Self-Regulation Learning: Konsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan Jasmani

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Self-Regulation Learning: Konsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan Jasmani"

Transkripsi

1 Self-Regulation Learning: Konsep dan Aplikasinya dalam Pendidikan Jasmani Dian Budaiana 1 FPOK Universitas Pendidikan Indonesia Abstrak Tujuan filisofis dari pembelajaran pendidikan jasmani adalah memperkembangkan kepribadian sebagai suatu keseluruhan, mencakup aspek fisik, mental, emosi, sosial, dan spiritual melalui partisipasi aktivitas jasmani yang terbimbing, terpilih, dan metodis-sistematis sesuai dengan normanorma sosial dan kesehatan. Penggunaan pendekatan self reglated learning dalam pembelajaran pendidikan jasmani dipandang sangat penting terutama karena self-regulated learning merupakan fondasi proses belajar sepanjang hayat yang membelajarkan siswa untuk mengontrol pikiran, sikap, dan tindakannya secara terencana dan siklis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kata Kunci: Self regulated learning, kompetensi, pendidikan jasmani PENDAHULUAN Tujuan pembelajaran pendidikan jasmani adalah memperkembangkan kepribadian sebagai suatu keseluruhan, mencakup aspek fisik, mental, emosi, sosial, dan spiritual melalui partisipasi aktivitas jasmani yang terbimbing, terpilih, dan metodis-sistematis sesuai dengan norma-norma sosial dan kesehatan. Barrow (1983) menyebutnya Physically-Educated Person. Penerapan model pembelajaran yang dapat membelajarkan peserta didik untuk lebih mandiri, bertanggung jawab, dan termotivasi untuk mencapai tujuan tersebut merupakan sesuatu yang sangat penting sebab selama ini model pembelajaran masih relatif bersifat teknis. Metode pembelajaran masih lekat dengan warna behaviorristik, peserta didik sering diperlakukan seperti sebuah benda pasif yang proses hidupnya tergantung pada elemen-elemen di luar dirinya. Pengembangan materi ajar yang digunakan dalam buku ajar yang ada selama ini lebih terkonsentrasi pada pengembangan aspek psikomotorik, sementara aspek kognitif dan afektif masih terabaikan. Selain itu, interaksi dalam proses belajar mangajar kerapkali bersifat monolog, guru masih lebih banyak berperan sebagai perekayasa tingkah laku peserta didik, proses pembelajaran lebih berpusat pada guru, peserta didik lebih banyak dituntut untuk menyesuaikan semua aktivitasnya dengan lingkungan *Tulisan ini didasarkan pada hasil penelitian Hibah Bersaing DIKTI tahun *Penulis adalah staf pengajar Jurusan Pendidikan Olahraga (Program Studi Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi) Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK) Universitas Pendidikan Indonesia. Jln. Dr. Setiabudhi 229. Bandung. Mobile a_deanz@yahoo.com 62

2 belajar yang ada, peserta didik lebih banyak melaksanakan aktivitas jasmani sesuai dengan instruksi guru, masih kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kemandirian, tanggung jawab, dan motivasi dirinya. Dengan begitu peserta didik menjadi pasif, aktivitas perilakunya lebih banyak diarahkan oleh guru dalam lingkungan yang terbatas. Kondisi ini diperparah dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang tersedia. Berkenaan dengan hal tersebut, model pembelajaran yang dikembangkan dengan menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran regulasi diri sangat penting diadakan, terutama karena membimbing peserta didik untuk belajar lebih mandiri, bertanggung jawab, dan termotivasi untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkannya, juga dapat mendorong peserta didik dan guru lebih kreatif dan inovatif dalam memodifikasi alat bantu yang dibutuhkan sesuai dengan ketersediaan di lingkungan sekitar. PEMBAHASAN Konsep Dasar Pendekatan Self Regulated Learning Self-regulated learning (SRL) atau pengelelolaan diri dalam belajar merupakan sebuah strategi belajar atau berlatih yang dikembangkan dari teori triadik kognisi sosial dari Bandura (Zimmerman dan Martinez-Pons, 1990). Menurut teori triadik kognisi sosial, manusia merupakan hasil dari struktur kausal yang interdependen dari aspek-aspek yang meliputi perilaku, pribadi, dan lingkungan (Bandura, 1997). Gelombang SRL berkembang dengan menekankan pada proses belajar atau pembelajaran dan bukan pada pengajaran. Winne (1997) menjelaskan bahwa topik-topik yang dikaji dalam SRL meliputi strategi kognitif, belajar cara belajar, dan belajar sepanjang hayat (life long education). Istilah SRL mulai popular sejak tahun 1980-an dengan penekanan pada pentingya otonomi dan tanggung jawab pribadi bagi kegiatan belajarnya. Menurut Bandura (dalam Zimmerman, 1989) terdapat tiga aspek determinan yang berpengaruh dalam SRL, yakni aspek diri, perilaku, dan lingkungan. Jadi, SRL tidak hanya melibatkan aspek diri saja melainkan juga aspek perilaku dan lingkungan. Keterlibatan ketiga proses ini saling menjadi kausalitas bagi proses yang lainnya di mana (a) individu berusaha untuk meregulasi diri sendiri, (b) hasilnya berupa kinerja atau perilaku, dan (c) berdampak pada perubahan lingkungan, dan demikian seterusnya (Bandura dalam Zimmerman, 1989). Dalam proses tersebut masing-masing aspek determinan saling berpengaruh satu sama lain. Zimmerman dan Martinez-Pons (dalam Smith, 2001) mendefinisikan SRL sebagai tingkatan dimana partisipan (siswa atau atlet) secara aktif melibatkan aspek metakognisi, motivasi dan perilaku dalam proses belajar. Aspek metakognisi dalam SRL mengacu pada proses pembuatan keputusan yang mengatur 63

3 pemilihan dan penggunaan berbagai jenis pengetahuan (Zimmerman, 1989). Aspek motivasi mengacu pada komponen-komponen yang meliputi (1) komponen harapan (an expectancy component), yakni keyakinan siswa atau atlet mengenai kemampuannya dalam mengerjakan suatu tugas, (2) komponen nilai, meliputi tujuan dan keyakinan mengenai pentingnya minat terhadap suatu tugas, (3) komponen afeksi, yakni reaksi emosional terhadap suatu tugas, dan (4) komponen perilaku yang mengacu pada perilaku nyata yang muncul dalam interaksinya dengan lingkungan dalam rangka mencapai tujuan aktivitas belajar atau berlatihnya (Pintrich & DeGroot, 1990). Zimmerman (dalam Bumert, dkk, 2002) selanjutnya menjelaskan bahwa siswa atau atlet yang melaksanakan SRL memiliki efikasi diri dan motivasi intrinsik yang tinggi, siswa atau atlet yang melaksanakan pengelolaan diri dalam belajar secara aktif menciptakan lingkungan, kondisi sosial, dan materi belajar untuk mengoptimalkan kegiatan belajarnya. Definisi yang hampir sama dengan definisi di atas diungkapkan oleh Schiefele dan Pekrun (dalam Baumert, dkk, 2002) yang mendefinisikan SRL sebagai bentuk belajar individual dengan bergantung pada motivasi belajar mereka, secara otonomi mengembangkan pengukuran (kognisi, metakognisi dan perilaku) dan memonitor kemajuan belajarnya. McCombs dan Morzano (dalam Paris dan Winograd, 2002) secara rinci mendeskripsikan konsep SRL sebagai berikut: Individu yang melaksanakan pengelolaan diri dalam belajar mengambil tanggung jawab terhadap kegiatan belajar mereka. Mereka mengambil alih otonomi untuk mengatur dirinya. Mereka mendefinisikan tujuan dan masalah-masalah yang mungkin akan dihadapinya dalam mencapai tujuan-tujuannya, mengembangkan standar tingkat kesempurnaan dalam pencapaian tujuan, dan mengevaluasi cara yang paling baik untuk mencapai tujuannya. Mereka memiliki jalan alternatif atau strategi untuk mencapai tujuan dan beberapa strategi untuk mengkoreksi kesalahannya dan mengarahkan kembali dirinya ketika perencanaan yang dibuatnya tidak berjalan. Mereka mengetahui kelebihan dan kekurangannya dan mengetahui bagaimana cara memanfaatkannya secara produktif dan konstruktif. Siswa yang melaksanakan pengelolaan diri dalam belajar juga mampu membentuk dan mengelola perubahan. Deskripsi McCombs dan Morzano di atas secara singkat dapat diringkas sesuai dengan penjelasan Pudie, Hattie dan Douglas (1996) yang menyatakan bahwa konsep SRL memfokuskan perhatiannya pada kenapa dan bagaimana siswa atau atlet mengawali dan mengontrol kegiatan belajar atau berlatihnya. Istilah bagaimana dalam SRL mengacu pada bagaimana siswa atau atlet menggunakan strategi untuk melaksanakan tugas-tugas belajar atau latihan yang harus dilakukannya. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa SRL merupakan suatu kegiatan belajar atau berlatih yang melibatkan aspek metakognisi, motivasi dan perilaku. Keterlibatan aspek metakognisi terjadi dalam bentuk pembuatan perencanaan tujuan dan strategi kegiatan belajar, pemantauan 64

4 kegiatan belajar dan evaluasi terhadap kegiatan belajar yang telah dilaksanakannya. Keterlibatan aspek motivasi berupa pengarahan perilaku untuk mencapai kegiatan belajar, sementara aspek perilaku berbentuk perwujudan perilaku untuk senantiasa mencapai tujuan kegiatan belajar. Siswa atau atlet yang melibatkan aspek-aspek metakognisi, motivasi dan perilaku dalam melaksanakan kegiatan belajarnya akan cenderung untuk menjadi otonom dalam melaksanakan kegiatan belajarnya, dan pada umumnya lebih bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya karena menyadari bahwa hanya atas usaha mereka sendirilah tujuan belajanya akan dapat dicapai. Model Struktur Faktor SRL Seperti telah disebutkan SRL adalah sebuah strategi regulasi diri dalam belajar yang didasari oleh asumsi triadik resiprokalitas. Asumsi ini menyatakan bahwa SRL dipengaruhi oleh interaksi antara faktor individu, perilaku, dan lingkungan. Setiap faktor menjadi kausalitas bagi faktor yang lain, oleh karena itu disebut dengan triadic reciprocality theory (Zimmerman, 1989; Kuiper, 2002; Schunk & Ertmer, 1999). SRL merupakan suatu kegiatan belajar atau berlatih yang melibatkan aspek metakognisi, motivasi dan perilaku (Zimmerman, 1989; Purdie, Hattie dan Douglas, Zimmerman dalam Elliot, 1999; Zimmerman dan Martinez-Pons dalam Smith, 2001; Schiefele dan Pekrun dalam Baumert, dkk, 2002; McCombs dan Morzano dalam Paris dan Winograd, 2002). Keterlibatan aspek metakognisi terjadi dalam bentuk pembuatan perencanaan tujuan dan strategi kegiatan belajar, pemantauan kegiatan belajar dan evaluasi terhadap kegiatan belajar yang telah dilaksanakannya. Keterlibatan aspek motivasi berupa pengerahan perilaku untuk mencapai tujuan kegiatan belajar, sedangkan aspek perilaku dalam SRL berbentuk perwujudan perilaku untuk senantiasa mencapai tujuan kegiatan belajar. Atlet atau siswa yang melibatkan aspek-aspek metakognisi, motivasi dan perilaku dalam melaksanakan kegiatan belajarnya akan cenderung menjadi lebih otonom dan lebih bertanggung jawab karena mereka menyadari bahwa hanya atas usaha mereka sendirilah tujuan belajar atau berlatih akan dapat dicapai. Sebagai sebuah strategi belajar, SRL merupakan rencana tindakan yang menggambarkan apa yang terjadi dalam proses pembelajaran. Rencana tindakan disusun dan diarahkan pada orientasi sasaran belajar sebagai sebuah kerangka berfikir mental yang menuntun dan menentukan proses berfikir atau caracara siswa atau atlet menginterpretasi dan merespon achievement situation yang dimanifestasikannya dalam bentuk performa atau penguasaan keterampilan (Brett & VandeWalle, 1999; Barron & Harackiewecz, 2001). 65

5 Sesuai dengan hasil penelitian Kermarrec, dkk. (2004) dan hasil penelitian Hidayat, dkk. (2008, 2009), ada tiga komponen teoretis yang menggambarkan proses regulasi diri dalam bidang olahraga dan pendidikan, yaitu strategi belajar (learning strategi), strategi pengelolaan (management strategi), dan pengetahuan tentang belajar atau knowledge of learning. Strategi belajar merupakan strategi utama yang mengindikasikan tentang cara siswa atau atlet memilih dan memproses informasi yang disajikan dalam pelajaran. Strategi pengelolaan adalah strategi pendukung yang merepresentasikan tentang bagaimana siswa atau atlet secara mental mengorganisasi lingkungan belajar dan memfasilitasi pemrosesan informasi. Adapun pengetahuan tentang belajar berkenaan dengan informasi umum yang digunakan oleh siswa atau atlet untuk menjelaskan cara-cara strategik dalam belajar atau latihan. Selanjutnya, ketiga komponen SRL dielaborasi kedalam 18 sub komponen, yaitu 7 sub komponen strategi belajar, 7 strategi pengelolaan, dan 4 pengetahuan tentang belajar, setiap komponen dan sub komponen berkaitan satu sama lain. Tabel 1. Komponen, Sub Komponen Regulasi Diri dalam Belajar Pendidikan Jasmani dan olahraga Variabel Komponen Sub Komponen dan Unit Analisis Regulasi Diri Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan olahraga 1. Strategi Belajar 1.1. Menetapkan tujuan 1.2. Mendengarkan instruksi; 1.3. Berfikir dan menemukan pemahaman; 1.4. Melihat dan meniru; 1.5. Memvisualisasikan; 1.6. Memfokuskan perhatian; 1.7. Mengulang dan melatih 2. Strategi Pengelolaan 3. Pengetahuan Tentang Belajar 2.1. Mengelola perhatian; 2.2. Mencari bantuan; 2.3. Mengelola tugas dan menyesuaikan tingkat kesulitan; 2.4. Mengelola waktu; 2.5. Mengurangi interaksi teman sebaya; 2.6. Mengelola motivasi; 2.7. Melakukan evaluasi diri 3.1. Pengetahuan tentang diri; 3.2. Pengetahuan tentang strategi; 3.3. Pengetahuan tentang situasi 3.4. Pengetahuan tentang orang lain Selanjutnya semua komponen dan sub komponen tersebut dikategorisasikan kedalam tiga jenis model regulasi diri dalam pendidikan jasmani dan olahraga yaitu (1) model latihan atau pengulangan (training dan repeating), 66

6 (2) model penggunaan informasi verbal (using verbal infor-mation), dan (3) model informasi nonverbal (nonverbal information). Tabel di bawah ini menyajikan model regulasi diri dalam pembelajaran pendidikan jasamani dan olahraga. Tabel 2. Model Regulasi Diri dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Komponen Regulasi Diri Indikator Regulasi diri Jenis Model Regulasi Diri 1. Strategi Belajar a. Menetapkan tujuan Menggunakan informasi verbal b. Mendengarkan instruksi Menggunakan informasi verval c. Berpikir dan menemukan Menggunakan informasi verval pemahaman d. Melihat dan meniru Membuat asosiasi dengan informasi non verbal e. Membayangkan Membuat asosiasi dengan informasi non verbal f. Memfokuskan perhatian Latihan dan mengulang g. Mengulang dan melatih Latihan dan mengulang 2. Strategi Pengelolaan 3. Pengetahuan tentang belajar a. Mengelola perhatian Membuat asosiasi dengan informasi non verbal b. Mencari bantuan Menggunakan informasi verbal c. Mengelola tugas dan menye Menggunakan informasi verbal suaikan tingkat kesulitan d. Mengelola waktu Menggunakan informasi verbal e. Menguragi interaksi teman Menggunakan informasi verbal sebaya f. Mengelola motivasi Menggunakan informasi verbal g. Melakukan evaluasi diri Membuat asosiasi dengan informasi non verbal a. Pengetahuan tentang diri Membuat asosiasi dengan informasi non verbal b. Pengetahuan tentang strategi Menggunakan informasi verbal c. Pengetahuan tentang situasi Latihan dan mengulang d. Pengetahuan tentang orang Menggunakan informasi verbal lain Pentahapan Model Pendekatan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Berdasarkan Pendekatan Self-Regulated Learning Berdasarkan hasil penelitiannya, Hidayat dkk. (2009) telah mengembangkan struktur atau pentahapan pembelajaran pendidikan jasmani berdasarkan menerapkan pendekatan Self-Regulated Learning. Struktur model yang dimaksud disajikan sebagai berikut: 67

7 Tabel 3. Pentahapan Model Pembelejaran Pendidikan Jasmani dan Contoh Unit Analisis Berdasarkan Pendekatan SRL Tahapan Pembelajaran Jenis Aktivitas Indikator Regulasi Diri Siswa Jenis Model Regulasi Diri 1. Bagian Pendahuluan 1.1. Menyampaikan informasi Mendengarkan instruksi Berpikir dan menemukan pemahaman Menggunakan informasi verval Saya mendengarkan penjelasan guru tentang materi dan tujuan pembelajaran Menggunakan informasi verval Saya memikirkan instruksi guru untuk menemukan pemahaman Saya melakukan analisis tentang cara menggiring bola dan lempar tangkap bola 1.2. Memusatkan perhatian siswa pada materi Mengelola perhatian Saya sedang mencoba untuk lebih memperhatikan penjelasan guru tentang materi yang akan pelajari 1.3. Menjelaskan tujuan pembelajaran 2. Bagian Inti 2.1. Penyajian materi (penjelasan, peragaan atau modeling) Menetapkan tujuan (merasa terlibat dalam menetapkan tujuan pembelajaran Melihat dan meniru Membayangkan Memfokuskan perhatian Menggunakan informasi verval Saya merumuskan tujuan belajar saya sesuai dengan tujuan yang ditetapkan guru. Saya melihat peragaan yang dilakukan guru Saya melihat diri sandiri sedang menendang bola Latihan dan mengulang Saya sedang berpikir hanya kepada bola Saya sedang memfokuskan perhatian saya pada gerakan menandang bola 68

8 Tahapan Pembelajaran Jenis Aktivitas Indikator Regulasi Diri Siswa Jenis Model Regulasi Diri 2.2. Melakukan aktivitas pembelajaran Melihat dan meniru Membayangkan Memfokuskan perhatian Mengulang dan melatih Mencari bantuan Mengelola tugas dan menyesuaikan tingkat kesulitan Mengelola waktu Menguragi interaksi teman sebaya Mengelola motivasi Melakukan evaluasi diri 69 Saya melihat siswa lain yang melakukan gerakan Sebelum melakukan saya melihat diri sandiri sedang menggiring bola Saya membayangkan gerakan menggiring bola yang dilakukan oleh teman saya Latihan dan mengulang Saya sedang memfokuskan perhatian saya pada gerakan menggiring bola yang dilakukan oleh teman saya Saya mengulang beberapa kali gerakan menggiring bola Menggunakan informasi verbal Saya meminta kepada guru dan untuk membantu saya melakukan gerakan sambil menunggu giliran Menggunakan informasi verbal Saya memilih menggiring bola dengan tangan kanan sebab lebih mudah Menggunakan informasi verbal Saya mencoba untuk lebih tenang ketika melakukan gerakan menggiring bola Menggunakan informasi verbal Saya mengurangi bercanda dengan siswa lain agar bisa berhasil Menggunakan informasi verbal Saya bicara pada diri sendiri bahwa saya harus berhasil melakukan gerakan menggiring bola Menggunakan informasi verbal Saya mencoba memikirkan apa saya sudah berhasil melakukan gerakan menggiring bola dengan gerakan yang benar

9 Tahapan Pembelajaran Jenis Aktivitas Indikator Regulasi Diri Siswa Jenis Model Regulasi Diri 2.3. Melakukan koreksi individual dan klasikal Memfokuskan perhatian Melakukan evaluasi diri Saya mencoba lebih memperhatikan koreksi yang diberikan oleh guru Saya mencoba memikirkan apa saya sudah berhasil melakukan gerakan menggiring bola dengan gerakan yang benar 3. Bagian Penutup 3.1. Merumuskan kesimpulan dan menyampaikan materi untuk pertemuan selanjutnya Mendengarkan instruksi/penjelasan Memfokuskan perhatian Menggunakan informasi verval Saya bertanya kepada guru tentang bagian gerakan menggiring bola yang belum saya kuasai Saya mencoba lebih memperhatikan kesimpulan yang yang diberikan oleh guru 3.2. Evaluasi klasikal Memfokuskan perhatian Saya akan menjawab jika guru bertanya kepada saya 3.3. Penenangan dan rileksasi 3.4. Pemberian penghargaan Mengelola motivasi Menggunakan informasi verbal Saya bicara pada diri untuk bisa lebih tenang agar bisa melakukan gerakan dengan lebih benar Mengelola motivasi Menggunakan informasi verbal Saya bicara pada diri sendiri bahwa saya harus lebih berhasil melakukan gerakan menggiring bola dengan benar agar mendapatkan penghargaan 70

10 Untuk komponen pengetahuan belajar dan su-sub komponennya dapat diterapkan pada setiap tahapan proses pembelajaran: Komponen SRL Pengetahuan tentang Belajar Sub Komponen SRL 1. Pengetahuan tentang diri Saya tahu sekarang bahwa saya tertarik dengan teknik menggiring bola 2. Pengetahuan tentang strategi Ketika dirumah saya ingat apa yang saya lupa dan saat itulah saya mencoba gerakannya dan saya berhasil melakukannya 3. Pengetahuan tentang situasi Saya tahu bahwa jika waktu yang dibutuhkan untuk menguasai gerakan menggiring bola lebih lama, maka gerakan tersebut lebih sulit 4. Pengetahuan tentang orang lain Saya tahu bahwa guru atau siswa lain dapat membantu saya melakukan gerakan menggiring bola Selanjutnya, setelah melakukan eksperimen terhadap 120 orang siswa kelas IV dan V Sekolah Dasar Negeri Cisitu I dan II, Hidayat, Budiana, dan Budiman (2010) menemukan bahwa (1) model pendekatan SRL dan Konvensional memberikan pengaruh signifikan terhadap peningkatan kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak siswa, (2) model pendekatan SRL memberikan pengaruh yang lebih tinggi dan signifikan terhadap peningkatan kemampuan analisis, motivasi olahraga, dan keterampilan gerak siswa dibandingkan dengan model pendekatan konvensional, (3) kemampuan analisis dan keterampilan gerak siswa putera yang diajar dengan menggunakan model pendekatan SRL lebih tinggi dan signifikan daripada siswa puteri, sementara pada siswa yang diajar dengan menggunakan model pendekatan konvensional tidak ada perbedaan pada kemampuan analisis dan siswa putera memiliki keterampilan gerak yang lebih tinggi dan signifikan daripada siswa puteri, (4) tidak ada perbedaan motivasi olahraga yang signifikan antara siswa putera dengan siswa puteri baik yang diajar dengan menggunakan model pendekatan SRL maupun konvensional. Hasil penelitian pada tahun ketiga ini menguatkan bukti bahwa model pendekatan pembelajaran SRL dapat menjadi alternatif model pendekatan pembelajaran untuk digunakan oleh guru Penjas. PENUTUP Self-regulated learning (SRL) atau pengelelolaan diri dalam belajar merupakan sebuah strategi belajar atau berlatih yang dikembangkan dari teori triadik 71

11 kognisi sosial dari Bandura. Ada tiga aspek penting yang berpengaruh dalam SRL, yakni aspek individu, perilaku, dan lingkungan. Keterlibatan ketiga aspek ini saling menjadi kausalitas bagi proses yang lainnya di mana individu berusaha untuk meregulasi diri sendiri, hasilnya berupa kinerja atau perilaku, dan berdampak pada perubahan lingkungan, dan demikian seterusnya. Siswa yang melakukan SRL akan melibatkan aspek metakognisi, motivasi dan perilaku selama proses belajarnya. Model pendekatan SRL bisa menjadi salah satu model alternatif yang dapat digunakan oleh para guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan proses pembelajaran. Aplikasinya harus mempertimbangkan tiga komponen penting dalam SRL, yaitu strategi belajar, strategi pengelolaan, dan pengetahuan tentang belajar. Ketiga komponen strategi tersebut dielaborasi kedalam 18 subkomponen, yaitu menetapkan tujuan, mendengarkan instruksi berpikir dan menemukan pemahaman, melihat dan meniru, membayangkan, memfokuskan perhatian, mengulang dan melatih, mengelola perhatian, mencari bantuan, mengelola tugas dan menyesuaikan tingkat, kesulitan mengelola waktu, menguragi interaksi teman sebaya, mengelola motivasi, melakukan evaluasi diri, pengetahuan tentang diri, pengetahuan tentang strategi, pengetahuan tentang situasi, dan pengetahuan tentang orang lain DAFTAR PUSTAKA Bandura, A. (1997). Self efficacy. The exercise of control. New York: W.H. Freeman and Company. Barrow, M.H. (1983). Man and movement principles of physical education. physical education---its philosophic bases. Philadelphia: Lea & Febiger. Barron, K.E., & Harrackiewicz. (2001). Achievement goals and optimal motivation: Testing multiple goal models. Journal of Personality and Social Psychology, 80 (5), Brett, J.F. & VandeWalle, D.(1999). Goal orientation and goal content as predicttors of performance in a training program. Journal of Applied Psychology, 84 (6), Griffin, L.L. Mitchell, S.A., & Oslin, J.L. (1997). Teaching sport concept and skills: a tactical games approach. Illionois: Champaign. Joyce, B. Dan Weil, M. (1980). Models of teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Kermarrec, G., Todorovich, J.R., & Fleming, D.S. (2004). An investigation of the self-regulation componens student employ in physical education setting. Journal of Teaching in Physical Education, 23 (2), 142. Kirk, D. & McPhail, A. (2002). Teaching games for understanding and situated learning: Rethinking the Bunker-Thorpe Model. Journal of Teaching in Physical Education, 21 (2). 72

12 Kuiper, R.A. (2002). Enhancing metacognition through the reflective use of self regulated strategies. The Journal of Countinuing Education in Nursing, 33 (2), Nisbet, J., d& Shucksmih, J. (1986). Learning strategies. London, Uk: Routledge & Kegan Paul. Oslin, J.L. (1996). Tactical approach to teaching games. JOPERD, 67 (1). Schunk, D.H. & Ertmer, P.A.(1999). Self regulatory process during computer skill acquisition, goal, and self-evaluative influences. Journal of Educational Psychology, 91 (2), Singer, R.N. & Dick, W. (1980). Teaching physical education: Asystem approach. Boston: Houghton Miffin Company. Smith, P.A. (2001). Understanding self-regulated learning and its implication for accounting educators and researchers. Issues in Accounting Education, 16 (4), Zimmerman, BJ. (1989). Social cognitive views of self regulated academic learning. Journal of Educational Psychology, 81 (3), Zimmerman, BJ. (1990). Self-regulated learning and academic performance: an overview. Educational Psychologist, 25 (1), Zimmerman, B.J & Kitsantas, A. (1996). Self-regulated learning of a motoric skill: the role of goal setting and self-monitoring. Journal of Applied Sport Psychology, (8), Zimmerman, B.J a& Kitsantas, A. (1997). Developmental phases in selfreglation: shifting from process to outcome goals. Journal of Educational Psychology, 89 (1), Korespondensi untuk artikel ini dapat dialamatkan ke Sekretariat Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga FPOK UPI. Jln. Dr. Setiabudi Nomor 229 Bandung. Phone: (022) / (022) ; ; Jurnal_por2009@yahoo.com atau ke Dian Budiana, M.Pd., Mobile a_deanz@yahoo.com Jurnal Pendidikan Jasmani dan Olahraga Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia ISSN: ISSN:

SURVEY TENTANG MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BERBASIS PEMBERIAN MASALAH GERAK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA BANDUNG

SURVEY TENTANG MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BERBASIS PEMBERIAN MASALAH GERAK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI KOTA BANDUNG Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia Volume 3, Nomor 3, November 2006 Diterbitkan Oleh: Jurusan Pendidikan Olahraga Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta SURVEY TENTANG MODEL PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

Kata kunci: Pendekatan model Self Regulated Learning, motivasi belajar, pendidikan jasmani.

Kata kunci: Pendekatan model Self Regulated Learning, motivasi belajar, pendidikan jasmani. Pengaruh Penerapan Pendekatan Model Self-Regulated Learning Terhadap Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar Yusup Hidayat 1 Didin Budiman 2 (Universitas Pendidikan Indonesia)

Lebih terperinci

Sucipto 1 Yusup, Hidayat 1 Didin Budiman 1 JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Sucipto 1 Yusup, Hidayat 1 Didin Budiman 1 JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Sucipto 1 Yusup, Hidayat 1 Didin Budiman 1 JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua sekolah menghendaki siswanya belajar optimal untuk mencapai prestasi tinggi. Tuntutan belajar tersebut mengharuskan siswa untuk belajar lebih mandiri,

Lebih terperinci

BAB 2 Kajian Teori A. Self Regulated Learning 1. Pengertian Self Regulated Learning

BAB 2 Kajian Teori A. Self Regulated Learning 1. Pengertian Self Regulated Learning BAB 2 Kajian Teori A Self Regulated Learning 1 Pengertian Self Regulated Learning Zimmerman dan Martinez-Pons mendefinisikan self regulated learning sebagai tingkatan dimana partisipan secara aktif melibatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA

HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Quroyzhin Kartika Rini 1 Ursa Majorsy 2 Ratna Maharani Hapsari 3 Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma { 1 quroyzhin,

Lebih terperinci

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA

REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA 70 Regulasi Diri Dalam Belajar Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 83 Jakarta Utara REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 83 JAKARTA UTARA Nurhasanah 1 Moch. Dimyati, M.Pd 2 Dra. Meithy

Lebih terperinci

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy

Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori self-efficasy Teori Albert Bandura A. Latar Belakang Teori Albert Bandura sangat terkenal dengan teori pembelajaran sosial (Social Learning Teory) salah satu konsep dalam aliran behaviorisme yang menekankan pada komponen

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL GURU-SISWA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING PADA SISWA SMAN 9 SEMARANG Lucky Rianatha 1, Dian Ratna Sawitri 2 1,2 Fakultas Psikologi,Universitas Diponegoro Jl. Prof.

Lebih terperinci

Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning

Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning Pengaruh Metode Modelling Dalam Layanan Klasikal Terhadap Peningkatan Self Regulated Learning PENGARUH METODE MODELLING DALAM LAYANAN KLASIKAL TERHADAP PENINGKATAN SELF REGULATED LEARNING ( Studi Kuasi

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract

EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII. Abstract EFIKASI DIRI, DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA KELAS VIII Nobelina Adicondro & Alfi Purnamasari Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Jalan Kapas No. 9 Yogyakarta alfi_purnamasari@yahoo.com.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teoritis 1. Self-Efficacy a. Pengertian Self-Efficacy Self-efficacy menurut Bandura (1997) adalah keyakinan individu mengenai kemampuan dirinya dalam melakukan tugas atau

Lebih terperinci

HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI

HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI HUBUNGAN ACHIEVEMENT EMOTIONS DAN SELF-REGULATION MAHASISWA DALAM MENGERJAKAN SKRIPSI LIDYA KEMALA SARI PANJAITAN SURYA CAHYADI ABSTRAK Pengerjaan skripsi adalah hal yang harus dilalui mahasiswa sebagai

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI 1 PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ANAK MELALUI PENDIDIKAN JASMANI Pendahuluan Guru-guru pendidikan jasmani (penjas) sudah mengetahui dan menyadari sepenuhnya bahwa aktivitas jasmani di samping mengembangkan aspek

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku, memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Salah satu proses

BAB II LANDASAN TEORI. perilaku, memainkan peran penting dalam proses pembelajaran. Salah satu proses BAB II LANDASAN TEORI A. Self Regulated Learning 1. Definisi self regulated learning Teori sosial kognitif menyatakan bahwa faktor sosial, kognitif serta faktor perilaku, memainkan peran penting dalam

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Self Regulated Learning Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Angkatan 2012 Description Study of Self Regulated Learning in

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy BAB II LANDASAN TEORI A. SELF-EFFICACY 1. Pengertian Self-efficacy Self-efficacy merupakan salah satu kemampuan pengaturan diri individu. Konsep self-efficacy pertama kali dikemukakan oleh Bandura. Self-efficacy

Lebih terperinci

Upaya Guru Meningkatkan Keterampilan Dasar Dribling Dalam Permainan Bolas Basket Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas 5

Upaya Guru Meningkatkan Keterampilan Dasar Dribling Dalam Permainan Bolas Basket Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas 5 Upaya Guru Meningkatkan Keterampilan Dasar Dribling Dalam Permainan Bolas Basket Pada Siswa Sekolah Dasar Kelas 5 Rusmini 1 SDN Cisitu II Bandung Sucipto 2 Dian Budiana 3 FPOK Universitas Pendidikan Indonesia

Lebih terperinci

PERANAN GOAL ORIENTATION TERHADAP SELF-REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ABSTRAK

PERANAN GOAL ORIENTATION TERHADAP SELF-REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN ABSTRAK PERANAN GOAL ORIENTATION TERHADAP SELF-REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS PADJADJARAN MIRANDA RIZKA Z SURYA CAHYADI ABSTRAK Keputusan pelajar untuk meregulasi fungsi-fungsi

Lebih terperinci

Lala Nailah Zamnah. Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Galuh Ciamis ABSTRAK

Lala Nailah Zamnah. Pendidikan Matematika, FKIP, Universitas Galuh Ciamis   ABSTRAK Jurnal Teori dan Riset Matematika (TEOREMA) Vol. 1 No. 2, Hal, 31, Maret 2017 ISSN 2541-0660 2017 HUBUNGAN ANTARA SELF-REGULATED LEARNING DENGAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS PADA MATA PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lia Liana Iskandar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha sadar, terencana untuk mewujudkan proses belajar dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan karekteristik peserta didik. Dalam proses pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar 17 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya dan dengan demikian akan

Lebih terperinci

Kurikulum holistik integratif anak usia dini dalam implementasi self regulated learning

Kurikulum holistik integratif anak usia dini dalam implementasi self regulated learning Kurikulum holistik integratif anak usia dini dalam implementasi self regulated learning Luluk Elyana IKIP Veteran Semarang Corresponding author: q_eyanguti@yahoo.co.id Abstract. Kegiatan pembelajaran anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial emosional. (Santrock,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Self Regulated Learning 1. Pengertian Self Regulated Learning Zimmerman berpendapat bahwa self regulation berkaitan dengan pembangkitan diri baik pikiran, perasaan serta tindakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Self regulated learning. (Najah, 2012) mendefinisikan self regulated learning adalah proses aktif dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self regulated learning 1. Pengertian Self regulated learning Menurut Zimmerman dan Martinez-Pons (1990) self regulated learning adalah tingkatan dimana partisipan secara aktif

Lebih terperinci

PERAN EFIKASI DIRI TERHADAP REGULASI DIRI PADA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN ABSTRACT

PERAN EFIKASI DIRI TERHADAP REGULASI DIRI PADA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN ABSTRACT PERAN EFIKASI DIRI TERHADAP REGULASI DIRI PADA PELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI JENIS KELAMIN Paramitha Kusumawati 1 dan Berliana Henu Cahyani 2 ABSTRACT The purpose of this study are to find out the

Lebih terperinci

SELF MONITORING. Puji Lestari Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Garut ABSTRAK

SELF MONITORING. Puji Lestari Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Garut   ABSTRAK SELF MONITORING Puji Lestari Program Studi Pendidikan Matematika, STKIP Garut Email: neng_nji@yahoo.com ABSTRAK Artikel ini membahas self monitoring, yaitu sebagai sub proses yang mengacu pada keberhasilan

Lebih terperinci

PENTINGNYA SELF REGULATED LEARNING BAGI PESERTA DIDIK DALAM PENGGUNAAN GADGET.

PENTINGNYA SELF REGULATED LEARNING BAGI PESERTA DIDIK DALAM PENGGUNAAN GADGET. PENTINGNYA SELF REGULATED LEARNING BAGI PESERTA DIDIK DALAM PENGGUNAAN GADGET. Novidya Yulanda Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Universitas Indraprasta PGRI Email:novidyayulanda@gmail.com Abstrak

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PERGURUAN TINGGI TAHUN KEDUA

LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PERGURUAN TINGGI TAHUN KEDUA PENDIDIKAN LAPORAN PENELITIAN HIBAH BERSAING PERGURUAN TINGGI TAHUN KEDUA PENERAPAN PENDEKATAN SELF-REGULATED LEARNING DALAM PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Ketua Peneliti: Yusup Hidayat,

Lebih terperinci

Self Regulated Learning Salah Satu Modal Kesuksesan Belajar dan Mengajar

Self Regulated Learning Salah Satu Modal Kesuksesan Belajar dan Mengajar Self Regulated Learning Salah Satu Modal Kesuksesan Belajar dan Mengajar Shofiyatul Azmi Universitas Wisnuwardhana Malang shofiyatulazmi@gmail.com Abstrak. Self Regulated Learning (SRL), merupakan pengelolaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Self-regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Self-regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Self-Regulated Learning 1. Pengertian Self-Regulated Learning Self-regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana seseorang peserta didik menjadi regulator atau pengatur

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku: Anderson, J.R Learning and memory: An Integrated Approach. New York: John Wiley and Sons. Inc

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku: Anderson, J.R Learning and memory: An Integrated Approach. New York: John Wiley and Sons. Inc DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku: Anderson, J.R. 1995. Learning and memory: An Integrated Approach. New York: John Wiley and Sons. Inc Anderson, L.W dan David R Krathwohl. 2010. Kerangka landasan untuk Pembelajaran,

Lebih terperinci

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.2, September 2013

InfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No.2, September 2013 PENGARUH PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN SETTING KOOPERATIF JIGSAW TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMA Oleh: Asep Ikin Sugandi Pendidikan Matematika STKIP Siliwangi Bandung asepikinsugandi@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara

BAB II LANDASAN TEORI. self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila peserta didik secara BAB II LANDASAN TEORI A. SELF REGULATED LEARNING 1. Pengertian Self-Regulated Learning Zimmerman (dalam Schunk & Zimmerman, 1998) mengatakan bahwa self-regulated learning dapat dikatakan berlangsung bila

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. mengenai bagaimana individu menjadi regulator atau pengatur bagi dirinya sendiri.

BAB 2 LANDASAN TEORI. mengenai bagaimana individu menjadi regulator atau pengatur bagi dirinya sendiri. BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Self Regulated Learning 2.1.1. Definisi Self Regulated Learning Menurut Zimmerman (1988), Self regulated learning adalah sebuah konsep mengenai bagaimana individu menjadi regulator

Lebih terperinci

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK DITINJAU DARI BELAJAR BERDASAR REGULASI DIRI (SELF REGULATED LEARNING) BAB I PENDAHULUAN

PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK DITINJAU DARI BELAJAR BERDASAR REGULASI DIRI (SELF REGULATED LEARNING) BAB I PENDAHULUAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA PESERTA DIDIK DITINJAU DARI BELAJAR BERDASAR REGULASI DIRI (SELF REGULATED LEARNING) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prestasi belajar sudah sejak lama menjadi

Lebih terperinci

Self-Regulation. Wahyu Rahardjo

Self-Regulation. Wahyu Rahardjo Self-Regulation Wahyu Rahardjo Definisi Self-Regulation Perilaku berorientasi tujuan yang dilakukan individu Perilaku mengontrol diri sendiri terutama dalam menuntun diri menampilkan perilaku tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

BAB I PENDAHULUAN. seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan, menurut Kamus Bahasa Indonesia, proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perguruan tinggi adalah pengalaman baru yang menuntut siswa untuk menggunakan cara-cara baru dan strategi yang matang sejak awal perkuliahan hingga akhir perkuliahan

Lebih terperinci

MEMBANGUN KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI STRATEGI METAKOGNITIF MATEMATIKA

MEMBANGUN KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI STRATEGI METAKOGNITIF MATEMATIKA ISBN: 978-602-70471-1-2 165 MEMBANGUN KEMANDIRIAN BELAJAR MELALUI STRATEGI METAKOGNITIF MATEMATIKA Karlimah Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. emosional dengan adanya ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan

BAB II LANDASAN TEORI. emosional dengan adanya ciri-ciri seperti keterangsangan fisiologis, perasaan BAB II LANDASAN TEORI A. KECEMASAN AKADEMIS 1. Pengertian Kecemasan Akademis Nevid (2005) menjelaskan bahwa kecemasan sebagai salah satu keadaan emosional dengan adanya ciri-ciri seperti keterangsangan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING DAN STOPING

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING DAN STOPING 35 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS DAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PASSING DAN STOPING fernandoricky@edu.uir.ac.id, kamarudin@edu.uir.ac.id Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas ini mengelola 12 fakultas dan program studi, dan cukup dikenal di

BAB I PENDAHULUAN. Universitas ini mengelola 12 fakultas dan program studi, dan cukup dikenal di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan modern, persaingan untuk mendapatkan sumber daya manusia sebagai tenaga kerja yang handal semakin ketat. Setiap perusahaan, membutuhkan tenaga-tenaga

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Santrock (Komalasari, 2005) mengatakan self regulatory learning

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Santrock (Komalasari, 2005) mengatakan self regulatory learning 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Self Regulated Learning 1. Pengertian Santrock (Komalasari, 2005) mengatakan self regulatory learning menyangkut self generation dan self monitoring pada pemikiran, perasaan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN

PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN PEMBELAJARAN REGULASI DIRI PADA SANTRI DI PONDOK PESANTREN MODERN Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana ( S-1 ) Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Self Efficacy 2.1.1 Definisi self efficacy Self-efficacy mengarah pada keyakinan seseorang terhadap kemampuannya dalam mengatur dan melaksanakan serangkaian tindakan dalam mencapai

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Self-Regulated Learning pada Siswa Anggota Aktif Betops SMAN 9 Bandung Descriptive Study of Self-Regulated Learning in Active Members of Betops

Lebih terperinci

Perbedaan Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Terhadap Orientasi Tujuan Instruksional Pada Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar

Perbedaan Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Terhadap Orientasi Tujuan Instruksional Pada Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar Perbedaan Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Terhadap Orientasi Tujuan Instruksional Pada Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar Yudy Hendrayana 1 Agus Mulyana 2 (Universitas Pendidikan Indonesia)

Lebih terperinci

DASAR-DASAR PENDIDIKAN IPA

DASAR-DASAR PENDIDIKAN IPA DASAR-DASAR PENDIDIKAN IPA Science = scientia = knowledge Ilmu : pengetahuan yang benar Benar : 1) rasional = logis, masuk akal 2) objektif = sesuai dengan pengalaman nyata IPA = pengetahuan yang rasional

Lebih terperinci

Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS

Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS Peningkatan Kemandirian Belajar Mahasiswa Melalui Penggunaan Pendekatan Modifikasi APOS Yerizon Jurusan Matematika FMIPA UNP Padang E-mail: yerizon@yahoo.com Abstrak. Penelitian ini mengkaji tentang pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja. Jurnal Al-Qalamvol 15.no Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Islam (Jakarta: Raja Grafindo, 1966), hal.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja. Jurnal Al-Qalamvol 15.no Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Islam (Jakarta: Raja Grafindo, 1966), hal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku religiusitas adalah perilaku yang berdasarkan keyakinan suara hati dan keterikatan kepada Tuhan yang diwujudkan dalam bentuk kuantitas dan kualitas peribadatan

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Fitria Dwi Andriyani, M.Or.

PENDEKATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PENDEKATAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Fitria Dwi Andriyani, M.Or. PENDEKATAN TAKTIK??? Pendekatan Teknik (Skill-Theme Approach) Pendekatan Pembelajaran Penjas Pendekatan Taktik (Tactical Approach)

Lebih terperinci

Pengembangan Buku Ajar Fisika Dasar I Berbasis Self Regulated Learning Sebagai Upaya Memotivasi Mahasiswa untuk Belajar Mandiri

Pengembangan Buku Ajar Fisika Dasar I Berbasis Self Regulated Learning Sebagai Upaya Memotivasi Mahasiswa untuk Belajar Mandiri Pengembangan Buku Ajar Fisika Dasar I Berbasis Self Regulated Learning Sebagai Upaya Memotivasi Mahasiswa untuk Belajar Mandiri Habibi 1, Lovy Herayanti 2 1 Program Studi Pendidikan Fisika IKIP Mataram,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak menuju masa dewasa. Pada masa transisi ini, remaja mengalami perubahan dalam aspek fisik, mental, spiritual,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup yang mempengaruhi pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu proses penting yang harus didapatkan dalam hidup setiap individu, yang terdiri dari segala pengalaman belajar yang berlangsung dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial sehingga komunikasi merupakan hal yang pasti dilakukan setiap harinya. Menurut Edwin Emery dkk., (1965, dalam Muis, 2001: 3)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap individu terlahir dengan memiliki kemampuan untuk belajar yang perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Dalam menjalani proses belajar setiap individu

Lebih terperinci

Dalam Gereja Protestan, salah satu program yang dijadikan sebagai sarana dalam menanamkan pengetahuan tentang nilai-nilai moral religius pada anak-ana

Dalam Gereja Protestan, salah satu program yang dijadikan sebagai sarana dalam menanamkan pengetahuan tentang nilai-nilai moral religius pada anak-ana HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY BELIEF DENGAN GOAL ORIENTATION PADA GURU SEKOLAH MINGGU AGNECYA RANDAN Jurusan Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma (agnecy@yahoo.com) Abstrak Menanamkan nilai-nilai

Lebih terperinci

DASAR PSIKOLOGIS dalam PEMBELAJARAN

DASAR PSIKOLOGIS dalam PEMBELAJARAN Disampaikan pada Pelatihan Pembelajaran dan Pengembangan Media Bagi Guru Sekolah Khusus Olahragawan Internasional (SKOI), 2013 DASAR PSIKOLOGIS dalam PEMBELAJARAN Aini Mahabbati PLB FIP UNY Email : aini@uny.ac.id

Lebih terperinci

Oleh ABSTRAK. Kata kunci : Self Regulated Learning (SRL), hasil belajar, respon siswa

Oleh ABSTRAK. Kata kunci : Self Regulated Learning (SRL), hasil belajar, respon siswa Penerapan Model Pembelajaran Self Regulated Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar TIK Siswa Kelas VIII A SMP Bhaktiyasa Singaraja Tahun Ajaran 2012/2013 Oleh Komang Sudadiartharia, NIM 0815051029 Jurusan

Lebih terperinci

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS TERHADAP KETERAMPILAN SEPAKBOLA SISWA KELAS XI SMA LABSCHOOL UPI KOTA BANDUNG

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS TERHADAP KETERAMPILAN SEPAKBOLA SISWA KELAS XI SMA LABSCHOOL UPI KOTA BANDUNG 62 PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN TAKTIS TERHADAP KETERAMPILAN SEPAKBOLA SISWA KELAS XI SMA LABSCHOOL UPI KOTA BANDUNG fernandoricky@edu.uir.ac.id Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dipahami kemudian dilihat, diamati hingga membuat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dipahami kemudian dilihat, diamati hingga membuat seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi salah satu hal yang penting bagi setiap manusia. Melalui pendidikan seseorang dapat belajar mengenai banyak hal, mulai dari hal yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan.

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan siswa kurang dapat berkembang sesuai dengan harapan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prestasi yang didapatkan siswa di sekolah tidak semata-mata dipengaruhi oleh faktor IQ saja, melainkan dipengaruhi oleh banyak faktor yang berkaitan dengan pencapaian

Lebih terperinci

Key words: self-regulated learning on homeschooling students, social support

Key words: self-regulated learning on homeschooling students, social support HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN SELF REGULATED LEARNING PADA SISWA SMP HOMESCHOOLING (Correlation Between Social Support and Self Regulated Learning Among Homeschooling Students) Nur Inayatul Fauziah

Lebih terperinci

PERBEDAAN REGULASI DIRI BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS VI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN

PERBEDAAN REGULASI DIRI BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR KELAS VI DITINJAU DARI JENIS KELAMIN PERBEDAAN REGULASI DIRI BELAJAR PADA SISWA SEKOLAH DASAR Ruminta 1, Sri Tiatri 2, Heni Mularsih 3 1 Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara Email: lusiaksfl@gmail.com 2 Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI.

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DAN PEMODELAN TERHADAP SELF-EFFICACY SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perspektif teori kognitif sosial, individu dipandang berkemampuan proaktif dan mengatur diri daripada sebatas mampu berperilaku reaktif dan dikontrol

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Efektivitas Konseling Rasional Emotif Behavioral Dalam Meningkatkan Self-Regulated Learning Siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Efektivitas Konseling Rasional Emotif Behavioral Dalam Meningkatkan Self-Regulated Learning Siswa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada dasarnya pendidikan merupakan upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Muhammad Hasbiyal Farhi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Muhammad Hasbiyal Farhi, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era modern ini pendidikan sangatlah penting dalam menciptakan generasi baru yang mempunyai intelektual terhadap masa depan. Pendidikan merupakan salah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap individu terlahir dengan memiliki kapasitas untuk belajar yang perlu dikembangkan sepanjang hidupnya. Seiring dengan berjalannya waktu, setiap individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu 1 BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG MASALAH Setiap individu dalam hidupnya tidak terlepas dari proses belajar. Individu selalu belajar untuk memperoleh berbagai keterampilan dan kemampuan agar dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejak dahulu tenaga perawat pelaksana di ruang rawat inap dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sejak dahulu tenaga perawat pelaksana di ruang rawat inap dibutuhkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejak dahulu tenaga perawat pelaksana di ruang rawat inap dibutuhkan oleh pihak rumah sakit untuk memberikan perawatan kepada pasien yang berada di ruang rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi, diperlukan sumber daya manusia yang berkualitas untuk menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang

BAB I PENDAHULUAN. secara keseluruhan. Melalui pendidikan jasmani dikembangkan beberapa aspek yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang mengutamakan gerak fisik yang mempunyai peran penting untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan.

Lebih terperinci

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY PESERTA D IDIK D ALAM MENGHAFAL AL-QUR AN

2016 EFEKTIVITAS STRATEGI SELF-REGULATED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY PESERTA D IDIK D ALAM MENGHAFAL AL-QUR AN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu kualitas yang dimiliki manusia adalah kemampuannya untuk melakukan kontrol atas dirinya (Schraw, Crippen, Hartley, 2006). Kemampuan tersebut menurut

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Learning Model pembelajaran PBL merupakan model pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran siswa pada masalah yang nyata sehingga siswa dapat menyusun

Lebih terperinci

REGULASI BELAJAR PADA MAHASISWA PSIKOLOGI. Ermida Simanjuntak Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya

REGULASI BELAJAR PADA MAHASISWA PSIKOLOGI. Ermida Simanjuntak Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya REGULASI BELAJAR PADA MAHASISWA PSIKOLOGI Ermida Simanjuntak Fakultas Psikologi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Abstraksi Penelitian ini adalah penelitian tentang regulasi belajar yang didasarkan

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Adam, C.W. (1991). Foundations of Physical Education, Exercise, and Sport Sciences. Philadelphia: Lea & Febiger.

DAFTAR PUSTAKA. Adam, C.W. (1991). Foundations of Physical Education, Exercise, and Sport Sciences. Philadelphia: Lea & Febiger. 138 DAFTAR PUSTAKA Adam, C.W. (1991). Foundations of Physical Education, Exercise, and Sport Sciences. Philadelphia: Lea & Febiger. Anderson, J.R.(1995). Learning and Memory. New York. John Willey & Sons.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Kemampuan Koneksi Matematis Dalam dunia pendidikan terutama dalam pembelajaran matematika kemampuan menghubungkan suatu materi yang satu dengan materi yang lain

Lebih terperinci

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF IMPLEMENTASI PENDEKATAN SELF-REGULATED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF IMPLEMENTASI PENDEKATAN SELF-REGULATED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ARTIKEL ILMIAH HASIL PENELITIAN HIBAH KOMPETITIF IMPLEMENTASI PENDEKATAN SELF-REGULATED LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI Oleh: Drs. Sucipto, M.Kes Yusup Hidayat, S.Pd., M.Si Didin Budiman,

Lebih terperinci

KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI ASAM BASA DI SMAN 1 PACET KELAS XI

KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI ASAM BASA DI SMAN 1 PACET KELAS XI KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI ASAM BASA DI SMAN 1 PACET KELAS XI STUDENT METACOGNITIVE SKILL THROUGH INQUIRY LEARNING MODELS IN ACID BASE MATTER IN SMAN

Lebih terperinci

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations ACTIVE 4 (1) (2015) Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN SEPAK TAKRAW MELALUI PERMAINAN BOLA BEREKOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencapaian tujuan pendidikan ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Banyak permasalahan dan tantangan yang dihadapi dalam pelaksanaan pendidikan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill,

BAB I PENDAHULUAN. hanya membekali siswa dengan kemampuan akademik atau hard skill, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peran penting dalam kemajuan suatu bangsa, termasuk di Indonesia. Pendidikan kejuruan, atau yang sering disebut dengan Sekolah Menengah Kejuruan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kebutuhan dibentuk oleh lima kebutuhan konatif (conative needs), yang memiliki karakter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prestasi menjadi suatu hal yang sangat didambakan oleh banyak orang di era globalisasi saat ini. Ketika seseorang mampu mencapai prestasi yang baik maka akan memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu ciri masyarakat modern adalah selalu ingin terjadi adanya perubahan yang lebih baik. Hal ini tentu saja menyangkut berbagai hal tidak terkecuali

Lebih terperinci

Abstrak. Kata-Kata Kunci : Inkuiri, Self-Efficacy, Laju Reaksi. Abstract

Abstrak. Kata-Kata Kunci : Inkuiri, Self-Efficacy, Laju Reaksi. Abstract PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN SELF-EFFICACY SISWA PADA MATERI POKOK LAJU REAKSI KELAS XI- MIA DI SMA MUHAMMADIYAH 4 SIDAYU-GRESIK IMPLEMENTATION INQUIRY LEARNING MODEL TO IMPROVE

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (wawancara dengan salah satu mahasiswa 1-Juni-2013 ).

PENDAHULUAN. (wawancara dengan salah satu mahasiswa 1-Juni-2013 ). 1 PENDAHULUAN Dalam studi perguruan tinggi strata satu, mahasiswa harus menyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk mendapatkan kelulusan. Tugas akhir ini harus dibuat dengan sepenuh hati dan didukung oleh

Lebih terperinci

Proceedings Konferensi Nasional Mempersiapkan Kebangkitan Generasi Emas Indonesia 2045 Melalui Revolusi Mental Anak Bangsa

Proceedings Konferensi Nasional Mempersiapkan Kebangkitan Generasi Emas Indonesia 2045 Melalui Revolusi Mental Anak Bangsa UPAYA MENINGKATKAN KEMANDIRIAN BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI SELF REGULATED LEARNING Romia Hari Susanti,M.Pd 1 & Laily Tiarani,M.Pd 2 1 Fakultas Ilmu Pendidikan, Program Studi

Lebih terperinci

EFIKASI DIRI DAN METAKOGNISI SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI. Kata kunci: Efikasi, metakognisi dan penyelesaian masalah.

EFIKASI DIRI DAN METAKOGNISI SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI. Kata kunci: Efikasi, metakognisi dan penyelesaian masalah. EFIKASI DIRI DAN METAKOGNISI SISWA KELAS X SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL-SOAL GEOMETRI ABSTRAK Dalam pembelajaran, sebagai pendidik terkadang kita tidak pernah memperhatikan sikap (attitude) siswa terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan satu kesatuan dari sistem pendidikan secara keseluruhan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Self-Regulated Learning Zimmerman dalam Ahmadi mendefinisikan self-regulated learning sebagai suatu proses dimana seorang siswa mengaktifkan dan mendorong kognisi (cognition),

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA ASRAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA INSANTAMA BOGOR AMILA SHALIHA ABSTRAK

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA ASRAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA INSANTAMA BOGOR AMILA SHALIHA ABSTRAK STUDI DESKRIPTIF MENGENAI REGULASI DIRI DALAM BELAJAR PADA SISWA ASRAMA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA INSANTAMA BOGOR AMILA SHALIHA ABSTRAK Motivasi dan keyakinan akan kemampuan diri masih menjadi suatu masalah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Judul penelitian ini adalah Studi Deskriptif Mengenai Kemampuan Self- Regulated Learning Mahasiswa Fakultas Psikologi Angkatan 2009, di Universitas X Bandung. Sesuai dengan maksud dan tujuan penelitian

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak

Bab I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh berbagai perubahan yang secara terus menerus berlangsung. Kemajuan

Lebih terperinci

GAMBARAN SELF REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS X. Devi Jatmika Shanty Sudarji Dina Argitha ABSTRACT

GAMBARAN SELF REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS X. Devi Jatmika Shanty Sudarji Dina Argitha ABSTRACT GAMBARAN SELF REGULATED LEARNING PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI UNIVERSITAS X Devi Jatmika Shanty Sudarji Dina Argitha ABSTRACT Students can be motivated by many ways dan the most ultimate issue

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menengah adalah pendidikan yang dijalankan setelah selesai melalui jenjang pendidikan dasar (SMA, MTs, dan sederajatnya). Hal ini dicantumkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa bertambah, begitu juga halnya di Indonesia (www.pikiran-rakyat.com).

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa bertambah, begitu juga halnya di Indonesia (www.pikiran-rakyat.com). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Penyandang cacat terdapat di semua bagian dunia, jumlahnya besar dan senantiasa bertambah, begitu juga halnya di Indonesia (www.pikiran-rakyat.com). Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Endi Rustandi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Endi Rustandi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman guru terhadap esensi proses pembelajaran merupakan faktor penting agar guru dapat melakukan inovasi pembelajaran secara sistematis dan berkelanjutan menuju

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.

Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No. Prosiding SNaPP2012: Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 HUBUNGAN SELF-REGULATION DENGAN PRESTASI BALAJAR PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNISBA 1 Yuli Aslamawati, 2 Eneng Nurlailiwangi, 3

Lebih terperinci