TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDANTENTANG FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG DAPAT MEMPERBERAT AKNE VULGARIS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDANTENTANG FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG DAPAT MEMPERBERAT AKNE VULGARIS"

Transkripsi

1

2 TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDANTENTANG FAKTOR-FAKTOR RISIKO YANG DAPAT MEMPERBERAT AKNE VULGARIS Rudyn Reymond Panjaitan ABSTRACT This study aims to find out the level of knowledge of Faculty of Medicine University HKBP Nommensen Medical Students Medan about risk factors which can aggravate acne vulgaris. This is a descriptive study with crosssectionalapproach. The total sample of this study was 175 students taken from all of the medical students. The data was collected using questionnaire.majority theknowledge level of the students who had attended dermatovenereology subject was not better compare with those who had not attend the subject. Key words: knowledge level, acne vulgaris, acne vulgaris aggravating factors. I. PENDAHULUAN Akne vulgaris adalah penyakit peradangan kronik dari folikel pilosebaseus, dengan karakteristik komedo, papul, pustul, nodul dan sering menimbulkan jaringan parut.komedo merupakan lesi awal dari akne.akne vulgaris sering disebut sebagai sesuatu yang fisiologis karena banyaknya penderita di masyarakat.akne vulgaris merupakan manifestasi awal pada masa pubertas.pada pasien yang masih sangat muda lesi predominan adalah komedo. Akne vulgaris mengenai hampir 80-90% remaja, dewasa muda dan dapat berlanjut sampai usia tua. Pada wanita kaukasia berumur tahun, prevalensi derajat akne vulgaris berkisar 75-85%. Menurut penelitian Cunliffe, akne vulgaris mengenai remaja dengan berbagai variasinya dengan insidensi terbanyak pada usia tahun bagi wanita dan usia tahun bagi pria.akne vulgaris dan bentuk akne lain merupakan keadaan yang terjadi atas perbedaan usia, termasuk bayi baru lahir (neonatus), bayi, dan anak-anak dan mungkin berhubungan dengan diagnosis banding atau penyakit sistemik yang berbeda dari remaja.akne vulgaris biasanya mempengaruhi daerah kulit dengan populasi terbanyak di folikel pilosebaseus; daerah itu meliputi wajah, dada bagian atas dan punggung.akne vulgaris lebih lazim di wilayah Mediterania dari Spanyol sampai ke Iran.Akne vulgaris menyebabkan gangguan psikososial dan juga bekas jaringan parut fisik. ISSN

3 Akne vulgaris merupakan kasus yang kerap kali di jumpai pada kunjungan di Poliklinik Penyakit Kulit dan Kelamin. Menurut laporan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika Indonesia, terdapat 23,6% penderita akne pada tahun 2002, 23,8% penderita akne pada tahun 2003, 60% penderita akne vulgaris pada tahun 2006 dan 80% penderita akne vulgaris pada tahun Hal ini menunjukkan peningkatan penderita akne vulgaris sampai tahun Patogenesis dari akne vulgaris adalah multifaktorial, tetapi empat faktor dasar yang mengawali terjadinya akne vulgaris telah di identifikasi. Unsur kunci meliputi ; (1) hiperproliferasi folikel epidermal, (2) peningkatan produksi sebum, (3) inflamasi, (4) meningkatnya jumlah Propionibacterium acnes.faktor lain yang mempengaruhi timbulnya akne vulgaris seperti usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim yang secara tidak langsung dapat memacu peningkatan proses patogenesis. Meskipun prevalensi akne vulgaris tinggi di masyarakat, masih banyak di antaranya yang memiliki pemahaman yang kurang dan salah dalam mengartikan akne vulgaris.hal ini menunjukkan pentingnya tentang etiopatogenesis, komplikasi dan pengobatan yang efektif terhadap akne vulgaris.pengobatan yang efektif dapat memberikan kontribusi yang sangat penting bagi kesehatan mental dari golongan remaja dan dewasa. Pada umumnya banyak remaja yang bermasalah dengan akne yang timbul, terutama berhubungan dengan masalah psikososial.hal ini diakibatkan karena kurangnya tentang faktor-faktor resiko yang dapat memperberat terjadinya akne vulgaris.oleh karena itu peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana tingkat mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan tentang faktor-faktor risiko yang dapat memperberat akne vulgaris. II. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini adalah suatu studi deskriptif dengan pendekatan crosssectional.penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2014 di Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommesen Medan.Populasi target penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran dan populasi terjangkaunya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan angkatan Besar sampel yang ditentukan pada penelitian ini adalah 175 mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan angkatan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.cara pemilihan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah dengan caratotal sampling. ISSN

4 Adapun kriteria inklusi yang digunakan adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan angkatan yang bersedia menjadi responden dengan menandatangani inform consent.sedangkan kriteria eksklusinya adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan angkatan yang sedang sakit atau yang sedang cuti/izin (selain sakit). Data yang digunakan diperoleh dari kuisioner yang dibagikan pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan angkatan Data yang dikumpulkan berupa tingkat mahasiswa/i terhadap faktor yang memperberat terjadinya akne vulgaris (usia, stres, ras, jenis kelamin, makanan, cuaca/musim, kebersihan, hormon). Setelah dilakukan pengumpulan data, dilakukan pengoreksian apakah data yang diperoleh dari hasil kuisioner mahasiswa sudah lengkap. Kemudian melakukan pengelompokan data sesuai dengan variabel yang akan diteliti. Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yang disajikan dalam tabel-tabel berdasarkan frekuensi distribusi dari variabel yang diteliti, diolah dengan menggunakan perangkat lunak computer yaitu SPSS for WindowsVer 20.0 sehingga diperoleh gambaran tingkat mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas HKBP Nommensen Medan tentang faktor-faktor resiko yang dapat memperberat derajat keparahan akne vulgaris. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 3. 1 Deskripsi Tingkat Pengetahuan Tabel 3.1 Distribusi frekuensi tingkat mahasiswa tentang faktorfaktor risiko yang dapat memperberat akne vulgaris berdasarkan angkatan Angkatan Tingkat 2010 Baik 3 7,9 Cukup 11 28,9 Kurang 20 52,6 Buruk 4 10, Baik 3 6,7 Cukup 9 20,0 Kurang 25 55,6 Buruk 8 17, Baik 2 4,4 Cukup 14 31,1 ISSN

5 Kurang 27 60,0 Buruk 2 4, Baik 5 10,6 Cukup 20 42,6 Kurang 18 38,3 Buruk 4 8,5 Tabel 3.1 menunjukkan mayoritas tingkat mahasiswa tentang faktor-faktor risiko yang dapat memperberat akne vulgaris adalah kurang.dapat disimpulkan bahwa tingkat mahasiswa yang sudah menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (IK.Kulkel ) tidak lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang belum menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (IK.Kulkel). Dengan kata lain mahasiswa kurang mengetahui pengaruh berbagai faktor yang dapat memperberat akne vulgaris seperti ; faktor usia, iklim, kebersihan, kosmetik, makanan, stres, hormon, dan ras yang merupakan faktorfaktor yang dapat memperberat akne vulgaris. Sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai tingkat mahasiswa tentang faktorfaktor risiko yang dapat memperberat akne vulgaris seperti faktor risiko usia, stres, ras, jenis kelamin, makanan, cuaca/iklim, kebersihan, kosmetik, dan hormon. Tabel 3.2 Distribusi frekuensi tingkat mahasiswa tentang faktor risiko usia berdasarkan angkatan Angkatan Tingkat 2010 Baik 0 0 Cukup 14 36,8 Buruk 24 63, Baik 0 0 Cukup 10 22,2 Buruk 35 77, Baik 3 6,7 Cukup 21 46,7 Buruk 21 46, Baik 3 6,4 Cukup 17 36,2 Buruk 27 57,4 ISSN

6 Dari hasil analisis data tabel 3.2 didapatkan mayoritas tingkat mahasiswa angkatan tentang faktor risiko usia sebagai salah satu faktor risiko yang dapat memperberat akne vulgaris adalah buruk. Dapat disimpulkan bahwa tingkat mahasiswa yang sudah menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (IK.Kulkel) tidak lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang belum menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (IK.Kulkel). Dengan kata lain mahasiswa belum mengetahui pada saat kapan dan pada usia berapa akne vulgaris dapat timbul dan dapat menjadi berat. Pada penelitian Wasitaatmadja (2010), didapatkan bahwa akne vulgaris jarang terdapat pada waktu lahir, namun terdapat kasus yang terjadi pada masa bayi.pada masa remajalah akne vulgaris menjadi salah satu problem.umumnya insidens terjadi pada sekitar umur tahun pada wanita, tahun pada pria. Hal ini disebabkan karena Hormon dehidroepiandrosteron sulfat (DHEAS) adalahregulator aktivitas kelenjar sebasea yang signifikan, dimana kadar DHEAS mulai meningkat saat pubertas dan mulai menurun setelah dewasa. Kebanyakan mahasiswa menganggap bahwa akne vulgaris hanya timbul dan menjadi berat pada usia remaja. Meskipun sebagian besar akne vulgaris didapatkan pada remaja, namun akhir-akhir ini mulai didapatkan peningkatan kasus akne vulgaris pada usia dewasa, yaitu akne yang muncul setelah usia 25 tahun.akne vulgaris dapat menetap terutama pada wanita sampai dekade 30-an atau bahkan lebih. Tabel 3.3 Distribusi frekuensi tingkat mahasiswa tentang faktor risiko iklim berdasarkan angkatan Angkatan Tingkat 2010 Baik 5 13,2 Kurang 16 42,1 Buruk 17 44, Baik 2 4,4 Kurang 22 48,9 Buruk 21 46, Baik 7 15,6 Kurang 13 28,9 Buruk 25 55, Baik 5 10,6 Kurang 17 36,2 Buruk 25 53,2 ISSN

7 Pada tabel 3.3 menunjukan mayoritas tingkat mahasiswa tentang faktor risiko iklim sebagai salah satu faktor risiko yang dapat memperberat akne vulgaris pada angkatan adalah buruk.dapat disimpulkan bahwa tingkat mahasiswa yang sudah menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (IK.Kulkel) tidak lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang belum menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (IK.Kulkel).Hasil ini menunjukkan mahasiswa tidak mengetahui bahwa berada diruangan ber-ac (le mbab) dalam waktu yang lama dapat memperparah jerawat.penelitian yang dilakukan oleh effendi (2003) menyatakan bahwa musim, suhu yang tinggi, kelembapan udara yang lebih besar, serta sinar ultraviolet yang lebih banyak menyebabkan akne vulgaris lebih sering timbul pada musim panas di bandingkan dengan musim dingin. Pada kulit, kenaikan suhu udara 1 0 C mengakibatkan kenaikan laju sekresi sebum naik sebanyak 10%. Tabel 3.4 Distribusi frekuensi tingkat mahasiswa tentang faktor risiko kebersihan berdasarkan angkatan Angkatan Tingkat 2010 Baik 6 15,8 Buruk 32 84, Baik 5 11,1 Buruk 40 88, Baik 5 11,1 Buruk 40 88, Baik 7 14,9 Buruk 40 85,1 Hasil analisis data tabel 3..4 memperlihatkan bahwa mayoritas tingkat mahasiswa tentang faktor risiko kebersihan yang merupakan salah satu faktor yang dapat memperberat akne vulgaris pada angkatan adalah buruk. Hasil ini menunjukkan bahwa tingkat mahasiswa yang sudah menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (IK.Kulkel) tidak lebih baik dengan mahasiswa yang belum menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit ISSN

8 &Kelamin (IK.Kulkel). Selain itu juga, mahasiswa tidak mengetahui bahwa semakin sering (>3 kali/ hari) mencuci/membersihkan wajah akan mengurangi keparahan jerawat. Tabel 3.5 Distribusi frekuensi tingkat mahasiswa tentang faktor risiko kosmetik berdasarkan angkatan Angkatan Tingkat 2010 Baik 20 52,6 Buruk 18 47, Baik 28 62,2 Buruk 17 37, Baik Buruk Baik 34 72,3 Buruk 13 27,7 Hasil analisis data tabel 3.5 menunjukkan mayoritas tingkat mahasiswa tentang faktor risiko kosmetik sebagai salah satu faktor yang dapat memperberat akne vulgaris pada angkatan adalah baik.dapat disimpulkan bahwa tingkat mahasiswa yang sudah menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (IK.Kulkel) tidak lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang belum menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (IK.Kulkel).Hasil ini menunjukkan mahasiswa sudah mengetahui bahwa kosmetik dengan bahan dasar krim memiliki hubungan terhadap faktor yang dapat memperberat akne vulgaris.hasil penelitian yang dilakukan oleh Nguyen (2007) menyatakan bahwa pemakaian kosmetik secara terus-menerus dapat menyebabkan timbulnya akne vulgaris. Jenis kosmetik yang banyak menimbulkan akne vulgaris adalah bedak tabur, pelembab wajah, bedak padat, krim tabir surya dan alas bedak. Tabel 3.6 Distribusi frekuensi tingkat mahasiswa tentang faktor risiko makanan berdasarkan angkatan Angkatan Tingkat ISSN

9 2010 Baik 5 13,2 Cukup 17 44,7 Buruk 16 42, Baik 7 15,6 Cukup 13 28,9 Buruk 25 55, Baik 2 4,4 Cukup 13 28,9 Buruk 30 66, Baik 6 12,8 Cukup 15 31,9 Buruk 26 55,3 Hasil analisis data tabel 3.6 menunjukkan mayoritas tingkat mahasiswa angkatan 2010 tentang faktor risiko makanan yang merupakan salah satu faktor yang dapat memperberat akne vulgaris adalah cukup, sedangkan pada mahasiswa angkatan mayoritas tingkat mahasiswa adalah buruk. Artinya, mahasiswa belum mengetahui bahwa mengkonsumsi makanan yang indeks glikemik tinggi, makanan yang mengandung asam lemak omega 6 dan juga susu 2-3 gelas perhari dapat memperberat akne vulgaris. Penelitian kohort prospektif yang dilakukan oleh Adebamowo (2008) pada 4273 yang berumur 9-15 tahun, didapatkan hubungan positif antara jumlah konsumsi susu dengan terjadinya akne vulgaris (PR=1,16; LK 95%=1,01-1,34).Makanan berlemak (makanan yang di goreng), makanan tinggi karbohidrat (makanan manis dan produk susu) dan makanan pedas memiliki pengaruh buruk yang dapat menjadi pencetus terjadinya akne atau eksaserbasi akne.penelitian yang dilakukan oleh Kwon dkk, (2012) menyatakan bahwa makanan dengan indeks glikemik tinggi dapat mengakibatkan hiperinsulinemia, sehingga menyebabkan pelepasan hormon androgen yang menginduksi produksi sebum dan pertumbuhan keratinosit. Makanan tinggi karbohidrat (makanan manis dan produk susu) yang menjadi prekursor pembentukan Dihydrotestosteron (DHT) dan menyebabkan hiperglikemia sehingga terjadi peningkatan kadar insulin like growth factor-1 (IGF-1). (39) Pada penelitian yang dilakukan oleh Cappel (2005) menyatakan bahwa peningkatan jumlah IGF-1 dapat mempengaruhi akne vulgaris pada lakilaki dan perempuan. Sementara IGF-1 memiliki pengaruh yang besar terhadap akne vulgaris pada wanita, hormon androgen memiliki peran lebih besar pada akne vulgaris untuk laki-laki.namun, baik laki-laki dan perempuan hormon androgen memiliki keterkaitan, hal ini disebabkan karena efek timbal balik pada produksi hormon.dht bekerja dengan mempengaruhi kerja dari kelenjar sebasea ISSN

10 untuk lebih banyak memproduksi sebum.igf-1 sehinga menyebabkan peningkatan bioavalibilitas androgen, peningkatan produksi sebum dan hiperkeratinisasi infundibular.kedua jalur tersebut terlibat dalam mekanisme terjadinya akne vulgaris. Tabel 3.7 Distribusi frekuensi tingkat mahasiswa tentang faktor risiko stres berdasarkan angkatan Angkatan Tingkat 2010 Baik 34 89,5 Buruk 4 10, Baik 40 88,9 Buruk 5 11, Baik 41 91,1 Buruk 4 8, Baik 41 87,2 Buruk 6 12,8 Hasil analisis data tabel 3.7 menunjukkan mayoritas tingkat mahasiswa angkatan tentang faktor risiko stres adalah baik.hal ini menunjukkan mahasiswa pada umumnya sudah mengetahui bahwa tidur terlalu larut malam dapat memperberat akne vulgaris.akne vulgaris merupakan penyakit multifaktorial, dimana pola hidup yang tidak sehat seperti tidur terlalu larut malam dapat mempengaruhi kejadian dan eksaserbasi akne vulgaris. Penelitian yang dilakukan oleh Pujiastuti (2012) menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan waktu tidur pukul WIB dengan terjadinya akne vulgaris dengan nilai p = 0,021 ( p<0,05). Tidur pada remaja-dewasa muda (16-30 tahun) memiliki pola yang berbeda dibandingkan dengan usia lainnya. Tidur terlalu larut dapat mengakibatkan seseorang kekurangan waktu tidur, hal ini dapat menyebabkan peningkatan faktor-faktor inflamasi, penurunan imunitas tubuh, memicu resistensi insulin dan peningkatan level stres. Tidur yang terlalu larut juga memiliki peran dalam peningkatan level stres sehingga sekresi kortisol lebih sedikit. Hal ini dapat menyebabkan tubuh tidak siap untuk ISSN

11 menghadapi stres dan mengakibatkan kulit memproduksi sebum lebih banyak.selain menurunkan kortisol, stres akibat tidur juga dapat menyebabkan tubuh meningkatkan produksi mediator-mediator sitokin proinflamasi seperti IL-6 dan TNF-α.Sitokin tersebut memiliki kandungan protein tinggi yang merupakan penyebab utama akne jika konsentrasinya terlalu banyak.peran sitokin ini adalah meningkatkan sekresi lipid tubuh dari kelenjar sebasea dan membuat kulit lebih cenderung mengalami akne. Tabel 3.8 Distribusi frekuensi tingkat mahasiswa tentang faktor risiko hormon berdasarkan angkatan Angkatan Tingkat 2010 Baik 11 28,9 Cukup 15 39,5 Kurang 12 31,6 Buruk Baik 10 22,2 Cukup 23 51,1 Kurang 11 24,4 Buruk 1 2, Baik 11 24,4 Cukup 19 42,2 Kurang 15 33,3 Buruk Baik 8 17 Cukup 21 44,7 Kurang 14 29,8 Buruk 4 8,5 Hasil analisis data tabel 3.8 menunjukkan mayoritas tingkat mahasiswa angkatan tentang faktor risiko hormon sebagai salah satu faktor risiko yang dapat memperberat akne vulgaris adalah cukup.hasil ini menunjukkan bahwa tingkat mahasiswa yang sudah menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (IK.Kulkel) tidak lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang belum menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (IK.Kulkel).Hasil tabel 4.9 juga menunjukkan tingkat mahasiswa buruk sudah kecil, sehingga dapat disimpulkan mayoritas mahasiswa sudah mengetahui bahwa mengkonsumsi pil kontrasepsi dan konsumsi kortikosteroid jangka panjang dapat memperberat akne vulgaris.hal lain yaitu bahwa mahasiswa sudah mengetahui kulit wajah yang berminyak cenderung mengalami akne ISSN

12 vulgaris dibandingkan dengan kulit wajah yang kering dan akne vulgaris bertambah parah 1 minggu setelah menjelang menstruasi. Berdasarkan uji Chisquare yang dilakukan oleh Astuti (2011) terdapat hubungan ya ng bermakna antara menstruasi dengan angka kejadian akne vulgaris pada remaja (p=0,004). Hasil ini juga menunjukkan bahwa sebanyak 41,7% remaja menderita akne vulgaris sebelum menstruasi. Sekitar 85% perempuan melaporkan perburukan gejala akne vulgaris pada periode menstruasi Rivera dan Guerra (2009). Tabel 3.9 Distribusi frekuensi tingkat mahasiswa tentang faktor risiko ras berdasarkan angkatan Angkatan Tingkat 2010 Baik 14 36,8 Kurang 15 39,5 Buruk 9 23, Baik 17 37,8 Kurang 18 40,0 Buruk 10 22, Baik 19 42,2 Kurang 19 42,2 Buruk 7 15, Baik 32 68,1 Kurang 10 21,3 Buruk 5 10,6 Dari analisis data tabel 3.9 menunjukkan mayoritas tingkat mahasiswa angkatan 2010 dan 2011 tentang faktor risiko ras adalah kurang, angkatan 2012 adalah baik dan kurang, sedangkan angkatan 2013 adalah baik. Namun dapat dilihat tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat baik dengan tingkat kurang pada setiap angkatan.sehinggadapat disimpulkan bahwa tingkat mahasiswa yang sudah menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (IK.Kulkel) tidak lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang belum menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (IK.Kulkel). Hal ini membuktikan mayoritas mahasiswa angkatan sudah mengetahui bahwa ras dan warna kulit tidak berpengaruh terhadap faktor yang dapat memperberat akne vulgaris. ISSN

13 Tabel 3.10 Distribusi frekuensi tingkat mahasiswa berdasarkan sudah atau belum menjalani kuliah Ilmu Kesehatan kulit& kelamin (IK.Kulkel) tentang faktor-faktor risiko yang dapat memperberat akne vulgaris. Angkatan Tingkat Total Yang Sudah Kuliah IK. Kulkel 2010 Baik 3 7,9 14,6 Cukup 11 28,9 48,9 Sedang 20 52,6 108,2 Buruk 4 10,5 28, Baik 3 6,7 Cukup 9 20,0 Sedang 25 55,6 Buruk 8 17,8 Yang Belum kuliah IK. Kulkel 2012 Baik 2 4,4 15,0 Cukup 14 31,1 73,7 Sedang 27 60,0 98,3 Buruk 2 4,4 12, Baik 5 10,6 Cukup 20 42,6 Sedang 18 38,3 Buruk 4 8,5 Dari hasil tabel 3.10 dapat disimpulkan bahwa tingkat mahasiswa yang sudah menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (IK.Kulkel) tidak lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang belum menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (IK.Kulkel).Hal ini dapat dilihat dari hasil proporssi setiap tingkat dimana proporsi tingkat mahasiswa yang belum menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (IK.Kulkel) lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang sudah menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit & Kelamin (IK.Kulkel). IV. KESIMPULAN DAN SARAN 4. 1 Kesimpulan 1. Mayoritas tingkat mahasiswa angkatan 2010, 2011 dan 2012 tentang faktor-faktor risiko yang dapat memperberat akne vulgaris adalah kurang sedangkan pada angkatan 2013 adalah cukup. ISSN

14 2. Mayoritas tingkat mahasiswa angkatan 2010, 2011, dan 2013 tentang faktor risiko usia adalah buruk, sedangkan pada angkatan 2012 adalah cukup dan buruk. 3. Mayoritas tingkat mahasiswa angkatan 2010, 2012 dan 2013 tentang faktor risiko iklim adalah buruk, sedangkan pada angkatan 2011 adalah kurang. 4. Mayoritas tingkat mahasiswaangkatan 2010, 2011, 2012, dan 2013 tentang faktor risiko kebersihan adalah buruk. 5. Mayoritas tingkat mahasiswa angkatan 2010, 2011, 2012 dan 2013 tentang faktor risiko kosmetik adalah baik. 6. Mayoritas tingkat mahasiswa angkatan 2010 tentang faktor risiko makanan adalah cukup, sedangkan pada angkatan 2011, 2012, dan 2013 adalah buruk. 7. Mayoritas tingkat mahasiswa angkatan 2010, 2011, 2012 dan 2013 tentang faktor risiko stres adalah baik. 8. Mayoritas tingkat mahasiswa angkatan 2010, 2011, 2012, dan 2013 tentang faktor risiko hormon adalah cukup. 9. Mayoritas tingkat mahasiswa angaktan 2010 dan 2011 tentang faktor risiko ras adalah kurang, pada angkatan 2012 adalah baik dan kurang sedangkan pada angkatan 2013 adalah baik. 10. Mayoritas tingkat mahasiswa yang sudah menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit&Kelamin (IK. Kulkel) tidak lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang belum menjalani kuliah Ilmu Kesehatan Kulit&Kelamin (IK. Kulkel) Saran Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menjelaskan mengapatingkat mahasiswa yang sudah menjalani Ilmu Kesehatan Kulit&Kelamin ( IK. Kulkel) tidak lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang belum menjalani Ilmu Kesehatan Kulit&Kelamin ( IK. Kulkel). DAFTAR PUSTAKA James WD Andrew s Diseases of The Skin Clinical Dermatology: Akne. Philadelphia: Elsevier. Zanglein AL, Graber EM, Thiboutot DM, Straus JS. Acne Vulgaris and Acneiform Eruptions. Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine. New York : McGraw Hill. Cunliffe WJ Acne. London: Martin Dunitz Ltd. ISSN

15 Eichenfield LF. Andrew CK, Caroline P, James DR, Hilary B, Sheila FF, dkk. Evidence- Based Recommendation for the Diagnosis and Treatment of Pediatric Acne.Pediatrics 2013;131;S163. Pujiastuti DS Hubungan Antara Waktu Tidur Malam Dengan Terjadinya Akne Vulgaris di RSU.DR.Soedarso Pontianak, skripsi.pontianak :Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura James WD. Acne. N Eng J Med. 2005;352: Wolff K, Richard AJ Disorder of Sebaseous and Apocrine Gland. Fitzpatrick s Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. New York: The McGraw Hill Companies. Uslu G, N Sender, M Uslu, E Sauk, G Karam, M Eskin. Prevalence, Perceptions and Effects on Psychological Health Among Adolescents in Aydin, Turkey.JEADV 2008, 22(4): Wasitaatmadja SM Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI Nelson AM, Thiboutot. Biology of Sebaceous Glands Fitzpatrick s Dermatology in General Medicine. New York : McGraw Hill Ascenso A, Marques HC Acne in Adult. Betham Science Publishers Ltd Nguyen SH, Dang TP, Maibach HI. Comedogenicity in Rabbits: Some Cosmetic Ingredients/Vehicles. Cutaneous and Ocular Toxicology. 2007;26(4): Spencer EH, Ferdowsian HR, Barnard ND. Diet and Acne : A Review of The Evidence. The International Society of Dermatology. 2009:48:h Cappel M, Mauger D, Thiboutot D Correlation Between Serum Levels of Insulin- Like Growth Factor 1, Dehydroepiandrosterone Sulfate, and Dihydrotestosterone and Acne Lesion Counts In Adult Women. Arch Dermatol. 2005;141(3): ISSN

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu peradangan kronik dari folikel pilosebasea yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas (Siregar, 2013). Gambaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jerawat, atau dalam bahasa medisnya disebut akne, merupakan salah satu penyakit kulit yang banyak dijumpai secara global pada remaja dan dewasa muda (Yuindartanto,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi

BAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jerawat (Akne Vulgaris) merupakan penyakit kulit peradangan kronik folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papul,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akne vulgaris adalah suatu peradangan yang bersifat menahun pada unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan predileksi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebasea yang dapat dialami oleh semua usia dengan gambaran klinis yang bervariasi antara

BAB I PENDAHULUAN. sebasea yang dapat dialami oleh semua usia dengan gambaran klinis yang bervariasi antara BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Akne vulgaris merupakan kelainan yang sering dijumpai pada struktur kelenjar sebasea yang dapat dialami oleh semua usia dengan gambaran klinis yang bervariasi antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. papul, pustul, nodul dan kista di area predileksinya yang biasanya pada

BAB 1 PENDAHULUAN. papul, pustul, nodul dan kista di area predileksinya yang biasanya pada BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Acne vulgaris adalah penyakit kulit kronis yang terjadi akibat peradangan menahun pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul dan kista di area

Lebih terperinci

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta

The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta Hubungan Lamanya Paparan Kosmetik dengan Timbulnya Acne Vulgaris pada Mahasiswi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Akne Vulgaris merupakan permasalahan yang sangat akrab diperbincangkan baik di kalangan dewasa muda maupun remaja. Saat ini tidak begitu banyak sumber yang memuat tulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne atau jerawat adalah kondisi yang paling umum dilakukan oleh dokter di seluruh dunia (Ghosh dkk, 2014). Penyakit akne ini merupakan penyakit peradangan pada unit

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik Jumlah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik Penelitian ini melibatkan 85 responden mahasiswi yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Responden tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris atau jerawat adalah penyakit peradangan menahun folikel polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmadja, 2007).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit. peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit. peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering dikeluhkan oleh banyak orang terutama remaja. Timbulnya akne vulgaris

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit yang sering dijumpai pada remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu kelainan yang dapat sembuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor penunjang, terutama wajah yang bersih tanpa akne merupakan modal penting dalam pergaulan dan karier.

Lebih terperinci

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Responden. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April - Mei 2015 di SMA N 4 Purworejo dengan mendapatkan ijin dari kepala sekolah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat, adalah penyakit self-limited yang menyerang unit

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat, adalah penyakit self-limited yang menyerang unit BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat, adalah penyakit self-limited yang menyerang unit pilosebaseus dan sering dijumpai pada usia remaja (Zaenglein dkk,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TIDUR LARUT MALAM TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA MAHASANTRI PUTRA PESANTREN INTERNATIONAL K.H MAS MANSUR UMS 2015

HUBUNGAN TIDUR LARUT MALAM TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA MAHASANTRI PUTRA PESANTREN INTERNATIONAL K.H MAS MANSUR UMS 2015 HUBUNGAN TIDUR LARUT MALAM TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA MAHASANTRI PUTRA PESANTREN INTERNATIONAL K.H MAS MANSUR UMS 2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dan kosmetik adalah dua hal yang saling berkaitan. Kosmetik

BAB I PENDAHULUAN. Wanita dan kosmetik adalah dua hal yang saling berkaitan. Kosmetik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita dan kosmetik adalah dua hal yang saling berkaitan. Kosmetik diproduksi agar wanita bisa tampil cantik dan percaya diri. Seiring dengan perkembangan jaman, modernisasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit dari unit pilosebasea yang dapat sembuh sendiri, terutama dijumpai pada anak remaja. Kebanyakan kasus akne vulgaris disertai

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA WAKTU TIDUR MALAM DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS DI RSU DR. SOEDARSO PONTIANAK

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA WAKTU TIDUR MALAM DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS DI RSU DR. SOEDARSO PONTIANAK NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA WAKTU TIDUR MALAM DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS DI RSU DR. SOEDARSO PONTIANAK DIAN SOFIANI PUJIASTUTI I 11106030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengandung kelenjar sebasea seperti: muka, dada dan punggung ( kelenjar/cm). 1,2 Acne

BAB 1 PENDAHULUAN. mengandung kelenjar sebasea seperti: muka, dada dan punggung ( kelenjar/cm). 1,2 Acne BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit kulit yang merisaukan remaja dan dewasa adalah jerawat, karena dapat mengurangi kepercayaan diri seseorang 1. Acne vulgaris atau lebih sering

Lebih terperinci

THE CORRELATION OF COSMETIC USAGE TO ACNE VULGARIS CASE IN FEMALE STUDENT IN MEDICAL FACULTY OF LAMPUNG UNIVERSITY. Abstract

THE CORRELATION OF COSMETIC USAGE TO ACNE VULGARIS CASE IN FEMALE STUDENT IN MEDICAL FACULTY OF LAMPUNG UNIVERSITY. Abstract THE CORRELATION OF COSMETIC USAGE TO ACNE VULGARIS CASE IN FEMALE STUDENT IN MEDICAL FACULTY OF LAMPUNG UNIVERSITY Andriana, R., Effendi, A., Berawi, K. N. Medical Faculty of Lampung University Abstract

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai. Indonesia, menurut catatan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai. Indonesia, menurut catatan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris atau yang oleh masyarakat umum disebut jerawat merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai dengan adanya komedo terbuka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris adalah suatu penyakit peradangan menahun dari folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ACNE VULGARIS PADA PRIA DEWASA DAN WANITA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUD PASAR REBO

ANALISIS PERBEDAAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ACNE VULGARIS PADA PRIA DEWASA DAN WANITA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUD PASAR REBO ANALISIS PERBEDAAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN ACNE VULGARIS PADA PRIA DEWASA DAN WANITA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUD PASAR REBO Yoanita Hijriyati *, Yayah Rokayah **, Aliana Dewi

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. atas. Akne biasanya timbul pada awal usia remaja.

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. atas. Akne biasanya timbul pada awal usia remaja. 1 BAB I A. Latar Belakang Penelitian Akne merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan komedo, papul, pustul, nodul dan kista pada wajah, leher,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit. keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akne vulgaris (AV) atau jerawat merupakan suatu penyakit keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, kista, dan pustula.

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA REMAJA WANITA DI SMA N 2 SLEMAN, YOGYAKARTA JKKI

HUBUNGAN PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA REMAJA WANITA DI SMA N 2 SLEMAN, YOGYAKARTA JKKI HUBUNGAN PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA REMAJA WANITA DI SMA N 2 SLEMAN, YOGYAKARTA JKKI untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Program Studi

Lebih terperinci

ABSTRAK Gambaran Karakteristik Penderita Akne Vulgaris di Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Sakura Derma Bandung

ABSTRAK Gambaran Karakteristik Penderita Akne Vulgaris di Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Sakura Derma Bandung ABSTRAK Gambaran Karakteristik Penderita Akne Vulgaris di Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Sakura Derma Bandung Regina Emmanuela Gusti Pratiwi, 2016 Pembimbing I : dr. Dani M.kes Pembimbing II : dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. praktek dermatologi (Simonart, 2012). Akne vulgaris adalah penyakit inflamasi

BAB I PENDAHULUAN. praktek dermatologi (Simonart, 2012). Akne vulgaris adalah penyakit inflamasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akne vulgaris termasuk salah satu penyakit yang paling umum ditemui di praktek dermatologi (Simonart, 2012). Akne vulgaris adalah penyakit inflamasi kronik unit pilosebaseus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akne vulgaris adalah suatu penyakit yang. dialami oleh hampir semua remaja dan orang dewasa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akne vulgaris adalah suatu penyakit yang. dialami oleh hampir semua remaja dan orang dewasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris adalah suatu penyakit yang dialami oleh hampir semua remaja dan orang dewasa dalam kehidupan mereka. Meskipun penyakit ini tidak mengganggu kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel

BAB I PENDAHULUAN. Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, kista, dan pustula.(tahir, 2010). Penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan

BAB I PENDAHULUAN. Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan kronik unit pilosebasea (Zaenglein dkk., 2008). Penyakit ini dianggap sebagai kelainan kulit

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris (AV) adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmaja, 2015). Akne

Lebih terperinci

Level Of Stress Compared with The Severity of Acne Vulgaris in Medical Student At Faculty Of Medicine Lampung University Periode

Level Of Stress Compared with The Severity of Acne Vulgaris in Medical Student At Faculty Of Medicine Lampung University Periode Pengaruh Tingkat Stres dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Angkatan 2012-2013 Nur Safira Anandita 1, Hendra Tarigan Sibero 2, Tri Umiana Soleha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan

BAB I PENDAHULUAN. Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan pada unit pilosebasea. Akne sering membuat resah dan menghilangkan rasa percaya diri, apalagi jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea dengan gambaran klinis polimorfi, yang terdiri atas wujud kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul,

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. 25 orang (39.1%) yang mengalami jerawat berat. Hasil observasi yang

BAB V PEMBAHASAN. 25 orang (39.1%) yang mengalami jerawat berat. Hasil observasi yang BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Kejadian Jerawat Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan tabel 4.1 mengenai distribusi responden berdasarkan kejadian jerawat, terdapat 25 orang (39.1%)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 sampai 21 tahun (Siefan, 2008). Dalam proses mencapai dewasa, anak harus

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN JENIS KOSMETIK DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN JENIS KOSMETIK DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN JENIS KOSMETIK DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat sarjana strata-1 kedokteran umum SEHAT

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAWATAN KULIT WAJAH DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

HUBUNGAN PERAWATAN KULIT WAJAH DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA HUBUNGAN PERAWATAN KULIT WAJAH DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS Pada siswi SMA/MA/SMK yang menderita akne vulgaris JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat

Lebih terperinci

MEDIA MEDIKA INDONESIANA

MEDIA MEDIKA INDONESIANA Kejadian dan Faktor Resiko M Akne Med Vulgaris Indones MEDIA MEDIKA INDONESIANA Hak Cipta 2009 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah R.M. Suryadi

Lebih terperinci

Perbandingan Konsumsi Lemak Berdasarkan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris pada Siswa SMK Negeri 1 Kota Jambi

Perbandingan Konsumsi Lemak Berdasarkan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris pada Siswa SMK Negeri 1 Kota Jambi 751 Artikel Penelitian Perbandingan Konsumsi Lemak Berdasarkan Keparahan Akne Vulgaris pada Siswa SMK Negeri 1 Kota Jambi Nisa Sulistia 1, Nur Indrawaty Lipoeto 2, Sri Lestari 3 Abstrak Salah satu faktor

Lebih terperinci

PROFIL AKNE VULGARIS DI RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE

PROFIL AKNE VULGARIS DI RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE PROFIL AKNE VULGARIS DI RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 2009-2011 1 Muhammad Mizwar 2 Marlyn Grace Kapantow 3 Pieter Levinus Suling Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang membuat hidup seseorang menjadi sejahtera dan ekonomis. Masyarakat harus berperan aktif dalam mengupayakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup waktu penelitian adalah Oktober November 2014.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup waktu penelitian adalah Oktober November 2014. 31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Ruang lingkup lokasi penelitian adalah Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rencana Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Survei analitik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akne Vulgaris 2.1.1. Definisi Akne Vulgaris Akne vulgaris didefinisikan sebagai peradangan kronik dari folikel polisebasea yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit. yang selalu menjadi masalah bagi remaja dan dewasa muda

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit. yang selalu menjadi masalah bagi remaja dan dewasa muda 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Akne vulgaris adalah salah satu penyakit kulit yang selalu menjadi masalah bagi remaja dan dewasa muda (Purdy dan DeBerker, 2007). Prevalensi yang mencapai 90 %

Lebih terperinci

R. A. Khalida Purwaningdyah 1, Nelva Karmila Jusuf 2. Profil Penderita Akne Vulgaris

R. A. Khalida Purwaningdyah 1, Nelva Karmila Jusuf 2. Profil Penderita Akne Vulgaris Profil Penderita Akne Vulgaris pada Siswa-Siswi di SMA Shafiyyatul Amaliyyah Medan Acne Vulgaris Patient Profiles of Shafiyyatul Amaliyyah Medan High School Students R. A. Khalida Purwaningdyah 1, Nelva

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Psoriasis vulgaris merupakan suatu penyakit inflamasi kulit yang bersifat kronis dan kompleks. Penyakit ini dapat menyerang segala usia dan jenis kelamin. Lesi yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA AKNE VULGARIS 2.1 Definisi Akne Vulgaris Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. contohnya wajah dan leher (Wolff et al., 2008). Lesi melasma ditandai oleh BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Melasma adalah kelainan pigmentasi didapat dengan gambaran klinis berupa makula cokelat muda hingga cokelat tua pada daerah terpajan matahari, contohnya wajah dan leher

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan sinar. pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. 2

BAB I PENDAHULUAN. muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan sinar. pipi, dahi, daerah atas bibir, hidung, dan dagu. 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Melasma adalah hipermelanosis yang didapat yang umumnya simetris berupa makula yang tidak merata berwarna coklat muda sampai coklat tua mengenai area yang terpajan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung.

BAB 1 PENDAHULUAN. kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit kulit akibat peradangan menahun dari unit pilosebasea yang ditandai dengan gambaran lesi yang bervariasi, seperti komedo, papul,

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Kelamin. Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Ilmu Kesehatan Kulit dan Lokasi pengambilan sampel adalah FakultasKedokteran Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS PADA AWAL PUBERTAS REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE KARTIKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS PADA AWAL PUBERTAS REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE KARTIKA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS PADA AWAL PUBERTAS REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE ABSTRAK KARTIKA Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN

HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2007-2009 Oleh: NITYA PERUMAL NIM: 070100473 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

FAKTOR RISIKO AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2009, 2010, DAN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR RISIKO AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2009, 2010, DAN 2011 KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR RISIKO AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2009, 2010, DAN 2011 KARYA TULIS ILMIAH Oleh: MONA SINTYA FRANSISCA MANURUNG NIM: 090100157 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akne vulgaris 2.1.1. Definisi Akne Vulgaris Akne vulgaris didefinisikan sebagai peradangan kronik dari folikel polisebasea yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran

Lebih terperinci

PROFIL TINGKAT STRES PSIKOLOGIS TERHADAP DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI DENPASAR

PROFIL TINGKAT STRES PSIKOLOGIS TERHADAP DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI DENPASAR PROFIL TINGKAT STRES PSIKOLOGIS TERHADAP DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI DENPASAR Luh Putu Arya Putri Ratnasari 1, I Gusti Ayu Agung Elis Indira 2 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

Jerawat biasanya muncul di wajah, leher, bahu, dada, punggung dan bahu, dan maaf ada juga di daerah pantat.

Jerawat biasanya muncul di wajah, leher, bahu, dada, punggung dan bahu, dan maaf ada juga di daerah pantat. Written by DR. Santi Hoesodo Merah dan ranum! Kalau untuk buah-buahan sih ok saja. Tapi untuk keadaan berjerawat. Aduh...siapa juga yang mau. Penulis ingat semasa SMA kalau ada teman yang berjerawat besar

Lebih terperinci

Perbedaan Derajat Akne Vulgaris pada Diet dengan Indeks Glikemik Sedang dan Tinggi

Perbedaan Derajat Akne Vulgaris pada Diet dengan Indeks Glikemik Sedang dan Tinggi Perbedaan Derajat Akne Vulgaris pada Diet dengan Indeks Glikemik Sedang dan Tinggi The Variance of Acne Severity in The Moderate and High Glicemic Indeks Diet Siti Aminah Tri Susila Estri 1, Tri Ari Susanto

Lebih terperinci

HUBUNGAN KUANTITAS DAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA SISWI KELAS X SMA N 4 PURWOREJO. Naskah Publikasi

HUBUNGAN KUANTITAS DAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA SISWI KELAS X SMA N 4 PURWOREJO. Naskah Publikasi HUBUNGAN KUANTITAS DAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA SISWI KELAS X SMA N 4 PURWOREJO Naskah Publikasi untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perhatian utama, khususnya pada remaja. Acne Vulgaris atau yang disebut

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perhatian utama, khususnya pada remaja. Acne Vulgaris atau yang disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Permasalahan kulit pada wajah merupakan hal yang menjadi perhatian utama, khususnya pada remaja. Acne Vulgaris atau yang disebut jerawat merupakan permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. al, 2008). Tempat-tempat predileksi acne vulgaris adalah wajah, leher,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. al, 2008). Tempat-tempat predileksi acne vulgaris adalah wajah, leher, BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Acne vulgaris atau jerawat adalah penyakit kulit yang terjadi akibat inflamasi kronik pada folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasi dari lingkungan hidup manusia. Berat kulit kira-kira 15% dari berat badan seseorang. Kulit merupakan

Lebih terperinci

PREVALENSI PENGGUNAAN KOSMETIK PELEMBAB DAN BEDAK PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS UDAYANA YANG MENDERITA ACNE VULGARIS

PREVALENSI PENGGUNAAN KOSMETIK PELEMBAB DAN BEDAK PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS UDAYANA YANG MENDERITA ACNE VULGARIS PREVALENSI PENGGUNAAN KOSMETIK PELEMBAB DAN BEDAK PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS UDAYANA YANG MENDERITA ACNE VULGARIS TAHUN 2014 Gede Febby Pratama Kusuma 1 1 Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering

BAB I PENDAHULUAN. Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rambut merupakan mahkota bagi setiap orang. Masalah kulit kepala sering dianggap sebagai hal ringan, padahal bagi penderitanya dapat mengurangi penampilan atau daya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Metode Baumann Metode Baumann adalah sebuah metode untuk menentukan tipe wajah berdasarkan kadar kandungan minyak pada wajah. Beberapa studi telah menunjukkan jika banyak pasien

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DENGAN ANGKA KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA REMAJA ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DENGAN ANGKA KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA REMAJA ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DENGAN ANGKA KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA REMAJA ASSOCIATION BETWEEN MENSTRUATION WITH THE INCIDENCE OF ACNE VULGARIS IN ADOLESCENTS ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ruang lingkup disiplin ilmu kesehatan kulit. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian - Tempat penelitian : Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: 2460-657X Hubungan Antara Konsumsi Susu dan Produk Olahannya dengan Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa Tingkat IV Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tahun

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini berlokasi di Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Akne vulgaris 1. Pendahuluan Akne vulgaris merupakan kelainan dari struktur pilosebasea yang biasanya dapat sembuh sendiri dan sering dialami pada masa remaja. Kebanyakan akne

Lebih terperinci

PENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI KALANGAN SISWA SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN.

PENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI KALANGAN SISWA SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN. PENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI KALANGAN SISWA SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN. Oleh : NIK AZZADEEN AZIZ BIN FAHEEM 070100232 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS KELAMIN JANIN DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA WANITA HAMIL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

HUBUNGAN JENIS KELAMIN JANIN DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA WANITA HAMIL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran HUBUNGAN JENIS KELAMIN JANIN DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA WANITA HAMIL SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ALYSSA AMALIA G0013021 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK

KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK Modul KJP KULIT SEBAGAI ORGAN PROTEKSI DAN ESTETIK Dr. Sri Linuwih Menaldi, Sp.KK(K) PENDAHULUAN kulit merupakan organ tubuh terluar berhubungan dengan lingkungan perubahan lingkungan berdampak pada kesehatan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan kulit dan kelamin.

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan kulit dan kelamin. BAB III METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan kulit dan kelamin. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel

Lebih terperinci

Kadar Hormon Dehidroepiandrosteron Sulfat Serum Pada Berbagai Derajat Keparahan Akne Vulgaris

Kadar Hormon Dehidroepiandrosteron Sulfat Serum Pada Berbagai Derajat Keparahan Akne Vulgaris Kadar Hormon Dehidroepiandrosteron Sulfat Serum Pada Berbagai Derajat Keparahan Akne Vulgaris (Serum Level Of Dehydroepiandrosterone Sulphate Hormone at Various Acne Vulgaris Severity) Windy Miryana*,

Lebih terperinci

SKRIPSI HUBUNGAN STRES DENGAN KELUHAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

SKRIPSI HUBUNGAN STRES DENGAN KELUHAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA SKRIPSI HUBUNGAN STRES DENGAN KELUHAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA Oleh : Nama : Nick Alexander NRP : 1523012008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dermatitis seboroik merupakan suatu kelainan kulit papuloskuamosa kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang banyak mengandung kelenjar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Akne vulgaris adalah suatu kelainan pada unit. pilosebaseus yang banyak dijumpai pada remaja.

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Penelitian. Akne vulgaris adalah suatu kelainan pada unit. pilosebaseus yang banyak dijumpai pada remaja. BAB I PENDAHULUAN a. Latar Belakang Akne adalah suatu kelainan pada unit pilosebaseus yang banyak dijumpai pada remaja. Penyakit ini bermanifestasi sebagai lesi pleiomorfik yang terdiri atas komedo, papul,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akne vulgaris (AV) atau yang biasa disebut jerawat adalah suatu penyakit pada folikel rambut dan jaringan sebasea yang pada umumnya dapat sembuh sendiri, biasanya

Lebih terperinci

ABSTRAK KADAR CRP DAN LED BERKORELASI POSITIF DENGAN DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS

ABSTRAK KADAR CRP DAN LED BERKORELASI POSITIF DENGAN DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS ABSTRAK KADAR CRP DAN LED BERKORELASI POSITIF DENGAN DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS Akne vulgaris merupakan suatu keradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul,

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA Sienny Anggraini Setiawan, 2014. Pembimbing I : Dr. dr. Felix Kasim,

Lebih terperinci

TEAM BASED LEARNING MODUL. Diberikan pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH :

TEAM BASED LEARNING MODUL. Diberikan pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : TEAM BASED LEARNING MODUL Diberikan pada Mahasiswa Semester V Fakultas Kedokteran Unhas DISUSUN OLEH : Prof. DR. Dr. Anis Irawan, Sp.KK (K), FINSDV, FAADV DR. dr. Farida Tabri, Sp.KK (K). FINSDV SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akne vulgaris merupakan kelainan folikuler umum yang mengenai folikel sebasea (folikel rambut) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka, leher serta badan

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Andalas diperoleh sebagai berikut : persentase tentang data demografi (umur dan lembar observasi), frekuensi

BAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Andalas diperoleh sebagai berikut : persentase tentang data demografi (umur dan lembar observasi), frekuensi BAB V HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan Februari sampai Oktober 2016 terhadap mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dengan menyebarkan kuesioner terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. vulgaris, merupakan penyakit peradangan kronis dari unit pilosebasea akibat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. vulgaris, merupakan penyakit peradangan kronis dari unit pilosebasea akibat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu penyakit kulit yang menjadi perhatian bagi para remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau dalam istilah medisnya disebut acne vulgaris, merupakan penyakit

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRCT... vii RINGKASAN...

Lebih terperinci

TERAPI TOPIKAL CLINDAMYCIN DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

TERAPI TOPIKAL CLINDAMYCIN DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA TERAPI TOPIKAL CLINDAMYCIN DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan sebagai Syarat Kelulusan Program Sarjana Kedokteran Umum RIMA ADJANI NUGROHO G2A009122

Lebih terperinci

TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Kedokteran khususnya Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin 3.2 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nefrolitiasis adalah sebuah material solid yang terbentuk di ginjal ketika zat atau substasi normal di urin menjadi sangat tinggi konsentrasinya. 1 Penyakit ini bagian

Lebih terperinci

PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TERHADAP AKNE VULGARIS

PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TERHADAP AKNE VULGARIS PERSEPSI MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO TERHADAP AKNE VULGARIS Septika Eny Widayanti 1, Retno Indar Widayanti 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK JENUH DENGAN KEJADIAN ACNE VULGARIS

HUBUNGAN ASUPAN LEMAK JENUH DENGAN KEJADIAN ACNE VULGARIS HUBUNGAN ASUPAN LEMAK JENUH DENGAN KEJADIAN ACNE VULGARIS Artikel Penelitian disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Ilmu Gizi, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI PADA PENGOBATAN AKNE VULGARIS

ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI PADA PENGOBATAN AKNE VULGARIS ABSTRAK PENGARUH PENGGUNAAN PIL KONTRASEPSI ORAL KOMBINASI PADA PENGOBATAN AKNE VULGARIS Regina, 2004. Pembimbing : Endang Evacuasiany,Dra.,MS.,AFK.,Apt dan Slamet Santosa, dr., M Kes. Akne vulgaris adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Akne vulgaris Akne vulgaris merupakan suatu gangguan dari unit pilosebasea yang umum dijumpai, dapat sembuh sendiri dan terutama ditemukan pada remaja. Akne vulgaris ditandai

Lebih terperinci