BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 5 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Standard H.264 H.264 adalah pengkodean yang direkomendasikan oleh ITU-T untuk melakukan kompresi video. H.264 pertama kali diumumkan pada tahun 2003 oleh ITU-T (International telecommunication Union) dan ISO/IEC (International Organization for Standardization/International Electrotechnical Commission). Standar H.264 adalah standar yang digunakan untuk melakukan pengkodean yang hemat bit rate, ukuran file, dan efisien. Dengan pengkodean H.264 dapat menghasilkan ukuran data yang semakin kecil ketika disimpan atau dikirimkan melalui media transmisi. H.264 menyediakan fungsi yang sama dari standar sebelumnya seperti MPEG-2 dan MPEG-4 namun lebih efisien dalam melakukan kompresi video dan lebih flexible untuk melakukan kompresi, pengiriman data dan penyimpanan video data Codec H.264 H.264 memiliki elemen yang sama dengan standar pengkodean sebelumnya namun pada H.264 menggunakan deblocking filter,dan mengubah detail setiap blok fungsionalnya. Dalam Encoder H.264 ada 2 jalur yaitu jalur forward dan jalur reconstruction.

2 6 Gambar 2.1 Encoder H.264 [9] Gambar 2.2 Decoder H.264 [9] 1) Kompresi Intraframe Kompresi Intrafame dilakukan dengan memanfaatkan redundansi spatial yang terdapat dalam suatu frame. Redundansi ini disebabkan karena adanya kesamaan antara sebuah pixel dengan pixel disekitarnya Kompresi intraframe terdiri dari proses transformasi dan kuantisasi, dalam proses transformasi digunakan Discrete Cosinus Transform (DCT) untuk melakukan proses transformasi dari domain waktu ke domain

3 7 ruang. Kuantisasi digunakan untuk memotong hasil transformasi, proses selanjutnya adalah pengkodean dengan menggunakan Run Length Encoding (RLE) dan Variable Length Coding (VLC). Tahap paling awal pada kompresi intraframe adalah persiapan blok, yaitu suatu frame dibagi menjadi blok blok yang tidak saling menindih. Pembagian blok ini diperlukan agar proses kompresi menjadi efisien, karena proses akan dilakukan pada blok blok yang relatif kecil. 2) Discrete Cosine Transform ( DCT ) Prinsip dasar yang dilakukan dengan Discrete Cosine Transform ( DCT ) adalah mentransformasikan data dari domain ruang ke domain frekuensi. Masukan proses DCT berupa matrik data dua dimensi N x N, keluaran proses DCT juga merupakan matriks data dua dimensi N x N, dimana f (x,y) sama dengan data pada domain ruang dan F (u,v) sama dengan domain frekuensi. Tiap koefisien dari matriks keluaran ini merupakan nilai pada tiap frekuensi spatial dua dimensi. Pada gambar 2.1 ditunjukkan proses DCT F(x,y) DCT F(u,v) Gambar 2.3 Discrete Cosine Transform [2]

4 8 Koefisien (0,0) merupakan koefisien pada frekuensi terendah dalam matriks. Koefisien ini disebut sebagai koefisien DC, yang paling menentukan pada blok, karena merupakan nilai rata rata dari blok. Koefisien lainnya disebut sebagai koefisien AC, yang menerangkan jumlah daya spektral yang terdapat pada masing masing frekuensi spatial. Mata manusia lebih peka pada frekuensi rendah ( pada kiri atas matriks ), terutama frekuensi DC, daripada frekuensi tinggi ( pada kanan bawah matriks ). Hal ini dikarenakan distorsi yang terjadi pada frekuensi tinggi tidak merusak data secara signifikan. Sifat ini dmanfaatkan dengan memotong data pada frekuensi tinggi yang dilakukan dengan proses kuantisasi. Pada dekompresi, untuk mentransformasikan kembali data dari domain frekuensi ke domain ruang, digunakan inverse dari discrete cosine transform atau IDCT. 3) Kuantisasi Proses kuantisasi merupakan proses untuk mengurangi jumlah bit yang diperlukan untuk menyimpan suatu nilai dengan memperkecilnya. Proses ini diterapkan pada keluaran proses DCT. Kuantisasi dilakukan dengan membagi keluaran proses DCT dengan suatu nilai yang ditetapkan dalam matriks kuantisasi. Quantum adalah matriks kuantisasi. Matriks kuantisasi dapat dipilih uniform atau nonuniform. Pada matriks kuantisasi uniform, semua koefisien mempunyai besar yang sama, sedangkan, pada matriks

5 9 kuantisasi nonuniform, koefisien koefisien pada matriks meningkat tajam dari titik pusat. Hal ini akan mengakibatkan nilai frekuensi tinggi pada keluaran DCT akan dipotong dengan cepat, sehingga kompresi yang dilakukan lebih efektif. Hasil proses dekuantisasi cenderung mengalami distorsi dibandingkan nilai aslinya. Hal ini dikarenakan pada proses kuantisasi inilah terjadi error paling besar, yang disebabkan proses pembulatan 4) Run Length Encoding (RLE) RLE ( Run Length Encoding ) adalah proses serangkaian simbol yang berurutan dikodekan menjadi suatu kode yang terdiri dari simbol tersebut dan jumlah perulangannya. Hasil proses transformasi yang dikuantisasi cenderung nol untuk frekuensi tinggi. Untuk melakukan RLE secara efektif, keluaran proses kuantisasi tadi dibaca secara linier dari frekuensi terendah sampai frekuensi tertinggi. Cara yang digunakan adalah zig - zag scanning, yaitu membaca secara zig-zag dimulai dari koefisien DC (0,0), kemudian koefisien (0,1), koefisien (1,0) hingga koefisien (NxN). Urutannya dapat dilihat pada gambar 2.2.Pada keluaran proses DCT yang dikuantisasi, nilai nol cenderung berulang secara berurutan, sedangkan nilai lain jarang muncul berurutan. Oleh karena itu RLE akan dilakukan dilakukan pada data bernilai 0.

6 10 Gambar 2.4 Zig zag Scanning [2] Pada dekompresi, proses sebaliknya dilakukan, hasil RLE diuraikan kembali, dan dibaca sebagai blok, selanjutnya diumpankan untuk masukan proses dekuantisasi. 5) Entropy Coding Pada standar H.264 ada dua pilihan mode, yaitu mode nol untuk pengkodean dengan VLC dan mode satu untuk CABAC (Context-Base Adaptive Binary Arithmetic Coding). a. Variable Length Encoding (VLC) VLC digunakan untuk mengkodekan simbol dengan kode kode tertentu yang mempunyai panjang berlainan. Pengkodean ini menggunakan prinsip entropi, yaitu simbol yang sering muncul dikodekan dengan kode yang pendek dan simbol yang jarang muncul dikodekan dengan kode yang panjang. Dengan demikian, secara keseluruhan bit yang dibutuhkan menjadi lebih sedikit. Pada kompresi intraframe, hasil proses RLE dikodekan dengan VLC, maka jumlah bit yang disimpan atau ditransmisikan menjadi lebih kecil.

7 11 b. CABAC(Context-base Adaptive Binary Arithmetic Coding) Jika pada standar H.263 algoritma yang digunakan jika VLC tidak dipilih adalah Huffman, maka pada standar H.264 digunakan CABAC(Context-base Adaptive Binary Arithmetic Coding). Ini dilakukan saat entropy coding diset ke 1. Untuk membuat pengkodean dengan metode CABAC, langkah langkahnya sebagai berikut : Binarization: mengkodekan symbol-simbol kedalam biner 0 dan 1. Context Model Selection: menentukan probabilitas simbol yang telah dibinerkan. Arithmetic Encoding: Suatu coder arithmetic mengencode setiap simbol dari model probabilitas, hanya yang mengacu dengan 0 dan 1. Probability Update: model context yang dipilih diperbaharui berdasarkan actual 6) Kompresi Interframe Kompresi interframe dilakukan dengan memanfaatkan redundansi temporal yang terdapat antar frame. Redundansi temporal disebabkan adanya pixel pixel yang berkorelasi di antara frame - frame tersebut, terutama dikarenakan banyak bagian frame yang tidak berubah dibanding frame sebelum atau sesudahnya Proses yang digunakan dalam kompresi interframe adalah estimasi gerak (motion compensation) dengan teknik

8 12 pencocokan blok (matching block) untuk mendapatkan vektor gerak (motion vector). 7) Estimasi dan Kompensasi Gerak Estimasi gerak ( motion estimation ) merupakan teknik kompresi interframe yang memprediksi sebuah frame dari frame sebelumnya ( reference frame ), dengan mengestimasi gerakan blok blok antar frame tersebut. Frame dibagi menjadi blok blok yang tidak overlap. Tiap blok dibandingkan blok blok berukuran sama, pada frame sebelumnya dengan melakukan pencocokan blok ( block matching ) Dalam melakukan pencocokan tersebut, lokasi dari blok yang paling mirip atau match pada frame referensi (reference frame) berbeda dari lokasi blok target (target block). Perbedaan relatif posisi ini disebut vektor gerak (motion vector), seperti ditunjukkan pada gambar 2.5 Gambar 2.5 Vektor gerak [2] Jika posisi blok target dan blok yang match sama, maka vektor geraknya adalah nol. Vektor gerak inilah yang menunjukkan pergeseran blok blok antar frame. Ketika mengkodekan tiap blok dari frame yang diprediksi, vektor gerak yang menunjukkan posisi blok yang match pada

9 13 frame referensi, dikodekan pada posisi blok yang match pada frame referensi, dikodekan pada posisi target blok itu sendiri, maka terjadi kompresi, karena jumlah bit yang diperlukan untuk mengkodekan vektor gerak lebih sedikit daripada untuk mengkodekan suatu blok secara utuh. Pada dekompresi, decoder menggunakan vektor gerak untuk menemukan matching block pada frame referensi dan menyalin matching block tersebut ke posisi yang sesuai pada frame yang sedang diprediksi. Dengan demikian, suatu frame prediksi tersusun atas blok blok dari frame sebelumnya. Keefektifan teknik kompresi menggunakan kompensasi gerak berbasis blok ini bergantung pada beberapa kondisi berikut: a. Objek bergerak pada bidang datar. Efek dari zoom dan rotasi tidak dapat ditangani dengan metode ini b. Pencahayaan harus konstan dan seragam. Objek yang mengalami perubahan pencahayaan tidak dapat dikenali c. Objek yang dilewati objek lain tidak dapat ditangani dengan metode ini. Blok blok yang terletak pada pinggiran frame, diestimasi dan vector gerak boleh melebihi batas frame. Pixel pixel pinggir digunakan untuk melakukan kompensasi bila vektor gerak menunjuk ke pixel yang berada diluar batas frame. 8) Block Matching Pencocokan blok atau block matching adalah proses pembandingan blok dengan blok blok pada frame sebelumnya, untuk menemukan matching block. Matching block merupakan proses yang paling banyak

10 14 menyita waktu selama encoding. Matching block cukup dilakukan pada komponen kecerahan (luminance) dari frame. Hal ini dikarenakan mata manusia lebih peka terhadap kecerahan. Langkah pertama untuk proses ini adalah membagi frame menjadi blok blok berukuran tertentu. Ukuran blok yang besar mengakibatkan sedikit jumlah vektor gerak yang dihasilkan. Namun, akan sulit menemukan blok yang match dengannya dan error yang dihasilkan perbedaan blok relatif besar. Blok yang dibandingkan dengan blok blok pada frame referensi disebut sebagai blok target. Langkah selanjutnya adalah menentukan search area atau daerah pencarian pada frame referensi. Pencarian blok yang match dapat dilakukan pada seluruh daerah frame referensi. Namun karena perubahan antar frame cenderung kecil, daerah pencarian cukup dibatasi pada posisi sekitar blok target pada frame referensi, maka ditentukan suatu maximum displacement yang membatasi jumlah pixel maksimum pada arah vertikal dan horizontal dari posisi blok target pada frame saat ini. Langkah terakhir adalah menemukan pencocokan blok pada daerah pencarian. Proses ini dilakukan dengan membandingkan target blok dengan blok blok pada daerah pencarian yang disebut blok kandidat. Semakin besar displacement, semakin luas daerah pencarian, semakin besar pula peluang untuk mendapatkan pencocokan blok yang bagus. Namun jumlah blok kandidat meningkat secara kuadratik sebanding dengan peningkatan displacement, sehingga lebih banyak lagi pembandingan blok yang perlu dilakukan Pencocokan blok target dengan blok blok kandidat pada daerah pencarian dilakukan

11 15 dengan besar step tertentu, yang merupakan besar pergeseran dalam pencarian blok. Jumlah blok kandidat, selain ditentukan oleh ukuran daerah pencarian, ditentukan pula oleh besarnya step Gambar 2.6 Pencocokan Blok [2] Setelah diperoleh matching blok, maka perbedaan posisinya dengan target blok disebut vektor gerak (motion vector), Proses ini menghasilkan vektor gerak pada arah horizontal MVx dan vektor gerak pada arah vertical MVy Struktur H.264 H.264 memiliki 3 profil utama yaitu baseline profile, main profile dan extended profile, yang setiap profile mendukung kumpulan keterangan dari fungsi pengkodean dan menentukan apa yang diperlukan oleh encoder dan decoder agar sesuai dengan profile. Baseline profile mendukung pengkodean untuk intraframe dan interframe dengan menggunakan I dan

12 16 P slices. Pengkodean entropy dengan context-adaptive variable-length codes (CAVLC). Main profile mendukung layanan untuk jalinan video, pengkodean interframe menggunakan frame B, pengkodean intraframe menggunakan prediksi pembobotan, dan pengkodean entropy dengan context-adaptive based arithmetic coding (CABAC). Gambar 2.7 H.264 profile [8] Extended profile tidak mendukung layanan jalinan video atau pengkodean entropy dengan CABAC tetapi menambahkan mode untuk memungkinkan pertukaran bitstream (SP dan SI Slices) dan memperbaiki error resilience (Data Partitioning). Aplikasi untuk baseline profile adalah videotelephony, videoconferencing,dan komunikasi jaringan tanpa kabel. Aplikasi untuk main profile adalah siaran televisi, penyimpanan video. Aplikasi untuk extended profile adalah aplikasi untuk streaming

13 17 media. Ketiga profile diatas harus memiliki fleksibilitas yang cukup untuk mendukung pengiriman dari area yang jauh Format Video Format video yang digunakan pada H.264 untuk inputan atau output adalah 4:2:0, 4:2:2 dan 4:4:4 interlace video atau progressive. Dalam format sampling 4:2:0 Cb dan Cr (chrominance) memiliki setengah nilai vertical dan Y (Luminance) memiliki setengah nilai horizontal. Dalam format sampling 4:4:4 berarti ketiga komponen (Y: Cr: Cb) memiliki resolusi yang sama, oleh karena itu sampel masingmasing komponen berada di setiap posisi pixel. Angka-angka tersebut menunjukkan hubungan sampling rate dari masing-masing komponen pada arah horisontal, yaitu untuk setiap 4 sampel luminance ada 4 Cr dan 4 Cb sampel. Sampling 4:4:4 mempertahankan full fidelity dari komponen chrominance Format data yang dikodekan H.264 membedakan antara Video Coding Layer (VCL) dan Network Abstraction Layer (NAL). Keluaran dari proses encoding ini adalah data VCL yang dipetakan dalam unit NAL sebelum dikirimkan atau disimpan. Setiap unit NAL berisi Raw Byte Sequence Payload (RBSP). RBSP adalah kumpulan data yang berhubungan dengan data video yg dikodekan atau informasi header. Urutan video yang dikodekan ditampilkan dalam NAL yang berurutan. Tujuan pemisahan VCL dengan

14 18 NAL adalah untuk membedakan fitur coding-specific (VCL) dan transport specific (NAL). Gambar 2.8 Format NAL [7] Format NAL pada H.264 mengirimkan secara konstan sequence parameter set (SPS), picture parameter set (PPS), dan Instantaneous decoder refresh (IDR) Main Profil Aplikasi dari main profile adalah penyiaran media seperti digital televise dan penyimpanan video digital. Main profile hampir semua bagian dari baseline profile kecuali redundant slice, slice group dan ASO. Fitur tambahan yang ada dalam main profile adalah B slices, weight prediction (prediksi pembobotan), mendukung interlace video (jalinan video) dan CABAC (context-adaptive based arithmetic coding) B slices 1) Gambar referensi B slice menggunakan dua buah list dari gambar referensi yang telah dikodekan sebelumnya, yaitu list 0 dan list 1.

15 19 Gambar 2.9 Prediction dalam B macroblock past and/or future [7] Kedua list dapat berisikan pengkodean past and/or future (gambar sebelum atau sesudah dari gambar yang ditampilkan sekarang). 2) Prediction option Partisi makroblok dalam sebuah B slices dapat diprediksi dengan memilih satu dari mode yang langsung (direct mode), prediksi motion compensation dari list 0 gambar referensi, prediksi mode compensation dari list 1 gambar referensi, atau prediksi motion compensate bi-predictive dari list 0 atau list 1 gambar referensi. 3) Bi-prediction Bi-prediction mode digunakan sebuah blok referensi yang memiliki ukuran yang sama sebagai partisi yang sekarang atau menggunakan motion compensation yang dibuat dari list 0 dan list 1 dalam gambar berurut dan setiap sampel prediksi blok dihitung nilai rata-rata dari list 0 dan list 1 dari prediksi yang disampel. pred (i, j) = (pred 0(i, j)+ pred (i, j)+ 1) >> 1 (2.1) Pred0(i,j) dan pred1(i,j) adalah sampel prediksi yang berasal dari list 0 dan list 1 frame referensi, sedangkan pred(i,j) adalah Bi-predictive sampel.

16 20 4) Direct prediction Tidak ada pergerakan vector yang dikirimkan untuk B slices makroblok atau pengkodean partisi makroblok dalam direct prediction, malahan decoder menghitung vector list 0 dan list 1 berdasarkan vector yang telah dikedokan sebelumnya dan menggunakan hasilnya sebagai carry out biprediction motion compensation dari pengurangan sampel decoder. 5) Weighted Prediction Weighted prediction (prediksi pembobotan) adalah sebuah metoda untuk memodifikasi sample dari motion compensation data prediksi dalam P atau B slices makroblok. Ada 3 tipe dalam prediksi pembobotan H.264 yaitu (a). Slice P makroblok yang secara jelas digunakan sebagai prediksi pembobotan, (b). Slice B makroblok yang secara jelas digunakan sebagai prediksi pembobotan, dan (c). Slice B makroblok yang secara implist digunakan sebagai prediksi pembobotan. 6) Interlace video Interlace video membutuhkan alat yang optimis untuk kompresi dari bidang makroblok. Frame gambar yang mendukung untuk dikodekan adalah yang memiliki signal header untuk setiap slices. Dalam makroblok yang adaptif pemilihan dari frame yang dikodekan dapat dibedakan dari level makrobloknya Context-based Adaptive Binary Arithmetic Coding (CABAC) CABAC diguanakn saat entropy coding diset dengan nilai 1, dan menggunakan arithmetic coding untuk encoder dan decoder. CABAC

17 21 memiliki kelebihan karena memiliki performansi yang bagus di dalam (a).pemilihan model kemungkinan untuk setiap syntax elemen sesuai dengan konteks elemen yang digunakan. (b).perkiraan kemungkinan yang dapat menyesuaikan diri berdasarkan dari statistik yang ada. (c). Lebih menggunakan arithmetic coding daripada variable length coding High Profile Empat High Profile bersama dengan Main Profil untuk perbandingan. Masing-masing Profil menambahkan coding tool yang mendukung aplikasi berkualitas lebih tinggi High Definition, extended bit depths, kedalaman warna yang lebih tinggi dengan kompleksitas decoding yang lebih besar. High Profile merupakan superset dari Main Profile dan menambahkan beberapa feature, antara lain: transformasi 4 4 dan 8 8 interprediction untuk kinerja pengkodean yang lebih baik, terutama pada resolusi spatial lebih tinggi, quantizer scale matrices mendukung frequency-dependent quantizer weightings, pemisahan quantizer parameter untuk Cr dan Cb serta mendukung untuk video monokrom (4:0:0 format). High Profile memungkinkan untuk menggunakan code rate yang lebih tinggi untuk Level yang sama. High Profile sangat berguna untuk aplikasi High Definition. Profil lebih lanjut menambahkan alat yang lebih canggih yang mungkin diperlukan atau berguna untuk aplikasi profesional seperti content distribution, pengarsipan, dan lain-lain. Jumlah maksimum bit per

18 22 sampel diperpanjang menjadi 10 bit dalam High10 Profile dan 14 bit dalam High 4:4:4 Predictive Profile. High 4:2:2 Profile menambahkan dukungan untuk 4:2:2 video, contohnya resolusi Chroma yang lebih tinggi, dan High 4:4:4 Profile memperluasnya sampai 4:4:4 sehingga memberikan resolusi video yang sama dalam komponen Luma dan komponen Chroma, serta menambahkan separate coding untuk setiap komponen warna dan lossless coding mode yang menggunakan predictive coding Intra Profile Untuk aplikasi profesional, all-intra coding adalah metode common coding, terutama untuk kemudahan mengedit bitstream. Beberapa percobaan dan demonstrasi menunjukkan bahwa desain intra coding H.264/MPEG4-AVC memiliki kinerja yang baik. Dengan demikian, penambahan baru termasuk empat profil untuk aplikasi all-intra. Masingmasing dirancang sebagai all-intra yang merupakan subset dari predictive profile yang sesuai, dan profil tambahan untuk mengurangi kompleksitas decoder dengan membatasi metode pengkodean entropi hanya untuk kompleksitas terbatas dari dua skema pengkodean entropi yaitu CABAC dan CAVLC High 4:4:4 Profile Sebagai superset dari existing High 10 dan High 4:2:2 profile, High 4:4:4 profile mendukung semua coding tools (termasuk yang

19 23 digunakan dalam inter frame prediction) dan bit depth hingga 14 bit per sampel, telah dibuat sehingga transmisi real-time atau penyimpanan efisien dari video berkualitas tinggi juga dapat dicapai. Bersama dengan High 4:4:4 Predictive Profile, High 4:4:4 Intra Profile juga mendukung common dan independent mode serta berlaku untuk lebih banyak jenis aplikasi video 4:4: Perbedaan Main Profile dengan High 4:4:4 Profile Main Profile (MP): profil ini awalnya dimaksudkan sebagai mainstream consumer profile untuk aplikasi broadcast dan penyimpanan. Pentingnya profil ini memudar ketika High Profile dikembangkan berdasarkan aplikasi ini. High Profile (HiP): Ini adalah profil utama untuk aplikasi broadcast dan disk storage, terutama untuk aplikasi high-definition televisi. Ini adalah profil yang diadopsi ke dalam HD DVD dan Blu-ray Disc. Ada empat Profil Tinggi (Fidelity range extensions/frext), yaitu: High 10 Profile (Hi10P): Di luar kemampuan mainstream consumer product saat ini, profil ini dibangun di atas High Profile, menambahkan dukungan hingga 10 bit per sampel dari presisi decoded picture. High 4:2:2 Profile (Hi422P): Profil ini terutama untuk aplikasi profesional yang menggunakan interlaced video. Profil ini dibangun di atas High 10 Profile, menambahkan dukungan untuk 4:2:2 chroma sub

20 24 sampling dengan tetap menggunakan hingga 10 bit per sampel dari presisi decoded picture. High 4:4:4 Intra Profile : Profil ini dibangun di atas High 4:2:2 Profile, mendukung sampai 4:4:4 chroma sampling, hingga 14 bit per sampel, dan tambahan pendukung efficient lossless region coding dan pengkodean dari setiap gambar sebagai tiga separate color planes. CAVLC 4:4:4 intra profil: High 4:4:4 Profile dibatasi hanya untuk penggunaan all-intra dan untuk pengkodean entropi CAVLC. Tabel 2.1 Feature dalam H.264/MPEG-4 AVC Profile [8] Feature CBP BP XP MP HiP Hi10P Hi422P Hi444PP B Slices No No Yes Yes Yes Yes Yes Yes SI and SP Slices No No Yes No No No No No Flexible macroblock ordering No Yes Yes No No No No No (FMO) Arbitrary slices ordering (ASO) No Yes Yes No No No No No Redundant Slices (RS) No Yes Yes No No No No No Data Partitioning No No Yes No No No No No Interlaced Coding (PicAFF, MBAFF) No No Yes Yes Yes Yes Yes Yes CABAC entropy coding No No No Yes Yes Yes Yes Yes 8x8 vs 4x4 transform adaptivity No No No No Yes Yes Yes Yes Quantization scaling matrics No No No No Yes Yes Yes Yes Separate Cb and Cp QP control No No No No Yes Yes Yes Yes Monochrome (4:0:0) No No No No Yes Yes Yes Yes Chroma Formats 4:2:0 4:2:0 4:2:0 4:2:0 4:2:0 4:2:0 4:2:0 / 4:2:2 4:2:0 / 4:2:2 / 4:4:4 Sample depth (bits) to 10 8 to 10 8 to 14 Separate color plane coding No No No No No No No Yes Predictive lossless coding No No No No No No No Yes

21 25 AVC Profile : Di bawah ini adalah beberapa feature utama dalam H.264/MPEG-4 Tabel 2.2 Main Feature dalam H.264/MPEG-4 AVC Profile [7] YCrCb sampling formats [2] Gambar 2.11 menunjukkan tiga sampling patterns untuk Y, Cr dan Cb yang digunakan oleh H.264/AVC. Sampling 4:4:4 berarti bahwa ketiga komponen (Y: Cr: Cb) memiliki resolusi yang sama dan karenanya sampel masing-masing komponen ada di setiap posisi pixel. Angka-angka tersebut menunjukkan hubungan sampling rate dari masing-masing komponen pada arah horisontal,yaitu untuk setiap 4 luminance sample ada 4 sampel Cr dan 4 Cb.

22 26 Gambar :2:0, 4:2:2, 4:4:4 sampling patterns (progressive) [2] Sampling 4:4:4 mempertahankan full fidelity dari komponen chrominance. Dalam sampling 4:2:2, kadang-kadang disebut sebagai YUY2, komponen chrominance memiliki resolusi vertikal yang sama dengan luma tapi setengah resolusi horisontal. Angka-angka 4:2:2 berarti bahwa untuk setiap 4 sampel luminance dalam arah horisontal terdapat 2 Cr dan 2 Cb sampel. Video 4:2:2 digunakan untuk high-quality colour reproduction.

23 Wireless LAN Wireless Local Area Network adalah teknologi nirkabel yang memungkinkan user mengakses jaringan LAN dan dapat juga dipakai menghubungkan 2 komputer. Keuntungan dari jaringan nirkabel ini adalah mobilitas user yang dimungkinkan selama masih dalam jangkauan W- LAN. Teknologi W-LAN dikembangkan oleh IEEE dengan kode dimana untuk mengirimkan dan menerima data melalui interface udara menggunakan teknologi frekuensi radio. Terdapat empat standart W-LAN yang relevan ketiga diantaranya bekerja pada 2.4 Ghz ISM (Industrial,Scientific and Medical) band dan yang satu bekerja pada 5 Ghz UNII (Unlicensed National Information Infrastructure) band. Ketiga standar yang bekerja pada ISM band digunakan di Eropa,Amerika dan jepang karana menyediakan bandwith yang besar adalah (2mbps),802.11b (11Mbps) dan g (54Mbps). Standar terdiri dari layer PHY dan layer MAC. Layer PHY dapat dipilih dari 3 kemungkinan,kemungkinan tersebut adalah Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS),Frequency Hoping Spread Spectrum (FHSS) dan infra red.

24 Komponen Wireless LAN AP (Access Point), adalah pusat mengirim dan menerima data, device transceiver yang terhubung dengan jaringan LAN melalui kabel (berupa kabel UTP). STA (station), adalah objek komunikasi yang secara umum lebih dikenal dengan mobile network.contohnya: desktop,notebook. OP (Portal), adalah portal yang berfungsi sebagai buffer data antara wireless LAN Antena (Optional) ada beberapa antena yang mendukung dalam implementasi W-LAN contohnya tipe Antena Omnidireksional, Sektoral, Antena Yagi, Parabola yang dapat dipasang secara point to point. Wireless LAN CARD, Wireless LAN card dapat berupa PCMCIA, ISA card. USB card atau Ethernet card. Biasanya PCMCIA untuk notebook,isa card,usb card atau Ethernet untuk Desktop. Setiap kesatuan mengimplementasikan struktur protocol seperti gambar dibawah ini tapi dengan pengembangan yang berbeda. Gambar 2.11 Protokol Stack [14]

25 Arsitektur Sistem Berdasarkan standar yang telah diatur oleh IEEE mendukung dua topologi dasar untuk W-LAN, Independent Basic Service Set (IBSS), dan Extended Service Set (ESS). a) Independent Basic Service Set (IBSS) Gambar 2.12 Konfigurasi Ad-Hoc [14] Konfigurasi IBSS juga dikenal sebagai konfigurasi independent atau jaringan ad-hoc. Secara logika,konfigurasi IBSS mirip jaringan office peer-to-peer dimana tidak ada satu node yang berfungsi sebagai server. Dalam BSS sejumlah node wireless akan berkomunikasi secara langsung satu dengan yang lainnya secara ad-hoc, peer to peer. Dapat disebut peer to peer karena semua terminal dapat berhubungan dapat berkomunikasi satu sama lain tanpa memerlukan pengontrol (server).

26 30 b) Extended Service Set (ESS) Infrastruktur Wireless LAN adalah sebuah jaringan dimana jaringan wireless tidak hanya berhubungan dengan sesama jaringan wireless saja,tetapi terhubung dengan jaringan backbone yang disebut Distribution System (DS).Agar dapat berhubungan dengan jaringan wired maka digunakan access point. Gambar 2.13 Konfigurasi infrastruktur ESS Spesifikasi Sistem Sistem IEEE tidak menentukan untuk pembatasan Distribution System (DS), contohnya: apakah DS harus berbasis layer data-link atau layer network. Namun standar menentukan kumpulan service yang tergabung dengan bagian lain arsitektur. Service service untuk Station disebut Station Service (SS) dan untuk DS disebut dengan Distribution System Service (DSS). Service yang ditunjukan untuk station (STA) diantaranya adalah:

27 31 Authentication dan deauthentication Privacy MAC service data unit (MSDU) Service yang ditunjukan untuk Distributed System (DS) adalah: Association dan Deassociation Distribution Integration Reassociation Layer Fisik Arsitektur dari physical layer terdiri tiga jenis komponen, physical layer management yang berperan untuk menjalankan fungsi management, physical layer Convergence Procedure Sublayer (PLCP) berfungsi mempersiapkan pengiriman MAC Protocol Data Unit (MPDU) dan menerima frame dari media transmisi untuk diteruskan ke MAC layer melalui physical layer service access point, Physical Layer Medium Dependent Sublayer (PMD) berfungsi menyediakan dan penerimaan dari physical layer antara dua pengguna melalaui media transmisi.

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI HIGH 4:4:4 INTRA PROFILE DENGAN MAIN PROFILE PADA STANDARDISASI H.264 UNTUK APLIKASI VIDEO

TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI HIGH 4:4:4 INTRA PROFILE DENGAN MAIN PROFILE PADA STANDARDISASI H.264 UNTUK APLIKASI VIDEO TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI HIGH 4:4:4 INTRA PROFILE DENGAN MAIN PROFILE PADA STANDARDISASI H.264 UNTUK APLIKASI VIDEO Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II. Decoder H.264/AVC

BAB II. Decoder H.264/AVC BAB II Decoder H.64/AVC Pada bab ini akan dibahas tentang teori dasar dari sistem H.64, modul dan algoritma dari Inverse Block Transform, Deblocking Filter dan Motion Compensator. II. Sistem H.64 H.64

Lebih terperinci

BAB 2 STANDARD H.264/MPEG-4 DAN ALGORITMA CABAC

BAB 2 STANDARD H.264/MPEG-4 DAN ALGORITMA CABAC BAB 2 STANDARD H.264/MPEG-4 DAN ALGORITMA CABAC Pada bab ini akan dibahas tentang standard H.264/MPEG-4 secara singkat. Selain itu, bab ini akan membahas pula tentang pemakaian algoritma CABAC pada standard

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI

BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI 50 BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI 4.1 Umum Pada bab ini akan menjelaskan tentang performansi dari proses pengkodean yang menggunakan High 4:4:4 Intra dan Main Profile yang akan ditransmisikan pada jaringan

Lebih terperinci

DIGITAL IMAGE CODING. Go green Aldi Burhan H Chandra Mula Fitradi Mardiyah

DIGITAL IMAGE CODING. Go green Aldi Burhan H Chandra Mula Fitradi Mardiyah DIGITAL IMAGE CODING Go green Aldi Burhan H Chandra Mula Fitradi Mardiyah KOMPRESI LOSSLESS Teknik kompresi lossless adalah teknik kompresi yang tidak menyebabkan kehilangan data. Biasanya digunakan jika

Lebih terperinci

Kompresi Citra dan Video. Muhtadin, ST. MT.

Kompresi Citra dan Video. Muhtadin, ST. MT. Kompresi Citra dan Video Muhtadin, ST. MT. Outline Motivasi Redundancy & Irrelevancy Spatial Processing JPEG Temporal Processing Frame differencing Motion Estimation dan Motion Compensation Prediction

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas landasan teori yang bersifat ilmiah untuk mendukung penulisan penelitian ini. Teori-teori yang dibahas mengenai pengertian citra, jenis-jenis citra digital, metode

Lebih terperinci

Standard Kompresi Citra: JPEG

Standard Kompresi Citra: JPEG Standard Kompresi Citra: JPEG Kompresi/Coding Citra (JPEG) Dirancang oleh Joint Photographic Experts Group (usaha kolaboratif ITU-T dan ISO) Mendukung macam aplikasi kompresi paling umum digunakan untuk

Lebih terperinci

Perbandingan PSNR, Bitrate, dan MOS pada Pengkodean H.264 Menggunakan Metode Prediksi Temporal

Perbandingan PSNR, Bitrate, dan MOS pada Pengkodean H.264 Menggunakan Metode Prediksi Temporal IJEIS, Vol.2, No.2, October 22, pp. 55~64 ISSN: 288-374 55 Perbandingan PSNR, Bitrate, dan MOS pada Pengkodean H.264 Menggunakan Metode Prediksi Temporal Ari Haryadi*, Yohanes Suyanto 2 Program Studi Elektronika

Lebih terperinci

Kompresi Citra dan Video. Muhtadin, ST. MT.

Kompresi Citra dan Video. Muhtadin, ST. MT. Kompresi Citra dan Video Muhtadin, ST. MT. Temporal Processing 2 Temporal Processing Video : serangkaian frame (image) yang memiliki relasi antar frame Relasi tersebut ada sepanjang dimensi temporal Menyebabkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Teknologi komunikasi digital telah berkembang dengan sangat pesat. Telepon seluler yang pada awalnya hanya memberikan layanan komunikasi suara, sekarang sudah

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS MASALAH

BAB III ANALISIS MASALAH BAB III ANALISIS MASALAH Bab ini mencakup analisis permasalahan pada Tugas Akhir seperti bagaimana proses penyisipan pada video, proses ekstraksi, penggunaan kunci untuk menambah keamanan, serta proses

Lebih terperinci

Page 1

Page 1 MODUL V KOMPRESI CITRA DAN VIDEO Tiga tipe dari informasi yang berlebihan (redundancy) yang dapat dihilangkan atau direduksi : Spasial : Di dalam frame yang sama Sering kali menggunakan metode yang sama

Lebih terperinci

Kompresi Video Menggunakan Discrete Cosine Transform

Kompresi Video Menggunakan Discrete Cosine Transform Kompresi Video Menggunakan Discrete Cosine Transform Hananto Edy Wibowo 1, Indra Sakti Wijayanto 2, Nugroho Herucahyono 3 Laboratorium Ilmu dan Rekayasa Komputasi Departemen Teknik Informatika, Institut

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah pengguna komputer semakin meningkat. Peningkatan jumlah pengguna komputer mengakibatkan penggunaan data digital juga semakin meningkat. Salah satu media

Lebih terperinci

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~

~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~ ~ By : Aprilia Sulistyohati, S.Kom ~ APA ITU KOMPRESI?? Kompresi mengecilkan/memampatkan ukuran Kompresi data Teknik mengecilkan data sehingga diperoleh file dengan ukuran yang lebih kecil daripada ukuran

Lebih terperinci

PENGKODEAN VIDEO DENGAN METODE SPATIAL SCALABILITY

PENGKODEAN VIDEO DENGAN METODE SPATIAL SCALABILITY PENGKODEAN VIDEO DENGAN METODE SPATIAL SCALABILITY Aan Darmawan 1 dan Riko Arlando Saragih 2 Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen Maranatha Jl. Prof. Drg. Suria Sumantri 65, Bandung, Indonesia Phone:

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. WLAN dengan teknologi Infra red (IR) dan Hewlett-packard (HP) menguji WLAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. WLAN dengan teknologi Infra red (IR) dan Hewlett-packard (HP) menguji WLAN BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wireless Local Area Network (WLAN) Sejarah WLAN diawali pada tahun 1970, IBM mengeluarkan hasil rancangan WLAN dengan teknologi Infra red (IR) dan Hewlett-packard (HP) menguji

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 3.1 Analisis Perangkat Lunak Analisis perangkat lunak dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu perangkat lunak yang utuh ke dalam bagian-bagian komponennya dengan

Lebih terperinci

WIRELESS NETWORK. Pertemuan VI. Pengertian Wireless Network. Klasifikasi Wireless Network

WIRELESS NETWORK. Pertemuan VI. Pengertian Wireless Network. Klasifikasi Wireless Network WIRELESS NETWORK Pertemuan VI Ada tiga range frekuensi umum dalam transmisi wireless, yaitu : a. Frekuensi microwave dengan range 2 40 Ghz, cocok untuk transmisi point-to-point. Microwave juga digunakan

Lebih terperinci

Gambar 7. Tabel 1. Sub bagian di dalam FC

Gambar 7. Tabel 1. Sub bagian di dalam FC Gambar 7. Bagian Tabel 1. Sub bagian di dalam FC Keterangan Versi Saat ini = 0 Type Type informasi: manajemen (00), control (01), data (10) Subtype Sub-subtipe dari masing-masing tipe (lihat Tabel 2) To

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA. lain. Proses mengubah citra ke bentuk digital bisa dilakukan dengan beberapa perangkat,

KOMPRESI CITRA. lain. Proses mengubah citra ke bentuk digital bisa dilakukan dengan beberapa perangkat, KOMPRESI CITRA Dalam kesempatan ini saya mencoba untuk menjelaskan apa itu kompresi citra dan bagaimana cara-cara format citra dengan menggunakan BMP, PNG, JPEG, GIF, dan TIFF. Kompresi citra itu adalah

Lebih terperinci

PERANCANGAN DEBLOCKING FILTER UNTUK APLIKASI KOMPRESI VIDEO MENGGUNAKAN STANDAR MPEG4/H.264

PERANCANGAN DEBLOCKING FILTER UNTUK APLIKASI KOMPRESI VIDEO MENGGUNAKAN STANDAR MPEG4/H.264 PERANCANGAN DEBLOCKING FILTER UNTUK APLIKASI KOMPRESI VIDEO MENGGUNAKAN STANDAR MPEG4/H.264 Andreas Sutanto, S.T., asutanto@paume.itb.ac.id, Dani Fitriyanto, M.T., dani@paume.itb.ac.id, Trio Adiono, Ph.D.,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bentuk yang telah dikompresi melalui suatu jaringan dan ditampilkan oleh player

BAB II DASAR TEORI. bentuk yang telah dikompresi melalui suatu jaringan dan ditampilkan oleh player BAB II DASAR TEORI 2.1 Video streaming Video streaming adalah sekumpulan dari gambar yang dikirimkan dalam bentuk yang telah dikompresi melalui suatu jaringan dan ditampilkan oleh player ketika video tersebut

Lebih terperinci

BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN)

BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN) BAB II WIRELESS PERSONAL AREA NETWORK (WPAN) 2.1 Umum Dewasa ini kebutuhan untuk mengakses layanan telekomunikasi melalui media nirkabel (wireless) menunjukkan peningkatan yang signifikan, sehingga teknologi

Lebih terperinci

INTERFERENSI BLUETOOTH TERHADAP THROUGHPUT WLAN IEEE B

INTERFERENSI BLUETOOTH TERHADAP THROUGHPUT WLAN IEEE B INTERFERENSI BLUETOOTH TERHADAP THROUGHPUT WLAN IEEE 802.11B Alicia Sinsuw Dosen PSTI Teknik Elektro Unsrat I. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi jaringan data saat ini semakin pesat. Adanya teknologi

Lebih terperinci

SEKILAS WIRELESS LAN

SEKILAS WIRELESS LAN WIRELESS NETWORK SEKILAS WIRELESS LAN Sejarah kemunculan WLAN dimulai pada tahun 1997, sebuah lembaga independen bernama IEEE membuat spesifikasi/standar WLAN yang pertama diberi kode 802.11. Peralatan

Lebih terperinci

BAB III METODE KOMPRESI HUFFMAN DAN DYNAMIC MARKOV COMPRESSION. Kompresi ialah proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode

BAB III METODE KOMPRESI HUFFMAN DAN DYNAMIC MARKOV COMPRESSION. Kompresi ialah proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode BAB III METODE KOMPRESI HUFFMAN DAN DYNAMIC MARKOV COMPRESSION 3.1 Kompresi Data Definisi 3.1 Kompresi ialah proses pengubahan sekumpulan data menjadi suatu bentuk kode untuk menghemat kebutuhan tempat

Lebih terperinci

Oleh : Page 1

Oleh : Page 1 MODUL II PRINSIP TEKNIK KOMPRESI 2.1. Mengapa Kompresi Motivasi kompresi sinyal : Dunia digital mengalami pertumbuhan yang sangat cepat : Sinyal diperoleh secara digital Sinyal analog dikonversi ke digital

Lebih terperinci

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 13 Kompresi Citra. Indah Susilawati, S.T., M.Eng.

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA. Kuliah 13 Kompresi Citra. Indah Susilawati, S.T., M.Eng. TEKNIK PENGOLAHAN CITRA Kuliah 13 Kompresi Citra Indah Susilawati, S.T., M.Eng. Program Studi Teknik Informatika/Sistem Informasi Fakultas Teknologi Informasi Universitas Mercu Buana Yogyakarta 2015 KULIAH

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI II.1 Multimedia Sebelum membahas tentang watermarking sebagai perlindungan terhadap hak cipta, ada baiknya terlebih dahulu dibicarakan tentang pengertian multimedia. Multimedia memiliki

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab analisa dan perancangan ini akan mengulas tentang tahap yang digunakan dalam penelitian pembuatan aplikasi implementasi kompresi gambar menggunakan metode

Lebih terperinci

Dukungan yang diberikan

Dukungan yang diberikan PERKEMBANGAN KOMUNIKASI DATA NIRKABEL Pertengahan abad 20, teknologi nirkabel berkembang pesat, diimplementasikan dalam bentuk teknologi radio, televisi, telepon mobil, dll. Komunikasi lewat sistem satelit

Lebih terperinci

KOMPRESI DATA DAN TEKS. By : Nurul Adhayanti

KOMPRESI DATA DAN TEKS. By : Nurul Adhayanti KOMPRESI DATA DAN TEKS By : Nurul Adhayanti KOMPRESI DATA DAN TEKS KOMPRESI DATA Kompresi berarti memampatkan/mengecilkan ukuran Kompresi data adalah proses mengkodekan informasi menggunakan bit atau information-bearing

Lebih terperinci

Kompresi Citra Irawan Afrianto Sistem Multimedia 2007/2008

Kompresi Citra Irawan Afrianto Sistem Multimedia 2007/2008 Kompresi Citra Irawan Afrianto KOMPRESI CITRA Kompresi Citra adalah aplikasi kompresi data yang dilakukan terhadap citra digital dengan tujuan untuk mengurangi g redundansi dari data-data yang terdapat

Lebih terperinci

Image Compression. Kompresi untuk apa?

Image Compression. Kompresi untuk apa? Image Compression Kompresi untuk apa? Volume data yang besar Bit rate tinggi bandwidth yang tinggi Bayangkan sebuah video dengan resolusi 640x480 dengan 30 fps, dimana menggunakan penyimpanan 24-bit. Bila

Lebih terperinci

Perancangan Motion Compensator Dan Integrasi Decoder H.264

Perancangan Motion Compensator Dan Integrasi Decoder H.264 Perancangan Motion Compensator Dan Integrasi Decoder H.264 TESIS Karya tulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister dari Institut Teknologi Bandung Oleh Zener Sukra NIM : 23206010 Program

Lebih terperinci

MULTIMEDIA. Kompresi Video Semester Gasal 2008/200 S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO /2009 PROGRAM STUDI. Oky Dwi Nurhayati,, ST, MT

MULTIMEDIA. Kompresi Video Semester Gasal 2008/200 S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO /2009 PROGRAM STUDI. Oky Dwi Nurhayati,, ST, MT PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO MULTIMEDIA Kompresi Video Semester Gasal 2008/200 /2009 Oky Dwi Nurhayati,, ST, MT Email: okydn@undip.ac.id 1 Definisi Video Video is the technology

Lebih terperinci

Studi Dan Implementasi Steganografi Pada Video Digital Di Mobile Phone Dengan DCT Modification

Studi Dan Implementasi Steganografi Pada Video Digital Di Mobile Phone Dengan DCT Modification Studi Dan Implementasi Steganografi Pada Video Digital Di Mobile Phone Dengan DCT Modification Paul Gunawan Hariyanto (13504023) Teknik Informatika, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Institut Teknologi

Lebih terperinci

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Laporan Tugas Akhir. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Wireless Fidelity (WIFI) merupakan suatu media nirkabel yang mempunyai bitrate berkisar 11-100 Mbps. Media ini bekerja pada kisaran frekuensi 2.4Ghz dan 5Ghz. WIFI dengan protokol 802.11b dan sistem

Lebih terperinci

Bluetooth. Pertemuan III

Bluetooth. Pertemuan III Bluetooth Pertemuan III Latar Belakang Pada bulan Mei 1998, 5 perusahaan promotor yaitu Ericsson, IBM, Intel, Nokia dan Toshiba membentuk sebuah Special Interest Group (SIG) dan memulai untuk membuat spesifikasi

Lebih terperinci

TAKARIR. Kapasitas transmisi dari sambungan elektronik. Percakapan melalui jaringan intenet.

TAKARIR. Kapasitas transmisi dari sambungan elektronik. Percakapan melalui jaringan intenet. TAKARIR Access Point Bandwith Browsing Coverage area Chatting Free space loss Hardware Hotspot Interface Infrared Local area network Network Operation Center Open source Personal Computer Radio Frekuensi

Lebih terperinci

VIDEO MPEG-1. JETri, Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 49-56, ISSN

VIDEO MPEG-1. JETri, Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 49-56, ISSN JETri, Volume 1, Nomor 2, Februari 2002, Halaman 49-56, ISSN 1412-0372 VIDEO MPEG-1 Henry Candra Dosen Jurusan Teknik Elektro-FTI, Universitas Trisakti Abstract MPEG-1 is one of the standards to encode

Lebih terperinci

Terdapat 2 macam link : link fisik dan link logik (contoh: virtual path yang terdiri atas virtual channel)

Terdapat 2 macam link : link fisik dan link logik (contoh: virtual path yang terdiri atas virtual channel) DATA LINK LAYER (1) Link Link Jalur yang menghubungkan antar 2 elemen jaringan (node-node atau terminal-node) Kumpulan link (+ node-node) = jaringan Fungsi link sangat vital, maka OSI menetapkan protokol

Lebih terperinci

N, 1 q N-1. A mn cos 2M , 2N. cos. 0 p M-1, 0 q N-1 Dengan: 1 M, p=0 2 M, 1 p M-1. 1 N, q=0 2. α p =

N, 1 q N-1. A mn cos 2M , 2N. cos. 0 p M-1, 0 q N-1 Dengan: 1 M, p=0 2 M, 1 p M-1. 1 N, q=0 2. α p = tulisan. Secara umum, steganografi dapat diartikan sebagai salah satu cara menyembunyikan suatu pesan rahasia (message hiding) dalam data atau pesan lain yang tampak tidak mengandung apa-apa sehingga keberadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan teknologi komputer memberikan banyak manfaat bagi manusia di berbagai aspek kehidupan, salah satu manfaatnya yaitu untuk menyimpan data, baik data berupa

Lebih terperinci

B A B IX MODEL OSI (OPEN SYSTEMS INTERCONNECTIONS)

B A B IX MODEL OSI (OPEN SYSTEMS INTERCONNECTIONS) B A B IX MODEL OSI (OPEN SYSTEMS INTERCONNECTIONS) OSI dan Integrated Services Digital Network (ISDN) merupakan bentuk komunikasi internasional. OSI diperkenalkan oleh International Standard Organization

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini dijelaskan mengenai buffering, teknologi IEEE , standar

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini dijelaskan mengenai buffering, teknologi IEEE , standar BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Pada bab ini dijelaskan mengenai buffering, teknologi IEEE 802.11, standar fisik IEEE 802.11, parameter kinerja jaringan dan simulator Pamvotis 1.1. 2.2 Pengertian Buffering

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak ditemukannya alat untuk menangkap suatu gambar pada bidang dua dimensi (citra) berupa kamera, dengan semakin berkembangnya teknologi pada saat ini sehingga

Lebih terperinci

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT.

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT. CEG4B3 Randy E. Saputra, ST. MT. Video Conference Video Conference adalah teknologi perangkat jaringan yang dapat menghubungkan secara langsung antara 2 user atau lebih yang terpisah, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Terdapat dua metode dalam menampilkan atau melakukan scan pada video digital, yaitu progressive dan interlace [MED05].

BAB II DASAR TEORI. Terdapat dua metode dalam menampilkan atau melakukan scan pada video digital, yaitu progressive dan interlace [MED05]. BAB II DASAR TEORI Dalam bab ini diuraikan dasar-dasar teori yang mendukung pelaksanaan Tugas Akhir, yaitu mengenai video, pengukuran kualitas antar video, steganografi, serta pembangkitan bilangan acak.

Lebih terperinci

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT.

CEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT. CEG4B3 Randy E. Saputra, ST. MT. Video Kata video berasal dari kata Latin "melihat" teknologi pengiriman sinyal elektronik dari suatu gambar bergerak Aplikasi umum dari sinyal video adalah televisi (bidang

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I. PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Masalah Citra adalah gambar yang berada pada bidang dua dimensi. Agar dapat diproses lebih lanjut, sebuah citra disimpan di dalam bentuk digital. Ukuran citra digital

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini kebanyakan aktivitas manusia selalu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia modern sekarang ini kebanyakan aktivitas manusia selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam dunia modern sekarang ini kebanyakan aktivitas manusia selalu berhubungan dengan dokumentasi atau data. Data-data yang ada haruslah tersimpan dengan

Lebih terperinci

Teknik Kompresi Citra Menggunakan Metode Huffman

Teknik Kompresi Citra Menggunakan Metode Huffman SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 26 A-5 Teknik Kompresi Citra Menggunakan Metode Huffman Tri Rahmah Silviani, Ayu Arfiana Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta Email:

Lebih terperinci

KOMPRESI AUDIO DAN VIDEO

KOMPRESI AUDIO DAN VIDEO TEKNIK KOMPRESI Multimedia KOMPRESI AUDIO DAN VIDEO Tri Wahyuni, ST KOMPRESI AUDIO/VIDEO Kompresi audio/video adalah salah satu bentuk kompresi data yang bertujuan untuk mengecilkan ukuran file audio/video.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. menggunakan media gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless.

BAB II DASAR TEORI. menggunakan media gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless. BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Jaringan Komputer Kecepatan perkembangan teknologi menjadikan proses transformasi informasi sebagai kebutuhan utama manusia yang akan semakin mudah didapatkan dengan cakupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wireless Local Area Network (WLAN) mesh network yang merupakan bagian dari Wireless Mesh Network (WMN) adalah suatu perkembang teknologi jaringan yang terdiri

Lebih terperinci

ANALISIS PERFORMANSI VIDEO CONFERENCE MENGGUNAKAN CODEC H264 BASELINE DAN H264-HIGH PROFILE DENGAN ENKRIPSI TERINTEGRASI TESIS

ANALISIS PERFORMANSI VIDEO CONFERENCE MENGGUNAKAN CODEC H264 BASELINE DAN H264-HIGH PROFILE DENGAN ENKRIPSI TERINTEGRASI TESIS ANALISIS PERFORMANSI VIDEO CONFERENCE MENGGUNAKAN CODEC H264 BASELINE DAN H264-HIGH PROFILE DENGAN ENKRIPSI TERINTEGRASI TESIS Oleh Mohammad Fazrie 55413110012 PROGRAM MAGISTER TEKNIK ELEKTRO PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

TEKNIK KOMPRESI LOSSLESS TEXT

TEKNIK KOMPRESI LOSSLESS TEXT TEKNIK KOMPRESI LOSSLESS TEXT Teknik Elektro Unibraw Kompresi Memampatkan / mengecilkan raw data Kompresi Multimedia: memampatan raw data multimedia Kompresi multimedia adalah mutlak mengingat ukuran raw

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN SISTEM DAN SIMULASI

BAB III PEMODELAN SISTEM DAN SIMULASI 32 BAB III PEMODELAN SISTEM DAN SIMULASI 3.1 Diagram Alir Pemodelan Sistem Pemodelan H.264/MPEG-4 AVC ditetapkan berdasarkan feature yang ada sesuai dengan jenis profilnya. Dalam Tugas Akhir ini digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer semakin pesat dewasa ini, sehingga sangat membantu manusia dalam mengolah data untuk mendapatkan informasi. Aktivitas yang dulunya dilakukan

Lebih terperinci

Perancangan Codec Berbasis Algoritma Kompresi H.264 untuk Aplikasi Konferensi Video

Perancangan Codec Berbasis Algoritma Kompresi H.264 untuk Aplikasi Konferensi Video IJCCS, Vol.x, No.x, Julyxxxx, pp. 1~5 ISSN: 1978-1520 Perancangan Codec Berbasis Algoritma Kompresi H.264 untuk Aplikasi Konferensi Video Fairuz Azmi 1, Budhi Irawan 2, Gelar Budiman 3 Gedung Barung Ruang

Lebih terperinci

Kata video berasal dari kata Latin, melihat" teknologi pengiriman sinyal elektronik dari suatu gambar bergerak.

Kata video berasal dari kata Latin, melihat teknologi pengiriman sinyal elektronik dari suatu gambar bergerak. VIDEO RELEVANSI VIDEO Kata video berasal dari kata Latin, melihat" teknologi pengiriman sinyal elektronik dari suatu gambar bergerak. Aplikasi umum dari sinyal video adalah televisi, (bidang hiburan) tetapi

Lebih terperinci

4.2. Memonitor Sinyal Receive CPE/SU Full Scanning BAB V. PENUTUP Kesimpulan Saran...

4.2. Memonitor Sinyal Receive CPE/SU Full Scanning BAB V. PENUTUP Kesimpulan Saran... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN... iii PRAKATA... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR ISTILAH... xi INTISARI... xiii ABSTRACT...

Lebih terperinci

Kompresi Audio dan Video Irawan Afrianto

Kompresi Audio dan Video Irawan Afrianto Kompresi Audio dan Video Irawan Afrianto Pendahuluan (1) Kompresi audio/video adalah salah satu bentuk kompresi data yang bertujuan untuk mengecilkan ukuran file audio/video dengan metode : Lossy format

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kompresi Data Kompresi data adalah proses mengkodekan informasi menggunakan bit atau information-bearing unit yang lain yang lebih rendah daripada representasi data yang tidak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Kompresi File Pada dasarnya semua data itu merupakan rangkaian bit 0 dan 1. Yang membedakan antara suatu data tertentu dengan data yang lain adalah ukuran dari rangkaian bit dan

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan tanpa kabel (wireless) sebenarnya hampir sama dengan jaringan LAN, akan tetapi setiap node pada WLAN (Wireless Local Area Network) menggunakan wireless

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. ANALISIS PACKET DELAY VoIP (Voice over Internet Protocol ) PADA JARINGAN AD-HOC WIRELESS LAN ( IEEE )

TUGAS AKHIR. ANALISIS PACKET DELAY VoIP (Voice over Internet Protocol ) PADA JARINGAN AD-HOC WIRELESS LAN ( IEEE ) TUGAS AKHIR ANALISIS PACKET DELAY VoIP (Voice over Internet Protocol ) PADA JARINGAN AD-HOC WIRELESS LAN ( IEEE 802.11) Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan sarjana

Lebih terperinci

WIRELESS LAN. Mata kuliah Jaringan Komputer Iskandar Ikbal, S.T., M.Kom

WIRELESS LAN. Mata kuliah Jaringan Komputer Iskandar Ikbal, S.T., M.Kom WIRELESS LAN Mata kuliah Jaringan Komputer Iskandar Ikbal, S.T., M.Kom Materi : IV.1 Perkembangan WLAN IV.2 Arsitektur 802.11 IV.3 Perangkat Wireless 802.11 IV.4 Konfigurasi dan Komponen Pendahuluan WLAN

Lebih terperinci

MULTIMEDIA. Kompresi Audio / Video S1 SISTEM KOMPUTER. Semester Gasal 2009/20 UNIVERSITAS DIPONEGORO PROGRAM STUDI

MULTIMEDIA. Kompresi Audio / Video S1 SISTEM KOMPUTER. Semester Gasal 2009/20 UNIVERSITAS DIPONEGORO PROGRAM STUDI PROGRAM STUDI S1 SISTEM KOMPUTER UNIVERSITAS DIPONEGORO MULTIMEDIA Kompresi Audio / Video Semester Gasal 2009/20 /2010 Oky Dwi Nurhayati, ST, MT email: okydn@undip.ac.id 1 Kompresi Tujuan untuk mengecilkan

Lebih terperinci

A I S Y A T U L K A R I M A

A I S Y A T U L K A R I M A A I S Y A T U L K A R I M A STANDAR KOMPETENSI Pada akhir semester, mahasiswa mampu merancang, mengimplementasikan dan menganalisa sistem jaringan komputer Menguasai konsep wireless / Hotspot Menguasai

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Data 2.2 Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Komunikasi Data 2.2 Infrastruktur Jaringan Telekomunikasi BAB II DASAR TEORI Sebelum melakukan perancangan sistem pada penelitian, bab II menjelaskan teori-teori yang digunakan sehubungan dengan perancangan alat dalam penelitian skripsi. 2.1 Sistem Komunikasi

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI...iv DAFTAR GAMBAR.vii DAFTAR TABEL...ix DAFTAR SINGKATAN...x

DAFTAR ISI. ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI...iv DAFTAR GAMBAR.vii DAFTAR TABEL...ix DAFTAR SINGKATAN...x ABSTRACT Speech coding can be defined as a method to reduce some information which is needed to represent speech signal for transmission or storage application. The main reason of speech coding is how

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini dijelaskan landasan teori dari beberapa konsep yang digunakan pada penelitian ini seperti Teknologi Jaringan, Network Simulator 2, Bluetooth dan Zigbee. 2.1 Teknologi

Lebih terperinci

Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel. Adri Priadana - ilkomadri.com

Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel. Adri Priadana - ilkomadri.com Teknologi Komunikasi Data Jaringan Nirkabel - ilkomadri.com PENDAHULUAN Jaringan wireless/nirkabel adalah teknologi jaringan yang memanfaatkan gelombang elektromagnetik melalui udara sebagai media untuk

Lebih terperinci

BAB II WIRELESS LAN (IEEE ) Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan

BAB II WIRELESS LAN (IEEE ) Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan BAB II WIRELESS LAN (IEEE 802.11) 2.1 Umum Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi informasi ternyata berdampak pada perkembangan ilmu pengetahuan yang lain. Semuanya merupakan informasi yang sangat penting. Oleh karena

Lebih terperinci

REPRESENTASI DATA AUDIO dan VIDEO

REPRESENTASI DATA AUDIO dan VIDEO NAMA : Sarah Putri Ramadhani NRP : 5213100185 REPRESENTASI DATA AUDIO dan VIDEO Definisi Representasi Data Representasi data adalah metode data dan atau informasi ke dalam ukuran yang lebih kecil sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekarang ini teknologi komunikasi data yang lebih dikenal sebagai packet switching semakin berkembang dari tahun ke tahun. Voice over Internet Protokol (VoIP)

Lebih terperinci

KOMPRESI AUDIO/VIDEO M U L T I M E D I A. Metode Kompresi Audio - Metode Transformasi

KOMPRESI AUDIO/VIDEO M U L T I M E D I A. Metode Kompresi Audio - Metode Transformasi M U L T I M E D I A Universitas Gunadarma KOMPRESI AUDIO/VIDEO Kompresi audio/video adalah salah satu bentuk kompresi data yang bertujuan untuk mengecilkan ukuran file audio/video dengan metode Lossy -*

Lebih terperinci

BAB II TEKNOLOGI DVB-H

BAB II TEKNOLOGI DVB-H BAB II TEKNOLOGI DVB-H 2.1. Pendahuluan Mobile TV adalah pengiriman kanal TV ke terminal pelanggan baik terminal berupa handset, PDA atau sejenisnya. Mobile TV terminal didesign untuk digunakan sesuai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengenalan Citra

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Pengenalan Citra BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra merupakan representasi (gambaran) dari sebuah objek nyata yang dihasilkan oleh alat digital. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat

Lebih terperinci

Wireless Network. Konsep Dasar Jaringan Nirkabel. Muhammad Riza Hilmi, ST.

Wireless Network. Konsep Dasar Jaringan Nirkabel. Muhammad Riza Hilmi, ST. Wireless Network Konsep Dasar Jaringan Nirkabel Muhammad Riza Hilmi, ST. saya@rizahilmi.com http://www.rizahilmi.com Mengapa Perlu WLAN? Instalasi pemasangan lebih mudah Efisiensi biaya dan waktu Kemudahan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kompresi data merupakan suatu proses pengubahan ukuran suatu file atau dokumen menjadi lebih kecil secara ukuran. Berkembangnya teknologi hardware dan software

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Batasan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Batasan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaringan data elektronik dalam area Public Health telah menyebabkan organisasi pemrosesan menjadi lebih efisien. Transfer medical data pada jaringan data online atau

Lebih terperinci

Makalah Media Unguided Mata Kuliah Komunikasi Data

Makalah Media Unguided Mata Kuliah Komunikasi Data Makalah Media Unguided Mata Kuliah Komunikasi Data Makalah Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunikasi Data yang Diampu oleh Bapak Hartono, S.Si. Nama Nim : Mohamad Eko Ari Bowo : M3107105 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Setelah membaca bab ini maka pembaca akan memahami pengertian tentang kompresi, pengolahan citra, kompresi data, Teknik kompresi, Kompresi citra. 2.1 Defenisi Data Data adalah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Kompresi data merupakan proses mengkonversi input data stream (aliran

BAB III LANDASAN TEORI. Kompresi data merupakan proses mengkonversi input data stream (aliran BAB III LANDASAN TEORI A. Kompresi Data Kompresi data merupakan proses mengkonversi input data stream (aliran sumber) menjadi aliran data yang lain (output, bitstream, atau aliran terkompresi) dengan ukuran

Lebih terperinci

Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu

Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu 1 Cara kerja Ethernet Card berdasarkan broadcast network yaitu setiap node dalam suatu jaringan menerima setiap transmisi data yang dikirim oleh suatu node yang lain. Setiap Ethernet card mempunyai alamat

Lebih terperinci

PERCOBAAN VI Komunikasi Data SISTEM KOMUNIKASI BLUETOOTH

PERCOBAAN VI Komunikasi Data SISTEM KOMUNIKASI BLUETOOTH PERCOBAAN VI Komunikasi Data SISTEM KOMUNIKASI BLUETOOTH 1. TUJUAN Setelah melaksanakan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu : Mengetahui Konfigurasi WPAN dengan Bluetooth Mengetahui Indikator Kerja

Lebih terperinci

Wireless Network. Konsep Dasar Jaringan Nirkabel. Muhammad Riza Hilmi, ST.

Wireless Network. Konsep Dasar Jaringan Nirkabel. Muhammad Riza Hilmi, ST. Wireless Network Konsep Dasar Jaringan Nirkabel Muhammad Riza Hilmi, ST. saya@rizahilmi.com http://www.rizahilmi.com Mengapa Perlu WLAN? Instalasi pemasangan lebih mudah Efisiensi biaya dan waktu Kemudahan

Lebih terperinci

Dasar Jaringan Komputer

Dasar Jaringan Komputer Pertemuan 1 Dasar Jaringan Komputer A. Sistem Komunikasi Sistem komunikasi membutuhkan medium sebagai pembawa sinyal (carrier). Sistem transmisi sinyal bisa berupa kabel, gelombang elektromagnetik (RF)

Lebih terperinci

Daftar Isi i ii Jaringan Komputer Daftar Isi iii JARINGAN KOMPUTER Oleh : Jonathan Lukas Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2006 Hak Cipta Ó 2006 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC 3.1 Pemodelan Sistem Gambar 13.1 Sistem transmisi MIMO-OFDM dengan AMC Dalam skripsi ini, pembuatan simulasi dilakukan pada sistem end-to-end sederhana yang dikhususkan

Lebih terperinci

PROSIDING ISBN :

PROSIDING ISBN : T-21 PERBANDINGAN RASIO KOMPRESI PADA KOMPRESI CITRA DIGITAL BITMAP MENGGUNAKAN KOMBINASI METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM DAN ARITHMETIC CODING DENGAN BERBAGAI DIMENSI CITRA SUMBER Dimas Aryo Prakoso

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Content Delivery Network (CDN) CDN adalah sekumpulan server yang saling berhubungan dari komputer di internet yang menyediakan konten web dengan cepat ke banyak pengguna

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. komunikasi dan hiburan. Awal mulanya video berbentuk analog, sesuai

BAB II DASAR TEORI. komunikasi dan hiburan. Awal mulanya video berbentuk analog, sesuai BAB II DASAR TEORI 2.1 Video Video adalah teknologi pemrosesan urutan banyak gambar bergerak yang dihasilkan oleh kamera. Video pada saat ini telah menjadi media informasi, komunikasi dan hiburan. Awal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan permintaan pasar untuk dapat berkomunikasi dan bertukar data dengan

BAB I PENDAHULUAN. dengan permintaan pasar untuk dapat berkomunikasi dan bertukar data dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi telekomunikasi tanpa kabel berkembang pesat seiring dengan permintaan pasar untuk dapat berkomunikasi dan bertukar data dengan mudah dan cepat. Teknologi

Lebih terperinci