HUBUNGAN KUANTITAS DAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA SISWI KELAS X SMA N 4 PURWOREJO. Naskah Publikasi
|
|
- Ida Iskandar
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN KUANTITAS DAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA SISWI KELAS X SMA N 4 PURWOREJO Naskah Publikasi untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter oleh : Amalia Hanif FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2015
2 KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN KUANTITAS DAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA SISWI KELAS X SMA N 4 PURWOREJO Disusun dan diajukan oleh : Amalia Hanif Telah diseminarkan tanggal : 1 September 2015 dan telah disetujui oleh : Penguji Pembimbing Utama, dr. Betty Ekawati Sp.KK dr. Rosmelia, M. Kes, Sp.KK Tanggal: September 2015 Tanggal: September 2015 Ketua Prodi Pendidikan Dokter dr. Erlina Marfianti, M.Sc, Sp.PD Disahkan Dekan dr. Linda Rosita, M.Kes, Sp.PK
3 Hubungan Kuantitas dan Kualitas Tidur dengan Kejadian Akne Vulgaris pada Siswa Siswi Kelas X SMA N 4 Purworejo Amalia Hanif 1, Rosmelia 2, Betty Ekawati 2 1 Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia 2 Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia INTISARI Latar Belakang.Akne vulgaris adalah penyakit peradangan folikel pilosebasea yang bersifat menahun yang biasa dialami oleh remaja. Lokasi lesi paling banyak terdapat di bagian wajah sehingga dapat memberi dampak psikologis. Faktor yang paling umum diyakini memicu atau memperburuk jerawat adalah stres, kurang tidur, dan makanan. Kurang tidur dapat menyebabkan menurunnya sistem imun dan menimbulkan stress tingkat sedang yang diduga berpengaruh dengan patogenesis akne vulgaris. Tujuan.Mengetahui hubungan antara kuantitas dan kualitas tidur dengan kejadian dan derajat keparahan akne vulgaris. Metode. Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasional analitik cross sectional. Populasi dalam penelitian ini siswa-siswi kelas X SMA N 4 Purworejo. Kuantitas dan kualitas tidur dinilai menggunakan PSQI dan kuesioner tidur, sedangkan kejadian dan derajat keparahan dinilai secara klinis berdasarkan foto standar. Data yang didapat dianalisis menggunakan uji chi-square. Hasil. Subyek penelitian berjumlah 149 subyek, dan 62 subyek diantaranya mengalami akne vulgaris. Subyek penelitian dengan akne vulgaris paling banyak berumur 16 tahun. Dari hasil uji chi-square didapatkan hasil terdapat hubungan yang bermakna antara kuantitas tidur dengan kejadian akne vulgaris (p=0,004). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kuantitas tidur dengan derajat keparahan akne vulgaris (p=0,242). Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan kejadian akne vulgaris (p=0,339) dan derajat keparahan akne vulgaris (p=0, 246). Kesimpulan. Kuantitas tidur berhubungan bermakna dengan kejadian kejadian akne vulgaris, namun tidak bermakna dengan keparahan akne vulgaris. Kualitas tidur tidak berhubungan bermakna dengan kejadian maupun keparahan akne vulgaris. Kata Kunci. Akne vulgaris, tidur, remaja, PSQI
4 The Relationship Between The Quantity and Quality of Sleep With The Incidence of Acne Vulgaris on Students of Class X SMA N 4 Purworejo. Amalia Hanif 1, Rosmelia 2, Betty Ekawati 2 1 Student of Faculty of Medicine, Islamic University of Indonesia 2 Department of Dermatology and Venereology, Faculty of Medicine, Islamic University of Indonesia ABSTRACT Background. Acne vulgaris is a chronic inflammatory disease at pilosebaceous follicles which is commonly in teenagers. The predilection of acne vulgaris lesions are most numerous on the face, therefore it can give a psychological impact to the youth. There are three most common factors that trigger and worsen the acne. They are stress, lack of sleep, and sweat. Lack of sleep can cause the decrease in the immune system and can cause moderate stress levels that influences the pathogenesis of acne vulgaris. Objective: To find out the relationship between the quantity and quality of sleep and the incidence and severity of acne vulgaris on students of class X SMA N 4 Purworejo. Methods. This study used cross-sectional study design. The population in this study are students of class X SMA N 4 Purworejo. Test analysis used chi-square. Result. The subjects consisted of 149 students and 62 subjects who had acne vulgaris. Most of subjects who had acne vulgaris were students at the age of 16. The chi-square test results showed significant correlation between the quantity of sleep with the incidence of acne vulgaris (p = 0.004). There was no significant relationship between the quantity of sleep with the severity of acne vulgaris (p = 0.242). There was no significant relationship between sleep quality with the incidence of acne vulgaris (p=0.339) and severity of acne vulgaris (p = 0, 246). Conclusion. There was a significant correlation between the quantity of sleep with the incidence of acne vulgaris. There was no significant relationship between sleep quantity with severity of acne vulgaris. There was no significant relationship between sleep quality with the incidence and severity of acne vulgaris. Keywords: Acne, sleep, teenagers
5 PENDAHULUAN Akne vulgaris adalah penyakit peradangan folikel pilosebasea yang bersifat menahun dan dapat menyebabkan terjadinya sumbatan pengaliran sebum yang dikeluarkan kelenjar sebasea ke permukaan kulit, sehingga kemudian timbul erupsi ke permukaan kulit yang dimulai dengan terjadinya komedo. 1 Akne vulgaris merupakan masalah kulit yang paling sering dialami oleh remaja. Lokasi lesi akne vulgaris paling banyak terdapat di bagian wajah sekitar 92,5%. 2 Bagi remaja wajah merupakan salah satu yang penting untuk membangun citra diri dan seorang remaja dapat memiliki dampak psikologis dari akne, hal ini akan memperparah akne yang dialami. 3 Gambaran klinis akne vulgaris terdiri dari berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul, nodus, dan jaringan parut, baik jaringan parut hipotrofik maupun hipertrofik. 1 Akne vulgaris bersifat multifaktorial, faktor yang diduga mempengaruhi akne vulgaris pada masa remaja antara lain adalah meningkatnya hormon androgen, stress psikis, faktor herediter, kosmetik dan faktor gaya hidup tidak sehat terutama makanan dan kebiasaan tidur. 4 Tidur adalah kebutuhan dasar manusia dan sangat penting untuk kesehatan yang baik, kualitas hidup yang baik, dan penampilan yang maksimal sepanjang hari. 5 Kebanyakan orang dewasa tidur selama 7-8 jam sehari meskipun waktu, lama, dan struktur internal berbeda dipengaruhi usia. Orang dewasa dengan rentan tidur kurang dari empat jam dan lebih dari
6 sembilan jam memiliki mortalitas hormon kortisol berhubungan dengan yang lebih tinggi. 6 Tidur adalah kemampuan menghadapi stress. 7 suatu proses aktif, bukan hanya tidak terjaga. Aktivitas otak keseluruhan tidak berkurang selama tidur. Profil polisomnografi dibagi menjadi dua stadium tidur yaitu stadium REM Stress berhubungan dengan peningkatan kerja kelenjar sebasea. Pengeluaran sebum yang berlebihan bersifat komedogenik yang merupakan salah satu patogenesis (gerakan mata cepat atau mimpi atau akne vulgaris. 4 Stress juga akan desinkronisasi) dan stadium NREM (gerakan mata tidak cepat atau sinkron). Semua sistem fisiologi tubuh dipengaruhi oleh tidur, antara lain sistem kardiovaskular, respirasi, dan endokrin. 6 Kurang tidur dapat menimbulkan beberapa efek pada tubuh. Beberapa efek itu mungkin berpengaruh terhadap patogenesis akne vulgaris. Kurangnya tidur dapat menyebabkan menurunnya sistem imun dan dapat menimbulkan stress tingkat sedang. 5 Kurang tidur dapat menurunkan hormon kortisol, seperti diketahui cenderung membuat penderita memanipulasi akne secara mekanis, sehingga terjadi kerusakan pada dinding folikel dan timbul lesi beradang yang baru. Tidak hanya pengurangan hormon kortisol namun kurang tidur juga dapat meningkatkan sitokin-sitokin proinflamasi yaitu IL-6 dan TNF-α yang kemudian akan memperparah inflamasi dari akne vulgaris. 7 Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui hubungan antara kuantitas dan kualitas tidur dengan kejadian dan
7 derajat keparahan akne vulgaris pada siswa siswi kelas X SMA N 4 Purworejo. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis berdomisili di Kabupaten Purworejo Subyek yang dieksklusi adalah sudah melakukan terapi akne vulgaris baik oleh dokter umum maupun dokter spesialis, mengalami gangguan penelitian kuantitatif dan desain menstruasi berupa oligomenore atau observasional analitik crosssectional. Penelitian ini dilakukan di SMA N 4 Purworejo, mulai bulan April sampai Mei Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia dengan nomor 15/Ka.Kom.Et/70/KE/VI/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa siswi kelas X di SMA N 4 Purworejo. Subyek dalam penelitian ini adalah yang memenuhi kriteria inklusi yaitu penelitian ini yaitu berumur tahun, bersedia mengisi kuisioner untuk penelitian, amenore, dan menggunakan kosmetik yang berupa pelembab, penahan matahari (sun block) dan bedak padat. Pengambilan data didahului dengan informed consent terhadap responden, melakukan pendataan responden yang masuk kriteria inklusi dan eksklusi. Subyek penelitian yang memenuhi kriteria penelitian kemudian dilanjutkan dengan pengisian kuesioner identitas diri, kuesioner kuantitas tidur dan kualitas tidur oleh responden. Pengambilan gambar subyek penelitian dilakukan dalam tiga sisi yaitu dari depan, sisi kiri, dan sisi
8 kanan. Beberapa subyek menolak untuk difoto dalam tiga sisi sehingga hanya difoto dari bagian depan. Foto yang telah diambil kemudia dilakukan diagnosis oleh dokter spesialis kulit menggunakan foto yang diambil. Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain adalah Data identitas, Kuesioner PSQI versi Indonesia, Kuesioner kuantitas tidur, Kamera Telepon Genggam. Data yang diperoleh kemudian siswa. Subyek dalam penelitian yang mengalami akne vulgaris 62 orang atau angka prevalensi sebanyak 41,6%. Usia subyek penelitian yang mengalami akne vulgaris yang termuda adalah 14 tahun dan yang tertua adalah 19 tahun. Subyek penelitian yang mengalami akne vulgaris paling banyak berusia 16 tahun.tabel 1 menunjukkan distribusi subyek berdasarkan usia. Tabel 1. Distribusi Usia Subyek Penelitian Umur (tahun) Akne (+) Akne (-) Persentase(%) dianalisis secara univariat untuk mengetahui distribusi tiap frekuensi dan secara bivariat untuk mengetahui (2,01%) 63 (42,3%) 77 (51,7%) 4 (2,7%) 1 (0,7%) 1 (0,7%) hubungan antar variabel menggunakan SPSS dengan menggunakan chi square. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Jumlah keseluruhan subyek penelitian adalah sebanyak 149 Total (100%) Sedangkan distribusi akne berdasarkan jenis kelamin 56,5% atau 35 subyek yang mengalami akne vulgaris adalah perempuan dan 43,5% atau 27 subyek adalah lakilaki. Tabel 2 menunjukkan distribusi subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin.
9 Tabel 2. Distribusi berdasarkan jenis kelamin Jenis kelamin Jumlah Persentase (%) perempuan laki-laki Total Penelitian ini membagi variabel kuantitas tidur menjadi dua kelompok yaitu kuantitas tidur cukup ( 7 jam) dan kuantitas tidur kurang (<7 jam). Hasil dari penelitian mendapatkan 99 (66,4%) subyek penelitian memiliki kuantitas tidur yang cukup dan hanya 50 (33,6%) subyek penelitian yang mengalami kuantitas tidur kurang. Kualitas tidur dalam penelitian ini dinilai menggunakan kuesioner PSQI. Kualitas tidur yang baik apabila skor PSQI 5 dan kualitas tidur yang buruk apabila skor PSQI >5. 8 Hasil dari penelitian ini 79 (53%) subyek memiliki kualitas tidur yang baik dan 70 (47%) subyek penelitian mengalami kualitas tidur yang buruk. Tabel 3 menunjukkan distribusi variabel berdasarkan variabel kuantitas dan kualitas tidur. Tabel 3. Distribusi subyek berdasarkan kuantitas dan kualitas tidur. Tidur Frekuensi Persentase Kuantitas Cukup 99 66,4% tidur Kurang 50 33,6% Kualitas tidur Analisis Bivariat Total % Baik 79 53,0% Buruk 70 47,0% Total % Analisis bivariat kedua variabel menggunakan uji chi square. Hasil pengujian kuantitas tidur dengan kejadian akne vulgaris memberikan hasil p=0,004. Nilai p<0,05, maka secara statistik dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kuantitas tidur dengan kejadian akne vulgaris. Uji chi square pada hubungan kuantitas tidur dengan derajat keparahan akne vulgaris tidak ada hubungan yang bermakna karena nilai p 0,242. Hasil uji chi-square untuk mengetahui hubungan kualitas tidur
10 dengan kejadian dan derajat keparahan akne vulgaris menunjukkan hubungan yang tidak bermakna secara statistik karena memiliki nilai p 0,339 pada pengujian dengan kejadian akne Sesuai dengan hasil analisis data menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara kuantitas tidur dengan kejadian akne vulgaris karena memiliki nilai p <0,05 (p=0,004). Namun, hasil ini tidak sesuai dengan vulgaris dan nilai p 0,246 pada penelitian lain yang menyatakan pengujian dengan derajat keparahan akne vulgaris. Penulis juga melakukan pengujian untuk mengetahui hubungan antara waktu tidur malam dengan kejadian akne vulgaris dengan membagi waktu tidur malam menjadi dua yaitu kurang dari atau sama dengan jam dan lebih dari jam Uji chi square menunjukkan nilai p 0,277 (p>0,05), sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan yang bermakna antara waktu tidur malam dengan kejadian akne vulgaris. PEMBAHASAN tidak ada hubungan yang signifikan antara kuantitas tidur dengan kejadian akne vulgaris karena memiliki nilai p = 0, Hubungan yang bermakna antara kuantitas tidur dengan kejadian akne vulgaris hal ini dikarenakan tidur merupakan kebutuhan dasar manusia yang sangat penting bagi kehidupan. 5 Berkurangnya waktu tidur akan berpengaruh terhadap perubahan hormonal yang dapat menginduksi stress. 10 Kurang tidur dapat menurunkan hormon kortisol, yang berperan dalam menginduksi stress. 7 Stress akan memicu hipotalamus
11 memproduksi corticotropin releasing hormon. Corticotoprin releasing hormon akan dideteksi oleh glandula sebasea dan terjadi peningkatan sebum yang bersifat komedogenik. 11 Stress juga akan merangsang hipotalamus yang menyebabkan peningkatan hormon androgen. Hormon androgen akan merangsang produksi kelenjar sebasea. Produksi sebum yang berlebihan bersifat komedogenik dan menyebabkan peradangan pada akne vulgaris. Produksi sebum yang berlebih akan menjadi nutrisi untuk bakteri Propionibacterium acnes. 12 Kurang tidur juga dapat menyebabkan peningkatan saraf simpatis dan peradangan. Orang yang kurang tidur akan lebih cenderung menggaruk saat tidur, yang sebanding dengan tingkat keseluruhan aktivitas saraf simpatis selama tahapan tidur, biasanya terjadi paling sering selama NREM tahap 1 dan 2 dan fase REM. 13 Tindakan mekanik seperti menggosok dan menggaruk akan memperparah akne vulgaris terutama dikarenakan infeksi sekunder. 14 Meskipun demikian penelitian ini menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kuantitas tidur dengan derajat keparahan akne vulgaris karena dari uji statistik didapatkan nilai p>0,05 (p=0,242). Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian lain yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara waktu tidur malam dengan derajat keparahan akne vulgaris. 15 Dalam penelitian ini juga didapatkan hasil hubungan yang tidak bermakna secara statistik antara kualitas tidur dengan kejadian akne vulgaris karena didapatkan nilai
12 p>0,05. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian lainnya yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kualitas tidur dengan kejadian akne vulgaris. 9 Analisis kualitas tidur dengan keparahan akne vulgaris memiliki nilai p=0,246, sehingga secara statistik tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan keparahan akne vulgaris. Faktor yang mempengaruhi hasil kualitas tidur dengan kejadian akne vulgaris yang tidak bermakna antara lain penilaian kualitas tidur menggunakan kuesioner sehingga bersifat subjektif sehingga dapat mempengaruhi hasil data. Kuantitas dan kualitas tidur tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan derajat keparahan akne vulgaris. Beberapa faktor berpengaruh terhadap derajat keparahan akne vulgaris namun tidak dapat dikontrol dalam penelitian ini. Faktor manipulasi akne dengan menggaruk atau memencet akne dapat memperparah akne vulgaris. 14 Faktor lainnya yang dapat memperparah akne vulgaris adalah diet. Merokok juga diduga berpengaruh dalam keparahan akne vulgaris. 16 Diagnosis derajat akne vulgaris dalam penelitian menggunakan foto sehingga kualitas foto sangat mempengaruhi hasil penelitian. Akan tetapi, penulis sudah berusaha untuk meminimalisir keberadaan variabel pengganggu antara lain penggunaan kosmetik dan gangguan hormon subyek penelitian dengan memasukkannya ke dalam kriteria eksklusi. Sinar UV dihomogenisasi dengan kriteria inklusi yaitu berdomisili di Kabupaten Purworejo. Kekurangan
13 dalam penelitian ini adalah beberapa variabel pengganggu tidak dapat di kontrol yaitu genetik, stress, dan diet. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Terdapat hubungan yang bermakna antara kuantitas tidur dengan kejadian akne vulgaris pada siswa siswi kelas X SMA N 4 Purworejo. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kuantitas tidur dengan keparahan akne vulgaris pada siswa siswi kelas X SMA N 4 Purworejo. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas tidur dengan kejadian dan keparahan akne vulgaris pada siswa siswi kelas X SMA N 4 Purworejo. Saran Perlu dilakukan penelitian serupa menggunakan kohort prospektif sehingga dapat menentukan faktor resiko, sebaiknya pengambilan data dengan metode wawancara karena hasilnya bisa lebih dipercaya daripada melalui kuesioner. Cara mendiagnosis akne vulgaris sebaiknya secara langsung didiagnosis oleh dokter spesialis kulit dan kelamain. Variabel pengganggu lain bisa dikontrol misal riwayat keluarga dan diet. DAFTAR PUSTAKA 1. Wasitaatmadja, SM. Dermatologi Kosmetik (edisi ke 2). Jakarta : Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Mizwar, M., Kapantow, MG., dan Suling, PL. Profil Akne Vulgaris di RSUP Prof.DR.R.D. Kandau Manado periode E-clinic. 2013; 1(2) 3. Ichsan, B., Muhlisin, B. Aspek Psikiatri Acne Vulgaris. Berita Ilmu Keperawatan ISSN ;1(3) pp Wasitaatmadja, SM. Akne, Erupsi Akneiformis, Rosasea, Rinofima. Dalam: Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah,S (eds). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI WHO. WHO Technical Meeting Sleep and Health. Jerman: World Health Organization Regional Office for Europe European Centre for
14 Environment and Health Bonn Office Isselbacher, KJ., Braunwald, E., Wilson, JD., Martin,JB., Fauci, AS., Kasper, DL Buku Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam (edisi ke 13). Jakarta: EGC Vgontzas, AN., Zoumakis, E., Bixter,O., Lin, HM., Foller, H., Kales, A., Chrousos, P. Adverse Effects of Modest Sleep Restriction on Sleepiness, Performance, And Inflammatory Cytokines. The Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism.2004; 89 pp Buysse,D.J., Reynolds,C.F., Monk,T.H., Berman,S.R., & Kupfer,D.J. The Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI): A new instrument for psychiatric research and practice. Psychiatry Research. 1989; 28(2), Goklas. Hubungan Kualitas dan Kuantitas Tidur Terhadap Timbulnya Akne Vulgaris pada Dokter Muda di RSUP H. Adam Malik. [Skripsi]. Medan: Universitas Sumatera Utara; Choi, JM & Kimball, AB. Acne Beliefs: Fact and Fiction. Cosmetic Dermatology.2005; 18(8). 11. Misery, L., Wolkenstein, P., Amici, J., Maghra, R., Brenaut, E., Cazeau, C., Voisard, J., and Taien, C. Consequences of Acne on Stress, Fatigue, Sleep disorders, and sexual activity, A population-based study. Acta Derm Venerol. 2015; 95 pp Hodgson, KT., Braunstein, GD. Physiological Effects of Androgen in Women. Cotempory Endocrinology. 2007; pp Gupta, MA and Gupta, AK. Sleep-wake disorders and Dermatology. Clinics in Dermatology.2013;31 pp Suryadi, RM. Kejadian dan Faktor Resiko Akne Vulgaris. M Med Indonesia. 2008; 43(1) pp Pujiastuti, DS. Hubungan Antara Waktu Tidur Malam dengan Terjadinya Akne Vulgaris di RSU Dr. Soedarso Pontianak. [Skripsi]. Pontianak: Universitas Tanjungpura; Suh, DH., Kim, BY., Min, SU., Lee, DH., Yoon, MY., Kim, NI., Kye, YC., Lee, ES., Ro, YS., Kim, KJ. A Multicenter Epidemiological Study of Acne Vulgaris in Korea. International Journal of Dermatology. 2011;pp
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Karakteristik Responden. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April - Mei 2015 di SMA N 4 Purworejo dengan mendapatkan ijin dari kepala sekolah dan
Lebih terperinciABSTRAK Gambaran Karakteristik Penderita Akne Vulgaris di Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Sakura Derma Bandung
ABSTRAK Gambaran Karakteristik Penderita Akne Vulgaris di Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin Sakura Derma Bandung Regina Emmanuela Gusti Pratiwi, 2016 Pembimbing I : dr. Dani M.kes Pembimbing II : dr.
Lebih terperinciThe Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta
The Correlation between Cosmetics Usage to Acne Vulgaris in Female Student in FKIK Muhammadiyah University of Yogyakarta Hubungan Lamanya Paparan Kosmetik dengan Timbulnya Acne Vulgaris pada Mahasiswi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. punggung bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit. terbuka dan tersumbat dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jerawat (Akne Vulgaris) merupakan penyakit kulit peradangan kronik folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa komedo, papul,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jerawat, atau dalam bahasa medisnya disebut akne, merupakan salah satu penyakit kulit yang banyak dijumpai secara global pada remaja dan dewasa muda (Yuindartanto,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. papul, pustul, nodul dan kista di area predileksinya yang biasanya pada
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Acne vulgaris adalah penyakit kulit kronis yang terjadi akibat peradangan menahun pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul, pustul, nodul dan kista di area
Lebih terperinciHUBUNGAN TIDUR LARUT MALAM TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA MAHASANTRI PUTRA PESANTREN INTERNATIONAL K.H MAS MANSUR UMS 2015
HUBUNGAN TIDUR LARUT MALAM TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA MAHASANTRI PUTRA PESANTREN INTERNATIONAL K.H MAS MANSUR UMS 2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu peradangan kronik dari folikel pilosebasea yang disebabkan oleh berbagai faktor dengan gambaran klinis yang khas (Siregar, 2013). Gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penampilan bagi remaja dan dewasa muda merupakan salah satu faktor penunjang, terutama wajah yang bersih tanpa akne merupakan modal penting dalam pergaulan dan karier.
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Kelamin. Ruang lingkup keilmuan penelitian adalah Ilmu Kesehatan Kulit dan Lokasi pengambilan sampel adalah FakultasKedokteran Universitas Diponegoro
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris adalah suatu penyakit peradangan menahun dari folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis
Lebih terperinciHUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI SMAN 1 SURAKARTA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI SMAN 1 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Dita Mayasari G0012063 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA REMAJA WANITA DI SMA N 2 SLEMAN, YOGYAKARTA JKKI
HUBUNGAN PENGGUNAAN KOSMETIK DENGAN TINGKAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS PADA REMAJA WANITA DI SMA N 2 SLEMAN, YOGYAKARTA JKKI untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Kedokteran Program Studi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris (AV) adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmaja, 2015). Akne
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pleomorfik, komedo, papul, pustul, dan nodul. (Zaenglein dkk, 2008).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne atau jerawat adalah kondisi yang paling umum dilakukan oleh dokter di seluruh dunia (Ghosh dkk, 2014). Penyakit akne ini merupakan penyakit peradangan pada unit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat, adalah penyakit self-limited yang menyerang unit
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Akne vulgaris atau lebih dikenal dengan jerawat, adalah penyakit self-limited yang menyerang unit pilosebaseus dan sering dijumpai pada usia remaja (Zaenglein dkk,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Akne Vulgaris merupakan permasalahan yang sangat akrab diperbincangkan baik di kalangan dewasa muda maupun remaja. Saat ini tidak begitu banyak sumber yang memuat tulisan
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...
DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN.... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v ABSTRAK... vi ABSTRCT... vii RINGKASAN...
Lebih terperinciABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015
ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015 Firina Adelya Sinaga, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked Pembimbing II : Cherry
Lebih terperinciPENGARUH KEBERSIHAN KULIT WAJAH TERHADAP KEJADIAN ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH KEBERSIHAN KULIT WAJAH TERHADAP KEJADIAN ACNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diasusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran
Lebih terperinciHUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN
HUBUNGAN STRES DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2007-2009 Oleh: NITYA PERUMAL NIM: 070100473 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris adalah peradangan kronik folikel pilosebasea dengan gambaran klinis polimorfi, yang terdiri atas wujud kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul,
Lebih terperinciHUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA DI SMAN 2 SUKOHARJO SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan
HUBUNGAN DERAJAT KEPARAHAN AKNE VULGARIS DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA SISWA DI SMAN 2 SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ARIFAH QUDSIYAH G0013036 FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit yang sering dijumpai pada remaja dan dewasa muda adalah jerawat atau akne (Yuindartanto, 2009). Akne vulgaris merupakan suatu kelainan yang dapat sembuh
Lebih terperinciHUBUNGAN JENIS KELAMIN JANIN DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA WANITA HAMIL SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
HUBUNGAN JENIS KELAMIN JANIN DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA WANITA HAMIL SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ALYSSA AMALIA G0013021 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik
Jumlah BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Sebaran usia mahasiswi yang menggunakan kosmetik Penelitian ini melibatkan 85 responden mahasiswi yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Responden tersebut
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Akne vulgaris adalah suatu peradangan yang bersifat menahun pada unit pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, pustul, nodus dan kista dengan predileksi di
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup waktu penelitian adalah Oktober November 2014.
31 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Ruang lingkup lokasi penelitian adalah Fakultas Hukum Universitas Lampung.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jerawat atau akne adalah mesalah kulit berupa infeksi dan peradangan pada unit pilosebasea. Akne sering membuat resah dan menghilangkan rasa percaya diri, apalagi jika
Lebih terperinciPENGARUH BB CREAM ( BLEMISH BALM CREAM ) TERHADAP KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWI
PENGARUH BB CREAM ( BLEMISH BALM CREAM ) TERHADAP KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWI Studi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. mengandung kelenjar sebasea seperti: muka, dada dan punggung ( kelenjar/cm). 1,2 Acne
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu penyakit kulit yang merisaukan remaja dan dewasa adalah jerawat, karena dapat mengurangi kepercayaan diri seseorang 1. Acne vulgaris atau lebih sering
Lebih terperinciPENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI KALANGAN SISWA SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN.
PENGARUH CARA DAN KEBIASAAN MEMBERSIHKAN WAJAH TERHADAP PERTUMBUHAN JERAWAT DI KALANGAN SISWA SISWI SMA HARAPAN 1 MEDAN. Oleh : NIK AZZADEEN AZIZ BIN FAHEEM 070100232 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciHUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014
i HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014 OLEH: RANI LESTARI B. 110100128 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciLevel Of Stress Compared with The Severity of Acne Vulgaris in Medical Student At Faculty Of Medicine Lampung University Periode
Pengaruh Tingkat Stres dengan Tingkat Keparahan Akne Vulgaris pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Lampung Angkatan 2012-2013 Nur Safira Anandita 1, Hendra Tarigan Sibero 2, Tri Umiana Soleha
Lebih terperinciPROFIL AKNE VULGARIS DI RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE
PROFIL AKNE VULGARIS DI RSUP Prof. Dr. R. D. KANDOU MANADO PERIODE 2009-2011 1 Muhammad Mizwar 2 Marlyn Grace Kapantow 3 Pieter Levinus Suling Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Fakultas Kedokteran
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rencana Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Survei analitik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik, yang bertujuan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-analitik, yang bertujuan menentukan hubungan stres terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciTERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
TERAPI TOPIKAL AZELAIC ACID DIBANDINGKAN DENGAN NIACINAMIDE+ZINC PADA AKNE VULGARIS LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti seminar hasil Karya Tulis Ilmiah
Lebih terperinciSKRIPSI HUBUNGAN STRES DENGAN KELUHAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
SKRIPSI HUBUNGAN STRES DENGAN KELUHAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA Oleh : Nama : Nick Alexander NRP : 1523012008 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
Lebih terperinciHUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA DAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN AKTIVITAS OLAHRAGA DAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA SISWA DI SMA NEGERI 1 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran AJENG APSARI UTAMI G0013013 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Wanita dan kosmetik adalah dua hal yang saling berkaitan. Kosmetik
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita dan kosmetik adalah dua hal yang saling berkaitan. Kosmetik diproduksi agar wanita bisa tampil cantik dan percaya diri. Seiring dengan perkembangan jaman, modernisasi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris atau jerawat adalah penyakit peradangan menahun folikel polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri (Wasitaatmadja, 2007).
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit. peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akne vulgaris (jerawat) merupakan penyakit peradangan kronis pada unit pilosebaseus yang sering dikeluhkan oleh banyak orang terutama remaja. Timbulnya akne vulgaris
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai. Indonesia, menurut catatan Kelompok Studi Dermatologi Kosmetika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Akne vulgaris atau yang oleh masyarakat umum disebut jerawat merupakan penyakit kulit yang melibatkan unit pilosebasea ditandai dengan adanya komedo terbuka
Lebih terperinciFAKTOR RISIKO AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2009, 2010, DAN 2011 KARYA TULIS ILMIAH
FAKTOR RISIKO AKNE VULGARIS DI KALANGAN MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2009, 2010, DAN 2011 KARYA TULIS ILMIAH Oleh: MONA SINTYA FRANSISCA MANURUNG NIM: 090100157 FAKULTAS
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA WAKTU TIDUR MALAM DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS DI RSU DR. SOEDARSO PONTIANAK
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA WAKTU TIDUR MALAM DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS DI RSU DR. SOEDARSO PONTIANAK DIAN SOFIANI PUJIASTUTI I 11106030 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS PADA AWAL PUBERTAS REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE KARTIKA
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA AKNE VULGARIS PADA AWAL PUBERTAS REMAJA PUTRI DI SMP NEGERI 4 LAPPARIAJA KABUPATEN BONE ABSTRAK KARTIKA Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar Program
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN ANDROPAUSE PADA PEKERJA PRIA PT. DANLIRIS, SUKOHARJO SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DENGAN ANDROPAUSE PADA PEKERJA PRIA PT. DANLIRIS, SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran AMAZIA AURORA KUSUMA G0013023 FAKULTAS
Lebih terperinciHUBUNGAN KUALITAS DAN KUANTITAS TIDUR TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA DOKTER MUDA DI RSUP H. ADAM MALIK. Oleh: GOKLAS
HUBUNGAN KUALITAS DAN KUANTITAS TIDUR TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA DOKTER MUDA DI RSUP H. ADAM MALIK Oleh: GOKLAS 070100104 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2010 HUBUNGAN KUALITAS
Lebih terperinciTHE CORRELATION OF COSMETIC USAGE TO ACNE VULGARIS CASE IN FEMALE STUDENT IN MEDICAL FACULTY OF LAMPUNG UNIVERSITY. Abstract
THE CORRELATION OF COSMETIC USAGE TO ACNE VULGARIS CASE IN FEMALE STUDENT IN MEDICAL FACULTY OF LAMPUNG UNIVERSITY Andriana, R., Effendi, A., Berawi, K. N. Medical Faculty of Lampung University Abstract
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan rancangan cross-sectional atau potong lintang. Bertujuan
28 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan rancangan cross-sectional atau potong lintang. Bertujuan
Lebih terperinciUniversitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK
Hubungan Senam Lansia Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Berdasarkan Skor Pittsburgh Sleep Quality Index di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi Luhur Bantul Yogyakarta RELATIONSHIP BETWEEN ELDERLY GYMNASTIC
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH
PENGARUH PENAMBAHAN BEDAK PADAT TERHADAP JUMLAH LESI AKNE VULGARIS (Penelitian Klinis pada Mahasiswi Penderita Akne Vulgaris yang Diberi Terapi Standar Tretinoin 0,025% + TSF 15) LAPORAN AKHIR HASIL PENELITIAN
Lebih terperinciMEDIA MEDIKA INDONESIANA
Kejadian dan Faktor Resiko M Akne Med Vulgaris Indones MEDIA MEDIKA INDONESIANA Hak Cipta 2009 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah R.M. Suryadi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DAN DAYA KONSENTRASI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
HUBUNGAN ANTARA KUALITAS TIDUR DAN DAYA KONSENTRASI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA I Made Ari Sastrawan 1, I Putu Adiartha Griadhi 2 1 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan kulit dan kelamin.
BAB III METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian adalah ilmu kesehatan kulit dan kelamin. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1 Tempat Penelitian Tempat pengambilan sampel
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN KEJADIAN DERMATITIS ATOPIK PADA BAYI DI RSU HERMINA KOTA BOGOR
ABSTRAK GAMBARAN KEJADIAN DERMATITIS ATOPIK PADA BAYI DI RSU HERMINA KOTA BOGOR Almiya Khansa Putri, 2017 Pembimbing I : R. Amir Hamzah, dr., M.Kes., SpKK Pembimbing II: Dani, dr., M.Kes Dermatitis Atopik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne atau jerawat merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan kronik unit pilosebasea (Zaenglein dkk., 2008). Penyakit ini dianggap sebagai kelainan kulit
Lebih terperinciBAB I. A. Latar Belakang Penelitian. atas. Akne biasanya timbul pada awal usia remaja.
1 BAB I A. Latar Belakang Penelitian Akne merupakan penyakit kulit yang terjadi akibat peradangan menahun folikel pilosebasea yang ditandai dengan komedo, papul, pustul, nodul dan kista pada wajah, leher,
Lebih terperinciPERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA ANTARA SISWA DENGAN AKNE VULGARIS DAN SISWA TANPA AKNE VULGARIS SKRIPSI
PERBEDAAN KEJADIAN INSOMNIA ANTARA SISWA DENGAN AKNE VULGARIS DAN SISWA TANPA AKNE VULGARIS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran ANIS AZIZAH RAHMA G0012018 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Akne vulgaris merupakan kelainan folikuler umum yang mengenai folikel sebasea (folikel rambut) yang rentan dan paling sering ditemukan di daerah muka, leher serta badan
Lebih terperinciHUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
HUBUNGAN JENIS KELAMIN DENGAN AKTIVITAS FISIK PADA MAHASISWA PENDIDIKAN DOKTER ANGKATAN 2012 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN DIET PENDERITA DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEPATUHAN DIET PENDERITA DIABETES MELITUS DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN SKRIPSI Disusun guna mencapai derajat Sarjana Kesehatan
Lebih terperinciHUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KAPASITAS MEMORI KERJA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KAPASITAS MEMORI KERJA PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Ardian Pratiaksa G0011034 FAKULTAS KEDOKTERAN
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. 25 orang (39.1%) yang mengalami jerawat berat. Hasil observasi yang
BAB V PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden 1. Kejadian Jerawat Berdasarkan hasil penelitian yang ditunjukkan tabel 4.1 mengenai distribusi responden berdasarkan kejadian jerawat, terdapat 25 orang (39.1%)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Remaja merupakan masa peralihan antara masa anak dan masa dewasa yang berjalan antara umur 12 sampai 21 tahun (Siefan, 2008). Dalam proses mencapai dewasa, anak harus
Lebih terperinciPERNYATAAN. Yogyakarta, 3 Maret Moch Aris Setyawan. vii
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan
Lebih terperinciPERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH
PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata-1
Lebih terperinciABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y
ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN DAN PERILAKU ORANG TUA TERHADAP TINGKAT KEPARAHAN KARIES GIGI PADA ANAK KELAS 1 DI SDN X DAN Y Penyakit gigi dan mulut yang paling banyak diderita oleh masyarakat
Lebih terperinciTINGKAT STRES PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2013
TINGKAT STRES PADA MAHASISWA TAHUN PERTAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA ANGKATAN 2013 DISUSUN OLEH : KEVIN DILIAN SUGANDA (100100075) FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kista. Tempat predileksinya antara lain pada daerah wajah, dada bagian atas, dan punggung.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit kulit akibat peradangan menahun dari unit pilosebasea yang ditandai dengan gambaran lesi yang bervariasi, seperti komedo, papul,
Lebih terperinciHubungan di antara merokok dengan tingkat kecemasan di kalangan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2014
Hubungan di antara merokok dengan tingkat kecemasan di kalangan mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada 2014 Muhammad Alif Hilmi*, Carla Raymondalexas Marchira**, Budi Pratiti**. *Mahasiswa Fakultas
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akne vulgaris 2.1.1. Definisi Akne Vulgaris Akne vulgaris didefinisikan sebagai peradangan kronik dari folikel polisebasea yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PERUMNAS II KECAMATAN PONTIANAK BARAT
NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT KUALITAS HIDUP PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PERUMNAS II KECAMATAN PONTIANAK BARAT SURYA ANDIKA NIM I31112025 PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan
digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian bersifat observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian yang hanya dilakukan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERAWATAN KULIT WAJAH DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
HUBUNGAN PERAWATAN KULIT WAJAH DENGAN TIMBULNYA AKNE VULGARIS Pada siswi SMA/MA/SMK yang menderita akne vulgaris JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat
Lebih terperinciABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda
ABSTRAK Pengaruh Obesitas Terhadap Siklus Menstruasi pada Wanita Usia Dewasa Muda Ellen Pingkan Widiasmoko, 1110069. Pembimbing : Ellya R. Delima, dr., MKes Obesitas adalah penyakit kronis yang kompleks
Lebih terperinciGAMBARAN KUALITAS TIDUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN AKADEMIK 2013/2014. Oleh : RIVHAN FAUZAN
GAMBARAN KUALITAS TIDUR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA TAHUN AKADEMIK 2013/2014 Oleh : RIVHAN FAUZAN 100100236 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2013 GAMBARAN
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN. Universitas Andalas diperoleh sebagai berikut : persentase tentang data demografi (umur dan lembar observasi), frekuensi
BAB V HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan Februari sampai Oktober 2016 terhadap mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas dengan menyebarkan kuesioner terhadap
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN JERAWAT (ACNE VULGARIS) PADA REMAJA KELAS X-XII IPA SMAN 9 BINSUS MANADO.
HUBUNGAN TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI DENGAN JERAWAT (ACNE VULGARIS) PADA REMAJA KELAS X-XII IPA SMAN 9 BINSUS MANADO 1 Feggy Esterlita Irene Tampi 2 Lydia David 3 H. Opod 1 Kandidat Skripsi Kedokteran Universitas
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA TAHUN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA 19-24 TAHUN SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran INES APRILIA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acne Vulgaris (AV) merupakan suatu penyakit peradangan kronis dari folikel pilosebasea yang ditandai adanya komedo, papul, kista, dan pustula.(tahir, 2010). Penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. vulgaris disertai dengan suatu variasi pleomorfik dari lesi, yang terdiri dari
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akne vulgaris merupakan suatu penyakit dari unit pilosebasea yang dapat sembuh sendiri, terutama dijumpai pada anak remaja. Kebanyakan kasus akne vulgaris disertai
Lebih terperinciABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL
ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU SISWA-SISWI SMA NEGERI X DENGAN SMA SWASTA X KOTA BANDUNG TERHADAP INFFEKSI MENULAR SEKSUAL Nurlaili Irintana Dewi, 2012. Pembimbing I : Dr. Savitri Restu
Lebih terperinciABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS
ABSTRAK KORELASI ANTARA TOTAL LYMPHOCYTE COUNT DAN JUMLAH CD4 PADA PASIEN HIV/AIDS Ardo Sanjaya, 2013 Pembimbing 1 : Christine Sugiarto, dr., Sp.PK Pembimbing 2 : Ronald Jonathan, dr., MSc., DTM & H. Latar
Lebih terperinciSKRIPSI. oleh Dita Dityas Hariyanto NIM
HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG KESESUAIAN HARAPAN ORANG TUA DENGAN DIRI DALAM PILIHAN STUDI LANJUT DENGAN TINGKAT STRES PADA SISWA KELAS XII DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI oleh Dita Dityas Hariyanto NIM 092310101015
Lebih terperinciHUBUNGAN TIDUR LARUT MALAM TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA MAHASANTRI PUTRA PESANTREN INTERNATIONAL K.H MAS MANSUR UMS 2015
HUBUNGAN TIDUR LARUT MALAM TERHADAP TIMBULNYA AKNE VULGARIS PADA MAHASANTRI PUTRA PESANTREN INTERNATIONAL K.H MAS MANSUR UMS 2015 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran
Lebih terperinciHUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN JERAWAT PADA SISWA KELAS 3 MTS NU MIFTAHUL FALAH KUDUS
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN JERAWAT PADA SISWA KELAS 3 MTS NU MIFTAHUL FALAH KUDUS KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Rantika Putri Kumalasari
Lebih terperinciHUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI
HUBUNGAN KEIKUTSERTAAN ORGANISASI DENGAN REGULASI DIRI PADA REMAJA : STUDI KASUS DI SMA N 2 NGAWI Rhea Auliya Anggareni 1, Fitri Hartanto 2 1 Mahasiswa Program Pendidikan S-1 Kedokteran Umum, Fakultas
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi
ABSTRAK Persepsi adalah suatu proses menerima dan menginterpretasikan data. Persepsi tentang penggunaan alat ortodontik cekat dapat dilihat dari aspek estetik dan aspek fungsional. Bagi remaja, salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang membuat hidup seseorang menjadi sejahtera dan ekonomis. Masyarakat harus berperan aktif dalam mengupayakan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENILITIAN. Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa.
BAB IV METODE PENILITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ilmu Penyakit Dalam, Ilmu Penyakit Saraf, dan Ilmu Penyakit Jiwa. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Klinik VCT RSUP dr. Kariadi Semarang pada bulan Maret-Juni2015.
Lebih terperinciHUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KONSENTRASI PADA MAHASISWA ANGKATAN Oleh : MELLISSA CYINTIA WILLIAM
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN KONSENTRASI PADA MAHASISWA ANGKATAN 2009 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Oleh : MELLISSA CYINTIA WILLIAM 090100184 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akne Vulgaris 2.1.1. Definisi Akne Vulgaris Akne vulgaris didefinisikan sebagai peradangan kronik dari folikel polisebasea yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan gambaran
Lebih terperinciKARYA TULIS ILMIAH. Oleh : Nuruljannah Nazurah Gomes FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN. Universitas Sumatera Utara
Hubungan Faktor Usia, Jenis Kelamin dan Diabetes Mellitus dengan Kejadian Katarak pada Pasien Rawat Jalan Bagian Ilmu Kesehatan Mata di RSUP Haji Adam Malik pada Tahun 2012 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : Nuruljannah
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI
HUBUNGAN PERILAKU PENCARIAN LAYANAN KESEHATAN DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS TB PARU DI BBKPM SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Sarjana Kedokteran Faris Budiyanto G0012074
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan menggunakan desain cross sectional (belah lintang), yaitu penilitian dengan cara mengobservasi
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS
ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS Shella Monica, 2013 Pembimbing : Rita Tjokropranoto, dr.,m.sc. Latar belakang Tidur yang cukup merupakan faktor penting bagi kesehatan
Lebih terperinciANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH. Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2)
ANALISIS MUTU PELAYANAN KESEHATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT DAERAH MADANI PROVINSI SULAWESI TENGAH Aminuddin 1) Sugeng Adiono 2) Abstrak :Peranan tenaga kesehatan dalam penyelenggarraan pelayanan
Lebih terperinci