Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Kepatuhan ARV Pada Remaja Positif HIV Di Kota Semarang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Kepatuhan ARV Pada Remaja Positif HIV Di Kota Semarang"

Transkripsi

1 Faktor-Faktor Yang Memperngaruhi Kepatuhan ARV Pada Remaja Positif HIV Di Kota Semarang Ekki Indri Retno Utami *), Antono Suryoputro **), Bagoes Widjanarko **). *) **) Mahasiswi Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro Korespondensi Magister Promosi Kesehatan Universitas Diponegoro ABSTRAK Kepatuhan adalah tantangan terberat dalam terapi ARV. Angka kepatuhan ARV remaja dan dewasa muda (usia tahun) secara global di 5 benua menunjukkan persentase sebesar 62,3% [95% confidence interval (CI) 57,1-67,6; I2: 97,2%]. Berdasarkan laporan data statistik di Indonesia, umur yang paling banyak menggunakan ARV adalah golongan umur tahun dimana usia tersebut diidentifikasi lebih sukar mematuhi regimen pengobatan dari pada dewasa tua. Di Kota Semarang, 33 orang menghentikan ART, 465 orang meninggal, dan 584 orang terjadi loss to follow up. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ARV pada remaja positif HIV di Kota Semarang. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.besar sampel dalam penelitian ini berjumlah 55 orang remaja yang diperoleh dari total populasi.analisis data dilakukan secara bertahap mencakup analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji chi square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda.hasil penelitian menunjukkan hanya 36,4% responden yang patuh minum ARV. Variabel yang berpengaruh terhadap kepatuhan minum ARV adalah persepsi manfaat ARV (p=0,006; OR=10,951; 95% CI=2,048-69,734), konseling pengobatan (p=0,005; OR=9,052; 95% CI=0,834-71,862) dan pekerjaan (p=0,035; OR=0,217; 95% CI=0,053-0,900). Secara bersama-sama ketiga variabel tersebut dapat meningkatkan kepatuhan sebesar 97,08%.Diharapkan petugas kesehatan dapat merubah persepsi remaja tentang ARV dengan cara edukasi mengenai HIV/AIDS dan terapi ARV melalui konseling untuk dapat meningkatkan pemahaman terhadap HIV/AIDS dan terapi ARV terutama mengenai manfaat, efek samping, dosis, cara dan waktu minum ARV yang disesuaikan dengan gaya bahasa anak muda. Selain itu, sikap petugas kesehatan yang ramah dan santun, serta memberikan motivasi untuk selalu meminum ARV tepat waktu diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan minum ARV. Kata Kunci : Kepatuhan ARV, HIV/AIDS, Remaja, Semarang ABSTRACT Adherence is the toughest challenge in antiretroviral therapy. Globally, data from 5 continent of eligible articles shows 62,3% [95% confidence interval (CI) 57,1-67,6; I2: 97,2%] of adolescents were adherent to therapy. Adolescents and young adult identified as most groups to using ARV in Indonesia which have poor ART adherent rate. In Semarang city, 33 people stop treatment, 465 people died and 584 people there is loss to follow-up. This study seeks to identify factors influencing adherence of antiretroviral in HIV positive adolescents in Semarang city. This study used quantitative method with cross sectional approach. The study involved 55 adolescents of total population who meet inclusion and exclusion criteria. Multiple logistic regression used to a multivariate analysis.the study results showed that most respondents had ARV adherence 95% : 36,4%. Variables that influence ART adherence are perceived benefits of ARV (p=0,006; OR=10,951; 95% Ci=2,048-69,734,

2 counseling and treatment(p=0,005; OR=9,052; 95% CI=0,834-71,862) and occupation (p=0,035; OR=0,217; 95% CI=0,053-0,900).Expected health workers can change adolescent s perception ARVby educating about HIV/AIDS and ARV therapy through counseling to improve HIV/AIDS knowledge and ARV therapy especially about benefits, side effect, daily oral doses, guideline ARV consumption. Well behaved and friendly health worker as well as support and motivation expected improve adherent therapy. Keywords : Adherence ARV, HIV/AIDS, Adolescent, Semarang city PENDAHULUAN Masa remaja (adolescent) merupakan periode yang kritis pada perkembangan manusia baik secara fisiologis, psikologis, dan sosial. Menurut sensus penduduk tahun 2010, proporsi penduduk usia remaja (15-19 tahun) hampir mencapai 10 persen dari jumlah penduduk. 1 Pada masa remaja, remaja sering mengalami beragam masalah dalam hidupnya, misalnya masalah kesehatan. Masalah kesehatan yang sering menghampiri remaja di Indonesia antara lain meningkatnya jumlah remaja dengan HIV/AIDS, Infeksi Menular Seksual (IMS), Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD), dan penyalahgunaan NAPZA.2 Di Indonesia separuh penderita HIV/AIDS adalah remaja, dan penularannya diperluas oleh penggunaan narkoba dengan alat suntik..menurut data PKBI, secara nasional, sebanyak orang terinfeksi HIV/AIDS. Angka penyebaran virus HIV/AIDS di Jawa Tengah pada 2014 yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Jumlah tersebut juga didominasi remaja di Kota Semarang dimana 20 persen atau 400 orang di antaranya merupakan remaja yang tinggal di Jawa Tengah. Dari 400 orang remaja di Jawa Tengah yang mengidap HIV/AIDS, 70 persen di antaranya adalah remaja di Kota Semarang. Penemuan obat antiretroviral (ARV) pada tahun 1996 mendorong suatu revolusi dalam perawatan ODHA di negara maju. Meskipun belum mampu menyembuhkan AIDS namun ARV dapat menurunkan angka kesakitan pada ODHA dan peningkatan kualitas hidup ODHA serta dapat meningkatkan harapan masyarakat sehingga saat ini HIV/AIDS dapat diterima sebagai penyakit yang dapat dikendalikan dan tidak lagi dianggap sebagai penyakit yang menakutkan. 3 Penggunaan obat ARV memerlukan tingkat kepatuhan tinggi untuk mendapatkan keberhasilan terapi, menekan HIV hingga tak terdeteksi, mencegah resistensi, meningkatkan kualitas dan kelangsungan hidup, meningkatkan kesehatan secara keseluruhan serta mengurangi risiko penularan HIV. Untuk mendapatkan respon penekanan jumlah virus sebesar 85% diperlukan kepatuhan penggunaan obat 90-95%, dalam sebulan pasien 60 kali mengkomsumsi ARV dengan dosis 2 kali sehari maka pasien diharapkan tidak lebih dari 3 kali lupa minum obat. Adanya ketidakpatuhan terhadap terapi ARV dapat memberikan efek resistensi obat sehingga obat tidak dapat berfungsi atau gagal. 4 Angka kepatuhan ARV remaja dan dewasa muda (usia tahun) secara global di 5 benua menunjukkan persentase sebesar 62,3% [95% confidence interval(ci) 57,1-67,6; I2: 97,2%]. Studi ini diambil dari 53 negara dengan sampel sebesar pasien HIV. Angka ratarata kepatuhan terendah adalah di Amerika Utara [53% (95% CI 46-59; I2: 91%)], Eropa[62% (95% CI 51-73; I2: 97%)] dan Amerika Selatan [63% (95% CI 47-77; I2: 85%]dan, dengan tingkat yang lebih tinggi di Afrika [84% (95% CI 79-89; I2: 93%)] dan Asia [84% (95% CI77-91; I2: 0%]. 5 Berdasarkan laporan data statistik di Indonesia, umur yang paling banyak menggunakan ARV adalah golongan umur tahun.selain itu, umur tersebut juga memiliki angka kesakitan dan kematian

3 yang tinggi. Pada dasarnya umur tersebut disebut dengan dewasa muda lebih sukar mematuhi regimen pengobatan dari pada dewasa tua. 6,7 Di Kota Semarang, 33 orang menghentikan ART, 465 orang meninggal, dan 584 orang terjadi loss to follow up. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan ARV pada remaja positif HIV di Kota Semarang. 8 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan cross sectional.sampel penelitian ini adalah populasi ODHA remaja berusia tahun di Kota Semarang yang memiliki kriteria inklusi yaitu belum menikah dan telah melewati masa terapi ARV selama 2 bulan, dan kriteria eksklusi yaitu rujuk keluar kota dan tidak menjalani rawat inap yang berjumlah 55 orang. Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner yang digunakan sebagai alat utama yang disusun menurut variabel yang akan diteliti. Bentuk pertanyaan yang dipakai adalah bentuk pertanyaan tertutup.instrumen ini sudah sesuai standar karena telah diuji validitas dan reabilitas data. Uji validitas dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment dengan cara melakukan korelasi antar skor pertanyaan dengan total skor konstruk atau variabel. Uji signifikansi dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel. Jika nikai r hitung lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan dikatakan valid-total correction lebih besar >0,361 dengan derajat kemaknaan 5% (0,05). Uji reabilitas menggunakan uji statistik Cronbach Alpha (α) apabila suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai Cronbach Alpha >0,60. Analisis data dilakukan secara bertahap mencakup analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji chi square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda. Sampel penelitian ini adalah populasi ODHA remaja berusia tahun di Kota Semarang yang memiliki kriteria belum menikah dan telah melewati masa terapi ARV selama 2 bulan, tidak dirujuk pengobatan keluar kota dan tidak menjalani rawat inap yang berjumlah 55 orang. Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner yang digunakan sebagai alat utama yang disusun menurut variabel yang akan diteliti. Bentuk pertanyaan yang dipakai adalah bentuk pertanyaan tertutup. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Gambaran Penelitian Penelitian ini dilakukan pada remaja yang terinfeksi HIV/AIDS usia tahun di Kota Semarang yang telah melakukan terapi Antivetroviral yang terdata pada tahun Penelitian dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang dilakukan bulan Desember 2015 sampai bulan Februari Penelitian dilakukan di VCT RSUP dr. Kariadi dan VCT Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah Semarang.Penelitian dilakukan pada saat KDS, untuk responden yang telahterdata namun tidak datang saat pertemuan KDS atau tidak bergabung dalam KDS, peneliti menunggu responden di ruang VCT untuk mengambil ARV pada tanggal yang sudah ditetapkan rumah sakit. Karakteristik Demografi Responden Proporsi usia responden sebanyak 83.6% berada pada rentang usia tahun. Sebanyak 85,5% berjenis kelamin laki-laki. Status tempat tinggal responden sebanyak 72,7% tinggal bersama orangtua. Kombinasi ARV yang diminum 86,8% merupakan kombinasi 3TC+AZT+NVP dengan nama dagang duviral dan neviral. Sebanyak 92,7% telah mengetahui status HIVnya lebih dari 6 bulan dan 90,9% telah memulai ARV sejak lebih dari 6 bulan. Berdasarkan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Roura di tahun 2009, penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor individu seperti psikologis memegang

4 peranan yang penting pada kelanjutan terapi ARV.Usia yang lebih muda membuat odha belum siap secara psikologis untuk mengikuti terapi ARV secara teratur selain adanya penolakan psikologis terhadap kondisinya. Hal lain yang kemungkinan berhubungan dengan usia muda adalah mobilisasi. Usia muda lebih mudah untuk lupa minum obat karena aktivitasnya yang sering berpindahpindah untuk sekolah maupun bekerja. Kepatuhan ARV Remaja Metode pengukuran kepatuhan ARV dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menanyakan kepada individu yang menjadi responden (self report) dengan menggunakan kuesioner yang didasarkan pada pengakuan responden terhadap dosis ARV yang mereka konsumsi setiap hari (pill count). Responden dinyatakan patuh apabila responden memiliki kepatuhan > 95% yaitu responden tidak lebih dari 3 kali melupakan dosis dalam waktu 30 hari dengan dosis 2x1hari dan/atau meminum ARV tidak lebih dari 60 menit dari jadwal yang telah ditentukan pada awal terapi, dan/atau diminum dengan sesuai petunjukkan peresepan. Sedangkan responden dinyatakan tidak patuh apabila responden memiliki kepatuhan 95% yaitu responden melupakan 3 kali atau lebih dosis ARV dalam waktu 30 hari dengan dosis 2x1hari, meminum ARV lebih dari 60 menit dari jadwal yang telah ditentukan pada awal terapi, diminum tidak sesuai petunjuk peresepan. Tabel 1. Distribusi dan Frekuensi Kepatuhan ARV Variabel Dependen Frekuensi (n=55) Persentase (%) Patuh 20 36,4 Tidak patuh 35 63,6 Total ,0 Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 36,4% yang patuh terhadap terapi ARV itu berarti responden tidak lebih dari 3 kali melupakan minum ARV dalam waktu 30 hari, dan/atau minum ARV dalam waktu 60 menit atau lebih lama dari jadwal yang telah ditetapkan pada awal terapi, dan/atau meminum ARV tidak sesuai petunjuk peresepan. Kepatuhan >95% dihubungkan dengan keberhasilan virologi yang tinggi.pasien yang memakai pengobatan ARV berbasis NNRTI atau rejimen PI dengan tingkat kepatuhan 80% tingkat kegagalannya adalah <10%. Pasien HIV dengan tingkat kepatuhan <95% berdasarkan pengisian resep dan tingkat obat terdeteksi dalam plasma darah lebih beresiko terhadap mutasi yang resisten dengan 3TC dan NNRTI dibandingkan pasien dengan tingkat kepatuhan 95% atau lebih. 9 Kepatuhan 80-95% tidak cukup baik untuk keberhasilan ART dalam jangka panjang.orang yang memiliki kepatuhan kurang dari 80% (orang yang melewatkan dosis setiap minggu) hanya memiliki 10-15% kemungkinan untuk mempertahankan respon pengobatan secara baik dalam periode penelitian selama 4 tahun. Sementara itu, orang dengan kepatuhan 80-95% kemungkinan memiliki respon pengobatan secara baik tidak lebih dari 41%. 10 Selain itu, kepatuhan 80% adalah kepatuhan yang paling beresiko, apabila kepatuhan lebih rendah, kemungkinan adanya obat didalam tubuh tidak cukup untuk merangsang pembentukkan resistensi. 11 Tingkat Pendidikan Hasil penelitian sebanyak 67,3% responden memiliki pendidikan tinggi yaitu SMA-perguruan tinggi. Dan sebanyak 32,7% responden memiliki pendidikan rendah (tidak sekolah-smp). Hasil uji chi square dengan nilai p=0,745 (p>0,05) menunjukkan bahwa Ha ditolak, Ho diterima sehingga tidak terdapat hubungan antara pendidikan dengan kepatuhan ARV.Dalam hal pengobatan responden lebih percaya pada keadaan

5 yang dia rasakan, apabila dalam dirinya dia merasa bahwa tidak ada perbedaan antara sebelum dan sesudah minum ARV maka mereka akan menganggap bahwa pengobatannya yang dilakukan sia-sia walaupun responden berasal dari golongan pendidikan tinggi. Pekerjaan Hasil penelitian menunjukkan bahwa 21,8% responden berstatus pelajar/mahasiswa dan 78,2% responden sudah bekerja. Dari hasil uji statistik chi square (X 2 ), dengan CI=95% (α=5%) didapatkan nilai p=0,014 (p 0,05). Hal ini memiliki arti bahwa berdasarkan statistik Ha diterima, Ho ditolak sehingga terdapat hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan minum ARV.Berdasarkan derajat ketidakpatuhan yang dikemukakan oleh Niven bahwa salah satunya karena derajatgaya hidup yang dibutuhkan dimana alasan dominan penyebab ketidakpatuhan adalahkegagalan klien dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan gaya hidupsebagian besar responden diidentifikasi tidak patuh terhadap waktu minum obat dengan alasan berada jauh atau sedang di luar rumah, lupa, berada dalam aktivitas tertentu yang tidak dapat ditinggalkan, serta bermasalah dengan jadwal spesifik minum obat ARV. 12 Menurut Sasmita Aji, hambatan responden dalam kepatuhan ARV adalah responden kesulitan dalam meninggalkan pekerjaan ketika harus mengambil ARV dan takut jika dikeluarkan dari pekerjaan karena sering ijin untuk mengambil ARV. 13 Tabel 2. Hubungan Pekerjaan dengan Kepatuhan ARV Kepatuhan ARV Pekerjaan Tidak Patuh Patuh Total (n=55) f % f % f % Pelajar/mahasiswa 4 33,3 8 66, ,0 Bekerja 31 72, , ,0 Total 35 63, , ,0 p value = 0,014 Pengetahuan HIV/AIDS dan ARV Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40,0% responden memiliki pengetahuan HIV/AIDS dan ARV yang rendah dan 60,0% memiliki pengetahuan HIV/AIDS dan ARV yang tinggi.dari hasil uji statistik chi square (X 2 ), dengan CI=95% (α=5%) didapatkan nilai p=0,252 (p>0,05). Hal ini memiliki arti bahwa berdasarkan statistik Ha ditolak, Ho diterima sehingga tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan minum ARV. Tingginya persentase angka responden yang berpengetahuan rendah (40,0%) terhadap HIV/AIDS dan ARV menunjukkan ketidakpahaman responden akan penyakit dan pengobatannya. Beberapa pengetahuan yang belum dipahami responden adalah tentang aturan minum obat, konsumsi ARV tidak boleh putus walaupun sudah merasa sehat, dan manfaat ARV bagi tubuh responden. Besarnya persentase responden dengan pengetahuan HIV/AIDS dan terapi ARV yang rendah di Kota Semarang menjadikan sebuah penemuan yang mencengangkan di tengah kemudahan layanan informasi yang dapat diakses oleh responden dan gencarnya informasi yang diterbitkan oleh instansi terkait di berbagai media.

6 Seharusnya ODHA yang mempunyai pengetahuan yang cukup tentang HIV/AIDS, selanjutnya mengubah perilakunya sehingga dapat mengendalikan kondisi penyakitnya dan penderita dapat hidup lebih lama.harus ada evaluasi mengenai promosi kesehatan yang telah dijalankan oleh dinas terkait, apakah informasi yang mereka sampaikan sudah tepat sasaran dan dapat dipahami oleh obyek promosi. Promosi kesehatan juga harus disesuaikan dengan gaya hidup dan gaya bahasa anak muda jaman sekarang. Dengan demikian tujuan promosi dapat tercapai dalam meningkatkan pengetahuan remaja. Riwayat Ganti ARV Pemberian ARV secara umum diberikan dalam bentuk kombinasi, yang diberikan seumur hidup.substitusi akibat efek samping merupakan salah satu aspek yang penting diperhatikan dalam pemberian ARV. Pada dasarnya substitusi atau penggantian dari salah satu obat ARV karena adanya efek samping atau toksisitas diambil dari lini yang sama. Bila toksisitas yang mengancam muncul, semua obat ARV harus dihentikan segera, sehingga secara klinis sembuh, diganti dengan panduan ARV yang lainnya yaitu pemberian lini ke-2. Hasil penelitian menunjukkan 36,4% mengaku pernah mengganti kombinasi ARV. hasil uji statistik chi square (X 2 ), dengan CI=95% (α=5%) didapatkan nilai p=0,672 (p>0,05). Hal ini memiliki arti bahwa berdasarkan statistik Ha ditolak, Ho diterima sehingga tidak terdapat hubungan antara riwayat ganti ARV dengan kepatuhan minum ARV. Penggantian ARV dimaksudkan untuk mempertahankan kepatuhan ARV agar masalah selama terapi yang berasal dari ketidakcocokan ARV misalnya, munculnya efek samping dapat teratasi.hasil penelitian ini menunjukkan bahwa walaupun ARV telah disubtitusi maupun diganti tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan ARV. Karena persentase ketidakpatuhan dari kelompok yang penah digantikan ARV sebesar 60,0%. Apalagi dalam kasus penggantian ARV karena tidak patuh ARV sebelumnya yang ditandai dengan tidak naiknya CD4, walaupun ARV diganti motivasi mereka untuk patuh minum ARV tidak berubah. Riwayat Efek Samping ARV Hasil penelitian menunjukkan persentase responden yang mengalami efek samping sebesar 69,1%. Efek samping terbanyak yang dialami responden yaitu mual sebanyak 27 orang responden (49,1%), muntah dan sakit kepala 19 orang responden (34,5%), alergi seperti ruam kulit sebanyak 14 orang responden (25,5%), gatal dan mengantuk masing-masing sebanyak 13 orang responden (23,6%), nafsu makan berkurang sebanyak 5 orang responden (9,1%), susah tidur 4 orang responden (7,3%), dan mudah lupa sebanyak 3 orang responden (5,5%). Hasil uji statistik chi square (X 2 ), dengan CI=95% (α=5%) didapatkan nilai p=0,620 (p>0,05). Hal ini memiliki arti bahwa berdasarkan statistik Ha ditolak, Ho diterima sehingga tidak terdapat hubungan antara riwayat efek samping ARV dengan kepatuhan minum ARV. Efek samping ARV merupakan kejadian yang sering dialami pasien HIV dan umumnya terjadi dalam tiga bulan pertama setelah terapi ARV.Walaupun demikian, efek samping jangka panjang juga kerap terjadi pada beberapa pasien HIV.Waktu kejadian efek samping bervariasi pada setiap pasien HIV.Kejadian efek samping dapat terjadi pada awal terapi sampai dengan beberapa tahun setelah terapi ARV. Variasi kejadian efek samping ini yang sering menyebabkan kejadian putus obat pada beberapa kasus pengobatan Riwayat Infeksi Oportunistik Hasil penelitian menunjukkan 30,9% responden pernah mengalami infeksi

7 oportunistik. Infeksi opportunistik yang pernah dialami adalah candidiasis oral sebanyak 12 orang responden (70%), TB paru sebanyak 6 orang responden (35,3%), herpes simplek sebanyak 3 orang responden (17,6%), hepatitis B dan CMV masing-masing sebanyak 1 orang responden (5,8%). Hasil wawancara menunjukkan 9 orang responden (53%) tidak meminum ARV secara teratur saat terjadi infeksi opportunistik dan 8 orang responden (47%) meminum ARV secara teratur. Hasil uji statistik chi square (X 2 ), dengan CI=95% (α=5%) didapatkan nilai p=0,912 (p>0,05). Hal ini memiliki arti bahwa berdasarkan statistik Ha ditolak, Ho diterima sehingga tidak terdapat hubungan antara riwayat infeksi opportunistik dengan kepatuhan minum ARV. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa adanya riwayat infeksi oportunistik menjadikan responden tidak patuh terhadap ARV sebesar 64,7%. Munculnya infeksi oportunistik menjadikan responden beranggapan bahwa ARV tidak mampu mencegah munculnya infeksi oportunistik sehingga timbul persepsi yang salah terhadap ARV. Persepsi Manfaat ARV Persepsi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi kepatuhan seseorang dalam minum obat. Prinsipnya segala hal yang dijalani oleh masingmasing individu bermuara pada persepsi yang mereka miliki, sama halnya dengan konteks pengguna obat atau pasien dalam proses menjalani pengobatan. Hasil penelitian menunjukkan persentase responden menyatakan bahwa minum ARV bermanfaat bagi kesehatannya sebanyak 50,9% dan 49,1% menyatakan bahwa ARV tidak bermanfaat bagi kesehatannya. Persentase responden yang tidak patuh minum ARV lebih banyak berada pada kelompok yang memiliki persepsi bahwa ARV tidak bermanfaat (77,8%) dibandingkan dengan kelompok yang memiliki persepsi bahwa ARV bermanfaat (50,0%). Dari hasil uji statistik chi square (X 2 ), dengan CI=95% (α=5%) didapatkan nilai p=0,032 (p 0,05). Hal ini memiliki arti bahwa berdasarkan statistik Ha diterima, Ho ditolak sehingga terdapat hubungan antara persepsi manfaat ARV dengan kepatuhan minum ARV. Persepsi akan manfaat dari suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang individu dapat menjadikannya sebagai motivasi untuk tetap melakukan tindakan tersebut. Motivasi dari dalam diri penderita untuk tetap bertahan hidup, tingkat kesadaran tinggi akan fungsi dan manfaat ARV serta keimanan terhadap agama/keyakinannya. Dengan adanya optimisme hidup, ODHA mempunyai semangat untuk bekerja, motivasi untuk hidup, dan pikiran yang positif.hal ini sejalan dengan penelitian lainnya yang menyatakan bahwa kesadaran ODHA merupakan hal yang berperan penting untuk meningkatkan kepatuhan. 13 Tingginya persentase responden yang menyatakan persepsi bahwa ARV tidak bermanfaat menjadi faktor pendukung rendahnya angka kepatuhan di kalangan remaja di Kota Semarang. Sebesar 21,8% responden menyatakan bahwa dirinya tidak membutuhkan ARV, 85,5% responden berpendapat bahwa ARV tidak berguna bagi dirinya karena sudah terinfeksi HIV, dan 27,3% responden menyatakan bahwa ARV tidak membuat dirinya sehat seperti orang lain. Hal ini menandakan rendahnya motivasi responden untuk patuh minum ARV. Seorang dengan persepsi yang kurang terhadap manfaat ARV menganggap sama beratnya antara keuntungan dengan efek samping, merasa tidak bermanfaat rajin minum ARV karena tetap muncul penyakit lain, dan merasa beban karena harus diminum seumur hidup. Kemudian mereka melakukan tindakan untuk mengatasi masalah, tetapi tindakan dan perubahan

8 gaya hidup yang dilakukan, dapat menjadi ancaman, yaitu apabila merasa malas dan Tabel 3.Hubungan Persepsi Manfaat ARV dengan Kepatuhan ARV Kepatuhan ARV Persepsi Manfaat ARV Tidak Patuh Patuh Total (n=55) f % f % f % Bermanfaat 14 50, , ,0 Tidak bermanfaat 21 77,8 6 22, ,0 Total 35 63, , ,0 p value = 0,032 bosan, dan jenuh minum obat, obat dihentikan tanpa konsultasi dokter.karena mudah sakit dan tidak boleh stress, maka jika tidak merasakan efek berhenti minum oba,serta karena bekerja kesulitan mengambil obat sampai kehabisan persediaan serta mengalami putus minum ARV. Sehingga pasien HIV merasa sering kecapekan, lemas, pusing, dan muncul infeksi toksoplasma, peradangan otak, diare, dan mudah sakit. 14 Dukungan Keluarga Sebanyak 30 orang responden (54,5%) dan yang tidak mendapat dukungan keluarga sebayak 25 orang responden (45,5%). Dari hasil uji statistik chi square (X 2 ), dengan CI=95% (α=5%) didapatkan nilai p=0,959 (p>0,05). Hal ini memiliki arti bahwa berdasarkan statistik Ha ditolak, Ho diterima sehingga tidak terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum ARV. Peranan keluarga diusahakan untuk mempertinggi bantuan konstruktif dengan mendapatkan perhatian dari anggota keluarga yang lain akan memberikan rasa yang aman, nyaman dan merasa terlindungi bagi penderita AIDS. Hasil penelitian ini ada 45,5% responden yang merasa tidak mendapat dukungan keluarga dengan tingkat ketidakpatuhan sebesar 64%. Kondisi ini sangat berbahaya bagi penderita karena obat ARV harus diminum seumur hidup untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan meningkatkan daya tahan tubuh mereka terhadap infeksi sekunder yang dapat menyerang mereka. Dukungan dari orangtua dan keluarga dapat meningkatkan kepatuhan minum obat ARV bagi ODHA.Bagi ODHA yang sudah diketahui statusnya oleh keluarga dan keluarganya dapat menerima kondisi mereka, maka faktor keluarga biasanya menjadi pendukung utama.biasanya orang tua, suami/istri, anak menjadi orang-orang terdekat yang mengingatkan untuk minum obat.keluarga dalam hal ini bisa berfungsi menjadi Pengawas Minum Obat (PMO) bagi ODHA. Akan tetapi ada kondisi keluarga yang justru menghambat kepatuhan misalnya takut diketahui pasangannya sebagai ODHA sehingga menjadi berhenti minum obat. 15 Dukungan Petugas Kesehatan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 28 orang responden (50,9%%) menyatakan bahwa mereka mendapat dukungan dari petugas kesehatan dan sisanya 27 orang (49,1%) menyatakan bahwa mereka tidak mendapat dukungan dari petugas kesehatan. Dari hasil uji statistik chi square (X 2 ), dengan CI=95% (α=5%) didapatkan nilai p=0,032 (p 0,05). Artinya bahwa berdasarkan statistik Ha diterima, Ho ditolak sehingga terdapat hubungan antara dukungan petugas kesehatan dengan kepatuhan minum ARV. Petugas kesehatan dapat mempengaruhi perilaku pasien dengan cara menyampaikan antusias mereka terhadap tindakan tertentu dari pasien dan secara terus-menerus memberikan

9 penghargaan yang positif bagi pasien yang pengobatan. 16 telah mampu beradaptasi dengan Tabel 4. Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Kepatuhan ARV Kepatuhan ARV Dukungan Petugas Kesehatan Tidak Patuh Patuh Total (n=55) f % f % f % Mendukung 14 50, , ,0 Tidak mendukung 21 77,8 6 22, ,0 Total 35 63, , ,0 p value = 0,032 p=0,283 (p>0,05). Hal ini memiliki arti bahwa berdasarkan statistik Ha ditolak,ha Pasien yang merasakan kepuasanterhadap mutu layanan kesehatan akan meningatkan kepatuhan dalam berobat. Begitu pula sebaliknya, apabila konsumen tidak merasakan kepuasan atas mutu layanan yang diterima akan menurunkan tingkat kepatuhan pasien. 17 Seseorang tidak patuh minum obat, karena kurangnya informasi dari petugas mengenai dosis obat, cara dan waktu minum obat, efek samping obat dan bahaya jika obat tidak diminum secara teratur. 18 Hal ini terlihat pada hasil penelitian ini, tingginya angka persentase ketidakpatuhan dari kelompok responden yang tidak mendapat dukungan petugas kesehatan sebesar 77,8%. Ketika seorang penderita HIV tidak mendapat informasi yang benar tentang manfaat dan akibat ARV akan timbul persepsi bahwa mereka tidak memerlukan ARV sehingga kepatuhan menjadi rendah apalagi terapi berlangsung seumur hidup. Dukungan Kelompok Sebaya Berdasarkan hasil penelitian responden yang tergabung dalam komunitas sebaya sebanyak 25 orang responden (45,5%) dan yang tidak tergabung komunitas sebaya sebanyak 30 orang responden (54,5%). Sebanyak 25 orang responden (45,5%) menyatakan mendapat dukungandari komunitas sebaya. Sedangkan 30 orang responden (54,5%) menyatakan tidak mendapat dukungan dari komunits sebaya. Dari hasil uji statistik chi square (X 2 ), dengan CI=95% (α=5%) didapatkan nilai diterima sehingga tidak terdapat hubungan antara dukungan komunitas sebaya dengan kepatuhan minum ARV. Penelitian menunjukkan bahwa 48% responden tdk diingatkan sesama ODHA di KDS untuk minum ARV teratur dan 44% responden tdk mendapat informasi terkait HIV dan terapi ARV. Persentase ini mencerminkan bahwa kedekatan sesama ODHA untuk saling memotivasi dalam terapi dirasa kurang.padahal hal ini sangat diperlukan karena dengan motivasi dari sesama ODHA dapat menghilangkan depresi dan perasaan satu-satunya orang yang menderita penyakit ini yang dapat menyebabkan ketidakpatuhan ARV. Sebanyak 54,5% responden tidak tergabung dalam komunitas sebaya. Berdasarkan hasil wawancara alasan mereka tidak mengikuti komunitas dukungan sebaya dikarenakan takut status HIVnya diketahui orang lain dan menyebar di masyarakat. Alasan ini sejalan dengan penelitian yang diungkapkan oleh Sugiharti bahwa salah satu faktor penghambat kepatuhan adalah ketakutan akan statusnya di masyarakat, kurang pengetahuan mengenai pentingnya pengobatan teratur, depresi, tidak percaya akan obat-obatan, lupa memakai obat, dan takut efek samping. 15 Akses Layanan Kesehatan Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 29 orang responden (52,7%) orang menyatakan akses layanan

10 kesehatan dari tempat tinggalnya mudah dan 26 orang responden (47,3%) menyatakan akses layanan kesehatan dari tempat tinggalnya sulit. Dari hasil uji statistik chi square (X 2 ), dengan CI=95% (α=5%) didapatkan nilai p=0,759 (p>0,05). Hal ini memiliki arti bahwa berdasarkan statistik Ha ditolak, Ha diterima sehingga tidak terdapat hubungan antara akses layanan kesehatan dengan kepatuhan minum ARV. Akses layanan kesehatan dalam penelitian ini terdiri dari pertanyaan tentang pelayanan untuk mengakses dokter terkait dengan status HIV dan kemudahan menjangkau layanan kesehatan untuk kunjungan ulang pengambilan ARV. Responden dalam penelitian ini bukan hanya datang dari wilayah Semarang saja, namun beberapa kabupaten di sekitar Kota Semarang, menurut pengakuan dari beberapa responden mereka memilih mengambil ARV di luar kota tempat tinggal dikarenakan kekhawatiran jika mengambil di rumah sakit pemerintah wilayah kotanya akan ada masyarakat yang tahu status HIV mereka. Asumsi peneliti jauhnya jarak rumah ke layanan kesehatan bukan menjadi masalah ketika di layanan kesehatan mereka merasa nyaman dan petugas kesehatan ramah. Layanan ARV lebih banyak diakses di klinik Rumah Sakit Pemerintah. Rumah Sakit dianggap baik apabila dalam memberikan pelayanan kesehatan lebih memperhatikan kebutuhan pasien maupun orang lain yang berkunjung ke rumah sakit. Kepuasan muncul dari kesan pertama masuk pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan, misalnya: pelayanan yang cepat, tanggap dan keramahan dalam memberikan pelayanan keperawatan dan pengobatan Konseling Pengobatan Hasil penelitian menunjukkan responden yang menyatakan mendapat konseling pengobatan secara baik sebanyak 31 orang responden (56,4%), dan 24 orang responden (43,6%) menyatakan mendapat konseling namun dinilai tidak baik. Dari hasil uji statistik chi square (X 2 ), dengan CI=95% (α=5%) didapatkan nilai p=0,035 (p 0,05). Hal ini memiliki arti bahwa berdasarkan statistik Ha diterima, Ho ditolak sehingga terdapat hubungan antara konseling pengobatan dengan kepatuhan minum ARV. Konseling kepatuhan dilakukan pada setiap kunjungan dan dilakukan secara terus menerus dan berulang kali dan perlu dilakukan tanpa membuat pasien merasa bosan.19 Konseling sangat diperlukan untuk memberikan pengetahuan terhadap ODHA dan penerimaan pasien terhadap sakitnya.pengetahuan itu meliputi pengertian tentang terapi ARV, pentingnya kepatuhan terapi, efek samping yang mungkin terjadi serta lama pengobatan. Dengan pengetahuan tinggi diharapkan ODHA menjalankan kepatuhan terapi ARV sesuai dengan aturan yang dianjurkan dokter. 20 Persentase konseling tidak baik sebesar 43,6% dikarenakan informasi utama dalam konseling yang harusnya diberikan petugas kesehatan untuk dapat meningkatkan persepsi kepatuhan yang tinggi misalnya penjelasan efek samping, penjelasan manfaat ARV, dampak yang ditimbulkan apabila tidak patuh, dan motivasi tidak selalu diberikan saat konseling. Tingginya angka persentase konseling yang tidak baik ini menyebabkan ketidakpatuhan ARV sebesar 79,2%. Hal ini disebabkan karena ketidakjelasan pesan yang diterima responden. Pasien HIV harus terus dimotivasi untuk mengkonsumsi ARV yang diberikan karena efek samping yang cukup banyak dan lamanya pengobatan sehingga apabila tidak ada konseling yang berkesinambungan dari petugas kesehatan akan menyebabkan pasien jenuh dan tidak mau mengkonsumsi obat yang diberikan. Kondisi ini sangat berbahaya bagi penderita karena obat ARV harus diminum seumur hidup untuk meningkatkan kualitas hidup penderita dan meningkatkan daya

11 tahan tubuh mereka terhadap infeksi sekunder yang dapat menyerang mereka. Tabel5.Hubungan Konseling Pengobatan Dengan Kepatuhan ARV Konseling Pengobatan Kepatuhan ARV Tidak Patuh Patuh Total (n=55) f % f % F % Baik 16 51, , ,0 Tidak baik 19 79,2 5 20, ,0 Total 35 63, , ,0 p value = 0,035 Tabel 6. Variabel yang Berpengaruh pada Kepatuhan ARV No Variabel Bebas Β Wald Sig Exp (B) 95% CI for Exp (B) Lower Upper 1. Pekerjaan -1,526 4,432 0,035 0,217 0,053 0, Dukungan Petugas Kesehatan 0,387 0,301 0,583 1,473 0,370 5, Persepsi manfaat ARV 2,481 7,599 0,006 10,951 2,048 69, Konseling pengobatan 2,201 2,783 0,005 9,052 0,834 71,862 Constant 0,361 0,048 0,827 1,435 SIMPULAN Tingkat kepatuhan ARV pada remaja di Kota Semarang sebesar 36,4%. Dengan demikian hanya 20 orang yang secara teori mampu mencapai supresi virus yang optimal. Variabel yang berpengaruh terhadap kepatuhan minum ARV adalah pertama persepsi manfaat ARV, konseling pengobatan, dan pekerjaan. Responden yang memiliki persepsi ARV bermanfaat akan patuh 10,951 kali terhadap pengobatan ARV, responden yang menyatakan mendapat konseling pengobatan secara baik akan patuh terhadap pengobatan ARV sebesar 9,052 kali terhadap pengobatan ARV, dan responden yang tidak bekerja akan patuh 4,608 kali terhadap pengobatan ARV dibandingkan responden yang bekerja. Apabila responden memiliki ketiga faktor ini kemungkinan patuh ARV sebesar 97,08%.Variabel yang berhubungan dengan kepatuhan minum ARV adalah Pekerjaan (p= 0,014), Persepsi manfaat ARV (p=0,032), Dukungan petugas kesehatan (p=0,032), Konseling pengobatan (p=0,035). Variabel yang tidak berhubungan dengan kepatuhan minum ARV adalah pendidikan (p=0,745), pengetahuan HIV/AIDS dan ARV (p=0,252), Riwayat ganti ARV (p=0,672), Riwayat efek samping (p=0,620), Riwayat infeksi opportunistik (p=0,912), Dukungan keluarga (p=0,959), Dukungan komunitas sebaya (p=0,283), Akses layanan kesehatan (p=0,759) Karakteristik ODHA diperoleh hasil bahwa mayoritas responden berusia lebih dari tahun (83,6%), mayoritas

12 responden berjenis kelamin laki-laki (85,5%), mayoritas responden memiliki pendidikan tinggi (67,3%), mayoritas responden sudah bekerja (78,2%) dengan persentase terbanyak bekerja sebagai buruh kasar (36,4%), mayoritas responden tinggal bersama orangtua (72,3%), mayoritas responden meminum kombinasi ARV 3TC+AZT+NVP (86,8%), mayoritas responden telah mengetahui status HIV lebih dari 6 bulan (92,7%), dan mayoritas responden telah menjalani terapi ARV lebih dari 6 bulan (90,9%) Faktor predisposing diperoleh hasil mayoritas responden memiliki pengetahuan HIV/AIDS dan ARV tinggi (60,0%), mayoritas responden tidak memiliki riwayat ganti ARV (63,6%), DAFTAR PUSTAKA 1. Badan Pusat Statistik. Sensus Penduduk Indonesia Tahun Jakarta; Departemen Kesehatan RI. Pedoman Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja. Departemen Kesehatan RI; Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral Edisi Kedua. Jakarta; Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik. Pedoman Pelayanan Kefarmasian Untuk Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA). Jakarta; Kim et al. Meta-analysis Adherence to Antiretroviral Therapy in Adolescents. 6. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Kepatuhan Pasien: Faktor Penting dalam Keberhasilan Terapi. Badan Pengawas Obat dan Makanan Pudjiastuti S. Kepatuhan (Adherence) terhadap Terapi Antiretroviral. Kebijakan AIDS Indonesia [Internet]. Available from: mayoritas responden pernah memilikiriwayat efek samping ARV (69,1%), mayoritas responden tidak memiliki riwayat infeksi oportunistik (69,1%), mayoritas responden memiliki persepsi bahwa ARV bermanfaat (50,9%) Faktor reinforcing diperoleh hasil mayoritas responden mendapat dukungan keluarga (54,5%), mayoritas responden mendapat dukungan petugas kesehatan (50,9%), mayoritas responden tidak mendapat dukungan komunitas sebaya (54,5%) Faktor enabling diperoleh hasil mayoritas responden menyatakan bahwa akses layanan kesehatan mudah (52,7%), mayoritas responden mendapat konseling pengobatan secara baik (56,4%). net/id/beranda/21-artikel- article/artikel-tematik/1506- kepatuhan-adherence-terhadapterapi-antiretroviral 8. Dinas Kesehatan Kota Semarang. Analisis Situasi IMS, HIV dan AIDS Tahun Semarang; Highlegmen L. Keberhasilan dengan Tingkat Kepatuhan Kurang dari 95% dan Peran Kepatuhan dalam Kegagalan Pengobatan serta Munculnya Resistensi. Jakarta; Lima V. Differential Impact Of Adherence On Long-Term Treatment Response Among Naive HIV-Infected Individuals. AIDS Patient Care STDS. 2008;22: Yayasan Spiritia. Lembar Informasi HIV/AIDS : Tanya Jawab Tentang Kepatuhan. [Internet]. Yayasan Spiritia [cited 2016 Apr 15]. Available from: tj/bacatj.php?tjno= Nail N. Psikologi Kesehatan Pengantar Untuk Perawat dan Professional Kesehatan Lain. Jakarta: EGC; 2002.

13 13. Han N. Antiretroviral Drug Taking in HIV Positive Among Myanmar Migrants in Central Area of Thailand. J Heal Res. 2009;23: Yoyoh I. Kepatuhan Perempuan HIV/AIDS Dalam Melaksanakan Terapi ARV di Klinik Bogenvile Rumah Sakit Umum Kabupaten Tangerang [Internet]. Universitas Muhammadiyah Jakarta; Available from: 015/07/kepatuhan-perempuanhivaids-dalam.html 15. Sugiharti. Gambaran Kepatuhan Orang Dengan HIV-AIDS (Odha) Dalam Minum Obat ARV di Kota Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun Bandung; Bart S. Psikologi Kesehatan. Jakarta: Gramedia Widia Sarana; Wahidah S. Analisis Kebutuhan Pasien terhadap Mutu Pelayanan Unit Rawat Jalan di Puskesmas Kecamatan Pademangan Kota Administrasi Jakarta Utara Tahun Universitas Indonesia; Syaiful. Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Minum Obat ARV pada Penderita AIDS di RSUD Sele Be Solu Kota Sorong tahun Universitas Hasanudin; Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis dan Infeksi HIV dan Terapi Antiretoviral Pada Orang Dewasa. Jakarta; Margarita. N dan. Konseling, Dukungan, Perawatan dan pengobatan ODHA. Surabaya: Airlangga University Press; 2007.

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN :

Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : Jurnal Farmasi Andalas Vol 1 (1) April 2013 ISSN : 2302-8254 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Poliklinik Khusus Rawat Jalan Bagian Penyakit Dalam RSUP dr. M. Djamil Padang

Lebih terperinci

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan

57 2-TRIK: Tunas-Tunas Riset Kesehatan HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTIRETROVIRAL PADA ORANG DENGAN HIV/AIDS (ODHA) Edy Bachrun (Program Studi Kesehatan Masyarakat, STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun) ABSTRAK Kepatuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem kekebalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit yang menduduki urutan ke-4 didunia yang mematikan, menjadi wabah internasional dan cenderung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) semakin nyata menjadi masalah kesehatan utama diseluruh dunia (Yasin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara di Asia dengan epidemi HIV (human immunodeficiancy virus) yang berkembang paling cepat menurut data UNAIDS (United Nations

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORM CONSENT)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORM CONSENT) LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN (INFORM CONSENT) Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kepatuhan ODHA Dalam Menjalani Terapi Antiretroviral di Rumah Sakit Umum Pirngadi Medan Tahun 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan masalah kesehatan global yang menjadi perbincangan masyarakat di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga berpengaruh terhadap keadaan sosioekonomi meskipun berbagai upaya. penyakit ini (Price & Wilson, 2006; Depkes RI 2006).

BAB I PENDAHULUAN. juga berpengaruh terhadap keadaan sosioekonomi meskipun berbagai upaya. penyakit ini (Price & Wilson, 2006; Depkes RI 2006). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV/AIDS telah menjadi pandemi yang mengkhawatirkan dan salah satu tantangan kesehatan masyarakat yang paling signifikan di dunia (WHO, 2015), karena disamping belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah HIV merupakan masalah kesehatan yang mengancam Indonesia bahkan negara lain. Saat ini tidak ada negara yang terbebas dari masalah HIV/AIDS dan menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit infeksi yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus / Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit infeksi yang mengancam jiwa sehingga sampai saat ini menjadi

Lebih terperinci

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus

Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala. oleh adanya infeksi oleh virus yang disebut Human Immuno-deficiency Virus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS), yaitu sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya sistem kekebalan tubuh. AIDS disebabkan oleh adanya infeksi

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. yang meliputi analisis bivariat dan multivariat. berlokasi di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar, yang

BAB V HASIL PENELITIAN. yang meliputi analisis bivariat dan multivariat. berlokasi di lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar, yang BAB V HASIL PENELITIAN Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang memaparkan gambaran umum lokasi penelitian, data deskriptif, serta menyajikan hasil pengolahan data yang meliputi analisis bivariat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Epidemi HIV/AIDS sejak pertama kali ditemukan hingga saat ini masih menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global 34 juta, jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV AIDS merupakan masalah kesehatan masyarakat global yang sampai saat ini belum ditemukan obat untuk menyembuhkannya (CDC, 2016). WHO (2016) menunjukkan bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan banyak negara di seluruh dunia. Tidak ada negara yang terbebas dari HIV/AIDS. (1) Saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Infeksi Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit yang menimbulkan masalah besar di dunia.tb menjadi penyebab utama kematian

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA WAKTU TANGGAP PERAWAT PADA PENANGANAN ASMA DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL Nazwar Hamdani Rahil INTISARI Latar Belakang : Kecenderungan

Lebih terperinci

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN PENGARUH STIGMA DAN DISKRIMINASI ODHA TERHADAP PEMANFAATAN VCT DI DISTRIK SORONG TIMUR KOTA SORONG Sariana Pangaribuan (STIKes Papua, Sorong) E-mail: sarianapangaribuan@yahoo.co.id ABSTRAK Voluntary Counselling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merupakan penyebab dari timbulnya Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), masih menjadi masalah kesehatan utama secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV di Indonesia masih menjadi masalah yang serius dan komplek serta menimbulkan berbagai masalah di masyarakat. Angka kematian HIV/AIDS di Indonesia juga masih tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Joint United National Program on

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Joint United National Program on BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) saat ini merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia. Berdasarkan data yang

Lebih terperinci

27 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang

27 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang REKOMENDASI UPAYA PENINGKATAN KEPATUHAN PENGOBATAN ARV DI KOTA SURABAYA Daniek Suryaningdiah (Seksi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit, Dinas Kesehatan Kota Surabaya) ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional,

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, BAB III METODE PENELITIAN 3. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian survei cross-sectional, yang didukung oleh data primer yaitu data yang diperoleh langsung melalui pengisian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus RNA yang dapat menyebabkan penyakit klinis, yang kita kenal sebagai Acquired Immunodeficiency

Lebih terperinci

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Minum ARV di Indonesia

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Minum ARV di Indonesia Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepatuhan Minum ARV di Indonesia LATAR BELAKANG Menurunkan risiko kematian Mengurangi angka kesakitan Mengurangi jumlah virus Meningkatkan daya tahan tubuh METODE

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) merupakan penyakit yang masih menjadi perhatian di dunia dan Indonesia. Penyakit ini memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggitingginya.

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN DAN EFEK SAMPING OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ARV PADA ODHA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM)

HUBUNGAN FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN DAN EFEK SAMPING OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ARV PADA ODHA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) HUBUNGAN FAKTOR PELAYANAN KESEHATAN DAN EFEK SAMPING OBAT DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ARV PADA ODHA DI BALAI KESEHATAN PARU MASYARAKAT (BKPM) SEMARANG TAHUN 2012 Latar Belakang Jumlah kasus HIV & AIDS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir dekade ini telah di jumpai berbagai macam penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

Lebih terperinci

PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUCATOR MEMPENGARUHI KEPATUHAN KONSUMSI OBAT ANTIRETROVIRAL

PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUCATOR MEMPENGARUHI KEPATUHAN KONSUMSI OBAT ANTIRETROVIRAL Astuti dan Mulyaningsih, Peran Perawat sebagai Educator... 183 PERAN PERAWAT SEBAGAI EDUCATOR MEMPENGARUHI KEPATUHAN KONSUMSI OBAT ANTIRETROVIRAL (ARV) BAGI PASIEN HIV/AIDS DI KLINIK VCT RSUD Dr. MOEWARDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan permasalahan penyakit menular seksual termasuk Human Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan kualitatif. HIV merupakan

Lebih terperinci

BAB II PENDAHULUANN. Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di

BAB II PENDAHULUANN. Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di 1 BAB II PENDAHULUANN 1.1 Latar Belakangg Humann Immunodeficiencyy Viruss (HIV) / Acquired Immuno Deficiency Syndromem (AIDS) merupakan masalah global yang terjadi di setiap negara di dunia, dimana jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala penyakit yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga pengidap akan rentan

Lebih terperinci

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90

Kata Kunci : Peran PMO, Kepatuhan minum obat, Pasien tuberkulosis paru. Pengaruh Peran Pengawas... 90 PENGARUH PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NGAWI KABUPATEN NGAWI Erwin Kurniasih, Hamidatus Daris Sa adah Akademi Keperawatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria inklusi. Kuesioner ini diuji validitas dan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Uji Validitas Kuesioner Sebelum digunakan dalam penelitian, kuesioner disebarkan kepada 30 orang responden non sampel penelitian, dengan tetap memenuhi kriteria

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Higienitas Pasien Skabies di Puskesmas Panti Tahun 2014 (Factors Related to Hygiene of Scabies Patients in Panti Primary Health Care 2014) Ika Sriwinarti, Wiwien Sugih

Lebih terperinci

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

*Korespondensi Penulis, Telp: ,   ABSTRAK PENGARUH EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP PENCEGAHAN KAKI DIABETIK PADA PASIEN RAWAT JALAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI RSUD Dr. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN Rina Al-Kahfi 1, Adriana Palimbo

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KESEMBUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI PUSKESMAS DELANGGU KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KESEMBUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI PUSKESMAS DELANGGU KABUPATEN KLATEN HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN KESEMBUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU BTA POSITIF DI PUSKESMAS DELANGGU KABUPATEN KLATEN Aris Widiyanto Akper Mamba'ul 'Ulum Surakarta Abstract: Compliance Take Medicine

Lebih terperinci

OUT-OF-POCKET PASIEN HIV/AIDS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA TAHUN 2012

OUT-OF-POCKET PASIEN HIV/AIDS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA TAHUN 2012 OUT-OF-POCKET PASIEN HIV/AIDS RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT JAKARTA TAHUN 2012 Zaki Dinul, Kurnia Sari, Mardiati Nadjib Universitas Indonesia Outline 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. rancangan analysis crossectional : yaitu suatu penelitian untuk mengetahui

BAB IV METODE PENELITIAN. rancangan analysis crossectional : yaitu suatu penelitian untuk mengetahui BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan analysis crossectional : yaitu suatu penelitian untuk mengetahui hubungan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. dikaitkan dengan tujuan penelitian maupun penelitian terdahulu.

BAB VI PEMBAHASAN. dikaitkan dengan tujuan penelitian maupun penelitian terdahulu. BAB VI PEMBAHASAN Pada bab ini menguraikan tentang pembahasan hasil penelitian yang dikaitkan dengan tujuan penelitian maupun penelitian terdahulu. 6.1 Gambaran pengetahuan dan karakteristik responden

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan. HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 2013 menjelaskan HIV atau Human Immunodefisiensi Virus merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Menurut Center

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS DI BKPM MAGELANG PERIODE FEBRUARI MARET 2015

GAMBARAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS DI BKPM MAGELANG PERIODE FEBRUARI MARET 2015 GAMBARAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS DI BKPM MAGELANG PERIODE FEBRUARI MARET 2015 THE DESCRIPTION OF COMPLIANCE LEVEL OF PATIENTS IN BKPM MAGELANG IN THE PERIODE OF FEBRUARY MARCH 2015 Reni Chandra

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak ditemukannya penyakit Aqcuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan gobal. Menurut data dari United Nations

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2015 Suriani Ginting, Wiwik Dwi Arianti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium tuberculosis. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Pra ekperimen. Desain penelitian ini akan melibatkan satu (1) kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian Pra ekperimen. Desain penelitian ini akan melibatkan satu (1) kelompok 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian Pra ekperimen. Desain penelitian ini akan melibatkan satu (1) kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang HIV/AIDS merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian sangat serius. Hal ini karena jumlah kasus AIDS yang dilaporkan setiap tahunnya

Lebih terperinci

SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar Sarjana Farmasi ( S1 )

SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan studi dan mencapai gelar Sarjana Farmasi ( S1 ) STUDI PENGGUNAAN ANTIRETROVIRAL PADA PENDERITA HIV(Human Immunodeficiency Virus) POSITIF DI KLINIK VOLUNTARY CONSELING AND TESTING RSUD dr. SOEBANDI JEMBER Periode 1 Agustus 2007-30 September 2008 SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji validitas adalah suatu pengukuran untuk menentukan kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Validitas bertujuan untuk melihat sejauh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberculosis paru (TB paru) merupakan salah satu penyakit infeksi yang prevalensinya paling tinggi di dunia. Berdasarkan laporan World Health Organitation (WHO, 2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya menjaga sistem

Lebih terperinci

Pemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP

Pemberian ARV pada PMTCT. Dr. Janto G. Lingga,SpP Pemberian ARV pada PMTCT Dr. Janto G. Lingga,SpP Terapi & Profilaksis ARV Terapi ARV Penggunaan obat antiretroviral jangka panjang untuk mengobati perempuan hamil HIV positif dan mencegah MTCT Profilaksis

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan data dimulai 14 september 2015 sampai 24 september 2015. Sumber penelitian diambil

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA DENGAN PERILAKU KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS PADA PASIEN DI RUMAH SAKIT PARU JEMBER Nur Hayati Fajrin, Nurlaela Widyarini nurlaelawidyarini@unmuhjember.ac.id

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Siswa SMA Negeri 1 Bandung terhadap Penularan dan Pencegahan HIV/AIDS Tahun 2016 Relationship Between Knowledge

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN APOTEK RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO Margreit I. Musak*

HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN APOTEK RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO Margreit I. Musak* HUBUNGAN ANTARA MUTU PELAYANAN DENGAN PEMANFAATAN APOTEK RUMAH SAKIT PANCARAN KASIH GMIM MANADO Margreit I. Musak* *Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Abstrak Mutu pelayanan kesehatan merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV) secara global masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah kesehatan yang

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF KEPATUHAN PENGOBATAN DENGAN DUKUNGAN KELUARGA, STATUS BEKERJA, DAN EFEK SAMPING PADA PASIEN KOINFEKSI TB-HIV DI SEMARANG

STUDI DESKRIPTIF KEPATUHAN PENGOBATAN DENGAN DUKUNGAN KELUARGA, STATUS BEKERJA, DAN EFEK SAMPING PADA PASIEN KOINFEKSI TB-HIV DI SEMARANG STUDI DESKRIPTIF KEPATUHAN PENGOBATAN DENGAN DUKUNGAN KELUARGA, STATUS BEKERJA, DAN EFEK SAMPING PADA PASIEN KOINFEKSI TB-HIV DI SEMARANG Yunitasari Annisa, Mateus Sakundarno Adi, Lintang Dian Saraswati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. abad ini, dan menimbulkan kekhawatiran di berbagai belahan bumi. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) telah menjadi salah satu masalah kesehatan yang serius di abad ini, dan menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang menyerang organ paru-paru. Tuberkulosis adalah salah satu penyakit yang tertua yang dikenal oleh manusia

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit epidemik di dunia, dimana penderita HIV terbanyak berada di benua Afrika dan Asia. Menurut World Health Organization

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency Syndrome (HIV/AIDS) semakin meningkat dan

Lebih terperinci

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 Lampiran 1 KUESIONER PERILAKU PENGGUNA NAPZA SUNTIK DI DALAM MENGIKUTI PROGRAM TERAPI RUMATAN METADON DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010 I. INFORMASI WAWANCARA 1. Nomor Urut Responden... 2. Nama Responden...

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian akan dilakukan di pondok pesantren Darut Taqwa

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian akan dilakukan di pondok pesantren Darut Taqwa BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat

Lebih terperinci

BAB II. METODE PENELITIAN

BAB II. METODE PENELITIAN BAB II. METODE PENELITIAN A. Kategori dan rancangan penelitian Berdasarkan tujuan dan fungsinya, penelitian ini diklasifikasikan dalam penelitian cross sectional dan dianalisis secara analitik. B. Populasi

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 54 BAB IV HASIL PENELITIAN Bab ini membahas hasil penelitian pada setiap variabel yang sudah direncanakan. Proses pengambilan data dilakukan di RSUD Tidar kota Magelang dari 30 Desember 2015 sampai 7 Januari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular saat ini masih menjadi masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia dan merupakan penyebab kematian bagi penderitanya. Penyakit menular adalah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human Imunodeficiency Virus (HIV) yang merusak sistem kekebalan tubuh

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL. o Riwayat Operasi Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 21 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 5.1 Kerangka Konsep Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah : o Penularan melalui darah o Penggunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel

Lebih terperinci

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta

Sri Marisya Setiarni, Adi Heru Sutomo, Widodo Hariyono Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta KES MAS ISSN : 1978-0575 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN, STATUS EKONOMI DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TUAN-TUAN KABUPATEN KETAPANG

Lebih terperinci

ABSTRAK. Adherence Scale (MMAS).

ABSTRAK. Adherence Scale (MMAS). iv ABSTRAK HIV positif merupakan kondisi ketika terdapat infeksi Human Immunodeficiency Virus di dalam darah seseorang. Sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :

PENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis : HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI SERTA PERAN KELUARGA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN SUBAN KECAMATAN BATANG ASAM TAHUN 2015 Herdianti STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini masih terdapat banyak penyakit di dunia yang belum dapat diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan kesehatan yang sebelumnya

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR. R. D. KANDOU MANADO Yosprinto T. Sarampang 1), Heedy

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN KELOMPOK SEBAYA DENGAN KUALITAS HIDUP ODHA DI YAYASAN LANTERA MINANGKABAU SUPPORT PADANG TAHUN 2016

HUBUNGAN DUKUNGAN KELOMPOK SEBAYA DENGAN KUALITAS HIDUP ODHA DI YAYASAN LANTERA MINANGKABAU SUPPORT PADANG TAHUN 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN KELOMPOK SEBAYA DENGAN KUALITAS HIDUP ODHA DI YAYASAN LANTERA MINANGKABAU SUPPORT PADANG TAHUN 2016 Revi Neini Ikbal 1, Suca Ananda Safitri 2 1 STIKes Alifah, Padang 25000 Email: revineini@gmail.com

Lebih terperinci

STUDI PENATALAKSANAAN TERAPI PADA PENDERITA HIV/AIDS DI KLINIK VCT RUMAH SAKIT KOTA MANADO ABSTRAK

STUDI PENATALAKSANAAN TERAPI PADA PENDERITA HIV/AIDS DI KLINIK VCT RUMAH SAKIT KOTA MANADO ABSTRAK STUDI PENATALAKSANAAN TERAPI PADA PENDERITA HIV/AIDS DI KLINIK VCT RUMAH SAKIT KOTA MANADO Jef Gishard Kristo Kalalo, Heedy M. Tjitrosantoso, Lily Ranti-Goenawi Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia dan melemahkan kemampuan tubuh untuk melawan penyakit yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup A.1. Ruang lingkup keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini adalah ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu penyakit dalam A.2. Ruang lingkup responden Responden

Lebih terperinci

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG HEPATITIS B PADA DOKTER GIGI DI DENPASAR UTARA Latar Belakang: Virus Hepatitis B atau (HBV) adalah virus DNA ganda hepadnaviridae. Virus Hepatitis B dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus. berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit menular maupun tidak menular sekarang ini terus berkembang. Salah satu contoh penyakit yang saat ini berkembang diantaranya Acquired Immuno Defesiiency

Lebih terperinci

HIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi

HIV dan Anak. Prakata. Bagaimana bayi menjadi terinfeksi? Tes HIV untuk bayi. Tes antibodi Prakata Dengan semakin banyak perempuan di Indonesia yang terinfeksi HIV, semakin banyak anak juga terlahir dengan HIV. Walaupun ada cara untuk mencegah penularan HIV dari ibu-ke-bayi (PMTCT), intervensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Depkes RI, 2006). Seseorang yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Viruse (HIV) merupakan virus yang memperlemah kekebalan pada tubuh manusia. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

Lebih terperinci

Identifikasi Faktor Resiko 1

Identifikasi Faktor Resiko 1 IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO TERJADINYA TB MDR PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA KOTA MADIUN Lilla Maria.,S.Kep. Ners, M.Kep (Prodi Keperawatan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK Multi Drug

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016 HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN PENDERITA TB DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN TAHUN 2016 Yurida Olviani Universitas Muhammadiyah Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang mengkhawatirkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh BNN dan Puslitkes UI pada 10 kota besar di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang

BAB I. PENDAHULUAN. infeksi Human Immunodificiency Virus (HIV). HIV adalah suatu retrovirus yang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang AIDS (Accquired Immunodeficiency Syndrom) adalah stadium akhir pada serangkaian abnormalitas imunologis dan klinis yang dikenal sebagai spektrum infeksi Human Immunodificiency

Lebih terperinci

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN.  Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3 345 Artikel Penelitian Hubungan Tingkat Kepatuhan Penderita Tuberkulosis Paru dengan Perilaku Kesehatan, Efek Samping OAT dan Peran PMO pada Pengobatan Fase Intensif di Puskesmas Seberang Padang September

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Asri Septyarum 201310104217 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

Pelatihan Pendidik Pengobatan

Pelatihan Pendidik Pengobatan Yayasan Spiritia Pelatihan Pendidik Pengobatan Latar Belakang Kami di Spiritia sering diminta menjadi penyelenggara pelatihan Pendidik Pengobatan untuk kelompok dukungan sebaya atau organisasi lain. Walaupun

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN SUMBER INFORMASI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN HIV/AIDS PADA REMAJA KOMUNITAS ANAK JALANAN DI BANJARMASIN TAHUN 2016 Noorhidayah 1, Asrinawaty 2, Perdana 3 1,2,3 Fakultas Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2015 di klinik VCT RSUP Dr. BAB IV METODE PENELITIAN 2.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf dan Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. 2.2 Tempat dan waktu penelitian Dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) di Indonesia terhitung mulai tanggal 1 Januari 2013 sampai dengan 30 Desember

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang VCT adalah kegiatan konseling yang menyediakan dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan HIV/AIDS, mencegah penularan HIV/AIDS, mempromosikan perubahan perilaku

Lebih terperinci