PENGARUH PERLAKUAN BERBAGAI JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH DAN JUMLAH RUAS TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT LADA (Piper nigrum L.) Oleh YULIANDAWATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH PERLAKUAN BERBAGAI JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH DAN JUMLAH RUAS TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT LADA (Piper nigrum L.) Oleh YULIANDAWATI"

Transkripsi

1 PENGARUH PERLAKUAN BERBAGAI JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH DAN JUMLAH RUAS TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT LADA (Piper nigrum L.) Oleh YULIANDAWATI Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN Pada Jurusan Agroteknologi SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN DHARMA WACANA METRO METRO-LAMPUNG 2016

2 Yuliandawati ABSTRAK PENGARUH PERLAKUAN BERBAGAI JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH DAN JUMLAH RUAS TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT LADA (Piper nigrum L.) Oleh : Yuliandawati Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu tanaman rempah yang memiliki nilai ekspor tinggi dan dapat diperbanyak melalui setek. Dalam pembibitan pemberian jenis ZPT dan jumlah ruas sangat diperlukan sebagai salah satu cara untuk menyediakan bahan tanam dalam jumlah banyak, oleh karena itu perlu kajian lebih lanjut. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Pengaruh berbagai jenis zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan bibit lada, (2) Pengaruh jumlah ruas terhadap pertumbuhan bibit lada, (3) Interaksi antara jenis zat pengatur tumbuh dan jumlah ruas terhadap pertumbuhan bibit lada. Penelitian dilaksanakan di Desa Sukadana Baru Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei Percobaan disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL), dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah pemberian jenis zat pengatur tumbuh (Z) yang terdiri dari 3 taraf yaitu : Tanpa ZPT (z 0 ), ZPT urine sapi (z 1 ) dan ZPT Growtone (z 2 ). Faktor kedua adalah jumlah ruas bahan setek (R) yang terdiri dari 3 taraf yaitu setek satu ruas (r 1 ), setek dua ruas (r 2 ), dan setek tiga ruas (r 3 ). Sehingga terdapat 9 kombinasi perlakuan yaitu z 0 r 1, z 0 r 2, z 0 r 3, z 1 r 1, z 1 r 2, z 1 r 3, z 2 r 1, z 2 r 2, dan z 2 r 3. Data dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil percobaan menunjukkan bahwa (1) Pemberian jenis ZPT urine sapi dan growtone meningkatkan persentase setek tumbuh yang sama tetapi lebih baik dibandingkan tanpa ZPT, yang didukung pada peubah persentase tumbuh.

3 Yuliandawati (2) Bibit setek tiga ruas menghasilkan pertumbuhan setek lada lebih baik dibandingkan bibit setek satu ruas dan dua ruas, yang didukung pada peubah bobot kering tunas, bobot kering akar dan jumlah akar. (3)Tidak terdapat interaksi antara jenis ZPT dan jumlah ruas terhadap pertumbuhan setek lada kecuali pada peubah panjang akar setek lada.

4 MENGESAHKAN 1. Tim Penguji Ketua : Ir. Yatmin, M.T.A. (...) Penguji Utama : Ir. Sutomo, M.P. (...) Anggota : Krisnarini, S.P, M.Si. (...) 2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Kota Metro Ir. Rakhmiati, M.T.A. NIP Lulus Ujian Skripsi Pada Tanggal : 21 Oktober 2016

5 Judul Skripsi Nama Mahasiwa : PENGARUH PERLAKUAN BERBAGAI JENIS ZAT PENGATUR TUMBUH DAN JUMLAH RUAS TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT LADA (Piper nigrum L.) : YULIANDAWATI No. Pokok Mahasiswa : Jurusan Program studi : Agroteknologi : Agroteknologi MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing Pembimbing I Pembimbing II Ir. Yatmin, M.T.A. Krisnarini, S.P, M.Si. NIP NIK A 2. Ketua Jurusan Agroteknologi Ir. Syafiuddin, M.P. NIP

6 PERSEMBAHAN Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT, kupersembahkan Karya terbesar ini kepada: Ayah dan ibu tercinta yang telah mendidik, membesarkan dan mendo akan akan kesuksesanku adikku tersayang sebagai sumber kebahagian dan semangatku. Dosen Program Studi Agroteknologi Serta Segenap Dosen Dan Karyawan Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro Almamaterku Tercinta.

7 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Desa Sukadana Baru Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur pada tanggal 17 juli Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Jaimin dan Ibu Sutiyem. Tahun 2007 penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar di SDN 03 Sukadana Baru Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur. Sekolah Menengah Pertama diselesaikan pada tahun 2009 di SMP PGRI 02 Sukadana Kabupaten Lampung Timur. Sekolah Menengah Atas Negeri 05 Metro diselesaikan pada tahun Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro tahun 2012 dengan program studi Agroteknologi

8 MOTTO م ن خ ر ج ف ى ط ل ب ال ع ل م ف ھ و فى س ب ی ل الله Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah (HR.Turmudzi) Jangan pernah menyerah sebelum mencoba Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang disertai dengan doa

9 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia-nya, skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian dengan judul Pengaruh Perlakuan Berbagai Jenis Zat Pengatur Tumbuh dan Jumlah Ruas Terhadap Pertumbuhan Bibit Lada (Piper nigrum L.). Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Ibu Ir. Rakhmiati, M.T.A. sebagai Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro, yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran- saran dalam penulisan skripsi ini. 2. Bapak Ir. Yatmin, M.T.A. sebagai dosen pembimbing utama yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran- saran dalam penulisan skripsi ini. 3. Ibu Krisnarini, S.P, M.Si sebagai dosen pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan saran- saran dalam penulisan skripsi ini. 4. Bapak Ir. Sutomo, M.P. selaku penguji utama yang telah memberikan bimbingan dan masukan untuk sempurnanya skripsi ini. 5. Bapak Ir. Syafiuddin, M.P. sebagai Ketua Jurusan Agroteknologi STIPER Dharma Wacana Metro.

10 6. Bapak dan Ibu dosen STIPER Dharma Wacana Metro yang selalu memberikan dukungan dan ilmu yang telah diberikan. 7. Ayah dan ibu tercinta serta adikku yang telah memberikan kasih sayang, do a dan dukungan baik materil maupun spiritual. 8. Sahabatku Eka Suryani, Lia Susanti, Fandi Ilham Manik dan Devita Nur Anggraini yang telah memberikan bantuan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat selesai. 9. Teman-teman seperjuangan jurusan agroteknologi dan agribisnis yang telah memberikan motivasi dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini. 10. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini sehingga kritik dan saran sangat penulis harapkan dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Metro, 17 November 2016 Penulis Yuliandawati

11 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... DAFTAR GAMBAR... xiv xv xix I. PENDAHULUAN Latar Belakang dan Masalah Tujuan Penelitian Dasar Pengajuan Hipotesis Hipotesis... 7 II. TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Lada Syarat Tumbuh Tanaman Lada Perbanyakan Tanaman Lada Zat Pengatur Tumbuh III. BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Penelitian Metode Penelitian Pelaksanaan Penelitian Persiapan tempat dan media tanam Pengambilan bahan setek Penanaman Pemeliharaan... 23

12 3.5 Variabel Pengamatan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Persentase Tumbuh (%) Tinggi Tanamana (cm) Jumlah Daun (helai) Bobot Kering Tunas (gram) Bobot Kering Akar (gram) Rasio Tunas Akar Laju Pertumbuhan Relatif Jumlah Akar (buah) Panjang Akar (cm) Pembahasan V. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN GAMBAR... 70

13 DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1. Persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Jumlah daun setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Bobot kering tunas setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Bobot kering akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan Jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda... 37

14 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Halaman 1. Deskripsi lada varietas natar II (kerinci) Tata letak percobaan Tata letak tanaman Persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Analisis ragam persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi x) Analisis ragam persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi x) Tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Analisis ragam tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi x) Analisis ragam tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi x) Jumlah daun tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda... 55

15 13. Analisis ragam jumlah daun setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Bobot kering tunas tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Analisis ragam bobot kering tunas setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Bobot kering tunas setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi x+ 1 / 2 ) Analisis ragam bobot kering tunas setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi x+ 1 / 2 ) Bobot kering akar tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Analisis ragam bobot kering akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Bobot kering akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi x) Analisis ragam bobot kering akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi x) Rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Analisis ragam rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi x+ 1 / 2 ) Analisis ragam rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi x+ 1 / 2 ) Laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis zpt dan jumlah ruas yang berbeda... 62

16 27. Analisis ragam laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi x+ 1 / 2 ) Analisis ragam laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi x+ 1 / 2 ) Jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Analisis ragam jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi x+ 1 / 2 ) Analisis ragam jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (transformasi x+ 1 / 2 ) Panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Analisis ragam panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT jumlah ruas yang berbeda (transformasi x+ 1 / 2 ) Analisis ragam panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT jumlah ruas yang berbeda (transformasi x+ 1 / 2 ) Jadwal kegiatan penelitian Ringkasan analisis data... 69

17 DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 1. Dinamika persentase tumbuh Dinamika tinggi tanaman Dinamika jumlah daun Pembuatan paranet Pengayakan tanah Media tanam tanah Media tanam sekam bakar Pengadukan media tanah+ sekam bakar Pengisian media tanam ke polibag Tata letak percobaan Bahan setek (satu,dua&tiga) ruas Jenis ZPT (tanpa, urine sapi & growtone) Proses penanaman Proses pemasangan sungkup Penyiraman (umur 80 hst) Pengamatan tinggi tanaman (umur 80 hst) Pencabutan tanaman destruktif (umur 90 hst) Pengamatan jumlah akar dan panjang akar (umur 90 hst) Penjemuran tanaman destruktif di sinar matahari... 78

18 20. Proses pengopenan tunas dan akar Penimbangan bobot kering tunas Penimbangan bobot kering akar Sisa tanaman keseluruhan... 80

19 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Masalah Lada (Piper nigrum L.) merupakan salah satu tanaman rempah dengan kegunaan yang beraneka ragam, seperti bumbu masak, bahan baku pembuatan obat dan dapat diambil minyaknya (minyak atsiri). Lada memiliki nilai ekspor yang tinggi sehingga menjadi salah satu sumber devisa negara. Mengingat prospek yang sangat bagus pada tanaman ini maka produksi lada perlu dikembangkan dengan upaya budidaya yang baik. Ini memungkinkan petani lada untuk meningkatkan pendapatan dan pada akhirnya mendukung peningkatan devisa negara. Pada tahun 2013 produksi lada di Indonesia hanya ton per tahun sedangkan pada tahun ton per tahun hanya mengalami kenaikan 0,9 ton. Tahun 2013 luas areal perkebunan lada di Indonesia 171,920 ha, Sedangkan pada tahun 2014 luas arealnya menjadi 172,610 ha, hanya mengalami kenaikan 0,69 ha. Luas areal perkebunan lada di Indonesia semakin berkurang karena harus bersaing dengan komoditas perkebunan yang lain (Badan Pusat Statistik Indonesia, 2015). Secara umum, petani melakukan budidaya tanaman lada dengan sederhana tanpa menggunakan ZPT (zat pengatur tumbuh) didalam proses pembibitannya. Pertumbuhan bibit kurang baik karena meskipun daun sudah cukup banyak namun

20 2 akar belum tumbuh sempurna (perakaran lemah), sehingga saat ditanam di lahan peluang untuk tumbuh sangat rendah. Pembibitan sangat diperlukan sebagai salah satu cara untuk menyediakan bahan tanam dalam jumlah banyak. Perbanyakan lada secara vegetatif yaitu dengan setek batang. Perbanyakan lada secara vegetatif yang sudah umum dilakukan petani adalah dengan menggunakan bahan setek tujuh ruas atau lebih, tetapi cara ini kurang efisien karena membutuhkan bahan tanaman yang lebih banyak (Departemen Pertanian, 1985 dalam Suradal, 2005). Untuk mengatasi hal ini perlu dicari cara perbanyakan dengan menggunakan bahan setek dengan ruas sedikit yang diharapkan tidak kalah hasilnya bila dibandingkan dengan tujuh ruas. Selain menyediakan bahan tanaman dengan setek pendek, hal lain yang harus diperhatikan untuk meningkatkan pertumbuhan bibit terutama perkembangan perakaran pada setek tanaman lada, dapat ditempuh dengan pemberian jenis zat pengatur tumbuh. Menurut Nurhakim (2014), untuk mempercepat perakaran pada setek diperlukan perlakuan khusus, yaitu dengan pemberian zat pengatur tumbuh. Zat pengatur tumbuh yang mengandung auksin memiliki berbagai jenis baik alami maupun sintetik. Auksin yang termasuk alami adalah IAA (Indoleacetic acid), PAA (Phenylacetil acid). Beberapa auksin sintetik yang dikenal adalah IBA (Indolebutyric acid), NAA (Naphthaleneacetic acid) dan 2,4-D (Dichloro Phenoxy Acetic Acid). IAA adalah auksin alami yang dapat merangsang pembentukan akar pada setek. Di samping itu, auksin sintetik yaitu IBA dan NAA dilaporkan lebih efektif merangsang pembentukan akar bila dibandingkan auksin alami. IBA dan NAA merupakan auksin sintetik yang banyak digunakan untuk pengakaran setek batang. Dengan pemberian

21 3 ZPT jenis ini diharapkan mampu untuk merangsang tumbuhnya akar secara cepat, maka akan didapat percepatan pertumbuhan setek bibit lada (Hartmann et al., 2011). Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengetahui pengaruh jenis zat pengatur tumbuh dan jumlah ruas terhadap pertumbuhan bibit lada (Piper nigrum L.). 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Pengaruh berbagai jenis zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan bibit lada. 2. Pengaruh jumlah ruas terhadap pertumbuhan bibit lada. 3. Interaksi antara jenis zat pengatur tumbuh dan jumlah ruas terhadap pertumbuhan bibit lada. 1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis Auksin merupakan senyawa dengan ciri-ciri mempunyai kemampuan dalam mendukung terjadinya perpanjangan sel pada pucuk dengan struktur kimia indole ring, banyaknya kandungan auksin di dalam tanaman sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Auksin sebagai salah satu zat pengatur tumbuh bagi tanaman mempunyai pengaruh terhadap pengembangan sel, fototropisme, geotropime, apikal dominansi, pertumbuhan akar partenokarpi, absission, pembentukan kalus dan respirasi (Abidin, 1987).

22 4 Zat pengatur tumbuh dapat diberikan pada tanaman di samping melakukan pemupukan untuk memacu pertumbuhan dan meningkatkan hasil. Zat pengatur tumbuh adalah senyawa organik bukan hara (nutrient) tetapi dapat mengubah proses fisiologis tumbuhan. Pemberian jenis Zat Pengatur Tumbuh alami misalnya urine sapi dan air kelapa dan sintetis (buatan) seperti Rootone F, Atonik, Stimulan dapat mempercepat pertumbuhan lada (Rismunandar, 2007). Urine sapi merupakan zat pengatur tumbuh yang mengandung auksin, selain itu urine sapi mengandung unsur hara yang lengkap diantaranya N, P, K, Ca, Fe, Mn, Zn, dan Zu. Growtone merupakan ZPT sintetis yang mengandung bahan aktif seperti IBA (Indolebutyric acid), NAA (Naphthaleneacetic acid) dan 2,4-D (Dichloro Phenoxy Acetic Acid) berguna untuk mempercepat dan memperbanyak keluarnya akar karena mengandung bahan aktif dari formulasi beberapa hormon tumbuh akar (Rismunandar, 1992 dalam Yunita, 2011). Hasil penelitian Yunita (2011) menunjukkan bahwa perlakuan jenis ZPT tanpa perlakuan (k 0 ), urine sapi (k 1 ), air kelapa (k 2 ) dan Rootone F (k 3 ) dilaporkan bahwa Rootone F dan urine sapi dapat mempercepat pertumbuhan tunas terhadap waktu muncul tunas pertama. Perlakuan jenis ZPT dengan uji DNMRT berbeda nyata terhadap variabel muncul tunas, panjang tunas, jumlah akar, akar terpanjang, berat kering tunas, berat segar akar dan berat kering akar. Rootone F 100 mg/setek dan urine sapi merupakan sumber auksin terbaik dan memberikan pengaruh yang paling baik untuk merangsang pertumbuhan akar setek. Hal ini

23 5 didukung dengan penelitian Watijo (2007), dimana penggunaan jenis ZPT sintetis (Rootone F) yang mengandung auksin menghasilkan pertumbuhan bibit lada yang terbaik. Hasil penelitian Trisna dkk. (2013) dengan perlakuan jenis zat pengatur tumbuh yang terdiri dari tanpa ZPT (A), air kelapa (B), dan Rootone F (C) dan Atonik (D) di laporkan memberikan pengaruh terhadap tinggi tunas, jumlah daun tunas. Pemberian jenis zat pengatur tumbuh Rootone F tinggi tunas 19 cm dan jumlah daun tunas stump 7,6 helai, sedangkan tanpa ZPT tinggi tunas yaitu 14,9 cm dan jumlah daun 3,6 helai. Penelitian ini menunjukkan pemberian zat pengatur tumbuh berpengaruh sangat nyata terhadap pertambahan tinggi dan jumlah daun, dan tidak berbeda nyata terhadap diameter stump. Hasil penelitian Watijo (2007), menunjukkan bahwa perlakuan jenis zat pengatur tumbuh dengan menggunakan jenis ZPT sintetis dapat mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan persentase tumbuh 9,14 %, jumlah daun 153 %, tinggi tunas 13,43 % dan panjang akar 22 % dibandingkan tanpa perlakuan ZPT. Perlakuan beberapa jenis ZPT Rootone F, stimulan dan air kelapa memberi pengaruh yang nyata dibandingkan tanpa perlakuan ZPT. Pemberian Rootone F memberikan pengaruh yang nyata dibandingkan ZPT sintetis lainnya sedangkan ZPT alami mempunyai akar terpanjang tetapi jumlah akar lebih sedikit dibanding perlakuan Rootone F, karena Rootone F menghasilkan tinggi tunas dan jumlah daun tertinggi.

24 6 Hasil penelitian Santoso (2001) menunjukkan bahwa perlakuan jenis zat pengatur tumbuh yang terdiri dari tanpa perlakuan, Dharmasri, Rootone F dan Atonik dilaporkan memberikan pengaruh nyata terhadap parameter jumlah daun dan panjang akar, sedangkan terhadap jumlah akar dan panjang tunas tidak memberikan pengaruh yang nyata. Jenis zat pengatur tumbuh Rootone F memiliki pengaruh yang lebih baik untuk pertumbuhan setek lada dibandingkan dengan zat pengatur tumbuh lainnya, hal ini terlihat pada peubah jumlah daun. Penggunaan bahan setek 7 ruas atau lebih tidak efisien sehingga sering menjadi kendala jika memerlukan bibit dalam jumlah banyak. Untuk menghemat penggunaan bibit lada dilakukan dengan menggunakan setek pendek yaitu satu ruas, dua ruas dan tiga ruas. Setek pendek satu ruas berdaun tunggal dapat menghemat bibit sampai 40 % bahan setek (Suprapto, 2008) Hasil penelitian Ratri (2013) menunjukkan bahwa perlakuan jumlah ruas dengan setek satu ruas, dua ruas, dan tiga ruas dilaporkan berpengaruh terhadap persentase hidup setek dan hasil persen hidup tertinggi terdapat pada setek 3 ruas, dan menghasilkan pertumbuhan terbaik, yaitu pada tinggi rata-rata 20,76 cm, jumlah akar rata-rata 16, dan panjang akar rata-rata 17,6 cm. Hasil penelitian Ardaka dkk. (2011) menunjukkan bahwa perlakuan jumlah ruas dengan satu ruas, dua ruas dan tiga ruas memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan setek yang ditunjukan pada persentase hidup 90%, jumlah daun 2,90 helai, tinggi tunas 0,77 cm, panjang akar 3,37 cm dan jumlah akar 9,00 cm. Perlakuan jumlah tiga ruas memberikan pengaruh terbaik dibandingkan dengan

25 7 jumlah satu ruas dan dua ruas, hal ini terlihat pada peubah persentase hidup, jumlah daun, tinggi, panjang akar dan jumlah akar. 1.4 Hipotesis Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Penggunaan berbagai jenis zat pengatur tumbuh yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan bibit lada. 2. Penggunaan jumlah ruas yang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan bibit lada. 3. Terdapat interaksi antara jenis zat pengatur tumbuh dan jumlah ruas terhadap pertumbuhan bibit lada.

26 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Lada Menurut Sarpian (2003), dalam taksonomi tumbuhan,tanaman lada (Piper nigrum L.) diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom Divisi Sub-divisi Kelas Ordo Famili Genus : Plantae (tumbuh-tumbuhan) : Spermatophyta (tanaman berbiji) : Angiospermae (Biji berada di dalam buah) : Dicotyledoneae (biji berkeping dua) : Piperales : Piperaceae : Piper Spesies : Piper nigrum L. Tanaman lada dikenal sebagai tanaman tahunan yang memanjat. Batangnya berbuku dengan tinggi mencapai 10 m, namun dalam budidaya dibatasi hingga ketinggian 4 m dan melekat pada tiang panjat (tajar) agar memudahkan dalam pemeliharaan. Bila pemeliharaan dilakukan dengan baik, tajuk dapat mencapai diameter 1,5 m. Tanaman lada terdiri atas batang,akar, daun, cabang, dahan, bunga dan buah (Rismunandar, 2007).

27 9 Menurut Nurhakim (2014), batang lada tumbuh merambat pada tiang panjat dan kadang-kadang menjalar di atas permukaan tanah. Tiap tanaman lada hanya tumbuh satu batang. Apabila batang dipotong saat berumur satu tahun, akan tumbuh tunas-tunas dengan jumlah 2-5 batang baru. Kemunculan tunas-tunas ini bisa berasal dari ruas-ruas yang tertanam di dalam tanah maupun di atas tanah. Tanaman lada mirip tebu yang beruas-ruas. Panjang tiap ruas tidak selalu sama yaitu sekitar 4-7 cm, panjang ruas pada bagian pangkal lebih pendek dibandingkan dengan panjang ruas pada bagian atas. Diameter batang antara 6-25 mm. Tanaman lada termasuk tanaman kelompok dikotil yang memiliki akar tunggang. Akar utama terletak pada dasar batang dengan panjang 3 4 m, sedangkan akarakar dari buku di atas permukaan tanah panjangnya hanya 3-5 cm, yang berfungsi sebagai penyerap hara dan untuk menempel pada tiang panjat yang sering disebut sebagai akar panjat atau akar lekat. Akar lekat hanya tumbuh di buku-buku batang utama dan cabang ortotrop, sedangkan di cabang produksi (plagiotrop) tidak muncul akar lekat (Nurhakim, 2014). Lada berdaun tunggal dan berbentuk bulat atau lonjong. Pangkalnya berlekuk sedangkan ujung daunnya tumpul. Permukaan daun tampak mengkilap, permukaan bawah daun hijau pucat dan buram. Urat daun terlihat jelas dan tegas. Panjang tangkainya 1,8-2,6 cm, lebarnya antara 5-10 cm, panjang daun lada antara cm. Letak daun-daun pada batang berselang-seling ditiap bukunya. Setiap buku atau ruas hanya terdiri dari satu helai daun (Sarpian, 2003).

28 10 Cabang lada terdiri dari dua jenis, yaitu cabang orthotrop dan cabang plagiatrop. Cabang orthotrop, muncul pada ketiak daun tiap buku-buku batang. Cabang ini muncul pada buku-buku batang yang tumbuh diatas permukaan tanah dan terbenam oleh tanah. Cabang orthotrop yang tumbuh diatas permukaan tanah disebut sulur gantung sedangkan cabang yang kemunculannya dari dalam tanah disebut lanak tanah. Ciri cabang orthotrop yakni tiap buku hanya terlihat satu daun,cabang tidak memiliki dahan atau ranting, terlihat akar lekat dan tidak muncul bunga. Sedangkan Cabang plagiatrop muncul pada buku dahan. Cabang ini muncul setelah tanaman lada berbuah yang kedua kalinya. Saat pertama kali berbuah, bunga dan buah hanya muncul pada tiap ruas buku dahan. Pada musim berbuah selanjutnya,sebelum kemunculan malai bunga akan didahului kemunculan cabang plagiatrop. Jumlah cabang yang muncul hanya satu pada tiap kali musim berbungadan akan muncul pada musim berikutnya (Nurhakim, 2014). Dahan disebut ranting yang muncul di ketiak daun batang utama. Panjangnya sekitar cm. Dahan tidak memiliki akar lekat maupun akar lainnya. Dahan ini merupakan sediaan tempat kemunculan malai bunga, cabang plagiatrop dan daun. Awal pertumbuhan mengarah ke atas. Setelah beberapa waktu malai akan dipenuhi dompolan buah akan mengubah arah menjadi menggantung (Nurhakim, 2014). Bunga lada masuk kategori hermafrodit. Tiap tanaman terdapat satu bunga jantan dan satu bunga betina. Kedua bagian bunga saling berdekatan dalam satu malai bunga. Letak bunga lada disebut bunga duduk karena tidak terlihat secara tegas

29 11 tangkainya. Tiap tangkai bunga terdapat sekitar bakal bunga. Susunan bunga lada terdiri dari tajuk, mahkota, benang sari dan putik dalam satu kesatuan. Terjadinya penyerbukan ditandai dengan adanya perubahan warna putik menjadi kecoklatan. Selanjutnya putik akan membesar, membentuk kulit luar, kulit dalam, daging atau biji dan terbentuk bakal buah (Nurhakim, 2014). Buah lada berbentuk bulat seperti bola. Buah yang masih muda (mentah) memiliki kulit luar (epikarp) berwarna hijau mengilap, setelah masak berubah menjadi kuning dan merah menyala. Pada epikarp buah yang sudah masak terdapat cairan manis karena mengandung sedikit nira nutritif. Buah lada terdiri beberapa lapisan dari luar kedalam yaitu kulit luar (epikarp), kulit dalam (epikarp dalam), kulit ari luar (mesokarp luar), kulit ari dalam (mesokarp dalam) dan daging buah. Setiap satu malai (tangkai) biasanya terdapat buah. Buah lada memiliki rasa pedas yang berbeda dengan cabai rawit (Sarpian,2003). 2.2 Syarat Tumbuh Tanaman Lada Lada sangat cocok ditanam di daerah tropika antara 20 LU dan 20 LS dengan curah hujan mm per tahun, merata sepanjang tahun dan mempunyai hari hujan hari per tahun, musim kemarau hanya 2-3 bulan per tahun. Kelembaban udara % selama musim hujan, dengan suhu maksimal 35 C dan suhu minimum 20 C (Suprapto, 2008). Lada dapat tumbuh pada ketinggian m di atas permukaan laut, tetapi paling baik pada ketinggian sekitar m dpl. Lada dapat tumbuh dengan subur pada tanah tanah yang subur secara fisik dan kimia serta drainase yang baik. Tanah-tanah liat berpasir, tanah literitis-

30 12 podsolik komplek dan tanah latosol dengan ph tanah berkisar antara 5,5 6,5 sangat baik untuk pertumbuhan lada (Jufri 2012 dalam Achmad 2014). 2.3 Perbanyakan Tanaman Lada Lada dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif. Perbanyakan vegetatif untuk tanaman lada yang banyak dipraktekkan adalah dengan cara penyetekan. Bahan setek dapat diambil dari sulur gantung, sulur panjat, sulur tanah dan cabang buah. Bahan setek yang baik yaitu bahan setek yang diambil dari tanaman yang sehat, tumbuh akar, berwarna hijau tua dan tidak terlihat gejala-gejala abnormal (Sarwani, 2008 dalam Achmad, 2014). Perbanyakan tanaman lada dapat secara generatif dan vegetatif. Perbanyak generatif dengan biji tidak baik sebab sulur lada yang tumbuh memakan waktu panjang untuk berbuah dan tidak menjamin hasil yang baik. Perbanyakan vegetatif dengan menggunakan cara penyetekan bisa diambil dari sulur panjat, sulur gantung, sulur tanah dan sulur buah. Sulur panjat adalah sulur yang tumbuh memanjat tanaman penegak. Sulur gantung adalah sulur panjat yang menggantung atau tidak tumbuh memanjat pada tanaman penegak. Sulur tanah adalah sulur yang tumbuh merayap dipermukaan tanah. Sulur buah adalah cabang yang berasal dari buah. Untuk menghasilkan tanaman lada yang tumbuh baik pada tanaman penegak sebaiknya menggunakan sulur panjat. Setek lada dari sulur panjat yang baik dari tanaman yang sudah berproduksi pada umur fisiologis bahan setek 6-9 bulan, pohon induk dalam keadaan pertumbuhan aktif dan tidak

31 13 berbunga atau berbuah. Setek tidak boleh terlalu tua atau muda dan diambil dari sulur yang belum menjadi kayu. Bibit lada terlalu tua pertumbuhannya tidak baik dan yang terlalu muda tidak kuat (Suprapto, 2008). Pada umumnya perbanyakan tanaman lada sering dilakukan secara vegetatif dengan melalui cara setek. Keuntungannya adalah karena tanaman lada memiliki sifat-sifat genetik yang sama dengan induk lada tersebut (Sarwani, 2008 dalam Achmad, 2014). Penggunaan setek pada lada dapat dilakukan dengan menggunakan 2 jenis setek yaitu setek panjang dan setek pendek. Setek pendek yaitu setek yang berasal dari satu ruas berdaun tunggal yang memiliki beberapa keuntungan antara lain menyediakan bibit dalam jumlah banyak dalam waktu relatif cepat, menghemat penggunaan bahan tanaman dan seragam (Suprapto, 2008). Penggunaan bahan setek panjang 7 ruas atau lebih tidak efisien sehingga sering menjadi kendala jika memerlukan bibit dalam jumlah banyak. Untuk menghemat penggunaan bibit lada dilakukan dengan menggunakan setek pendek yaitu satu ruas (Watijo, 2007). Dalam menghemat bahan tanaman, penyetekan sulur panjat dapat dilakukan dengan menggunakan setek satu ruas berdaun tunggal. Tetapi harus terlebih dahulu di semaikan.

32 Zat Pengatur Tumbuh Menurut Setyati (2009), Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) adalah senyawa organik yang bukan merupakan zat hara, dan dalam jumlah sedikit mendorong, menghambat, atau mengatur proses fisiologis di dalam tanaman. Zat pengatur tumbuh terdiri dari lima jenis yaitu auksin, gibberellin, sitokinin, etilen dan asam absisat. 1. Auksin Setyati (2009) menjelaskan bahwa auksin merupakan senyawa yang mampu merangsang pemanjangan sel pucuk di daerah sub apikal. Auksin biasanya merupakan asam dengan inti tidak jenuh atau derivatnya. Auksin terlibat dalam banyak proses fisiologi dalam tumbuhan, antara lain pemanjangan sel, fototropisme, geotropisme, dominansi apikal, inisiasi akar, produksi etilen, pembentukan kalus, perkembangan buah, partenokarpi, absisi, dan ekspresi kelamin pada tumbuhan hemaprodit. Menurut Gardner (1991) dalam Armawi (2012), peranan auksin sangat tergantung dengan konsentrasinya. Konsentrasi tinggi bersifat menghambat, dan konsentrasi yang berlebihan dapat menyebabkan ketidaknormalan seperti epinasti daun bawang, akar penguat yang menyatu dan batang rumput yang rapuh. Beberapa fungsi auksin pada tumbuhan sebagai berikut: (a) perkecambahan biji, auksin akan mematahkan dormasi biji dan akan merangsang perkecambahan biji (b) pembentukan akar, auksin akan memacu proses terbentuknya akar serta pertumbuhan akar lebih baik (c) pembungaan dan pembuahan, auksin akar

33 15 merangsang dan mempertinggi persentase timbulnya bunga dan buah (d) mengurangi gugurnya buah sebelum waktunya (e) mematahkan dormasi pucuk/ apaikal, yaitu suatu kondisi dimana pucuk tanaman atau akar tidak mau berkembang (Anonimous 2009 dalam Armawi 2009). 2. Gibberellin Menurut Setyati (2009), Gibberellin berfungsi merangsang pembelahan sel dan pemanjangan sel. Pengaruh gibberellin terhadap tanaman yaitu : (1) menyebabkan tanaman menghasilkan bunga sebelum waktunya (2) terjadinya buah dengan tidak diserbuki (3) tanaman yang kerdil menjadi tanaman raksasa dalam waktu yang singkat (4) cepat tumbuh biji dan tunas (5) tinggi tanaman menjadi 3-5 kali tingginya yang normal dan mempercepat tumbuhnya pada tanaman sayur-sayuran. 3. Sitokinin Sitokinin merupakan senyawa pengganti adenine yang meningkatkan pembelahan sel dan fungsi pengaturan pertumbuhan. Sitokinin diduga diproduksi dalam akar dan diangkut ke pucuk, karena zat tersebut ditemukan dalam larutan xylem, namun sitokinin ditemukan dalam jumlah banyak pada jaringan buah dan biji. Sitokinin perannya dalam tumbuhan yaitu sebagai : (a) mengatur pembelahan sel (b) pembentukan organ, pembesaran sel dan organ (c) pencegahan kerusakan klorofil, pembentkan kloroplas (d) penundaan senescens, pembukaan dan penutupan stomata (e) perkembangan mata tunas dan pucuk (Setyati, 2009).

34 16 4. Etilen Etilen berfungsi sebagai penghambatan pemanjangan dan pertumbuhan horisontal pada batang. Etilen diproduksi dalam semua tumbuhan tingkat tinggi dan untuk pertumbuhan tingkat rendah tidak jelas kisarannya. Etilen terlibat dalam proses fisiologi dalam tanaman dari perkecambahan benih sampai senescens dan kematian tanaman (Setyati, 2009). 5. Asam absisat Asam absisat (ABA) merupakan senyawa alami yang terlibat dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman, diantaranya penghambatan pertumbuhan dan beberapa yang meningkatkan embriogenasis dan protein biji cadangan. ABA secara luas terdapat dalam tumbuhan tingkat tinggi, lumut, ganggang hijau, dan cendawan (Setyati, 2009). Zat pengatur tumbuh merupakan sarana penunjang pertanian yang mulai dikenal. Penggunaan hormon perangsang memiliki beberapa tujuan sebagai berikut: (1) meransang pertumbuhan daun, batang, akar, bunga, dan buah. (2) Meningkatkan hasil produksi (3) mencegah kerontokan bunga dan pembusukan tangkai, serta meningkatkan kesehatan tanaman. Dikalangan masyarakat petani, hormon perangsang dikenal dengan berbagai nama, misalnya ZPT, pengatur pertumbuhan tanaman (PPT), plant and agrohormone (perangsang tanaman atau PT), hormon tumbuh (HT), dan sebagainya. ZPT tidak sama dengan pupuk daun. ZPT merupakan senyawa kimia yang dibentuk oleh tanaman itu sendiri (fitohormon) atau dibuat secara sintetik,

35 17 yang dapat menimbulkan perubahan fisiologis pada tanaman,misalnya pembelahan sel dan pemanjangan sel, hingga mampu membentuk akar, batang, daun, ranting/dahan, bunga dan buah (Abidin, 1987). Dalam pemberian ZPT pada tanaman, terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yaitu dosis dan kandungan jenis hormonnya. Dosis hormon harus sesuai dengan aturan dan diberikan seimbang dengan pupuk, untuk menghindahi dampak negatif pada tanaman. Pemakaian ZPT alami pada tanaman lada dilakukan dengan 3 tujuan yaitu merangsang pertumbuhan vegetatif, merangsang pertumbuhan bunga dan bauh, serta buah masak serempak (Abidin, 1987). Zat pengatur tumbuh (ZPT) adalah senyawa kimia (sintetis dan alami) yang fungsinya dapat merangsang pertumbuhan tanaman baik generatif maupun vegetatif. Misalnya ZPT Growtone jenis ini dapat merangsang munculnya akar pada potongan setek lada jika dioleskan pada bagian potongan setek. Demikian juga air kelapa muda dan urine sapi, jika setek yang telah dipotong pada bagian bawah setek direndam selama jam dapat mempercepat tumbuhnya akar pada setek lada. Komposisi unsur hara yang terdapat pada masing masing berbeda-beda sesuai dengan jenis peruntukannya pada tanaman (Wattimena, 1987). Zat pengatur tumbuh yang dapat digunakan pada tanaman lada dapat berasal dari ZPT alami maupun sintetis. Jenis ZPT saat ini sangat banyak seiring dengan tingkat perkembangan teknologi sehingga perlu pemilihan jenis yang sesuai dengan kebutuhan.

36 18 Zat pengatur tumbuh seperti auksin dapat berasal dari dua golongan yaitu alami seperti urine sapi, urine kambing, air kelapa muda dan sintesis (buatan) dengan merk dagang seperti Atonik, Dekamon, Rootone F dan Growtone. Pengaruh dari masing-masing sesuai dengan kegunaan untuk merangsang tumbuh akar, tunas tanaman dan menyuburkan tanaman (Watijo, 2007). Menurut Yunita (2011), urine sapi mempunyai nilai kandungan nitrogen sebesar 0,50%, fosfor sebesar 1,00%, kalium sebesar 1,50%, dan air sebesar 92%. Selain kandungan hara yang cukup tinggi, urine sapi juga bisa menjadi pestisida alami karena mempunyai bau menyengat yang tidak disukai serangga. Jumlah dari pengeluaran urine bervariasi tergantung pada pakan, kerja, temperatur, lingkungan, konsumsi air, dan musim. Urine yang dihasilkan ternak sebagai hasil metabolisme mempunyai nilai yang sangat bermanfaat yaitu kadar N dan K yang sangat tinggi dan urine mengandung hormon pertumbuhan tanaman yaitu auksin. Ada dua jenis hormon penting yang terkandung dalam urine sapi yaitu auksin dan giberelin. Kadar auksin beragam antara 161,64 sampai 787,78 ppm sedangkan GA dari 0 sampai 937,88 ppm, keragaman kadar tersebut paling besar dipengaruhi oleh jenis pakan yang diberikan. Ternak yang banyak makan rumput hijauan mengeluarkan air seni yang cenderung banyak mengandung auksin karena auksin tidak terurai dalam tubuh maka auksin dikeluarkan sebagai filtrat bersama dengan urine yang mengeluarkan zat spesifik yang mendorong perakaran. Selain itu, urine sapi betina cenderung lebih banyak mengandung auksin dan GA dibandingkan dengan sapi jantan

37 19 (Suprijadji dan Prawoto, 1992). Beberapa keunggulan urine sapi diantaranya mempunyai kandungan unsur hara yang lengkap seperti N, P, K, Ca, Fe, Mn, Zn, dan Zu. Pemberian urine sapi dapat memberikan pengaruh pada pertumbuhan akar tanaman. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Suparman dkk. (1990) dalam Fanesa (2011), auksin alami yang terkandung dalam urine sapi 25 % dapat mendorong perakaran setek bibit lada. Hanriyanto (2007) dalam Bukori (2011), Growtone adalah hormone berbentuk bubuk berwarna putih yang mengandung fungisida, gunanya untuk merangsang pertumbuhan bibit (stump, setek, cangkok). Peranan hormone ini adalah menekan serendah mungkin kematian bibit saat pemindahan ke lapangan, karena dapat merangsang atau mempercepat pertumbuhan akar. Growtone memiliki kandungan bahan aktif antara lain: Naftalena asetat 0,067%, metil-1 naftalena setamida 0,013%, metil-1 naftalena asetat 0,033%, idol-3 butirat 0,05% dan thiram 4% Growtone sejenis dengan Rootone F.

38 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Desa Sukadana Baru Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei Bahan dan Alat Penelitian Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah : bahan setek lada dari sulur panjat varietas Natar 2 (Kerinci), tanah, sekam bakar, zat pengatur tumbuh (urine sapi betina dan Growtone), air aquades, bambu, paranet, kertas label, plastik transparan dan polibag ukuran 18 cm x 14 cm. Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkul, golok, ember, tali rapia, meteran, kamera, hand sprayer, timbangan digital (tipe AD-600H), oven listrik, mistar, pisau setek, alat alat tulis dan perlengkapan lain yang diperlukan. 3.3 Metode penelitian Metode penelitian ini adalah percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dan disusun secara faktorial yang terdiri 2 faktor dalam 3 ulangan. Faktor pertama adalah pemberian jenis zat pengatur tumbuh (Z)

39 21 yang terdiri dari 3 taraf yaitu Tanpa ZPT (z 0 ), ZPT urine sapi (z 1 ) dan ZPT Growtone (z 2 ). Faktor kedua adalah jumlah ruas bahan setek (R) yang terdiri dari 3 taraf yaitu setek satu ruas (r 1 ), setek dua ruas (r 2 ), dan setek tiga ruas (r 3 ). Sehingga terdapat 9 kombinasi perlakuan yaitu z 0 r 1, z 0 r 2, z 0 r 3, z 1 r 1, z 1 r 2, z 1 r 3, z 2 r 1, z 2 r 2, dan z 2 r 3. Setiap satuan percobaan terdiri dari 14 tanaman dan diambil 10 tanaman pada setiap satuan percobaan sebagai tanaman sampel. Data hasil penelitian diuji homogenitasnya dengan uji Barlett dan ketidakaditifan data antara lingkungan dan perlakuan diuji dengan uji Tuckey kemudian dianalisis dengan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT), semua pengujian dilakukan pada taraf 5%. 3.4 Pelaksanaan Penelitian Persiapan tempat dan media tanam Tanah yang dipergunakan dibersihkan dari gulma atau sisa-sisa tanaman, dan menyiapkan lokasi untuk penelitian dengan mengukur luas lahan sesuai kebutuhan untuk tiga ulangan sehingga mampu menampung 378 polibag. Memasang paranet sebelum dimulai pembibitan untuk mengurangi cahaya matahari yang mempercepat penguapan. Dalam naungan disiapkan bedengan tempat menyusun polibag. Menyiapkan media tumbuh berupa tanah yang digemburkan lalu dicampur sekam bakar dengan perbandingan volume 2 : 1 menggunakan ember. Media yang sudah dicampur tersebut lalu diisikan kedalam polibag. Selanjutnya polibag disusun

40 22 sebanyak 14 polibag setiap perlakuan sehingga untuk 3 kali ulangan sebanyak 378 batang dan diberi tanda setiap perlakuan seperti tata letak pada (lampiran 2) Pengambilan bahan setek Bahan setek lada varietas Natar 2 (Kerinci) diambil dari tanaman lada di daerah Gerem Pawiki Kecamatan Marga Tiga Kabupaten Lampung Timur Provinsi Lampung. Pengambilan bahan setek diambil dari sulur panjat dan dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu pangkal, tengah dan ujung. Pemotongan bahan setek sesuai perlakuan yaitu 1 ruas, 2 ruas dan 3 ruas dengan menggunakan pisau setek yang tajam agar tidak rusak. Bahan setek yang digunakan diambil dari tanaman yang sehat, pertumbuhan baik dengan umur ± 5 tahun dan berasal dari kebun yang sama Penanaman Sebelum setek lada ditanam diberi perlakuan sesuai dengan masing-masing ZPT yang terdiri dari tiga taraf yaitu tanpa ZPT, urine sapi dan Growtone. Tanpa perlakuan ZPT diaplikasikan dengan cara bahan setek direndam dalam air aquades selama 30 menit kemudian setek ditanam dipolibag yang disusun pada petak percobaan. ZPT urine sapi diaplikasikan dengan cara mencampur urine sapi dan air aquades dengan konsentrasi 1 ml/3 ml, karena memerlukan dalam jumlah banyak maka dibuat dengan konsentrasi 500 ml/1500 ml. Setelah setek direndam selama 30 menit, setek ditanam dipolibag yang disusun pada petak percobaan. ZPT Growtone diaplikasikan dengan cara mencampur Growtone dan air aquades

41 23 dengan konsentrasi 30 g/1 liter air, setek lada direndam selama 30 menit kemudian ditanam dipolibag yang disusun pada petak percobaan. Bahan setek yang sudah ditanam disungkup dengan plastik transparan untuk menghindari sinar matahari yang berlebihan dan menjaga kelembaban selama 1 bulan Pemeliharaan Pemeliharaan bibit antara lain penyiraman dan pengendalian gulma. Penyiraman dilakukan setiap hari yaitu pada sore hari sesuai kebutuhan tanaman. Sedangkan pengendalian gulma dilakukan dengan cara penyiangan pada waktu gulma mulai tumbuh, dengan mencabut gulma tersebut. 3.5 Pengamatan Pengamatan dilakukan pada tanaman sempel yang berjumlah 5 tanaman pada setiap petak percobaan. Peubah yang diamati dan cara pengamatan dalam percobaan ini sebagai berikut : 1. Persentase Tumbuh (%) Persentase tumbuh diukur dengan cara menghitung jumlah setek yang hidup dibagi jumlah setek yang ditanam dikali 100 %, pada masing-masing satuan percobaan. Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali yang dimulai sejak umur 30 hari setelah tanam (hst) sampai umur 90 hst dengan satuan %.

42 24 2. Tinggi Tanaman (cm) Tinggi tunas diukur dari pangkal keluarnya tunas sampai ujung tunas tertinggi. Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali, yang dimulai sejak umur 30 hst sampai umur 90 hst. 3. Jumlah Daun (helai) Jumlah daun dihitung dari daun yang telah membuka dengan sempurna. Pengamatan dilakukan setiap 1 minggu sekali, dimulai sejak umur 30 hst sampai umur 90 hst. 4. Bobot Kering Tunas (gram) Dilakukan dengan cara memotong polibag dan rendam di dalam air agar tanah hilang dari akar. Hal ini dilakukan agar akarnya tidak terputus kemudian akar dan batang dipisahkan, dengan cara dipotong pada pangkal tunasnya dan menjemur dibawah terik sinar matahari sampai layu, kemudian tunas dioven selama 24 jam dengan suhu 70 C. Tunas yang sudah memiliki bobot kering yang konstan ditimbang menggunakan timbangan digital. Pengamatan dilakukan pada umur 90 hst. 5. Bobot Kering Akar (gram) Dilakukan dengan cara memotong polibag dan rendam di dalam air agar tanah hilang dari akar. Hal ini dilakukan agar akar tidak terputus, kemudian memotong akar pada pangkalnya dan menjemur dibawah terik sinar matahari sampai layu, kemudian akar dioven selama 24 jam dengan suhu 70 C. Akar

43 25 yang sudah memiliki bobot kering yang konstan ditimbang menggunakan timbangan digital. Pengamatan dilakukan pada umur 90 hst. 6. Rasio Tunas Akar Rasio tunas akar merupakan perbandingan antara bobot kering tunas dengan bobot kering akar, pengamatan dilakukan pada umur 90 hst. 7. LPR (Laju Pertumbuhan Relatif) Laju pertumbuhan relatif mempunyai fungsi untuk mengukur kemampuan tanaman menghasilkan bahan kering per satuan bahan kering awal. Dengan rumus sebagai berikut: LPR = ln W 2 ln W 1 t 2 t 1 g/hari Keterangan: LPR W 1 W 2 t 1 t 2 = Laju pertumbuhan relatif = Bobot kering tanaman 70 hst = Bobot kering tanaman 90 hst = Waktu pengamatan 70 hst = Waktu pengamatan 90 hst Bobot kering tanaman diperoleh dengan cara mengeringkan seluruh bagian tanaman pada terik matahari sampai layu kemudian dioven selama 24 jam dengan suhu 70 C, yaitu umur 70 hst pada 2 sampel pertama dan 90 hst pada 2 sampel kedua, kemudian ditimbang dan dinyatakan dalam satuan gram.

44 26 8. Jumlah Akar (buah) Dilakukan dengan cara memotong polibag dan rendam di dalam air agar tanah hilang dari akar. Hal ini dilakukan agar akar tidak terputus. Pengamatan dilakukan dengan cara menghitung seluruh akar yang muncul dari kalus. Pengamatan dilakukan pada umur 90 hst. 9. Panjang Akar (cm) Dilakukan dengan cara memotong polibag dan rendam di dalam air agar tanah hilang dari akar. Hal ini dilakukan agar akar tidak terputus, sehingga memudahkan saat pengamatan. Pengamatan dilakukan dengan cara mengukur seluruh akar yang terbentuk yang muncul dari kalus sampai ujung akar, kemudian hasilnya dijumlahkan dan dibagi banyaknya akar. Pengamatan dilakukan pada umur 90 hst.

45 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Persentase Tumbuh Setek Lada Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis zat pengatur tumbuh berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh, tetapi perlakuan jumlah ruas dan interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap persentase tumbuh setek lada (Lampiran 5). Tabel 1. Persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Jenis ZPT (Z) Jumlah Ruas (R) Satu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas...%... Rata-rata Tanpa ZPT 73,80 92,80 90,43 85,68 A Urine Sapi 92,80 100,00 100,00 97,60 B Growtone 92,80 95,20 95,23 94,41 B Rata-rata 86,47 96,00 95,22 BNT Z = 7,83 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5%

46 28 Uji BNT (Tabel 1) menunjukkan bahwa perlakuan jenis ZPT urine sapi menghasilkan persentase setek tumbuh 13,91 % lebih tinggi dibandingkan tanpa ZPT, sedangkan jenis ZPT growtone 10,19 % lebih tinggi dibandingkan tanpa ZPT, tetapi jenis ZPT urine sapi dan growtone memiliki persentase tumbuh yang sama. % 120,00 100,00 80,00 60,00 40,00 20,00 0,00 Persentase Tumbuh Minggu z0r1 z0r2 z0r3 z1r1 z1r2 z1r3 z2r1 z2r2 z2r3 Gambar 1. Dinamika persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Dari gambar 1 memperlihatkan bahwa setiap sampel tanaman memiliki persentase tumbuh yang berbeda yang dipengaruhi oleh perlakuan jenis zat pengatur tumbuh dan jumlah ruas, persentase tumbuh tanaman relatif berbeda per minggunya, tetapi pada minggu ke 7 sampai minggu ke 9 persentase tumbuh relatif sama. Perlakuan jenis ZPT urine sapi dengan jumlah ruas tiga dan growtone dengan ruas dua memberikan persentase tumbuh tertinggi pada 31 hst sampai 87 hst.

47 Tinggi Tanaman Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jumlah ruas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, tetapi jenis ZPT dan interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata (Lampiran 8). Tabel 2. Tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Jenis ZPT (Z) Jumlah Ruas (R) Satu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas...cm... Rata-rata Tanpa ZPT 5,07 8,16 9,09 7,44 Urine Sapi 6,14 7,42 12,04 8,54 Growtone 6,72 9,17 8,37 8,09 Rata-rata 5,98 a 8,25 b 9,84 b BNT R = 2,35 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5% Uji BNT (Tabel 2) menunjukkan bahwa bibit setek dua ruas menghasilkan tinggi tanaman 37,96 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek satu ruas, dan bibit setek tiga ruas 64,55 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek satu ruas, tetapi bibit setek dua ruas dan tiga ruas memiliki tinggi tanaman yang sama.

48 30 Tinggi Tanaman cm 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0, Minggu z0r1 z0r2 z0r3 z1r1 z1r2 z1r3 z2r1 z2r2 z2r3 Gambar 2. Dinamika tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Dari gambar 2 memperlihatkan bahwa setiap sampel tanaman memiliki tinggi tanaman yang berbeda yang dipengaruhi oleh jenis zat pengatur tumbuh dan jumlah ruas, pertumbuhan tinggi tanaman relatif berbeda per minggunya. Perlakuan jenis zat pengatur tumbuh urine sapi dan jumlah ruas tiga memberikan pertumbuhan tinggi tanaman tertinggi pada 38 hst sampai 87 hst.

49 Jumlah Daun (helai) Hasil analisis ragam menunjukan bahwa perlakuan jumlah ruas berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, tetapi jenis ZPT dan interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata (Lampiran 11). Tabel 3. Jumlah daun setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Jenis ZPT (Z) Jumlah Ruas (R) Satu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas...helai... Rata-rata Tanpa ZPT 2,27 3,15 3,81 3,08 Urine Sapi 2,73 3,23 4,23 3,40 Growtone ,63 3,59 3,28 Rata-rata 2,54 a 3,34 b 3,88 b BNT R = 0,70 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5% Uji BNT (Tabel 3) menunjukkan bahwa bibit setek dua ruas menghasilkan jumlah daun 31,50 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek satu ruas, dan bibit setek tiga ruas 52,76 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek satu ruas, tetapi bibit setek dua ruas dan tiga ruas memiliki jumlah daun yang sama.

50 32 helai 4,50 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 Jumlah Daun Minggu z0r1 z0r2 z0r3 z1r1 z1r2 z1r3 z2r1 z2r2 z2r3 Gambar 3. Dinamika jumlah daun setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Dari gambar 3 memperlihatkan bahwa setiap sampel tanaman memiliki jumlah daun yang berbeda yang dipengaruhi oleh jenis zat pengatur tumbuh dan jumlah ruas, pertumbuhan jumlah daun relatif berbeda per minggunya. Perlakuan jenis zat pengatur tumbuh urine sapi dan jumlah ruas tiga memberikan jumlah daun tertinggi pada 66 hst sampai 87 hst.

51 Bobot Kering Tunas (gram) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jumlah ruas berpengaruh nyata terhadap bobot kering tunas, tetapi jenis ZPT dan interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata (Lampiran 13). Tabel 4. Bobot kering tunas setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Jenis ZPT (Z) Jumlah Ruas (R) Satu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas...gram... Rata-rata Tanpa ZPT 0,12 0,24 0,31 0,22 Urine Sapi 0,14 0,24 0,50 0,29 Growtone 0,22 0,23 0,40 0,28 Rata-rata 0,16 a 0,24 a 0,40 b BNT R = 0,12 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5% Uji BNT (Tabel 4) menunjukkan bahwa bibit setek tiga ruas menghasilkan bobot kering tunas 66,67 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek dua ruas, dan bibit setek dua ruas menghasilkan bobot kering tunas 53,33 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek satu ruas, tetapi bibit setek dua ruas dan satu ruas memiliki bobot kering tunas yang sama.

52 Bobot Kering Akar (gram) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jumlah ruas berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar, tetapi jenis ZPT dan interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata (Lampiran 16). Tabel 5. Bobot kering akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Jenis ZPT (Z) Jumlah Ruas (R) Satu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas...gram... Rata-rata Tanpa ZPT 7,00 12,33 16,00 11,78 Urine Sapi 7,33 13,33 22,67 14,44 Growtone 14,00 13,33 30,00 19,11 Rata-rata 9,45 a 13,00 a 22,89 b BNT R = 6,68 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5% Uji BNT (Tabel 5) menunjukkan bahwa bibit setek tiga ruas menghasilkan bobot kering akar 76,08 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek dua ruas, dan bibit setek dua ruas menghasilkan bobot kering akar 37,71 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek satu ruas, tetapi bibit setek dua ruas dan satu ruas memiliki bobot kering akar yang sama Rasio Tunas Akar Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas, serta interaksi antara kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap rasio tunas akar setek lada (Lampiran 19).

53 35 Tabel 6. Rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Jenis ZPT (Z) Jumlah Ruas (R) Satu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas Rata-rata Tanpa ZPT 1,83 2,03 2,11 1,99 Urine Sapi 1,83 2,06 2,20 2,03 Growtone 1,53 1,83 1,35 1,57 Rata-rata 1,73 1,98 1, LPR (Laju Pertumbuhan Relatif) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas, serta interaksi antara kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap laju pertumbuhan relatif bibit lada (Lampiran 22). Tabel 7. Laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Jenis ZPT (Z) Jumlah Ruas (R) Satu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas Rata-rata...gram/hari Tanpa ZPT 4,10 2,13 2,07 2,77 Urine Sapi 3,93 2,83 3,477 3,41 Growtone 3,83 1,73 4,60 3,39 Rata-rata 3,96 2,23 3,38

54 Jumlah Akar (buah) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jumlah ruas berpengaruh nyata terhadap jumlah akar, tetapi perlakuan jenis ZPT dan interaksi kedua faktor tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah akar setek bibit lada (Lampiran 25). Tabel 8. Jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Jenis ZPT (Z) Jumlah Ruas (R) Satu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas...buah... Rata-rata Tanpa ZPT 2,50 3,67 5,83 4,00 Urine Sapi 1,83 3,33 7,50 4,22 Growtone 4,83 6,33 4,83 5,33 Rata-rata 3,06 a 4,44 a 6,06 b BNT R = 2,25 Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5% Uji BNT (Tabel 8) menunjukkan bahwa bibit setek tiga ruas menghasilkan jumlah akar 98,04 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek satu ruas, dan bibit setek tiga ruas 36,49 % lebih tinggi dibandingkan bibit setek dua ruas, tetapi bibit setek dua ruas dan satu ruas memiliki jumlah akar yang sama.

55 Panjang Akar (cm) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa jenis ZPT dan jumlah ruas tidak berpengaruh nyata terhadap panjang akar, tetapi interaksi kedua faktor berpengaruh nyata (lampiran 28). Tabel 9. Panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Jenis ZPT (Z) Tanpa ZPT Urine Sapi Growtone BNT Interaksi = 2,50 Jumlah Ruas (R) Satu Ruas Dua Ruas Tiga Ruas...cm... 2,59 A a 2,04 A a 7,63 B b 4,34 A a 2,81 A a 4,47 A a 4,97 A a 6,66 A b 4,30 A Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada Uji BNT 5% a Uji BNT (Tabel 9) menunjukkan bahwa bibit yang berasal dari setek satu ruas akar terpanjang terdapat pada jenis ZPT growtone, sedangkan untuk jenis ZPT urine sapi akar terpanjang terdapat pada bibit setek tiga ruas.

56 Pembahasan Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian jenis ZPT urine sapi 13,91% memberikan persentase tumbuh lebih tinggi dibandingkan tanpa pemberian ZPT, dan jenis ZPT growtone 10,19 % memberikan persentase tumbuh lebih tinggi dibandingkan tanpa ZPT. Hal ini diduga karena adanya hormon yang ada dalam tubuh tanaman maupun zat pengatur tumbuh yang diberikan mampu memacu proses pertumbuhan. Zat pengatur tumbuh berfungsi mendorong pertumbuhan, dimana dengan pemberian zat pengatur tumbuh terhadap tanaman merangsang pemanjangan sel dan pembentukan akar sehingga dapat merangsang penyerapan hara oleh tanaman. Ini sesuai dengan fungsi auksin yaitu sebagai salah satu hormon pertumbuhan yang memicu terjadinya pembelahan sel, dan pertumbuhan akar, sehingga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik. Pemberian zat pengatur tumbuh juga dapat merangsang seluruh jaringan tumbuhan dan langsung meresap melalui akar, batang dan daun (Trisna dkk ). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Watijo (2007), perlakuan jenis ZPT (tanpa, rootone F, stimulan dan air kelapa) dapat meningkatkan persentase tumbuh. Hasil terbaik diperoleh pada jenis ZPT Rootone F 11,96 % lebih tinggi dibandingkan jenis ZPT stimulan dan air kelapa.

57 39 Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan jumlah ruas (dua ruas dan tiga ruas) berpengaruh terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, bobot kering tunas, bobot kering akar dan jumlah akar. Hal ini diduga karena jumlah ruas dan jumlah daun sangat berkaitan dengan jumlah setek yang tumbuh. Suatu tanaman akan tumbuh dengan subur apabila elemen yang dibutuhkan cukup tersedia, karena semakin banyaknya jumlah ruas maka tunas dan akar yang tumbuh akan semakin banyak. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973) dalam Fanesa (2011) tinggi tunas, jumlah daun, bobot kering tunas, bobot kering akar serta jumlah akar sangat dipengaruhi oleh kandungan bahan makanan dan hormon yang terdapat pada bahan setek, sehingga semakin panjang setek semakin mampu membentuk akar tumbuh dan membentuk tunas cukup banyak. Pembentukan akar terjadi karena adanya pergerakan kebawah auksin, karbohidrat dan zat-zat yang berintegrasi dengan auksin. Zat-zat ini akan mengumpulkan di dasar setek yang selanjutnya akan menstimulir pembentukan akar, tunas dan daun. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suradal (2005), menunjukkan bahwa perlakuan satu ruas, dua ruas, tiga ruas dapat meningkatkan pertumbuhan setek lada yang ditunjukkan pada peubah tinggi tunas, jumlah daun, bobot kering tunas, bobot kering akar dan jumlah akar. Hal yang sama diperoleh pada penelitian Ratri (2013), yang menunjukkan bahwa perlakuan jumlah ruas dengan setek satu ruas, dua ruas dan tiga ruas berpengaruh terhadap pertumbuhan setek. Hasil pertumbuhan yang terbaik diperoleh pada setek tiga ruas dengan tinggi rata-rata 20,76 cm, jumlah daun 3,80 helai, jumlah akar rata-rata 16 dan paanjang akar ratarata 17,6 cm. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan bibit lada dengan ruas

58 40 yang lebih banyak (dua ruas,tiga ruas) dapat menghasilkan mutu yang lebih baik dibandingkan setek satu ruas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas pada peubah panjang akar. Setek pada satu ruas, akar terpanjang pada jenis ZPT growtone. Sedangkan untuk jenis ZPT urine sapi akar terpanjang pada setek tiga ruas. Hal ini diduga karena cadangan makanan yang berupa karbohidrat dan nitrogen yang cukup pada ruas dapat meningkatkan jumlah tumbuh akar, kemudian zat pengatur tumbuh (hormon) yang diberikan mampu merangsang munculnya akar, sehingga pertumbuhan akar semakin baik. Jenis zat pengatur tumbuh yang mengandung auksin mempunyai pengaruh besar pada pertumbuhan akar setek lada dan memberikan pengaruh terbaik terhadap pertumbuhan akar dibandingkan tanpa menggunakan ZPT. Hal ini sejalan dengan penelitian Ardaka dkk. (2011), yang menunjukkan bahwa perlakuan jenis ZPT (atonik, IAA, rootone f, air matang) dan jumlah ruas (satu ruas, dua ruas, tiga ruas), adanya pengaruh interaksi yang berbeda nyata terhadap panjang akar tanaman tanaman pranajiwa. Akar terpanjang pada jenis ZPT atonik dan jumlah ruas tiga dengan rata-rata panjangnya 3,37 cm. Hal tersebut disebabkan atonik merupakan kelompok auksin yang mempengaruhi aktivitas pemanjangan sel sehingga merangsang pertumbuhan panjang akar. Pemanjangan sel terjadi karena auksin mempengaruhi pengembangan dan pelenturan dinding sel. Auksin memacu protein tertentu yang ada di membran plasma sel tumbuhan untuk memompa ion H ke dinding sel (Hidayanto dkk dalam Ardaka dkk. 2011)

59 41 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: 1. Pemberian jenis ZPT urine sapi dan growtone meningkatkan persentase setek tumbuh yang sama tetapi lebih baik dibandingkan tanpa ZPT, yang didukung pada peubah persentase tumbuh. 2. Bibit setek tiga ruas menghasilkan pertumbuhan setek lada lebih baik dibandingkan bibit setek satu ruas dan dua ruas, yang didukung pada peubah bobot kering tunas, bobot kering akar dan jumlah akar. 3. Tidak terdapat interaksi antara jenis ZPT dan jumlah ruas terhadap pertumbuhan setek lada kecuali pada peubah panjang akar setek lada.

60 Saran 1. Disarankan menggunakan jenis ZPT urine sapi dan growtone untuk mendapatkan persentase tumbuh terbaik. 2. Disarankan menggunakan bahan setek tiga ruas untuk mendapatkan bobot kering tunas, bobot kering akar dan jumlah akar terbaik 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan perlakuan berbagai jenis zat pengatur tumbuh.

61 43 DAFTAR PUSTAKA Abidin, Z Dasar-Dasar Pengetahuan tentang Zat Pengatur Tumbuh. Bandung Angkasa. 65 halaman Ahmad, M Pengaruh Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh dan Pupuk Organik terhadap Pertumbuhan Setek Lada (Piper nigrum L.). Skripsi STIPER Dharma Wacana Metro Lampung hal. Amanah, S Pertumbuhan Bibit Setek Lada (Piper nigrum L.) pada Beberapa Macam Media dan Konsentrasi Auksin. Universitas Sebelas Maret. Surakarta hal. Diakses 20 Mei Aji, K Pestisida Organik dari Urine Sapi, Bertani Mandiri, Kategori Pestisida, Bulletin Balikabi, Malang 54 halaman Aguzaen, H Respons Pertumbuhan Bibit Setek Lada (Piper nigrum L.) terhadap Pemberian Air Kelapa dan Berbagai Jenis CMA. Universitas Andalas. aguzaen.pdf hal. Diakses 20 Mei 2015 Ardaka, I.M., I.G. Tirta dan D.P. Darma Pengaruh Jumlah Ruas dan Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan Setek Pranajiwa (Euchresta horsfieldi (Lesch) Benth). Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bali halaman. Di akses 2 Desember Armawi Pengaruh Tingkat Kemasakan Buah Kelapa dan Konsentrasi Air Kelapa pada Media Tanam terhadap Pertumbuhan Jamur Tiram Putih (Pleurotus ostreatus). Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang halaman. Bukori Uji Pemberian Growtone dan Plant Catalys 2006 pada Setek Tanaman Buah Naga (Hylocereus costaricensis). Universitas Pekan Riau. 19 halaman. Budi, M.A., I. Donowarti, dan Dianto Pengaruh Kencing Sapi dan Air Kelapa Muda pada Pertumbuhan Setek Lada (Piper nigrum L.). Universitas Malang hal. Di akses 1 Agustus 2015

62 44 Ditjen Perkebunan Statistik Perkebunan Indonesia, lada. Dept. Per-tanian, Ditjen Perkebunan. Jakarta. 34 hal. Frank, B.S dan W.R. Cleon Fisiologi Tumbuhan. ITB. Bandung 37 halaman Franklin, P., Gardner, R dan Brent Pearce Fisiologi Tanaman Budidaya. Universitas Indonesia. Jakarta. Fanesa, A Pengaruh Pemberian Beberapa Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan Setek Pucuk Jeruk Kacang ( Citrus Nobilis L.). UNAND 3 halaman. Di akses 27 Desember 2015 Kusumo, S Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. CV. Yasaguna. Jakarta halaman Khodijah dan Muntoro Lada (Piper nigrum L.) Sambung Sirih (Piper betle L.) pada berbagai Pelakuan Nomor Ruas Lada. Universitas Bangka Belitung. 8 halaman. Leovici, H., D. Kastono, dan E.T.S. Putra Pengaruh Macam dan Konsentrasi Bahan Organik Sumber Zat Pengatur Tumbuh Alami terhadap Pertumbuhan Awal Tebu (Saccharum officinarum L.). Fakultas Pertanian Universitas Gadja Mada Yogyakarta hal. Di akses 27 Desember Nurhakim, Y.I Perkebunan Lada Cepat Panen. Infra Pustaka. Jakarta. 75 halaman. Pujawati, E.D Pertumbuhan Stek Jeruk Lemon ( Citrus Medica ) dengan Pemberian Urin Sapi pada Berbagai Konsentrasi dan Lama Perendaman. Fakultas Kehutanan Unlam. 9 halaman. Di akses 27 Desember 2015 Rismunandar Lada Budidaya dan Tata Niaga. Penebar Swadaya. Jakarta halaman Ratri Pengaruh Jumlah Ruas dan Pemotongan Daun terhadap Persen Hidup dan Pertumbuhan Stek Pucuk Jabon (Anthocephalus cadamba). Universitas Gadja Mada Yogyakarta hal. Di akses 27 Desember Sarpian, T Pedoman Berkebun Lada dan Analisis Usaha Tani. Kanisius. Yogyakarta halaman Suradal Pengaruh Waktu Pematangan Bahan Setek dan Jumlah Ruas terhadap Pertumbuhan Bibit Lada (Piper nigrum L.). Skripsi STIPER Dharma Wacana Metro Lampung. 1-5 hal.

63 45 Suprapto dan A. Yani Teknologi Budidaya Lada. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Lampung. 1-3 halaman Sarpian, T Lada, Mempercepat Berbuah, Meningkatkan Produksi, dan Memperpanjang Umur. Penebar Swadaya. Jakarta halaman Setyati, S Zat Pengatur Tumbuh. Penebar swadaya. Jakarta halaman Saefudin Tantangan dan Kesiapan Teknologi Penyediaan Bahan Tanam Mendukung Peningkatan Produktivitas Nasional Tanaman Lada (Piper Nigrum L.). Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar sukabumi hal. Sari, M.P Pengaruh Lama Perendaman dalam Urine Sapi dan Dosis Pupuk Kandang Sapi terhadap Pertumbuhan Setek Nilam (Pogostemon cablin, Benth). Universitas Sebelas Maret Surakarta hal. Di akses 1 Desember 2015 Santoso, B Pengaruh Bentuk Torehan dan Jenis ZPT terhadap Pertumbuhan Setek Lada (Piper nigrum L.). Skripsi STIPER Dharma Wacana Metro Lampung halaman. Trisna, N., H. Umar, dan Irmasari Pengaruh Berbagai Jenis Zat Pengatur Tumbuh terhadap Pertumbuhan Stump Jati (Tectona gradis L.F). Universitas Tadulako Palu. 0Agustus% hal. Di akses 27 Desember Watijo Uji Beberapa Jenis Zat Pengatur Tumbuh pada Setek Lada (Piper nigrum L.) Asal Sulur Panjat dan Sulur Gantung. Skripsi STIPER Dharma Wacana Metro Lampung. 11 halaman Yunita, R Pengaruh Pemberian Urine Sapi, Air Kelapa, dan Rootone F terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Markisa (Passiflora Edulis Var. Flavicarpa). Universitas Solok. 7 halaman

64 LAMPIRAN 46

65 47 Lampiran 1. Deskripsi Lada Varietas Natar II (Kerinci) DESKRIPSI LADA VARIETAS NATAR II (KERINCI) Asal Koleksi Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Panjang Tangkai Daun 25 mm Bentuk tangkai daun Bulat Teratur Bentuk daun Bulat telur hingga bulat panjang Ratio panjang/ lebar 1,85 Pertulangan daun Bersirip ganjil, anak tulang daun 6 Warna daun Hijau tua Ujung daun Meruncing Kaki daun Tumpul hingga oblique Permukaan daun Berombak Bentuk batang Pipih agak bulat Warna batang muda Ungu kehijauan Panjang ruas batang 68 mm Percabangan Tegak Panjang ruas cabang 64 mm Sulur gantung/sulur tanah Kurang Jumlah akar lokat Banyak Daya lekat akar Kuat Rata rata tandan percabangan 11,3 Panjang tandan 81 mm Sifat pembungaan Bermusim Umur mulai berbunga ± 10 bulan Bentuk buah Bulat hingga lonjong Warna buah muda Hijau muda Warna buah masak Merah jingga Mulai berbunga sampai dengan ± 7 bulan buah masak Rata rata buah pertandan 56 butir Persentase buah sempurna 60,4 % Berat 1000 buah kering 57 gram Berat 1000 biji kering 41,8 gram Rata rata hasil 3,53 ton/ha (± 2,5 kg/pohon) lada hitam kering Ketahanan terhadap penyakit Agak peka terhadap penyakit kuning, rendah sampai peka terhadap busuk

66 48 Keterangan Peneliti Sumber : Kementan RI pangkal batang Dianjurkan tanam dilahan yang tingkat kesuburannya sedang sampai tinggi, belum tertular penyakit busuk pangkal batang. Untuk Lampung tidak boleh tiang penegak hidup terlalu rimbun daunnya. Tiang penegak harus dipangkas 1 x 4 bulan setinggi ± 3 meter Auzay Hamid, Yang Nuryati, Rusli Kasim, Djiman Sitepu, Panji Laksamanhardja dan Pasril Wahid

67 49 Lampiran 2. Tata Letak Percobaan Ulangan Ulangan Ulangan I II III z 1 r 3 z 1 r 2 z 0 r 3 z 0 r 3 z 2 r 2 z 2 r 1 B z 2 r 1 z 0 r 3 z 2 r 3 z 0 r 2 z 2 r 1 z 1 r 3 z 1 r 1 z 0 r 2 z 2 r 2 z 1 r 2 z 0 r 1 z 1 r 1 z 0 r 1 z 2 r 3 z 0 r 2 z 2 r 2 z 1 r 1 z 1 r 2 z 2 r 3 z 1 r 3 z 0 r 1 Keterangan : z 0 : Tanpa ZPT (Kontrol) z 1 : ZPT (Urine sapi) z 2 : ZPT (Growtone) r 1 : Setek lada satu ruas r 2 : Setek lada dua ruas : Setek lada tiga ruas r 3

68 50 Lampiran 3. Tata Letak Tanaman sampel per plot X X X X X X X X X X X X X X Keterangan : X TTanaman 2 sampel lada yang dicabut dan dikeringkan pada 70 hst X TTanaman 2 sampel lada yang dicabut dan dikeringkan pada 90 hst X T10 tanaman sampel lada

69 51 Lampiran 4. Persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Ulangan Perlakuan Jumlah Rata-rata %... z0r1 85,70 85,70 50,00 221,40 73,80 z0r2 92,80 92,80 92,80 278,40 92,80 z0r3 92,80 85,70 92,80 271,30 90,43 z1r1 92,80 92,80 92,80 278,40 92,80 z1r2 100,00 100,00 100,00 300,00 100,00 z1r3 100,00 100,00 100,00 300,00 100,00 z2r1 92,80 92,80 92,80 278,40 92,80 z2r2 92,80 100,00 92,80 285,60 95,20 z2r3 85,70 100,00 100,00 285,70 95,23 Jumlah 835,40 849,80 814, ,20 92,56 Rata-rata 92,82 94,42 90,44 Keterangan : z 0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r 1 : Setek lada satu ruas z 1 : ZPT (Urine sapi) r 2 : Setek lada dua ruas z 2 : ZPT (Growtone) r 3 : Setek lada tiga ruas Uji Homogenitas : X 2 Hitung = 33,2 > X 2 -Tabel = 15,5 (Data tidak homogen) Lampiran 5. Analisis ragam persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Bebas Kuadrat Tengah F. Hit F.Tabel Keragaman Kelompok 2 72, ,0573 0,5875 tn 3,63 Perlakuan , ,5508 2,9416 * 2,59 Jenis ZPT (Z) 2 685, ,8767 5,5863 * 3,63 Jumlah Ruas (R) 2 504, ,2379 4,1095 * 3,63 Z & R 4 254, ,5443 1,0353 tn 3,01 Acak , ,3786 Non-Aditif 1 483, , ,5411 * 4,54 Sisa , ,2438 Total , KK = 8,46% Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata

70 52 Lampiran 6. Persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi x) Perlakuan Ulangan %... Jumlah Rata-rata z0r1 1,93 1,93 1,70 5,57 1,86 z0r2 1,97 1,97 1,97 5,90 1,97 z0r3 1,97 1,93 1,97 5,87 1,96 z1r1 1,97 1,97 1,97 5,90 1,97 z1r2 2,00 2,00 2,00 6,00 2,00 z1r3 2,00 2,00 2,00 6,00 2,00 z2r1 1,97 1,97 1,97 5,90 1,97 z2r2 1,97 2,00 1,97 5,94 1,98 z2r3 1,93 2,00 2,00 5,93 1,98 Jumlah 17,71 17,77 17,54 53,02 17,67 Rata-rata 1,97 1,97 1,95 Lampiran 7. Analisis ragam persentase tumbuh setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi x) Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F. Hit F.Tabel Kelompok 2 0, , ,6718 tn 3,630 Perlakuan 8 0, , ,3772 tn 2,590 Jenis ZPT (Z) 2 0, , ,128 * 3,630 Jumlah Ruas (R) 2 0, , ,1639 tn 3,630 Z & R 4 0, , ,1085 tn 3,010 Acak 16 0, , Total 26 0, KK = 2,48 % Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata

71 53 Lampiran 8. Tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata... cm... z0r1 6,13 5,88 3,20 15,21 5,07 z0r2 7,17 11,31 6,00 24,48 8,16 z0r3 10,33 8,16 8,78 27,27 9,09 z1r1 6,50 4,53 7,40 18,43 6,14 z1r2 8,05 7,28 6,94 22,27 7,42 z1r3 17,50 10,15 8,48 36,13 12,04 z2r1 4,30 6,81 9,06 20,17 6,72 z2r2 7,43 11,39 8,68 27,50 9,17 z2r3 8,84 8,65 7,63 25,12 8,37 Jumlah 76,25 74,16 66,17 216,58 8,02 Rata-rata 8,47 8,24 7,35 Keterangan : z 0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r 1 : Setek lada satu ruas z 1 : ZPT (Urine sapi) r 2 : Setek lada dua ruas z 2 : ZPT (Growtone) r 3 : Setek lada tiga ruas Uji Homogenitas : X 2 Hitung = 10,7 < X 2 -Tabel = 15,5 (Data homogen) Lampiran 9. Analisis ragam tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F. Hit F.Tabel Kelompok 2 6, ,1447 0,5689 tn 3,63 Perlakuan 8 99, ,3949 2,2421 tn 2,59 Jenis ZPT (Z) 2 5, ,7357 0,4949 tn 3,63 Jumlah Ruas (R) 2 67, ,8187 6,1175 * 3,63 Z & R 4 26, ,5126 1,1781 tn 3,01 Acak 16 88, ,5282 Non-Aditif 1 14, ,5796 2,9605 tn 4,54 Sisa 15 73, ,9247 Total , KK = 29,3113 % Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata

72 54 Lampiran 10. Tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi x) Perlakuan Ulangan Jumlah cm... Rata-rata z0r1 2,48 2,43 1,79 6,69 2,23 z0r2 2,68 3,36 2,45 8,49 2,83 z0r3 3,21 2,86 2,96 9,03 3,01 z1r1 2,55 2,13 2,72 7,40 2,47 z1r2 2,84 2,70 2,63 8,17 2,72 z1r3 4,18 3,19 2,91 10,28 3,43 z2r1 2,07 2,61 3,01 7,69 2,56 z2r2 2,73 3,38 2,95 9,05 3,02 z2r3 2,97 2,94 2,76 8,68 2,89 Jumlah 25,71 25,58 24,19 75,48 25,16 Rata-rata 2,86 2,84 2,69 Lampiran 11. Analisis ragam tinggi tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi x) Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F. Hit F.Tabel Kelompok 2 0, , ,5221 tn 3,630 Perlakuan 8 2, , ,4372 tn 2,590 Jenis ZPT (Z) 2 0, , ,5225 tn 3,630 Jumlah Ruas (R) 2 2, , ,1843 * 3,630 Z & R 4 0, , ,0209 tn 3,010 Acak 16 2, , Total 26 5, KK = 13,97 % Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata

73 55 Lampiran 12. Jumlah daun tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Ulangan Perlakuan Jumlah Rata-rata helai... z0r1 2,75 2,25 1,80 6,80 2,27 z0r2 3,56 3,67 2,22 9,45 3,15 z0r3 4,11 3,88 3,44 11,43 3,81 z1r1 2,90 2,40 2,90 8,20 2,73 z1r2 3,40 2,70 3,60 9,70 3,23 z1r3 5,90 3,40 3,40 12,70 4,23 z2r1 2,00 2,78 3,11 7,89 2,63 z2r2 3,11 4,22 3,56 10,89 3,63 z2r3 3,38 4,30 3,10 10,78 3,59 Jumlah 31,11 29,60 27,13 87,84 3,25 Rata-rata 3,46 3,29 3,01 Keterangan : z 0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r 1 : Setek lada satu ruas z 1 : ZPT (Urine sapi) r 2 : Setek lada dua ruas z 2 : ZPT (Growtone) r 3 : Setek lada tiga ruas Uji Homogenitas : X 2 Hitung = 6,6 < X 2 -Tabel = 15,5 (Data homogen) Lampiran 13. Analisis ragam jumlah daun setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F. Hit F.Tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah Kelompok 2 0, ,4486 0,9049 tn 3,63 Perlakuan 8 9, ,1892 2,3991 tn 2,59 Jenis ZPT (Z) 2 0, ,2434 0,4910 tn 3,63 Jumlah Ruas (R) 2 8, ,0615 8,1935 * 3,63 Z & R 4 0, ,2260 0,4560 tn 3,01 Acak 16 7, ,4957 Non-Aditif 1 0, ,8221 1,7347 tn 4,54 Sisa 15 7, ,4739 Total 26 18, KK = 21,6411 % Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata

74 56 Lampiran 14. Bobot kering tunas tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata... gram... z0r1 0,11 0,13 0,13 0,37 0,12 z0r2 0,16 0,18 0,38 0,72 0,24 z0r3 0,38 0,30 0,24 0,92 0,31 z1r1 0,19 0,12 0,10 0,41 0,14 z1r2 0,29 0,22 0,20 0,71 0,24 z1r3 0,81 0,25 0,45 1,51 0,50 z2r1 0,12 0,22 0,33 0,67 0,22 z2r2 0,20 0,25 0,24 0,69 0,23 z2r3 0,56 0,28 0,35 1,19 0,40 Jumlah 2,82 1,95 2,42 7,19 0,27 Rata-rata 0,31 0,22 0,27 Keterangan : z 0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r 1 : Setek lada satu ruas z 1 : ZPT (Urine sapi) r 2 : Setek lada dua ruas z 2 : ZPT (Growtone) r 3 : Setek lada tiga ruas Uji Homogenitas : X 2 Hitung = 17,9 > X 2 -Tabel = 15,5 (Data tidak homogen) Lampiran 15. Analisis ragam bobot kering tunas setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F. Hit F.Tabel Keragaman Bebas Kuadrat Tengah Kelompok 2 0, ,0211 1,4436 tn 3,63 Perlakuan 8 0, ,0438 3,0006 * 2,59 Jenis ZPT (Z) 2 0, ,0126 0,8658 tn 3,63 Jumlah Ruas (R) 2 0, ,1372 9,3990 * 3,63 Z & R 4 0, ,0127 0,8689 tn 3,01 Acak 16 0, ,0146 Non-Aditif 1 0, , ,3308 * 4,54 Sisa 15 0, ,0075 Total 26 0, KK= 45,3673% Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata

75 57 Lampiran 16. Bobot kering tunas setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi x+ 1 / 2 ) Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata... gram... z0r1 0,78 0,79 0,79 2,37 0,79 z0r2 0,81 0,83 0,94 2,58 0,86 z0r3 0,94 0,89 0,86 2,69 0,90 z1r1 0,83 0,79 0,78 2,39 0,80 z1r2 0,89 0,85 0,84 2,58 0,86 z1r3 1,15 0,87 0,98 2,99 1,00 z2r1 0,79 0,85 0,91 2,55 0,85 z2r2 0,84 0,87 0,86 2,56 0,85 z2r3 1,03 0,88 0,92 2,84 0,95 Jumlah 8,05 7,61 7,87 23,54 7,85 Rata-rata 0,89 0,85 0,87 Lampiran 17. Analisis ragam bobot kering tunas setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi x+ 1 / 2 ) Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F. Hit F.Tabel Kelompok 2 0, , ,3299 tn 3,630 Perlakuan 8 0, , ,2249 * 2,590 Jenis ZPT (Z) 2 0, , ,9028 tn 3,630 Jumlah Ruas (R) 2 0, , ,3394 * 3,630 Z & R 4 0, , ,8287 tn 3,010 Acak 16 0, , Total 26 1, KK = 7,29 % Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata

76 58 Lampiran 18. Bobot kering akar tanaman setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata... gram... z0r1 5,000 9,000 7,000 21,000 7,000 z0r2 11,000 15,000 11,000 37,000 12,333 z0r3 25,000 14,000 9,000 48,000 16,000 z1r1 9,000 7,000 6,000 22,000 7,333 z1r2 13,000 20,000 7,000 40,000 13,333 z1r3 34,000 11,000 23,000 68,000 22,667 z2r1 11,000 14,000 17,000 42,000 14,000 z2r2 12,000 10,000 18,000 40,000 13,333 z2r3 41,000 18,000 31,000 90,000 30,000 Jumlah 161, , , ,000 15,111 Rata-rata 17,889 13,111 14,333 Keterangan : z 0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r 1 : Setek lada satu ruas z 1 : ZPT (Urine sapi) r 2 : Setek lada dua ruas z 2 : ZPT (Growtone) r 3 : Setek lada tiga ruas Uji Homogenitas : X 2 Hitung = 12,4 < X 2 -Tabel = 15,5 (Data homogen) Lampiran 19. Analisis ragam bobot kering akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F. Hit F.Tabel Kelompok 2 110, ,4444 1,2417 tn 3,63 Perlakuan , ,9166 3,5365 * 2,59 Jenis ZPT (Z) 2 247, ,9999 2,7770 tn 3,63 Jumlah Ruas (R) 2 873, ,7777 9,7816 * 3,63 Z & R 4 141, ,4445 0,7938 tn 3,01 Acak , ,6528 Non-Aditif 1 337, , ,4421 * 4,54 Sisa , ,1192 Total 26 18, KK = 44,2209 % Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata

77 59 Lampiran 20. Bobot kering akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi x) Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata... gram... z0r1 2,236 3,000 2,646 7,882 2,627 z0r2 3,317 3,873 3,317 10,507 3,502 z0r3 5,000 3,742 3,000 11,742 3,914 z1r1 3,000 2,646 2,449 8,095 2,698 z1r2 3,606 4,472 2,646 10,724 3,575 z1r3 5,831 3,317 4,796 13,944 4,648 z2r1 3,317 3,742 4,123 11,182 3,727 z2r2 3,464 3,162 4,243 10,869 3,623 z2r3 6,403 4,243 5,568 16,214 5,405 Jumlah 36,174 32,197 32, ,159 33,720 Rata-rata 4,019 3,577 3,643 Lampiran 21. Analisis ragam bobot kering akar setek lada akibat perlakuan ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi x) jenis Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F. Hit F.Tabel Kelompok 2 1, , ,8305 tn 3,630 Perlakuan 8 18, , ,6803 * 2,590 Jenis ZPT (Z) 2 3, , ,1070 tn 3,630 Jumlah Ruas (R) 2 12, , ,1526 * 3,630 Z & R 4 1, , ,7309 tn 3,010 Acak 16 9, , Total 26 29, KK= 20,95 % Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata

78 60 Lampiran 22. Rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata z0r1 2,20 1,44 1,86 5,50 1,83 z0r2 1,45 1,20 3,45 6,10 2,03 z0r3 1,52 2,14 2,67 6,33 2,11 z1r1 2,11 1,71 1,67 5,49 1,83 z1r2 2,23 1,10 2,86 6,19 2,06 z1r3 2,38 2,27 1,96 6,61 2,20 z2r1 1,09 1,57 1,94 4,60 1,53 z2r2 1,67 2,50 1,33 5,50 1,83 z2r3 1,37 1,56 1,13 4,06 1,35 Jumlah 16,02 15,49 18,87 50,38 1,87 Rata-rata 1,78 1,72 2,10 Keterangan : z 0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r 1 : Setek lada satu ruas z 1 : ZPT (Urine sapi) r 2 : Setek lada dua ruas z 2 : ZPT (Growtone) r 3 : Setek lada tiga ruas Uji Homogenitas : X 2 Hitung = 9,6 < X 2 -Tabel = 15,5 (Data homogen) Lampiran 23. Analisis ragam rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F. Hit F.Tabel Kelompok 2 0, ,3672 0,9409 tn 3,63 Perlakuan 8 1, ,2314 0,5931 tn 2,59 Jenis ZPT (Z) 2 1, ,5815 1,4900 tn 3,63 Jumlah Ruas (R) 2 0, ,1380 0,3536 tn 3,63 Z & R 4 0, ,1032 0,2643 tn 3,01 Acak 16 6, ,3903 Non-Aditif 1 0, ,5553 1,4643 tn 4,54 Sisa 15 5, ,3793 Total 26 8, KK= 33,4796 % Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata

79 61 Lampiran 24. Rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan ruas yang berbeda (Transformasi x+ 1 / 2 ) jenis ZPT dan jumlah Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata z0r1 1,64 1,39 1,54 4,57 1,52 z0r2 1,40 1,30 1,99 4,69 1,56 z0r3 1,42 1,63 1,78 4,83 1,61 z1r1 1,62 1,49 1,47 4,58 1,53 z1r2 1,65 1,27 1,83 4,75 1,58 z1r3 1,70 1,66 1,57 4,93 1,64 z2r1 1,26 1,44 1,56 4,26 1,42 z2r2 1,47 1,73 1,35 4,56 1,52 z2r3 1,37 1,44 1,28 4,08 1,36 Jumlah 13,53 13,34 14,37 41,24 13,75 Rata-rata 1,50 1,48 1,60 Lampiran 25. Analisis ragam rasio tunas akar setek lada akibat perlakuan ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi x+ 1 / 2 ) jenis Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F. Hit F.Tabel Kelompok 2 0, , ,8470 tn 3,630 Perlakuan 8 0, , ,6110 tn 2,590 Jenis ZPT (Z) 2 0, , ,5455 tn 3,630 Jumlah Ruas (R) 2 0, , ,2587 tn 3,630 Z & R 4 0, , ,3199 tn 3,010 Acak 16 0, , Total 26 0, KK= 12,97 % Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata

80 62 Lampiran 26. Laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata... gram/hari... z0r1 3,500 3,500 5,300 12,300 4,100 z0r2 1,800 1,400 3,200 6,400 2,133 z0r3 1,500 3,300 1,400 6,200 2,067 z1r1 2,200 5,000 4,600 11,800 3,933 z1r2 4,000 1,200 3,300 8,500 2,833 z1r3 4,600 2,300 3,500 10,400 3,467 z2r1 1,200 7,000 3,300 11,500 3,833 z2r2 0,700 3,600 0,900 5,200 1,733 z2r3 7,200 3,100 3,500 13,800 4,600 Jumlah 26,700 30,400 29,000 86,100 3,189 Rata-rata 2,967 3,378 3,222 Keterangan : z 0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r 1 : Setek lada satu ruas z 1 : ZPT (Urine sapi) r 2 : Setek lada dua ruas z 2 : ZPT (Growtone) r 3 : Setek lada tiga ruas Uji Homogenitas : X 2 Hitung = 4,1 < X 2 -Tabel = 15,5 (Data homogen) Lampiran 27. Analisis ragam laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F. Hit F.Tabel Kelompok 2 0, ,3672 0,9409 tn 3,63 Perlakuan 8 1, ,2314 0,5931 tn 2,59 Jenis ZPT (Z) 2 1, ,5815 1,4900 tn 3,63 Jumlah Ruas (R) 2 0, ,1380 0,3536 tn 3,63 Z & R 4 0, ,1032 0,2643 tn 3,01 Acak 16 6, ,3903 Non-Aditif 1 1, ,6445 5,3628 * 4,54 Sisa 15 4, ,3066 Total 26 8, KK = 19,5901 % Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata

81 63 Lampiran 28. Laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi x+ 1 / 2 ) Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata... gram/hari... z0r1 2,000 2,000 2,408 6,408 2,136 z0r2 1,517 1,378 1,924 4,819 1,606 z0r3 1,414 1,949 1,378 4,741 1,580 z1r1 1,643 2,345 2,258 6,246 2,082 z1r2 2,121 1,304 1,949 5,374 1,791 z1r3 2,258 1,673 2,000 5,931 1,977 z2r1 1,304 2,739 1,949 5,992 1,997 z2r2 1,095 2,025 1,183 4,303 1,434 z2r3 2,775 1,897 2,000 6,672 2,224 Jumlah 16,127 17,310 17,049 50,486 16,829 Rata-rata 1,792 1,923 1,894 Lampiran 29. Analisis ragam laju pertumbuhan relatif setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi x+ 1 / 2 ) Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F. Hit F.Tabel Kelompok 2 0, , ,2114 tn 3,630 Perlakuan 8 1, , ,1420 tn 2,590 Jenis ZPT (Z) 2 0, , ,3508 tn 3,630 Jumlah Ruas (R) 2 1, , ,4660 tn 3,630 Z & R 4 0, , ,8756 tn 3,010 Acak 16 3, , Total 26 5, KK= 24,09 % Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata

82 64 Lampiran 30. Jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata z0r1 3,000 2,000 2,500 7,500 2,500 z0r2 5,000 4,000 2,000 11,000 3,667 z0r3 7,500 6,000 4,000 17,500 5,833 z1r1 3,500 1,000 1,000 5,500 1,833 z1r2 1,000 5,500 3,500 10,000 3,333 z1r3 10,500 5,500 6,500 22,500 7,500 z2r1 2,000 4,500 8,000 14,500 4,833 z2r2 4,000 9,500 5,500 19,000 6,333 z2r3 7,500 3,500 3,500 14,500 4,833 Jumlah 4,519 41,500 36, ,000 4,519 Rata-rata 4,889 4,611 4,056 Keterangan : z 0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r 1 : Setek lada satu ruas z 1 : ZPT (Urine sapi) r 2 : Setek lada dua ruas z 2 : ZPT (Growtone) r 3 : Setek lada tiga ruas Uji Homogenitas : X 2 Hitung = 4,9 < X 2 -Tabel = 15,5 (Data homogen) Lampiran 31. Analisis ragam jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F. Hit F.Tabel Kelompok 2 3, ,6204 0,3184 tn 3,63 Perlakuan 8 82, ,3218 2,0282 tn 2,59 Jenis ZPT (Z) 2 9, ,5926 0,9024 tn 3,63 Jumlah Ruas (R) 2 40, ,2870 3,9864 * 3,63 Z & R 4 32, ,2037 1,6120 tn 3,01 Acak 16 81, ,0891 Non-Aditif 1 0, ,5931 0,1101 tn 4,54 Sisa 15 80, ,3889 Total , KK= 49,9258 % Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata

83 65 Lampiran 32. Jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi x+ 1 / 2 ) Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata z0r1 1,871 1,581 1,732 5,184 1,728 z0r2 2,345 2,121 1,581 6,047 2,016 z0r3 2,828 2,550 2,121 7,499 2,500 z1r1 2,000 1,225 1,225 4,450 1,483 z1r2 1,225 2,449 2,000 5,674 1,891 z1r3 3,317 2,449 2,646 8,412 2,804 z2r1 1,581 2,236 2,915 6,732 2,244 z2r2 2,121 3,162 2,449 7,732 2,577 z2r3 2,828 2,000 2,000 6,828 2,276 Jumlah 20,116 19,773 18,669 58,558 19,519 Rata-rata 2,235 2,197 2,074 6,506 2,169 Lampiran 33. Analisis ragam jumlah akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi x+ 1 / 2 ) Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F. Hit F.Tabel Kelompok 2 0, , ,2559 tn 3,630 Perlakuan 8 4, , ,2078 tn 2,590 Jenis ZPT (Z) 2 0, , ,0591 tn 3,630 Jumlah Ruas (R) 2 2, , ,5461 * 3,630 Z & R 4 1, , ,6131 tn 3,010 Acak 16 3, , Total 26 8, KK= 22,97 % Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata

84 66 Lampiran 34. Panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Perlakuan Ulangan Jumlah Rata-rata...cm... z0r1 2,080 2,450 3,250 7,780 2,593 z0r2 3,110 3,330 6,580 13,020 4,340 z0r3 5,510 4,530 4,870 14,910 4,970 z1r1 2,600 2,880 0,630 6,110 2,037 z1r2 0,550 4,550 3,320 8,420 2,807 z1r3 8,580 5,280 6,130 19,990 6,663 z2r1 8,500 5,740 8,660 22,900 7,633 z2r2 3,110 4,850 5,460 13,420 4,473 z2r3 4,820 3,170 4,920 12,910 4,303 Jumlah 38,860 36,780 43, ,460 4,424 Rata-rata 4,318 4,087 4,869 Keterangan : z 0 : Tanpa ZPT (Kontrol) r 1 : Setek lada satu ruas z 1 : ZPT (Urine sapi) r 2 : Setek lada dua ruas z 2 : ZPT (Growtone) r 3 : Setek lada tiga ruas Uji Homogenitas : X 2 Hitung = 5,0 < X 2 -Tabel = 15,5 (Data homogen) Lampiran 35. Analisis ragam panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F. Hit F.Tabel Kelompok 2 2, ,4535 0,6958 tn 3,63 Perlakuan 8 81, ,2387 4,9013 * 2,59 Jenis ZPT (Z) 2 14, ,4184 3,5512 tn 3,63 Jumlah Ruas (R) 2 10, ,4235 2,5962 tn 3,63 Z & R 4 56, ,0564 6,7288 * 3,01 Acak 16 33, ,0890 Non-Aditif 1 2, ,7399 1,3394 tn 4,54 Sisa 15 30, ,0456 Total , KK= 32,6670 % Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata

85 67 Lampiran 36. Panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi x+ 1 / 2 ) Perlakuan Ulangan cm... Jumlah Rata-rata z0r1 1,606 1,718 1,936 5,260 1,753 z0r2 1,900 1,957 2,661 6,518 2,173 z0r3 2,452 2,243 2,317 7,012 2,337 z1r1 1,761 1,838 1,063 4,662 1,554 z1r2 1,025 2,247 1,954 5,226 1,742 z1r3 3,013 2,404 2,575 7,992 2,664 z2r1 3,000 2,498 3,027 8,525 2,842 z2r2 1,900 2,313 2,441 6,654 2,218 z2r3 2,307 1,916 2,328 6,551 2,184 Jumlah 18,964 19,134 20,302 58,400 19,467 Rata-rata 2,107 2,126 2,256 Lampiran 37. Analisis ragam panjang akar setek lada akibat perlakuan jenis ZPT dan jumlah ruas yang berbeda (Transformasi x+ 1 / 2 ) Sumber Derajat Jumlah Kuadrat Keragaman Bebas Kuadrat Tengah F. Hit F.Tabel Kelompok 2 0, , ,4405 tn 3,630 Perlakuan 8 4, , ,0952 * 2,590 Jenis ZPT (Z) 2 0, , ,3617 tn 3,630 Jumlah Ruas (R) 2 0, , ,7161 tn 3,630 Z & R 4 2, , ,1515 * 3,010 Acak 16 2, , Total 26 6, KK= 16,91 % Keterangan : tn : tidak nyata * : nyata

86 68

87 69 Lampiran 39 Keterangan : Ringkasan Analisis Ragam Perlakuan No Variabel Jenis ZPT Jumlah ruas Interaksi (Z) (R) (Z X R) 1 Persentase tumbuh * tn tn 2 Tinggi tanaman tn * tn 3 Jumlah daun tn * tn 4 Bobot kering tunas tn * tn 5 Bobot kering akar tn * tn 6 Rasio tunas akar tn tn tn 7 Laju pertumbuhan relatif tn tn tn 8 Jumlah akar tn * tn 9 Panjang akar tn tn * tn : tidak berpengaruh nyata * : berpengaruh nyata

88 GAMBAR 70

89 71 Gambar 4. Pembuatan Paranet Gambar 5. Pengayakan Tanah

90 72 Gambar 6. Media Tanam Tanah Gambar 7. Media Tanam Sekam Bakar

91 73 Gambar 8. Pengadukan media tanam tanah + sekam bakar Gambar 9. Pengisian media tanam ke polibag

92 74 Gambar 10. Tata letak percobaan Gambar 11. Bahan Setek (satu satu, dua ruas dan tiga ruas)

93 75 Gambar 12. Jenis Zat Pengatur Tumbuh (Tanpa,urine sapi & growtone) Gambar 13. Proses Penanaman

94 76 Gambar 14. Proses Pemasangan sungkup Gambar 15. Penyiraman (umur 80 hst)

95 77 Gambar 16. Pengamatan Tinggi Tanaman Umur 80 hst Gambar 17. Pencabutan Tanaman Destruktif Umur 90 hst

96 78 Gambar 18. Pengamatan Jumlah Akar Dan Panjang Akar Gambar 19. Penjemuran Tanaman Destruktif 90 hst di Sinar Matahari

97 79 Gambar 20. Proses Pengopenan Tunas dan Akar Gambar 21. Penimbangan Bobot Kering Tunas

98 80 Gambar 22. Penimbangan Bobot Kering Akar Gambar 23. Sisa Tanaman Keseluruhan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Kopi Liberika (Coffea liberica) Kopi tergolong pohon dan termasuk dalam famili Rubiaceae. Tumbuhan ini tumbuhnya tegak, bercabang dan bila dibiarkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah tropika yang menempati urutan ke dua terbesar setelah pisang. Indonesia merupakan produsen

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas pertanian perkebunan rakyat. Tanaman ini menjadi andalan bagi petani dan berperan penting bagi perekonomian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi dan Taksonomi Tanaman Dracaena Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan beruas-ruas. Daun dracaena berbentuk tunggal, tidak bertangkai,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun tanaman hias bunga. Tanaman hias yaitu suatu tanaman yang bagian akar, batang,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu. Bahan dan Alat. diameter 12 cm dan panjang 28 cm, dan bahan-bahan lain yang mendukung BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat lebih kurang 25 meter di atas permukaan laut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman cabai Cabai (Capsicum sp ) merupakan tanaman semusim, dan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, hal ini disebabkan

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK

PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENGARUH KONSENTRASI DAN LAMA PERENDAMAN DENGAN ZAT PENGATUR TUMBUH (ZPT) INDOLEBUTYRIC ACID (IBA) TERHADAP PERTUMBUHAN STEK TANAMAN JERUK Arta

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2013 sampai Oktober

Lebih terperinci

RESPONS BERBAGAI VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP FREKUENSI PENYIRAMAN

RESPONS BERBAGAI VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP FREKUENSI PENYIRAMAN RESPONS BERBAGAI VARIETAS MENTIMUN (Cucumis sativus L.) TERHADAP FREKUENSI PENYIRAMAN (Skripsi) Oleh YOYON TRI WIJAYA NPM 12110081 SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER) DHARMA WACANA METRO 2016 i ABSTRAK

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai (Capsicum sp.) berasal dari Amerika dan menyebar di berbagai negara di dunia. Cabai termasuk ke dalam famili terong-terongan (Solanaceae). Menurut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2012 sampai bulan Januari 2013. 3.2 Bahan

Lebih terperinci

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh 45 4.2 Pembahasan Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan memperhatikan syarat tumbuh tanaman dan melakukan pemupukan dengan baik. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman buah naga adalah sebagai berikut ; Divisi: Spermatophyta, Subdivisi : Angiospermae, Kelas : Dicotyledonae, Ordo: Caryophyllales, Famili: Cactaceae, Genus:

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan di UPT-Kebun Bibit Dinas di Desa Krasak Kecamatan Bangsri Kabupaten Jepara Provinsi Jawa Tengah. Ketinggian tempat berada 96

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dan Laboratorium Agronomi Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili

II. TINJAUAN PUSTAKA. Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Semangka Semangka merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Cucurbitaceae sehingga masih mempunyai hubungan kekerabatan dengan melon (Cucumis melo

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada 5 o 22 10 LS dan 105 o 14 38 BT dengan ketinggian

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 sampai dengan Januari 2012 di Jalan Palapa VI, Bandar Lampung. 3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Gladiol Gladiol (Gladiolus hybridus L) tergolong dalam famili Iridaceae yang mempunyai jenis 180 jenis. Tanaman gladiol ditemukan di Afrika, Mediterania, dan paling banyak

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 15 HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Pertumbuhan dan perkembangan stek pada awal penanaman sangat dipengaruhi oleh faktor luar seperti air, suhu, kelembaban dan tingkat pencahayaan di area penanaman stek.

Lebih terperinci

PENGARUH BERBAGAI DOSIS PUPUK NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays L.) Oleh : NICO DWI LESMANA NPM :

PENGARUH BERBAGAI DOSIS PUPUK NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays L.) Oleh : NICO DWI LESMANA NPM : PENGARUH BERBAGAI DOSIS PUPUK NITROGEN DAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays L.) Oleh : NICO DWI LESMANA NPM : 12110055 Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung di Desa Muara Putih Kecamatan Natar Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Gedung Meneng, Kecamatan Rajabasa, Kota Bandar Lampung mulai

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan,

III. BAHAN DAN METODE. Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan yang berlokasi di Jalan Sederhana Dusun IX, Desa Sambirejo Timur, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, 20 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro, Desa Rejomulyo Kecamatan Metro Selatan Kota Metro dengan ketinggian

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih Fakultas Pertanian,, Medan. Percobaan ini dilakukan mulai dari bulan April 2016 hingga Mei

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan September 2013 sampai

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012.

III BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan. Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran dari Oktober 2011 sampai April 2012. 3.2 Bahan dan alat Bahan

Lebih terperinci

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI,

II. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Gunung Terang, Gang Swadaya VI, Kecamatan Tanjung Karang Barat. Kota Bandar Lampung, mulai bulan Mei sampai

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu dan Laboratorium Ilmu Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jati ( Tectona grandis) termasuk famili Verbenaceae yang mempunyai banyak keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh dalam berbagai kondisi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Bawang Merah Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15-20 cm di dalam tanah. Jumlah perakaran

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki

I. PENDAHULUAN. Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Lada (Piper nigrum Linn.) merupakan tanaman rempah-rempah yang memiliki peran dalam meningkatkan perekonomian Indonesia. Budidaya lada di Indonesia dilakukan

Lebih terperinci

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili

Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam. taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Menurut van Steenis (2003), sistematika dari kacang tanah dalam taksonomi termasuk kelas Dicotyledoneae; ordo Leguminales; famili Papilionaceae; genus Arachis; dan spesies Arachis hypogaea L. Kacang tanah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Gladiol Genus Gladiolus yang tergolong dalam famili Iridaceae ini mempunyai 180 jenis (Herlina, 1991). Tanaman gladiol berasal dari Afrika Selatan dan menyebar di Asia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja,

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Desa Manjung, Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Kecamatan Sawit memiliki ketinggian tempat 150 m dpl. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Lapangan Terpadu Kampus Gedung Meneng Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung dan

Lebih terperinci

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.

I. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Morfologi Kedelai Pada awalnya kedelai dikenal dengan beberapa nama botani yaitu Glycine soja atau Soja max, tetapi pada tahun 1984 telah disepakati nama botani yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Sorgum Tanaman sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) termasuk famili Graminae (Poaceae). Tanaman ini telah lama dibudidayakan namun masih dalam areal yang terbatas. Menurut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan Kabupaten Pesawaran, dari bulan Oktober 2011 sampai dengan April 2012. 3.2

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung (POLINELA). Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2011 sampai dengan panen sekitar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas 23 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung pada bulan Desember 2013

Lebih terperinci

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN DAN FREKUENSI PENYEMPROTAN TERHADAP PERTUMBUHAN SAMBUNG PUCUK TANAMAN MANGGIS (Gracinia mangostana, L.) Skripsi.

PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN DAN FREKUENSI PENYEMPROTAN TERHADAP PERTUMBUHAN SAMBUNG PUCUK TANAMAN MANGGIS (Gracinia mangostana, L.) Skripsi. PENGARUH KONSENTRASI PUPUK DAUN DAN FREKUENSI PENYEMPROTAN TERHADAP PERTUMBUHAN SAMBUNG PUCUK TANAMAN MANGGIS (Gracinia mangostana, L.) Skripsi Oleh WIDODO LUKI SAPUTRO SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER)

Lebih terperinci

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk

Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk Standar Nasional Indonesia Penanganan bibit jati (Tectona grandis Linn. f.) dengan perbanyakan stek pucuk ICS 65.020.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian energi global saat ini mencapai sekitar 400 Exajoule (EJ)

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian energi global saat ini mencapai sekitar 400 Exajoule (EJ) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemakaian energi global saat ini mencapai sekitar 400 Exajoule (EJ) per tahun. Pemakaian ini akan terus meningkat hingga tahun-tahun mendatang seiring dengan peningkatan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) 15 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta;

TINJAUAN PUSTAKA. tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kedudukan tanaman bawang merah dalam tata nama atau sistematika tumbuhan, termasuk klasifikasi sebagai berikut; divisio : spermatophyta; subdivisio : angiospermae; kelas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian 19 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca Hortikultura Fakultas Pertanian Universitas Lampung yang dimulai pada bulan November 2014 sampai April

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas 18 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Lapangan Terpadu Fakultas Pertanian, Universitas Lampung Kampus Gedung Meneng, Bandar Lampung. Penelitian dilaksanakan dari

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat Metode Penelitian 15 BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan dilaksanakan di Kebun Percobaan Margahayu Lembang Balai Penelitian Tanaman Sayuran 1250 m dpl mulai Juni 2011 sampai dengan Agustus 2012. Lembang terletak

Lebih terperinci

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat,

II. TINJUAN PUSTAKA. Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, II. TINJUAN PUSTAKA 2.1.Tanaman Kelapa Sawit Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) berasal dari Afrika Barat, tetapi dapat dikembangkan diluar daerah asalnya termasuk Indonesia. Pada tahun 1848

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium 13 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Laboratorium Terpadu dan Laboratorium Benih dan Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia,

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ubi kayu merupakan salah satu sumber pangan penting di Indonesia dan di dunia, karena ubi kayu memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan pangan dunia. Di Indonesia,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman

I. PENDAHULUAN. Tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tanaman panili (Vanilla planifolia Andrews) merupakan salah satu tanaman rempah yang bernilai ekonomi cukup tinggi. Buah tanaman vanili digunakan untuk bahan pengharum

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Pisang Pisang adalah tanaman herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara (termasuk Indonesia). Sudah lama buah pisang menjadi komoditas buah tropis yang sangat populer

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di 22 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan September 2015 di Green House Laboratorium Lapangan Terpadu dan Laboratorium Teknik Sumber Daya Air

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 24 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian BPTP Unit Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT

III. BAHAN DAN METODE. Universitas Lampung pada titik koordinat LS dan BT III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada titik koordinat 5 22 10 LS dan 105 14 38 BT

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu 14 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Oktober 2014 hingga Maret

Lebih terperinci

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah

TATA CARA PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah III. TATA CARA PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Greenhouse Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan selama bulan November 2016-Februari

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan 16 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di rumah kaca Ilmu Tanah, Laboratorium Ilmu Tanah dan di Laboratorium Teknologi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas

Lebih terperinci

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK

PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK PERBANYAKAN BAHAN TANAM LADA DENGAN CARA STEK ( Piper ningrum L. ) Oleh Murhawi ( Pengawas Benih Tanaman Ahli Madya ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya A. Pendahuluan Tanaman

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman. antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Tinggi Tanaman Dari (tabel 1) rerata tinggi tanaman menunjukkan tidak ada interaksi antara pengaruh pemangkasan dan pemberian ZPT paklobutrazol. Pada perlakuan pemangkasan menunjukan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar 21 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kel. Gunung sulah, Kec.Way Halim, Kota Bandar Lampung dengan kondisi iklim tropis, memiliki curah hujan 2000 mm/th dan

Lebih terperinci

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida,

Pengendalian hama dan penyakit pada pembibitan yaitu dengan menutup atau mengolesi luka bekas pengambilan anakan dengan tanah atau insektisida, PEMBAHASAN PT National Sago Prima saat ini merupakan perusahaan satu-satunya yang bergerak dalam bidang pengusahaan perkebunan sagu di Indonesia. Pengusahaan sagu masih berada dibawah dinas kehutanan karena

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan konsentrasi IBA (Indole Butyric Acid) berpengaruh nyata pada jumlah akar primer bibit tanaman nanas, tetapi tidak

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Radish Radish (Raphanus sativus L.) merupakan tanaman semusim atau setahun (annual) yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR 13 BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR A. Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Tugas Akhir dilaksanakan di Dusun Kwojo Wetan, Desa Jembungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. B. Waktu Pelaksanaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai 9 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai Cabai merupakan tanaman perdu dari famili terung-terungan (Solanaceae). Famili ini memiliki sekitar 90 genus dan sekitar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Morfologi Tanaman Sorgum Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas dan daerah beriklim sedang. Sorgum dibudidayakan pada ketinggian 0-700 m di

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas

III. BAHAN DAN METODE. Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas 17 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Percobaan ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian Universitas Lampung Desa Muara Putih Kecamatan Natar Lampung Selatan dengan titik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Perbanyakan tanaman dapat dilakukan dengan cara generatif dan vegetatif. Perbanyakan tanaman secara generatif biasanya dilakukan melalui biji dan mengalami penyerbukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium 14 III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Lahan Percobaan Lapang Terpadu dan Laboratorium Benih dan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung dari bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio:

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Klasifikasi tanaman melon sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Dicotyledoneae, Ordo: Cucurbitales, Famili: Cucurbitaceae,

Lebih terperinci

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67%

Metode Penelitian. commit to user 100% 13,33% 50% 26,67% 30% 46,67% 25% 60,00% 15% 66,67% 10% 73,33% 4% 80,00% 2% 86,67% III. Metode Penelitian A. Waktu dan tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan bulan Oktober 2013 bertempat di Desa Karanggeneng, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi Kacang Hijau Kacang hijau (Vigna radiata L.) merupakan salah satu komoditas tanaman kacang-kacangan yang banyak dikonsumsi rakyat Indonesia. Kacang hijau termasuk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) 4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jeruk Besar (Pamelo) Tanaman jeruk besar (Citrus grandis (L.) Osbeck) termasuk ke dalam famili Rutaceae. Famili Rutaceae memiliki sekitar 1 300 spesies yang dikelompokkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Ubikayu Dalam taksonomi tumbuhan, klasifikasi tanaman ubikayu adalah sebagai berikut: Kingdom Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies : Plantae (tumbuhan)

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi 12 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan

Lebih terperinci

BAHAN METODE PENELITIAN

BAHAN METODE PENELITIAN BAHAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di lahan penelitian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan, dengan ketinggian tempat ± 25 m dpl, dilaksanakan pada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung III. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di rumah kaca gedung Hortikultura Universitas Lampung pada bulan Juni November 2014. 3.2 Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Kakao Kakao merupakan tanaman yang menumbuhkan bunga dari batang atau cabang. Karena itu tanaman ini digolongkan kedalam kelompok tanaman Caulifloris. Adapun sistimatika

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini telah di laksanakan di Rumah Kaca Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Jalan Bina Widya KM 12,5 Simpang Baru Kecamatan Tampan Pekanbaru yang berada

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat penelitian Penelitian dilaksanakan di kebun penelitian Fakultas Pertanian, Universitas Lampung di belakang Masjid Alwasi i (komplek perumahan dosen), dari bulan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kedelai (Glycine max L. Merrill) memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang, akar sekunder yang tumbuh dari akar tunggang, serta akar cabang yang

Lebih terperinci