PERUBAHAN PERILAKU SEHAT & TEORI PERUBAHAN PERILAKU SEHAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERUBAHAN PERILAKU SEHAT & TEORI PERUBAHAN PERILAKU SEHAT"

Transkripsi

1 PERUBAHAN PERILAKU SEHAT & TEORI PERUBAHAN PERILAKU SEHAT Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PERILAKU SEHAT Beberapa faktor turut menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku sehat pada seseorang. Faktor-faktor tersebut adalah: 1. Pendidikan Seseorang akan mengubah kebiasaan sehatnya jika mereka memiliki informasi yang baik tentang kebiasaan sehat tersebut. Untuk itu dibutuhkan penyampaian informasi yang bisa diterima oleh seseorang untuk mengubah perilakunya. Berikut adalah berbagai cara komunikasi agar informasi kesehatan dapat diterima dengan efektif (lihat tabel 1). 2. Faktor rasa takut Bila seseorang takut kebiasaan tidak sehat akan mengganggu kesehatannya, maka orang tersebut akan mengubah perilakunya untuk mengurangi rasa takut. Namun demkian, pesan-pesan kesehatan yang mengandung banyak unsur menakutkan, cenderung akan mengurangi perubahan perilaku sehat seseorang. Dengan demikian rasa takut itu sendiri tidak cukup untuk mengubah perilaku sehat seseorang, karena umumnya tujuan utama orang mengubah perilaku sehat adalah mengurangi rasa takut bukan penyakitnya. Tabel 1. Karakteristik Komunikasi Efektif untuk Mengubah Perilaku Sehat (Sumber: Taylor, 2015:46) Komunikasi sebaiknya penuh warna dan hidup/animasi, jangan hanya berupa data statistik dan jargon-jargon. Bila memungkinkan ditambahkan kisah nyata; Penyampai pesan sebaiknya seseorang yang ahli di bidangnya, prestisius, dapat dipercaya, disukai, dan setara dengan audiens Argumen yang kuat (tentang perilaku sehat) sebaiknya disajikan di awal atau di akhir presentasi Pesan yang disampaikan sebaiknya singkat, jelas, dan langsung Pesan yang disampaikan sebaiknya terdapat konklusi/simpulan secara jelas Pesan yang ekstrim akan menimbulkan perubahan sikap yang sangat nyata, namun disampaikan secara ringkas saja. Hindari pesan yang sangat berlebihan. Misalnya: anjuran untuk berolahraga menit sehari lebih efektif dibanding menganjurkan olahraga 3 jam per hari; Anjuran untuk mendeteksi penyakit (mis: HIV, Mamogram) dilakukan jika faktor perilaku tidak efektif mengatasi masalah kesehatan. Anjuran yang berifat promotif (mis: menggunakan krim matahari) sebaiknya ditekankan pada manfaat yang didapat; Jika audiens terlihat mau menerima perubahan perilaku sehat, maka komunikasi sebaiknya difokuskan pada hal-hal yang menyenangkan. Jika audiens terlihat menolak perubahan perilaku sehat, maka komunikasi ditekankan pada diskusi terhadap issue penolakan; Intervensi yang disarankan sebaiknya memperhatikan norma-norma yang berlaku di masyarakat. Misalnya: intervensi penggunaan kondom untuk mencegah HIV sebaiknya jangan disampaikan pada anak remaja. 1

2 JENIS PESAN KESAHATAN Pesan yang disampaikan dalam upaya mengubah perilaku sehat terbagi menjadi dua, yaitu: pesan yang bersifat positif dan bersifat negatif. Pesan yang bersifat positif lebih mengutamakan keuntungan-keuntungan yang didapat jika menjalankan upaya kesehatan atau disebut juag pesan yang berorientasi promosi kesehatan. Sedangkan yang bersifat negatif lebih memunculkan rasa takut atau ancaman, atau disebut juga pesan yang berorientasi pencegahan. Misalnya pada anjuran untuk melakukan vaksinasi flu. Pesan yang positif lebih menonjolkan keuntungan-keuntungan yang didapat jika melakukan vaksinasi. Sedangkan pesan yang bersifat negatif lebih menonjolkan pada ketidaknyamanan jika menderita influenza. Pesan yang bersifat positif akan efektif digunakan pada : - Perubahan perilaku dengan kepastian dampak yang dihasilkan tinggi misalnya pada upaya pencegahan kanker kulit, berhenti merokok, dan anjuran berolahraga. - Orang-orang yang lebih berorientasi pada upaya promosi atau meningkatkan kesehatan. Contoh: pesan Kalsium akan menjaga kesehatan tulang Anda - Orang-orang yang memulai perubahan perilaku Sedangkan pesan yang bersifat negatif sebaiknya digunakan pada: - Upaya mengubah perilaku sehat yang memiliki ketidakpastian hasil dan hanya membutuhkan sekali intervensi, misalnya pada vaksinasi; - Orang-orang yang memiliki orientasi pencegahan penyaki. Contohnya dengan pesan: Asupan kalsium yang rendah akan meningkatkan kekeroposan tulang - Orang-orang yang memelihara perubahan perilaku selamanya. PENDEKATAN PERUBAHAN PERILAKU SEHAT Terdapat berbagai macam pendekatan yang dapat dilajkukan dalam rangka perubahan perilaku sehat pada seseorang. Pendekatan tersebut antara lain: 1. Pendekatan Sikap yaitu mengubah perilaku sehat dengan melakukan perubahan sikap pada seseorang. Pendekatan ini terdiri dari: Health Belief Model (HBM), Theory of Planned Behavior, dan Self-Determination Theory; 2. Pendekatan Kognitif, yaitu mengubah perilaku sehat dengan melakukan modifikasi pada cara berfikir seseorang. Salah satunya yang sering diterapkan adalah Cognitive-Behavior Therapy (CBT); 3. Pendekatan Transformatif, yaitu mengubah perilaku sehat yang dilakukan melalui berbagai tahap transformatif. Pendejakan ini antara lain adalah Transtheoretical Model of Behavior Change; dan 2

3 4. Pendekatan rekayasa sosial, yaitu mengubah perilaku sehat dengan memodifikasi lingkungan sosial seseorang. HEALTH BELIEF MODEL (HBM) Teori ini merupakan teori perubahan perilaku sehat yang mendasarkan pada pemodifikasian sikap seseorang, yang paling awal ditemukan yakni pada tahun 1958 oleh Hochbaum, dan dilanjutkan oleh Rosenstock tahun Menurut teori ini, seseorang menjalankan perilaku sehat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu: 1) Keyakinan terhadap gangguan kesehatan; dan 2) keyakinan terhadap efektifitas upaya kesehatan dalam mengurangi gangguan kesehatan (lihat gambar 1). Persepsi terhadap gangguan kesehatan dipengaruhi oleh tiga hal yaitu: a. Nilai-nilai kesehatan secara umum, seperti: minat dan perhatian terhadap kesehatan; b. Keyakinan terhadap kerentanan seseorang terhadap gangguan kesehatan; dan c. Keyakinan terhadap konsekuensi yang timbul akibat gangguan kesehatan. Misalnya: seseorang akan merubah perilaku diet dengan mengurangi asupan kolesterol bila mereka memiliki nilai-nilai kesehatan yang baik, yakin bahwa orang yang tidak diet kolesterol akan mengalami sakit jantung, dan yakin bahwa gangguan kesehatan akibat penyakit jantung bisa berbahaya. Keyakinan terhadap efektifitas upaya kesehatan dalam mengurangi gangguan kesehatan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: a. Keyakinan bahwa upaya kesehatan akan berjalan efektif; dan b. Keyakinan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk upaya kesehatan akan memberikan keuntungan/benefit. Misalnya: seseorang yang dianjurkan untuk mengubah pola makan untuk mencegah penyakit jantung, memiliki keyakinan bahwa mengubah pola makan bukan satu-satunya penyebab sakit jantung, dan mengubah pola makan akan banyak mengurangi kesenangan hidup. Sehingga meskipun persepsi terhadap kerentanan penyakit jantung sangat tinggi, bisa jadi ia tidak mau mengubah pola makan. THE THEORY OF PLANNED BEHAVIOR Pendekatan lain dalam perubahan perilaku sehat melalui pendekatan modifikasi sikap adalah the theory of planned behavior, dimana hubungan antara perilaku sehat dengan keyakinan akan kesehatan lebih dekat dibandingkan dengan HBM. Menurut teori ini, perilaku sehat merupakan hasil langsung dari tujuan perilaku seseorang. Tujuan perilaku seseorang ditentukan oleh tiga faktor (lihat gambar 2), antara lain: 1. Sikap terhadap aktifitas tertentu; 2. Norma-norma yang berhubungan aktifitas tertentu; dan 3. Persepsi terhadap pengontrol perilaku 3

4 Keyakinan terhadap gangguan kesehatan - Nilai-nilai kesehatan secara umum ( saya sangat memperhatikan kesehatan ) - Keyakinan terhadap kerentanan seseorang terhadap gangguan kesehatan ( sebagai perokok, saya bisa terkena kanker paru ) - Keyakinan terhadap konsekuensi yang timbul akibat gangguan kesehatan ( saya akan mati, jika saya menderita kanker paru ) Keyakinan terhadap efektifitas upaya kesehatan dalam mengurangi gangguan kesehatan Perilaku Sehat ( Saya akan berhenti merokok) - Keyakinan bahwa upaya kesehatan akan berjalan efektif ( jika saya berhenti merokok sekarang, saya tidak akan terserang kanker paru ) - Keyakinan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk upaya kesehatan akan memberikan keuntungan/benefit ( meskipun untuk berhenti merokok sulit, namun untuk mencegah kanker paru lebih bermanfaat ) Gambar 1. Health Belief Model yang Diaplikasikan pada Perilaku Berhenti Merokok Sikap terhadap aktivitas tertentu - Keyakinan terhadap hasil dari perubahan perilaku ( bila saya mengubah pola makan, maka berat badan saya akan turun, kesehatan akan meningkat, dan lebih menarik ) - Evaluasi terhadap hasil dari perubahan perilaku ( Menjadi sehat dan terlihat menarik merupakan hal yang penting ) Norma-norma yang berhubungan aktifitas - Keyakinan normatif ( keluarga dan teman menganjurkan saya untuk mengubah pola makan ) - Motivasi untuk mengikuti anjuran ( saya akan menjalankan apa yang mereka inginkan dari saya ) Persepsi terhadap pengontrol perilaku tertentu ( saya akan sanggup mengubah pola makan ) Tujuan perilaku ( bermaksud mengubah pola makan ) Perubahan perilaku ( menjalankan pola makan sehat) Gambar 2. The Theory of Planned Behavior yang Diaplikasikan pada Pola Makan Sehat 4

5 Sikap terhadap aktivitas tertentu menekankan pada: keyakinan dan evaluasi terhadap hasil dari perubahan perilaku. Norma-norma merupakan hal-hal yang diyakini oleh seseorang yang sebaiknya dilakukan (keyakinan normatif atau normative belief) dan motivasi yang dibutuhkan untuk mengikuti anjuran atau keyakinan normatif tersebut. Persepsi terhadap pengontrol perilaku merupakan persepsi bahwa seseorang dapat menjalankan aktifitas dan menghasilkan efek yang diinginkan. Faktor yang terakhir mirip dengan self-efficacy. Misalnya: seorang perokok yang percaya bahwa perilaku merokok menyebabkan masalah kesehatan serius, yang percaya bahwa orang lain menganjurkan sebaiknya berhenti merokok, yang termotivasi untuk mengikuti norma-norma yang ada, yang percaya bahwa ia memiliki kemampuan berhenti merokok, yang menjalankan tujuan dari perilaku-perilaku di atas, memiliki kemungkinan untuk berhenti merokok dibandingkan seseorang yang tidak percaya akan hal-hal di atas. Theory of planned bevahior secara empiris terbukti bisa memprediksi perilaku kesehatan seperti penggunaan kondom, konsumsi minuman ringan, dan penerapan food safety. SELF-DETERMINATION THEORY (SDT) Teori ini disusun berdasarkan pemikiran bahwa setiap orang termotivasi untuk mengejar tujuan mereka. Target yang dituju dalam teori ini adalah dua komponen yaitu motivasi otonom dan persepsi terhadap kompetensi. Seseorang termotivasi secara otonom ketika mereka bebas menentukan pilihan dan mengambil keputusan. Kompetensi berarti keyakinan bahwa seseorang mampu melakukan perubahan perilaku. Misalnya: ketika seorang wanita mengubah pola makannya karena anjuran dari dokter, dia tidak merasakan kebebasan otonom melainkan merasakan bahwa aktifitasnya ada dalam pengawasan orang. Hal ini dapat mengurangi komitmennya untuk mengubah perilaku. Namun demikian jika perubahan pola makan merupakan pilihan pribadinya, hal ini akan meningkatkan motivasinya. Teori SDT terbukti sukses dalam mengubah perilaku merokok, konsumsi alkohol. COGNITIVE-BEHAVIORAL THERAPY Mengubah perilaku dan kebiasaan sehat dengan pendekatan kognitif memfokuskan kepada tiga hal berikut: 1) perilaku target itu sendiri; 2) kondisi yang menimbulkan atau memelihara perilaku tersebut; dan 3) faktor-faktor yang memperkuat perilaku tersebut. Metode Cognitive-Behavioral Therapy (CBT) merupakan pendekatan perubahan perilaku sehat yang paling efektif dengan pendekatan kognitif. 5

6 Metode CBT yang disajikan pada paper ini terdiri dari berbagai teknik mengubah perilaku antara lain: - Self-monitoring - Stimulus control - The self-control behavior - Self-reinforcement - Behavioral assignments - Social skills training - Relaxational trainings - Motivational Interviewing - Relapse prevention Self Monitoring Dengan prinsip self-monitoring, metode CBT berusaha menghilangkan kondisikondisi yang memungkinkan timbulnya perilaku sehat/tidak sehat. Prinsip ini menyatakan bahwa setiap orang harus memahami dimensi-dimensi dari kebiasaan sehat sebelum memulai mengubah perilaku sehat. Tahap-tahap dalam self-monitoring meliputi: 1. Memahami perilakunya sehingga bisa membedakan perilaku tersebut dengan orang lain. Pada beberapa perilaku, hal ini mudah dilakukan. Misalnya pada perilaku merokok, orang yang akan mengubah perilakunya harus memahami bahwa dia termasuk kelompok perokok atau bukan; 2. Memetakan perilaku. Misalnya seorang perokok yang akan mengubah perilakunya bisa memetakan kebiasaannya dengan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan perilakunya tersebut, seperti mencatat kapan merokok dilakukan, berapa kali sehari, situasi-situasi yang mendorong perilaku merokok, dan bila ada dengan siapa merokok dilakukan. Dengan langkah-langkah di atas, seseorang yang akan mengubah perilaku sehatnya dapat mengidentifikasi kondisikondisi yang memungkinkan perilaku tersebut muncul, atau disebut dengan discriminative stimulus atau rangsangan diskriminan. Misalnya kondisi melihat dan mencium aroma makanan merupakan discriminative stimulus dari perilaku makan. Melihat sebungkus rokok dan menicum aroma kopi bisa menjadi discriminative stimulus dari perilaku merokok. Stimulus Control Ketika kondisi-kondisi yang mendukung perilaku seseorang telah dipahami, maka selanjutnya faktor-faktor di dalam lingkungan yang ikut memelihara perilaku tidak sehat dapat dimodifikasi, dengan intervensi stimulus control. Prinsip stimulus-control mengurangi perilaku tidak sehat seseorang dengan dua cara: 1. Menghilangkan discriminative stimulus yang menimbulkan perilaku tidak sehat. Misalnya pada perilaku makan, diketahui bahwa discriminative stimulus-nya adalah adanya makanan yang disukai dan aktivitas lain seperti menonton televisi. Seseorang 6

7 yang akan menurangi berat badan dapat mengubah perilaku makan dengan mengurangi stimulus tersebut, misalnya dengan menghilangkan makanan yang menggemukkan, membatasi makan hanya di satu tempat dalam rumah, dan menghindari makan sambil melakukan aktifitas lain (misalnya menonton televisi). 2. Menciptakan discriminative stimulus yang baru untuk mengurangi kebiasaan tidak sehat. Misalnya dengan menempelkan peringatan-peringatan untuk mengurangi discrimative stimulus di lokasi strategis di rumah, seperti tulisan jangan makan sambil menonton TV atau kurangi belanja makanan yang bikin gemuk. The Self-Control of Behavior Metode ini mendasarkan keyakinan bahwa setiap orang melakukan dialog dengan dirinya sendiri (monolog) dalam rangka mengubah perilaku mereka. Misalnya: pada perokok yang hampir menyerah dengan upayanya untuk berhenti merokok akan menyemangati dirinya dengan monolog Saya tidak akan pernah menyerah untuk berhenti merokok. Pada metode ini teknik yang dipakai untuk mengubah perilaku tidak sehat adalah dengan menciptakan dan memodifikasi monolog-monolog yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku atau disebut dengan cognitive-restructuring. Self-reinforcement Metode ini merupakan teknik memberikan ganjaran (positif atau negatif) dalam rangka meningkatkan atau menurunkan faktor-faktor yang mengubah perilaku seseorang. Ganjaran positif misalnya dengan memberikan sesuatu yang disukai apabila seseorang sukses memodifikasi perilaku tidak sehat. Misalnya: mengiming-imingi nonton film di bioskop jika berhasil menurunkan berat badan. Sedangkan ganjaran negatif misalnya dengan menghilangkan hal-hal atau kondisi yang tidak disukai jika seseorang berhasil mengubah perilakunya. Misalnya: seorang anak boleh bermain games jika selama seminggu selalu menggosok gigi sebelum tidur. Behavioral Assignments Metode ini merupakan teknik dengan pendekatan kognitif yang dilakukan dengan memberikan penugasan-penugasan di rumah pada seseorang yang ingin mengubah perilaku tidak sehat. Metode ini umumnya diberikan oleh ahli atau terapis kepada pasiennya setelah melakukan konsultasi. Misalnya pada seseorang yang ingin mengubah perilaku diet, seorang terapis bisa memberikan penugasan seperti: 1. Saat makan, hitung jumlah kunyahan makanan menggunakan stopwatch; 2) catat jumlah kunyahan, waktunya, lokasinya, dan apa yang Anda makan; 3) Catat jenis makanan yang Anda makan selama seminggu; 4) buat 7

8 perjanjian konsultasi lagi; dan 5) bawa catatan Anda saat konsultasi berikutnya. Teknik behavioral assignments memiliki keunggulan antara lain: - Melibatkan pasien dalam proses penyembuhan (perubahan perilaku); - Pasien ikut melakukan analisa terhadap perilakunya; - Pasien menjadi lebih komitmen dalam proses pengobatan (perubahan perilaku); - Tanggung jawab untuk mengubah perilaku secara bertahap menjadi meningkat; dan - Meningkatkan keinginan untuk mengontrol diri pasien. Social skill trainings Metode social skill trainings atau assertiveness trainings digunakan untuk mengubah perilaku yang tidak sehat yang diakibatkan oleh reaksi kecemasan terhadap masalah sosial (social anxiety). Misalnya pada beberapa orang dewasa kebiasaan merokok dilakukan untuk mengurangi kegugupan saat menghadapi situasi tertentu untuk memudahkan komunikasi atau membayangkan hal-hal menyenangkan. Minum alkohol dan makan berlebih bisa juga diakibatkan oleh kecemasan terhadap lingkungan sosial. Pada metode ini, seseorang yang akan mengubah perilakunya diberi pelatihan bagaimana menghadapi situasi-situasi sosial yang tidak diinginkan dengan cara-cara yang lebih efektif dan tidak mengganggu kesehatan. Pasien diajarkan berbagai cara untuk menurangi kecemasan akibat lingkungan. Misalnya: teknik menghadapi orang-orang yang memiliki dominasi tinggi dengan berani mengatakan tidak. Relaxational Trainings Teknik relaksasi juga diberikan untuk mengubah perilaku tidak sehat akibat tekanan sosial. Misalnya pada beberapa karyawan yang akan presentasi di hadapan klien, ada yang merokok hanya untuk menghilangkan stress, atau menggigit kuku, menggaruk kulit dan sebagainya. Teknik ini dilakukan dengan menarik nafas lebih dalam dan merelaksasi otot. Saat menarik nafas lebih dalam, seseorang akan merasa tenang, pernafasan terkontrol, mengurangi detak jantung dan tekanan darah, serta meningkatkan kadar oksigen di dalam darah. Selesai menarik nafas dalam, proses dilanjutkan dengan melakukan peregangan agar otot tidak kaku. Motivational Interviewing Metode wawancara motivasional pada awalnya digunakan untuk mengurangi perilaku adiksi pada seseorang. Dalam perkembangan selanjutnya metode ini digunakan juga untuk mengurangi perilaku merokok, diet, membiasakan olahraga, skrining kanker, dan perilaku seks tidak wajar. Metode ini dilakukan dengan menggunakan gaya konseling kepada pasien 8

9 yang mengalami kebingungan atau khawatir bagaimana mengubah perilakunya. Prinsip-prinsip yang dijalankan dalam metode ini antara lain: - Tidak menghakimi, tidak konfrontatif, mendorong ke arah yang baik, dan mendukung; - Bertujuan menggali pemikiran pasien baik yang positif maupun yang negatif tentang perilakunya atau membuat pasien berkomunikasi sebanyak mungkin dengan konselor; - Tidak berusaha membujuk pasien untuk mengubah perilakunya atau menganalisis kepercayaan yang irasional, melainkan berusaha agar pasien memikirkan dan menjelaskan alasan kenapa ia memiliki perilaku tidak sehat. Sehingga konselor harus banyak mendengar dan mendorong ke arah yang baik. Relapse Prevention Metode pencegahan kekambuhan atau relapse prevention merupakan teknik mengubah perilaku dengan pendekatan kognitif yang dilakukan untuk mencegah kembalinya seseorang memiliki perilaku yang tidak sehat, misalnya pada perilaku alkoholik, merokok, adiksi obat, dan makan berlebih. Seseorang yang merokok sebatang sigaret pada saat berkumpul atau makan es krim saat akhir pekan, meskipun belum tentu menimbulkan ketagihan (atau kekambuhan), namun dapat menimbulkan satu keadaan yang disebut abstinence violation effect. Keadaan ini adalah suatu rasa kehilangan kontrol diri akibat melanggar aturan yang dibuatnya sendiri, yang memicu ketagihan (atau kekambuhan) seseorang terutama saat dirinya sedang goyah. Saat awal mengubah perilaku, seseorang memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi, lama-lama menghilang dan kemungkinan kambuh akan meningkat. Seseorang yang memiliki self-efficacy (kemampuan dan kesadaran menyembuhkan diri sendiri) tinggi akan terhidar dari kekambuhan. Misalnya: saat seorang yang sedang berhenti merokok akibat asma masuk ke dalam situasi yang memungkin ia harus merokok seperti pesta kecil. Seseorang yang memiiliki self-efficacy rendah berisiko untuk kambuh, misalnya ia merasa terpukul akibat sakit asmanya yang tidak sembuh-sembuh maka orang tersebut akan melampiaskan dengan merokok. Faktor penyebab atau pemicu kekambuhan umumnya berasal dari hal-hal yang negatif seperti depresi, kecemasan, atau di bawah tekanan. Contohnya saat mengalami kondisi putus hubungan atau kesulitan menyelesaikan satu pekerjaan atau tugas. Tahap-tahap dalam program mencegah kekambuhan (relapse prevention) antara lain: 1. Menyeleksi pasien (atau anggota) yang benar-benar serius akan mengubah perilakunya. Orang yang tidak memiliiki 9

10 keseriusan untuk mengubah kekambuhan sebaiknya dikeluarkan dari program, karena akan berpengaruh negatif kepada pasien lain dan kepada terapis/dokter, serta menghambat program; 2. Mengidentifikasi situasi-situasi yang memungkinkan timbulnya kekambuhan, misalnya menghadiri pesta, nongkrong dengan teman, makan bersama di luar rumah dan sebagainya; 3. Menyarankan untuk menghindari situasisituasi yang memicu perilaku tidak sehat. Misalnya: mengurangi makan bersama di luar rumah dengan teman, yang menyebabkan keinginan merokok jadi timbul. Seseorang yang ingin terhindar dari kekambuhan minum alkohol, bisa mengurangi kebiasaan mengunjungi bar/pub. 4. Menyarankan pasien untuk melakukan penyeimbangan gaya hidup atau lifestyle rebalancing merupakan metode yang dilakukan untuk perawatan jangka panjang yang bertujuan seseorang memiliki kehidupan yang lebih sehat dan menghindari kekambuhan. Metode ini umumnya digunakan untuk meningkatkan kesehatan seseorang secara keseluruhan. Misalnya menganjurkan kebiasaan berolahraga dan menggunakan teknik mengelola stress. Metode CBT memiliki kelebihan antara lain: a. Beberapa teknik dalam CBT dapat mengatasi berbagai masalah; b. Rencana terapi dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan; dan c. Dapat mengatasi masalah perilaku secara bersama-sama, misalnya: perilaku diet dan olahraga dilakukan secara bersama-sama. PENDEKATAN TRANSFORMATIF Perubahan perilaku sehat tidak terjadi secara tiba-tiba dalam satu waktu, melainkan melalui melalui berbagai tahapan. Salah teori yang akan dikemukakan adalah the transtheoretical model of behavior change yang dikembangkan oleh Prochaska dan kawan-kawan tahun Model ini menganalisis tahap-tahap seseorang mengalami perubahan perilaku sehat dan mengusulkan intervensi serta tindakan yang sebaiknya dilakukan pada setiap tahapan. Awalnya teori ini diterapkan pada perilaku akibat gangguan zat aditif seperti merokok, konsumsi obat terlarang, dan alkohol. Saat ini juga diterapkan pada perubahan perilaku seperti olahraga dan perilaku melindungi dari radiasi sinar matahari. Tahapan-tahap seseorang untuk mengubah perilaku tidak sehat antara lain: tahap Prekontemplasi (precontemplation), Kontemplasi (contemplation), Persiapan (preparation), Tindakan (action), dan Pemeliharaan (maintenance). 10

11 Tahap prekontemplasi adalah tahap yang terjadi saat seseorang tidak memiliki keinginan untuk mengubah perilakunya. Beberapa orang pada tahap ini tidak sadar bahwa dirinya mengalami masalah kesehatan, meskipun lingkungan sosial sekitarnya memiliki perilaku yang sehat. Misalnya pada perilaku minum alkohol yang sebagian besar menyebabkan masalah pada keluarganya. Peminum alkohol pada tahap ini umumnya mau mengubah perilaku bila keluarga mendorongnya atau menekannya untuk memperbaiki diri. Sebagian besar orang pada tahap ini kembali melakukan perilaku tidak sehat, yang menyebabkan sulitnya program intervensi atau upaya perubahan perilaku. Tahap kontemplasi adalah tahap dimana seseorang sadar bahwa ia memiliki masalah kesehatan dan telah memikirkan masalahnya, namun belum memiliki komitmen untuk berubah. Rata-rata seseorang berada pada tahap ini selama beberapa tahun. Intervensi perubahan perilaku yang dilakukan bertujuan meningkatkan penerimaannya akan perubahan perilaku. Tahap persiapan atau preparation adalah tahap dimana seseorang berniat untuk mengubah perilaku, namun tidak berhasil mengubahnya. Pada beberapa kasus, orang pada tahap ini mengubah perilaku seadanya saja dan belum ada komitmen untuk mengubah perilakunya, misalnya mengurangi jumlah rokok yang dihisap. Tahap tindakan atau action adalah tahap yang terjadi saat seseorang memodifikasi perilaku mereka untuk mengatasi masalahnya. Pada tahap ini dibutuhkan komitmen dan energi yang tinggi untuk mengubah perilaku seseorang. Intervensi yang dilakukan adalah memberhentikan perilaku dan memodifikasi gaya hidup serta lingkungan sosial. Tahap pemeliharaan atau maintenance adalah tahap untuk mencegah kekambuhan dan mengkonsolidasi upaya yang sudah dijalankan. Misalnya: bila seseorang telah mampu menghindari perilaku aditif selama 6 bulan maka ia dianggap berada pada tahap pemeliharaan. PENDEKATAN REKAYASA SOSIAL Pendekatan ini memodifikasi lingkungan yang mempengaruhi perubahan perilaku sehat seseorang. Contoh rekayasa sosial antara lain: - Kewajiban vaksinasi sebelum masuk sekolah - Membatasi peredaran obat-obat terlarang - Membatasi kecepatan kendaraan di jalan tol - Membatasi pembelian alkohol dan rokok pada usia tertentu REFERENSI Sarafino, Edward P Health Psychlogy: Biopsychosocial Interactions, 4th edition. John-Willey and Sons. 11

12 Taylor, Shelley A Health Psychology, 9th edition. Los Angeles. Mc-Graw Hill Education. LATIHAN SOAL 1. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan sikap dan perilaku sehat pada seseorang adalah: A. Pendidikan B. Rasa takut C. Jawaban A dan B benar D. Jawaban A dan B salah 2. Dari pernyataan berikut, manakah yang TIDAK TEPAT tentang teknik penyampaian informasi dan komonikasi yang efektif untuk mengubah perilaku sehat: A. Komunikasi sebaiknya hanya berupa data statistik dan jargon-jargon B. Penyampai pesan sebaiknya seseorang yang ahli di bidangnya, prestisius, dapat dipercaya, disukai, dan setara dengan audiens C. Argumen yang kuat (tentang perilaku sehat) sebaiknya disajikan di awal atau akhir presentasi D. Pesan yang disampaikan sebaiknya seingkat, jelas, dan langsung 3. Dalam menyampaikan pesan tentang kesehatan dan perubahan perilaku sehat, sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut agar efektif: A. Pesan yang disampaikan sebaiknya terdapat konklusi/simpulan secara jelas B. Pesan yang sifatnya ekstrim sebaiknya disampaikan secara ringkas C. Hindari pesan yang berlebihan D. Jawaban A, B, C benar 4. Dalam menyampaikan informasi dan komunikasi tentang perubahan perilaku maka pemberian nasihat/anjuran sebaiknya: A. Anjuran untuk mendeteksi penyakit (mis: HIV, Mamogram) dilakukan jika faktor perilaku tidak efektif mengatasi masalah kesehatan B. Anjuran yang berifat promotif (mis: menggunakan krim matahari) sebaiknya ditekankan pada manfaat yang didapat C. Jawaban A dan B benar D. Jawaban A dan B salah 5. Komunikasi tentang perubahan perilaku sehat sebaiknya difokuskan pada hal-hal yang menyenangkan jika: A. Audiens terlihat menolak perubahan perilaku B. Audiens terlihat mau menerima perubahan perilaku C. Audiens terlihat ragu-ragu menerima perubahan perilaku D. Audiens terlihat tidak berminat untuk mengubah perilaku 6. Jika audiens terlihat menolak perubahan perilaku sehat, maka komunikasi ditekankan pada: A. Diskusi terhadap issue penolakan B. Hal-hal yang menyenangkan 12

13 C. Hal-hal yang menakutkan D. Pesan negatif 7. Manakah pernyataan yang TIDAK BENAR tentag faktor rasa takut yang menyebabkan seseorang mau mengubah perilaku sehat: A. Bila seseorang takut kebiasaan tidak sehat akan mengganggu kesehatannya, maka orang tersebut akan mengubah perilakunya untuk mengurangi rasa takut. B. Pesan-pesan kesehatan yang mengandung banyak unsur menakutkan, cenderung akan mengurangi perubahan perilaku sehat seseorang. C. Rasa takut itu sendiri sangat cukup untuk mengubah perilaku sehat seseorang D. Umumnya tujuan utama orang mengubah perilaku sehat adalah mengurangi rasa takut bukan penyakitnya. 8. Pesan yang disampaikan dalam upaya mengubah perilaku sehat antara lain berbentuk: A. Pesan yang bersifat positif B. Pesan yang bersifat negatif C. Pesan yang bersifat netral D. Jawaban A dan B benar 9. Karakteristik pesan-pesan yang bersifat positif adalah lebih mengutamakan keuntungan-keuntungan yang didapat jika menjalankan upaya kesehatan dan berorientasi pada: A. Promosi kesehatan B. Pengobatan C. Pencegahan D. Pemeliharaan 10. Pesan kesehatan yang lebih memunculkan rasa takut atau ancaman dan berorientasi pencegahan, merupakan karakteristik: A. Pesan kesehatan yang bersifat positif B. Pesan kesehatan yang bersifat netral C. Pesan kesehatan yang bersifat negatif D. Pesan kesehatan yang tidak jelas 11. Menonjolkan keuntungan-keuntungan yang didapat jika melakukan vaksinasi, merupakan contoh pesan kesehatan yang: A. Bersifat negatif B. Bersifat positif C. Bersifat netral D. Bersifat positif dan negatif 12. Pesan yang lebih menonjolkan pada ketidaknyamanan jika menderita influenza bila tidak melakukan vaksinasi flu, adalah pesan yang: A. Bersifat positif B. Bersifat negatif C. Bersifat netral D. Bersifat positif dan negatif 13. Pesan yang bersifat positif akan efektif digunakan pada pada situasi berikut ini KECUALI: 13

14 A. Pada perubahan perilaku dengan kepastian dampak yang dihasilkan tinggi B. Ditujukan pada orang-orang yang lebih berorientasi pada upaya promosi atau meningkatkan kesehatan C. Ditujukan pada orang-orang yang memulai perubahan perilaku D. Ditujukan pada orang-orang yang memelihara perubahan perilaku selamanya 14. Pesan kesehatan yang bersifat negatif sebaiknya digunakan pada: A. Upaya mengubah perilaku sehat yang memiliki ketidakpastian hasil dan hanya membutuhkan sekali intervensi, misalnya pada vaksinasi B. Ditujukan pada orang-orang yang memiliki orientasi pencegahan penyakit C. Ditujukan pada orang-orang yang memelihara perubahan perilaku selamanya D. Jawaban A, B, C benar 15. Terdapat berbagai macam pendekatan yang dapat dilakukan dalam rangka perubahan perilaku sehat pada seseorang. Pendekatan tersebut antara lain: 1. Pendekatan Pendekatan Pendekatan Pendekatan Health Belief Model (HBM), Theory of Planned Behavior, dan Self-Determination Theory adalah metode perubahan perilaku yang dilakukan dengan pendekatan: A. Sikap B. Kognitif C. Transformatif D. Rekayasa sosial 17. Pengertian pendekatan Kognitif dalam mengubah perilaku sehat seseorang adalah mengubah perilaku sehat dengan melakukan modifikasi pada: A. Sikap B. Lingkungan sosial C. Perilaku pada setiap tahap perubahan D. Cara berfikir seseorang 18. Pendekatan Transformatif adalah metode mengubah perilaku sehat yang dilakukan melalui berbagai tahap transformatif. Contoh pendejakan ini adalah: A. Health Belief Model B. Transtheoretical Model of Behavior Change C. Self-Determination Theory D. Cognitive-behavioral Theory 19. Metode mengubah perilaku sehat dengan memodifikasi lingkungan sosial seseorang, merupakan teori perubahan perilaku sehat dengan pendekatan: A. Sikap B. Kognitif C. Transformatif D. Rekayasa sosial 14

15 20. Menurut teori Health Belief Model seseorang menjalankan perilaku sehat dipengaruhi oleh faktor-faktor A. Keyakinan terhadap gangguan kesehatan B. Keyakinan terhadap efektifitas upaya kesehatan dalam mengurangi gangguan kesehatan C. Jawaban A dan B benar D. Jawaban A dan B salah 21. Pada teori HBM, persepsi seseorang terhadap gangguan kesehatan dipengaruhi oleh hal-hal berikut KECUALI: A. Nilai-nilai kesehatan secara umum, seperti: minat dan perhatian terhadap kesehatan B. Keyakinan terhadap kerentanan seseorang terhadap gangguan kesehatan C. Keyakinan terhadap konsekuensi yang timbul akibat gangguan kesehatan D. Keyakinan terhadap pengetahuan secara umum 22. Menurut teori HBM, seseorang mau dan akan mengubah perilaku diet dengan mengurangi asupan kolesterol bila: A. Mereka memiliki nilai-nilai kesehatan yang baik, yakin bahwa orang yang tidak diet kolesterol akan mengalami sakit jantung B. Mereka yakin bahwa gangguan kesehatan akibat penyakit jantung bisa berbahaya C. Jawaban A dan B benar D. Jawaban A dan B salah 23. Pada teori HBM, keyakinan terhadap efektifitas upaya kesehatan dalam mengurangi gangguan kesehatan dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: A. Keyakinan bahwa upaya kesehatan akan berjalan efektif B. Keyakinan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk upaya kesehatan akan memberikan keuntungan/ benefit C. Jawaban A dan B benar D. Jawaban A dan B salah 24. Pada teori HBM, seseorang yang dianjurkan untuk mengubah pola makan untuk mencegah penyakit jantung akan efektif jika: A. Memiliki keyakinan bahwa mengubah pola makan bukan satu-satunya penyebab sakit jantung B. Mengubah pola makan akan banyak mengurangi kesenangan hidup, namun memberi manfaat bagi kesehatan C. Jawaban A dan B benar D. Jawaban A dan B salah 25. Perbedaan utama antara teori Health Belief Model (HBM) dengan The Theory of Planned Behavior (TPB) adalah: A. Hubungan antara perilaku sehat dengan keyakinan akan kesehatan pada TPB lebih dekat dibandingkan dengan HBM 15

16 B. TPB pendekatan sikap, HBM pendekatan kognitif C. Hubungan antara perilaku sehat dengan keyakinan akan kesehatan pada TPB lebih jauh dibandingkan dengan HBM D. TPB pendekatan kognitif, HBM pendekatan TPB 26. Menurut teori TPB, perilaku sehat merupakan hasil langsung dari tujuan perilaku seseorang, yang ditentukan oleh faktor-faktor: A. Sikap terhadap aktifitas tertentu; B. Norma-norma yang berhubungan aktifitas tertentu C. Persepsi terhadap pengontrol perilaku D. Jawaban A, B, C benar semua 27. Pada teori TPB, seseorang akan lebih memiliki kemungkinan berhenti merokok jika: A. Percaya bahwa perilaku merokok menyebabkan masalah kesehatan serius B. Percaya bahwa orang lain menganjurkan sebaiknya berhenti merokok, dan termotivasi untuk mengikuti norma-norma yang ada C. Percaya bahwa ia memiliki kemampuan berhenti merokok, dan menjalankan tujuan dari perilakuperilaku di atas D. Jawaban A, B, C benar 28. Teori perubahan perilaku yang disusun berdasarkan pemikiran bahwa setiap orang termotivasi untuk mengejar tujuan mereka melalui motivasi otonom dan persepsinya terhadap kemampuan melakukan perubahan perilaku, adalah teori: A. Self-Determination Theory (SDT) B. Health Belief Model (HBM) C. The Theory of Planned Behavior (TPB) D. Cognitive-Behavior Therapy (CBT) 29. Menurut pendekatan kognitif (mis: CBT), mengubah perilaku dan kebiasaan sehat difokuskan kepada: A. Perilaku target itu sendiri B. Kondisi yang menimbulkan atau memelihara perilaku tersebut C. Faktor-faktor yang memperkuat perilaku tersebut D. Jawaban A, B, C benar 30. Isilah titik-titik pada pernyataan di bawah ini. Metode perubahan perilaku sehat dengan teori CBT terdiri dari berbagai teknik antara lain: 1. Self-monitoring control 3. The self-control Self-reinforcement 5. Behavioral skills training trainings Interviewing prevention 16

17 31. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam metode self-monitoring dari teori CBT adalah: A. Berusaha menghilangkan kondisikondisi yang memungkinkan timbulnya perilaku sehat/tidak sehat B. Setiap orang harus memahami dimensi-dimensi dari kebiasaan sehat sebelum memulai mengubah perilaku sehat C. Jawaban A dan B benar D. Jawaban A dan B salah 32. Tahap-tahap dalam teori CBT dengan metode self-monitoring meliputi: A. Memahami perilakunya sehingga bisa membedakan perilaku tersebut dengan orang lain. B. Memetakan perilaku C. Mengidentifikasi discriminative stimulus D. Jawaban A, B, C benar 33. Pada metode self-monitoring, seseorang akan mengubah perilaku sehatnya dapat mengidentifikasi kondisi-kondisi yang memungkinkan perilaku tersebut muncul yang disebut dengan: A. Discriminative stimulus B. General stimulus C. Behavior stimulus D. Discriminative behavior 34. Pada intervensi perubahan perilaku CBT dengan stimulus control, dilakukan dengan cara-cara: A. Menghilangkan discriminative stimulus yang menimbulkan perilaku tidak sehat B. Menciptakan discriminative stimulus yang baru untuk mengurangi kebiasaan tidak sehat C. Jawaban A dan B benar D. Jawaban A dan B salah 35. Menempelkan peringatan-peringatan di lokasi strategis di rumah dalam rangka mengubah perilaku diet, seperti tulisan jangan makan sambil menonton TV atau kurangi belanja makanan yang bikin gemuk merupakan teknik CBT dengan metode stimulus control, berupa: A. Menciptakan discriminative stimulus baru B. Menghilangkan discriminative stimulus C. Mempertahankan discriminative stimulus D. Mengganti discriminative stimulus 36. Metode pada pendekatan CBT yang mendasarkan keyakinan bahwa setiap orang melakukan dialog dengan dirinya sendiri (monolog) dalam rangka mengubah perilaku mereka, sehingga perlu diciptakan dan dimodifikasi monolog-monolog yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku (cognitiverestructuring) adalah metode: A. Stimulus control B. Self-monitoring C. The self-control behavior 17

18 D. Self-reinforcement 37. Self-reinforcement adalah metode dalam pendekatan CBT: A. Yang memberikan ganjaran (positif atau negatif) dalam rangka meningkatkan atau menurunkan faktor-faktor yang mengubah perilaku seseorang B. Yang menghilangkan discriminative stimulus dan menciptakan discriminative stimulus yang baru C. Menciptakan monolog-monolog untuk mengubah perilaku D. Memahami dan memetakan perilaku tidak sehat 38. Manakah yang BUKAN contoh metode self-reinforcement: A. Mengiming-imingi nonton film di bioskop jika berhasil menurunkan berat badan B. Seorang anak boleh bermain games jika selama seminggu selalu menggosok gigi sebelum tidur C. Seorang anak remaja ditambah uang jajannya jika selalu tidur tepat waktu D. Membuat peringatan tertulis di tempat-tempat strategis di rumah 39. Metode dalam CBT yang dilakukan dengan memberikan penugasanpenugasan di rumah pada seseorang yang ingin mengubah perilaku tidak sehat oleh ahli atau terapis kepada pasiennya setelah melakukan konsultasi, adalah: A. Self-monitoring B. The self-control behavior C. Behavioral assignments D. Self-reinforcement 40. Isilah titik-titik pada pernyataan di bawah ini. Teknik behavioral assignments memiliki keunggulan antara lain: 1. Melibatkan pasien dalam proses... (perubahan perilaku) 2. Pasien ikut melakukan... terhadap perilakunya 3. Pasien menjadi lebih... dalam proses pengobatan (perubahan perilaku) untuk mengubah perilaku secara bertahap menjadi meningkat 5. Meningkatkan keinginan untuk... pasien. 41. Metode pada pendekatan CBT yang digunakan untuk mengubah perilaku yang tidak sehat akibat reaksi kecemasan terhadap masalah sosial (social anxiety) dengan memberi pelatihan bagaimana menghadapi situasi-situasi sosial yang tidak diinginkan dengan cara-cara yang lebih efektif dan tidak mengganggu kesehatan adalah: A. Self-reinforcement B. Social skill trainings C. Behavioral assignments D. Stimulus control 42. Teknik relaksasi atau relaxational training dalam metode CBT cocok diberikan untuk mengubah perilaku tidak sehat akibat: A. Tekanan sosial 18

19 B. Pengaruh internal C. Kebiasaan pribadi D. Cara berfikir yang salah 43. Pada beberapa karyawan yang akan presentasi di hadapan klien, ada yang merokok hanya untuk menghilangkan stress, atau menggigit kuku, menggaruk kulit dan sebagainya, merupakan contoh perilaku yang disebabkan oleh tekanan sosial. Perilaku tidak sehat ini efektif dikurangi dengan metode: A. Social skill training B. Assertive training C. Relaxational training D. Social engineering 44. Manakah pernyataan yang TIDAK BENAR tentang metode wawancara motivasional (motivational interview): A. Pada awalnya digunakan untuk mengurangi perilaku adiksi pada seseorang B. Dilakukan dengan menggunakan gaya konseling kepada pasien C. Efektif untuk orang yang mengalami kebingungan atau khawatir bagaimana mengubah perilakunya D. Dilakukan dengan menggunakan gaya mengajar/training satu arah 45. Prinsip-prinsip yang dijalankan dalam metode motivational interview adalah: A. Tidak menghakimi, tidak konfrontatif, mendorong ke arah yang baik, dan mendukung B. Bertujuan menggali pemikiran pasien baik yang positif maupun yang negatif tentang perilakunya atau membuat pasien berkomunikasi sebanyak mungkin dengan konselor C. Tidak berusaha membujuk pasien untuk mengubah perilakunya atau menganalisis kepercayaan yang irasional, melainkan berusaha agar pasien memikirkan dan menjelaskan alasan kenapa ia memiliki perilaku tidak sehat D. Jawaban A, B, C benar 46. Metode mengubah perilaku dengan pendekatan kognitif yang dilakukan untuk mencegah kembalinya seseorang memiliki perilaku yang tidak sehat atau kekambuhan disebut dengan: A. Social skill training B. Relaxational training C. Relapse prevention D. Stimulus control 47. Pada metode relapse prevention terdapat satu kedaan dimana seseorang kehilangan kontrol diri akibat melanggar aturan yang dibuatnya sendiri, yang memicu ketagihan (atau kekambuhan) seseorang terutama saat dirinya sedang goyah. Keadaan ini disebut dengan A. Abstinence violation effect B. Presence violation effect C. Abstinence reinforce effect D. Presence reinforce effect 19

20 48. Manakah pernyataan yang TIDAK BENAR tentang relapse prevention: A. Saat awal mengubah perilaku, seseorang memiliki tingkat kewaspadaan yang tinggi, lama-lama menghilang dan kemungkinan kambuh akan meningkat B. Seseorang yang memiliki self-efficacy (kemampuan dan kesadaran menyembuhkan diri sendiri) tinggi akan terhidar dari kekambuhan C. Seseorang yang memiiliki self-efficacy rendah berisiko untuk kambuh D. Seseorang yang memiliki self-efficacy tinggi berisiko untuk kambuh 49. Faktor penyebab atau pemicu kekambuhan umumnya berasal dari halhal yang negatif seperti: A. Depresi B. Kecemasan C. Di bawah tekanan D. Jawaban A, B, C benar 50. Upaya-upaya yang dilakukan dalam program mencegah kekambuhan (relapse prevention) antara lain sebagai berikut: A. Mengidentifikasi situasi-situasi yang memungkinkan timbulnya kekambuhan B. Menyarankan untuk menghindari situasi-situasi yang memicu perilaku tidak sehat C. Menyarankan pasien untuk melakukan penyeimbangan gaya hidup atau lifestyle rebalancing D. Jawaban A, B, C benar semua 51. Manakah yang BUKAN merupakan kelebihan metode CBT: A. Beberapa teknik dalam CBT dapat mengatasi berbagai masalah B. Rencana terapi dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan C. Dapat mengatasi masalah perilaku secara bersama-sama D. Hanya mengatasi satu masalah perilaku tidak sehat 52. Teori perubahan perilaku yang meyakini bahwa perilaku sehat tidak terjadi secara tiba-tiba dalam satu waktu, melainkan melalui melalui berbagai tahapan, merupakan teori dengan pendekatan: A. Sikap B. Kognitif C. Transformatif D. Rekayasa sosial 53. Salah satu teori dengan pendekatan transformatif yang dikembangkan oleh Prochaska dan kawan-kawan tahun 1994, dengan menganalisis tahap-tahap seseorang mengalami perubahan perilaku sehat dan mengusulkan intervensi serta tindakan yang sebaiknya dilakukan pada setiap tahapan, adalah: A. The transtheoretical model of behavior change B. The Theory of Planned Behavior C. Health Belief Model D. Self-Determination Theory 20

21 54. Pada pendejatan transformatif, tahapantahap seseorang untuk mengubah perilaku tidak sehat antara lain 1. Tahap Tahap Tahap Tahap Tahap Tahap yang terjadi saat seseorang tidak memiliki keinginan untuk mengubah perilakunya dan beberapa orang pada tahap ini tidak sadar bahwa dirinya mengalami masalah kesehatan, meskipun lingkungan sosial sekitarnya memiliki perilaku yang sehat disebut dengan tahap: A. Tahap prekontemplasi B. Tahap Kontemplas C. Tahap persiapan D. Tahap pemeliharaan 56. Kondisi dimana peminum alkohol mau mengubah perilaku bila keluarga mendorongnya atau menekannya untuk memperbaiki diri merupakan contoh perilaku pada tahap: A. Kontemplasi B. Prekontemplasi C. Persiapan D. Pemeliharaan 57. Karakteristik tahap kontemplasi adalah: A. Seseorang sadar bahwa ia memiliki masalah kesehatan B. Seseorang telah memikirkan masalahnya C. Seseorang belum memiliki komitmen untuk berubah D. Jawaban A, B, C benar 58. Manakah yang BUKAN karakteristik perilaku sehat pada tahap persiapan atau preparation : A. Seseorang sadar bahwa ia memiliki masalah kesehatan B. Seseorang mulai berniat untuk mengubah perilaku C. Seseorang masih tidak berhasil mengubah perilakunya D. Pada beberapa kasus, orang pada tahap ini mengubah perilaku seadanya saja dan belum ada komitmen untuk mengubah perilakunya, misalnya mengurangi jumlah rokok yang dihisap 59. Tahap perubahan perilaku seseorang yang terjadi saat seseorang memodifikasi perilaku mereka untuk mengatasi masalahnya, dan membutuhkan komitmen dan energi yang tinggi untuk mengubah perilaku disebut dengan tahap: A. Aksi B. Persiapan C. Pemeliharaan D. Kontemplasi 60. Tujuan tahap pemeliharaan atau maintenance dalam upaya mengubah perilaku sehat adalah: A. Mencegah kekambuhan 21

22 B. Mengkonsolidasi upaya yang sudah dijalankan C. Jawaban A dan B benar D. Jawaban A dan B salah 61. Pendekatan perubahan perilaku yang dilakukan dengan memodifikasi lingkungan yang mempengaruhi perubahan perilaku sehat seseorang adalah: A. Pendekatan sikap B. Pendekatan kognitif C. Pendejatan transformatif D. Pendekatan rekayasa sosial 62. Manakah yang TIDAK termasuk dalam contoh pendekatan rekayasa sosial: A. Mewajibkan vaksinasi sebelum masuk sekolah B. Membatasi peredaran obat-obat terlarang C. Menganjurkan pengemudi untuk mengurangi kecepatan kendaraan di jalan tol D. Membatasi pembelian alkohol dan rokok pada usia tertentu 22

PERUBAHAN PERILAKU SEHAT & TEORI PERUBAHAN PERILAKU SEHAT

PERUBAHAN PERILAKU SEHAT & TEORI PERUBAHAN PERILAKU SEHAT PERUBAHAN PERILAKU SEHAT & TEORI PERUBAHAN PERILAKU SEHAT Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id FAKTOR PENYEBAB PERUBAHAN PERILAKU SEHAT Beberapa

Lebih terperinci

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id PENDAHULUAN Perilaku seseorang memberi dampak yang penting terhadap

Lebih terperinci

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id PENDAHULUAN Perilaku seseorang memberi dampak yang penting terhadap

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan

BAB II LANDASAN TEORI. terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit dan 24 BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Kesehatan 1. Pengertian perilaku kesehatan Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo (2005) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

PENGANTAR PSIKOLOGI KESEHATAN

PENGANTAR PSIKOLOGI KESEHATAN PENGANTAR PSIKOLOGI KESEHATAN Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id PENDAHULUAN Hampir setiap hari kita membaca headline berita tentang kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi epidemiologi yang terjadi di dunia saat ini telah mengakibatkan berbagai perubahan pola penyakit, yaitu dari penyakit menular ke penyakit tidak menular. Peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah mengalami perubahan yang sangat besar. Saat ini orang cenderung memiliki gaya hidup

Lebih terperinci

Model dan Nilai Promosi Kesehatan

Model dan Nilai Promosi Kesehatan PROMOSI KESEHATAN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN Model dan Nilai Promosi Kesehatan Oleh : Andreas W. Sukur PRODI DIII KEBIDANAN STIKES WILLIAM BOOTH SURABAYA Content List/ Outline Study Health Belief Model

Lebih terperinci

Health Belief Penderita Hipertensi Primer Non Compliance Di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

Health Belief Penderita Hipertensi Primer Non Compliance Di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Health Belief Penderita Hipertensi Primer Non Compliance Di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung Resna Nurfitriyana & Farida Coralia Fakultas Psikologi Universitas Islam Bandung Email: coralia_04@yahoo.com

Lebih terperinci

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan

Mengatur Berat Badan. Mengatur Berat Badan Mengatur Berat Badan Pengaturan berat badan adalah suatu proses menghilangkan atau menghindari timbunan lemak di dalam tubuh. Hal ini tergantung pada hubungan antara jumlah makanan yang dikonsumsi dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emerging adulthood. Pada tahap remaja, mahasiswa mengalami perkembangan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. emerging adulthood. Pada tahap remaja, mahasiswa mengalami perkembangan fisik dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Mahasiswa berada pada tahap peralihan dari remaja menuju tahap perkembangan emerging adulthood. Pada tahap remaja, mahasiswa mengalami perkembangan fisik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery Disease (CAD) merupakan suatu penyakit yang terjadi ketika arteri yang mensuplai darah untuk dinding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja mengalami peningkatan kebutuhan gizi karena pertumbuhan yang sangat cepat. Tetapi masukan zat gizi mereka sering tidak sesuai dengan kebiasaan makan karena kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Pengaruh merokok terhadap kesehatan telah terdokumentasi secara luas. Lebih dari 70.000 artikel ilmiah telah berhasil menunjukan hubungan tembakau dengan terjadinya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka 1.1.1 Pengertian Hipertensi dan Rehipertensi Hipertensi merupakan gangguan pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh pembuluh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia berkembang pesat. Muncul berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan tersebut

Lebih terperinci

NYERI DAN EFEK PLASEBO

NYERI DAN EFEK PLASEBO NYERI DAN EFEK PLASEBO NYERI APA YANG DIMAKSUD DENGAN NYERI? Teori Nyeri terdahulu: Nyeri merupakan Sensasi Dideskripsikan sebagai berikut: 1. Kerusakan jaringan menyebabkan sensasi nyeri 2. Keterlibatan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia Penyuluh : Mahasiswi Gizi Poltekkes Hari/Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber

BAB I PENDAHULUAN. kualitas yang melayani, sehingga masalah-masalah yang terkait dengan sumber 1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Fungsi utama Rumah Sakit yakni melayani masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin majunya teknologi kedokteran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kunci utama bagi kesejahteraan hidup. Definisi sehat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kunci utama bagi kesejahteraan hidup. Definisi sehat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan kunci utama bagi kesejahteraan hidup. Definisi sehat menurut World Health Organization (WHO) adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi

Lebih terperinci

Obat Diabetes Paling Ampuh

Obat Diabetes Paling Ampuh Obat diabetes paling ampuh merupakan hal yang paling dicari oleh orang-orang penderita diabetes mellitus. Beragam obat diabetes pun banyak ditawarkan di publik. Baik obat herbal diabetes rumahan yang dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Rokok merupakan masalah kesehatan terbesar di dunia dan juga salah satu pembunuh paling berbahaya saat ini. Merokok merupakan salah satu faktor resiko utama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Alasan merokok Pertama kali seorang remaja ingin mencoba untuk merokok dikarenakan di pengaruhi oleh beberapa hal yaitu, ingin coba-coba, pengaruh dari teman

Lebih terperinci

DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI

DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI DITA RACHMAYANI, S.PSI., M.A YUNITA KURNIAWATI, S.PSI., M.PSI PENGERTIAN Dasar pemikiran: hubungan pikiran/mind dengan tubuh Merupakan bidang kekhususan dalam psikologi klinis yang berfokus pada cara pikiran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini di Indonesia penyakit stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Persepsi Mengenai PHBS 2.1.1. Pengertian Persepsi Individu satu dengan yang lainnya, tentu memiliki perbedaan dalam melihat serta memaknai sesuatu yang dilihatnya. Perbedaan

Lebih terperinci

Hubungan Health Belief dengan Perilaku Compliance pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di RSUD Al Ihsan

Hubungan Health Belief dengan Perilaku Compliance pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di RSUD Al Ihsan Prosiding Psikologi ISSN: 2460-6448 Hubungan Health Belief dengan Perilaku Compliance pada Pasien Gagal Ginjal Kronis di RSUD Al Ihsan 1 Suci Nugraha, 2 Rita Nurhayati 1,2 Fakultas Psikologi, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Self Medication menjadi alternatif yang diambil masyarakat untuk meningkatkan keterjangkauan pengobatan. Pada pelaksanaanya self medication dapat menjadi sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization

BAB 1 PENDAHULUAN. baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Stroke merupakan salah satu masalah besar di bidang kesehatan masyarakat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. World Health Organization (WHO) mendefinisikan

Lebih terperinci

TEORI PERILAKU PERTEMUAN 4 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

TEORI PERILAKU PERTEMUAN 4 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT TEORI PERILAKU PERTEMUAN 4 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT Adalah teori-teori terbentuknya atau terjadinya perilaku. Dengan adanya bermacam-macam teori ini akan mengarahkan intervensi kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM).

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup. dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM). 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Secara global, penyakit terkait dengan gaya hidup dikenal sebagai penyakit tidak menular (PTM). Kelompok penyakit ini merupakan kelompok penyakit yang terdiri atas:

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta pada mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai inti dan arah penelitian yang terdiri atas: latar

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas mengenai inti dan arah penelitian yang terdiri atas: latar BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai inti dan arah penelitian yang terdiri atas: latar belakang penelitian, identifikasi dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik). Berdasarkan intrinsic-extrinsic model Curry et,al (1990) dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekstrinsik). Berdasarkan intrinsic-extrinsic model Curry et,al (1990) dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori Motivasi pada dasarnya dapat bersumber pada diri seseorang (motivasi intrinsik) dan dapat pula bersumber dari luar diri seseorang (motivasi ekstrinsik). Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Umum Penelitian Penelitian pengetahuan dan sikap terhadap praktik pencegahan hipertensi pada remaja ini dilakukan di SMAN 15 Semarang

Lebih terperinci

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Usus Besar. Bowel Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Usus Besar Kanker usus besar merupakan kanker yang paling umum terjadi di Hong Kong. Menurut statistik dari Hong Kong Cancer Registry pada tahun 2013, ada 66 orang penderita kanker usus besar dari

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung

BAB 1 : PENDAHULUAN. daya masyarakat, sesuai dengan kondisi sosial budaya setempat dan didukung BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Promosi kesehatan pada prinsipnya merupakan upaya dalam meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk, dan bersama masyarakat, agar mereka

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng

BAB IV ANALISIS DATA. A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng BAB IV ANALISIS DATA A. Faktor-Faktor Penyebab Anak Terkena Epilepsi di Gubeng Klingsingan Surabaya Faktor penyebab klien terkena epilepsi terjadi karena faktor eksternal. Yaitu faktor yang terjadi bukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Stroke WHO mendefinisikan stroke sebagai gangguan saraf yang menetap baik fokal maupun global(menyeluruh) yang disebabkan gangguan aliran darah otak, yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan zat psikoaktif yang bersifat adiksi atau adiktif. Zat psikoaktif adalah

BAB II LANDASAN TEORI. merupakan zat psikoaktif yang bersifat adiksi atau adiktif. Zat psikoaktif adalah BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Minuman Berakolhol Minuman berakolhol adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan kesadaran. Di berbagai negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini merokok sudah seperti budaya yang melekat di Indonesia. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan negara pengkonsumsi

Lebih terperinci

PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang

PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang Teori Sebab Akibat adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Status nutrisi Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan manfaat zat zat gizi. Perubahan pada dimensi tubuh mencerminkan keadaan kesehatan

Lebih terperinci

Teknik lainnya dalam modifikasi perilaku

Teknik lainnya dalam modifikasi perilaku Modul ke: 12 Rizka Fakultas Psikologi Teknik lainnya dalam modifikasi perilaku Restrukturisasi kognisi, relaksasi, dan desensitisasi Putri Utami, M.Psi Program Studi Psikologi http://mercubuana.ac.id Restukturisasi

Lebih terperinci

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model

Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model Materi ini merupakan salah satu Bahan kuliah online gratis Bagi anggota keluarga, relawan kesehatan jiwa Dan perawat pendamping Strategi pemulihan gangguan jiwa berdasar stress vulnerability model Oleh:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang paling penting bagi masyarakat, terutama remaja yang memiliki aktivitas yang padat. Salah satu cara agar tubuh tetap sehat adalah

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saja akan tetapi sudah menjadi permasalahan bagi kalangan anak - anak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saja akan tetapi sudah menjadi permasalahan bagi kalangan anak - anak 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Obesitas 2.1.1. Definisi Obesitas didefenisikan sebagai suatu penambahan berat badan akibat akumulasi berlebihan lemak tubuh relatif terhadap massa tubuh tanpa lemak (Wong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak sekali kita ditemukan kasus dimana remaja laki-laki,

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini banyak sekali kita ditemukan kasus dimana remaja laki-laki, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini banyak sekali kita ditemukan kasus dimana remaja laki-laki, terutama remaja laki-laki SMP,mempunyai masa depan yang suram disebabkan karena mengkonsumsi

Lebih terperinci

FAKULTAS PSIKOLOGI Universitas Muhammadiyah Surakarta. PSIKOLOGI KESEHATAN Silabus

FAKULTAS PSIKOLOGI Universitas Muhammadiyah Surakarta. PSIKOLOGI KESEHATAN Silabus FAKULTAS PSIKOLOGI Universitas Muhammadiyah Surakarta PSIKOLOGI KESEHATAN Silabus PSIKOLOGI KESEHATAN 554502 Silabus Program Studi : Psikologi S1 Nama Mata Kuliah : PSIKOLOGI KESEHATAN Jumlah SKS : Dua

Lebih terperinci

BAB II LITERATURE REVIEW. rokok merupakan kondisi tubuh apabila mengonsusmsi zat-zat yang pada

BAB II LITERATURE REVIEW. rokok merupakan kondisi tubuh apabila mengonsusmsi zat-zat yang pada BAB II LITERATURE REVIEW A. Literature Review 1. Ketergantungan Merokok Ketergantungan merokok dipengaruhi oleh beberapa aspek yaitu pengaruh zat yang terkandung didalam rokok, terutama nikotin, frekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat. penyakit disebabkan rokok (Evy, 2008).

BAB I PENDAHULUAN dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat. penyakit disebabkan rokok (Evy, 2008). BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Setiap harinya, terdapat 1 1.176 orang di seluruh dunia meninggal diakibatkan rokok (Ono, 2009).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan kemajuan ekonomi yang terus meningkat, berubah pula perilaku dan gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat. Saat pendapatan tinggi, orang cenderung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kehidupan perkotaan di Indonesia saat ini dapat dikatakan sangat bebas. Individu dapat mendapatkan apa yang diinginkan dengan sangat mudah, didukung dengan

Lebih terperinci

maupun orang dewasa di dunia. Data WHO menyebutkan sekitar 300 meningkat hingga mencapai 400 juta. Prevalensi asma di Indonesia belum

maupun orang dewasa di dunia. Data WHO menyebutkan sekitar 300 meningkat hingga mencapai 400 juta. Prevalensi asma di Indonesia belum Asma merupakan penyakit kronik yang banyak diderita oleh anakanak maupun orang dewasa di dunia. Data WHO menyebutkan sekitar 300 juta orang yang menderita asma dan diperkirakan pada tahun 2025 akan meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan salah satu perilaku yang mudah kita jumpai

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan salah satu perilaku yang mudah kita jumpai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perilaku merokok merupakan salah satu perilaku yang mudah kita jumpai di Indonesia. Baik di tempat-tempat umum seperti mall hingga tempat paling pribadi sekalipun,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah. negara. Peningkatan prevalensinya tidak saja terjadi di negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada zaman sekarang ini, kelebihan berat badan (overweight) dan kegemukan (obesitas) merupakan masalah kesehatan dunia yang semakin sering ditemukan di berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada populasi umum, pria lebih banyak yang menderita penyakit ini dari pada wanita (pria 39 % dan wanita

Lebih terperinci

PENGGUNAAN TEORI. Dalam Program Promosi Kesehatan

PENGGUNAAN TEORI. Dalam Program Promosi Kesehatan PENGGUNAAN TEORI Dalam Program Promosi Kesehatan KEGUNAAN TEORI UNTUK PROGRAM Teori adalah Panduan terorganisir dan sistematis tentang pengetahuan, yang berlaku dalam berbagai macam keadaan, dirancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan (WHO, 2014). Obesitas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menjadi dewasa, dalam segi fisik, kognitif, sosial ataupun emosional. Masa remaja dibagi menjadi

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI

SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI SATUAN ACARA PENYULUHAN MANAJEMEN NYERI PADA LUKA POST OPERASI OLEH ANDITA NOVTIANA SARI FLAMINGO 1 P17420509004 POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG PRODI KEPERAWATAN MAGELANG 2011 SATUAN ACARA PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. metabolisme gula akibat kurangnya sekresi hormon insulin sehingga terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diabetes melitus atau lebih dikenal dengan istilah penyakit kencing manis merupakan suatu bentuk penyakit yang disebabkan oleh adanya gangguan metabolisme gula

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiksi lainnya

BAB I PENDAHULUAN. Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiksi lainnya BAB I PENDAHULUAN 1.l. Latar Belakang Penelitian Masalah penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan zat adiksi lainnya (NAPZA) atau istilah yang populer dikenal masyarakat sebagai NARKOBA (Narkotika dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Ogawa (dalam Triyanti, 2006) dahulu perilaku merokok disebut sebagai suatu kebiasaan atau ketagihan, tetapi dewasa ini merokok disebut sebagai tobacco

Lebih terperinci

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN KUESIONER PENELITIAN PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL KELUARGA TERHADAP KEJADIAN STROKE BERULANG DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN I. KARAKTERISTIK RESPONDEN a. Nama : b. Umur : c. Jenis Kelamin : L / P d. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker,

BAB I PENDAHULUAN. mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jumlah penderita penyakit kronis yang dapat menyebabkan kematian kini mengalami peningkatan. Penyakit-penyakit kronis tersebut, di antaranya: kanker, HIV/AIDS,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diikuti oleh penyakit stroke (Mozaffarian, Benjamin, Go, Arnett, Blaha,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang diikuti oleh penyakit stroke (Mozaffarian, Benjamin, Go, Arnett, Blaha, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit terbesar kedua setelah penyakit jantung yang diikuti oleh penyakit stroke (Mozaffarian, Benjamin, Go, Arnett, Blaha, Cushman, et al,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu penyakit tidak menular yang masih menjadi masalah di bidang kesehatan. Hipertensi yang dikenal juga sebagai tekanan darah tinggi, adalah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik simpulannya sebagai berikut : 1. Penderita hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. dapat ditarik simpulannya sebagai berikut : 1. Penderita hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab IV dapat ditarik simpulannya sebagai berikut : 1. Penderita hipertensi lansia di Desa Pingit Kecamatan Pringsurat

Lebih terperinci

COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY UNTUK MENGURANGI SIMTOM SOMATISASI. Oleh: ABSTRAK

COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY UNTUK MENGURANGI SIMTOM SOMATISASI. Oleh: ABSTRAK SULUH Jurnal Bimbingan Konseling, Agustus 216, Volume 2 Nomor 2 (17-22) http://jurnal.umpalangkaraya.ac.id/ejurnal/suluh COGNITIVE BEHAVIORAL THERAPY UNTUK MENGURANGI SIMTOM SOMATISASI Oleh: ABSTRAK Gangguan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Alasan Pemilihan Teori Dalam penelitian ini peneliti menggunakan Health Belief Model sebagai landasan berpikir. Peneliti memilih teori tersebut dikarenakan beberapa alasan.

Lebih terperinci

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes

Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Pola hidup sehat untuk penderita diabetes Penanganan diabetes berfokus pada mengontrol kadar gula darah (glukosa). Hal tersebut dapat dijalankan dengan memperhatikan pola makan dan olahraga, serta merubah

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA SKRIPSI Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat sarjana S-1 Oleh : MEICA AINUN CHASANAH F

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable

BAB I PENDAHULUAN. gizi terjadi pula peningkatan kasus penyakit tidak menular (Non-Communicable BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah ganda (double burden). Disamping masalah penyakit menular dan kekurangan gizi terjadi pula peningkatan

Lebih terperinci

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke

STROKE Penuntun untuk memahami Stroke STROKE Penuntun untuk memahami Stroke Apakah stroke itu? Stroke merupakan keadaan darurat medis dan penyebab kematian ketiga di Amerika Serikat. Terjadi bila pembuluh darah di otak pecah, atau yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya taraf hidup masyarakat menyebabkan perubahan gaya hidup pada masyarakat. Perubahan gaya hidup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Kecemasan a. Pengertian Kecemasan Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik.

Lebih terperinci

Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke

Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke Sakit Gigi Akibatkan Penyakit Jantung dan Stroke Jangan mengabaikan kesehatan gigi dan mulut. Salah-salah, penyakit lain pun menyerang Masih ingat pelawak Leysus? Ya, ia meninggal Selasa (3/1/06) lalu

Lebih terperinci

untuk Mencegah Sakit Punggung

untuk Mencegah Sakit Punggung 5 Hal yang Bisa Anda Lakukan untuk Mencegah Sakit Punggung WISNUBRATA Kompas.com - 25/09/2017, 07:45 WIB Ilustrasi sakit punggung dan pinggang(grinvalds) KOMPAS.com - Sakit punggung adalah penyakit yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena banyak

Lebih terperinci

Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Abstraksi

Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan. Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang. Abstraksi STUDI PENDAHULUAN MENGUJI PERBEDAAN KETEGANGAN OTOT ANTARA JENIS KELAMIN, USIA, DAN SUBJEK YANG NOR- MAL DENGAN YANG MENGALAMI KELUHAN NYERI KEPALA DAN PUNDAK Siswanto dan Florentinus Budi Setiawan Fakultas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes Mellitus (DM) di dunia. Angka ini diprediksikan akan bertambah menjadi 333 juta orang pada tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bukti ilmiah telah menunjukkan bahwa merokok adalah penyebab utama penyakit di seluruh dunia yang sebenarnya dapat dicegah. Asap rokok mempunyai pengaruh yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Hipertensi a. Pengertian Hipertensi Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik di atas 140 mmhg dan tekanan diastolik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah suatu negara dengan jumlah populasi terbesar setelah Cina, India, dan Amerika serikat. Pada tahun 2010 menurut data statistik menunjukkan bahwa jumlah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa

ABSTRAK. Kata Kunci: Manajemen halusinasi, kemampuan mengontrol halusinasi, puskesmas gangguan jiwa ABSTRAK Halusinasi adalah gangguan jiwa pada individu yang dapat ditandai dengan perubahan persepsi sensori, dengan merasakan sensasi yang tidak nyata berupa suara, penglihatan, perabaan, pengecapan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak di ikuti oleh meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Temuan

BAB I PENDAHULUAN. ternyata tidak di ikuti oleh meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Temuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada zaman sekarang ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ternyata tidak di ikuti oleh meningkatnya kesadaran akan kesehatan. Temuan menunjukkan bahwa saat ini

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengetahuan 2.1.1.1 Definisi Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk lanjut usia pria lebih rendah dibanding wanita. Terlihat dari persentase pria dan wanita dari penduduk lanjut usia berdasarkan estimasi dan proyeksi

Lebih terperinci

1. Bab II Landasan Teori

1. Bab II Landasan Teori 1. Bab II Landasan Teori 1.1. Teori Terkait 1.1.1. Definisi kecemasan Kecemasan atau dalam Bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari Bahasa Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik.

Lebih terperinci

MENGATUR POLA HIDUP SEHAT DENGAN DIET

MENGATUR POLA HIDUP SEHAT DENGAN DIET MENGATUR POLA HIDUP SEHAT DENGAN DIET Oleh : Fitriani, SE Pola hidup sehat adalah gaya hidup yang memperhatikan segala aspek kondisi kesehatan, mulai dari aspek kesehatan,makanan, nutrisi yang dikonsumsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

DETEKSI DINI STRES DI TEMPAT KERJA DAN PENANGGULANGANNYA

DETEKSI DINI STRES DI TEMPAT KERJA DAN PENANGGULANGANNYA Environment & Social Responsibility Division ESR Weekly Tips no. 30/III/2006 Sent: 20 Maret 2006 DETEKSI DINI STRES DI TEMPAT KERJA DAN PENANGGULANGANNYA Sebagian besar bahkan mungkin semua orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku merokok hampir di setiap sudut kota, baik di ruang - ruang publik

BAB I PENDAHULUAN. perilaku merokok hampir di setiap sudut kota, baik di ruang - ruang publik BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Merokok merupakan kegiatan yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian besar masyarakat di seluruh dunia. Kita dapat menemukan perilaku merokok hampir di setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fase remaja merupakan masa perkembangan individu yang sangat penting. Alberty (Syamsudin, 2004:130) mengemukakan masa remaja merupakan suatu periode dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia menginginkan kondisi yang sehat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia menginginkan kondisi yang sehat, baik secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya setiap manusia menginginkan kondisi yang sehat, baik secara jasmani atau rohani. Sehat dapat diartikan sebagai kondisi dari tubuh yang terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki kedudukan istimewa baik secara lahir maupun batin. Bagian tubuh ini memainkan peran dalam identitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengerahkan energinya untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam berkerja

BAB I PENDAHULUAN. mengerahkan energinya untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam berkerja 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Kesehatan sangat memegang peranan penting bagi kehidupan manusia. Dengan badan yang sehat tentu saja seseorang bisa memfokuskan perhatian dan mengerahkan

Lebih terperinci