Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini penulis akan menganalisis unsur Zen pada arsitektur Chashitsu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab 3. Analisis Data. Dalam bab ini penulis akan menganalisis unsur Zen pada arsitektur Chashitsu"

Transkripsi

1 Bab 3 Analisis Data Dalam bab ini penulis akan menganalisis unsur Zen pada arsitektur Chashitsu bergaya souan yang berluas yojouhan, dengan menggunakan tujuh karakteristik Zen. Penulis akan menganalisisnya pada bagian-bagian chashitsu, yaitu: roji, tsukubai, machiai, setsuin, chashitsu dan mizuya. 3.1 Analisis Karakteristik Kanso, Kokou, Shizen, Fukinsei dan Datsuzoku Pada Roji Roji ( 露地 ) berfungsi sebagai jalan bagi para tamu, yang membimbing mereka ke arah chashitsu. Pertama-tama mereka akan melewati gerbang depan yang disebut dengan sotomon Analisis Karakteristik Kanso, Kokou dan Shizen Pada Sotomon Sotomon terbuat dari kayu dan tampilannya tidak mewah. Seperti yang ditulis oleh Jonas (2001:25) fungsi dari sotomon adalah sebagai pembatas antara lingkungan luar dengan roji. Bahan-bahan yang dipakai dalam pembuatan gerbang sotomon adalah kayu, sedangkan disampingnya terdapat pagar yang terbuat dari bambu. Bagian atapnya juga terbuat dari jerami. Menurut analisis penulis, terkandung unsur kanso (kesederhanaan) dalam arsitektur sotomon ini. 25

2 Gambar 3.1 Sotomon Sumber: Japanese-inspired gardens: adapting Japan's design traditions for your garden (2001:25) Arti dari kata sederhana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:888), adalah sesuatu yang tidak berlebihan atau sesuatu yang tidak banyak pernik (setelah ini, Kamus Bahasa Besar Indonesia akan disingkat menjadi KBBI). Kayu dan bambu yang dipakai dalam pembuatan sotomon ini tidak dihias dengan ukiran ataupun diwarnai oleh cat. Hal ini membuat sotomon terlihat sederhana, karena tidak dihiasi oleh banyak pernik, sesuai dengan pengertian dari KBBI. Hal tersebut menurut analisis penulis juga sesuai dengan salah satu karakteristik Zen, yaitu kanso (kesederhanaan). Hisamatsu (1997:31) mengatakan tentang karakteristik kanso (kesederhanaan) dalam Zen jika diibaratkan dengan warna adalah warna yang alami dan tidak mencolok. Kayu dan bambu yang tidak dicat, membuat bahan-bahan tersebut mempertahankan warna aslinya sehingga warna-warna tersebut membaur dengan warna disekelilingnya dan tidak memperlihatkan perbedaan warna yang mencolok. Bahan pembuatan sotomon selain sesuai dengan karakteristik kanso, menurut analisis penulis juga sesuai dengan karakteristik shizen (kealamian). Kata alami menurut 26

3 KBBI (1995:25) adalah segala sesuatu yang ada di langit dan bumi atau segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan. Kayu dan bambu yang digunakan dalam pembuatan sotomon merupakan bahan-bahan yang merupakan bagian dari bumi dan hal itu membuktikan bahwa penggunaan kayu dan bambu sebagai bahan dasar pembuatan sotomon mengandung unsur alami. Pengertian shizen (kealamian) dalam konsep Zen menurut Hisamatsu (1997: 32) adalah sesuatu yang tidak terlihat dipaksakan, hal ini mengandung arti sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan. Bisa kita lihat pada gambar, keberadaan sotomon tidak terlihat menonjol dan menyatu dengan lingkungan sekitar atau dengan kata lain, tidak dipaksakan keberadaannya. Hal ini disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan yang sama dengan lingkungannya, yaitu kayu dan bambu yang tidak diwarnai, sehingga masih memiliki warna alami sesuai dengan lingkungan sekitarnya. Menurut analisis penulis diatas, sotomon mengandung karakteristik dari shizen (kealamian). Atap sotomon terbuat dari jerami atau rumput yang dikeringkan. Menurut analisis penulis, penggunaan jerami pada atap sotomon mencerminkan karakteristik kokou (esensi waktu). Esensi waktu terdiri dua kata, yaitu kata esensi dan kata waktu. Menurut KBBI (1995:270,1123), kata esensi memiliki arti inti atau hal yang pokok sedangkan kata waktu memiliki pengertian mengenai seluruh rangkaian pada saat terjadinya proses, perbuatan atau keadaan yang sedang berlangsung. Sehingga esensi waktu memiliki arti kurang lebih sebagai inti dari seluruh rangkaian dari proses yang terjadi. Pengertian tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Hisamatsu (1997:31) mengenai karakteristik kokou yang mengandung makna menjadi kering atau hilangnya kesegaran. Hilangnya kesegaran berarti menjadi tua, menjadi dewasa dan telah membuang sagala sesuatu yang tidak dibutuhkan, sehingga hanya tersisa intinya saja. 27

4 menurut konsep kecantikan Zen, keadaan ini mencerminkan telah tercapainya tingkat tertinggi dalam Zen. Untuk menjadi jerami atau rumput yang dikeringkan dibutuhkan proses waktu yang lama, sehingga hilang kesegarannya dan menyisakan inti yang diperlukan. Hal ini menurut konsep Zen, jerami tersebut telah mengalami esensi waktu dan memiliki karakteristik kokou (esensi waktu) Analisis Karakteristik Fukinsei, Datsuzoku, Shizen, dan Kanso Pada Batu Setelah melewati sotomon, kita akan masuk kedalam roji. Gambar 3.2 Roji Batu pijakan Sumber: Dalam Roji, terdapat batu-batu yang mempunyai berbagai macam fungsi dan ukuran. Dalam penyusunan batu, Harada dalam Sadler (1989:21) mengatakan bahwa batu pada roji tidak boleh disusun secara garis lurus. Menurut analisis penulis, hal ini sesuai dengan salah satu karakteristik Zen yaitu fukinsei (asimetris). Asimetris dalam KBBI (1995:61,941) adalah sesuatu yang tidak sama pada kedua belah bagiannya. Pengertian tersebut mendukung penjelasan tentang karakteristik fukinsei (asimetris) yang dijelaskan oleh Hisamatsu (1997;29) yaitu, sesuatu yang tidak seimbang atau memiliki bentuk yang 28

5 tidak sempurna. Batu yang digunakan dalam roji tidak berbentuk simetris dan ukurannya pun berbeda-beda. Penyusunan batu yang berfungsi sebagai lintasanpun tidak disusun secara garis lurus, hal ini membuktikan bahwa penyusunan batu dalam roji menerapkan karakteristik fukinsei (asimetris). Menurut analisis penulis hal tersebut juga mengandung karakteristik datsuzoku (bebas dari ikatan). Roji yang berfungsi sebagai lintasan, seharusnya menyusun batu-batu tersebut secara garis lurus, karena penyusunan batu lintasan yang berkelok-kelok akan membuat waktu menempuh menuju chashitsu akan lebih lama. Menurut KBBI (1995:103), kata bebas memiliki arti lepas sama sekali, sedangkan kata ikatan dalam KBBI (1995:368) memiliki arti rangkaian atau dibebat. Pengertian tersebut sesuai dengan yang telah dituliskan oleh Hisamatsu (1997:34), datsuzoku yang memiliki arti bebas dari rumusan, kebiasaan, adat, aturan atau dengan kata lain tidak terikat dengan apapun. Karakteristik tersebut meliputi kebebasan dalam berpikir, sehingga membuat para arsitektur mampu mengembangkan imajinasi mereka, dan menuangkannya dalam bentuk seni, dalam hal ini adalah seni arsitektur, sehingga membuat alur lintasan terlihat lebih menarik. Penyusunan batu lintasan ini pada roji dalam setiap chashitsu, tidak ada yang sama, hal ini tergantung dengan kreatifitas setiap arsitektur yang mendesain chashitsu tersebut. Tidak ada pola penyusunan batu yang diwajibkan untuk diikuti dalam desain arsitektur roji. Menurut Harada dalam Sadler (1989:21), penyusunan batu dalam roji juga harus diletakan agar terlihat alami. Menurut analisis penulis, hal ini sesuai dengan karakteristik shizen yang mengandung arti kealamian. Arti kealamian disini bukan berarti batu tersebut sudah berada dalam posisi yang sudah ada pada saat roji tersebut dibangun. Kealamian dalam KBBI (1995:22) memiliki arti sebagai segala sesuatu yang ada di langit dan bumi dan segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan. Batu 29

6 merupakan bagian dari bumi, sehingga penggunaan batu dalam roji, membuat roji memiliki unsur kealamian. Hisamatsu (1997:32) menambahkan, bahwa alami mengandung unsur tidak dipaksakan dan tidak memiliki tujuan atau pemikiran tertentu. Penyusunan batu dalam arsitektur roji memang dilakukan oleh manusia, tetapi tidak boleh terlihat seperti batu yang sengaja dipilih lalu ditaruh dan disusun disana, melainkan penyusunan batu tersebut harus terlihat seperti sudah terbaring disana secara alami. Harada dalam Sadler (1989:21) mengatakan penggunaan batu pada roji tidak boleh merupakan batu yang bernilai. Menurut analisis penulis dalam hal penggunaan batu dalam arsitektur roji ini mengandung unsur kanso (kesederhanaan). Batu yang digunakan pada roji bukanlah batu yang memiliki warna mencolok dan bukan merupakan batu yang mempunyai nilai jual yang tinggi. Dalam KBBI (1995:888), sesuatu disebut sederhana jika sesuatu tersebut tidak memiliki banyak pernik dan tidak berlebihan. Penggunaan batu yang tidak memiliki nilai jual yang tinggi pada roji memiliki arti kesederhanaan yang tidak mencerminkan kemewahan (sesuatu yang berlebih) dan batu tersebut juga tidak dihias oleh pernak-pernik. Arti karakteristik kanso (kesederhanaan) jika diibaratkan dalam warna menurut Zen adalah, warna yang memiliki warna yang natural (Hisamatsu, 1997:55). Batu yang digunakan dalam roji bukanlah batu yang diwarnai dan tidak boleh memiliki warna yang mencolok, sehingga batu tersebut tetap memperlihatkan kealamian warnanya dan menyatu dengan lingkungan sekitar. 30

7 3.1.3 Analisis Karakteristik Shizen dan Kanso Pada Pohon Selain batu, dalam arsitektur roji juga harus memperhatikan tentang pemilihan pohon yang akan digunakan. Sadler (1989:19) mengatakan bahwa pohon yang digunakan dalam roji tidak boleh disusun atau dibentuk sehingga menimbulkan kesan mewah. Kesan yang ditimbulkan haruslah sederhana, seperti jalan setapak di gunung. Menurut analisis penulis, hal ini sesuai dengan karakteristik shizen (kealamian). Kealamian dalam KBBI (1995:22) adalah sesuatu yang ada di langit maupun di bumi. Penggunaan pohon yang merupakan bagian dari bumi memperlihatkan adanya unsur kealamian dalam pembuatan roji. Sadler (1989:27) juga menuliskan bahwa, pohon yang digunakan dalam roji harus merupakan pohon yang membaur atau sejenis dengan lingkungan sekitar. Hisamatsu (1997:32) menuliskan tentang karakteristik shizen (kealamian) dalam Zen berarti sesuatu yang tidak dipaksakan dan tidak dilakukan dengan pemikiran atau tujuan tertentu. Sehingga sama seperti dalam pengaturan batu, pohon-pohon dalam roji walaupun ditanam oleh manusia, tetapi harus disusun sedemikian rupa, sehingga terlihat alami, tidak boleh terlihat seperti sengaja disusun dengan tujuan tertentu. Penulis juga menganalisis terdapatnya unsur kanso (kesederhanaan) dalam pemilihan pohon-pohon yang akan ditanam dalam roji. KBBI (1995:888) menuliskan, bahwa kesederhanaan adalah sesuatu yang tidak banyak pernik dan tidak berlebihan. Pohon yang digunakan dalam roji tidak diberikan hiasan, seperti lampu atau pita-pita, maupun ukiran dan seperti yang dikatakan oleh Sadler (1989:27), pohon-pohon yang digunakan dalam roji tidak boleh pohon yang memiliki warna yang mencolok. Hal tersebut sesuai dengan yang dijelaskan Hisamatsu (1997:31) mengenai karakteristik kanso 31

8 (kesederhanaan) dalam Zen jika diibaratkan dengan warna, merupakan warna yang tidak mencolok dan menghindari perbedaan warna Analisis Karakteristik Fukinsei Pada Susunan Batu dan Pohon Dalam hal penyusunan batu maupun pohon pada roji, menurut Sadler (1989:20) digunakan untuk memperkuat beberapa titik dalam roji. jumlah titik ini berbeda-beda, tergantung kepada ukuran rojinya. Untuk roji berukuran kecil, mempunyai tiga titik, sedangkan roji berukuran sedang mempunyai lima titik dan roji berukuran besar memiliki tujuh atau sembilan titik. Penempatan susunan pohon maupun batu ini, menurut analisis penulis sesuai dengan karakteristik fukinsei (asimetris). Roji besar maupun roji kecil, semuanya memiliki jumlah titik penguatan yang ganjil, hal ini sesuai dengan yang ditulis oleh Hisamatsu (1997:29) mengenai karakteristik fukinsei (asimetris) dalam Zen bahwa, asimetris jika diibaratkan dalam bilangan adalah bilangan yang ganjil Analisis Karakteristik Kanso, Shizen, Kokou dan Fukinsei Pada Nakakuguri / Chuumon Menurut Sadler (1989:19), roji dibagi menjadi dua, yaitu roji luar dan roji dalam. Kedua roji tersebut dipisahkan oleh gerbang yang disebut nakakuguri atau chuumon. Menurut Keane dan Ōhashi (1996:81) gerbang tengah dalam roji dapat berbentuk seperti gerbang yang memiliki atap dan memiliki pintu yang berengsel, atau gerbang yang hanya terdiri dari bambu-bambu yang ditancapkan ke tanah dan membiarkan orang melewatinya (tanpa pintu). 32

9 Gambar 3.3 Nakakuguri / Chuumon Chuumon Chuumon Sumber: Sumber: Japanese-inspired gardens: adapting Japan's design traditions for your garden (2001:26) Sama seperti halnya sotomon, chuumon atau nakakuguri dibuat dari bahan-bahan yang alami. Keane (1996:81) menuliskan bahwa sebuah gerbang tengah tidak harus menimbulkan kesan kuat, karena hanya berfungsi sebagai pembatas antara roji dalam dengan roji luar. Dari segi pemilihan bahan untuk membangun chuumon, penulis menganalisis terdapatnya karakteristik kanso (kesederhanaan) pada gerbang tengah. Arti kesederhanaan menurut KBBI (1995:888) adalah sesuatu hal yang tidak berlebih dan tidak memiliki banyak pernik. Pemakaian bahan-bahan yang alami tanpa melapisinya dengan cat, ataupun hiasan lain membuat gerbang tengah memiliki nilai kesederhanaan. 33

10 Hal tersebut juga sesuai dengan yang ditulis oleh Hisamatsu (1997:31) mengenai karakteristik kanso (kesederhanaan) dalam Zen, jika diumpamakan dalam dunia warna adalah warna yang alami dan tidak mencolok. Pemilihan bahan alami juga membuat gerbang tengah tidak terlihat menonjol dan menyatu dengan sekitarnya. Hal ini menurut analisis penulis sesuai dengan karakteristik shizen (kealamian). Kealamian menurut KBBI (1995:22) mengandung arti segala yang ada di langit maupun di bumi, atau segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan gerbang tengah merupakan bahanbahan yang terdapat di bumi, sehingga gerbang depan memiliki nilai kesederhanaan secara umum. Hisamatsu (1997:32) juga menyebutkan bahwa nilai karakteristik kanso (kealamian) yang dimaksud dalam Zen adalah keberadaan yang tidak dipaksakan. Hal ini dapat terlihat pada gambar, dimana penggunaan bahan-bahan alami dalam pembuatan gerbang tengah, membuat gerbang tengah memancarkan warna yang menyatu dengan lingkungan sekitarnya, sehingga keberadaan gerbang tengah tidak terlihat dipaksakan. Jerami atau rumput kering digunakan sebagai bahan pembuatan atap gerbang tengah. Menurut analisis penulis, hal ini menyiratkan adanya karakteristik kokou (esensi waktu) dalam gerbang tengah. Kata esensi dalam KBBI (1995:270) memiliki arti inti atau hal yang pokok dan kata waktu (1995: 1123) memiliki arti seluruh rangkaian pada saat terjadinya suatu proses, perbuatan atau keadaan. Gabungan kedua kata tersebut kemudian memiliki arti sebagai inti dari seluruh rangkaian pada saat terjadinya suatu proses, perbuatan atau keadaan. Pengertian tersebut sesuai dengan yang ditulis oleh Hisamatsu (1997:31), kerakteristik kokou (esensi waktu) dalam Zen memiliki arti kering atau hilangnya masa muda atau kesegaran. Keadaan kering tersebut menyiratkan tercapainya tingkat tertinggi dalam seni menurut konsep kecantikan Zen. Untuk menjadi 34

11 jerami, dibutuhkan proses dan waktu, hingga hilang kesegarannya dan menjadi kering, atau dengan kata lain tersisa intinya saja. Hal ini menunjukkan bahwa jerami telah menjadi dewasa dan memiliki nilai dari esensi waku. Dapat kita lihat pada gambar gerbang tengah sebelah kanan, susunan bambunya tidak memiliki tinggi yang sama. Besar bambu yang digunakanpun berbeda-beda. Hal ini menurut analisis penulis sesuai dengan karakteristik fukinsei (asimetris). Dalam KBBI (1995:61,941) dijelaskan bahwa pengertian asimetris adalah sesuatu yang tidak sama pada kedua belah bagiannya. Menurut Hisamatsu (1997:29), asimetris berarti mempunyai bentuk yang tidak seimbang. Hal ini sesuai pada gambar, dimana susunan bambu yang tidak sama panjang membuat gerbang tengah tidak terlihat sama tinggi. 3.2 Analisis Karakteristik Fukinsei, Kanso, Shizen dan Seijaku Pada Tsukubai Satō dan Sato (2005:23) menuliskan, tsukubai memiliki sebuah penampung air (chozubachi) dimana air akan terus mengalir, dan terdapat sebuah batu yang berfungsi sebagai tempat untuk menaruh ember yang berisi air hangat jika cuaca sedang dingin. Gambar 3.4 Tsukubai Ishidoro chozubachi Batu untuk ember air panas Sumber: 35

12 Tinggi chozubachi dengan tinggi batu untuk menaruh ember air panas serta ketinggian ishidoro (lentera batu) yang tidak sama tinggi, menurut analisis penulis mencerminkan karakteristik fukinsei (asimetris). Hal ini menurut penulis sesuai dengan yang ditulis dalam KBBI (1995:61,941), asimetris adalah sesuatu yang tidak kedua belah bagiannya tidak sama. Pengertian tersebut mendukung penjelasan oleh Hisamatsu (1997:29) yang menjelaskan tentang karakteristik fukinsei (asimetris) bahwa asimetris dalam Zen memiliki arti ketidakseimbangan. Karakteristik kanso (kesederhanaan) juga dapat terlihat dari pemilihan bahan dalam pembuatan tsukubai ini. KBBI (1997:888) menuliskan tentang arti kesederhanaan, yaitu sesuatu yang tidak berlebih atau tidak memiliki banyak pernik. Batu yang digunakan dalam pembuatan tsukubai ini, bukanlah batu yang berharga dan tidak memiliki banyak hiasan. Hal tersebut membuktikan adanya nilai kesederhanaan dalam batu yang digunakan dalam pembuatan tsukubai ini. Selain itu, batu yang digunakan untuk ishidoro, chozubachi maupun batu untuk menaruh ember air panas, semuanya tidak ada yang berwarna mencolok. Hal ini sesuai dengan karakteristik kanso (kesederhanaan) yang terdapat dalam Hisamatsu (1997:31) kesederhanaan dalam Zen jika diibaratkan dalam warna, berarti menghindari perbedaan warna, dan hal ini tercermin dalam batu yang digunakan pada tsukubai. Semua batu yang digunakan tidak ada yang mencolok, dan tidak memiliki perbedaan warna. Penyusunan pohon maupun batu yang terdapat pada tsukubai, menurut analisis penulis sesuai dengan konsep shizen (kealamian). Kata kealamian dalam KBBI (1995:22) adalah sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan. Sesuai dengan nilai yang terkandung dalam karakteristik shizen (kealamian) yang ditulis oleh Hisamatsu (1997:32) kealamian dalam Zen adalah sesuatu yang tidak dipaksakan, atau dengan kata 36

13 lain terlihat seperti satu lingkungan. Penyusunan batu dan pohon ini berfungsi untuk membantu keberadaan chozubachi, ishidoro maupun batu untuk ember air panas tersebut terlihat menyatu dengan lingkungan sekitar yang berupa pohon-pohon dan jalan setapak, sehingga memberikan keberadaan tsukubai tidak terlihat berbeda (mencolok) dari lingkungan sekitarnya. Satō dan Sato (2005:23) mengatakan tsukubai harus ditata sedemikian rupa, sehingga menimbulkan kesan menenangkan. Tsukubai merupakan salah satu titik yang diperkuat oleh penyusunan pohon dan batu (Sadler, 1989:20). Penataan susunan pohon dan batu ini membuat tsukubai mampu menimbulkan kesan damai, sejuk dan menenangkan. Hal ini menurut analisis penulis sesuai dengan karakteristik seijaku (ketenangan). Kata tenang menurut KBBI (1995:1036) adalah suatu keadaan yang diam, tidak ribut dan tidak gelisah. Pengertian tersebut sesuai dengan yang ditulis oleh Hisamatsu (1997:37) mengenai karakteristik seijaku (ketenangan), dimana ketenangan yang dimaksud dalam Zen adalah suasana yang sunyi, tenang dan berorientasi kearah batin. Hal ini nantinya didukung oleh suara air yang terus mengalir pada chozubachi. 3.3 Analisis Karakteristik Kanso, Shizen, Fukinsei dan Datsuzoku Pada Machiai Menurut Satō dan Sato (2005:23) machiai merupakan bangunan sederhana dengan atap dan tempat duduk yang menempel pada dinding. Fungsi utama machiai adalah sebagai tempat menunggu para tamu hingga dipersilahkan masuk ke dalam chashitsu, sekaligus untuk menikmati pemandangan. 37

14 Gambar 3.5 Machiai Sumber: Machiai juga dibangun dengan bahan-bahan yang alami. Dapat terlihat pada gambar, pohon yang digunakan sebagai tiang penyangga machiai, tidak harus merupakan pohon yang sudah dibersihkan dan mulus. Keadaan ini menurut analisis penulis sesuai dengan karakteristik kanso (kesederhanaan). Kesederhanaan adalah sesuatu yang tidak banyak pernik dan tidak berlebih (KBBI, 1995:888). Pengertian tersebut selaras dengan karakteristik kanso (kesederhanaan) yang dituliskan Hisamatsu (1997:31), yang mengatakan bahwa kesederhanaan dalam Zen tidak memiliki perbedaan warna dan menggunakan warna yang tidak mencolok. Penggunaan bahan-bahan alami dalam arsitektur machiai menurut analisis penulis juga sesuai dengan karakteristik shizen (kealamian). Kealamian dalam KBBI (1995:22) memiliki arti segala sesuatu yang ada di langit dan bumi, atau segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan. Hisamatsu (1997:32) menjelaskan tentang makna kealamian dalam karakteristik shizen (kealamian), bahwa kealamian adalah sesuatu keadaan yang terlihat tidak dipaksakan. Hal ini memiliki kesamaan makna dengan arti kealamian menurut KBBI. Penggunaan bahan- 38

15 bahan yang digunakan dalam pembuatan machiai merupakan bahan-bahan yang merupakan bagian dari bumi. Hal tersebut menjelaskan terdapatnya unsur kealamian dalam machiai. Selain itu, menurut Tanaka (1998:85) machiai harus dibangun dekat dengan pepohonan. Pepohonan yang berada dekat dengan machiai memiliki fungsi sebagai penghubung antara machiai dengan lingkungan sekitar, sehingga keberadaan machiai tidak terlihat terpisah (mencolok) dengan lingkungan sekitar. Hal ini juga didukung oleh warna alami yang terdapat oleh bahan-bahan yang dipakai dalam proses pembangunannya. Menurut analisis penulis terdapat karakteristik fukinsei (asimetris) dari segi penggunaan kayu yang belum dihaluskan sebagai tiang penyangga machiai. Kayu yang belum dihaluskan menyebabkan kayu memiliki bentuk yang tidak lurus, karena masih terdapat tonjolan-tonjolan bekas pemotongan dahan secara acak. Keadaan ini menurut KBBI (1995:61,941) adalah asimetris atau sesuatu yang tidak memiliki bagian yang sama pada kedua belah bagiannya. Hisamatsu (1997:29) juga menambahkan bahwa pengertian fukinsei (asimetris) dalam Zen adalah sesuatu yang tidak seimbang atau tidak sempurna. Selain itu, karakteristik fukinsei (asimetris) dalam Zen juga dapat diibaratkan dengan bentuk yang penyok atau tidak rata, sehingga tidak menghasilkan bentuk yang sempurna. Tonjolan-tonjolan pada batang kayu membuat kayu tersebut tidak membentuk garis lurus, dan jika dibelah menjadi dua bagian, bagian tersebut tidak memiliki bentuk yang sama. Menurut analisis penulis, hal ini menunjukkan adanya karakteristik fukinsei pada tiang penyangga machiai. Bebas menurut KBBI (1995:103) memiliki arti lepas sama sekali atau tidak terhalang, dan kata ikatan (1995:368) memiliki arti dibebat atau rangkaian. Sehingga bebas dari keterikatan berarti terlepas sama sekali dari suatu rangkaian, atau tidak ada yang 39

16 membebat. Pengertian ini sama dengan pengertian yang disampaikan oleh Hisamatsu (1997:34) mengenai karakteristik datsuzoku (bebas dari kebiasaan), yaitu terbebas dari segala adat, aturan maupun rumusan dan hal ini mendorong manusia mengembangkan kreatifitasnya dan menuangkannya dalam bentuk seni. Menurut analisis penulis, karakteristik datsuzoku (bebas dari keterikatan) terdapat dalam machiai. Hal ini terlihat dalam penggunaan batang kayu yang belum dibersihkan atau dihaluskan sebagai tiangtiang dalam machiai, karena penggunaan bahan yang tidak dihaluskan merupakan suatu yang tidak biasa dalam dunia arsitektur. Hal ini seperti yang dikatakan Ishar (1992:75), bahwa keindahan arsitektur dapat terlihat pada prinsip keindahan bentuk, salah satunya adalah keseimbangan dan keteraturan. 3.4 Analisis Karakteristik Kanso dan Fukinsei Pada Setsuin Sadler (1989:33) menuliskan ada dua macam setsuin. Yang pertama disebut dengan kafuku setsuin, sedangkan yang kedua disebut dengan kazari setsuin atau toilet yang berfungsi sebagai ornamental. Gambar 3.6 Kafuku Setsuin Sumber: 40

17 Gambar 3.7 Kazari Setsuin Sumber: Dapat terlihat pada gambar, bangunan kafuku setsuin maupun kazari setsuin, keduanya masih menggunakan bahan-bahan yang natural. Hal ini menurut analisis penulis sesuai dengan karakteristik kanso (kesederhanaan). Arti kesederhanaan dalam KBBI (1995:888) adalah sesuatu yang tidak banyak pernik. Dapat terlihat pada gambar, kayu yang digunakan sebagai bahan dalam pembangunan setsuin, tidak diberi ukiran, atau diwarnai dengan cat, atau dengan kata lain tidak banyak hiasan. Ditambahkan juga mengenai pengertian tentang karakteristik kanso (kesederhanaan) menurut konsep Zen yang ditulis dalam Hisamatsu (1997:31), bahwa kesederhanaan dalam Zen dapat diibaratkan dengan warna yang tidak mencolok. Sadler (1989:33) mengatakan walaupun pada chashitsu dapat digunakan kayu tua atau bambu, akan tetapi dalam setsuin hanya menggunakan kayu yang baru dan bersih. Karena dilihat dari fungsinya, setsuin harus dijaga kebersihannya. Hal ini menurut analisis penulis terdapat karakteristik fukinsei (asimetris). Perbedaan bahan yang dipakai pada satu bangunan yang masih berhubungan membuat kesan yang ditimbulkan juga berbeda. Seperti yang dituliskan oleh Hisamatsu (1997:29) asimetris berarti sesuatu yang 41

18 tidak seimbang atau tidak sempurna. Perbedaan bahan yang dipakai membuat suasana yang tercipta menjadi sedikit tidak seimbang, karena dibandingkan dengan bangunan lain yang menggunakan kayu yang tidak diolah (masih kasar), setsuin menggunakan kayu yang baru dan bersih. Akan tetapi, hal ini menurut analisis penulis membuat sukiya tampil lebih menarik. Sesuai dengan yang dikatakan Hisamatsu (1997: 54) bahwa sesuatu yang dianggap sempurna, dalam Zen bukanlah kesempurnaan sejati. 3.5 Analisis Karakteristik Kanso, Shizen dan Kokou Pada Chashitsu Chashitsu adalah salah sau bangunan yang mencerminkan keunikan Jepang. Menurut Kishida (2008:91) perkembangan arsitektur chashitsu dimulai dari abad keenambelas, dari bentuk rumah biasa berubah menjadi sesuatu yang indah. Tanaka (1998:84-85) mengatakan bahwa rumah teh dapat dibuat dengan menggunakan batang kayu dengan kulit yang masih menempel, atau dari pilar kayu yang belum dihaluskan dan bengkok karena umur, dan bagian dindingnya diplester dengan lumpur. Gambar: 3.8 Chashitsu Gaya Souan Sumber: 42

19 Chashitsu dalam pembangunannya menggunakan bahan-bahan yang alami, seperti yang dapat terlihat pada gambar. Hal ini menurut analisis penulis sesuai dengan karakteristik kanso (kesederhanaan). Kesederhanaan dalam KBBI (1995:888) dijelaskan dengan sesuatu yang tidak memiliki banyak hiasan. Dapat terlihat pada gambar, pada chashitsu tidak terdapat banyak hiasan, bentuk bangunannya tidak memiliki ukiran, dan tidak terdapat bagian yang memiliki bentuk-bentuk yang rumit. Hal tersebut didukung dengan penjelasan yang ditulis oleh Hisamatsu (1997:31) bahwa karakteristik kanso (kesederhanaan) berarti menghindari warna-warna yang mencolok. Penggunaan bahanbahan yang dipakai dalam proses pembangunan chashitsu, seperti yang sudah dikatakan Tanaka (1998:84-85) merupakan bahan-bahan yang alami dan tidak mengalami proses pewarnaan, sehingga membuat warna-warna yang terdapat pada chashitsu adalah warnawarna yang alami dan tidak mencolok. Penyusunan pohon dan batu sekeliling chashitsu, menurut analisis penulis sesuai dengan karakteristik shizen (kealamian). Seperti yang tertulis dalam KBBI mengenai arti kealamian, yaitu segala yang berada di langit dan di bumi. Penggunaan bahan dalam pembangunan chashitsu, menggunakan bahan-bahan yang merupakan bagian dari bumi, sehingga hal ini membuktikan adanya nilai kealamian dalam chashitsu. Menurut Hisamatsu (1997:32), karakteristik shizen (kealamian) memiliki arti tidak dipaksakan. Penyusunan pohon maupun batu pada sekeliling chashitsu, membuat chashitsu terlihat menyatu dengan lingkungan sekitar dan tidak tampak seperti bangunan yang sengaja dibangun atau dipaksakan ada dalam lingkungan tersebut. Penggunaan jerami pada atap chashitsu menurut analisis penulis mengandung karakteristik kokou (esensi waktu). Kata esensi dalam KBBI (1995:270) mengandung arti hal yang pokok atau inti, sedangkan kata waktu (1995:1123) memiliki arti seluruh 43

20 rangkaian saat terjadinya proses, perbuatan atau keadaan. Gabungan kedua kata tersebut memiliki arti inti atau hal yang pokok dari keseluruhan rangkaian saat terjadinya suatu proses. Pengertian tersebut mendukung penjelasan Hisamatsu (1997:31) mengenai karakteristik kokou (esensi waktu) dalam Zen, yaitu menjadi berpengalaman seiring berlalunya waktu atau menjadi kering. Kering yang dimaksudkan adalah menjadi dewasa seiring berlalunya waktu, hingga mengilang kesegarannya dan menyisakan intinya saja. Jerami melambangkan kekeringan yang mengandung makna hilangnya kesegaran dan menjadi dewasa. Jerami hanya dapat diperoleh, jika rumput tersebut sudah mengalami proses waktu, hingga mengering dan menyisakan intinya. Kering dalam Zen memiliki makna sudah menjadi ahli dan memiliki nilai kecantikan yang tinggi. Menurut brown (1996:9), didalam chashitsu memiliki: pintu masuk yang sempit (nijiri-guchi), tokonoma, pilar tokonoma yang dihias, jendela kecil yang memiliki pintu geser, dan bagian tengah (inti). tokonoma Gambar: 3.9 Bagian Dalam Chashitsu Bagian tengah (inti) jendela Sadoguchi (pintu masuk tuan rumah) nijiriguchi 44

21 Sumber: Analisis Karakteristik Fukinsei, Kanso dan Shizen Pada Nijiriguchi Dalam Satō dan Sato (2005:25) dituliskan bahwa, chashitsu memiliki sebuah pintu masuk yang unik. Tinggi pintu ini hanya tiga kaki (901 mm) dan mempunyai lebar dua setengah kaki (751 mm). Pintu ini disebut dengan nijiriguchi. Kata nijiri berarti merangkak, sedangkan kata guchi memiliki arti pintu. Gambar 3.10 Nijiriguchi Nijiriguchi Sumber: Menurut analisis penulis, ukuran pintu nijiriguchi memiliki nilai dari karakteristik fukinsei (asimetris). Hisamatsu (1997:29) mengatakan bahwa bilangan ganjil merupakan karakteristik fukinsei (asimetris) dalam Zen jika diibaratkan dalam bilangan. Kedua ukuran nijiriguchi merupakan bilangan ganjil, dan sesuai dengan konsep asimetris dalam bilangan dalam Hisamatsu. Penggunaan bahan kayu sebagai bingkai nijiriguchi, menurut analisis penulis terdapat karakteristik kanso (kesederhanaan) dan shizen (kealamian). Kesederhanaan 45

22 dalam KBBI (1995:888) memiliki arti sesuatu yang tidak memiliki banyak pernik, sedangkan kata kealamian memiliki arti segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi atau bisa juga berarti segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan. Menurut analisis penullis, karakteristik kanso (kesederhanaan) tercermin dalam warna kayu yang digunakan sebagai bahan utama pembuatan nijiriguchi. Kayu yang digunakan tidak diwarnai dan tidak memiliki banyak hiasan, sehingga kayu yang digunakan mengandung unsur kesederhanaan. Menurut Hisamatsu (1997:31) bahwa karakteristik kanso (kesederhanaan) dalam Zen jika diibaratkan dalam warna adalah warna yang tidak mencolok, dan kayu memiliki warna yang alami. Karakteristik shizen tercermin dalam pemilihan kayu sebagai bahan utama nijiriguchi. Kayu merupakan bahan yang terdapat di bumi, sehingga memiliki unsur kealamian. Menurut analisis penulis, sukiya yang menggunakan rangka kayu sebagai fondasi utamanya, membuat keberadaan nijiriguchi tidak tampak mencolok dibandingkan dengan bagian sukiya yang lain dan terlihat alami (sudah sepantasnya) berada disana. Hal ini disebabkan karena bahan-bahan utama dalam pembuatan sukiya, semuanya merupakan bahan alami dan memiliki kesamaan warna, sehingga keberadaan nijiriguchi tidak terlihat mencolok atau terlihat dipaksakan. Hal ini sesuai dengan yang ditulis oleh Hisamatsu (1997:32) mengenai karakteristik shizen (kealamian) dalam Zen adalah sesuatu yang bukan buatan dan tidak terlihat dipaksakan Analisis Karakteristik Kanso, Shizen, Yuugen, Seijaku dan Kokou Pada Chaseki Alexander (2002:304) mengatakan bahwa sebuah chaseki (ruangan bagian dalam chashitsu) memiliki tinggi kurang lebih enam setengah kaki (1953 mm). Letak pintu 46

23 masuk tuan rumah (sadoguchi) harus berbeda dinding dengan dinding dimana nijiriguchi dibangun. Gambar 3.11 Arsitektur Chaseki Tokonoma Sumber: Keterangan gambar: 1. Sadoguchi (pintu masuk tuan rumah) 2. Tokobashira (tiang utama dalam tokonoma) 3. Otoshigake (tiang bagian atas pada tokonoma) 4. Kakejiku (tempat menggantung lukisan gulung atau kaligrafi) 5. Tokogamachi (tiang bagian bawah pada tokonoma) 6. Tatami Gambar yang diberi nomor 2,3 dan 5 merupakan pilar yang membentuk tokonoma. Menurut Satō dan Sato (2005:25) struktur chaseki dibuat dari pilar kayu dan memiliki dinding yang terbuat dari lumpur. Hal ini menurut analisis penulis, 47

24 membuktikan bahwa dalam chaseki memiliki karakteristik kanso (kesederhanaan). Sesuai dengan yang ditulis dalam KBBI (1995:888) mengenai arti kesederhanaan, yaitu sesuatu yang tidak memiliki banyak pernik. Pengertian ini mendukung penjelasan dalam Hisamatsu (1997:31) mengenai karakteristik kanso (kesederhanaan). Dalam Zen karakteristik kanso (kesederhanaan) dapat digambarkan dalam warna, yaitu warna yang tidak mencolok serta menghindari perbedaan warna. Dapat terlihat pada gambar, dinding chaseki, tatami, shoji, serta kayu yang digunakan dalam arsitektur chaseki memiliki warna yang seragam dan tidak mencolok, karena semuanya menggunakan bahan-bahan alami selain itu, tidak terlihat pola bentuk yang rumit dalam struktur chaseki, dengan kata lain tidak memiliki banyak hiasan. Chaseki dalam hal ini menurut analisis penulis, juga memiliki karakteristik shizen (kealamian), dimana dalam KBBI (1995:22) dijabarkan mengenai pengertian kealamian, yaitu segala sesuatu yang berada di langit dan bumi atau bisa juga berarti segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan. Pengunaan bahan-bahan pada arsitektur chaseki semuanya merupakan bagian dari bumi, hal ini membuktikan terdapatnya nilai kealamian dalam arsitektur chaseki. Hisamatsu (1997:32) menuliskan tentang karakteristik shizen (kealamian) dalam Zen dimana keberadaan antara satu bagian dengan bagian lain tidak ada yang memiliki kesan dipaksakan. Terlihat pada arsitektur chaseki, keberadaan bagian yang satu dengan yang lain tidak ada yang terlihat tidak pantas berada disana. Hal ini dapat ditinjau dari segi warna maupun bentuk. Dimana warna dalam chaseki, seperti yang sudah dijelaskan diatas, telah membaur. Dari segi bentuk, tidak ada bagian dari chaseki yang memiliki bentuk yang lebih mencolok dibanding yang lain. Semuanya menjalin satu kesatuan dan tidak terlihat adanya bagian yang dipaksakan keberadaannya. 48

25 Satō dan Sato (2005:25) juga mengatakan di dalam chaseki terdapat kertas putih buatan tangan yang menutupi jendela shoji dan pintu geser. Hal ini menciptakan suasana yang tenang dan sunyi. Alexander (2002:304) mengatakan pada sisi atas, dekat langitlangit, terdapat jendela yang berfungsi untuk memberikan penerangan redup ke dalam ruang teh. Gambar 3.12 Jendela Pada Chaseki Jendela pada langit langit Jendela shoji Pintu geser Sumber: Suasana ruang teh yang redup tersebut, menurut analisis penulis, sesuai dengan karakteristik yuugen (kedalaman makna). Menurut KBBI (1995:205,619), kedalaman makna memiliki arti benar-benar mengerti arti yang terkandung dalam sesuatu. Seperti yang dikatakan oleh Hisamatsu (1997:33) mengenai karakteristik yuugen (kedalaman makna) dalam Zen yang menyebutkan bahwa suasana yang tidak terang atau gelap biasanya memberikan kesan suram atau mencekam, tetapi dalam Zen, suasana tersebut memberikan kesan menumbuhkan konsentrasi dan suasana hening dan cerah. Cahaya yang ditimbulkan oleh jendela tersebut memberikan kesan tenang dan sunyi, menurut analisis penulis juga terdapat karakteristik seijaku (ketenangan) dalam hal tersebut. Kata tenang dalam KBBI (1995:1036) memiliki arti tidak ribut atau tidak 49

26 gelisah. Hal yang sama dikatakan oleh Hisamatsu (1997:37) yang menjelaskan tentang karakteristik seijaku (ketenangan) memiliki arti suatu keadaan yang tenang dan sunyi. Menurut analisis penulis, chashitsu yang berluas 4 ½ tatami juga mengandung makna seijaku (ketenangan), karena dengan luas yang hanya bisa menampung 3 sampai 5 orang tersebut, membuat upacara chanoyu akan dapat berjalan dengan lebih tenang nantinya, seperti yang dikatakan oleh Sen (1998:111). Pada lantai chashitsu, dialasi oleh tatami. Tatami adalah sebuah tatakan lantai yang terbuat dari jerami yang berukuran 3 shaku x 6 shaku. 1 shaku sama dengan 12 inci (Hopper, 2000:97). Menurut analisis penulis, penggunaan tatami dalam chashitsu memiliki karakteristik kokou (esensi waktu). Kata esensi menurut KBBI (1995:270) memiliki arti hal yang pokok atau inti, sedangkan kata waktu mengandung makna seluruh rangkaian pada saat terjadinya suatu proses, perbuatan atau keadaan. Gabungan kedua kata tersebut kemudian memiliki arti sebagai inti dari seluruh rangkaian yang terjadi pada saat berlangsungnya suatu proses, perbuatan atau keadaan. Arti tersebut memiliki kesamaan arti dengan yang dijelaskan oleh Hisamatsu (1997:31), bahwa kokou mengandung makna kekeringan. Dimana kekeringan yang dimaksud adalah meninggalan kesegaran atau masa muda, dan menjadi dewasa karena telah mengalami proses berlalunya waktu atau proses. Tatami yang menggunakan bahan dasar jerami memiliki nilai dari kekeringan tersebut. Jerami memiliki nilai esensi waktu yang telah melewati rangkaian proses hingga menjadi kering dan menyisakan intinya saja. Hal tersebut dalam Zen memiliki nilai seni dan kecantikan yang tinggi. 50

27 3.5.3 Analisis Karakteristik Fukinsei dan Kanso Pada Tokonoma Alexander (2002:304) mengatakan bahwa pilar tokonoma harus terbuat dari jenis kayu yang belum dipakai pada kerangka rumah teh. Hal tersebut menurut analisis penulis sesuai dengan karakteristik fukinsei (asimetris). KBBI (1995:61-941) menuliskan pengertian asimetris yaitu, sesuatu yang tidak memiliki kesamaan pada kedua belah bagiannya. Menurut Hisamatsu (1997:29) karakteristik fukinsei (asimetris) dalam Zen memiliki arti tidak seimbang. Pemakaian jenis kayu yang berbeda dalam pilar tokonoma, memiliki nilai ketidakseimbangan, atau ketidaksempurnaan. Hal ini disebabkan karena, seluruh chashitsu memakai jenis kayu yang sama, dan hanya tokonoma yang memiliki jenis kayu yang berbeda. Tetapi seperti yang dikatakan Hisamatsu (1997:54) kesempurnaan yang dianggap sempurna bukanlah kesempurnaan sejati dalam Zen. Menurut Brown (1996:9), tokonoma memiliki pilar yang dihias. Hal ini berarti ada sesuatu kemewahan yang lebih, dibanding dengan pilar-pilar yang lain. Menurut analisis penulis, pilar tersebut memiliki nilai fukinsei (asimetris). Seperti yang ditulis dalam KBBI (1995:61,941) yaitu sesuatu yang tidak sama pada kedua belah bagiannya. Dimana pengertian ini mendukung penjelasan tentang karakteristik fukinsei (asimetris) menurut Hisamatsu (1997:29) yang memiliki nilai ketidakseimbangan. Pilar berhias pada tokonoma tersebut memiliki nilai yang lebih dibanding pilar lain, dan hal ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan jika dibandingkan dengan pilar-pilar dalam chashitsu yang lain. Seperti yang dituliskan oleh Hisamatsu (1997:29) asimetris memiliki arti bentuk yang tidak biasa dan tidak seimbang. Selain itu, menurut analisis penulis, terdapat nilai kanso (kesederhanaan) dalam hal tersebut. Arti kesederhanaan dalam KBBI (1995:888) adalah sesuatu yang tidak mengandung banyak pernik. Akan tetapi menurut pendapat Hisamatsu (1997: 55), unsur kesederhanaan terdapat dalam 51

28 sesuatu yang sederhana maupun yang kompleks. Pilar tokonoma yang memiliki hiasan tersebut, walaupun memiliki nilai kemewahan yang lebih dibanding pilar yang lain, tetapi pilar tersebut tetap merupakan tiang yang berasal dari pohon yang belum dihaluskan atau diolah. Hal tersebut membuat penulis menyimpulkan, masih terdapatnya unsur kanso (kesederhanaan) dalam pilar tokonoma yang berhias tersebut, walaupun tidak sesuai dengan arti harafiah dari kata sederhana, tetapi mengandung karakteristik kanso (kesederhanaan). 3.6 Analisis Karakteristik Kanso dan Shizen Pada Mizuya Menurut Sadler (1989:25) mizuya pada umumnya dibangun sebagai sebuah ceruk dengan lebar 3-4 kaki (901 mm mm) dengan dalam kurang lebih 2 kaki (601 mm) dan memiliki jarak sekitar 1 tatami pada bagian depannya. Mizuya menggunakan bahan-bahan yang alami dalam pembuatannya. Hal ini menurut analisis penulis membuat mizuya mengandung karakteristik kanso (kesederhanaan). Kesederhanaan dalam KBBI (1995:888) adalah sesuatu yang tidak banyak pernik. Pada arsitektur mizuya tidak ditemukan adanya bagian yang memiliki ataupun berfungsi sebagai hiasan maupun ukiran, sehingga penulis menyimpulkan adanya sifat kesederhaan dalam arsitektur mizuya. Dalam Hisamatsu (1997:31), disebutkan bahwa karakteristik kanso (kesederhanaan) dalam Zen bisa diibaratkan dengan warna yang tidak mecolok atau menghindari perbedaan warna. Penggunaan bahan-bahan yang alami membuat mizuya terhindar dari warna-warna yang mencolok, dan memiliki kesatuan warna didalamnya, sehingga penulis menarik kesimpulan adanya karakteristik kanso (kesederhanaan) dalam mizuya. 52

29 Gambar 3.13 Mizuya Sumber: sumber: oom_mizuya.jpg Penggunaan bahan alami, menurut analisis penulis, juga membuat mizuya memiliki karakteristik shizen (kealamian). KBBI (1995:22) menuliskan tentang arti kealamian, yaitu sesuatu yang berada di langit maupun di bumi atau segala sesuatu yang termasuk dalam satu lingkungan. Bahan-bahan yang dipakai dalam arsitektur mizuya menggunakan bahan-bahan yang merupakan bagian dari bumi, sehingga memiliki sifat kealamian. Selain itu, arsitektur pada mizuya tidak terlihat ada sesuatu yang lebih menonjol dan membuat bagian tersebut tidak pantas berada di mizuya. Seperti yang dikatakan oleh Hisamatsu (1997:32) mengenai karakteristik shizen (kealamian) dalam Zen, yaitu tidak ada sesuatu yang dipaksakan. Menurut analisis penulis, penggunaan 53

30 bahan-bahan yang sejenis, membuat arsitektur mizuya terlihat menyatu tanpa adanya bagian yang terlihat lebih mencolok dan keberadaannya tidak pantas. Hal ini membuat penulis menarik kesimpulan adanya karakteristik shizen (kealamian) dalam arsitektur mizuya. 54

Bab 3. Analisis Data. Dalam melaksanakan chanoyu dibutuhkan sebuah persipan-persiapan kecil baik dari

Bab 3. Analisis Data. Dalam melaksanakan chanoyu dibutuhkan sebuah persipan-persiapan kecil baik dari Bab 3 Analisis Data 3.1 Tahap Persiapan Sebelum Melaksanakan Chanoyu Dalam melaksanakan chanoyu dibutuhkan sebuah persipan-persiapan kecil baik dari tuan rumah itu sendiri maupun tamu yang akan mengikuti

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci : chanoyu,chashitsu dan Zen.

Abstraksi. Kata kunci : chanoyu,chashitsu dan Zen. Abstraksi Negara Jepang memiliki berbagai macam kebudayaan salah satunya yang sangat terkenal dan menjadi tradisi adalah upacara minum teh atau chanoyu. Chanoyu adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan

Lebih terperinci

Abstraksi. Kata kunci : roji, chaniwa, chanoyu, dan Zen.

Abstraksi. Kata kunci : roji, chaniwa, chanoyu, dan Zen. Abstraksi Roji memiliki peranan penting dalam pelaksanaan upacara minum teh atau chanoyu. Roji merupakan istilah untuk taman teh atau chaniwa. Dikatakan memiliki peranan penting dalam chanoyu, karena roji

Lebih terperinci

IV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh

IV. ANALISIS KARYA. di kota Surakarta. Penulis tertarik memvisualisasikan tradisi upacara minum teh IV. ANALISIS KARYA Pada Bab ini, penulis menampilkan hasil karya beserta deskripsi dari masing-masing judul karya. Karya-karya ini terinspirasi dari upacara minum teh Jepang yang sering dijumpai pada festival

Lebih terperinci

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal

Observasi Citra Visual Rumah Tinggal Tugas AR2212 Perilaku dan Desain Arsitektur Observasi Citra Visual Rumah Tinggal Teresa Zefanya / 15213035 Rumah Bagus 1 Gambar 1. Rumah Bagus 1 Rumah di atas berlokasi di Jalan Pager Gunung, Bandung.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika

I. PENDAHULUAN. dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Sadō merupakan salah satu kesenian yang masih menjadi tradisi dalam masyarakat Jepang. Sadō yang disebut juga Cha no yu adalah etika tradisional dalam menyajikan

Lebih terperinci

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad

pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad Prinsip keseimbangan yang dicapai dari penataan secara simetris, umumnya justru berkembang pada bangunan yang berkembang pada masa Mesir kuno, Yunani dan awal abad renesans. Maka fakta tersebut dapat dikaji

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Masjid merupakan tempat peribadatan umat muslim yang dapat kita temukan di mana-mana di seluruh dunia. Masjid selain sebgai tempat peribadatan juga telah menjadi

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Jepang memiliki berbagai keunikan dalam kehidupan mereka,

Bab 1. Pendahuluan. Jepang memiliki berbagai keunikan dalam kehidupan mereka, Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bangsa Jepang memiliki berbagai keunikan dalam kehidupan mereka, khususnya dalam kebudayaan. Festival, makanan, tarian, drama dan upacara adatnya memiliki makna dan

Lebih terperinci

EKSTERIOR SIANG HARI

EKSTERIOR SIANG HARI 1. RUSTIC. Konsep rustic adalah konsep yang berbasis pada kesadaran lingkungan, dan dideskripsikan sebagai gaya yang menekankan pada unsur alam serta elemen yang belum terfabrikasi. Desain interior rustic

Lebih terperinci

OLAHAN DINDING. Eko Sri Haryanto, S.Sn, M.Sn

OLAHAN DINDING. Eko Sri Haryanto, S.Sn, M.Sn OLAHAN DINDING Eko Sri Haryanto, S.Sn, M.Sn PENGERTIAN DINDING Dinding adalah suatu struktur padat yang membatasi dan melindungi suatu RUANG. Umumnya, dinding membatasi suatu bangunan dan menyokong struktur

Lebih terperinci

Bayanaka Canggu. tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1

Bayanaka Canggu. tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1 Bayanaka Canggu tentang sebuah rumah peristirahatan di Bali, 2007 oleh: Fransiska Prihadi 1 Sebuah harmoni dalam karya arsitektur tercipta ketika seluruh unsur dalam bangunan termasuk konsep arsitektur,

Lebih terperinci

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR

ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR ESTETIKA BENTUK SEBAGAI PENDEKATAN SEMIOTIKA PADA PENELITIAN ARSITEKTUR Jolanda Srisusana Atmadjaja Jurusan Arsitektur FTSP Universitas Gunadarma ABSTRAK Penelitian karya arsitektur dapat dilakukan melalui

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR

LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR LAMPIRAN 1 PERAN ENERGI DALAM ARSITEKTUR Prasato Satwiko. Arsitektur Sadar Energi tahun 2005 Dengan memfokuskan permasalahan, strategi penataan energi bangunan dapat dikembangkan dengan lebih terarah.strategi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tokyo merupakan ibu kota Jepang dan memiliki jumlah penduduk yang terbanyak di dunia. Pada tahun 2014, tercatat bahwa wilayah Tokyo memiliki populasi penduduk sekitar

Lebih terperinci

SEJARAH ARSITEKTUR JEPANG

SEJARAH ARSITEKTUR JEPANG SEJARAH ARSITEKTUR JEPANG RUMAH TRADISIONAL JEPANG Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur GEOGRAFIS NEGARA JEPANG Jepang terletak di zona gunung berapi yang di atas Lilitan Gunung Berapi Pasifik (Pasifik

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara

Bab 1. Pendahuluan. kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Permasalahan Jepang atau disebut juga dengan 日本 (Nippon/Nihon) adalah sebuah negara kepulauan di Asia Timur dengan ibukota Tokyo. Jepang merupakan salah satu negara

Lebih terperinci

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor.

Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. Tabel 4.2. Kesesuaianan Penerapan Langgam Arsitektur Palladian Pada Istana Kepresidenan Bogor. No. Kategori Elemen Bangunan Istana Kepresidenan Bogor. Arsitektur Palladian. Kesesuaian 1. Wujud Tatanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Kantor Menurut George Terry (dikutip Sayuti 2013:8) mengemukakan manajemen kantor ialah perencanaan, pengendalian dan pengorganisasian pekerjaan perkantoran

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. Tataran Lingkungan/Komunitas Dalam pemilihan material yang akan digunakan untuk membuat sebuah rak, perlu memperhatikan juga unsur kelestarian bagi lingkungan. Penggunaan kayu

Lebih terperinci

Matahari dan Kehidupan Kita

Matahari dan Kehidupan Kita Bab 5 Matahari dan Kehidupan Kita Tema Peristiwa dan Kesehatan Pernahkah kalian berjalan di siang hari yang terik? Misalnya, saat sepulang sekolah. Apa yang kalian rasakan? Kalian tentu merasa kepanasan.

Lebih terperinci

KONSEP MAKRO & KONSEP MIKRO

KONSEP MAKRO & KONSEP MIKRO KONSEP MAKRO & KONSEP MAKRO Pemilihan langgam Post-modern di rasa lebih sesuai pengaplikasian nya pada konsep desain interior clubhouse eastcoast residence ini, ditambah dengan nuansa natural. Konsep ini

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1 Kerangka Konsep Aktif Fashionable Berjiwa Muda Semangat Produktif Mapan Dewasa Merah Muda Organis Biru & Hijau Karakteristik Warna Bentuk Warna Wanita Urban Refresh TEA SPA

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang yang terletak di daerah curah hujan yang tinggi, memiliki empat

Bab 1. Pendahuluan. Negara Jepang yang terletak di daerah curah hujan yang tinggi, memiliki empat Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Negara Jepang yang terletak di daerah curah hujan yang tinggi, memiliki empat musim, yaitu: musim semi, musim panas, musim gugur, dan musim dingin. Yang dalam jangka

Lebih terperinci

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB

DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB AR 3232 ARSITEKTUR INDONESIA PASCA KEMERDEKAAN Dosen : Dr. Ir. Himasari Hanan, MAE DOKUMENTASI GEDUNG SBM DAN BPI ITB LAPORAN Oleh: Teresa Zefanya 15213035 PROGRAM STUDI ARSITEKTUR SEKOLAH ARSITEKTUR,

Lebih terperinci

Bab 5. Ringkasan. menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari

Bab 5. Ringkasan. menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari Bab 5 Ringkasan Upacara minum teh atau chanoyu ( 茶の湯 ) adalah ritual tradisional Jepang dalam menyajikan teh untuk tamu. Chanoyu dilihat dari karakter huruf kanjinya terdiri dari huruf-huruf sebagai berikut

Lebih terperinci

SENI TATA RUANG CHANIWA DAN CHASHITSU DALAM CHANOYU MAKALAH NON SEMINAR. Reni Perwitasari

SENI TATA RUANG CHANIWA DAN CHASHITSU DALAM CHANOYU MAKALAH NON SEMINAR. Reni Perwitasari UNIVERSITAS INDONESIA SENI TATA RUANG CHANIWA DAN CHASHITSU DALAM CHANOYU MAKALAH NON SEMINAR Oleh: Reni Perwitasari 0906642304 FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM STUDI JEPANG DEPOK JANUARI 2014

Lebih terperinci

personal space Teks oleh Indra Febriansyah. Fotografi oleh Fernando Gomulya.

personal space Teks oleh Indra Febriansyah. Fotografi oleh Fernando Gomulya. Area komunal (living room, dapur dan balkon) justru terletak di lantai 2 dengan bukaan yang besar menghadap ke vegetasi yang asri. Contemporarily Hidden tersembunyi di halaman yang asri. mungkin itu kalimat

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB III TINJAUAN KHUSUS BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1. Pengertian Tema 3.1.1. Green Architecture (Arsitektur Hijau) Banyak orang memiliki pemahaman berbeda-beda tentang Green Architecture, ada yang beranggapan besaran volume bangunan

Lebih terperinci

Warna ialah sifat cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang (atau oleh kandungannya sebagai paduan untuk beberapa panjang gelombang).

Warna ialah sifat cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang (atau oleh kandungannya sebagai paduan untuk beberapa panjang gelombang). Warna ialah sifat cahaya yang ditentukan oleh panjang gelombang (atau oleh kandungannya sebagai paduan untuk beberapa panjang gelombang). Julat panjang gelombang nampak untuk cahaya dikenali sebagai spektrum

Lebih terperinci

ARL 200 ADISTI RIZKYARTI A

ARL 200 ADISTI RIZKYARTI A ARL 200 ADISTI RIZKYARTI A24080164 3. LANSKAP Dari Gambar lanskap di atas dapat di jelaskan keadaan lereng gunung yang di kelilingi dapat disimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi pembentuknya dari segi

Lebih terperinci

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO

STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO STRUKTUR KONSTRUKSI RUMAH JOGLO Joglo merupakan kerangka bangunan utama dari rumah tradisional Jawa terdiri atas soko guru berupa empat tiang utama dengan pengeret tumpang songo (tumpang sembilan) atau

Lebih terperinci

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA

KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA LAMPIRAN 1 133 134 KISI-KISI PEDOMAN WAWANCARA Aspek Pertanyaan 1. Latar belakang 1. Bagaimanakah sejarah berdirinya LPIT BIAS? 2. Siapakah pendiri LPIT BIAS? 3. Apa tujuan didirikan LPIT BIAS? 4. Ada

Lebih terperinci

ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR

ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR ELEMEN PEMBENTUK RUANG INTERIOR Ruangan interior dibentuk oleh beberapa bidang dua dimensi, yaitu lantai, dinding, plafon serta bukaan pintu dan jendela. Menurut Wicaksono dan Tisnawati (2014), apabila

Lebih terperinci

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN BAB V KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN 5. 1. Konsep Perencanaan 5.1.1. Penentuan lokasi Lokasi yang dipilih adalah pada kawasan jalan Yos Sudarso penentuan ini didasarkan pada faktor - faktor yang

Lebih terperinci

Griya Asri The Arsana Estate Edition 2008

Griya Asri The Arsana Estate Edition 2008 Griya Asri The Arsana Estate Edition 2008 Paduan Villa dan Alam yang Menakjubkan Penulis: Yosi Wyoso Fotografer: Sjahrial Iqbal, Yosi Wyoso dan Istimewa Bayangkan suasana sebuah sebuah vila yang memiliki

Lebih terperinci

BAB X PINTU DAN JENDELA

BAB X PINTU DAN JENDELA A. Pendahuluan BAB X PINTU DAN JENDELA Pintu dan jendela merupakan konstruksi yang dapat bergerak, bergeraknya pintu atau jendela dipengaruhi oleh peletakan/penempatan, efisiensi ruang dan fungsinya. Dalam

Lebih terperinci

b e r n u a n s a h i jau

b e r n u a n s a h i jau 01 TOW N H O U S E b e r n u a n s a h i jau Penulis Imelda Anwar Fotografer M. Ifran Nurdin Kawasan Kebagusan di Jakarta Selatan terkenal sebagai daerah resapan air bagi kawasan ibukota sekaligus permukiman

Lebih terperinci

Bab 1. Pendahuluan. (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka

Bab 1. Pendahuluan. (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Jepang memiliki berbagai macam budaya yang orisinil dan unik seperti dalam seni (ikebana, origami, ukiyo-e), kerajinan tangan (pahatan, tembikar), persembahan (boneka

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN BAB V KONSEP PERANCANGAN 5.1. Konsep Perancangan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia 5.1.1. Gaya Perancangan Gaya arsitektur yang dipakai pada bangunan Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Setia ini direncanakan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP DASAR Konsep dasar dalam perancangan hotel ini adalah menghadirkan suasana alam ke dalam bangunan sehingga tercipta suasana alami dan nyaman, selain itu juga menciptakan

Lebih terperinci

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian,

Pengertian. Ragam hias. Teknik. Pada pelajaran Bab 4, peserta didik diharapkan peduli dan melakukan aktivitas berkesenian, Bab 4 Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Alur Pembelajaran Pengertian Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Kayu Ragam hias Teknik Menggambar Ragam Hias Ukiran Melukis Ragam Hias di Atas Bahan Kayu Pada

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango 17 BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Ngango lo huwayo pada upacara adat di Bulango Kabupaten Bone Bolango Ngango lo huwayo merupakan salah satu kelengkapan adat dalam pelaksanaan upacara adat. Ngango lo huwayo digunakan

Lebih terperinci

PERANCANGAN RUANG DALAM

PERANCANGAN RUANG DALAM UNIVERSITAS UDAYANA JURUSAN ARSITEKTUR FAKULTAS TEKNIK PERANCANGAN RUANG DALAM Ulasan Teori dan Konsep Perancangan Ruang Dalam Metode Studi Literatur Mahasiswa; ARFIEL ZAQTA SURYA 131925105 Teori dan konsep

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN KHUSUS

BAB IV TINJAUAN KHUSUS BAB IV TINJAUAN KHUSUS 4.1. Perencanaan Bahan 4.1.1. Perencanaan Lantai Lantai dasar difungsikan untuk area parkir mobil, area service, pantry, ruang tamu, ruang makan, ruang keluarga, kamar mandi tamu.

Lebih terperinci

KONSEP PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS PARU

KONSEP PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS PARU BAB IV KONSEP PERANCANGAN RUMAH SAKIT KHUSUS PARU 4.1. Tema Desain Penderita TB maupun penderita penyakit paru lainnya akan memiliki perasaan dan pikiran negatif, bahkan setelah sembuh penderita penyakit

Lebih terperinci

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013

Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 NIRMANA WARNA Oleh: Dr. Kasiyan, M.Hum. Jurusan Pendidikan Seni Rupa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta 2013 WARNA Merupakan kesan yang timbul oleh pantulan cahaya yang ditangkap oleh

Lebih terperinci

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya

Seminar Nasional BOSARIS III Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN DESAIN DALAM RANGKAIAN BUNGA SEBAGAI PELENGKAP DEKORASI RUANG Arita Puspitorini PKK Abstrak, Bunga sejak dulu hingga kini memiliki peran penting dalam kehidupan manusia, karena bunga dirangkai

Lebih terperinci

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE

PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE 2011 PENGANTAR VEGETASI LANDSCAPE PENGELOMPOKAN VEGETASI BERDASAR PEMBENTU DAN ORNAMENTAL SPACE JURUSAN ARSITEKTUR ITATS Ririn Dina Mutfianti, ST.,MT 10/30/2011 Materi 1 Pengelompokan Berdasarkan Pembentuk

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 40 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Analisis data dilakukan berdasarkan hasil kuesioner dilakukan pada bulan Maret 2010 kepada 99 orang responden. Responden yang diambil dalam penelitian ini adalah

Lebih terperinci

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini

PENJAGAL ANGIN. Tri Setyorini PENJAGAL ANGIN Tri Setyorini Awal yang ku lihat adalah abu putih yang berterbangan. Pikirku itu adalah salju yang menyejukkan. Namun ternyata bukan karena abu ini justru terasa panas dan membakar telapak

Lebih terperinci

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN PRINSIP TEMA Keindahan Keselarasan Hablumminal alam QS. Al-Hijr [15]: 19-20 ISLAM BLEND WITH NATURE RESORT HOTEL BAB V KONSEP PERANCANGAN KONSEP DASAR KONSEP TAPAK KONSEP RUANG KONSEP BENTUK KONSEP STRUKTUR

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Kantor Menurut Sayuti (2013:91) bahwa kantor merupakan tempat karyawan melakukan aktivitas kerjanya: tempat proses penanganan informasi mulai dari menerima,

Lebih terperinci

BAB III. A. Implementasi Teoritis

BAB III. A. Implementasi Teoritis BAB III A. Implementasi Teoritis Penciptaan karya seni merupakan usaha untuk merealisasikan suatu keinginan, pikiran, perasaan dan sebuah harapan tertentu yang ada dalam batin seniman yang diwujudkan melalui

Lebih terperinci

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema

RESORT DENGAN FASILITAS MEDITASI ARSITEKTUR TROPIS BAB III TINJAUAN KHUSUS. 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema. 3.2 Penjelasan Tema BAB III TINJAUAN KHUSUS 3.1 Latar Belakang Pemilihan Tema Tema yang diusung dalam pengerjaan proyek Resort Dengan Fasilitas Meditasi ini adalah Arsitektur Tropis yang ramah lingkungan. Beberapa alasan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN IV.1 KONSEP TAPAK DAN RUANG LUAR IV.1.1 Pengolahan Tapak dan Ruang Luar Mempertahankan daerah tapak sebagai daerah resapan air. Mempertahankan pohon-pohon besar yang ada disekitar

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN Batik merupakan warisan budaya dari Indonesia yang sudah disahkan oleh pihak UNESCO. Batik Yogyakarta atau Batik Jogja merupakan bagian dari budaya Jawa.

Lebih terperinci

Jawa Timur secara umum

Jawa Timur secara umum Jawa Timur secara umum Rumah Joglo secara umum mempunyai denah berbentuk bujur sangkar, mempunyai empat buah tiang pokok ditengah peruangannya yang biasa disebut sebagai saka guru. Saka guru berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Kantor Menurut Moekijat (2008:2) Manajemen Perkantoran adalah penjurusan dan pengawasan sebuah kantor untuk mencapai tujuannya yang khusus dengan cara yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Seperti yang dihasilkan oleh pengerajin karya Saf Handycraft yang ada

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Seperti yang dihasilkan oleh pengerajin karya Saf Handycraft yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menumpuknya hasil penebangan pohon menghasilkan limbah potonganpotongan yang tidak terpakai misalnya, hasil pemotongan kayu gelondongan yang diambil tengahnya,

Lebih terperinci

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran.

Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN. terhadap tumbuhan paku sejati (Pteropsida) ini sehingga menghasilkan pemikiran. Proses Sumber Persiapan gagasan Sketsa Pengalaman Ide atau Gagasan Karya Pewarnaan Konsultasi BAB I I I Pengamatan Medium Pengafdrukan METODE PENCIPTAAN Media Teknik massa Pencetakan A. Implementasi Teoritik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset

BAB I PENDAHULUAN. sejak berabad-abad silam dan beberapa diantaranya sekarang sudah menjadi aset BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Gereja merupakan bangunan ibadat umat kristiani yang mewadahi kegiatan spiritual bagi jemaatnya. Berbagai bentuk desain gereja telah tercipta sejak berabad-abad silam

Lebih terperinci

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III

KONSEP DESAIN Konsep Organisasi Ruang Organisasi Ruang BAB III BAB III KONSEP DESAIN Sebagaimana fungsinya sebagai Museum Budaya Propinsi Jawa Barat, museum ini mewakili kebudayaan Jawa Barat, sehingga tema yang diangkat adalah Kesederhanaan Jawa Barat dengan mengadaptasi

Lebih terperinci

Jenis Etalase Toko Menurut Sistem Penataan

Jenis Etalase Toko Menurut Sistem Penataan Jenis Etalase Toko Menurut Sistem Penataan Oleh Suciati, S.Pd., M.Ds Prodi Pendidikan Tata Busana JPKK FPTK UPI a. Etalase Sistem Terbuka Etalase sistem terbuka merupakan etalase yang sifatnya terbuka

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS DATA. didirikan untuk mempertemukan agama, filosofi, kesenian dan lainnya.

BAB 3 ANALISIS DATA. didirikan untuk mempertemukan agama, filosofi, kesenian dan lainnya. BAB 3 ANALISIS DATA 3.1 Arsitektur Rumah Tradisional Jepang Arsitektur rumah tradisioanl Jepang terutama dilihat sebagai tempat tinggal yang alami, sejak abad ke-16 elemen-elemen arsitektur rumah tradisional

Lebih terperinci

1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL

1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL 1. ASPEK PENAMPAKAN SIMBOL KULTURAL SIMBOL LANGGAM JAWA GAMBAR 1 GAMBAR 2 GAMBAR 3 GAMBAR 5 SIMBOL DESIGN YANG PERTAMA INI MENGGUNAKAN LANGGAM JAWA YANG SAYA LETAKKAN DI FRAME JENDELA GAMBAR 1 GAMBAR 6

Lebih terperinci

KLINIK ULTRAMODERN Penulis : Imelda Anwar Fotografer : M. Ifran Nurdin

KLINIK ULTRAMODERN Penulis : Imelda Anwar Fotografer : M. Ifran Nurdin 01 02 KLINIK ULTRAMODERN Penulis : Imelda Anwar Fotografer : M. Ifran Nurdin Good design is good business. Inilah yang terwujud pada desain klinik yang berhasil mengakomodasi kegiatan konsultasi dokter

Lebih terperinci

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1

DENAH LT. 2 DENAH TOP FLOOR DENAH LT. 1 0.15 8.60 2.88 Pada area lantai,1 ruang parkir di perluas dari yang sebelumnya karena faktor jumlah kendaraan pada asrama yang cukup banyak. Terdapat selasar yang difungsikan sebagai ruang tangga umum

Lebih terperinci

DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI

DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI AR 3232 - Arsitektur Indonesia Pasca Kemerdekaan Dosen : Dr. Ir. Himasari Hanan, MAE Nama / NIM : Teresa Zefanya / 152 13 035 DOKUMENTASI MASJID SALMAN DAN PUSDAI Sebuah bidang yang diangkat dapat membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Menara Kudus. (Wikipedia, 2013) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Menara Kudus terletak di Kelurahan Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Kota Semarang. Oleh penduduk kota Kudus dan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anyaman rata, anyaman soumak, anyaman giordes, dan anyaman ikal. Anyaman

BAB I PENDAHULUAN. anyaman rata, anyaman soumak, anyaman giordes, dan anyaman ikal. Anyaman digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tapestri adalah suatu karya pertenunan dari benang yang berwarna dan tidak berwarna yang biasanya difungsikan untuk bahan penutup lantai,

Lebih terperinci

PUSAT KEBUGARAN DAN PENGOBATAN TRADISIONAL BERGAYA JEPANG DI YOGYAKARTA

PUSAT KEBUGARAN DAN PENGOBATAN TRADISIONAL BERGAYA JEPANG DI YOGYAKARTA LANDASAN KONSEPTUAL PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT KEBUGARAN DAN PENGOBATAN TRADISIONAL BERGAYA JEPANG DI YOGYAKARTA TUGAS AKHIR SARJANA STRATA 1 UNTUK MEMENUHI SEBAGIAN PERSYARATAN YUDISIUM UNTUK MENCAPAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya

BAB I PENDAHULUAN. permukaannya. Misalnya furniture sebagai tempat penyimpan biasanya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Furniture adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah tangga yang berfungsi sebagai tempat penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan

Lebih terperinci

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung

KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung MODUL PELATIHAN KONSTRUKSI DINDING BAMBU PLASTER Oleh Andry Widyowijatnoko Mustakim Departemen Arsitektur Institut Teknologi Bandung Pendahuluan Konsep rumah bambu plester merupakan konsep rumah murah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass

I. PENDAHULUAN. Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bambu tergolong keluarga Graminiae (rumput-rumputan) disebut juga Giant Grass (rumput raksasa), berumpun dan terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap,

Lebih terperinci

Makalah Kusen SMK NEGERI 2 SALATIGA TUGAS KONSTRUKSI BANGUNAN XI TGB-B. Kelompok 2:

Makalah Kusen SMK NEGERI 2 SALATIGA TUGAS KONSTRUKSI BANGUNAN XI TGB-B. Kelompok 2: TUGAS KONSTRUKSI BANGUNAN Makalah Kusen XI TGB-B Kelompok 2: Deni Setyawan Dewi U. Dwi Prasetyo Ma rifatun K. Sekar Sukma D. Suryo T. Widya N. U. - - SMK NEGERI 2 SALATIGA - - Hal Pengesahan ` Laporan

Lebih terperinci

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL CIPTA KARYA NOMOR: 111/KPTS/CK/1993 TANGGAL 28 SEPTEMBER 1993 TENTANG: PEDOMAN PEMBANGUNAN BANGUNAN TAHAN GEMPA A. DASAR DASAR PERENCANAAN BANGUNAN TAHAN GEMPA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1.1.1 Latar Belakang Wallpaper adalah sejenis bahan yang digunakan untuk melapisi dan menghias dinding untuk kebutuhan interior rumah, kantor, atau fungsi bangunan

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN A. TATARAN LINGKUNGAN/KOMUNITAS Sepanjang Januari 2015, tercatat 32 kasus pohon tumbang dan 14 pohon sempal di wilayah Jakarta. Beberapa jenis pohon yang tumbang adalah angsana,

Lebih terperinci

MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN

MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN AR 2111 APRESIASI ARSITEKTUR MANAKALA GEDUNG BPI ITB UNJUK KEKUATAN (SOLID DAN VOID DALAM ARSITEKTUR GEDUNG BPI ITB) DOSEN : DR. IR. BASKORO TEDJO, MSEB LAPORAN Oleh: Teresa Zefanya 15213035 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya

Cahaya sebagai media Fotografi. Syarat-syarat fotografi. Cahaya Cahaya sebagai media Fotografi Pencahayaan merupakan unsur dasar dari fotografi. Tanpa pencahayaan yang optimal, suatu foto tidak dapat menjadi sebuah karya yang baik. Pengetahuan tentang cahaya mutlak

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA DI YOGYAKARTA DENGAN ANALOGI BENTUK

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA DI YOGYAKARTA DENGAN ANALOGI BENTUK BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN PUSAT SENI RUPA DI YOGYAKARTA DENGAN ANALOGI BENTUK V.1 Konsep dasar VI.1 Konsep Ruang pada Pusat Seni Rupa di Yogyakarta dengan Analogi Bentuk Tata Ruang adalah

Lebih terperinci

LATIHAN BACA RASA UNTUK FOTO-FOTO DI MODUL 1

LATIHAN BACA RASA UNTUK FOTO-FOTO DI MODUL 1 LATIHAN BACA RASA UNTUK FOTO-FOTO DI MODUL 1 TIPS CARA BACA RASA FOTO Lihat subyek dan apa yang dilakukannya Lihat ekspresi wajah, gerak tubuh Coba rasakan suasana, kejadian Lihat pencahayaan cuaca pada

Lebih terperinci

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area

Konsep Tata Masa. Parkir. Green area. Green area Konsep Tata Masa 1. Bagian Barat langgar 2. Bagian Utara Rumah induk 3. Bagian Selatan Rumah 4. Bagian Timur kandang & Dapur Parkir Green area Konsep tata masa dalam perancangan taman wisata budaya mengutip

Lebih terperinci

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan

BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT STUDENT APARTMENT DI KABUPATEN SLEMAN, DIY Fungsi Bangunan BAB VI KONSEP DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN STUDENT APARTMENT 6.1. Fungsi Bangunan Fungsi dari bangunan Student Apartment ini sendiri direncanakan sebagai tempat untuk mewadahi suatu hunian yang dikhususkan

Lebih terperinci

Cozy Urban Loft SEBIDANG DINDING ABU- Tekstur alami kayu dipadu dengan semen menghasilkan suasana nyaman dalam sentuhan modern di hunian ini.

Cozy Urban Loft SEBIDANG DINDING ABU- Tekstur alami kayu dipadu dengan semen menghasilkan suasana nyaman dalam sentuhan modern di hunian ini. APARTEMEN LU: 140 m² Cozy Urban Loft Tekstur alami kayu dipadu dengan semen menghasilkan suasana nyaman dalam sentuhan modern di hunian ini. TEKS FRANSISCA WUNGU PRASASTI FOTO ADELINE KRISANTI DESAIN INTERIOR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang

Lebih terperinci

Arsitektur Dayak Kenyah

Arsitektur Dayak Kenyah Arsitektur Dayak Kenyah Propinsi Kalimantan Timur memiliki beragam suku bangsa, demikian pula dengan corak arsitekturnya. Namun kali ini hanya akan dibahas detail satu jenis bangunan adat yaitu lamin (rumah

Lebih terperinci

ELEMEN ESTETIS. Topeng Cepot pada Dinding. Ukiran pada partisi

ELEMEN ESTETIS. Topeng Cepot pada Dinding. Ukiran pada partisi AUDITORIUM BENTUK WARNA MATERIAL Menggunakan sistem dinding panel berporiyang terdiri dari dua konfigurasi : 1. Konfigurasi penyerap (pori terbuka) 2. Konfigurasi pemantul (pori tertutup) Dan dapat di

Lebih terperinci

II. KAJIAN PUSTAKA. apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu. secara harafiah yaitu air panas untuk teh. Chanoyu mempunyai nama

II. KAJIAN PUSTAKA. apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu. secara harafiah yaitu air panas untuk teh. Chanoyu mempunyai nama II. KAJIAN PUSTAKA A. Sumber Pustaka 1. Rujukan Istilah sadō atau chanoyu mengundang banyak pertanyaan seperti apakah perbedaan penyebutan sadō dan chanoyu. Arti kata chanoyu secara harafiah yaitu air

Lebih terperinci

BAB 6 HASIL PERANCANGAN

BAB 6 HASIL PERANCANGAN BAB 6 HASIL PERANCANGAN Perancangan Hotel Resort Kota Batu yang mengintegrasikan konsep arsitektur tropis yang mempunyai karakter beradaptasi terhadap keadaan kondisi iklim dan cuaca di daerah Kota Batu

Lebih terperinci

Kalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang.

Kalau kau mendengar sesuatu, itu akan hanya memudar dan menjadi bagian dari latar belakang. Induksi Jika aku mengatakan kepadamu, lihatlah seekor burung merah, dapatkah kau melihatnya untukku? Lihatlah setangkai bunga kuning. Lihatlah sebuah mobil biru. Lihatlah seekor anjing dan seekor kucing.

Lebih terperinci

Siapkan air hangat (tidak terlalu dingin atau panas)

Siapkan air hangat (tidak terlalu dingin atau panas) Cara Memandikan Kelinci Putih Agar Bersih Via : Tuliat.com Kelinci Putih adalah salah satu warna bulu kelinci yang paling disukai banyak orang atau para pencinta binatang piaraan karena warnanya yang terlihat

Lebih terperinci

UTS SPA 5 RAGUAN

UTS SPA 5 RAGUAN UTS SPA 5 RAGUAN 0851010072 OBYEK 2 OBYEK 1 Prisma OBYEK 1: kultur simbol yang diambil pada obyek 1 ini dapat dilihat dari bentuk atapnya yang mengadopsi rumah adat batak Karo (tempat Perkumpulan warga),

Lebih terperinci

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN

BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 85 BAB IV TEKNIS PERANCANGAN 4.1 Teknis Perancangan Dalam prosesnya mandala dibuat dengan pola lingkaran sempurna, kemudain menentukan titik pusat dari lingkaran tersebut. Untuk mengisi bagianbagian mandala,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mana tanaman dan bunga-bunga tersebut dapat tumbuh dan hidup. Jepang juga disebut

BAB I PENDAHULUAN. mana tanaman dan bunga-bunga tersebut dapat tumbuh dan hidup. Jepang juga disebut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jepang adalah Negara kepulauan yang indah, didukung dengan empat musim yang bergantian secara teratur dan berkala menjadikan alam Jepang ditumbuhi dengan tanaman dan

Lebih terperinci

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang

BAB II FIRST IMPRESSION. perancang melakukan survey lokasi ke Istana Maimun, kesan pertama ketika perancang BAB II FIRST IMPRESSION Berdasarkan pengetahuan perancang tentang kondisi dan potensi yang mendasari perencanaan untuk penambahan fasilitas pada lokasi Istana Maimun. Selanjutnya, perancang melakukan survey

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tata Ruang Kantor Menurut Haryadi (2009:122) Tata ruang kantor adalah pengaturan ruangan kantor serta penyusunan alat-alat dan perabotan kantor sesuai dengan luas

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK

BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK BAB IV KONSEP PENATAAN DISPLAY INOVASI BUSANA ETNIK A. Konsep Dasar Penataan Display Penataan berasal dari kata bahasa Inggris display yang artinya mempertunjukkan, memamerkan, atau memperagakan sesuatu

Lebih terperinci

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center

KONSEP RANCANGAN. Latar Belakang. Konteks. Tema Rancangan Surabaya Youth Center KONSEP RANCANGAN Latar Belakang Surabaya semakin banyak berdiri gedung gedung pencakar langit dengan style bangunan bergaya modern minimalis. Dengan semakin banyaknya bangunan dengan style modern minimalis

Lebih terperinci