BAB V KESIMPULAN. kritik sastra feminis sosialis karena dalam Kumpulan Cerpen ini
|
|
- Leony Tedjo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB V KESIMPULAN Pada Kumpulan Cerpen Memotret Perempuan karya Hapie Joseph Aloysia terdapat kecenderungan permasalahan yang selaras dengan kritik sastra feminis, yaitu kritik sastra feminis sosialis karena dalam Kumpulan Cerpen ini menceritakan realitas kehidupan perempuan yang menjadi korban laki-laki yang mengakibatkan penderitaan, penghinaan, bahkan penyiksaan, yang mengakibatkan tekanan hidup yang sangat menyedihkan, ancaman pembunuhan, akan adanya paradigma cengeng untuk perempuan yang selalu menjadi sumber inspirasi segalanya. Tokoh utama, penderitaan, paksaan, penghinaan, emosi dan keputusasaan sekaligus cinta. Pada Kumpulan Cerpen Memotret Perempuan terlihat juga unsur feminis liberal karena tokoh utama perempuan yang digambarkan, telah memahami prinsip-prinsip feminisme ini yang menyadari bahwa walaupun ia anak seorang sundal namun juga bisa berbuat lebih baik, dengan menempuh pendidikan S2 di Kanada, ia memiliki tujuan hidup yang diperlakukan secara layak dan dihargai. Apa yang diharapkan tokoh tersebut sejalan dengan apa yang diinginkan pengarang yang memiliki faham feminisme liberal. Menurut Tong (2004:22) yang menyatakan bahwa apa yang diinginkan perempuan adalah seorang manusia utuh (personhood). Perempuan adalah suatu tujuan, suatu agen bernalar, yang harga dirinya ada dalam kemampuannya untuk menentukan nasibnya sendiri. Feminisme liberal yang menuntut adanya keadilan atau kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam bidang ekonomi, 94
2 95 pendidikan dan politik. Tokoh tersebut bertujuan untuk mencapai kesejatian seorang perempuan sebagai manusia yang utuh (personhood) sama seperti laki-laki. Tokoh utama perempuan dalam Kumpulan Cerpen Memotret Perempuan mengalami ketidak adilan, dihina karena anak seorang sundal. Namun karena menempuh pendidikan S2 di Kanada dan sampai selesai sehingga memperoleh nilai cumlaude yang akhirnya dapat bekerja sebagai advokat setelah kembali ke negaranya. Tokoh utama perempuan dapat bangkit menjadi manusia utuh yang dapat menyelesaikan persoalan tersebut ia memperoleh pendidikan tinggi setara dengan laki-laki. Penulis menunjukkan kematangan dan kedewasaan dalam menulis fiksi, bertransformasi dengan progresif dalam gaya bahasa dan pilihan kata dia menemukan olah rasa dan olah kepekaan untuk melihat kaumnya dari sudut kejahatan, kekerasan yang dilakukan oleh laki-laki dan ketabahan, kesabaran perempuan akan memberikan solusi dari setiap konflik. Membuat semakin menyadarkan si pembaca tentang dinamika kompilatif antara kekuatan, keeleganan, ketabahan dan kesabaran hati yang melekat pada perempuan. Hasil identifikasi tokoh dari kelima sampel cerpen sebagai berikut: a. Cerpen Memar Hati Seorang Perempuan. Dalam cerpen Memer Hati Seorang Perempuan terdapat tokoh Aku yang menjadi tokoh utama dan merupakan tokoh perempuan. Tokoh Suami merupakan
3 96 tokoh yang bersikap kontra feminis karena membuat tokoh Aku menderita akibat tekanan yang sangat berat dari suaminya shingga tidak membuat bahagia. Bentuk kekerasan yang dialami oleh perempuan adalah kekerasan psikis / mental karena dia mengalami tekanan yang sangat berat yang dilakukan oleh suaminya sendiri. Diksi yang menekankan perempuan sebagai the second sex terkutip dari penggunaan diksi pemuas laki-laki. Wanita penghibur merupakan diksi memaksa, melayani dapat dimaknai sebagai aktivitas seksual yang sering diasumsikan sebagai tindakan yang merujuk laki-laki sebagai subyek dan perempuan sebagai obyeknya. Seksisme bahasa bekerja dalam penggunaan diksi melayani karena diksi tersebut harus memposisikan laki-laki sebagai subyek. Kalimat perempuan melayani laki-laki /sebagai wanita penghibur adalah kalimat yang lazim digunakan dalam masyarakat pemakai bahasa. Berdasarkan pemakaian diksi tersebut memberikan makna bahwa laki-laki sering menjadi subyek dominan dalam seluruh tindakan yang merujuk pada keaktifan salah satunya dalam aktivitas seksual, sedangkan perempuan didalam budaya patriarki diklaim sebagai obyek yang menerima tindakan dari pihak laki-laki atau berlaku pasif. Obyektivitas perempuan versus laki-laki secara detail akan diungkapkan dalam analisis perempuan sebagai obyek pasif dan laki-laki sebagai subyek aktif. Menunjuk pada pemilihan diksi untuk menyebut perempuan sebagai obyek seksual laki-laki. Diksi memuaskan bermakna perempuan menjadi alat pemuas kebutuhan laki-laki dalam hal seksual. Diksi bermakna serupa yang menunjukkan perempuan adalah alat pemuas. Perempuan
4 97 adalah pemuas laki-laki ketika laki-laki membutuhkannya merupakan obyek pemuas kebutuhan seksual laki-laki. b. Cerpen Jangan Panggil Aku Perempuan Jalang. Dalam cerpen Jangan panggil Aku Perempuan Jalang tokoh utama Aku adalah tokoh perempuan berparas cantik. Tokoh Ibu adalah tokoh perempuan merupakan tokoh utama yang bersikap kontra feminis karena menjadi pelacur adalah perbuatan yang tidak baik dan tidak berguna bagi masyarakat. Tokoh Aku adalah seorang anak pelacur yang dianggap hina yang dilahirkan dari rahim seorang sundal. Tokoh Nenek adalah tokoh tambahan dan merupakan tokoh perempuan. yang bersikap profeminis karena mengasuh, menyekolahkan tokoh Aku. Tokoh Bos Johan adalah tokoh tambahan dan merupakan tokoh laki-laki yang bersikap pro feminis karena membuat tokoh Ibu dan tokoh Aku/anak mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Bos Johan juga menyekolahkan anak ibu ke Kanada sampai S2 Tokoh Aku adalah tokoh perempuan merupakan tokoh utama yang bersikap profeminis karena berbuat baik pada tokoh tambahan. Tokoh Mantan istri Bos Johan adalah tokoh tambahan dan merupakan tokoh perempuan yang bersikap profeminis karena tidak membenci pada tokoh Aku karena ulah ibunya melainkan malah menyukainya dan menyayanginya seperti menyayangi ketiga putranya dan diminta menjadi menantunya bukan untuk menebus dosa ibunya melainkan ia menginginkan untuk mendampingi putranya. Tokoh kekasih Aku/anak sulung Bos johan adalah tokoh utama yang merupakan tokoh laki-laki yang bersikap
5 98 profeminis karena membuat tokoh Aku bahagia dan akan dinikahi menjadi istrinya. Bentuk kekerasan yang dialami oleh anak adalah kekerasan non fisik karena dihina sebagai anak sundal/pelacur, padahal dia tidak bersalah. Berdasarkan pemakaian diksi tersebut memberikan makna bahwa laki-laki sering menjadi subyek dominan dalam seluruh tindakan yang merujuk pada keaktifan salah satunya dalam aktivitas seksual, sedangkan perempuan didalam budaya patriarki diklaim sebagai obyek yang menerima tindakan dari pihak laki-laki atau berlaku pasif. Obyektivitas perempuan versus laki-laki secara detail akan diungkapkan dalam analisis perempuan sebagai obyek pasif dan laki-laki sebagai subyek aktif. Menunjuk pada pemilihan diksi untuk menyebut perempuan sebagai obyek seksual laki-laki. Diksi memuaskan bermakna perempuan menjadi alat pemuas kebutuhan laki-laki dalam hal seksual. Diksi bermakna serupa yang menunjukkan perempuan adalah alat pemuas. Perempuan adalah pemuas laki-laki ketika laki-laki membutuhkannya merupakan obyek pemuas kebutuhan seksual laki-laki. c. Cerpen Binatang di Tubuh Perempuan. Tokoh utama pada cerpen Binatang di Tubuh Perempuan, adalah tokoh aku adalah tokoh perempuan merupakan tokoh utama dan tokoh kekasih adalah tokoh laki-laki merupakan tokoh utama yang bersikap kontrafeminis karena membuat tokoh aku diperlakukan sebagai wanita simpanan / gundik.. merupakan contoh ketidakadilan gender bagi seorang perempuan dengan wujud pelecehan yang dilakukan laki-laki terhadap perempuan. Perempuan menjadi jenis kelamin yang
6 99 diremehkan dengan berbagai karakteristiknya yang dianggap tidak berkualitas. Ia tidak pernah berdiri pada posisi diatas laki-laki atau sama dengan laki-laki. Dalam segala hal ia menjadi pihak yang dirugikan, segala kesalahan, perempuan menjadi alat pemuas kebutuhan laki-laki dalam hal seksual, merupakan bentuk kekerasan seksual. Diksi yang menekankan perempuan sebagai the second sex terkutip dari penggunaan diksi pemuas laki- laki. Wanita simpanan/ gundik merupakan diksi memaksa, melayani dapat dimaknai sebagai aktivitas seksual yang sering diasumsikan sebagai tindakan yang merujuk laki-laki sebagai subyek dan perempuan sebagai obyeknya. Seksisme bahasa bekerja dalam penggunaan diksi melayani karena diksi tersebut harus memposisikan laki-laki sebagai subyek. Kalimat perempuan melayani laki-laki /sebagai wanita simpanan sama dengan laki-laki. Dalam segala hal ia menjadi pihak yang dirugikan, segala kesalahan, perempuan menjadi alat pemuas kebutuhan lakilaki dalam hal seksual, merupakan bentuk kekerasan seksual. Diksi yang menekankan perempuan sebagai the second sex terkutip dari penggunaan diksi pemuas laki- laki. Wanita simpanan/ gundik merupakan diksi memaksa, melayani dapat dimaknai sebagai aktivitas seksual yang sering diasumsikan sebagai tindakan yang merujuk laki-laki sebagai subyek dan perempuan sebagai obyeknya. Seksisme bahasa bekerja dalam penggunaan diksi melayani karena diksi tersebut harus memposisikan laki-laki sebagai subyek. Kalimat perempuan melayani laki-laki /sebagai wanita simpanan adalah kalimat yang lazim digunakan dalam masyarakat pemakai bahasa.
7 100 Berdasarkan pemakaian diksi tersebut memberikan makna bahwa laki-laki sering menjadi subyek dominan dalam seluruh tindakan yang merujuk pada keaktifan salah satunya dalam aktivitas seksual, sedangkan perempuan didalam budaya patriarki diklaim sebagai obyek yang menerima tindakan dari pihak laki-laki atau berlaku pasif. Obyektivitas perempuan versus laki-laki secara detail akan diungkapkan dalam analisis perempuan sebagai obyek pasif dan laki-laki sebagai subyek aktif. Menunjuk pada pemilihan diksi untuk menyebut perempuan sebagai obyek seksual laki-laki. Diksi memuaskan bermakna perempuan menjadi alat pemuas kebutuhan laki-laki dalam hal seksual. Diksi bermakna serupa yang menunjukkan perempuan adalah alat pemuas. Perempuan adalah pemuas laki-laki ketika membutuhkannya merupakan obyek pemuas kebutuhan seksual laki-laki. d. Cerpen Surtini. Tokoh yang berpengaruh dalam cerpen Surtini pada Kumpulan Cerpen Memotret Perempuan. Tokoh perempuan : Aku yaitu Surtini, Teman perempuan, Dukun bayi. Tokoh laki-laki yaitu Kekasih Surtini, Majikan/ Tuan. Aku yaitu Surtini merupakan tokoh utama yang mengisahkan cerita, bahwa Surtini sering diperkosa dan pernah hamil namun tidak dinikah malah dikasih uang untuk menggugurkan kandungannya. Perbuatan berikut mencerminkan bahwa perempuan yang merupakan korban pemuas kebutuhan seks oleh laki-laki. Feminisme korban melihat perempuan dalam peran seksual yang murni dan mistis, dipandu oleh naluri untuk mengasuh dan memelihara, serta kejahatan-kejahatan yang terjadi atas
8 101 perempuan sebagai jalan untuk menuntut atas hak-hak perempuan. Feminisme kekuasaan menganggap perempuan sebagai manusia biasa yang secara seksual dan individual tidak lebih baik dan tidak lebih buruk dibandingkan dengan laki-laki dan mengklaim hak-hak perempuan. Tokoh Aku, Surtini merupakan tokoh utama dan tokoh Majikan / Tuan bersikap kontra feminis tidak menunjukkan sikap yang membuat bahagia namun malah menyiksa bertubi-tubi tokoh utama tidak menghargai perempuan yaitu Surtini bahkan memperkosa dan menghamilinya. Tokoh pememperkosa Surtini sewaktu menjadi TKW adalah tokoh lelaki merupakan tokoh utama yang bersikap kontrafeminis, karena tidak menghargai perempuan dan membuat perempuan menderita karena diperkosa. Tokoh Teman Surtini adalah tokoh perempuan dan merupakan tokoh tambahan yang bersikap profeminis karena membantu Surtini, menasihatinya. Tokoh Pemangku Desa adalah tokoh laki-laki merupakan tokoh tambahan yang bersikap profeminis karena menolong teman Surtini. Teman SMA Surtini yang dianggap kekasih Surtini adalah tokoh tambahan dan merupakan tokoh lak-laki yang bersikap kontrafeminis karena membuat Surtini hamil namun tidak mau bertanggung jawab untuk mengawininya malah diberi uang untuk menggugurkan kandungannya. Tokoh Dokter adalah tokoh tambahan merupakan tokoh laki-laki yang bersikap profeminis karena menolong Surtini sewaktu sakit dan didiagnosa mengidap HIV Aids. Tokoh Dukun Bayi adalah tokoh tambahan dan merupakan tokoh perempuan yang bersikap kontra feminis karena mau
9 102 menggugurkan kandungan Surtini dan mengkiretnya, membuat Surtini sakit, terkapar karena kehilangan banyak darah. Surtini dianiaya merupakan bentuk kekerasan fisik yang dialaminya, sedangkan Surtini diperkosa merupakan bentuk kekerasan seksual, merupakan contoh ketidakadilan gender bagi seorang perempuan dapat dikatakan tersubordinasi dengan wujud pelecehan yang dilakukan laki-laki terhadap perempuan. Perempuan menjadi jenis kelamin yang diremehkan dengan berbagai karakteristiknya yang dianggap tidak berkualitas. Ia tidak pernah berdiri pada posisi diatas laki-laki atau sama dengan laki-laki. Dalam segala hal ia menjadi pihak yang dirugikan, segala kesalahan. Diksi yang menekankan perempuan sebagai the second sex terkutip dari penggunaan diksi pemuas laki- laki. Perkosa merupakan diksi memaksa, menyetubuhi dapat dimaknai sebagai aktivitas seksual yang sering diasumsikan sebagai tindakan yang merujuk laki- laki sebagai subyek dan perempuan menjadi obyeknya. e. Cerpen Lelaki Akademisi dan Perempuan Seniwati. Tokoh Aku yaitu Swastika Agni adalah tokoh perempuan merupakan tokoh utama yang bersikap profeminis karena dapat merubah tokoh Engkau mampu membuat gairah dalam hidupnya. Tokoh Engkau yaitu Erlangga Bagaskara adalah tokoh laki-laki merupakan tokoh utama bersikap kontrafeminis karena tidak menghargai perempuan dengan mencumbui berkali-kali tanpa diinginkan. Tokoh Engkau juga dapat dikatakan profeminis karena tokoh Engkau mencintai tokoh Aku bukan karena ketampanannya namun karena mencintai apa adanya. Bentuk
10 103 kekerasan yang dialami oleh Swastika Agni adalah pelecehan seksual karena mencumbui bertubi-tubi tidak seijin terlebih dahulu.dan belum berkenalan. Lelaki adalah berpendidikan sarjana ilmu politik yang disebut manusia Akademisi sedangkan perempuan seniman aotodidak. Sehingga ada ketidak setaraan gender antara laki-laki dan perempuan, namun perempuan dapat mengubah sikap kekasihnya menjadi lebih baik. Laki-laki selalu diklaim sebagai jenis kelamin yang disebut-sebut sebagai jenis kelamin yang pertama (first sex) dan mereka memiliki lebih banyak kekuasaan atas segala hal terutama terhadap perempuan. Pengestimewaan laki-laki dibandingkan dengan perempuan menimbulkan kuasa laki-laki terhadap perempuan, yang tercermin dari sikap selalu lebih, terhadap eksistensi perempuan, yang menganggap bahwa perempuan lebih rendah dan memandang sebagai pendamping pada kehidupan laki-laki saja. Terdapat diksi yang menggunakan perfik di-, perfiks di- menandai pembentukan kalimat pasif. pendamping pada kehidupan laki-laki saja. Terdapat diksi yang menggunakan perfik di-, perfiks di- menandai pembentukan kalimat pasif. Dari hasil analisa aspek kebahasaan pada Kumpulan Cerpen Memotret Perempuan untuk kelima cerpen sebagai sampel yaitu menggunakan gaya bahasa simile/ persamaan, anaphora, repetisi, asonansi, repetisi jenis simploke, repetisi jenis aliterasi, repetisi jenis epizeuksis, hiperbola, personifikasi dan paralelisme.
BAB I PENDAHULUAN. ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan ekspresi kreatif untuk menuangkan ide, gagasan, ataupun perasaan seseorang dari apa yang dialaminya. Ekspresi kreatif tersebut akan senantiasa
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan dalam penelitian terhadap perempuan dalam roman Au Bonheur des Dames karya Émile Zola yang diambil sebagai objek penelitian ini memiliki beberapa implikasi.
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik
68 BAB IV KESIMPULAN Perempuan sebagai subjek yang aktif dalam urusan-urusan publik (ekonomi) merupakan konsep kesetaraan gender. Perempuan tidak selalu berada dalam urusan-urusan domestik yang menyudutkannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan gambaran tentang kehidupan yang ada dalam masyarakat. Kehidupan sosial, kehidupan individu, hingga keadaan psikologi tokoh tergambar
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan 5.1.1 Struktur Naskah Pertja Objek penelitian yang digunakan dalam kajian skripsi ini adalah naskah drama yang berjudul Pertja karya Benjon atau Benny Yohanes. Lakon
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud atau hasil dari daya imajinasi seorang pengarang yang dituangkan dalam bentuk tulisan berdasarkan pengalaman pribadi atau dengan
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak
BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Novel Surga Yang Tak Dirindukan adalah karya Asma Nadia. Penelitian ini memfokuskan pada Ideologi Tokoh Utama Wanita Dalam Novel Surga Yang Tak Dirindukan Karya Asma Nadia Kajian
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL. Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN TELAAH KONSEPTUAL 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian tentang perempuan etnis Tionghoa muslim belum pernah ditulis di penelitian-penelitian di Kajian Wanita Universitas Indonesia.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia saat ini memasuki era globalisasi yang ditandai dengan arus informasi dan teknologi yang canggih yang menuntut masyarakat untuk lebih berperan aktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ilmu sastra pada hakikatnya selalu berkaitan dengan masyarakat. Sastra diciptakan untuk dinikmati, dihayati, dan dimanfaatkan oleh masyarakat. Luxemburg (1989:6) mengatakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui berbagai kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai lingkungan fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia. berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, imajinasi, ide, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kehidupan,
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Merujuk dari rumusan masalah pada penelitian ini, dan dari hasil serta pembahasan yang telah dilakukan maka didapatkan kesimpulan bahwa, 1. Bentuk KDRT pada keluarga muslim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemanusiaan serta perhatiannya terhadap dunia realitas yang berlangsung tiap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sastra lahir disebabkan oleh dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. Perhatian besar terhadap masalah manusia dan kemanusiaan serta
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bagian metode penelitian, peneliti memaparkan mengenai (1) metode penelitian, (2) sumber data, (3) teknik penelitian, (4) definisi operasional. 3.1 Metode Penelitian
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. yakni Bagaimana struktur novel Tanah Tabu karya Anindita S. Thayf? dan
324 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Setelah melalui tahap analisis, sampailah kita pada bagian simpulan. Simpulan ini akan mencoba menjawab dua pertanyaan besar pada awal penelitian, yakni Bagaimana
Lebih terperinci* Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang. 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik
Terdapat dua teori besar dalam ilmu social yang melahirkan aliran feminisme, yakni: 1. Teori struktural fungsionalisme, dan 2. Teori struktural konflik * *Tokoh : Robert Merton & Talcott Parsons. *Teori
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.
BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa. kata-kata yang indah dan gaya bahasa serta gaya cerita yang menarik,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Sastra adalah karya seni yang dikarang menurut standar bahasa kesusastraan. Standar bahasa kesusastraan yang dimaksudkan adalah penggunaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang menciptakan karya sastra sebagai ide kreatifnya. Sebagai orang yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra tercipta sebagai reaksi dinamika sosial dan kultural yang terjadi dalam masyarakat. Terdapat struktur sosial yang melatarbelakangi seorang pengarang
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Simpulan. 1. Kepribadian tokoh perempuan dalam novel. seorang gundik.ibunda Sanikem berkepribadian cantik, pandai merawat diri
digilib.uns.ac.id 125 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, dapat diambil lima simpulan. 1. Kepribadian tokoh perempuan dalam novel Nyai Ontosoroh memiliki kepribadian
Lebih terperinciSUAMI IBU, SUAMI SAYA FIKSI PATRIARKIS DJENAR MAESA AYU OLEH: MARIA ULFAH NIM: A1B102019
SUAMI IBU, SUAMI SAYA FIKSI PATRIARKIS DJENAR MAESA AYU OLEH: MARIA ULFAH NIM: A1B102019 PENDAHULUAN Wanita adalah salah satu fenomena hidup di mana mereka diciptakan dengan segala kekompleksitasan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Abidah El Khalieqy (AEK) adalah pengarang yang kreatif, memiliki daya imajinasi yang tinggi, yang terbukti dari karya-karyanya yang menarik dan banyak pembacanya.
Lebih terperinciI. TINJAUAN PUSTAKA. kekerasan itu tidak jauh dari kebiasaan kita. Berdasarkan Undang-undang (UU) No. 23 Tahun
I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Kekerasan Secara umum kekerasan identik dengan pengerusakan dan menyebabkan kerugian bagi pihak lain. Namun jika kita pilah kedalam jenis kekerasan itu sendiri, nampaknya
Lebih terperinciPENDAHULUAN A. Latar Belakang
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memang tidak luput dari masalah. Permasalahan tersebut meliputi masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan, dan sesama, interaksinya dengan diri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wacana merupakan salah satu kata yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat umumnya memahami wacana sebagai perbincangan terkait topik tertentu.
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Penelitian ini juga disimpulkan dalam level teks dan gambar, level produksi teks, dan level penonton, yaitu : 1) Level teks dan gambar Film 7 hati 7 cinta 7 wanita
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Simpulan. Sumarah karya Tentrem Lestari dapat diambil simpulan sebagai berikut.
digilib.uns.ac.id 84 BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap monolog Balada Sumarah karya Tentrem Lestari dapat diambil simpulan sebagai berikut. 1. Bentuk-bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir melalui pengarang-pengarang yang cerdas di kalangan masyarakat.sastra muncul karena pengaruh dari zaman ke zaman, mulai dari sastra lama kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kekerasan terhadap sesama manusia, sumber maupun alasannya bermacam-macam, seperti politik, rasisme bahkan keyakinan keagamaan/apa saja.dalam bentuk ekstrim,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam masalah kehidupan manusia secara langsung dan sekaligus.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra hadir sebagai wujud nyata hasil imajinasi dari seorang penulis. Penciptaan suatu karya sastra bermula dari pengalaman batin pengarang yang dikontruksikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya yang imajinatif, baik berupa lisan maupun tulisan. Fenomena yang terdapat di dalam karya sastra ini merupakan gambaran suatu budaya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak bisa menangani masalahnya dapat mengakibatkan stres. Menurut
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang memiliki permasalahan dalam hidupnya, dan mereka memiliki caranya masing-masing untuk menangani masalah tersebut. Ada orang yang bisa menangani masalahnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran kaum perempuan Indonesia dalam menegakkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam menegakkan NKRI dipelopori
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keyakinan pengarang. Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang dan menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang, dan keyakinan pengarang. Karya sastra lahir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Karya sastra adalah salah satu jenis hasil budidaya masyarakat yang dinyatakan dengan bahasa, baik lisan maupun tulis, yang mengandung keindahan. Karya sastra
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 2008:8).Sastra sebagai seni kreatif yang menggunakan manusia dan segala macam
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi, 2008:8).Sastra
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak merepresentasikan perempuan sebagai pihak yang terpinggirkan, tereksploitasi, dan lain sebagainya. Perempuan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki fungsi menyampaikan ide-ide atau gagasan-gagasan seorang penulis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan sebuah karya imajinatif seorang pengarang. Hal ini sesuai dengan ungkapan Wallek dan Austin Warren (1989:3) bahwa karya sastra adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ini. Terjadinya ketidakadilan gender kiranya dapat dipicu oleh masih kuatnya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan tentang perempuan pada saat ini masih menjadi perbincangan yang aktual dan tidak ada habisnya. Permasalahan berkaitan dengan perempuan seperti yang
Lebih terperinciKalender Doa Proyek Hana SEPTEMBER 2012
Kalender Doa Proyek Hana SEPTEMBER 2012 DOAKAN PARA IBU Bagi para ibu yang tinggal di lokasi yang kurang aman, dalam kemiskinan atau tanpa pertolongan dari pasangan yang penuh kasih, tanggungjawab terasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Film pertama kali ditemukan pada abad 19, tetapi memiliki fungsi yang sama dengan media lain seperti menyebarkan hiburan, menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. muncul dan mengemuka. Barangkali, isu perempuan menjadi isu yang tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Semakin berkembangnya zaman, semakin beragam pula persoalan yang muncul dan mengemuka. Barangkali, isu perempuan menjadi isu yang tidak pernah habis dibahas.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pekerja dan itu menjadi penanda waktu yang beremansipasi.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perempuan dalam televisi senantiasa hanya mempertentangkan antara wanita karir dan menjadi ibu-ibu rumah tangga. Dua posisi ini ada didalam lokasi yang berseberangan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Laki-laki dan perempuan memang berbeda, tetapi bukan berarti perbedaan itu diperuntukkan untuk saling menindas, selain dari jenis kelamin, laki-laki dan perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah bentuk dari gambaran realita sosial yang digambarkan secara luas oleh pengarang melalui pemikiran-pemikiran yang menjadikan suatu objek
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan. kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gender merupakan konstruksi sosial mengenai perbedaan peran dan kesempatan antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan peran dan kesempatan tersebut terjadi baik
Lebih terperinci2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan
Lebih terperinciANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB.
GASTER, Vol. 4, No. 2 Agustus 2008 (260-267) ANALISIS KEBIJAKAN KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK DALAM KONTEK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PADA PEMBANGUNAN NASIONAL DI KAB. SUKOHARJO Maryatun, Wahyuni Dosen
Lebih terperinciKalender Doa Proyek Hanna Mei 2013 Berdoa Untuk Pengantin Anak
Kalender Doa Proyek Hanna Mei 2013 Berdoa Untuk Pengantin Anak Para gadis kecil dipaksa menikah dan anak-anak gadis memiliki bayi bukan hal yang ingin kita percaya benar-benar terjadi pada tahun 2013.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra adalah penafsiran kebudayaan yang jitu. Sastra bukan sekadar seni yang merekam kembali alam kehidupan, akan tetapi yang memperbincangkan kembali lewat suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dilihat pada penyajian sampul-sampul buku karya sastra yang hampir selalu menjadikan sketsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perempuan menjadi salah satu objek pembahasan yang menarik di dalam karya sastra. Perempuan bahkan terkadang menjadi ikon nilai komersil penjualan karya sastra. Hal
Lebih terperinciKalender Doa Proyek Hanna Januari 2013
Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kekerasan dalam rumah tangga terus meningkat secara drastis, baik dalam angka, frekuensi maupun tingkat kekejamannya. Beberapa berita mengejutkan antara lain: Seorang
Lebih terperinciBAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1 SIMPULAN Setelah melalui bab analisis, sampailah kita pada tahap simpulan yang akan menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah. Meskipun analisis ini dapat dikatakan kurang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan,
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah berhasil dikumpulkan, diketahui bahwa terdapat beberapa penelitian yang dapat dijadikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perempuan oleh masyarakat kadang-kadang masih dianggap sebagai manusia kedua setelah laki-laki. Tatanan sosial memberi kedudukan perempuan tidak lebih penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra dijadikan sebagai pandangan kehidupan bermasyarakat. Karya sastra itu dapat dinikmati dan dipahami oleh semua orang, khususnya pecinta sastra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Patriakat merupakan sistem pengelompokkan sosial yang menempatkan posisi laki-laki sebagai pemilik otoritas lebih tinggi daripada perempuan. Karena laki-laki
Lebih terperinciPERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Wahyu Ernaningsih
PERSPEKTIF GENDER DALAM UNDANG-UNDANG KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Wahyu Ernaningsih Abstrak: Kasus kekerasan dalam rumah tangga lebih banyak menimpa perempuan, meskipun tidak menutup kemungkinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah kekerasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tergantung dari perubahan sosial yang melatarbelakanginya (Ratna, 2007: 81). Hal
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra adalah sistem semiotik terbuka, karya dengan demikian tidak memiliki kualitas estetis intrinsik secara tetap, melainkan selalu berubah tergantung dari
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti memiliki keinginan untuk dapat mempunyai pasangan dan akhirnya menikah. Pada hakikatnya pernikahan adalah ikatan yang mempersatukan sepasang manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan terhadap sesama manusia telah memiliki sumber atau alasan yang bermacam-macam, seperti politik, keyakinan agama, rasisme dan ideologi gender. Salah satu sumber
Lebih terperinciPERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA. By : Basyariah Lubis, SST, MKes
PERMASALAHAN KESEHATAN WANITA DALAM DIMENSI SOSIAL DAN UPAYA MENGATASINYA By : Basyariah Lubis, SST, MKes KEKERASAN Defenisi Kekerasan pada Wanita : Kata kekerasan terjemahan dari violence yaitu suatu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akar perselisihan. Isu dan permasalahan yang berhubungan dengan gender,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat masih terkungkung oleh tradisi gender, bahkan sejak masih kecil. Gender hadir di dalam pergaulan, percakapan, dan sering juga menjadi akar perselisihan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sastra adalah suatu bentuk dan hasil pekerjaan seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Semi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan individu tidak lepas dari pencarian identitas dan jati diri. Pencapaian kebermaknaan hidup dapat diartikan lebih luas sebagai usaha manusia untuk
Lebih terperinciKalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga
Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan adalah persoalan pelanggaran kondisi kemanusiaan yang tidak pernah tidak menarik untuk dikaji. Menurut Mansour Fakih (2004:17) kekerasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan wadah yang digunakan oleh pengarang dalam menyampaikan gagasan-gagasan ataupun merefleksikan pandangannya terhadap berbagai masalah yang diamati
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih
Lebih terperinciCITRA WANITA TOKOH UTAMA NOVEL 5 KELOPAK MAWAR BERBISA KARYA RIA JUMRIATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA
CITRA WANITA TOKOH UTAMA NOVEL 5 KELOPAK MAWAR BERBISA KARYA RIA JUMRIATI DAN SKENARIO PEMBELAJARANNYA DI SMA Oleh: Sulistiyono Program StudiPendidikanBahasadanSastra Indonesia UniversitasMuhammadiyahPurworejo
Lebih terperinciBab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Shuji dalam Olson (2006: 197) masyarakat Jepang adalah masyarakat patriarkal. Olson (2006: 125) juga menerangkan bahwa sistem patriarkal adalah suatu sistem
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian. secara mendalam peneliti membahas mengenai self blaming pada
144 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa ketiga subjek mengalami self blaming. Kemudian secara mendalam peneliti membahas mengenai self
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam penelitian ini, peneliti meneliti mengenai pemaknaan pasangan suami-istri di Surabaya terkait peran gender dalam film Erin Brockovich. Gender sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun
Lebih terperinciPenokohan Karakter Utama dalam novel Kunjungan Nyonya Tua dan Perempuan di Titik Nol
Penokohan Karakter Utama dalam novel Kunjungan Nyonya Tua dan Perempuan di Titik Nol Nama : Janice Anastasia Lee-Layhadi No. Kandidat : 00076-06 Sesi : Mei 007 Mata Pelajaran : Indonesian A Sekolah : The
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tudingan sumber permasalahan dalam upaya mengurangi praktek prostitusi
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pekerja Seks Komersial Kaum perempuan sebagai penjaja seks komersial selalu menjadi objek dan tudingan sumber permasalahan dalam upaya mengurangi praktek prostitusi (Departemen
Lebih terperinciSMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 11. KETERAMPILAN BERSASTRALatihan Soal 11.4
SMA/MA IPS kelas 10 - BAHASA INDONESIA IPS BAB 11. KETERAMPILAN BERSASTRALatihan Soal 11.4 1. Perhatikan penggalan hikayat berikut ini untuk menjawab soal nomor 1 dan 2! Maka segera diusirnya, akan Laksamana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam
digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai karya sastra, novel muncul sebagai sebuah representasi atau pandangan pengarang terhadap fakta-fakta atau realitas yang terjadi dalam
Lebih terperinciBAB IV. A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
58 BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ABORSI DALAM UNDANG- UNDANG NOMOR 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN DAN RELASINYA DALAM MEMBINA KEUTUHAN RUMAH TANGGA A. Analisis tentang Ketentuan Aborsi dalam Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini, media massa sudah menjadi kebutuhan penting bagi khalayak. Karena menurut McLuhan (dalam Rakhmat,2008:224), media massa adalah perpanjangan alat indra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kehidupan dan keadaan sosial masyarakat baik secara langsung maupun tidak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu bentuk kreativitas pengarang yang di dalamnya mengandung ungkapan perasaan dan pikiran pengarang yang bersumber dari realitas kehidupan
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI
318 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. Simpulan Berdasarkan capaian hasil penelitian dan pembahasan seperti yang tertuang pada bab IV, bahwa penelitian ini telah menghasilkan dua analisis, pertama
Lebih terperinciPEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS
PEMERKOSAAN,PERBUDAKAN SEKSUALITAS Di dunia ini Laki-laki dan perempuan memiliki peran dan status sosial yang berbeda dalam masyarakat mereka, dan Komisi diharuskan untuk memahami bagaimana hal ini berpengaruh
Lebih terperinciPedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi
Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan
Lebih terperinciSKRIPSI PEREMPUAN DALAM FILM 7 HATI 7 CINTA 7 WANITA (Analisis Semiotik Ketidakberdayaan Perempuan Dalam Film 7Hati 7Cinta 7Wanita)
SKRIPSI PEREMPUAN DALAM FILM 7 HATI 7 CINTA 7 WANITA (Analisis Semiotik Ketidakberdayaan Perempuan Dalam Film 7Hati 7Cinta 7Wanita) Disusun oleh: Wahyuningsih L.100070117 Diajukan Kepada Fakultas Komunikasi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN 1. Dampak skizofrenia bagi keluarga sangatlah besar, ini menyebabkan seluruh keluarga ikut merasakan penderitaan tersebut. Jika keluarga tidak siap dengan hal ini,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membuat karya sastra berangkat dari fenomena-fenomena sosial, politik, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra diciptakan oleh pengarang dalam beberapa alasan yaitu proses berpikir secara imajinatif, fiktif, kontemplasi dan mengenai realita yang terjadi di masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara
Lebih terperinciOktober Berdoa Untuk Wanita Di Seluruh Dunia
Oktober 2013 Berdoa Untuk Wanita Di Seluruh Dunia Dalam dunia kamu menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan dunia." (Yohanes 16:33). Setelah mengatakan hal itu Yesus berdoa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mengetahui pandangan budaya dalam suatu masyarakat, tidak hanya didapatkan dari tulisan-tulisan ilmiah. Tidak juga harus masuk ke dalam masyarakat yang bersangkutan,
Lebih terperinciFEBRUARI Berdoa untuk Mengakhiri Pernikahan Anak-anak
FEBRUARI 2016 Berdoa untuk Mengakhiri Pernikahan Anak-anak Setiap hari sekitar 41.000 anak perempuan di seluruh dunia yang berusia di bawah 18 tahun menikah - itu berarti setahun ada 15 juta anak perempuan
Lebih terperinci