BAB V PENUTUP. A. Simpulan. 1. Kepribadian tokoh perempuan dalam novel. seorang gundik.ibunda Sanikem berkepribadian cantik, pandai merawat diri
|
|
- Bambang Wibowo
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 digilib.uns.ac.id 125 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat diambil lima simpulan. 1. Kepribadian tokoh perempuan dalam novel Nyai Ontosoroh memiliki kepribadian yang baik walau pun dia seorang gundik.ibunda Sanikem berkepribadian cantik, pandai merawat diri dan masih menghormati suaminya. Annelies memiliki kepribadian yang lembut, penurut, dan tidak suka membantah atas apa yang dikatakan oleh ibunya. Sarah si sulung dan Miriam si bungsu berkepribadian yang cerdas, berpikiran maju, kritis, berani mengungkapkan pendapatnya, dan tipikal perempuan modern.istri Trunodongso memiliki kepribadian yang baik, keibuan, dan setia.ibunda Minke merupakan perempuan Jawa yang berkepribadian lembut, keibuan, sabar, terampil membuat batik, dan bijaksana dalam menyikapi perilaku anak-anaknya. 2. Pengarang melukiskan feminisme tokoh-tokoh perempuan dalam novel Pengarang melukiskan beberapa tokoh perempuan yang mengalami perlakuan bias gender adalah Nyai Ontosoroh, Annelies, Maiko, Min Hwa, dan Sie-sie. Nyai Ontosoroh selaku tokoh utama perempuan dalam novel Bumi Manusia mengalami ketidakadilan gender, terutama pada waktu dia berumur tigabelas tahun sudah mengalami pingitan dari sang ayah dan setelah dia dijual oleh sang ayah menjadi budak belian Tuan Herman
2 digilib.uns.ac.id 126 Mellema yang menjadikannya seorang Nyai. Annelies, Maiko, Sie-sie dan Min Hwa selaku tokoh pendamping juga mengalami ketidakadilan gender. 3. Analisis kritik feminisme dalam novel Novel Bumi Manusia lebih cenderung memakai feminisme sosialis. Feminisme sosialis terlihat ketika Nyai Ontosoroh telah menemukan kebangkitannya dari pergumulannya dengan Tuan Herman Mellema.Disinilah Nyai Ontosoroh berhasil memimpin perusahaan milik Tuan Herman Mellema.Dan kepemilikan perusahaan suaminya Tuan Herman Mellema telah diambil alih oleh Nyai Ontosoroh. 4. Ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh perempuan novel Ketidakadilan gender dialami oleh tokoh perempuan adalah marginalisasi perempuan, subordinasi perempuan, stereotipe perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan beban kerja ganda terhadap perempuan. Kelima, nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Bumi Manusia. 5. Novel Bumi Manusia, mampu menyajikan nilai pendidikan karakter pada beberapa tokoh yaitu Nyai Ontosoroh, Ibunda Minke, Annelies Mellema, Herman Mellema, Jean Marais, dan Minke. Nilai pendidikan yang patut ditiru oleh pembaca dari novel Bumi Manusia yaitu tanggung jawab, cinta tanah air, religius, toleransi, bersahabat, kerja keras, mandiri, dan cinta damai.
3 digilib.uns.ac.id 127 B. Implikasi 1. Implikasi Teoretis Implikasi Teoretis dalam penelitian ini adalah pengetahuan atau wawasan yang didapat pembaca setelah membaca hasil penelitian ini.novel Bumi Manusia merupakan gambaran kondisi realita perempuan Jawa pada masa kolonial Belanda yang berjuang mempertahankan hak dan harga diri.indonesia di awal abad ke-20 manusia pribumi masih dianggap sebagai manusia bawah yang tak berpendidikan ditindas secara fisik maupun batin.akhir abad ke-19 menuju awal abad ke-20 masa kolonial Belanda menguasai hidup manusia pribumi di Indonesia, dengan kekuasaan hukum Hindia Belanda yang menindas, menyakiti dan melecehkan martabat manusia pribumi.manusia pribumi di abad ini belum dapat melawan hukum Hindia Belanda yang memiliki kekuasaan hukum kuat di Bumi Pertiwi ini.pembaca dapat mengambil contoh kepribadian yang dimiliki oleh tokoh-tokoh dalam novel Bumi Manusia, tokoh Nyai Ontosoroh seorang gundik yang baik walaupun dia tidak mengenyam pendidikan namun memiliki sikap pantang menyerah menghadapi permasalahan dalam kehidupannya. Digambarkan oleh tokoh Sanikem (Nyai Ontosoroh) yang rajin dan mempunyai kemauan kuat untuk belajar, dan dia berusaha menunjukkan bahwa dirinya mampu menjadi orang yang sukses dengan belajar.hasil dari dia belajar dengan suaminya adalah Nyai berhasil memimpin perusahaan suaminya menjadi luas.dia merupakan perempuan pertama yang berani memimpin perusahaan dan menjadi seorang ibu yang merawat anakanaknya sendiri.tokohibunda Sanikem berkepribadian cantik, baik, pandai merawat diri dan masih menghormati suaminya. Annelies memiliki kepribadian
4 digilib.uns.ac.id 128 yang lembut, penurut, dan tidak suka membantah atas apa yang dikatakan oleh ibunya. Sarah si sulung dan Miriam si bungsu berkepribadian yang cerdas, berpikiran maju, kritis, berani mengungkapkan pendapatnya, dan tipikal perempuan modern.istri Trunodongso memiliki kepribadian yang baik, keibuan, dan setia.ibunda Minke merupakan perempuan Jawa yang berkepribadian lembut, keibuan, sabar, terampil membuat batik, dan bijaksana dalam menyikapi perilaku anak-anaknya. Pembaca bisa mendapatkan pengetahuan mengenai bagaimana pengarang melukiskan feminisme tokoh-tokoh perempuan dalam novel Bumi Manusia.Pengarang melukiskan beberapa tokoh perempuan yang mengalami perlakuan bias gender adalah Nyai Ontosoroh, Annelies, Maiko, Min Hwa, dan Sie-sie. Nyai Ontosoroh yang sejak usia belia dijual oleh ayahnya dan dijadikan seorang gundik Tuan Herman Mellema demi sebuah jabatan yang diinginkan. Annelies sebagai anak yang tidak mengenyam pendidikan seperti ibunya mengalami perlakuan yang tidak baik oleh kakaknya sendiri, Annelies diperkosa secara paksa oleh kakaknya dan mengalami beban kerja ganda. Tokoh yang lain Maiko, Sie-sie dan Min Hwa mengalami perlakuan bias gender saat mereka menjadi perempuan penghibur, mereka sering mengalami kekerasan saat melayani pelanggan juga dari majikannya Novel Bumi Manusia dapat menambah pengetahuan feminis kepada pembaca mengenai kondisi Nyai-nyai dan perempuan yang dahulu dianggap seorang gundik rendah, jorok, tanpa kebudayaan, hanya fokus pada soal birahi, dan manusia tanpa pribadi. Semua anggapan tersebut telah sirna dengan sedikit
5 digilib.uns.ac.id 129 demi sedikit. Hal tersebut tercermin pada tokoh Sanikem atau Nyai Ontosoroh. Nyai Ontosoroh adalah gundik yang luar biasa, dia seorang perempuan pribumi yang cantik, cerdas, tegar, mandiri, dan berbudi luhur. Selain Nyai Ontosoroh juga terdapat tokoh lain yang mampu mengenyam pendidikan dan sangat kritis dalam mengeluarkan pendapatnya yaitu Sarah si sulung dan Miriam si bungsu. Pembaca juga mendapatkan pengetahuan mengenai kritik apa yang terkandung dalam novel Bumi Manusia. Novel Bumi Manusia termasuk dalam kritik feminisme sosial.marxian menganggap bahwa sistem patriarki muncul pada waktu masyarakat mencapai tahap perkembangan kapitalisme, feminisme sosialis menggunakan analisis kelas dan gender dimana penindasan perempuan harus dihapus baik sistem patriarki maupun kapitalisme.feminisme sosialis berjuang untuk menghapus sistem kepemilikan.lembaga perkawinan yang melegalisir kepemilikan pria atas harta dan pemilikan suami atas istri dihapuskan.pada saat yang sama feminisme sosialis sepaham dengan feminisme liberal yang beranggapan bahwa patriarki juga merupakan sumber lain penindasan perempuan. Oleh karena itu, solusi yang harus ditempuh untuk menghilangkan penindasan perempuan adalah dengan menghapuskan baik sistem patriarki maupun kapitalisme. Ketidakadilan gender yang dialami dalam novel Bumi Manusia tidak hanya pada Nyai Ontosoroh saja. Ketidakadilan gender juga dialami tokoh lain (Annelies, Maiko, Min Hwa dan Sie- sie).ketidakadilan gender yang dialami oleh tokoh perempuan novel Bumi Manusia adalah marginalisasi perempuan, subordinasi perempuan, stereotipe perempuan, kekerasan terhadap perempuan,
6 digilib.uns.ac.id 130 dan beban kerja ganda terhadap perempuan. Ketidakadilan tersebut dapat dijadikan suatu pengetahuan atau pembelajaran hidup bagi pembaca dalam mengatasi problematika kehidupan terutama tindakan semena-menanya laki-laki kepada perempuan. 2. Implikasi Praktis Maksud dari implikasi praktis adalah pengetahuan yang didapat sekaligus implementasi sifat-sifat teladan yang patut di contoh dari tokoh novel Bumi Manusia bagi pembaca dalam kehidupanya sehari-hari sehingga novel ini memiliki implikasi dalam dunia pendidikan.keterlibatan guru dan siswa dalam pengajaran sastra sagat dibutuhkan untuk memajukan pengajaran sastra itu sendiri.pengajaran sastra di sekolah tidak hanya berupa teori, tetapi juga harus ada penerapannya dalam bentuk mengapresiasi karya sastra. Peran guru bahasa Indonesia disini sangat berpengaruh untuk mengajarkan sastra secara keseluruhan dan tidak setengah-setengah, selain mengajarkan teori sastra guru juga harus bisa menerapkan teori tersebut dalam suatu analisis karya sastra, baik itu novel, puisi, cerpen ataupun drama. Akan tetapi, guru dalam mengajarkan sastra terutama novel Bumi Manusia haruslah dengan hati-hati karena isi cerita novel tersebut masih sangatlah vulgar. Implikasi berikutnya dari hasil penelitian ini adalah dapat menjadi bahan pendukung materi pengajaran apresiasi sastra di sekolah. Pembelajaran hendaknya dititikberatkan pada kemampuan apresiasi terhadap karya sastra sehingga akan membekali siswa dengan nilai-nilai kehidupan yang tercermin dalam karya sastra. Pembelajaran sastra dapat diimplementasikan pada kurikulum 2013 kelas XII
7 digilib.uns.ac.id 131 pada Kompetensi Dasar (KD) 2.5, yaitu menunjukkan perilaku jujur, peduli, santun, dan tanggung jawab dalam penggunaan bahasa Indonesia untuk memahami dan menyajikan novel (Kemendikbud, 2013: 46). Perilaku-perilaku tersebut terdapat dalam novel Bumi Manusia. Siswa dapat mencontoh beberapa tokoh Bumi Manusia, seperti Nyai Ontosoroh, Annelies,dan Minke. Pembelajaran sastra dapat pula diimplementasikan pada kurikulum 2013 untuk SMA kelas XII pada KD 4.8, yaitu menginterpretasi makna teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan novel melalui lisan maupun tulisan (Kemendikbud, 2013: 47). Kompetensi Dasar tersebut berkaitan dengan rumusan masalah ketiga yaitu, tanggapan pembaca terhadap novel Bumi Manusia. Siswa dapat mempelajari cara menginterpretasi dengan baik terhadap teks yang akan dibaca, khususnya novel. Siswa dapat pula mendapatkan bekal pendidikan sejarah, yaitu sejarah tentang kehidupan bangsa Indonesia yang dijajah oleh bangsa Belanda. Pembelajaran sastra diharapkan dapat dijadikan peserta didik menghargai manusia dan nilai-nilainya, tentunya dengan mengenalkan jenis-jenis karya sastra, satu satu yang dapat diajarkan di sekolah novel. Namun, mengajarkan novel tentunya harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan peserta didik tersebut.nilai pendidikan karakter dalam novel Bumi Manusia dapat dimanfaatkan untuk menambah wawasan dan pengetahuan siswa dalam menjalani kehidupan. Novel ini memuat nilai pendidikan karakter tanggung jawab, cinta tanah air, religius, toleransi, bersahabat, kerja keras, mandiri, dan cinta damai.nilai-nilai pendidikan karakter tersebut dapat dijadikan pelajaran bagi siswa dalam kehidupan sehari-
8 digilib.uns.ac.id 132 hari, dengan memilih nilai-nilai karakter yang pantas dan tidak untuk diterapkan di kehidupan sehari-hari. Bisa diambil contohnya nilai pendidikan karakter religius (agama) yang bisa menjadi pandangan untuk siswa bahwa setiap manusia mempunyai cara yang berbeda dalam meyakini suatu agamanya dan selalu berdoa di manapun berada. Misalnya digambarkan tokoh Tuan Herman Mellema yang sangat tekun beribadah ke gereja setiap hari minggu dan Annelies yang menghargai pemeluk agama lain. Selain karakter religius yang bisa dijadikan pandangan untuk siswa ada karakter kerja keras, dimana seseorang akan mendapatkan semua yang diinginkan dengan cara bersungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan menyelesaikan tugas. Karakter mandiri dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas, siswa hendaklah memiliki sikap mandiri untuk tidak menggantungkan keputusan kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas. Adanya nilai pendidikan karakter dalam novel Bumi Manusiadiharapkan guru dapat menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa agar menjadi manusia yang bermoral dan manusiawi. Nilai pendidikan karakter cinta tanah air yang bisa dijadikan pelajaran bagi siswa adalah adanya pemilihan kata dengan menggunakan campuran bahasa Jawa, tutur kata yang baik, sopan, dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Adanya pemilihan kata yang tepat dapat menambah kosakata siswa dan bertutur kata dengan baik terhadap orang yang lebih tua. Nilai pendidikan karakter toleransi yang terkandung dalam novel ini dapat dijadikan pelajaran bagi siswa adalah perkataan manis, fasih, tahu situsi, tidak berkata kasar, jorok, dan menyakitkan orang lain. Selain itu yang bisa
9 digilib.uns.ac.id 133 dijadikan pelajaran bagi siswa adalah cara menghormati leluhur untuk memberi nasihat kepada mereka. Nilai pendidikan karakter bersahabat yang terkandung adalah perilaku baik maupun tidak baik yang ada di masyarakat.peran guru dalam pembelajaran sastra adalah menjelaskan bahwa perbuatan negatif tidak pantas ditiru siswa.adanya nilai karakter sabahat/ komunikatif diharapkan siswa dapat memahami nilai yang berlaku dalam masyarakat sehingga tercipta kehidupan yang harmonis. Implikasi berikutnya bagi guru adalah dapat dijadikan sebagai salah satu referensi oleh guru, khususnya dalam mempelajari sebuah perjuangan bangsa Indonesia. Guru dapat menerapkannya dalam pembelajaran dengan cara menginstruksikan siswanya untuk mencari nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel tersebut. Nilai pendidikan karakter disini bisa dijadikan oleh guru untuk menuntun siswa agar meniru keteladanan para tokoh dalam novel. Implikasi selanjutnya bagi guru atau tenaga pendidik secara umum adalah mewujudkan seorang guru yang ideal dan sadar profesi. Pekerjaan guru yang tidak memilih tempat. Faktanya, masih ada beberapa yang lebih suka mengajar di kota daripada di desa atau pedalaman; lebih suka mengajar di sekolah unggulan daripada sekolah yang tidak unggul. Saat ditempatkan di desa atau pedalaman, guru biasanya dengan cepat mengurus kepindahannya dengan berbagai alasan. Guru hendaknya tetap amanah dan bertanggung jawab terhadap profesinya, tanpa memandang tempat dan siapa yang yang diajar. Hal tersebut tercermin pada tokoh Bhisma yang sangat bertanggung jawab terhadap profesinya sebagai dokter. Tidak
10 digilib.uns.ac.id 134 peduli di mana pun tempatnya dan kapan pun waktunya, semua orang yang membutuhkan pertolongannya akan ditolong dengan ikhlas. Penelitian terhadap novel Bumi Manusia dapat dijadikan sebagai cermin masyarakat pembaca karena karya sastra merupakan simbolisasi dari pemikiran spekulatif pengalaman manusia. Melalui karya sastra, pembaca akan mengetahui refleksi terhadap realitas manusia dengan segala permasalahannya. Pembaca dapat melihat pengarang menyajikan cerita yang mengagumkan pada masa pemerintahan kolonial Belanda. Hasil penelitian ini dapat dijdikan rujukan untuk meningkatkan kualitas penelitian ilmiah, khususnya pada kajian feminisme. Dapat diketahui landasan teori ini bergantung pada kajian feminisme agar penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian y1ang akan datang serta dapat memotivasi untuk mencari landasan teori yang lebih kuat sehingga menghasilkan penelitian yang lebih berkualitas. C. Saran Berdasarkan simpulan di atas, penulis memiliki beberapa saran yangdiharapkan dapat berguna dan bermanfaat bagi orang lain yang membacapenelitian ini. Bagi guru, diharapkan dapat memperkenalkan novel Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer kepada peserta didik sebagai bahan ajar.karena dalam novel tersebut terdapat nilai-nilai pendidikan karakter yang bisa untuk pelajaran siswa.nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Bumi Manusia sangat baik bagi siswa SMA.Nilai pendidikan karakter
11 digilib.uns.ac.id 135 tanggung jawab, cinta tanah air, religius, toleransi, bersahabat, kerja keras, mandiri, dan cinta damai sangat baik ditanamkan kepada generasi muda. Bagi siswa, hendaknya siswa dapat memilih dan memilah dalam memaknai kandungan isi novel.nilai-nilai karakter positif yang terkandung dalam novel bisa diteladani dan diterapkan di kehidupan sehari-hari, serta adanya kesetaraan gender sehingga bisa mengurangi tindakan bully terhadap siswa perempuan, sedangkan nilai-nilai negatifnya bisa diambil hikmahnya dalam kehidupan sehari-hari, agar siswa tidak sewenang-wenang terhadap kaum perempuan.siswa juga bisa meneladani kepribadian- kepribadian tokoh yang terdapat dalam novel untuk bisa dijadikan sebagai inspirasi dalam kehidupan di masyarakat. Bagi pembaca, hendaknya dijadikan pengetahuan mengenai peristiwa pada masa kolonial Belanda.Informasi yang positif bisa dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan sehari-hari. Pembaca (pada khususnya perempuan) saat ini seharusnya merasa bersyukur karena nasib yang dialami oleh tokoh perempuan pada masa kolonial Belanda mulai sedikit hilang di masa sekarang..
BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi laki-laki sebagai pemilik otoritas lebih tinggi daripada perempuan. Karena laki-laki
Lebih terperinciPEREMPUAN JAWA DALAM NOVEL BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER (KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN)
PEREMPUAN JAWA DALAM NOVEL BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER (KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA DAN NILAI PENDIDIKAN) SKRIPSI Oleh: SEKAR NINGTYAS DEWI PRATIWI K1209064 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab IV, maka simpulan hasil penelitian sebagai berikut: Pengkajian perwatakan novel Di Kaki Bukit Cibalak
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. yang terkandung dalam novel tersebut sebagai berikut.
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan analisis data pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa novel Sebelas Patriot merupakan novel yang berlatar belakang kecintaan terhadap tanah air,
Lebih terperinciReview Roman "Anak Semua Bangsa" : Anak Semua Bangsa : Pramoedya Ananta Toer : Lentera Dipantara. Tahun Terbit : 2006 Jumlah Halaman : 539 Halaman
Review Roman "Anak Semua Bangsa" Judul : Anak Semua Bangsa Penulis : Pramoedya Ananta Toer Penerbit : Lentera Dipantara Kota Terbit : Jakarta Tahun Terbit : 2006 Jumlah Halaman : 539 Halaman Dapatkah sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Luxemburg (1989:6) mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian terhadap perempuan dalam roman Au Bonheur des Dames karya Émile Zola yang diambil sebagai objek penelitian ini memiliki beberapa implikasi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra diciptakan oleh pengarang dalam beberapa alasan yaitu proses berpikir secara imajinatif, fiktif, kontemplasi dan mengenai realita yang terjadi di masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berdasarkan pengalaman dan pengamatannya terhadap kehidupan. Kehidupan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan pengungkapan realitas kehidupan masyarakat secara imajiner. Dalam hal ini, pengarang mengemukakan realitas dalam karyanya berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusiawi dan tidak adil di negerinya sendiri. Gesekan-gesekan sosial akibat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama tiga ratus lima puluh tahun, Indonesia dijajah oleh Belanda. Selama itu pula masyarakat Indonesia mengalami perlakuan yang tidak manusiawi dan tidak
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. yang hidup di dalam masyarakat (Esten, 2013: 2). Sastra berkaitan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan media komunikasi yang menyajikan keindahan dan memberikan makna terhadap kehidupan dan pemberian pelepasan ke dunia imajinasi (Budianta, 2006:
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan analisis data pada Bab IV, dapat disimpulkan bahwa Berdasarkan tokoh-tokoh pada novel tersebut, dapat ditemukan beberapa nilai pendidikan karakter
Lebih terperinciRaden Ayu Mantri guru, Den Bei Mantri gudang, Den Ayu Mantri gudang, Mantri Guru Kedungwuni, Istri Mantri Guru, Kerta, Kasna dan Salijem.
digilib.uns.ac.id BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Penokohan dalam Novel Ngulandara Karya Margana Djajaatmadja. a. Tokoh Protagonis Tokoh protagonis dalam novel ini adalah Rapingun, Raden
Lebih terperinciV. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan pembahasan masalah dalam
241 V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan pembahasan masalah dalam penelitian ini, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut. 1. Perilaku Tokoh dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreatif penulis yang berisi potret kehidupan manusia yang dituangkan dalam bentuk tulisan, sehingga dapat dinikmati,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir melalui pengarang-pengarang yang cerdas di kalangan masyarakat.sastra muncul karena pengaruh dari zaman ke zaman, mulai dari sastra lama kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan termasuk salah satu dasar pengembangan karakter seseorang. Karakter merupakan sifat alami jiwa manusia yang telah melekat sejak lahir (Wibowo, 2013:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Interaksi sosial memainkan peran dalam masyarakat individu atau kelompok. Interaksi diperlukan untuk berkomunikasi satu sama lain. Selain itu, masyarakat membutuhkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan. Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat
181 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Secara keseluruhan penelitian dan pembahasan tentang novel Serat Prabangkara karya Ki Padmasusastra menghasilkan beberapa temuan penting yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Simpulan. hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok
digilib.uns.ac.id BAB V PENUTUP A. Simpulan Fokus kajian dalam penelitian ini adalah menemukan benang merah hubungan intertekstual antara novel Tantri Perempuan yang Bercerita karya Cok Sawitri terhadap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan di Indonesia sedang gencar-gencarnya dibenahi. Salah satunya yaitu pembaharuan sistem kurikulum guna meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. puisi. Latar belakang kehidupan yang dialami pengarang, sangat berpengaruh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya sebuah karya sastra tentu tidak akan terlepas dari kehidupan pengarang baik karya sastra yang berbentuk novel, cerpen, drama, maupun puisi. Latar belakang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak terlepas dari konflik-konflik yang dialami masyarakat. Sastrawan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra tidak pernah terlepas dari kehidupan masyarakat. sastra sebagai wadah penggambaran permasalahn hidup manusia yang ada di masyarakat. Terbentuknya karya sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil karya cipta manusia yang mengandung daya imajinasi dengan menggunakan bahasa sebagai medianya. Menurut Wellek dan Warren (1993:14) bahasa
Lebih terperinciBIAS GENDER DALAM NOVEL BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER: Kajian Feminisme
BIAS GENDER DALAM NOVEL BUMI MANUSIA KARYA PRAMOEDYA ANANTA TOER: Kajian Feminisme Winda 1, Harris 2, Nurizzati 3 Program Studi Sastra Indonesia FBS Universitas Negeri Padang Email: angelriohann@yahoo.co.id
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. lingkungan, kebudayaan, maupun hal-hal yang memungkinkan dapat membentuk
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki berbagai macam karakter yang tercipta dari keluarga, lingkungan, kebudayaan, maupun hal-hal yang memungkinkan dapat membentuk karakter manusia itu masing-masing.
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.
Lebih terperinciPERBANDINGAN KTSP DAN K13 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS 7
PERBANDINGAN KTSP DAN K13 PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI KELAS 7 (oleh aendydasaint.wordpress.com) KURIKULUM 2013 (Kompetensi Inti:) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan bentuk karya seni kreatif yang menggunakan objek manusia dan segala macam kehidupannya. Di samping berfungsi sebagai media untuk menampung teori
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. A. Simpulan
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis dalam pembahasan terhadap novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1. Tokoh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat umumnya memahami wacana sebagai perbincangan terkait topik tertentu.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menarik perhatian siswa. Selama ini pembelajaran sastra di sekolah-sekolah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pembelajaran sastra merupakan bagian dari pembelajaran bahasa yang harus dilaksanakan oleh guru. Guru harus dapat melaksanakan pembelajaran sastra dengan menarik.
Lebih terperincicommit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu perwujudan dari seni dengan menggunakan lisan maupun tulisan sebagai medianya. Keberadaan sastra, baik sastra tulis maupun bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya yang imajinatif, baik berupa lisan maupun tulisan. Fenomena yang terdapat di dalam karya sastra ini merupakan gambaran suatu budaya
Lebih terperinciDIMENSI PERNYAIAN DAN JUGUN IANFU DALAM NOVEL MIRAH DARI BANDA KARYA HANNA RAMBE : KAJIAN FEMINISME EKSISTENSIALIS
DIMENSI PERNYAIAN DAN JUGUN IANFU DALAM NOVEL MIRAH DARI BANDA KARYA HANNA RAMBE : KAJIAN FEMINISME EKSISTENSIALIS SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah cerita fiksi atau rekaan yang dihasilkan lewat proses kreatif dan imajinasi pengarang. Tetapi, dalam proses kreatif penciptaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak adalah karya sastra yang dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Bahasa yang digunakan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif
Lebih terperinciC. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA
- 165 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNANETRA KELAS VII Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini.
BAB V PENUTUP Pada bagian ini akan dikemukakan tentang dua hal yang merupakan Simpulan dan Saran. Keduanya merupakan bagian penutup dari tesis ini. A. Simpulan 1. Denda adat di Moa merupakan tindakan adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam realitas kehidupan, perbedaan peran sosial laki-laki dan perempuan dimana laki-laki lebih diunggulkan dari perempuan. Seorang perempuan berlaku lemah lembut dan
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN. kritik sastra feminis sosialis karena dalam Kumpulan Cerpen ini
BAB V KESIMPULAN Pada Kumpulan Cerpen Memotret Perempuan karya Hapie Joseph Aloysia terdapat kecenderungan permasalahan yang selaras dengan kritik sastra feminis, yaitu kritik sastra feminis sosialis karena
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nenden Lilis Aisiyah (cerpenis dan pengajar di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia) menyatakan dalam Artikel Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dihadapkan pada berbagai persoalan yang melingkupinya. Persoalan-persoalan ini bila disatukan tidak hanya terbatas pada
Lebih terperinciNyai Ontosoroh. Heny Marwati. Anak-Anak Bumi Manusia 3
Nyai Ontosoroh Heny Marwati Pagi yang terasa panas. Matahari sepertinya terlalu cepat memunculkan sinarnya. Kulihat ayam jantan mulai malas untuk mengumandangkan suaranya membangunkan warga Boerderij Buitenzorg.
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memang tidak luput dari masalah. Permasalahan tersebut meliputi masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dan sesama, interaksinya dengan diri
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. dalam menentukan dan membentuk konstruksi sosial, yaitu aturan-aturan dan batasan
BAB IV KESIMPULAN Secara formal, Era Victoria dimulai pada tahun 1837 hingga 1901 dibawah pimpinan Ratu Victoria. Era Victoria yang terkenal dengan Revolusi industri dan kemajuan di berbagai bidang kehidupan
Lebih terperinciCITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA
CITRA DAN PERJUANGAN TOKOH UTAMA WANITA NOVEL DAUN PUTRI MALU KARYA MAGDALENA SITORUS DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Resma Anggraini Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Resmaanggraini89@yahoo.co.id
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Cerita fiksi merupakan suatu ciptaan imajinatif dari seorang pengarang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cerita fiksi merupakan suatu ciptaan imajinatif dari seorang pengarang dengan menggunakan media bahasa untuk menyampaikan sesuatu kepada pembacanya. Melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti baik dan sastra (dari bahasa Sansekerta) berarti tulisan atau karangan. Dari pengertian
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa simpulan penelitian, yaitu: 1. Latar belakang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kehidupan menyimpan nilai-nilai pendidikan karakter yang begitu kaya. Begitu
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan menyimpan nilai-nilai pendidikan karakter yang begitu kaya. Begitu pula dengan agama, kebudayaan, dan adat istiadat yang memberi pesan untuk menjadikan
Lebih terperinciNILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA
NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM NOVEL DAUN YANG JATUH TAK PERNAH MEMBENCI ANGIN KARYA TERE LIYE DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI KELAS XI SMA Oleh: Umi Fatonah Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah ungkapan pribadi seorang penulis yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan refleksinya. Penyajiannya disusun secara menarik dan terstruktur dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu bentuk kontemplasi dan refleksi pengarang terhadap keadaan di luar dirinya, misalnya lingkungan atau masyarakat. Hal ini sejalan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sangat berperan penting sebagai suatu kekayaan budaya bangsa. Melalui karya sastra manusia bisa mengetahui sejarah berbagai hal, mempelajari adat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu bentuk kreativitas pengarang yang di dalamnya mengandung ungkapan perasaan dan pikiran pengarang yang bersumber dari realitas kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegigihan adalah semangat pantang menyerah yang harus dimiliki untuk mencapai kesuksesan. Setiap manusia harus dapat membiasakan diri melihat setiap masalah yang muncul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan karya seni yang mengandung banyak estetika keindahan, dalam karya sastra itu sendiri banyak mengankat atau menceritakan suatu realitas yang terjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bukanlah hal yang asing bagi kalangan masyarakat sekitar. Sastra tumbuh, hidup, dan berkembang seiring dengan kemajuan peradaban masyarakat. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Dalam penelitian ini dapat disimpulkan dua hal yang merupakan jawaban dari perumusan masalah yang telah dipaparkan sebelumnya. Simpulan dari penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia memperlakukan bahasa sebagai alat komunikasi. Keinginan dan kemauan seseorang dapat dimengerti dan diketahui oleh orang lain melalui bahasa dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam mempelajari bidang sastra tidak terlepas dengan kajian-kajian serta peroses terbentuknya suatu karya sastra. Karya sastra yang dikaji biasanya berkaitan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN
BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kehidupan tersebut maka seseorang harus banyak belajar. Proses belajar yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia melalui proses hidup yang terus berubah seiring dengan bertambahnya usia dan tuntutan kehidupannya. Oleh karena itu untuk membekali diri agar semakin
Lebih terperinciKIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA
KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA Oleh: Anifah Restyana Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data, hasil analisis, dan pembahasan dapat disimpulkan dari cerpen Indonesia pengarang perempuan dekade 1970-2000-an beberapa hal berikut. Struktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan medium bahasa. Sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra Bali Modern dari waktu ke waktu menunjukkan perkembangan yang cukup menggembirakan. Kini setiap saat telah lahir karya-karya baru, baik dalam bentuk puisi, cerita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra sebagai karya seni bersifat kreatif, artinya sebagai hasil ciptaan manusia yang berupa karya bahasa yang bersifat estetik (dalam arti seni), hasilnya
Lebih terperinciCITRA WANITA JAWA DALAM NOVEL MIMI LAN MINTUNA KARYA REMY SYLADO (KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS)
CITRA WANITA JAWA DALAM NOVEL MIMI LAN MINTUNA KARYA REMY SYLADO (KAJIAN KRITIK SASTRA FEMINIS) SKRIPSI Oleh : Fitri Rahmawaty K1209030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS KEGURUAN
Lebih terperinci* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik
Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Nilai Pendidikan Salah satu karya sastra seperti novel terdapat di dalamnya nilai pendidikan yang dapat dipetik oleh pembaca melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan menggunakan bahasa tanpa meninggalkan kesopanan dan keindahan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra pada hakikatnya berisi cerita kehidupan manusia dan lingkungannya. Cerita itu ditulis berdasarkan nilai serta pengertian dan perasaan dengan menggunakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu bentuk karya seni yang pada dasarnya merupakan sarana menuangkan ide atau gagasan seorang pengarang. Kehidupan manusia dan pelbagai
Lebih terperinciSIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
200 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil pada bab IV, diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Analisis unsur intrinsik novel Sepatu Dahlan Unsur-unsur
Lebih terperinci