ANALISA PENGENDALIAN RESIKO PEKERJAAN PEMBERSIHAN HEAT EXCHANGER DAN KONDENSOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE RISK ASSESSMENT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA PENGENDALIAN RESIKO PEKERJAAN PEMBERSIHAN HEAT EXCHANGER DAN KONDENSOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE RISK ASSESSMENT"

Transkripsi

1 ANALISA PENGENDALIAN RESIKO PEKERJAAN PEMBERSIHAN HEAT EXCHANGER DAN KONDENSOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE RISK ASSESSMENT (Studi Kasus di PT. Pertamina RU V Balikpapan) LAPORAN KERJA PRAKTEK Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Pada Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Nama : Satria Nugraha No. Mahasiswa : PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2014

2 ii Disclaimer Sesuai UU No. 14 tahun 2008, seluruh data dan informasi pada laporan PKL ini adalah milik PT Pertamina (Persero). Dilarang menyalin, memperbanyak, dan meperjual belikan isi laporan tanpa seijin dari PT Pertamina (Persero). Pelanggaran ketentuan ini akan ditindak sesuai hukum yang berlaku.

3 iii HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN Laporan Kerja Praktek yang dilaksanakan di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan periode Februari 2014 sampai dengan April 2014 telah kami setujui. Nama : Satria Nugraha NIM : Supply Chain Section Head, Balikpapan, Maret 2014 Pembimbing Kerja Praktek, Muhammad Alaidin Aries Arthanto Nopek Nopek

4 iv HALAMAN PENGESAHAN ANALISA PENGENDALIAN RESIKO PEKERJAAN PEMBERSIHAN HEAT EXCHANGER DAN KONDENSOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE RISK ASSESSMENT (Studi Kasus di PT. Pertamina RU V Balikpapan) LAPORAN KERJA PRAKTIK Disusun Oleh: Satria Nugraha ( ) Menyetujui, Dosen Pembimbing Kerja Praktek Ir. Hartomo, M.Sc., Ph.D. Mengetahui, Ketua Program Studi Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia Drs. H. Mohammad Ibnu Mastur., MSIE

5 v KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya penulis dapat melaksanakan Kerja Praktek selama kurang lebih 2 bulan di PT. Pertamina RU V Balikpapan dengan baik dan menyelesaikan penyusunan Laporan Kerja Praktek ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penyusunan Laporan Kerja Praktek sebagai syarat akademis yang wajib dipenuhi dalam kurikulum di Program Studi Teknik Industri Universitas Islam Indonesia. Selain itu Kerja Praktek dirasa dapat menjadi sarana bagi mahasiswa untuk mengenal dunia kerja sehingga diharapkan dapat mengembangkan etos kerja profesional sebagai calon sarjana Teknik Industri. Selama pembuatan sampai terselesaikannya laporan ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Sehingga pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Kedua orang tua dan kakak saya yang telah mendukung, memberikan perhatian, dan selalu memberikan doa restu. 2. Bapak Muhammad Alaidin dan Bapak Aries Arthanto, selaku pembimbing dari bagian Supply Chain yang telah banyak membantu dalam memberikan nasehat, masukan, dan motivasi selama Kerja Praktek. 3. Bapak Rusdi Rachmani, Bapak Subagio, Mas Dodi, Bu Endang, dan rekan-rekan lainnya selaku bagian Refinery Planning yang telah banyak membantu dalam memberi bimbingan serta pengarahan dalam menjalankan program Kerja Praktek ini 4. Bapak Johnni dan para staff lainnya selaku bagian Hydroskimming Complex yang sangat membantu dalam proses pengambilan data Kerja Praktek ini. 5. Bapak Joyo dari bagian Maintenance Area 1 yang telah banyak memberikan info dan penjelasan tentang proses pembersihan unit Heat Exchanger dan Kondensor pada Area Utilities dan Power Plant 6. Bapak Bayu Prabowo dari Maintenance Area 3 yang membantu dalam proses pengambilandata selama kegiatan Kerja Praktek di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan dan juga banyak memberi inspirasi dan masukan serta berbagi pengalaman.

6 vi 7. Bapak Hartomo Ir. M.Sc., Ph.D, selaku dosen pembimbing Kerja Praktek yang telah memberikan bimbingan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan ini. 8. Seluruh staf bagian Hydroskimming Complex, Hydrocracker Complex, Utilities dan Power Plant, Diswax, Oil Movement, Process Engineering, Facility Engineering, Rotating Engineering, Stationary Engineering, Maintenance Area 1 dan 3, Health, Safety, Security and Evironment dan bagian-bagian lainnya atas penjelasan dan bimbingan selama masa orientasi di area Kilang di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. 9. Ibu Puput Dewanthy dan Ibu Ayu dari Public Relation PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan yang telah memberikan pengarahan dan membantu proses perijinan untuk kegiatan Kerja Praktek (KP). 10. Bapak Said, Bapak Sugiyanto, Bapak Mustofa, dan rekan-rekan selaku bagian Security Administration PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan yang telah membantu dalam proses pembuatan Badge PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. 11. Kedua orang tua dan Saudara Rachmad Sujono yang telah menyediakan tempat untuk tinggal dan transportasi selama kegiatan Kerja Praktek di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. 12. Rachmad Sujono, Verdianto Prada, Ary Bhinuko, Orryza, Annisa, Nevi, dan kawan-kawan lainnya sebagai rekan selama Kerja Praktek yang telah bekerja sama dengan baik dari awal pelaksanaan Kerja Praktek hingga terselesaikannya laporan ini. 13. Teman-teman Teknik Industri 2010 UII yang telah memberikan dukungan dan semangat selama Kerja Praktek. 14. Semua officer di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan yang telah membantu selama pelaksanaan Kerja Praktek. 15. Alat Pelindung Diri yang selalu melindungi didalam area kilang. 16. Pihak-pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu baik selama Kerja Praktek maupun dalam pembuatan laporan ini.

7 vii Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Kerja Praktek ini masih jauh dari sempurna dan dengan penuh kerendahan hati penulis mohon maaf serta mengharapkan adanya kritik maupun saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata penulis mengharapkan semoga laporan ini dapat bermanfaat bukan saja bagi penulis tetapi juga bermanfaat bagi pihak perusahaan dan memperluas pengetahuan dan wawasan pembaca, khususnya rekan rekan mahasiswa. Selamat membaca, terima kasih Balikpapan, Maret 2014 Penyusun

8 viii DAFTAR ISI Halaman Judul... i Disclaimer... ii Halaman Pengesahan... iii Halaman Pengesahan... iv Kata Pengantar... v Daftar Isi... viii Daftar Tabel... x Daftar Gambar... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan Kerja Praktek Batasan Kerja Praktek Waktu dan Lokasi Kerja Praktek Metode Penulisan Laporan Sistematika Penulisan Manfaat Kerja Praktek... 5 BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. Pertamina (Persero) dan RU V Balikpapan Logo Perusahaan Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) dan RU V Balikpapan Tata Nilai Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan Produksi PT. Pertamina (Persero) Status Kepemilikan Distribusi dan Pemasaran Produk Unit Kerja BAB III DESKRIPSI SISTEM INDUSTRI 3.1 Sistem dan Manajemen Produksi Human Capital Management... 32

9 ix 3.3 Pemasaran dan Distribusi Sistem Informasi Manajemen BAB IV TUGAS KHUSUS 4.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Maasalah Tujuan Penelitian Batasan Masalah Landasan Teori Metode Penelitian Hasil dan Pembahasan BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 4.8 Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

10 x DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Perkembangan Kilang Minyak PT. Pertamia (Persero) RU V Tabel 2.2 Kapasitas Produksi PT. Pertamina (Persero) Tabel 2.3 Kapasitas Terpasang Kilang I Tabel 2.4 Kapasitas Terpasang Kilang II Tabel 2.5 Fasilitas Pendukung Lainnya Tabel 3.1 Perbandingan antara Teori A dan Teori Z Tabel 4.1 Nilai tingkat kemungkinan Tabel 4.2 Nilai tingkat keparahan Tabel 4.3 Skala tingkatan resiko Tabel 4.4 Identifikasi kegiatan dan resiko pekerjaan Tabel 4.5 Penilaian resiko pekerjaan Tabel 4.6 Pengkategorian resiko pekerjaan Tabel 4.7 Penanganan Resiko... 59

11 xi DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Monumen Sumur Pertama Mathilda... 7 Gambar 2.2 Lokasi Refinery Unit Pertamina di Seluruh Indonesia Gambar 2.3 Perkembangan Logo PT. Pertamina (Persero) Gambar 2.4 Logo PT. Pertamina (Persero) Gambar 2.5 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan Gambar 2.6 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan via Satelit Gambar 2.7 Peta Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan Gambar 2.8 Alur Pendistribusian PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan Gambar 3.1 Sistem Produksi existing refinery PT Pertamina RU V Balikpapan Gambar 3.2 Visualisasi pola-pola data Gambar 3.3 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan Gambar 3.4 Teori Kebutuhan Maslow Gambar 3.5 Tampilan Halaman Utama Website PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan Gambar. 3.6 Tampilan Halaman Website Online Owner Estimasi (O2E)... 42

12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Disadari atau tidak, ternyata pemahaman keilmuan yang didasari hanya pada tataran teoritis kerap tidak dapat memberikan hasil yang optimal. Banyak hal, ketika dalam operasionalnya tidak dapat diselesaikan hanya dengan dasar-dasar teori belaka. Dilain pihak sampai saat ini perkembangan teknologi dan informasi yang terjadi dalam dunia industri, tidak selalu dapat diikuti oleh pihak universitas, sebagai sebuah institusi pendidikan yang memiliki kewajiban mempersiapkan tenaga kerja. (Hermawan Kertajaya, 1996). Dalam mengikuti perkembangan khususnya di bidang industri, pihak Jurusan Teknik Fakultas Tekonologi Industri Universitas Islam Indonesia sudah semestinya menerapkan sistem Kerja Prakterk (KP) bagi para mahasiswanya. Tujuan dari Kerja Praktek ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan skill dari mahasiswa tersebut agar dapat memenuhi tuntuan di dunia kerja nantinya. Selain itu hasil yang didapatkan dari Kerja Praktek ini adalah sebagai penjembatan antara pihak Jurusan Teknik Fakultas Tekonologi Industri Universitas Islam Indonesia dengan industry-industri yang ada agar saling membagi informasi tentang perkembangan dunia industry dijaman sekarang ini. Pada zaman sekarang ini kegiatan industri di berbagai negara sangatlah berkembang maju. Untuk dapat mengikuti bahkan menyaingi pesaing-pesaing dari perusahaan lain tentunya perusahaan diwajibkan untuk dapat menghasilkan produk dengan mutu yang baik. Akan tetapi hal tersebut tidak melupakan aspek-aspek lain yang mendukung dalam kegiatan yang ada didalam sebuah industri. Keselamatan kerja pekerja dan kesehatan para pekerja harus diperhatikan oleh perusahaan supaya dengan SDM yang baik akan menghasilkan produk yang baik pula. Industri saat ini, terutama industri-industri yang sudah sangat besar sudah pasti menerapkan kebijakan yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja bagi

13 2 para pekerjanya. Akan tetapi kebijakan-kebijakan yang telah dibuat belum tentu memberikan jaminan terhadap perlindungan terhadap para pekerjanya. Kecelakaan kerja masih sering terjadi di dalam sebuah industri besar. Hal ini disebabkan oleh kondisi lingkungan para pekerja hingga pada pekerjanya sendiri. Pengkajian terhadap kegiatankegiatan yang ada didalam industri harus dilakukan setiap harinya. Untuk itu identifikasi-identifikasi yang berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja harus dilakukan secara rutin dan penanggulangan tentang resiko pekerjaan harus dilakukan evaluasi setiap harinya. Pada perusahaan PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan memiliki sebuah bagian yang membuat kebijakan-kebijakan berkaitan dengan kesehatan dan keselamatan kerja para pekerjanya. HSE (Health Safety Environment) dimana bagian HSE itu sendiri terdari dari beberapa bagian lagi, yaitu bagian safety section head, Fire & section head, Environment section head, Occupational health section head. Dan setiap bagian pada HSE (Health Safety Environment) juga memiliki tugas yang berbeda-beda sesuai dengan bidangnya masing-masing. Salah satu bagian pekerjaan yang memiliki resiko pekerjaan yang tinggi adalah bagian dari Maintenance Area. Maintenance Area ini dibagi menjadi empat bagian yaitu Maintenance Area 1 (MA1), Maintenance Area 2 (MA2), Maintenance Area 3 (MA3), dan Maintenance Area 4 (MA4). Setiap bagian memiliki tanggun jawab untuk melakukan maintenance area kerja masing-masing. Salah satu area yang paling utama dan paling penting disini adalah area MA1 yaitu pada bagian utilities dan power plant satu dan power plant dua. Dari beberapa bidang yang ada pada bagian HSE dapat menunjang peningkatan kinerja sebuah perusahaan terutama di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan karena setiap pekerjaan yang dilakukan di bagian-bagian kilang PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan sendiri telah diatur sesuai dengan tingkat kecelakaan yang memungkingkan terjadi. Sehingga HSE (Health Safety Environment) sangat perlu karena untuk meminimalisir tingkat kecelakaan di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. Untuk mengantisipasi agar suatu pekerjaan yang beresiko dapat digolongkan tingkat resikonya serta meminimalisir terjadi nya kecelakaan kerja maupun gangguan kesehatan pada saat bekerja, dibutuhkan analisa tentang kesehatan dan

14 3 keselamatan kerja terutama pada pengendalian resiko kerja yang akan terjadi di PT. Pertamina RU V Balikpapan. 1.2 Tujuan Kerja Praktek Tujuan kerja praktek di lingkungan PT. Pertamina RU V Balikpapan ini adalah 1. Mengetahui manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dan manajemen resiko yang ada di PT. Pertamina RU V Balikpapan. 2. Dapat membandingkan serta mengaplikasikan teori yang sudah didapat di bangku kuliah ke kehidupan nyata yang ada dilapangan. 3. Dapat memberikan rekomendasi terhadap pelaksanaan manajemen kesehatan dan keselamatan serta pengendalian resiko kerja di PT. Pertamina RU V Balikpapan. 1.3 Batasan Kerja Praktek Untuk pembahasan tema kerja praktek yang diambil tentang manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dan manajemen resiko adalah kegiatan-kegiatan operasional yang berada di PT. Pertamina RU V Balikpapan. Penerapan manajemen kesehatan dan keselamatan kerja dan manajemen resiko yang sudah ada dibandingkan dengan pengamatan langsung dan literatur yang ada kemudian dianalisa untuk menemukan kekurangan-kekurangan yang ada. 1.4 Waktu dan Lokasi Kerja Praktek Kerja praktek ini dilaksanakan selama kurang lebih 2 bulan : Tanggal : 3 Februari April 2014 Tempat : PT. Pertamina (Persero) RU V, Jalan Yos Sudarso No. 1 Balikpapan 1.5 Metode Penulisan Laporan Penyusunan laporan kerja praktek ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

15 4 1. Pengamatan Sistem Dilakukan dengan mengamati sistem dan proses kerja secara langsung dari divisi Maintenance Area 1 dan Health Safety Environment PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. 2. Perumusan Masalah Melakukan identifikasi masalah berdasarkan hasil pengamatan langsung sesuai dengan topik permasalahan. 3. Pengumpulan Data Mengumpulkan data yang diperlukan melalui sumber-sumber sebagai berikut: - Studi Literatur Penulis mempelajari berbagai sumber tertulis yang berhubungan dengan topik. - Pengambilan Data Meminta data historis dari pihak terkait. - Wawancara Melakukan wawancara dengan pihak terkait dengan topik pembahasan. 4. Analisis Data Menganalisis data dengan mengaplikasikan teori-teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas sehingga dapat tercapai suatu kesimpulan. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan laporan kerja praktek ini tersusun sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Memuat latar belakang kerja praktek, tujuan kerja praktek, batasan kerja praktek, manfaat dari kerja praktek yang dilakukan, waktu dan tempat pelaksanaan, metode penulisan laporan, dan sistematika penulisan. BAB II PROFIL PERUSAHAAN Memuat kondisi umum mengenai PT. Pertamina (Persero) secara keseluruhan dan PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan pada khususnya yaitu visi dan misi, status kepemilikan, sejarah singkat, lokasi, hasil produksi, pemasaran produk serta unit kerja.

16 5 BAB III DESKRIPSI SISTEM INDUSTRI Memberikan penjelasan mengenai proses produksi berbagai macam produk yang ada di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan dari bahan baku, pengadaan bahan baku, proses produksi sampai dihasilkan produk olahan yang siap untuk dipasarkan kepada masyarakat. BAB IV TUGAS KHUSUS Memuat tugas khusus yang diberikan perusahaan tempat kerja praktek yaitu PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan atau dosen pembimbing yang membahas permasalahan tentang sistem industri secara mendalam di perusahaan. Tema tugas khusus diarahkan ke bidang sistem produksi atau manufaktur, ergonomi, atau manajemen industri khusunya pengendalian resiko pada pekerjaan pembersihan Heat Exchanger pada area Utilities dan Power Plant. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Memuat rangkuman pelaksanaan kerja praktek yang relevan dengan tujuan kerja praktek dan tugas khusus yang diberikan. 2. Saran Memuat beberapa saran yang perlu diperhatikan mengenai pelaksanaan kerja praktek dan perbaikan yang dapat dilakukan perusahaan tempat kerja praktek dalam hal ini yaitu PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. 1.7 Manfaat Kerja Praktek Manfaat yang diperoleh dari pelaksanaan kerja praktek di PT. Pertamina RU V Balikpapan adalah : 1. Mendapatkan pengalaman bekerja langsung melalui kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di PT. Pertamina RU V Balikpapan. 2. Mengetahui persaingan dunia kerja saat ini. 3. Mengetahui implementasi metode risk assessment untuk resiko pekerjaan di PT. Pertamina RU V Balikpapan pada pekerjaan pembersihan Heat Exchanger pada area Utilities dan Power Plant.sebagai penerapan ilmu yang didapatkan dibangku kuliah. 4. Menambah wawasan tentang industri.

17 BAB II PROFIL PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. Pertamina (Persero) dan PT. Pertamina RU V Balikpapan Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beraneka ragam sumber daya alam, seperti minyak bumi dan gas alam. Minyak bumi dan gas alam telah mulai dikelola sejak masa penjajah Belanda. Minyak bumi sendiri banyak digunakan untuk menghasilkan energi (bahan bakar) dan pembangkit tenaga listrik. Bagi Indonesia, minyak bumi merupakan sumber daya alam yang sangat penting. Hal ini disebabkan karena disamping untuk dikonsumsi dalam negeri, juga diekspor sehingga meningkatkan devisa negara. Kendati telah dieksploitasi selama hampir 2 abad, ternyata masih banyak yang belum diberdayakan. Tercatat baru sekitar 30 cekungan yang telah dieksploitasi dan umumnya berada di wilayah barat Indonesia. Diperkirakan masih ada 30 cekungan lagi di wilayah timur Indonesia yang masih menunggu sentuhan eksplorasi dan eksploitasi di masa depan. Pada zaman penjajahan Belanda, sejak tahun 1871, orang-orang Belanda telah mulai berusaha mendapatkan minyak bumi di Indonesia dengan jalan melakukan pemboran di daerah-daerah sumber minyak untuk diolah menjadi minyak lampu. Pada tanggal 15 Juni 1885, seorang pemimpin perkebunan Belanda bernama Aeilco Janszoon Zylker berhasil melakukan pemboran yang pertama di Telaga Tunggal dekat Pangkalan Berandan di Sumatera Utara pada kedalaman kira-kira 400 kaki. Sejak penemuan ini, pencarian minyak bumi terus berlanjut, dimana pada saat yang hampir bersamaan telah ditemukan pula sumber minyak bumi di Indonesia, seperti di desa Ledok Jawa Tengah, di desa Minyak Hitam di daerah Muara Enim Palembang dan Riam Kiwa dekat Sangasanga di Kalimantan Timur.

18 7 Gambar 2.1 Monumen Sumur Pertama Mathilda Di Indonesia penemuan minyak bumi mengakibatkan tumbuhnya banyak perusahaan minyak asing, dimana pada akhir abad XIX tidak kurang dari 18 buah perusahaan asing secara aktif mengusahakan sumber-sumber minyak di Indonesia. Karena usaha eksplorasi dan kekuatan finansialnya, maka pada tahun 1902 Royal Dutch Company, yaitu perusahaan yang mengambil ahli konsesi Zylker, dapat menyisihkan perusahaan-perusahaan yang ada pada waktu itu. Pada tahun 1907, Royal Dutch Company bergabung dengan Shell Transport and Trading Company, dimana perusahaan yang beroperasi dari kelompok Royal Dutch dan Shell di Indonesia adalah Bataafshe Petroleum Maatschappij (B.P.M.), dan ini merupakan satu-satunya perusahaan yang beroperasi di Indonesia sampai tahun Pada tahun 1912 Standard Vacum Oil Company (STANVAC), suatu anak perusahaan Standard Oil (New Jersey) dan Vacum Oil Company mulai beroperasi di Indonesia. Perusahaan tersebut mengerjakan lapangan-lapangan minyak di Talang Akar dan Pendopo Sumatera Selatan. Untuk menghadapi saingan dari Standard Oil ini, maka pada tahun 1930 oleh pemerintah kolonial Belanda dan B.P.M, dibentuklah suatu campuran yaitu N.V. Nederlandsche Indische Aardolie Maatschappij (N.I.A.M.) pada tahun 1935, CALTEX yaitu sebuah anak perusahaan Standard Oil of California and Texas Company mulai beroperasi di Indonesia, dimana lapangan produksinya terletak di Minas dan Duri di daerah Daratan Riau. Pada tahun 1935, dibentuk perusahaan minyak bernama Nederlandsche Nieuw Guinea Petroleum Maatschappij (N.N.G.P.M) untuk mengeksploitasi Irian Jaya (sekarang disebut Papua) bagian barat, dengan sahamnya dengan dari Royal Dutch-Shell, Stanvac, dan Caltex. Kilang minyak yang ada sebelum

19 8 perang dunia II ada 6 buah yaitu di Plaju (B.P.B), Sungai Gerong (STANVAC), Balikpapan (B.P.M.), Cepu (B.P.M), Wonokromo (B.P.M.) dan Pangkalan Brandan (B.P.M.). Dengan berakhirnya Perang Dunia II, karena serbuan bala tentara Jepang ke Indonesia dan politik bumi hangus pemerintah Hindia Belanda, sebagian besar instalasiinstalasi kilang minyak hancur, terutama kilang minyak Pangkalan Brandan. Dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, satu-satunya lapangan minyak yang dapat dikuasai oleh pejuang-pejuang kemerdekaan Indonesia adalah lapangan minyak sekitar Pangkalan Brandan dan daerah Aceh, bekas milik Shell-B.P.M, yang selanjutnya merupakan perusahaan minyak Indonesia yang pertama dan diberi nama Perusahaan Tambang Minyak Negara Republik Indonesia (P.T.M.N.R.I.). Pada tahun 1945 B.P.M. berhasil meneruskan produksi minyak mentahnya di Tarakan, dan pada tahun 1946 Kilang Plaju dan Sungai Gerong dikembalikan kepada B.P.M. dan STANVAC untuk rekonstruksi. Di Jawa Tengah B.P.M. tidak berhasil memperoleh kembali lapangan minyak Kawengan, Ledok, dan kilang minyak Cepu karena telah dikuasai oleh koperasi buruh minyak yang kemudian menjadi perusahaan negara PERMIGAN. Karena sesudah selesainya perjuangan fisik di tahun 1950 P.T.M.N.R.I. juga belum menunjukkan usaha-usaha pembangunannya, maka bulan April 1945 P.T.M.N.R.I. diubah menjadi Tambang Minyak Sumatera Utara (T.M.S.U.). Tindakan ini ternyata juga belum ada manfaatnya, sehingga pada tangggal 10 Desember 1957 T.M.S.U. diubah menjadi P.T. Perusahaan Pertambangan Minyak Nasional (P.T. PERMINA). Setelah kira-kira 3,5 tahun, maka pada tanggal 1 Juli 1961 statusnya dirubah menjadi Perusahaan Negara Pertambangan Minyak Nasional (P.N. PERMINA). Dengan penyerahan kedaulatan oleh pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia, maka pada tanggal 1 Januari 1959 status N.V. N.I.A.M. dirubah menjadi P.T. Pertambangan Minyak Indonesia (P.T. PERMINDO). Untuk itu, pemerintah Indonesia mengeluarkan UU No.19/1960 tentang perusahaan negara dan UU No. 44/1960 Tentang Pertambangan Minyak dan Gas Bumi (pertambangan minyak dan gas bumi yang hanya boleh dilakukan oleh Negara). Atas dasar kedua UU tersebut, maka pada tahun 1961 dibentuk Perusahaan Negara sektor Minyak dan Gas Bumi, yaitu : 1. PN PERTAMIN (Perusahaan Pertambangan Minyak)

20 9 2. PN PERMINA (Perusahaan Minyak Nasional) Kedua perusahaan tersebut bertindak selaku kuasa pertambangan yang meliputi bidang gas dan minyak dengan melakukan kegiatan : 1. Eksplorasi. 2. Eksploitasi. 3. Pemurnian dan Pengolahan. 4. Pengangkutan. Pada tahun 1968 kedua perusahaan tersebut digabung menjadi PN PERTAMINA (Perusahaan Pertambangan Milik Nasional). Demi kelanjutan dan perkembangannya, pada tanggal 15 September 1971 pemerintah mengeluarkan UU No.8/1971 tentang Pertamina sebagai Pengelolaan Tunggal di Bidang Minyak Dan Gas Bumi di Indonesia, sehingga pada tanggal 1 Januari 1972 PN PERTAMINA diubah namanya menjadi PERTAMINA. Pertamina terus tumbuh dan berkembang menjadi salah satu BUMN yang handal. Berdasarkan UU No.22 Tahun 2001 dan No.31 Tahun 2003, status Pertamina mengalami perubahan dari Lembaga Pemerintahan Non-Departemen (LPND) menjadi Persero. Dengan adanya perubahan status ini, PT. PERTAMINA (PERSERO) (Persero) berada di bawah stakeholder-nya, dalam hal ini adalah pemerintah yang berperan sebagai profit oriented. PT. Pertamina (Persero) didirikan dengan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM melalui Surat Keputusan No. C HT pada tanggal 9 Oktober Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang- Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan No. 12 tahun 1998 dan peralihanya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak dan Gas Bumi Negara (PERTAMINA) Menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO). Sesuai akta pendirianya, maksud dari perusahaan perseroan adalah untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar

21 10 negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut. Adapun tujuan dari perusahaan perseroan adalah untuk: 1. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perseroan secara efektif dan efisien. 2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Untuk mencapai maksud dan tujuan tersebut, perseroan melaksanakan kegiatan usaha sebagai berikut: 1. Menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi beserta hasil olahan dan turunannya. 2. Menyelenggarakan kegiatan usaha di bidang panas bumi yang ada pada saat pendirianya, termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) yang telah mencapai tahap akhir negosiasi dan berhasil menjadi milik perseroan. 3. Melaksanakan pengusahaan dan pemasaran Liquified Natural Gas (LNG) dan produk lain yang dihasilkan dari kilang LNG. 4. Menyelenggarakan kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha sebagaimana dimaksud dalam nomor 1,2, dan 3. Sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang MIGAS baru, Pertamina tidak lagi menjadi satu-satunya perusahaan yang memonopoli industry MIGAS dimana kegiatan usaha minyak dan gas bumi diserahkan kepada mekanisme pasar. I II II V V V I Gambar 2.2 Lokasi Refinery Unit Pertamina di Seluruh Indonesia

22 11 Pendirian kilang minyak Pertamina RU V Balikpapan dilatar belakangi ditemukannya sumber minyak mentah (crude oil) di daerah Sanga-sanga pada tahun Menyusul kemudian ditemukan sumber-sumber minyak lain di Tarakan (1899), Samboja (1911) dan Bunyu (1922). Kemudian pada tahun 1922 mulai dibangun kilang di Balikpapan yang kemudian disebut sebagai Kilang Balikpapan I. Setelah mengalami kerusakan berat dalam masa perang Dunia II ( ) perbaikan dan rehabilitasi mulai dilakukan tahun 1948, kemudian secara berturut-turut dibangun Crude Distillation Unit V (CDU V), Heavy Vacuum Unit II (HVU II), Wax Plant, serta unit-unit yang termasuk dalam proyek pembangunan Kilang Balikpapan II yaitu Hydroskimming Complex (HSC) dan Hydrocracking Complex (HCC). Secara kronologis, perkembangan Kilang Minyak Pertamina RU V Balikpapan adalah sebagai berikut : Tabel 2.1 Perkembangan Kilang Minyak PT. Pertamia (Persero) RU V Masa Kejadian Ditemukan beberapa sumber minyak mentah di beberapa tempat di Kalimantan Timur 1922 Unit Penyulingan Minyak Kasar (PMK) I didirikan oleh perusahaan minyak BPM 1946 Rehabilitasi PMK I, karena mengalami kerusakan akibat Perang Dunia II 1949 HVU I selesai didirikan dengan kapasitas 12 MBSD 1950 Wax plant dan PMK I selesai didirikan, dengan kapasitas produksi 110 ton/hari dan 25 MBSD 1952 Unit PMK II selesai didirikan. Dibangun oleh PT. Shell Indonesia dan didesain ALCO dengan kapasitas 25 MBSD 1954 Modifikasi PMK III, sehingga memiliki kapasitas 10 MBSD. Mulai tahun 1985 PMK III tidak beroperasi 1973 Modifikasi wax plant, kapasitas 175 ton/hari April 1981 Kilang Balikpapan II mulai dibangun dengan hak paten proses dari UOP Inc Nov 1981 Penetapan kontraktor utama, yaitu Bechtel International Inc. dari Inggris dan consultant supervisor-nya adalah PROCON Inc. dari Amerika Serikat Nov 1983 Kilang Balikpapan II diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia (Presiden Soeharto) 5 Des 1997 Proyek up-grading Kilang Balikpapan I, diresmikan oleh Presiden RI (Presiden Soeharto) Nov 2003 Perubahan status Pertamina dari BUMN menjadi Perseroan Terbatas 23 Juni 2005 Proyek pembangunan Flare Gas Recovery System dan Hydrogen Recovery System diresmikan.

23 12 Refinery Unit V Balikpapan terletak di teluk Balikpapan yang menempati areal seluas 2.5 Km 2 yang awalnya didesain untuk mengolah crude Handil dan Bekapai. Namun saaat ini mengolah berbagai macam crude (mix crude) baik local atau impor, antara lain: - Senipah - Sepinggan - Bunyu - Belida, dll. Menurut desainnya kilang Balikpapan mengolah total 260 MBSD minyak mentah. Kilang Balikpapan I berkapasitas 60 MBSD sedangkan kilang Balikpapan II berkapasitas 200 MBSD. Kilang Pertamina UP V Balikpapan adalah kilang yang dikhususkan untuk memenuhi kebutuhan BBM di Indonesia Bagian Timur. Namun pada kasus-kasus insidental, produksi BBM dari Kilang Pertamina UP V Balikpapan juga didistribusikan ke daerah-daerah lain yang membutuhkan. Selain BBM, Kilang Pertamina UP V Balikpapan juga memproduksi Wax (lilin). Sampai saat ini UP V adalah satu-satunya yang memproduksi lilin di Indonesia. Kilang Balikpapan terdiri dari kilang lama dan kilang baru. Pada daerah kilang lama terdiri dari : - Unit Penyulingan Minyak Kasar I ( PMK I ) - Unit Penyulingan Minyak Kasar II ( PMK II ) - Unit Penyulingan Hampa I ( HVU I ) - Pabrik Lilin ( Wax Plant ) - Dehydration Plant ( DHP ) - Effluent Water Treatment Plant ( EWTP ) - Crude Distilation Unit V ( CDU V ) - Unit Penyulingan Hampa III ( HVU III ) Mulai Oktober 1997 Unit PMK I, PMK II, dan HVU I fungsinya digantikan oleh CDU V dan HVU III. Sedangkan kilang Balikpapan II atau kilang baru terdiri dari : 1. Hydro Skimming Compleks ( HSC ) yang meliputi - Crude Distilation Unit IV, Plant 1 - Naphta Hydrotreater, Plant 4 - Platformer Unit, Plant 5

24 13 - LPG Recovery, Plant 6 - Sour Water Stripper Unit, Plant 7 - LPG Treater, Plant 9 2. Hydro Cracking Compleks ( HCC ) yang meliputi : - Vacuum Distilation Unit (HVU II), Plant 2 - UOP HC Unibon Process Unit, Plant 3 - Hydrogen Plant, Plant 8 - Flare Gas Recovery, Plant 19 - Hydrogen Recovery, Plant Logo Perusahaan Pada awalnya logo pertaminabukan seperti logo sekarang yang baisa kita temui. Namun ada beberapa logo-logo terdahulu hingga sekarang. Berikut adalah sejarah pergantian logo-logo pertamina dari masa ke masa: Gambar 2.3 Perkembangan Logo PT. Pertamina (Persero) Pada akhirya logo pertamina yang bertahan hingga sekarang adalah logo berupa anak panah yang menyerupai bentuk huruf P yang menginisialkan PERTAMINA. Berikut adalah logo pertamina sekarang: Gambar 2.4 Logo PT. Pertamina (Persero) Arti dari logo tersebut, yaitu: a. Merah : Keuletan dan ketegasan serta keberanian dalam menghadapi berbagai macam keadaan. b. Hijau : Sumber daya energy yang berwawasan lingkungan.

25 14 c. Biru : Handal, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab. Selalu hadir melayani masyarakat, berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan menggalakkan Quality Control. Dengan adanya perubahan logo PT. Pertamina (Persero) sekaligus meluncurkan slogan (band driver) ALWAYS THERE yang diterjemahkan menjadi SELALU HADIR MELAYANI. Dengan slogan tersebut diharapkan perilaku seluruh jajaran pekerja akan berubah menjadi enterpreneur dan customer oriented, terkait dengan persaingan yang sedang dan akan dihadapi perusahaan. 2.3 Visi dan Misi PT. Pertamina (Persero) dan RU V Balikpapan Setiap perusahaan pastinya memiliki visi dan misi untuk dijadikan landasan dari berjalannya perusahaan tersebut sehingga dapat mencapai target maupun tujuan dari perusahaan yang telah ditentukan. Adapun visi dan misi untuk PT. Pertamina (Persero) secara keseluruhan adalah sebagai berikut: o Visi : Menjadi perusahaan energy nasional kelas dunia. o Misi : Menjalankan usaha minyak, gas, serta energy baru dan terbarukan secara terintegrasi, berdasarkan prinsip-prinsip komersial yang kuat. Disamping visi dan misi utama dari keseluruhan perusahaan PT. Pertamina (Persero), juga terdapat visi dan misi untuk menjalankan perusahan pada PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. Adapun visi dan misi untuk PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan adalah sebagai berikut: o Visi : Menjadi kilang kebanggan nasional yang mampu bersaing dan menguntungkan o Misi : 1. Mengelola operasional kilang secara aman, handal, efisien dan ramah lingkungan untuk menyediakan kebuthan energy yang berkelanjutan. 2. Mengoptimalkan fleksibilitas pengolahan untuk memaksimalkan valuable product. 3. Memberikan manfaat kepada stakeholder.

26 Tata Nilai Dalam mencapai visi dan misinya, Pertamina berkomitmen untuk menerapkan tata nilai sebagai berikut : o Clean (Bersih) Dikelola secara profesional, menghindari benturan kepentingan, tidak menoleransi suap, menjunjung tinggi kepercayaan dan integritas. Berpedoman pada asas-asas tata kelola korporasi yang baik. o Competitive (Kompetitif) Mampu berkompetisi dalam skala regional maupun internasional, mendorong pertumbuhan melalui investasi, membangun budaya sadar biaya dan menghargai kinerja. o Confident (Percaya Diri) Berperan dalam pembangunan ekonomi nasional, menjadi pelopor dalam reformasi BUMN, dan membangun kebanggaan bangsa. o Customer Focused (Fokus Pada Pelanggan) Beorientasi pada kepentingan pelanggan, dan berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan. o Commercial (Komersial) Menciptakan nilai tambah dengan orientasi komersial, mengambil keputusan berdasarkan prinsip-prinsip bisnis yang sehat. o Capable (Berkemampuan) Dikelola oleh pemimpin dan pekerja yang profesional dan memiliki talenta dan penguasaan teknis tinggi, berkomitmen dalam membangun kemampuan riset dan pengembangan. 2.5 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. Kilang minyak PT. PERTAMINA (Persero) UP V Balikpapan berdiri tahun 1922, beberapa tahun setelah ditemukan cadangan minyak yang cukup besar di Kalimantan. Kilang Balikpapan I dan II terletak di kota Balikpapan propinsi Kalimantan Timur, tepatnya di tepi teluk Balikpapan.

27 16 Lokasi kilang Balikpapan yang berdekatan dengan perairan laut mempermudah transportasi produk dan bahan baku keluar maupun menuju kilang. Selain itu, sumber air laut sebagai air proses ataupun utilitas dapat dengan mudah diperoleh. Kilang Pertamina UP V terletak di Teluk Balikpapan dengan luas area 2,5 km 2. Pemilihan Teluk Balikpapan sebagai kawasan kilang dilakukan atas dasar : - Tersedianya pasokan minyak mentah yang cukup banyak dari kawasan sekitarnya - Lokasinya strategis untuk pendistribusian hasil produksi terutama ke kawasan Indonesia Bagian Timur - Tersedianya areal yang cukup luas untuk pendirian kilang - Tersedianya sarana pelabuhan untuk kepentingan distribusi minyak mentah dan hasil produksi Pemilihan lokasi ini tentu saja diikuti dengan banyak pertimbangan-pertimbangan yang ada. Pada dasarnya lokasi ini disesuaikan dengan lokasi kilang minyak terdahulu yang dipegang oleh belanda sehingga lokasi yang ada dapat digunakan sebagai kilang minyak PT. PErtamina (Persero) RU V Balikpapan. Dismaping itu, lokasi ini juga strategis dengan didukung perairan teluk yang dapat dilewati kapal tanker untuk membawa minyak mentah maupun hasil produk dari PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan ini. Tersedianya fasilitas-fasilitas kilang peninggalan Belanda juga dapat memudahkan dalam proses pengembangan kilang pengolahan minyak di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan. Adapun lokasi dari PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan dapat dilihat seperti pada gambar berikut: UP.V BALIKPAPAN (260 MBSD) Gambar 2.5 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan

28 Berikut merupakan panorama posisi kilang di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan dilihat menggunakan satelit dengan bantuan Software Google Earth Gambar 2.6 Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan via Satelit

29 Berikut merupakan peta lokasi dari area PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan dari dokumen hasil pemetaan lapangan. Gambar 2.7 Peta Lokasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan

30 Produksi PT. Pertamina (Persero) Dalam menjalankan perusahaannya, PT. Pertamina (Persero) ini melakukan proses produksi yang mengolah minyak mentah dan gas. Namun yang menjadi prioritasnya yaitu pengolahan minyak mentah atau yang biasa dikenal dengan nama crude. Kapasitas pengolahan minyak mentah di setiap area PT. Pertamina (Persero) berbeda-beda tergantung jumlah kapasitas mesin produksi dan tempat penyimpanannya. Untuk kapasitas pengolahannya minyak mentah oleh PT. Pertamina (Persero) di seluruh Indonesia dapat kita dilihat seperti pada tabel berikut: Tabel 2.2 Kapasitas Produksi PT. Pertamina (Persero) Kapasitas Kilang Provinsi Prosentase (BPSD) RU I Pangkalan Brandan* Sumatera Utara % RU II Dumai Riau % RU III Plaju & Sungai Gerong Sumatera Selatan % RU IV Cilacap Jawa Tengah % RU V Balikpapan Kalimantan Timur % RU VI Balongan Jawa Barat % RU VII Kasim Irian Jaya % Total % *sudah tidak beroperasi sejak Januari 2007 PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan merupakan daerah pengolahan minyak mentah terbesar kedua setelah PT. Pertamina (Persero) RU IV Cilacap, yaitu sebanyak Barrels Per Stream Daya (BPSD) dengan prosentase dari pengolahan keselurahan PT. Pertamina (Persero) yaitu sebesar 24,30 %. Saat ini kilang Balikpapan mengolah minyak mentah ( crude oil ) yang berasal dari dalam maupun luar negeri, diantaranya berasal dari Minas, Sepinggan, Badak, Handil, Bekapai, Arjuna, Attaka, Sangatta, Duri, Kakap, Tepian Timur, Sanga-sanga, Tanjung, Cinta, Malaysia (Tapis), Australia (Jabiru dan Chalyts), Arabian Light Crude, Amna, Bach Ho, Badin, Brass River, Borrow Island, Bunga Kekwa, Cooper Basin, Dulang, Harriet, Iranian Light Crude, Marrieb, Maul, Miri, Nan Hai, North West Sheif, Palanca, Qua Iboe, Sarir, Tapis, Tantawan Varanus Blend, Xi Chiang dan Zarzaltine. Minyak

31 20 mentah yang diolah merupakan minyak mentah hasil blending beberapa jenis minyak mentah dengan spesifikasi sesuai dengan spesifikasi desain. Hasil produksi kilang Balikpapan berupa produk BBM dan non BBM, yaitu premium, kerosene (minyak tanah), avtur, solar (minyak diesel), fuel oil (minyak bakar), heavy nafta, LPG, LSWR dan lilin (wax). 2.7 Status Kepemilikan Pertamina merupakan suatu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan satu-satunya badan usaha yang mendapat wewenang untuk mengelola kekayaan negara berupa minyak dan gas bumi. Pertamina didirikan tahun 1972 berdasarkan Undang Undang Republik Indonesia No.8 Tahun Pertamina merupakan penggabungan dari PN PERTAMIN dan PN PERMINA pada tahun Pertamina berubah menjadi PT (persero) mulai tanggal 1 Oktober 2003 berdasarkan Peraturan Pemerintah No.31 tahun 2003 sebagai amanat dari pasal 60 UU No.22 tahun 2001 tentang minyak dan gas bumi. 2.8 Distribusi dan Pemasaran Produk Untuk hasil dari pengolahan di PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan ini disalurkan ke daerah-daerah di Indonesia, khususnya di daerah Indonesia bagian Tengah dan Timur. Hasil pengolahan dari PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan dibagi menjadi dua pembagian secara umum yaitu dari UPMS VI,Pusat / UPMS lain, serta langsung dari Refinery Unit V Balikpapan. Dan untuk prosesnya juga terbagi dua, yaitu Operasi Perkapalan serta Pemasaran dan Niaga Pada Operasi perkapalan bertujuan untuk menyalurkan produk dari PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan ke wilayah-wilayah penyimpanan (storage) yang nantinya akan diproses untuk proses pemasaran dan niaga. Untuk proses perkapalan dilakukan dari UPMS VI menuju Depot Balikpapan, Banjarmasin, Samarinda, Kotabaru dan tarakan. Proses perkapalan juga dilakukan dari Pusat / UPMS lain menuju Pare-pare, Makassar, Bitung, Kupang, Tanjung Wangi, Manggis (Bali), Wayame (Ambon), Surabaya, Semarang, Jakarta. Dan proses perkapalan yang langsung dari Refinery Unit V Balikpapan secara khusus menyalurkan Indutry Diesel Oil (IDO) atau Industry Fuel Oil (IFO) langsung menuju Makasar, Pomala, Tanjung Wangi dan Wayame

32 21 Untuk beberapa proses perkapalan ke beberapa daerah-daerah di Indonesia bagian Tengah Timur, akan dilanjutkan kembali ke operasi Pemasaran dan Niaga. Dari Kotabaru/Tarakan, hasil produksi akan didistribusikan kembali ke daerah Pangkalan Bun, Sampit, dan Pulang Pisau. Sedangkan untk daerah Pare-pare, Makassar, Bitung, Kupang, dan Tanjung Wangi akan diteruskan ke operasi pemasaran dan niaga ke daerah Kendari, Bau-Bau, Palopo, Pare-Pare, Raha, Kolaka, Inco Malili, Gorontalo, Ampana, Aprigi, Tahuna, Luwuk, Banggai, Kolenedale, Toli-Toli, Mountung, dan Poso. Untuk daerah perkapalan di wilayah Manggis (Bali) akan di lanjutkan dengan Operasi Pemasaran dan Niaga ke daerah Benoa, AMpenan, Tanjung Wangi, Larantuka, Bima, Waingapu, Badas, Kalabihi, Dilli(Eksport), Ende, Reo, Maumere, Kupang, dan Atapupu. Dan untuk daerah perkapalan yang terkahir dari Wayane (Ambon) akan dilanjutkan ke operasi permasaran dan niaga ke daerah seperti Biak, Ambon, Dono, Namlea, Jayapura, Mearuke, Labuha, Fak-Fak, Kaimana, Sorong, Saumlaki, Bula, Manokwari, Ternate, Serui, Masohi, Nabire, Tual, Tobelo, dan Sanana.

33 Berikut merupakan alur pendisitribusian hasil produk dari PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan: Gambar 2.8 Alur Pendistribusian PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan

34 Unit Kerja Unit kerja dalam lingkungan PERTAMINA RU V Balikpapan memiliki beberapa bagian yang didalamnya terdapat unit-unit yang berkaitan satu sama lain dalam proses produksi, dimana kilang Balikpapan I terdiri atas unit-unit : a. Crude Distillation Unit V (CDU V) b. High Vacuum Unit III (HVU III) c. Dehydration Plant (DHP) d. Wax Plant e. Effluent Water Treatment Plant (EWTP) Tabel 2.3 Kapasitas Terpasang Kilang I Plant Unit Proses Kapasitas Crude Distillation Unit V (CDU V) 60 MBSD High Vacuum Unit III (HVU III) 25 MBSD Dehydration Plant (DHP) 55 MBSD Wax Plant 150 ton/day Effluent Water Treatment Plant (EWTP) 100 m³/h Kilang Balikpapan II terdiri dari dua unit produksi, yaitu unit Hydroskimming Complex (HSC) serta unit Hydrocracking Complex (HCC). Kedua unit ini memproduksi bahan bakar minyak dan LPG. 1. Unit Hydroskimming Complex (HSC), yang meliputi : a. Crude Distillation Unit IV (CDU IV) - Plant 1 b. Naphta Hydrotreater Unit (NHTU) - Plant 4 c. Platformer Unit - Plant 5 d. LPG Recovery Unit - Plant 6 e. Sour Water Stripper Unit (SWS) - Plant 7 f. LPG Treater - Plant 9 2. Unit Hydrocracking Complex (HCC), yang meliputi : a. High Vacuum Unit II (HVU II) Plant 2 b. Hydrocracking Unit (HCU) Plant 3 c. Hydrogen Plant Plant 8 d. Unit-unit penunjang lainnya seperti : Cooling Water Unit (Plant 32), Boiler feed Water System (Plant 31), Fuel Gas System (Plant 15), Nitrogen Plant and Air Instrument (Plant 35), dan Flare System (Plant 19).

35 24 Tabel 2.4 Kapasitas Terpasang Kilang II Plant Unit HSC Kapasitas Unit HCC Kapasitas Crude Distillation Unit IV (CDU IV) 200 MBSD High Vacuum Unit II (HVU II) 81 MBSD Naphta Hydrotreater Unit (NHTU) 20 MBSD Hydrocracking Unit (HCU) 55 MBSD Platformer Unit 20 MBSD Hydrogen Plant 68 MMSCFD LPG Recovery Unit 534 ton/day Nitrogen Plant 645 Nm³/h Sour Water Stripper Unit Incinerator 655 Nm³/h 633 m³/h (SWS) Flare Gas Recovery 4000 Nm³/h Sedangkan fasilitas pendukung seperti tabel di bawah berikut : Tabel 2.5 Fasilitas Pendukung Lainnya Fasilitas Unit Proses Kapasitas Crude Oil Tanks 30 unit Product Tanks 74 unit LPG Tanks 2 unit Jetties 8 unit SPM 1 unit

36 BAB III DESKRIPSI SISTEM INDUSTRI 3.1 Sistem dan Manajemen Produksi Definisi dari sistem produksi adalah suatu aktivitas untuk mengolah atau mengatur penggunaan sumberdaya (resources) yang ada dalam proses penciptaan barang atau jasa yang bermanfaat dengan melakukan optimasi terhadap tujuan perusahaan. Dapat pula dikatakan bahwa sistem produksi adalah keterkaitan antara unsur-unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu dan menyeluruh dalam pelaksanaan proses produksi untuk menghasilkan barang atau jasa. Sebagai suatu sistem, sistem produksi mempunyai ciriciri sebagai berikut : 1. Terdiri dari unsur-unsur yang berbentuk satu kesatuan sistem 2. Adanya tujuan dan saling ketergantungan 3. Mengandung mekanisme, atau dapat disebut juga transformasi 4. Adanya lingkungan yang menyebabkan sistem Dalam sistem produksi terdapat komponen struktural dan fungsional yang berperan penting dalam menunjang keberlangsungan operasi dari sistem tersebut. Komponen struktural yang membentuk sistem produksi terdiri dari material, mesin dan peralatan, manusia, energi, informasi serta lingkungan kerja. Sedangkan komponen fungsional terdiri dari manajemen dan organisasi, juga dipengaruhi oleh aspek-aspek lain seperti teknologi, ekonomi, sosial dan pemerintah. Sistem produksi pada PT Pertamina RU V Balikpapan pada dasarnya sama dengan sistem produksi industri lainnya, yaitu terdapat beberapa bahan baku sebagai input yang kemudian akan diproses melalui mesin-mesin produksi dan kemudian akan menghasilkan produk atau output.

37 26 Sistem produksi pada PT Pertamina RU V Balikpapan secara umum dapat digambarkan pada diagram berikut : Gambar 3.1 Sistem Produksi existing refinery PT Pertamina RU V Balikpapan Peramalan Produksi Aktivitas peramalan merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha memperkirakan permintaan atau penjualan dan penggunaan produk sehingga dapat dibuat dalam kuantitas yang tepat sesuai dengan permintaan pasar. Lebih jauh dapat dikatakan bahwa fungsi peramalan adalah sebagai suatu dasar bagi perencanaan, seperti dasar bagi perencanaan kapasitas, anggaran, perencanaan produksi dan inventori dsb. Kebutuhan akan peramalan meningkat seiring dengan usaha pihak manajemen untuk mengurangi ketidakpastian atau resiko bisnis dalam lingkungan yang semakin kompleks dan dinamis (selalu berubah-ubah). Prinsip Peramalan yang perlu dipertimbangkan :

38 27 1. Secara umum, teknik peramalan berasumsi bahwa sesuatu yang berlandaskan pada sebab yang sama yang terjadi di masa yang lalu, akan berlanjut pada masa yang akan datang. 2. Peramalan melibatkan kesalahan (error). Peramalan hanya mengurangi ketidakpastian tetapi tidak menghilangkannya. 3. Peramalan untuk famili produk lebih akurat daripada peramalan untuk produk individu. 4. Peramalan jangka pendek mengandung ketidakpastian yang lebih sedikit (lebih akurat) daripada peramalan jangka panjang, karena dalam jangka pendek, kondisi yang mempengaruhi permintaan cenderung tetap atau berubah lambat. 5. Peramalan sebaiknya menggunakan tolok ukur kesalahan peramalan. 6. Jika dimungkinkan, hitung peramalan daripada meramal permintaan. a. Pendekatan Peramalan Pada dasarnya pendekatan peramalan dapat diklasifikasikan menjadi dua pendekatan, yaitu: pendekatan/teknik kualitatif dan pendekatan/teknik kuantitatif. 1) Pendekatan kualitatif Pendekatan kualitatif bersifat subjektif dimana peramalan dilakukan berdasarkan pertimbangan, pendapat, pengalaman dan prediksi peramal (forecaster), pengambil keputusan atau para ahli. Pendekatan ini digunakan pada saat tidak tersedia sedikitpun data historis. Yang termasuk pendekatan kualitatif antara lain market research, consumer surveys, delphi method, sales force composite, executive opinions, historical analogy, panel consensus. 2) Pendekatan kuantitatif Pendekatan kuantitatif meliputi metode deret berkala (time series) dan metode kausal (eksplanatoris). Metode deret berkala melakukan prediksi masa yang akan datang berdasarkan data masa lalu tanpa melihat faktor-faktor yang mempengaruhi data tersebut. Tujuan peramalan deret berkala ini adalah untuk menentukan pola data masa lalu dan mengekstrapolasikannya untuk masa yang akan datang. Metode kausal mengasumsikan faktor yang diramal memiliki hubungan sebab akibat terhadap beberapa variabel independent. Tujuan metode kausal ini adalah untuk menentukan hubungan antar faktor (input dan output dari suatu sistem) dan menggunakan hubungan tersebut untuk meramal nilainilai variabel dependent. Sebagai contoh suatu perusahaan minuman ringan

39 28 ingin mengetahui jumlah volume penjualan produknya selama beberapa periode kedepan. Melalui deret berkala perusahaan akan menduga/meramal kelanjutan jumlah volume penjualan produknya hanya dengan berlandaskan pada data jumlah volume penjualan produk tersebut pada beberapa periode sebelumnya tanpa memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi naik/turunnya jumlah volume penjualan. Namun melalui metode kausal faktorfaktor tersebut justru sangat diperlukan. Faktor-faktor tersebut dapat berupa peningkatan jumlah penduduk dimana produk tersebut dipasarkan dan pengaruhnya terhadap permintaan, sejauh mana usaha adverstising dapat meningkatkan volume penjualan, penetapan harga terhadap produk tersebut, pengaruh cuaca, dan lain sebagainya. b. Pendekatan kuantitatif dapat diterapkan dengan syarat: 1) Tersedia informasi masa lalu 2) Informasi masa lalu tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data numerik 3) Diasumsikan pola data masa lalu akan berlaku sama untuk masa yang akan datang. Dalam prakteknya, kombinasi dari kedua pendekatan tersebut (kualitatif dan kuantitatif) biasanya lebih efektif karena pada dasarnya peramalan itu merupakan suatu seni dan science. c. Karakteristik Peramalan yang Baik Sebuah peramalan yang baik harus mengandung unsur SMART, yaitu: 1) Simple to understand and use. 2) Meaningful units 3) Accurate 4) Reliable (consitenly) 5) Timely d. Time Series Forecasting (Deret Berkala) Deret berkala adalah suatu urutan waktu observasi yang diambil pada interval waktu tertentu (per jam, harian, mingguan, bulanan, kuartalan, tahunan dsb). Data yang diambil dapat berupa data permintaan, pendapatan, keuntungan, kecelakaan, output, produktivitas dan indeks harga pelanggan, (Pada praktikum ini ditekankan pada data permintaan). Teknik ini dibuat dengan asumsi bahwa nilai pada masa

40 29 yang akan datang pada deret tersebut dapat diestimasi dari nilai deret tersebut di masa lampau. Analisa data deret berkala menghendaki seorang analis untuk mengidentifikasi perilaku dasar deret data dengan cara membuat plot data secara visual sehingga dapat dilihat pola data yang terbentuk pada masa lalu yang diasumsikan dapat berulang pada periode yang akan datang. Time series mengidentifikasi pola data yang umum terbentuk sebagai berikut: 1) Trend Pola data trend menunjukkan pergerakan data secara lambat/bertahap yang cenderung meningkat atau menurun dalam jangka waktu yang panjang. Pola data trend terdiri dari beberapa tipe, seperti: Linear trend, S-Curve Trend atau Growth curve, Asymptotic trend dan Exponential trend. 2) Seasonality (musiman) Pola data musiman terbentuk jika sekumpulan data dipengaruhi faktor musiman, seperti cuaca dan liburan. Dengan kata lain pola yang sama akan terbentuk pada jangka waktu tertentu (harian, mingguan, bulanan, atau kuartalan/perempat tahunan). Pada dasarnya pola musiman yang umum terjadi dibedakan menjadi dua model yaitu, additive seasonality dan multiplicative seasonality model. 3) Cycles (Siklus) Pola data siklus terjadi jika variasi data bergelombang pada durasi lebih dari satu tahun. Data cenderung berulang setiap dua tahun, tiga tahun, atau lebih. Fluktuasi siklus biasanya dipengaruhi oleh faktor politik, perubahan ekonomi (ekspansi atau kontraksi) yang dikenal dengan siklus usaha (business cycle). 4) Horizontal / Stasionary / Random variation Pola ini terjadi jika data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata secara acak tanpa membentuk pola yang jelas seperti pola musiman, trend ataupun siklus. Pergerakan dari keacakan data terjadi dalam jangka waktu yang pendek, misalnya mingguan atau bulanan.

41 30 `Gambar 3.2 Visualisasi pola-pola data Metode Peramalan di PT PERTAMINA Refinery Unit V Balikapapan menggunakan tools GRTMPS (Generalized Refining Transportation Marketing Planning System) dimana software atau aplikasi tersebut digunakan untuk mengoptimisasi crude oil yang akan diolah di masa yang akan datang. Data-data yang dimasukkan yaitu data-data demand forecast, market price, dan refinery feedstock. Setelah mendapat hasil optimisasi tersebut kemudian hasilnya dibawa ke Departemen Supply Chain untuk dilakukan Perhitungan Blending, dan diteruskan ke kantor pusat untuk di simulasikan Perencanaan Kapasitas Dalam menentukan perencanaan kapasitas, PERTAMINA RU V Balikpapan memiliki bagian-bagian yang berfungsi untuk mengelola dan mengatur kapasitas bahan baku yang didapatkan dari pusat untuk dijadikan produk akhir yaitu diantaranya yaitu Refinery Planning and Optimization dan bagian Supply Chain and Distribution. Caranya yaitu dengan membuat perhitungan STS, penjadwalan crude, simulasi crude dan rencana transfer. Sehingga ketika bahan baku datang dengan menggunakan kapal, bagian Supply Chain and Distribution langsung membuat rencana produksi dari kapasitas crude yang didapatkan berdasarkan pembagian crude untuk masing-masing RU PERTAMINA di seluruh Indonesia.

42 Manajemen Perawatan Mesin Perawatan mesin dilakukan oleh departemen maintenence. Prinsip yang digunakan adalah lebih baik mencegah daripada memperbaiki, sesuai dengan prinsip tersebut perawatan yang lebih banyak dilakukan adalah perawatan pencegahan preventif. Agar perawatan preventif berjalan dengan efektif, semua kegiatan dicatat dalam laporan harian yang berguna untuk menganalisis jenis dan frekuensi kerusakan yang terjadi sehingga dapat dilakukan pencegahan dini. Selain itu dalam pemberian tugas perbaikan atau perawatan dikeluarkan dua jenis surat izin yaitu: 1. Izin kerja dingin (Cold Work Permit) Izin kerja dingin dikeluarkan bagi pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan yang tidak mengandung atau mempergunakan unsur-unsur panas atau api dalam pekerjaannya. 2. Izin kerja panas (Hot Work Permit) Izin kerja panas dikeluarkan bagi pekerjaan-pekerjaan pemeliharaan yang mengandung atau mempergunakan unsur-unsur panas atau api dalam pekerjaannya. Sebagai penunjang dalam melakukan perawatan pada mesin-mesin produksi PT Pertamina RU V Balikpapan memiliki fasilitas bengkel yang dilengkapi dengan peralatan-peralatan untuk perawatan permesinan dan lain-lain. Fungsi bengkel di RU IV tidak hanya sebagai perbaikan peralatan, tetapi juga sebagai sarana pembuatan suku cadang pengganti yang diperlukan. Disamping itu dapat melayani perbaikan dan pemeliharaan sarana permesinan bagi industri lainnya Penanganan Material Handling Masalah utama dalam produksi ditinjau dari segi kegiatan/proses adalah bergeraknya material dari suatu tingkat ke tingkat proses produksi selanjutnya. Untuk memungkinkan proses produksi dapat berjalan dibutuhkan adanya kegiatan pemindahan material yang disebut dengan material handling. Tujuan utama dari perencanaan material handling adalah untuk mengurangi biaya produksi. Selain itu, material handling sangat berpengaruh terhadap operasi dan perancangan fasillitas yang diimplementasikan.

43 32 Beberapa tujuan dau sistem material handling antara lain (Meyers, F.E) : 1. Menjaga atau mengembangkan kualitas produk, mengurangi kerusakan, dan memberikan perlindungan terhadap material 2. Meningkatkan keamanan dan mengambangkan kondisi kerja 3. Meningkatkan produkstivitas 4. Meningkatkan tingkat penggunaan fasilitas 5. Mengurangi bobot mati 6. Sebagai pengawas persediaan Adapun jenis peralatan material handling yang digunakan pada PT Pertamina RU V Balikpapan antara lain: 1. Conveyor Conveyor digunakan untuk memindahkan material secara kontinyu dengan jalur yang tetap. Tipe conveyor yang dioergunakan adalah roller conveyor 2. Cranes dan Hoists Cranes (derek) dan Hoists (kerekan) adalah peralatan di atas yang digunakan untuk memindahkan beban secara terputus-putus dengan area terbatas. 3. Trucks Trucks yang digerakkan tangan atau mesin dapat memindahkan material dengan berbagai macam jalur yang ada. Yang termasuk dalam kelompok trucks antara lain, fork lift truck, hand truck, fork truks, trailer trains, automated guded vehicles (AGV) dan sebagainya. 3.2 Human Capital Management Sistem Kepegawaian Dalam kegiatan sehari-hari, PT Pertamina RU V Balikpapan mempunyai pekerjapekerja dilingkungannya. Dengan pembagian jam kerja sebagai berikut: 1. Karyawan Harian Untuk pekerja harian bekerja selama 40 jam setiap minggu dengan perincian sebagai berikut: Hari Senin Jumat : Istirahat (Senin-Kamis) : (Khusus Hari Jumat : ) 2. Karyawan Shift

44 33 Untuk pekerja shift bekerja dengan sistem 3 : 1, artinya 3 hari kerja dan 1 hari libur. Periode tersebut berjalan secara bergantian dari shift pagi, sore, dan malam dengan jam kerja sebagai berikut: a. Untuk Karyawan Operasi: Shift pagi : Shift sore : Shift malam : b. Untuk Karyawan Security: Shift pagi : Shift sore : Shift malam :

45 Struktur Organisasi Adapun struktur organisasi dari PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan adalah sebagai berikut: SVP OPERATION Struktur Organisasi Pertamina RU V Balikpapan GM RU V MANAGER HR REFINERY VP KEUANGAN MAN IT REGION IV Eng & Dev Manager Process Eng Section Head Project Eng Section Head Facilty Eng Section Head Energy & Loss Control Section Head TQM Section Head HSE Manager Environment Section Head Fire & Insurance Section Head Safety Section Head Occupational Health Section Head Procurment Manager Inventory Section Head Purchasing Section Head Contract Office Section Head Service Transport & Warehoushing Section Head General Afairs Manager Legal Section Head Public Relationship Section Head Security Section Head Senior Manager Operation & Manufacturing Reliability Manager Plant Reliability Section Equipment Reliability Section OPS TEAM Manager HR Area Head of People Development Organitation Development Analyst Head of Industrial Relation Head of Medical Head of HR Service Manager Keuangan Region IV Kepala Bagian Kontroler Kabag Akuntansi Kilang Kabag Perbendaharaan IT Manager RU V Bagian Pengembangan Bagian Operasi Pruduction Manager Manager TA Refinery Planning & Optimization Manager Maintenance Planning & Support Manager Maintenanance Execution Manager Distilling & Wax Plant Section Hydro Skimming Complex Section Oil Movement Section Laboratory Section Turn Araund Section Head Equipment Overhead Section Head Refinery Planning Section Head Supply Chain and Distribution Section Planning and Schedulling Section Stationery Engineer Section Maintenance Area I Section Head Maintenance Area II Section Head Maintenance Area IV Section Head General Maintenance SecMarine Hydro Crecking Complex Section Utilities Section Schedulling & Mat Support SH Budget and Performance Section Rotating Equipment Eng Section Head Electrical and Instrument Eng Section Maintenance Area III Section Head Gambar 3.3 Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan Workshop Section Head

46 3.2.3 Manajemen Sumber Daya Manusia Manusia berbeda dengan komponen peralatan atau komponen lainnya, karena manusia merupakan komponen yang memiliki perasaaan, memiliki motif-motif tertentu, dimana setiap orang mempunyai perilaku yang unik. Berdasarkan hal tersebut, dalam penanganan sumber daya manusia diperlukan yang sangat berbeda dari penanganan komponen atau peralatan. Pada dasarnya terdapat dua komponen yang sangat mempengaruhi proses perilaku manusia, yaitu komponen fisiologis dan komponen psikologis. Komponen fisiologis berkaitan dengan faktor keturunan (genetik), kematangan/kedewasaan, sistem syaraf, dan kelenjar endrokin yang menghasilakan hormon-hormon. Sedangkan komponen psikologis berkaitan dengan persepsi, belajar, dan motivasi. Motivasi adalah proses psikologis dasar yang mencakup kebutuhan (needs) yang membangkitkan dorongan-dorongan (drives) untuk mencapai tujuan-tujuan (goals). Tidak dapat disangkal bahwa proses motivasi sangat berpengaruh terhadap perilaku manusia. Dalam hal ini motivasi kerja akan mempengaruhi tingkah laku/ prestasi kerja yang jelas akan berpengaruh terhadap efektivitas sistem dimana manusia itu terlibat didalamnya. Abraham Maslow mengemukakan bahwa, ada 5 tingkatan kebutuhan manusia yang dikenal dalam Teori Hirarki Kebutuhan Maslow yaitu: 1. Kebutuhan fisiologis. Tingkat yang paling dasar dalam Hirarki Kebutuhan Maslow adalah kebutuhankebutuhan fisiologis yang secara umum berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan primer. Kebutuhan primer yang termasuk kebutuhan fisiologis adalah makan, minum, tidur, dan seks. Dalam kaitan dengan pekerjaan, upah kerja dapat dianggap sebagai kebutuhankebutuhan fisiologis. Menurut teori maslow, kebutuhan fisiologis harus dipenuhi namun bukan merupakan faktor yang memotivasi kerja. Hanya kebutuhan pada tingkat yang lebih tinggi yang akan memotivasi kerja. 2. Kebutuhan akan keamanan. Tingkat kedua dari Hirarki Kebutuhan Maslow adalah kebutuhan akan rasa aman terhadap berbagai hal yang dapat mengganggu kelangsungan hidupnya. Sebagai contoh, membentuk serikat pekerja. Peraturan-peraturan yang melindungi pekerja merupakan kebutuhan akan keamanan pekerja.

47 36 3. Kebutuhan sosial. Tingkat ketiga dari Hirarki Kebutuhan Maslow adalah kebutuhan untuk memperoleh rasa kasih sayang atau berafiliasasi. 4. Kebutuhan memperoleh penghargaan. Tingkat ini menunjukan kebutuhan yang lebih tinggi dari manusia. Kebutuhan akan kekuasaan, prestasi dan status dapat dipandang sebagai bagian dari tingkat kebutuhan ini. Maslow secara hati-hati membagi jenis kebutuhan ini kedalam dua bagian yaitu kebutuhan yang didapat dari orang lain dan kebutuhan diri sendiri termasuk otonomi. 5. Kebutuhan aktualisasi diri. Tingkat ini menggambarkan puncak dari kebutuhan manusia. Orang-orang yang telah memenuhi kebutuhan ini berarti telah mampu merealisasikan semua potensi mereka. Gambar 3.4 Teori Kebutuhan Maslow Menurut Maslow, jika kebutuhan fisik seseorang telah terpenuhi makin kebutuhan yang lebih tinggi akan muncul sehingga perlu dipenuhi akan kebutuhan-kebutuhan tersebut. PT Pertamina RU V Balikpapan sejalan dengan teori motivasi kerja yang dipaparkan oleh Abraham Maslow, hal ini terlihat pada: 1. Pemenuhan kebutuhan fisiologis Dalam memenuhi kebutuhan fisiologis ini PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan berusaha memberikan yang tebaik bagi karyawannya dalam bidang finansial yang diberikan pada setipa pekerja terdiri dari: a. Gaji setiap bulan sesuai dengan pangkat dan golongannya. b. Jasa produksi dan uang cuti tahunan. c. Premi shift bagi para pekerja shift.

48 37 Untuk pekerja yang sudah pensiun, menerima uang pensiun setiap bulan. Untuk keperluan cuti, bagi setiap pekerja mendapat kesempatan cuti selama 12 hari kerja setiap tahunnya dan setiap 3 tahun mendapat cuti besar selama 26 hari kerja. Selain itu juga disediakan Perumahan Pertamina RU V Balikpapan. Mobil dinas disediakan sebagai alat transportasi bagi staf senior yang dapat digunakan bagi kegiatan operasional. Serta disediakan beberapa bus sebagai sarana bagi para pekerja, tamu maupun alat tranportasi bagi para anak pekerja ke sekolah. Serta disediakan pula sarana lainnya, meliputi: a. Klinik darurat, terletak di kilang sebagi sarana pertolongan pertama pada kecelakaan kerja. b. Rumah Sakit Pertamina Balikpapan (RSPB), terletak di Komplek Tegal Katilayu yang juga melayani kesehatan bagi masyarakat umum. 2. Pemenuhan kebutuhan keamanan Pekerjaan di PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan termasuk resiko tinggi (High Risk) sehingga dalam melakukan pekerjaanya para pekerja wajib untuk menggunakan alat keselamatan kerja. Untuk perangkat kerja dan keselamatan kerja bagi setiap pekerja. 3. Pemenuhan kebutuhan sosial Sosialisasi antar pekerja dan juga antara pekerja dengan penduduk dijembatani dengan penyediaan sarana olahraga dan gedung pertemuan dan rekreasi. Terdapat gedung pertemuan dan rekreasi yang dimiliki oleh Pertamina RU V Balikpapan, yaitu Gedung Banua Patra. Selain itu, tersedia juga sarana olah raga, diantaranya: a. Lapangan sepak bola b. Lapangan bola voli c. Lapangan bulu tangkis dan tenis d. Arena Bowling e. Lapangan basket f. Kolam renang

49 38 4. Pemenuhan kebutuhan penghargaan Untuk menigkatkan kemampuan dan karir Pertamina juga memberikan kesempatan bagi para pekerjanya untuk mengikuti pendidikan ataupun pelatihan. Selain itu bagia anakanak pekerjanya, disediakan TK dan SD dan terbuka juga untuk umum. Keberhasilan di dalam mengembangkan sumber daya manusia tidak dapat terlepas dari sistem manajemen dan organisasi itu sendiri. Terdapat dua teori organisasi yaitu teori organisasi A dan Z, yang masing-masing mempunyai pendekatan yang berbeda dimana dasarnya teori A mempriotaskan pada pembuatan keputusan dan tanggung jawab individual, sedangkan teori organisasi Z yang dianut dalam manajemen Jepang yang lebih mempriotaskan pembuatan keputusan kolektif melalui sepenuhnya melibatkan partisipasi para pekerja dalam menjalankan perusahaan dan menekankan tata hubungan interpersonal. Teori Z bercirikan kerja sama antar pekerja dan keterkaitan pada sasaran perusahaan. Pemakaian Teori Z mempunyai sasaran untuk mengembangkan kemampuan organisasi orang, bukan teknologi untuk mencapai produktivitas. Upaya ini mencangkup pengembangan ketrampilan pekerja, disamping sebagai penciptaan struktur baru, perangsang, dan falsafah manajemen baru. Ciri-ciri dari kedua teori A dan Z dicantumkan dalam tabel berikut: Tabel 3.1 Perbandingan antara Teori A dan Teori Z No Teori A Teori Z 1 Kesempatan kerja jangka pendek Kesempatan kerja jangka panjang 2 Jalur karier terspesialisasi Jalur karier tidak terspesialisasi 3 Pembuatan keputusan individu Pembuatan keputusan kolektif 4 Penilaian sering dilakukan Penilaian jarang dilakukan 5 Penilaian eksplisit formal Penilaian implisisf informal 6 Promosi jabatan secara tepat Promosi jabatan lambat 7 Perhatian terhadap orang secara segementasi Perhatian terhadap orang secara komprehensif Organisasi pada PT Pertamina RU V Balikpapan memiliki beberapa ciri-ciri pokok yaitu: 1. Kesempatan kerja jangka panjang. 2. Jalur karier terspesialisasi 3. Pembuatan keputusan kolektif

50 39 4. Penilaian sering dilakukan 5. Promosi jabatan lambat. 6. Perhatian terhadap orang secara komperhensif. Berdasarkan ciri-ciri organisasi A dan Z yang dikemukakan Robin (1983) maka PT. PERTAMINA (Persero) RU V Balikpapan secara organisasi lebih condong ke tipe Z walaupun tidak secara murni. 3.3 Pemasaran dan Distribusi Strategi Harga Harga keekonomian BBM (Harga Beli Pemerintah) adalah harga yang dihitung berdasarkan formulasi yang dikaitkan dengan MOPS serta ditambahkan dengan biaya operasi, margin serta pajak. Dengan kata lain Strategi harga mengikuti MOPS (Mean Oil Platts Singapore) atau dengan kata lain acuan harga minyak mentah yang akan kita olah mengikuti pedoman harga dari Singapura. Harga perencanaan masa depan ditentukan oleh tim sebagai acuan rekan-rekan unit untuk membuat perencanaan. Harga realisasi didapat ketika periode tersebut sudah lewat, harga actual atau realisasi didapat dari keuangan atau kantor pusat, harga real bisa jadi evaluasi. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkanuntuk mempromosikan barang, memberikan insentif kepada para penjual dan pengeluaran-pengeluaran lain yang berhubungan dengan masalah pemasaran produk ( Moore, Jaddicke & Anderson,1997:312 ) Strategi Promosi yang Dilakukan Ketika ada pameran pembangunan, PT PERTAMINA ikut berpartisipasi dalam acara tersebut. Di PT PERTAMINA juga mempunyai program CSR (Company Social Responsibility) yaitu membangun lingkungan sekitar seperti memberikan tempat buat para kaki lima untuk berdagang di tepi pantai melawai.

51 Jaringan Distribusi dan Transportasi Untuk memelihara keandalan distribusi BBM dalam negeri dan sebagai penunjang industri, disiapkan armada transportasi laut yang andal dan ekonomis. Dengan meningkatnya kebutuhan BBM maka muatan yang di angkut melalui laut ikut meningkat. Jalur distribusi minyak mentah di kilang RU V ini pertama didapatkan dari minyak mentah yang berada di Tanjung, dialirkan melalui pipa sebanyak 170MB/bln ke tangki timbun Balikpapan, lalu minyak mentah dari domestik yang dibawa oleh kapal tanker sebanyak 2400MB/bln di discharge ke tangki timbun Balikpapan. Lalu ada pula minyak mentah import yang dialirkan ke tangki timbun Lawe-Lawe melalui pipa sebanyak 360MB/bln, selain itu ada minyak mentah domestik dan import yang dibawa oleh kapal tanker lalu di alirkan ke SPM untuk dialirkan lagi ke tangki timbun Lawe-Lawe sebanyak 6000MB/bln. Tangki timbun yang ada di Balikapapan dan tangki timbun yang ada di Lawe-:Lawe kemudian dialirkan melalui pipa ke Kilang RU V Balikpapan Strategi Produk/Jasa Produk-produk di PT PERTAMINA Refinery Unit V Balikapapan yang sifatnya umum akan dimaksimalkan untuk kebutuhan rakyat banyak. Produk yang bersifat umum ini jalur distribusinya sesuai dengan jalur distribusi yang ada. Contoh transportasinya yaitu kapal. Produk umum yang seperti premium, kerosin, pertamax, solar, dan lain-lain dalam pemasarannya tidak ada strategi khusus. Sedangkan produk khusus sesuai dengan demand atau permintaan konsumen. Salah satu contoh produk khusus di PT PERTAMINA RU V yaitu SF-05 (Smooth Fluid) yaitu produk untuk Fluida campuran lumpur untuk pengeboran minyak. Konsumennya yaitu PSC (Production Sharing Contract). Strategi produk/jasanya yaitu melaksanakan pengenalan produk, melakukan uji laboraturium oleh Baker Huger untuk sumur Vico, setelah uji laboraturium selesai lalu dilakukan uji lapangan. 3.4 Sistem Informasi Manajemen Sistem Informasi Manajemen yang ada di PT PERTAMINA RU V Balikapapan menggunakan intranet yaitu sistem online yang hanya bisa diakses di RU V Balikpapan. Jaringan ini bisa digunakan untuk melihat informasi tentang RU V, seperti visi dan misi,

52 sejarah perusahaan, mengupload laporan-laporan rencana kegiatan, dan lain-lain. Pada gambar 3.5 adalah contoh gambar halaman web RU V. 41 Gambar 3.5 Tampilan Halaman Utama Website PT. Pertamina (Persero) RU V Balikpapan Sistem Informasi Manajemen yang ada di PT PERTAMINA RU V Balikapapan selain intranet ada juga MySAP, PTP ( Procurement To Pay ), O2E ( Online Owner Estimasi ), dan juga IRES ( Integrated Recommendation System ). Adapun penjelasannya antara lain : a. MySAP yaitu software yang dipakai untuk memanagementkan perusahaan. b. PTP ( Procurement To Pay ) yaitu system yang berbasis web yang kegunaannya untuk pembuatan PO ( Purchasing Order ), Penerimaan Servis, Public Relation dan masih banyak lagi. c. O2E ( Online Owner Estimasi ) yaitu sistem yang berbasis web yang sudah disiapkan oleh Planner dan mendapatkan persetujuan pejabat terkait masih berpotensi hilang sifat kerahasiannya karena didalam proses administrasi dan deliverynya masih sangat terbuka untuk terjadi kebocoran informasi. Oleh karena itu kondisi yang diharapkan system pembuatan rekap OE (hasil dari proses estimasi) berikut proses approvalnya dibuat secara elektronik disertai sistem sekuriti yang ketat, sehingga keamanan informasi OE menjadi lebih terjaga sejak saat pembuatan hingga proses pelelangan (comply tehadap GCG). Gambar 4 ini adalah contoh gambar halaman web O2E.

53 42 Gambar. 3.6 Tampilan Halaman Website Online Owner Estimasi (O2E) d. IRES ( Integrated Recommendation System ) yaitu sistem yang berbasis web yang kegunaannya untuk membuat rekomendasi. Misalnya data-data rekomendasi yang dibuat oleh Stat.Eng ada di IRES.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERTAMINA pada tahun 1961

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT.PERTAMINA pada tahun 1961 BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT. PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimililiki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal

Lebih terperinci

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35

LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 LAMPIRAN PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero) 35 PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo PT. PERTAMINA Persero BAB I PENDAHULUAN 1.1 Tinjauan Objek Studi 1.1.1 Profil PT. PERTAMINA Persero PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company) yang berdiri sejak

Lebih terperinci

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak

BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V. dari minyak dan gas. Namun saat itu, pengelolaan ladang-ladang minyak BAB III PROFIL PT PERTAMINA ( PERSERO ) MARKETING OPERATION REGION V A. Sejarah PT Pertamina ( Persero ) Sejarah PT Pertamina ( Persero ) dibagi menjadi beberapa sesi sebagai berikut: 1. Tahun 1957 Masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan Profil Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1.1.1 Profil Perusahaan PT Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Sejarah PT. PERTAMINA (PERSERO) dari tahun per tahun Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia minyak bumi memiliki peran yang penting dan strategis. Peran penting ini

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) :

BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV. penjelasan fase-fase yang telah dilalui oleh PT.Pertamina (Persero) : BAB III DESKRIPSI INSTANSI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV A. Sejarah PT. Pertamina (Persero) PT.Pertamina (Persero) telah melewati beberapa fase perubahan, berikut ini adalah penjelasan fase-fase

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A, 45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Pertamina (Persero) yang bergerak di bidang minyak dan gas yang terletak di Jl. Medan Merdeka Timur 1A,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. 2.1 Profil Perusahaan BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. surat keputusan Gubernur Militer Sumatra Tengah pada tanggal 9 November 1948

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. surat keputusan Gubernur Militer Sumatra Tengah pada tanggal 9 November 1948 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Indragiri hulu Berdasarkan Undang-undang nomor 10 tahun 1948 dibentuk Kabupaten Indragiri hulu yang termasuk didalam provinsi Sumatra Tengah dan Diralisi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Nama Perusahaan PT Pertamina (Persero) Gambar 1.1 Logo PT Pertamina (Persero) 1.1.2 Lokasi Perusahaan Jl. Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta 10110

Lebih terperinci

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA

PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA PETA PERKEMBANGAN INDUSTRI PERMINYAKAN DI INDONESIA Tahun 1893 Sumur minyak pertama di bor di Indonesia oleh pemerintah Hindia Belanda di Telaga Said

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT WORKSHOP. 2.1 Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO)

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT WORKSHOP. 2.1 Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT PERTAMINA (PERSERO) BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT WORKSHOP 2.1 Gambaran Umum PT. Pertamina (Persero) PERTAMINA adalah Badan Usaha Milik Negara minyak dan perusahaan gas (National Oil Company), yang didirikan pada tanggal 10

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Medan Merdeka Timur 1A Jakarta (mulai pemboran 1883 di Telaga Tiga)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Medan Merdeka Timur 1A Jakarta (mulai pemboran 1883 di Telaga Tiga) BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum Perusahaan 1. Lokasi Perusahaan Di dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada Perusahaan PT. Pertamina (Persero) yang berkedudukan di

Lebih terperinci

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden

LATAR BELAKANG. Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan. pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden LATAR BELAKANG Kilang PT. Pertamina (Persero) RU VI Balongan dilaksanakan pada bulan Oktober 1994 dan diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 24 Mei 1995. Sumber bahan baku yang diolah di PT. PERTAMINA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. Persaingan yang terjadi tidak hanya antar perusahan dalam suatu negara

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN

RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGEMBANGAN KILANG INDONESIA KEDEPAN Energi merupakan penggerak utama roda perekonomian nasional. Konsumsi energi terus meningkat mengikuti permintaan berbagai sektor pembangunan

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN

BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN BAB 3 ANALISIS SISTEM YANG BERJALAN Dalam bab ini akan dipaparkan tentang riwayat perusahaan dan profil perusahaan, visi dan misi dari perusahaan, dilanjutkan dengan susunan organisasi. Hal ini dilakukan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PT PERTAMINA (PERSERO) SURABAYA. Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10

BAB II GAMBARAN UMUM PT PERTAMINA (PERSERO) SURABAYA. Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 BAB II GAMBARAN UMUM PT PERTAMINA (PERSERO) SURABAYA 2.1 Latar Belakang PT PERTAMINA (PERSERO) 2.1.1 Sejarah Perusahaan PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 6034 K/12/MEM/2016 TENTANG HARGA INDEKS PASAR BAHAN BAKAR NABATI (BIOFUEL)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULLUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULLUAN. I.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULLUAN I.1 Latar Belakang BBM (bahan bakar minyak): adalah jenis bahan bakar (fuel) yang dihasilkan dari pengilangan (refining) minyak mentah (crude oil). Minyak mentah dari perut bumi diolah

Lebih terperinci

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper

Teknologi Minyak dan Gas Bumi. Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto( ) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Teknologi Minyak dan Gas Bumi Di susun oleh : Nama : Rostati Sumarto(1500020074) Wulan Kelas : A Judul : Sour water stripper Proses Sour Water Stripping di Pabrik Minyak di Indonesia Balongan Cilacap Kilang

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. Fungsi Technical Services Marketing Operation Region (MOR) V

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI. Fungsi Technical Services Marketing Operation Region (MOR) V BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI 2.1 Visi dan Misi Fungsi Technical Services Marketing Operation Region (MOR) V memiliki visi dan misi sebagai berikut: 2.1.1. Visi Menjadi partner lini bisnis Direktorat Pemasaran

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1 BAB I TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN 1.1 LATAR BELAKANG PERUSAHAAN Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Minyak dan Gas bumi Cepu merupakan intansi pemerintah yang bergerak dibidang pengembangan sumber daya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN Nomor 11 Tahun 2014 WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SAMARINDA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN ATAU KEGIATAN

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 43 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Dalam penulisan ini penelitian dilakukan di kantor PT. Indo Mega Maritim yang terletak di Kompleks Perkantoran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di tengah gencar - gencarnya program pemerintah mengenai konversi energi, maka sumber energi alternatif sudah menjadi pilihan yang tidak terelakkan, tak terkecuali

Lebih terperinci

Shell Meresmikan Terminal Bahan Bakar Minyak di Pulau Laut Kalimantan Selatan

Shell Meresmikan Terminal Bahan Bakar Minyak di Pulau Laut Kalimantan Selatan UNTUK DITERBITKAN SEGERA: 27 AGUSTUS 2010 Shell Meresmikan Terminal Bahan Bakar Minyak di Pulau Laut Kalimantan Selatan Shell bekerjasama dengan Indonesia Bulk Terminal (IBT), meresmikan Terminal Bahan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENENTUAN POLA DISTRIBUSI LAUT YANG TEPAT UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN PENDISTRIBUSIAN YANG OPTIMAL

TUGAS AKHIR PENENTUAN POLA DISTRIBUSI LAUT YANG TEPAT UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN PENDISTRIBUSIAN YANG OPTIMAL TUGAS AKHIR PENENTUAN POLA DISTRIBUSI LAUT YANG TEPAT UNTUK MEMINIMUMKAN BIAYA TRANSPORTASI DENGAN PENDISTRIBUSIAN YANG OPTIMAL (Studi Kasus PT.PERTAMINA Persero, Jakarta.) Oleh : SRI BATHORO WRESNIADHI

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT PROYEK AKHIR. 2.1 Gambaran umum PT Pertamina (Persero)

BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT PROYEK AKHIR. 2.1 Gambaran umum PT Pertamina (Persero) BAB II GAMBARAN UMUM TEMPAT PROYEK AKHIR 2.1 Gambaran umum PT Pertamina (Persero) Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Non BBM sangat di perlukan dalam kehidupan kita sehari-hari, baik untuk rumah tangga, transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan bisnisnya berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola korporasi yang baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertamina merupakan perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi baru dan terbarukan. Pertamina menjalankan kegiatan bisnisnya

Lebih terperinci

PROFIL PERUSAHAAN. 2) Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

PROFIL PERUSAHAAN. 2) Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat. PROFIL PERUSAHAAN PERTAMINA adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT PERMINA. Pada tahun

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertamina sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan visi menjadi perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Chevron didirikan pada tahun 1879 di Pico Canyon, California. Saat ini, Chevron Corporation yang berkantor pusat di San Ramon, California, Amerika Serikat

Lebih terperinci

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. Langkat, Sumatera Utara ketika Aeilko Janszoon Zijlker berhasil

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. Langkat, Sumatera Utara ketika Aeilko Janszoon Zijlker berhasil BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I 1. Gambaran Umum Perusahaan a. Sejarah Ringkas Perusahaan Pada awalnya produksi minyak di Indonesia dimulai dari daerah Langkat, Sumatera Utara

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN

BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN BAB II DESKRIPSI PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan PT. Indoturbine terbentuk pada tanggal 6 Juni 1973, bersamaan dengan dimulainya eksplorasi minyak dan gas bawah laut di Indonesia. Dimulai sebagai

Lebih terperinci

BAB III PERTAMINA SEBELUM DAN SESUDAH KEMERDEKAAN. Royal Dutch merupakan perusahaan minyak pertama di Hindia-Belanda

BAB III PERTAMINA SEBELUM DAN SESUDAH KEMERDEKAAN. Royal Dutch merupakan perusahaan minyak pertama di Hindia-Belanda BAB III PERTAMINA SEBELUM DAN SESUDAH KEMERDEKAAN A. Minyak Masa Pendudukan Belanda 1. Awal Mula Industri Minyak Royal Dutch merupakan perusahaan minyak pertama di Hindia-Belanda yang mengelola produksi,

Lebih terperinci

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai.

BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I. tahun Sejak era itu, kegiatan eksploitasi minyak di Indonesia dimulai. BAB II PT. PERTAMINA (PERSERO) MARKETING OPERATION REGION I 2.1 Sejarah Ringkas Di Indonesia sendiri, pemboran sumur minyak pertama dilakukan oleh Belanda pada tahun 1871 di daerah Cirebon. Namun demikian,

Lebih terperinci

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015 REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas Jakarta, 13 Mei 2015 Outline Rekomendasi 1. Rekomendasi Umum 2. Pengelolaan Penerimaan Negara Dari Sektor Minyak dan Gas Bumi 3. Format Tata Kelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan.

BAB I PENDAHULUAN. batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan. BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang, tujuan, manfaat, batasan, asumsi, dan sistematika penulisan laporan. 1.1 Latar Belakang Sebagai negara yang sedang berkembang bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Semakin hari kebutuhan ini makin

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Semakin hari kebutuhan ini makin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan energi minyak dan gas bumi masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari hari. Semakin hari kebutuhan ini makin meningkat dan selama belum

Lebih terperinci

REFINERY LOCATION OPERATION AREAS HISTORY PROCESS FLOW DIAGRAM PROCESS UNIT & SUPPORTING FACILITIES PRODUCTS MAN POWER DEVELOPMENT

REFINERY LOCATION OPERATION AREAS HISTORY PROCESS FLOW DIAGRAM PROCESS UNIT & SUPPORTING FACILITIES PRODUCTS MAN POWER DEVELOPMENT MUSI REFINERY OVERVIEW REFINERY LOCATION OPERATION AREAS HISTORY AGENDA ORGANISATION STRUCTURE PROCESS FLOW DIAGRAM PROCESS UNIT & SUPPORTING FACILITIES PRODUCTS MAN POWER DEVELOPMENT REFINERY LOCATION

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2016 NOMOR : SP DIPA /2016 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 216 MOR SP DIPA-18.12-/216 DS9275-658-42-941 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

BAB II PROFIL DAN PROSES BISNIS PT PELINDO III (PERSERO) pendiriannya dituangkan dalam PP No.19 Tahun 1960.

BAB II PROFIL DAN PROSES BISNIS PT PELINDO III (PERSERO) pendiriannya dituangkan dalam PP No.19 Tahun 1960. BAB II PROFIL DAN PROSES BISNIS PT PELINDO III (PERSERO) 2.1 Sejarah Perusahaan Sejarah PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) terbagi menjadi beberapa fase penting berikut ini: 1. Perseroan pada awal berdirinya

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. pelabuhan pelabuhan hub disertai feeder dari Sumatera hingga ke Papua dengan

1 BAB I PENDAHULUAN. pelabuhan pelabuhan hub disertai feeder dari Sumatera hingga ke Papua dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim dengan luas wilayah perairan 6.315.222 km 2, panjang garis pantai 99.093 km 2, serta 13.466 pulau yang bernama dan berkoordinat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin bertambah pesat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin bertambah pesat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini semakin bertambah pesat, sehingga perusahaan didalam mengelola usaha diharapkan mampu menggunakan sumber daya manusia dengan

Lebih terperinci

LAPORAN KERJA PRAKTEK

LAPORAN KERJA PRAKTEK LAPORAN KERJA PRAKTEK PT. PERTAMINA (PERSERO) UNIT PENGOLAHAN VI BALONGAN - INDRAMAYU Julianto 021 060 021 PRODI D3 TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA

Lebih terperinci

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT

TOPIK BAHASAN POTRET KINERJA LOGISTIK INDONESIA KEBIJAKAN UMUM TRANSPORTASI LAUT ARMADA TRANSPORTASI LAUT LALU LINTAS ANGKUTAN LAUT DUKUNGAN KEBIJAKAN DALAM MENGOPTIMALKAN KAPASITAS, KUALITAS DAN DAYA SAING INDUSTRI PELAYARAN NIAGA DAN PELAYARAN RAKYAT SERTA INFRASTRUKTUR PENDUKUNGNYA DALAM MEWUJUDKAN KONEKTIVITAS NASIONAL DAN NORMALISASI

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Minyak dan Gas Bumi merupakan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri minyak dan gas bumi merupakan salah satu sektor penting dalam pembangunan nasional guna memenuhi kebutuhan energi dan bahan baku industri, menggerakkan roda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengungkapkan pada 2015 ini diperkirakan jumlah penduduk Indonesia sekitar 250 juta jiwa dengan pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 4 Analisis dan Bahasan

BAB 4 Analisis dan Bahasan BAB 4 Analisis dan Bahasan 4.1 Pengumpulan Data Pada proses distribusi minyak mentah konsumsi domestik, terdapat tiga lokasi pengiriman dan penyebaran hingga lokasi akhir distribusi minyak mentah yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. persaingan adalah yang mampu menggelola segala sumberdaya (resources)

BAB I PENDAHULUAN. persaingan adalah yang mampu menggelola segala sumberdaya (resources) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan bisnis yang dapat bertahan dan menang dalam persaingan adalah yang mampu menggelola segala sumberdaya (resources) yang dimiliki. Diantara sumberdaya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak akan lepas dari kebutuhan akan bahan bakar. Pentingnya bahan bakar minyak maupun bahan bakar yang berbentuk gas dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang berkualitas. Akan tetapi karena hal tersebut, maka mengakibatkan timbulnya persaingan antar

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan,

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. mengedepankan dethronement of GNP, pengentasan garis kemiskinan, 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Paradigma pembangunan modern memandang suatu pola yang berbeda dengan pembangunan ekonomi tradisional yang berfokus pada peningkatan Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015

Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Laporan Perkembangan Deregulasi 2015 Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Laporan Perkembangan Deregulasi 2015 Jakarta, 22 September 2015 A. RPP Tempat Penimbunan Berikat, (D1) B. RPP Perubahan PP Nomor 23 Tahun 2010, (F3) C. RPerpres

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1. Profil Perusahaan Sebagai sebuah perusahaan milik negara yang bergerak di bidang usaha minyak dan gas bumi beserta kegiatan usaha terkait lainnya

Lebih terperinci

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015

SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 2015 NOMOR : SP DIPA /2015 SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (SP-DIPA) INDUK TAHUN ANGGARAN 215 MOR SP DIPA-18.12-/215 DS33-9596-64-778 A. DASAR HUKUM 1. 2. 3. UU No. 17 Tahun 23 tentang Keuangan Negara. UU No.

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI DI KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13

Ditulis oleh David Dwiarto Senin, 05 November :53 - Terakhir Diperbaharui Senin, 05 November :13 Meskipun berabad-abad menjajah Indonesia, penguasaan terhadap sumber-sumber minyak bumi, gas alam, dan mineral, tak bisa dilakukan pemerintah kolonial Belanda. Para investor asal Belanda baru benar-benar

Lebih terperinci

PATRANS CARGO PATRANS CARGO

PATRANS CARGO PATRANS CARGO FREIGHT FORWADING, LAND TRUCKING, AIR CARGO SERVICE PT. PELITA ABADI TRANS Profil PT. PELITA ABADI TRANS didirikan pada tanggal, 20 April 2012 dengan nama PT. PELITA ABADI TRANS sesuai dengan akte notaris

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI UMUM Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi yang telah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (1),

Lebih terperinci

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM INEFISIENSI BBM Kenaikan harga minyak yang mencapai lebih dari US$100 per barel telah memberikan dampak besaran alokasi dalam APBN TA 2012. Kondisi ini merupakan salah satu faktor yang mendorong pemerintah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia dan banyak negara di dunia masih sangat bergantung dengan kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan akan minyak bumi terus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, setiap. perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan efisiensi dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, setiap. perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan efisiensi dan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi persaingan yang semakin kompetitif, setiap perusahaan dituntut untuk mampu meningkatkan efisiensi dan kemampuan pengelolaan sumber daya yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENULISAN. organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi.

BAB III METODE PENULISAN. organisasi atau perorangan langsung dari objeknya. oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi. BAB III METODE PENULISAN 3.1 Sumber Data Berdasarkan cara memperolehnya, data dapat dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : 1. Data primer adalah data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi serta eksplorasi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 11 TAHUN 1990 TENTANG POKOK-POKOK ORGANISASI PERTAMINA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa pengusahaan pertambangan minyak dan gas bumi serta eksplorasi dan eksploitasi sumber daya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sedang berlangsung. Terbukti perusahaan yang bertahan adalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sedang berlangsung. Terbukti perusahaan yang bertahan adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sebuah perusahaan selalu terkait dengan ketidakpastian dan perubahan. Perusahaan dituntut untuk menjadi fleksibel dan adaptif terhadap perubahan yang sedang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pada umumnya bertujuan untuk mencapai keuntungan dan berusaha

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan pada umumnya bertujuan untuk mencapai keuntungan dan berusaha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan pada umumnya bertujuan untuk mencapai keuntungan dan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dalam jangka panjang. Untuk dapat mencapai

Lebih terperinci

BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009.

BBM dalam negeri. Proyek ini diharapkan akan beroperasi pada tahun 2009. Bab-1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dengan ditemukannya lapangan gas baru, PT. PERTAMINA EP merencanakan akan mengembangkan lapangan gas yang terletak di Kabupaten Banggai, Provinsi Sulawesi Tengah.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2004 TENTANG KEGIATAN USAHA HILIR MINYAK DAN GAS BUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 8 ayat (1),

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.90, 2016 ENERGI. Darurat. Krisis. Penanggulangan. Penetapan. Tata Cara. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1963 TENTANG PENGESAHAN "PERJANJIAN KARYA" ANTARA P.N. PERTAMINA DENGAN P.T. CALTEX INDONESIA DAN CALIFORNIA ASIATIC OIL COMPANY (CALASIATIC) TEXACO OVERSEAS

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2018 TENTANG KEGIATAN PENYALURAN BAHAN BAKAR MINYAK, BAHAN BAKAR GAS DAN LIQUEFIED PETROLEUM GAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA. 1. Keberhasilan yang dicapai Sebelum Kemerdekaan Sampai 1965

BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA. 1. Keberhasilan yang dicapai Sebelum Kemerdekaan Sampai 1965 BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) WILAYAH SUMATERA UTARA A. Sejarah Ringkas Perusahaan 1. Keberhasilan yang dicapai Sebelum Kemerdekaan Sampai 1965 Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah baru. Kalau

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL KSN

ARAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL KSN ARAHAN PENGEMBANGAN WILAYAH NASIONAL KSN Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruang nya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENETAPAN DAN PENANGGULANGAN KRISIS ENERGI DAN/ATAU DARURAT ENERGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akibat buatan manusia itu sendiri. Dalam abad modern ini, tanpa disadari manusia

BAB I PENDAHULUAN. akibat buatan manusia itu sendiri. Dalam abad modern ini, tanpa disadari manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan peradaban manusia, tantangan dan potensi bahaya yang dihadapi semakin banyak dan beragam termasuk bahaya yang timbul akibat buatan manusia

Lebih terperinci

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) Contoh Proposal PKL (Praktek Kerja Lapangan) PROPOSAL PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL) PT PERTAMINA (PERSERO) UNIT VI BALONGAN Oleh : Nama : NIM : PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ISLAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Umum Perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Profil Umum Perusahaan Pertamina merupakan satu-satunya perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi minyak, gas serta energi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Profil Perusahaan 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Pembangunan Proyek Percepatan Pembangkit Tenaga Listrik berbahan bakar batubara berdasarkan pada Peraturan Presiden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Refinery Unit PT Pertamina (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Refinery Unit PT Pertamina (Persero) BAB I PENDAHULUAN 1.1Gambaran Umum Objek Penelitian 1.1.1 Sejarah UmumPerusahaan Pertaminaadalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Republik Indonesia ( state-owned oil company) yang

Lebih terperinci

Kondisi Pasokan dan Permintaan BBM di Indonesia dan Upaya Pertamina Dalam Pemenuhan Kebutuhan BBM Nasional

Kondisi Pasokan dan Permintaan BBM di Indonesia dan Upaya Pertamina Dalam Pemenuhan Kebutuhan BBM Nasional PT PERTAMINA (PERSERO) Direktorat Pengolahan Kondisi Pasokan dan Permintaan BBM di Indonesia dan Upaya Pertamina Dalam Pemenuhan Kebutuhan BBM Nasional Rachmad Hardadi Direktur Pengolahan 23 Januari 2015

Lebih terperinci

BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) CABANG RANTAU PRAPAT. Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah hal baru. Jika listrik mulai

BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) CABANG RANTAU PRAPAT. Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah hal baru. Jika listrik mulai BAB II PROFIL PT. PLN (PERSERO) CABANG RANTAU PRAPAT A. Sejarah Singkat Perusahaan Sejarah kelistrikan di Sumatera Utara bukanlah hal baru. Jika listrik mulai ada di wilayah Indonesia tahun 1893 atau sekitar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian

I. PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha di bidang pertanian merupakan sumber mata pencaharian pokok bagi masyarakat Indonesia salah satunya di Provinsi Sumatera Selatan. Pertanian berperan sangat

Lebih terperinci

DI PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI BALONGAN INDRAMAYU

DI PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI BALONGAN INDRAMAYU PROPOSAL KERJA PRAKTEK DI PT. PERTAMINA (Persero) RU-VI BALONGAN INDRAMAYU Disusun Oleh : 1. Riskiawan H1C010030 2. Hoiri H1C010049 3. Muh. Ayip F H1C010074 KEMENTERIAN NASIONAL FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III OBJEK PENELITIAN. Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto Kav. 31

BAB III OBJEK PENELITIAN. Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto Kav. 31 BAB III OBJEK PENELITIAN III.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah pada Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam bisnis kilang modern yang sangat dinamis dan kompetitif (BFO, mei 2010), mendorong kilang-kilang kelas dunia terus berusaha memperbaiki performance operasionalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan Badan Usaha Milik Negara yang menangani kebutuhan bahan bakar dan gas bumi di Indonesia. PT. Pertamina (Persero) saat

Lebih terperinci

Hilirisasi Pembangunan Industri Berbasis Migas dan Batubara. Direktorat Industri Kimia Hulu Ditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka 17 Februari 2016

Hilirisasi Pembangunan Industri Berbasis Migas dan Batubara. Direktorat Industri Kimia Hulu Ditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka 17 Februari 2016 Hilirisasi Pembangunan Industri Berbasis Migas dan Batubara Direktorat Industri Kimia Hulu Ditjen Industri Kimia, Tekstil dan Aneka 17 Februari 2016 LATAR BELAKANG Dasar Hukum Undang-undang Nomor 3 Tahun

Lebih terperinci

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI Oleh : A. Edy Hermantoro Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas disampaikan pada : DISKUSI EVALUASI BLUE PRINT ENERGI NASIONAL PETROGAS DAYS 2010 Jakarta, 11

Lebih terperinci

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Dr. Unggul Priyanto Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi 1 Pendahuluan Energi Primer Kelistrikan 3 Energy Resources Proven Reserve Coal 21,131.84 million tons Oil Natural Gas (as of 2010) 3,70

Lebih terperinci

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL

ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL ANALISIS INDUSTRI GAS NASIONAL Biro Riset BUMN Center LM FEUI Meningkatnya beban subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM) belakangan ini membuat pemerintah berupaya menekan subsidi melalui penggunaan energi alternatif,

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PENYEDIAAN DAN KONSUMSI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

V. GAMBARAN UMUM PENYEDIAAN DAN KONSUMSI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA V. GAMBARAN UMUM PENYEDIAAN DAN KONSUMSI ENERGI DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA 5.1. Penyediaan Energi Dalam Perekonomian Indonesia Penyediaan energi (Energy Supply) sangat diperlukan dalam menjalankan aktivitas

Lebih terperinci