PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA"

Transkripsi

1 HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SANTRI KELAS VIII PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR AN IBNU ABBAS KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi Oleh: SEPTA ARISTIANI SAPUTRI G Pembimbing: Drs. Hardjono, M.Si. Nugraha Arif Karyanta, S.Psi., M.Psi. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2013

2

3

4 PERNYATAAN KEASLIAN Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka. Jika terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan isi pernyataan ini, maka saya bersedia derajat kesarjanaan saya dicabut. Surakarta, Februari 2013 Septa Aristiani Saputri

5 MOTTO Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q.S. Al-Insyroh: 6) Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya (HR. Bukhari Muslim) Kebahagiaan tergantung pada apa yang dapat diberikan dan bukan pada apa yang dapat diperoleh (Mahatma Gandhi) Kebahagiaan tumbuh berkembang manakala seseorang membantu orang lain. Namun, ketika seseorang tidak mencoba membantu sesama, kebahagiaan akan layu dan mongering. Kebahagiaan bagaikan sebuah tanaman, harus disirami setiap hari dengan sikap dan tindakan memberi" (J. Donald Walters)

6 HALAMAN PERSEMBAHAN Dengan penuh hormat serta cinta, kasih, dan sayang, skripsi ini kupersembahkan kepada : 1. Ibu dan Bapak (almarhum) tercinta, 2. Staf pengajar Program Studi Psikologi FK UNS, 4. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian karya ini, 5. Almamaterku

7 KATA PENGANTAR Segala puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya dalam menyelesaikan skripsi dengan judul: Hubungan antara Religiusitas dan Dukungan Sosial dengan Psychological Well-being pada Santri Kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul Qur an Ibnu Abbas Klaten. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan selama pelaksanaan dan penyusunan laporan skripsi ini kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr.,sp.pd-kr-finasim, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Drs. Hardjono, M.Si., selaku Ketua Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret dan pembimbing utama yang telah memberikan fasilitas dan bimbingan, serta arahan dalam penyusunan skripsi. 3. Bapak Nugraha Arif Karyanta, S.Psi., M.Psi., selaku pembimbing pendamping yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Ibu Dra. Machmuroch, MS dan Bapak Aditya Nanda Priyatama, S.Psi., M.Si., selaku penguji yang telah memberikan kritik dan saran sebagai masukan dalam penyusunan skripsi ini.

8 5. Ibu Dra. Tuti Hardjajani, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan semangat, motivasi, dan arahan yang bermanfaat bagi kelancaran penyusunan skripsi. 6. Ibu Rin Widya Agustin, S.Psi., M.Psi. selaku ketua Tim Skripsi Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan arahan dalam penyusunan skripsi. 7. Segenap dosen dan staf karyawan Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret yang telah memberikan ilmu dan membantu kelancaran penyusunan skripsi. 8. Ustadz Ali Ghufron, SIP., selaku sekretaris Pondok Pesantren Tahfidzul Qur an Ibnu Abbas Klaten dan Ustadz Achmad Budiarto, S.Pd., selaku kepala sekolah SMPIT Ibnu Abbas Klaten, yang telah memberikan ijin dan informasi yang bermanfaat yang berkaitan dengan pengumpulan data penelitian. 9. Ustadzah Yuni, yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama proses penelitian. 10. Santri kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul Qur an Ibnu Abbas Klaten, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu penelitian. 11. Ibu, Bulik, dan Adik yang telah memberikan semangat dan doa untuk menyelesaikan skripsi ini. 12. Sahabat-sahabatku yang telah memberikan bantuan, semangat, dan sebagai teman seperjuangan dalam penyusunan skripsi ini.

9 Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak terlepas dari banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat peneliti harapkan untuk perbaikan di masa datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Surakarta, Februari 2013 Septa Aristiani Saputri

10 ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA SANTRI KELAS VIII PONDOK PESANTREN TAHFIDZUL QUR AN IBNU ABBAS KLATEN Septa Aristiani Saputri Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta Pondok pesantren telah menjadi salah satu pilihan untuk pendidikan. Namun, banyak persoalan yang dihadapi santri selama berada di pondok pesantren, sehingga mempengaruhi kondisi psychological well-being pada diri santri. Psychological well-being yang tinggi perlu ditunjang dengan religiusitas dan dukungan sosial. Religiusitas merupakan keadaan yang menghayati nilai-nilai agama dengan mematuhi ajaran agama sebagai pedoman di kehidupan sehari-hari. Dukungan sosial merupakan bantuan yang diterima seseorang untuk mengatasi masalah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: 1. Hubungan antara religiusitas dan dukungan sosial dengan psychological well-being, 2. Hubungan antara reigiusitas dengan psychological well-being, serta 3. Hubungan antara dukungan sosial dengan psychological well-being pada santri kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul Qur an Ibnu Abbas Klaten. Populasi penelitian adalah santri Pondok Pesantren Tahfidzul Qur an Ibnu Abbas Klaten kelas VIII. Sampling yang digunakan yakni cluster random sampling, dengan mengundi kelas yang akan menjadi sampel. Sampel penelitian berjumlah 3 kelas dengan jumlah total 77 santri. Pengumpulan data dilakukan dengan skala religiusitas dan skala dukungan sosial, serta skala psychological well-being yang diberikan secara bersama-sama. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda, dengan nilai F-hitung 39,126 > F-tabel 3,120 dan R 0,717, berarti terdapat hubungan antara religiusitas dan dukungan sosial dengan psychological well-being. Secara parsial, terdapat hubungan antara religiusitas dengan psychological well-being dengan sebesar 0,502, dan signifikansi 0,000 (<0,05); serta terdapat hubungan antara dukungan sosial dengan psychological well-being dengan sebesar 0,410 dan signifikansi 0,000 (<0,05). Kesimpulannya yaitu: 1. Semakin tinggi religiusitas dan semakin tinggi dukungan sosial, maka tingkat psychological well-being juga semakin tinggi. 2. Semakin tinggi religiusitas, maka psychological well-being yang dimilki juga semakin tinggi. 3. Semakin tinggi dukungan sosial, maka psychological well-beings yang dimiliki semakin tinggi. Kata Kunci: religiusitas, dukungan sosial, psychological well-being, santri

11 ABSTRACT RELATIONSHIP BETWEEN RELIGIOSITY AND SOCIAL SUPPORT WITH PSYCHOLOGICAL WELL-BEING IN CLASS VIII S STUDENTS TAHFIDZUL QUR AN IBNU ABBAS BOARDING SCHOOL KLATEN Septa Aristiani Saputri Majoring in Psychology of Medical Faculty of Sebelas Maret University Surakarta Boarding school becomes one option for education. However, many of the problems faced by students while in boarding school, so it affects the psychological well-being on the students themselves. Psychological well-being is high to be supported by religiosity and social support. Religiosity is a condition that the values of religion and adhere to religious teachings as a guide in everyday life. Social support is a welcome relief for someone to fix the problem. The purpose of this study was: 1. To find out the relationship between religiosity and social support with psychological well-being, 2. To find out the relationship between religiosity with psychological well-being, and 3. To find out the relationship between social support with psychological well-being in class VIII s students Tahfidzul Qur an Ibnu Abbas boarding school Klaten. The population of this study was the class VIII s students Tahfidzul Qur an Ibnu Abbas Boarding School Klaten. Cluster random sampling was used for this study, with random class that will be sample. The sample for this study were 3 classes with a total of 77 students. This study used religiosity scale, social support scale, and psychological well-being scale were administrated together. Statistical analysis used in this study was multiple regression analysis, with F-test 39,126 > F-table 3,120 and R 0,717, this result indicated that there was relationship between religiosity and social support with psychological well-being. Partially, there was a relationship between religiosity with psychological wellbeing, with 0,502, and the significance of 0,000 (<0,05); and there was a relationship between social support with psychological well-being, with 0,410 and the significance 0,000 (<0,05). The conclusions were: 1. High level religiosity and social support influenced on high psychological well-being too. 2. The higher the religiosity, the psychological well-being owned also higher. 3. High level social support influenced on high psychological well-being. Key Word: religiosity, social support, psychological well-being, students in boarding school

12 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN... MOTO... PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I. PENDAHULUAN... A. Latar Belakang... B. Rumusan Masalah... C. Tujuan Penelitian... D. Manfaat Penelitian... BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... A. Psychological Well-being pada Santri Pengertian Psychological Well-being pada Santri. 2. Dimensi-dimensi Psychological Well-being.. i ii iii iv v vi vii x xi xii xv xvii xviii

13 3. Faktor-faktor yang Mempengauhi Psychological Well-being... B. Religiusitas Pengertian Religiusitas Dimensi-dimensi Religiusitas... C. Dukungan Sosial Pengertian Dukungan Sosial Aspek-aspek Dukungan Sosial D. Hubungan antara Religiusitas dan Dukungan Sosial dengan Psychological Well-being Hubungan antara Religiusitas dan Dukungan Sosial dengan Psychological Well-being Hubungan antara Religiusitas dengan Psychological Well-being Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Psychological Wellbeing.. BAB III. METODE PENELITIAN... A. Identifikasi Variabel Penelitian... B. Definisi Operasional... C. Populasi, Sampel, dan Sampling... D. Metode Pengumpulan Data... E. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur... F. Metode Analisis Data... BAB IV. PEMBAHASAN

14 A. Orientasi Kancah... B. Persiapan Penelitian... C. Pelaksanaan Penelitian... D. Analisis Data... E. Pembahasan... BAB V. PENUTUP... A. Kesimpulan. B. Saran... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN

15 DAFTAR TABEL Tabel 1. Penilaian Pernyataan Favourable dan Unfavourable 46 Tabel 2. Blue Print Skala Psychological Well-being 47 Tabel 3. Blue Print Skala Religiusitas.. 49 Tabel 4. Blue Print Skala Dukungan Sosial.. 50 Tabel 5. Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji-Coba Skala Psychological Well-being Tabel 6. Uji Reliabilitas Skala Psychological Well-being Tabel 7. Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji-Coba Skala Religiusitas.. 63 Tabel 8. Uji Reliabilitas Skala Religiusitas Tabel 9. Distribusi Aitem Valid dan Gugur pada Uji-Coba Skala Dukungan Sosial. 64 Tabel 10. Uji Reliabilitas Skala Dukungan Sosial.. 65 Tabel 11. Sebaran Aitem Skala Psychological Well-being untuk Penelitian. 65 Tabel 12. Sebaran Aitem Skala Religiusitas untuk Penelitian 66 Tabel 13. Sebaran Aitem Skala Dukungan Sosial untuk Penelitian Tabel 14. Hasil Uji Normalitas Tabel 15. Hasil Uji Linearitas untuk Variabel Religiusitas dengan Psychological Well-being Tabel 16. Hasil Uji Linearitas untuk Variabel Dukungan Sosial dengan Psychological Well-being... 70

16 Tabel 17. Hasil Uji Multikolinearitas.. 71 Tabel 18. Hasil Uji Otokorelasi.. 74 Tabel 19. Hasil Uji Simultan F Tabel 20. Hasil Uji Hipotesis Parsial.. 77 Tabel 21. Hasil Analisis Korelasi Ganda 78 Tabel 22. Hasil Analisis Determinasi.. 79 Tabel 23. Korelasi Parsial Religiusitas dengan Psychological Well-being Tabel 24. Korelasi Parsial Dukungan Sosial dengan Psychological Wellbeing Tabel 25. Deskripsi Data Empirik Tabel 26. Data Deskriptif Penelitian Tabel 27. Kategorisasi Berdasarkan Jenis Kelamin 84 Tabel 28. Kategorisasi Skala Psychological Well-being. 85 Tabel 29. Kategorisasi Skala Religiusitas Tabel 30. Kategorisasi Skala Dukungan Sosial Tabel 31. Kategorisasi SkalaPsychological Well-being Berdasakan Jenis Kelamin... 86

17 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Kerangka Berpikir Gambar 2. Scatterplot Uji Heteroskedastisitas 73

18 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A. Skala Uji Coba (Try-out).. Lampiran B. Distribusi Nilai-nila Uji Coba (Try-out)... Lampiran C. Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran D. Skala Penelitian Lampiran E. Distribusi Nilai-nilai Penelitian Lampiran F. Analisis Data Penelitian Lampiran G. Surat Ijin Penelitian dan Surat Bukti Penelitian

19 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi sekarang ini, pondok pesantren telah menjadi salah satu pilihan untuk pendidikan. Pendidikan pondok pesantren merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional yang ikut dalam mencerdaskan kehidupan bangsa dan mensukseskan pembangunan nasional. M. Habib Chirsin (dalam Mahrussalim, 2008) mengatakan bahwa pendidikan di pondok pesantren diarahkan kepada pembinaan manusia sebagai insan muslim yang berbekal iman dan berbagai kecakapan yang diajarkan serta dilatihkan untuk mampu mengembangkan diri dalam masyarakat yang selalu mengalami perubahan dan perkembangan secara dinamis. Selanjutnya, Azra (dalam Suyuti, 2006) mengatakan bahwa sebagai lembaga pendidikan Islam pondok pesantren telah berperan besar dalam upaya-upaya meningkatkan kecerdasan dan martabat manusia. Pendidikan di pondok pesantren merupakan pendidikan agama Islam yang dimulai sejak munculnya masyarakat Islam di nusantara pada abad ke-13. Memasuki era 1970-an pondok pesantren mengalami perkembangan yang signifikan (Masyhud, 2003). Data dari Kementerian Agama RI pada tahun 2001 menunjukkan jumlah pondok pesantren seluruh Indonesia mencapai pondok pesantren. Pada tahun 2011, Kementerian Agama RI mencatat julah pondok pesantren di Indonesia telah mencapai pondok pesantren. Jumlah

20 tersebut meliputi pondok pesantren salafiyah, tradisional, dan modern (Kementerian Agama RI., 2012). Pondok pesantren setidaknya memiliki unsur-unsur sebagai pondok pesantren, yakni kiai, santri, asrama, dan masjid (Daulay, 2001). Menurut Ghazali (2003), santri pondok pesantren adalah peserta didik yang sedang belajar ilmu pengetahuan dari seorang kiai di sebuah pondok pesantren. Santri yang belajar di pondok pesantren tinggal di dalam asrama pondok pesantren dan wajib mengikuti semua aturan. Akan tetapi, ada juga santri pondok pesantren yang tidak tinggal di dalam asrama dan memilih untuk pulang ke rumahnya karena tempat tinggal dekat dengan pondok pesantren. Kehidupan di pondok pesantren sangatlah berbeda dengan kehidupan pendidikan di sekolah umum. Santri diwajibkan untuk tinggal di dalam asrama pondok pesantren (Geertz, 1981). Setiap hari santri diwajibkan mengikuti kegiatan-kegiatan yang tidak ringan, mulai dari bangun tidur hingga mereka kembali tidur dan jadwal kegiatan tersebut telah diatur pihak pondok pesantren (Hidayat, 2009). Dalam usaha menghadapi persoalan yang dihadapi tersebut, individu akan mendapatkan pengalaman-pengalaman, baik pengalaman yang menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, yang selanjutnya akan mempengaruhi kesejahteraan psikologis atau psychological well-being (Halim dan Atmoko, 2005). Ryff (1989) mendefinisikan psychological well being sebagai keadaan individu yang mampu menerima dirinya, mampu membina hubungan yang hangat dengan orang lain, memiliki kemandirian untuk melawan tekanan sosial, mampu mengontrol

21 lingkungan sekitar, memiliki arti hidup, serta mampu merealisasikan potensi dirinya secara terus-menerus. Menurut Ryff dan Singer (1996), tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi menunjukkan bahwa individu memiliki hubungan yang baik dengan lingkungan di sekitarnya, memiliki keprcayaan diri yang baik, dapat membangun hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain, dan individu tersebut memiliki tujuan pribadi, serta tujuan dalam pekerjaannya. Ryan dan Deci (2001) mengatakan, bahwa psychological well-being terkait dengan fungsi optimal dari seseorang. Selain itu, mereka juga mengidentifikasikan dua pendekatan pokok untuk memahami well-being, yaitu fokus pada kebahagiaan dengan memberi batasan-batasan pencapaian kebahagiaan dan mencegah dari kesakitan, serta batasan menjadi orang yang fungsional secara keseluruhan termasuk cara berpikir yang baik dan fisik yang sehat. Beberapa fakta membuktikan bahwa seseorang yang mempunyai psychological well-being yang rendah akan mengalami depresi. Sebuah berita melaporkan bahwa seorang santri di suatu pondok pesantren di kabupaten Mojokerto ditemukan tewas gantung diri di dalam kamar asramanya. Tewasnya santri yang gantung diri ini disebabkan santri stres dengan masalah-masalah yang sedang dihadapinya sehingga membuat santri mengalami depresi dan gantung diri (Sholahudin, 2011). Menurut Keyes, dkk. (2002), psychological well-being bukan sekedar kepuasan hidup atau keseimbangan antara efek positif dan negatif saja, melainkan juga melibatkan persepsi dan tantangan dalam hidup. Hal serupa juga dikatakan

22 oleh Snyder dan Lopez (dalam Tenggara dan Suyasa, 2008), bahwa kesejahteraan psikologis bukan sekedar merupakan ketiadaan penderitaan, namun kesejahteraan psikologis juga meliputi keterikatan aktif dalam dunia, memahami arti dan tujuan hidup, serta hubungan individu dengan objek maupun orang lain. Sebuah penelitian yang dilakukan Latifah, dkk. (2005) tentang tingkat psychological well-being pada lansia di Semenanjung Malaysia menunjukkan hasil bahwa 54% dari 1013 responden yang diteliti memiliki tingkat psychological well being yang tinggi. Sementara itu, North West Adelaide Health Study (2007) juga melakukan suatu penelitian tentang tingkat psychological well-being dengan hasil bahwa 26% dari 151 responden siswa memiliki tingkat psychological wellbeing yang tinggi. Akmalul (2011) melakukan penelitian tentang konsep psychological well being pada jama ah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di pondok pesantren Ngalah Pasuruan. Dalam penelitian tersebut, teori psychological well-being yang dikemukakan oleh Ryff telah direalisasikan pada Jama ah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah meskipun aktualisasi tersebut kurang optimal karena terdapat perbedaan konsep yang dikemukakan Ryff dengan perspektif konsep Jama ah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah. Perbedaan tersebut terletak pada konsep psychological well being Jama ah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah di pondok pesantren Ngalah yang menambahkan konsep kesejahteraan bersifat ukhrowi (nilai religiusitas). Meskipun bersifat ukhrowi, Jama ah Tarekat Qadiriyah wa Naqsabandiyah tetap tidak mengesampingkan kesejahteraan

23 duniawi, karena menurut mereka kesejahteraan duniawi semata-mata sebagai sarana untuk mencapai kesejahteraan ukhrowi. Sementara itu, Sumule (2008) mengadakan penelitian tentang psychological well-being pada guru yang bekerja di yayasan PESAT Nabire dengan hasil bahwa guru yang bekerja di yayasan PESAT Nabire memiliki tingkat psychological well-being yang berbeda-beda, didasarkan pada dimensi-dimensi psychological well-being yang dikemukakan Ryff. Perbedaan tingkat psychological well-being tersebut dipengaruhi oleh dukungan sosial, pengalaman masa lalu, dan kondisi spiritualitas yang dimiliki oleh guru yang bekerja di yayasan PESAT Nabire. Religiusitas menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi psychological well-being pada seseorang. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh McCullough, dkk. (dalam Santrock, 2002) bahwa dengan beribadah dapat mengurangi stres dan menahan produksi hormon stres oleh tubuh. Dengan kata lain, seorang individu yang mengikuti kegiatan keagamaan diasumsikan akan memiliki kondisi psychological well-being yang baik. Religiusitas merupakan penghayatan keagamaan atau kedalaman kepercayaan yang diekspresikan dengan melakukan ibadah sehari-hari, berdoa, dan membaca kitab suci. Selain itu, religiusitas juga diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan berupa aktivitas yang tampak dan dapat dilihat oleh mata, serta aktivitas yang tidak tampak yang terjadi dalam hati seseorang (Hawari, 2004). Selanjutnya, Nashori dan Muslim (2007) menjelaskan bahwa orang yang religius akan mencoba selalu patuh terhadap ajaran-ajaran agamanya, selalu berusaha

24 mempelajari pengetahuan agama, menjalani ritual agama, meyakini doktrindoktrin agamanya, dan merasakan pengalaman-pengalaman beragama. Liputo (2009) melakukan penelitian tentang hubungan antara religiusitas dengan psychological well-being pada mahasiswa psikologi UIN Malang dengan hasilnya terdapat hubungan positif yang signifikan antara tingkat religiusitas dengan psychological well-being. Artinya, semakin tinggi religiusitas individu makin tinggi pula psychological well-being. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Bastaman (dalam Liputo, 2009) bahwa individu yang memiliki tingkat religiusitas yang tinggi akan lebih mampu dalam memaknai setiap kejadian secara positif sehingga hidupnya lebih bermakna dan terhindar dari stres. Selain itu, komitmen religiusitas juga memiliki hubungan yang positif dengan psychological wellbeing. Apabila individu mempunyai religiusitas yang tinggi, maka psychological well-being pada individu tersebut juga akan tinggi. Namun sebaliknya, apabila religiusitas rendah, maka psychological well-being juga rendah. Selain religiusitas, pencapaian psychological well-being juga dipengaruhi oleh dukungan sosial yang diterima oleh seseorang (Ryff dan Keyes, 1995). Menurut Rahardjo, dkk. (2008), dukungan sosial adalah bantuan yang diterima seseorang dari lingkungan maupun orang lain untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Dukungan sosial yang diterima oleh individu sangat beragam dan bergantung pada keadaannya. Sebuah penelitian dari Sari (2010) tentang hubungan dukungan sosial dengan psychological well-being siswa di Sekolah Menengah Atas Diponegoro Tulungagung dengan hasilnya terdapat hubungan positif yang signifikan antara dukungan sosial dengan psychological well-being

25 siswa di SMA Diponegoro Tulungagung. Hal ini berarti jika dukungan sosial tinggi, maka psychological well-being siswa juga tinggi. Penelitian yang dilakukan oleh Larocco, dkk. (1980, dalam Sarafino, 1998) terhadap 2000 karyawan, ditemukan bahwa ada korelasi antara social support dan stres. Mereka yang mendapat dukungan sosial lebih banyak, cenderung lebih kecil kemungkinan mengalami stres. Menurut Rathi dan Rastogi (2007), stres merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya psychological well-being pada diri seseorang. Dukungan sosial yang diterima individu dalam lingkungannya, baik yang berupa dorongan semangat, perhatian, penghargaan, bantuan maupun kasih sayang dapat membuat individu memiliki pandangan positif terhadap dirinya sendiri dan lingkungan. Dengan adanya pandangan positif terhadap diri dan lingkungannya tersebut, individu akan mampu menerima kehidupan yang sedang dijalaninya serta mempunyai sikap pendirian dan pandangan hidup yang jelas, sehingga mampu hidup di tengahtengah masyarakat luas secara harmonis. Pondok pesantren Tahfidzul Qur an Ibnu Abbas Klaten merupakan salah satu pondok pesantren dengan sistem asrama. Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan pihak pondok pesantren, semua santri yang ada di pondok pesantren ini wajib untuk tinggal di asrama pondok pesantren. Santri di bawah pengawasan pihak pondok pesantren selama 24 jam sehari. Santri di sana wajib juga mengikuti kegiatan yang telah ditentukan pihak pondok pesantren dari belajar dan mengaji di sekolah hingga di asrama. Terkadang santri merasa jenuh dengan kegiatan yang ada di pondok pesantren, sehingga membuat santri merasa

26 tertekan berada di pondok pesantren dan stres yang mengakibatkan santri putus asa dan keluar dari pondok. Seperti yang dikatakan Rathi dan Rastogi (2007), bahwa stres, kesehatan fisik, dan kedekatan dengan orang lain dapat mempengaruhi tinggi rendahnya psychological well-being pada seseorang. Pihak pondok pesantren juga mengatakan, bahwa pernah ada kasus santri yang keluar karena tidak mampu mengikuti kegiatan sehari-hari di pondok pesantren dan ditambah dengan kondisi latar belakang keluarga yang broken home. Pada wawancara yang telah dilakukan, didapatkan juga data bahwa santri senantiasa bergotong-royong membersihkan pondok pesantren secara bersamasama. Di sela-sela waktu luang, santri menggunakannya untuk membaca Al Quran dan mengikuti kajian agama. Setiap hari minggu santri diberikan hari libur tetapi santri tidak boleh keluar dari pondok pesantren, keluarga boleh datang untuk menjenguk. Dengan adanya kunjungan dari pihak keluarga masing-masing dan kedekatan dengan teman, dapat juga mempengaruhi tinggi rendahnya psychological well-being seseorang. Hal ini disebabkan kunjungan dari pihak keluarga tersebut sebagai bentuk dari dukungan sosial dari keluarga yang diberikan kepada santri. Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara religiusitas dan dukungan sosial dengan psychological well-being pada santri pondok pesantren.

27 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah penelitian: 1. Apakah ada hubungan antara religiusitas dan dukungan sosial dengan psychological well-being pada santri pondok pesantren? 2. Apakah ada hubungan antara religiusitas dengan psychological wel-being pada santri pondok pesantren? 3. Apakah ada hubungan antara dukungan sosial dengan psychological well-being pada santri pondok pesantren? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dan dukungan sosial dengan psychological well-being pada santri pondok pesantren. 2. Untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan psychological wellbeing pada santri pondok pesantren. 3. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan psychological well-being pada santri pondok pesantren. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Secara teoretis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan pemikiran terhadap perkembangan teori keilmuan psikologi pada umumnya dan keilmuan psikologi sosial serta pskologi pendidikan pada khususnya.

28 2. Manfaat Praktis a. Bagi Santri Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu santri dalam meningkatkan psychological well-being dalam dirinya dengan cara meningkatkan religiusitas dan dukungan sosial, sehingga santri dapat mencapai tingkat psychological well-being yang lebih baik selama berada di pondok pesantren. b. Bagi Pimpinan dan Pengelola Pondok Pesantren Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pihak pondok pesantren mengenai pentingnya religiusitas dan memberikan dukungan sosial kepada santrinya, guna meningkatkan psychological wellbeing yang dimiliki setiap santri. c. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian lebih lanjut khususnya berkaitan dengan hubungan antara religiusitas dan dukungan sosial dengan psychological well-being pada santri pondok pesantren.

29 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well-being pada Santri 1. Pengertian Psychological Well-being pada Santri Istilah psychological well-being atau kesejahteraan psikologis muncul pertama kali dipelopori oleh Ryff pada tahun Salah satu konsep utama psychological well-being adalah psikologi positif. Bradburn (dalam Ryff, 1989) menjelaskan tentang kebahagiaan yang diartikan sebagai keseimbangan antara efek positif dan negatif dalam kehidupan individu. Ryff dan Singer (1996) mengungkapkan konsep lain tentang psychological well-being, meliputi konsep aktualisasi diri Maslow, keberfungsian individu secara penuh dari Roger, konsep individuasi dari Jung, dan konsep kematangan individu Allport. Terdapat juga konsep psikososial Erikson, konsep dasar pemenuhan hidup dari Buhler, konsep perubahan kepribadian di masa dewasa yang diungkapkan Neugarten, dan konsep kriteria kesehatan mental dari Jahoda (dalam Ryff, 1989). Dengan demikian, poin utama psychological well-being adalah perkembangan diri individu dalam menghadapi setiap tantangan yang muncul dari setiap fase kehidupan. Ryff (1989) menyebutkan psychological well-being sebagai pencapaian penuh potensi psikologis seseorang, yaitu individu dapat menerima kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya sendiri, mampu menciptakan hubungan positif dengan orang lain, mampu untuk mengambil keputusan, mampu untuk

30 mengatur lingkungannya, memiliki tujuan hidup, dan mampu melalui tahaptahap perkembangan dalam kehidupannya. Ryff dan Keyes (1995) memberikan gambaran psychological well-being berdasarkan sejauh mana seorang individu memiliki tujuan dalam hidupnya, menyadari potensi-potensi yang ada pada dirinya, hubungan dengan orang lain, bertanggung jawab dengan hidupnya sendiri, memiliki tujuan hidup, dan membuat hidup lebih bermakna. Ryff dan Singer (1996) mengatakan bahwa orang yang memiliki psychological well-being yang baik adalah orang yang merealisasikan potensi dalam dirinya secara terus-menerus, mampu menerima diri apa adanya, menjalin hubungan positif dengan orang lain, memiliki kemandirian, memiliki arti dalam hidup, dan mampu mengontrol lingkungan sekitar. Selain itu, Ryff dan Singer (1996) juga berpendapat bahwa psychological well-being dipengaruhi beberapa faktor, yaitu usia, jenis kelamin, kelas sosial, tingkat pendidikan, dan latar belakang budaya. Seperti halnya dengan individu lain, santri yang berada di pondok pesantren juga memiliki psychological well-being dalam dirinya, tetapi tingkat psychological well-being yang dimiliki tersebut berbeda-beda. Daulay (2001) menyatakan, santri adalah siswa yang belajar di pesantren. Santri pondok pesantren adalah peserta didik yang sedang belajar ilmu pengetahuan dari seorang kiai di sebuah pondok pesantren (Ghazali, 2003). Turmudi (2004) juga mendefinisikan tentang santri, yaitu seorang murid yang sedang belajar pengetahuan keislaman dari kiai. Suasana belajar santri berlangsung sepanjang siang hari dan malam. Santri diajarkan kiai tentang penanaman akhlak terhadap

31 sesama teman, masyarakat, dan kiai. Hal tersebut dimaksudkan agar santri dapat menjaga hubungan baik yang telah terjalin kepada sesama teman, lingkungan, dan kiai yang ada. Keikhlasan, semangat mandiri, dan percaya diri juga diberikan kepada santri. Santri dididik untuk tidak bermental pencari kerja, tetapi bermental untuk pencipta pekerjaan (Daulay, 2001). Berdasarkan beberapa pengertian yang telah diungkapkan di atas, dapat disimpulkan bahwa psychological well-being pada santri adalah fungsi optimal atau positif dari seorang santri yang merupakan hasil pemenuhan kebutuhan psikologis pada santri yang sedang belajar di pondok pesantren yang telah diajarkan tentang keikhlasan untuk menjalankan kehidupannya agar dapat menerima kondisi dirinya mengenai masa lalu maupun masa sekarangnya, membina hubungan yang baik dengan orang lain, dan mampu menyesuaikan diri, serta dapat mencapai tujuan hidupnya. 2. Dimensi-dimensi Psychological Well-being Dimensi-dimensi psychological well-being (kesejahteraan psikologis) menurut teori Ryff (1989). yaitu: a. Penerimaan diri (self-acceptance) Penerimaan diri didefinisikan sebagai ciri-ciri utama kesehatan mental yang menjadi karakteristik dari aktualisasi diri yang baik, menuju kepada kematangan individu dan pemfungsian diri yang optimal (Ryff, 1989). Individu yang memiliki penerimaan diri yang tinggi menunjukkan bahwa individu tersebut memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima berbagai aspek diri, serta merasa positif tentang kehidupan yang

32 sedang dijalaninya. Sebaliknya, individu yang mempunyai penerimaan diri yang rendah akan menunjukkan perasaan yang tidak puas dengan dirinya, merasa kecewa terhadap kehidupan yang dijalani, dan mempunyai pengharapan untuk tidak menjadi dirinya saat ini (Ryff dan Singer, 1996). Santri mendapatkan ajaran dari kiai untuk menanamkan keikhlasan di dalam dirinya (Daulay, 2001). Keikhlasan tersebut digunakan untuk mensyukuri apa yang telah ada di dalam dirinya baik kelebihan maupun kekurangan yang ada. Dengan ilmu yang telah diperoleh, dalam menjalani kehidupan sehari-hari santri pantang untuk mengeluhkan segala sesuatu yang terjadi pada dirinya. Santri mencoba mengambil hikmah dari peristiwa yang telah terjadi pada dirinya, baik peristiwa di masa lalu maupun di masa sekarang, karena mereka percaya apa yang telah terjadi kepada dirinya tersebut merupakan takdir jalan hidupnya. b. Hubungan positif dengan orang lain (positive relation with other) Hubungan positif dengan orang lain dapat ditunjukkan dengan tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam membina kehangatan dan hubungan saling percaya dengan orang lain yang digambarkan sebagai orang yang mempunyai empati yang kuat, mampu mencintai dan bersahabat (Ryff, 1989). Hubungan positif dengan orang lain juga dapat dinyatakan dalam bentuk perhatian yang tulus terhadap kesejahteraan orang lain (Schreuers, dkk., 2004). Individu yang mempunyai hubungan positif dengan orang lain yang tinggi menunjukkan, bahwa individu tersebut mempunyai hubungan yang

33 hangat, memuaskan, dan saling percaya dengan orang lain; memperhatikan kesejahteraan orang lain, memiliki empati yang kuat, afeksi, dan hubungan dengan orang lain yang bersifat timbal-balik. Sedangkan, apabila rendah dalam hubungan dengan orang lain maka individu akan merasa kesulitan untuk bersikap hangat, kurang memperhatikan orang lain, frustrasi dalam hubungan interpersonal, tidak bersedia menyesuaikan diri untuk mempertahankan suatu hubungan yang penting dengan orang lain (Ryff dan Singer, 1996). Kehidupan di pondok pesantren diliputi suasana persaudaraan yang akrab, sehingga segala kesenangan dan kesulitan dirasakan bersama. Ajaran agama menyuruh santri untuk selalu menjaga hubungan yang baik antarsesamanya. Hal ini dirasakan oleh santri yang sedang belajar di pondok pesantren. Setiap hari dan setiap waktu santri bertemu dengan kiai dan teman-temannya, sehingga terjalinlah suatu hubungan yang dekat di antara mereka. Hubungan santri dengan kiai seperti hubungan santri dengan orang tuanya karena selama di pondok pesantren, kiai sebagai pengganti orang tua santri untuk memberikan bimbingan dan ilmu kepada santri (Basri, 2001). Selain itu, hubungan santri dengan kiai tidak hanya terbatas dalam hal pelajaran saja, tetapi juga menyangkut tentang hal-hal pribadi santri. Santri menanyakan hal tersebut kepada kiai untuk diberikan solusi tentang berbagai kesulitan yang sedang dihadapinya (Daulay, 2001). Setiap hari santri bertemu dengan teman-temannya dan intensitas bertemu jauh lebih banyak dibandingkan dengan keluarganya mulai dari

34 bangun tidur hingga tidur kembali. Tolong-menolong di antara santri menjadi hal yang sering dilakukan, karena menganggap mereka satu keluarga dan ilmu yang telah diperolehnya mengajarkan untuk berbuat seperti itu. Santri juga meminta kepada yang lain untuk memberikan solusi jika sedang menghadapi kesulitan. Hal inilah yang membuat hubungan santri dengan teman-temannya menjadi dekat. c. Kemandirian (autonomy) Kemandirian atau otonomi menekankan pada kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri dan kemampuan untuk mengatur tingkah laku. Kemandirian juga merupakan kemampuan untuk menentukan nasib sendiri dan melawan tekanan sosial, berpikir, serta bertindak dengan cara tertentu. Terlalu banyak maupun terlalu sedikit otonomi akan memiliki efek pada kesejahteraan (Schreuers, dkk., 2004). Individu dengan kemandirian yang baik ditandai dengan mampu menilai dan mengarahkan diri sendiri, menghadapi tekanan sosial, serta mengatur tingkah lakunya sendiri. Sebaliknya, kemandirian yang rendah menunjukkan bahwa individu memperhatikan pengharapan, evaluasi dari orang lain, menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial dalam berpikir dan bertingkah laku (Ryff dan Singer, 1996). Di pondok pesantren, santri diharuskan untuk bisa hidup mandiri. Karena jauh dari orang tua, santri dituntut untuk bisa menghidupi dan mengatur dirinya sendiri. Pondok pesantren menciptakan suasana untuk mengembangkan kepercayaan diri, kemampuan berpikir, kedewasaan

35 berpikir, dan menemukan jati diri pada santri guna menumbuhkan kemandirian santri. Dengan modal ilmu yang dimiliki, santri akan mampu menentukan pilihan nasibnya sendiri dan berusaha mengatasi kesulitannya dengan caranya sendiri, sehingga kemandirian santri sebagai peserta didik dapat tumbuh dan berkembang dengan suasana dan kondisi lingkungan tersebut (Ali, M., 2007). d. Penguasaan lingkungan (environmental mastery) Dimensi ini menjelaskan tentang kemampuan individu untuk memilih lingkungan yang sesuai dengan kondisi fisiknya dan kemampuan untuk mengelola kehidupan individu tersebut dalam lingkungan di sekitar (Ryff dan Keyes, 1995). Indivdu dengan penguasaan lingkungan yang baik akan mampu mengatur lingkungan, mengontrol berbagai kegiatan eksternal yang kompleks, menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada secara efektif, mampu memilih dan menciptakan konteks yang sesuai dengan kebutuhankebutuhan serta nilai-nilai pribadi. Sedangkan individu dengan penguasaan lingkungan yang rendah akan mengalami kesulitan dalam mengatur aktivitas sehari-hari dan kurang mempunyai kontrol terhadap dunia luar (Ryff dan Singer, 1996). Selama santri belajar di pondok pesantren dibekali ilmu yang cukup untuk digunakan ketika sudah keluar dari pondok pesantren. Dengan ilmu yang dimiliki tersebut, santri bisa menempatkan dirinya pada lingkungan yang sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, santri mempunyai kemampuan menciptakan penerimaan perubahan-perubahan dalam

36 lingkungan kehidupan (Wahid, 2001), sehingga di pondok pesantren santri telah disiapkan apabila setelah keluar dari pesantren dapat menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dengan ilmu yang dimilikinya (Daulay, 2001). e. Tujuan hidup (purpose in life) Dimensi ini mengarah kepada pemahaman individu tentang tujuan dan makna hidup (Ryff dan Keyes, 1995). Individu yang mempunyai tujuan dan arah hidup yang baik akan merasakan adanya arti dalam hidup pada masa kini dan masa lampau. Sebaliknya, individu dengan tujuan dan arah hidup yang kurang baik akan kurang mempunyai arti hidup, tujuan, arah, dan citacita yang tidak jelas, serta tidak melihat adanya tujuan dari kehidupan masa lampau (Ryff dan Singer, 1996). Ajaran agama yang diterima santri selama di pondok pesantren mengajarkan santri untuk memiliki tujuan hidup dalam dirinya. Dengan berpegang pada Al Quran dan Al Hadist, santri menjalani kehidupannya sehari-hari dengan penuh makna dan tanpa mengeluhkan sesuatu karena bagi santri, mengeluh berarti mereka tidak mensyukuri dan memaknai hidup mereka. Untuk mencapai tujuan hidup, santri dalam hal ini diberi kebebasan untuk memilih jalan hidup di dalam masyarakat nantinya dengan modal yang dimiliki pada dirinya, sehingga bisa mencapai tujuan hidup masingmasing (Rosyad, S. dan Tahqiq, N., 2001). Santri menggunakan ilmu dan keterampilan yang telah didapatnya dari pondok pesantren untuk dapat melakukan sesuatu yang berguna dalam pencapaian hidup yang diinginkan.

37 f. Pertumbuhan pribadi (personal growth) Dimensi ini menjelaskan tentang kemampuan individu untuk mengembangkan potensi diri dan menekankan tentang cara memandang diri serta merealisasikan potensi yang ada dalam diri. Individu dengan pertumbuhan yang baik, maka individu tersebut akan terbuka terhadap pengalaman baru, menyadari potensi yang ada dalam dirinya, dan dapat melihat kemajuan diri dari waktu ke waktu. Sedangkan individu yang pertumbuhan pribadinya kurang baik, tidak merasakan adanya pengembangan potensinya dari waktu ke waktu, merasa jenuh, dan merasa tidak mampu untuk mengembangkan sikap atau tingkah laku yang baru (Ryff dan Singer, 1996). Santri memiliki kemampuan dan potensi di dalam dirinya yang diperolehnya selama belajar di pondok pesantren dan akan digunakan santri untuk mendapatkan pekerjaan atau menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. Selepas dari pondok pesantren, santri masih menuntut ilmu. Hal ini karena pandangan santri mengenai ajaran agamanya yang mengajarkan bahwa menuntut ilmu sampai mati dan berguna untuk kehidupan di akhiratnya (Daulay, 2001). Hurlock (2006) mengatakan bahwa terdapat beberapa esensi mengenai keadaan sejahtera (well-being), yaitu sebagai berikut: a. Sikap menerima (acceptance) Sikap menerima orang lain dipengaruhi oleh sikap menerima diri yang timbul dari penyesuaian pribadi maupun penyesuaian sosial yang baik.

38 Selanjutnya, Shaver dan Ferman (dalam Hurlock, 2006) menjelaskan, bahwa kebahagiaan bergantung pada sikap menerima dan menikmati apa yang telah dimilikinya. Sikap menerima yang ada pada diri santri lebih kepada sikap untuk menerima menerima kenyataan bahwa dirinya adalah santri yang harus tinggal sebagai kelompok kecil di suatu tempat. Selain itu, sikap menerima juga digunakan untuk menerima tentang perubahan pemikiran-pemikiran yang berbeda dengan pemikiran dalam dirinya (Rumadi, 2006). b. Kasih sayang (affection) Cinta atau kasih sayang merupakan hasil dari sikap diterima oleh orang lain. Cinta atau kasih sayang penting dalam penyesuaian diri. Kurangnya cinta atau kasih sayang akan mempengaruhi kebahagiaan individu. c. Prestasi (achievement) Prestasi berhubungan dengan tercapainya tujuan individu. Apabila tujuan ini tidak realistis tinggi, maka akan timbul kegagalan dan individu yang bersangkutan akan merasa tidak puas serta tidak bahagia. Dari penjelasan yang dikemukakan oleh para ahli mengenai dimensidimensi psychological well-being di atas, maka dalam penelitian ini akan digunakan dimensi-dimensi psychological well-being dari Ryff (1989), yaitu dimensi penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, kemandirian, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi. Hal ini disebabkan dimensi-dimensi yang dikemukakan oleh Ryff (1989) lebih

39 mencakup karakteristik seseorang yang memiliki kesejahteraan psikologis dilihat dari beberapa pandangan tokoh seperti Rogers tentang orang yang berfungsi secara penuh, Maslow tentang aktualisasi diri, Jung tentang individuasi, Allport tentang kematangan, dan Erikson yang menggambarkan individu mencapai integrasi daripada putus asa. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-being Ryff dan Singer (1996) mengemukakan terdapat empat faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being, yaitu: a. Usia Ryff (1989), Ryff dan Keyes (1995), serta Ryff dan Singer (1996) melakukan penelitian yang menyebutkan bahwa penguasaan lingkungan dan otonomi menunjukkan peningkatan seiring dengan bertambahnya usia. Untuk tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi menunjukkan penurunan dengan bertambahnya usia. Sementara itu, pada dimensi penerimaan diri dan hubungan positif dengan orang lain menunjukkan bervariasi berdasarkan usia. Kebanyakan pondok pesantren biasanya dihuni oleh santri dengan usia remaja antara usia 13 sampai 19 tahun (Syarifuddin, 2005). Seperti yang telah diungkapkan oleh Ryff di atas, bahwa pada santri yang berusia lebih tua maka penguasaan lingkungan dan otonomi (kemandirian) juga mengalami peningkatan. Namun, dalam hal tujuan hidup akan mengalami penurunan. Hal ini disebabkan semakin bertambah usia santri akan semakin banyak tujuan hidup yang telah dicapai oleh santri tersebut.

40 b. Jenis kelamin Dari keseluruhan perbandingan usia pada data penelitian Ryff (1989), perempuan menunjukkan angka yang lebih tinggi daripada laki-laki pada dimensi hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi. Sementara untuk dimensi penerimaan diri, kemandirian, tujuan hidup, dan penguasaan lingkungan tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Dalam suatu pondok pesantren terdapat santri laki-laki dan perempuan, meskipun dalam prakteknya santri-santri tersebut dipisah antara laki-laki dan perempuan. Berdasarkan teori dari Ryff, maka santri perempuan memiliki hubungan positif dengan orang lain lebih tinggi dibanding santri laki-laki. c. Kelas sosial Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wisconsin Longitudinal (dalam Ryff dan Singer, 1996) menunjukkan, bahwa orang dengan status pekerjaan yang tinggi memiliki tingkat kesejahteraan psikologis tinggi, yang ditunjukkan dengan adanya perbedaan pada dimensi pertumbuhan pribadi dan dimensi tujuan hidup. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan psikologis meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan seseorang. Tingginya tingkat pendidikan individu menunjukkan bahwa individu memiliki faktor pengalaman dalam hidupnya untuk mengatasi masalah, tekanan, dan tantangan. Seperti yang telah dijelaskan, kesejahteraan psikologis pada santri akan meningkat sejalan dengan bertambahnya ilmu yang dimiliki santri.

41 d. Latar belakang budaya Sugianto (dalam Tenggara, dkk., 2008) mengatakan, bahwa perbedaan budaya Barat dan Timur juga memberikan pengaruh yang berbeda. Dimensi yang lebih berorientasi pada diri, seperti dimensi penerimaan diri dan dimensi kemandirian lebih menonjol dalam konteks budaya Barat, sedangkan dimensi yang berorientasi pada orang lain, seperti hubungan positif dengan orang lain lebih menonjol dalam budaya Timur, sementara dimensi pertumbuhan pribadi, penguasaan lingkungan, dan tujuan hidup tidak menunjukkan adanya perbedaan (Ryff dan Singer, 1996). Santri di pondok pesantren berasal dari bermacam-macam latar belakang budaya. Setiap santri akan membawa pengaruh budaya terhadap santri yang lain. Selain itu, Keyes, dkk. (2002) mengatakan ada dua faktor dalam psychological well-being: a. Variabel sosio-demografis Variabel sosio-demografis yang mempengaruhi psychological wellbeing antara lain: usia, jenis kelamin, pendidikan, ras, dan status perkawinan. b. Ciri kepribadian Costa (dalam Keyes, dkk., 2002) mengatakan bahwa pribadi yang terbuka dapat memperbesar potensi dan kemampuan individu untuk pemenuhan diri, serta mampu mengevaluasi hidupnya sendiri sehingga lebih mampu untuk mencapai psychological well-being.

42 Dari uraian-uraian di atas, diketahui bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being, meliputi: usia, jenis kelamin, status sosial atau kelas sosial, latar belakang budaya, dan ciri kepribadian individu. B. Religiusitas 1. Pengertian Religiusitas Religiusitas berbeda dengan sikap beragama. Daradjat (1990) berpendapat bahwa sikap beragama merupakan tingkah laku yang tidak dapat dipisahkan dari keyakinan. Selain itu, orang yang melakukan sikap beragama semata-semata didorong oleh keinginan untuk menghormati agama lain, sehingga muncullah hubungan antar agama yang mengakibatkan kehidupan yang harmonis antar umat beragama (Smith, dalam Muchtar, 2012). Adapun religiusitas merupakan penghayatan keagamaan terhadap kepercayaannya yang diekspresikan dengan melakukan ibadah sehari-hari (Hawari, 2004). Religiusitas menurut Thouless (2000) ditunjukkan dengan kepercayaan, ibadah, dan pengalaman, serta tidak mengakui keberadaan benda-benda dan makhluk-makhluk sakral tetapi memperkuat keyakinannya. Jalaludin (2009) mengatakan religiusitas sebagai keberagamaan, yaitu merupakan kemampuan individu untuk menghayati nilai-nilai agama dan menjadikan nilai-nilai agama tersebut sebagai pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku individu tersebut. Selanjutnya Asra (2006) menjelaskan religiusitas sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang untuk merasakan dan mengakui adanya kekuatan tertinggi

43 yang menaungi kehidupan manusia dengan melaksanakan semua perintah Tuhan sesuai dengan kemampuan dan meninggalkan seluruh larangan, sehingga akan membawa ketenteraman dan ketenangan pada dirinya. Di samping itu, religiusitas berkaitan juga dengan adanya internalisasi nilai-nilai, aturan-aturan, dan kewajiban-kewajiban agama dalam diri individu, sehingga individu tersebut selalu berada pada nilai-nilai agama yang diyakini pada setiap perilakunya. Ancok dan Suroso (1995) menyebutkan bahwa religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisi dimensi kehidupan manusia, tidak hanya pada saat aktivitas melakukan ritual beribadah saja, tetapi juga pada saat melakukan aktivitas yang tidak tampak dan terjadi dalam hati seseorang. Schleimacher (dalam Jalaludin, 2009) mengatakan bahwa religiusitas merupakan rasa ketergantungan terhadap suatu kekuasaan yang berada di luar dirinya dan dibuktikan dalam upacara keagamaan serta pengabdian para penganut agama. Dengan demikian, religiusitas adalah suatu keadaan seseorang dapat menghayati nilai-nilai agama yang diyakininya dengan cara melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi serta meninggalkan yang menjadi larangan sebagai pedoman diri dalam bersikap dan bertingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Adapun religiusitas pada santri ditunjukkan dengan adanya pengalaman tarekat yang melekat pada diri santri, yaitu dengan menjalankan amalan-amalan senantiasa untuk mendekatkan diri pada Tuhan (Turmudi, 2004). Selain itu, religiusitas pada santri juga ditunjukkan dengan

44 memfokuskan segala aktivitas untuk menjalankan perintah agama (Basri, 2001). 2. Dimensi-dimensi Religiusitas Glock (dalam Rakhmat, 2003) mengatakan bahwa terdapat lima dimensi religiusitas, yaitu: a. Dimensi ideologis (dimensi keyakinan) Dimensi ini merupakan dimensi yang paling mendasar karena membedakan satu agama dengan agama lainnya. Dimensi ini berkaitan dengan keyakinan yang berisi tentang pengharapan-pengharapan, yaitu orang religius berpegang pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin-doktrin dari kepercayaannya. b. Dimensi ritualistik (dimensi praktik agama) Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukkan komitmen terhadap agama yang dianutnya, misalnya sholat, zakat, dan puasa bagi orang Islam. c. Dimensi eksperimental (dimensi pengalaman) Dimensi yang berhubungan dengan perasaan, penghayatan, pengalaman keagamaan yang pernah dialami dan dirasakan oleh penganut agama. Dimensi ini disebut juga dengan religious experience (pengalaman keagamaan). d. Dimensi intelektual (dimensi pengetahuan agama) Dimensi ini berkaitan dengan sikap orang dalam menerima dan menilai ajaran agamanya, serta memahami ajaran-ajaran agamanya. Apabila

Saputri, et al / HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS

Saputri, et al / HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS Hubungan antara Religiusitas dan Dukungan Sosial dengan Psychological Well-being pada Santri Kelas VIII Pondok Pesantren Tahfidzul Qur an Ibnu Abbas Klaten Relationship between Religiosity and Social Support

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS 11 BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Psychological Well-Being 1. Konsep Psychological Well-Being Psychological well-being (kesejahteraan psikologi) dipopulerkan oleh Ryff pada tahun 1989. Psychological well-being

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN ASERTIVITAS DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA ISTRI YANG TINGGAL DENGAN MERTUA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN MOTIVASI KERJA DENGAN PENGEMBANGAN KARIR PADA PEGAWAI PT ANDALAN MULTI KENCANA JAKARTA.

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN MOTIVASI KERJA DENGAN PENGEMBANGAN KARIR PADA PEGAWAI PT ANDALAN MULTI KENCANA JAKARTA. HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN MOTIVASI KERJA DENGAN PENGEMBANGAN KARIR PADA PEGAWAI PT ANDALAN MULTI KENCANA JAKARTA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES DALAM MENYUSUN SKRIPSI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES DALAM MENYUSUN SKRIPSI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET HUBUNGAN ANTARA RESILIENSI DENGAN STRES DALAM MENYUSUN SKRIPSI PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

PERBEDAAN KECENDERUNGAN KECANDUAN INTERNET DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT- EKSTROVERT DAN JENIS KELAMIN

PERBEDAAN KECENDERUNGAN KECANDUAN INTERNET DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT- EKSTROVERT DAN JENIS KELAMIN PERBEDAAN KECENDERUNGAN KECANDUAN INTERNET DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN INTROVERT- EKSTROVERT DAN JENIS KELAMIN SKRIPSI Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA JAMAAH PENGAJIAN HAQQUL AMIN DI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA JAMAAH PENGAJIAN HAQQUL AMIN DI SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA JAMAAH PENGAJIAN HAQQUL AMIN DI SURAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI, OPTIMISME, DAN HARAPAN DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR DI YAYASAN SEKOLAH X SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI, OPTIMISME, DAN HARAPAN DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR DI YAYASAN SEKOLAH X SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI, OPTIMISME, DAN HARAPAN DENGAN PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA GURU SEKOLAH DASAR DI YAYASAN SEKOLAH X SURAKARTA SKRIPSI Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA KELAS X ASRAMA SMA MTA SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA KELAS X ASRAMA SMA MTA SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA KELAS X ASRAMA SMA MTA SURAKARTA SKRIPSI Dalam Rangka Penyusunan Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi

SKRIPSI. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DAN SELF-ENHANCEMENT DENGAN KECEMASAN BERBICARA DI DEPAN UMUM PADA ANGGOTA BADAN EKSEKUTIF MAHASISWA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI Sebagai salah satu

Lebih terperinci

SKRIPSI. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi. Oleh: Kariza Dyah Yasmin G

SKRIPSI. Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi. Oleh: Kariza Dyah Yasmin G HUBUNGAN ANTARA KUALITAS INTERAKSI ATASAN-BAWAHAN DAN DUKUNGAN ORGANISASI DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT MUHAMMADIYAH SELOGIRI SKRIPSI Sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN IMAGINARY AUDIENCE DENGAN CITRA TUBUH PADA SISWI KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN IMAGINARY AUDIENCE DENGAN CITRA TUBUH PADA SISWI KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DAN IMAGINARY AUDIENCE DENGAN CITRA TUBUH PADA SISWI KELAS X SMA NEGERI 7 SURAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN P.T. AIR MANCUR.

HUBUNGAN ANTARA EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN P.T. AIR MANCUR. HUBUNGAN ANTARA EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN PERSEPSI BUDAYA ORGANISASI DENGAN KOMITMEN ORGANISASI PADA KARYAWAN P.T. AIR MANCUR Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program

Lebih terperinci

SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN. Skripsi

SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN. Skripsi SIKAP REMAJA TERHADAP HUBUNGAN SEKS PRA NIKAH DITINJAU DARI JENIS PENDIDIKAN DAN JENIS KELAMIN Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Novi Indriastuti

Lebih terperinci

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S1) Psikologi Disusun oleh : RIZKIAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini metode yang digunakan oleh peneliti adalah metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif ini menggunakan pendekatan korelasional

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PSYCHOLOGICAL WELL-BEING 2.1.1. Definisi Psychological Well-Being Carol D. Ryff merupakan penggagas teori Psychological well-being. Menurut Ryff (1989), psychological well being

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS XI SMK ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS XI SMK ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA REGULASI DIRI DAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI SISWA KELAS XI SMK ANALIS KESEHATAN NASIONAL SURAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh gelar

Lebih terperinci

PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH ORANGTUA PADA SISWA KELAS IX SMP ISLAM AL ABIDIN SURAKARTA. Skripsi

PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH ORANGTUA PADA SISWA KELAS IX SMP ISLAM AL ABIDIN SURAKARTA. Skripsi PERBEDAAN TINGKAT KEMANDIRIAN REMAJA DITINJAU DARI POLA ASUH ORANGTUA PADA SISWA KELAS IX SMP ISLAM AL ABIDIN SURAKARTA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program

Lebih terperinci

ADOLESCENT MISBEHAVIOUR DITINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI DALAM KELUARGA PADA SISWA YANG MENGALAMI KONFLIK INTRAPERSONAL DI SMKN 1 BUKATEJA SKRIPSI

ADOLESCENT MISBEHAVIOUR DITINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI DALAM KELUARGA PADA SISWA YANG MENGALAMI KONFLIK INTRAPERSONAL DI SMKN 1 BUKATEJA SKRIPSI ADOLESCENT MISBEHAVIOUR DITINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI DALAM KELUARGA PADA SISWA YANG MENGALAMI KONFLIK INTRAPERSONAL DI SMKN 1 BUKATEJA SKRIPSI Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA KELAS XII DI SMA BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA KELAS XII DI SMA BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA DENGAN SELF-REGULATED LEARNING SISWA KELAS XII DI SMA BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

WARA KUSRINI NIM: S

WARA KUSRINI NIM: S HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN PRESTASI BAHASA INGGRIS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 BOYOLALI TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Sains Psikologi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

TINGKAT KECEMBURUAN PADA PASANGAN MUDA DITINJAU DARI GAYA KELEKATAN ROMANTIS DAN KEMATANGAN EMOSI DI DUSUN GETAS KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR

TINGKAT KECEMBURUAN PADA PASANGAN MUDA DITINJAU DARI GAYA KELEKATAN ROMANTIS DAN KEMATANGAN EMOSI DI DUSUN GETAS KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR TINGKAT KECEMBURUAN PADA PASANGAN MUDA DITINJAU DARI GAYA KELEKATAN ROMANTIS DAN KEMATANGAN EMOSI DI DUSUN GETAS KECAMATAN JATEN KABUPATEN KARANGANYAR Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif adalah fakta-fakta dari objek penelitian realitas dan variabel-variabel BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Hal ini dikarenakan peneliti lebih menekankan pada data yang dapat dihitung untuk mendapatkan penafsiran

Lebih terperinci

PERILAKU KECANDUAN GAME-ONLINE DITINJAU DARI KESEPIAN DAN PENERIMAAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA REMAJA DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA

PERILAKU KECANDUAN GAME-ONLINE DITINJAU DARI KESEPIAN DAN PENERIMAAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA REMAJA DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA PERILAKU KECANDUAN GAME-ONLINE DITINJAU DARI KESEPIAN DAN PENERIMAAN KELOMPOK TEMAN SEBAYA PADA REMAJA DI KELURAHAN JEBRES SURAKARTA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA INTRINSIK DAN KEPUASAN KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA KARYAWAN PT. JOGLOSEMAR SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA INTRINSIK DAN KEPUASAN KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA KARYAWAN PT. JOGLOSEMAR SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI KERJA INTRINSIK DAN KEPUASAN KERJA DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA KARYAWAN PT. JOGLOSEMAR SURAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : INTAN YUNIARTHA

Lebih terperinci

BAYU PUTRI ALDILA SAKTI NIM F

BAYU PUTRI ALDILA SAKTI NIM F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PENDIDIKAN BERBASIS INTERNASIONAL DENGAN PENYESUAIAN DIRI DALAM PEMBELAJARAN PADA SISWA SMA NEGERI 1 BOYOLALI SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi. Oleh : Titik Rahmawati G

SKRIPSI. Untuk Memenuhi persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi. Oleh : Titik Rahmawati G HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN EMOSI DAN TOLERANSI STRES DENGAN PROKRASTINASI PADA PEGAWAI NEGERI SIPIL BIRO ADMINISTRASI UMUM DAN KEUANGAN DI KANTOR PUSAT UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PERSAHABATAN DAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KESEPIAN PADA MAHASISWA PERANTAU UNS. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PERSAHABATAN DAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KESEPIAN PADA MAHASISWA PERANTAU UNS. Skripsi HUBUNGAN ANTARA KUALITAS PERSAHABATAN DAN KECERDASAN EMOSI DENGAN KESEPIAN PADA MAHASISWA PERANTAU UNS Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA DI SMK X SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA DI SMK X SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA KESEPIAN DAN STRES DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA DI SMK X SURAKARTA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Psychological Well Being. perspektif besar mengenai psychological well being yang diturunkan dari dua 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Psychological Well Being 1. Konsep Psychological Well Being Konsep psychological well being sendiri mengacu pada pengalaman dan fungsi psikologis yang optimal. Sampai saat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DENGAN COPING STRESS PADA SISWA AKSELERASI SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : EVITA DEVI DHAMAR

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA PROTEKTIF DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SANTRI KELAS X PONDOK PESANTREN MTA SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA PROTEKTIF DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SANTRI KELAS X PONDOK PESANTREN MTA SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA POLA KOMUNIKASI KELUARGA PROTEKTIF DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA SANTRI KELAS X PONDOK PESANTREN MTA SURAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

PERAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA SMP DI DENPASAR

PERAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA SMP DI DENPASAR PERAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA SMP DI DENPASAR SKRIPSI Diajukan Kepada program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI. Skripsi HUBUNGAN ANTARA LAYANAN BIMBINGAN KONSELING SEKOLAH DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA SISWA AKSELERASI Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Retno Suryaningsih

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PROMOSI PENJUALAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PROMOSI PENJUALAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PROMOSI PENJUALAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA IBU RUMAH TANGGA Skripsi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun oleh : DYAH ISWARI PROBORINI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP LAYANAN BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN BELAJAR SKRIPSI Diajukan Oleh : AFIFAH NUR AINI F 100 070 127 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2012

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RASA HUMOR DAN STRES PADA SANTRI PONDOK PESANTREN IMAM BUKHORI KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA RASA HUMOR DAN STRES PADA SANTRI PONDOK PESANTREN IMAM BUKHORI KARANGANYAR HUBUNGAN ANTARA RASA HUMOR DAN STRES PADA SANTRI PONDOK PESANTREN IMAM BUKHORI KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh: Titin Qomariyah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN MEDIA VIDEO DAN MOTIVASI

HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN MEDIA VIDEO DAN MOTIVASI HUBUNGAN ANTARA PEMANFAATAN MEDIA VIDEO DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SMA NEGERI 6 SURAKARTA SKRIPSI Oleh: LIA MAWARNI K8412040 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA OBESITAS DENGAN KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA REMAJA WANITA ABSTRAK Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Desetalia Four Biantara

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: Edita Karenina G Pembimbing: Nugraha Arif Karyanta, S.Psi., M.Psi, Psikolog Mahardika Supratiwi, S.Psi, M.A.

SKRIPSI. Oleh: Edita Karenina G Pembimbing: Nugraha Arif Karyanta, S.Psi., M.Psi, Psikolog Mahardika Supratiwi, S.Psi, M.A. HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN SELF REGULATED LEARNING DENGAN KETAKUTAN AKAN KEGAGALAN PADA SISWA SMA KELAS XII DI KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA SKRIPSI Sebagai salah satu syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

SKRIPSI. Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi. Oleh: Laventya Sekar Andiani

SKRIPSI. Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata I Psikologi. Oleh: Laventya Sekar Andiani HUBUNGAN ADVERSITY QUOTIENT DAN MANAJEMEN WAKTU DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA YANG AKTIF ORGANISASI DI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN REGULASI EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET PANAHAN TINGKAT NASIONAL.

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN REGULASI EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET PANAHAN TINGKAT NASIONAL. HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN REGULASI EMOSI DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET PANAHAN TINGKAT NASIONAL Skripsi Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PENGUNGKAPAN DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MASARAN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014

KONTRIBUSI PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PENGUNGKAPAN DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MASARAN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 KONTRIBUSI PENERIMAAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PENGUNGKAPAN DIRI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MASARAN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI OLEH: UMMI MAFTUKAH RAHMAWATI NIM. K 3109078 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN KECERDASAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA SAMA KELOMPOK DALAM SMALL GROUP DISCUSSION

HUBUNGAN KECERDASAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA SAMA KELOMPOK DALAM SMALL GROUP DISCUSSION HUBUNGAN KECERDASAN SOSIAL DENGAN KEPUASAN KERJA SAMA KELOMPOK DALAM SMALL GROUP DISCUSSION PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA SKRIPSI Diajukan Kepada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN SEJARAH DAN PERSEPSI TENTANG PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN KESADARAN SEJARAH SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN

HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN SEJARAH DAN PERSEPSI TENTANG PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN KESADARAN SEJARAH SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN HUBUNGAN ANTARA PEMAHAMAN SEJARAH DAN PERSEPSI TENTANG PEMBELAJARAN SEJARAH DENGAN KESADARAN SEJARAH SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: HANESWARY RETNO SETYOWATI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PLAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI KEBAKKRAMAT

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PLAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI KEBAKKRAMAT HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN KEPERCAYAAN DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATA PLAJARAN FISIKA KELAS X SMA NEGERI KEBAKKRAMAT Skripsi Oleh : May Shofiana Amalia K2308101 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI HUBUNGAN ANTARA KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PUTRI SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Disusun Oleh: Yuni

Lebih terperinci

PERBEDAAN AGGRESSIVE DRIVING DITINJAU DARI ALTRUISME DAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA DI KOTA SURAKARTA

PERBEDAAN AGGRESSIVE DRIVING DITINJAU DARI ALTRUISME DAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA DI KOTA SURAKARTA PERBEDAAN AGGRESSIVE DRIVING DITINJAU DARI ALTRUISME DAN KEMATANGAN EMOSI PADA REMAJA DI KOTA SURAKARTA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: NURYATI A

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Oleh: NURYATI A PENGARUH KOMUNIKASI SEKOLAH DENGAN ORANG TUA DAN PERAN ORANG TUA SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR MUATAN MATEMATIKA SEMESTER GASAL PADA KELAS RENDAH DI SD NEGERI 1 JAGOAN TAHUN PELAJARAN 2014/ 2015 SKRIPSI

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN DENGAN KONSEP DIRI PADA SISWA MADRASAH MUALIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN DENGAN KONSEP DIRI PADA SISWA MADRASAH MUALIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HUBUNGAN KEHARMONISAN KELUARGA DAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN DENGAN KONSEP DIRI PADA SISWA MADRASAH MUALIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA TESIS ADIN SURYADIN S 300 110 022 PROGRAM MAGISTER PSIKOLOGI SEKOLAH PASCASARJANA

Lebih terperinci

SKRIPSI. Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi. Oleh: Nisa Rengganis G

SKRIPSI. Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata 1 Psikologi. Oleh: Nisa Rengganis G HUBUNGAN ANTARA STEREOTIP DAYA TARIK FISIK DAN KESEPIAN DENGAN PERILAKU KONSUMTIF TERHADAP PRODUK KOSMETIK PADA MAHASISWI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SKRIPSI Sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan permasalahan penelitian, tujuan penelitian, signifikansi penelitian, isu etis, cakupan penelitian, dan sistematika penelitian.

Lebih terperinci

MOTTO. bukan seberapa besar hasil yang kita raih. (Hikmah dari Pribadi) (Sir Winston Churchill) kitya memiliki keberanian untuk mengejarnya

MOTTO. bukan seberapa besar hasil yang kita raih. (Hikmah dari Pribadi) (Sir Winston Churchill) kitya memiliki keberanian untuk mengejarnya MOTTO Allah SWT menilai seberapa baik proses yang kita lakukan bukan seberapa besar hasil yang kita raih (Hikmah dari Pribadi) Sukses bukanlah akhir dari segalanya, kegagalan bukanlah sesuatu yang fatal

Lebih terperinci

PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL

PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL PENGARUH PERSEPSI PENGGUNAAN MEDIA AUDIO-VISUAL DAN METODE PROBLEM SOLVING TERHADAP PRESTASI BELAJAR SEJARAH SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI GONDANGREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 SKRIPSI OLEH : AMY TRISNA RAHMAWATI

Lebih terperinci

KONTRIBUSI RELIGIUSITAS TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA

KONTRIBUSI RELIGIUSITAS TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA KONTRIBUSI RELIGIUSITAS TERHADAP PSYCHOLOGICAL WELL-BEING PADA MAHASISWA WIDYA ANDINI ABSTRAK Kebahagian (happiness) merupakan hasil dari kesejahteraan psikologis dan merupakan tujuan tertinggi yang ingin

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN YANG AMAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA ANGKATAN 2015 PSIKOLOGI UNS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN YANG AMAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA ANGKATAN 2015 PSIKOLOGI UNS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KELEKATAN YANG AMAN DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN PENYESUAIAN SOSIAL PADA MAHASISWA ANGKATAN 2015 PSIKOLOGI UNS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMA BATIK 2 SURAKARTA

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMA BATIK 2 SURAKARTA PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA GURU SMA BATIK 2 SURAKARTA SKRIPSI Oleh : CITRA DEWI LUKITO SARI K7408189 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEADILAN ORGANISASI DAN KETERIKATAN KARYAWAN DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT MEKAR ARMADA JAYA MAGELANG SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEADILAN ORGANISASI DAN KETERIKATAN KARYAWAN DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT MEKAR ARMADA JAYA MAGELANG SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEADILAN ORGANISASI DAN KETERIKATAN KARYAWAN DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN PT MEKAR ARMADA JAYA MAGELANG SKRIPSI Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA KELAS XII SMK WISUDHA KARYA KUDUS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA KELAS XII SMK WISUDHA KARYA KUDUS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN DIRI DAN DUKUNGAN ORANGTUA DENGAN KESIAPAN KERJA PADA SISWA KELAS XII SMK WISUDHA KARYA KUDUS SKRIPSI DisusunOleh: WAHYU AGUS SAPUTRO 2012 60 050 UNIVERSITAS MURIA KUDUS FAKULTAS

Lebih terperinci

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DITINJAU DARI METODE MENGAJAR GURU DAN FASILITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII

KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DITINJAU DARI METODE MENGAJAR GURU DAN FASILITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS DITINJAU DARI METODE MENGAJAR GURU DAN FASILITAS BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII MTsN PLUPUH SRAGEN TAHUN AJARAN 2016/2017 Skripsi Diajukan untuk Memperoleh

Lebih terperinci

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SURAKARTA

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SURAKARTA PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KEPUASAN KERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KOTA SURAKARTA SKRIPSI Oleh HANY SEPTIANA. W NIM K7408218 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN ORIENTASI KESUKSESAN USAHA

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN ORIENTASI KESUKSESAN USAHA HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN ORIENTASI KESUKSESAN USAHA SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Derajat Gelar Sarjana S-1 Psikologi Disusun Oleh : FADILA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Psikologi Disusun oleh : Nova Handayani F 100 040

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MINAT BELAJAR IPS. TERPADU SISWA KELAS VII DI MTsN SURAKARTA II

PENGARUH VARIASI MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MINAT BELAJAR IPS. TERPADU SISWA KELAS VII DI MTsN SURAKARTA II PENGARUH VARIASI MENGAJAR GURU DAN PEMANFAATAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MINAT BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII DI MTsN SURAKARTA II Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN SIKAP TERHADAP OTORITAS GURU DENGAN MINAT BELAJAR SISWA T E S I S.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN SIKAP TERHADAP OTORITAS GURU DENGAN MINAT BELAJAR SISWA T E S I S. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG KESEHATAN LINGKUNGAN SEKOLAH DAN SIKAP TERHADAP OTORITAS GURU DENGAN MINAT BELAJAR SISWA T E S I S Diajukan oleh Dhanty Susanti S 300 090 020 MAGISTER SAINS PSIKOLOGI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PENERIMAAN DIRI DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA PENYANDANG TUNA RUNGU DI SLB-B KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PENERIMAAN DIRI DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA PENYANDANG TUNA RUNGU DI SLB-B KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL DAN PENERIMAAN DIRI DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA PENYANDANG TUNA RUNGU DI SLB-B KABUPATEN WONOSOBO SKRIPSI Sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KETIDAKAMANAN KERJA DAN KETIDAKPUASAN KERJA DENGAN INTENSI TURNOVER PADA KARYAWAN KONTRAK DI PT. DAN LIRIS SUKOHARJO SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KETIDAKAMANAN KERJA DAN KETIDAKPUASAN KERJA DENGAN INTENSI TURNOVER PADA KARYAWAN KONTRAK DI PT. DAN LIRIS SUKOHARJO SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KETIDAKAMANAN KERJA DAN KETIDAKPUASAN KERJA DENGAN INTENSI TURNOVER PADA KARYAWAN KONTRAK DI PT. DAN LIRIS SUKOHARJO SKRIPSI Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat guna

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HUMAN RELATION DENGAN KEPUASAN KERJA

HUBUNGAN ANTARA HUMAN RELATION DENGAN KEPUASAN KERJA HUBUNGAN ANTARA HUMAN RELATION DENGAN KEPUASAN KERJA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Oleh : BAGUS WIJANARKO F. 100 050

Lebih terperinci

MOTTO. Fadzkuruunii Adzkurkum Maka, ingatlah kepada-ku niscaya Aku pun akan ingat kepadamu (QS. Al-Baqarah ayat 152)

MOTTO. Fadzkuruunii Adzkurkum Maka, ingatlah kepada-ku niscaya Aku pun akan ingat kepadamu (QS. Al-Baqarah ayat 152) MOTTO Fadzkuruunii Adzkurkum Maka, ingatlah kepada-ku niscaya Aku pun akan ingat kepadamu (QS. Al-Baqarah ayat 152) Fabiayyiaalaairobbikumaatukadzibaan Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS VII SMP N 1 SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS VII SMP N 1 SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN PENYESUAIAN DIRI SISWA KELAS VII SMP N 1 SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015 / 2016 SKRIPSI Diajukan Kepada Universitas PGRI Yogyakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : ERNA IRIYANI F

SKRIPSI. Oleh : ERNA IRIYANI F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DALAM FACEBOOK DENGAN CEMBURU PADA PASANGAN SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai gelar derajat sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh: Sagantoro Sambu F 100 050 232

Lebih terperinci

Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING

Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING Paket 10 PSYCHOLOGICAL WELL BEING Pendahuluan Psikologi kesehatan sebagai pengetahuan social-psychological dapat digunakan untuk mengubah pola health behavior dan mengurangi pengaruh dari psychosocial

Lebih terperinci

PENGARUH DISIPLIN KERJA, MOTIVASI DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN MARKETING PT KARYA ZIRANG UTAMA DAIHATSU KUDUS

PENGARUH DISIPLIN KERJA, MOTIVASI DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN MARKETING PT KARYA ZIRANG UTAMA DAIHATSU KUDUS PENGARUH DISIPLIN KERJA, MOTIVASI DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRESTASI KERJA KARYAWAN PADA BAGIAN MARKETING PT KARYA ZIRANG UTAMA DAIHATSU KUDUS Diajukan Oleh : Nia Lut Viana 2012 11 123 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DAN KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA DI KELAS INKLUSI SMPN 12 SURAKARTA. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DAN KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA DI KELAS INKLUSI SMPN 12 SURAKARTA. Skripsi HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS DAN KONSEP DIRI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL SISWA DI KELAS INKLUSI SMPN 12 SURAKARTA Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA CITRA MEREK DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN PENIKMAT KOPI DI YELLOW TRUCK COFFEE SOLO

HUBUNGAN ANTARA CITRA MEREK DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN PENIKMAT KOPI DI YELLOW TRUCK COFFEE SOLO HUBUNGAN ANTARA CITRA MEREK DAN KEPERCAYAAN KONSUMEN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA KONSUMEN PENIKMAT KOPI DI YELLOW TRUCK COFFEE SOLO SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWA Skripsi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh : YULIA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI CV SUJIWO KUSUMA KLATEN

HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI CV SUJIWO KUSUMA KLATEN HUBUNGAN ANTARA BUDAYA ORGANISASI DENGAN EFEKTIVITAS KERJA KARYAWAN DI CV SUJIWO KUSUMA KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagaian Prasyarat Mencapai Derajat S-1 Program Studi Psikologis Disusun Oleh ANDIKA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA KARYAWAN-MANAJER DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA KARYAWAN-MANAJER DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ANTARA KARYAWAN-MANAJER DENGAN KEPUASAN KERJA PADA KARYAWAN RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Diajukan Oleh: TIA AVIANI TIRTANA A

Diajukan Oleh: TIA AVIANI TIRTANA A KONTRIBUSI KEMANDIRIAN BELAJAR, DISIPLIN SEKOLAH, DAN IKLIM KELAS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS X DI SMA BHINNEKA KARYA 2 BOYOLALI Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

PUTRI LESTARI K

PUTRI LESTARI K HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TENTANG SITUS KESEJARAHAN DAN PENGETAHUAN SEJARAH LOKAL DENGAN SIKAP CINTA TANAH AIR SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 KARANGPANDAN KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KETERAMPILAN MANAJEMEN KONFLIK PENGURUS PERSEKUTUAN MAHASISWA KRISTEN UNS SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KETERAMPILAN MANAJEMEN KONFLIK PENGURUS PERSEKUTUAN MAHASISWA KRISTEN UNS SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN KETERAMPILAN MANAJEMEN KONFLIK PENGURUS PERSEKUTUAN MAHASISWA KRISTEN UNS SKRIPSI Dalam Rangka Penyusunan Skripsi sebagai Salah Satu Syarat Guna

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI, KEPUASAN DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA PT RUMPUN SARI MEDINI

PENGARUH MOTIVASI, KEPUASAN DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA PT RUMPUN SARI MEDINI PENGARUH MOTIVASI, KEPUASAN DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA PT RUMPUN SARI MEDINI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat-Syarat Guna memperoleh Gelar Sarjana ekonomi Jurusan

Lebih terperinci

STRES AKADEMIK MAHASISWA DITINJAU DARI SIKAP TERHADAP BEBAN TUGAS SKRIPSI

STRES AKADEMIK MAHASISWA DITINJAU DARI SIKAP TERHADAP BEBAN TUGAS SKRIPSI STRES AKADEMIK MAHASISWA DITINJAU DARI SIKAP TERHADAP BEBAN TUGAS SKRIPSI Oleh: Nataryna Heni Pinurbawati 05.40.0192 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA SEMARANG 2011 i STRES AKADEMIK

Lebih terperinci

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA SKRIPSI

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA SKRIPSI ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA SISWA DI SEKOLAH

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA SISWA DI SEKOLAH HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS PADA SISWA DI SEKOLAH SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesejahteraan Psikologis. Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kesejahteraan Psikologis 1. Pengertian Ryff (1989) mendefinisikan kesejahteraan psikologis adalah sebuah kondisi dimana individu memiliki sikap yang positif terhadap diri sendiri

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: Muhammad Fauzan K8412052 FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PEGAWAI PUSKESMAS

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PEGAWAI PUSKESMAS HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DAN KOMPENSASI DENGAN KEPUASAN KERJA PADA PEGAWAI PUSKESMAS SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PENYANDANG TUNANETRA YANG BERSEKOLAH DI SEKOLAH UMUM DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI DAN SELF DISCLOSURE

KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PENYANDANG TUNANETRA YANG BERSEKOLAH DI SEKOLAH UMUM DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI DAN SELF DISCLOSURE KEBUTUHAN AKTUALISASI DIRI PADA REMAJA PENYANDANG TUNANETRA YANG BERSEKOLAH DI SEKOLAH UMUM DITINJAU DARI KEMATANGAN EMOSI DAN SELF DISCLOSURE SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi PENGARUH KECERDASAN INTELEKTUAL DAN PERSEPSI SISWA MENGENAI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 BANYUDONO TAHUN AJARAN 2013/2014 SKRIPSI Diajukan

Lebih terperinci

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. DANARHADI SURAKARTA

PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. DANARHADI SURAKARTA PENGARUH KOMITMEN ORGANISASI DAN MOTIVASI KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. DANARHADI SURAKARTA SKRIPSI Oleh : SULISTIYONO X7407086 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA MAHASISWA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA MAHASISWA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEPERCAYAAN DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA MAHASISWA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S-1 Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Diajukan oleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ANAK DENGAN PENGENDALIAN DORONGAN SEKSUAL SEBELUM MENIKAH PADA REMAJA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ANAK DENGAN PENGENDALIAN DORONGAN SEKSUAL SEBELUM MENIKAH PADA REMAJA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA ANAK DENGAN PENGENDALIAN DORONGAN SEKSUAL SEBELUM MENIKAH PADA REMAJA SKRIPSI Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR

HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR HUBUNGAN ANTARA KEDISIPLINAN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 1 TERAS BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: TITIK RAHAYU K 8408101 FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN SKRIPSI PADA MAHASISWA PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhui Sebagian Syarat

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK KERJA DAN PERILAKU KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT AG KANTOR PUSAT SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONFLIK KERJA DAN PERILAKU KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT AG KANTOR PUSAT SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KONFLIK KERJA DAN PERILAKU KEPEMIMPINAN DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT AG KANTOR PUSAT SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Pendidikan Strata

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: AJENG FIKA FATMA CANDRA WATI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Oktober2013

SKRIPSI. Oleh: AJENG FIKA FATMA CANDRA WATI K FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Oktober2013 HUBUNGAN PEMANFAATAN INTERNET SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN KEMANDIRIAN BELAJARDENGAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI SISWAKELAS XI SMA NEGERI KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN 2013/2014 SKRIPSI Oleh: AJENG FIKA FATMA

Lebih terperinci