BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah lahir dari kekosongan budaya. Karya sastra bisa

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah lahir dari kekosongan budaya. Karya sastra bisa"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra tidak pernah lahir dari kekosongan budaya. Karya sastra bisa dikatakan selalu terikat dengan konteks sosial saat karya tersebut diciptakan. Oleh karena itu, sering didapati karya sastra menampilkan kembali peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehingga dalam proses pemahamannya, karya sastra tidak dapat dipahami secara selengkap-lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan atau kebudayaan atau peradaban yang telah menghasilkannya (Grebstain, 1968: ). Karya sastra yang diciptakan sebagai hasil tanggapan dan refleksi kondisi kehidupan terwujud dalam berbagai genre sastra baik puisi, prosa, maupun drama. Pemilihan genre karya sastra bahkan hingga detail-detail strukturnya, dan wacana yang dibangun dari sebuah karya tidak terlepas dari pengarang/penciptanya. Oleh sebab itu, sebuah karya tidak dapat dipahami jika dilepaskan dari konteks kepengarangan. Hal ini disebabkan pengarang sebagai pencipta suatu karya sastra memiliki andil yang cukup besar dalam menentukan tataran bentuk ataupun isi karyanya. Ada banyak karya sastra yang mencerminkan berbagai keadaan sosial masyarakat dalam sejarah kasusastraan Indonesia baik dalam genre puisi, cerpen, 1

2 2 maupun novel. Puisi-puisi Wiji Thukul yang termuat dalam antologi Aku Ingin Jadi Peluru (2004) merepresentasikan ketertindasan rakyat oleh kediktatoran Orde Baru; bentuk itu dicerminkan adanya dehumanisasi 1 dalam puisi-puisi Wiji Thukul. Cerminan nasib masyarakat Indonesia yang terlibat G30S/PKI tahun 1965 dapat dilihat dalam cerpen-cerpen karya Martin Aleida dalam antologinya Leontin Dewangga (2003), dan novel-novel karya Ahmad Tohari seperti Ronggeng Dukuh Paruk (1982) yang merefleksikan dampak peristiwa G30S/PKI bagi masyarakat awam. Dari berbagai karya fiksi yang diciptakan oleh beberapa pengarang dan telah diterbitkan dalam berbagai genre, ada pengarang yang konsisten dalam merefleksikan kembali peristiwa sejarah Indonesia dalam karya fiksinya. Salah satunya ialah Seno Gumira Ajidarma. Lewat penuturannya dalam buku Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara, Seno Gumira Ajidarma ingin menyampaikan kebenaran suatu peristiwa melalui karya sastra ketika media jurnalistik gagal karena terbentur sensor (Ajidarma, 1997:93). Dengan konsistensi yang tinggi, Seno merefleksi ulang peristiwa sejarah dalam karyanya, misalnya peristiwa pembunuhan terhadap gali yang terjadi pada tahun 1983-an 1985-an yang dihadirkan dalam trilogi penembak misterius Keroncong Pembunuhan, diterbitkan oleh harian (Kompas, 3 Februari 1 Laporan Penelitian; Novi Siti Kussuji Indrastuti.2012.Wacana Dehumanisasi dalam Puisi Indonesia: Kajian Semiotika Pragmatik Morris terhadap Sajak-Sajak Wiji Thukul. Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada

3 3 1985), Bunyi Hujan di Atas Genting, (Kompas, 28 Juni 1985), dan Grhh, (Kompas, 18 Januari 1987). Peristiwa Mei 1998 dalam Jakarta, Suatu Ketika, yang diterbitkan majalah Horison, Juni 1998 dan Clara, dimuat sebagai Clara atawa Wanita yang Diperkosa, dalam harian (Republika, 26 Juni 1998). Namun, sebelum itu, Seno juga telah menghadirkan insiden Dilli pada tahun 1991 yang kemudian dituangkan dalam cerpen-cerpennya yang dimuat dalam antologi Saksi Mata. Bahkan, Seno juga mengangkat peristiwa pembunuhan terhadap aktivis HAM, Munir Said Thalib, yang dimuat dengan judul Aku, Pembunuh Munir, (Kompas, 29 Desember 2013). Dari berbagai karyanya yang diilhami oleh kondisi latar belakang historis Indonesia, karya-karya Seno hadir untuk mengkritisi dan menggugat kebekuan sejarah dan perlawanan terhadap tindak kekerasan yang pernah terjadi dalam sejarah Negara Indonesia. Misalnya, catatan Seno tentang tulisannya terkait insiden Dilli Saya menulis cerita dengan semangat perlawanan, antara lain untuk melawan ketakutan saya sendiri dan saya sungguh bersyukur telah mendapat pilihan untuk melakukannya. Penguasa datang dan pergi. Cerita saya masih ada. (Ajidarma, 2002:ix) Beberapa karya yang lain pun bisa dikatakan bahwa kehadirannya adalah untuk mengkritisi berbagai tindakan ketidakadilan yang pernah terjadi. Ini menjadi semacam gugatan terhadap sejarah dan tuntutan terhadap ketidakadilan bagi setiap

4 4 kasus yang pernah terjadi di Indonesia. Sebagai contoh adalah ulasan Budiawan tentang trilogi cerpen Petrus karya Seno Gumira Ajidarma. Ketika isu petrus hendak dihapus dari memori masyarakat, trilogi ini hadir di tengah-tengah publik. Oleh karena itu, betapa sangat berharganya trilogi ini. Ia tidak hanya dipandang sebagai semacam dokumen sejarah, tetapi gugatan terhadap sejarah itu sendiri. Daya gugat trilogi ini sangat dalam dan luas. Ia bukan hanya menggugat dampak serius dari petrus, tetapi juga sistem (kekuasaan) yang menghasilkan petrus itu sendiri, yakni militerisme. (Budiawan via Penembak Misterius, 2007:204) Atas dasar itulah beberapa peristiwa yang lain dalam cerpen Seno mencoba ditelisik melalui sudut gugatan terhadap ketidakadilan kasus yang pernah terjadi dalam sejarah Indonesia. Termasuk pula dalam hal ini adalah refleksi Seno terhadap peristiwa kasus penculikan aktivis pada tahun Kasus penculikan ini memiliki hubungan yang erat dengan salah satu masalah keadilan dan penegakkan hukum di Indonesia karena hingga saat ini kasus yang menyebabkan hilangnya aktivis bangsa Indonesia belum juga terselesaikan. Berbagai upaya yang telah dilakukan belum juga menuai hasil. Bahkan, salah satu aktivis HAM, Munir Said Thalib yang memperjuangkan agar dikembalikannya aktivis yang diculik justru menjadi korban pembunuhan berencana yang hingga kini pula dalang utama kasus tersebut belum bisa tersentuh oleh hukum. Dalam hal ini, fokus utama yang digagas dalam penelitian ini adalah kasus penculikan aktivis Adapun kasus penculikan aktivis 1998 yang terefleksikan dalam cerpen Seno yang dijadikan objek material dalam penelitian ini berjudul

5 5 Tujuan: Negeri Senja dan Ibu yang Anaknya Diculik Itu. Adapun objek formalnya ialah melihat perspektif gugatan terhadap ketidakadilan atas kasus penculikan aktivis 1998 pada cerpen dan hubungannya dengan konteks sosial masyarakat. Cerpen Ibu yang Anaknya Diculik Itu diduga mengacu pada kasus penculikan aktivis pada tahun Hal ini berbeda dengan cerpen yang berjudul Tujuan Negeri Senja yang ditampilkan dengan gaya surealis. Namun, hal itu bukanlah menjadi hambatan karena menurut penelitian Salam (2003:34), Seno banyak memanfaatkan atau bermain antara metonimi dan metafora (dalam pengertian Lacan) untuk mengamankan cerpennya sehingga secara tekstual tidak dapat dideteksi oleh aparat ideologis negara Orde Baru. Namun, apakah betul cerpen tersebut mampu mengilustrasikan keadaan zaman pada waktu cerpen tersebut diciptakan? Apa sajakah cerminan dalam cerpen tersebut yang diduga kuat berisi gugatan terhadap ketidakadilan atas kasus penculikan aktivis tahun 1998? Tentu saja, untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan itu dibutuhkan analisis yang komprehensif sehingga refleksi keadaan zaman mampu diungkap dengan lebih cermat, tajam, dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Cerpen Tujuan: Negeri Senja terbit pada harian (Kompas, Minggu, 8 November 1998); pernah diterjemahkan oleh Pamela Allen sebagai Destination: The Land of Never-ending Sunset, yang dimuat New Zealand Journal of Asian Studies 4, 2 Desember 2002; ke bahasa Prancis oleh Adrie Tirel sebagai Départ grandes lignes;

6 6 pays du Soleil Couchant, dimuat Le Banian/ no 1 Mei Sementara itu, cerpen Ibu yang Anaknya Diculik Itu, yang diterbitkan (Kompas, Minggu, 16 November 2008) merupakan konversi dari monolog Sepuluh Tahun Kemudian (2008) dan merupakan sekuel drama Mengapa Kau Culik Anak Kami? (1999). Hal tersebut membuktikan bahwa Cerpen Tujuan: Negeri Senja mendapatkan apresiasi yang cukup tinggi baik dari pembaca dalam negeri maupun luar negeri. Apresiasi juga ditunjukkan dengan hadirnya cerpen Ibu yang Anaknya Diculik Itu yang sebenarnya merupakan konversi dari monolog Sepuluh Tahun Kemudian. Selain hal tersebut, cerpen Tujuan: Negeri Senja dan Ibu yang Anaknya Diculik Itu merupakan cerpen yang secara beruntun bergaung-sambut dengan masalah hilangnya aktivis 1998 dan secara spesifik mengisahkan kasus penculikan aktivis Hal tersebutlah yang membedakan dengan cerpen-cerpen yang lahir pada kurun waktu yang lebih memfokuskan pada kritik terhadap kekacauan politik di Indonesia dan kerusuhan Mei Hal tersebut dapat dilihat dari contoh karya sastra yang dihasilkan pada kurun waktu tersebut yang di antaranya termuat dalam antologi Cerpen Pilihan Kompas: Derabat. Cerpen Derabat karya Budi Darma lebih mengkritik masalah perebutan kekuasaan antara satu kekuatan politik dengan kekuasaan politik lain yang dimetaforakan dengan kisah perkelahian antara tokoh Derabat dengan tokoh Matropik. Sementara itu, cerpen Penjaja Air Mata karya Prasetyohadi berfokus pada kisah korban krisi dan kerusuhan Mei Hal tersebut diilustrasikan melali penceritaan tentang perempuan muda yang

7 7 berjualan parfum dari air mata korban krisi. Air mata itu berasal dari perempuan Cina yang diperkosa, konglomerat bangkrut, dll. Berdasarkan berbagai uraian di atas cerpen Tujuan: Negeri Senja dan Ibu yang Anaknya Diculik Itu perlu dianalisis karena beberapa hal sebagai berikut. Pertama, kedua cerpen tersebut merupakan karya sastra yang bergaung-sambut dan secara intensif menyinggung masalah penculikan aktivis Kedua, cerpen tersebut mendapatkan perhatian yang cukup tinggi, bahkan cerpen Tujuan: Negeri Senja telah dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris dan bahasa Prancis. Ketiga, cerpen Tujuan: Negeri Senja dan Ibu yang Anaknya Diculik Itu karya Seno Gumira Ajidarma merupakan karya sastra yang secara spesifik memfokuskan pada maslah penculikan aktivis 1998 yang jarang sekali disinggung oleh pengarangpengarang lain pada kurun waktu Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut. a. Konteks sosial pengarang Seno Gumira Ajidarma. b. Tujuan: Negeri Senja dan Ibu yang Anaknya Diculik Itu sebagai cermin masyarakat Indonesia. Dalam hal ini, cerminan masyarakat Indonesia difokuskan pada gagasan gugatan terhadap ketidakadilan atas kasus penculikan aktivis di Indonesia pada tahun 1998.

8 8 1.3 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini, ada dua tujuan utama. Pertama, untuk mengungkapkan kontek sosial pengarang Seno Gumira Ajidarma. Kedua, untuk mendeskripsikan cerpen Tujuan: Negeri Senja dan Ibu yang Anaknya Diculik Itu sebagai cermin gugatan terhadap ketidakadilan kasus penculikan aktivis 1998 di Indonesia. 1.4 Tinjauan Pustaka Karya fiksi Seno Gumira Ajidarma telah dijadikan sumber penelitian oleh banyak akademisi baik dari dalam maupun luar negeri. Karya-karyanya, baik berupa cerpen maupun novel telah dikaji dengan berbagai sudut pandang. Penelitian yang melihat karya Seno dari sudut pandang posmoderen telah dilakukan oleh Andy Fuller dan telah menjadi buku dengan judul Sastra dan Politik: Membaca Karya-Karya Seno Gumira Ajidrma tahun Kajian lain pun telah dilakukan, yaitu melihat perspektif politik cerita yang digunakan Seno Gumira Ajidarma dalam cerpennya. Penelitian ini telah dilakukan oleh Aprinus Salam tahun 2003 di jurusan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Uniersitas Gadjah Mada. Dalam penelitiannya, Salam (2003) mengatakan bahwa Seno menggunakan strategi dan siasat cerita dengan memanfaatkan metonimi dan metafora agar cerpennya dapat lolos sensor dari aparat ideologis Orde Baru.

9 9 Antologi Iblis Tidak Pernah Mati karya Seno Gumira pernah dianalis oleh Nurhadi (2004) dalam tesisnya. Kumpulan cerpen tersebut dianalisis dengan menggunakan kajian hegemoni Gramsci. Antologi yang sama pun pernah dianalisis oleh Ashari pada tahun 2002 dalam sebuah skripsi di Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul Kritik Sosial dalam kumpulan Cerpen Iblis Tidak Pernah Mati:Karya Seno Gumira Ajidarma. Disertasi Nurhadi (2010) di Universitas Gadjah Mada pun telah membahas karya Seno Gumira Ajidarma di antaranya Penembak Misterius, Saksi Mata, Jazz Parfum dan Insiden, Iblis Tidak Pernah Mati, Matinya Seorang Penari Telanjang, Dunia Sukab; Sejumlah Kumpulan Cerita, Negeri Senja dan Kitab Omong Kosong dari perspektif aspek kekerasan sebagai refleksi kondisi sosial politik. Dalam disertasinya, Nurhadi menggunakan teori sosiologi sastra dan teori semiotika dalam proses penafsiran karya Seno yang surealistik atau dalam istilah Budiman bersifat endoforik, sifat karya sastra yang tidak terbebani oleh fungsi referensinya atau karya yang tidak perlu dihubung-hubungkan dengan dunia ekstra-tekstual secara langsung (Budiman, 2001: ). Habsari Bayu Jenar (2015) dalam skripsinya di Universitas Gadjah Mada pun mengangkat karya Seno Gumira Ajidarma. Karya tersebut adalah cerpen Aku, Pembunuh Munir. Dalam skripsinya, Jenar menganalisis cerpen tersebut dengan teori semiotika Roland Barthes. Dalam penelitiannya, makna dalam cerpen Aku

10 10 Pembunuh Munir dideskripsikan dengan kode refrensial dalam S/Z dengan langkah penjabaran leksia dan relasi lima kode Barthes. Ada beberapa simpulan yang diperoleh oleh Jenar (2015). Pertama, teks cerpen Aku Pembunuh Munir memiliki fakta tekstual berupa makna tersembunyi. Kedua, dari hasil analisis yang diperoleh didapatkan bahwa tokoh Munir dalam cerpen merujuk pada tokoh aktivis HAM, Munir Said Thalib. Sementara itu, tokoh Aku merujuk kepada aktor yang merancang pembunuhan Munir dengan cara diracun. Aktor utama kasus pembunuhan tersebut masih belum bisa ditemukan dan diadili atas kejahatannya. Indikasi menunjukkan ada kuasa yang tak tersentuh yang menyiratkan makna bahwa aktor pembunuhan adalah tokoh penting, berkuasa, dan merupakan tokoh yang kebal hukum. Ketiga, kode yang muncul dalam teks memiliki referensi dominan yang berhubugan dengan pola reportase atas kasus pembunuhan Munir baik dari data-data dan angka-angka hinga kronologis peristiwa pembunuhan dan persidangan terhadap aktor ke-2 yang menjadi pembunuh munir. Keempat, konsep jurnalisme dalam sastra yang kemudian dialihkan ke dalam karya sastra menjadi sebuah perkembangan dalam kesusastraan Indonesia dan kelima, karya sastra kembali hadir sebagai cermin masyarakat. Jenar (2015) mendeskripsikan bahwa Seno Gumira Ajidarma menolak lupa atas belum ditemukannya aktor intelektual utama dalam kasus pembunuhan berencana terhadap aktivis HAM, Munir Said Thalib. Adapun penelitian yang menggunakan kerangka teori sosiologi sastra telah banyak dilakukan. Misalnya, penelitan Muhammad Ardi Kurniawan (2008) dalam

11 11 skripsinya di Universitas Gadjah Mada yang membahas novel Negeri Senja karya Seno Gumira Ajidarma yang mengatakan bahwa novel tersebut adalah cermin kediktatoran masa Orde Baru yang secara metafora digambarkan dengan sebuah negeri yang keadaanya selalu senja dan dipimpin oleh Tirana yang dalam hal ini merujuk pada sosok Suharto. Penelitian Kurniawan (2008) yang mengulas karya Seno dengan sosiologi sastra Ian Watt secara jelas telah memaparkan latar belakang kepengarangan, hanya saja, ulasan dan tinjauan kepengarangan tidak menghubungan keterkaitannya antara posisi pengarang dengan pekerjaanya, profesionalisme kepengarangan, dan masyarakat yang dituju Seno ketika menulis novel Negeri Senja. Eka Damayanti (2014) dalam skripsinya yang membahas Novel Mahar Cinta Gandoriah karya Mardhiyan Novita M.Z pun menganalisisnya dengan teori sosiologi sastra Ian Watt. Berdasarkan penelitiannya, ditunjukan adanya hal yang memengaruhi pertentangan tradisi bajapuik beserta dinamika penentuan harga laki-laki dalam pernikahan orang Minagkabau. Terdapat tiga pihak dalam hal pertentangan tradisi bajapuik, yaitu pihak yang ragu-ragu menentang atau mengikuti, pihak yang mendukung, dan pihak yang menentang sama sekali. Tahun 2015 Mukhanif Yasin Yusuf dalam skripsinya di Jurusan Sastra Indonesi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada membahas novel Biola Tak Berdawai. Mukhanif Yasin Yusuf, melihat bahwa ada cerminan nasib kaum difabel Indonesia dalam novel Biola Tak Berdawai karya Seno Gumira Ajidarma.

12 12 Cerminan nasib kaum difabel meliputi berbagai bentuk seperti marginalisasi difabel, subordinasi, dan stereotype. Terkait dengan penelitian dalam skripsi ini, harus dipahami bahwa karya Ibu yang Anaknya Diculik Itu dalam genre drama pernah dianalisis oleh Dian Swadayani dan Nurhadi yang telah diterbitkan pada jurnal Fenolingua Universitas Widya Dharma Klaten edisi Februari 2005 dengan judul Kritik atas Praktik Penculikan dalam Sastra Indonesia sebagai Bentuk Resistensi Kekuasaan: Kajian Hegemoni Gramsci. Dalam penelitian ini diperoleh hasil bahwa ada konter ideologi yang dibangun dan melawan ideologi yang dibangun oleh kekuasaan neo-fasisme militer. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, penelitian terhadap dua cerpen yang berjudul Tujuan: Negeri Senja dan Ibu yang Anaknya Diculik Itu bisa dikatakan adalah penelitian yang berperspektif baru. Baru dalam melihat dan menjadikan objek formal kedua cerpen tersebut sebagai gugatan terhadap ketidakadilan kasus penculikan aktivis pada tahun Namun, tidak dipungkiri bahwa cerpen Tujuan; Negeri Senja pernah menjadi salah satu bagian dalam tesis (2004) dan disertasi (2009) oleh Nurhadi di Universitas Gadjah Mada. Hanya saja, sejauh pembacaan peneliti, Nurhadi lebih mengutamakan fokus penelitiannya dalam aspek kekerasan yang ditampilkan dalam cerpen Tujuan: Negeri Senja bukan pada masalah gugatan terhadap ketidakadilan atas kasus penculikan aktivis Kemudian, pada cerpen Ibu yang Anaknya Diculik Itu, yang dalam bentuk cerpen

13 13 belum pernah ada yang menganalisisnya. Sementara itu, beberapa kajian mengenai konteks sosial kepengarangan masih perlu diperbaharui dari waktu ke waktu karena pengarang masih terus berkarya dalam konteks sosial-budaya yang berkembang seiring pergantian zaman. 1.5 Data Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari cerpen Tujuan: Negeri Senja dan Ibu yang Anaknya Diculik Itu. Data-data tersebut berupa satuan-satuan kebahasaan termasuk wacana kedua teks tersebut yang berperspektif gugatan keadilan seperti pada konsep teoretik penelitian ini. 1.6 Landasan Teori Sosiologi sastra adalah pendekatan teori sastra yang mempertimbangkan segisegi kemasyarakatan (Damono, 2002:2). Dalam hal ini, pendekatan terhadap karya sastra tidak mungkin dilepaskan dari konteks sosial pengarangnya dan lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial pengarang yang meliputi kondisi sosial, politik, kebudayaan, dan termasuk karakter pribadi pengarang merupakan ranah sosiologis yang secara signifikan menentukan ikhwal isi dan bentuk sebuah karya sastra. Oleh karena itu, ada yang mengartikan jika sosiologi sastra adalah karya para kritikus dan sejarawan yang terutama mengungkapkan pengarang yang dipengaruhi oleh status

14 14 lapisan masyarakat dari tempat ia berasal, ideologi politik dan sosialnya, kondisi ekonomi pengarang serta khalayak yang dituju (Panuti, 2006:74). Sosiologi dianggap sebagai ilmu yang mengkaji sastra pada tingkat masyarakat (Escarpit, 2005:14). Oleh sebab itu, karya sastra tidak mungkin berdiri otonom/ mandiri. Keberadaannya akan selalu ditentukan oleh hubungan antara pengarang dengan kelas sosialnya, status sosial dan ideologinya, kondisi ekonomi dan profesinya, dan model pembaca yang ditujunya. Tujuan sosiologi sastra adalah meningkatkan pemahaman terhadap karya sastra dalam kaitannya dengan masyarakat dengan menjelaskan bahwa rekaan tidak berlawanan dengan kenyataan (Jabrohim, 2001:159). Artinya, hasil rekaan dalam bentuk teks sastra bersifat linier dengan keadaan sosial masyarakat. Kemudian, Menurut Swingewood ada dua corak penyelidikan sosiologi sastra. Pertama, sosiologi sastra (sociology of literature). Pembicaraan dimulai dengan lingkungan sosial untuk masuk kepada hubungan sastra dengan faktor luar seperti yang terbayang dalam karya sastra. Penyelidikan ini melihat faktor sosial yang menghasilkan karya sastra pada satu masa tertentu (dan pada masyarakat tertentu). Kedua sosiologi sastra (sociology of literature) yang menghubungkan struktur karya kepada genre dan masyarakat. (Swingewood dalam Junus, 1986:2) Sementara itu, Damono (2002:2) pun menyebutkan ada dua kecenderungan utama dalam pendekatan sosiologi sastra. Pertama, pendekatan yang berdasarkan anggapan bahwa karya sastra merupakan cermin sosial ekonomi belaka. Pendekatan ini bergerak dari faktor-faktor di luar karya sastra. Kedua, pendekatan yang mengutamakan sastra sebagai bahan penelaahan. Artinya, sastra menjadi acuan, yaitu

15 15 menggunakan teks untuk mengetahui strukturnya, kemudian dipergunakan untuk memahami lebih dalam lagi gejala sosial di luar sastra. Sejalan dengan Damono, Junus (1986:1) menyimpulkan tiga perspektif dalam sosiologi sastra, yaitu karya sastra sebagai dokumen sosial budaya yang mencerminkan suatu zamanya, konteks sosial penulis, dan konteks sosial pembaca atau karya sastra yang memperhatikan hubungan pembaca dengan penulis sebagai penikmat sastra. Sosiologi sastra jelaslah suatu paradigma dalam kritik sastra yang akan selalu menghubungkan karya sastra dengan masyarakatnya. Hal tersebut tampak jelas pada pengertian-pengertian dan konsep-konsep yang ada baik dari Junus, Escrpit, maupun Damono. Sementara itu, Damono (2002:4 6) mengklasifikaskan teori sosiologi sastra yang diungkapkan Ian Watt ada tiga. Pertama, konteks sosial pengarang. Kedua, sastra sebagai cermin masyarakat. Ketiga, fungsi sosial sastra. Konteks sosial pengarang berhubungan dengan posisi sosial sastrawan dan kaitannya dengan masyarakat pembaca, termasuk faktor-faktor sosial yang bisa mempengaruhi pengarang sebagai perseorangan di samping mempengaruhi isi karya sastranya. Konteks sosial pengarang didasarkan pada tiga hal berikut : (1) Bagaimana pengarang mendapatkan mata pencahariannya; (2) Profesionalisme kepengarangan, dan (3) Masyarakat yang bagaimana yang dituju oleh pengarang. Hubungan antara pengarang dan masyarakat dalam hal ini sangat penting karena sering dijumpai masyarakat tertentu dapat menentukan bentuk dan isi karya sastra.

16 16 Sastra sebagai cermin masyarakat. Konsep pencerminan masyarakat yang dimaksud adalah mengacu pada kemungkinan sastra dianggap mencerminkan keadaan masyarakat pada waktu sastra tersebut ditulis, sifat pribadi pengarang yang mempengaruhi fakta-fakta sosial dalam karyanya, genre sastra yang digunakan pengarang dianggap mewakili sikap seluruh masyarakat dan pandangan sosial pengarang. Sementara itu, fungsi sosial sastra dalam hal ini ada tiga. Pertama, sastra yang berfungsi sebagai pendidik masyarakat. Kedua, sastra yang berfungsi sebagai penghibur saja. 1.7 Metode Penelitian Metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (KBBI, 2008:1332). Metode berfungsi untuk menyederhanakan masalah sehingga mudah untuk dipecahkan dan dipahami (Ratna, 2009:34). Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dialektik. Pelaksanaan metode ini adalah sebagai berikut. Pertama, peneliti membangun sebuah model yang dianggap memberikan tingkat probabilitas tertentu atas dasar bagian. Kedua, ia melakukan pengecekan terhadap model itu dengan membandingkannya dengan keseluruhan dengan cara: (1) sejauh mana setiap unit yang dianalisis tergabung dalam hipotesis yang menyeluruh; (2) daftar elmenelmen dan hubungan-hubungan baru yang tidak diperlengkapi dengan model semula;

17 17 (3) frekuensi elmen-elmen dan hubungan-hubungan yang diperlengkapi dalam model yang sudah di cek itu (Goldmann 1970: dalam Faruk, 2010:79). Adapun secara nyata langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menentukan cerpen yang dipakai sebagai objek penelitian, yaitu cerpen Tujuan: Negeri Senja dan Ibu yang Anaknya Diculik Itu karya Seno Gumira Ajidarma. 2. Melakukan pembacaan berulang-ulang agar mendapatkan pemahaman yang mendalam. 3. Melakukan studi pustaka dengan mencari, mengumpulkan, dan mempelajari bahan-bahan yang mendukung penelitian. 4. Menentukan masalah penelitian. 5. Menganalisis cerpen Tujuan: Negeri Senja dan Ibu yang Anaknya Diculik Itu karya Seno Gumira Ajidarma dengan teori sosiologi sastra dengan langkah sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi kontek sosial Seno Gumira Ajidarma dan hubungannya dengan penciptaan cerpen Tujuan: Negeri Senja dan Ibu yang Anaknya Diculik Itu. Kedua, menganalisis cerminan gugatan terhadap ketidakadilan kasus penculikan aktivis pada cerpen Tujuan: Negeri Senja dan Ibu yang Anaknya Diculik Itu dan menghubungkannya dengan konteks sosial. Adapun penerapan metode dialektik dilaksanakan bersamaan dengan mengidentifikasi hal-hal tersebut

18 18 dengan kententuan sebagai berikut. Pertama, Peneliti mengumpulkan data dengan cara menyimak satuan-satuan kebahasaan yang signifikan di dalam teks cerpen Tujuan Negeri Senja dan Ibu yang anaknya Diculik Itu yang bersumber pada konsep dasar gugatan terhadap ketidakadilan kasus penculikan aktivis. Kedua, data-data yang diperoleh berupa satuan kebahasaan yang berisikan masalah gugatan terhadap ketidakadilan kasus penculikan aktivis akan dioposisikan dengan teks-teks yang relevan dalam hubungannya dengan kasus penculikan aktivis 1998 baik dari data sejarah, politik, maupun sejumlah kondisi sosial masyarakat. 6. Menyimpulkan hasil analisis penelitian. 1.8 Sistematika Penulisan Penelitian ini dibagi menjadi empat bab. Bab I merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, data, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II berisi penjabaran tentang konteks sosial pengarang dan hubungannya dengan cerpen Tujuan: Negeri Senja dan Ibu yang Anaknya Diculik Itu. Bab III memaparkan gagasan gugatan terhadap ketidakadilan kasus penculikan aktivis 1998 dalam cerpen Tujuan: Negeri Senja dan Ibu yang Anaknya Diculik Itu dan menghubungkannya dengan konteks sosial untuk melihat sastra sebagai cerminan kondisi sosialmasyarakat. Bab IV berisi kesimpulan.

BAB I PENDAHULUAN. mencatat unsur-unsur sosio-budaya. Setiap unsur di dalamnya mewakili secara

BAB I PENDAHULUAN. mencatat unsur-unsur sosio-budaya. Setiap unsur di dalamnya mewakili secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebuah karya sastra menurut Junus (1986: 11) dianggap sebagai dokumen yang mencatat unsur-unsur sosio-budaya. Setiap unsur di dalamnya mewakili secara langsung sosio-budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dihayati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat (Damono, 2002: 1). Selain dimanfaatkan sebagai media hiburan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti kesenian yang menggunakan bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan suatu imajinasi atau perasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sarana bagi seorang pengarang untuk menyampaikan suatu pemikiran atau gagasan berdasarkan problem-problem sosial yang terjadi di lingkungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kehidupan di dalam masyarakat. Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu kehidupan di dalam masyarakat. Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra dapat digunakan untuk menyampaikan ide dan menggambarkan suatu kehidupan di dalam masyarakat. Penciptaan karya sastra tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dalam hal ini, karya sastra tidak dapat dipahami secara selengkap-lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Seperti yang dikatakan Faruk (2011: 6--10), dalam pidato pengukuhan guru

BAB I PENGANTAR. Seperti yang dikatakan Faruk (2011: 6--10), dalam pidato pengukuhan guru BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penelitian Seperti yang dikatakan Faruk (2011: 6--10), dalam pidato pengukuhan guru besarnya bahwa sejak tahun 1970-an ilmu sastra di Indonesia mendapat serbuan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Studi pustaka dilakukan untuk mengetahui penelitian-penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kumpulan cerpen Dalang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR digilib.uns.ac.id BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka Berdasarkan penelusuran penulis, penelitian tentang kumpulan cerpen Lupa Endonesa karya Sujiwo Tejo dengan menggunakan pendekatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan manifestasi kehidupan, baik kehidupan personal

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan manifestasi kehidupan, baik kehidupan personal 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan manifestasi kehidupan, baik kehidupan personal ataupun kehidupan sosial. Dalam proses penulisan karya sastra, pengarang telah melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Sebagaimana telah disinggung pada Bab 1 (hlm. 6), kehidupan masyarakat dapat mengilhami sastrawan dalam melahirkan sebuah karya. Dengan demikian, karya sastra dapat menampilkan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penjelas kalimat pada peristiwa itu terjadi. Tidak hanya keterangan waktu

BAB I PENDAHULUAN. penjelas kalimat pada peristiwa itu terjadi. Tidak hanya keterangan waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keterangan waktu dalam kumpulan cerpen sebagai penunjuk atau penjelas kalimat pada peristiwa itu terjadi. Tidak hanya keterangan waktu saja yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan ekspresi yang kreatif dari sebuah ide, pikiran, atau perasaan yang telah dialami oleh seseorang dan diungkapkan melalui bahasa. Sastra adalah bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai.

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya mencakup struktur, pesan yang disampaikan, sudut pandang, dan nilai. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Narasi memiliki unsur penting pada jurnalistik. Jurnalis tidak hanya sekadar menulis artikel tetapi harus memberikan cerita kepada pembaca yang di dalamnya

Lebih terperinci

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra)

SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) SOSIOLOGI SASTRA SEBAGAI PENDEKATAN DALAM PENELITIAN SASTRA (Metode Penelitian Sastra) A. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan pencerminan masyarakat, melalui karya sastra, seorang pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari kebudayaan. Usianya sudah cukup tua. Kehadiran hampir bersamaan dengan adanya manusia. Karena ia diciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII

ANALISIS NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII ANALISIS NILAI SOSIOLOGI SASTRA DALAM NOVEL ORANG-ORANG PROYEK KARYA AHMAD TOHARI SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN SASTRA DI SMA KELAS XII Oleh: Alif Nurcahyo Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan

BAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi pengarang yang didasarkan oleh realitas sosial. Dalam pengertian ini, keterlibatan pengarang dalam menciptakan karya sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra, dalam hal ini novel, ditulis berdasarkan kekayaan pengalaman pengarang mengamati realitas. Pernyataan ini pernah diungkapkan oleh Teeuw (1981:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan juga pengalaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Keindahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:

BAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu karya sastra prosa yang menggambarkan tentang permasalahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: 12), novel merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).

BAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA

BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA 8 BAB 2 RESENSI DAN RESEPSI SASTRA Resensi atas karya sastra berkaitan erat dengan resepsi sastra. Resensi-resensi karya sastra di surat kabar dapat dijadikan sasaran penelitian resepsi sastra. Dalam bab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial kehidupan. Iswanto (dalam Jabrohim, 2001:59) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial kehidupan. Iswanto (dalam Jabrohim, 2001:59) mengemukakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra selalu dinikmati oleh pembaca karena tidak pernah terlepas dari sistem sosial kehidupan. Iswanto (dalam Jabrohim, 2001:59) mengemukakan bahwa karya sastra

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu benda budaya yang dapat ditinjau dan ditelaah dari berbagai sudut. Teks-teks sastra bersifat multitafsir atau multiinterpretasi. Isi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. 1 Drs. Atar Semi. Kritik Sastra, 1984: Ibid. Hal. 52. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesusastraan merupakan sebuah bentuk ekspresi atau pernyataan kebudayaan dalam suatu masyarakat. Sebagai ekspresi kebudayaan, kesusastraan mencerminkan sistem sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1).

BAB I PENDAHULUAN. ataupun kitab-kitab pengajaran, Teeuw dalam Susanto (2012 : 1). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. amanat, sudut pandang dan gaya bahasa yang saling berhubungan. Dengan demikian,

BAB I PENDAHULUAN. amanat, sudut pandang dan gaya bahasa yang saling berhubungan. Dengan demikian, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak dapat dilihat hanya sebagai suatu sistem norma saja, karena karya sastra merupakan suatu sistem yang terdiri dari struktur, seperti tema, tokoh,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kajian Pustaka

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kajian Pustaka 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR 1. Kajian Pustaka A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang gayut dengan penelitian ini adalah skripsi Agung Dwi Prasetyo (2006) dari Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. manusia dalam masyarakat, suatu pembelajaran dari lembaga sosial dan proses

BAB I PENGANTAR. manusia dalam masyarakat, suatu pembelajaran dari lembaga sosial dan proses BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Esensi sosiologi dari ilmu pengetahuan adalah untuk belajar objektif dari manusia dalam masyarakat, suatu pembelajaran dari lembaga sosial dan proses sosial (Swingewood,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumardja dan Saini (1988: 3) menjabarkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian sastra pada hakikatnya merupakan penerapan pendekatan ilmiah terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia (Trisman, 2003:12). Karya sastra terdiri atas puisi, prosa, dan drama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil imajinasi yang memiliki unsur estetis dan dituangkan ke dalam bentuk tulisan dengan media bahasa. Karya sastra sendiri dapat diartikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karya satra merupakan hasil dokumentasi sosial budaya di setiap daerah. Hal ini berdasarkan sebuah pandangan bahwa karya sastra mencatat kenyataan sosial budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah seni yang banyak memanfaatkan simbol atau tanda untuk mengungkapkan dunia bawah sadar agar kelihatan nyata dan lebih jelas, pengarang menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu bentuk kreativitas pengarang yang di dalamnya mengandung ungkapan perasaan dan pikiran pengarang yang bersumber dari realitas kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan ide, pengalaman, dan sistem berpikir seseorang. Hal tersebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan ide, pengalaman, dan sistem berpikir seseorang. Hal tersebut sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sastra merupakan karya kreatif dari sebuah proses pemikiran untuk menyampaikan ide, pengalaman, dan sistem berpikir seseorang. Hal tersebut sebagai bentuk

Lebih terperinci

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR.

PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR. PERBANDINGAN NILAI BUDAYA PADA NOVEL RONGGENG DUKUH PARUK KARYA AHMAD TOHARI DENGAN NOVEL JANGIR BALI KARYA NUR ST. ISKANDAR. Hj. Yusida Gloriani dan Siti Maemunah Pendidikan Bahasa dan Sastra Inonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari hal-hal yang bersentuhan dengan lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari hal-hal yang bersentuhan dengan lingkungan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya tidak terlepas dari hal-hal yang bersentuhan dengan lingkungan masyarakat. Interaksi yang ditimbulkan akan membentuk suatu kelompok sosial.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. puisi antara lain Oidipus, Hamlet, Mahabaratha, Ramayana, dan sebagainya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Puisi merupakan salah satu jenis karya sastra dari berbagai macam karya sastra yang ada. Dalam perkembangannya, puisi mengalami pasang surut sesuai pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 Tinjauan aspek sosiokultural puisi-puisi pada harian Solopos dan relevansinya sebagai materi ajar alternatif bahasa Indonesia di SMA (harian Solopos edisi oktober-desember 2008) Oleh: Erwan Kustriyono

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi berasal dari kata Yunani 'methodologia' yang berarti teknik atau prosedur, yang lebih merujuk kepada alur pemikiran umum atau menyeluruh dan juga gagasan teoritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Damono (1979: 1), sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Damono (1979: 1), sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menurut Damono (1979: 1), sastra menampilkan gambaran kehidupan, dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial. Dengan demikian, apabila dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah gejala budaya yang secara universal dapat dijumpai pada semua masyarakat (Chamamah-Soeratno dalam Jabrohim, 2003:9). Karya sastra merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh

Lebih terperinci

ASPEK KEKERASAN SEBAGAI REFLEKSI KONDISI SOSIAL POLITIK DALAM KARYA-KARYA FIKSI SENO GUMIRA AJIDARMA ( )

ASPEK KEKERASAN SEBAGAI REFLEKSI KONDISI SOSIAL POLITIK DALAM KARYA-KARYA FIKSI SENO GUMIRA AJIDARMA ( ) 1 ASPEK KEKERASAN SEBAGAI REFLEKSI KONDISI SOSIAL POLITIK DALAM KARYA-KARYA FIKSI SENO GUMIRA AJIDARMA (1988 2005) Intisari Penelitan ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) aspek kekerasan yang terefleksi

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala problema kehidupannya tidak dapat terpisah-pisah. Sastra

BAB I PENDAHULUAN. manusia serta segala problema kehidupannya tidak dapat terpisah-pisah. Sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra dan kehidupan manusia merupakan satu kesatuan. Sastra dan manusia serta segala problema kehidupannya tidak dapat terpisah-pisah. Sastra muncul sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua penelitian ilmiah dimulai dengan perencanaan yang seksama, rinci, dan mengikuti logika yang umum, Tan (dalam Koentjaraningrat, 1977: 24). Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 27 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Objek penelitian, dalam hal ini karya sastra, memiliki banyak dimensi, banyak aspek, dan unsur. Untuk memahaminya secara lengkap diperlukan teori dan metode

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di

BAB I PENDAHULUAN. sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah salah satu negara maju di Asia yang banyak memiliki sastrawan kelas dunia. Begitu banyak karya sastra Jepang yang telah di terjemahkan dalam berbagai

Lebih terperinci

Tragedi 1965 dalam Pandangan Sastra dan Politik

Tragedi 1965 dalam Pandangan Sastra dan Politik Tragedi 1965 dalam Pandangan Sastra dan Politik Sastra dan Politik: Tragedi 1965 dalam Negara Orde Baru Buku Yoseph Yapi Taum Eva Yenita Syam 1 evanys99@gmail.com Pengantar Persoalan kesastraan tidak hanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra yang banyak diterbitkan merupakan salah satu bentuk dari berkembangnya sastra. Sastra tidak hanya sekedar bidang ilmu atau bentuk seni, tetapi sastra juga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu

BAB I PENDAHULUAN. tidak dengan tiba-tiba mendapat berkah misterius, kemudian dengan elegannya mencipta suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra adalah suatu tulisan yang memiliki keindahan yang luar biasa karena menggambarkan tentang kehidupan. Seseorang yang berjiwa sastra akan menghasilkan suatu karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra selain dapat dikatakan sebuah karya seni dalam bentuk tulisan juga dapat dikatakan sebagai hasil pemikiran manusia tentang penggambaran kenyataan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah gambaran kenyataan dari suatu peristiwa, nilai-nilai, dan norma-norma

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastra adalah gambaran kenyataan dari suatu peristiwa, nilai-nilai, dan norma-norma BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah gambaran kenyataan dari suatu peristiwa, nilai-nilai, dan norma-norma yang disepakati masyarakat. Sastra juga menyajikan gambaran kehidupan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra adalah rekaan, sebagai terjemahan fiksi secara etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura. Dalam novel baik pengarang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu wujud karya seni yang bermedium bahasa. Menurut Goldmann (1977:

BAB I PENDAHULUAN. salah satu wujud karya seni yang bermedium bahasa. Menurut Goldmann (1977: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan ciptaan sosial yang memunculkan sebuah gambaran (cermin) kehidupan. Kehidupan itu merupakan suatu kenyataan sosial yang mencakup hubungan antarmasyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hubungan antarmasyarakat, antara masyarakat dan seseorang, antarmanusia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati, dipahami, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Sastrawan itu sendiri adalah anggota masyarakat, ia terikat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sebuah hasil ciptaan manusia. Sastra tumbuh dan berkembang karena peranan manusia. Pengarang sebagai pencipta tentu saja memiliki latar belakang

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Simpulan Fokus kajian dalam penelitian ini adalah menemukan benang merah hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok Sawitri terhadap

Lebih terperinci

REPRESENTASI KRITIK SOSIAL DALAM ANTOLOGI CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA

REPRESENTASI KRITIK SOSIAL DALAM ANTOLOGI CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA REPRESENTASI KRITIK SOSIAL DALAM ANTOLOGI CERPEN SENYUM KARYAMIN KARYA AHMAD TOHARI: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA Angga Hidayat Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, UPI anggadoanx10@rocketmail.com

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setiap teks mengandung makna yang sengaja disisipkan oleh pembuat teks, termasuk teks dalam karya sastra. Meski sebagian besar karya sastra berfungsi sebagai media rekreatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian

BAB I PENDAHULUAN. genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia kesastraan mengenal prosa sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Istilah prosa sebenarnya dapat menyaran pada pengertian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan realitas sosial kemasyaraktan. Karya sastra memiliki objek

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan realitas sosial kemasyaraktan. Karya sastra memiliki objek 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan bentuk kegiatan kreatif dan produktif dalam menghasilkan sebuah karya yang memiliki nilai rasa estetis serta mencerminkan realitas sosial kemasyaraktan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan

BAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Esai merupakan suatu ekspresi diri berupa gagasan atau pemikiran seseorang tentang suatu hal yang dituangkan dalam bentuk tulisan yang berupa teks. Esai atau tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup

BAB I PENDAHULUAN. jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai salah satu makhluk ciptaan Tuhan memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan ciptaan-nya yang lain. Kelebihan itu mencakup kepemilikan manusia atas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra yang tercipta merupakan hasil dari proses kreativitas pengarang. Pengarang merupakan bagian dari masyarakat, dan hidup dalam masyarakat dengan beraneka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan

BAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra diciptakan oleh pengarang dalam beberapa alasan yaitu proses berpikir secara imajinatif, fiktif, kontemplasi dan mengenai realita yang terjadi di masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan

I. PENDAHULUAN. dalamnya terdapat pengilustrasian, pelukisan, atau penggambaran kehidupan ` I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil ciptaan manusia melalui kesadaran yang tinggi serta dialog antara diri pengarang dengan lingkungannya. Sebuah karya sastra di dalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Karya sastra dapat dikatakan bahwa wujud dari perkembangan peradaban manusia sesuai dengan lingkungan karena pada dasarnya, karya sastra itu merupakan unsur

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 12 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Kehidupan sosial dapat mendorong lahirnya karya sastra. Pengarang dalam proses kreatif menulis dapat menyampaikan ide yang terinspirasi dari lingkungan sekitarnya. Kedua elemen tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91)

BAB I PENDAHULUAN. indah setelah diberi arti oleh pembaca (Teeuw, 1984 : 91) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah hasil cerminan dari sebuah budaya kelompok masyarakat yang menceritakan tentang interaksi manusia dengan lingkungannya dan merupakan hasil kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik

BAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi faktor determinan dalam kehidupan sosial, ekonomi dan budaya bangsa Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebebasan pers merupakan salah satu indikator penting dalam membangun suatu negara yang menganut sistem demokrasi seperti Indonesia. Pasca reformasi 1998 media massa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kita melihat dari sisi pandang seorang penikmat sastra tulis. Cerpen ataupun

BAB I PENDAHULUAN. kita melihat dari sisi pandang seorang penikmat sastra tulis. Cerpen ataupun BAB I PENDAHULUAN A. Konteks penelitian Sejak masa dulu media selalu menjadi sarana penyampaian yang efektif bagi sebuah pesan. Media mengalami perkembangan pesat setelah era reformasi. Hal ini terbukti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari

BAB I PENDAHULUAN. bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Keindahan dalam karya sastra dibangun oleh seni kata atau seni bahasa. Seni bahasa tersebut berupa kata-kata yang indah yang terwujud dari ekspresi jiwa pengarang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat

Lebih terperinci