BAB III METODE PENELITIAN. Karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III METODE PENELITIAN. Karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah"

Transkripsi

1 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan unsur yang penting dalam penelitian ilmiah. Karena metode yang digunakan dalam penelitian dapat menentukan apakah penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan hasilnya (Hadi, 2000). Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif deskriptif yang dimaksudkan untuk melihat gambaran humanity pada perawat rumah sakit. Menurut Azwar (2004), penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan karaktersitik mengenai sampel atau mengenai bidang tertentu. Data yang dikumpulkan hanya bersifat deskriptif sehingga tidak bermaskud mencapai penjelasan, menguji hipotesis, membuat prediksi maupun mempelajari implikasi. Hasil penelitiannya berupa deskripsi mengenai variabel-variabel tertentu dengan menyajikan frekuensi, ratarata nilai atau kualifikasi lainnya untuk setiap kategori di suatu variabel. A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN Identifikasi variable penelitian merupakan langkah penetapan variabelvariabel utama yang menjadi fokus dalam penelitian (Azwar, 2001). Purwanto (2008), mengungkapkan bahwa ada tiga ciri variabel, yaitu dapat diukur, membedakan antar objek dalam suatu populasi dan nilainya bervariasi. Penelitian kuantitatif deskriptif mengharuskan hasil penelitian yang objektif, terukur dan 43

2 selalu terbuka untuk diuji (Purwanto, 2008). Menurut Bouma, 1993 (dalam Purwanto, 2008), variabel berbeda dengan konsep. Dimana konsep belum dapat diukur dan variabel merupakan operasionalisasi dari suatu konsep. Variabel juga merupakan karakteristik atau kualitas individu yang berbeda satu sama lain (Ghiselli, Campbell dan Zedeck, 1981 dalam Purwanto, 2008). Variabel merupakan sebuah simbol di mana angka-angka atau nilai ditetapkan dan suatu konsep dikatakan sebagai variabel bila menunjukkan adanya variasi (Kerlinger, 2000). Variabel yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah humanity pada perawat rumah sakit. B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN Definisi operasional merupakan batasan suatu fenomena yang dapat diamati dan diukur, bersifat behavioral (Purwanto, 2008). Definisi operasional dari penelitian perlu dijabarkan untuk menghindari perbedaan dalam menginterpretasi masing-masing variabel penelitian (Hadi, 2000). Humanity yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kekuatan interpersonal yang melibatkan hubungan untuk menjalin kedekatan dan pertemanan dengan orang lain serta menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada orang lain. Humanity ini diukur berdasarkan tiga kekuatan karakter yang dikemukakan oleh Peterson & Seligman (2004), yang terdiri dari: Love, merupakan kondisi kognitif, perilaku dan emosional seseorang yang menjadi sumber utama kasih sayang untuk menjalin kedekatan dengan individu lain. Kindness, sebagai tindakan sukarela dalam memberikan pertolongan kepada 44

3 orang lain, berkaitan erat dalam hal kemanusiaan. Dalam arti semua orang berhak mendapat perhatian dan pengakuan tanpa alasan utilitarian tetapi hanya karena mereka memang berhak mendapatkannya. Social Intelligence, mengarah pada kemampuan berfikir atau kemampuan untuk mengenal dan mempengaruhi diri sendiri dan orang lain, sehingga dapat beradaptasi di lingkungan dengan baik. Humanity pada perawat rumah sakit dalam penelitian ini dapat dilihat dari skor yang diperoleh individu dari skala humanity. Jika semakin tinggi skor skala humanity yang diperoleh maka semakin besar humanity yang dimiliki oleh perawat rumah sakit. Demikian sebaliknya, jika semakin rendah skor skala humanity humanity yang diperoleh maka semakin rendah humanity yang dimiliki perawat rumah sakit. Nilai alpha cronbach pada penelitian ini yaitu C. POPULASI, SAMPEL DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL 1. Populasi Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perawat rumah sakit. Populasi didefenisikan sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Sampel adalah sebagian dari populasi. Karena merupakan bagian dari populasi, tentulah harus memiliki ciri-ciri yang dimiliki oleh populasinya (Azwar, 2004). 2. Sampel Menyadari luasnya keseluruhan populasi dan keterbatasan yang dimiliki peneliti, maka subjek penelitian yang dipilih adalah sebagian dari keseluruhan populasi yang dinamakan sampel. Sampel adalah sebagian dari populasi yang 45

4 merupakan subjek yang jumlahnya kurang dari populasi (Hadi, 2000). Penentuan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai hal baik yang bersifat teoritis maupun praktis, yang bersifat teoritis dimaksudkan untuk memperoleh derajat kecermatan statistik yang maksimal. Sedangkan pertimbangan yang bersifat praktis didasarkan pada keterbatasan peneliti, antara lain keterbatasan kesempatan yang diberikan (izin dari pihak rumah sakit), waktu dan dana. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 199 orang perawat rumah sakit, untuk menghasilkan suatu bentuk distribusi frekuensi yang mendekati normal Azwar (2004), menyatakan secara statistika menganggap jumlah sampel yang lebih dari 60 subjek sudah cukup banyak. 3. Metode Pengambilan Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu sehingga diharapkan dapat mewakili populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah perawat rumah sakit. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah teknik non-probability sampling. Menurut Hadi (2000), nonprobability sampling adalah teknik sampling yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, hanya individu-individu yang kebetulan dijumpai atau dapat dijumpai saja yang diselidiki. Jenis non-probability sampling yang digunakan adalah incidental sampling. Incidental sampling diperoleh berdasarkan pada faktor incidental atau kebetulan dan kemudahan dijumpainya sampel yag sesuai dengan karakteristik tertentu. 46

5 D. INSTRUMEN YANG DIGUNAKAN 1. Alat Ukur yang Digunakan Pengukuran yang buruk dapat menghasilkan penelitian ilmiah yang tidak valid (Kerlinger, 1990). Oleh karena itu, alat pengumpul data atau instrumen penelitian yang digunakan akan menentukan kualitas data yang terkumpul dan kualitas penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi. Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan suatu alat ukur aspek afektif yang merupakan konstruk/konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 2005). Metode skala mengungkap beberapa karakteristik yaitu: (1) stimulasinya tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur, melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan; (2) skala psikologi selalu berisi banyak aitem dan respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Menurut Azwar (2005), metode skala mempunyai perbedaan dengan angket, karakteristik skala yaitu: 1. Data yang diungkap berupa konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu. 2. Pertanyaan sebagai stimulus tertuju pada indicator perilaku guna memancing jawaban yang merupakan refleksi dari keadaan diri subjek yang biasannya tidak disadari oleh responden yang bersangkutan. 47

6 3. Responden terhadap skala psikologi, meskipun memahami isi pertanyaannya, biasanya tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan tersebut. 4. Respon terhadap skala psikologi diberi skor melewati proses penskalaan. Satu skala psikologi hanya diperuntukkan guna mengungkap suatu atribut tunggal. 5. Hasil ukur skala psikologi harus teruji realibitasnya secara psikometris di karenakan relevansi isi dan konteks kalimat yag digunakan sebagai stimulus pada skala psikologi lebih terbuka terhadap eror. 6. Validitas skala psikologi lebih ditentukan oleh kejelasan konsep psikologis yang hendak diukur dan operasionalisasinya. Dalam penelitian ini alat ukur yang digunakan adalah skala humanity, yang disusun peneliti berdasarkan 4 komponen psikologis humanity yang diungkap oleh Peterson & Seligman (2004), yang terdiri dari: love, kindness, dan social intelligence. Kemudian dilakukan penyesuaian terhadap perawat rumah sakit untuk pembuatan aitemnya. Berikut blue print dari skala humanity. Tabel 1. Blue Print Skala Humanity Sebelum Uji Coba No Aspek Nomor Item Jumlah 1 Love F : 3, 4, 10, 11, 21, 29 UF : 7, 15, 18, 22, 23 2 Kindness F : 1, 13, 14, 27, 30 UF : 8, 16, 24, Social Intelligence F : 2, 5, 6, 12, 19, 20, 28 UF : 9, 17, Jumlah

7 Skala ini dibuat dengan model penyajian skala Likert, yaitu skala yang mengukur kekuatan persetujuan dari pernyataan-pernyataan untuk mengukur sikap atau perilaku Delaney, 2007). Dengan alternative respon pernyataan terdiri atas empat pilihan jawaban, yaitu: 1) Sangat Sesuai (SS), 2) Sesuai (S), 3) tidak Sesuai (TS) dan 4) Sangat Tidak Sesuai (STS). Aitem dalam skala ini terbagi dalam dua arah, yaitu favourable (mendukung) dan unfavourable (tidak mendukung), setiap pilihan alternatif respon memiliki skor masing-masing tergantung dari jenis aitem, apakah favourable atau unfavourable. Untuk aitem favourable, Sangat Sesuai diberi skor 4, Sesuai diberi skor 3, Tidak Sesuai diberi skor 2, dan Sangat Tidak Sesuai diberi skor 1. Sedangkan skor untuk aitem yang unfavourable 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai, 3 untuk jawaban Tidak Sesuai, 2 untuk jawaban Sesuai, dan 1 untuk jawaban Sangat Sesuai (Azwar, 2000). Skor total merupakan petunjuk tinggi rendahnya humanity pada perawat rumah sakit. Semakin tinggi skor yang dicapai maka semakin tinggi humanity perawat rumah sakit. Sebaliknya, semakin rendah skoryang dicapai, maka semakin rendah humanity pada perawat rumah sakit. Pengklasifikasian tinggi rendahnya gambaran humanity pada perawat rumah sakit dilakukan dengan mencari mean, varians dan standar deviasi dengan menggunakan SPSS version 17.0 for Windows. 49

8 E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR 1. Uji Validitas Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2004). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas ini menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam skala telah komprehensif mencakup semua aspek dalam penelitian dan tingkat relevansinya. Validitas isi dalam penelitian ini diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional (kesesuaian dengan blue print yang telah disusun oleh peneliti) dan diperkuat lewat professional judgement yang dilakukan oleh Dosen pembimbing (Azwar, 2004). Setelah skala humanity diuji cobakan kepada 100 perawat di RSU Bunda Thamrin, peneliti akan melakukan uji daya beda aitem untuk mendapatkan aitemaitem yang memenuhi persyaratan. Uji daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes sebagaimana yang dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar, 2004). 50

9 Peneliti menggunakan formula koefesien korelasi Pearson Product Moment untuk menguji daya beda dari aitem-aitem dalam skala humanity. Prosedur pengujian ini menghasilkan koefesien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2004). Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan SPSS version 17.0 for Windows akan diperoleh aitem-aitem yang memenuhi persyaratan. Menurut Azwar, (2004) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal r ix 0,300, daya pembedanya dianggap memuaskan. 2. Uji Reliabilitas Menurut Azwar (2004) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor error (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya bersamasama (Azwar, 2007). Uji reliabilitas skala penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal, di mana tes dikenakan sekali saja pada sekelompok subyek. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien realibilitas (r xx`) yang angkanya berada dalam rentang 0 51

10 sampai dengan 1,00. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka 1,00 menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas yang dimiliki (Azwar, 2007). Teknik estimasi reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS Version 17.0 for Windows. Data untuk menghitung koefisien reliabilitas alpha diperoleh lewat penyajian satu bentuk skala yang dikenakan hanya sekali saja pada satu kelompok responden (single-trial administration) (Azwar, 2005). F. UJI COBA ALAT UKUR PENELITIAN Sebelum menjadi alat ukur yang sebenarnya, skala humanity diuji cobakan terlebih dahulu kepada sejumlah responden yang sesuai dengan karakteristik sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk mengetahui apakah kalimat dalam aitem mudah dan dapat dipahami oleh responden sebagaimana diinginkan oleh peneliti (Azwar, 2009). Pelaksanaan uji coba alat ukur berlangsung pada tanggal 4 juni 2013 dan diujicobakan pada 100 orang perawat di RSU. Bunda Thamrin. Jumlah skala yang disebar sebanyak 100 skala yang layak untuk dianalisis. Skala humanity yang disebarkan terdapat 30 aitem. Tabel 2 menunjukkan distribusi aitem skala humanity sebelum uji coba. Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Humanity Sebelum diuji Coba Aspek Favourable Unfavourable Jumlah Love 3, 4, 10, 11, 21, 29 7, 15, 18, 22, Kindness 1, 13, 14, 27, 30 8, 16, 24, 26 9 Social 2, 5, 6, 12, 19, 20, 28 9, 17,

11 Intelligence Jumlah Hasil uji coba alat ukur penelitian ini diuji sebanyak 2 kali yang memperoleh reliabilitas yang memenuhi standar ukur dan indeks daya beda aitem di atas Pada perhitungan, reliabilitas alat ukur yang diujicobakan sebesar adalah dengan nilai r xx` yang bergerak dari sampai dan semua aitem telah memiliki indeks daya beda aitem di atas Terdapat 30 buah aitem yang dapat digunakan dalam penelitian dengan reliabilitas alat ukur sebesar Distribusi aitem skala humanity beserta aitem-aitem yang gugur dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Distribusi Aitem Skala Humanity Setelah diuji Coba Aspek Favourable Unfavourable Jumlah Love 3, 4, 10, 11, 21, 29 7, 15, 18, 22, Kindness 1, 13, 14, 27, 30 8, 16, 24, 26 9 Social Intelligence 2, 5, 6, 12, 19, 20, 28 9, 17, Jumlah Keterangan: Nomor yang ditebalkan berarti memiliki daya beda yang rendah dan merupakan aitem yang gugur. Selanjutnya 26 aitem yang lolos seleksi dikompilasi menjadi alat ukur penelitian yang sesungguhnya dan akan disusun kembali distribusi aitem pada skala penelitian seperti yang ditunjukkan pada tabel 4 berikut: Tabel 4. Distribusi Aitem dengan Penomoran Baru yang Digunakan pada Skala Penelitian Aspek Favourable Unfavourable Jumlah Love 2, 3, 8, 9, 17,25 15, 19 8 Kindness 1,4, 10, 11,23,26 6,7,13,18,20,22 12 Social Intelligence 12,16,24 5, 14,

12 Jumlah G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN 1. Tahap Persiapan Penelitian Pada tahap persiapan penelitian, peneliti melakukan sejumlah hal yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian yaitu sebagai berikut: a. Pencarian Referensi Peneliti mengumpulkan berbagai informasi dan teori yang berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu humanity pada perawat rumah sakit. b. Pembuatan Alat Ukur Pada tahap ini, peneliti menyiapkan alat ukur penelitian yang akan digunakan dalam uji coba alat ukur. Alat ukur penelitian yaitu skala humanity yang disusun berdasarkan teori humanity Peterson & Seligman (2004). Kemudian alat ukur dibuat dalam bentuk booklet dari kertas berukuran A4 dengan huruf times new roman ukuran 14. Booklet tersebut berisi informasi mengenai data diri responden, alat ukur, dan pernyataan tertutup mengenai tatanga yang dihadapi perawat rumah sakit. c. Uji Coba Alat Ukur Sebelum menjadi alat ukur yang sebenarnya. Skala diuji validitasnya berdasarkan professional judgement, kemudian skala tersebut diujicobakan kepada 100 subjek yang memiliki karakteristik yang sama dengan subjek penelitian. d. Revisi Alat Ukur 54

13 Setelah aitem skala humanity pada perawat rumah sakit diperiksa oleh professional judgement dan telah diuji cobakan pada subjek try out, maka peneliti mengadakan sedikit perubahan atas aitem dalam skala, dan kemudian disusun kembali. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian Sebelum dilaksanakannya pengambilan data, terlebih dahulu peneliti menyusun alat ukur yang akan digunakan. Alat ukur yang digunakan adalah skala humanity dari Peterson & Seligman (2004). Penelitian dilaksanakan dengan menyebarkan skala humanity yang terdapat diawal skala pada subjek penelitian yang representative, kemudian dilanjutkan pemilihan aitem-aitem pertanyaan. Jumlah sampel yang akan dijadikan subjek dalam penelitian ini yaitu 199 orang. 3. Tahap Pengolahan Data Penelitian Setelah pelaksanaan penelitian, maka akan dilakukan pengelolaan data untuk mengetahui gambaran humanity pada perawat rumah sakit. Proses pengolahan data ini dengan bantuan komputerasi SPSS versi 17.0 for windows. Data yang diperoleh diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian yang telah diungkapkan di bab I. 4. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif deskriptif dengan melakukan perhitungan nilai alat ukur humanity. Analisa kuantitatif deskriptif bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subjek penelitian berdasarkan data variabel yang diperoleh dari kelompok subjek yang diteliti dan tidak dimaksudkan untuk pengujian hipotesis (Azwar, 2007). 55

14 Penyajian hasil analisis deskriptif berupa frekuensi dan persentase, tabulasi silang, serta berupa statistik-statistik kelompok antara lain skor minimum, skor maksimum, mean, varians dan standar deviasi pada data yang bukan kategorikal (Azwar, 2007). Seluruh data yang terkumpul akan diolah dengan menggunakan program komputer Statistical packages for Social Science (SPSS) version 17.0 for Windows sebagai berikut: 1. Gambaran umum subjek penelitian diperoleh dari jawaban subjek pada data kontrol, diolah dan digunakan dalam bentuk persentase. 2. Gambaran skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi humanity pada perawat rumah sakit secara keseluruhan diperoleh dengan menggunakan SPSS version 17.0 for windows dengan perintah descriptive. 3. Gambaran skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi dari masing-masing komponen psikologis humanity pada perawat rumah sakit secara keseluruhan diperoleh dengan menggunakan SPSS version 17.0 for windows dengan perintah descriptive. 56

15 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab ini akan membahas gambaran keseluruhan hasil penelitian. Pemaparan dalam bab ini akan diawali dengan pembahasan mengenai gambaran umum subjek penelitian sesuai dengan masalah yang akan dijawab maupun analisis tambahan atas data yang ada. A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN Subjek dalam penelitian ini adalah perawat rumah sakit, dengan jumlah sampel keseluruhan 199 orang. Seluruh subjek dalam penelitian ini akan dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, unit kerja, dan suku. 1. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, penyebaran subjek penelitian dapat digambarkan seperti pada tabel dibawah ini: Tabel 5. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin Usia Jumlah Persentase (%) Laki-Laki 9 4,5% Perempuan ,5% Total % Tabel. 5 menunjukkan jumlah subjek berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah subjek berjenis kelamin perempuan. Subjek berjenis kelamin laki-laki berjumlah 9 orang (4,5%), sedangkan subjek berjenis kelamin perempuan berjumlah 190 orang (95,5%). 57

16 2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia Berdasarkan usia subjek penelitian, maka dapat digambarkan penyebaran subjek sebagai berikut: Tabel 6. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia Usia Jumlah Persentase (%) Dewasa Muda 7 3,6% Dewasa Madya ,9% Dewasa Akhir 19 9,5% Total % Seperti terlihat pada tabel 6, subjek penelitian dengan usia dewasa madya merupaka jumlah terbesar yaitu sebanyak 173 perawat (56,8%) dibandingkan dengan subjek penelitian usia dewasa akhir 19 perawat (39,7%) dan dewasa muda yaitu sebanyak 7 perawat (3,5%). 3. Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir Penyebaran subjek penelitian berdasarkan pendidikan terakhir dapat digambarkan seperti pada tabel di bawah ini: Tabel 7. Gambaran Subjek Berdasarkan Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir Jumlah Persentase(%) D ,9% S ,1% SPK 6 3% Total % Seperti terlihat pada tabel 7, subjek penelitian dengan tingkat pendidikan D3 berjumlah 155 orang (77,9%), jumlah pendidikan S1 berjumlah 38 orang (19,1%) dan jumlah yang terkecil pada subjek tingkat SPK yaitu sebanyak 6 orang (3%). 58

17 4. Gambaran Subjek Berdasarkan Unit Kerja Berdasarkan unit kerja subjek penelitian, maka dapat digambarkan penyebaran subjek sebagai berikut: Tabel 8. Gambaran Subjek Berdasarkan Unit Kerja Unit Kerja Jumlah Persentase (%) UGD 17 8,5% Rawat Inap ,5% Total % Seperti terlihat pada tabel 8, subjek penelitian dengan unit kerja rawat inap merupakan jumlah terbesar yaitu sebanyak 17 orang (91,5%) dan subjek penelitian dengan unit kerja UGD sebanyak 182 orang (8,5%). 5. Gambaran Subjek Berdasarkan Suku Berdasarkan suku subjek penelitian, maka dapat digambarkan penyebaran subjek sebagai berikut: Tabel 9. Gambaran Subjek Berdasarkan Suku Suku Jumlah Persentase (%) Batak 41 20,6% Jawa 16 8,1% Karo 86 43,2% Mandailing 12 6% Minang 4 2% Simalungun 7 3,5% Toba 33 16,6% Total % Seperti terlihat pada Tabel. 9, subjek penelitan dengan suku Karo merupakan jumlah terbesar yaitu sebanyak 86 orang (43,2%) dan jumlah yang terkecil pada subjek penelitian dengan suku Minang yaitu sebanyak 4 orang (2%). 59

18 B. HASIL PENELITIAN Data dalam penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menjelaskan dan mendeskripsikan karakteristik variable yang diteliti, dalam hal ini adalah gambaran humanity pada perawat rumah sakit. Fungsi analisis deskriptif adalah menyederhanakan kumpulan data hasil pengukuran sedemikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Secara teknis, analisis deskriptif merupakan kegiatan meringkas kumpulan data menjadi ukuran tengah dan ukuran variasi. Selanjutnya membandingkan data kelompok subjek satu dan lainnya (Hastono, 2001). Hasil penelitian ini terdiri dari gambaran humanity pada perawat rumah sakit yang diperoleh dari 3 kekuatan karakter yang membentuk humanity, yaitu love, kindness, dan social intelligence. Deskripsi humanity pada perawat rumah sakit terdiri dari skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi. 1. Gambaran Umum Humanity pada Perawat Rumah Sakit Analisa gambaran humanity pada perawat rumah sakit secara keseluruhan dapat dilihat dari perbandingan antara mean empirik sebesar 55,58 dan mean hipotetik sebesar 65. Berikut ini merupakan tabel yang memuat nilai empirik dan tabel yang memuat nilai hipotetik pada subjek penelitian: Tabel 10. Gambaran Mean, Nilai Minimum, Nilai Maksimum dan Standar Deviasi Humanity N Min Maks Mean Standard Deviasi Hipotetik Empirik ,58 7,18 60

19 Seperti terlihat pada Tabel. 10, maka dapat dilihat hasil perbandingan antara mean empirik = 55,58 dengan standar deviasi = 7,18 dan mean hipotetik = 65 dengan standar deviasi = 13. Hal ini menunjukkan bahwa mean empirik lebih rendah dari mean hipotetik. Dengan demikian dapat didapatkan hasil bahwa humanity pada perawat rumah sakit dalam penelitian ini berada pada kategori sedang. Untuk mengklasifikasikan kuat lemahnya gambaran humanity pada perawat rumah sakit, maka subjek penelitian akan dikelompokkan ke dalam tiga kelompok berdasarkan tingkatan kategorisasi humanity, yaitu: rendah, sedang, dan tinggi. Untuk mengelompokkan subjek ke dalam masing-masing kelompok, dibuat suatu kategorisasi skor berdasarkan norma pada tabel 11 yang selanjutnya menghasilkan pengkategorian skor humanity seperti pada tabel 12. Tabel 11. Pengkategorian Humanity pada Perawat Rumah Sakit Rumus Kategori X < (µ - 1,0 σ) Rendah (µ - 1,0 σ) X < (µ + 1,0 σ) Sedang X (µ + 1,0 σ) Tinggi Keterangan : X : Skor yang didapatkan oleh subjek µ : Mean hipotetik skala humanity σ : Standard deviasi Berdasarkan kategorisasi norma pada tabel 12 dan skor mean dan standar deviasi yang ada pada tabel 11 di atas maka diperoleh penggolongan humanity 61

20 pada perawat rumah sakit serta frekuensi subjek dalam setiap kategori seperti yang diperlihatkan pada tabel 12 sebagai berikut: Tabel 12. Pengkategorian Skor Humanity pada Perawat Rumah Sakit Variabel Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi (N) Persentase (%) Humanity X < 52 Rendah 64 32,1% 52 X < 78 Sedang ,9% X 78 Tinggi - - Jumlah % Dari tabel 12 dapat dilihat bahwa humanity pada perawat rumah sakit yang tergolong sedang yaitu sebanyak 135 orang (67,9%), sedangkan humanity yang tergolong rendah sebanyak 64 orang (32,1%) dan tidak ada humanity yang tergolong tinggi. 2. Gambaran Umum Skor Humanity pada Perawat Rumah Sakit Berdasarkan Kekuatan Karakter Gambaran umum skor humanity pada perawat rumah sakit dapat dilihat melalui kekuatan karakter yaitu love, kindness, dan social intelligence. Dari 199 subjek penelitian diperoleh skor minimum, skor maksimum, mean dan standar deviasi pada tiap kekuatan karakakter dapat dilihat pada tabel berikut ini: Table 13. Gambaran Umum Humanity pada Perawat Rumah Sakit Berdasarkan Kekuatan Karakter Kekuatan Karakter N Min Max Mean Standar Deviasi Love Kindness ,5 4,2 Social Intelligence ,5 3,5 62

21 Berdasarkan tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa mean kekuatan karakter love (25), mean kekuatan karakter kindness (27,5), dan mean kekuatan karakter social intelligence (17,5). a. Gambaran Kategorisasi Skor Humanity Berdasarkan Kekuatan Karakter Love Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh deskripsi umum humanity pada kekuatan karakter love sebagai berikut: Tabel 14. Deskripsi Kategorisasi pada Kekuatan Karakter Love Love Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi Persentase(% ) X < 20 Rendah 62 31,2% 20 X < 30 Sedang ,3% X 30 Tinggi 1 0,5% Jumlah % Seperti terlihat pada tabel 14, dapat diketahui bahwa humanity pada kekuatan karakter love ditinjau dari skor berada pada kategori rendah sebanyak 62 perawat (31,2%), kategori sedang sebanyak 136 perawat (68,3%) dan kategori tinggi sebanyak 1 perawat (0,5%). b. Gambaran Kategorisasi Skor Humanity Berdasarkan Kekuatan Karakter Kindness Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh dekripsi umum humanity pada kekuatan karakter kindness sebagai berikut: Tabel 15. Deskripsi Kategorisasi pada Kekuatan Karakter Kindness 63

22 Kindness Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi Persentase (%) X < 23,3 Rendah ,4% 23,3 X < 31,7 Sedang 21 10,6% X 31,7 Tinggi - - Jumlah % Seperti terlihat pada tabel 15, dapat diketahui bahwa humanity pada kekuatan karakter kindness ditinjau dari skor berada pada kategori rendah sebanyak 178 perawat (89,4%), artinya perawat rumah sakit belum memiliki kepedulian serta tanggung jawab pada saat menangani pasien. Kategori sedang sebanyak 21 perawat (10,6%) dan tidak ada yang dalam kategori tinggi. c. Gambaran Kategorisasi Skor Humanity Berdasarkan Kekuatan Karakter Social Itelligence Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan diperoleh dekripsi umum humanity pada kekuatan karakter social intelligence sebagai berikut: Tabel 16. Deskripsi Kategorisasi pada Kekuatan Karakter Social Intelligence Social Intelligence Rentang Skor Kategorisasi Frekuensi Persentase (%) X < 14 Rendah 72 36,2% 14 X < 21 Sedang ,3% X 21 Tinggi 7 3,5% Jumlah % 64

23 Seperti terlihat pada tabel 16, dapat diketahui bahwa humanity pada kekuatan karakter social intelligence ditinjau dari skor berada pada kategori rendah sebanyak 72 perawat (36,2%), kategori sedang sebanyak 120 perawat (60,3%) dan kategori tinggi sebanyak 7 perawat (3,5%). 3. Gambaran Umum Humanity pada Perawat Rumah Sakit Berdasarkan Karakteristik Subjek a. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, gambaran humanity pada perawat rumah sakit dapat dilihat pada tabel 18 berikut ini: Tabel 17. Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Jenis Kelamin Jenis Kelamin N Mean Humanity SD Laki-laki 9 56,89 8,13 Perempuan ,51 7,81 Seperti terlihat pada tabel 17, diperoleh gambaran nilai mean humanity pada perawat rumah sakit dengan jenis kelamin laki-laki (56,89) lebih tinggi dari perawat dengan jenis kelamin perempuan (55,51) Tabel 18. Komponen Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Jenis Kelamin Kekuatan Karakter Jenis kelamin N Mean SD Love Laki-laki 9 22,33 3,46 Perempuan ,13 3,38 Jenis kelamin N Mean SD 65

24 Kindness Laki-laki 9 19,89 2,89 Perempuan ,69 3,03 Jenis kelamin N Mean SD Social Intelligence Laki-laki 9 14,66 2,83 Perempuan ,69 2,94 Seperti terlihat pada tabel 18, nilai mean tertinggi perawat rumah sakit berjenis kelamin laki-laki pada kekuatan karakter love (22,33), kemudian kindness (19,89) dan yang terendah pada social intelligence (14,66). Pada perawat rumah sakit berjenis kelamin perempuan nilai mean tertinggi pada kekuatan karakter love (21,13), kemudian pada kindness (19,69) dan yang terendah pada social intelligence (14,69). b. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Usia Tabel 19. Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Usia Usia N Mean Humanity SD Dewasa muda 7 52,28 7,84 Dewasa madya ,66 7,46 Dewasa akhir 19 56,00 10,68 Seperti terlihat pada tabel 19, diperoleh nilai mean humanity perawat rumah sakit tertinggi pada usia dewasa akhir (56,00), kemudian perawat rumah sakit dengan usia dewasa madya (55,66) dan perawat rumah sakit dengan usia dewasa muda memiliki mean terendah yaitu (52,28). Tabel 20. Komponen Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Usia Kekuatan Karakter Usia N Mean SD Love Dewasa muda 7 20,00 3,31 Dewasa madya ,20 3,27 66

25 Dewasa akhir 19 21,47 4,36 Usia N Mean SD Kindness Dewasa muda 7 18,00 2,51 Dewasa madya ,68 2,92 Dewasa akhir 19 20,47 3,87 Usia N Mean SD Social Intelligence Dewasa muda 7 14,28 2,98 Dewasa madya ,78 2,89 Dewasa akhir 19 14,05 3,29 Seperti terlihat pada tabel 20, diperoleh mean tertinggi perawat rumah sakit usia dewasa muda pada kekuatan karakter love (20,00), kemudian pada kekuatan karakter kindness (18,00) dan yang terendah pada kekuatan karakter social intelligence (14,28). Niai mean tertinggi pada usia dewasa madya pada kekuatan karakter love (21,20), kemudian pada kekuatan karakter kindness (19,68) dan yang terendah pada kekuatan karakter social intelligence (14,78). Pada usia dewasa akhir nilai mean tertinggi pada kekuatan karakter love (21,47), kemudian pada kekuatan karakter kindness (20,47) dan yang terendah pada kekuatan karakter social intelligence yaitu (14,05). c. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Pendidikan Terakhir Tabel 21. Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir N Mean Humanity SD D ,64 8,14 S ,08 6,71 67

26 SPK 6 57,16 6,11 Seperti terlihat pada tabel 21, dapat dilihat nilai mean humanity pada perawat rumah sakit yang tertinggi adalah perawat dengan tingkat pendidikan SPK (57,16), kemudian tingkat pendidikan D3 (55,64) dan yang terendah dengan tingkat pendidikan S1 yaitu (55,08). Tabel 22. Komponen Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Kekuatan Karakter Pendidikan Terakhir Pendidikan Terakhir N Mean SD D ,22 3,46 Love S ,92 3,27 SPK 6 21,38 2,13 Pendidikan Terakhir N Mean SD Kindness D ,69 3,08 S ,50 2,68 SPK 6 21,16 3,37 Pendidikan Terakhir N Mean SD Social Intelligence D ,72 3,02 S ,65 2,64 SPK 6 14,16 2,56 Seperti terlihat pada tabel 22, diperoleh nilai mean tertinggi perawat rumah sakit pendidikan terakhir D3 pada kekuatan karakter love (21,22), kemudian kindness (19,69) dan terendah pada kekuatan karakter social intelligence (14,72). Nilai mean tertinggi perawat rumah sakit pendidikan terakhir S1 pada kekuatan karakter love (20,92), kemudian kindness (19,50) dan yang terendah social 68

27 intelligence (14,65). Pada tingkat pendidikan terakhir SPK nilai mean tertinggi pada kekuatan karakter love (21,38), kemudian kindness (21,16) dan yang terendah pada kekuatan karakter social intelligence yaitu (14,16). d. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Unit Kerja Tabel 23. Humanity pada Perawat Rumah Sakit Ditinjau dari Unit Kerja Unit Kerja N Mean Humanity SD Rawat Inap ,54 7,72 UGD 17 55,94 8,96 Seperti terlihat pada tabel 23, diperoleh nilai mean humanity yang tertinggi adalah perawat rumah sakit dengan unit kerja UGD (55,94), kemudian perawat rumah sakit dengan unit kerja rawat inap (55,54). Tabel 24. Komponen Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Unit Kerja Kekuatan Karakter Unit Kerja N Mean SD Love Rawat inap ,16 3,42 UGD 17 21,41 3,08 Unit Kerja N Mean SD Kindness Rawat inap ,65 3,02 UGD 17 20,11 3,10 Unit Kerja N Mean SD Social Intelligence Rawat inap ,70 2,93 UGD 17 14,58 2,93 69

28 Dari hasil di atas, terlihat bahwa perawat rumah sakit dengan unit kerja UGD pada kekuatan karakter love memiliki nilai mean tertinggi yaitu (21,41), kemudian kindness (20,11) dan yang terendah social intelligence (14,58). Nilai mean tertinggi perawat rumah sakit dengan unit kerja rawat inap pada kekuatan karakter love (21,16), kemudian kindness (19,65) dan terendah pada kekuatan karakter social intelligence yaitu (14,70). e. Gambaran Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Suku Tabel 25. Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Suku Suku N Mean Humanity SD Batak 41 56,02 6,71 Jawa 16 56,37 8,81 Karo 86 54,73 7,71 Mandailing 12 55,08 9,48 Minang 4 54,75 16,23 Simalungun 7 57,14 7,17 Toba 33 56,78 7,57 Seperti terlihat pada tabel 25, diperoleh nilai mean humanity pada perawat rumah sakit dengan suku Simalungun (57,14) lebih tinggi dari suku Toba (56,78), suku Batak (56,02), suku Jawa (56,37), suku Karo (54,73), suku Mandailing (55,08), suku Minang (54,75). Tabel 26. Komponen Humanity pada Perawat Rumah Sakit ditinjau dari Suku Kekuatan Karakter Suku N Mean SD Love Batak 41 21,12 3,02 Jawa 16 21,56 3,32 Karo 86 20,87 3,52 Mandailing 12 20,66 4,35 Minang 4 22,00 6,05 Simalungun 7 22,14 2,41 Toba 33 21,78 3,01 70

29 Kindness Suku N Mean SD Batak 41 19,48 3,24 Jawa 16 19,37 1,85 Karo 86 19,34 3,04 Mandailing 12 21,00 2,73 Minang 4 21,00 2,16 Simalungun 7 17,28 1,25 Toba 33 20,90 3,10 Social Intelligence Suku N Mean SD Batak 41 15,04 2,72 Jawa 16 14,81 3,85 Karo 86 14,53 3,05 Mandailing 12 13,75 2,63 Minang 4 14,25 3,30 Simalungun 7 15,14 2,54 Toba 33 14,90 2,60 Seperti terlihat pada tabel 26 di atas, diperoleh nilai mean tertinggi perawat rumah sakit dengan suku Simalungun pada kekuatan karakter love (22,14) dan terendah suku Mandailing (20,66). Pada kekuatan karakter kindness diperoleh nilai mean tertinggi perawat rumah sakit dengan suku Mandailing (21,00) dan suku Minang (21,00) dan terendah suku Simalungun (17,28). Nilai mean tertinggi pada perawat rumah sakit pada kekuatan karakter social intelligence yaitu suku Simalungun (15,14) dan terendah pada suku Mandailing (13,75). C. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil utama dari penelitian ini, didapatkan bahwa mayoritas perawat rumah sakit memiliki humanity dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 67,9%. Hal ini menunjukkan bahwa perawat rumah sakit dalam penelitian ini umumnya sudah memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal dengan para pasien serta mampu menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada 71

30 para pasien walaupun hal tersebut belum mampu dilakukan secara maksimal. Hal ini juga didukung dengan hasil penemuan terhadap kekuatan karakter yang membentuk humanity tersebut, dimana perawat rumah sakit memiliki kekuatan karakter love, kindness dan social intelligence juga dalam kategori sedang. Perawat rumah sakit dalam penelitian ini memiliki humanity dalam kategori sedang, artinya perawat sudah mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya untuk memenuhi kebutuhan para pasien walaupun belum secara maksimal. Hal ini dapat menjadi perhatian khusus bagi pihak rumah sakit untuk dapat terus meningkatkan kualitas sumber daya manusianya agar pengguna jasa pelayanan kesehatan merasa puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit tersebut. Kemudian perawat menjadi semakin percaya diri terhadap kemampuannya dalam memberikan asuhan pelayanan kesehatan (Waltson, 2004). Ditinjau dari skor kekuatan karakter yang membentuk humanity dapat dilihat dari kekuatan karakter love yang menunjukkan mean 25,0 dan sebanyak 1 perawat rumah sakit (0,5%) berada pada kategori tinggi dengan perawat rumah sakit yang memiliki skor tertinggi 40. Pada kategori sedang terdapat 136 perawat rumah sakit (68,2%), ini menunjukkan bahwa para perawat rumah sakit sudah mampu menjalankan tugas dan tanggung jawabnya hanya saja belum maksimal. Pada kategori rendah terdapat 62 perawat rumah sakit (31,2%), hal ini menunjukkan bahwa perawat rumah sakit tersebut tidak memiliki kemampuan untuk menjalin hubungan dengan pasien dan tidak perduli terhadap terhadap orang lain. Peterson & Seligman (2004) menyatakan bahwa self-esteem, 72

31 kemampuan dan motivasi mempengaruhi ketahanan seseorang dalam mencapai tujuan. Berdasarkan pernyataan ini, maka perawat rumah sakit dengan love rendah tidak mempunyai kemampuan untuk menjalin hubungan interpersonal, memiliki rasa peracaya diri yang rendah akan kemampuannya dan memiliki motivasi rendah dalam bekerja. Pada kekuatan karakter kindness diperoleh mean 27,5 dan terdapat sebanyak 21 perawat rumah sakit (10,6%) berada pada kategori sedang dengan skor tertinggi 36. Peterson & Seligman (2004), mengemukakan bahwa kindness merupakan perilaku menolong yang tidak didasarkan pada prinsip timbal-balik, pencapaian reputasi, atau hal lain yang menguntungkan diri sendiri. Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka perawat rumah sakit yang memiliki kindness dalam kategori sedang akan memberikan pertolongan kepada kepada orang lain yang membutuhkan tanpa didasari prinsip timbal balik walaupun perilaku tersebut belum ditunjukkan secara maksimal. Kemudian pada kategori rendah terdapat 178 perawat rumah sakit (89,4%), hal ini menunjukkan bahwa perawat rumah sakit dalam memberikan pertolongan kepada orang lain masih didasarkan pada prinsip timbal-balik, pencapaian reputasi atau hal lain untuk menguntungkan dirinya sendiri. Hasil penelitian menunjukkan kekuatan karakter ketiga dari virtue humanity yaitu social intelligence memperoleh hasil terendah dibandingkan kedua kekuatan karakter lainnya dengan mean 17,5 dan terdapat sebanyak 7 (3,5%), dan perawat rumah sakit yang berada pada kategori tinggi dengan skor tertinggi 28. Social intelligence, dimaksudkan agar individu dapat memahami persamaan dan 73

32 perbedaan suatu hal mengenai pola dan melihat hubungan lainnya (Peterson & Seligman, 2004). Sesuai dengan pernyataan tersebut, maka perawat rumah sakit yang memiliki social intelligence pada kategori tinggi akan menggunakan kemampuan intelegensi, melibatkan pemahaman diri dan penilaian diri yang akurat, termasuk kemampuan untuk alasan tentang motivasi internal, emosional dan proses dinamis. Pada kategori sedang terdapat 120 perawat rumah sakit (60,3%) yang menunjukkan perawat rumah sakit dalam melakukan pekerjaannya memiliki kemampuan inteligensi yang belum terlalu baik sehingga pada saat menghadapi tantangan pekerjaan yang berat dapat menurunkan motivasi perawat rumah sakit dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Pada kategori rendah terdapat 72 perawat rumah sakit (36,2%), hal ini menunjukkan bahwa perawat rumah sakit tersebut tidak memiliki pemahaman dan penilaian diri yang akurat, termasuk kemampuan untuk alasan tentang motivasi internal, melihat begitu banyaknya tanggung jawab dari seorang perawat jika mereka memiliki social intelligence yang rendah maka dapat dipastikan mereka tidak akan mampu menjalankan perannya sebagai perawat. Peterson & Seligman (2004) menyatakan bahwa self-esteem, kemampuan dan motivasi sangat mempengaruhi ketahanan seseorang dalam mencapai tujuan. Peterson & Seligman (2004) menyatakan bahwa gender mempengaruhi tema dimana individu menampilkan kekuatan karakter pada suatu situasi. Bila ditinjau dari jenis kelamin, nilai mean humanity perawat rumah sakit jenis kelamin laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan. Berdasarkan kekuatan karakternya, mean social intelligence merupakan nilai mean terendah 74

33 dibandingkan dengan kedua kekuatan karakter lainnya. Pada kekuatan karakter social intelligence mean perempuan lebih tinggi dari mean laki-laki, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan pernyataan Kartono (1989) bahwa betapapun baik dan cemerlangnya intelegensi perempuan, namun pada intinya perempuan hampir-hampir tidak mempunyai ketertarikan terhadap hal-hal teoritis seperti lakilaki, perempuan lebih tertarik pada hal-hal yang praktis, perempuan juga lebih dekat pada masalah-masalah kehidupan yang praktis, sedangkan laki-laki lebih tertarik pada segi-segi abstrak. Social intelligence mengarah pada kemampuan berfikir abstrak, untuk memahami persamaan dan perbedaan suatu hal mengenai pola dan melihat hubungan lainnya, ada tiga intelegensi yaitu: personal, sosial dan emosional Peterson & Seligman (2004). Perkembangan dan pembentukan karakter terjadi disepanjang rentang kehidupan (Narvez & Lapsley, 2009). Bila ditinjau dari usia, mean skor humanity tertinggi diperoleh dari perawat rumah sakit dengan usia dewasa akhir sebesar 56,00. Hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat usia semakin baik humanity yang dimiliki. Leimon & Mahon (2009) menyatakan bahwa disepanjang kehidupan individu pasti akan menghadapi kedekatan, kepedulian dan perhatian. Semakin bertambahnya usia dan pengalaman, maka perawat rumah sakit akan lebih memiliki kekuatan interpersonal yang melibatkan kedekatan, kepedulian dan perhatian kepada orang lain. Berdasarkan mean kekuatan karakter, perawat rumah sakit usia dewasa akhir kekuatan karakter love dan kindness memiliki mean tertinggi yaitu love 21,47 dan kindness 20,47. Hal ini menunjukkan semakin bertambahnya usia maka 75

34 semakin baik kekuatan interpersonal yang dimiliki. Hal ini sesuai dengan tugas perkembangan menurut Erikson (dalam Papalia, 2004). Sedangkan pada kekuatan karakter social intelligence menunjukkan mean tertinggi pada usia dewasa madya, hal ini berarti kondisi fisik mendukung perawat rumah sakit dalam melakukan aktifitasnya (Santrock, 2002). Kebiasaan tertentu yang mendorong seseorang untuk menampilkan kekuatan karakter tertentu dalam menghadapi situasi tertentu disebut situational themes. Situational themes tersebut pasti berbeda dalam situasi yang berbeda. Dengan kata lain, situational themes bergantung situasinya (Peterson & Seligman, 2004). Dalam penelitian ini ada dua unit kerja yang memiliki situasi yang berbeda, yaitu rawat inap dan UGD. Secara umum, perawat rumah sakit yang bekerja di unit UGD memiliki mean humanity lebih tinggi dari perawat rumah sakit yang bekerja di unit rawat inap yaitu sebesar 55,94, dan perawat rumah sakit yang bekerja di unit rawat inap memiliki mean humanity 55,54. Perawat dalam menjalankan tugas dan taggung jawabnya sering berada dalam konflik dimana di satu sisi perawat dituntut untuk mengutamakan keuntungan, namun di sisi lain sesuai dengan kode etik keperawatan, perawat harus selalu senantiasa mengutamakan kesejahteraan pasien. Hal ini sesuai dengan pernyataan Day (2007), yaitu perawat sering bekerja dalam situasi yang kompleks dan ambigu, menbuat perawat rumah sakit yang bekerja di UGD mengalami tekanan dan tingginya tingkat stress yang dihadapi oleh perawat rumah sakit, menjadikan motivasi kerja para perawat menurun sehingga mempengaruhi kualitas pelayanan yng diberikan. 76

35 Budaya menggambarkan apa yang kita butuhkan dan bagaimana memaknai kepuasan hidup, yang kemudian mempengaruhi bagaimana kita menyelesaikan emosi, perasaan, hubungan dengan orang lain dan apa yang kita pikirkan, bagaimana kita mengatasi kehidupan dan kematian, juga bagaimana memandang sehat atau sakit (Cross & Markus et. al, dalam Pervin, 2005). Bila ditinjau dari suku subjek penelitian, mean humanity tertinggi perawat rumah sakit pada penelitian ini ada pada subjek penelitian suku Simalungun (57,14) dan terendah ada pada subjek penelitian suku Karo (54,73). Perawat dengan suku Simalungun memiliki mean tertinggi dibandingkan suku lain dari perawat rumah sakit. Hal ini karena sifat masyarakat suku Simalungun yang selalu tolongmenolong dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari, sehingga secara otomatis humanity terbentuk didalam diri mereka. Hal ini sejalan dengan karakter utama dari suku Simalungun yang diungkapkan oleh Nurwani (2008), suku Simalungun dalam melakukan segala bentuk kegiatan selalu mengutamakan gotong-royong dan sistem kekeluargaan, karena masyarakat Simalungun dalam melakukan pekerjaan selalu tolong-menolong dan bersama-sama. 77

36 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran-saran sehubungan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan diuraikan kesimpulan dari penelitian ini kemudian akan dilanjutkan dengan saransaran praktis dan metodologis yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian yang akan datang yang berhubungan dengan penelitian ini. A. KESIMPULAN Berikut ini akan dipaparkan kesimpulan yang diperoleh berdasarkan pengolahan dan analisis data: 1. Gambaran humanity perawat rumah sakit pada penelitian ini umumnya berada pada kategori sedang, dengan kekuatan karakter love, kindness, dan social intelligence yang membentuknya juga berada pada kategori sedang. Artinya perawat rumah sakit sudah mampu untuk menunjukkan sikap yang baik kepada para pasien dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya walaupun hal tersebut belum ditunjukkan secara maksimal. 2. Gambaran humanity pada perawat rumah sakit berdasarkan kekuatan karakter yang membentuknya: 1. Love pada perawat rumah sakit ditinjau dari: a. Jenis kelamin, dimana gambaran mean love, perawat rumah sakit lakilaki lebih tinggi dari perawat rumah sakit perempuan. 78

37 b. Usia, dimana gambaran mean love perawat rumah sakit usia dewasa akhir lebih tinggi dari perawat usia dewasa muda dan dewasa madya. c. Tingkat pendidikan, dimana gambaran mean love tingkat pendidikan terakhir perawat rumah sakit tertinggi adalah SPK, kemudian tingkat pendidikan D3, dan terendah S1. d. Unit kerja, dimana gambaran mean humanity tertinggi pada perawat rumah sakit dengan unit kerja UGD, kemudian unit kerja rawat inap. e. Suku, dimana gambaran mean humanity tertinggi pada perawat rumah sakit suku Simalungun, kemudian suku Minang, suku Toba, suku Jawa, suku Batak, suku Karo dan suku Mandailing. 2. kindness pada perawat rumah sakit ditinjau dari: a. Jenis kelamin, dimana gambaran mean kindness perawat rumah sakit laki-laki lebih tinggi dari perawat rumah sakit perempuan. b. Usia, dimana gambaran mean kindness perawat rumah sakit usia dewasa akhir lebih tinggi dari perawat usia dewasa muda dan dewasa madya. c. Tingkat pendidikan, dimana gambaran mean kindness tingkat pendidikan terakhir perawat rumah sakit tertinggi adalah SPK, kemudian tingkat pendidikan D3, dan terendah S1. d. Unit kerja, dimana gambaran mean kindness tertinggi pada perawat rumah sakit dengan unit kerja UGD, kemudian unit kerja rawat inap. 79

38 e. Suku, dimana gambaran mean kindness tertinggi pada perawat rumah sakit suku Mandailing dan suku Minang, kemudian suku Toba, suku Batak, suku Jawa, suku Karo dan terendah suku Simalungun. 3. social intelligence pada perawat rumah sakit ditinjau dari: a. Jenis kelamin, dimana gambaran mean social intelligence perawat rumah sakit jenis kelamin perempuan lebih tinggi dari perawat rumah sakit jenis kelamin laki-laki. b. Usia, dimana gambaran mean social intelligence perawat rumah sakit usia dewasa madya lebih tinggi dari perawat usia dewasa muda dan dewasa akhir. c. Tingkat pendidikan, dimana gambaran mean social intelligence tingkat pendidikan terakhir perawat rumah sakit tertinggi adalah D3, kemudian tingkat pendidikan S1, dan terendah SPK. d. Unit kerja, dimana gambaran mean social intelligence tertinggi pada perawat rumah sakit dengan unit kerja rawat inap, kemudian unit kerja UGD. e. Suku, dimana gambaran mean social intelligence tertinggi pada perawat rumah sakit suku Simalungun, kemudian suku Batak, suku Toba, suku Jawa, suku Karo, suku Minang, dan terendah suku Mandailing. 80

39 B. SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat berguna bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan gambaran humanity pada perawat rumah sakit. 1. Saran Metodologis Penelitian ini tidak luput dari kekurangan baik secara metodologis ataupun secara praktis. Peneliti menyampaikan beberapa saran metodologis yang diharapkan nantinya dapat menjadi bahan masukan yang cukup bererti bagi penelitian selanjutnya. Berikut ini adalah beberapa saran metodologis yang penting untuk dipertimbangkan. a. Bagi peneliti yang tertarik melakukan penelitian mengenai humanity perawat rumah sakit dapat secara khusus meninjau dari suku responden yang dianut. b. Bagi penelitian selanjutnya dapat melakukan penelitian secara mendalam mengenai humanity lain yang ada pada perawat yang menunjang kinerja perawat, misalnya wisdom & knowledge dan membandingkannya dengan humanity. c. Bagi peneliti yang tertarik melakukan penelitian mengenai humanity dengan menggunakan alat ukur yang sama dapat menggunakan subjek yang berbeda yang memiliki berbagai latar belakang yang berbeda misalnya, perawat puskesmas, perawat klinik, dan perawat lain diluar perawat rumah sakit. 81

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya.

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data serta penampilan dari hasilnya. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, seperti yang dijelaskan oleh Arikunto (006. 1) bahwa penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam, yaitu:

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas BAB III METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasi, karena penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan yang signifikan antara kualitas kehidupan bekerja dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pendekatan BAB III METODE PENELITIAN Dalam bab ini akan di uraikan tentang tipe penelitian, identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel penelitian, populasi dan teknik pengambilan sampel, metode

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yang mana kuantitif sendiri diartikan sebagai sebuah metode yang digunakan untuk menguji teori tertentudengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan rancangan deskriptif korelasional. Penelitian dengan pendekatan kuatitatif menekankan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Identivikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini rancangan penelitian yang akan digunakan adalah jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif, dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif. Yakni penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada pola-pola numerikal (angka)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah 23 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap hasil penelitian. Kegiatan penelitian harus mengikuti langkah-langkah atau prosedur kerja sehingga

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya.

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Menurut Kerlinger (2000:483) rancangan penelitian merupakan rencana dan stuktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data, dan pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian yang Digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian yang Digunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian yang Digunakan Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Creswell ( dalam Alsa, 2003, h. 13) menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti yaitu komunikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti yaitu komunikasi BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini, variabel-variabel yang diteliti yaitu komunikasi interpersonal dan keharmonisan keluarga. Untuk jenis penelitian kuantitatif ini, maka

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian adalah proses yang sistematik, terencana, dan dan terkontrol dari beberapa tahapan yang logis. Sedangkan rancangan penelitian merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Berdasarkan permasalahan dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian kuantitatif.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pembahasan metode penelitian ini akan menguraikan: (A). Identifikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Pembahasan metode penelitian ini akan menguraikan: (A). Identifikasi 31 BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan metode penelitian ini akan menguraikan: (A). Identifikasi Variabel Penelitian, (B). Defenisi Operasional Variabel Penelitian, (C). Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan strategi yang mengatur latar penelitian agar peneliti memperoleh data yang tetap sesuai dengan karakteristik dan tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Penelitian merupakan rangkaian kegiatan ilmiah dalam rangka pemecahan suatu masalah. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif korelasional,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Alat ukur yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel. Alat ukur yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksud untuk mengetahui ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. analisis variabel (data) untuk mengetahui perbedaan di antara dua kelompok data BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian komparatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparatif atau analisis perbedaan yang artinya bentuk analisis variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. berkaitan dengan variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi (Azwar, 2013) BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu dilakukan dengan mengumpulakan data yang berupa angka. Data tersebut kemudian diolah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Dalam penelitian penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Dalam penelitian penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Dalam penelitian penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yang suatu penelitian dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan

BAB III METODE PENELITIAN. pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu merupakan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam suatu penelitian ilmiah digunakan sebagai pedoman bagi peneliti untuk melakukan penelitian. Jenis penelitian pada penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran angka tersebut, serta penampilan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dalam usaha menguji hipotesis yang telah disusun. Penelitian kuantitatif banyak dituntut menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian, definisi operasional variabel penelitian, populasi dan metode BAB III METODE PEELITIA Metode penelitian merupakan usaha untuk menjawab permasalahan, memahami peraturan, dan memprediksikan keadaan dimasa yang akan dating (ursalam, 2001). Pada bab ini akan diuraikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini tidak

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dengan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini tidak 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pemilihan dan penggunaan metode sangat menentukan keberhasilan suatu penelitian, oleh karena itu penentuan metode yang dipakai harus tepat dan sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif korelasional yang melihat hubungan antara variabel bebas terhadap variabel terikat, penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan. B. Variabel Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan korelasional yang menghubungkan antara variabel X dan variabel Y. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian dapat diklasifikasikan dari berbagai cara dan sudut pandang. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi atas dua macam yaitu: penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif (komperatif). Desain komparasional menurut Arikunto (2010:310) menyebutkan bahwa penelitian membandingkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto, 2005: 247). Penelitian dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam penelitian korelasional kuantitatif. Penelitian korelasional merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu: 1. Variabel bebas : locus of control, terbagi dua yaitu locus of control internal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan locus of control dengan stres kerja karyawan CV. Duta Malang. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan locus of control dengan stres kerja karyawan CV. Duta Malang. Metode 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai hubungan locus of control dengan stres kerja karyawan CV. Duta Malang. Metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka, kemudian dianalisa. Karena angka-angka tersebut sesudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1. Variabel Menurut Sugiyono (2011), variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 54 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dimana penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, beringkat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat korelasional, yaitu penelitian yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel yang diprediksi memiliki hubungan. A. IDENTIFIKASI

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional. Metode korelasional yaitu suatu cara untuk menemukan hubungan antara variabel-variabel

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu daya tarik interpersonal dan kohesivitas kelompok. Untuk kepentingan penelitian ini, maka pelaksanaannya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Variabel Penelitian : Komitmen Organisasi B. Definisi Operasional Variabel Penelitian Komitmen organisasi adalah keinginan yang kuat untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Dalam mengidentifikasi problem penelitian, penelitian kuantitatif perlu menguraikan tentang kecenderungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik

BAB III METODE PENELITIAN. berdasarkan angka-angka yang diperoleh dari hasil analitik statistik BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk dalam pendekatan kuantitatif yang mempunyai tata cara dengan pengambilan keputusan interpretasi data dan kesimpulan berdasarkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa. berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2002).

BAB III METODE PENELITIAN. bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa. berarti atau tidak hubungan itu (Arikunto, 2002). BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional bertujuan untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan tekhnik korelasional yang bertujuan untuk mencari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini menggunakan tekhnik korelasional yang bertujuan untuk mencari 30 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk pendekatan penelitian kuantitatif yang menekankan pada analisis data numerikal yang diolah dengan metode statistika. Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. 32 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada datadata numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Penelitian ini merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah:

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 38 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kecerdasan

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kecerdasan BAB III METODE PEELITIA A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini variabel-variabel yang diteliti yaitu kecerdasan emosional dan komunikasi interpersonal. Untuk jenis penelitian kuantitatif ini, maka pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. analisis (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif.

BAB III METODE PENELITIAN. analisis (Hadi, 2000). Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian sangat penting karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan keputusan hasil penelitian. Pembahasan dalam metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa.

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka-angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif, penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan model penelitian korelasional. Pendekatan kuantitatif menekankan analisa pada data angka yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di Desa Rawa Bangun

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di Desa Rawa Bangun BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang bertujuan untuk membandingkan Subjective Well-being ditinjau dari faktor demografi pada petani sawit di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN.1 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri Medan, Medan Estate Deli Serdang dan waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei- Juni

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala

BAB III METODE PENELITIAN. bisa dikatakan sebagai faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel adalah semua keadaan, faktor, kondisi perilaku atau tindakan yang dapat mempengaruhi hasil penelitian (Hadi, 000). Variabel penelitian adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. teori-teori yang ada melalui pengukuran variabel-variabel dengan prosedur

BAB III METODE PENELITIAN. teori-teori yang ada melalui pengukuran variabel-variabel dengan prosedur BAB III METODE PEELITIA A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian sebagai beberapa langkah untuk melakukan pelatihan ataupun metode-metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data penelitian. Rancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan

BAB III METODE PENELITIAN. angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data serta penampilan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang banyak menggunakan angka, mulai dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. untuk melihat perbedaan (kepercayaan diri) ditinjau dari jenis kelamin.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tipe Penelitian. untuk melihat perbedaan (kepercayaan diri) ditinjau dari jenis kelamin. BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Dalam penelitian ini variabel yang diteliti yaitu kepercayaan diri. Untuk jenis penelitian kuantitatif ini, maka pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan 33 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menggunakan pendekatan studi korelasional yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. yaitu dukungan sosial teman sebaya sebagai variabel bebas (X) dan kebahagiaan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini penulis menggunakan metode korelasional, yang bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel, yaitu dukungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif, karena menggunakan data berupa angka angka yang kemudian dianalisa. Penelitian kuantitatif banyak dituntut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. informasi yang bermanfaat untuk meningkatakan mutu suatu hal yang menarik minat

BAB III METODE PENELITIAN. informasi yang bermanfaat untuk meningkatakan mutu suatu hal yang menarik minat BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Menurut Arikunto (2002:91) penelitian adalah suatu kegiatan mencermati suatu obyek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Penelitian adalah merupakan suatu rangkain kegiatan ilmiah yaitu dalam rangka pemecahan suatu permalasahan. Hasil penelitian tidak perna dimaksudkan sebagai suatu pemecahan langsung

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dapat diklasifikasikan ke dalam penelitian pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang menggunakan data yang dinyatakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. penelitian. Variabel-variabel penelitian yang akan diukur dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel Penelitian. penelitian. Variabel-variabel penelitian yang akan diukur dalam penelitian ini BAB III METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Penelitian Indentifikasi variabel penelitian digunakan untuk menguji hipotesis penelitian. Variabel-variabel penelitian yang akan diukur dalam penelitian

Lebih terperinci

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode

Bab III METODE. analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode Bab III METODE A. Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif yaitu menekankan analisisnya pada data-data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Unsur yang paling penting di dalam suatu penelitian adalah metode penelitian, karena melalui proses tersebut dapat ditentukan apakah hasil dari suatu penelitian dapat dipertanggungjawabkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sistematis dan logis, sehingga dapat dijadikan pedoman yang betul dan mudah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sistematis dan logis, sehingga dapat dijadikan pedoman yang betul dan mudah BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian merupakan pedoman dan langkah-langkah yang digunakan untuk melakukan penelitiannya, penelitian ini berangkat dari adanya permasalahan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif yang dalam prosesnya menekankan pada analisis data-data numerikal (angka) yang diolah dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan. B. Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode penelitian korelasional untuk mengetahui hubungan kecanduan bermain game online

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 1996). Dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 37 BAB III METODE PENELITIAN A. RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan pendekatan Kuantitatif. Metode yang digunakan adalah multikorelasional yakni menghubungkan dua variabel konsep diri dan kinerja,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. hubungan antara dua atau beberapa variabel. Dengan teknik korelasional seorang BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian deskriptif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Rancangan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang banyak menggunakan angka-angka, mulai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya. Serta mengunakan

BAB III METODE PENELITIAN. penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya. Serta mengunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif, karena dalam penelitian ini banyak menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan skala dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan skala dan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif dengan skala dan wawancara sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya. Teknik analisis komparasional

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kejadian dengan melihat penyebab-penyebabnya. Teknik analisis komparasional BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain dalam penelitian ini bersifat komparasional. Desain komparasional menurut Arikunto (2010 ) menyebutkan bahwa penelitian membandingkan dua kejadian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying

BAB III METODE PENELITIAN. sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying 88 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini berorientasi pada penelitian kuantitatif, yakni ingin melihat sejauhmana perbedaan harga diri dan perilaku asertif siswa korban bullying

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. masalah dalam penelitian. Melalui penelitian manusia dapat menggunakan 22 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan cara ilmiah yang berisikan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data dengan tujuan dapat menjawab masalah dalam penelitian. Melalui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Nasution dan Usman (2007, h.2) mengatakan penelitian adalah sebuah proses untuk mendapatkan solusi dari permasalahan setelah melakukan studi dan analisis

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan penelitian Dalam penerapan metode penelitian, yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu suatu penelitian yang dituntut menggunakan angka mulai dari pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Kemudian mendeskripsikan secara sistematis sifat-sifat atau gejala-gejala dari BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan teknik komparatif. Penelitian dengan teknik komparatif yakni jenis penelitian yang bertujuan membandingkannya dengan melihat persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan atau perbedaan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan atau perbedaan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat membandingkan atau perbedaan yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif deskriptif korelasional. Penelitian kuantitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif deskriptif korelasional. Penelitian kuantitatif adalah 49 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif korelasional. Penelitian kuantitatif adalah penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif menurut Usman (1996:

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. banyak menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. banyak menggunakan angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara kelekatan pada guru ( X) dengan motivasi menghafal al-

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. menghubungkan antara kelekatan pada guru ( X) dengan motivasi menghafal al- 22 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan teknik korelasional yang menghubungkan antara kelekatan pada guru ( X) dengan motivasi menghafal al-

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Dan Definisi Operasional 1 Variabel Variabel penelitian pada dasarnya merupakan sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian kuantitatif karena data

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian kuantitatif karena data 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian kuantitatif karena data penelitian berupa angka dan analisisnya menekankan pada data numerikal

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan bentuk penelitian kuantitatif dengan menggunakan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional merupakan penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Penelitian Kerangka penelitian merupakan strategi yang mengatur latar (setting) penelitian agar peneliti memperoleh data yang tepat dan sesuai dengan karakteristik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian. korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional bertujuan untuk. B. Variabel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian. korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional bertujuan untuk. B. Variabel Penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan teknik korelasional. Penelitian dengan teknik korelasional bertujuan untuk menyelidiki sejauh mana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan hubungan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian korelasional yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang melakukan penelitian hipotesis untuk menjelaskan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 34 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan pada data- data numerical atau

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta. penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006; 12).

BAB III METODE PENELITIAN. angka-angka dari mulai pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta. penampilan dari hasilnya (Arikunto, 2006; 12). BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian yang dalam prosesnya banyak menggunakan angka-angka

Lebih terperinci