BAB 3. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dimaksudkan untuk. memperoleh informasi secara mendalam mengenai kemampuan perawat dalam

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 3. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dimaksudkan untuk. memperoleh informasi secara mendalam mengenai kemampuan perawat dalam"

Transkripsi

1 44 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi secara mendalam mengenai kemampuan perawat dalam pencegahan dan pengendalikan infeksi nosokomial di RSU Mitra Medika Medan. Kemudian, data dikelompokkan berdasarkan kebutuhan dengan pendekatan interaktif terhadap subjek untuk selanjutnya dianalisis. Pendekatan interaktif merupakan studi mendalam menggunakan teknik pengumpulan data langsung dari orang dalam lingkungan alamiahnya. 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Lokasi Penelitian Lokasi penelitian di RSU Mitra Medika Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian, karena ditemukan masalah tingginya angka infeksi nosomial dan karena belum pernah dilakukan penelitian dengan topik yang sama dengan topik penelitian ini Waktu Penelitian Penelitian dilakukan sejak bulan Januari sampai dengan Mei Diawali dengan pengajuan judul, penyusunan proposal, penelitian dan penyusunan tesis. 44

2 Sumber Informasi (Informan) Untuk mendapat data yang tepat maka perlu ditentukan sumber informasi (informan) yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data (purposive). Menurut Sugiyono (2015) purposive adalah teknik pengambilan sumber data berdasarkan pertimbangan tertentu yakni sumber data yang dianggap paling tahu tentang apa yang diharapkan, sehingga mempermudah peneliti menjelajahi objek atau situasi sosial yang sedang diteliti. Aspek yang menjadi kepedulian dalam pengambilan sampel penelitian kualitatif adalah tuntasnya pemerolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan pada banyak sumber data. Sumber data atau sumber informasi dalam penelitian adalah pihak-pihak yang dianggap berkompeten memberikan informasi internal RSU Mitra Medika Medan berkaitan dengan infeksi nosokomial sebanyak 15 orang terdiri dari: 1. Kepala ruangan masing-masing 1 orang dari tiap ruangan = 7 orang. 2. Tim PPIRS (Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit) sebanyak 1 orang. 3. Perawat pelaksana masing-masing 1 orang dari tiap ruangan = 7 orang. 3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Wawancara Mendalam Wawancara mendalam (indepth interview) dilakukan untuk memperoleh data primer dengan menggunakan pedoman wawancara kepada lima belas orang sumber informasi. Metode wawancara yang penulis gunakan adalah metode wawancara tidak

3 46 berstruktur. Hal ini karena penulis ingin mengembangkan wawancara yang dilakukan sehingga akan didapat informasi-informasi baru yang muncul dalam wawancara dan semula tidak diketahui namun tetap terpusat kepada satu pokok permasalahan tertentu. Adapun hasil dari wawancara ini direkam, sebagaimana yang disarankan oleh Cresswell (2013) dengan menggunakan catatan dan audiotape. Perekaman dimaksudkan agar seluruh hasil wawancara dapat kembali diperdengarkan sehingga tidak ada satupun informasi dari wawancara yang tertinggal. Hasil wawancara kemudian ditulis kembali untuk dijadikan sumber rujukan penulis dalam menganalisis permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini. 2. Observasi Observasi merupakan teknik pengumpulan data untuk memperoleh informasi mengenai ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi. Dalam penelitian ini, observasi dilakukan terhadap perawat yang sama dan menjadi informan saat dilakukan wawancara mendalam. Untuk menghindari bias penelitian, peneliti menunjuk orang ketiga untuk melakukan observasi, yaitu asesor internal rumah sakit. 3. Studi Dokumentasi Dalam penelitian ini, peneliti akan mengumpulkan data sekunder berupa datadata dan informasi dari dokumen untuk mendukung latar belakang permasalahan, laporan serta teori yang berkaitan dengan pembahasan permasalahan yang ada, serta

4 47 data-data penunjang lainnya. Data-data ini diperoleh dari dokumen rumah sakit, buku, artikel internet, jurnal penelitian sebelumnya serta peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan permasalahan yang dimunculkan dalam penelitian. 3.5 Analisis Data Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif, dengan lebih banyak bersifat uraian dari hasil wawancara dan hasil observasi. Data yang telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk deskriptif. Teknik analisis data dalam penelitian ini mengikuti langkah-langkah yang dikemukakan oleh Bungin (2012) yaitu: 1. Pengumpulan Data (Data Collection) Kegiatan pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara mendalam (indepth interview) dan dokumentasi. 2. Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi dilakukan sejak pengumpulan data dimulai dengan membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, menulis memo dan sebagainya dengan maksud menyisihkan data/informasi yang tidak relevan. 3. Display Data Penyajian data kualitatif disajikan dalam bentuk teks naratif. Penyajiannya juga dapat berbentuk matrik, diagram, tabel dan bagan. 4. Verifikasi dan Penegasan Kesimpulan (Conclution Drawing and Verification)

5 48 Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interpretasi, yaitu menemukan makna data yang telah disajikan.

6 49 BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum RSU Mitra Medika Medan Gambaran umum tentang wilayah penelitian diperlukan untuk memberikan pemahaman mengenai lokasi dan permasalahan yang akan diteliti. Berikut akan diberikan gambaran mengenai RSU Mitra Medika Medan Sejarah Perkembangan RSU Mitra Medika Medan RSU Mitra Medika Medan merupakan salah satu rumah sakit swasta yang ada di Kawasan Medan Utara yang merupakan kepemilikan swasta di bawah naungan Yayasan RS. Mitra Medika dengan klasifikasi kelas C yang telah mendapatkan penetapan kelas dari Kementerian Kesehatan Nasional melalui SK Penetapan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.03/I/0972/2014. RSU Mitra Medika Medan telah berdiri sejak 3 Januari 2004 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan Nomor 445/0175/RS.11/1/04 dengan Nomor Izin Penyelenggaraan : 440/9697/IX/05 tertanggal 26 September RSU Mitra Medika Medan berlokasi di Jl. K.L Yos Sudarso Km 7,5 Kelurahan Tanjung Mulia, Kecamatan Medan Deli di lahan seluas 1228 m 2. Luas bangunan 6266 m Visi dan Misi Adapun Visi dan Misi RSU Mitra Medika Medan adalah sebagai berikut: a. Visi Menjadi Rumah Sakit Terbaik di Kawasan Medan Utara 49

7 50 b. Misi 1) Melakukan pelayanan kesehatan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi. 2) Meningkatkan mutu pelayanan yang berkesinambungan dengan komitmen kerja yang professional. 3) Memberikan pelayanan kesehatan prima yang menjunjung rasa kemanusiaan dan keadilan dengan mengutamakan kecepatan waktu, ketepatan mendiagnosa, tanggap, cakap, berempati, beretika dan menjadikan pasien sebagai pusat pelayanan Kegiatan Pelayanan Pelayanan kesehatan yang diberikan di RSU Mitra Medika Medan meliputi kegiatan di: a. Instalasi Gawat Darurat (IGD), dengan jenis pelayanan emergency 24 jam, disaster dan bencana, observasi, bedah minor, dan kasus non emergency diluar poliklinik. Pelayanan IGD berjalan selama 24 jam, dengan fasilitas pelayanan yang memadai yaitu dilengkapi dengan kamar bedah emergency, sehingga mempermudah tindakan operatif yang membutuhkan penanganan secepatnya. b. Instalasi Rawat Jalan, terdiri dari: 1) Poliklinik Umum 2) Poliklinik Gigi 3) Pelayanan Dokter Spesialis a) Klinik Penyakit Dalam b) Klinik Anak

8 51 c) Klinik Bedah d) Klinik Kebidanan dan Kandungan e) Klinik Penyakit Mata f) Klinik Telinga Hidung Tenggorokan dan Kepala Leher g) Klinik Gigi dan Mulut h) Klinik Penyakit Kulit dan Kelamin i) Klinik Penyakit Syaraf j) Klinik Paru 4) Pelayanan TB DOTS (Direct Observe Treatment Short course) 5) Pelayanan PONEK (Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Komprehensif) Pelayanan rawat jalan RSU. Mitra Medika Medan berlokasi di lantai 2 (dua) dilakukan waktu pagi, sore dan malam hari. Pola pelayanan ditata dengan baik dan dilaksanakan oleh tenaga medis dan para medis profesional yang berpengalaman. c. Instalasi Rawat Inap, terdiri dari: 1) VIP, dengan fasilitas tempat tidur manual, meja makan pasien, televisi, sofa, mini bar, kulkas, air conditioner, dan ruangan yang luas. 2) Kelas I, dengan fasilitas tempat tidur manual, televisi, sofa, kulkas, dan air conditioner. 3) Kelas II, dengan fasilitas 2 tempat tidur manual, televisi, dan air conditioner. 4) Kelas III, dengan fasilitas 3 tempat tidur manual, TV LCD, dan air conditioner.

9 52 5) Instalasi Pelayanan Intensif (Intensive Care Unit (ICU)) ICU memiliki kapasitas 10 tempat tidur (2 tempat tidur untuk pasien isolasi dilengkapi dengan sistem ventilasi tekanan negatif sesuai dengan prinsip PPI dan dilengkapi dengan fasilitas Pendant pada masing-masing tempat tidur). Dilengkapi dengan Central Monitor Patient untuk memonitoring kondisi pasien secara menyeluruh dan didukung dengan teknologi canggih dan komprehensif serta tenaga medis dan paramedis profesional yang berpengalaman dan terlatih. Tersedia 3 unit ventilator untuk pasien dewasa dan 1 unit untuk pasien anak. 6) Ruang Bersalin Menyediakan 2 tempat tidur untuk pelayanan bersalin normal, dengan pelayanan yang menyeluruh dan berkesinambungan terhadap pelayanan perinatal yang berada tepat disebelah kamar bersalin. 7) Ruang Bayi Sehat Memiliki peralatan dan fasilitas yang sangat baik untuk memberikan perawatan kepada bayi sehat yang baru lahir. Ruangan bayi sehat RSU. Mitra Medika memiliki 6 box bayi dan infant warmer utnuk memenuhi kebutuhan pelayanan pasien bayi. Ruang bayi sehat melayani pasien dengan perawat dan bidan terlatih yang memberikan perawatan secara menyeluruh sesuai dengan kebutuhan pasien dan memenuhi semua hak pasien.

10 Penyajian dan Analisis Data Hasil Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian pada Bab 1, maka pada sub bab ini akan disajikan hasil penelitian berupa karakteristik informan dan data hasil penelitian mencakup kemampuan perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial dan determinan dalam pelaksanaan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di RSU Mitra Medika Medan. Data diperoleh baik melalui wawancara langsung (data primer) dan studi dokumentasi (data sekunder). Hasil penelitian dari kegiatan wawancara direkam lalu dicatat dalam bentuk transkrip dan kemudian disederhanakan dengan memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang penting untuk mendapatkan gambaran yang lebih tajam Karakteristik Informan Hasil penelitian yang dilakukan di RSU Mitra Medika Medan diketahui karakteristik informan berdasarkan umur sebanyak 8 orang informan berada pada rentang usia tahun dan sebanyak 7 orang berada pada rentang usia tahun. Berdasarkan jenis kelamin lebih banyak perempuan yaitu 12 orang dan selebihnya 3 orang laki-laki. Berdasarkan pendidikan lebih banyak D-3 Keperawatan selebihnya dan S-1 Ners. Berdasarkan lama bertugas 8 orang pada rentang waktu 1-5 tahun dan 7 orang pada rentang waktu 6-10 tahun. Berdasarkan keikutsertaan pelatihan, 13 orang sudah pernah mengikuti pelatihan, dan 2 orang lainnya belum pernah. Lebih jelas sebagaimana tabel berikut ini:

11 54 Tabel 4.1. Distribusi Karakteristik Informan di RSU Mitra Medika Medan No. Jenis Jabatan/ Lama Pelatihan Umur Pendidikan Informan Kelamin Tempat Tugas Bertugas PPI 1 27 tahun PR D-3 Kep Perawat Pelaksana/ 1 tahun 1 kali Poliklinik 2 23 tahun PR S1 Nurse Perawat Pelaksana/ 1 tahun Belum Rawat Inap 3 23 tahun PR D-3 Kep Perawat Pelaksana/ 1 tahun 1 kali Ruang Bayi/ Perinato 4 23 tahun PR D-3 Keb Bidan Pelaksana/ 2 tahun 3 kali Ruang Kebidanan 5 24 tahun LK D-3 Kep Perawat Pelaksana/ 1 tahun 3 kali Ruang Operasi 6 25 tahun PR S1 Nurse Perawat Pelaksana/ 1 tahun, 3 kali Ruang ICU 3 bulan 7 26 tahun LK D-3 Kep Perawat Pelaksana/ 1 tahun 3 kali Ruang IGD 8 39 tahun PR D-3 Kep Karu Polilinik 6 tahun 3 kali 9 42 tahun PR D-3 Kep Karu Rawat Inap 10 tahun 3 kali tahun PR D-3 Kep Karu Bayi 9 tahun 1 kali (Perinato) tahun PR D-3 Keb Karu Kebidanan 10 tahun 5 kali tahun LK D-3 Kep Karu Operasi 11 tahun Belum tahun PR S-1 Kep Karu ICU 7 tahun 5 kali tahun PR D-3 Kep Karu IGD 8 tahun 3 kali tahun PR S-1 Ners IPCN 2 tahun 2 kali Sumber: Data Hasil Penelitian, Kemampuan Perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di RSU Mitra Medika Medan Data hasil penelitian melalui wawancara tentang kemampuan perawat dalam pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial di RSU Mitra Medika Medan dikelompokkan berdasarkan 8 kemampuan perawat yaitu: 1) menjaga kebersihan rumah sakit; 2) melaksanakan cuci tangan; 3) menggunakan alat pelindung; 4) menggunakan teknik aseptik; 5) melapor kepada dokter jika ada tanda dan gejala infeksi; 6) melakukan isolasi terhadap pasien dengan penyakit menular; 7) membatasi

12 55 paparan pasien terhadap infeksi yang berasal dari pengunjung dan peralatan diagnosis; 8) mempertahankan keamanan peralatan dan perlengkapan perawatan dari penularan infeksi nosokomial. Selengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Menjaga Kebersihan Rumah Sakit Berdasarkan hasil wawancara dengan 14 perawat dari 7 instalasi di RSU Mitra Medika Medan, diketahui bahwa dalam menjaga kebersihan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial, kemampuan 10 dari 14 perawat (71,43%) di RSU Mitra Medika telah tergolong baik. Namun, masih terdapat 4 perawat yang belum mampu menjalankan perannya dalam menjaga kebersihan rumah sakit. Hal ini terlihat dari pernyataan berikut: Dalam menjaga kebersihan RS, kami hanya membuang sampah pada tempatnya..itu aja sih..dan sudah ada CS yang membantu (Informan 1). Kalau untuk kebersihan ruangan kami dibantu CS.. paling yang kami lakukan hanya membuang sampah sesuai tempatnya.. itu saja sih.. (Informan 5). Limbah yang terkena darah kotoran pasien, air liur pasien dimasukkan ke ember hitam khusus untuk limbah infeksius (Informan 2). Untuk limbah infeksius seperti plasenta kami serahkan ke keluarga nya.. sebelumnya kami bersihkan pakai air mengalir.. kemudian kami taruh ke dalam plastik dan kami serahkan (Informan 4). Dari matrik jawaban di atas, diperoleh informasi bahwa informan lebih cenderung menyerahkan tugasnya kepada Cleaning Service (CS) dalam menjaga kebersihan rumah sakit untuk pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial. Mereka menganggap perannya hanya sebatas membuang sampah, padahal selain hal

13 56 tersebut perawat harus mampu membersihkan bed dan meja pemeriksaan pasien dengan menggunakan cairan desinfektan, memilah limbah dan membuangnya ke tempat sampah tertutup sesuai jenisnya (infeksius, non infeksius dan benda tajam), mengganti laken yang kotor setiap hari atau bila terkena cairan tubuh, dan menempatkan laken kotor non infeksius dan infeksius yang terkena darah/cairan tubuh secara terpisah. Kemudian dari hasil wawancara tersebut juga ditemukan masih terdapat perawat yang kurang mampu melakukan pemilahan dan pengelolahan limbah secara baik dan benar, padahal berdasarkan kebijakan rumah sakit yang mengacu pada beberapa peraturan jelas tertulis bahwa limbah infeksius ditempatkan pada tong sampah berwarna kuning, sedangkan tong sampah hitam digunakan untuk menampung limbah non infeksius. Disamping itu, juga terdapat pernyataan berupa plasenta yang merupakan bagian dari jaringan tubuh dan tergolong sebagai sampah infeksius seharusnya menjadi kewajiban rumah sakit untuk mengelolahnya, dan walaupun harus diserahkan kepada keluarga karena alasan budaya seharusnya mengikuti prosedur yang telah ditetapkan, dimana plasenta seharusnya didesinfeksi dan dikemas ke dalam toples sebelum diserahkan kepada keluarga. Dari hasil observasi peneliti terhadap seluruh informan dalam hal menjaga kebersihan rumah sakit sudah dilakukan secara rutin, ternyata hanya 5 dari 14 perawat (35,71%) yang melakukannya dengan maksimal, sebagaimana pada matrik berikut ini:

14 57 Tabel 4.2. Matrik Hasil Observasi terhadap Kemampuan Perawat dalam Menjaga Kebersihan Rumah Sakit secara Rutin Informan Dilakukan Ya Tidak 1 Perawat Pelaksana Poliknilik 2 Perawat Pelaksana Rawat Inap 3 Perawat Pelaksana Ruang Bayi (Perinato) 4 Bidan Pelaksana Ruang Kebidanan 5 Perawat Pelaksana Ruang Operasi 6 Perawat Pelaksana ICU 7 Perawat Pelaksana IGD 8 KaRu Poliklinik 9 KaRu Rawat Inap 10 KaRu Ruang Bayi (Perinato) 11 KaRu Ruang Kebidanan 12 KaRu Ruang Operasi 13 KaRu ICU 14 KaRu IGD Data Hasil Penelitian, 2016 Selain kemampuan beberapa perawat yang belum baik, hambatan dalam pelaksanaan kegiatan menjaga kebersihan rumah sakit antara lain : Plastik untuk lapis tong sampahnya selalu habis.. apalagi kalau operasi lagi banyak., jadi kami tuang langsung limbahnya ke dalam tong sampah infeksius.. nanti misalnya besok sudah diambil baru kami cuci.. (Informan 5). Jeregen benda tajam hanya tersedia satu di nurse station jadi setiap kali selesai menyuntik kami recapping jarum suntik nya dan taruh sementara di neilbaken (Informan 6). Laken kadang kala tidak cukup sehingga digunakan berulang.. jika laken nya tidak basah dan masih bersih ga kami ganti per pasien.. soalnya kalau nanti kami ganti semua sementara stoknya gak ada jadinya bed nya tidak berlaken.. (Informan 7). Kalau untuk linen kadang jumlahnya kurang.. jadi harus dicatat. terus sering kurang bersih, misalnya rambut atau kapas berlengketan di linen itu jadi kurang steril, terpaksa kita buangi helai demi helai. (Informan 12).

15 58 Laken masih kurang, karena pasien kadang muntah berkali-kali... laken hanya 1 kali dicuci, bahkan laken pernah kosong. Jadi kadang kami pinjam dari ruangan lain. Sering kejadian kalau pagi laken yang dijemput petugas laundry 10, pengembaliannya sore hanya 8. Dan bisa juga menjadi 15.. terkadang saat mereka mengembalikan kami sedang sibuk.. kami tidak menghitung.. (Informan 13). Plastik (tong sampah) kadang sama-sama warna hitam.. (Informan 14). Berdasarkan rangkuman matriks jawaban di atas, dapat dinyatakan bahwa beberapa sarana dan prasarana yang mendukung perawat dalam menjaga kebersihan rumah sakit masih terbatas. 2. Pelaksanaan Cuci Tangan Berdasarkan hasil wawancara dengan 14 perawat dari 7 instalasi di RSU Mitra Medika Medan tentang cara dan tahapan dalam melakukan cuci tangan untuk pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial, diperoleh informasi bahwa kemampuan 12 dari 14 perawat (85,71%) dalam pelaksanaan cuci tangan sudah tergolong baik. Pada umumnya, dalam tahapan pelaksanaan cuci tangan, sebagian besar perawat sudah mengetahui aturan 6 langkah dan 6 waktu sesuai rekomendasi WHO. Enam langkah cuci tangan dilakukan dengan membersihkan area telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari, diikuti dengan gerakan mengunci dan membersihkan ibu jari serta ujung-ujung jari yang dilakukan pada saat 6 waktu, yaitu: sebelum kontak dengan pasien, sebelum tindakan, sesudah kontak dengan pasien, sesudah kontak dengan lingkungan pasien, sesudah memakai sarung tangan dan sesudah kontak dengan cairan tubuh pasien.

16 59 Akan tetapi, masih terdapat dua perawat yang belum mampu melaksanakan cuci tangan dengan baik dan benar seperti penyataan berikut: Saya masih sering lupa tahapan cuci tangan walaupun selalu ada direspon saat overan di nursestation, saya sering lupa.. (Informan 2). Kalau pake handrub tangan dicuci selama menit.. eh detik, dengan air detik.. ehm.. salah detik maksudnya.. kadangkadang lupanya gini.. kalau sudah dipanggil sus.. cairan infusnya habis.. nah disana sering kelupaan cuci tangan karena uda mau cepat..(informan 4) Dari matriks diatas terlihat bahwa perawat terkadang masih melupakan tahapan dan durasi cuci tangan serta sering lupa mencuci tangan karena ada tindakan spontan, padahal hal tersebut tidak sesuai SPO. Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap seluruh informan di RSU Mitra Medika Medan dalam hal perawat mencuci tangan dengan air, sabun ataupun handrub, ternyata hanya 6 perawat (42,86%) yang melakukan 6 waktu 6 langkah cuci tangan dengan prosedur yang benar, sebagaimana pada matrik berikut ini: Tabel 4.3. Matrik Hasil Observasi terhadap Kemampuan Perawat dalam Melaksanakan Cuci Tangan Informan Dilakukan Ya Tidak 1. Perawat Pelaksana Poliknilik 2. Perawat Pelaksana Rawat Inap 3. Perawat Pelaksana Ruang Bayi (Perinato) 4. Bidan Pelaksana Ruang Kebidanan 5. Perawat Pelaksana Ruang Operasi 6. Perawat Pelaksana ICU 7. Perawat Pelaksana IGD 8. KaRu Poliknilik 9. KaRu Rawat Inap 10. KaRu Ruang Bayi (Perinato)

17 KaRu Ruang Kebidanan 12. KaRu Ruang Operasi 13. KaRu ICU 14. KaRu IGD Data Hasil Penelitian, 2016 tangan adalah: Adapun beberapa hambatan yang dialami perawat dalam pelaksanaan cuci Karena kelamaan.. biasanya bayinya sudah nangis duluan.. apalagi kalo bayi nya sedang banyak dan nangis semua.. kan ga mungkin siap dikasih susu kita handrub dulu. Pernah bayi sampai 8 orang, perawat yang bertugas cuman 2 orang.. (Informan 3). Yang enam langkah, jujur saja belum diaplikasi semua.. kadang ada yang terlupakan.. lihat kondisi nya juga, misalnya kalau lagi rame kesana kemari jadinya kelupaan.. (Informan 7). SDM kami masih kurang.. kami hanya 8 orang termasuk saya.. pasien kalau hari senin bisa mencapai 120 orang.. manalagi dokter kadang mau datang semua bersamaan.. kami kan repot.. ga sempat kalau semua dilakukan..paling dilakukan pun ga sampai 6 langkah.. hanya sekedar saja.. (Informan 8). Repot.. karena gimana ya.. memang sepele.. cuma tetap saja lama waktunya, belum lagi sana sini sudah panggil.. kami 1 shift hanya 3-4 orang dengan pasien setiap hari.. (Informan 9). Dari beberapa matriks jawaban di atas terlihat bahwa kesibukan perawat akibat jumlah SDM yang belum sesuai dengan kebutuhan menjadi kendala terbesar perawat dalam pelaksanaan cuci tangan. Disamping itu, hambatan lain yang dihadapi perawat dalam melaksanakan cuci tangan adalah sebagai berikut: Kalau untuk wastafel, kami susah.. karena nurse station kami belum ada.. jadi kalau mau mencuci tangan dengan air mengalir kami harus ke VK atau ke nurse station lantai 3.. (Informan 4). Untuk handuk buat lap cuci tangannya aja.. Itu selalu kurang.. bahkan pernah 1 hari gak ada.. kami tanya orang laundry juga tidak tau kemana handuknya.. (Informan 7).

18 61 Cuman yah hambatan nya handuk untuk lap tangan itu.. padahal uda dikasih buah dari PPI, tapi setiap kali diantar ke laundry berkurang.. sekarang paling banyak handuknya cuma 80.. kalau handuknya dipakai berulang yah jadi infeksi juga.. (Informan 8). Brush tidak ada, sudah diminta tapi yang diberi brush alat bukan untuk brush tangan. Jadi selama ini kita pakai sabun saja karena brushnya keras sakit bila dipakai.. (Informan 12). Kurang nyaman aja klo pake handrub karena lengket-lengket di tangan... (Informan 2). Karena kalau pake handrub terasa makin lengket.. (Informan 5). Dari beberapa matriks diatas dapat terlihat bahwa fasilitas pendukung perawat untuk melakukan cuci tangan belum mencukupi kebutuhan. Selain itu, perawat juga merasa tidak nyaman dalam menggunakan sarana dan prasarana cuci tangan yang telah tersedia. 3. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) Berdasarkan hasil wawancara dengan 14 perawat dari 7 instalasi/bagian di RSU Mitra Medika Medan tentang menggunakan alat pelindung untuk pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial mencakup cara menggunakan dan tahapan menggunakannya, diperoleh informasi bahwa kemampuan 7 dari 14 perawat (50%) dalam menggunakan APD telah tergolong baik. Namun, beberapa perawat lainnya kurang mampu menggunakan APD secara baik dan benar seperti pernyataan berikut: APD pada bayi, biasanya (dipakai) pada saat melakukan injeksi vitamin K, menginfus, pasang NGT atau pada saat membersihkan kotoran bayi, ehm.. apa lagi ya.. lupa.. kalau buang linen biasanya tidak pakai handscoen.. (Informan 3).

19 62 Lupa pake handscoen karena kondisi tiba-tiba seperti dipanggil pas infus pasien terlepas jadi darah pasiennya kan nyocor.. mau balik lagi ambil handscoen kadang-kadang gak sempat.. kan kasihan juga pasiennya.. yang terpaksa kami pegang dulu.. nanti baru kami cepatcepat cuci tangan..(informan 4). Handscoen dipakai saat melakukan injeksi dan mengganti perban tapi ga selalu dipake soalnya kan boros.. (Informan 1). APD dipakai untuk satu orang satu pasien. saat melakukan tindakan, infus, mengganti pampers, hanya itu.. Klo untuk menginjeksi tidak ganti sarung tangan karena biar menghemat.. (Informan 2). Waktu bayi buang air besar juga tapi tidak selalu.. karena klo kita hitung-hitung bisa habis dong 1 kotak sarung tangan itu.. (Informan 10). Dari matriks tersebut diatas, terlihat bahwa masih terdapat perawat yang belum mengetahui prinsip universal precaution secara benar. Perawat belum mengetahui tindakan-tindakan apa saja yang memerlukan penggunaan APD dan terkadang masih tidak menggunakan APD akibat kesibukan akan pekerjaannya. Selain itu, beberapa perawat belum paham penggunaan APD harus per pasien per tindakan yang bersentuhan dengan cairan tubuh karena takut menghabiskan sumber daya rumah sakit. Hasil observasi peneliti terhadap informan di RSU Mitra Medika Medan dalam hal penggunaan APD sesuai prosedur seperti sarung tangan, gaun pelindung, masker, pelindung mata, pelindung wajah yang disesuaikan dengan kegiatan pada tempat tugasnya, terlihat pada matrik berikut ini:

20 63 Tabel 4.4. Matrik Hasil Observasi terhadap Kemampuan Perawat dalam Menggunakan Alat Pelindung Informan Dilakukan Ya Tidak 1. Perawat Pelaksana Poliknilik 2. Perawat Pelaksana Rawat Inap 3. Perawat Pelaksana Ruang Bayi (Perinato) 4. Bidan Pelaksana Ruang Kebidanan 5. Perawat Pelaksana Ruang Operasi 6. Perawat Pelaksana ICU 7. Perawat Pelaksana IGD 8. KaRu Poliknilik 9. KaRu Rawat Inap 10. KaRu Ruang Bayi (Perinato) 11. KaRu Ruang Kebidanan 12. KaRu Ruang Operasi 13. KaRu ICU 14. KaRu IGD Data Hasil Penelitian, 2016 Dari tabel di atas terlihat bahwa hanya 5 perawat (35,71%) yang menggunakan APD dengan tepat dan sesuai prosedur. Berdasarkan hasil wawancara, hambatan yang dihadapi perawat berkaitan dengan APD antara lain: Ukuran handscoen itu selalu berubah-ubah.. kadang terlalu besar kadang terlalu kecil.. kadang tertarik jadinya koyak.. (Informan 8). Handschoen yang tersedia kebesaran saja ukurannya sehingga kurang nyaman.. (Informan 11). Topi kami gak ada.. celemek kami gak ada.. jadi kalau ada pemasangan CVC kami minjam nya ke OK.. (Informan 6). Sering lupa.. dan untuk apron jumlahnya juga kurang (Informan 14). Berdasarkan matriks jawaban di atas, terlihat bahwa informan kurang nyaman dengan APD yang tersedia, sehingga kepatuhan mereka dalam menggunakan APD

21 64 menjadi kurang baik. Hambatan lainnya adalah APD selain sarung tangan dan masker yang masih belum tersedia di beberapa instalasi/bagian yang membutuhkan. 4. Menggunakan Teknik Aseptik Berdasarkan hasil wawancara dengan 14 perawat dari 7 instalasi di RSU Mitra Medika Medan tentang menggunakan teknik aseptik mencakup melakukan teknik dan tahapan pelaksanaannya, diperoleh informasi bahwa kemampuan 10 dari 14 (71,43%) perawat di RSU Mitra Medika Medan masih kurang baik. Beberapa matriks jawaban diantaranya adalah: Untuk perawatan tali pusat biasanya di lakukan setelah bayi dimandikan.. caranya pertama pakai handscoen lalu tali pusat di bungkus dengan kasa steril.. cuman terkadang lupa untuk cuci tangan... (Informan 3). Menolong persalinan tetap pakai handscoen yang non steril, menjahit luka jalan lahir juga.. (Informan 4). Cuman kami tidak menggunakan handscoen steril (untuk menjahit luka).. karena menurut saya luka itu kan waktu datang kotor jadi yah gak apaapa kalau tidak pake yang non steril.. (Informan 7). Pasang kateter digunakan sarung tangan biasa karena tak ada sarung tangan steril,didesinfeksikan dengan air dari dalam ke luar. (Informan 2). Untuk kateter ada dengan jelly.. dan untuk perempuan pakai kapas cebok.. laki-laki pakai apa ya.. (Informan 1). Sebelum dipasang kateter didesinfeksi dulu dipakaikan kapas cebok labianya (Informan 4). Untuk pasang kateter laki-laki kami bersihkan alat kelamin dengan kapas yang dibasahi betadine dan diusap dari dalam ke luar.. kalau perempuan kami pakai kaceb yang kami minta dari kebidanan.. (Informan 9). Dari matrik jawaban di atas diketahui dalam menggunakan teknik aseptik, terdapat beberapa perawat kurang menguasai kapan saja tindakan aseptik dilakukan.

22 65 Masih terdapat perawat yang melupakan cuci tangan dalam melakukan teknik aseptik. Dalam pemasangan kateter, menjahit luka dan menolong persalinan, perawat belum menggunakan sarung tangan steril. Selain itu, pada tahapan pemasangan kateter perawat masih ada yang lupa melakukan desinfeksi dan cairan desinfeksi yang digunakan untuk pemasangan kateter belum sesuai SPO, yaitu chlorhexipenidine. Perawat masih menggunakan jelly, kapas cebok, cairan betadine bahkan air untuk melakukan desinfeksi. Hasil observasi peneliti bahwa peneliti terhadap seluruh informan dalam hal menggunakan teknik aseptik terlihat pada matrik berikut ini: Tabel 4.5. Matrik Hasil Observasi terhadap Kemampuan Perawat dalam Menggunakan Teknik Aseptik Informan Dilakukan Ya Tidak 1. Perawat Pelaksana Poliknilik 2. Perawat Pelaksana Rawat Inap 3. Perawat Pelaksana Ruang Bayi (Perinato) 4. Bidan Pelaksana Ruang Kebidanan 5. Perawat Pelaksana Ruang Operasi 6. Perawat Pelaksana ICU 7. Perawat Pelaksana IGD 8. KaRu Poliknilik 9. KaRu Rawat Inap 10. KaRu Ruang Bayi (Perinato) 11. KaRu Ruang Kebidanan 12. KaRu Ruang Operasi 13. KaRu ICU 14. KaRu IGD Data Hasil Penelitian, 2016

23 66 Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa hanya 4 dari 14 perawat yang melakukan teknik aseptik dengan tepat dan sesuai prosedur. Beberapa hambatan yang dihadapi perawat berkaitan dengan teknik aseptik antara lain: Yah.. masih banyak yang kami belum lakukan dengan benar.. terutama untuk pemasangan kateter, seperti harus pakai sarung tangan steril, cara desinfeksi nya.. karena selama ini belum ada arahan untuk itu selama ini..(informan 1). Untuk handscoen steril hanya dokter yang pakai.. kalau kami cuma pakai handscoen yang tersedia di kotak-kotak itu.., karena selama ini kami belum tau.. (Informan 4). Karena selama ini belum ada advice (Informan 7). Kalau untuk sarung tangan steril untuk bantu persalinan sih tidak, apa harus steril ya? Tapi saya ga pernah dikasi tau. Saya baru tau ini.. (Informan 11). Ga ada sih.. paling sering lupa.. nanti dipelajari lagi.. (Informan 2). Kami belum menggunakan sarung tangan steril untuk pasang kateter.. karena gak terbiasa pakai yang steril.. (Informan 9). Dari beberapa matriks jawaban di atas, terlihat bahwa sebagian besar perawat merasa belum mendapat pengarahan terkait pemakaian sarung tangan steril untuk melakukan tindakan aseptik. Selain itu, perawat mengaku sering lupa atas arahan yang telah diberikan dan belum terbiasa dengan prosedur yang telah ditetapkan. 5. Melapor kepada Dokter Jika Ada Tanda dan Gejala Infeksi Berdasarkan hasil wawancara dengan 14 perawat dari 7 instalasi di RSU Mitra Medika Medan tentang melapor kepada dokter jika ada tanda dan gejala infeksi mencakup cara dan tahapan dalam pelaksanaannya, diperoleh informasi bahwa dalam melapor kepada dokter jika ada tanda dan gejala infeksi, kemampuan 13

24 67 dari 14 perawat (92,86%) di RSU Mitra Medika Medan tergolong baik. Adapun beberapa pernyataannya adalah: Bila dijumpai tanda dan gejala infeksi nosokomial, biasanya tanda-tanda infeksi itu kemerahan, bengkak, kadang berpus dan lain-lain.. biasa bila ada tanda sepeti itu kami lapor dan minta dokter memeriksa.. (Informan 7). Jika ada flebitis dengan tanda ada luka, merah, panas dan nyeri, saya melapor ke karu dulu.. bila izin maka saya ganti, bisa saya atau karu yang melapor ke dokternya. (Informan 2). Kalo via phone sebelumnya kita perkenalkan diri.. baru kita ceritakan kondisi pasien sesuai hasil pemeriksaan, vital sign nya dan lain-lain.. baru kita tanyakan apa rekomendasinya.. baru kita catat.. untuk memastikannya kita baca ulang kembali.. misalnya obat yang kita tambahankan ini ya dok, dosisnya segini.. baru kita ucapkan selamat siang dan tutup teleponnya.. (Informan 13). Dari matrik jawaban di atas diketahui perawat telah mengetahui biasanya tanda-tanda infeksi itu kemerahan, bengkak, dan sebagainya. Tahapan pelaporan bila dijumpai tanda-tanda infeksi pada pasien perawat pelaksana melaporkan ke kepala ruangan, atau ke dokter jaga atau ke PPI untuk dilanjutkan ke dokter spesialis. Kadang kala perawat pelaksana langsung menghubungi dokter spesialis melalui telepon. Saat melaporkan perawat pelaksana menceritakan situasi dan background pasien, hasil assemen pasien, dan dikonfirmasi apa rekomendasi dari dokter spesialisnya. Selanjutnya perawat membuat catatan di rekam medis pasien. Umumnya, setelah dilaporkan langsung dokter memeriksa dan pasien dikasih terapi. Akan tetapi, terdapat 1 informan yang belum mengetahui dengan benar prosedur di atas, seperti pada pernyataan berikut:

25 68 Cara laporkan dan komunikasi bila ada infeksi. Biasanya ya melapor ke dokter operator sesuai tanda infeksi yang muncul nanti paling disuruh naikkan antibiotik. (Informan 12). Berdasarkan hasil observasi terhadap seluruh informan di RSU Mitra Medika Medan dalam hal perawat melapor kepada dokter jika ada tanda dan gejala infeksi secepat mungkin, sebagaimana pada matrik berikut ini: Tabel 4.6. Matrik Hasil Observasi terhadap Kemampuan Perawat dalam Melapor kepada Dokter jika Ada Tanda dan Gejala Infeksi Informan Dilakukan Ya Tidak 1: Perawat Pelaksana Poliklinik 2: Perawat Pelaksana Rawat Inap 3:Perawat Pelaksana Ruang Bayi (Perinato) 4: Bidan Pelaksana Ruang Kebidanan 5: Perawat Pelaksana Ruang Operasi 6: Perawat Pelaksana ICU 7: Perawat Pelaksana IGD 8: Karu Poliklinik 9: Karu Rawat Inap 10: Karu Ruang Bayi (Perinato) 11: Karu Kebidanan 12: Karu Operasi 13: Karu ICU 14: Karu IGD Data Hasil Penelitian, 2016 Dari tabel diatas, terlihat hanya 11 perawat (78,51%) yang melapor kepada dokter jika ditemukan tanda dan gejala infeksi nosokomial. Hambatan dalam pelaksanaannya adalah: Dokter spesialis bisa tiba-tiba gak datang.. jadi pasien terpaksa kami ganti perban dulu sendiri (Informan 1). Dokter spesialisnya agak susah dihubungi, terutama di hari libur.. (Informan 7).

26 69 Berdasarkan matriks jawaban di atas, terlihat bahwa komitmen dokter yang belum baik menjadi hambatan bagi perawat. 6. Melakukan Isolasi terhadap Pasien dengan Penyakit Menular Berdasarkan hasil wawancara dengan 14 perawat dari 7 instalasi di RSU Mitra Medika Medan tentang melakukan isolasi terhadap pasien dengan penyakit menular bagaimana melakukan isolasi dan bagaimana tahapan yang dilakukan, diperoleh informasi kemampuan 8 dari 14 (57,14%) perawat di RSU Mitra Medika Medan masih kurang baik sebagaimana terlihat dari pada beberapa contoh matrik berikut ini: Biasanya pasien menular kami rawat di kamar isolasi, kek pasien TB.. DM dengan ganggren, hepatitis.. ehm.. yang menular lah pokoknya.. (Informan 6). Pasien yang butuh isolasi misalnya pasien HIV AIDS, cacar, dan TB paru dipisahkan dan dirawat di ruangan khusus.. (Informan 2). Setau saya yang perlu diisolasi dan dirawat terpisah itu pasien TB paru, pasien DM yang ada ganggren nya karena kan terganggu karena baunya, HIV.. terus pasien-pasien yang menular lainnya.. (Informan 13). Dari matrik jawaban di atas diketahui bahwa dalam melakukan isolasi terhadap pasien dengan penyakit menular, perawat belum mampu dalam menetapkan kategori pasien dengan penyakit menular yang perlu diisolasi. Sebagian besar perawat masih mengganggap bloodborne disease tertentu seperti hepatitis dan HIV yang perlu diisolasi, bahkan beberapa diantaranya menjawab pasien DM dengan ganggren yang diisolasi, padahal kebijakan rumah sakit mengharuskan penyakit dengan airborne disease saja seperti pasien tuberculosis paru aktif yang wajib diisolasi. Kondisi ini

27 70 akan mengakibatkan sering penuhnya kamar isolasi akibat penggunaan kamar yang sering tidak efisien. Hal ini dipertegas oleh pernyataan berikut: Kamar yang terutama.. itu selalu penuh.. (Informan 9). Karena ruangan isolasi kita selalu penuh, terpaksa pasien kadang dirujuk (Informan 7). Berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap seluruh informan di RSU Mitra Medika Medan dalam hal melakukan isolasi terhadap pasien dengan penyakit menular dengan baik dan benar dapat terlihat pada matrik berikut ini: Tabel 4.7. Matrik Hasil Observasi terhadap Kemampuan Perawat dalam Melakukan Isolasi terhadap Pasien dengan Penyakit Menular Informan Dilakukan Ya Tidak 1: Perawat Pelaksana Poliklinik 2: Perawat Pelaksana Rawat Inap 3:Perawat Pelaksana Ruang Bayi (Perinato) 4: Bidan Pelaksana Ruang Kebidanan 5: Perawat Pelaksana Ruang Operasi 6: Perawat Pelaksana ICU 7: Perawat Pelaksana IGD 8: Karu Poliklinik 9: Karu Rawat Inap 10: Karu Ruang Bayi (Perinato) 11: Karu Kebidanan 12: Karu Operasi 13: Karu ICU 14: Karu IGD Data Hasil Penelitian, 2016 Dari tabel di atas, terlihat bahwa 8 dari 14 perawat (57,14%) belum melakukan isolasi dengan baik dan benar terhadap pasien menular. Tahapan yang seharusnya dilakukan berkaitan dengan isolasi terhadap pasien dengan penyakit menular pada umumnya perawat memakaikan APD pada pasien mulai dari IGD dan

28 71 perawat sendiri juga memakai APD serta melakukan cuci tangan. Pasien kemudiaan ditempatkan di ruangan khusus isolasi. Selama dalam ruang isolasi pasien diberi edukasi kepada pasien, keluarga, dan pengunjung tentang etika batuk, cuci tangan, dan pemakaian APD jika diperlukan. Selain kemampuan para perawat yang kurang baik, hambatan lain dalam pelaksanaannya adalah: Belum ada ruangan tunggu khusus untuk pasien TB di Poliklinik (Informan 1). Masker sih.. itu belum standar isolasi.. (Informan 13). Kamar isolasi di IGD yang belum ada.. itu sangat perlu kalau menurut saya (Informan 7). Cuma saya ga tau dimana posisi kamar isolasi untuk pasien bayi disini.. (Informan 3). Kendala nya kalau pasien nya orang tua.. kadang-kadang dia tambah sesak perasaan dia kalau pake masker (Informan 8). Kalau dari pasien ini juga kadang hambatan, ada keluarga yang ga mau kadang pasiennya diisolasi.. gak apa-apa lah mereka bilang.. (Informan 13). Dari beberapa matriks jawaban di atas terlihat bahwa keterbatasan fasilitas pendukung kembali menjadi hambatan bagi perawat. Disamping itu, hambatan lainnya adalah masih terdapat perawat yang belum mengetahui letak kamar isolasi dan penolakan yang berasal dari pasien dan keluarga. 7. Membatasi Paparan Pasien terhadap Infeksi yang Berasal dari Pengunjung Berdasarkan hasil wawancara dengan 14 perawat dari 7 instalasi di RSU Mitra Medika Medan tentang membatasi paparan pasien terhadap infeksi yang berasal dari

29 72 pengunjung mencakup cara membatasi paparan pasien terhadap infeksi yang berasal dari pengunjung dan tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaannya, diperoleh informasi bahwa dalam membatasi paparan pasien terhadap infeksi yang berasal dari pengunjung, kemampuan 11 dari 14 perawat (78,57%) di RSU Mitra Medika Medan tergolong baik, sebagaimana dirangkum pada matrik berikut ini. Ehm.. kalau kami batasi 2 orang pengunjung untuk 1 pasien, kalau sudah berlebih kami suruh keluar dulu.. nanti ganti-gantian.. selain itu kami berlakukan jam berkunjung, yaitu jam dan jam (Informan 6). Yah tadi.. dibatasi pengunjungnya.. biasanya dipakaikan APD seperti topi, masker dan baju pengunjung dan kami damping dan diberi edukasi jangan menyentuh alat dan menjaga jarak dari peralatan di ruangan ini agar alat steril tidak terkontaminasi.. (Informan 5). Dari matrik jawaban di atas diketahui pada umumnya, perawat melakukan pencegahan paparan infeksi dengan cara membatasi jumlah pengunjung, bahkan di ruangan tertentu seperti kamar operasi dan ruang bayi tidak diperkenankan pengunjung untuk masuk, dan di ICU diberlakukan jam berkunjung. Selain itu, pengunjung yang diperbolehkan masuk diberikan edukasi seperti diajari cara mencuci tangan yang baik dan benar sebelum dan sesudah menyentuh pasien, memakai APD, dan cara mencegah kontaminasi lainnya. Namun, beberapa perawat masih menganggap bahwa peran mereka dalam membatasi paparan pasien terhadap infeksi hanya sekedar membatasi jumlah pengunjung, seperti penyataan berikut: Paling kami batasi jumlah pengunjung.. Itu aja sih.. (Informan 10).

30 73 Kami batasi jumlah pengunjung.. biasanya kami batasi 1 pasien 1 orang pengunjung.. kalau terlalu ramai yah kami suruh keluar.. Itu saja sih.. (Informan 7). Padahal, peran paling penting yang harus dilakukan perawat adalah memberikan edukasi dengan baik dan benar terhadap pengunjung yang diperkenankan masuk. Dari hasil observasi peneliti terhadap seluruh informan di RSU Mitra Medika Medan dalam hal pencegahan paparan pasien terhadap infeksi yang berasal dari pengunjung, ternyata hanya 5 dari 14 perawat (35,71%) yang membatasi paparan pasien terhada infeksi yang berasal dari pengunjung dengan baik dan benar dapat terlihat pada matrik berikut ini: Tabel 4.8. Matrik Hasil Observasi terhadap Kemampuan Perawat dalam Membatasi Paparan Pasien terhadap Infeksi yang Berasal dari Pengunjung Informan Dilakukan Ya Tidak 1: Perawat Pelaksana Poliklinik 2: Perawat Pelaksana Rawat Inap 3:Perawat Pelaksana Ruang Bayi (Perinato) 4: Bidan Pelaksana Ruang Kebidanan 5: Perawat Pelaksana Ruang Operasi 6: Perawat Pelaksana ICU 7: Perawat Pelaksana IGD 8: Karu Poliklinik 9: Karu Rawat Inap 10: Karu Ruang Bayi (Perinato) 11: Karu Kebidanan 12: Karu Operasi 13: Karu ICU 14: Karu IGD Data Hasil Penelitian, 2016

31 74 Berdasarkan hasil wawancara, hambatan dalam pelaksanaannya antara lain: Kadang kami ga sempat edukasi, karena jika semua pengunjung diedukasi.. pasien akan terbengkalai (Informan 1). Ehm.. edukasi cuci tangan belum.. karena kalo untuk pembatasan aja belum bisa, gak mungkin kami sempat ajari lagi.. tergantung jam dan polinya.. kalau lagi rame jujur itu gak akan sempat.. (Informan 8). Yah.. jujur kami juga ga sempat kalo untuk edukasi pengunjungnya satu-satu karena kerjaan kami juga banyak. Jadi gak berjalan juga.. (Informan 9). Dari beberapa matriks jawaban di atas, terlihat bahwa kesibukan perawat kembali menjadi hambatan. Selain itu, hambatan lainnya adalah faktor budaya dan pengunjung yang menolak untuk diberikan edukasi, seperti yang dinyatakan oleh beberapa informan berikut: Cuman kadang-kadang mau juga pengunjungnya naik lebih dari 4 orang.. uda coba dijelaskan juga gak mau.. karena pasien beranggapan semakin banyak yang jenguk semakin cepat sembuh kami pun bingung jadinya.. (Informan 4). Banyak yang ga patuh.. yah kami kasih pengarahan.. kadang ada yang mau.. kadang ga.. kalau kita larang nanti marah.. (Informan 6). Soalnya klo kita ajarin mereka juga cuek aja, bahkan kita ajarin lagi, nengok pun engga.. (Informan 10). 8. Mempertahankan Keamanan Peralatan dan Perlengkapan Perawatan dari Penularan Infeksi Nosokomial Berdasarkan hasil wawancara dengan 14 perawat dari 7 instalasi di RSU Mitra Medika Medan tentang mempertahankan keamanan peralatan dan perlengkapan perawatan dari penularan infeksi nosokomial mencakup cara dan tahapan dalam pelaksanaannya, diperoleh informasi bahwa kemampuan 8 dari 14 perawat (57,14%)

32 75 di RSU Mitra Medika Medan sudah tergolong baik, namun masih terdapat 6 perawat (42,86%) yang kurang baik sebagaimana terlihat dari beberapa matriks di bawah ini: Untuk alat yang disterilakan.. Hmm aduh apa ya.. padahal da blajar dulu.. yang itu kalau kritikal yang kena membran mukosa, non kritikal seperti stetoskop (Informan 10). Untuk alat THT seperti spatel tounge, falk serumen, nasal forsep dan lain-lain termasuk set GV hanya disterilkan 1 kali di pagi hari (Informan 1). Klo nebul kadang-kadang dibersihkan, Tensi yang kadang sering lupa (Informan 14). Dari pernyataan di atas, terlihat bahwa masih terdapat perawat yang belum mampu menggolongkan alat-alat mana yang membutuhkan sterilisasi dan mana yang tidak. Selain itu, beberapa perawat juga belum memahami prosedur mempertahankan keamanan peralatan dan perlengkapan perawatan yang mengharuskan alat harus didesinfeksi atau disterilkan setiap kali selesai digunakan. Hasil observasi peneliti terhadap seluruh perawat pelaksana (informan) di RSU Mitra Medika Medan dalam mempertahankan keamanan peralatan dan perlengkapan perawatan dari penularan infeksi nosokomial dapat dilihat, yaitu : Tabel 4.9. Matrik Hasil Observasi terhadap Kemampuan Perawat dalam Mempertahankan Keamanan Peralatan dan Perlengkapan Perawatan dari Penularan Infeksi Nosokomial Informan Dilakukan Ya Tidak 1: Perawat Pelaksana Poliklinik 2: Perawat Pelaksana Rawat Inap 3:Perawat Pelaksana Ruang Bayi (Perinato) 4: Bidan Pelaksana Ruang Kebidanan 5: Perawat Pelaksana Ruang Operasi 6: Perawat Pelaksana ICU 7: Perawat Pelaksana IGD 8: Karu Poliklinik 9: Karu Rawat Inap

33 76 10: Karu Ruang Bayi (Perinato) 11: Karu Kebidanan 12: Karu Operasi 13: Karu ICU 14: Karu IGD Data Hasil Penelitian, 2016 Dari hasil observasi, ternyata hanya 5 (35,71%) perawat yang mempertahankan peralatan dan perlengkapan perawatan dari penularan infeksi nosokomial. Selain pemahaman perawat yang masih kurang baik, beberapa hambatan lain yang dialami dalam pelaksaannya adalah: Rata-rata alat GV set hanya 1 set di masing-masing poliklinik, jadi kalau ada 5 pasien yang pakai.. hanya dibersihkan dengan alkohol.. tidak sempat lagi disterilkan.. (Informan 1). Kendalanya di alat untuk inspekulo.. punya kami hanya 1.. klo ada 2 pasien yang harus di inspekulo, alat hanya satu.. yah gimana yah.. namanya sikon.. (Informan 4). Kadang gak sempat kalau stetoskop harus dibersihkan per pasien.. repot aja.. kan harus cuci tangan, bawa status pasien, dan lain-lain lagi.. (Informan 2). Kadang kelupaan hahhaha.. kadang ga sempat.. tapi pas overan shift selalu kami bersihkan lagi. (Informan 7). Berdasarkan matriks jawaban di atas, terlihat bahwa instrument dan alat medis belum mencukupi kebutuhan di instalasi/bagian tertentu. Selain itu, perawat juga masih sering lupa dan tidak sempat dalam mempertahankan keamanan peralatan dan perlengkapan perawatan dari penularan infeksi nosokomial.

34 77 BAB 5 PEMBAHASAN Dalam bab ini akan dibahas hasil penelitian yang telah dipresentasikan, yaitu: Dari hasil wawancara, hanya 2 dari 8 kemampuan pencegahan dan pengendalian infeksi nosokomial yang telah dikuasai dengan baik oleh perawat di RSU Mitra Medika apabila diasumsikan penguasaan terkait materi sudah baik pada lebih dari 80% informan yang diwawancarai. Kedua kemampuan yang telah dikuasai secara baik adalah dalam hal pelaksanaan cuci tangan dan melapor kepada dokter jika ada tanda dan gejala infeksi. Hal ini disebabkan karena kedua kemampuan tersebut merupakan bagian dari kegiatan rutinitas. Akan tetapi, jika dibandingkan dengan hasil observasi langsung terhadap informan, ternyata seluruh kemampuan perawat di RSU Mitra Medika Medan dalam pencegahan dan dan pengendalian infeksi nosokomial masih belum sesuai aturan WHO. Adapun penjabaran lebih lanjut terkait masing-masing kemampuan perawat tersebut adalah sebagai berikut: 5.1 Menjaga Kebersihan Rumah Sakit Berdasarkan hasil wawancara mendalam, ditemukan hanya 10 dari 14 perawat di RSU Mitra Medika yang memiliki kemampuan baik dalam menjaga kebersihan ruangan dan lingkungan rumah sakit. Namun, masih terdapat 4 perawat yang belum mengetahui perannya secara lengkap dalam menjaga kebersihan rumah sakit, kurang 77

35 78 mengetahui proses dan tahapan pemilahan dan pengelolahan limbah, serta penanganan linen secara baik dan benar. Padahal, berdasarkan studi dokumen rumah sakit terlihat bahwa dokumen pedoman dan SPO terkait pengelolahan limbah dan kebersihan rumah sakit sudah ada, bahkan telah tersedia di masing-masing instalasi/bagian. Tiga dari empat informan yang kurang mampu tersebut bahkan sudah pernah mengikuti pelatihan terkait PPI maupun sosialisasi SPO, namun kemampuan mereka terkait menjaga kebersihan lingkungan masih belum juga maksimal. Menurut asumsi peneliti, kondisi ini terjadi karena penalaran perawat yang belum baik. Menurut Asmadi (2008), pendidikan berpengaruh terhadap pola pikir individu, dengan kata lain pola pikir seseorang yang berpendidikan rendah akan berbeda dengan pola pikir seseorang yang berpendidikan tinggi. Pendidikan keperawatan mempunyai pengaruh besar terhadap kualitas pelayanan keperawatan, sehingga pendidikan yang tinggi dari seorang perawat akan memberi pelayanan yang optimal. Sejalan dengan hasil penelitian Saragih dan Rumapea (2010), terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan dan kepatuhan perawat dalam menerapkan PPI di RS Columbia Asia Medan. Namun, berbeda dengan penelitian Herpan (2012) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara pendidikan dengan kinerja perawat dalam pengendalian infeksi nosokomial di RSU PKU Bantul Yogyakarta. Hal ini mungkin disebabkan karena masih ada institusi pendidikan keperawatan yang belum terakreditasi sehingga tidak menjamin para lulusannya

36 79 memiliki kemampuan yang baik pula. Di samping itu, hal tersebut juga mungkin disebabkan perbedaan lokus dan sampel pada penelitian tersebut. Berdasarkan hasil observasi terhadap informan, ternyata hanya 5 dari 14 perawat yang menjaga kebersihan rumah sakit secara rutin. Adapun kendala lain yang dihadapi para perawat dalam menjaga kebersihan rumah sakit adalah plastik pelapis tong sampah, jerigen benda tajam, dan laken yang masih kurang. Menurut Wilma (2013), ada hubungan bermakna secara signifikan antara dukungan manajemen berupa ketersediaan sarana dan prasarana penunjang dengan pelaksanaan pencegahan infeksi nosokomial oleh perawat pelaksana. Akan tetapi, IPCN RSU Mitra Medika menyatakan hal ini bukan terjadi karena kurangnya dukungan manajemen., melainkan karena koordinasi antar unit yang belum berjalan dengan baik. Direktur sih komitmen., apapun permintaan dari PPI selalu diberikan karena itu memang kebutuhan. Tetapi kadang proses koordinasi untuk pengadaannya sedikit terkendala karena butuh waktu koordinasi satu dengan yang lainnya seperti memohon untuk ditindaklanjutin, kadang lupa memasukkan dalam anggaran biaya sehingga agak lama.. (Informan 15). Dari pernyataan tersebut, dapat terlihat bahwa koordinasi antara bidang keperawatan, tim PPI, bagian logistik, dan bagian keuangan masih belum berjalan dengan maksimal. Akibatnya, ketika sarana dan prasarana tersebut habis terpakai sebelum waktunya maka akan membutuhkan waktu dan proses yang lama dalam pengadaannya.

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator, salah satunya adalah melalui penilaian terhadap

Lebih terperinci

PANDUAN WAWANCARA. Analisis Kemampuan Perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan

PANDUAN WAWANCARA. Analisis Kemampuan Perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan 103 Lampiran 1 PANDUAN WAWANCARA Analisis Kemampuan Perawat dalam Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Umum Mitra Medika Medan A. Data Karakteristik Informan Petunjuk Pengisian:

Lebih terperinci

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI. Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) , Fax (0721) PANDUAN CUCI TANGAN RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PURI BETIK HATI Jl. Pajajaran No. 109 Jagabaya II Bandar Lampung Telp. (0721) 787799, Fax (0721) 787799 Email : rsia_pbh2@yahoo.co.id BAB I DEFINISI Kebersihan

Lebih terperinci

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PERILAKU HYGIENE PERAWAT DAN FASILITAS SANITASI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PERDAGANGAN KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012 1. DATA UMUM A.

Lebih terperinci

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PENGGUNAAN APD DI RUMAH SAKIT SYAFIRA

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PENGGUNAAN APD DI RUMAH SAKIT SYAFIRA LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI PENGGUNAAN APD DI RUMAH SAKIT SYAFIRA DISUSUN OLEH TIM PPI RS SYAFIRA Jl. JenderalSudirman No. 134 Pekanbaru Telp. (0761) 3061000 Fax : (0761) 41887 Email :cso@rssyafira.com

Lebih terperinci

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi

UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi UNIVERSAL PRECAUTIONS Oleh: dr. A. Fauzi Pendahuluan Sejak AIDS dikenal; kebijakan baru yang bernama kewaspadaan universal atau universal precaution dikembangkan. Kebijakan ini menganggap bahwa setiap

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara LAMPIRAN PENJELASAN PENELITIAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Helfrida Situmorang NIM : 147046009 Program Studi : S2 Keperawatan Administrasi Keperawatan, Fakultas Keperawatan Judul Penelitian

Lebih terperinci

I. Daftar pertanyaan untuk Informan Staf bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan a. Identitas Informan

I. Daftar pertanyaan untuk Informan Staf bidang Pengendalian Masalah Kesehatan (PMK) Dinas Kesehatan Kota Medan a. Identitas Informan LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM ( IN DEPTH INTERVIEW ) ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DOTS PLUS PADA PROGRAM PENANGGULANGAN TB MDR DI PUSKESMAS TELADAN TAHUN 06 I. Daftar pertanyaan untuk Staf bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang. Seperti halnya di Indonesia, penyakit infeksi masih merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan. kesehatan kepada masyarakat. Rumah sakit memiliki peran penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh petugas medis untuk kesehatan masyarakat bisa dilakukan di poliklinik maupun di rumah sakit. Rumah sakit merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya pencegahan infeksi

Lebih terperinci

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan Rahmawati Minhajat Dimas Bayu Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2014 KETERAMPILAN SANITASI

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. serta pembahasan hasil penelitian dengan judul: Analisis Kepatuhan. Penerapan Kewaspadaan Standar Pelayanan Kedokteran Gigi di RS

BAB V KESIMPULAN. serta pembahasan hasil penelitian dengan judul: Analisis Kepatuhan. Penerapan Kewaspadaan Standar Pelayanan Kedokteran Gigi di RS BAB V KESIMPULAN A. Kesimpulan Bertolak dari rumusan masalah, hipotesis dan analisis data serta pembahasan hasil penelitian dengan judul: Analisis Kepatuhan Penerapan Kewaspadaan Standar Pelayanan Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini tidak hanya berkaitan dengan rumah sakit sebagai tempat pelayanan medis namun juga

Lebih terperinci

LAMPIRAN : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN STANDAR

LAMPIRAN : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN STANDAR LAMPIRAN : JENIS PELAYANAN, INDIKATOR DAN STANDAR Jenis 1 Gawat Darurat 2 Rawat Jalan Input 1. Kemampuan menangani life saving 2. Pemberi pelayanan kegawat-daruratan bersertifikat (ATLS/BTLS/ACLS/PPGD/

Lebih terperinci

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM

RSCM KEWASPADAAN. Oleh : KOMITE PPIRS RSCM KEWASPADAAN ISOLASI Oleh : KOMITE PPIRS RSCM POKOK BAHASAN Pendahuluan Definisi Kewaspadaan Transmisi Etika batuk Menyuntik yang aman Prosedur lumbal pungsi Kelalaian - kelalaian Tujuan Setelah pelatihan

Lebih terperinci

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014 PENDAHULUAN KEWASPADAAN ISOLASI PELAKSANAAN PPI DI RS & FASILITAS PETUNJUK PPI UNTUK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rumah sakit sebagai tempat pengobatan, juga merupakan sarana pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat dan ditempatkan

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema yang akan diangkat dalam perancangan Rumah Sakit Islam Ini adalah Habluminallah wa Habluminannas yang berarti hubungan Manusia dengan Tuhan dan hubungan Manusia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kewaspadaan Umum/Universal Precaution 2.1.1. Defenisi Kewaspadaan universal (Universal Precaution) adalah suatu tindakan pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga

Lebih terperinci

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri.

BAB I DEFINISI. APD adalah Alat Pelindung Diri. BAB I DEFINISI APD adalah Alat Pelindung Diri. Pelindung yang baik adalah yang terbuat dari bahan yang telah diolah atau bahan sintetik yang tidak tembus air atau cairan lain (darah atau cairan tubuh).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perawat profesional dalam melaksanakan peran dan fungsinya sehari hari, selalu beresiko tertular terhadap berbagai penyakit. Penularan penyakit dapat terjadi secara kontak

Lebih terperinci

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu

1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu 1. Pentingnya patient safety adalah a. Untuk membuat pasien merasa lebih aman b. Untuk mengurangi risiko kejadian yang tidak diharapkan Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada

Lebih terperinci

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS MENCUCI INSTRUMEN BEDAH L KEPERAWATA N Agar instrumen bedah yang dipakai dapat dibersihkan dari bahan berbahaya pasien 1. Siapkan larutan chlorine 0.5% secukupnya. 2. Selesai melakukan operasi, prosedur

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. yang terdapat di RS PKU Muhammadiyah Gamping memiliki berbagai BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping yang menyediakan berbagai macam jenis pelayanan

Lebih terperinci

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar. Penggunaan APD perlu pengawasan karena dengan penggunaan APD yang tidak tepat akan menambah cost TUJUAN PENGGUNAAN

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN Hubungan Pengetahuan Perawat Tentang Infeksi Nosokomial Dan Kepatuhan Perawat Dalam Mencuci Tangan Cara Biasa Sesuai SOP

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 38 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian Rumah sakit Islam Kendal adalah rumah sakit swasta yang dikelola oleh amal usaha muhammadiyah. Rumah sakit tipe C yang sudah terakreditasi

Lebih terperinci

PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA

PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA PANDUAN PENGGUNAAN APD DI RS AT TUROTS AL ISLAMY YOGYAKARTA A. LATAR BELAKANG Petugas pelayanan kesehatan setiap hari dihadapkan kepada tugas yang berat untuk bekerja dengan aman dalam lingkungan yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.Infeksi nosokomial 1.1 Pengertian infeksi nosokomial Nosocomial infection atau yang biasa disebut hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat saat klien dirawat di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik

BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian, ternyata

Lebih terperinci

STANDAR PPI 1 PPI 1.1 PPI 2 PPI 3 PPI 4 PPI 5 PPI 6 PPI 6.1

STANDAR PPI 1 PPI 1.1 PPI 2 PPI 3 PPI 4 PPI 5 PPI 6 PPI 6.1 D NO 1 2 3 4 STANDAR PPI 1 PPI 1.1 5 6 PPI 2 7 8 9 PPI 3 10 11 12 PPI 4 13 14 15 PPI 5 16 17 18 19 20 PPI 6 21 22 23 PPI 6.1 24 25 26 PPI 6.2 27 28 29 PPI 7 30 31 32 33 PPI 7.1 34 35 36 37 38 PPI 7.2 39

Lebih terperinci

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RUMAH SAKIT UMUM BHAKTI YUDHA I. PENDAHULUAN Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan di rumah sakit, perlu dilakukan pengendalian infeksi, diantaranya adalah

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT LINEN DAN LAUNDRY

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT LINEN DAN LAUNDRY PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT LINEN DAN LAUNDRY RUMAH SAKIT ISLAM MALAHAYATI Jl. Pangeran Diponegoro No.2-4 Medan Telp : (061) 4518766 DAFTAR ISI BAB I : PENDAHULUAN... 1 BAB II : GAMBARAN UMUM RS... 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah sakit merupakan salah satu tempat pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat terutama untuk masyarakat yang sedang sakit. Tujuan utama rumah sakit

Lebih terperinci

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang

Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang Nomer Station 1 Judul Station Perawatan Jenazah di RS Waktu yang 7 menit dibutuhkan Tujuan station Menilai kemampuan prosedur perawatan jenazah HIV/AIDS di RS Area kompetensi 1. Komunikasi efektif pada

Lebih terperinci

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT...

DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT... KEPUTUSAN DIREKTUR UTAMA RS xxx NOMOR : 012 / SK /.xx / VII / 2012 TENTANG ICN (INFECTION CONTROL NURSE)/IPCN (INFECTION PREVENTION AND CONTROL NURSE), DIREKTUR UTAMA RUMAH SAKIT... Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. diolah sebagai bahan pembuat laporan pelayanan rumah sakit. Rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien. Pelayanan untuk pasien di rumah sakit umumnya meliputi

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA A. PENDAHULUAN Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada

Lebih terperinci

PPI TELUSUR SKO R 1 MATERI Pembentukan Tim PPI, pengorganisasian, operasional, program kerja, pelaksanaannya

PPI TELUSUR SKO R 1 MATERI Pembentukan Tim PPI, pengorganisasian, operasional, program kerja, pelaksanaannya TELUSUR POKJA PPI PPI TELUSUR SKO R 1 MATERI Pembentukan Tim PPI, pengorganisasian, operasional, program kerja, pelaksanaannya Kualifikasi ketua dan anggota Tim PPI Uraian tugas ketua dan anggota Tim PPI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda

BAB I PENDAHULUAN. serta pengobatan penyakit banyak digunakan alat-alat ataupun benda-benda BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan suatu organisasi melalui tenaga medis professional yang teroganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran,

Lebih terperinci

Pengendalian infeksi

Pengendalian infeksi Pengendalian infeksi Medis asepsis atau teknik bersih Bedah asepsis atau teknik steril tindakan pencegahan standar Transmisi Berbasis tindakan pencegahan - tindakan pencegahan airborne - tindakan pencegahan

Lebih terperinci

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat BAB 1 PENDAHULUAN Setiap kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan atau meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit,

Lebih terperinci

Laporan bulanan PPI Bulan September

Laporan bulanan PPI Bulan September Laporan bulanan PPI Bulan September EVALUASI PROGRAM 1. Rancangan program PPI Program rancangan PPI mengacu kepada standar program PPI yang terdiri atas pencegahan infeksi, kewaspadaan isolasi, surveilan,

Lebih terperinci

pola kuman 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta 4. Program penggunaan antimikroba rasional

pola kuman 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta 4. Program penggunaan antimikroba rasional 1. Program penerapan Kewaspadaan Isolasi 2. Program kegiatan surveilans PPI dan peta pola kuman 3. Program pendidikan dan pelatihan PPI 4. Program penggunaan antimikroba rasional N0 KEGIATAN MONITORING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari perawat selalu berinteraksi dengan pasien dan bahaya-bahaya di rumah sakit, hal tersebut membuat

Lebih terperinci

Bagian XIII Infeksi Nosokomial

Bagian XIII Infeksi Nosokomial Bagian XIII Infeksi Nosokomial A. Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan pengertian infeksi nosokomial 2. Menjelaskan Batasan infeksi nosocomial 3. Menjelaskan bagaimana proses terjadinya infeksi nosocomial

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari

PENDAHULUAN. dapat berasal dari komunitas (community acquired infection) atau berasal dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan tempat berkumpulnya segala macam penyakit, baik menular maupun tidak menular. Ditinjau dari asal atau didapatnya infeksi dapat berasal dari komunitas

Lebih terperinci

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa

prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1. Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa Penetapan Area Prioritas Pengelompokan Indikator Mutu Rumah Sakit Khusus Bedah SS Medika berdasarkan prioritas area yang akan dilakukan adalah sebagai berikut: No Prioritas Area Indikator Standart 1 Unit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang ditunjukkan setelah pasien menjalani proses perawatan lebih dari 48 jam, namun pasien tidak menunjukkan gejala sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien, melalui pencapaian hasil terapi yang optimal terkait dengan obat. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. pasien, melalui pencapaian hasil terapi yang optimal terkait dengan obat. Hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian pharmaceutical care menurut European Directorate for the quality of medicines and health care (2012) sebuah filosofi dan cara kerja untuk profesional

Lebih terperinci

BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI)

BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) BAB II PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) Nama Rumah Sakit Alamat Rumah Sakit Nama Pembimbing Tanggal Bimbingan : : : : STANDAR, MAKSUD DAN TUJUAN, ELEMEN PENILAIAN PROGRAM KEPEMIMPINAN DAN KOORDINASI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Setting Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Rumah Sakit Umum Daerah Ambarawa Kabupaten Semarang yang berdiri sejak 1930 merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs) yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Indonesia, berbeda dengan Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi oleh seluruh manusia, karena kesehatan menentukan segala aktivitas dan kinerja manusia. Pengertian sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat yang berfungsi untuk melakukan upaya kesehatan

Lebih terperinci

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan Surat Permohonan untuk Bersedia menjadi Responden Assalamualaikum Dengan hormat, Dengan ini saya, Nama : Diani Susanti NIM : 20140310087 Pendidikan : Program Studi

Lebih terperinci

Kamus Indikator Pelayanan Medis RSIA NUN Surabaya Pelaksanaan Rapat Dokter Umum / Dokter Gigi Setiap Bulan

Kamus Indikator Pelayanan Medis RSIA NUN Surabaya Pelaksanaan Rapat Dokter Umum / Dokter Gigi Setiap Bulan Kamus Indikator Pelayanan Medis RSIA NUN Surabaya 2017-2018 1. Pelaksanaan Rapat Dokter Umum / Dokter Gigi Setiap Bulan bulan Efisiensi dan Keselamatan Tipe Indikator Input Pelaksanaan rapat dokter umum

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Infeksi nosokomial adalah suatu infeksi yang diperoleh pasien selama dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial terjadi karena adanya transmisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Di Indonesia, infeksi merupakan salah

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat. RSUD kota Bandung beralamat di Jl. Rumah Sakit No. 22 Ujung

BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN. masyarakat. RSUD kota Bandung beralamat di Jl. Rumah Sakit No. 22 Ujung 45 BAB III TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 3.1 Sejarah Berdirinya RSUD Kota Bandung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) kota Bandung merupakan salah satu instansi pemerintah kota Bandung yang bergerak dibidang layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial merupakan problem klinis yang sangat penting pada saat sekarang ini, karena akan menambah masa perawatan pasien di rumah sakit sekaligus akan memperberat

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSU AULIA BLITAR

PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSU AULIA BLITAR PEDOMAN PENGORGANISASIAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSU AULIA BLITAR Disusun oleh : Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RUMAH SAKIT UMUM AULIA LODOYO BLITAR JL. RAYA UTARA LODOYO KEMBANGARUM

Lebih terperinci

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI PANDUAN MANAJEMEN RESIKO PUSKESMAS CADASARI PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANG DINAS KESEHATAN UPT PUSKESMAS CADASARI Jl. Raya Serang Km. 5, Kec. Cadasari Kab. Pandeglang Banten DAFTAR ISI BAB I MANAJEMEN

Lebih terperinci

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH 1. Pengertian Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, perawatan termasuk menyiapkan jenazah untuk diperlihatkan pada keluarga, transportasi

Lebih terperinci

PERSEPSI TERHADAP APD

PERSEPSI TERHADAP APD A. Data Responden 1. Umur :... tahun 2. Pendidikan : D1 D3 S1 3. Lama Bekerja : < 1 thn 1 5 thn > 5 thn 4. Status Kerja : Karyawan Tetap Karyawan Kontrak B. Pernyataan Untuk Aspek pengetahuan Petunjuk

Lebih terperinci

STANDARD PELAYANAN MINIMAL (SPM) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR

STANDARD PELAYANAN MINIMAL (SPM) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR LAMPIRAN I : PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 49 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR STANDARD PELAYANAN MINIMAL (SPM) RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pusat latihan tenaga kesehatan, serta untuk penelitian biososial. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, rumah sakit adalah suatu bagian menyeluruh dari organisasi sosial dan medis berfungsi memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap kepada masyarakat, baik

Lebih terperinci

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi.

Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi. Perawat instrument (Scrub Nurse) dan perawat sirkuler di kamar operasi Ditulis pada Senin, 15 Februari 2016 03:14 WIB oleh fatima dalam katergori Kamar Bedah tag Kamar Bedah, Oka, Perawat Instrument, Perawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan membahas tentang: latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. A. Latar Belakang Di jaman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan

BAB 1 PENDAHULUAN. tingginya tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, maka tuntutan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, berbagai upaya telah dilakukan oleh pemangku kepentingan pemberi pelayanan kesehatan. Semakin tingginya tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pelayanan kesehatan khususnya keperawatan di rumah sakit dapat dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah terhadap upaya pengendalian infeksi nosokomial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas pelayanan kesehatan yang setiap pelayanannya menghasilkan limbah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan merupakan tempat yang sangat dibutuhkan oleh semua kalangan masyarakat. Hampir semua orang tidak tergantung usia dan tingkat sosial yang menyadari

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka

KUESIONER PENELITIAN. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka KUESIONER PENELITIAN Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka Kuman dan Pada Ruangan ICU di RSUD Dr. Pirngadi dan Rumkit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB Medan Tahun 200

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan rumah sakit dalam menjalankan fungsinya ditandai dengan adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi oleh beberapa

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Tenaga kesehatan di Klinik Hemodialisis Nitipuran berjumlah 11 orang yang terdiri dari 4 dokter dan 7 perawat. Pada klinik tersebut terdapat 7 tempat tidur

Lebih terperinci

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

LAMPIRAN-LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara 53 LAMPIRAN-LAMPIRAN 54 Lampiran 1 Formulir Persetujuan Menjadi Responden Penelitian Kesiapan Perawat Dalam Memberikan Pelayanan Keperawatan Pada Pasien HIV/AIDS di RSUD Kota Dumai Oleh: Ummi Umaina Saya,

Lebih terperinci

PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG

PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG PANDUAN RUANG ISOLASI DI RUMAH SAKIT SAIFUL ANWAR MALANG TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG BAB I DEFINISI RUANG ISOLASI A. Definisi Ruang Isolasi Ruang isolasi adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Permenkes No.147 tahun 2010 tentang perijinan Rumah Sakit menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. Permenkes No.147 tahun 2010 tentang perijinan Rumah Sakit menyatakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permenkes No.147 tahun 2010 tentang perijinan Rumah Sakit menyatakan bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota BAB II PROFIL PERUSAHAAN A.Sejarah Singkat Perkembangan Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi Rumah Sakit Dr. H. Kumpulan Pane Kota Tebing Tinggi mulai dibangun oleh anggota Dewan Perwakilan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan pelayanan kesehatan sekaligus sebagai lembaga pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian memiliki

Lebih terperinci

PANDUAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DAN PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP

PANDUAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DAN PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP PANDUAN PENDAFTARAN PASIEN RAWAT JALAN DAN PENERIMAAN PASIEN RAWAT INAP BAB I DEFINISI Pelayanan pendaftaran adalah mencatat data sosial/mendaftar pasien utkmendapatkan pelayanan kesehatan yg dibutuhkan,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA RUMAH SAKIT ELIZABETH SITUBONDO 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN Tujuan Umum... 2 Tujuan Khusus... 2 BAB II

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil

BAB 1 PENDAHULUAN. hidup bersih dan sehat, mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk mencapai masa depan dimana bangsa Indonesia hidup dalam lingkungan sehat, penduduknya berperilaku hidup bersih dan

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan gawat darurat, yang merupakan salah satu tempat pasien berobat atau dirawat, di tempat BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi : KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN KELUARGA PASIEN TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL PADA RUANG KELAS III INSTALASI RAWAT INAP TERPADU A DAN RAWAT INAP TERPADU B RUMAH SAKIT UMUM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi- tingginya,

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja bertujuan untuk memperoleh derajat kesehatan yang setinggi- tingginya, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang. Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan bagian aplikasi kesehatan masyarakat di dalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat di lingkungannya. Kesehatan dan keselamatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien.

BAB 1 PENDAHULUAN. langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi dokter gigi tidak terlepas dari kemungkinan untuk berkontak secara langsung ataupun tidak langsung dengan mikroorganisme dalam darah dan saliva pasien. Penyebaran

Lebih terperinci

100% 100% (2/2) 100% 100% (4142) (4162) (269) (307) (307) (269) (278) (263) (265) (264) 0% (638) 12 mnt. (578) 10 mnt

100% 100% (2/2) 100% 100% (4142) (4162) (269) (307) (307) (269) (278) (263) (265) (264) 0% (638) 12 mnt. (578) 10 mnt Press Release Implementasi Standar Akreditasi Untuk Meningkatkan Mutu Pelayanan & Keselamatan Pasien RSUD dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang RSUD dr. R. Soetrasno Kabupaten Rembang, merupakan rumah sakit

Lebih terperinci

TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI UNIT CSSD DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI

TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI UNIT CSSD DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI NOMOR : /SK/DIR/ /2016 TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI UNIT CSSD DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN RAWAT JALAN EKSEKUTIF DI RUMAH SAKIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN Lampiran 1 LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN Judul penelitian : Perilaku Ibu Primipara dalam Merawat Bayi Baru Lahir di Kelurahan Sukaraja Kecamatan Medan Maimun. Peneliti : Erpinaria Saragih Saya telah

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT

GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT GAMBARAN UMUM RSUD INDRASARI RENGAT A. SEJARAH DAN KEDUDUKAN RUMAH SAKIT Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Rengat Kabupaten Indragiri Hulu pada awalnya berlokasi di Kota Rengat Kecamatan Rengat (sekarang

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor pada bulan Juni 2009.

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS. Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor pada bulan Juni 2009. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penilaian sistem, dalam hal ini peneliti melakukan analisis terhadap interaksi yang terjadi pada input-proses-output yang terjadi untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Adapun yang dimaksud dengan penelitian

Lebih terperinci

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

Bab IV. Hasil dan Pembahasan Bab IV Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi umum lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan pada 5 bangsal yang bernama bangsal Firdaus, bangsal Naim, bangsa Wardah, bangsal Zaitun, dan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Rumah Sakit Umum Artha Medica Binjai 2.1.1. Sejarah Singkat Rumah Sakit Pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa kebutuhan terhadap pelayanan kesehatan belum semuanya

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON

KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON KERANGKA ACUAN KEGIATAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI PUSKESMAS KALIBARU KULON A. PENDAHULUAN Health care Associated Infections (HAIs) merupakan komplikasi yang paling sering

Lebih terperinci