BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut Badan Informasi Geospasial luas negara Indonesia adalah km 2, km 2 diantaranya adalah daratan atau hanya 37,11% luas Indonesia berupa daratan. Data dari BPS tahun 2015 menyebutkan bahwa luas daratan hutan di Indonesia adalah ,4171 km 2. Menurut UU No 41 tahun 1999 pengertian Hutan didefinisikan sebagai suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan. Hutan berfungsi sebagai salah satu penentu sistem penyangga kehidupan dan sumber kemakmuran rakyat. Berdasarkan catatan Kementrian Kehutanan Republik Indonesia, hutan Indonesia mengalami penyusutan sedikitnya 1,1 juta hektar atau 2% tiap tahunnya. Data Kementerian Kehutanan menyebutkan dari sekitar 120 juta hektar hutan yang tersisa di Indonesia, 42 juta hektar diantaranya sudah habis ditebang. Kerusakan atau ancaman yang paling besar terhadap hutan alam di Indonesia adalah penebangan liar, alih fungsi hutan menjadi perkebunan, kebakaran hutan dan eksploitasi hutan secara tidak lestari baik untuk pengembangan pemukiman, industri, dan kegunaan lain. Kerusakan hutan yang semakin parah menyebabkan terganggunya keseimbangan ekosistem hutan dan lingkungan disekitarnya. Sektor kehutanan merupakan salah satu sektor terpenting yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Salah satu masalah yang dihadapi Pemerintah adalah terjadinya penebangan pohon jati secara ilegal dan berkurangnya jumlah pohon jati di area perusahaan hutan (PT. PERHUTANI). Hal tersebut juga dialami pada petak di Bagian Hutan Getas dan Ngandong yang berlokasi di Kabupaten Blora. Akibat penebangan pohon jati secara ilegal adalah turunnya produksi jati dalam negeri menurun dan lahan hutan menjadi kering ketika musim kemarau karena tidak ada 1

2 2 resapan air ketika hujan turun di musim hujan. Dalam penataan dan pengelolaan diperlukan data spasial untuk perencanaan. Untuk saat ini belum tersedianya data spasial BH Getas dan Ngandong, oleh karena itu penulis melakukan kegiatan aplikatif ini dan menampilkan data spasial ke dalam web. Hutan berperan sangat penting bagi kelangsungan makhluk hidup di bumi, dimana kekayaan yang terkandung didalamnya dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup. Hutan memiliki banyak manfaat dan fungsi, namun belum sepenuhnya dipergunakan sebaik-baiknya. Terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebab dan penghalang sehingga hutan belum dapat digunakan sepenuhnya. Hal tersebut dikarenakan tidak dikelolanya dan tidak ditatanya hutan sesuai dengan mestinya. Akses dan hak pemanfaatan atas berbagai kategori hutan harus diatur sebaik-baiknya bagi semua kelompok masyarakat dengan memperhatikan berbagai aspek. Digitasi tutupan lahan pada foto udara hasil pemotretan dengan UAV (Unmanned Aerial Vehicle) adalah langkah awal untuk memperoleh data spasial Bagian Hutan Getas dan Ngandong. Dari data digitasi tutupan lahan tersebut kemudian dilakukan kegiatan pemetaan partisipatif. Pemetaan Partisipatif menurut Aditya (2009), adalah strategi yang dapat dimanfaatkan untuk mendukung proses penyerapan aspirasi dan kebutuhan komunitas masyarakat akan pembangunan infrastruktur. Pemetaan partisipatif dilakukan dengan pendekatan bottom-up, metode penyaluran aspirasi kelompok masyarakat pengguna maupun kelompok masyarakat yang akan terkena dampak suatu kegiatan pembangunan. Digitasi tutupan lahan dan pemetaan partisipatif merupakan langkah atau tahap awal untuk mengelola dan menata Bagian Hutan Getas dan Ngandong, pemetaan partisipatif merupakan langkah yang dianggap cukup efektif untuk memperoleh data dan aspirasi masyarakat sekitar mengenai Bagian Hutan Getas dan Ngandong. Pemetaan partisipatif dilakukan dengan menggunakan formulir dan lembar peta untuk validasi dan mendapatkan umpan balik terkait validitas fitur geospasial yang digambarkan di peta dan untuk mengumpulkan aspirasi masyarakat. Formulir dibuat berdasarkan kriteria dan indikator yang dibutuhkan untuk proses penataan kembali hutan jati. Hasil kegiatan pemetaan partisipatif tersebut kemudian akan dibuat peta interaktif online tutupan lahan Bagian Hutan Getas dan Ngandong Kesatuan

3 3 Pemangkuan Hutan Ngawi. Peta tersebut nantinya hanya akan menampilkan informasi spasial mengenai data tutupan lahan dan informasi mengenai desa yang terdapat di sekitar Bagian Hutan Getas dan Bagian Hutan Ngandong. Peta berbasis web ini ditujukan untuk pengelola hutan Getas dalam menyimpan dan memperbarui perubahan tutupan lahan ke depan. Untuk masyarakat umum, peta berbasis web ini ditujukan sebagai media komunikasi ragam tutupan lahan yang ada di Bagian Hutan Getas dan Ngandong. Saat ini, terdapat beberapa komponen perangkat lunak untuk membuat peta interaktif di web. Salah satu komponen perangkat lunak tersebut adalah OpenLayers 3. OpenLayers 3 merupakan perangkat lunak yang relatif mudah digunakan dan bersifat tidak berbayar sehingga memudahkan pengguna untuk melakukan personalisasi tampilan web yang diinginkan. Melalui kegiatan aplikatif ini, penulis akan melakukan digitasi tutupan lahan pada foto udara, melakukan pemetaan partisipatif pada masyarakat yang berada di Bagian Hutan Getas maupun Bagian Hutan Ngandong dan kemudian menyajikan data hasil digitasi tutupan lahan dan hasil pemetaan partisipatif berupa peta interaktif pada sebuah halaman web menggunakan OpenLayers 3. I.2 Cakupan Kegiatan Cakupan kegiatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Melakukan digitasi tutupan lahan pada Bagian Hutan Getas dan Ngandong, hasil dari foto udara menggunakan UAV. 2. Menyajikan hasil pelaksanaan pemetaan partisipatif di Bagian Hutan Getas dan Ngandong. 3. Membuat peta interaktif untuk ditampilkan pada halaman web menggunakan OpenLayer Peta yang ditampilkan melalui halaman web memberikan informasi berupa letak, nomor, luas dari petak dan lain-lain.

4 4 I.3 Tujuan Kegiatan aplikatif ini bertujuan untuk menampilkan dan memberikan informasi tentang tutupan lahan, petak, informasi sumber air, dan informasi bangunan dalam bentuk peta interaktif berbasis web menggunakan OpenLayers 3. I.4 Manfaat Manfaat dari pembuatan peta interaktif tutupan lahan Bagian Hutan Getas dan Ngandong di Kabupaten Blora berbasis web adalah sebagai berikut : 1. Peta online interaktif ini dapat digunakan sebagai informasi untuk mengetahui letak, luas, dan batas dari klasifikasi setiap tanaman maupun petak. 2. Peta online interaktif bermanfaat sebagai media informasi sebagai langkah awal untuk memperbaiki dan menata Bagian Hutan Getas dan Ngandong. 3. Peta online interaktif ini dapat memberikan informasi mengenai aspirasi masyarakat terhadap BH Getas dan BH Ngandong dari kegiatan pemetaan partisipatif. I.5 Landasan Teori I.5.1 Digitasi Digitasi adalah proses konversi dari peta analog menjadi peta digital (Puntodewo dkk., 2003). Cara kerja digitasi adalah dengan mengkonversi fitur-fitur spasial yang ada pada peta menjadi kumpulan koordinat x dan y. Untuk menghasilkan data yang akurat, dibutuhkan sumber peta analog dengan kualitas tinggi. Dan untuk proses digitasi, diperlukan ketelitian dan konsentrasi tinggi dari operator. Sedangkan menurut Khomsin (2004), digitasi adalah proses untuk mengubah informasi grafis yang tersedia dalam kertas ke format digital. Dalam prosesnya, digitasi memerlukan waktu, biaya, tenaga, dan menuntut adanya tenaga ahli yang cukup menguasai tekniknya. Hasil digitasi berupa objek atau kondisi di dalam dunia nyata yang disajikan dengan menggunakan titik dan garis posisi setiap objek disusun dengan menggunakan sistem koordinat. Digitasi secara umum dapat didefinisikan sebagai proses konversi data analog ke dalam format digital. Objek-objek tertentu seperti jalan, rumah, sawah dan lain-lain

5 5 yang sebelumnya dalam format raster pada sebuah foto udara resolusi tinggi dapat diubah kedalam format digital dengan proses digitasi. Proses digitasi secara umum dibagi dalam dua macam, yaitu yang pertama digitasi secara manual atau analog, proses digitasi ini memerlukan sebuah meja digitasi atau digitizer. Dan yang kedua adalah digitasi onscreen di layar monitor. Digitasi onscreen paling sering dilakukan karena lebih mudah dilakukan, tidak memerlukan tambahan peralatan lainnya, dan lebih mudah untuk dikoreksi apabila terjadi kesalahan (GIS Konsorsium, 2007). I.5.2 Tutupan Lahan Pengertian sederhana tutupan lahan adalah berbagai tipe objek yang terdapat di atas permukaan lahan. Observasi terhadap tipe-tipe tutupan lahan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan media pengindraan jauh. Setiap tipe tutupan lahan akan memiliki atribut spasial yang spesifik, seperti misalnya variasi vegetasi, cadangan karbon, dan kandungan hara. Tipe-tipe tutupan lahan akan membentuk konfigurasi habitat bagi tumbuhan dan hewan. Tergantung dari skala pengamatan yang dilakukan, padang rumput, tegakan pohon, hutan, padang pasir, lahan pertanian, dan pemukiman, adalah beberapa elemen tipe tutupan lahan (Mulyoutami dkk., 2010). Sedangkan menurut Jansen dan Gregorio (2002), Tutupan lahan adalah kondisi kenampakan biofisik permukaan bumi yang diamati. Penggunaan lahan adalah pengaturan, kegiatan dan input terhadap jenis tutupan lahan tertentu untuk menghasilkan sesuatu, mengubah atau mempertahankannya. Analisis akan lebih efektif jika data yang dihasilkan dari kedua istilah tersebut digabungkan karena memungkin mendeteksi lokasi perubahan terjadi, perubahan tipe dan bagaimana suatu lahan berubah. Semakin banyaknya sumber data citra atau foto udara dalam bentuk digital maka metode ekstraksi kelurusan otomatis merupakan teknik yang dipilih untuk diterapkan dalam banyak penelitian. Metode ekstraksi dan analisis manual/visual menghasilkan tingkat akurasi yang lebih baik namun perkembangan metode ekstraksi dan analisis digital/otomatis ini seharusnya mendapatkan respon yang positif mengingat metode ekstraksi dan analisis manual/visual memiliki tingkat subyektifitas yang tinggi dan sangat bergantung pada pengalaman dan keahlian seorang analis (Akase, 2016).

6 6 I.5.3 Peta Berbasis Web Peta berbasis web dikategorikan menjadi dua model, yaitu peta statis dan peta dinamis. Masing-masing kategori tersebut dibagi lagi menjadi dua tipe yaitu view only dan interactive (Kraak dan Brown, 2001). I Peta statis. Peta statis dalam halaman web biasanya paling banyak digunakan. Peta statis ini adalah peta yang dihasilkan dari produk kartografi seperti pada peta umumnya. Kebanyakan dari jenis peta statis ini adalah berupa view only. Peta ini akan menjadi interaktif, apabila kemudian pengguna dapat melakukan perintah-perintah tertentu, misalnya: zooming, panning, dan hyperlink ke informasi tertentu, atau pengaturan pada layer tertentu yang ingin ditampilkan pengguna. I Peta dinamis. Peta dinamis merupakan peta yang merepresentasikan perubahan-perubahan. Perubahan-perubahan yang terjadi dapat terdiri dari satu atau lebih dari komponen data yang ada. Perubahanperubahan tersebut disajikan dalam bentuk animasi. Pada jenis interaktif, animasi yang ditampilkan dapat sesuai dengan keinginan pengguna, misalnya menentukan jalur perjalanan, arah pandangan, ketinggian dan sebagainya. Peta dinamis yang sering ditemui di halaman web misalnya: peta dinamis perubahan pertumbuhan kota, peta jalur perjalanan dengan animasi jalurnya, peta tiga dimensi yang dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Skema klasifikasi dari peta web ditunjukkan pada Gambar I.1 berikut : Peta berbasis web Peta Statis Peta Dinamis View Only Interaktif View Only Interaktif Gambar I. 1 Klasifikasi peta berbasis web (Sumber : Kraak dan Brown, 2001)

7 7 Menurut Kraak dan Brown (2001), klasifikasi peta web dikelompokkan menjadi empat, yaitu sebagai berikut ini: 1. Peta Statis View Only, peta ini biasanya hanya berupa peta digital yang berasal dari pemindaian peta kertas atau peta analog. Peta ini juga dapat diperoleh dari digitasi peta. Kemudian peta digital tersebut dimasukan ke dalam web dengan bentuk raster image (*.png;*.jpg). Peta tersebut dikatakan view only, karena pengguna hanya dapat melihat peta tersebut tanpa memiliki kontrol apapun terhadap peta tersebut (Kraak dan Brown, 2001). 2. Peta Statis Interaktif, peta ini juga berasal dari hasil pemindaian peta analog yang kemudian di masukkan ke dalam web dalam bentuk raster. Namun, pengguna peta memiliki kontrol terhadap peta. Pengguna dapat melakukan pembesaran dan penggeseran terhadap peta tersebut (Kraak dan Brown, 2001). 3. Peta Dinamis View Only. Berbeda dengan peta statis, peta dinamis merupakan peta yang dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman web. Pada peta dinamis view only pengguna peta dapat melakukan perbesaran dan penggeseran pada peta tersebut (Kraak dan Brown, 2001). 4. Peta Dinamis Interaktif. Peta ini juga dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman web. Namun, yang membedakannya dengan peta dinamis view only adalah peta ini memungkinkan pengguna melakukan melakukan pencarian lokasi (Kraak dan Brown, 2001). Perangkat lunak atau sistem desain tampilan web dibutuhkan untuk membuat tampilan web lebih menarik. Bahasa pemrograman javascript, Cascading Style Sheet, dan lain-lain sering digunakan untuk sistem desain web. Perangkat lunak atau sistem yang digunakan merupakan program professional editor HTML yang digunakan untuk mengelola situs dan menata layout halaman web (Ruvalcaba, 2002).

8 8 I.5.4 Kartografi Menurut Asosiasi Kartografi Internasional, kartografi didefinisikan sebagai Cartography is the discipline dealing with the art, science and technology of making and using maps (ICA, 2011). Kartografi adalah suatu disiplin ilmu yang berhubungan dengan visualisasi dari informasi geografis, atau dalam pengertian popular dapat dikatakan sebagai sebuah disiplin yang melibatkan ilmu, teknik, serta seni dalam pembuatan desain peta dan produksi peta (Soendjojo dan Riqqi, 2012). Ilmu kartografi sendiri terus berkembang dari masa ke masa. Perkembangan ilmu kartografi ini seiring dengan berkembangnya teknologi internet Kartografi digital. Seiring pesatnya pekembangan teknologi khusunya teknologi digital seperti sekarang ini, membuat ilmu kartografi juga berkembang kearah digital. Kartografi digital ini adalah perkembangan dari kartografi analog yang sudah ada sebelumnya. Kartografi digital memungkinkan seorang kartografer untuk membuat sebuah peta menjadi lebih mudah. Tahapan pekerjaan kartografi yang dulunya cukup panjang menjadi lebih singkat, alternatif desain peta dapat dihasilkan dalam waktu yang relatif singkat disebabkan beberapa bagian dari proses seperti pembuatan model warna dan cetak peta sudah dilakukan secara otomatis menggunakan komputer dan printer (Soendjojo dan Riqqi, 2012). Kartografi digital menghasilkan dua produk yang satu sama lain memenuhi fungsi masing masing, yaitu: 1. Basis data digital, merupakan media penyimapanan informasi geografis sebagai pengganti pencetakan peta. 2. Visualisasi kartografis pada sejumlah media yang berbeda merupakan fungsi pelayanan selain pencetakan peta. Dari perkembangan teknologi komputer ini memungkinkan setiap orang memiliki proses kreatifnya sendiri dalam pemanfaatan basis data spasial untuk membuat suatu visualisasi kartografis dalam pembuatan peta. Namun disisi lain,

9 9 jika pembuat yang tidak mendalamai atau menghayati ilmu kartografi, peta yang dihasilkan dapat kehilangan kaidah kaidah kartografi yang berlaku selama ini Simbolisasi kartografi. Menurut Kraak dan Ormeling (2010), simbolisasi dalam kartografi dibedakan menjadi tiga, yaitu simbolisasi berdasarkan bentuk, simbolisasi berdasarkan jenis dan simbolisasi berdasarkan artinya. 1. Berdasarkan bentuknya simbol dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu simbol titik, garis dan luasan. i. Simbol titik mencerminkan kenampakan atau data yang mempunyai sifat non dimensi (data posisional). Data ini biasanya digunakan untuk menggambarkan lokasi bangunan, mercusuar dan lain lain. ii. Simbol garis adalah simbol yang mencerminkan kenampakan atau data yang mempunyai satu dimensi yaitu panjang atau jarak. Misalnya, rel kereta api, jalan, sungai dan lain lain. iii. Simbol luasan adalah simbol yang mencerminkan kenampakan yang mempunyai sifat dua dimensi yaitu luas. Contoh dari simbol area adalah penggambaran bidang tanah. 2. Berdasarkan jenisnya penyajian simbol dalam peta dapat dibedakan menjadi tiga yaitu: simbol piktorial, simbol geometrik atau abstrak, dan simbol huruf atau angka. i. Simbol piktorial merupakan simbol yang dalam kenampakannya mirip atau sama dengan wujud objek yang diwakilinya. ii. Simbol geometrik atau abstrak merupakan simbol yang tidak ada kemiripan dengan wujud aslinya. iii. Simbol huruf atau angka merupakan simbol yang menggunakan huruf pertama atau kedua dari nama objek yang diwakilinya. 3. Simbol menurut artinya. Pada penggunaan simbol ini erat kaitannya dengan skala data (ukuran data) yang dalam penyajiannya dapat

10 10 dibedakan menjadi simbol: Kualitatif (nominal), ordinal, kuantitatif interval, kuantitaif rasio. i. Skala Nominal: nilai-nilai antara atribut objek berbeda secara alami, aspek yang satu dengan yang lain tidak ada yang lebih penting. Misalnya penggunaan lahan, jenis tanah dan data geologi. ii. Skala Ordinal: Nilai-nilai atribut yang berbeda satu sama lain, tapi masih ada hubungannya sama pentingnya dengan yang lain. Misalnya hangat, dingin, sejuk dan lain lain. iii. Skala Interval: Nilai-nilai atributnya berbeda, dapat ditata dan jarak antar objek dapat ditentukan. Contoh skala interval pada kontur iv. Skala Ratio: nilai-nilai atributnya berbeda, dan dapat ditata. Jarak antara ukuran objek dapat ditentukan dan ukuran objek tersebut saling berhubungan dengan yang lain. Sifat angka nol pada skala ratio ini mutlak jadi tidak memiliki nol yang lainnya I.5.5 Visualisasi Tematik Menurut Soendjojo dan Riqqi (2012), Peta tematik adalah peta yang memperhatikan informasi kualitatif dan atau kuantitatif dari suatu unsur tertentu. Peta tematik adalah sebuah peta khusus dirancang dan disajikan untuk menunjukkan tema tertentu yang terhubung dengan area geografis tertentu. Peta ini bisa menggambarkan fisik, sosial, politik, budaya, ekonomi, sosiologi, pertanian, atau aspek lain dari sebuah kota, negara, wilayah, bangsa, atau benua. Sebuah peta tematik adalah peta yang berfokus pada tema atau subjek daerah tertentu, sedangkan peta topografi semua fenomena geospasial (alam & buatan) teratur disajikan bersama-sama. Terdapat beberapa jenis peta tematik dalam visualisasinya, jenis-jenis peta tematik tersebut tergantung dari maksud dan tujuan peta tematik agar informasi disajikan pada peta dapat mudah dimengerti oleh pengguna peta. Menurut Soendjojo dan Riqqi (2012), terdapat tujuh jenis peta tematik yaitu peta diagram, peta distribusi, peta choropleth, peta dasymetrik, peta chorochromatic, peta isoline, dan peta alir. Pada kegiatan apalikatif ini jenis peta tematik yang relevan yaitu peta distribusi dan peta chorochromatic.

11 Peta Distribusi. Suatu peta tematik yang menggunakan simbol titik kuantitatif untuk menyajikan suatu data yang spesifik, serta mempunyai kuantitas yang pasti dari sejumlah variabel. Satu titik (dalam bentuk simbol) memberikan suatu nilai tertentu, sehingga jika pada suatu area di peta bersangkutan terdapat 10 titik, maka akan menginformasikan bahwa pada daerah tersebut terdapat 10 kali nilai dari titik bersangkutan. Salah satu contoh peta distribusi adalah peta Penyebaran Penduduk yang penyajian sebaran titiknya dapat dibedakan atas penyebaran secara administratif dan geografis. Contoh peta distribusi ditampilkan pada Gambar I.2. Gambar I.2 Contoh Peta Distribusi (Sumber : Soendjojo dan Riqqi, 2012) Peta Chorochromatic. Peta tematik yang memperlihatkan distribusi kualitatif dari fenomena spesifik dan relasinya; contoh, peta tanah (soil map). Pada peta Tanah ini, semua jenis tanah yang ada pada daerah bersangkutan disajikan berdasarkan areanya dengan menggunakan warna yang berbeda-beda. Warna muda dan warna tua yang digunakan untuk simbol jenis-jenis tidak mempunyai suatu harga tertentu karena sifatnya yang kualitatif. Contoh Peta Chorochromatic ditampilkan pada Gambar I.3. Gambar I.3 Contoh Peta Chorochromatic (Sumber : Soendjojo dan Riqqi, 2012) I.5.6 Domain Geospasial Menurut Aryanto dan Tjendrowasono (2012), domain adalah nama unik yang digunakan untuk mengidentifikasikan nama server hosting pada jaringan internet, domain ini untuk mempermudah penyebutan atau pemanggilan data atau informasi

12 12 pada sebuah server. Sedangkan menurut Mahfudz dan Nasution (2005), domain adalah suatu grup komputer yang terkelola secara terpusat dengan menggunakan sistem operasi Windows. Menurut Prahasta (2007), Sistem Informasi Geografis berbasis web adalah aplikasi SIG atau pemetaan digital yang memanfaatkan jaringan internet sebagai media komunikasi yang berfungsi mendistribusikan, mempublikasikan, mengintegrasikan, mengkomunikasikan, dan menyediakan informasi dalam bentuk teks, peta digital serta menjalankan fungsi-fungsi analisis dan query yang terkait dengan SIG melalui jaringan internet. Aplikasi SIG berbasis web sering juga disebut WebGIS. I.5.7 Halaman Web Halaman web merupakan kumpulan dari beberapa komponen yang saling berkait satu sama lainya. Komponen-komponen tersebut yaitu World Wide Web (WWW), Hyper Text Markup Language (HTML), Javascript (Js) dan Cascading Style Sheet (CSS). Dalam pembuatan sebuah web dikenal dengan istilah HTML atau Hypertext Markup Language. HTML merupakan sebuah bahasa markup yang digunakan untuk membuat sebuah halaman web. Bahasa markup terdiri atas sekumpulan tag markup, seperti tag HTML. Tag HTML mendefinisikan dokumen HTML, sehingga masing-masing dokumen HTML didefinisikan menggunakan tag HTML yang berbeda (W3C, 1999). Selain HTML, terdapat bahasa pemrograman web lain yaitu JavaScript dan CSS yang digunakan dalam penyusunan halaman web. JavaScript merupakan bahasa scripting yang berfungsi untuk membuat tampilan dokumen web lebih interaktif. Javascript berupa barisan kode yang dijalankan pada web browser. Javascript termasuk dalam bahasa interpreter, yang berarti setiap script dieksekusi tanpa proses kompilasi. Javascript biasanya disisipkan pada dokumuen HTML (Sunyoto, 2007). JavaScript dapat digunakan untuk menampilkan data spasial pada halaman web, salah satunya adalah OpenLayers 3. OpenLayers 3 merupakan JavaScript murni yang digunakan untuk menampilkan peta pada suatu peramban web tanpa bergantung pada server. OpenLayers 3 bersifat tidak berbayar dan dibangun oleh komunitas Open Source.

13 13 CSS (Cascading Style Sheet) merupakan sebuah teknologi yang direkomendasikan oleh World Wide Web Consortium atau disingkat dengan W3C pada tahun CSS adalah bahasa stylesheet yang digunakan untuk memperindah dan mengatur gaya tampilan/layout halaman web agar lebih elegan dan menarik. Hal-hal yang dapat diatur dengan CSS antara lain memberi warna font, mengatur posisi, mengganti warna tulisan jika disentuh dengan mouse, dan lain sebagainya (Kun, 2010). I.5.8 Pemetaan Partisipatif Pada awal perkembangan Pemetaan Partisipatif (PP), target partisipasi adalah masyarakat umum yang tidak memiliki akses kepada kekuasaan dan peran dalam penentuan kebijakan. Karena target masyarakat dalam kegiatan PP adalah masyarakat yang terpinggirkan, maka seringkali PP digunakan sebagai wadah penyaluran aspirasi, misalnya untuk mendukung mediasi kelompok masyarakat terasing dan terpencil (Sieber, 2003). Intensitas partisipasi dalam PP sangat beragam. Berdasarkan intensitasnya, berikut ini disajikan bentuk partisipasi atau pelibatan anggota komunitas masyarakat pada kegiatan pemetaan partisipatif (McCall, 2004). 1. Berbagi informasi Pelibatan pengetahuan komunitas lokal oleh pihak luar dalam mengenali sumberdaya (misalnya: pemetaan tanah terlantar). 2. Konsultasi dan mediasi Pelibatan komunitas local dalam mengidentifikasi permasalahan (berupa kebutuhan dan tuntutan) yang terkait pada suatu topik khusus yang menjadi fokus pihak luar. 3. Pelibatan dalam pengambilan keputusan Interaksi pihak dalam dan pihak luar dari suatu komunitas secara bersama-sama dalam mengidentifikasi permasalahan, menganalisis permasalahan dengan tema interaksi pada umumnya diinisiasi dari pihak luar. 4. Inisiasi aksi Inisiatif pembangunan komunitas masayarakat dari warga masyarakat sendiri dalam merencanakan dan melaksanakan program pembangunan lingkungan secara kolaboratif.

14 14 Adapun berdasarkan tujuannya, PP dapat dikategorikan sebagai berikut (McCall, 2004) : 1. Fasilitasi Partisipasi dilaksanakan untuk mengenalkan dan memperlancar program pembangunan yang akan melibatkan komunitas masyarakat lokal. 2. Pemberdayaan Partispasi dilaksanakan untuk mendorong komunitas lokal dalam menentukan keputusan dan bertanggungjawab dalam berinisiatif, mendapatkan hak kepemilikan, menyediakan akses terutama kepada komunitas yang lemah dan tersisihkan. 3. Kolaborasi dan Mediasi Partisipasi dilakukan untuk menjamin kesinambungan antara proyek dari luar komunitas dengan kebutuhan dan tuntutan yang ada di dalam komunitas melalui usaha diskusi dan analisis secara kolaboratif.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perkembangan fisik di Kota Malang dalam beberapa tahun terakhir mengalami perkembangan yang pesat. Perkembangan yang pesat ini tentunya juga membawa masalah baru. Salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia memiliki angka perpindahan penduduk dari desa ke kota yang terus menerus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi tiap tahunnya. Menurut Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sejarah merupakan peristiwa-peristiwa penting di masa lampau yang terjadi di kehidupan manusia dan menyangkut perubahan serta perkembangan manusia (Ali, R.M., 2005).

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Pada dasarnya sistem informasi merupakan suatu sistem yang dibuat oleh manusia yang terdiri dari komponen komponen dalam organisasi untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Informasi Geografis Pencarian Apotik terdekat di Kota Yogyakarta. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Informasi Geografis Pencarian Apotik terdekat di Kota Yogyakarta. Pada BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian yang sama pernah dilakukan sebelumnya oleh Bambang Pramono (2016) di STMIK AKAKOM dalam skripsinya yang berjudul Sistem Informasi

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Fotografi Amir Hamzah Sulaeman mengatakan bahwa fotografi berasal dari kata foto dan grafi yang masing-masing kata tersebut mempunyai arti sebagai berikut: foto artinya cahaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara yang luas, terdiri atas sepertiga wilayah daratan dan dua pertiga wilayah lautan. Untuk membangun Negeri Indonesia yang besar dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar belakang

PENDAHULUAN. Latar belakang PENDAHULUAN I.1. Latar belakang Yogyakarta adalah Kota yang terletak di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Kota Yogyakarta berbatasan dengan Kabupaten Sleman, Bantul dan Kulon Progo yang terletak

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Pengertian sistem menurut Jogianto (2005 : 2) mengemukakan

BAB III LANDASAN TEORI. Pengertian sistem menurut Jogianto (2005 : 2) mengemukakan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Pengertian Sistem Informasi Pengertian sistem menurut Jogianto (2005 : 2) mengemukakan bahwa sistem adalah kumpulan dari elemen-elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Data statistik telah menjadi kebutuhan publik untuk lingkup yang lebih luas. Pengguna data statistik kini tak hanya instansi-instansi pemerintahan saja, tetapi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara Kepulauan dengan ribuan pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, baik pulau-pulau kecil maupun pulau-pulau besar. Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Pengertian Sistem Informasi II.1.1. Sistem Sistem pada dasarnya adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. bidang media komunikasi dan informasi. Internet adalah suatu jaringan komputer

BAB II LANDASAN TEORI. bidang media komunikasi dan informasi. Internet adalah suatu jaringan komputer BAB II LANDASAN TEORI 2.1 World Wide Web Dunia internet semakin berkembang, terutama penggunaanya dalam bidang media komunikasi dan informasi. Internet adalah suatu jaringan komputer global, sedangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Konsep Dasar Membangun Aplikasi Berbasis Web

BAB II LANDASAN TEORI Konsep Dasar Membangun Aplikasi Berbasis Web BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Konsep Dasar Membangun Aplikasi Berbasis Web Aplikasi berbasis web adalah aplikasi yang dijalankan melalui browser dan diakses melalui jaringan komputer. Aplikasi berbasis web

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS,

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS, Integrasi GISdan Inderaja Penginderaan jauh (remote sensing) adalah ilmu dan ketrampilan untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau fenomena melalui analisis data yang diperoleh dengan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berkaca dari pesatnya laju perkembangan teknologi. modern, sistem penjadwalan guru di sebuah sekolah akan lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Berkaca dari pesatnya laju perkembangan teknologi. modern, sistem penjadwalan guru di sebuah sekolah akan lebih BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka Berkaca dari pesatnya laju perkembangan teknologi modern, sistem penjadwalan guru di sebuah sekolah akan lebih efektif jika menggunakan sebuah aplikasi. Aplikasi

Lebih terperinci

Pengertian Sistem Informasi Geografis

Pengertian Sistem Informasi Geografis Pengertian Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan pada saat ini, maka turut berkembang pula teknologi yang digunakan. Dalam kesehariannya, manusia selalu membutuhkan teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepadatan arus lalu lintas akhir akhir ini semakin sering ditemui di kota-kota besar di Indonesia, dan permasalahan terkait kepadatan arus lalu lintas ini menjadi

Lebih terperinci

BAB I. I.1.Latar Belakang PENDAHULUAN

BAB I. I.1.Latar Belakang PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Salah satu dari sekian banyak sumber daya alam yang diciptakan oleh Allah SWT untuk kelangsungan hidup manusia adalah tanah atau lahan. Pengertian tanah menurut Sumaryo

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan teknologi komputer saat ini berkembang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi dan teknologi komputer saat ini berkembang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi dan teknologi komputer saat ini berkembang dengan sangat pesat. Kebutuhan akan itu pun semakin diminati oleh semua kalangan masyarakat,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Sistem Sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan objek, ide, berikut saling keterkaitannya (inter-relasi) di dalam (usaha) mencapai suatu tujuan (atau sasaran bersama

Lebih terperinci

FERNANDYA RISKI HARTANTRI / F DASAR-DASAR HTML

FERNANDYA RISKI HARTANTRI / F DASAR-DASAR HTML FERNANDYA RISKI HARTANTRI 09018173 / F DASAR-DASAR HTML Hypertext Markup Language, atau seperti yang lebih dikenal, HTML, adalah bahasa computer dari World Wide Web. Bila Anda membuat situs Web, Anda dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1. Pengenalan HTML 2.1.1. Pendahuluan HTML Hypertext Markup Language merupakan kepanjangan dari kata HTML. Adalah script dimana kita bisa menampilkan informasi dan daya kreasi kita

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN Ricky Agus Tjiptanata 1, Dina Anggraini 2, Dian Safitri 3 1,2,3 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Gunadarma Jl.

Lebih terperinci

[Type the document title]

[Type the document title] SEJARAH ESRI Sistem Informasi Geografis adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah, menganalisa, dan menghasilkan data yang mempunyai referensi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster.

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI. Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. GEOGRAFI KELAS XII IPS - KURIKULUM GABUNGAN 14 Sesi NGAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI A. MODEL DATA SPASIAL Data spasial direpresentasikan di dalam basis data sebagai vektor atau raster. a. Model Data Vektor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Perangkat lunak atau Software adalah perintah (program komputer) yang dieksekusi

BAB II LANDASAN TEORI. Perangkat lunak atau Software adalah perintah (program komputer) yang dieksekusi BAB II LANDASAN TEORI 2.1Perangkat Lunak Perangkat lunak atau Software adalah perintah (program komputer) yang dieksekusi memberikan fungsi dan petunjuk kerja seperti yang diinginkan. Struktur data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website

BAB I PENDAHULUAN.  disajikan secara deskriptif. Selain itu, beberapa website BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta tidak hanya memiliki karakteristik yang unik dan menarik yang sebatas pada sosial dan budayanya. Akan tetapi, keunikan lain khususnya dari

Lebih terperinci

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan

Pengumpulan dan Integrasi Data. Politeknik elektronika negeri surabaya. Tujuan Pengumpulan dan Integrasi Data Arna fariza Politeknik elektronika negeri surabaya Tujuan Mengetahui sumber data dari GIS dan non GIS data Mengetahui bagaimana memperoleh data raster dan vektor Mengetahui

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Berbasis Web Yang dimaksud dengan aplikasi web atau aplikasi berbasis web adalah aplikasi yang dijalankan melalui browser. Aplikasi seperti ini pertama kali dibangun hanya

Lebih terperinci

Interactive Broadcasting

Interactive Broadcasting Modul ke: Interactive Broadcasting HTML Fakultas Ilmu Komunikasi Bagus Rizki Novagyatna Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Pengertian HTML Program adalah kata, ekspresi, pernyataan atau kombinasi

Lebih terperinci

Bahasa Pemrograman Untuk Pembuatan Web

Bahasa Pemrograman Untuk Pembuatan Web Bahasa Pemrograman Untuk Pembuatan Web Iman Amalludin iman.llusion@gmail.com :: http://blog.imanllusion.hostzi.com Abstrak Bahasa Pemrograman (Programming Language). Apa itu? Bahasa Pemrograman adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. PETA 2.1.1. Pengertian peta Peta merupakan suatu representasi konvensional (miniatur) dari unsur-unsur (fatures) fisik (alamiah dan buatan manusia) dari sebagian atau keseluruhan

Lebih terperinci

BAB 2. LANDASAN TEORI 2.1. Aplikasi Web Aplikasi merupakan sekumpulan program komputer yang dibuat untuk menolong manusia dalam melakukan tugas tertentu. Dengan kata lain, aplikasi bisa disebut juga dengan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Penelitian terkait dengan Sistem Informasi Geografis pernah dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Penelitian terkait dengan Sistem Informasi Geografis pernah dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian terkait dengan Sistem Informasi Geografis pernah dilakukan oleh Pramono (2016) di STMIK AKAKOM. Sistem yang telah dibangun menghasilkan

Lebih terperinci

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia

Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia Bidang Informasi Geospasial Pusat Standardisasi dan Kelembagaan Informasi Geospasial Deputi Bidang Infrastruktur Informasi Geospasial Badan Informasi Geospasial

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. suatu maksud tertentu adalah bagian dari suatu sistem, yang mana sistem

BAB II LANDASAN TEORI. suatu maksud tertentu adalah bagian dari suatu sistem, yang mana sistem BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Bagian-bagian yang memiliki keterkaitan pengoperasian dalam mencapai suatu maksud tertentu adalah bagian dari suatu sistem, yang mana sistem informasi dapat dibuat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hotel Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang melakukan

Lebih terperinci

Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta

Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN Kuliah Minggu ke 2 Dasar-dasar Pemetaan Pemahaman Peta Sudarto Lab Pedologi dan Sistem Informasi Sumberdaya Lahan OUTLINE 1 Pengertian Peta 2 Pemahaman dan Fungsi Peta

Lebih terperinci

BAB III Validasi HTML5

BAB III Validasi HTML5 1 Modul Praktikum Pemprograman Web BAB III Validasi HTML5 A. Tujuan Memahami konsep dasar active web page, Mampu menghasilkan halaman web yang interaktif, Mampu memanfaatkan validasi data menggunakan HTML5.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Website merupakan kumpulan dari halaman halaman yang berhubungan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Website merupakan kumpulan dari halaman halaman yang berhubungan dengan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Website Website merupakan kumpulan dari halaman halaman yang berhubungan dengan file file lain yang saling terkait. Dalam sebuah website terdapat satu halaman yang dikenal

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12)

SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12) SISTEM INFORMASI SUMBERDAYA LAHAN (Kuliah ke 12) SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA Oleh: Dr.Ir. Yuzirwan Rasyid, MS Beberapa Subsistem dari SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS 1. Subsistem INPUT 2. Subsistem MANIPULASI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Sisttem informasi adalah suatu sistem yang menyediakan informasi untuk manajemen dalam mengambil keputusan atau kebijakan dan menjalankan operasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Pengertian sistem informasi tidak bisa dilepaskan dari pengertian sistem dan informasi. Definisi dari sistem adalah sekelompok dua atau lebih komponenkomponen

Lebih terperinci

PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA

PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA 10 PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA Deskripsi Singkat Topik : Pokok Bahasan : PEMETAAN DAN PENENTUAN POSISI POTENSI DESA Waktu : 1 (satu) kali tatap muka pelatihan (selama 100 menit). Tujuan

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN No Makalah : 103 Konferensi Nasional Sistem Informasi 2012, STMIK - STIKOM Bali 23-25 Pebruari 2012 SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS SLTP DI KOTAMADYA JAKARTA SELATAN Ricky Agus Tjiptanata 1, Dina Anggraini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi informasi pada saat ini telah berkembang sangat pesat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi informasi pada saat ini telah berkembang sangat pesat sehingga BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi pada saat ini telah berkembang sangat pesat sehingga mempunyai dampak dalam meningkatkan efektifitas dan keefisienan dalam melakukan setiap pekerjaan.

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN

SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS POTENSI SUMBER DAYA ALAM KELISTRIKAN DI SUMATERA SELATAN Suzi Oktavia Kunang 1, Ilman Zuhriyadi 2 Universitas Bina Darma Jalan Jenderal Ahmad Yani 3 Palembang, Sumatera Selatan,Indonesia

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014

UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014 UJIAN TENGAH SEMESTER GANJIL 2013/2014 Matakuliah Waktu : Sistem Informasi Geografis / 3 SKS : 100 menit 1. Jelaskan pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG). Jelaskan pula perbedaan antara SIG dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Sistem Menurut Jogiyanto (2001) terdapat dua kelompok pendekatan dalam mendefinisikan sistem, yaitu yang menekankan pada prosedurnya dan yang menekankan pada komponen

Lebih terperinci

Sistem Informasi Pencatatan Data Warga Kelurahan Berbasis Mobile

Sistem Informasi Pencatatan Data Warga Kelurahan Berbasis Mobile Sistem Informasi Pencatatan Warga Kelurahan Berbasis Mobile Suryo Mulyawan Raharjo, Oky Dwi Nurhayati, Kurniawan Teguh Martono Program Studi Sistem Komputer Fakultas Teknik Universitas Diponegoro Jalan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti- peneliti sebelumnya yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti- peneliti sebelumnya yaitu : BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti- peneliti sebelumnya yaitu : Tabel 2.1. Tabel Perbandingan Tinjauan Pustaka PARAMETER PENULIS

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan Pengertian Lahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lahan dan Penggunaan Lahan 2.1.1 Pengertian Lahan Pengertian lahan tidak sama dengan tanah, tanah adalah benda alami yang heterogen dan dinamis, merupakan interaksi hasil kerja

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Sekilas Tentang Sistem Ujian Konevensional

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Sekilas Tentang Sistem Ujian Konevensional BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Sekilas Tentang Sistem Ujian Konevensional Dalam ujian konvensional,ada beberapa hal yang harus dipenuhi agar ujian bisa dilaksanakan secara layak. Hal yang utama adalah kertas.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. : Multi sistem operasi, bisa Windows, Linux, Mac OS, maupun Solaris

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. : Multi sistem operasi, bisa Windows, Linux, Mac OS, maupun Solaris BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 XAMPP XAMPP merupakan singkatan dari : X A M P P : Multi sistem operasi, bisa Windows, Linux, Mac OS, maupun Solaris : Apache HTTP Server : MySQL Database Server : PHP Scripting

Lebih terperinci

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA?

Karena tidak pernah ada proyek yang dimulai tanpa terlebih dahulu menanyakan: DIMANA? PENGUKURAN KEKOTAAN Geographic Information System (1) Lecture Note: by Sri Rezki Artini, ST., M.Eng Geomatic Engineering Study Program Dept. Of Geodetic Engineering Permohonan GIS!!! Karena tidak pernah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Belum pernah ada penelitian tentang website pre order back sound dan musik sebelumnya, secara umum website tentang musik yang sudah ada adalah website tempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas, karena Indonesia merupakan Negara kepulauan dengangaris pantai mencapai sepanjang 81.000 km. Selain

Lebih terperinci

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG)

Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) Sistem Informasi Geografis (SIG) Geographic Information System (SIG) 24/09/2012 10:58 Sistem (komputer) yang mampu mengelola informasi spasial (keruangan), memiliki kemampuan memasukan (entry), menyimpan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Telah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai pembuatan toko online untuk transaksi jual beli pada tahap promosi dan pembelian. Namun pada beberapa penelitian

Lebih terperinci

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang

Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang Sistem Infornasi Geografis, atau dalam bahasa Inggeris lebih dikenal dengan Geographic Information System, adalah suatu sistem berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. obyek penelitian terutama dari penelitian-penelitian sebelumnya. Objek Metode Bahasa Pemrograman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. obyek penelitian terutama dari penelitian-penelitian sebelumnya. Objek Metode Bahasa Pemrograman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka Penelitian ini digunakan beberapa referensi yang berhubungan dengan obyek penelitian terutama dari penelitian-penelitian sebelumnya. Tabel 2.1 Perbandingan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Website atau World Wide Web, sering disingkat sebagai www atau web saja, yakni

BAB 2 LANDASAN TEORI. Website atau World Wide Web, sering disingkat sebagai www atau web saja, yakni BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Website Website atau World Wide Web, sering disingkat sebagai www atau web saja, yakni sebuah sistem dimana informasi dalam bentuk teks, gambar, suara, dan lain-lain dipresentasikan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. kinerja dan memotivasi kinerja individu di waktu berikutnya.

BAB III LANDASAN TEORI. kinerja dan memotivasi kinerja individu di waktu berikutnya. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Penilaian Kinerja Pada organisasi modern, penilaian memberikan mekanisme penting bagi manajemen untuk digunakan dalam menjelaskan tujuan-tujuan dan standart kinerja dan memotivasi

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PENGELOLAAN REKLAME DI SURABAYA BERBASIS WEB. Nurul Hilmy Rahmawati NRP:

TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PENGELOLAAN REKLAME DI SURABAYA BERBASIS WEB. Nurul Hilmy Rahmawati NRP: TUGAS AKHIR SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) PENGELOLAAN REKLAME DI SURABAYA BERBASIS WEB Nurul Hilmy Rahmawati NRP: 1210100023 JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem adalah jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem adalah jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sistem Sistem adalah jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama guna melakukan suatu pekerjaan untuk memcapai suatu tujuan

Lebih terperinci

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN

INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN INFORMASI GEOGRAFIS DAN INFORMASI KERUANGAN Informasi geografis merupakan informasi kenampakan permukaan bumi. Sehingga informasi tersebut mengandung unsur posisi geografis, hubungan keruangan, atribut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut HTML (HyperText Markup Langauge). Pada perkembangan berikutnya,

BAB 2 LANDASAN TEORI. disebut HTML (HyperText Markup Langauge). Pada perkembangan berikutnya, BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Aplikasi Web Pada awalnya aplikasi web dibangun dengan hanya menggunakan bahasa yang disebut HTML (HyperText Markup Langauge). Pada perkembangan berikutnya, sejumlah skrip dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pemanfaatan data spasial belakangan ini semakin meningkat sehubungan dengan kebutuhan masyarakat agar segalanya menjadi lebih mudah dan praktis terkait

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT UGM TGGM KARTOGRAFI DIGITAL. Oleh Gondang Riyadi. 21 March 2014 Kartografi - MGR

Jurusan Teknik Geodesi dan Geomatika FT UGM TGGM KARTOGRAFI DIGITAL. Oleh Gondang Riyadi. 21 March 2014 Kartografi - MGR KARTOGRAFI DIGITAL Oleh Gondang Riyadi hal 1 Perkembangan Teknologi Pemetaan Teknologi pemetaan yang pada awalnya dilakukan secara manual (konvensional) bergeser kearah digital. Termasuk di dalamnya teknik

Lebih terperinci

: ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. berbasis web dengan gambaran umum rancangannya.

: ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. berbasis web dengan gambaran umum rancangannya. BAB 4 : ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Bab ini berisi tentang perancangan sistem aplikasi E- Learning berbasis web dengan gambaran umum rancangannya. BAB 5 : IMPLEMENTASI SISTEM Bab ini penulis menyajikan

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA PEMETAAN BIOMASSA PERMUKAAN SKALA 1:250.000 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Pengembangan Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan Algoritma A* dan Dijkstra ini menggunakan model waterfall. Model waterfall penelitian untuk

Lebih terperinci

Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan

Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data. by: Ahmad Syauqi Ahsan Sumber Data, Masukan Data, dan Kualitas Data by: Ahmad Syauqi Ahsan Data pada SIG Mendapatkan data adalah bagian yang sangat penting pada setiap proyek SIG Yang harus diketahui: Tipe-tipe data yang dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan Aplikasi Web yang semakin berkembang pesat sejak munculnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan Aplikasi Web yang semakin berkembang pesat sejak munculnya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan Aplikasi Web yang semakin berkembang pesat sejak munculnya teknologi internet sangat membantu dalam kemudahan serta kecepatan pengiriman, penyampaian,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Sistem Informasi Secara teori, penerapan sebuah Sistem Informasi memang tidak harus menggunakan komputer dalam kegiatannya. Tetapi pada prakteknya tidak mungkin sistem

Lebih terperinci

Bab I. PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I. PENDAHULUAN Latar Belakang Bab I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Modernisasi ini banyak dari berbagai kalangan masyarakat ingin mengetahui informasi yang terjadi di luar sana banyak penyampaian informasi melalui media masa elektronik

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. WebSIGIT - Web Sistem Informasi Geografis Infrastruktur Terpadu

DAFTAR ISI. WebSIGIT - Web Sistem Informasi Geografis Infrastruktur Terpadu i DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 PENDAHULUAN... 2 Latar Belakang... 2 Landasan Hukum... 3 1.3 Maksud dan Tujuan... 4 1.4 Rumusan Masalah... 4 1.5 Keluaran... 4 TENTANG WebSIGIT... 5 Fungsi dan Manfaat... 5

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Bab I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sistem Informasi Geografi (SIG) adalah suatu teknologi informasi berbasis komputer yang digunakan untuk memproses, menyusun, menyimpan, memanipulasi dan menyajikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Komputer adalah kekuatan yang dominan di dalam masyarakat. Penggunaannya terus saja

BAB 1 PENDAHULUAN. Komputer adalah kekuatan yang dominan di dalam masyarakat. Penggunaannya terus saja BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komputer adalah kekuatan yang dominan di dalam masyarakat. Penggunaannya terus saja berkembang dari tahun ke tahun yang mulanya hanya sebagai mesin pengolah informasi

Lebih terperinci

BAB II Landasan Teori 2.1 Kajian Pustaka

BAB II Landasan Teori 2.1 Kajian Pustaka 7 BAB II Landasan Teori 2.1 Kajian Pustaka Penelitian yang pertama Perancangan Program Sistem Audio Mobil Berbasiskan Sistem Pakar Dan Web [1]. Dalam makalah ini, menggunakan metode black box testing yang

Lebih terperinci

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV.

BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK. a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas. lampung kepada CV. BAB III KEGIATAN KERJA PRAKTIK 3.1. Persiapan 3.1.1.Persiapan Administrasi a. Surat permohonan kerja praktik dari Fakultas Teknik Universitas lampung kepada CV. Geoplan Nusantara b. Transkrip nilai semester

Lebih terperinci

Bab 5. Cascading Style Sheet (CSS)

Bab 5. Cascading Style Sheet (CSS) Bab 5. Cascading Style Sheet (CSS) Overview Cascading Style Sheets (CSS) adalah suatu bahasa stylesheet yang digunakan untuk mengatur tampilan sebuah dokumen yang ditulis dalam bahasa markup. CSS diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai peluang pasar dan arti ekonomi cukup baik. digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Dinas Pertanian adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai peluang pasar dan arti ekonomi cukup baik. digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Dinas Pertanian adalah sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan lahan yang semakin meningkat, langkanya lahan pertanian yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian

Lebih terperinci

Remote Sensing KKNI 2017

Remote Sensing KKNI 2017 Remote Sensing KKNI 2017 JOB DESC/ JENJANG/ SIKAP KERJA Asisten Operator/ 3/ 6 Operator/ 4/ 13 UNJUK KERJA (UK) INTI URAIAN UNJUK KERJA (UK) PILIHAN URAIAN BIAYA SERTIFIKASI M.71IGN00.161.1 Membaca Peta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi informasi saat ini sudah semakin maju, hal ini juga berkaitan erat dengan perkembangan peta yang saat ini berbentuk digital. Peta permukaan bumi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi telah banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, mulai dari rumah tangga, usaha, layanan publik, pemerintahan, hingga pendidikan. Salah

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN BUKU PETUNJUK PENGGUNAAN APLIKASI WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN PENGGUNAAN WEBSITE WEBGIS KEMENTERIAN KEHUTANAN 1. PENDAHULUAN Website Webgis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Sebelum dilakukannya penelitian ini, penelitian sejenis mengenai layanan berbasis lokasi juga pernah dilakukan oleh Siprianus Tago dari STMIK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi

TINJAUAN PUSTAKA. Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : fungsi hidrologis, sosial ekonomi, produksi pertanian ataupun bagi TINJAUAN PUSTAKA Defenisi Lahan Kritis Defenisi lahan kritis atau tanah kritis, adalah : a. Lahan yang tidak mampu secara efektif sebagai unsur produksi pertanian, sebagai media pengatur tata air, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tulungagung terletak pada jalur primer yang menghubungkan kota Tulungagung dengan Kediri arah ke utara, ke timur menuju Blitar, dan ke barat menuju Trenggalek.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia membuat manusia yang dalam hal ini sebagai user menginginkan

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia membuat manusia yang dalam hal ini sebagai user menginginkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akibat perkembangan teknologi yang semakin pesat dan semakin akrab menyentuh kehidupan manusia membuat manusia yang dalam hal ini sebagai user menginginkan untuk dapat

Lebih terperinci

PETA DAN KARTOGRAFI (Bagian 2)

PETA DAN KARTOGRAFI (Bagian 2) Mata Kuliah : PEMETAAN DAN TATA RUANG LINGKUNGAN PESISIR DAN LAUT Kode MK : M10B.113 SKS : 3 (2-1) PETA DAN KARTOGRAFI (Bagian 2) OLEH SYAWALUDIN A. HRP, S.Pi., MSc. FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Semut dalam Proses menemukan sumber makanan

Gambar 3.1. Semut dalam Proses menemukan sumber makanan BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Algortima Semut Koloni semut merupakan algoritma yang bersifat heuristik untuk menyelesaikan masalah optimasi. Algoritma ini diinspirasikan oleh lingkungan koloni semut pada

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan Jaringan Internet. Namun Tentu saja filenya berada di komputer

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan Jaringan Internet. Namun Tentu saja filenya berada di komputer BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cloud Storage Cloud Storage Merupakan Media Penyimpanan yang dalam pengaksesannya memerlukan Jaringan Internet. Namun Tentu saja filenya berada di komputer dimana kita harus

Lebih terperinci

Seminar Sosialisasi SKKNI Informasi Geospasial RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL.

Seminar Sosialisasi SKKNI Informasi Geospasial RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL. Seminar Sosialisasi SKKNI Informasi Geospasial RANCANGAN STANDAR KOMPETENSI KERJA NASIONAL INDONESIA BIDANG INFORMASI GEOSPASIAL Subbidang Kartografi Oleh: Bowo Susilo Fakultas Geografi Universitas Gadjah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. di jaman sekarang, namun apakah Anda mengetahui sejarah nya itu?. Mungkin,

BAB II LANDASAN TEORI. di jaman sekarang, namun apakah Anda mengetahui sejarah nya itu?. Mungkin, BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sekilas Mengenai Web Internet sudah menjadi hal yang sangat dekat bagi masyarakat ataupun penggunanya di jaman sekarang, namun apakah Anda mengetahui sejarah nya itu?. Mungkin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini kota-kota besar di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat pesat dalam bidang industri, sarana transportasi, perluasan daerah pemukiman dan lain sebagainya.

Lebih terperinci