BAB I PENGANTAR. Seperti yang dikatakan Faruk (2011: 6--10), dalam pidato pengukuhan guru
|
|
- Shinta Santoso
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penelitian Seperti yang dikatakan Faruk (2011: 6--10), dalam pidato pengukuhan guru besarnya bahwa sejak tahun 1970-an ilmu sastra di Indonesia mendapat serbuan dari banyak teori sastra baru, dari teori strukturalisme, semiotik, resepsi, sosiologi sastra, hingga kemudian pascastrukturalisme, feminisme, pascamodernisme, dan pascakolonialisme. Dengan adanya serbuan berbagai teori itu dengan segera kajian mengenai sastra Indonesia mulai meninggalkan teori sastra yang dominan sebelumnya, yaitu teori yang menganggap karya sastra tidak hanya penting dalam hal isinya, melainkan juga bentuknya. Wellek dan Warren (1955), sebagai salah satu teori yang ada sebelumnya itu menyebut karya sastra sebagai menyenangkan dan berguna (dulce et utile). Kecenderungan ditinggalkannya teori sebelumnya di atas, yang sebenarnya memberikan perhatian pada tidak hanya isi karya sastra itu, melainkan juga bentuk atau teknik-teknik penulisannya, tidak berarti bahwa persoalan bentuk itu hilang sama sekali dari kehidupan sastra. Seno Gumira Ajidarma termasuk salah seorang sastrawan yang terkemuka hingga sekarang. Ia tidak hanya terus produktif dari tahun 1980-an sampai sekarang, melainkan juga banyak melakukan eksperimentasi dalam hal cara penyampaian atau bentuk karya-karyanya. Andy Fuller, dalam bukunya yang 1
2 berjudul Sastra dan Politik: Membaca Karya-karya Seno Gumira Ajidarma (2011), mengatakan bahwa karya-karya pengarang tersebut menggunakan teknik-teknik pascamodern untuk mengungkapkan persoalan-persoalan politik yang peka di dalam masyarakat Indonesia. Teknik-teknik itu, menurutnya (Fuller 2011: 49 ) berkaitan empat aspek pascamodernisme, yaitu instabilitas tekstual, identitas diri yang jamak, ketidakpercayaan terhadap metanarasi, dan keterkaitan dengan budaya populer. Tingkat produktivitas yang bertahan relatif lama dan eksperimentasinya itulah yang membuat penelitian ini menetapkan untuk memilih Seno Gumira Ajidarma sebagai fenomena yang akan diteliti. Penelitian tersebut tentu saja akan diarahkan bukan pada pengarangnya, melainkan pada karya-karyanya. Karena keterbatasan waktu, penelitian akan dibatasi hanya pada cerpen Keroncong Pembunuhan. Cerpen ini dianggap penting, terutama dalam aspek keempat dari pascamodernisme di atas, yaitu memperlihatkan kaitan dengan budaya populer. Adapun budaya populer yang tampak berkaitan dengannya adalah karya-karya film mengenai pembunuhan, misalnya pembunuhan tokoh-tokoh politik seperti presiden, dan sebagainya. Sebagaimana yang diketahui secara umum, cerita pembunuhan yang demikian memperlihatkan susunan alur yang ketat dan menegangkan ( thriller). Kaitan dengan budaya populer demikianlah, dengan cirinya yang penuh dengan ketegangan itulah, yang menjadi dasar bagi pemilihan teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori yang mengkhususkan perhatian pada bentuk atau cara penyampaian karya sastra. Pilihan ini didukung pula oleh kenyataan 2
3 bahwa teori yang seperti ini sudah mulai diabaikan sebagaimana yang sudah dikemukakan. Padahal, tentu saja, teori ini masih sangat berguna untuk mengemukakan salah satu aspek penting dari karya sastra, yaitu aspek bentuknya. Cerpen ini menggunakan perspektif seorang pembunuh bayaran yang semula dikesankan sebagai seorang pembunuh yang berdarah dingin dan selalu melaksanakan tugasnya dengan profesional. Akan tetapi, pembunuh bayaran tersebut sempat terasuki keraguan, ketika menatap mata sasarannya yang diberi predikat sebagai seorang pengkhianat bangsa dan negara dari balik teleskop senapannya. Keraguan itulah yang menyebabkan ketidakyakinan dalam dirinya dan justru ia membidikkan senapannya pada orang yang sebenarnya telah mengontraknya. Seno menutup cerpen ini dengan kata-kata: Inilah keroncong fantasiii. Artinya adalah ilusi mengharapkan para penembak misterius itu mau membiarkan hati nuraninya berbicara sebab mereka telah dilatih untuk selalu berkata pada diri mereka sediri bahwa mereka tidak membunuh orang, tetapi hanya membidik dan menekan pelatuk seperti pada salah satu kutipan kalimat dalam cerpen ini. Sebagaimana diketahui, masa produktivitas cerpen-cerpen Seno terutama terjadi ketika pemerintah atau rezim Orde Baru sedang berkuasa penuh di Indonesia. Sampai saat ini, karya-karyanya yang telah diterbitkan dalam bentuk buku adalah Granat dan Dinamit (1975), Mati, Mati, Mati (1975), Catatan Harian Mira Sato (1978), Manusia Kamar (1988), Penembak Misterius (1993), Saksi Mata (1994), Dilarang Menyanyi di Kamar Mandi (1995), Sebuah Pertanyaan untuk Cinta (1996), Negri Kabut (1996), 3
4 Jazz, Parfum, dan Insiden (1996), Iblis Tidak Pernah Mati (1999), Atas Nama Malam (1999), Layar Kota (2000), Matinya Seorang Penari Telanjang (2000), Wisanggeni (2000), Jakarta, Maret 2039 (2000), Terbunhnya Donny Osmond (2002), Dunia Sukab (2001), Jangan Kau Culik Anak Kami (2001), Sepotong Senja Unruk Pacarku (2002), Surat dari Palmerah (2002), dan Negri Salju (2003). Penelitian ini menganalisis struktur alur Keroncong Pembuunuhan dengan menggunakan teori Robert Stanton yang terdiri dari kausalitas alur, tahapan alur, konflik, suspense dan ending yang mengejutkan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, masalah utama dalam penelitian ini adalah alur cerpen Keroncong Pembunuhan karya Seno Gumira Ajidarma. 1. Bagaimana kausalitas alur cerpen Keroncong Pembunuhan? 2. Bagaimana tahapan alur cerpen Keroncong Pembunuhan? 3. Bagaimana konflik, suspense, dan ending yang tidak terduga cerpen Keroncong Pembunuhan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian cerpen Keroncong Pembunuhan ini dibagi menjadi dua yaitu tujuan teoretis dan tujuan praktis. Tujuan teoretis penelitian ini adalah mengetahui 4
5 analisis alur yang terdapat dalam cerpen Keroncong Pembunuhan karya Seno Gumira Ajidarma dengan teori analisis alur Robert Stanton. Tujuan praktis penelitian ini ialah menambah apresiasi terhadap karya sastra dan melengkapi wawasan terhadap ilmu sastra Indonesia pada umumnya. 1.4 Tinjauan Pustaka Kepengarangan Seno mendapat banyak perhatian dan tanggapan dari berbagai pihak, termasuk dari kalangan kritikus sastra. Salah satu tanggapan tersebut adalah ulasan Budi Darma yang dimuat dalam Lampor, Cerpen Pilihan Kompas Dalam ulasan itu Budi Darma menyatakan bahwa Seno merupakan seorang pengarang produktif yang memiliki imajinasi dan bakat kuat. Seno memilih menjadi pengarang yang tidak membumi. Ia lebih suka mengawang dan obsesinya tidak jelas karena terlalu mengikuti imajinasi, tetapi justru karena itu ia menjadi bebas dan tidak terikat suatu tema atau masalah tertentu. Di sinilah letak kemenangan Seno jika dibandingkan dengan cerpenis lain (Darma, 1994: 3) Andy Fuller dalam bukunya yang berjudul Sastra dan Politik: Membaca Karya-karya Seno Gumira Ajidarma mengatakan bahwa melalui representasi mikronarasi, Seno melawan ideologi Orde Baru (Orba). Cerita -cerita Seno atas mikronarasi mencoba menyampaikan penderitaan manusia dan penindasan hak-hak asasi manusia kepada para pembaca. Penggunaan mikronarasi ini justru menegaskan bahwa peran fiksi sebagai satu media yang terlibat secara sosial. Dengan ini pula 5
6 Seno mengalihkan fiksi Indonesia kontemporer dari tulisan surealis yang mendominasi masa Orba. Seno juga memanfaatkan tokoh-tokoh dalam ceritanya untuk mengkritik ideologi-ideologi Orba. Dengan tokoh berkepribadian ganda dan kejiwaan problematis, Seno memberikan rasa kemerdekaan yang kuat kepada tokohtokohnya. Independensi itu untuk menunjukkan pilihan hidup yang berkompromi atau malah bertentangan dengan masa Orba. Selanjutnya, melalui metafiksi, Seno menyampaikan kritik mencerahkan mengenai bagaimana makna dikonstruksikan. Metafiksi Seno menafikan upaya-upaya Orba untuk mendefinisikan dan mengeksplorasi sejarah Indonesia dari posisi bias ideologi mereka. Selain itu, penggunaan budaya populer yang berlapis memperkuat gagasan posmodern pada karya-karya Seno. Melalui bukunya, Andy Fuller memberikan gambaran terhadap pembacaan karya-karya Seno Gumira Ajidarma. Setidaknya, pembaca tahu bahwa gaya posmodern yang dipakai Seno, menjadi media yang mampu menyampaikan kritik terhadap represi politik di masa Orba. Selanjutnya, membuka peluang kepada kita untuk melanjutkan diskursus gaya posmodern karya sastra Indonesia dalam konteks pascareformasi. Kelebihan Seno adalah pada cara dia bercerita. Biarpun memuat kritisme, cerpen-cerpennya tetap tersaji ringan. Ini menunjukkan betapa Seno seorang pendongeng yang mahir dalam tehnik dan punya banyak cara untuk bercerita. Karyakarya Seno yang selalu mengkritik penguasa bisa jadi dipengaruhi oleh kegiatan yang ia akrabi. Seno di samping cerpenis, adalah seorang jurnalis. Karyanya pun tidak 6
7 sebatas cerpen saja, tetapi juga laporan jurnalistik, puisi, kritik film, dan novel. Karyanya tersebar di berbagai media massa dan mendapat sambutan baik di tanah air. Karya Seno Gumira Ajidarma juga telah diteliti oleh Aprinus Salam dalam laporan penelitian Politik Cerita Cerpen Seno Gumira Ajidarma dalam Konteks Politik Indonesia. Menurut Salam, karya-karya Seno adalah karya sastra yang sebagian besar berdimensi politik. Akan tetapi, Seno berhasil memolitisasi cerpencerpen dengan tema, sudut pandang, dan logika penceritaan tertentu sehingga cerpencerpennya dapat lepas dari tekanan control rezim Orde Baru (Salam, 2003). Dalam penelitian ini, Salam berhasil membongkar politik cerita cerpen-cerpen SGA dalam tekanan control tersebut. Selain itu, rumusan teori Robert Stanton yang diterapkan untuk menganalisis novel secara khusus telah dilakukan oleh Rina Tyas Sari (2011) melalui skripsi yang berjudul Novel Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer: Analisis Struktur dan Fungsi Plot di Universitas Gadjah Mada. Sari membatasi penelitianya hanya pada plot. Alasannya plot merupakan unsur yang paling menonjol dalam memunculkan aspek estetis penyajian Bumi Manusia. Plot mampu membuat pembacanya terlibat secara spiritual dan emosional dalam perjuangan Minke. Plot juga membuat pembaca tidak dapat berhenti sampai tuntas membaca karena di dalamnya terkandung unsurunsur yang menimbulkan rasa ingin tahu pada apa yang telah terjadi, apa yang akan terjadi, dan keingintahuan yang lengkap tentang apa yang sedang terjadi. Selain itu, plot merupakan tulang punggung cerita. Penelitian plot Bumi Manusia dapat 7
8 memberikan informasi unsur-unsur yang lain, yaitu latar, tokoh, penokohan, tema, dan sarana sastra sekaligus. Rumusan teori Robert Stanton juga diterapkan untuk menganalisis cerpen seperti dilakukan oleh Anwari Eka Putra (2008) dalam skripsinya yang berjudul Analisis Fakta Cerita dan Tema Cerpen Filosofi Kopi Karya Dewi Lestari di Universitas Gadjah Mada. Penelitian tersebut dibatasi pada analisis fakta cerita dan tema saja. Menurut Putra, penelitian tersebut semestinya lebih terfokus pada makna pengalaman pengarang yang disampaikan lewat tema dan fakta cerita. Analisis tersebut juga diharapkan mampu memberikan gambaran fakta cerita dan tema sehingga mempermudah pemahaman pembaca sastra. Penelitian mengenai analisis struktur novel dengan menggunakan teori Robert Stanton juga dilakukan oleh Yudhistira Adi Prasetya (2007) di Universitas Gadjah Mada. Prasetya dalam skripsinya yang berjudul Novel Biola Tak Berdawai Karya Seno Gumira Ajidarma: Analisis Struktur Novel Model Robert Stanton, yang menitikberatkan pada unsur-unsur intrinsik dan fungsinya serta kesatuan unsur-unsur dalam membentuk suatu kesatuan organik yang bulat dan utuh. Selain penelitian-penelitian di atas, masih banyak kajian ilmiah yang menggunakan karya-karya SGA sebagai objek, terutama kajian struktural, semiotika, sosiologi sastra, dan resepsi. Berbeda dengan kajian yang ada sebelumnya, penulis menitikberatkan pada analisis alur dalam cerpen Keroncong Pembunuhan karya Seno Gumira Ajidarma. 8
9 1.5 Landasan Teori Secara umum alur merupakan sebuah rangkaian peristiwa dalam sebuah cerita. Istilah alur biasanya terbatas pada peristiwa-peristiwa yang terhubung secara kausal saja. Peristiwa kausal merupakan peristiwa yang menyebabkan atau menjadi dampak dari berbagai peristiwa lain dan tidak dapat diabaikan karena akan berpengaruh pada keseluruhan karya. Peristiwa kausal tidak terbatas pada hal-hal yang fisik saja seperti ujaran atau tindakan, tetapi juga mencakup perubahan sikap karakter, kilasan-kilasan pandangannya, keputusan-keputusannya, dan segala yang menjadi variabel pengubah pada dirinya. Alur dalam sebuah cerita fiksi adalah tulang punggung cerita. Alur harus memiliki bagian awal, tengah, dan akhir. Selain itu, plot juga harus bersifat plausible (masuk akal) dan logis. Kejutan (suspense) adalah jawaban yang tidak terduga atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul, baik pertanyaan khusus maupun umum. Suspense (tegangan) memunculkan keingintahuan pembaca terhadap kelanjutan cerita dan penyelesaian masalahnya. (Stanton, 1965: 14-15). Stanton membagi alur menjadi dua bagian yaitu konflik dan klimaks. Konflik dalam sebuah karya fiksi terdiri atas dua macam, yaitu konflik internal dan konflik eksternal. Konflik internal adalah konflik yang muncul sebagai akibat dari adanya dua keinginan dalam diri seorang tokoh, sedangkan konflik eksternal adalah konflik yang antartokoh atau antara tokoh dengan lingkungannya. Stanton juga menjelaskan 9
10 bahwa dalam sebuah cerita akan ditemukan banyak konflik, yang keseluruhan konflik tersebut akan disatukan dalam satu konflik yang disebut konflik sentral. Konflik sentral merupakan pertentangan antara dua nilai atau kekuatan besar yang sifatnya mendasar. Konflik dalam cerita akan menuju satu titik pusat yaitu klimaks cerita. Klimaks merupakan titik pertemuan antara dua keadaan atau lebih yang saling bertentangan dan hal ini berhubungan dengan bagaimana konflik tersebut terselesaikan (Stanton, 1965: 16). Menurut Stanton (1965:45), konflik cerita akan tersusun secara berurutan dalam peristiwa yang terjadi dalam setiap episode pada sebuah novel. Episode dalam sebuah novel mirip dengan babakan atau scene dalam sebuah drama. Secara umum alur merupakan sebuah rangkaian peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita sedangkan peristiwa adalah perpindahan dari episode satu ke episode lain yang ditandai dengan perpindahan waktu, tempat, atau kelompok tokoh. Dengan kata lain, peristiwa adalah perubahan keadaan. 1.6 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yaitu dilakukan dengan mendeskripsikan fakta dan data dalam teks kemudian dilanjutkan dengan analisis untuk memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya (Ratna, 2004:53). 10
11 Pertama, tahap persiapan penelitian. Pada tahapan ini, penulis menentukan topik penelitian, melakukan studi kepustakaan, dan menyusun rancangan penelitian. Penentuan topik penelitian dilakukan dengan mengamati perkembangan mutakhir penelitian akademis, terutama di lingkungan akademis penulis. Dari hal tersebut, diasumsikan bahwa kajian menggunakan teori analisis alur belum pernah dilakukan dalam cerpen Keroncong Pembunuhan karya Seno Gumira Ajidarma, maka penulis berusaha mengkajinya secara lebih mendalam. Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan. Oleh sebab itu, pengumpulan data dilakukan dengan cara eksplorasi dan observasi. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini sebagai berikut. 1. Menentukan objek penelitian, yakni cerpen Keroncong Pembunuhan karya Seno Gumira Ajidarma. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah cerpen Keroncong Pembunuhan karya Seno Gumira Ajidarma yang diterbitkan oleh Galang Press pada 1999 cetakan pertama. 2. Merumuskan pokok permasalahan. 3. Mengumpulkan data-data yang relevan dengan topik penelitian. Pengumpulan data-data dilakukan dengan cara menelusuri buku-buku di perpustakaan dan artikel-artikel yang terdapat di majalah dan jurnal sastra. 4. Menganalisis alur dalam cerpen Keroncong Pembunuhan. 5. Membuat kesimpulan. 11
12 1.7 Sistematika Laporan Penelitian Penulisan laporan penelitian ini akan dijelaskan dalam empat bab. Adapun pembagian masing-masing bab tersebut adalah sebagai berikut. Bab I memuat, antara lain pengantar yang terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metodologi penelitian, data, populasi, sampel, dan sistematika penyajian. Bab II Kausalitas alur dalam cerpen Keroncong Pembunuhan. Bab ini menguraikan hubungan sebab akibat peristiwa-peristiwa dalam cerpen tersebut. Bab III Tahapan alur dalam cerpen Keroncong Pembunuhan. Bab ini menguraikan tahapan awal, tengah, dan akhir alur dalam cerpen tersebut. Bab IV Konflik, suspense, dan plausible. Bab V Kesimpulan. 12
BAB I PENDAHULUAN. ada. Sastra merupakan suatu karya fiksi yang memiliki pemahaman mendalam,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sastra hadir sebagai hasil perenungan pengarang terhadap fenomena yang ada. Sastra merupakan suatu karya fiksi yang memiliki pemahaman mendalam, bukan hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imajinatif peran sastrawan dan faktor-faktor yang melingkupi seorang sastrawan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah karya kreatif dan imajinatif dengan fenomena hidup dan kehidupan manusia sebagai bahan bakunya. Sebagai karya yang kreatif dan imajinatif
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. Manusia adalah makhluk dengan daya kreativitas dan daya imajinasi yang
BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk dengan daya kreativitas dan daya imajinasi yang tinggi. Manusia diberi kemampuan untuk mencipta apa yang mereka butuhkan guna memenuhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fiction. Kata fiction dalam bahasa Inggris merupakan serapan dari bahasa Latin fictio.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kata fiksi dalam bahasa Indonesia merupakan terjemahan dari kata Inggris fiction. Kata fiction dalam bahasa Inggris merupakan serapan dari bahasa Latin fictio.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka mempunyai peranan penting dalam melakukan penelitian karena kajian pustaka merupakan langkah awal bagi peneliti dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dikatakan Horatio (Noor, 2009: 14), adalah dulce et utile
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan struktur dunia rekaan, artinya realitas dalam karya sastra adalah realitas rekaan yang tidak sama dengan realitas dunia nyata. Karya sastra itu
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan non-material. Adapun yang dimaksud dengan kebutuhan material adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra selalu muncul dari zaman ke zaman di kalangan masyarakat. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan manusia yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial karena manusia tidak akan bisa hidup sendiri. Manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dihadapkan pada berbagai persoalan yang melingkupinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra berasal dari bahasa sanskerta, yang tersusun dari kata sas dan tra.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sastra berasal dari bahasa sanskerta, yang tersusun dari kata sas dan tra. Sas yang berarti mengarahkan, mengajar, memberi petunjuk, instruksi, sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan makna atau pesan yang terkandung di dalamnya. Tema dan ide cerita dalam novel juga sangat beragam, misalnya, yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Novel merupakan salah satu karya sastra yang tidak asing bagi pembaca. Novel hadir sebagai alat untuk merepresentasikan kehidupan manusia. Pengalaman kemanusiaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian sastra pada hakikatnya merupakan penerapan pendekatan ilmiah terhadap gejala atau objek yang dinamakan karya sastra. Pembicaraan karya sastra tidak
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi
BAB IV KESIMPULAN 4.1 Kesimpulan Peristiwa yang terjalin dalam novel Nagabonar Jadi 2 terbentuk menjadi alur maju serta hubungan kausalitas yang erat. Hal ini terlihat pada peristiwaperistiwa yang memiliki
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. dilakukan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
BAB V KESIMPULAN Berdasarkan analisis menggunakan pendekatan struturalisme yang telah dilakukan pada bab-bab sebelumnya maka dapat ditarik beberapa kesimpulan mengenai cerpen Dodolitdodolitdodolibret karya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra berusaha mengkongkretkan ide-ide, imaji, gagasan, konsep dan sebagainya, dengan kata-kata agar tertangkap oleh pembaca (Noor, 2005:31). Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencerminkan realitas sosial kemasyaraktan. Karya sastra memiliki objek
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan bentuk kegiatan kreatif dan produktif dalam menghasilkan sebuah karya yang memiliki nilai rasa estetis serta mencerminkan realitas sosial kemasyaraktan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya fiksi yang merupakan hasil kreasi berdasarkan luapan emosi yang spontan yang mampu mengungkapkan aspek estetik baik yang berdasarkan aspek kebahasaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993:
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu karya sastra prosa yang menggambarkan tentang permasalahan sosial budaya yang terjadi dalam masyarakat adalah novel. Menurut Esten (1993: 12), novel merupakan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Perubahan fakta cerita novel Pintu Terlarang karya Sekar Ayu Asmara ke dalam film Pintu Terlarang disutradarai oleh Sheila Thimoty belum
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pembangunan suatu bangsa dan negara hendaknya sejalan dengan pembangunan dan peningkatan sumber daya manusia. Peningkatan sumber daya manusia dapat dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bukan hanya cerita khayal atau angan-angan dari pengarangnya, melainkan wujud
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan wujud gagasan pengarang dalam memandang lingkungan sosial yang berada di sekelilingnya dengan menggunakan bahasa yang indah. Sastra hadir sebagai hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu kegiatan kreatif, sebuah karya seni (Wellek dan Warren, 1990: 3). Karya sastra adalah suatu kegiatan kreatif, hasil kreasi pengarang. Ide
Lebih terperinciPENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan imajinasi pengarang yang dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian dinikmati oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerita fiksi merupakan suatu ciptaan imajinatif dari seorang pengarang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerita fiksi merupakan suatu ciptaan imajinatif dari seorang pengarang dengan menggunakan media bahasa untuk menyampaikan sesuatu kepada pembacanya. Melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kebudayaan sangat erat. Oleh sebab itu, sebagian besar objek karya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk institusi sosial dan hasil pekerjaan seni kreatif dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Hubungan antara sastra, masyarakat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia) menyatakan dalam Artikel Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan yang menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selain itu sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perempuan, sosok makhluk yang diciptakan oleh Tuhan bersama laki-laki. Awal hadirnya perempuan yaitu kehadiran Hawa, yang diciptakan untuk menemani Adam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak dapat dipisahkan dari masyarakat. Dalam hal ini, karya sastra tidak dapat dipahami secara selengkap-lengkapnya apabila dipisahkan dari lingkungan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra dalam bahasa Korea disebut munhak (hangeul: 문학 ) yang berarti kesenian yang menggunakan bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan suatu imajinasi atau perasaan
Lebih terperinciRAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom
RAGAM TULISAN KREATIF C Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom HAKIKAT MENULIS Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengarang. Karya sastra dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu prosa (cerpen,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan struktur yang otonom. Karya sastra berusaha menawarkan sebuah dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan pengarang. Karya sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengongkretkan ide-ide, imaji, gagasan, konsep, dan sebagainya, dengan katakata
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah karya imajinatif bermedium bahasa baik tulis maupun lisan yang memiliki unsur estetik yang dominan. Karya sastra berusaha mengongkretkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan hasil ungkapan kejiwaan seorang pengarang, yang berarti di dalamnya bernuansakan suasana kejiwaan sang pengarang, baik suasana pikir maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Rumusan Masalah 1.1.1. Latar Belakang Sastra 1 merupakan curahan hati manusia berupa pengalaman atau pikiran tentang suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah bagi siswa. intelektual, emosional maupun budi pekerti.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pendidikan kini telah berkembang searah dengan kebutuhan masyarakat yang dinamis. Perkembangan ini tentunya mempengaruhi berbagai disiplin ilmu yang telah ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut, Jabrohim, dkk. (2003:4) menjelaskan yaitu, Bahasa memang media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah sebuah kreasi yang indah, baik lisan maupun tulisan yang memiliki peran penting dalam menciptakan karya sastra dengan hakikat kreatif dan imajinatif,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tentang kisah maupun kehidupan sehari-hari. Seseorang dapat menggali, seseorang dengan menggunakan bahasa yang indah.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada diri pembaca. Karya juga merupakan ungkapan pikiran dan perasaan, baik tentang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Nellasari Mokodenseho dan Dian Rahmasari. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Relevan Sebelumnya Dari beberapa penelusuran, tidak diperoleh kajian yang relevan sebelumnya dengan penelitian ini. Adapun penelitian yang hampir sama adalah penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan atau menyampaikan suatu hal yang di ungkapkan dengan cara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari daya imajinasi pengarang yang dituangkan dalam sebuah wadah. Sastra sendiri adalah bentuk rekaman dari bahasa yang akan disampaikan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan aspek penting dalam penelitian. Konsep berfungsi untuk menghindari kegiatan penelitian dari subjektifitas peneliti serta mengendalikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia tidak cukup dengan tumbuh dan berkembang akan tetapi. dilakukan dengan proses pendidikan. Manusia sebagai makhluk sosial
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting bagi manusia, karena pendidikan akan menentukan kelangsungan hidup manusia. Seorang manusia tidak cukup dengan tumbuh
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI
BAB VI SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan analisis data, hasil analisis, dan pembahasan penelitian ini dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Pertama, bahwa cerpen-cerpen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut disusun telah diperhitungkan segi-segi pementasannya dan sewaktu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Drama adalah salah satu genre karya sastra yang terdiri dari dua dimensi, yaitu dimensi sastra dan pementasan, Sastra berupa teks naskah sedangkan pementasan berhubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika keindahan, dalam karya sastra itu sendiri banyak mengankat atau menceritakan suatu realitas yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan ekspresi jiwa pengarang (Faruk, 2010: 44). Karya sastra berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi secara nyata atau
Lebih terperinciKISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA
KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA Kompetensi Utama Pedagogik St. Inti/SK Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial, kultural, emosional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan seni dan karya yang sangat berhubungan erat dengan ekspresi dan kegiatan penciptaan. Karena hubungannya dengan ekspresi, maka karya sastra
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah bentuk tiruan kehidupan yang menggambarkan dan membahas kehidupan dan segala macam pikiran manusia. Lingkup sastra adalah masalah manusia, kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan ekspresi yang kreatif dari sebuah ide, pikiran, atau perasaan yang telah dialami oleh seseorang dan diungkapkan melalui bahasa. Sastra adalah bentuk
Lebih terperinciANALISIS STRUKTURAL NOVEL BERLAYAR KE SURGA KARYA RAMADHA TSULATSI HAJAR DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SMA
ANALISIS STRUKTURAL NOVEL BERLAYAR KE SURGA KARYA RAMADHA TSULATSI HAJAR DAN IMPLEMENTASINYA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DI SMA Oleh: Adi Nugroho Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya mengalami perubahan baik dari segi isi maupun bahasanya. Salah satu perubahan di dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah lahir dari kekosongan budaya. Karya sastra bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra tidak pernah lahir dari kekosongan budaya. Karya sastra bisa dikatakan selalu terikat dengan konteks sosial saat karya tersebut diciptakan. Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan umat manusia tidak lepas dari kebutuhan material dan nonmaterial. Kebutuhan material meliputi kebutuhan pokok, sekunder dan tersier. Sedangkan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan Yang Relevan Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan dengan judul skripsi, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir dari hasil kreatifitas dan imajinasi manusia, serta pemikiran dan juga pengalaman yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Keindahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. commit to user
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil karya manusia yang mengekspresikan pikiran, gagasan, pemahaman, dan tanggapan perasaan penciptanya tentang hakikat kehidupan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan tulisan yang bernilai estetik dengan kehidupan manusia sebagai objeknya dan bahasa sebagai mediumnya. Menurut Esten (2000: 9), sastra merupakan pengungkapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan bahasa tanpa meninggalkan kesopanan dan keindahan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra pada hakikatnya berisi cerita kehidupan manusia dan lingkungannya. Cerita itu ditulis berdasarkan nilai serta pengertian dan perasaan dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak pernah terlepas dari realitas sosial (Pradopo, 2009:114). Suatu karya sastra menampilkan pelbagai permasalahan-permasalahan yang terdapat dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah karya lisan atau tertulis yang memiliki berbagai ciri keunggulan seperti keorisinilan, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sudjiman,
Lebih terperinci31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)
31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu benda budaya yang dapat ditinjau dan ditelaah dari berbagai sudut. Teks-teks sastra bersifat multitafsir atau multiinterpretasi. Isi,
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN. Penelitian Representasi Budaya Populer dalam Novel B-Jell Cheers Karya
BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian Representasi Budaya Populer dalam Novel B-Jell Cheers Karya Thalia Salsabilla ini menggunakan metode deskriptif analisis. Dalam hal ini, cara kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. gejala. Kaitan tersebut dilakukan oleh peneliti berdasarkan observasinya.
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Untuk membahas sebuah karya sastra ada dua macam pendekatan, yaitu pendekatan intrinsik dan pendekatan ekstrinsik. Pendekatan intrinsik bertolak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumardja dan Saini (1988: 3) menjabarkan bahwa sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, dan keyakinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam bermasyarakat, namun juga dengan lingkungan. aikos yang artinya rumah atau tempat hidup dan logos yang artinya ilmu.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai salah satu makhluk hidup sejak lahir diciptakan sebagai makhluk sosial, yang artinya tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra pada hakikatnya merupakan suatu pengungkapan kehidupan melalui bentuk bahasa. Karya sastra merupakan pengungkapan baku dari apa telah disaksikan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesusastraan ditulis karena motivasi manusia mengekspresikan dirinya sendiri dan ketertarikan terhadap masalah manusia serta kehidupan sosialnya atau keinginannya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori
BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendeskripsikan dan menganalisis kajian penelitian ini harus ada teori pendukungnya antara lain; hakekat pendekatan struktural, pangertian novel, tema, amanat, tokoh dan penokohan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Kemampuan berbahasa seseorang dapat menunjukkan kepribadian serta pemikirannya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk kontemplasi dan refleksi pengarang terhadap keadaan di luar dirinya, misalnya lingkungan atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil imajinasi manusia yang dapat menimbulkan kesan pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan problematika yang
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. berjudul Citra Perempuan dalam Novel Hayuri karya Maria Etty, penelitian ini
12 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Penelitian Sejenis Penelitian lain yang membahas tentang Citra Perempuan adalah penelitian yang pertama dilakukan oleh Fitri Yuliastuti (2005) dalam penelitian yang berjudul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, selain memberikan hiburan juga sarat dengan nilai, baik nilai keindahan maupun nilai- nilai ajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. amanat, sudut pandang dan gaya bahasa yang saling berhubungan. Dengan demikian,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak dapat dilihat hanya sebagai suatu sistem norma saja, karena karya sastra merupakan suatu sistem yang terdiri dari struktur, seperti tema, tokoh,
Lebih terperinciII. LANDASAN TEORI. dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian dan pernyataan yang
II. LANDASAN TEORI 2.1.Kemampuan Mengapresiasi Cerpen 2.1.1 Pengertian Apresiasi Secara leksikal, appreciation apresiasi mengacu pada pengertian pemahaman dan pengenalan yang tepat, pertimbangan, penilaian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah bentuk rekaman dengan bahasa yang akan disampaikan kepada orang lain. Sastra adalah komunikasi. Bentuk rekaman atau karya sastra tadi harus dapat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi
58 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode yang ada sesuai
Lebih terperinciKRITIK SOSIAL DALAM NOVEL KALATIDHA KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA PUBLIKASI SKRIPSI
KRITIK SOSIAL DALAM NOVEL KALATIDHA KARYA SENO GUMIRA AJIDARMA: TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA PUBLIKASI SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa,
Lebih terperinci