BAB III PEMODELAN SISTEM DAN SIMULASI
|
|
- Fanny Setiabudi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 32 BAB III PEMODELAN SISTEM DAN SIMULASI 3.1 Diagram Alir Pemodelan Sistem Pemodelan H.264/MPEG-4 AVC ditetapkan berdasarkan feature yang ada sesuai dengan jenis profilnya. Dalam Tugas Akhir ini digunakan JM 18.0 sebagai encoder dan decoder video, serta NS-2.28 untuk mensimulasikan jaringan W-LAN. Gambar 3.1 Diagram alir pemodelan dan simulasi
2 33 Simulasi pengiriman video dilakukan dengan memasukkan input video ke dalam model sistem. Input video dikodekan dari video yang berupa file YUV menjadi video terkompresi yang berupa file dengan ekstensi.264, input video dikodekan dengan menggunakan program yang dikembangkan oleh JM referensi software versi 18.0 yang dapat di-download dari dan bersifat freeware. JM 18.0 ini adalah software yang berbasiskan bahasa pemrograman C++ dan harus dibangun (compile) terlebih dahulu melalui software Microsoft Visual Studio Untuk menjalankannya, digunakan terminal cygwin. Dalam tugas akhir ini digunakan 2 jenis profile H.264 yaitu High 4:4:4 Intra Profile dan Main Profile untuk selanjutnya dikirimkan di dalam kanal wireless LAN dengan bantuan network simulator-2. Agar video inputan dapat dibaca maka network simulator-2 diintegrasikan dengan Evalvid, yang berarti menambah modul. Ada beberapa cara untuk menambahkan Evalvid ke dalam NS-2.28 yang telah ter-install, di antaranya adalah dengan menambahkan module atau mendapatkan patching yang sesuai. 3.2 Parameter yang divariasikan Pada tugas akhir ini penambahan profile dilakukan dengan mengubah parameter parameter yang mempengaruhi kualitas suatu video. Parameter tersebut sebagai berikut: a. Jumlah Coded Frame, adalah frame yang akan dikodekan untuk dapat ditransmisikan. Nantinya setiap profil akan dibandingkan
3 34 per-frame untuk membandingkan kualitas gambar terbaik suatu video. b. Profile dan Level IDC, adalah kemampuan suatu dekoder yang harus dipenuhi untuk men-decode bitstream pada suatu level. Hal ini mempengaruhi profil yang dikodekan dan kualitas gambar yang akan dikompresi. c. Nilai QP, adalah parameter kuantisasi dimana dengan mengubah nilai QP menjadi tinggi maka hasil video yang didapat semakin buruk dan sebaliknya jika nilai QP rendah maka hasil video yg didapat semakin bagus. d. NAL Unit, adalah bagian-bagian dari suatu data H.264 yang ditransmisikan dan berpengaruh pada saat proses decoding. e. Rate Control, adalah variasi nilai QP yang berpengaruh pada bitrate. f. FREXT stuff, adalah Parameter untuk meningkatkan aplikasi terhadap penyimpanan video dan transmisi berdefinisi tinggi dengan cara yang efisien
4 Karakteristik Video Video yang digunakan dalam simulasi ini seperti pada tabel dibawah ini Tabel 3.1 Video Input Input Video Deskripsi Ukuran QCIF (176x144 piksel) frame Ukuran file Format KB 4:2:0 kids_qcif.yuv kids_cif.yuv YUV Jumlah frame Karakteristik Ukuran frame Ukuran file Format YUV Jumlah frame Karakteistik 300 Objek tetap pada ibu dan anak dengan latarbelakang yang tetap ( tidak bergerak ), pergerakan hanya terjadi pada ibu saja. CIF (352x288 piksel) KB 4:2:0 300 Objek tetap pada ibu dan anak dengan latarbelakang yang tetap ( tidak bergerak ), pergerakan hanya terjadi pada ibu saja.
5 36 Ukuran HD (1280x720 piksel) frame Room.yuv Ukuran file Format YUV Jumlah frame Karakteristik KB 4:2:0 30 Objek tulisan bergerak dengan cepat dan di akhir frame terjadi perpindahan objek menjadi objek manusia Video Room adalah video dengan objek tulisan bergerak dengan cepat dan di akhir frame terjadi perpindahan objek menjadi objek manusia. Hal ini mengakibatkan pengurangan frame secara spatial dan temporal yang sangat rendah atau memiliki redundansi spatial dan temporal yang rendah.
6 Simulasi Transmisi H.264 dengan Network Simulator Gambar 3.2 Model sistem pengiriman H.264 dengan Evalvid [12] Evalvid adalah kumpulan tools yang diintegrasikan kedalam network simulator-2 dengan cara menambah modul evalvid kedalam network simulator. Adapun modul yang ditambahkan adalah mytraffictrace3, myudpsink3, myudp, dengan penambahan ketiga modul tersebut data hasil keluaran tracing dapat dianalisa performansinya. Evalvid juga digunakan untuk mengevaluasi pengiriman video dari server ke user Trace file keluaran dari network simulator-2 Trace file keluaran diperoleh setelah simulasi telah selesai, data keluaran diperoleh dari ketiga agent yang diintegrasikan dengan network simulator-2 yakni MyTrafictrace3,MyUdp, dan MyUdpSink MyTraffictrace3 MyTraffictrace3 adalah aplikasi untuk membaca video record hasil parsing dari H.264 dan membangun hubungan paket dalam network simulator-2. Dalam Tugas akhir ini pengiriman video inputan hanya melalui base station 0 dan satu frame dikirim dalam waktu 100 ms (10 fps).
7 MyUdp MyUdp adalah aplikasi untuk tambahan dari Udp agent node. Agent ini adalah agent pengirim (sender trace), dimana agent ini dapat memberikan nama yang spesifik untuk file name output di sisi pengirim dan mendapatkan data rekaman dari pengirim berupa waktu satu frame dikirimkan,nomor Id paket yg dikirimkan, dan besarnya paket yang dikirimkan (dalam byte) MyUdpSink3 MyUdpSink3 adalah aplikasi tambahan dari node sink. Agent ini adalah agent penerima (receiver trace), dimana agent ini juga dapat memberikan nama spesifik untuk file name output disisi penerima dan mendapatkan data rekaman yang diterima berupa waktu satu frame diterima,nomor Id paket yang diterima, dan besarnya paket yang diterima (dalam byte) Parser Parser adalah aplikasi untuk membaca file hasil kompresi video yang telah dikodekan dalam format ekstensi 264. Proses eksekusi untuk mem-parser hasil video yang telah diencoding maka file parser.exe harus berada dalam satu folder dengan config file. Config file adalah file tempat memasukkan file input video yang telah dikompresi dalam format file ekstensi.264. Perintah eksekusinya adalah: $./parser.exe config
8 39 Setelah proses parsing selesai maka didapatkan file dengan ekstensi.txt yang berisikan informasi paket id, waktu, paketsize (dalam byte), dan prioritas frame. File dengan ekstensi.txt adalah file inputan video yang digunakan dalam simulasi pengiriman video Konfigurasi Jaringan W-LAN Gambar 3.3 Konfigurasi jaringan W-LAN Simulasi pengiriman video dilakukan dengan cara memasukkan input berupa video yang sudah dilakukan proses encoder H.264 dan menyimpannya dalam sebuah server untuk selanjutnya dapat diakses melalui access point oleh user secara streaming. Simulasi dilakukan dengan bantuan network simulator-2 yang bisa di-download di dan untuk pengiriman videonya menggunakan tools Evalvid Video Encoder Mengkodekan Raw YUV video menjadi format file ekstensi.264 dengan menggunakan JM Dalam software ini pengaturan pemilihan
9 40 profile yang digunakan dilakukan dengan melakukan konfigurasi dalam file encoder_intra.cfg dan encoder_main.cfg. Proses encoding file raw video dilakukan dengan command prompt pada direktori bin program JM 18.0 dengan perintah eksekusinya adalah: $./lencod.exe d encoder_intra.cfg Output keluaran berupa hasil tracing file berformat file ekstensi.264, dengan mode profile yang dipilih adalah intra profile. Kemudian untuk mode main profile, maka perintah eksekusinya adalah: $./lencod.exe d encoder_main.cfg Sehingga menghasilkan output keluaran berupa hasil tracing file berformat file ekstensi Error Insertion Error insertion adalah aplikasi mendapatkan file distorted_video.264 yang didapatkan dari file nama video terkompresi dengan ekstensi.264, file nama output disisi pengirim dan file nama output disisi penerima sedangkan hasilnya adalah file dengan ekstensi distorted.264. Hal ini perlu agar kita bisa men-decoding video inputan di sisi penerima. Perintah eksekusinya adalah $./errinsert.exe [input video.264][distorted.264] [sender_trace] [receiver _trace]
10 Video Decoder File [distorted.264] hasil aplikasi./errinsert.exe menjadi inputan decoder dalam JM 18.0 dan untuk melakukan proses file decoder disesuaikan dengan file inputan encoder agar proses decoder dapat berjalan dengan benar. Proses decoding dilakukan pada command prompt pada direktori bin program JM 18.0 dengan instruksi: $./ldecod.exe d decoder_[sesuai file.cfg] Perhitungan Jitter Hasil keluaran simulasi dihitung jitter-nya dengan menggunakan file awk. Jitter yang dihitung adalah one-way jitter dan inter arrival jitter dari file hasil trace dari simulasi berupa output simulasi.tr, jitter digunakan untuk melihat delay kedatangan paket data selama proses pengiriman video di jaringan wireless LAN. Perintah eksekusi untuk menghitung jitter adalah $awk f jitter.awk [output simulasi.tr] Evaluasi Performansi Video Evaluasi performansi dapat dilakukan dengan cara membandingkan PSNR, SSIM, bitrate, dan rasio kompresi antara video inputan referensi di sisi pengirim dan video keluaran di sisi penerima dan dianalisa penurunan kualitas video yang diterima oleh penerima.
11 Perangkat yang digunakan Untuk menjalankan network simulator-2 (ns-2) pada tugas akhir ini mengunakan perangkat keras berupa: Personal Komputer satu (1) buah komputer dengan spesifikasi Processor Intel(R) Core(TM) i3 Memory RAM 1.85 GB. Untuk menjalankan network simulator-2 (ns-2) pada tugas akhir ini mengunakan perangkat lunak berupa: Windows Xp service pack 2 Emulator Cygwin versi Ns-allinone-2.28.tar.gz Tools yang digunakan adalah EvalVid YUV Tools untuk mengkonversi video Ms. Visual Studio Skenario Simulasi Skenario pengukuran yang dilakukan dalam tugas akhir ini adalah menggunakan jaringan W-LAN yang menggunakan 1 base station dengan waktu pengiriman satu frame untuk base station (0) adalah 100 millisecond Skenario 1 Dalam skenario pertama digunakan video input dengan format YUV 4:2:0 untuk keseluruhan profil yang disimulasikan. Untuk ukuran frame yang digunakan adalah QCIF (176x144 piksel) dan CIF (352x288 piksel)
12 43 dengan jumlah frame 300. Skenario pengukuran pertama adalah seperti tabel dibawah ini Tabel 3.2 Kombinasi video inputan skenario 1 USER Sequence Format Video Format YUV Jumlah Frame Jenis Profile Kids CIF 4:2:0 300 Kids QCIF 4:2:0 300 Kids CIF 4:2:0 300 Kids QCIF 4:2:0 300 High 4:4:4 Intra Profile Main Profile Skenario 2 Dalam skenario kedua digunakan video input dengan format YUV 4:2:0 untuk Main Profil dan format YUV 4:4:4 untuk High 4:4:4 Intra. Untuk mendapatkan format YUV 4:4:4 dari format video input pada Tabel 3.1, digunakan sebuah tool yaitu YUVTools yang di download pada Dengan tool ini, juga dapat diperoleh potongan frame untuk Skenario 2 yaitu 100 frame. Ukuran frame yang digunakan adalah QCIF (176x144 piksel),cif (352x288 piksel) dan High Definition (1280x720 piksel) dengan jumlah frame 30.. Skenario pengukurannya adalah dengan seperti tabel dibawah ini : Tabel 3.3 Kombinasi video inputan skenario 2 USER Sequence Format Video Format YUV Jumlah Frame Kids CIF 4:4:4 100 Kids QCIF 4:4:4 100 Room HD 4:4:4 30 Kids CIF 4:2:0 100 Kids QCIF 4:2:0 100 Room HD 4:2:0 30 Jenis Profile High 4:4:4 Intra Profile Main Profile
13 Skenario 3 Dalam skenario ketiga disimulasikan user melalukan perpindahan dengan jarak yang semakin menjauh dari access point ( ft). dengan adanya pergerakan user ini akan dianalisa performa decoded video yang diterima. 3.7 Parameter Simulasi Jaringan W-LAN Parameter yang di setting di dalam network simulator adalah : Tabel 3.4 Parameter Simulasi W-LAN Parameter Data Rate Wireless Packet Size Traffic Bandwidth LAN Delay Mode Pengalamatan Nilai 11 Mbps (802.11g) 188 Byte VBR 100 Mbps 10 ms Hierarchical 3.8 Parameter Performansi (QoS) Performansi dari video dapat diukur dengan menggunakan parameter performansi, atau biasa disebut sebagai QoS. Parameter performansi video yang digunakan dalam mengukur performasi video adalah: PSNR, PEVQ, SSIM, bitrate, dan rasio kompresi sedangkan parameter performansi jaringan diwakilkan dengan jitter yang terjadi saat user mengakses server Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) digunakan bersama dengan Mean Square Error (MSE) untuk membandingkan video yang original
14 45 dengan video yang telah dikompresi berdasarkan amplitude sinyal maksimum dari sinyal dengan n adalah jumlah sampel bit per gambar n ( 2 1) 2.Persamaan matematis dari PSNR adalah PSNR db = 10 n ( 2 ) log MSE (3.1) Dimana persamaan matematis MSE adalah MSE = m n mn i= 0 j= 0 I ( i, j) K( i, j) 2 (3.2) Dalam MSE M dan N adalah dua buah blok untuk gambar monochrome I dan K dimana salah satu gambar dianggap sebagai sebuah taksiran kasar dari gambar yang lainnya. PSNR memiliki 3 komponen utama yaitu PSNR Y (nilai luminance), PSNR U (nilai chominance/cb), dan PSNR V (nilai chrominance/cr). Nilai PSNR dinyatakan dalam satuan db dan sebuah frame video dikatakan memiliki kualitas yang bagus diatas 30 db, dengan keterangan berikut: Tabel 3.5 ITU-T P.800 quality and Impairment Scale [11] Scale Quality Impairment PSNR 5 Excellent Imperceptible > 37 4 Good Perceptible, not annoying Fair Slighty annoying Poor Annoying Bad Very annoying < 20
15 Structure Similarity (SSIM) SSIM adalah sebuah metoda untuk mengukur performansi berdasarkan kemiripan dari dua buah gambar yaitu gambar input dan output, pengukuran dilakukan berdasarkan 3 komponen warna yaitu luminance similarity, contrast similarity, dan structure similarity. Matrik dari SSIM ukuran N X N dalam domain ruang x,y adalah SSIM x (, y) = ( 2µ xµ y + c1 )( 2covx, y + c2 ) ( µ + µ + c )( σ + σ + c ) x y 1 x y 2 (3.3) dengan µ x = average dari x, µ = average dari y, y cov =covariance dari y, x, y c =, ( ) ( k1l) c = dua buah variable untuk menstabilkan pembagian dengan 2 k 2 L angka yg rendah. L adalah ruang dinamis dari nilai pixel dengan format ( 2 bitperpixe l 1), = 0.01, =0.03. Stuktur dari SSIM adalah: Gambar 3.4 Struktur SSIM
16 47 ` Rentang dari nilai SSIM adalah antara -1 sampai dengan 1, dengan catatan nilai 1 adalah video hasil decoding sama persis dengan video aslinya (100 % sama) Bitrate Banyak parameter encoder dapat mempengaruhi keluaran bitrate contohnya jenis slice, motion search range, mode selection algorithm, tetapi parameter yang paling berguna untuk kontrol bitrate adalah Parameter quantizer (QP). Salah satu cara untuk mengendalikan bitrate adalah dengan mencoba mempertahankan sejumlah bit yang konstan per coded frame, dengan mengukur kecepatan bitrate output dan dikembalikan untuk mengontrol QP. Meningkatkan QP dapat mengurangi mengurangi coded bitrate sedangkan menurunkan QP dapat meningkatkan coded bitrate. Gambar 3.5 Alokasi Bitrate untuk Rate Control [6] Pendekatan yang lebih fleksibel diuraikan pada Gambar 3.7. Bitrate saluran yang tersedia, dalam bit per detik, digunakan untuk menentukan target
17 48 jumlah bit untuk Group of Pictures (GOP), biasanya I slice diikuti sejumlah P dan/atau B slice. Bit-bit yang tersedia untuk GOP tersebut kemudian dialokasikan ke I, P dan B slice, dengan alokasi yang berubah tergantung pada jenis slice. Sebuah I slice biasanya dialokasikan paling banyak bit karena intra prediction cenderung kurang efisien dari pada inter prediction, diikuti dengan P slice dan B slices. Dalam masing-masing slice, sejumlah bit akan dialokasikan untuk setiap makroblock. Algoritma rate control kemudian mencoba untuk mengendalikan encoder untuk menghasilkan target jumlah bit Rasio Kompresi Rasio kompresi adalah perhitungan dengan membandingkan besar ukuran file asli dengan besar ukuran file hasil kompresi, semakin besar rasio kompresi berarti semakin kecil besar data video hasil kompresi. Perhitungan dilakukan dengan persamaan: Rasio Kompresi = (3.4) Jitter Jitter adalah variasi dari delay. Jitter disebabkan oleh adanya variasi waktu dalam kedatangan paket data. Variasi kedatangan paket ini dapat disebabkan oleh panjang antrian data, lamanya waktu pengolahan data,kemacetan. Ada data yang bertubrukan dan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menghimpun paket-paket data pada akhir proses transmisi untuk menjadi satu kesatuan frame yang utuh. Dalam tugas akhir ini dihitung one way jitter dengan inter arrival jitter.
18 49 One way jitter adalah rata-rata waktu selisih one way delay,dimana oneway delay adalah selisih dari delay kedatangan paket data frame ke n dikurang dengan delay frame ke n-1 dari node sumber ke node tujuan. Gambar 3.6 One way jitter [10] Inter arrival jitter adalah rata-rata waktu selisih dari intter arrival delay, dimana inter arrival delay adalah selisih kedatangan paket data frame ke n dikurangi selisih kedatangan paket data frame ke n-1 di sisi node penerima tanpa melihat sumber pengirimnya. Gambar 3.7 Inter Arrival jitter [10] Standar jitter One way jitter dan Inter Arrival Jitter Menurut standar ITU-T nilai One way jitter bernilai < 5 ms, sedangkan standar CISCO bernilai < 50 ms. Merurut standar ITU-T nilai Inter arrival jitter berkisar antara ms, sedangkan standar CISCO 4-5 s.
BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI
50 BAB IV ANALISA HASIL SIMULASI 4.1 Umum Pada bab ini akan menjelaskan tentang performansi dari proses pengkodean yang menggunakan High 4:4:4 Intra dan Main Profile yang akan ditransmisikan pada jaringan
Lebih terperinciTUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI HIGH 4:4:4 INTRA PROFILE DENGAN MAIN PROFILE PADA STANDARDISASI H.264 UNTUK APLIKASI VIDEO
TUGAS AKHIR ANALISIS PERBANDINGAN PERFORMANSI HIGH 4:4:4 INTRA PROFILE DENGAN MAIN PROFILE PADA STANDARDISASI H.264 UNTUK APLIKASI VIDEO Diajukan guna melengkapi sebagian syarat dalam mencapai gelar Sarjana
Lebih terperinciBAB IV PEMBAHASAN. 4.1 File Trace Input
BAB IV PEMBAHASAN Setelah dilakukan pengolahan video dan simulasi jaringan, diperoleh berbagai data output simulasi yang dapat merepresentasikan parameter QoS yang diberikan pada masing-masing simulasi.
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Content Delivery Network (CDN) Content Delivery Network adalah sebuah sistem yang berfungsi sebagai client pengirim konten yang ada pada suatu web kepada client pengguna. CDN
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN
BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN Video traffik Server Penelitian ini dilakukan dengan membuat 2 jenis simulasi dengan topologi yang sama tetapi berbeda skema, dimana pada simulasi pertama seorang
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Content Delivery Network (CDN) CDN adalah sekumpulan server yang saling berhubungan dari komputer di internet yang menyediakan konten web dengan cepat ke banyak pengguna
Lebih terperinciBAB IV ANALISA DAN HASIL
BAB IV ANALISA DAN HASIL Hasil yang diperoleh dari pengolahan data dan simulasi ini ada berbagai macam jenis data output yang dinginkan. Seperti file trace video, file trace sender serta file trace receiver
Lebih terperinciANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA
ANALISA KINERJA MPEG-4 VIDEO STREAMING PADA JARINGAN HSDPA Oleh: Fanny Nurindra P 2203 109 017 Dosen pembimbing : Dr.Ir.Achmad Affandi, DEA Ir.Djoko Suprajitno Rahardjo, MT Latar Belakang 3GPP Release
Lebih terperinciPemodelan dan Simulasi Video Streaming pada Jaringan a dan b dengan Menggunakan Network Simulator 2 (NS2)
Pemodelan dan Simulasi Video Streaming pada Jaringan 802.11a dan 802.11b dengan Menggunakan Network Simulator 2 (NS2) Dedi Hary Saputra 1, Helmy Fitriawan 2, Herlinawati 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro
Lebih terperinciANALISIS KINERJA NON CDN DAN GEO DNS PADA CDN MENGGUNAKAN NS-2
ANALISIS KINERJA NON DAN GEO DNS PADA MENGGUNAKAN NS- Sahat Parulian Sitorus, M. Zarlis, Suherman Magister Teknik Informatika Universitas Sumatera Utara Jl. Universitas No.A Kampus USU, Medan, Sumatera
Lebih terperinciGambar 3.1 Alur Penelitian
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Perancangan Alur Penelitian Untuk mencapai tujuan dari penelitian, perancangan alur penelitian dilakukan sesuai alur pada Gambar 3.1. Perancangan terlebih dahulu melakukan
Lebih terperinciBAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI
BAB III ANALISIS METODE DAN PERANCANGAN KASUS UJI 3.1 Analisis Sistem Analisis adalah penguraian dari suatu pembahasan, dalam hal ini pembahasan mengenai analisis perbandingan teknik antrian data First
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI SOFTSWITCH. suatu pemodelan softswitch ini dilakukan agar mampu memenuhi kebutuhan
BAB III PERANCANGAN DAN SIMULASI SOFTSWITCH Berdasarkan pada penjelasan dari bab sebelumnya, maka dibuatlah suatu perancangan pemodelan softswitch sebelum simulasi dilakukan. Perancangan suatu pemodelan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN. Gambar 3.1 Arsitektur Sistem EvalVid [11]
BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN Proses implementasi penelitian terdiri dari encoder H.264, video sender, network simulator (NS-2), H.264 decoder, program evaluate trace (ET), program peak signal
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM 1 DAN PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini membahas tentang analisis dan perancangan sistem. Pembahasan yang dianalisis terbagi menjadi 2 yaitu analisis masalah dan analisis
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN. 4.1 Lingkungan Pengujian
BAB IV PENGUJIAN Pengujian algoritma dilakukan pada algoritma penjadwalan Weighted Round Robin yang telah diimplementasikan pada modul 802.16 pada NS2. Untuk melakukan pengujian, ditetapkan 10 skenario
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknologi informasi memberikan perubahan pada masyarakat untuk memperoleh kebutuhan informasi secara cepat dan murah. Pada saat ini jaringan komputer hanya dimanfaatkan
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. mendapat perbandingan unjuk kerja protokol TCP Vegas dan UDP dengan
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pembahasan yang dilakukan merupakan hasil dari percobaan terhadap parameter-parameter yang telah ditentukan. Setelah itu dilakukan analisis untuk mendapat perbandingan unjuk
Lebih terperinciBAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET. menjanjikan akses internet yang cepat, bandwidth besar, dan harga yang murah.
62 BAB 3 ANALISA DAN RANCANGAN MODEL TESTBED QOS WIMAX DENGAN OPNET 3.1 Permasalahan Saat ini kita bisa dengan mudah mendapatkan akses internet. Kita bisa berlangganan internet menggunakan modem DSL (Digital
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN
BAB III PERANCANGAN SIMULASI JARINGAN Pada penelitian ini dilakukan simulasi yang terdiri dari terdiri dari SS, BS dan Public Network sebagai Sink Node. Terdapat 19 node yang akan dibangun, yaitu 5 node
Lebih terperinciCEG4B3. Randy E. Saputra, ST. MT.
CEG4B3 Randy E. Saputra, ST. MT. Video Conference Video Conference adalah teknologi perangkat jaringan yang dapat menghubungkan secara langsung antara 2 user atau lebih yang terpisah, dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB 4 ANALISA DATA. Gambar 4.1 Tampilan pada Wireshark ketika user melakukan register. 34 Universitas Indonesia
BAB 4 ANALISA DATA Pada bab ini akan dibahas hasil pengukuran data dari layanan IMS pada platform IPTV baik pada saat pelanggan (user) di home network maupun pada saat melakukan roaming atau berada pada
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN SISTEM DAN ANALISA Pengujian sistem dilakukan untuk mengetahui apakah fungsi-fungsi yang telah direncanakan bekerja dengan baik atau tidak. Pengujian sistem juga berguna untuk mengetahui
Lebih terperinciJurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Udayana Abstrak
ANALISIS PENGARUH SOFT HANDOVER PADA MOBILE STATION TERHADAP KUALITAS LAYANAN VOIP DI JARINGAN UMTS Putu Fadly Nugraha Putu Fadly Nugraha1, IGAK Diafari Djuni H2, Pande Ketut Sudiarta3 1,2,3 Jurusan Teknik
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
38 BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Pada bab ini dibahas mengenai pengujian dan analisis hasil implementasi yang telah dilakukan. Pengujian dan analisis ini bertujuan untuk mengetahui performansi pada jaringan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan suatu cara berpikir yang dimulai dari menentukan suatu permasalahan, pengumpulan data baik dari buku-buku panduan maupun studi lapangan, melakukan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini dijelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan perancangan system yang digunakan, beserta metode pengambilan data untuk kemudian dilakukan analisa. 3.1 Perancangan
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS
BAB I PENGUJIAN DAN ANALISIS Pada bab ini akan dibahas mengenai skenario pengujian yang dilakukan terhadap aplikasi yang meliputi aspek prototype aplikasi, performa aplikasi, dan kualitas suara yang dihasilkannya.
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN
BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Pada bagian ini, diberikan gambaran implementasi dan pengujian perangkat lunak AVISteg berdasarkan hasil perancangan perangkat lunak pada Bab III. 4.1 Implementasi Penjelasan
Lebih terperinciANALISA PERBANDINGAN KUALITAS HASIL PENTRANSFERAN DATA VIDEO STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE WIRED LAN DAN WIRELESS LAN
ANALISA PERBANDINGAN KUALITAS HASIL PENTRANSFERAN DATA VIDEO STREAMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE WIRED LAN DAN WIRELESS LAN Dharmawan Lubis D-III Manajemen Informatika Universitas Muhammadiyah Metro Alamat:
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. populer dalam menyediakan koneksi data. Jaringan WLAN berbasis teknologi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi wireless local area network (WLAN) merupakan jaringan yang populer dalam menyediakan koneksi data. Jaringan WLAN berbasis teknologi Ethernet dengan standar
Lebih terperinciKINERJA PENGIRIMAN VIDEO MENGGUNAKAN ADAPTIVE MAPPING e EDCA
KINERJA PENGIRIMAN VIDEO MENGGUNAKAN ADAPTIVE MAPPING 802.11e EDCA Suci Ramadona 1) Emansa Hasri Putra S.T., M.Eng. 2) Hamid Azwar, S.T. 3) Jurusan Tek. Elektronika Telekomunikasi 1,3) dan Tek. Telekomunikasi
Lebih terperinciANALISIS KUALITAS REAL TIME VIDEO STREAMING TERHADAP BANDWIDTH JARINGAN YANG TERSEDIA
ANALISIS KUALITAS REAL TIME VIDEO STREAMING TERHADAP BANDWIDTH JARINGAN YANG TERSEDIA Eko Kurniawan (1), Arman Sani (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Umumnya lembaga pemerintahan maupun pendidikan mempunyai website yang
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Umumnya lembaga pemerintahan maupun pendidikan mempunyai website yang digunakan sebagai sarana informasi. Untuk dapat menghasilkan fasilitas informasi tersebut,
Lebih terperinciANALISIS KUALITAS LAYANAN VIDEO CALL MENGGUNAKAN CODEC H.263 DAN H.264 TERHADAP LEBAR PITA JARINGAN YANG TERSEDIA
ANALISIS KUALITAS LAYANAN VIDEO CALL MENGGUNAKAN CODEC H.263 DAN H.264 TERHADAP LEBAR PITA JARINGAN YANG TERSEDIA Nuzul Luthfihadi (1), Arman Sani (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik
Lebih terperinciKompresi Citra dan Video. Muhtadin, ST. MT.
Kompresi Citra dan Video Muhtadin, ST. MT. Outline Motivasi Redundancy & Irrelevancy Spatial Processing JPEG Temporal Processing Frame differencing Motion Estimation dan Motion Compensation Prediction
Lebih terperinciANALISIS KUALITAS TRANSMISI VIDEO DENGAN DECODABLE FRAME RATE
ANALISIS KUALITAS TRANSMISI VIDEO DENGAN DECODABLE FRAME RATE Muhammad Mulia Maulana (1), Suherman (2) Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Sumatera
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN
BAB III METODA PENELITIAN Langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini adalah penentuan parameter performansi kualitas, pengukuran parameter tersebut pada jaringan BSS GSM, dan analisis data hasil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring perkembangan internet, muncul tuntutan dari para pengguna jasa telekomunikasi agar mereka dapat memperoleh akses data dengan cepat dimana pun mereka berada.
Lebih terperinciDAFTAR ISI. ABSTRACT ii KATA PENGANTAR iii DAFTAR ISI...iv DAFTAR GAMBAR.vii DAFTAR TABEL...ix DAFTAR SINGKATAN...x
ABSTRACT Speech coding can be defined as a method to reduce some information which is needed to represent speech signal for transmission or storage application. The main reason of speech coding is how
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan permintaan pasar untuk dapat berkomunikasi dan bertukar data dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi telekomunikasi tanpa kabel berkembang pesat seiring dengan permintaan pasar untuk dapat berkomunikasi dan bertukar data dengan mudah dan cepat. Teknologi
Lebih terperinci7.1 Karakterisasi Trafik IP
BAB VIII TRAFIK IP Trafik IP (Internet Protocol), secara fundamental sangat berbeda dibanding dengan trafik telepon suara (klasik). Karenanya, untuk melakukan desain dan perencanaan suatu jaringan IP mobile,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suara, melainkan juga sudah merambah kepada komunikasi multimedia seperti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini kebutuhan telekomunikasi tidak hanya terbatas pada komunikasi suara, melainkan juga sudah merambah kepada komunikasi multimedia seperti data, gambar dan video.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Semakin tinggi penggunaan internet dalam masyarakat saat ini, harus didukung dengan infrastruktur jaringan yang baik, sehingga penggunaan aplikasi yang membutuhkan
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA Bab ini membahas cara pengujian dari pengaturan bandwidth pada setiap teknik antrian sistem operasi, dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah GNU/linux dan FreeBSD,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III MEODE PENELIIAN Metode penelitian yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah studi kepustakaan, percobaan dan analisis. Dengan ini penulis berusaha untuk mengumpulkan data dan informasi-informasi,
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. Bab ini menjelaskan sekilas mengenai teknologi Worldwide
BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Bab ini menjelaskan sekilas mengenai teknologi Worldwide Interoperability Microwave Acces (WiMAX), perangkat lunak Network Simulator NS-2, kerangka evaluasi video EvalVid, dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Bahan Penelitian Dalam penelitian perancangan dan implementasi radio streaming di LPPI Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ini, digunakan beberapa data pendukung sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada jaringan wireless kebutuhan akan Quality of service sangatlah penting, demi mencapai kepuasan dari user dalam menggunakannya. Faktor-faktor dari Quality of service
Lebih terperinciBAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS HASIL IMPLEMENTASI Pada bab ini akan membahas mengenai skenario pengujian dan hasil analisis dari tugas akhir ini. Sebelum masuk ke tahap pengujian akan dijelaskan terlebih
Lebih terperinciBAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down
BAB 3 Metode dan Perancangan 3.1 Metode Top Down Menurut Setiabudi (2009) untuk membangun sebuah sistem, diperlukan tahap-tahap agar pembangunan itu dapat diketahui perkembangannya serta memudahkan dalam
Lebih terperinciBab 3 Parameter Simulasi
Bab 3 Parameter Simulasi 3.1 Parameter Simulasi Simulasi yang dilakukan pada penelitian ini memakai varian jaringan wireless mesh yaitu client mesh. Dalam hal ini akan digunakan client mesh dengan jumlah
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah melakukan simulasi pengaruh
III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah melakukan simulasi pengaruh ketinggian nodal sensor dan menganalisa Quality of Service (QoS) dari Jaringan
Lebih terperinciAnalisis Perbandingan Performansi Server VoIP. berbasis Parallel Processing
Analisis Perbandingan Performansi Server VoIP antara Asterisk dan FreePBX berbasis Parallel Processing JOANA SIBORO 2206100080 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Achmad Affandi, DEA NIP: 196510141990021001 PERANCANGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum, data citra digital ditandai oleh informasi dengan jumlah bit yang besar sehingga menimbulkan masalah untuk memindahkan, memproses atau menyimpannya. Biasanya
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN MODEL SIMULASI
BAB III PERANCANGAN MODEL SIMULASI Pada Bab III akan dirancang suatu pemodelan sistem dimana metode pengamatan dibagi menjadi dua cara, yaitu dalam pencarian quality of service, yaitu delay, jitter, packetloss,
Lebih terperinciBAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN
BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN Pada bab I telah dijelaskan mengenai empat tujuan pengerjaan tugas akhir ini, yaitu memahami berbagai algoritma penjadwalan, memahami metrik QoS sebagai pengukur kualitas
Lebih terperinciBAB II. Decoder H.264/AVC
BAB II Decoder H.64/AVC Pada bab ini akan dibahas tentang teori dasar dari sistem H.64, modul dan algoritma dari Inverse Block Transform, Deblocking Filter dan Motion Compensator. II. Sistem H.64 H.64
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem. diagram seperti yang terlihat seperti Gambar 3.1.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem Perancangan sistem dapat dijelaskan dengan lebih baik melalui blok diagram seperti yang terlihat seperti Gambar 3.1. PEMBUATAN
Lebih terperinciPembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth
Pembandingan Kinerja Antara Protokol Dynamic Source Routing Dan Zone Routing Pada Jaringan Ad-Hoc Wireless Bluetooth Oleh : DICKY RACHMAD PAMBUDI Dosen Pembimbing : Dr.Ir. Achmad Affandi, DEA LATAR BELAKANG
Lebih terperinciGambar 3.1 Tahapan NDLC
BAB III PERENCANAAN DAN PEMBUATAN SISTEM 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan adalah NDLC (Network Development Life Cycle) yang merupakan pedoman dalam pengembangan jaringan yang
Lebih terperinciBAB 2 STANDARD H.264/MPEG-4 DAN ALGORITMA CABAC
BAB 2 STANDARD H.264/MPEG-4 DAN ALGORITMA CABAC Pada bab ini akan dibahas tentang standard H.264/MPEG-4 secara singkat. Selain itu, bab ini akan membahas pula tentang pemakaian algoritma CABAC pada standard
Lebih terperinciBab III PERANCANGAN SISTEM
Bab III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah perencanaan dan implementasi video conference dengan dukungan MCU software. MCU software menggunakan OpenMCU v.1.1.7
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL
BAB II TEORI DASAR PENGOLAHAN CITRA DIGITAL 2.1 Citra Secara harafiah, citra adalah representasi (gambaran), kemiripan, atau imitasi pada bidang dari suatu objek. Ditinjau dari sudut pandang matematis,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN UJI COBA
BAB IV HASIL DAN UJI COBA IV.1. Hasil Dalam bab ini akan dijelaskan dan ditampilkan bagaimana hasil dari rancangan program. Dimana didalam program ini terdapat tampilan login, tampilan menu utama, tampilan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis Kinerja Protocol SCTP untuk Layanan Streaming Media pada Mobile WiMAX 3
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teknologi WiMAX (Worldwide Interoperabilitas for Microwave Access) yang berbasis pengiriman data berupa paket dan bersifat connectionless oriented merupakan teknologi
Lebih terperinciANALISIS KINERJA TEKNIK PENJADWALAN PADA WIMAX UNTUK LAYANAN VIDEO ON DEMAND
ANALISIS KINERJA TEKNIK PENJADWALAN PADA WIMAX UNTUK LAYANAN VIDEO ON DEMAND Said Reza Fakhrizal [1], Suherman [2] Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciSTUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO
SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 2/Mei STUDI KUALITAS VIDEO STREAMING MENGGUNAKAN PERANGKAT NSN FLEXYPACKET RADIO Auliya Fadly [1], Arman Sani [2] Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik Elektro
Lebih terperinciN, 1 q N-1. A mn cos 2M , 2N. cos. 0 p M-1, 0 q N-1 Dengan: 1 M, p=0 2 M, 1 p M-1. 1 N, q=0 2. α p =
tulisan. Secara umum, steganografi dapat diartikan sebagai salah satu cara menyembunyikan suatu pesan rahasia (message hiding) dalam data atau pesan lain yang tampak tidak mengandung apa-apa sehingga keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi telekomunikasi yang semakin pesat dan kebutuhan akses data melahirkan salah satu jenis teknologi telekomunikasi yang mutakhir saat ini yaitu
Lebih terperinciANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN
Widya Teknika Vol.18 No.1; Maret 2010 ISSN 1411 0660 : 1-5 ANALISIS KINERJA BASIC RATE ACCESS (BRA) DAN PRIMARY RATE ACCESS (PRA) PADA JARINGAN ISDN Anis Qustoniah 1), Dewi Mashitah 2) Abstrak ISDN (Integrated
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH PERUBAHAN CODEC TERHADAP QUALITY OF SERVICE VOIP PADA JARINGAN UMTS
ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN CODEC TERHADAP QUALITY OF SERVICE VOIP PADA JARINGAN UMTS Mahendra Adi Winatha 1, I G.A.K. Diafari Djuni H. 2, Pande Ketut Sudiarta 3 1,2,3 Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Lebih terperinciANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS MPLS
ANALISA APLIKASI VOIP PADA JARINGAN BERBASIS Dwi Ayu Rahmadita 1,M.Zen Samsono Hadi 2 1 Mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Jurusan Teknik Telekomunikasi 2 Dosen Politeknik Elektronika Negeri
Lebih terperinciBab 2. Tinjauan Pustaka
Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Adapun penelitian yang menjadi acuan dalam penelitian yang dilakukan adalah Penelitian dengan judul Analisis dan Perancangan Security Voice Over Internet
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI DAN SIMULATION PADA WIMAX MENGGUNAKAN OPNET MODELER 14.5
BAB IV IMPLEMENTASI DAN SIMULATION PADA WIMAX MENGGUNAKAN OPNET MODELER 14.5 Pada bab ini akan dibahas mengenai implementasi aplikasi FTP, Voice, Video dengan menggunakan parameter- parameter QoS yang
Lebih terperinciBAB III PERENCANAAN SISTEM
31 BAB III PERENCANAAN SISTEM 3.1 Pendahuluan Tugas Akhir ini merupakan pengembangan dari Tugas Akhir yang berjudul Simulasi dan Analisis Performansi QoS pada Aplikasi Video Live Streaming menggunakan
Lebih terperinciMILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jaringan tanpa kabel (wireless) sebenarnya hampir sama dengan jaringan LAN, akan tetapi setiap node pada WLAN (Wireless Local Area Network) menggunakan wireless
Lebih terperinciBAB III METODE PENGEMBANGAN
BAB III METODE PENGEMBANGAN di bawah. 3.1. Perancangan Sistem dan Blok Diagram Sistem Perancangan sistem yang digunakan dapat dijelaskan dengan blok diagram Gambar 3.1 PERANCANGAN PENERAPAN PERSIAPAN DATA
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI
BAB IV IMPLEMENTASI DAN HASIL SIMULASI 4.1 Implementasi Setelah melakukan tahap perencanaan dan perancangan simulasi VoIP dengan adanya serangan DoS tahap selanjutnya adalah implementasi dan analisa hasil
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN EVALUASI. QoS, yaitu : pengujian terhadap Delay, pengujian terhadap Jitter, pengujian
BAB IV HASIL DAN EVALUASI Pengujian sistem merupakan pengujian terhadap perhitungan yang telah dilakukan. Pengujian tersebut termasuk pengujian terhadap parameter-parameter QoS, yaitu : pengujian terhadap
Lebih terperinciTUGAS AKHIR. Disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan Program Strata 1, Program Studi Teknik Informatika, Universitas Pasundan Bandung
PENGATURAN QUALITY OF SERVICE (QoS) PADA JARINGAN UNTUK MENDUKUNG LAYANAN VOICE OVER INTERNET PROTOKOL (VoIP) (Studi Kasus: Lab.Jurusan Teknik Informatika Universitas Pasundan) TUGAS AKHIR Disusun sebagai
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Content Delivery Network (CDN) CDN adalah sebuah sistem jaringan server untuk mendistribusikan konten yang ada dalam sebuah aplikasi/web ke berbagai pengakses/pengguna di berbagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latarbelakang
BAB 1 PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan tentang latarbelakang penulisan, rumusan masalah, batasan masalah yang akan dibahas, serta tujuan penelitian skripsi ini. Manfaat dalam penelitian, metodelogi
Lebih terperinciBAB 4 SIMULASI DAN EVALUASI
BAB 4 SIMULASI DAN EVALUASI Pada bab ini akan dijelaskan mengenai simulasi serta hasil evaluasi dari simulasi yang telah dilakukan. Dalam bab ini akan menjelaskan langkah langkah instalasi program yang
Lebih terperinciAnalisa Perbandingan Pengaruh Penggunaan Protokol Secure Soket Layer (SSL) Dan Protokol Point To Point Protocol (PTTP) Terhadap Quality Of Service
Analisa Perbandingan Pengaruh Penggunaan Protokol Secure Soket Layer (SSL) Dan Protokol Point To Point Protocol (PTTP) Terhadap Quality Of Service (QoS) Pada Jaringan Vitual Private Network (VPN) Lamhot
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori
1 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Layanan komunikasi dimasa mendatang akan semakin pesat dan membutuhkan data rate yang semakin tinggi. Setiap kenaikan laju data informasi, bandwith yang dibutuhkan
Lebih terperinciKompresi Citra dan Video. Muhtadin, ST. MT.
Kompresi Citra dan Video Muhtadin, ST. MT. Temporal Processing 2 Temporal Processing Video : serangkaian frame (image) yang memiliki relasi antar frame Relasi tersebut ada sepanjang dimensi temporal Menyebabkan
Lebih terperinciBAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM
BAB III DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM 3.1 Sasaran Kemampuan Sistem Untuk menjawab beberapa pertanyaan pada rumusan masalah di bagian pendahuluan, sistem yang diusulkan harus memiliki kemampuan sebagai
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN Analisis SIRANJAJA Perancangan Modul Pembangunan Content Streaming
5 variasi parameter percobaan dilakukan sebanyak sepuluh kali perulangan. Hasil dari percobaan ini digunakan sebagai bahan analisis untuk encoding citra digital pada percobaan pengiriman data. b Percobaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Power control pada sistem CDMA adalah mekanisme yang dilakukan untuk mengatur daya pancar mobile station (MS) pada kanal uplink, maupun daya pancar base station
Lebih terperinciANALISA KINERJA TEKNIK KOMPRESI VIDEO PADA INTERNET PROTOKOL TELEVISION (IPTV)
ANALISA KINERJA TEKNIK KOMPRESI VIDEO PADA INTERNET PROTOKOL TELEVISION (IPTV) Tut Wulaningsih Dr. Ir. Achmad Affandi, DEA Michael Ardita, ST, MT Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut
Lebih terperinciKUALITAS LAYANAN. Budhi Irawan, S.Si, M.T
KUALITAS LAYANAN Budhi Irawan, S.Si, M.T KUALITAS LAYANAN (QOS) QoS merupakan terminologi yang digunakan untuk mendefinisikan kemampuan suatu jaringan untuk menyediakan tingkat jaminan layanan yang berbeda-beda.
Lebih terperinciBAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SERVER MMOG
BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SERVER MMOG 4.1 Implementasi Server MMOG Aplikasi server MMOG ini dibuat menggunakan software Microsoft Visual C++.NET 2003 yang berjalan pada sistem operasi Microsoft
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. studi kepustakaan, percobaan dan analisis. Dengan ini penulis berusaha untuk
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah studi kepustakaan, percobaan dan analisis. Dengan ini penulis berusaha untuk mengumpulkan
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Citra Citra adalah suatu representasi (gambaran), kemiripan atau imitasi dari suatu objek. Citra sebagai keluaran suatu sistem perekaman data dapat bersifat optik berupa
Lebih terperinciBAB 4 IMPLEMENTASI DAN TESTING. Sistem yang kami pakai untuk membangun simulasi ini adalah: Operating System : Windows 7 Ultimate Edition
80 BAB 4 IMPLEMENTASI DAN TESTING 4.1 Implementasi Simulasi Sistem yang kami pakai untuk membangun simulasi ini adalah: Operating System : Windows 7 Ultimate Edition Modeler : OPNET Modeler 14.0 Educational
Lebih terperinciBAB 1 I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak pertama kali diperkenalkan hingga tiga puluh tahun perkembangannya, teknologi seluler telah melakukan banyak perubahan besar. Sejarah mencatat perkembangan
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SISTEM
BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Topologi Jaringan Dilakukan test bed terhadap 3 macam jaringan, yaitu IPv4 tanpa MPLS, IPv4 dengan MPLS dan IPv6 dengan MPLS. Jaringan test bed yang digunakan merupakan simulasi
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Studi Pustaka. Proses Simulasi. Analisis Hasil. Gambar 11 Metode penelitian.
unicast, multicast, atau anycast yang oleh sumber diberi label sebagai traffic flow (RFC-3697 2004). Hop Count: banyaknya node yang harus dilewati oleh suatu paket dari node asal ke node tujuan (Altman
Lebih terperinciTeletrafik Sistem Berbagi Pada Aliran Internet
Teletrafik Sistem Berbagi Pada Aliran Internet Yenni Astuti Teknik Elektro, Sekolah Tinggi Teknologi Adisutjipto yenni.stta@gmail.com Abstrak Salah satu kebutuhan penting manusia adalah Internet. Komunikasi
Lebih terperinci