being individu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada umumnya, ilmu psikologi lebih menekankan kepada aspek pemecahan masalah yang dialami individu dan cenderung lebih memusatkan perhatian kepada sisi negatif perilaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu sejak dilahirkan akan berhadapan dengan lingkungan yang menuntutnya untuk menyesuaikan diri. Penyesuaian diri yang dilakukan oleh individu diawali dengan penyesuaian
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah individu yang selalu belajar. Individu belajar berjalan, berlari, dan lain-lain. Setiap tugas dipelajari secara optimal pada waktu-waktu tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dimaksud adalah lingkungan sosial yang berisi individu-individu yang
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penyesuaian Diri 1. Definisi Penyesuaian Diri Salah satu bentuk interaksi ditandai ketika seseorang menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Lingkungan baru yang dimaksud adalah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya. Siswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hubungan yang baik antara dirinya dan lingkungan (Kristiyani, 2001). Penyesuaian diri
BAB I PENDAHULUAN I. A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan dan penyesuaian diri memiliki kaitan yang sangat erat. Segala sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan tidak akan dapat berjalan tanpa adanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu utama bagi individu yang ada pada masa perkembangan dewasa awal. Menurut Erikson,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk kebahagiaan dirinya dan memikirkan wali untuk anaknya jika kelak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Selama 10 tahun saya menjanda, tidak ada pikiran untuk menikah lagi, karena pengalaman yang tidak menyenangkan dengan perkawinan saya. Tapi anak sudah besar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan sering menilai seseorang berdasarkan pakaian, cara bicara, cara berjalan, dan bentuk tubuh. Lingkungan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan yang bermutu adalah yang mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergi, yaitu bidang administratif dan kepemimpinan, bidang instruksional
Lebih terperinci1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Kota Bandung merupakan salah satu kota yang berada di provinsi Jawa Barat yang memiliki jumlah penduduk 2.470.802 jiwa pada tahun 2014 dengan kepadatan penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Setiap makhluk hidup didunia memiliki keinginan untuk saling berinteraksi. Interaksi social yang biasa disebut dengan proses sosial merupakan syarat utama terjadinya
Lebih terperinciPENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA
PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : SANTI SULANDARI F 100 050 265 FAKULTAS PSIKOLOGI
Lebih terperinciASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Bp. J DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG SENA RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Mendapat Gelar Ahli Madya Keperawatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah
Lebih terperinciBAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan
BAB I 1.1 Latar Belakang Masalah Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, individu akan mengalami fase-fase perkembangan selama masa hidupnya. Fase tersebut dimulai dari awal kelahiran hingga fase dewasa akhir yang
Lebih terperinciIRMA MUSTIKA SARI J
HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK PERSONAL DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan ikatan yang terbentuk antara pria dan wanita yang di dalamnya terdapat unsur keintiman, pertemanan, persahabatan, kasih sayang, pemenuhan hasrat
Lebih terperinciBAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.
1 BAB 1 PENGANTAR A. Latar Belakang Masalah Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan. Dimulai dari masa bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan masa tua. Pada setiap masa pertumbuhan manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya usia harapan hidup hampir di seluruh negara di dunia menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dan terjadi transisi demografi ke arah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya
1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.
Lebih terperinciSTRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI
STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI Disusun guna memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Noorfi Kisworowati F 100 050 234
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penurunan kondisi fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pada rentang kehidupan manusia akan selalu terjadi proses perkembangan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rentang kehidupan manusia akan selalu terjadi proses perkembangan. Rentang kehidupan dapat dibagi menjadi sembilan periode, yaitu sebelum kelahiran, baru dilahirkan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di bidang kedokteran, seperti penemuan antibiotika yang mampu melenyapkan berbagai penyakit infeksi,
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI
HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan di mana ia harus menyelesaikan tugastugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak, masa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa
1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dalam perjalanan hidup manusia, terdapat tiga saat yang penting, yakni lahir, menikah, dan meninggal. Pernikahan merupakan penyatuan dua jiwa menjadi satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang
BAB I PENDAHULUAN l.l Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset bangsa yang tak ternilai harganya. Merekalah yang akan menerima kepemimpinan dikemudian hari serta menjadi penerus perjuangan bangsa. Dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Penyesuaian Diri Penyesuaian berarti adaptasi yang dapat mempertahankan eksistensinya atau bisa bertahan serta memperoleh
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Tentang Kesejahteraan 2.1.1 Definisi Kesejahteraan dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1989) adalah keamanan, keselamatan, ketentraman, kesenangan hidup, kemakmuran.
Lebih terperinci5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Siti Zahroh Nur Sofiani Suryana, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menjadi tua itu pasti dan menjadi dewasa itu pilihan. Kalimat tersebut mengingatkan individu bahwa menjadi tua adalah sebuah kepastian dalam rentang hidup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara
BAB II LANDASAN TEORI A. Harga Diri 1. Definisi harga diri Harga diri merupakan evaluasi individu terhadap dirinya sendiri baik secara positif atau negatif (Santrock, 1998). Hal senada diungkapkan oleh
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. PENYESUAN SOSIAL 1. Pengertian Penyesuaian sosial merupakan suatu istilah yang banyak merujuk pada proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. sebagai berikut, Seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Menurut WHO (1998) dalam Nugroho (2000) lanjut usia meliputi : usia
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lansia 1. Pengertian Lansia adalah orang yang berumur lebih dari 65 tahun (Nuhgroho, 2000). Berdasarkan Undang-Undang No. 4 tahun 1965 dalam pasal 1 dinyatakan sebagai berikut,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja berasal dari kata adolescence yang memiliki arti tumbuh untuk mencapai kematangan, baik mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa remaja ditandai dengan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia sejak lahir dibagi dalam beberapa masa, yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa serta masa usia lanjut. Keberhasilan pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Lanjut usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa kanak-kanak, remaja, dewasa dan berlanjut menjadi orang tua merupakan proses yang dilalui oleh setiap manusia secara berkesinambungan dalam hidupnya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. satunya yaitu proses penuaan. Proses penuaan (aging. proses) adalah norma (Suling dan Palenkahu, 2002). Proses
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia tidak lepas dari hukum alam, yang salah satunya yaitu proses penuaan. Proses penuaan (aging proses) adalah norma (Suling dan Palenkahu, 2002). Proses menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia terutama para peneliti. Hal ini dikarenakan semuanya menginginkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menjadi tua dalam kehidupan selalu menjadi pergumulan bagi manusia terutama para peneliti. Hal ini dikarenakan semuanya menginginkan adanya keabadiaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN TEORITIS
BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. 1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa lanjut usia (lansia) merupakan masa paling akhir dari siklus kehidupan manusia. Lansia bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (Papalia, 2008). Berkembangan manusia tidak hanya secara fisik tetapi juga secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia setiap hari akan terus menerus tumbuh dan berkembang. Dari bayi yang baru lahir tumbuh dan berkembang hingga mencapai masa dewasa akhir (Papalia, 2008).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia sejak awal kelahirannya adalah sebagai mahluk sosial (ditengah keluarganya). Mahluk yang tidak dapat berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain.
Lebih terperinciBab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Obesitas pada masa kini bukanlah suatu hal yang asing lagi. Obesitas kini adalah sebuah permasalahan yang secara umum dialami oleh setiap individu tanpa membedakan
Lebih terperinciFAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH
GAMBARAN POLA ASUH PENDERITA SKIZOFRENIA Disusun Oleh: Indriani Putri A F 100 040 233 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010 GAMBARAN POLA ASUH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang satu akan memberikan pengaruh pada tahap perkembangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pada dasarnya dialami oleh semua makhluk hidup. Tahapan perkembangan pada manusia dimulai pada saat manusia berada di dalam kandungan (prenatal) hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa kehidupan yang penting dalam rentang hidup manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional (Santrock,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja adalah mereka yang berusia 12 tahun sampai 21 tahun. Usia 12 tahun merupakan awal pubertas bagi seorang gadis, yang disebut remaja kalau mendapat menstruasi (datang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara berkembang, remaja merupakan bagian terbesar dalam populasi. Data demografi menunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan melalui serangkaian periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia. Semua individu pasti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan secara berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk setiap masing-masing
Lebih terperinciUsia yang Tinggal di Panti Werdha
Gambaran Psychological Well Being Pada Individu Lanjut Usia yang Tinggal di Panti Werdha http://www.gunadarma.ac.id/ Disusun Oleh Novalia Desty Utami Latar Belakang Lansia ingin untuk dapat lebih menghabiskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan hidup manusia dialami dalam berbagai tahapan, yang dimulai dari masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dalam setiap tahapan perkembangan terdapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa yang jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya. Dengan terbukanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahap-tahap perkembangan mulai dari periode pranatal sampai pada masa usia lanjut
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Penelitian Perubahan terjadi pada manusia seiring dengan berjalannya waktu melalui tahap-tahap perkembangan mulai dari periode pranatal sampai pada masa usia lanjut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2000 diperoleh data bahwa jumlah lansia (kaum lanjut usia) mencapai 15,8 juta jiwa atau 7,6%. Sementara itu populasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan
BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Membangun dan mempertahankan hubungan dengan pasangan merupakan salah satu aspek yang penting perkembangan individu dewasa (Kelley & Convey dalam Lemme, 1995).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin (adolescence) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Dalam perkembangan kepribadian seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.
Lebih terperinci