DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PRASYARAT GELAR. LEMBAR PERSETUJUAN.. PENETAPAN PANITIA PENGUJI. UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR.
|
|
- Dewi Pranata
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 DAFTAR ISI SAMPUL DALAM PRASYARAT GELAR. LEMBAR PERSETUJUAN.. PENETAPAN PANITIA PENGUJI. UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK ABSTRACT. RINGKASAN DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN Halaman: i ii iii iv v vii ix xi xv xviii xx xxii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian. 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kacang Gude (Cajanus cajan (L) Millsp Perkecambahan Tepung Kacang Gude Sifat Fungsional Tepung Serat Pangan Antioksidan Lipid Lipoprotein Pangan Fungsional Flakes.. 50 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS Kerangka Berpikir Kerangka konsep Hipotesis.. 60 BAB IV METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan Sumber Data Variabel Penelitian Bahan Penelitian Instrumen Penelitian Prosedur Penelitian. 69 xv
2 4.8 Metode Analisis Analisis Data. 99 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Lama Waktu Perkecambahan Terhadap Sifat Fungsional dan Aktivitas Antitripsin Tepung Kecambah Kacang Gude serta Karakterisasi Sifat Kimianya Kapasitas Penyerapan Air Kapasitas Penyerapan Minyak Swelling Volume Kelarutan Wettability Aktivitas Anti Tripsin Penetapan Perlakuan Terbaik Karakteristik Kimia Tepung Kecambah Kacang Gude Kadar Air Kadar Abu Kadar Lemak Kadar Protein Kadar Karbohidrat Kapasitas Antioksidan Kadar Serat Pangan Kadar Pati Resisten Formulasi Flakes Berbasis Tepung Kecambah Kacang Gude : Evaluasi Sifat Sensorik Warna Aroma Tekstur Rasa Penerimaan keseluruhan Penetapan perlakuan terbaik Pengujian Efek Fisiologis Flakes dan Tepung Kecambah Kacang Gude Jumlah Asupan Pakan Harian, Berat Badan Tikus dan Feed Effeciency Ratio (FER) Jumlah Asupan Pakan Harian Berat Badan Tikus Feed Effeciency Ratio (FER) Profil Lipid Kolesterol LDL Kolesterol HDL Kolesterol Total Trigliserida Karakteristik Digesta Berat Digesta Kadar Air Digesta xvi
3 Kadar Short Chain Fatty Acid (SCFA) Digesta ph digesta Kadar kolesterol digesta Kebaruan Penelitian (Novelty) 151 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran 157 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN xvii
4 KARAKTERISASI SIFAT FUNGSIONAL DAN KIMIA TEPUNG KECAMBAH KACANG GUDE (Cajanus cajan (L) Millps.) DAN EFEK FISIOLOGISNYA SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN PANGAN FUNGSIONAL ABSTRAK Salah satu jenis kacang yang belum banyak dieksplorasi adalah kacang gude. Kacang gude bisa diolah menjadi tempe, konsentrat, isolat dan tepung kacang gude. Kendala dalam pemanfaatan kacang-kacangan adalah adanya zat anti gizi yang dapat menurunkan bioavailabilitas zat gizi. Salah satu cara untuk mengatasi hal ini adalah dilakukan perkecambahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sifat fungsional, kimia dan efek fisiologis tepung kecambah kacang gude serta produk pangan yang dihasilkan yaitu flakes tepung kecambah kacang gude. Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap. Tahap pertama untuk mengetahui pengaruh lama waktu perkecambahan terhadap sifat fungsional dan aktivitas antitripsin tepung kecambah kacang gude serta karakterisasi sifat kimianya. Lama waktu perkecambahan yaitu 0, 24, 36, 48, 60 dan 72 jam. Tahap ke dua adalah formulasi flakes berbasis tepung kecambah kacang gude dan penentuan formula terbaik berdasarkan evaluasi sifat sensorik. Dibuat lima formula berdasarkan perbandingan tepung kecambah kacang gude dan terigu berturut-turut sbb.: 30%:70%; 40%:60%, 50%:50%; 60%:40% dan 70%:30%. Tahap ke tiga adalah pengujian efek fisiologis flakes dan tepung kecambah kacang gude pada tikus hiperkolesterol, meliputi profil lipid dan karakteristik digesta. Tikus diinduksi hiperkolesterol dengan pakan tinggi kolesterol, lalu dibagi menjadi 4 kelompok dan diberi 4 jenis pakan yang berbeda yaitu: pakan standar (S), pakan tepung kacang gude (TKG), pakan tepung kecambah kacang gude (TKKG) dan pakan flakes tepung kecambah kacang gude (FTKKG). Hasil penelitian tahap pertama menunjukkan bahwa lama waktu perkecambahan 48 jam menghasilkan sifat fungsional tepung terbaik yaitu kapasitas penyerapan air 248,56% (bk), kapasitas penyerapan minyak 184,16% (bk), swelling volume 4,72 ml/g, kelarutan 16,95% (bk), dan wettability 214 detik dengan karakteristik kimia tepung: kadar air 8,55% (bk), kadar abu 4,13% (bk), kadar lemak 7,07% (bk), protein 26,83% (bk), karbohidrat 61,98% (bk), kapasitas antioksidan 10,72 ppm GAEAC, serat pangan 18,46% (bk) yang terdiri dari serat pangan larut 4,23% (bk) dan serat pangan tidak larut 14,23% (bk), pati resisten 37,33% (bk) dan aktifitas antitripsin UTI/g sampel. Berdasarkan perhitungan indeks efektifitas, hasil penelitian tahap II menunjukkan bahwa formula flakes terbaik adalah 50% tepung kecambah kacang gude dan 50% terigu, dengan karakteristik kimia yaitu kadar air 2,8% (bk), kadar abu 4,11% (bk), kadar protein 15,07% (bk), kadar lemak 5,36 % (bk), karbohidrat 75,46 % (bk), kapasitas antioksidan 15,13 ppm GAEAC, serat pangan 11,87 % (bk), yang terdiri dari serat larut 2,55% (bk) dan xviii
5 serat tidak larut 9,32 % (bk), serta pati resisten 26,06% (bk). Formula flakes terpilih ini dipakai pada penelitian tahap III. Hasil penelitian tahap III menunjukkan bahwa pemberian pakan TKG, TKKG dan FTKKG selama 28 hari mampu menurunkan kadar LDL berturut-turut sebesar 34,84%, 73,65% dan 24,77%, meningkatkan kadar HDL berturut turut 5,78%, 21,94%, dan 7,46%, menurunkan kolesterol total berturut-turut sebesar 20,34%, 41,13% dan 20,67%, menurunkan trigliserida (TAG) berturut-turut sebesar 12,28%, 39,16% dan 17,72%. Pemberian pakan TKG, TKKG dan FTKKG mampu meningkatkan berat, kadar air dan short chain fatty acid digesta, serta mampu menurunkan ph digesta. Studi bioassay ini menunjukan bahwa konsumsi tepung kecambah kacang gude dan flakes tepung kecambah kacang gude memperbaiki profil lipid dan kesehatan kolon. Key words : sifat fungsional, kecambah, kacang gude, efek fisiologis. xix
6 CHARACTERIZATION OF FUNCTIONAL AND CHEMICAL PROPERTIES OF PIGEON PEA SPROUT FLOUR (Cajanus cajan (L) Millps.) AND ITS PHYSIOLOGICAL EFFECTS AS A BASIS FOR DEVELOPMENT OF FUNCTIONAL FOOD ABSTRACT One type of legume that has not been explored is the pigeon pea. Pigeon pea beans can be processed into tempe, concentrates, isolates and pigeon pea flour. The limited utilization of this legume is the anti-nutitional substance as antitrypsin content which might reduce the bioavailability of the nutrients. One alternative to effort this problem is germination. The research aims to identify the functional and chemical properties sprouts flour and to evaluate the physiological effect of sprouts flour flakes in rats including the hipocholesterolemic properties and possibility of improving colon health. This research was conducted in three stages. The design used was completely randomized design. In the first stage, six series of germination time (0, 24, 36, 48, 60 and 72 hours) were evaluated to determine the optimal duration of germination based on the the functional properties of the pigeonpea sprout flour and the activity of the antitrypsin, following by identification of chemical properties such as proximate composition, and dietary fibre as well as resistant starch content. The second stage evaluated the substitution of wheat flour with pigeon pea sprout flour in the production of flakes. Five formula with the ratio of wheat-pigeon pea sprout flour: ( 30:70), (40:60). (50:50). (60:40) and (70:30) were evaluated base on the its sensorial properties. In the last stage, the physiological effect of pigeon peas sprout flour were studied in Wistar rats, in comparison with pigeon pea flour and flakes formulated with wheat-pigeon pea sprout flour. Twenty eight of male healty rats were devided into 4 groups of 7 rats. They were fed with 4 different diets including standard (S), pigeon pea flour (TKG), pigeon pea sprouts flour (TKKG) and flakes formulated with wheat-pigeon pea sprout flour (FTKKG). The results showed that the optimal germination time is 48 hours. This germination resulted of pigeon pea sprout flour with the functional properties as follows: water holding capacity of % (db), oil holding capacity of % (db), swelling volume of 4.72 ml/g, solubility of 16.95% (db) and wettability of 214 seconds. The chemical characteristics are water content of 8.55% (db), ash content of 4.13% (db), fat content of 7.07% (db), protein 26.83% (db), carbohydrates of 61.98% (db), the antioxidant capacity of ppm GAEAC, dietary fiber of 18.46% (db) consisting of 4.23% soluble dietary fiber (db) and insoluble dietary fiber 14.23% (db), resistant starch content of 37.33% (db) and antitrypsin activity 354,042 UTI / g sample. Based on the effectiveness of index calculation, the results of stage II studies showed that the best formula is 50% flakes bean sprouts pigeonpea flour and 50% wheat, the chemical characteristics of the water content of 2.8% (db), xx
7 ash content of 4.11% (db), protein content of 15.07% (db), fat content 5.36% (db), carbohydrates 75.46% (db), the antioxidant capacity of ppm GAEAC, food fiber 11.87% (db), which consists of 2.55% soluble fiber (db) and 9.32% insoluble fiber (db), as well as resistant starch 26.06% (db). The results of stage III study showed that feeding TKG, TKKG and FTKKG for 28 days can reduce levels of LDL of 4.84%, 73.65% and 24.77% respectively, increase of HDL levels of 78%, 21.94%, and 7.46% respectively, lowering total cholesterol of 20.34%, 41.13% and 20.67% respectively, lower triglycerides (TAG) of 12.28%, 39.16% and 17.72% respectively. In rats, feeding TKG, TKKG and FTKKG able to increase the weight, moisture content, short chain fatty acid, and lower the ph of digesta. This bioassay study indicated that feeding pigeon pea sprouts flour (TKKG) and flakes formulated with wheat-pigeon pea sprout flour (FTKKG) promote the better lipid profile and improving the colon health. Key words: functional properties, sprouts, pigeonpea, physiological effects xxi
8 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kacang-kacangan banyak dikonsumsi sebagai makanan sehari-hari karena merupakan sumber yang baik untuk protein, karbohidrat, serat pangan, lemak, dan mineral (Anderson et al, 1999). Kacang-kacangan khususnya kedelai merupakan sumber asam amino nabati yang lengkap (Kovalenko et al.,, 2006), kaya akan asam lemak tidak jenuh (Lana et al., 2005) dan serat pangan (Chen et al., 2010) serta antioksidan (Cho et al., 2013) yang sangat bermanfaat bagi kesehatan misalnya pencegahan penyakit seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, obesitas, dan juga kanker (Anderson et al., 1999). Telah banyak dilakukan penelitian mengenai kacang-kacangan, namun saat ini lebih banyak terkonsentrasi pada kedelai. Banyak kacang-kacangan lain yang nilai gizinya juga tidak kalah dengan kedelai tetapi belum banyak dieksplorasi misalnya kacang gude (Cajanus cajan (L) Millsp). Kacang gude mengandung gizi yang lengkap yang tidak kalah dengan kedelai. Kandungan gizi kacang per 100 g adalah energi 336 Kal., protein 20,7 g, lemak 1,4 g, karbohidrat 62,0 g, kalsium 125 mg, fosfor 275 mg, besi 4,0 mg, vitamin A 19 RE dan vitamin B1 0,48 mg (Odeny, 2007). Wisaniyasa, et al (2012) melaporkan bahwa kacang gude mengandung serat pangan yang cukup tinggi yaitu serat pangan larut 2,64% dan serat pangan tidak larut 25,59%. Departement of Nutrition, Ministry of Health & Institute of Health (1999) menyatakan bahwa makanan dapat xxii
9 diklaim sebagai sumber serat pangan apabila mengandung minimal serat pangan sebesar 3 g/100 g bahan (Friska, 2002). Dilihat dari kandungan seratnya, data di atas menunjukkan bahwa kacang gude dapat dikategorikan sebagai salah satu sumber serat pangan yang potensial. Sampai saat ini, kacang gude kebanyakan dimanfaatkan sebagai sayur. Seperti kacang-kacangan lainnya, kacang gude juga bisa diolah menjadi tempe, konsentrat, isolate protein dan tepung kacang gude (Odeny, 2007). Diantara produk olahan tersebut tepung gude mempunyai prospek yang cukup baik. Tepung kacang gude dipilih sebagai langkah awal diversifikasi produk kacang gude karena memiliki beberapa keunggulan antara lain: (i) tepung kacang gude dapat lebih luas penggunaannya sebagai bahan baku dalam pembuatan berbagai macam produk olahan pangan, (ii) penyimpanan tepung lebih mudah dan umur simpan lebih lama, (iii) lebih mudah difortifikasi atau disuplementasi jika dalam bentuk tepung, dan (iv) lebih mudah bercampur dengan bahan lain (komposit). Salah satu kendala penggunaan tepung kacang-kacangan adalah adanya zat antigizi yang dapat menurunkan bioavailabilitas zat gizi yang ada di dalamnya. Maka salah satu upaya untuk mengatasi ini adalah dilakukan perlakuan pendahuluan sebelum penepungan untuk menghilangkan zat anti gizi tersebut, yaitu dengan cara perkecambahan. Perkecambahan telah diketahui sebagai proses yang tidak mahal dan teknologi yang efektif dalam meningkatkan kualitas kacang-kacangan. Perkecambahan dapat menyebabkan perubahan pada kandungan nutrisi dan sifat fungsional karena adanya respirasi aerobik dan metabolisme biokimia. xxiii
10 Pada saat perkecambahan terjadi hidrolisis karbohidrat, protein, dan lemak menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana, sehingga meningkatkan bioavailabilitasnya, di samping memberikan efek fisiologis yang lain. Menurut Song et al., (2003) dalam Winarsi (2010) total isoflavon pada biji kedelai 0,25-3 mg/g, jumlah ini meningkat menjadi mg/g pada ekstrak kecambah kacang kedelai. Selain itu, proses perkecambahan mampu menurunkan jumlah komponen antinutrisi misalnya asam fitat (Martin-Cabrejas et al., 2008 serta Lin dan Lai, 2006). Proses perkecambahan juga terbukti mampu meningkatkan kadar serat pangan larut (soluble dietary fibre) dan aktivitas antioksidan pada pembuatan tepung kecambah kacang komak (Lablab purpureus (L.) Sweet)(Anita, 2009). Pengetahuan serat pangan dan antioksidan menjadi menarik karena efek fisiologis yang ditimbulkan. Berbagai penelitian telah mengkaitkan antara serat pangan larut dan antioksidan dengan penyakit hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia yaitu kondisi kadar kolesterol tidak normal, dimana konsentrasi LDL lebih tinggi dan HDL lebih rendah dari standar, yang merupakan faktor resiko penyakit jantung koroner (PJK). Ada banyak faktor resiko PJK, ada yang dapat dimodifikasi dan ada yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang dapat dimodifikasi adalah hipertensi, kolesterol, merokok, aktivitas fisik, obesitas, diet, diabetes mellitus, depresi/stress psikososial dan konsumsi alkohol. Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah usia, riwayat keluarga, jenis kelamin dan etnis (WHO, 2004). Kolesterol merupakan faktor resiko yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan dengan mengkonsumsi makanan xxiv
11 yang dapat menurunkan kolesterol, salah satu kemungkinannya adalah tepung kecambah kacang gude karena kaya serat dan antioksidan. Berdasar kelarutannya serat pangan dibagi menjadi dua yaitu serat larut dalam air (soluble fibre) dan serat tidak larut dalam air (insoluble fibre). Kedua jenis serat ini memiliki efek fisiologis yang berbeda. Marsono (2004) menyatakan bahwa serat larut efektif dalam penurunan glukosa dan kolesterol darah, sedangkan serat tidak larut sangat bagus untuk menjaga kesehatan kolon. Ada lima mekanisme yang dapat menjelaskan mengapa serat pangan dapat menurunkan kolesterol yaitu serat pangan (1) meningkatkan ekskresi empedu, (2) menghambat absorpsi kolesterol, (3) menurunkan availabilitas kolesterol, (4) asam lemak rantai pendek (SCFA) yang dihasilkan dalam fermentasi serat dapat mencegah sintesis kolesterol, dan (5) menurunkan densitas enersi makanan sehingga mengurangi sintesis kolesterol (Marsono, 2004). Berbagai penelitian juga mengkaitkan serat pangan khususnya serat pangan tidak larut dengan penyakit kanker kolon (usus besar). Banyak penelitian telah membuktikan bahwa serat pangan tidak larut air mempunyai sifat mudah menahan air sehingga menyebabkan feses meruah (bulky) dan mudah dikeluarkan, sehingga mampu menjaga kesehatan kolon (Marsono, 2008). Penyebab kanker usus besar diduga karena adanya kontak antara sel-sel dalam usus besar dengan senyawa karsinogen dalam konsentrasi tinggi serta dalam waktu yang lebih lama. Beberapa hipotesis dikemukakan mengenai mekanisme serat pangan dalam mencegah kanker usus besar yaitu (i) sifat meruah feses yang kaya serat pangan menyebabkan pengenceran isi kolon, mempersingkat waktu transit sehingga xxv
12 mengurangi aksi karsinogenik dan mengurangi substrat untuk produksi karsinogen oleh bakteri, (ii) asam lemak rantai pendek atau short chain fatty acid (SCFA) hasil fermentasi serat memberikan suasana asam dan dapat menetralkan ammonia, sehingga memberikan kondisi yang tidak cocok untuk pertumbuhan sel tumor, (iii) asam butirat salah satu SCFA dapat menekan pertumbuhan sel kanker (Marsono, 2008). Mengingat kandungan serat pangan kacang gude yang cukup tinggi yaitu serat pangan larut 2,64% dan tidak larut 25,59% yang diduga akan mengalami kenaikan jika dilakukan perkecambahan, maka kemungkinan tepung kecambah yang dihasilkan mempunyai efek fisiologis yaitu mampu bersifat hipokolesterol dan mampu menjaga kesehatan kolon. Kelebihan lain dari kacang gude adalah kandungan antioksidannya. Wisaniyasa, et al (2012) melaporkan bahwa kacang gude mengandung antosianin 35,7 mg/100 g serta total antioksidan 11,04 mg/100 g (equivalent trolox). Kwon (2007) menyatakan bahwa antosianin membantu pengeluaran kolesterol dari jaringan perifer menuju hepar dan selanjutnya dikeluarkan melalui ekskresi bilier. Mekanisme antioksidan dalam menurunkan kolesterol adalah antioksidan berperan dalam peningkatan konversi kolesterol di dalam hati menjadi asam empedu, selanjutnya asam empedu ini disekresi ke dalam usus sampai akhirnya masuk ke kolon sebagai kolesterol digesta sekum (Chopra and Thurnham, 1999). Beberapa penelitian tepung kecambah kacang gude memang sudah pernah dilakukan. Penelitian tentang kecambah kacang gude pernah xxvi
13 dilakukan oleh Okereke (2010). Perkecambahan dilakukan setelah dilakukan perendaman selama 36 jam dengan penggantian air setiap 6 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkecambahan menyebabkan kadar air, protein, serat kasar dan karbohidrat tepung yang dihasilkan meningkat sedangkan kadar lemak mengalami penurunan. Perkecambahan tidak mempengaruhi karakteristik sensoris tepung secara signifikan (Okereke, 2010). Perkecambahan kacang gude juga mampu meningkatkan kapasitas pengikatan air, aktifitas emulsi, namun menurunkan sifat gelation dan wettability dari tepung yang dihasilkan (Okereke, 2008). Proses biokimia yang terjadi selama perkecambahan akan mengalami perubahan setiap waktu. Pada lama waktu perkecambahan yang berbeda, perubahan biokimia yang terjadi pada kecambah kacang gude kemungkinan juga berbeda pula. Dari penelitian yang telah dilakukan, belum ada yang mengungkap tentang pengaruh lama waktu perkecambahan terhadap sifat fungsional dan kimia tepung kecambah kacang gude serta bagaimana efek fisiologis dari tepung kecambah kacang gude dan produk pangan yang dihasilkan yaitu flakes. Dalam penelitian ini produk pangan yang akan dibuat yaitu flakes tepung kecambah kacang gude. Dalam pembuatan flakes, yang diuji adalah perbandingan penggunaan terigu dan tepung kecambah kacang gude. Perbandingan terigu dan tepung kecambah kacang gude akan berpengaruh terhadap warna, aroma, tekstur, rasa dan penerimaan keseluruhan flakes yang dihasilkan. Dipilihnya produk jajanan flakes karena mudah preparasinya, xxvii
14 praktis penggunaannya dan cukup tinggi preferensi konsumen atas produk ini serta kandungan serat pangan yang tinggi. Efek fisiologis yang akan dikaji adalah efek hipokolesterolemik (perbaikan dislipidemia) dan efek yang terkait dengan parameter kesehatan kolon. Meskipun tepung kecambah kaya akan antioksidan dan serat pangan yang kedua-duanya dapat memberikan efek fisiologis tertentu, tetapi kajian dalam penelitian ini hanya difokuskan pada peran serat pangan terhadap dua efek fisiologis tersebut di atas. Dengan latar belakang seperti tersebut di atas, maka akan dilakukan penelitian tentang sifat fungsional, kimia dan efek fisiologis tepung kecambah kacang gude serta karakter produk pangan yang dihasilkan yaitu flakes tepung kecambah kacang gude. 1.2 Rumusan Masalah 1. Apakah lama waktu perkecambahan berpengaruh terhadap sifat fungsional (kapasitas penyerapan air, kapasitas penyerapan minyak, swelling volume, kelarutan dan wettability) serta aktivitas anti tripsin tepung kecambah kacang gude? 2. Bagaimanakah perbedaan sifat kimia (komposisi proksimat, kapasitas antioksidan, kadar serat pangan dan pati resisten) tepung kecambah kacang gude dengan tepung kacang gude? xxviii
15 3. Berapakah rasio tepung kecambah kacang gude dan terigu yang tepat sehingga dihasilkan flakes tepung kecambah kacang gude yang paling disukai oleh panelis? 4. Bagaimanakah efek fisiologis tepung kecambah kacang gude dan flakes tepung kecambah kacang gude terkait dengan perbaikan profil lipid? 5. Bagaimanakah efek fisiologis tepung kecambah kacang gude dan flakes tepung kecambah kacang gude terkait dengan parameter kesehatan kolon ditinjau dari sifat fisik dan kimia digesta? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum: Mengevaluasi sifat fungsional, kimia dan efek fisiologis tepung kecambah kacang gude serta produk pangan yang dihasilkan yaitu flakes tepung kecambah kacang gude. Tujuan khusus: 1. Mengetahui pengaruh lama waktu perkecambahan terhadap sifat fungsional (kapasitas penyerapan air, kapasitas penyerapan minyak, swelling volume, kelarutan dan wettability) dan aktivitas anti tripsin tepung kecambah kacang gude. 2. Mengetahui sifat kimia (komposisi proksimat, kapasitas antioksidan kadar serat pangan dan pati resisten tepung kecambah kacang gude). xxix
16 3. Menentukan rasio tepung kecambah kacang gude dan terigu yang tepat sehingga dihasilkan flakes tepung kecambah kacang gude yang paling disukai oleh panelis. 4. Mendapatkan informasi tentang efek fisiologis tepung kecambah kacang gude dan flakes tepung kecambah kacang gude terkait dengan perbaikan profil lipid (kolesterol LDL, kolesterol HDL, kolesterol total dan trigliserida). 5. Mendapatkan informasi tentang efek fisiologis tepung kecambah kacang gude dan flakes tepung kecambah kacang gude terkait dengan parameter kesehatan kolon (berat digesta, kadar air digesta, kadar SCFA, ph digesta dan kolesterol digesta). 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : a). Manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan sbb.: 1. Memberikan informasi tentang sifat fungsional tepung kecambah kacang gude. 2. Memberikan informasi tentang komposisi kimia, kapasitas antioksidan, serat pangan dan pati resisten tepung kecambah kacang gude. 3. Memberikan informasi tentang proporsi tepung kecambah kacang gude untuk substitusi terigu pada pembuatan flakes tepung kecambah kacang gude. xxx
17 4. Memberikan informasi tentang efek kesehatan tepung kecambah kacang gude b). Manfaat praktis sbb.: Meningkatkan nilai guna kacang gude yang selama ini hanya dipakai sayur, sebagai bahan baku flakes yang mempunyai efek fisiologis terhadap perbaikan profil lipid dan berpotensi menyehatkan kolon. DAFTAR TABEL Halaman : 2.1 Komposisi kimia per 100 g kacang gude 13 xxxi
18 2.2 Standar Mutu Flakes Persentase tepung kecambah kacang gude dan terigu Formula flakes tepung kecambah kacang gude (per 100 g) Kriteria uji hedonik terhadap warna Kriteria uji hedonik terhadap aroma Kriteria uji hedonik terhadap tekstur Kriteria uji hedonik terhadap rasa Kriteria uji hedonik terhadap penerimaan keseluruhan Komposisi pakan hiperkolesterol, pakan kacang gude, pakan tepung kecambah kacang gude dan flakes tepung kecambah kacang gude per 1000 g pakan Kapasitas penyerapan air, kapasitas penyerapan minyak, swelling volume, kelarutan dan wettability tepung kecambah kacang gude pada berbagai lama waktu perkecambahan Aktivitas anti tripsin tepung kecambah kacang gude (UTI/g sampel) Hasil uji indeks efektifitas penetapan perlakuan terbaik Kadar air, abu, protein, lemak, karbohidrat, kapasitas antioksidan, serat pangan dan pati resisten tepung kacang gude dan tepung kecambah kacang gude Nilai rata-rata uji hedonik warna, aroma, tekstur, rasa dan penerimaan keseluruhan flakes tepung kecambah kacang gude Hasil uji indeks efektifitas penentuan perlakuan terbaik formula flakes Kadar LDL serum (mg/dl) tikus sebelum dan setelah mendapat konsumsi diet Standar,TKG (tepung kacang gude), TKKG (tepung kecambah kacang gude) dan FTKKG (flakes tepung kecambah kacang gude) selama 4 minggu penelitian Kadar HDL serum (mg/dl) tikus sebelum dan setelah mendapat konsumsi diet Standar, TKG (tepung kacang gude), TKKG (tepung kecambah kacang gude) dan FTKKG (flakes tepung kecambah kacang gude) selama 4 minggu penelitian xxxii
19 5.9 Kadar kolesterol total serum (mg/dl) tikus sebelum dan setelah mendapat konsumsi diet Standar, TKG (tepung kacang gude), TKKG (tepung kecambah kacang gude) dan FTKKG (flakes tepung kecambah kacang gude) selama 4 minggu penelitian Kadar trigliserida serum (mg/dl) tikus sebelum dan setelah mendapat konsumsi diet Standar, TKG (tepung kacang gude), TKKG (tepung kecambah kacang gude) dan FTKKG (flakes tepung kecambah kacang gude) selama 4 minggu penelitian Berat digesta tikus setelah mendapat konsumsi diet Standar, TKG (tepung kacang gude), TKKG (tepung kecambah kacang gude) dan FTKKG (flakes tepung kecambah kacang gude) selama 4 minggu penelitian Kadar air digesta sekum tikus setelah mendapat konsumsi diet Standar, TKG (tepung kacang gude), TKKG (tepung kecambah kacang gude) dan FTKKG (flakes tepung kecambah kacang gude) selama 4 minggu penelitian Kadar SCFA digesta sekum tikus setelah mendapat konsumsi diet Standar, TKG (tepung kacang gude), TKKG (tepung kecambah kacang gude) dan FTKKG (flakes tepung kecambah kacang gude) selama 4 minggu penelitian Rasio molar SCFA digesta sekum tikus setelah mendapat konsumsi diet Standar, TKG (tepung kacang gude), TKKG (tepung kecambah kacang gude) dan FTKKG (flakes tepung kecambah kacang gude) selama 4 minggu penelitian ph digesta tikus setelah mendapat konsumsi diet Standar, TKG (tepung kacang gude), TKKG (tepung kecambah kacang gude) dan FTKKG (flakes tepung kecambah kacang gude) selama 4 minggu penelitian Kadar kolesterol digesta sekum tikus setelah mendapat konsumsi diet Standar, TKG (tepung kacang gude), TKKG (tepung kecambah kacang gude) dan FTKKG (flakes tepung kecambah kacang gude) selama 4 minggu penelitian Berbagai penelitian yang pernah dilaporkan dan perbedaannya dengan penelitian ini 151 DAFTAR GAMBAR Halaman : xxxiii
20 2.1 Biji Kacang Gude (Cajanus cajan (L.) Millsp.) Kerangka berpikir Kerangka konsep penelitian Skema penelitian Proses Pembuatan Kecambah Kacang Gude (Okereke, 2008 yang dimodifikasi) Proses pembuatan tepung kecambah kacang gude Proses pembuatan tepung kacang gude Diagram alir pembuatan flakes berbasis tepung kecambah kacang gude (Rahayu, 2011 yang dimodifikasi) Diagram alir proses pelaksanaan penelitian Tahap III Diagram alir penentuan aktivitas antioksidan metode DPPH (Yun, 2001) Penurunan aktivitas antitripsin (%) selama perkecambahan 24 sampai dengan 72 jam Jumlah asupan pakan harian tikus (g) selama penelitian dari minggu 0 IV Berat badan tikus (g) selama penelitian dari minggu 0 - IV Feed Efesiensi Ratio (%) tikus setelah mendapat konsumsi diet yang berbeda : S (Standar), TKG (tepung kacang gude), TKKG (tepung kecambah kacang gude) dan FTKKG (flakes tepung kecambah kacang gude) selama 4 minggu penelitian Perubahan kadar LDL (mg/dl) tikus setelah mendapat konsumsi diet yang berbeda : S (Standar), TKG (tepung kacang gude), TKKG (tepung kecambah kacang gude) dan FTKKG (flakes tepung kecambah kacang gude) selama 4 minggu penelitian Perubahan kadar HDL (mg/dl) tikus setelah mendapat konsumsi diet yang berbeda: S (Standar), TKG (tepung kacang gude), TKKG (tepung kecambah kacang gude) dan FTKKG (flakes tepung kecambah kacang gude) selama 4 minggu penelitian Perubahan kadar kolesterol total (mg/dl) tikus setelah mendapat konsumsi diet yang berbeda: Standar,TKG (tepung kacang gude), xxxiv
21 TKKG (tepung kecambah kacang gude) dan FTKKG (flakes tepung kecambah kacang gude) selama 4 minggu penelitian Perubahan kadar trigliserida (mg/dl) tikus setelah mendapat konsumsi diet yang berbeda: Standar, TKG (tepung kacang gude), TKKG (tepung kecambah kacang gude) dan FTKKG (flakes tepung kecambah kacang gude) selama 4 minggu penelitian xxxv
BAB I PENDAHULUAN. dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan menjadi salah satu hal penting dalam penentu kesehatan dan metabolisme dalam tubuh. Kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi makanan yang sehat masih rendah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi industri. Salah satu karakteristik dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pisang merupakan buah-buahan dengan jenis yang banyak di Indonesia diantaranya pisang ambon, pisang raja, pisang mas, pisang kepok dan masih banyak lagi. Menurut Kementrian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsumsi diet tinggi lemak dan fruktosa di masyarakat saat ini mulai meningkat. Peningkatan asupan lemak sebagian besar berasal dari tingginya konsumsi junk food dan
Lebih terperinciSURAT PERNYATAAN. Bukit Jimbaran, Oktober 2016 I GUSTI AYU MADE NADYA CITRA D. NIM
SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: Pengaruh Substitusi Terigu Dengan Tepung Kecambah Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L) Terhadap Karakteristik Cookies adalah karya
Lebih terperinciFORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI
FORMULASI COOKIES DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG KACANG MERAH : EVALUASI SIFAT SENSORIS, FISIK, DAN KIMIA SKRIPSI OLEH : CHRISTINA EVELINE 6103007082 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peningkatan kadar kolesterol serum (hiperkolesterolemia) merupakan salah satu tanda gangguan metabolisme lipid (dislipidemia). Konsekuensi utama hiperkolesterolemia
Lebih terperinciPENGARUH PERBEDAAN JENIS LARUTAN DAN WAKTU PERENDAMAN KACANG KORO PEDANG
PENGARUH PERBEDAAN JENIS LARUTAN DAN WAKTU PERENDAMAN KACANG KORO PEDANG (Canavalia ensiformis) TERHADAP SIFAT FUNGSIONAL DAN KADAR HCN TEPUNG KORO PEDANG (Canavalia ensiformis) SKRIPSI OLEH: CHRISTINA
Lebih terperinciNILAI NUTRISI DAN SIFAT FUNGSIONAL KESEHATAN PROTEIN RICH FLOUR (PRF) KORO KRATOK (Phaseolus lunatus L.) SKRIPSI
NILAI NUTRISI DAN SIFAT FUNGSIONAL KESEHATAN PROTEIN RICH FLOUR (PRF) KORO KRATOK (Phaseolus lunatus L.) SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
Lebih terperinciNILAI NUTRISI DAN FUNGSIONAL KESEHATAN PROTEIN RICH FLOUR (PRF) KORO KOMAK (Lablab purpureus (L) sweet ) SKRIPSI
NILAI NUTRISI DAN FUNGSIONAL KESEHATAN PROTEIN RICH FLOUR (PRF) KORO KOMAK (Lablab purpureus (L) sweet ) SKRIPSI Oleh: Andri Pamungkas NIM. 031710101069 JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, penyebab kematian di dunia telah mengalami pergeseran dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular. Menurut data American Heart Association (AHA)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di pasar saat ini adalah berbentuk flake. Sereal dalam bentuk flake dianggap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan gaya hidup menuntut semua serba cepat dan praktis, tidak terkecuali makanan, sehingga permintaan akan sereal sarapan yang praktis dan bergizi semakin meningkat.
Lebih terperinciABSTRACT THE EFFECT OF OLIVE OIL ADDITION INTO OATMEAL IN LOWERING BLOOD TOTAL CHOLESTEROL AND LDL (LOW DENSITY LIPOPROTEIN) IN WISTAR STRAIN RAT
ABSTRACT THE EFFECT OF OLIVE OIL ADDITION INTO OATMEAL IN LOWERING BLOOD TOTAL CHOLESTEROL AND LDL (LOW DENSITY LIPOPROTEIN) IN WISTAR STRAIN RAT Sebastian Hadinata, 2014, 1 st Tutor : Heddy Herdiman,
Lebih terperinciABSTRAK. EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN
ABSTRAK EFEKTIVITAS EKSTRAK KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus polyrhizus) TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS WISTAR JANTAN Steffanny H H Katuuk, 1310114, Pembimbing I : Lusiana Darsono,
Lebih terperinciPENGARUH PERBANDINGAN TERIGU DAN TEPUNG BEKATUL BERAS MERAH TERHADAP KARAKTERISTIK BISKUIT SKRIPSI
PENGARUH PERBANDINGAN TERIGU DAN TEPUNG BEKATUL BERAS MERAH TERHADAP KARAKTERISTIK BISKUIT SKRIPSI Oleh : I MADE DWI CAHYADI PUTRA NIM : 1011105030 JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. berlebihan dapat disinyalir menyebabkan penyakit jantung dan kanker. Menurut
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut data WHO (2000), 57 juta angka kematian di dunia setiap tahunnya disebabkan oleh penyakit tidak menular dan sekitar 3,2 juta kematian disebabkan oleh penyakit
Lebih terperinciKARAKTERISTIK SIFAT FUNGSIONAL KACANG MERAH REBUS DENGAN VARIASI WAKTU PEREBUSAN SKRIPSI OLEH: RICHARD WANG
KARAKTERISTIK SIFAT FUNGSIONAL KACANG MERAH REBUS DENGAN VARIASI WAKTU PEREBUSAN SKRIPSI OLEH: RICHARD WANG 6103009109 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA
Lebih terperinciTERHADAP PERBAIKAN KADAR LIPID SERUM DARAH MENCIT
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seiring dengan adanya perubahan zaman di kota-kota besar yang berpengaruh pada pola hidup dan pola makan masyarakat yang kurang sehat yaitu makanan yang mengandung
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya status ekonomi masyarakat dan banyaknya iklan produk-produk pangan menyebabkan perubahan pola konsumsi pangan seseorang. Salah satunya jenis komoditas pangan
Lebih terperinciNILAI NUTRISI DAN SIFAT FUNGSIONAL KESEHATAN PROTEIN RICH FLOUR (PRF) KORO KRATOK (Phaseolus lunatus L.) SKRIPSI
NILAI NUTRISI DAN SIFAT FUNGSIONAL KESEHATAN PROTEIN RICH FLOUR (PRF) KORO KRATOK (Phaseolus lunatus L.) SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pembuatan tempe, tahu, kecap, oncom, susu, dan lain-lain. Kacangkacangan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang-kacangan (Leguminosa), seperti kacang hijau, kacang tolo, kacang gude, kacang merah, kacang kedelai, dan kacang tanah, sudah dikenal dan dimanfaatkan secara luas
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peningkatan angka insiden dan prevalensi penyakit degeneratif di berbagai
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insiden dan prevalensi penyakit degeneratif di berbagai penjuru dunia. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi menyebabkan terjadinya perubahan pada berbagai aspek kehidupan manusia, salah satunya adalah aspek informasi. Kemudahan dalam mengakses informasi
Lebih terperinciMilik MPKT B dan hanya untuk dipergunakan di lingkungan akademik Universitas Indonesia
umumnya digunakan untuk menggambarkan makanan yang dianggap bermanfaat bagi kesehatan, melebihi diet sehat normal yang diperlukan bagi nutrisi manusia. Makanan Sehat "Makanan Kesehatan" dihubungkan dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian R. Mia Ersa Puspa Endah, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Energi dibutuhkan oleh manusia dalam melakukan aktiftasnya. Energi didapatkan dari makanan sehari-hari yang dikonsumsi. Sebagai sumber energi, lemak memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit jantung merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Menurut Badan Kesehatan Dunia, 60 % dari seluruh penyebab kematian akibat penyakit jantung adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kolesterol yang meningkat dapat memfasilitasi proses penyempitan pembuluh. terjadinya penyakit jantung dan stroke (Davey, 2006).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hiperkolesterolemia adalah kelebihan kolesterol di dalam darah. Kadar kolesterol yang meningkat dapat memfasilitasi proses penyempitan pembuluh darah atau aterosklerosis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit degeneratif seperti hipertensi, diabetes melitus, dan jantung koroner merupakan beberapa penyakit yang menjadi suatu permasalahan cukup besar saat
Lebih terperinciPENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG AMPAS TAHU DENGAN TERIGU TERHADAP KARAKTERISTIK FLAKES SKRIPSI
PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG AMPAS TAHU DENGAN TERIGU TERHADAP KARAKTERISTIK FLAKES SKRIPSI Oleh : DEWA AYU PUTU DIAH RATNA SARI NIM : 1011105029 JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Lebih terperinciPENGARUH SUBSTITUSI OAT BRAN PADA SOSIS TEMPE TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN SENSORIS
PENGARUH SUBSTITUSI OAT BRAN PADA SOSIS TEMPE TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA, DAN SENSORIS THE EFFECT OF SUBSTITUTION OF OAT BRAN ON TEMPEH SAUSAGE TO THE PHYSICAL, CHEMICAL, AND SENSORY CHARACTERISTICS
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH AIR SEDUHAN BEKATUL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK
ABSTRAK PENGARUH AIR SEDUHAN BEKATUL TERHADAP KADAR TRIGLISERIDA SERUM TIKUS WISTAR YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK Ivanna Valentina, 2012; Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M. Kes. Pembimbing II
Lebih terperinciABSORPSI MINERAL DAN KADAR LEMAK DARAH PADA TIKUS YANG DIBERI SERAT AMPAS TEH HASIL MODIFIKASI MELALUI FERMENTASI DENGAN Aspergillus niger
ABSORPSI MINERAL DAN KADAR LEMAK DARAH PADA TIKUS YANG DIBERI SERAT AMPAS TEH HASIL MODIFIKASI MELALUI FERMENTASI DENGAN Aspergillus niger SKRIPSI ESTY SETIA LESTARI PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nurfahmia Azizah, 2015
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Antioksidan adalah substansi yang diperlukan tubuh untuk menetralisir radikal bebas dan mencegah kerusakan akibat radikal bebas terhadap sel normal pada tubuh yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelai terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam
Lebih terperinciABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN
ABSTRAK EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN Richard Ezra Putra, 2010. Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II: Fen Tih,
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Proksimat Sampel Tabel 8 menyajikan data hasil analisis proksimat semua sampel (Lampiran 1) yang digunakan pada penelitian ini. Data hasil analisis ini selanjutnya
Lebih terperincimi. Sekitar 40% konsumsi gandum di Asia adalah mi (Hoseney, 1994).
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mi bukan merupakan makanan asli budaya Indonesia. Meskipun masih banyak jenis bahan makanan lain yang dapat memenuhi karbohidrat bagi tubuh manusia selain beras, tepung
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi
I PENDAHULUAN Bab ini akan menguraikan mengenai : (1.1.) Latar Belakang, (1.2.) Identifikasi Masalah, (1.3.) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4.) Manfaat Penelitian, (1.5.) Kerangka Pemikiran, (1.6.) Hipotesis
Lebih terperinciPENGARUH WAKTU PENGUKUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KACANG MERAH HASIL PENYANGRAIAN SKRIPSI OLEH: NOVITA KRISTANTI
PENGARUH WAKTU PENGUKUSAN TERHADAP KARAKTERISTIK TEPUNG KACANG MERAH HASIL PENYANGRAIAN SKRIPSI OLEH: NOVITA KRISTANTI 6103012126 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tumbuhan. Secara alami pati ditemukan dalam bentuk butiran-butiran yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pati merupakan polimer glukosa yang banyak ditemukan dalam jaringan tumbuhan. Secara alami pati ditemukan dalam bentuk butiran-butiran yang disebut granula. Granula
Lebih terperinciABSTRAK. Maria Vita Widiyaningsih (2017): Pembimbing I : Lisawati Sadeli,dr.,M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti,dr. M.Kes
ABSTRAK PENGARUH BUBUR KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS WISTAR JANTAN (Rattus norvegicus) YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK Maria Vita Widiyaningsih (2017):
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang berkhasiat bagi kesehatan (pangan fungsional). atau lebih komponen pangan yang berdasarkan kajian ilmiah mempunyai fungsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini masyarakat semakin menyadari bahwa fungsi pangan, tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh, tetapi juga diharapkan dapat memberikan manfaat
Lebih terperinci1 I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Fase perkembangan fisik dan fungsi fisiologis bayi sangat didukung oleh terpenuhinya kebutuhan gizi dalam makanannya. Pada usia 6 bulan pertama, kebutuhan gizi bayi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. traditional lifestyle menjadi sedentary lifestyle (Hadi, 2005). Keadaan ini
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan disertai dengan peningkatan perekonomian mengubah gaya hidup masyarakat (terutama diperkotaan) dari traditional lifestyle menjadi
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : puree labu kuning, tapioka, bika ambon.
Hindun Tristya Zumrotin. 1211105021. Pengaruh Perbandingan Puree Labu Kuning (Cucurbita moschata ex. Poir) dan Tapioka Terhadap Karakteristik Bika Ambon. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. I Made Sugitha,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat praktis. Salah satu contohnya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pola hidup masyarakat modern cenderung memilih sesuatu yang bersifat praktis. Salah satu contohnya dalam memenuhi kebutuhan nutrisi yang lebih suka mengkonsumsi makanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu produk olahan susu di Indonesia yang berkembang pesat adalah es krim. Produk ini banyak digemari masyarakat, mulai dari anak anak hingga dewasa karena rasanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kuning melalui proses fermentasi jamur yaitu Rhizopus oryzae, Rhizopus stolonifer, atau Rhizopus oligosporus. Tempe dikenal sebagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai beranekaragam biji-bijian kacang polong yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan tempe seperti kacang merah, kacang hijau, kacang tanah, biji kecipir,
Lebih terperinciPEMBUATAN CAKE TANPA GLUTEN DAN TELUR DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID
PEMBUATAN CAKE TANPA GLUTEN DAN TELUR DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID SKRIPSI OLEH : BOSVIN ABDALLA TAMBUNAN 100305047 PROGRAM STUDI
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KIMIA DAN FUNGSIONAL TEPUNG BIJI DURIAN TERMODIFIKASI (Durio zibethinus Murr)
KARAKTERISTIK KIMIA DAN FUNGSIONAL TEPUNG BIJI DURIAN TERMODIFIKASI (Durio zibethinus Murr) SKRIPSI Oleh: M. AZMI AL ZUHRI 080305001/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS
Lebih terperinciKARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN SENSORI COOKIES DARI TEPUNG KOMPOSIT (BERAS MERAH, KACANG MERAH DAN MOCAF)
i KARAKTERISASI SIFAT FISIKO-KIMIA DAN SENSORI COOKIES DARI TEPUNG KOMPOSIT (BERAS MERAH, KACANG MERAH DAN MOCAF) SKRIPSI Oleh: JULIARDO ESTEFAN PURBA 120305048/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN PROGRAM STUDI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan terjadinya peningkatan akumulasi lemak tubuh yang disebabkan oleh asupan kalori yang melebihi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal yang tertulis dalam Peraturan Presiden RI Nomor 22 tahun 2009 merupakan strategi untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegemukan atau obesitas telah menjadi hal yang dikhawatirkan banyak orang sejak dahulu. Hal ini tak lepas dari berbagai penyakit yang dapat diakibatkan oleh obesitas.
Lebih terperinciABSTRAK. EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) DALAM MENURUNKAN KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN
ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) DALAM MENURUNKAN KADAR TRIGLISERIDA TIKUS WISTAR JANTAN Tria Pertiwi, 2014 Pembimbing I Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. Pembimbing
Lebih terperinci1 I PENDAHULUAN. yang cukup baik terutama kandungan karbohidrat yang tinggi.
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1.1) Latar Belakang, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tempe merupakan makanan tradisional khas Indonesia, sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tempe merupakan makanan tradisional khas Indonesia, sebagian besar masyarakat Indonesia menjadikan tempe sebagai lauk pauk pendamping makanan pokok. Menurut data dari
Lebih terperinciEVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM
EVALUASI KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN SENSORI ROTI DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS, UBI KAYU, KENTANG DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN XANTHAN GUM SKRIPSI Oleh: FORIANUS WARUWU 090305025/ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi, diberikan kepada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. dalam setiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rata-rata Kadar Kolesterol Daging pada Ayam Broiler Ulangan
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pengaruh Susu Sapi, Kedelai Fermentasi dan Kombinasinya Terhadap Kolesterol Daging Ayam Broiler. Hasil pengatamatan kadar kolesterol daging pada ayam broiler pada penelitian
Lebih terperinciABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK
ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK Andry Setiawan Lim, 2012, Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes. Pembimbing II: Sijani
Lebih terperinciEFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA(
ABSTRAK EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA(Vernonia amygdalina Del), TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR YANG DI INDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK Elton Fredy Kalvari, 2015 ;Pembimbing
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gaya makanan junk food dan fast food yang tren di tengah masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) menuntut sumber daya manusia yang berkualitas. Namun, seiring dengan kemajuannya, kesehatan yang
Lebih terperinciKADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI
KADAR PROTEIN, SIFAT FISIK DAN DAYA TERIMA KULIT BAKPIA YANG DISUBSTITUSI TEPUNG JAGUNG NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: NUR AINI ERNA ROSTIAMINASIH J 310 090 008 PROGRAM STUDI S1 GIZI FAKULTAS ILMU KESEHATAN
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: HDL, ekstrak etanol, ekstrak protein, fraksi etil asetat, kedelai.
ABSTRAK PERBANDINGAN EFEK EKSTRAK ETANOL, EKSTRAK PROTEIN BIJI KEDELAI DAN FRAKSI ETIL ASETAT TEMPE KEDELAI Detam 1 TERHADAP KADAR HDL SERUM MENCIT GALUR Balb/C JANTAN Allen Albert Pelapelapon, 2011. Pembimbing
Lebih terperinciDAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS... ABSTRAK... HALAMAN PENGESAHAN... RIWAYAT HIDUP PENULIS... vi KATA PENGANTAR...
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS... ABSTRAK... HALAMAN PENGESAHAN... ii iii v RIWAYAT HIDUP PENULIS... vi KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR
Lebih terperinciPEMBUATAN SPONGE CAKE BEBAS GLUTEN DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID
PEMBUATAN SPONGE CAKE BEBAS GLUTEN DARI TEPUNG KOMPOSIT BERAS KETAN, UBI KAYU, PATI KENTANG, DAN KEDELAI DENGAN PENAMBAHAN HIDROKOLOID SKRIPSI Oleh: RIRIS MARITO SIMATUPANG 100305017/ILMU DAN TEKNOLOGI
Lebih terperinciPROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA DENGAN PENAMBAHAN JEROAN SKRIPSI AZIZ BAHAUDIN
PROFIL LEMAK DARAH DAN RESPON FISIOLOGIS TIKUS PUTIH YANG DIBERI PAKAN GULAI DAGING DOMBA DENGAN PENAMBAHAN JEROAN SKRIPSI AZIZ BAHAUDIN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT
Lebih terperinciSKRIPSI. Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pangan. Oleh : SISKA SANITA
OPTIMALISASI TEPUNG PISANG (KEPOK PUTIH, RAJA ULI, DAN TANDUK) DALAM FORMULASI MIE KERING : EVALUASI FISIK, KIMIA, DAN SENSORIS OPTIMALISATION BANANA FLOUR (KEPOK PUTIH, RAJA ULI AND TANDUK) IN THE FORMULATION
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Dislipidemia Dislipidemia adalah suatu keadaan terganggunya metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan kadar kolesterol total, kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL),
Lebih terperinciABSTRAK. Ronauly V. N, 2011, Pembimbing 1: dr. Sijani Prahastuti, M.Kes Pembimbing 2 : Prof. DR. Susy Tjahjani, dr., M.Kes
ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL LDL DAN PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL DISLIPIDEMIA Ronauly V. N, 2011,
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hiperlipidemia atau hiperkolesterolemia termasuk salah satu abnormalitas fraksi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dislipidemia Hiperlipidemia merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kadar kolesterol dengan atau tanpa peningkatan kadar trigliserida dalam darah. Hiperlipidemia
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai macam masalah. Menurut McCarl et al., (2001),
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bidang pangan telah menjadi aspek yang penting karena berkaitan erat dengan kebutuhan pokok masyarakat. Pada umumnya, masalah yang berkaitan dengan pangan dapat menjadi
Lebih terperinciPENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)
PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max) Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kacang kedelai merupakan salah satu tanaman multiguna, karena dapat digunakan sebagai pangan, pakan, maupun bahan baku industri. Kedelai adalah salah satu tanaman jenis
Lebih terperinci1 I PENDAHULUAN. Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis Penelitian, dan (1.7) Waktu
1 I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai: (1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi Masalah, (1.3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5) Kerangka Pemikiran, (1.6) Hipotesis
Lebih terperinciKata kunci: Kolesterol LDL, kolesterol HDL, daun jambu biji (Psidium guajava Linn.), tikus wistar
ABSTRAK EFEK EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL LDL DAN HDL TIKUS WISTAR JANTAN Ester Farida Manalu, 2014: Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes
Lebih terperinciPROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG GULAI DAGING DOMBA SKRIPSI ETIK PIRANTI APRIRIA
PROFIL TRIGLISERIDA DAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIBERI PAKAN MENGANDUNG GULAI DAGING DOMBA SKRIPSI ETIK PIRANTI APRIRIA PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berpendapat usia setiap manusia sudah ditentukan oleh Tuhan, sampai usia. tertentu, yang tidak sama pada setiap manusia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penuaan atau aging process adalah suatu proses bertambah tua atau adanya tanda-tanda penuaan setelah mencapai usia dewasa. Secara alamiah seluruh komponen tubuh pada
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang menghasilkan berbagai macam komoditi pangan pertanian, tetapi kemampuan produksi pangan di Indonesia dari tahun ke tahun semakin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penderitanya mengalami peningkatan yang cukup pesat dari tahun ke tahun.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang jumlah penderitanya mengalami peningkatan yang cukup pesat dari tahun ke tahun. Menurut data yang dikeluarkan
Lebih terperinciSTUDI SIFAT FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG KACANG MERAH DAN TEPUNG TEMPE KACANG MERAH. (Phaseolus vulgaris L.) SKRIPSI
STUDI SIFAT FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG KACANG MERAH DAN TEPUNG TEMPE KACANG MERAH (Phaseolus vulgaris L.) SKRIPSI Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknologi
Lebih terperinciPENGARUH PROPORSI TAPIOKA DAN TEPUNG BERAS MERAH TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BERAS MERAH SKRIPSI
PENGARUH PROPORSI TAPIOKA DAN TEPUNG BERAS MERAH TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK KERUPUK BERAS MERAH SKRIPSI OLEH: BERNADETTE MAUREEN SOEWANDI 6103008100 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar yang penting bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Pemenuhan kebutuhan pangan dapat dilakukan dengan mengoptimalkan penggunaan sumber
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kolesterol terbentuk secara alamiah. Dari segi ilmu kimia, kolesterol merupakan senyawa kompleks yang dihasilkan oleh tubuh bermacammacam fungsi, lain untuk membuat
Lebih terperinciPEMANFAATAN BEKATUL DAN TEPUNG JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KUE KERING (COOKIES) MAKALAH KOMPREHENSIF
PEMANFAATAN BEKATUL DAN TEPUNG JAGUNG SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN KUE KERING (COOKIES) MAKALAH KOMPREHENSIF OLEH: DANIEL ANDI PURNOMO 6103009069 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Lebih terperinci1. PENDAHULUAN. Biji wijen telah lama digunakan sebagai bahan pangan karena nilai gizinya
1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biji wijen telah lama digunakan sebagai bahan pangan karena nilai gizinya yang cukup tinggi. Komposisi utama biji wijen adalah lemak (45-63%), protein (19-31%), karbohidrat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan prevalensi penyakit kardiovaskular dan berakibat kematian. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data epidemiologi, fenomena peningkatan kadar lipid terjadi di sebagian besar populasi masyarakat. Hal tersebut sering dikaitkan dengan peningkatan prevalensi
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu sumber protein hewani yang memiliki nilai gizi tinggi adalah daging dan menduduki peringkat teratas sebagai salah satu sumber protein hewani yang paling banyak
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK GALAKTOMANAN DARI DAGING BUAH KELAPA
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK GALAKTOMANAN DARI DAGING BUAH KELAPA (Cocos Nucifera L.) TERHADAP PENINGKATAN KADAR SCFA (Short Chain Fatty Acid) PADA FECES TIKUS WISTAR JANTAN HIPERKOLESTEROLEMIA SKRIPSI Oleh
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan.
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia bayi dibawah tiga tahun merupakan fase emas pertumbuhan yang harus diberi perhatian khusus karena menentukan kualitas otak bayi kedepan. Winarno dan Rika
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : ampas padat brem, hidrolisis, H 2 SO 4, gula cair
Karina Novita Dewi. 1211205027. 2017. Pengaruh Konsentrasi H 2 SO 4 dan Waktu Hidrolisis terhadap Karakteristik Gula Cair dari Ampas Padat Produk Brem di Perusahaan Fa. Udiyana di bawah bimbingan Dr. Ir.
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.
I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan cara penggorengan.kebutuhan akan konsumsi minyak goreng meningkat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok masyarakat Indonesia. Masyarakat Indonesia tidak dapat lepas dari pengolahan makanan dengan cara penggorengan.kebutuhan
Lebih terperinciKARAKTERISASI FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG KOMPOSIT DARI GANYONG (Canna edulis) DAN KARA PEDANG (Canavalia ensiformis)
KARAKTERISASI FISIK, KIMIA, DAN FUNGSIONAL TEPUNG KOMPOSIT DARI GANYONG (Canna edulis) DAN KARA PEDANG (Canavalia ensiformis) Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana
Lebih terperinciSIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE
SIFAT FISIKOKIMIA DAN ORGANOLEPTIK FLAKE BERAS MERAH DENGAN VARIASI SUHU PEREBUSAN DAN SUHU PENGERINGAN SKRIPSI OLEH: LILY CHANDRA 6103008114 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian,
I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian,
Lebih terperinci