BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Defenisi Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang penularannya terutama melalui hubungan seksual yang mencakup infeksi yang disertai gejala-gejala klinis maupun asimptomatis (Daili, 2009). Penyakit ini dikategorikan modern dan luas oleh karena berbagai patogen termasuk virus, bakteri, jamur, dan protozoa,yang menampakkan diri dalam berbagai gejala klinis yang sama. Cara penularan adalah melalui hubungan seksual antara manusia (McGough, 2008) Servisitis ialah radang dari selaput lendir kanalis servikalis. Karena epitel selaput lender servikalis hanya terdiri dari satu lapisan sel silindris maka mudah terkena infeksi dibandingkan dengan selaput lender vagina. Terjadinya servisitis dipermudah oleh adanya robekan serviks, terutama yang menimbulkan ektropion ( Sarwono, 2008). Servisitis merupakan sindrom peradangan serviks dan manifestasi umum dari IMS seperti Neisseria gonorrhoeae dan Chlamidya trachomatis (McGough, 2008). Servisitis gonore adalah radang serviks yang disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae atau gonokokus. Servisitis non spesifik adalah radang serviks yang disebabkan oleh kuman non spesifik (Djuanda, 2007) Epidemiologi WHO(World Health Organization) memperkirakan terdapat 140 juta kasus dilaporkan di Amerika Serikat dengan prevalensi tertinggi terjadi pada wanita di usia tahun pada tahun CDC juga memperkirakan bahwa lebih dari 19 juta kasus IMS baru terjadi setiap tahunnya, dan hampir setengah dari mereka berusia tahun. Disamping konsekuensi kesehatan berpotensi parah, IMS menimbulkan beban ekonomi yang luar biasa, dengan biaya medis langsung setinggi $ 17 milyar satu tahun ( Struble, 2010). 8

2 9 Kelompok perilaku berisiko tinggi IMS adalah usia tahun dimana pada usia ini aktivitas seksual tinggi (Hakim, 2009). Penelitian Sutama di Yogyakarta menyatakan bahwa penderita servisitis gonore memiliki rentang umur tahun (Sutama, 2005). Penelitian Asri di Padang melaporkan kelompok umur terbanyak adalah tahun (Asri, 2010). Data dari WHO memperkirakan jumlah kasus baru dari empat IMS pada tahun 2008 pada orang dewasa antara usia 15 sampai 49 diperkirakan kasus. Infeksi Chlamydia trachomatis sebanyak 105,7 juta kasus, kasus gonore sebanyak 106,1 juta kasus, 10,6 juta kasus sifilis dan 276,4 juta kasus Trichomonas vaginalis. Selain itu, pada pengidap yang telah terinfeksi ini pada tahun 2008 diperkirakan bahwa juta orang dewasa terinfeksi Chlamydia trachomatis, 36,4 juta dengan Nesseria gonorrhoeae, 36,4 juta dengan sifilis dan 187,0 juta dengan Trichomonas vaginalis (WHO, 2008). Sedangkan di Amerika Serikat insiden jumlah kasus baru dari empat IMS pada tahun 2008 diperkirakan : 26.4juta kasus Chlamydia trachomatis, 11 juta kasus Nesseria gonorrhoeae, 2,8 juta kasus sifilis dan 85.4 juta kasus Trichomonas vaginalis (WHO, 2008). Gonore adalah penyakit infeksi menular kedua yang paling sering dilaporkan di Amerika Serikat Pada tahun 2009, kasus gonore dilaporkan US Centers for Disease Control ( CDC). Rata-rata nasional pada tahun 2009 adalah 99, 1 kasus per penduduk, penurunan 10,5% dari tahun Diperkirakan diseluruh dunia 200 juta kasus baru terjadi setiap tahunnya. Pada tahun 1999, jumlah kasus baru gonore didiagnosis di Amerika Utara adalah 1,56 juta, di Eropa Barat 1,11 juta, di Asia Selatan dan Tenggara , dan di Amerika Latin dan Karibia Lebih dari kasus gonore yang dilaporkan pada tahun Setiap tahun sekitar kasus infeksi ini terjadi (Arthur, 2010).

3 10 Gambar 1 : Kasus Gonore, (CDC, 2010) Di Amerika Serikat, jumlah infeksi gonokokus memuncak pada 1970-an, era revolusi seksual. Dengan terjadinya epidemi HIV dan berlatih teknik seks yang aman, insiden menurun dramatis dari 468 kasus per penduduk pada tahun 1975 menjadi kasus per penduduk pada pergantian abad. (CDC, 2010). Pada tahun 2008 insiden jumlah kasus baru dari 4 IMS diperkirakan : 26.4juta kasus Chlamydia trachomatis, 11,0 juta kasus Nesseria gonorrhoeae, 2,8 juta kasus sifilis dan 85.4 juta kasus Trichomonas vaginalis (WHO, 2008). Meskipun data frekuensi di sebagian besar negara berkembang tidak diketahui, negara-negara seperti Republik Afrika Tengah dan Afrika Selatan dianggap memiliki tingkat tertinggi gonore dan komplikasinya. Tingkat infeksi pada wanita hamil di kedua negara ini masing-masing sebesar 3,1 dan 7,8 ( CDC, 2010). Di Asia Tenggara termasuk Indonesia jumlah kasus baru dari empat IMS pada tahun 2008 diperkirakan 78,5 juta: 7,2 juta kasus Chlamydia trachomatis, 25,4 juta kasus Nesseria gonorrhoeae,3,0 juta kasus sifilis dan 42.9 juta kasus Trichomonas vaginalis (Muriastutik D, 2008). Insiden Chlamydia trachomatis

4 11 pada wanita 9,2 dan 6,2 pada pria per 1000 penduduk sedangkan pada Neisseria gonorrhoaea insiden pada wanita 16,2 dan pada pria 37 per 1000 penduduk (WHO, 2008). Gonore terutama mengenai pasien muda, kulit berwarna, tidak menikah, penduduk kota dengan tingkat pendidikan rendah. Jumlah kasus yang dilaporkan mungkin hanya mewakili setengah dari jumlah kasus yang sebenarnya. Hal ini disebabkan kurangnya pelaporan, diterapi sendiri, dan terapi non spesifik tanpa diagnosa yang ditegakkan secara laboratorium. Dilihat lebih dari etnis, insidennya tertinggi di Afrika, Amerika dan terendah pada Asia Pasifik. Insiden gonore lebih tinggi pada negara berkembang daripada negara maju tetapi sulit ditentukan secara tepat karena terbatasnya pendataan dan kriteria diagnosis yang bervariasi. Penelitian di Afrika telah menunjukkan bahwa infeksi menular seksual non ulseratif seperti gonore merupakan faktor transmisi HIV. Tingkat transmisi gonore pada wanita melalui hubungan seksual tanpa proteksi dengan pria terinfeksi sebesar 40-60% (Sri Dewi, 2011). Bagan alur penatalaksanaan infeksi serviks yang saat ini digunakan, masih jauh dari sempurna. Pada mulanya, duh tubuh vagina merupakan indikasi yang mengarah pada infeksi vagina maupun infeksi serviks. Kemudian baru diketahui bahwa duh tubuh vagina jelas menunjukkan infeksi vagina, tetapi tidak demikian dengan infeksi serviks (gonore dan atau klamidiosis), khususnya pada wanita usia remaja. Ada beberapa tanda klinis yang nampaknya lebih mengarah kepada infeksi serviks. Pengamatan klinis secara konsisten menemukan kaitan dengan infeksi serviks bila ditemukan mukopurulen di serviks, erosi serviks, kerapuhan dan perdarahan serviks di antara masa menstruasi atau selama bersanggama. Sejumlah faktor risiko yang didasarkan pada situasi demografis dan perilaku, sering kali dapat dikaitkan dengan infeksi serviks (Depkes, 2011), misalnya: 1. umur kurang dari 21 tahun, atau 25 tahun di beberapa tempat seperti Kuala Lumpur, Malaysia (WHO, 2008), 2. berstatus belum menikah, 3. mempunyai lebih dari satu pasangan seksual dalam 3 bulan terakhir,

5 12 4. memiliki pasangan seksual baru dalam 3 bulan terakhir, 5. pasangan seksualnya mengalami IMS, dan 6. belum berpengalaman menggunakan kondom. Beberapa faktor risiko tersebut, walaupun telah diidentifikasi dan divalidasi pada kelompok masyarakat tertentu, tidak dapat dengan mudah diekstrapolasikan kepada kelompok lainnya atau dipergunakan secara lebih luas pada negara lainnya. Sebagian besar peneliti berpendapat bahwa akan lebih tepat bila menggunakan lebih dari satu faktor risiko demografis daripada hanya menggunakan satu faktor risiko saja, akan tetapi satu gejala klinis sudah cukup bermakna untuk menunjukkan indikasi terdapat servisitis (Depkes RI, 2011). Diperkirakan sekitar 85% infeksi gonokokus pada wanita bersifat asimtomatik. Sekalipun demikian dapat hal tersebut dapat memberikan gejala rasa gatal pada vulva, duh tubuh yang minimal, uretreritis atau proktitis. Pada wanita masa prapubertas, mungkin dapat dijumpai vulvo vaginitis yang purulen (Wiknjosastro, 2008). Hal serupa, dapat dijumpai pada infeksi servisitis non spesifik yang juga asimtomatik pada sebagian besar kasus. Gejala mungkin dapat terjadi pada wanita dewasa muda yang mengalami perdarahan di antara periode menstruasi, perdarahan sesudah bersanggama dan meningkatnya sekresi cairan vagina Etiologi Penyebab servisitis gonore adalah kuman Neisseria gonorrhoeae. Kuman ini sering koinfeksi dengan kuman non spesifik lainnya, yang paling sering adalah Chlamydia trachomatis, Ureaplasma urealyticum, dan Mycoplasma hominis (Depkes RI, 2011) Neisseria gonorrhoeae Ditemukan pertama kali oleh Albert Neisseria tahun Disebut juga gonokokus. Bakteri diplokokus, berbentuk biji kopi, tahan asam, kokus gram negatif, diameter 0,6 1,0 µm, tampak di dalam dan di luar lekosit tapi lebih sering intraseluler, tidak tahan udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan suhu > 39ºC, tidak tahan desinfektan. Ada 4 tipe, yaitu tipe 1, 2, 3, dan 4. Tipe 1 dan 2 bersifat virulen, memiliki pili di permukaan selnya.tipe 3 dan 4

6 13 tidak memiliki pili, bersifat non virulen. Dengan pili kuman dapat menempel pada sel epitel urethra, mukosa mulut dan sperma. Pili juga menghambat fagositosis dan dapat berfungsi sebagai alat konjugasi antara sesama gonokokus atau dengan Eschericia coli (Daili, 2009 ). Neisseria gonorrhoaea mempunyai membran luar yang khas, tersusun dari protein, fospolipid dan lipopolisakarida. Lipopolisakarida Nesseria Gonorrhoaea disebut sebagai lipooligosakarida (LOS). Bakteri ini secara khas melepaskan fragmen membran luar yang dinamakan blebs yang berisi LOS selama pertumbuhannya (Muriastutik, 2008). Masa inkubasi 2-7 hari (Mandal, 2008). P ada laki-laki 2-5 hari, kadang lebih lama. Sedangkan pada wanita sulit ditentukan karena pada umumnya tidak menunjukkan gejala (Daili, 2009 ) Chlamydia trachomatis Klamidia adalah mikroorganisme intraseluler obligat gram negatif, yang menginfeksi sel-sel epitel skuamokolumnar. Bakteri ini biasanya menyebar melalui aktivitas seksual. Infeksi saluran genital adalah presentasi klinis yang paling umum. Masa inkubasi 1-3 minggu. Koinfeksi antara klamidia dan gonore adalah yang paling umum terjadi Patogenesa Gonore pada dewasa sebagian besar ditularkan melalui kontak seksual. Bakteri melekat pada sel epitelkolumnar, melakukan penetrasi dan bermultiplikasi di membran bawah (basement membrane). Perlekatan ini diperantarai melalui fimbriae dan protein opa (P.II). Bakteri melekat hanya pada mikrovili dari sel epitel kolumnar yang tidak bersilia. Perlekatan pada sel epitel yang bersilia tidak terjadi. Setelah itu bakteri dikelilingi oleh mikrovili yang akan menariknya ke permukaan sel mukosa. Bakteri masuk ke sel epitel melalui proses yang dinamakan parasite-directed endocytosis. Selama endositosis, membran sel mukosa menarik sebuah vakuola (membrane-bound vacuole) yang berisi bakteri. Vakuola ini ditransportasikan ke dasar sel. di mana bakteri akan dilepaskan melalui eksositosis ke dalam jaringan sub epitelial. Neissseria gonorrhoaea tidak dirusak dalam vakuola endositik ini, tetapi tidak jelas apakah bakteri-bakteri ini

7 14 bereplikasi dalam vakuola sebagai parasit intraselular. Protein porin yang utama, P.I (Por) yang terdapat pada membran l uar merupakan protein yang memperantarai penetrasi pada sel hospes. Masing-masing straisn dari N. gonorrhoe hanya mengekspresikan satu tipe Por. Nesseria gonorrhoeae dapat memproduksi satu atau beberapa protein lapisan membran luar yang dinamakan Opa (P.I I). Selama infeksi, peptidoglikan dan lipooligosakarida bakteri dilepaskan oleh autolisis dari sel-sel. Kedua polisakarida bakteri ini akan mengaktivasi jalur alternatif komplemen dari hospes, sementara LOS juga menstimulasi produksi Tumor Necrosis Factor (TNF) yang menyebabkan kerusakan sel. Neutrofil segera datang ke tempat tersebut dan mencerna bakteri. Dengan alasan yang tidak diketahui, beberapa gonokokus mampu bertahan hidup dalam fagositosis, setidaknya sampai neutrofil mati dan melepaskan bakteri yang dicerna (Holmes, et all, 2008). Pada Klamidia, mempunyai partikel infeksius yaitu sel yang sangat kecil (badan elementer) dengan diameter kira-kira 0,3µm dengan nukleoid yang padat elektron. Partikel masuk ke dalam sel tuan rumah melalui fagositosis. Suatu vakuola, berasal dari selaput permukaan sel tuan rumah, melingkupi partikel kecil. Partikel kecil ini mengalami reorganisasi menjadi besar (badan inisial) yang ukurannya kira-kira 0,5-1 µm dan sama sekali tidak mengandung nukleoid yang padat elektron. Dalam vakuola yang melekat pada selaput, partikel besar tumbuh dan membelah berulang-ulang dengan pembelahan yang berasal dari 2 badan badan besar, untuk membentuk suatu inklusi dalam sitoplasma sel tuan rumah. Partikel kecil yang baru terbentuk dapat dilepaskan dari sel tuan rumah untuk menginfeksi sel-sel baru (Jawetz, 2005) Diagnosis Pemeriksaan klinis pada IMS memiliki 3 prinsip yaitu anamnese, pemeriksaan fisik dan pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium (Daili, 2009). Anamnese dilakukan untuk mendapatkan informasi penting terutama pada waktu menanyakan riwayat seksual. Hal yang sangat penting dijaga adalah kerahasiaan terhadap hasil anamneses pasien. Pertanyaan yang diajukan kepada pasien dengan dugaan IMS meliputi :

8 15 1. Keluhan dan riwayat penyakit saat ini 2. Keadaan umum 3. Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal atau sistemik dengan penekanan pada antibiotik 4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan kepada pasien harus memperhatikan hal-hal penting seperti kerahasiaan pribadi pasien, sumber cahaya yang baik untuk dokter pemeriksa dan selalu harus menggunakan sarung tangan setiap kali memeriksa pasien. Pemeriksaan pada wanita meliputi inspeksi dan palpasi dimulai dari daerah inguinal dan sekitarnya. Untuk menilai keadaan di dalam vagina, gunakan spekulum dengan memberitahukannya kepada pasien terlebih dahulu. Dan akhirnya lakukan pemeriksaan bimanual untuk menilai ukuran, bentuk, posisi, mobilitas, konsistensi dan kontur uterus serta deteksi kelainan pada adneksa misalnya untuk menilai nyeri atau pembesaran leher rahim, rahim dan adneksa. Penyakit radang servisitis atau panggul yang disebut Pelvic Inflamantory Disease (PID) yang dicurigai jika pasien merasakan sakit atau nyeri saat leher rahim diraba lembut dari sisi ke sisi. Pengambilan duh tubuh genital pada wanita dilakukan dengan spekulum dan mengusapkan kapas lidi di dalam vagina dan kemudian dioleskan ke kaca objek bersih. 5. Pemeriksaan penunjang, yang dapat dilakukan antara lain: Nucleic acid amplification test (NAAT) : sensitivity 95% Kultur : sensitivity 80-90% Gram stain : sensitivity 50-60% (Marrazo, 2013) Gejala klinis Pada umumnya paling sering terjadi di serviks. Umumnya tidak menunjukkan gejala. Sebagian kecil dengan keluhan keluarnya duh tubuh vagina, disuria ringan, sering kencing, nyeri di daerah pelvis dan dispareunia. Pada serviks terlihat tanda servisitis, yang disertai adanya folikel-folikel kecil yang mudah berdarah. Ada beberapa tanda klinis yang nampaknya lebih mengarah kepada infeksi serviks. Pengamatan klinis secara konsisten menemukan kaitan dengan infeksi serviks bila ditemukan mukopus di serviks, erosi serviks,

9 16 kerapuhan dan perdarahan serviks diantara masa menstruasi atau selama bersenggama (Wiknjosastro, 2006). Penting untuk mengetahui adanya koitus suspektus yang biasanya terjadi 1 hingga 5 minggu sebelum timbulnya gejala. Juga penting untuk mengetahui apakah telah melakukan hubungan seksual dengan istri pada waktu keluhan sedang berlangsung, mengingat hal ini dapat menyebabkan fenomena penularan pimpong (Lumintang, 2007). Menurut Pedoman Penatalaksanaan Infeksi Menular Seksual Depkes RI, infeksi melalui hubungan seksual ini pada pria muncul sebagai uretritis dan pada wanita sebagai servisitis mukopurulen. Manifestasi klinis dari uretritis kadang sulit dibedakan dengan gonore dan termasuk adanya discharge mukopurulen dalam jumlah sedikit atau sedang, terutama pada pagi hari ( morning drops) dan dapat pula berupa bercak di celana dalam, gatal pada uretra dan rasa panas ketika buangair kecil. Infeksi tanpa gejala bisa ditemukan pada 1-25% pria dengan aktivitas seksual aktif. Pada wanita, manifestasi klinis mungkin sama dengan gonore, dan sering kali muncul sebagai discharge endoservik mukopurulen, disertai dengan pembengkakan, eritema dan mudah mengakibatkan perdarahan endoservik disebabkan oleh peradangan dari epitel kolumner endoservik. Namun, beberapa dari wanita dengan aktivitas seksual aktif yang menderita klamidia, biasanya tidak menunjukkan gejala. Infeksi kronis tanpa gejala dari endometrium dan saluran tuba bisa memberikan hasil yang sama. Manifestasi klinis yang lain namun jarang terjadi seperti bartolinitis, sindroma uretral dengan disuria dan pyuria, perihepatitis (sindroma Fitz-Hugh-Curtis) dan proktitis. Infeksi klamidia bisa terjadi bersamaan dengan gonore, dan tetap bertahan walaupun gonore telah sembuh. Oleh karena servisitis yang disebabkan oleh gonokokus dan klamidia sulit dibedakan secara klinis maka pengobatan untuk kedua mikroorganisme ini dilakukan pada saat diagnose pasti telah dilakukan. Namun pengobatan terhadap gonore tidak selalu dilakukan jika diagnosa penyakit disebabkan Chlamydia trachomatis (Depkes RI, 2011).

10 Pemeriksaan Laboratorium Bahan : terdiri atas usapan/swab dari duh tubuh genital. Pemeriksaan langsung/mikroskopis : Usapan duh tubuh genital diperiksa dengan sediaan apus dengan pewarnaan gram untuk melihat diplokokus pada servisitis gonore, dan biasanya ini disertai dengan lekosit polimorfonukleus (PMN) yang banyak. Batas nilai jumlah lekosit polimorfonukleus yang digunakan adalah 30 atau lebih per lapangan pandang dengan pembesaran 1000 kali pada spesimen yang berasal dari mukosa servik yang terkait dengan infeksi klamidia atau gonokokus (Sylvia, 2009) Pengobatan Kriteria Obat untuk IMS (Depkes, 2011) 1. Angka kesembuhan/ kemanjuran tinggi (sekurang - kurangnya 95% di wilayah tersebut) 2. Harga murah 3. Toksisitas dan toleransi masih dapat diterima 4. Pemberian dalam dosis tunggal 5. Cara pemberian per oral 6. Tidak merupakan kontra indikasi untuk ibu hamil atau menyusui. Selama 40 tahun terakhir, tingkat resistensi terhadap pengobatan gonore telah meningkat tajam, sehingga menyebabkan antibiotik yang efektif seperti sulfonamid, penisilin, tetrasiklin, dan fluoroquinolon menjadi tidak efektif. Seperti fluorokuinolon, menurut laporan CDC, terjadi resistensi 6, 8%, isolat 9,4% tahun 2005, dan isolat 13,3% tahun Pada tahun 2006 saja, lebih dari 23% sampel yang diuji oleh CDC adalah sangat resisten terhadap setidaknya satu atau beberapa kombinasi obat ini. Selain memantau resistensi, CDC juga bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Dunia untuk memantau terjadinya resistensi yang muncul ditingkat global (STD Guidlines, 2010 ). Pasien yang terinfeksi N.gonorrhoeae sering koinfeksi dengan C. trachomatis, temuan ini telah menyebabkan timbulnya rekomendasi bahwa pasien yang diobati untuk infeksi gonokokal juga diobati dengan rejimen pengobatan efektif untuk infeksi Klamidia (STD Guidelines, 2010).

11 18 CDC merekomendasikan rejimen berikut untuk pengobatan servisitis klamidia : - Azitromisin 1 g oral dalam dosis tunggal - Doksisiklin 100 mg oral 2x sehari selama 7 hari Pasien-pasien ini juga harus diobati bersamaan untuk infeksi gonokokus di daerah dengan prevalensi gonore tinggi atau jika individu berisiko tinggi. Pengobatan untuk servisitis gonokokus (Depkes, 2011) : - Sefiksim 400 mg dosis tunggal - Levofloksasin 500 mg dosis tunggal - Kanamisin 2 g injeksi dosis tunggal - Tiamfenikol 3,5 g peroral dosis tunggal - Seftriakson 250 mg injeksi IM dosis tunggal. Menurut penelitian Santoso di Semarang pada tahun 2004 resistensi antibiotik terhadap N.gonorrheae yang paling tinggi adalah sefiksim yaitu 89,7% (Santoso, 2005). Menurut penelitian Sumaryo di Semarang pada tahun 2006 terhadap 39 orang penderita gonore didapat hasil 26% pasien yang mengkonsumsi antibiotik 90% resisten terhadap sefiksim. Demikian juga suatu study oleh Nilasari H di Panti Sosial Pasar Rebo Jakarta tahun 2007 terhadap 21 orang pasien gonore dari wanita beresiko tinggi ternyata didapat 53% resisten terhadap sefiksim (Yosse Rizal, 2013). Menurut penelitian Bolan dan rekan pada tahun 2006, 0,1% dari sampel gonore yang ditest terhadap resistensi obat ditemukan kurang sensitif terhadap obat golongan sefalosporin. Menurut data yang dilaporkan tahun 2011 dalam Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR) CDC, didapat 1,7% dari sampel gonore yang diuji kurang rentan terhadap sefalosporin. (CDC, 2010). Menurut penelitian Asri di Padang pada tahun 2009 didapat resistensi terhadap siprofloksasin dimana 5,6 % dari 18 pasien gonore (Asri, 2010). Menurut penelitian Vanessa dan rekan yang melakukan analisa retrospektif, dimana para peneliti mengumpulkan data-data dari 291 pasien dengan biakan gonore yang positif dan telah diterapi dengan sefiksim, antara bulan Mei 2010 hingga April Dari semua pasien yang diteliti, 133 pasien

12 19 yang telah diberikan terapi sefiksim kembali untuk menjalani pemeriksaan kultur. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa 13 pasien memiliki biakan yang tetap positif untuk gonore; 9 dari 13 pasien tersebut dinyatakan gagal diterapi dengan sefiksim ( 6,77%; 95% confi dence interval[ci], 3,14% - 12,45% %). Dari 9 pasien yang gagal diterapi, 4 pasien tidak menunjukkan gejala infeksi gonore (asimptomatik) (Allen, 2013) Azitromisin Sebagai dihidrat, adalah bubuk kristal putih dengan rumus molekul C38H72N2O12*2H2O dan berat molekul 785,0. Azitromisin memiliki nama kimia (2R, 3S, 4R, 5R, 8R, 10R, 11R, 12S, 14R ) -13-[(2,6-dideoksi-3-C-metil-3- O-metil-α-L Rumus struktur sebagai berikut : Gbr 2 : Rumus struktur azitromisin (sumber :en.wikipedia.org/wiki/azithromycin) Berasal dari eritromisin, namun berbeda secara kimia dari eritromisin. Efek samping dapat menyebabkan alergi, dan dapat menyebabkan suatu kondisi yang mempengaruhi irama jantung/denyut jantung tidak teratur. Dapat diberikan peroral atau intra vena. Pada pemberian peroral, absorpsi terjadi cepat. Makanan akan meningkatkan konsentrasi puncak (C max) bentuk tablet dan suspensi sebesar masing-masing 23% dan 56%. Meskipun demikian, tablet maupun

13 20 suspense dapat diberikan dengan ataupun tanpa makanan, didistribusikan secara baik kulit, paru-paru, sputum, tonsil, serviks, penetrasi kecairan serebrospinal rendah. Saat ini azitromisin adalah terapi lini pertama untuk servisitis klamidia. Merupakan antibiotik makrolida semi sintetik yang efektif dalam mengobati klamidia Sefiksim Merupakan antibiotik generasi ketiga sefalosporin, yang digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan bakteri. Dengan nama kimia (6R, 7R) - 7-{[2- (2-amino-1, 3-thiazol-4-yl) - 2(carboxymethoxymino) acetyl]amino}- 3 ethenyl - 8-oxo-thia-1-azabicyclo[4.2.0]oct-2.ene-2- carboxylic acid. Efek bakterisidal dengan menghambat sintesis dinding sel, dengan mengikat ke salah satu protein yang mengikat penisilin atau Penicillin Binding Proteins (PBPs) yang menghambat langkah trans peptidation akhir dari sintesis pepidoglikan di dinding sel bakteri sehingga menghambat biosintesis dan mengakibatkan kematian sel bakteri. Secara oral penyerapan hanya 40-50%. Memiliki konsentrasi tinggi dalam empedu dan urin. Mempunyai efek samping diare, dispepsia, mual, muntah dan alergi kulit. Gbr 3: Rumus struktur kimia sefiksim (sumber:en.wikipedia.org/wiki/cefixime)

14 Kerangka Teori Gambaran klinis : Duh vagina dari endoservik Mukopurulen Serviks rapuh Serviks mudah berdarah Serviks eritematous SERVISITIS s Faktor Resiko : ss 1. umur kurang dari 21 tahun (atau 25 tahun di beberapa tempat). 2. berstatus belum menikah. 3. mempunyai lebih dari satu pasangan seksual dalam 3 bulan terakhir. 4. memiliki pasangan s seksual baru dalam 3 bulan terakhir. 5. pasangan seksualnya mengalami IMS. 6. belum berpengalaman menggunakan kondom. Diagnosis : Anamnesis - Keluhan dan riwayat penyakit - Keadaan umum - Pengobatan yang telah diberikan Gejala Klinis - Keluar duh tubuh vagina - Eritem serviks - Erosi serviks - Perdarahan serviks Pemeriksaan Laboratorium - Diplokokus gram negatif positif - PMN 30/lpb (lapangan pandang besar) Servisitis gonore dan dugaan servisitis non spesifik Pengobatan

15 Kerangka Konsep KOMBIPAK (KOMBINASI SEFIKSIM + AZITROMISIN) SERVISITIS GONORE DAN DUGAAN SERVISITIS NON SPESIFIK SEMBUH/TIDAK SEMBUH SEFIKSIM + PLASEBO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Servisitis adalah sindrom peradangan serviks dan merupakan manifestasi umum dari Infeksi Menular Seksual (IMS) seperti Neisseria gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita pekerja seks menunjukan bahwa prevelensi gonore berkisar antara 7,4% -

BAB I PENDAHULUAN. pada wanita pekerja seks menunjukan bahwa prevelensi gonore berkisar antara 7,4% - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Infeksi gonore di Indonesia menempati urutan yang tertinggi dari semua jenis penyakit menular seksual. Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta dan Bandung pada wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedua di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae, yaitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Gonore merupakan salah satu penyakt infeksi menular seksual terbanyak kedua di dunia. Penyakit ini disebabkan oleh kuman Neisseria gonorrhoeae, yaitu bakteri diplokokus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kanamisin termasuk dalam golongan aminoglikosida. 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kanamisin termasuk dalam golongan aminoglikosida. 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 KANAMISIN Kanamisin termasuk dalam golongan aminoglikosida. 14 Tersusun atas tiga unit senyawa, yaitu 6-D-glukosamina, 1,3-diamino-4,5,6-trihidroksi sikloheksana, dan 3-D-glukosamina.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gonore atau penyakit kencing nanah adalah penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang paling sering terjadi. Gonore disebabkan oleh bakteri diplokokus gram negatif,

Lebih terperinci

INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA

INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA Sex, HIV, Drugs_July 10, 2014 WRESTI INDRIATMI 2 SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL INFEKSI MENULAR SEKSUAL: DIAGNOSIS & TATALAKSANA Wresti Indriatmi Dep. IK Kulit & Kelamin FKUI-RSCM Kelompok Studi IMS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, yaitu. kepada janin saat proses melahirkan pervaginam.

BAB I PENDAHULUAN. di Amerika Serikat yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, yaitu. kepada janin saat proses melahirkan pervaginam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Gonore merupakan salah satu infeksi menular seksual terbanyak kedua di Amerika Serikat yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, yaitu bakteri diplokokus gram negatif

Lebih terperinci

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

Penyakit Radang Panggul. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Penyakit Radang Panggul Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi Definisi Penyakit radang panggul adalah gangguan inflamasi traktus genitalia atas perempuan, dapat meliputi endometritis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Neiserria gonorrhoeae. Kuman ini hanya mempunyai satu host, yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kuman Neiserria gonorrhoeae. Kuman ini hanya mempunyai satu host, yaitu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gonore 2.1.1 Definisi Gonore merupakan infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh kuman Neiserria gonorrhoeae. Kuman ini hanya mempunyai satu host, yaitu manusia dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gonorea dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gonorea dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gonorea 2.1.1 Definisi Gonorea dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae. Gonore adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Neisseria

Lebih terperinci

SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL

SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL SKDI 2012 INFEKSI MENULAR SEKSUAL Tingkat Kemampuan 2 Mendiagnosis dan merujuk 1. Epididimitis 2. Infeksi virus herpes- 2 Tingkat Kemampuan 3A Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Menular Seksual (IMS) 1. Definisi Infeksi Menular Seksual adalah infeksi yang sebagian besar menular lewat hubungan seksual dengan pasangan yang sudah tertular. Hubungan

Lebih terperinci

KLAMIDIASIS. I. Definisi

KLAMIDIASIS. I. Definisi DD KLAMIDIASIS I. Definisi Klamidiasis adalah infeksi PMS (penyakit menular seksual) yang sangat umum menyerang manusia. Penyakit yang juga dikenal dengan nama Uretritis Non-Gonore atau Uretritis Non-Spesifik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular seksual yang sering dilaporkan di Amerika Serikat. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit menular seksual yang sering dilaporkan di Amerika Serikat. Penyakit ini BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Gonore atau kencing nanah adalah penyakit yang menempati urutan kedua penyakit menular seksual yang sering dilaporkan di Amerika Serikat. Penyakit ini disebabkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. lagi dan diubah menjadi PMS (penyakit menular seksual) karena seiring dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kelamin (veneral diseases) merupakan suatu fenomena yang telah lama kita kenal seperti sifilis, gonore, ulkus mole, limfogranuloma venerum dan granuloma inguinal.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan penyakit yang banyak membunuh anak usia di bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun 2004, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gonore adalah salah satu penyakit menular seksual paling umum yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae (Irianto, 2014). Neisseria gonorrhoeae (N. Gonorrhoeae)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum

BAB 1 PENDAHULUAN. Veneral Disease ini adalah Sifilis, Gonore, Ulkus Mole, Limfogranuloma Venerum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit kelamin sudah lama dikenal dan sering disebut sebagai Veneral Disease (VD) yang berasal dari kata Venus (dewi cinta) dan yang termasuk ke dalam Veneral Disease

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai

BAB I PENDAHULUAN. uterus. Pada organ reproduksi wanita, kelenjar serviks bertugas sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Serviks merupakan bagian penghubung vagina uterus. Kelenjar serviks berfungsi sebagai pelindung terhadap masuknya organisme lain yang bersifat parasit pada saluran vagina

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyakit Menular Seksual 2.1.1. Definisi Penyakit Menular Seksual Infeksi Menular Seksual (IMS) didefinisikan sebagai penyakit yang disebabkan karena adanya invasi organisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi genital non spesifik (IGNS) merupakan penyakit infeksi menular

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi genital non spesifik (IGNS) merupakan penyakit infeksi menular 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Infeksi genital non spesifik (IGNS) merupakan penyakit infeksi menular seksual (IMS) berupa peradangan di uretra, rektum, atau servik yang disebabkan oleh kuman

Lebih terperinci

CHLAMYDIA TRACHOMATIS

CHLAMYDIA TRACHOMATIS CHLAMYDIA TRACHOMATIS BELYANA MARIA SIDEBANG (078114099) Pendahuluan: Chlamydia tergolong salah satu penyakit menular seksual (sexual transmitted diseases), seperti kencing nanah, sifilis, dan tentu HIV/AIDS.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) atau Sexually Transmited Infections (STIs) adalah penyakit yang didapatkan seseorang karena melakukan hubungan seksual dengan orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. endoserviks yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif Neisseria gonorrhoeae

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. endoserviks yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif Neisseria gonorrhoeae BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Servisitis gonore didefinisikan sebagai infeksi menular seksual (IMS) pada endoserviks yang disebabkan oleh bakteri Gram negatif Neisseria gonorrhoeae (N.gonorrhoeae).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Menular Seksual (PMS) dewasa ini kasuanya semakin banyak diantaranya adalah Gonorea, Sifilis, Hepatitis B, Hepatitis C, HIV/AIDS, Kandidiasis dan Trichomonas.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan sistemik karena memiliki masa laten, dapat

Lebih terperinci

PORTFOLIO. 2. Riwayat Pengobatan Pasien sudah sempat berobat ke dokter, kemudian diberikan obat (yang pasien tidak tahu namanya).

PORTFOLIO. 2. Riwayat Pengobatan Pasien sudah sempat berobat ke dokter, kemudian diberikan obat (yang pasien tidak tahu namanya). PORTFOLIO Nama Peserta: dr. Evan Regar Nama Wahana: Poliklinik Mandiri Puskesmas Kecamatan Cengkareng Topik: Infeksi Menular Seksual pada Remaja dengan Perilaku Risiko Tinggi Tanggal (Kasus): Senin, 10

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pap smear merupakan salah satu pemeriksaan skrining yang penting untuk mendeteksi adanya karsinoma serviks sejak dini. Pap smear sangat penting di Indonesia mengingat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan

BAB 1 PENDAHULUAN. jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersiil Umumnya telah diketahui bahwa sumber utama penularan penyakit hubungan seks adalah pekerja seks komersial, dengan kata lain penularan lewat prostitusi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gonore merupakan penyakit infeksi menular seksual. (IMS) yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae (N.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gonore merupakan penyakit infeksi menular seksual. (IMS) yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae (N. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gonore merupakan penyakit infeksi menular seksual (IMS) yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae (N. gonorrhoeae). Manifestasi klinis dari penyakit ini adalah servisitis,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang disebabkan oleh kuman diplokokus gram negatif Neisseria

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang disebabkan oleh kuman diplokokus gram negatif Neisseria BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gonore 2.1.1. Definisi Gonore merupakan infeksi pada permukaan membran mukosa yang disebabkan oleh kuman diplokokus gram negatif Neisseria gonorrhoeae. Meskipun penyakit ini

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian.

BAB 1 PENDAHULUAN. bisa sembuh, menimbulkan kecacatan dan juga bisa mengakibatkan kematian. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) sudah diketahui sejak dari zaman dahulu kala dan tetap ada sampai zaman sekarang. Penyakit infeksi menular seksual ini penyebarannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Demam tifoid (enteric fever) merupakan penyakit infeksi akut pada saluran cerna yang disebabkan oleh bakteri gram negatif Salmonella enterica serotipe Typhi. Bila

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PENDERITA GONORE DI POLIKLINIK PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER

KARAKTERISTIK PENDERITA GONORE DI POLIKLINIK PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA GONORE DI POLIKLINIK PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR PERIODE JANUARI 2011-DESEMBER 2013 Gonore merupakan salah satu infeksi menular seksual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, meliputi infeksi diparenkim

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN SISWA SISWI KELAS XI TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DI SMA NEGERI 24 BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan seksual dari seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri,

BAB I PENDAHULUAN. tinggal dalam darah atau cairan tubuh, bisa merupakan virus, mikoplasma, bakteri, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi Menular Seksual (IMS) merupakan infeksi yang bisa didapat melalui kontak seksual. IMS adalah istilah umum dan organisme penyebabnya, yang tinggal dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Demam typhoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut pada usus halus yang disebabkan oleh Salmonella enterica serotype typhi (Salmonella typhi) (Kidgell

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti

I. PENDAHULUAN. pasangan yang sudah tertular, maupun mereka yang sering berganti-ganti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi menular seksual (IMS) yang disebut juga penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang menular lewat hubungan seksual baik dengan pasangan yang sudah tertular,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ISK merupakan keadaan tumbuh dan berkembang biaknya kuman dalam saluran kemih meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria

Lebih terperinci

MAKALAH. Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI IIA

MAKALAH. Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI IIA MAKALAH Di susun oleh MOHAMMAD SHIDDIQ SURYADI 09.03 IIA AKADEMI KEPERAWATAN PAMEKASAN Jl. Jokotole (belakang SMU 2) Telp. (0324) 321076 2010 1 KATA PENGANTAR Alhamdulillah, penyusun haturkan ke-hadirat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid termasuk dalam 10 besar masalah kesehatan di negara berkembang dengan prevalensi 91% pada pasien anak (Pudjiadi et al., 2009). Demam tifoid merupakan penyakit

Lebih terperinci

Gonore Menyebabkan Vagina Bernanah

Gonore Menyebabkan Vagina Bernanah Gonore Menyebabkan Vagina Bernanah Gonore Menyebabkan Vagina Bernanah - Kelamin sakit dan kencing bercampur nanah bisa terjadi karena infeksi bakteri gonore. Penyakit ini merupakan penyakit menular yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju (industri) maupun di negara berkembang.

Lebih terperinci

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya

Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Beberapa Penyakit Organ Kewanitaan Dan Cara Mengatasinya Organ seksual pada wanita, seperti rahim, vagina, dan payudara, masing-masing mempunyai fungsi tersendiri. Kadangkala fungsi organ-organ tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan modal awal seseorang untuk dapat beraktifitas dan mengaktualisasikan dirinya. Kesehatan juga berarti keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial

Lebih terperinci

NEISSERIA MENINGITIDIS

NEISSERIA MENINGITIDIS NEISSERIA MENINGITIDIS Penyakit Meningokokus adalah satu penyakit berjangkit. Neisseria menigitidis (meningokokus) merupakan bakteri kokus gram negatif yang secara alami hidup di dalam tubuh manusia. Meningokokus

Lebih terperinci

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS

PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS PENYAKIT MENULAR SEKSUAL DAN HIV / AIDS Kasus PMS dan HIV/AIDS cukup banyak terjadi di kalangan remaja. Berbagai jenis PMS serta HIV/AIDS sangat berpengaruh pada tingkat kesehatan seseorang pada umumnya

Lebih terperinci

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik

Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Jangan Sembarangan Minum Antibiotik Beragamnya penyakit infeksi membuat kebanyakan orang segera berobat ke dokter meski hanya penyakit ringan. Rasanya tidak puas jika dokter tidak memberi obat apapun dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular

BAB I PENDAHULUAN. karena hubungan seksual (Manuaba,2010 : 553). Infeksi menular BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Servisitis merupakan infeksi pada serviks uteri sering terjadi karena luka kecil bekas persalinan yang tidak dirawat atau infeksi karena hubungan seksual (Manuaba,2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Demam tifoid merupakan penyakit infeksi tropik sistemik, yang disebabkan oleh Salmonella typhi (S.typhi), bersifat endemis, dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,

BAB I PENDAHULUAN. sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, seseorang paling tepat dan murah apabila tidak menunggu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar masyarakat, oleh karena itu setiap individu dituntut untuk menjaga kesehatannya. Dalam usaha menjaga kesehatan, seseorang paling

Lebih terperinci

Kanker Servix. Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim.

Kanker Servix. Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim. Kanker Servix Tentu anda sudah tak asing lagi dengan istilah kanker servik (Cervical Cancer), atau kanker pada leher rahim. Benar, sesuai dengan namanya, kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker serviks adalah penyakit keganasan serviks akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal di sekitarnya. Kanker serviks

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Azitromisin Azitromisin adalah suatu senyawa cincin makrolida lakton yang diturunkan dari eritromisin. 13 Antibiotik ini efektif terhadap bakteri gram positif, namun ada beberapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pekerja seks komersial, pelacur, wanita tuna susila, sundal adalah beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pekerja seks komersial, pelacur, wanita tuna susila, sundal adalah beberapa BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pekerja Seks Komersial (PSK) Pekerja seks komersial, pelacur, wanita tuna susila, sundal adalah beberapa sebutan terhadap seseorang yang memberikan pelayanan jasa pemuas kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan reproduksi menurut World Health Organization (WHO) adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan hanya tidak adanya penyakit atau kelemahan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut tidak sesuai lagi dan diubah menjadi sexual transmitted disease. (STD) atau penyakit menular seksual (Fahmi dkk, 2014). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kelamin ( veneral disease) sudah lama dikenal dan beberapa diantaranya sangat popular di Indonesia yaitu sifilis dan gonorhea. Semakin majunya ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini, dunia sedang mengalami perubahan pola penyakit yang dikenal sebagai transisi epidemiologi, yaitu perubahan pola penyakit dan penyebab kematian. Pada awalnya

Lebih terperinci

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI

FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI FLOUR ALBUS/LEUKOREA A RI FUAD FAJRI DEFINISI Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) -- cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah Komposisi leukorea : - Sekresi

Lebih terperinci

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Bab II Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan Cerita Juanita Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan Untuk pekerja di bidang kesehatan 26 Beberapa masalah harus diatasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma

BAB I PENDAHULUAN. melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit menular seksual (PMS) adalah penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual. PMS diantaranya Gonorrhea, Syphilis, Kondiloma Akuminata, HIV/ Acquired Immuno

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gonore adalah penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gonore adalah penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gonore 2.1.1 Definisi Gonore adalah penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) yang disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. 1 Bakteri tersebut menginfeksi membran mukus dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World Health

Lebih terperinci

UJI BEDA SENSITIVITAS KANAMISIN DENGAN SEFTRIAKSON PADA KUMAN NEISSERIA GONORRHOEAE SECARA IN VITRO LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

UJI BEDA SENSITIVITAS KANAMISIN DENGAN SEFTRIAKSON PADA KUMAN NEISSERIA GONORRHOEAE SECARA IN VITRO LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH UJI BEDA SENSITIVITAS KANAMISIN DENGAN SEFTRIAKSON PADA KUMAN NEISSERIA GONORRHOEAE SECARA IN VITRO LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil Karya Tulis Ilmiah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopticus.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penularan langsung terjadi melalui aerosol yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang paling sering mengenai organ paru-paru. Tuberkulosis paru merupakan

Lebih terperinci

KAJIAN KARAKTERISTIK DAN POLA PENGOBATAN PASIEN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI RSUD AW SJAHRANIE SAMARINDA

KAJIAN KARAKTERISTIK DAN POLA PENGOBATAN PASIEN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI RSUD AW SJAHRANIE SAMARINDA KAJIAN KARAKTERISTIK DAN POLA PENGOBATAN PASIEN INFEKSI MENULAR SEKSUAL DI RSUD AW SJAHRANIE SAMARINDA Yuniarti Pudji Rahayu*, Adam M. Ramadhan, Laode Rijai Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman, Samarinda,

Lebih terperinci

Peranan berbagai modalitas diagnostik dalam deteksi Trichomonas vaginalis

Peranan berbagai modalitas diagnostik dalam deteksi Trichomonas vaginalis Karya Ilmiah Peranan berbagai modalitas diagnostik dalam deteksi Trichomonas vaginalis Dr. RACHMAT HIDAYAT, M.Si FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA BANDA ACEH 2015 i LEMBAR PENGESAHAN Setelah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Menurut dr. Sugi Suhandi, spesialis Kebidanan dan Penyakit Kandungan RS Mitra Kemayoran Jakarta, keputihan (flour albus) adalah cairan yang berlebihan yang keluar dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker merupakan penyakit tidak menular. Penyakit ini timbul akibat kondisi fisik yang tidak normal dan pola hidup yang tidak sehat. Kanker dapat menyerang berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme atau parasit dalam jaringan tubuh (1). Infeksi tidak hanya menjadi masalah kesehatan bagi Indonesia bahkan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pola Hubungan Seksual Menurut Wijaya (2008) pola hubungan seksual merupakan suatu kajian seksologi tentang jejaring seksual. Pola hubungan seksual dikelompokkan dalam

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober Direktur Jenderal PP dan PL, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama NIP

KATA PENGANTAR. Jakarta, Oktober Direktur Jenderal PP dan PL, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama NIP KATA PENGANTAR Perkembangan epidemi HIV-AIDS di dunia telah menjadi masalah global termasuk di Indonesia. Risiko penularan infeksi menular seksual dan HIV-AIDS masih kurang disadari oleh kelompok berisiko,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data. epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa pernah mengalami BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan kondisi klinis yang kerap kali dijumpai dalam praktik dokter. Berdasarkan data epidemiologis tercatat 25-35% wanita dewasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. PENYAKIT KUSTA 1. Pengertian Umum. Epidemiologi kusta adalah ilmu yang mempelajari tentang masyarakat kejadian, penyebaran dan faktor yang mempengaruhi sekelompok manusia. Timbulnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Infeksi Nosokomial 1. Pengertian Infeksi nosokomial atau hospital acquired infection adalah infeksi yang didapat klien ketika klien tersebut masuk rumah sakit atau pernah dirawat

Lebih terperinci

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Dermoskopi Sebagai Teknik Pemeriksaan Diagnosis dan Evaluasi Lesi

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Dermoskopi Sebagai Teknik Pemeriksaan Diagnosis dan Evaluasi Lesi : : Dermoskopi Sebagai Teknik Pemeriksaan Diagnosis dan Evaluasi Lesi Pigmentasi : penggunaan dermoskopi telah membuka dimensi baru mengenai lesi pigmentasi. Dermoskopi merupakan metode non-invasif yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Selain virus sebagai penyebabnya,

Lebih terperinci

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS. MODUL : Sindrom Discar Genital (Gonore dan Non Gonore)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS. MODUL : Sindrom Discar Genital (Gonore dan Non Gonore) BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS MODUL : Sindrom Discar Genital (Gonore dan Non Gonore) Oleh: Dr.Andi Friadi,SpOG(K) Diterbitkan Oleh: Bagian Obstetri dan Ginekologi

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER PENELITIAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WARIA DENGAN TINDAKAN PEMAKAIAN KONDOM DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS) DI KOTA MEDAN TAHUN 2010 No. Responden: I. IDENTITAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Etiologi dan Patogenesis Tuberkulosis Paru Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan menular secara langsung. Mycobacterium

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi, (seperti : Bacteroides sp., Mobilluncus

BAB 1 PENDAHULUAN. bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi, (seperti : Bacteroides sp., Mobilluncus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Vaginosis bakterial (VB) adalah sindrom klinik akibat pergantian Lactobacillus sp., penghasil H 2 O 2 yang merupakan flora normal vagina dengan bakteri anaerob dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap. (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang disebabkan oleh virus (40 60%), bakteri (5 40%), alergi, trauma, iritan, dan lain-lain. Setiap tahunnya ± 40 juta

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Karakter Biologi Klebsiella pneumoniae K. pneumoniae tergolong dalam kelas gammaproteobacteria, ordo enterobacteriale, dan famili Enterobacteriaceae. Bakteri K. pneumoniae adalah

Lebih terperinci

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini?

Kanker Serviks. 2. Seberapa berbahaya penyakit kanker serviks ini? Kanker Serviks Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, penyakit kanker serviks merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Di dunia, setiap dua menit seorang wanita meninggal dunia akibat kanker

Lebih terperinci

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1

Mengapa Kita Batuk? Mengapa Kita Batuk ~ 1 Mengapa Kita Batuk? Batuk adalah refleks fisiologis. Artinya, ini adalah refleks yang normal. Sebenarnya batuk ini berfungsi untuk membersihkan tenggorokan dan saluran napas. Atau dengan kata lain refleks

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih menjadi masalah karena merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir. Masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya pencegahan IMS yang dilaksanakan

Lebih terperinci

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL??

MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL?? http://rohmadi.info/web MENGAPA ISTRI MASIH BELUM HAMIL?? 1 / 5 Author : rohmadi Sudah pasti pertanyaan inilah yang terus terlintas di benak anda, saat anda belum juga diberkahi buah hati. Perasaan sedih,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN. SISTEM IMUNITAS Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Sistem Immunitas Niken Andalasari Sistem Imunitas Sistem imun atau sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

(A Retrospective Study: The Profile of New Gonorrhoeae Patients)

(A Retrospective Study: The Profile of New Gonorrhoeae Patients) Studi Retrospektif: Profil Pasien Baru Gonore (A Retrospective Study: The Profile of New Gonorrhoeae Patients) Dewi Puspitorini, Hans Lumintang Departemen/Staf Medik Fungsional Ilmu Kesehatan Kulit dan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian dalam bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Dan Mikrobiologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang

Lebih terperinci