BAB II LANDASAN TEORI. human goodness yang ditampilkan melalui caharcter strength dan bersifat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI. human goodness yang ditampilkan melalui caharcter strength dan bersifat"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. VIRTUE 1. Definisi Virtue Karakter baik yang disebut sebagai virtue, yaitu karakter utama atau human goodness yang ditampilkan melalui caharcter strength dan bersifat universal (Seligman & Peterson, 2004). Artinya, virtue adalah karakter-karakter baik yang ada pada diri manusia dan digunakan dalam penyelesaian tugas serta masalah yang dihadapi. Namun, dalam proses perjalanan hidup virtue mungkin berubah. Virtue diyakini sebagai fondasi dari seluruh situasi kehidupan manusia dan penting menjadi penguat dalam menyeimbangkan aktifitas kehidupan individu, sehingga mencapai kehidupan yang baik meskipun menghadapi situasi sulit. Berkaitan dengan sosiokultural, virtue bersifat universal dan ada di dalam setiap budaya, namun setiap budaya akan memaknai virtue dengan cara pandang yang berbeda sehingga virtue yang tampak dimiliki oleh individu pada budaya tertentu akan menjadi berbeda. Berdasarkan catatan sejarah, virtue sudah ada dan dipelajari sejak dahulu (Peterson & Seligman, 2004). Menurut Peterson & Seligman (2004), virtue tersebut terbagi atas enam bagian antara lain, wisdom, courage, humanity, justice, temperance dan transcendence. Keenam virtue tersebut terdiri dari 24 kekuatan karakter (character strength), yang merupakan karakter yang mengarahkan individu pada 25

2 pencapaian virtue, atau trait positif yang terefleksi dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku. Misalnya saja, seseorang dapat mencapai virtue of humanity dengan memiliki love, kindness, dan social intelligence. Selain itu terdapat situational themes, yaitu kebiasaan tertentu yang mendorong seseorang untuk menampilkan character strength tertentu dalam menghadapi situasi tertentu. Situational themes tersebut pasti berbeda dalam situasi yang berbeda. Dengan kata lain, situational themes bergantung pada situasinya. Empati, kebersamaan dan pemikiran positif merupakan bentuk situational themes yang sedikit lebih abstrak yang merupakan wujud dari character strength kindness (Peterson & Seligman, 2004). Berdasarkan tingkat konseptual, situational themes itu berbeda dari character strength dalam beberapa hal yang krusial. pertama, situational themes terjadi pada situasi-situasi khusus. Kedua, situational themes yang tampak hanya menggambarkan perilaku dalam situasi tertentu. Ketiga, tidak semata-mata dinilai baik atau buruk, tetapi melihat bagaimana situational themes ini digunakan untuk pencapaian character strength dan virtue sesuai dengan situasi dan keinginan kita (Peterson & Seligman, 2004). 2. Klasifikasi Virtue antara lain: Menurut Peterson & Seligman (2004), virtue terbagi atas enam bagian 26

3 a. Wisdom and knowledge Dipahami sebagai kemampuan kognitif untuk sebuah keahlian dan ilmu pengetahuan yang menjadi landasan dalam proses mencapai kehidupan yang baik. Terdapat lima kekuatan karakter yang menampilkan wisdom and knowledge, yaitu creativity, curiosity, open-mindedness, love of learning, dan perspective. b. Courage Courage merupakan virtue kedua yang dipahami sebagai kemampuan emosi yang melibatkan kemampuan dalam mencapai suatu tujuan dan dihadapkan pada perlawanan atau pertentangan baik dari luar maupun dari dalam diri sendiri. Virtue ini terbagi dari empat karakter, yaitu bravery, persistence, integrity, dan vitality. c. Humanity Humanity merupakan virtue ketiga yang dipahami sebagai sifat positif yang berwujud kemampuan menjaga hubungan interpesonal yang melibatkan kedekatan dan pertemanan dengan orang lain serta menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada orang lain. Virtue ini terdiri dari tiga kekuatan karakter, yaitu love, kindness, dan social intelligence. d. Justice Justice merupakan virtue keempat yang didefinisikan sebagai kemampuan untuk memperhatikan hak-hak dan kewajiban setiap orang sehingga menciptakan keadilan dalam hidup bermasyarakat. Karakter yang termasuk ke dalam virtue ini adalah citizenship, fairness, dan leadership. 27

4 e. Temperance Virtue kelima yang dikemukakan ini berkaitan dengan kemampuan untuk menahan diri dan tidak melakukan sesuatu yang dianggap berlebihan. Virtue temperance terdiri dari empat kekuatan karakter, yaitu forgiveness and mercy, humility and modesty, prudence dan self-regulation. f. Transcendence Virtue transcendence merupakan kekuatan karakter yang terakhir yang dikemukakan oleh Peterson & Seligman (2004), virtue ini berkaitan dengan kemampuan individu menjalin hubungan dengan kekuatan semesta yang lebih besar dan dengan demikian dapat memberikan makna bagi kehidupan individu tersebut. Virtue ini terdiri dari lima kekuatan karakter, yaitu appreciation of beauty and excellence, gratitude, hope, humor, spirituality. 3. Virtue Humanity 1. Defenisi Humanity Virtue humanity dalam psikologi dijelaskan sebagai sikap rendah hati atau prilaku prososial. Humanity merupakan sifat positif yang berwujud kemampuan menjaga hubungan interpersonal. Peterson & Seligman (2004) menyatakan bahwa humanity adalah kemampuan untuk mencintai, berbuat kebaikan sehingga mampu beradaptasi dengan lingkungan. Awalnya dibangun melalui hubungan interpersonal yang kemudian meluas pada hubungan sosial. 28

5 2. Klasifikasi Humanity Peterson & Seligman (2004) mengklasifikasikan humanity menjadi tiga kekuatan karakter, yaitu: love, kindness, dan social intelligence. a. Love 1. Defenisi Love Love merupakan kondisi kognitif, konatif dan afektif seseorang. Dipahami sebagai kemampuan untuk menerima, memberikan cinta, kepedulian pada diri sendiri dan orang lain dengan menerima kelebihan dan kekurangan yang dimiliki (Peterson & Seligman, 2004). Selain dapat melibatkan lebih dari satu bentuk, love juga dapat memiliki bentuk love yang berbeda pada waktu yang berbeda. Suatu hubungan bisa saja dibentuk oleh satu bentuk saja dan kemudian memperoleh bentuk love lainnya. Hubungan romantis merupakan hubungan yang unik karena merupakan satusatunya ikatan sosial yang memiliki tiga bentuk love tersebut. 2. Klasisfikasi Love Kelley, dalam Peterson & Seligman (2004) berpendapat bahwa love ada pada diri individu untuk menghadapi masalah kehidupan sehari-hari. Peterson & Seligman (2004) mengelompokkan love dalam tiga bentuk yaitu: love untuk orang yang menjadi sumber utama kasih sayang (orang tua), love untuk individu yang bergantung pada kita (teman), love yang melibatkan hasrat untuk kelekatan seksual, fisik dan emosional dengan individu yang kita anggap spesial dan membuat kita merasa spesial, biasa disebut cinta romantik (kekasih). 29

6 b. Kindness Peterson & Seligman (2004) mendefinisikan kindness sebagai tindakan sukarela dalam memberikan pertolongan dan kepedulian kepada orang lain. Berkaitan erat dalam hal kemanusiaan, dalam arti semua orang berhak mendapat perhatian dan pengakuan tanpa alasan tertentu, namun hanya karena mereka memang berhak mendapatkannya. Kindness ini tidak didasarkan pada prinsip timbal-balik, pencapaian reputasi, atau hal lain yang menguntungkan diri sendiri, meskipun efek tersebut bisa saja muncul. c. Social Intelligence 1. Definisi Social Intelligence Social intelligence adalah kemampuan untuk mengenal dan mempengaruhi diri sendiri dan orang lain, sehingga dapat beradaptasi di lingkungan dengan baik (Peterson & Seligman,2004). 2. Klasifikasi Social Intelligence Peterson & Seligman (2004) mengelompokkan inteligensi kedalam tiga jenis, yaitu: (1) Personal: Melibatkan pemahaman dan penilaian terhadap diri sendiri secara akurat, termasuk kemapuan memotivasi diri, emosional dan proses dinamis. (2) Emosional: mengarah pada kemampuan untuk menilai semua yang berkaitan dengan emosional sebagai sumber penilaian untuk bertindak tepat. (3) Sosial: berkaitan dengan hubungan sosial yang melibatkan kedekatan, kepercayaan, persuasi, keanggotaan kelompok, dan kekuatan politik. Secara konseptual, ketiga inteligensi saling berkaitan, tetapi secara empiris keterlibatannya tidak dapat dipahami dengan baik. 30

7 3. Faktor Pembentukan dan Perkembangan Karakter Virtue merupakan karakter utama yang secara universal dimiliki individu. Karakter yang dimaksud dalam hal ini merupakan human goodness yaitu kebaikan dalam diri dan direfleksikan melalui pikiran, perasaan serta tindakannya yang disebut sebagai caharacter strength (Peterson & Seligman, 2004). Maka, caharcter strength merupakan karakter baik yang tampak pada individu untuk menampilkan virtue yang dimilikinya. Allport (dalam Suryabrata, 2008) menyatakan bahwa karakter dan kepribadian adalah salah satu dan sama. Pembentukan karakter sama halnya pula dengan pembentukan kepribadian. Dalam penelitian ini karakter yang dimaksud adalah virtue yakni trait positive yang dimiliki individu (Petrson & Seligman, 2004). Hart (Narvaez & Lapsley, 2009) mengajukan sebuah model identitas moral yang berperan penting terhadap adaptasi karakteristik dan disposisi (genetik). Menurut model ini, identitas moral dipengaruhi oleh dua hal, yakni genetik dan lingkungan sosial (budaya, kelas sosial, keluarga, dan teman). Perkembangan dan pembentukan karakter terjadi di sepanjang rentang kehidupan (Narves &Lapsley, 2009). Para psikolog kepribadian mengemukakan bahwa, perkembangan psikologis tiap individu menuju dewasa berbeda satu dengan yang lainnya. Ilmuwan berpendapat bahwa perbedaan individu disebabkan oleh genetik dan lingkungan. Peneliti mengidentifikasi interaksi antara faktor genetik dan lingkungan. Mereka mengakui bahwa genetik dan lingkungan bukan 31

8 sesuatu yang terpisah, melinkan saling berinteraksi. Contohnya, pengalaman yang kita alami akan mempengaruhi pembentukan kepribadian kita (Pervin, 2005). Pervin (2005) menjelaskan lebih lanjut mengani faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian, yaitu: 1. genetik (nature) Faktor genetik berperan penting dalam pembentukan kepribadian dan perbedaan individu. Kepribadian dipengaruhi oleh dasar biologis, yaitu dalam penelitiannya bahwa individu berbeda dalam fungsi sestem otak dan sistem limbik yang berkontribusi pada perkembangan kepribadian individu. Intinya, mekanisme genetik mempengaruhi aspek kepribadian secara spesifik. 2. Lingkungan (nurture) Para psikolog mengakui bahwa lingkungan berperan penting dalam perkembangan kepribadian. Lingkungan dapat membentuk persamaan dan perbedaan antar individu. Berikut faktor penting lingkungan dalam perkembangan kepribadian seseorang: a. Budaya Budaya adalah kebiasaan sosial yang terinternalisasi dari suatu komunitas (Hogg, 2002). Kepribadian seseorang juga merupakan hasil keanggotaan dalam kelompok budaya tertentu. Seperti pembelajaran perilaku, ritual, kepercayaan, filosofi hidup, peran dalam komunitas, nilai dan prinsip yang terpenting dalam kehidupan. Budaya juga menggambarkan kebutuhan dan cara kita mengekspresikan emosi, perasaan, hubungan dengan orang lain, cara berpikir dan cara kita mengatasi kehidupan hingga kematian. 32

9 b. Kelas sosial Kelas sosial juga mempengaruhi pembentukan kepribadian dan status individu, diantaranya kelas menengah kebawah-keatas, status pekerjaan atau perofesional. Kelas sosial juga menentukan peran dalam bekerja, pendapatan dan hak istimewa. Faktor-faktor inilah yang mempengaruhi cara mereka memandang dirinya, cara penerimaan terhadap anggota sosial lainnya, hingga cara memperoleh serta menggunakan materi yang dimilikinya. Selain itu, status sosial ekonomi mempengaruhi perkembangan kognitif dan emosional individu (Bradley dan Corwyn, 2002). Sama halnya dengan budaya, kelas sosial juga mempengaruhi kapasitas, sikap, serta membentuk perilaku individu dalam memberikan respon terhadap suatu situasi. c. Keluarga Faktor penting lainnya dalam pengaruh lingkungan adalah keluarga. Pola asuh orang tua yang otoritarian, otoritatif, mengabaikan, memanjakan ataupun orang tua yang peduli terhadap kebebasan (dialogis) dan kemandirian anak akan memberi pengaruh terhadap perkembangan kepribadian anak tersebut. Pengaruh orang tua terhadap anak terjadi melalui tiga cara, yaitu: 1. Perilaku orang tua dalam menghadapi situasi 2. Model peran (modelling) 3. Pemberian reward/punishment 4. Teman sebaya Pengaruh teman sebaya lebih kuat dalam perkembangan kepribadian dari pada keluarga. Anak dari suatu keluarga berbeda dikarenakan perbedaan 33

10 pengalaman di luar rumah yang mereka miliki dan pengalaman didalam rumah tidak membentuk kesamaan antar anak. Kesimpulannya, varias material genetik dalam keluarga ditambah pengaruh sosial di luar lingkungan keluarga dianggap sebagai hal yang mempengaruhi kepribadian yang tampak. B. PERAWAT 1. Defenisi Perawat Perawat berasal dari kata Latin nutrix yang artinya merawat atau memelihara. Seorang perawat adalah seseorang yang berperan dalam merawat dan memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit atau cedera dan proses penuaan (Taylor, dkk dalam Gaffar, 1999). Perawat dalam penelitian ini adalah orang yang merawat memelihara, membantu dan melindungi seseorang karena sakit atau cedera dan proses penuaan (Taylor, dkk dalam Gaffar, 1999). Perawat memiliki fungsi dalam melaksanakan praktek keperawatannya. Nursalam (2007), mendefinisikan keperawatan sebagai seuatu bentuk pelayanan profesional yang merupaka bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosiospiritual yang komprehensif kepada individu, keluarga dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup seluruh siklus kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan disini adalah bagaimana perawat memberikan dukungan emosional kepada pasien dan memperlakukan pasien sebagai manusia. 34

11 Menurut Depkes (dalam Asmuji, 2012), kebutuhan tenaga keperawatan di rumah sakit berada di ruangan antara lain: rawat inap, gawat darurat, critical care, kamar operasi, dan rawat jalan. 2. Fungsi Perawat Fungsi perawat dalam praktek ada tiga (Hikey dalam Praptianingsih 2006), yaitu: a. Fungsi independen Tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter, tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan. Oleh karena itu, perawat bertanggung jawab terhadap akibat yang timbul terhadap tindakan yang diambil. b. Fungsi interdependen Tindakan perawat berdasar pada kerja sama dengan tim perawatan atau tim kesehatan. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan lain berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien. c. Fungsi dependen Perawat bertindak membantu dokter dalam memberikan pelayanan medik. Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat, melakukan suntikan. Oleh karena itu, setiap kegagalan tindakan medis menjadi tanggung jawab dokter karena setiap tindakan perawat berdasarkan perintah dokter. 35

12 3. Peran Perawat Gaffar (1999) memaparkan beberapa peran perawat. Berikut ini merupakan uraian peranan dari perawat: 1. Nurshing is caring, perawat berperan dalam pemberian asuhan keperawatan. Perawat harus memperlihatkan bahwa dalam pemberian asuhan keperawatan tidak dikenal pasien atau kasus pribadi. Semua pasien diperlakukan sama 2. Nurshing is sharing, dalam pemberian asuhan keperawatan perawat selalu melakukan sharing (berbagi) atau diskusi antara sesama perawat, kepada anggota tim kesehatan lain dan kepada klien. 3. Nurshing is laughing, perawat meyakini bahwa senyum merupakan suatu kiat dalam asuhan keperawatan untuk meningkatkan rasa nyaman klien. 4. Nurshing is crying, perawat menerima respon emosional dari perawat atau orang lain sebagai sesuatu hal yang biasa pada situasi senang duka. 5. Nurshing is touching, perawat dapat menggunakan sentuhan untuk meningkatkan rasa nyaman pada saat melakukan massage (pijat). 6. Nurshing is helping, asuhan keperawatan dilakukan untuk menolong klien dengan sepenuhnya memahami kondisinya. 7. Nurshing is believing in others, perawat meyakini orang lain memiliki hasrat dan kemampuan untuk meningkatkan status kesehatannya. 8. Nurshing is trusting, perawat harus selalu belajar atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan profesional melalui asuhan keperawatan yang dilakukan. 36

13 9. Nurshing is learning, perawat harus selalu belajar atau mengembangkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan profesional melalui asuhan keperawatan yang dilakukan. 10. Nurshing is respecting, perawat memperlihatkan rasa hormat dan penghargaan kepada orang lain (klien dan keluarganya) dengan menjaga kepercayaan dan rahasian klien. 11. Nurshing is listening, perawat harus menjadi pendengar yang baik ketika klien berbicara atau mengeluh. 12. Nurshing is doing, perawat melakukan pengkajian dan intervensi keperawatan berdasarkan pengetahuan untuk memberikan rasa aman dan nyaman serta asuhan keperawatan secara komprehensif. 13. Nurshing is feeling, perawat dapat menerima, merasakan dan memahami perasaan duka, senang, frustasi dan rasa puas klien. Selain tiga belas peran diatas, dalam melaksanakan profesinya perawat juga memiliki empat peran lain yang dinyatakan oleh Asmadi (2008), yaitu: 1. Pelaksanaan layanan keperawatan (care provider), yaitu perawat bertindak sebagai comforter (mengupayakan kenyamanan dan rasa aman pada pasien), protector dan advocat (melindungi pasien dan mengupayakan terlaksananya hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan), communicator (tampak ketika perawat bertindak sebagai penghubung antara pasien dengan anggota tim kesehatan), serta rehabolitator (perawat membantu pasien untuk beradaptasi dengan perubahan tubuhnya). 37

14 2. Pendidik dalm keperawatan, yaitu perawat melakukan penyuluhan kepada klien (pasien) yang berada di bawah tanggung jawabnya. 3. Peran sebagai pengelola (manager), yaitu peran ini berkaitan dengan jabatan struktural di rumah sakit. Perawat harus memantau dan menjamin kualitas asuhan keperawatan serta mengorganisasi dan mengendalikan sistem pelayanan keperawatan. 4. Peran sebagai peneliti, yaitu perawat harus memiliki kemampuan untuk melakukan penelitian di bidangnya. Peran perawat menjadikan perawat pada umumnya membutuhkan caring untuk menjalankan tugas keperawatannya. Namun, perawat yang memiliki humanity akan semakin menunjukkan profesinalisme dalam melakukan pekerjaannya. Peran sebagai pendidik, pengelola, serta peneliti sangat membutuhkan humanity yang akan membantu perawat mencapai tujuan keperawatan tersebut walaupun menghadapi tantangan dalam menjalankan perannya. 4. Kepribadian Perawat Sunaryo (2004), mengemukakan bahwa perawat dalam melaksanakan tugasnya selalu berhubungan dengan penderita, keluarga, teman profesi, dan profesi lainnya yang memiliki kepribadian bermacam-macam dan unik. Oleh karena itu, seorang perawat hendaknya dapat memahami kepribadian pasien, keluarga pasien, teman sejawat, dan instruktur. Beberapa ciri-ciri kepribadian 38

15 yang perlu dimiliki seorang perawat sebagaimana dikemukakan oleh Gunarsa dan Ny. Gunarsa (dalam Sunaryo, 2004) sebagi berikut: 1. Kondisi fisik yang sehat dan energik, yaitu kondisi fisk yang sehat dan energik dimana perlu dimiliki seorang perawat. Tubuh yang letih dan lelah dapat mempengaruhi pengambilan keputusan saat pemberian asuhan keperawatan. 2. Penampilan yang menarik, yaitu penampilan yang menarik dari perawat dapat membantu dalam mengubah suasana hati pasien yang negatif. 3. Kejujuran, yaitu perawat yang jujur akan menjadikan pasen yakin akan tugastugas perawat yang dilaksanakan sehingga tidak menimbulkan rasa cemas dan curiga. 4. Keriangan, yaitu perawat harus dapat selalu tersenyum, ramah, memberi sikap optimis, serta percaya diri. 5. Berjiwa positif, yaitu perawat harus intropeksi diri sehingga mengakui kekurangan yang ada pada dirinya. 6. Rendah hati, yaitu perawat harus dapat menunjukkan hal yang baik pada dirinya melalui perbuatan dan tindakan, bukan dari perkataan. 7. Murah hati, yaitu perawat harus dapat memberi pertolongan yang nyata pada pasien. Ramah, simpati, dapat bekerja sama, dapat dipercaya, loyal, dan pandai bergaul. Pandai menimbang perasaan, memiliki rasa humor, dan sikap sopan santun. 39

16 C. HUMANITY PADA PERAWAT RUMAH SAKIT Keberhasilan rumah sakit tidak jauh terlepas dari kinerja perawat sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan di rumah sakit. Apalagi tuntutan masyarakat semakin meningkat menjadikan perawat sebagai profesi yang mempunyai andil dan tanggung jawab besar dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas. Pelayanan keperawatan yang berkualitas juga didukung dengan humanity yang ada pada diri perawat rumah sakit. Humanity merupakan kekuatan interpersonal yang melibatkan kedekatan dan pertemanan dengan orang lain serta menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada orang lain. Tidak banyaknya inidividu yang menyadari adanya tantangan-tantangan dalam melaksanakan pekerjaannya menjadikan perawat dinilai sebagai profesi yang hanya membutuhkan caring saja. Stigma masyarakat yang menyebut perawat sebagai pembantu dokter menjadikan peran dan posisi perawat di masyarakat semakin termarjinalkan (Asmadi, 2008). Padahal perawat di rumah sakit diuji keberaniannya setiap hari. Tantangan seperti ambiguitas kerja, budaya rumah sakit yang bertentangan dengan pelayanan keperawatan, peluang promosi yang kecil, dan tuntutan kerja yang tinggi menjadikan perawat yang tidak mampu menghadapi tantangan ini merasa frustasi dan menjadi tidak bersemangat dalam bekerja (Waltson, 2004). Perubahan global juga memberi dampak pada profesi, khususnya keperawatan. Asmadi (2008) mengemukakan tantangan-tantangan yang timbul akibat perubahan global tersebut, yaitu pergeseran pola penyakit dari penyakit 40

17 infeksi ke penyakit degeneratis, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang menjadikan masyarakat lebih kritis, peningkatan populasi lansia dan penurunan kelahiran, serta munculnya insidensi penyakit kronis. Tantangantantangan ini juga akan menguji kemampuan profesional dari perawat. Perawat yang memiliki humanity akan semakin menunjukkan profesionalisme dalam bekerja. Peterson & Seligman (2004) membagi humanity menjadi tiga kekuatan karakter, yaitu love, kindness, dan social intelligence. Individu yang memiliki kekuatan karakter love akan memiliki sikap yang mampu menunjukkan kasih sayang, perhatian, dan kepedulian pada orang lain, karena kekuatan karakter love merupakan kondisi kognitif, perilaku dan emosional seseorang. Kemudian, individu yang memiliki kekuatan karakter kindness akan memberikan bantuan atau pertolongan kepada orang lain tidak didasarkan pada prinsip timbal-balik atau hal-hal lain yang menguntungkan diri sendiri, tetapi karena orang tersebut memang berhak mendapatkannya. Selain itu, individu yang memiliki kekuatan karakter social Intelligence akan lebih mudah untuk memahami apa yag dibutuhkan oleh para pasien. Sejalan dengan fungsi dan tanggung jawabnya, tuntutan dan beban pekerjaan yang melebihi kemampuannya terkadang membuat perawat mengabaikan sentuhan kemanusiaan dalam memberikan pelayanan kepada pasiennya. Maka untuk itu perawat membutuhkan humanity agar mampu menjalankan peran dan tanggung jawabnya denga sebaik-baiknya. 41

18 D. KERANGKA BERFIKIR RUMAH SAKIT Dituntut untuk Memberikan Pelayanan Kesehatan yang Baik Sarana Fisik SDM (sumber daya manusia) Unsur Pendukung Perawat Dokter Memiliki Tugas dan Tanggung jawab Terhadap Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit Memberikan Asuhan Keperawatan Menghadapai Keluhan Pasien dan Keluarga Pasien Perawat Membutuhkan Karakter Positif untuk Berinteraksi dengan Orang- Orang yang ada di Rumah Sakit Love Kindness Social Intelligence HUMANITY 42

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan. Berdasarkan UU

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan. Berdasarkan UU BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu hal yang berperan penting untuk memajukan kesejahteraan umum negara Indonesia adalah diselenggarakannya pembangunan kesehatan. Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sama halnya yang dikemukakan oleh Purdi E. Chandra yang merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. sama halnya yang dikemukakan oleh Purdi E. Chandra yang merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kita itu memang harus punya keberanian merantau. Sebab, dengan keberaninan merantau kita akan lebih bisa percaya diri dan mandiri. Purdi E. Chandra Alasan utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah character strength

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah character strength BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah character strength yang merupakan salah satu bidang kajian dalam Psikologi Positif. Teori ini terdapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Virtue merupakan karakter utama atau disebut human goodness yang

BAB II LANDASAN TEORI. Virtue merupakan karakter utama atau disebut human goodness yang BAB II LANDASAN TEORI A. VIRTUE DAN CHARACTER STRENGTH 1. Definisi Virtue merupakan karakter utama atau disebut human goodness yang dimiliki individu secara universal. Virtue dikatakan bersifat universal

Lebih terperinci

Studi Deskriptif Mengenai Kekuatan Karakter (Character Strength) pada Relawan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Bandung

Studi Deskriptif Mengenai Kekuatan Karakter (Character Strength) pada Relawan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Kekuatan Karakter (Character Strength) pada Relawan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Bandung 1 Yuanita Carolina Permata, 2 Milda Yanuvianti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak lepas dari sejarah

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak lepas dari sejarah BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan pelayanan kesehatan di Indonesia tidak lepas dari sejarah kehidupan bangsa. Setelah Indonesia merdeka, pelayanan kesehatan masyarakat dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Tischler (2002) mengatakan bahwa spiritualitas mirip atau dengan suatu cara,

BAB II LANDASAN TEORI. Tischler (2002) mengatakan bahwa spiritualitas mirip atau dengan suatu cara, BAB II LANDASAN TEORI A. SPIRITUALITAS 1. Pengertian Spiritualitas Tischler (2002) mengatakan bahwa spiritualitas mirip atau dengan suatu cara, berhubungan dengan emosi atau perilaku dan sikap tertentu

Lebih terperinci

Studi Deskriptif Mengenai Character Strength pada Perawat di RS. Muhammadiyah Kota Bandung

Studi Deskriptif Mengenai Character Strength pada Perawat di RS. Muhammadiyah Kota Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Character Strength pada Perawat di RS. Muhammadiyah Kota Bandung 1 Laila Andini Puspitasari, 2 Agus Budiman 1,2 Fakultas Psikologi Universitas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu bidang kajian dalam Psikologi Positif. Teori Kekutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan salah satu bidang kajian dalam Psikologi Positif. Teori Kekutan 16 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kekuatan Karakter yang merupakan salah satu bidang kajian dalam Psikologi Positif. Teori Kekutan Karakter

Lebih terperinci

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT

PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT PERAN DAN FUNGSI PERAWAT GAWAT DARURAT A. Peran Perawat Menurut konsorsium ilmu kesehatan tahun 1989 peran perawat terdiri dari : 1. Sebagai pemberi asuhan keperawatan

Lebih terperinci

Studi Deskriptif Mengenai Profil Kekuatan Karakter Pada Mahasiswa Hafidz Qur an di Pesantren Daarut Tauhiid Bandung

Studi Deskriptif Mengenai Profil Kekuatan Karakter Pada Mahasiswa Hafidz Qur an di Pesantren Daarut Tauhiid Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Profil Kekuatan Karakter Pada Mahasiswa Hafidz Qur an di Pesantren Daarut Tauhiid Bandung 1 Mahshunah Zahrotul Firdaus, 2 Temi Damayanti Dj

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan. Terjadi kekosongan (emptiness) karena anak-anak sudah

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan. Terjadi kekosongan (emptiness) karena anak-anak sudah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa dewasa tengah atau biasa disebut dengan masa dewasa madya merupakan fase perkembangan manusia yang berlangsung sekitar usia 40 sampai 60 tahun. Pada masa

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Character Strength pada Siswa Kelas XII SMAIT Miftahul Khoir Bandung Descriptive Study About Character Strength of 3rd Grade High School Students

Lebih terperinci

Studi Deskriptif Mengenai Character Strength Pada Guru Di Sekolah Menengah Pertama Terbuka Cibeunying Kidul Kota Bandung

Studi Deskriptif Mengenai Character Strength Pada Guru Di Sekolah Menengah Pertama Terbuka Cibeunying Kidul Kota Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Character Strength Pada Guru Di Sekolah Menengah Pertama Terbuka Cibeunying Kidul Kota Bandung 1 Meutia Suzana 2 Lilim Halimah 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 13 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori Kekuatan Karakter menurut Peterson dan Seligman (2004). Teori yang dipilih akan digunakan untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada Character Strengths untuk bertahan di lingkungan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang mengarah pada Character Strengths untuk bertahan di lingkungan yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alasan Pemilihan Teori Berdasarkan fenomena penelitian, siswa-siswi menunjukkan perilaku yang mengarah pada Character Strengths untuk bertahan di lingkungan yang kebanyakan

Lebih terperinci

Studi Deskriptif Character Strength Suami dengan Istri Pasca Stroke di RSAI Bandung.

Studi Deskriptif Character Strength Suami dengan Istri Pasca Stroke di RSAI Bandung. Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Character Strength Suami dengan Istri Pasca Stroke di RSAI Bandung 1 Aulia Adiyati, 2 Lilim Halimah 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORISTIS

BAB II TINJAUAN TEORISTIS BAB II TINJAUAN TEORISTIS 2.1 Perilaku Caring 2.1.1 Pengertian Caring Perawat Menurut Carruth, dalam Nurachmah (2001) asuhan keperawatan yang bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai apabila perawat

Lebih terperinci

Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN

Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN EISSN Prosiding SNaPP2014 Sosial, Ekonomi, dan Humaniora ISSN 2089-3590 EISSN 2303-2472 KONTRIBUSI KEKUATAN KARAKTER (CHARACTER STRENGTH) TERHADAP KOMITMEN PADA ORGANISASI KARYAWAN HOTEL BINTANG 4 DAN 5 DI KOTA

Lebih terperinci

Prosiding Psikologi ISSN:

Prosiding Psikologi ISSN: Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Studi Deskriptif Mengenai Character Strength Pada Remaja Putri yang Menjadi Relawan di Rumah Pelangi Bandung Descriptive Study of The Character Strength in Adolescent

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 100 BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis untuk mengetahui perbedaan Kebahagiaan, Kepuasan Hidup dan Karakter positif antara Petugas Keamanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai masalah hukum, semakin banyak orang yang. melakukan tindak pidana. Tindak pidana memang tidak akan pernah musnah

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai masalah hukum, semakin banyak orang yang. melakukan tindak pidana. Tindak pidana memang tidak akan pernah musnah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbicara mengenai masalah hukum, semakin banyak orang yang melakukan tindak pidana. Tindak pidana memang tidak akan pernah musnah selama masih terdapat kesenjangan

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS Oleh Ni Ketut Alit Armini Bagian Maternitas PSIK - FKp UNAIR SURABAYA KEPERAWATAN PELAYANAN KESEHATAN ILMU & KIAT KEPERAWATAN PELAYANAN PROFESIONAL BIO, PSIKO,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indera penglihatan merupakan salah satu potensi vital yang dimiliki manusia

BAB I PENDAHULUAN. Indera penglihatan merupakan salah satu potensi vital yang dimiliki manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indera penglihatan merupakan salah satu potensi vital yang dimiliki manusia untuk menjalani hidupnya. Kehilangan indera penglihatan akan menjadi masalah besar yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Character strength) yang merupakan salah satu bidang kajian Psikologi Positif.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Character strength) yang merupakan salah satu bidang kajian Psikologi Positif. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kekuatan Karakter (Character strength) yang merupakan salah satu bidang kajian Psikologi Positif.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kecerdasan emosional BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecerdasan Emosional 2.1.1 Pengertian kecerdasan emosional Kecerdasan emosional, secara sederhana dipahami sebagai kepekaan mengenali dan mengelola perasaan sendiri dan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia. Pendidikan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia. Pendidikan memiliki 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi pembanguan Indonesia yaitu mempersiapkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak setiap orang merupakan salah satu slogan yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah hak setiap orang merupakan salah satu slogan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Kesehatan adalah hak setiap orang merupakan salah satu slogan yang sering kita dengar dalam dunia kesehatan. Hal ini berarti setiap pasien yang dirawat di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1 Konsep Caring Caring merupakan fenomena universal yang berkaitan dengan cara seseorang berpikir, berperasaan dan bersikap ketika berhubungan dengan orang lain. Caring dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu, pengaruh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu, pengaruh 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepuasan Pasien 1. Pengertian Menurut Sabarguna (2004), kepuasan pasien adalah merupakan nilai subyektif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan, tapi walaupun subyektif

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asosiasi Psikologi Amerika, Martin Seligman, ilmu psikologi hanya mampu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Asosiasi Psikologi Amerika, Martin Seligman, ilmu psikologi hanya mampu BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Psikologi Positif Selama 60 tahun terakhir psikologi berkonsentrasi pada hal-hal negatif (depresi, pobia, trauma, dan penyakit-penyakit psikologis lainnya). Fenomena ini mengkuti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai menulis tentang fenomena yang terus-menerus tidak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedudukan sosial. Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam. dimasyarakat yang ditetapkan oleh budaya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kedudukan sosial. Teori peran menggambarkan interaksi sosial dalam. dimasyarakat yang ditetapkan oleh budaya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Peran Perawat a) Peran Sudarma (2008) mengatakan bahwa peran merupakan suatu pola tingkah laku, kepercayaan, nilai, sikap yang diharapkan oleh masyarakat, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada suatu organisasi atau perusahaan kualitas produk yang dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan menggunakan produk tersebut. Salah satu

Lebih terperinci

Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Character Strength Orang Tua dari Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Bandung

Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Character Strength Orang Tua dari Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Character Strength Orang Tua dari Anak Penderita Kanker di Rumah Cinta Bandung 1 Naima Sa adadiyah, 2 Dewi Sartika 1,2 Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat pesat menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan manusia dalam mempersiapkan generasi yang berkualitas dalam menghadapi era globalisasi. Dalam era globalisasi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan dan keperawatan. Sebagai pusat pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan, dan pusat pelayanan kesehatan,

Lebih terperinci

Hubungan antara Character Strength dengan Komitmen Organisasi pada Guru Honorer di SLB Negeri Cinta Asih Soreang

Hubungan antara Character Strength dengan Komitmen Organisasi pada Guru Honorer di SLB Negeri Cinta Asih Soreang Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan antara Character Strength dengan Komitmen Organisasi pada Guru Honorer di SLB Negeri Cinta Asih Soreang 1 Devina Kristanti, 2 Dewi Sartika 1,2 Fakultas Psikologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawat merupakan tenaga kesehatan yang berinteraksi secara langsung dengan pasien, mempunyai tugas dan fungsi yang sangat penting bagi kesembuhan serta keselamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Kekuatan karakter 2.1.1 Pengertian Peterson & Seligman (2004) memperkenalkan Kekuatan karakter sebagai salah satu bidang kajian dalam Psikologi Positif. Kekuatan karakter adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN TEORETIS BAB II TINJAUAN TEORETIS 2.1 Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi Teraupetik Menurut Stuart (1998), mengatakan komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dengan klien dalam memperbaiki

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Empati 2.1.1 Definisi Empati Empati merupakan suatu proses memahami perasaan orang lain dan ikut merasakan apa yang orang lain alami. Empati tidak hanya sebatas memasuki dan

Lebih terperinci

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN DIET PASIEN

PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN DIET PASIEN PERAN PERAWAT DALAM PELAKSANAAN DIET PASIEN Peran perawat Merupakan tingkah laku yang diharapkan oleh orang lain terhadap seseorang sesuai kedudukan dalam sistem, dimana dapat dipengartuhi oleh keadaan

Lebih terperinci

International Council of Nurses (1965), perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di Negara

International Council of Nurses (1965), perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di Negara International Council of Nurses (1965), perawat adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan keperawatan, berwenang di Negara bersangkutan untuk memberikan pelayanan dan bertanggung jawab

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kepuasan Pasien 2.1.1. Definisi Kepuasan Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa senang; perihal (hal yang bersiap puas, kesenangan, kelegaan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semua ini membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Semua ini membuat masyarakat semakin sadar akan pentingnya kesehatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman dan teknologi, terjadi perubahan pola hidup masyarakat. Perubahan pola hidup ini tidak selalu bersifat positif, ada beberapa pola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005),

BAB I PENDAHULUAN. Caring merupakan unsur sentral dalam keperawatan. Menurut Potter & Perry (2005), BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perawat merupakan sumber daya terbanyak di rumah sakit dan yang paling sering berinteraksi lansung dengan klien, sehingga kontribusi perawat cukup besar dalam mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa globalisasi ini, arus informasi dari satu tempat ke tempat lain semakin cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan tanpa

Lebih terperinci

PENGANTAR MANAJEMEN KEPERAWATAN. Sumijatun

PENGANTAR MANAJEMEN KEPERAWATAN. Sumijatun PENGANTAR MANAJEMEN KEPERAWATAN Sumijatun Beberapa Teori Penting yg terkait dgn Man. Keperawatan : Teori Boulding Paradigma Keperawatan Model Konseptual Keperawatan 9 teori penting dlm man kep : Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan komponen dasar dari hubungan antar manusia dan meliputi pertukaran informasi, perasaan, pikiran dan perilaku antara dua orang atau lebih. Komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Caring Caring adalah kegiatan langsung untuk memberikan bantuan, dukungan, atau perilaku kepada atau untuk individu atau kelompok melalui antisipasi kebutuhan untuk

Lebih terperinci

Mahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang Jurusan DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Kupang, Kupang c

Mahasiswa S-1 Prodi Keperawatan, STIKes CHMK, Kupang Jurusan DIII Keperawatan, Poltekes Kemenkes Kupang, Kupang c HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP KELAS III (RUANG CEMPAKA DAN KELIMUTU) RSUD PROF. Dr. W. Z. JOHANNES KUPANG Yolanda B. Pamaa,c*, Elisabeth Herwantib, Maria

Lebih terperinci

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI

ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI ETIKA KEPERAWATAN YUNIAR MANSYE SOELI DEFINISI Keperawatan merupakan salah satu profesi yang bergerak pada bidang kesejahteraan manusia yaitu dengan memberikan bantuan kepada individu yang sehat maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa

BAB I PENDAHULUAN. karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan sejatinya sangat diutamakan dalam kehidupan sehari-hari karena sehat sangatlah mahal. Orang yang mengalami sakit akan merasa menderita karena fungsi tubuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam keorganisasian itu sudah menjadi keharusan. Tidak dapat dipungkiri

BAB I PENDAHULUAN. dalam keorganisasian itu sudah menjadi keharusan. Tidak dapat dipungkiri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan kemahasiswaan di perguruan tinggi cukup beraneka ragam baik kegiatan akademik secara formal di kampus, kegiatan ekstrakurikuler maupun kegiatan keorganisasian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak terlepas dari manusia lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu melibatkan orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah dan atau masyarakat. Rumah sakit berfungsi untuk memberikan pelayanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Ensiklopedi Amerika mengartikan perilaku sebagai suatu aksireaksi organism terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada pasien, memenuhi

BAB 1 PENDAHULUAN. bermutu merupakan asuhan manusiawi yang diberikan kepada pasien, memenuhi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat sebagai suatu profesi, memberikan pelayanan kesehatan yang optimal dalam memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Komunikasi Terapeutik 2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang dilakukan oleh perawat dan tenaga kesehatan lain yang direncanakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini membahas aspek yang terkait dengan penelitian ini yaitu : 1. Karakteristik Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas 1.1 Definisi Spiritualitas 1.2 Karakteristik Spiritualitas 1.3

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meneliti Character Strength pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di Rumah Sakit Al-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meneliti Character Strength pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di Rumah Sakit Al- 23 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Pada bab ini, peneliti akan menguraikan teori yang digunakan dalam meneliti Character Strength pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di Rumah Sakit Al- Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan kesehatan di Rumah sakit yang diberikan kepada pasien 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah bagian integral dari keseluruhan sistem pelayanan kesehatan yang dikembangkan melalui rencana pembangunan kesehatan. Pelayanan kesehatan di Rumah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk berinteraksi timbal-balik dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Memulai suatu hubungan atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran. perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran. perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004). BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gender 2.1.1 Defenisi a. Gender adalah peran sosial dimana peran laki-laki dan peran perempuan ditentukan (Suprijadi dan Siskel, 2004). b. Gender adalah perbedaan status dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Caring. Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku Caring. Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Caring 1. Pengertian Perilaku Caring Swanson (dalam Watson, 2005) mendefinisikan caring sebagai cara perawat memelihara hubungan yang bernilai dengan pasien agar

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King Imogene M. King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi dengan beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Motivasi merupakan suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri seseorang yang menimbulkan, menggerakkan dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomis. Oleh karena itu, pemeliharaan kesehatan merupakan suatu upaya. pemeriksaan, pengobatan atau perawatan di rumah sakit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan sesuatu hal yang sangat penting bagi setiap individu. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan

Lebih terperinci

Hubungan Kekuatan Karakter dengan Komitmen Kerja pada Guru di TK dan SD Bakti Asih Bandung

Hubungan Kekuatan Karakter dengan Komitmen Kerja pada Guru di TK dan SD Bakti Asih Bandung Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan Kekuatan Karakter dengan Komitmen Kerja pada Guru di TK dan SD Bakti Asih Bandung 1 Arpin Epriansa, 2 Dewi Sartika 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kebahagiaan Adapun Kebahagiaan merupakan emosi positif yang dirasakan berkaitan dengan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang. Kebahagiaan yang sebenarnya yang dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kompetisi di sektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya kompetisi di sektor kesehatan. Persaingan antar rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi yang sedang kita hadapi dibidang kesehatan, menimbulkan secercah harapan akan peluang meningkatnya pelayanan kesehatan. Hal ini juga berdampak dan menuntut

Lebih terperinci

KEKUATAN KARAKTER DAN KEBAJIKAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

KEKUATAN KARAKTER DAN KEBAJIKAN DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research (2018), 2 (1), pp. 1 5 Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya (UMTAS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan administrasi. Rumah sakit dengan peralatan yang canggih dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah Sakit Sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan menyelenggarakan dua jenis pelayanan masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan administrasi.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah

BAB III METODE PENELITIAN. Karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam penelitian ilmiah. Karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggung

Lebih terperinci

Dari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk sebagai berikut.

Dari aspek pengungkapan dan pertukaran informasi, komunikasi digolongkan menjadi 2 bentuk sebagai berikut. Dalam profesi kedokteran terdapat tiga komponen penting yaitu komponen ilmu dan teknologi kedokteran, komponen moral dan etik kedokteran, serta komponen hubungan interpersonal antara dokter dan pasien.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang, karena pada masa ini remaja mengalami perkembangan fisik yang cepat dan perkembangan psikis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran 1. Pengertian peran Peran adalah harapan tentang bagaimana seseorang yang menduduki posisinya menunjukkan prilaku terhadap orang yang berada di posisi lain (Roy, 1994).Selanjutnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi

BAB I PENDAHULUAN. secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Caring adalah salah satu tindakan keperawatan yang dinlakukan setia hari secara terus menerus, tulus, ikhlas, peduli dengan masalah pasien yang di hadapi (Watson,2011).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peranan komunikasi menjadi lebih penting dalam pemberian asuhan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peranan komunikasi menjadi lebih penting dalam pemberian asuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan paradigma dalam keperawatan, dari konsep keperawatan individu menjadi keperawatan paripurna serta kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kedokteran, menyebabkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan kiat keperawatan, berbentuk pelayanan bio-psiko-sosial-spriritual yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perawat 1. Pengertian Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya kesehatan. Rumah sakit memiliki berbagai kesatuan personel terlatih dan terdidik dalam

Lebih terperinci

CHARACTER STRENGTH PADA ATLET PENYANDANG TUNA DAKSA DI NPCI KOTA BANDUNG. Abstrak

CHARACTER STRENGTH PADA ATLET PENYANDANG TUNA DAKSA DI NPCI KOTA BANDUNG. Abstrak SCHEMA - Journal of Psychological Research, Hal. 58-68 CHARACTER STRENGTH PADA ATLET PENYANDANG TUNA DAKSA DI NPCI KOTA BANDUNG 1) Anandya Ikhwan Muttaqin 2) Endang Supraptiningsih 1),2) Fakultas Psikologi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa orang lain. Setiap aktivitas yang dilakukan tentu memerlukan komunikasi. Tidak terkecuali seorang

Lebih terperinci

Konsep kebutuhan mencintai dan dimiliki. Niken Andalasari

Konsep kebutuhan mencintai dan dimiliki. Niken Andalasari Konsep kebutuhan mencintai dan dimiliki Niken Andalasari Cinta? Seorang psikolog asal Amerika Serikat, Ashley Montagu mendefinisikan cinta: Cinta sebagai sebuah perasaan memperhatikan, menyayangi dan menyukai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut penyedia pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan yang berkualitas. Kualitas jasa pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tergantung penyakit atau kasusnya yang bersifat intangibles, yaitu output tidak dapat terpisahkan

BAB I PENDAHULUAN. tergantung penyakit atau kasusnya yang bersifat intangibles, yaitu output tidak dapat terpisahkan BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Rumah sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini peneliti akan menguraikan mengenai teori-teori sebagai pendukung dalam penelitian yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti yaitu: 2.1. Perilaku 2.1.1. Defenisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009). American Nurses Association BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan merupakan suatu seni dan ilmu pengetahuan yang memegang peran penting dalam menyediakan pelayanan kesehatan bagi masyarakat dunia (Potter & Perry, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan dan pemantapan peran bagi perawat akhir-akhir ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan dan pemantapan peran bagi perawat akhir-akhir ini menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan dan pemantapan peran bagi perawat akhir-akhir ini menjadi tuntutan masyarakat, baik dalam layanan kesehatan pada umumnya maupun keperawatan pada khususnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Motivasi sembuh merupakan sumber kekuatan untuk pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Motivasi sembuh merupakan sumber kekuatan untuk pasien yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Motivasi sembuh merupakan sumber kekuatan untuk pasien yang berasal dari dalam pasien. Tujuan pasien memilki motivasi sembuh adalah untuk meningkatkan kemauan pasien

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja dapat diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak menuju masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional (Hurlock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan

BAB I PENDAHULUAN. perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perilaku Caring merupakan aspek penting yang harus dilakukan oleh perawat dalam praktek keperawatan. Caring adalah sebagai jenis hubungan yang diperlukan antara pemberi

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang Masalah

1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Public Relations adalah sebuah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi dengan publik yang memengaruhi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karya, padat modal, padat teknologi, dan padat keterampilan (Soedarmono, S, dkk,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. karya, padat modal, padat teknologi, dan padat keterampilan (Soedarmono, S, dkk, BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sakit 2.1.1. Pengertian Rumah Sakit Rumah sakit adalah bagian yang amat penting dari suatu sistem kesehatan. Dalam jejaring kerja pelayanan kesehatan, rumah sakit menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting,

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting, sarat dengan tugas, beban, masalah dan harapan yang digantungkan kepadanya. Perkembangan

Lebih terperinci