Hubungan antara Cinta Uang dan Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi
|
|
- Agus Hadiman
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Hubungan antara Cinta Uang dan Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi Abstrak Qisthi Aditya Manshur, Dini Marina Program Studi Ekstensi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Elias (2010). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi etis mahasiswa akuntansi berdasarkan gender, usia dan tingkat pendidikan, apakah cinta uang berhubungan signifikan dengan persepsi etis dalam akuntansi, dan apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara cinta uang mahasiswa akuntansi berdasarkan gender, usia dan tingkat pendidikan. Penelitian ini menggunakan metode convenience sampling untuk pemilihan sampel. Penelitian ini menggunakan sampel mahasiswa akuntansi dari tingkat S1dan S2 di Wilayah Jabodetabek. Jumlah sampel yang digunakan yaitu sebanyak 193 responden dan data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan teknik analisis SPSS Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi etis mahasiswa akuntansi berdasarkan gender dan usia, terdapat perbedaan yang signifikan antara cinta uang mahasiswa akuntansi berdasarkan gender, tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi etis dan cinta uang mahasiswa akuntansi berdasarkan tingkat pendidikan. Kata kunci : akuntansi gender, usia, tingkat pendidikan, cinta uang, persepsi etis, mahasiswa Abstract This study is a replication of the research that has been conducted by Elias (2010). The aims of this study is to examine whether there are significant differences between the ethical perceptions of accounting students based on gender, age and educational level, whether the love of money is significantly related to ethical perception in accounting, and whether there are significant differences between the love of money accounting students based on gender, age and educational level. This study use convenience sampling method for sampling selection. This study used sample of accounting students from S1 and S2 level in Jabodetabek. The samples used as many as 193 respondents and the data obtained were analyzed using SPSS 16.0 analysis techniques. The results show that there are significant differences between the ethical perception of accounting students based on gender and age, there are significant differences between the love of money of accounting students based on gender, there are not significant differences between the ethical perception and the love of money of accounting students based on educational level. Keywords : gender, age, educational level, love of money, ethical perception, accounting students 1
2 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada tahun 2002, terjadi keributan mengenai adanya kasus yang menimpa perusahaan Enron yang berkaitan dengan Kantor Akuntan Publik Arthur Andersen. Enron tebukti melakukan manipulasi atas laporan keuangannya. Pelanggaran etika dan prinsip profesi akuntansi telah dilanggar dalam kasus ini, yaitu berupa pelanggaran tanggung jawab profesi untuk memelihara kepercayaan masyarakat pada jasa professional seorang akuntan dan pelanggaran prinsip kepentingan publik. Di Indonesia, kasus pelanggaran akuntansi MWK terjadi sekitar tahun MWK sebagai seorang anggota KPU diduga menyuap anggota BPK yang saat itu akan melakukan audit keuangan berkaitan dengan pengadaan logistik pemilu. Auditor telah melanggar prinsip objektivitas, karena telah memihak salah satu pihak dengan dugaan adanya kecurangan. Auditor juga melanggar prinsip kompetensi dan kehati-hatian professional, disini auditor dianggap tidak mampu mempertahankan pengetahuan dan keterampilan professionalnya sampai dia harus melakukan penjebakan untuk membuktikan kecurangan yang terjadi. Robertson (2008) dalam Elias (2010) mencatat runtuhnya moral terbaru yang dihasilkan dari perusahaan seperti Enron dan WorldCom yang menyebabkan munculnya peraturan pemerintah baru, seperti Sarbanes-Oxley (SOX) Act of Peraturan ini ditujukan untuk top manajer perusahaan agar bertanggung jawab atas tindakan mereka dan tindakan rekanrekan mereka. Dengan adanya kasus-kasus tersebut diperlukan pendidikan mengenai etika kepada mahasiswa akuntansi untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntansi. Saat ini, profesi akuntan mengandalkan kode etik untuk menyampaikan tanggung jawab mereka kepada masyarakat. Seorang akuntan harus memiliki objektivitas yang tinggi supaya dapat bertindak adil tanpa dipengaruhi oleh pihak lain maupun dirinya sendiri. Sejak kebangkrutan perusahaan besar di Amerika Serikat, profesi akuntansi telah mengalami krisis kepercayaan dalam kemampuannya untuk mengatur anggotanya dan menyediakan laporan keuangan yang dapat diandalkan untuk publik. Auditor sering disalahkan atas runtuhnya perusahaan (Jackling et al., 2007 dalam Elias, 2010). Oleh sebab itu, Pemerintah menindaklanjuti masalah tersebut dengan Sarbanes-Oxley (SOX) Act yang diterapkan untuk mencegah kegagalan penyajian laporan keuangan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa Sarbanes-Oxley (SOX) Act memiliki dampak positif. Canary dan Jennings (2008) dalam Elias 2
3 (2010) menguji persamaan dan perbedaan kelakuan kode etik perusahaan sebelum dan sesudah diterapkannya Sarbanes-Oxley (SOX) Act. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa struktur kode etik telah berubah dari waktu ke waktu dengan kenaikan penekanan kepatuhan kode etik sesudah diterapkannya Sarbanes-Oxley (SOX) Act. Namun, ada banyak kasus dimana kode etik dan Sarbanes-Oxley (SOX) Act tidak memberikan jawaban yang jelas. Dalam situasi ambigu seperti itu, etika pribadi akuntan memberikan alasan berbeda untuk menentukan pendapat profesional (Gibbins dan Mason, 1998 dalam Elias, 2010). Studi menunjukkan bahwa akuntan dengan penalaran moral yang tinggi mungkin lebih merasakan situasi tidak etis dibandingkan dengan akuntan dengan etika pribadi yang lebih rendah. Madison (2002) dalam Elias (2010) berpendapat bahwa mahasiswa akuntansi sekarang adalah para profesional di masa depan dan dengan pendidikan etika yang baik diharapkan dapat menguntungkan profesinya dalam jangka panjang. Karena begitu pentingnya etika dalam suatu profesi, membuat profesi akuntansi memfokuskan perhatiannya pada persepsi etis para mahasiswa akuntansi sebagai titik awal dalam meningkatkan persepsi terhadap profesi akuntansi. Elias (2007) dalam Elias (2010) mengatakan bahwa masih sangat dibutuhkan penelitian mengenai sosialisasi mengenai etika pada mahasiswa akuntansi. Persepsi etis dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya demografi (seperti, gender dan umur) dan variabel psikologis (seperti Religiusitas dan locus of control) pada masing-masing individu (Borkowski dan Ugras, 1998 untuk ditinjau kembali dalam Elias, 2010). Penelitian saat ini menunjukkan bahwa uang merupakan salah satu faktor yang juga dapat mempengaruhi persepsi etis. Uang adalah aspek penting dalam kehidupan sehari-hari. Walaupun uang tersebut digunakan universal, arti dan pentingnya uang tidak diterima secara universal (McClelland, 1967 dalam Elias, 2010). Karena pentingnya uang dan interpretasi yang berbeda, Tang (1992) dalam Elias (2010) memperkenalkan konsep Cinta Uang untuk literatur psikologis yang merupakan ukuran perasaaan subjektif seseorang tentang uang. Penelitian menunjukkan bahwa cinta uang terkait dengan beberapa perilaku organisasi yang diinginkan dan tidak diinginkan. Tang dan Chiu (2003) dalam Elias (2010) mengemukakan konsep cinta uang sangat terkait dengan konsep ketamakan. Mereka menemukan bahwa karyawan di Hong Kong dengan cinta uang yang tinggi bekerja dengan kurang memuaskan dibandingkan rekan-rekan mereka. Chen dan Tang (2006) dalam Elias (2010) menunjukkan bahwa hubungan tersebut dapat menyebabkan perilaku yang tidak etis. 3
4 Faktor demografi seperti gender dan tingkat pendidikan dianggap ikut mempengaruhi tingkat cinta uang individu. Tang et al. (2000) dalam Elias (2010) mengatakan karyawan perempuan cenderung kurang peduli dengan uang daripada karyawan laki-laki. Elias (2006) dalam Elias (2010) berpendapat mahasiswa akuntansi mengalami proses sosialisasi selama pendidikan sarjana mereka dan memungkinkan mahasiswa mengembangkan dasar cinta uang dalam sosialisasi. Penelitian ini berisi analisis hubungan antara cinta uang dan persepsi etis mahasiswa akuntansi. Penelitian ini merupakan replikasi penelitian Elias (2010) yang menguji hubungan antara cinta uang dan persepsi etis mahasiswa akuntansi di Amerika. Penelitian ini dilakukan karena adanya krisis kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntansi dan dilakukan untuk mendeteksi apakah faktor cinta uang merupakan penyebab dari persepsi etis dan penyimpangan perilaku keuangan tersebut. Sampel penelitian ini adalah mahasiswa S1 jurusan Akuntansi dan mahasiswa S2 Akuntansi. Terdapat kemungkinan perbedaan hasil yang didapatkan dari mahasiswa dari tingkatan yang berbeda. Kemungkinan perbedaan tersebut antara lain: mahasiswa S1 akuntansi tingkat akhir dipilih karena mahasiswa tersebut semakin mendekati dunia kerja serta pendidikan yang diterima oleh mahasiswa masih bersifat lebih umum dibandingkan mahasiswa S2 akuntansi. Mahasiswa S2 dipilih karena diharapkan telah memiliki lebih jauh pendalaman materi, tujuan profesi yang jelas menjadi seorang Akuntan dan diharapkan telah memiliki kedewasaan dalam profesi karena sebagian besar dari mereka sudah bekerja. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian mengenai latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan dirumuskan pada skripsi ini adalah: a. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi etis mahasiswa akuntansi berdasarkan atas gender, usia dan tingkat pendidikan? b. Apakah cinta uang berhubungan signifikan dengan persepsi etis dalam akuntansi? c. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara cinta uang mahasiswa akuntansi berdasarkan atas gender, usia dan tingkat pendidikan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian rumusan permasalahan diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut: 4
5 a. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi etis mahasiswa akuntansi berdasarkan atas gender, usia dan tingkat pendidikan; b. Untuk menganalisis apakah cinta uang berhubungan signifikan dengan persepsi etis dalam akuntansi; c. Untuk menganalisis apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara cinta uang mahasiswa akuntansi berdasarkan atas gender, usia dan tingkat pendidikan. 2. Tinjauan Pustaka 2.1 Persepsi Etis Persepsi mencakup penerimaan, pengorganisasian, dan penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap (Retnowati, 2003). Gibson (dalam Retnowati, 2003) menyatakan ada beberapa faktor penting khusus yang menyebabkan perbedaan individual dalam perilaku yaitu persepsi, sikap, kepribadian dan belajar. Melalui pemahaman persepsi individu, seseorang dapat meramalkan bagaimana perilaku individu itu didasarkan pada persepsi mereka mengenai apa realita itu, bukan mengenai apa realita itu sendiri (Retnowati, 2003). Etika berasal dari bahasa Yunani ethikos yang merupakan kata sifat dari ethos atau perilaku. Kode etik menurut Langlois dan Schlegelmilch (1990) dalam Mcdonald (2009) adalah pernyataan yang terdapat pada prinsip-prinsip perusahaan, peraturan yang harus dipatuhi atau filosofi perusahaan, menyangkut tanggung jawab kepada karyawan, pemegang saham, pelanggan, dan lingkungan serta masyarakat. Ada perbedaan antara kode etik perusahaan dan kode etik profesional. Kode etik perusahaan mencakup lingkungan organisasional perusahaan sedangkan kode etik profesional mengatur dan memberi panduan kepada anggota dari badan profesional itu saja (McDonald, 2009). Salah satu faktor psikologis yang mempengaruhi persepsi etis adalah kecintaan individu terhadap uang. Seseorang yang memiliki kecintaan uang yang tinggi seringkali memiliki persepsi etis yang lebih rendah dan dikhawatirkan akan mempengaruhi pengambilan keputusan yang kurang etis dalam pekerjaannya. 2.2 Cinta Uang Uang adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Rubenstein (1981) dalam Elias (2010) berpendapat bahwa di Amerika Serikat, kesuksesan diukur dengan uang 5
6 dan pendapatan. Walaupun uang tersebut digunakan universal, arti dan pentingnya uang tidak diterima secara universal (McClelland, 1967 dalam Elias, 2010). Tang et al. (2005) dalam Elias (2010) berpendapat bahwa sikap terhadap uang dipelajari melalui proses sosialisasi yang didirikan pada masa kanak-kanak dan dipelihara dalam kehidupan dewasa. Dalam dunia bisnis, manajer menggunakan uang untuk menarik, mempertahankan, dan memotivasi karyawan (Milkovich dan Newman, 2002 dalam Elias, 2010). Karena pentingnya uang dan interpretasi yang berbeda, Tang (1992) dalam Elias (2010) memperkenalkan konsep cinta uang untuk literatur psikologis. Konsep ini mengukur perasaan subjektif seseorang tentang uang. Penelitian telah menunjukkan bahwa cinta uang terkait dengan beberapa perilaku organisasi yang diinginkan dan tidak diinginkan. Tang dan Chiu (2003) dalam Elias (2010) berteori bahwa konsep cinta uang sangat terkait dengan konsep ketamakan. Mereka menemukan bahwa karyawan di Hong Kong dengan cinta uang yang tinggi kurang memuaskan dalam bekerja dibandingkan dengan rekan-rekan mereka. Chen dan Tang (2006) dalam Elias (2010) menunjukkan bahwa hubungan tersebut dapat menyebabkan perilaku yang tidak etis. Faktanya, Tang dan Chiu (2003) dalam Elias (2010) juga menemukan jalur langsung antara cinta uang dan perilaku tidak etis di antara karyawan di Hong Kong. 2.3 Faktor Demografi Istilah Demografi (Demography) pertama kali digunakan oleh Achille Guillard pada tahun 1855 dalam karangannya yang berjudul Elements de Statistique Humaine, ou Demographie Comparee atau Elements of Human Statistics or Comparative Demography. Demografi berasal dari bahasa Yunani Demos (rakyat atau penduduk), Grafein (menggambar, menulis, atau uraian). Dengan demikian secara singkat berarti demografi tulisan atau uraian mengenai penduduk dengan segala aktivitasnya. Adapun faktor demografi dalam penelitian ini terdiri dari, gender, usia, dan tingkat pendidikan. Gender adalah suatu konsep analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi perbedaan laki-laki dan perempuan dilihat dari sudut non-biologis, yaitu dari aspek sosial, budaya, maupun psikologis (Siti Mutmainah, 2006). Penelitian yang dilakukan oleh Sankaran dan Bui (2003) menunjukkan bahwa seorang perempuan akan lebih peduli terhadap perilaku etis dan pelanggarannya dibandingkan dengan seorang laki-laki. Mahasiswa akuntansi yang bergender perempuan akan memiliki pemikiran etis yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. 6
7 Penelitian mengenai pengaruh gender pada perilaku etis masih terbatas. Selalu ada perdebatan tentang apakah laki-laki dan perempuan berbeda dalam cara mereka menilai uang dan membuat suatu keputusan etis. Dalam penelitiannya, Tang et al. (2000) dalam Elias (2010) menemukan bahwa karyawan perempuan cenderung mementingkan uang lebih rendah daripada laki-laki. Beberapa penelitian menemukan bahwa perempuan memiliki sikap etis lebih dibandingkan dengan laki-laki. Namun, beberapa studi lain mengemukakan tidak ada perbedaan yang signifikan antara sikap etis yang dimiliki oleh perempuan dan laki-laki. Pendidikan merupakan faktor yang semakin penting dalam kehidupan sehari-hari. Tingkat pendidikan akan mempengaruhi persepsi seseorang tentang etika. Seseorang yang berpendidikan tinggi dianggap memiliki etika yang juga tinggi serta penalaran moral yang tinggi. Cohen et al. (2001) dalam Elias (2010) membandingkan penalaran etis mahasiswa akuntansi dan akuntan publik bersertifikat (CPA) menggunakan sketsa beberapa perusahaan dan menemukan bahwa CPA melihat persepsi etis dalam akuntansi sebagai tindakan yang kurang etis dibandingkan mahasiswa. Communale et al. (2006) dalam Elias (2010) meneliti efek dari skandal akuntansi seperti Enron, persepsi mahasiswa terhadap akuntan dan profesi pada umumnya. Mereka menemukan bahwa mahasiswa memiliki pendapat yang rendah tentang manajer perusahaan dan mahasiswa akuntansi kurang tertarik untuk bekerja di Big Four setelah skandal. Madison (2002) dalam Elias (2010) berpendapat bahwa mahasiswa akuntansi saat ini akan menjadi profesional dan pendidikan etika dapat bermanfaat bagi profesi dalam jangka panjang. Mantzke et al. (2005) dalam Elias (2010) mengusulkan pendekatan modular yang menyatukan etika dalam kaitannya dengan program kerja teknis. Penalaran etis model Kohlberg (1981) dalam Elias (2010) menyarankan bahwa individu menjadi lebih etis karena usia mereka. Borkowski dan Ugras (1998) dalam Elias (2010) melakukan meta-analisis dari studi tersebut dan menemukan 29 persen dari studi yang mendukung teori Kohlberg, 20 persen mencapai kesimpulan berlawanan dan 51 persen menemukan ada perbedaan berdasarkan usia. 3. Metodologi Penelitian 3.1 Sampel Teknik sampling yang digunakan adalah non probability sampling dengan cara membagikan kuesioner melalui teknik convenience sampling yaitu teknik pengambilan 7
8 sampel dimana peneliti memilih sampel dari anggota populasi yang mudah dijangkau oleh peneliti atau dengan kata lain responden dipilih oleh peneliti karena mereka berada pada tempat dan waktu yang tepat sesuai ruang lingkup penelitian ini (Maholtra, 2007). Sampel yang diambil sebanyak 193 responden di wilayah Jabodetabek. Penelitian menggunakan kuesioner yang terdiri dari dua tahap. Tahap pertama terdiri dari 4 (empat) pertanyaan mengenai persepsi etis dalam akuntansi yang menggunakan skala likert dengan rentang 1-7 dimana angka 1 mengindikasikan sangat etis dan angka 7 sangat tidak etis dan 30 (tiga puluh) pertanyaan mengenai cinta uang yang menggunakan skala likert dengan rentang 1-7 dimana angka 1 mengindikasikan sangat tidak setuju dan angka 7 sangat setuju. Tahap kedua mencakup empat pertanyaan demografi responden yang terdiri dari: jenis kelamin, usia, pendidikan dan domisili. Tabel 3.1 Gambaran Umum Responden Variabel N % Variabel N % Jenis Kelamin Domisili Laki-laki 80 41,5% Jakarta 93 48,2% Perempuan ,5% Bogor 4 2,1% Depok 53 27,5% Usia Tangerang 26 13,5% dibawah 25 tahun ,6% Bekasi 17 8,8% diatas 25 tahun 51 26,4% Pendidikan S ,2% S ,8% Sumber: Data yang diolah dengan SPSS 16.0 oleh peneliti 3.2 Penelitian Terdahulu, Rerangka Teoritis dan Hipotesis Ringkasan penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.2 Penelitian Terdahulu No Peneliti Variabel Hasil Penelitian 1 Gibbins dan Mason (1988) Penalaran moral, persepsi etis Akuntan dengan penalaran moral yang lebih tinggi lebih mungkin untuk melihat situasi yang tidak etis dibandingkan kepada akuntan dengan etika pribadi yang lebih rendah 8
9 2 Tang et al. (2000) Cinta gender uang, Tingkat cinta uang kaum perempuan lebih besar daripada kaum laki-laki. 3 Cohen et al. (2001) 4 Lopez et al. (2005) Tingkat pendidikan, persepsi etis Tingkat pendidikan, kebudayaan intranasional, gender, persepsi etis CPA melihat persepsi etis dalam akuntansi sebagai tindakan yang kurang etis dibandingkan mahasiswa. Tingkat pendidikan, kebudayaan intranasional, dan gender berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi etis. Penelitian ini juga menemukan bahwa perilaku etis cenderung tinggi pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. 5 Lam dan Shi (2008) Perilaku gender etis, Penelitian ini menemukan bahwa perempuan memiliki sedikit perilaku tidak etis dibandingkan dengan laki-laki 6 Elias (2010) Cinta uang, persepsi etis Cinta uang berpengaruh secara signifikan terhadap persepsi etis mahasiswa akuntansi. Sumber : Diolah peneliti berdasarkan Journal Elias (2010) Dalam penelitian ini, rerangka teoritis mengambil dasar dari penelitian Elias (2010) yang meneliti mengenai hubungan antara cinta uang dan persepsi etis mahasiswa akuntansi di Amerika. Menurut Elias (2010) terdapat pengaruh dari variabel cinta uang terhadap variabel persepsi etis. Gambar 3.1 Rerangka Teoritis Cinta Uang H 2 Persepsi Etis H 3 H 1 Usia, Gender, Tingkat Pendidikan Sumber : Diolah peneliti berdasarkan Journal Elias (2010) Hipotesis: H 1 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi etis mahasiswa akuntansi berdasarkan atas gender, usia dan tingkat pendidikan. 9
10 H 2 : Cinta uang tidak berhubungan signifikan terhadap persepsi etis dalam akuntansi. H 3 :Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara cinta uang mahasiswa akuntansi berdasarkan atas gender, usia dan tingkat pendidikan. 4. Pembahasan 4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Berikut tabel hasil uji validitas variabel : Tabel 4.1 Hasil Analisis Uji Validitas dan Reliabilitas Faktor Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) Cronbach s alpha N of Items Case 0,762 0,798 4 Good 0,845 0,908 9 Evil 0,793 0,831 6 Achievement 0,688 0,757 4 Respect 0,706 0,780 4 Budget 0,700 0,815 3 Freedom 0,704 0,807 4 Sumber: Data yang diolah dengan SPSS 16.0 oleh peneliti Berdasarkan tabel diatas, hasil output SPSS 16.0 menunjukkan bahwa setiap indikator memiliki nilai Kaiser-Meyer-Olkin (KMO) yang menjadi acuan validitas memiliki nilai lebih dari 0,5. Nilai Cronbach s alpha yang menjadi acuan reliabilitas tiap indikator juga bernilai lebih dari 0,7, maka dapat disimpulkan bahwa setiap indikator yang ada dalam penelitian ini dinyatakan valid dan dapat diandalkan sehingga penelitian dapat dilanjukan dengan menggunakan indikator yang ada. 4.2 Pengujian Hipotesis Pembahasan Uji Hipotesis 1 Untuk mengukur sejauh mana persepsi etis dan cinta uang mahasiswa akuntansi di Jabodetabek, peneliti menganalisa mean dari total jawaban responden. Soal case 1 hingga case 4 adalah untuk mengukur persepsi etis responden. Apabila mean responden berada di angka 1 sampai 3, menunjukan bahwa persepsi etis responden rendah. Jika mean responden di angka 5 sampai 7, berarti persepsi etis responden tinggi. Apabila nilai mean responden berada di angka 4, maka persepsi etis responden berada pada titik keraguan. 10
11 Tabel 4.2 Means dan Standar Deviasi Panel A Means Standar Deviasi Case 1 4,2642 1,53012 Case 2 4,7409 1,44526 Case 3 4,8135 1,55336 Case 4 5,0363 1,28035 Good 5,3771 1,01993 Evil 3,6822 1,19668 Achievement 3,6347 1,31893 Respect 3,9132 1,27293 Budget 5,2090 1,10741 Freedom 4,6153 1,09568 Sumber: Data yang diolah dengan SPSS 16.0 oleh peneliti Berdasarkan hasil penelitian mean responden pada soal case 1 adalah 4,2642, soal case 2 adalah 4,7409, dan soal 3 adalah 4,8135. Nilai tersebut menunjukkan bahwa responden masih ragu menentukan apakah soal case 1, 2 dan 3 sebuah tindakan yang beretika atau tidak beretika. Sedangkan untuk soal case 4, meannya berada pada angka 5,0363, yang berarti ratarata responden menganggap soal case 4 sebagai tindakan yang tidak beretika yang berarti responden tersebut beretika. Hasil penelitian juga menunjukkan mean faktor cinta uang, antara lain responden setuju bahwa uang itu good sebesar 5,3771 dan uang itu budget sebesar 5,2090. Responden tidak setuju bahwa uang itu evil sebesar 3,6822, uang itu achievement sebesar 3,6347 dan uang itu respect 3,9132. Responden berada di tingkat keraguan ketika menganggap uang itu freedom sebesar 4,6153. Hasil yang didapat oleh peneliti berbeda dengan penelitian yang dilakukan Elias (2010). Penelitian Elias (2010) menunjukan bahwa responden menganggap semua case sebagai tindakan yang tidak beretika. Sedangkan responden peneliti masih ragu apakah case 1, 2, dan 3 sebagai tindakan yang beretika atau tidak beretika. Hanya pada case 4 yang sama dengan responden Elias (2010). 11
12 Mahasiswa percaya bahwa uang itu baik, bijak mengalokasikan uang dan ragu bahwa uang sebagai simbol kebebasan. Hasil yang didapat peneliti sama dengan penelitian Elias (2010) untuk mean faktor cinta uang kecuali ketika responden menganggap uang itu freedom. Hasil responden peneliti menunjukkan keraguan, sedangkan hasil penelitian Elias (2010) menunjukkan ketidaksetujuan responden bahwa uang itu freedom. Tabel 4.3 Dampak Demografi pada Persepsi Etis Pa nel B Ca se 1 Ca se 2 Ca se 3 Ca se 4 Gender (Laki-laki = 80 dan Perempuan = 113) Si g. 0, , , , 82 9 Usia (dibawah 25 tahun = 142 dan diatas 25 Tahun = 51) dibawah diatas Tahun Tahun Si Me SD Me SD Tingkat Pendidikan (S1 = 147 dan S2 = 46) Laki-laki Perempu an S1 Me SD Me SD Si Me SD an an g. an an g. an 4,7 1,51 3,9 1,46 0, 4,2 1,39 4,2 1,86 0, 4,2 1, ,0 1,44 4,6 1,42 0, 4,7 1,45 4,6 1,43 0, 4,7 1, ,2 1,37 4,5 1,62 0, 5,0 1,52 4,2 1,51 0, 4,9 1, ,0 1,31 5,0 1,25 0, 5,1 1,07 4, , 5,0 1, Sumber: Data yang diolah dengan SPSS 16.0 oleh peneliti Me an 4, , , , S2 SD 1, , , , Pada case 1, nilai mean responden laki-laki sebesar 4,7125, responden perempuan sebesar 3,9469. Pada case 2, nilai mean responden laki-laki sebesar 5,0250, responden perempuan sebesar 4,6398. Pada case 3, nilai mean responden laki-laki sebesar 5,2000, responden perempuan sebesar 4,5398. Pada case 4, nilai mean responden laki-laki sebesar 5,0125, responden perempuan sebesar 5,0531. Berdasarkan hasil penelitian, nilai signifikasi pada case 1, 2 dan 3 masing-masing sebesar 0,001, 0,021 dan 0,003. Nilai signifikansi tersebut kurang dari 0,05 yang berarti tolak H 0 atau terima H 1 yaitu terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi etis berdasarkan gender. Pada case 1 responden perempuan menjawab soal case 1 sebagai tindakan yang beretika yang berarti persepsi etis responden perempuan pada soal case 1 lebih rendah dibanding responden 12
13 laki-laki. Untuk soal case 2 dan case 3, responden laki-laki menjawab case 2 dan case 3 sebagai tindakan yang tidak beretika, sedangkan responden perempuan bersikap ragu-ragu apakah case 2 dan case 3 tersebut merupakan tindakan yang beretika atau tidak beretika, sehingga untuk soal case 2 dan case 3 disimpulkan bahwa responden laki-laki memiliki persepsi etis lebih tinggi dibanding responden perempuan. Pada case 4 tidak ada perbedaaan yang signifikan antara responden laki-laki dan responden perempuan dilihat dari nilai signifikannya yang lebih dari 0,05 yaitu 0,089. Kesimpulan hasil uji hipotesis ini sama dengan yang dilakukan Elias (2010), bahwa responden laki-laki lebih beretika dibandingkan responden perempuan. Pada case 1, nilai mean responden yang berusia dibawah 25 tahun sebesar 4,2535, responden yang berusia diatas 25 tahun sebesar 4,2941. Pada case 2, nilai mean responden yang berusia dibawah 25 tahun sebesar 4,7746, responden yang berusia diatas 25 tahun sebesar 4,6471 Pada case 3, nilai mean responden yang berusia dibawah 25 tahun sebesar 5,0070, responden yang berusia diatas 25 tahun sebesar 4,2745. Pada case 4, nilai mean responden yang berusia dibawah 25 tahun sebesar 5,1408, responden yang berusia diatas 25 tahun sebesar 4,7451. Berdasarkan hasil penelitian, nilai signifikasi pada case 1, 2 dan 4 masing-masing sebesar 0,871, 0,590 dan 0,058. Nilai signifikansi tersebut lebih dari 0,05 yang berarti terima H 0 yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi etis berdasarkan usia. Pada soal case 3 nilai signifikansi kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,04 hal ini menunjukkan terdapat perbedaan antara persepsi etis berdasarkan usia dan responden berusia 25 tahun kebawah memiliki persepsi etis lebih tinggi dibanding responden berusia 25 tahun keatas. Kesimpulan hasil uji hipotesis ini hampir sama dengan yang dilakukan Elias (2010) bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan antara persepsi etis berdasarkan usia kecuali pada case 3 terdapat perbedaan yang signifikan anatara persepsi etis berdasarkan usia. Pada case 1, nilai mean responden berpendidikan S1 sebesar 4,2245, responden berpendidikan S2 sebesar 4,3913. Pada case 2, nilai mean responden berpendidikan S1 sebesar 4,7211, responden berpendidikan S2 sebesar 4,8043. Pada case 3, nilai mean responden berpendidikan S1 sebesar 4,9320, responden berpendidikan S2 sebesar 4,4348. Pada case 4, nilai mean responden berpendidikan S1 sebesar 5,0476, responden berpendidikan S2 sebesar 5,
14 Berdasarkan hasil penelitian, nilai signifikasi pada case 1, 2, 3 dan 4 masing-masing sebesar 0,520, 0,734, 0,058 dan 0,826. Nilai signifikansi tersebut lebih dari 0,05 yang berarti terima H 0 yaitu tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi etis berdasarkan tingkat pendidikan. Kesimpulan hasil uji hipotesis ini sama dengan yang dilakukan Elias (2010) bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara persepsi etis berdasarkan tingkat pendidikan Pembahasan Uji Hipotesis Pengujian Korelasi Pearson Tabel 4.4 Hubungan antara Cinta Uang dan Persepsi Etis Ca se 1 Case 2 Case 3 Case 4 Good Evil Achieve ment Respect Budget Freedo m Case 1 Case 2 Case 3 Case 4 Good Evil Achieve ment Respect Budget 1 0,486** 0,472** 0,359** 0,145* 0,159* 0,098-0,036 0,237** 0,029 0,000 0,000 0,000 0,044 0,027 0,173 0,616 0,001 0, ,642** 0,591** 0,213** 0,040 0,062-0,074 0,257** 0,114 0,000 0,000 0,003 0,576 0,391 0,307 0,000 0, ,449** 0,272** 0,000 0,013-0,33 0,216** 0,129 0,000 0,000 0,992 0,858 0,646 0,003 0,74 1 0,107 0,110-0,088-0,201** 0,186** 0,029 0,137 0,129 0,225 0,005 0,010 0, ,253** 0,358** 0,357** 0,325** 0,262** 0,000 0,000 0,000 0,000 0, ,201** 0,075 0,088-0,070 0,005 0,303 0,221 0, ,843** -0,023 0,602** 0,000 0,755 0, ,006 0,575** 0,939 0, ,279** 0,000 Freedom 1 14
15 ** Correlation is significant at the 0,01 level (2-tailed) * Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed) Sumber: Data yang diolah dengan SPSS 16.0 oleh peneliti Pada case 1, terdapat kesamaan terhadap responden yang merepresentasikan good, evil, dan budget dengan menjawab case 1 sebagai tindakan tidak beretika. Hubungan yang signifikan terdapat antara persepsi etis pada case 1 dengan faktor cinta uang good, evil dan budget. Pada case 2 dan 3, responden yang merepresentasikan good dan budget menjawab case 2 dan 3 sebagai tindakan tidak beretika. Hubungan yang signifikan terdapat antara persepsi etis pada case 2 dan 3 dengan faktor cinta uang good dan budget. Sedangkan pada case 4, responden yang merepresentasikan respect menjawab case 4 sebagai tindakan beretika dan responden budget menjawab case 4 sebagai tindakan tidak beretika. Hubungan yang signifikan terdapat antara persepsi etis pada case 4 dengan faktor cinta uang respect dan budget. Pada penelitian Elias (2010) responden menjawab pada case 1, responden yang merepresentasikan achieve menjawab case 1 sebagai tindakan beretika dan responden budget menjawab case 4 sebagai tindakan tidak beretika. Pada case 2, terdapat kesamaan terhadap responden yang merepresentasikan good, achieve, dan respect dengan menjawab case 2 sebagai tindakan beretika dan responden budget menjawab case 2 sebagai tindakan tidak beretika. Pada case 3, terdapat kesamaan terhadap responden yang merepresentasikan achieve, dan respect dengan menjawab case 3 sebagai tindakan beretika dan responden budget menjawab case 3 sebagai tindakan tidak beretika. Pada case 4 responden yang merepresentasikan achieve menjawab case 4 sebagai tindakan beretika. Hubungan yang signifikan terdapat antara persepsi etis pada case 1 dengan faktor cinta uang achieve dan budget. Hubungan yang signifikan terdapat antara persepsi etis pada case 2 dan 3 dengan faktor cinta uang good, achieve, respect dan budget. Hubungan yang signifikan terdapat antara persepsi etis pada case 4 dengan faktor cinta uang achieve Pengujian Cluster Analysis dan MANOVA Setelah dilakukan penelitian hubungan antara cinta uang terhadap persepsi etis dalam akuntansi, peneliti melakukan pengklusteran. Tujuan analisis kluster adalah mengelompokkan obyek atas dasar karakteristik yang dimiliki sehingga masing-masing obyek mempunyai kemiripan dengan yang lain dalam suatu kluster. 15
16 Tabel 4.5 Hasil Cluster Analysis dan Persepsi Etis Cluster 1 Money Apathetic Individual (n = 97; 50,26%) Means Cluster 2 Money Admirers (n = 79; 40,93%) Means Cluster 3 Achieving Money Worshippers (n = 17; 8,8%) Means Good 5,36 5,19 6,37 Evil 3,63 3,48 4,92 Achievement 4,14 2,43 6,34 Respect 4,42 2,81 6,15 Budget 4,82 5,44 6,33 Freedom 4,83 3,95 6,47 MANOVA results (Dampak dari Cluster Cinta Uang pada Persepsi Etis) Wilks lambda (0,909; F = 2,285; p = 0,021) Case 1 3,9588* 4,4304 5,2353* Case 2 4,6082 4,7342 5,5294 Case 3 4,7835 4,7468 5,2941 Case 4 4,8763 5,1772 5,2941 Sumber: Data yang diolah dengan SPSS 16.0 oleh peneliti Pada penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga) cluster antara lain: a. Cluster 1 (satu) menunjukkan 50,26% populasi mahasiswa memiliki nilai medium pada faktor good, evil, achievement, respect, freedom dan memiliki nilai terendah pada faktor budget. Tipe ini setuju bahwa uang sebaiknya dianggarkan tetapi tidak bisa mengelola uang dengan baik. Tipe ini juga biasa saja menganggap bahwa uang adalah sebuah penghargaan dan uang merupakan sumber kejahatan. b. Cluster 2 (dua) menunjukkan 40,93% populasi mahasiswa memiliki nilai terendah pada faktor good, evil, achievement, respect, freedom dan memiliki nilai medium pada faktor budget. Tipe ini menganggap uang baik, bijak dalam mengelola uang tetapi tidak menganggap bahwa uang sebagai sumber kejahatan, kesuksesan, kebebasan dan memberikan rasa hormat. 16
17 c. Cluster 3 (tiga) menunjukkan 8,8% populasi mahasiswa memiliki nilai tertinggi pada faktor good, evil, achievement, respect, budget dan freedom. Tipe ini berpikiran positif terhadap uang, bijak dalam mengelola uang dan menganggap uang sebagai simbol kejahatan dalam situasi dan kondisi tertentu serta menganggap bahwa uang adalah simbol penghargaan. Berdasarkan hasil jawaban responden pada penelitian ini, cluster 1 (satu) menggambarkan tipe seseorang yang paling rendah dalam masalah budget uang dan memiliki nilai medium pada faktor achievement dan evil. Sehingga tipe responden ini adalah Money Apathetic Individual. Cluster 2 (dua) adalah tipe responden Money Amdirers, memiliki nilai paling rendah pada faktor good, evil, achievement, respect dan freedom. Sedangkan cluster 3 (tiga) adalah tipe Achieving Money Worshippers, tipe responden ini adalah memiliki nilai tertinggi pada faktor good, achievement, respect dan freedom. Berdasarkan tabel diatas, terdapat perbedaan signifikan antara Money Apathetic Individual dengan Achieving Money Worshippers pada case 1. Dimana tipe Money Apathetic Individual menganggap case 1 sebagai tindakan yang beretika (3,9588), sedangkan tipe Achieving Money Worshippers lebih menganggap case 1 sebagai tindakan yang tidak beretika (5,2353). Selebihnya, tidak ditemukan adanya perbedaan signifikan antara cluster cinta uang dengan persepsi etis dalam akuntansi. Pada penelitian Elias (2010) disebutkan bahwa faktor dari tipe Money Worshippers antara lain memiliki nilai yang paling tinggi pada faktor good, achievement, respect, dan freedom dan rendah pada faktor evil dan budget. Tipe Money Repellent memiliki nilai paling tinggi pada faktor evil dan medium pada faktor achievement dan respect. Tipe Money Admirers memiliki nilai medium pada faktor good dan budget dan paling rendah pada faktor evil, achievement dan respect. Peneliti tidak menemukan hasil analisa yang sesuai dengan tipe Money Worshippers, Money Repellent dan Money Admirers. Hasil analisis kluster tidak ada yang memiliki kesamaan indikator untuk mengkategorikan tipe cinta uang sesuai penelitian Elias (2010). 17
18 4.2.3 Pembahasan Uji Hipotesis 3 Tabel 4.6 Dampak Demografi pada Cinta Uang Cluster CU Gender (Laki-laki = 80 dan Perempuan = 113) Usia (dibawah 25 Tahun = 142 dan diatas 25 Tahun = 51) Tingkat Pndidikan (S1 = 147 dan S2 = 46) Lakilaki Perempu an dibawah 25 Tahun diatas 25 Tahun S1 S2 Si g. Me an SD Me an SD Sig. Me an SD Me an SD Sig. Me an SD Me an SD 0,0 1,7 0,6 1,4 0,6 0,9 1,5 0,622 1,5 0,726 0,9 1,5 0,6 1,5 0, Sumber: Data yang diolah dengan SPSS 16.0 oleh peneliti Pada cluster cinta uang nilai mean responden laki-laki sebesar 1,73 dan 1,49 untuk responden perempuan. Nilai signifikansi kurang dari 0,05 yaitu sebesar 0,012 yang berarti tolak H 0 maka ada perbedaan yang signifikan antara cluster cinta uang berdasarkan gender. Hasil yang diperoleh peneliti berbeda dengan penelitian Elias (2010). Pada cluster cinta uang nilai mean responden dibawah 25 tahun sebesar 1,58 dan 1,59 untuk responden diatas 25 tahun. Nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu sebesar 0,972 yang berarti terima H 0 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara cluster cinta uang berdasarkan usia. Hasil yang diperoleh peneliti sama dengan penelitian Elias (2010). Pada cluster cinta uang nilai mean responden berpendidikan S1 sebesar 1,59 dan 1,59 untuk responden berpendidikan S2. Nilai signifikansi lebih dari 0,05 yaitu sebesar 0,986 yang berarti terima H 0 maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara cluster cinta uang berdasarkan tingkat pendidikan. Hasil yang diperoleh peneliti sama dengan penelitian Elias (2010). 5. Penutup 5.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis data dari penelitian tentang Hubungan Cinta Uang dan Persepsi Etis Mahasiswa Akuntansi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : Persepsi etis mahasiswa akuntansi Jabodetabek berada pada level ragu dalam menentukan apakah kasus yang ada dalam kuesioner adalah tindakan yang beretika atau tidak beretika. Mahasiswa percaya bahwa uang itu baik, bijak mengalokasikan uang dan ragu bahwa uang sebagai simbol kebebasan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi etis berdasarkan gender dan usia, laki-laki lebih etis 18
19 dibanding perempuan. Usia dibawah 25 tahun lebih etis dibanding diatas 25 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan tidak ada perbedaan yang signifikan. Penelitian Elias (2010) menunjukan terdapat perbedaan berdasaran gender, responden laki-laki memiliki persepsi etis lebih tinggi dibanding responden perempuan, tidak ada perbedaan yang signifikan antara persepsi etis dengan usia dan tingkat pendidikan responden. Terdapat hubungan yang cukup signifikan antara persepsi etis dalam akuntansi dan faktor cinta uang, meskipun tidak semua faktor cinta uang memiliki signifikasi. Responden dengan karakter budget yang baik menjawab kuesioner case 1 s.d 4 tentang persepsi etis sebagai tindakan yang tidak beretika. Responden yang merepresentasikan good juga rata-rata menjawab tidak beretika. Responden dengan karakter evil menjawab kuesioner case 1 sebagai tindakan tidak beretika. Hanya responden respect yang menjawab case 4 sebagai tindakan beretika. Berdasarkan data, peneliti tidak menemukan kecocokan antara profil uang dengan cluster cinta uang seperti yang terdapat pada penelitian Elias (2010). Hal ini dimungkinkan karena karakter responden yang berbeda antara mahasiswa akuntansi Jabodetabek dengan mahasiswa akuntansi di Amerika sehingga peneliti mengkategorikan 3 (tiga) cluster yaitu Money Admirers, Achieving Money Worshippers. Terdapat perbedaan yang signifikan antara Money Apathetic Individual dengan Achieving Money Worshippers pada case 1, dimana Money Apathetic Individual menganggap case 1 sebagai tindakan yang beretika sedangkan Achieving Money Worshippers mengganggap case 1 sebagai tindakan yang tidak beretika. Terdapat perbedaan yang signifikan antara cluster cinta uang berdasarkan gender. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara cluster cinta uang berdasarkan usia dan tingkat pendidikan. Penelitian Elias (2010) menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara cluster cinta uang berdasarkan gender, usia dan tingkat pendidikan. 5.2 Keterbatasan Penelitian Adapun dalam pelaksanaannya penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain : Kemungkinan kesalahan dalam membaca kuesioner yang menggunakan bahasa Inggris karena pemahaman bahasa Inggis responden yang mungkin kurang memadai. 5.3 Saran untuk Penelitian Selanjutnya Adapun dalam pelaksanaannya penelitian ini memiliki keterbatasan, antara lain : 19
20 Sebaiknya kuesioner menggunakan bahasa Indonesia karena responden berada di Indonesia sehingga tujuan penelitian tercapai. Daftar Referensi Malhotra, Naresh K. (2007). Marketing Research: An applied Orientation (5th ed). New Jersey: Pearson Pretince-Hall. Mcdonald, G. M., (2009). An anthology of Codes of Ethics, European Business Review, Vol.21 No.4. Muthmainah, Siti. (2006). Studi Tentang Perbedaan Evaluasi Etis, Intensi Etis, dan Orientasi Etis Dilihat dari Gender dan Disiplin Ilmu: Potensi Rekruitment Staf Profesional pada Kantor Akuntan Publik. Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang. Rafik Z. Elias, Magdy Farag. (2010). "The relationship between accounting students' love of money and their ethical perception", Managerial Auditing Journal, Vol. 25 Iss: 3 pp Retnowati, Ninuk. (2003). Persepsi Akuntan Pendidik dan Mahasiswa Akuntansi terhadap Kode Etik Akuntan Indonesia Studi kasus di Jateng. Skripsi tidak dipublikasikan. Fakultas Ekonomi, Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Sankaran, S and Bui, T. (2003). Ethical Attitudes Among Accounting Majors : An Empirical Study. Journal of the American Academy of Business. Vol 3 No.1, pp
BAB 1 PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Tetapi terkadang untuk mencapai tujuan itu,
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ekonomi yang semakin meningkat mendorong munculnya perilaku bisnis baru sehingga akan menimbulkan persaingan yang cukup tajam dalam dunia bisnis. Usaha
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH JENIS KELAMIN DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN LOVE OF MONEY SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
ANALISIS PENGARUH JENIS KELAMIN DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN LOVE OF MONEY SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Berliana Normadewi Prof. Dr. H. Arifin. S, M.Com, Hons.,
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH JENIS KELAMIN DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN LOVE OF MONEY SEBAGAI VARIABEL INTERVENING
ANALISIS PENGARUH JENIS KELAMIN DAN TINGKAT PENDIDIKAN TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN LOVE OF MONEY SEBAGAI VARIABEL INTERVENING SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Profil Uang Uang adalah salah satu aspek yang sangat penting dalam kehidupan seharihari. Menurut Rubenstein (dalam Elias dan Farag, 2010) di Amerika Serikat, keberhasilan seseorang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2014). Isu terkait etika selalu menjadi hal menarik untuk dibahas karena etika
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Profesi akuntan memiliki tantangan yang sangat sulit dalam melakukan pekerjaannya, karena akuntan harus profesional agar bisa menjaga kompetensi, serta harkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman biasanya selalu diiringi dengan perubahan perilaku manusia, dimana seringkali perilaku manusia dikaitkan dengan isu etis, yang mana seorang profesional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seiring setelah terjadinya skandal-skandal besar dalam dunia bisnis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring setelah terjadinya skandal-skandal besar dalam dunia bisnis semakin meningkat juga perhatian masyarakat terhadap isu-isu etika dalam dunia bisnis dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Etika merupakan perilaku seseorang yang berhubungan dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Etika merupakan perilaku seseorang yang berhubungan dalam pengambilan keputusan yang baik maupun buruk. Kelompok maupun individu pasti memiliki nilai-nilai etika didalam
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA
BAB II TELAAH PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Harapan (Expectacy Theory) Teori harapan bertumpu kepada motivasi dalam berperilaku yang akan menghasilkan kombinasi suatu keinginan yang diharapakan sebagai
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: mahasiswa akuntansi, mahasiswi akuntansi, profesi akuntan
PERBEDAAN PERSEPSI ANTARA MAHASISWA DENGAN MAHASISWI AKUNTANSI TERHADAP PROFESI AKUNTAN (Studi Kasus di Universitas Sebelas Maret (UNS) dengan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)) NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciBAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. responden yang terdiri atas lima Kantor Akuntan Publik dan 4 Universitas Negeri dan
64 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Sampel Penelitian Data pada penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang terdiri atas lima Kantor Akuntan Publik dan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. berasal dari jawaban responden terhadap daftar pernyataan yang dituangkan
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Responden Dalam bab IV disajikan analisis terhadap data yang diperoleh selama penelitian. Data yang terkumpul merupakan data primer, yaitu
Lebih terperinciPERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI DAN AKUNTAN PUBLIK TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN OLEH: LIE FELIX HARYANTO TJANDRA
PERBEDAAN PERSEPSI MAHASISWA JURUSAN AKUNTANSI DAN AKUNTAN PUBLIK TERHADAP ETIKA PROFESI AKUNTAN OLEH: LIE FELIX HARYANTO TJANDRA 3203011138 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA
Lebih terperinciAbstrak. Kata Kunci : Profesionalisme, Komitmen organisasi, Locus of Control Internal, Etika profesi dan Kinerja.
Judul : Pengaruh Profesionalisme, Komitmen Organisasi, Locus of Control dan Etika Profesi Pada Kinerja Auditor (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Provinsi Bali) Nama : I Made Artha Budi Susila
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Karakteristik Responden Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi mengenai sensitivitas moral, pertimbangan moral, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejak terjadinya peristiwa jatuhnya Enron Corporation yang bangkrut
2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sejak terjadinya peristiwa jatuhnya Enron Corporation yang bangkrut pada tahun 2001, etika bisnis menjadi pokok bahasan dibalik peristiwa tersebut. Beberapa
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
31 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai demografi responden penelitian. Data demografi tersebut antara lain
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords: perception, auditor work environment, career choice. vii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRACT The purpose of this research is to examine and analyze the effect of accounting students perception of the auditor work environment to their career choice as an auditor. The method of collecting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Isu-isu etika dalam dunia bisnis dan profesi membuat perhatian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Isu-isu etika dalam dunia bisnis dan profesi membuat perhatian masyarakat menjadi meningkat, hal tersebut dikarenakan skandal-skandal perusahaan besar terjadi dan ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu. judgment atas kemampuan kesatuan usaha dalam mempertahankan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang auditor dalam menjalankan proses audit akan memberikan opini dengan judgment berdasarkan kejadian-kejadian yang dialami oleh suatu perusahaan dimasa lalu,
Lebih terperinciABSTRAK. Kata-kata kunci: profesionalisme, auditor, etika profesi, tingkat materialitas, KAP. viii. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh profesionalisme auditor dan etika profesi terhadap tingkat materialitas. Berdasarkan tujuan penelitian maka jenis penelitian ini adalah causal explanatory.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membutuhkan etika sebagai batasan akan hal-hal yang harus dilakukan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia seringkali tak menyadari hilangnya fungsi etika. Penyebab hilangnya etika tersebut karena etika merupakan bagian integral dari pribadi seseorang sehingga tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat. kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kasus audit yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir membuat kepercayaan masyarakat terhadap kualitas audit menurun. Masyarakat menjadi bertanya-tanya mengenai
Lebih terperinciJurnal Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No. 2 Juli 2013, Hal JURNAL AKUNTANSI INDONESIA
Jurnal Akuntansi Indonesia, Vol. 3 No. 2 Juli 2013, Hal. 147-156 JURNAL AKUNTANSI INDONESIA TERHADAP ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN Abstraksi Tujuan penelitian untuk mengetahui persepsi akuntan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Responden Data responden dalam penelitian ini mengunakan mahasiswa di universitas negeri dan swasta yang memiliki program studi akuntansi dan manajemen berakreditasi
Lebih terperinciBerikut ini akan dijelaskan batasan variabel penelitian dan indikatornya, seperti dalam Tabel. 1, berikut ini:
METODA PENELITIAN Obyek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada auditor internal IGE Timor Leste, alasannya bahwa IGE merupakan satu-satunya internal auditor pemerintah di Timor Leste. Desain Penelitian
Lebih terperinciMajalah Ilmiah Solusi ISSN: Vol. 14, No.3 Juli 2015
ANALISIS PENGARUH JENIS KELAMIN DAN STATUS PEKERJAAN TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN LOVE OF MONEY SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Sri Mulyani Fakultas Ekonomi, Universitas Muria Kudus Diterima:
Lebih terperinciPERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI DAN AKUNTAN PENDIDIK BINUS UNIVERSITY MENGENAI ATURAN ETIKA DALAM KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA 2010
PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI DAN AKUNTAN PENDIDIK BINUS UNIVERSITY MENGENAI ATURAN ETIKA DALAM KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA 2010 Ficha Hermanto; Sudarmo; Zulfitry Ramdan Jurusan Akuntansi dan Keuangan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam persaingan global saat ini, banyak perusahaan yang mengalami kebangkrutan karena tidak memiliki tata kelola yang baik sehingga tidak ada pemisahan tugas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kompetisi dalam dunia kerja, setiap profesi diharuskan untuk dapat bekerja secara profesional dan memiliki keahlian dan kemampuan agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan yang semakin berkembang saat ini, tidak hanya membutuhkan modal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan yang semakin berkembang saat ini, tidak hanya membutuhkan modal dari pemilik tetapi modal dari masyarakat. Perusahaan yang membutuhkan modal dari
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : komitmen organiasi, gaya kepemimpinan demokratis, etika profesi, pengalaman auditor pada kinerja auditor
Judul : Pengaruh Komitmen Organisasi, Gaya Kepemimpinan Demokratis, Etika Profesi, dan Pengalaman Auditor Pada Kinerja Auditor Nama : I Wayan Candra NIM : 1206305063 ABSTRAK Kinerja auditor dipengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. menjalankan suatu profesi juga dikenal adanya etika profesi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Profesi adalah suatu hal yang harus dibarengi dengan keahlian dan etika. Kemampuan dan keahlian khusus yang dimiliki oleh suatu profesi adalah suatu keharusan
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kompetensi sumber daya manusia dan penerapan standar akuntansi pemerintahan
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Responden Pada sub bab ini penulis akan menguraikan hasil survey yang telah diperoleh. Data yang diperoleh harus diolah terlebih
Lebih terperinciSKRIPSI PEMAHAMAN KODE ETIK AKUNTAN DI KALANGAN MAHASISWA AKUNTANSI PADA PERGURUAN TINGGI DI KOTA MEDAN OLEH :
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI MEDAN SKRIPSI PEMAHAMAN KODE ETIK AKUNTAN DI KALANGAN MAHASISWA AKUNTANSI PADA PERGURUAN TINGGI DI KOTA MEDAN OLEH : NAMA : SILVIA NIM : 070503087 DEPARTEMEN
Lebih terperinciEka Fitriyanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta Kata kunci: Persepsi profesi bidan, prestasi belajar Asuhan Kebidanan II
KORELASI PERSEPSI MAHASISWA PROFESI BIDAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ASUHAN KEBIDANAN II PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2014 Eka Fitriyanti Universitas Aisyiyah Yogyakarta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pergaulan hidup bermasyarakat dan bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional diperlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Persepsi Persepsi menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer adalah pandangan dari seseorang atau banyak orang akan hal atau peristiwa yang
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
45 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Berdasarkan data yang telah disebar kepada Auditor di 103 Kantor Akuntan Publik yang berada di seluruh wilayah Jakarta Barat dan Jakarta
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menentukan adanya kesamaan status gejala tersebut dengan membandingkannya
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tipologi Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian survey, dimana penelitian ini akan mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai
Lebih terperinciDETERMINAN PERSEPSI ETIKA MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN LOVE OF MONEY SEBAGAI VARIABEL INTERVENING. Oleh: Ayu Widyaningrum
DETERMINAN PERSEPSI ETIKA MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN LOVE OF MONEY SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Oleh: Ayu Widyaningrum Dosen Pembimbing: Dr. Ari Kamayanti, SE., MM., MSA., Ak Abstrak Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah Enron di Amerika Serikat membuat banyak pihak terkejut, apalagi hal tersebut melibatkan salah satu Kantor Akuntan Publik (KAP) internasional yakni Arthur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. membuat akuntan publik riskan terhadap godaan-godaan dan resiko, sehingga
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Akuntan publik atau auditor merupakan salah satu pihak yang mempunyai peran penting dalam kegiatan perekonomian di dunia. Salah satu tugas penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Profesi akuntan publik memiliki peranan penting dalam melakukan audit laporan keuangan dalam suatu organisasi dan merupakan profesi kepercayaan masyarakat.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/ Subyek Penelitian Populasi yang dijadikan obyek penelitian ini adalah auditor independen yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di wilayah Yogyakarta, Surakarta,
Lebih terperinciDisusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada. Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Oleh:
PENGARUH GENDER, PRESTASI BELAJAR, STATUS SOSIAL EKONOMI, DAN ETHNIC BACKGROUND TERHADAP PERSEPSI ETIS MAHASISWA AKUNTANSI DENGAN LOVE OF MONEY SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Empiris Pada Mahasiswa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. whistleblower. Beberapa dekade terakhir istilah whistleblower menjadi makin. pemukul kentongan, atau pengungkap fakta.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Profesi Akuntan dan Auditor tentunya menjadi pilihan mahasiswa Akuntansi untuk meneruskan jenjang karirnya. Maraknya kasus-kasus keuangan membuat para calon
Lebih terperinci: Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang
Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 : Tabel Distribusi Kuesioner pada KAP di Jakarta dan Tangerang : Kuesioner : Hasil Uji Deskriptif : Hasil
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/ Subyek Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif yaitu prosedur pemecahan masalah yang diteliti dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyampaian opini merupakan hasil akhir dari pekerjaan seorang auditor.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyampaian opini merupakan hasil akhir dari pekerjaan seorang auditor. Opini merupakan suatu pernyataan dari auditor apakah laporan keuangan yang diperiksa
Lebih terperinciPERBEDAAN PERSEPSI ANTARA MAHASISWA SENIOR DAN JUNIOR MENGENAI PROFESI AKUNTAN PADA PROGRAM S-1 REGULER DAN S- TRANSFER PTS X
PERBEDAAN PERSEPSI ANTARA MAHASISWA SENIOR DAN JUNIOR MENGENAI PROFESI AKUNTAN PADA PROGRAM S-1 REGULER DAN S- TRANSFER PTS X (Perception Differences of Accounting Profession between Senior and Junior
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan dalam mempertanggung jawabkan aktivitas bisnisnya dan menilai kinerja organisasi diharuskan untuk menyampaikan laporan keuangan yang disusun sesuai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap kualitas audit yang dihasilkan oleh
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Beberapa tahun terakhir sangat berarti bagi profesi akuntan khususnya para auditor. Munculnya beberapa kasus mengenai profesi auditor di awal abad ini mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. WorldCom terkait dengan laporan adanya tindakan tidak etis yang dilaporkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Memasuki abad kedua puluh, dunia dikejutkan dengan skandal Enron dan WorldCom terkait dengan laporan adanya tindakan tidak etis yang dilaporkan oleh karyawannya (Menk,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Auditor independen ialah merupakan suatau akuntan publik yang bersertifikat atau kantor akuntan publik yang melakukan audit atas entitas keuangan komersial maupun non
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Menurut Suharsimi Arikunto (2006:118) Objek penelitian adalah fenomena atau masalah penelitian yang telah diabstraksi menjadi suatu konsep atau
Lebih terperinciPROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
PENGARUH MOTIVASI TERHADAP MINAT MAHASISWA AKUNTANSI UNTUK MENGIKUTI PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAK) (Studi Empiris pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surakarta) Disusun sebagai salah
Lebih terperinciBAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. responden dan data penelitian, uji instrumen penelitian, analisis data, pengujian
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan pada bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum responden dan data penelitian, uji instrumen penelitian, analisis data, pengujian hipotesis, dan pembahasan atas hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan ekonomi suatu perusahaan memacu profesi akuntan untuk melakukan tindakan persaingan yang cukup tajam dalam dunia bisnis. Semua perusahaan memiliki
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) yang terletak di Jakarta. Responden yang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. bukti adanya expectation gap mengenai kegunaan laporan keuangan.
BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan bahwa telah terjadi perbedaaan persepsi tanggung jawab antara manajer dengan auditor. Penelitian
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
48 BAB IV ANALISIS DATA Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi skeptisisme profesional auditor pada KAP di Yogyakarta. Sesuai dengan permasalahan dan perumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu perusahaan digunakan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan, baik besar maupun kecil pada umumnya mempunyai tujuan yang sama yaitu memperoleh laba. Laba yang diperoleh oleh suatu perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Audit merupakan suatu proses untuk mengurangi ketidakselarasan informasi yang terdapat antara manajer dan pemegang saham. Untuk itu diperlukan pihak ketiga (akuntan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan sebuah organisasi yang bergerak di bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit kepatuhan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan membutuhkan sumber dana yang akan digunakan untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan membutuhkan sumber dana yang akan digunakan untuk pengembangan usahanya. Sumber dana yang diperoleh perusahaan dapat berupa saham, obligasi, ataupun pinjaman.
Lebih terperinciABSTRAK. iii. Universitas Kristen Marantha
ABSTRAK Akuntan memiliki andil yang besar dalam memperbaiki perekonomian Indonesia. Jasa akuntan khususnya dalam penugasan audit sangat dibutuhkan untuk menilai dan menentukan kewajaran laporan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profesi akuntan publik diperlukan untuk dapat memberikan penilaian atas kewajaran laporan keuangan agar laporan keuangan tersebut tidak memberikan informasi yang menyesatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan penilaian atas kewajaran dari laporan keuangan. khususnya, memperoleh infomasi keuangan yang andal sebagai dasar
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jasa profesional akuntan merupakan jasa yang diberikan oleh akuntan publik untuk mengatasi krisis ketidakpercayaan masyarakat terhadap laporan keuangan suatu perusahaan.
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Diawal tahun 2000 dunia dikejutkan dengan merebaknya kasus-kasus
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Diawal tahun 2000 dunia dikejutkan dengan merebaknya kasus-kasus manipulasi akuntansi yang melibatkan perusahaan-perusahaan raksasa terkemuka didunia. Perusahaan- perusahaan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden
BAB 4 ANALISA DATA 4.1 Profile Responden Pada penelitian ini, peneliti telah menyusun profile responden yang dibagi kedalam beberapa macam, yakni berdasarkan: 1. Nama pusat kebugaran langganan responden
Lebih terperinciPERSEPSI GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TERHADAP PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI KOTA KEDIRI
PERSEPSI GURU SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN TERHADAP PROFESI AKUNTAN PUBLIK DI KOTA KEDIRI Linawati dan Eunike Rose Mita lukiani Prodi Pendidikan Ekonomi Akuntansi, FKIP, Universitas Nusantara PGRI Kediri,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of. objek dan kejadian yang ada di sekitar lingkungannya.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Moral Kognitif Teori perkembangan moral (moral development), pada awalnya dikemukakan oleh Pieget (1932) dalam bukunya, The Moral Judgement of a Child
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1 Prosedur Pemilihan Sampel
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1. DESKRIPSI DATA Penelitian ini menggunakan data primer yaitu berupa kuesioner dimana kuesioner yang disebar sebanyak 550 buah kuesioner virtual yang disebar melalui
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Sistem pengendalian mutu memberikan panduan bagi Kantor Akuntan Publik dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya. Dalam perikatan jasa profesional, Kantor Akuntan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akuntan Indonesia (Indonesian Institute of Accountants) yang disingkat IAI.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan dunia global serta tuntutan profesi dalam menghasilkan profesi akuntan yang baik, maka dalam menjalankan aktivitasnya seorang akuntan dituntut
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian dalam penulisan ini adalah Pengaruh Etika Profesi dan Pengalaman Auditor Terhadap Ketaatan Kualitas Audit. Unit Penelitian yang penulis
Lebih terperinciPENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Secara umum auditing merupakan suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian-kejadian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
37 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kausal komparatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kemungkinan adanya hubungan sebab akibat dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia usaha di Indonesia memberikan dampak bagi peningkatan kegiatan usaha perusahaan. Peningkatan kegiatan usaha tersebut disertai dengan semakin kompleksnya
Lebih terperinciPengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Semarang)
Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Profesionalisme Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik Di Semarang) Ponny Harsanti, Aprilia Whetyningtyas 1 Diterima : 6 Sepember
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. T Pengaruh faktor..., Oktina Nugraheni, FE UI, 2009.
18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fungsi audit sangat penting untuk mewujudkan akuntabilitas dan transparansi dalam suatu organisasi. Hasil audit akan memberikan umpan balik bagi semua
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin kompleks (Halim, 2008). Peningkatan kompleksitas tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan perkembangan usaha dan ekonomi secara global, turut berdampak pada permasalahan akuntansi dan proses penyajian laporan keuangan semakin kompleks
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari pelaporan keuangan adalah menyediakan informasi yang ditujukan kepada pihak pemakai baik pihak internal maupun pihak eksternal perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan yang belum atau tidak diaudit. keuangan yang terjadi akhir-akhir ini. Singgih dan Bawono (2010) menyebutkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu manfaat dari jasa akuntan publik adalah memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan yang telah diaudit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri UKDW
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Akuntan Publik adalah akuntan yang telah memperoleh izin dari menteri keuangan untuk memberikan jasa Akuntan Publik di Indonesia. Kententuan mengenai akuntan publik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa akuntansi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Islam Indonesia, dan Universitas Ahmad Dahlan.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengambil lokasi di KAP berlokasi di Surakarta dan
31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini mengambil lokasi di KAP berlokasi di Surakarta dan Yogyakarta dengan menggunakan responden seluruh auditor yang terdapat dalam KAP dari
Lebih terperinciABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK Akuntansi merupakan salah satu jurusan di fakultas ekonomi yang banyak diminati oleh mahasiswa saat ini. Pendidikan akuntansi harus menghasilkan akuntan yang profesional sejalan dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden Berdasarkan penyebaran data kepada auditor di Kantor Akuntan Publik yang berada di Jakarta Barat jumlah kuesioner yang disebar sebanyak 80
Lebih terperinciBAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN
BAB III DATA DAN METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Data Penelitian Di dalam sub bab berikut ini akan dijelaskan secara detail mengenai data-data yang dipergunakan dalam penelitian ini. 3.1.1 Jenis dan Sumber Data
Lebih terperinciPENGARUH SIFAT MACHIAVELLIAN
PENGARUH SIFAT MACHIAVELLIAN DAN PERKEMBANGAN MORAL TERHADAP DYSFUNCTIONAL BEHAVIOR DENGAN GENDER SEBAGAI VARIABEL MODERASI Feny Widyawati 12133100061 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciPERSEPSI AUDITOR MENGENAI PENGARUH KEAHLIAN, KECERMATAN PROFESIONAL DAN KEPATUHAN PADA KODE ETIK TERHADAP TINGKAT KINERJA AUDITOR
PERSEPSI AUDITOR MENGENAI PENGARUH KEAHLIAN, KECERMATAN PROFESIONAL DAN KEPATUHAN PADA KODE ETIK TERHADAP TINGKAT KINERJA AUDITOR Maretha No. Hp : 081298286068 Email : chen_thatha@yahoo.com (Maretha, Hidayatullah,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi
BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi makin meluas dan peran teknologi informasi dalam mewujudkan kelancaran aktivitas perusahaan juga semakin penting. Perkembangan
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pelaksanaan Pelatihan pada PT. MASWANDI. dipertimbangkan oleh para manajer dengan cermat diantaranya adalah
BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN 4.1 Pelaksanaan Pelatihan pada PT. MASWANDI Seperti disebutkan sebelumnya, dalam pelaksanaan pelatihan pada PT. MASWANDI perlu diadakannya pertanyaan-pertanyaan yang harus
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat memicu persaingan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan dunia usaha yang semakin pesat memicu persaingan yang tinggi diantara pelaku bisnis. Para pengelola perusahaan berusaha untuk meningkatkan pendapatan, salah
Lebih terperinciABSTRAK. professional mempunyai hasil Chi-kuadrat hitung = dan Chi-kuadrat tabel = jadi H
ABSTRAK Berkarir di Kantor Akuntan Publik merupakan karir yang sangat menjanjikan karena diharga secara finansial. Karir sebagai akuntan publik memberikan tantangan intelektual dan pengalaman belajar sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang bisnis UKDW
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti ini dimana seluruh dunia, khususnya di Indonesia sedang diperhadapakan pada berbagai persaingan yang sangat ketat, khususnya pada bidang
Lebih terperinciHAK CIPTA LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI...
DAFTAR ISI HAK CIPTA LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI... i ABSTRAK... ii ABSTRACT... iii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... xii
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu bentuk organisasi akuntan publik yang. memperoleh izin sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berusaha
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Akuntan profesional mempunyai peran penting dalam dunia bisnis dan perkembangannya. Profesi akuntan kini menjadi salah satu profesi kunci dalam perkembangan
Lebih terperinci