VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR PENTAGAMAVUNON-1 DALAM DARAH SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR PENTAGAMAVUNON-1 DALAM DARAH SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI"

Transkripsi

1 Validasi Metode Penetapan Kadar PGV Dalam Darah Secara KCKT VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR PENTAGAMAVUNON DALAM DARAH SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Anita Dwi Juwita Ningrum, Siluh Made Yuni Astini, dan Arief Rahman Hakim Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Sekip Utara, Yogyakarta 28 Korespondensi: ABSTRACT Pentagamavunon (PGV) is curcumin s analogue that reported as analgesic, antioxidant, antiinflamatory, and has antiproliferation activity to breast cancer. The aim of this study is to develop and validate the method for determinating PGV s concentration in blood by reverse phase HPLC. Analytical method validation include system suitability test, determination of LOD and LOQ, linearity test, accuracy and precision s determination, stability test of PGV in blood and acetonitrile. Concentration of PGV in blood is measured by HPLC using LiChrosphere 00 Cartridge RP C8 (2 x 4 mm i.d., μm), mixed mobile phase methanol : buffer acetate 0,0 M ph 3, (80: v/v), flow rate 0, ml/minute, detector Vis46 nm, and injection volume 80 μl. System suitability tests suggest that separation condition is suitable to analyze PGV s concentration in blood. The recomended method up to standard selectivity, linearity (corelation coefficient = 0,9999), accuracy, and precision. Value of LOD and LOQ is 4,93 ng/ml and 6,42 ng/ml, respectively. PGV in blood is stable for the first hour. In acetonitrile at room temperature, PGV is stable for 3 hours while storage at C, PGV is stable for 3 days. Therefore, the recomended analytic method is applicable to determine PGV s concentration in blood. Keywords: PGV, Validation method, HPLC ABSTRAK Pentagamavunon (PGV) merupakan analog kurkumin yang telah terbukti berkhasiat sebagai antioksidan, antiinflamasi, dan mempunyai aktivitas antiproliferasi terhadap sel kanker payudara. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan memvalidasi metode penetapan kadar PGV dalam darah secara KCKT fase terbalik. Validasi metode analisis meliputi uji kesesuaian sistem, penentuan LOD dan LOQ, uji linearitas, penentuan akurasi dan presisi, uji stabilitas PGV dalam darah dan asetonitril. Kadar PGV dalam darah ditetapkan menggunakan KCKT dengan kondisi kolom LiChrosphere 00 Cartridge RP C8 (2 x 4 mm i.d., μm), fase gerak campuran metanol : bufer asetat 0,0 M ph 3, (80: v/v), kecepatan alir 0, ml/menit, detektor Vis46 nm, dan volume injeksi 80 μl. Uji kesesuaian sistem menunjukkan bahwa kondisi pemisahan sesuai untuk analisis PGV dalam darah. Metode yang diusulkan memenuhi syarat selektivitas, linieritas (r hitung = 0,9999), akurasi dan presisi. Nilai batas deteksi dan kuantitasi yang didapat masingmasing sebesar 4,93 ng/ml dan 6,42 ng/ml. PGV dalam darah stabil hingga jam pertama. Dalam asetonitril pada penyimpanan suhu kamar, PGV stabil selama 3 jam sedangkan pada penyimpanan suhu C, PGV stabil selama 3 hari. Dengan demikian, metode analisis yang diusulkan dapat diaplikasikan untuk menetapkan kadar PGV dalam darah. Kata kunci: PGV, validasi metode, KCKT 3

2 Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 09: 3 4 PENDAHULUAN Penelitian mengenai kurkumin dan senyawa analognya terus ditingkatkan dalam rangka penemuan dan pengembangan obat baru. Pengembangan obat baru dilakukan untuk menggantikan obatobat lama yang memiliki efikasi rendah atau memberikan efek samping yang merugikan. Oleh karena itu, banyak dilakukan penelitianpenelitian yang mendukung penemuan obat baru serta ujiuji baik praklinik maupun klinik. Struktur kurkumin dimodifikasi menjadi beberapa analog dengan tetap mempertahankan aktivitas antiinflamasinya, salah satu diantaranya adalah pentagamavunon [2,bis(4'hidroksi 3','dimetilbenzilidin)siklopentanon atau PGV]. Senyawa ini memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi yang lebih poten dibanding kurkumin meskipun lebih rendah dibanding aspirin dan indometasin (). Aktivitas antiinflamasi tersebut melalui penghambatan biosintesis prostaglandin jalur siklooksigenase (2). Efek farmakologi lain yang dimiliki PGV adalah sebagai antioksidan (3) dan aktivitas sitotoksik terhadap sel kanker payudara (4). Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mengetahui aktivitas farmakologis PGV. Senyawa ini merupakan senyawa baru yang diharapkan dikemudian hari bisa dikembangkan menjadi obat baru. Hingga saat ini belum pernah dilakukan penelitian mengenai metode penetapan kadar PGV dalam darah. METODOLOGI PENELITIAN Bahan Bahan penelitian yang digunakan yaitu senyawa PGV (Laboratorium Molekul Nasional UGM, Yogyakarta) memiliki jarak lebur o C dan Rf 0,83 pada sistem KLT yang menggunakan fase diam silika gel GF 24 dengan fase gerak campuran etil asetat : CCl 4 (:), Heparin (Leo, Denmark), natrium asetat, asam asetat, metanol dan asetonitril (pro HPLC, Merck, Damstradt, Germany), dan aquabidestilata steril (PT. Ikapharmindo Putramas, Indonesia). Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain alat pemusing (Kokusan H00 BC, Tokyo), vortex (CAT.M. Zippear GmbH.Etzenbach, W. Germany), neraca analitik elektrik (Chyo Jupiter C300 MD), alatalat gelas, ph meter tipe PHM82 (Radiometer, Copenhagen), penyaring bufer dengan pori 0,4 μm, seperangkat HPLC Prominence (Shimadzu) yang terdiri dari LC Solution software, LC Workstation manual injector, system controller CBMA/A lite Prominence, solvent delivery module LCAD Prominence, detektor UV Vis SPDA/SPDAV Prominence dan injektor syringe perfection 00 μl.kolom HPLC LiChrosphere 00 LCCatridge Reverse Phase C 8 (Merck, Germany) dengan panjang kolom 2 mm, diameter dalam kolom 4 mm, dan ukuran partikel kolom μm, micro tube (Brand), bluetip dan yellowtip (Brand), pipet mikro Transferpette (Brand), dan almari pendingin. Cara kerja Scanning λ (panjang gelombang) maksimum PGV: Scanning λ maksimum larutan PGV kadar 0 μg/ml kemudian dilakukan menggunakan spektrofotometer Genesis 0 pada λ 3040 nm. 36

3 Validasi Metode Penetapan Kadar PGV Dalam Darah Secara KCKT Uji kesesuaian sistem: Larutan PGV dalam fase gerak dengan konsentrasi 00 μg/ml diambil μl, dimasukkan dalam 0 μl darah sehingga diperoleh kadar 0 μg/ml PGV dalam darah, divortex selama 30 detik, kemudian ditambah 600 μl asetonitril, dan divortex kembali selama menit. Campuran yang diperoleh disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm pada suhu 4ºC selama 0 menit kemudian ambil supernatan. Supernatan diinjeksikan dalam sistem KCKT sebanyak 80 μl kemudian dirunning pada λ maksimum selama 0 menit, dilakukan lima replikasi. Uji kesesuaian sistem yang dilakukan meliputi penentuan waktu retensi, luas area puncak, tinggi puncak, capacity factor, tailling factor, number of theoritical plates, resolution dan dihitung ratarata dan simpangan baku relatif masingmasing parameter. Penentuan selektivitas: Penentuan selektivitas metode dilakukan dengan membandingkan kromatogram PGV dalam darah (spike ) dan blanko. Penentuan LOD dan LOQ: Dibuat larutan PGV dalam darah kadar 0,, 40, 80, dan 00 ng/ml. Supernatan didapat dengan cara kerja sesuai dengan poin b dan diinjeksikan 80 µl ke sistem KCKT. Selanjutnya dibuat regresi linear hubungan antara luas area kromatogram terhadap kadar PGV. LOD dan LOQ dihitung secara statistik melalui garis regresi linier. Penentuan linearitas: Dibuat larutan PGV dalam darah kadar 0,; 0,2; 0,4; 0,8; ; 0; ; 40; 80; dan 00 µg/ml. Supernatan diperoleh dengan cara kerja b dan 80 µl diinjeksikan ke sistem KCKT kemudian dibuat kurva persamaan garis lurus antara kadar PGV terhadap luas area kromatogram dan dihitung nilai koefisien korelasinya. Koefisien korelasi dapat diteria jika nilainya lebih besar atau sama dengan 0,999 (). Penentuan nilai perolehan kembali (recovery) dan kesalahan acak: Dibuat larutan PGV dalam darah kadar, 0, 80 ng/ml. Lakukan cara kerja b untuk mendapatkan supernatan kemudian diinjeksikan 80 μl dalam sistem KCKT. Kadar PGV masingmasing dihitung dengan menggunakan persamaan kurva baku PGV dalam darah kemudian dihitung kadar rataratanya, nilai recovery (perolehan kembali), dan kesalahan acak. Uji stabilitas PGV dalam darah: Dari larutan stok mg/ml dibuat larutan PGV 360 μg/ml dengan mengencerkan 360 μl larutan stok dengan 640 μl fase gerak. Darah tanpa perlakuan diambil sebanyak,8 ml kemudian tambahkan sebanyak 00 μl larutan PGV kadar 360 μg/ml sehingga diperoleh μg/ml PGV dalam darah lalu divorteks selama 30 detik dan diamkan pada suhu kamar. Ambil 0 μl campuran darah dan larutan PGV pada jam ke0,, dan 2, masingmasing 3 tabung. Supernatan diperoleh sesuai cara kerja poin b dan diinjeksikan ke KCKT sebanyak 80 μl. Kadar PGV dihitung menggunakan persamaan kurva baku dalam darah dan dianalisis persentase obat yang terdegradasi. Uji stabilitas PGV dalam asetonitril: Uji stabilitas dalam asetonitril dilakukan dalam suhu kamar ( C) dan pada suhu penyimpanan ( 0 C). Dari larutan stok mg/ml PGV diencerkan dengan asetonitril hingga diperoleh kadar μg/ml 3

4 Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 09: 3 4 kemudian disimpan sampai waktu pengujian. Pengujian dilakukan pada jam ke0,, 2, 3 untuk penyimpanan pada suhu kamar, serta pada hari ke 0,, 2, 3 untuk penyimpanan pada suhu 0 C. Pengujian dilakukan dengan menginjeksikan 80 μl larutan dalam sistem KCKT dan masingmasing dilakukan replikasi sebanyak 3 kali. Kadar PGV diperoleh dengan menggunakan persamaan kurva baku PGV dalam asetonitril dan dihitung persentase obat yang terdegradasi. Penetapan kadar PGV dalam darah: Tikus putih jantan Wistar diberi PGV secara intravena dengan dosis mg/kgbb selanjutnya darah di sampling melalui vena lateralis ekor tikus pada menit ke2,, 0,,, 30, 60,, 240, dan 360. Darah ditampung dalam microtube yang berisi heparin. Sampel 0 µl ditambah asetonitril 6 µl lalu divortex selama menit. Campuran tersebut kemudian disentrifuge selama 0 menit dengan kecepatan 3000 rpm pada suhu 4 C. Supernatan diambil kemudian disuntikkan ke dalam sistem KCKT 80 µl. HASIL DAN PEMBAHASAN Scanning panjang gelombang (λ) maksimum Hasil scanning panjang gelombang maksimum PGV dalam fase gerak (campuran bufer asetat ph 3, : metanol (:80) menggunakan spektrofotometer Genesis 0 pada panjang gelombang 3040 nm menunjukan bahwa PGV memiliki serapan maksimum pada 46 nm sehingga pembacaan serapan PGV dilakukan pada panjang gelombang 46 nm. Pengukuran kadar PGV harus dilakukan pada panjang gelombamg maksimal (λmaks) karena pada panjang gelombang maksimal akan memberikan kepekaan (sensitivitas) yang tinggi dan kesalahan paling kecil. Uji kesesuaian sistem Uji kesesuaian sistem perlu dilakukan sebelum suatu sistem analisis digunakan dengan tujuan untuk memastikan keefektifan sistem operasional akhir. Pengujian ini didasarkan pada suatu konsep bahwa elektronik, peralatan, zat uji, dan kondisi operasional analisis membentuk satu sistem analitik tunggal yang dapat diuji fungsinya secara keseluruhan (6). Hasil uji kesesuaian sistem yang dapat dilihat pada tabel menunjukkan bahwa parameterparameter yang diukur memenuhi kriteria untuk dapat diterima menurut Yuwono & Indrayanto () yaitu nilai simpangan baku relatif dari waktu retensi kurang dari atau sama dengan % (untuk n = ), k (capacity factor) > 2, Tf (tailling factor) < 2, N (number of theoritical plates > 00 dan Rs (resolusi) > 2 sehingga sistem kromatografi yang digunakan dalam penetapkan kadar PGV dalam darah dapat menghasilkan data dengan kualitas yang dapat diterima. Hasil yang didapat dari lima penyuntikkan tersebut menunjukkan bahwa puncak PGV selalu muncul pada waktu retensi (t R ) di sekitar menit ke8,39 dengan CV 0,29% sehingga puncak yang muncul disekitar menit ke8,39 ditetapkan sebagai puncak PGV. Penentuan selektivitas Pada penetapan kadar obat dalam cuplikan hayati, selektivitas metode menempati prioritas utama karena harus dapat membedakan obat yang dimaksud dari metabolitnya, obat lain, maupun kandungan endogen cairan hayati. Penentuan selektivitas dilakukan dengan membandingkan kromatogram darah blanko (gambar I) dan kromatogram darah yang dispike 38

5 Validasi Metode Penetapan Kadar PGV Dalam Darah Secara KCKT PGV (gambar 2). Pada kromatogram blangko tidak muncul puncak disekitar waktu retensi 8,39 menit yang berarti tidak ada gangguan serapan dari senyawa endogen dalam darah terhadap puncak dari PGV sedangkan pada kromatogram PGV darah spike dan dalam darah sampel muncul puncak disekitar waktu retensi PGV, yaitu 8,39 menit. Hal ini menunjukkan bahwa metode analisis memenuhi syarat selektivitas. Kadar PGV (μg/ml) t R (menit) Tabel Data uji kesesuaian sistem Luas area Tinggi puncak k' Tf N Rs 8,39 8,388 8,366 8,394 8, ,86 2,9 2,80 2,8 3 2,9 0 2,88 6,38,3,34,33 9, 4, , ,6 9034,6 9396,90 982, ,30 4 3,0 3,699 3, 3,99 3,882 Ratarata 8, ,8 3440, 2 3,80 SD 0,024 88, 22, 0, 0, 3,6 0, 6 CV (%) 0,29,62 6,3 2,84 6,36 3,8,9 Gambar. Kromatogram darah blanko 39

6 Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 09: 3 4 Gambar 2. Kromatogram PGV kadar 00 ng/ml dalam darah (spike) Keterangan untuk gambar dan 2: Analisis dilakukan dengan HPLC Prominence (Shimadzu) Kolom HPLC LiChrosphere 00 LCCatridge Reversed Phase C 8 (Merck, Germany) dengan panjang kolom 2 mm, diameter dalam kolom 4 mm, dan ukuran partikel kolom μm Fase gerak metanol : bufer asetat 0,0 M ph 3, (80: v/v) Kecepatan alir fase gerak 0, ml/menit Detektor Vis46 nm Minimum area detection: count AUFS: 0,0 Volume injeksi: 80 μl Penentuan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ) LOD dan LOQ merupakan parameter sensitivitas suatu metode. Semakin kecil nilai LOD dan LOQ menunjukkan semakin sensitifnya suatu metode. LOD menunjukkan kadar PGV terkecil yang dapat dideteksi dalam sampel dan masih memberikan respon signifikan dibandingkan dengan blangko dengan nilai S/N = 3. Nilai LOQ menunjukkan kadar PGV terendah yang masih dapat memenuhi persyaratan cermat dan seksama dan ditandai dengan nilai S/N = 0. Namun pada penelitian ini, nilai LOD dan LOQ dianalisis secara statistik melalui garis regresi linier kurva baku PGV. Sensitivitas metode ini terlihat dari perolehan nilai LOD = 4,93 ng/ml dan LOQ = 6,42 ng/mg. Menentukan linieritas Linieritas metode analisis merupakan kemampuan untuk memberikan hasil uji yang proporsional terhadap konsentrasi analit dalam sampel baik secara langsung maupun dengan bantuan transformasi matematika tertentu (6). Data konsentrasi PGV dan luas area kromatogramnya dapat dilihat pada tabel 2. Dari plot antara kadar PGV (x) dengan luas puncak (y) diperoleh persamaan regresi linier y =,9x 0,04 (gambar 3) dan koefisien korelasi (r hitung ) = 0,9999. Nilai r hitung yang sudah mencapai 0,999 dapat digunakan sebagai parameter linieritas tanpa harus disertai pembuktian linieritas dengan parameter yang lain misalnya V xo, X p, Mandeltest, pengujian linieritas dengan ANAVA (). 40

7 Luas area kromatogram PGV (x0 ) Validasi Metode Penetapan Kadar PGV Dalam Darah Secara KCKT Berdasarkan nilai r hitung yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa metode analisis yang digunakan memenuhi syarat linieritas. Tabel 2 Luas area kromatogram untuk penentuan linearitas PGV Kadar (μg/ml) luas area (x0 ) 0 0,02 0,04 0,03 0,08 0,08 0, 0,09 0,2 0,8 0,4 0,36 0,8 0,9,2 0,33 22,30 Penentuan akurasi dan presisi metode Akurasi atau kecermatan merupakan parameter untuk menunjukkan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (% recovery) analit. Akurasi hasil analisis sangat tergantung pada sebaran kesalahan sistematik dalam keseluruhan tahapan metode analisis. Menurut Lindholm () dalam pengukuran persen recovery untuk bioanalisis, nilai ratarata persen recovery yang diperbolehkan adalah 8 %. Presisi atau keseksamaan diperlukan untuk menunjukkan derajat kesesuaian antar hasil uji individual, diukur melalui penyebaran hasil individual dari nilai ratarata jika prosedur diterapkan secara berulang pada sampelsampel yang diambil dari campuran homogen. Presisi diukur sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien variasi) dan dapat dinyatakan sebagai keterulangan (repeatability) atau ketertiruan (reproducibility). Penelitian ini hanya menetapkan keterulangan saja sebagai parameter presisinya. Keterulangan merupakan keseksamaan metode jika dilakukan berulang kali oleh analis sama pada kondisi sama dalam interval waktu pendek. Untuk bioanalisis syarat nilai koefisien variasi (CV) yang diijinkan maksimal % (). 2 y =,9x 0,03 r = Kadar PGV dalam darah (μg/ml) Gambar 3. Kurva hubungan luas area kromatogram versus kadar PGV dalam darah pada penentuan linieritas 4

8 Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 09: 3 4 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa seluruh hasil uji akurasi memiliki nilai perolehan kembali diantara 8% hingga % dan semua pengujian presisi memberikan nilai koefisien variasi kurang dari %, sehingga dapat disimpulkan bahwa metode pengukuran PGV ini telah memenuhi syarat akurat dan teliti. Data dan hasil penentuan akurasi dan presisi metode dinyatakan dalam tabel 3. Tabel 3 Nilai akurasi dan presisi pengukuran kadar PGV dalam darah Kadar PGV diketahui (ng/ml darah) Kadar PGV terukur (ng/ml darah) 8,40 22,23 2, 0 46,8 38, 4, 80 3,8 9,80,0 Penentuan stabilitas PGV dalam darah Stabilitas obat dalam cairan biologis merupakan fungsi dari kondisi penyimpanan, sifat kimia obat, komponen cairan biologis, dan sistem wadah. Stabilitas PGV dalam matriks darah pada penilitian ini harus dievaluasi untuk membuktikan bahwa tidak terjadi degradasi diantara waktu pengambilan sampel sampai dilakukan penambahan asetonitril ke dalam darah. Waktu (jam) 0 2 Recovery (%) 92,00, 08, 92,36,02 9, 9,48 99, 96,04 Ratarata ± SD CV (%) 03,8±0,34 9,96 88,30 ± 9,89, 96,04 ± 4, 4,3 Hasil uji stabilitas PGV dalam darah pada jam ke dan 2 dinyatakan sebagai persen degradasi terhadap kadar awal. Dari data yang disajikan pada tabel 4 terlihat bahwa PGV dalam darah masih stabil sampai jam pertama dan mengalami degradasi,0 4,8% pada jam kedua sehingga preparasi sampel harus dilakukan sebelum mencapai jam kedua setelah pengambilan. Tabel 4 Hasil penentuan stabilitas PGV dalam darah pada suhu kamar Kadar PGV diketahui (μg/ml darah) Luas area (x0 ) 2,24 28,9 2,32 2,30 28, 2,4 24,82 23,24 22, Kadar PGV terukur (μg/ml darah) 9, 2,6 9,23,68 2,3,8 8,86, 6,93 Degrada si (%),92,6, Ratarata ± SD (%),0 4,8 42

9 Validasi Metode Penetapan Kadar PGV Dalam Darah Secara KCKT Penentuan stabilitas PGV dalam asetonitril Penentuan stabilitas PGV dalam asetonitril dilakukan dalam dua kondisi penyimpanan yaitu pada suhu kamar (2 30 C) dan suhu C. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa tidak terjadi degradasi PGV pada kedua kondisi penyimpanan tersebut hingga dilakukan pengukuran kadar. Hasil uji stabilitas PGV dalam asetonitril yang tersaji pada tabel menunjukkan bahwa sampai jam ketiga pengujian kadar PGV masih stabil dan belum mengalami degradasi sehingga memungkinkan PGV dalam asetonitril disimpan pada suhu kamar selama tiga jam sebelum ditetapkan kadarnya menggunakan KCKT. Pengujian pada kondisi penyimpanan C menunjukkan bahwa PGV cukup stabil hingga hari ketiga pengujian (tabel 6). Hal ini dapat dilihat dari nilai persen degradasi yang kecil sehingga dalam kondisi penyimpanan ini memunginkan bila dilakukan penyimpanan PGV dalam asetonitril hingga hari ketiga sebelum ditetapkan kadarnya dalam KCKT. Penentuan kadar PGV dalam darah Kadar PGV dalam darah yang terdeteksi pada setiap waktu sampling lebih besar dari nilai LOQ. Hal tersebut menunjukkan bahwa kadar PGV dalam darah yang diperoleh dengan metode ini akurat dan presis. Berdasar hasil penelitian yang diperoleh, diketahui bahwa metode analisis yang diusulkan dapat digunakan untuk menetapkan kadar PGV dalam darah setelah pemberian PGV secara intravena pada tikus putih jantan Wistar dengan dosis mg/kgbb. Kurva hubungan kadar PGV dalam darah dan waktu sampling dapat dilihat pada gambar 4. Tabel Hasil penentuan stabilitas PGV dalam asetonitril pada suhu kamar Waktu (jam) Kadar PGV diketahui (μg/ml) Luas area (x0 6 ) 8,23 8,0,8 8,99 8,82 8, 8,9 8,99 8,9 9,0 9,02 8,9 Kadar PGV terukur (µg/ml) 8,8 8,49,90,,9 9,9,49,8,4,0,6,48 Degradasi (%) Ratarata ± SD (%) 43

10 Log kadar PGV dalam plasma darah (ng/ml) Jurnal Farmasi Indonesia Vol. 4 No. 3 Januari 09: 3 4 Waktu (hari) Tabel 6 Hasil penentuan stabilitas PGV dalam asetonitril pada suhu ºC Kadar PGV diketahui (μg/ml) Luas area (x0 6 ) 8,29 8,8 8,28 8,24 8,29 8,2 8,4 8,0 8,38 8,3 8, 8,29 Kadar PGV dalam darah (µg/ml) 2,83 2,3 2,80 2,0 2,82 2,69 22,29 2,2 22,06 2,9 22,39 2,82 Degradas i (%) 0, 0, 2, Ratarata ± SD (%) 0,09 0,08 0,2, Waktu (menit) Gambar 4. Kurva hubungan kadar PGV dalam darah dan waktu pada tikus putih setelah pemberian PGV secara intravena dosis mg/kgbb KESIMPULAN Uji kesesuaian sistem menunjukkan bahwa kondisi pemisahan sesuai untuk analisis PGV dalam darah. Metode yang diusulkan memenuhi syarat selektivitas, linieritas (r hitung = 0,9999), akurasi dan presisi. Nilai batas deteksi dan kuantitasi yang didapat masingmasing sebesar 4,93 ng/ml dan 6,42 ng/mg. PGV dalam darah stabil hingga jam pertama. Dalam asetonitril pada penyimpanan suhu kamar, PGV stabil selama 3 jam sedangkan pada penyimpanan suhu C, PGV stabil selama 3 hari. Dengan demikian, metode analisis yang diusulkan dapat diaplikasikan untuk menetapkan kadar PGV dalam darah. 44

11 Validasi Metode Penetapan Kadar PGV Dalam Darah Secara KCKT UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih disampaikan kepada Fakultas Farmasi UGM 0 yang telah membiayai penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA. Sardjiman. Synthesis of some new series of curcumin analogues, antioxidative, antiinflammatory, antibacterial activities and qualitative structureactivity relationship (dissertation). Yogyakarta: Gadjah Mada University; Nurrochmad A. Penghambatan Biosintesis Prostaglandin Melalui Jalur Siklooksigenase oleh Siklovalon dan Tiga Senyawa Analognya (skripsi) Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada; Da i M. Pengaruh Gugus βdiketon Terhadap Daya Mereduksi Kurkumin dan Turunannya Pada Ion Ferri (skripsi) Yogyakarta: Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada; Melannisa R. Pengaruh PGV pada Sel Kanker Payudara T4D yang Diinduksi βestradiol: Kajian Antiploriferasi, Pemacuan Apoptosis, dan Antiangiogenesis (thesis). Yogyakarta: Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada; 04.. Yuwono M dan Indrayanto G. Validation of Chromatographic Methods of Analysis, Profiles of Drug Substances Excipiens and Related Methodology. Bandung: 0. p The United States Pharmacopeia TwentyEighth Revision and The National Formulary TwentyThird Edition, 2389, United State Pharmacopeial Convention, Rockville, 0.. Lindholm J. Development and Validation of HPLC Method for Analytical and Preparative Purposes (dissertation) Uppsala: Universitatis Upsaliensis; 04. 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Penentuan panjang gelombang maksimum ini digunakan untuk mengetahui pada serapan berapa zat yang dibaca oleh spektrofotometer UV secara

Lebih terperinci

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA A. ALAT Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang dilengkapi dengan detektor UV-Vis (SPD-10A VP, Shimadzu), kolom Kromasil LC-18 dengan dimensi kolom

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN 1. Pencarian kondisi analisis optimum levofloksasin a. Pemilihan komposisi fase gerak untuk analisis levofloksasin secara KCKT Pada penelitian ini digunakan

Lebih terperinci

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK

VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK VALIDASI METODE ANALISIS TABLET LOSARTAN MERK B YANG DITAMBAH PLASMA MANUSIA DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI FASE TERBALIK Ika Yuni Astuti *, Wiranti Sri Rahayu, Dian Pratiwi Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 12 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Dalam penelitian ini digunakan jenis penelitian eksperimental dengan rancangan penelitian eksperimental sederhana (posttest only control group

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami*

PHARMACY, Vol.06 No. 02 Agustus 2009 ISSN Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami* PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL DALAM TETES MATA PADA SEDIAAN GENERIK DAN MERK DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Febriyanti Diah Puspita Sari*, Pri Iswati Utami* Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi,

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi, BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI Laboratorium Bioavailabilitas dan Bioekivalensi, Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia. B. BAHAN Levofloksasin

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Fase gerak : dapar fosfat ph 3,5 : asetonitril (80:20) : panjang gelombang 195 nm BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Optimasi Sistem KCKT Sistem KCKT yang digunakan untuk analisis senyawa siklamat adalah sebagai berikut: Fase diam : C 18 Fase gerak : dapar fosfat ph

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PERCOBAAN 1. Pembuatan larutan induk standar fenobarbital dan diazepam Ditimbang 10,90 mg fenobarbital dan 10,90 mg diazepam, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan cairan tubuh manusia yaitu plasma secara in vitro. 3.2 Subyek Penelitian Subyek penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah hand body lotion. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Spektrum Derivatif Metil Paraben dan Propil Paraben BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu produk kosmetik yang banyak menggunakan bahan pengawet sebagai bahan tambahan adalah krim wajah. Metode analisis yang sensitif dan akurat diperlukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium 30 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian validasi metode dan penentuan cemaran melamin dalam susu formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Universitas Muhammadiyah Purwokerto selama 4 bulan. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA RINGKASAN RINGKASAN Pengembangan dan Validasi Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi pada Analisis Andrografolida dalam Bahan Baku dan Tablet Fraksi Etil Asetat Andrographis paniculata Pada pengembangan produk

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Pengambilan Sampel Dalam penelitian ini, pengambilan lima sampel yang dilakukan dengan cara memilih madu impor berasal Jerman, Austria, China, Australia, dan Swiss yang dijual

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi pada bulan Februari sampai Mei tahun 2012. 3.2 Alat-alat Alat alat yang

Lebih terperinci

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008

Analisis Fenobarbital..., Tyas Setyaningsih, FMIPA UI, 2008 4 3 5 1 2 6 Gambar 3. Alat kromatografi cair kinerja tinggi Keterangan : 1. Pompa LC-10AD (Shimadzu) 2. Injektor Rheodyne 3. Kolom Kromasil TM LC-18 25 cm x 4,6 mm 4. Detektor SPD-10 (Shimadzu) 5. Komputer

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Validasi merupakan proses penilaian terhadap parameter analitik tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa metode tersebut memenuhi syarat sesuai

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU BAB III METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU pada bulan Februari 2012 April 2012. 2.2 Alat dan Bahan 2.2.1 Alat-alat Alat-alat

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Preparasi sampel Daging bebek yang direbus dengan parasetamol dihaluskan menggunakan blender dan ditimbang sebanyak 10 g kemudian dipreparasi dengan menambahkan asam trikloroasetat

Lebih terperinci

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI OPTIMASI DAN VALIDASI METODE ANALISIS SUKROSA UNTUK MENENTUKAN KEASLIAN MADU PERDAGANGAN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Aqnes Budiarti 1*, Ibrahim Arifin 1 1 Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR NISTATIN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI DAN APLIKASINYA DALAM SEDIAAN SALEP SKRIPSI

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR NISTATIN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI DAN APLIKASINYA DALAM SEDIAAN SALEP SKRIPSI VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR NISTATIN MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI DAN APLIKASINYA DALAM SEDIAAN SALEP SKRIPSI Oleh : Puji Lestari 125010761 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS WAHID HASYIM

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN

PHARMACY, Vol.06 No. 03 Desember 2009 ISSN ANALISIS SIKLAMAT PADA AGAR-AGAR YANG BEREDAR DI PASAR WAGE PURWOKERTO DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Rizki Widyaningsih*, Pri Iswati Utami* Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto,

Lebih terperinci

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan

Validasi metode merupakan proses yang dilakukan TEKNIK VALIDASI METODE ANALISIS KADAR KETOPROFEN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Erina Oktavia 1 Validasi metode merupakan proses yang dilakukan melalui penelitian laboratorium untuk membuktikan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE PENETAPAN KADAR GLIBENKLAMID DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

PENGEMBANGAN METODE PENETAPAN KADAR GLIBENKLAMID DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI PENGEMBANGAN METODE PENETAPAN KADAR GLIBENKLAMID DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI RUSWITA NOVITASARI 2443012227 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1 WAKTU DAN TEMPAT Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan Juli 2011, bertempat di Laboratorium Pangan Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional Badan POM RI,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN 1. Standar DHA murni (Sigma-Aldrich) 2. Standar DHA oil (Tama Biochemical Co., Ltd.) 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform, metanol,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif Departemen Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, Depok, pada

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Optimasi esterifikasi DHA Dilakukan dua metode esterifikasi DHA yakni prosedur Lepage dan Merck, kemudian larutan DHA (oil) yang termetilasi dengan kadar akhir DHA

Lebih terperinci

KETOPROFEN, PENETAPAN KADARNYA DALAM SEDIAAN GEL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBEL. Fajrin Noviyanto, Tjiptasurasa, Pri Iswati Utami

KETOPROFEN, PENETAPAN KADARNYA DALAM SEDIAAN GEL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBEL. Fajrin Noviyanto, Tjiptasurasa, Pri Iswati Utami KETOPROFEN, PENETAPAN KADARNYA DALAM SEDIAAN GEL DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET-VISIBEL Fajrin Noviyanto, Tjiptasurasa, Pri Iswati Utami Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Lebih terperinci

Kata kunci : deksametason, jamu pegal linu, KCKT

Kata kunci : deksametason, jamu pegal linu, KCKT ANALISIS BAHAN KIMIA OBAT DEKSAMETASON DALAM JAMU PEGAL LINU MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Aqnes Budiarti 1 *, Muhamad Barik Ulfa Faza 1 1 Jurusan S1 Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus:

HASIL DAN PEMBAHASAN. Perhitungan Kadar Kadar residu antibiotik golongan tetrasiklin dihitung dengan rumus: 8 Kolom : Bondapak C18 Varian 150 4,6 mm Sistem : Fase Terbalik Fase Gerak : Asam oksalat 0.0025 M - asetonitril (4:1, v/v) Laju Alir : 1 ml/menit Detektor : Berkas fotodioda 355 nm dan 368 nm Atenuasi

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH

UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH UNIVERSITAS PANCASILA FAKULTAS FARMASI LAPORAN PENELITIAN DAN PUBLIKASI ILMIAH UJI SENSITIVITAS PEREAKSI PENDETEKSI KUNING METANIL DI DALAM SIRUP SECARA SPEKTROFOTOMETRI CAHAYA TAMPAK Oleh: Novi Yantih

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI PENGEMBANGAN METODE PENENTUAN KADAR VALSARTAN DALAM PLASMA DARAH MANUSIA SECARA IN VITRO MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI HENDRIANTO 2443012018 PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI DAN APLIKASINYA DALAM SEDIAAN TETES MATA SKRIPSI

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI DAN APLIKASINYA DALAM SEDIAAN TETES MATA SKRIPSI VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR KLORAMFENIKOL MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI DAN APLIKASINYA DALAM SEDIAAN TETES MATA SKRIPSI Oleh : Salamah Farichatus Sa diyah 115010701 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

Lampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 50 µl. Alat KCKT. Syringe 50 µl. Universitas Sumatera Utara

Lampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 50 µl. Alat KCKT. Syringe 50 µl. Universitas Sumatera Utara Lampiran 1. Gambar Alat KCKT dan Syringe 50 µl Alat KCKT Syringe 50 µl Lampiran 2. Gambar Perangkat Penelitian Lainnya Ultrasonic cleaner Pompa vakum dan seperangkat penyaring fase gerak Lampiran 2. (Lanjutan)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di 30 III. METODOLOGI PERCOBAAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di Laboratorium Kimia Analitik dan Instrumentasi Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Sistem kromatografi yang digunakan merupakan kromatografi fasa balik, yaitu polaritas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam, dengan kolom C-18 (n-oktadesil silan)

Lebih terperinci

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY 9 SIMULTANEOUS DETERMINATION OF PARACETAMOL AND IBUPROFENE MIXTURES BY HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY Penetapan secara Simultan Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dengan Kromatografi Cair Kinerja

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cefadroxil 2.1.1 Sifat fisikokimia Menurut USP (2007), sifat fisikokimia cefadroxil adalah sebagai berikut: Rumus struktur : Gambar 1 Struktur cefadroxil Nama Kimia : 5-thia-1-azabicyclo[4.2.0]oct-2-ene-1-carbocylic

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN Penetapan kadar metoflutrin dengan menggunakan kromatografi gas, terlebih dahulu ditentukan kondisi optimum sistem kromatografi gas untuk analisis metoflutrin. Kondisi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Pengumpulan Sampel Pengumpulan sampel ini dilakukan berdasarkan ketidaklengkapannya informasi atau keterangan yang seharusnya dicantumkan pada etiket wadah dan atau pembungkus.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHUUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHUUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHUUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan penyakit utama di Indonesia karena prevalensinya cukup tinggi, yaitu 25,8% untuk usia 18 tahun (Riset Kesehatan Dasar, 2013), meskipun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ibuprofen 2.1.1 Sifat Fisikokimia Menurut Ditjen POM (1995), sifat fisikokimia dari Ibuprofen adalah sebagai berikut : Rumus Struktur : Gambar 1. Struktur Ibuprofen Nama Kimia

Lebih terperinci

BAB I TINJAUAN PUSTAKA

BAB I TINJAUAN PUSTAKA BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Obat Tradisional Obat tradisional adalah bahan atau ramuan yang berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan galenik atau campuran dari bahan-bahan tersebut, yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan, mulai bulan Maret 2011 sampai dengan Agustus 2011. Berlokasi di Laboratorium Jasa Analisis Pangan, Departemen

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL 1. Pemilihan Kondisi Optimum Kromatografi Gas untuk Analisis DHA Kondisi analisis optimum kromatografi gas terpilih adalah dengan pemrograman suhu dengan suhu awal

Lebih terperinci

VALIDASI METODE ANALISIS SENYAWA CEFOTAXIME DENGAN STANDAR INTERNAL CEFADROXIL SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI ABSTRAK

VALIDASI METODE ANALISIS SENYAWA CEFOTAXIME DENGAN STANDAR INTERNAL CEFADROXIL SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI ABSTRAK VALIDASI METODE ANALISIS SENYAWA CEFOTAXIME DENGAN STANDAR INTERNAL CEFADROXIL SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Iyan Sopyan, Rijal Syahril Maulana, Driyanti Rahayu Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Jenis Penelitian 1. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen (experiment research) (Notoatmodjo, 2002).

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penentuan kadar Aspartam ini dilakukan menggunakan alat KCKT, dengan sistem kromatografi fasa terbalik, yaitu polarisitas fasa gerak lebih polar daripada fasa diam dengan kolom

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian studi voltametri siklik asam urat dengan menggunakan elektroda nikel sebagai elektroda kerja ini bertujuan untuk mengetahui berbagai pengaruh dari parameter yang ada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

BAB III METODE PENGUJIAN. Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl. BAB III METODE PENGUJIAN 3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penetapan kadar ini dilakukan di Ruang Laboratorium yang terdapat di Industri PT. Kimia Farma (Persero) Tbk. Plant Medan yang beralamat di Jl.

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SENYAWA 9 METOKSIKANTIN 6 ONE SEBAGAI MARKER EKSTRAK AIR AKAR PASAK BUMI TERSTANDAR PADA PENELITIAN FARMAKOKINETIK HERBAL

PENGEMBANGAN SENYAWA 9 METOKSIKANTIN 6 ONE SEBAGAI MARKER EKSTRAK AIR AKAR PASAK BUMI TERSTANDAR PADA PENELITIAN FARMAKOKINETIK HERBAL PENGEMBANGAN SENYAWA 9 METOKSIKANTIN 6 ONE SEBAGAI MARKER EKSTRAK AIR AKAR PASAK BUMI TERSTANDAR PADA PENELITIAN FARMAKOKINETIK HERBAL Farida Hayati *, Lukman Hakim **, Ngatidjan ***, Mustofa *** Pengembangan

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN

PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN ANALISIS SILDENAFIL SITRAT PADA JAMU TRADISIONAL KUAT LELAKI MERK A DAN B DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Angga Tiya Warma Sarigih, Anjar Mahardian Kusuma, Pri Iswati Utami Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

STUDI DEGRADASI SEDIAAN INFUS CIPROFLOKSASIN MENGGUNAKAN HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY

STUDI DEGRADASI SEDIAAN INFUS CIPROFLOKSASIN MENGGUNAKAN HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY STUDI DEGRADASI SEDIAAN INFUS CIPROFLOKSASIN MENGGUNAKAN HIGH PERFORMANCE LIQUID CHROMATOGRAPHY Bekti Nugraheni 1 Abstrak Penelitian ini menggambarkan perlakuan degradasi infus ciprofloksasin yang dikondisikan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah larutan asam klorida pekat 37% (Merck KG aa), akuadestilata, sampel hand body lotion, standar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat KCKT. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biofarmasi dan di Laboratorium

Lebih terperinci

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR PARASETAMOL DAN KLORFENIRAMIN MALEAT MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SERTA APLIKASINYA DALAM BEBERAPA SEDIAAN SIRUP SKRIPSI Oleh : Nur Aini 125010793 FAKULTAS

Lebih terperinci

VALIDASI METODE ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR METFORMIN HCl DALAM TABLET FLOATING SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

VALIDASI METODE ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR METFORMIN HCl DALAM TABLET FLOATING SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) VALIDASI METODE ANALISIS UNTUK PENETAPAN KADAR METFORMIN HCl DALAM TABLET FLOATING SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) SKRIPSI AGNES PUTRI WIRADININGRUM 1308010152 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS

Lebih terperinci

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI

VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI VALIDASI METODE ANALISIS PENENTUAN KADAR HIDROKINON DALAM SAMPEL KRIM PEMUTIH WAJAH MELALUI KLT-DENSITOMETRI SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi syarat-syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB IV PROSEDUR KERJA BAB IV PROSEDUR KERJA 4.1. Sampel 4.1.1. Pengumpulan Sampel Sampel yang digunakan berupa minuman serbuk dalam kemasan sachet yang beredar di pasar Bandung. Sampel yang digunakan diambil dari sebuah toko

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR CEFADROXIL DALAM SEDIAAN KAPSUL DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

PENETAPAN KADAR CEFADROXIL DALAM SEDIAAN KAPSUL DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI PENETAPAN KADAR CEFADROXIL DALAM SEDIAAN KAPSUL DENGAN NAMA DAGANG DAN GENERIK SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari sampai April 2008. B. ALAT

Lebih terperinci

PERBANDINGAN METODE PENETAPAN KADAR SIMETIDIN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI

PERBANDINGAN METODE PENETAPAN KADAR SIMETIDIN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI PERBANDINGAN METODE PENETAPAN KADAR SIMETIDIN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Aqnes Budiarti 1), Adina Fitria Kusuma Wardani 1), Sumantri 1) 1) Fakultas Farmasi Universitas

Lebih terperinci

Validasi metode analisa penetapan kadar.(nining Sugihartini, dkk) 111

Validasi metode analisa penetapan kadar.(nining Sugihartini, dkk) 111 Validasi metode analisa penetapan kadar.(nining Sugihartini, dkk) 111 VALIDASI METODE ANALISA PENETAPAN KADAR EPIGALOKATEKIN GALAT DENGAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI VALIDATION METHOD OF QUANTITATIVE

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1.Preparasi Sampel Larutan standar dibuat dengan melarutkan standar tetrasiklin sebanyak 10 mg dalam metanol 100 ml dari larutan standar tersebut lalu dibuat larutan baku dengan

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL, KAFEIN DAN ASETOSAL DALAM SEDIAAN ORAL SECARA SIMULTAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

PENETAPAN KADAR PARASETAMOL, KAFEIN DAN ASETOSAL DALAM SEDIAAN ORAL SECARA SIMULTAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) BAHAN SEMINAR PENETAPAN KADAR PARASETAMOL, KAFEIN DAN ASETOSAL DALAM SEDIAAN ORAL SECARA SIMULTAN DENGAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) OLEH RIKA KHAIRYAH PANE NIM 071524056 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit

Perbandingan fase gerak Larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M-metanol (60:40) dengan laju alir 1 ml/menit Lampiran 1. Kromatogram Penyuntikan Deksklorfeniramin maleat Baku untuk Mencari Perbandingan Fase Gerak larutan kalium dihidrogen posfat 0,05 M - Metanol yang Optimal untuk Analisis. A Perbandingan fase

Lebih terperinci

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga SKRIPSI

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga SKRIPSI SKRIPSI VALIDASI METODE ANALISIS CAMPURAN VITAMIN B 1, B 2, DAN B 6 DALAM SEDIAAN TABLET DENGAN KCKT MENGGUNAKAN KOLOM RP-18 ULTRA HIGH BASE DEACTIVATED PURITY SILICA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS AIRLANGGA

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN BAB II METODE PENELITIAN A. Kategori Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental murni untuk mengetahui aktivitas penangkap radikal dari isolat fraksi etil asetat ekstrak etanol herba

Lebih terperinci

STABILITAS DAN KADAR LAMIVUDIN DALAM SEDIAAN RACIKAN PUYER PADA BERBAGAI WAKTU PENYIMPANAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS

STABILITAS DAN KADAR LAMIVUDIN DALAM SEDIAAN RACIKAN PUYER PADA BERBAGAI WAKTU PENYIMPANAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS STABILITAS DAN KADAR LAMIVUDIN DALAM SEDIAAN RACIKAN PUYER PADA BERBAGAI WAKTU PENYIMPANAN SECARA SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS Dewa Ayu Ika Pramitha, Ni Made Suaniti, dan I Wayan Suarsa Jurusan Kimia FMIPA

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN Pengukuran serapan harus dilakukan pada panjang gelombang serapan maksimumnya agar kepekaan maksimum dapat diperoleh karena larutan dengan konsentrasi tertentu dapat memberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Meka et al (2014) dalam penelitiannya melakukan validasi metode KCKT untuk estimasi metformin HCl dan propranolol HCl dalam plasma dengan detektor PDA (Photo

Lebih terperinci

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC

RINGKASAN. Kata kunci : Optimasi; Fase Gerak; Campuran dalam Sirup; HPLC Hasnah Lidiawati. 062112706. 2015. Optimasi Fase Gerak pada penetapan kadar campuran dextromethorphane HBr dan diphenhydramine HCl dalam sirup dengan metode HPLC. Dibimbing Oleh Drs. Husain Nashrianto,

Lebih terperinci

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN

UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN Prosiding SNaPP2012 : Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN 2089-3582 UJI STABILITAS FISIK DAN KIMIA SEDIAAN SIRUP RACIKAN YANG MENGANDUNG ERDOSTEIN 1 Fetri Lestari, 2 Hilda Aprilia 1,2 Program Studi Farmasi,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil 4.1.1 Pengembangan Metode Pengembangan metode dapat dilakukan dalam semua tahapan ataupun hanya salah satu tahapan saja. Pengembangan metode dilakukan karena metode

Lebih terperinci

Pengaruh praperlakuan pentagamavunon-0 terhadap profil farmakokinetika parasetamol pada tikus jantan wistar

Pengaruh praperlakuan pentagamavunon-0 terhadap profil farmakokinetika parasetamol pada tikus jantan wistar Majalah Farmasi Indonesia, 17(4), 194 198, 2006 Djoko Wahyono Pengaruh praperlakuan pentagamavunon-0 terhadap profil farmakokinetika parasetamol pada tikus jantan wistar The effect of pentagamavunon-0

Lebih terperinci

ANALISIS ASAM RETINOAT DALAM SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG DIJUAL BEBAS DI WILAYAH PURWOKERTO ABSTRAK

ANALISIS ASAM RETINOAT DALAM SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG DIJUAL BEBAS DI WILAYAH PURWOKERTO ABSTRAK ANALISIS ASAM RETINOAT DALAM SEDIAAN KRIM PEMUTIH YANG DIJUAL BEBAS DI WILAYAH PURWOKERTO Wiranti Sri Rahayu 1, Nunuk Aries Nurulita 1, Dyah Ayu Septianingrum 1 Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di laboratorium riset dan laboratorium kimia instrumen Jurusan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes melitus merupakan penyakit kronis pada homeostasis glukosa yang ditandai dengan beberapa hal yaitu, meningkatnya kadar gula darah, kelainan kerja insulin,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Metformin Hidroklorida Tablet Metformin Hidroklorida sistem lepas lambat mengandung NLT 90% dan NMT 110% dari jumlah Metformin Hidroklorida berlabel (The United States Pharmacopeial

Lebih terperinci

Gambar 1. Alat kromatografi gas

Gambar 1. Alat kromatografi gas 68 A B Gambar 1. Alat kromatografi gas Keterangan: A. Unit utama B. Sistem kontrol 69 Gambar 2. Kromatogram larutan standar DHA 1552,5 µg/g Kondisi: Kolom kapiler VB-wax (60 m x 0,32 mm x 0,25 µm), fase

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat 3.1.1. Bahan Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah asam klorida pekat 37% (Merck KG, aa), sampel krim, metil paraben pa (Brataco), dan propil paraben

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penyiapan sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kualitatif Fakultas Farmasi

Lebih terperinci

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI

VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI VALIDASI PENETAPAN KADAR ASAM ASETIL SALISILAT (ASETOSAL) DALAM SEDIAAN TABLET BERBAGAI MEREK MENGGUNAKAN METODE KOLORIMETRI SKRIPSI Oleh: DENNY TIRTA LENGGANA K100060020 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh CHANDRA SAPUTRA PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh CHANDRA SAPUTRA PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN KARYA TULIS ILMIAH PENETAPAN KADAR SIKLAMAT DALAM MINUMAN BERENERGI DENGAN NOMOR REGISTRASI POMSD152246XXX MENGGUNAKAN METODE KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR ASIKLOVIR DALAM SEDIAAN SALEP MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR ASIKLOVIR DALAM SEDIAAN SALEP MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) VALIDASI METODE PENETAPAN KADAR ASIKLOVIR DALAM SEDIAAN SALEP MENGGUNAKAN KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) Anita Dwi Puspitasari 1*, Sumantri 2, Putri Nara Aqidah Pawae 1 1 Fakultas Farmasi, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di 34 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Oktober 2011, pengambilan sampel dilakukan di Sungai Way Kuala Bandar Lampung,

Lebih terperinci

PENETAPAN KADAR IBUPROFEN DALAM TABLET SERTA APLIKASINYA PADA PLASMA TIKUS JANTAN WISTAR SECARA IN VITRO DENGAN METODE KCKT

PENETAPAN KADAR IBUPROFEN DALAM TABLET SERTA APLIKASINYA PADA PLASMA TIKUS JANTAN WISTAR SECARA IN VITRO DENGAN METODE KCKT Penetapan kadar ibuprofen dalam tablet serta aplikasinya pada plasma (Susanti, dkk) PENETAPAN KADAR IBUPROFEN DALAM TABLET SERTA APLIKASINYA PADA PLASMA TIKUS JANTAN WISTAR SECARA IN VITRO DENGAN METODE

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Januari 2013. Proses penyemaian, penanaman, dan pemaparan dilakukan

Lebih terperinci

VALIDASI METODE ANALISIS METOPROLOL DALAM URIN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT)

VALIDASI METODE ANALISIS METOPROLOL DALAM URIN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) VALIDASI METODE ANALISIS METOPROLOL DALAM URIN SECARA KROMATOGRAFI CAIR KINERJA TINGGI (KCKT) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh Wawan Setiadi 1008010127

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini telah dilakukan pengembangan dan validasi metode analisis untuk penetapan kadar vitamin A dalam minyak goreng sawit secara KCKT menggunakan kolom C 18 dengan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging.

METODE PENELITIAN. ultraviolet secara adisi standar menggunakan teknik ekstraksi MSPD dalam. penetapan residu tetrasiklin dalam daging ayam pedaging. III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang mengarah pada pengembangan metode dengan tujuan mengembangkan spektrofotometri ultraviolet secara adisi standar

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 33 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Juli 2014 di laboratorium Kimia Analitik Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 21 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset Kimia Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Setiabudhi No. 229, Bandung. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Penentuan Linieritas Linieritas metode analisis kalsium dalam tanah dengan AAS ditentukan dengan cara membuat kurva hubungan antara absorbansi pada sumbu y dan konsentrasi

Lebih terperinci

Wirasuta dkk. Jurnal Farmasi Udayana Vol 5, No 2, UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK

Wirasuta dkk. Jurnal Farmasi Udayana Vol 5, No 2, UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK UJI KEMURNIAN ISOLAT ANDROGRAFOLID DENGAN HPLC FASE TERBALIK Wirasuta, I.M.A.G. 1), Astuti, N.M.W. 1), Dharmapradnyawati, N.N.P. 1), Wiputri,

Lebih terperinci