BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, penderita cacat fisik kaki mencapai persentase tertinggi. Setiap tahunnya, jumlah tersebut terus meningkat sejalan dengan angka rata-rata kecelakaan ataupun bencana alam. Mayoritas penderita lower extremity disabilities tersebut berasal dari kalangan tingkat ekonomi rendah, dan urgensi para penderita untuk memakai alat bantu adalah bekerja mencari nafkah dan juga social perspective dari masyarakat sekitar (Fauziah, 2011). Menurut Mangunsong (1998) dalam Nugroho (2010), tuna daksa atau disebut cacat tubuh adalah ketidakmampuan seseorang secara fisik untuk menjalankan fungsi tubuh, karena tidak lengkapnya anggota tubuh yang disebabkan sejak lahir, kecelakaan sehingga harus diamputasi, dan adanya gangguan neuromuscular. Disisi lain, Kompas (2012) dalam Putra (2016), menyatakan bahwa pada tahun 2012 jumlah penyandang tuna daksa di Indonesia sebanyak jiwa, dan mayoritas berasal dari tingkat ekonomi yang rendah. Jumlah penyandang tuna daksa tersebut cukup banyak, namun belum mendapat perhatian dari masyarakat ataupun pemerintah. Prostetik adalah alat yang digunakan untuk mengganti bagian tubuh yang hilang, sehingga bagian tubuh tuna daksa yang hilang tersebut dapat diganti dengan tiruannya dan dapat berfungsi seperti kondisi normal meskipun belum maksimal. Prostetik kemudian digolongkan berdasarkan letaknya dan untuk memaksimalkan fungsi dari prostetik, maka banyak dilakukan pengembangan untuk prostetik. Lower limb prosthetics adalah prostetik yang digunakan untuk mengganti kaki bagian bawah yang hilang/diamputasi. Pengembangan banyak dilakukan terhadap lower limb prosthetics. Pada sebuah penelitian milik Herdiman (2009) dalam Primawati (2010), prostetik dibagi berdasarkan perkembangannya, yaitu exoskeletal prosthetics, endoskeletal prosthetisc, dan endoskeletal prosthetics yang dikembangkan. Desain exoskeletal prosthetics merupakan desain yang berkembang 1

2 di Indonesia. Desain ini mudah dalam pembuatannya dan harganya terjangkau masyarakat. Kekurangan desain ini yaitu kurang presisi, tidak adanya komponen pengganti pergelangan kaki (ankle joint) dan tidak terdapat penguat (pylon) pada bagian dalam. Ankle joint bersifat kaku (fixed) dan tidak fleksibel (unflexibility). Desain endoskeletal prosthetics impor merupakan desain yang lebih modern dibandingkan desain exoskeletal. Desain ini lebih modern dengan adanya pylon dan komponen ankle joint. Komponen ankle joint didesain dengan sistem double axis yang memungkinkan gerakan flexion dan extension pada bagian ankle yaitu plantarflexion dan dorsiflexion. Salah satunya diproduksi oleh Taiwan dengan merek Regal yang mengadaptasi prosthetic Otto Bock buatan Jerman. Kualitas kepresisian, kenyamanan, bahkan fleksibilitas lebih baik daripada desain exoskeletal, namun harganya kurang terjangkau bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, serta karakteristik fisik tidak sesuai untuk digunakan orang Indonesia. Yang berikutnya adalah endoskeletal prosthetics yang dikembangkan. Yaitu jenis endoskeletal prosthetics dengan ankle joint dan pylon adapter yang lebih fleksibel dalam assembly-nya sehingga mengakomodasi kekurangan kedua desain prosthetics sebelumnya (Primawati, 2010). Sampai dengan saat ini, prostetik berkembang seiring dengan berkembangnya teknologi sehingga memiliki bermacam-macam model. Prostetik berkembang dalam segi bahan, misalnya dengan dikembangkanya jenis plastik dan komposit karbon-fiber, sehingga mempunyai kekuatan yang tinggi namun ringan. Perkembangan dalam perangkat elektronik membuat prostetik menjadi lebih controllable dan mudah beradaptasi dengan fungsinya dalam pekerjaan/kegiatan tertentu. Penambahan sensor dan pegas juga menambah kenyamanan dan mengurangi efek kelelahan pengguna prostetik. Meski material dan komponen berkembang, namun komponen dasar tetap tidak berubah, karena menyesuaikan bentuk kaki manusia. Detik (2012) dalam (Fauziah 2014) menyatakan bahawa kebutuhan yang utama di Indonesia adalah jenis lower limb prosthetics yang dapat diproduksi di dalam negeri, dengan harga yang murah dan dengan cara yang sederhana. 2

3 Kementerian Kesehatan mengakui, sumber daya manusia di Indonesia yang terampil membuat prostetik dan ortosis masih terbatas. Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta berusaha menjadi salah satu produsen yang menjawab kebutuhan tersebut. Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta sudah memproduksi exoskeletal prosthetics dan sudah menjualnya kepada pasar konsumen lokal. Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta juga mencoba memproduksi endoskeletal prosthetics, namun sampai saat ini masih terjadi beberapa keluhan mengenai pylon adapter yang lebih sering mengalami kerusakan dibanding dengan part lainnya. pylon adapter adalah part yang menghubungkan antara feet prosthetics dengan pylon yang akan dihubungkan dengan socket. Socket tersebut yang akan mengalami kontak langsung dengan tubuh difabel/tuna daksa. Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta sempat memperbaiki pylon adapter tersebut dengan melakukan desain ulang/redesign, yaitu dengan memperbesar diameter pylon adapter dan mempertebal pylon dalam proses penelitian. Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta berharap dengan perbaikan tersebut kekuatan mekanis yang dihasilkan menjadi lebih besar dan pylon adapter tidak mudah mengalami kegagalan. Sampai saat ini, belum pernah dilakukan evaluasi kekuatan mekanis terhadap produk lower limb prosthetics tersebut. Selama ini evaluasi didasarkan pada keluhan pengguna setelah produk digunakan dalam kurun waktu tertentu oleh konsumen ataupun saat diujicobakan. Namun untuk perbaikan dan redesign produk yang lebih baik lagi, diperlukan kajian yang lebih mendalam. Bukti empiris dari sifat mekanis produk sangat diperlukan, sehingga produk dapat dikembangkan berdasarkan pada hasil evaluasi tersebut. Dengan demikian, evaluasi kekuatan mekanis perlu dilakukan, sehingga didapatkan data yang valid mengenai kelemahan mekanis dari produk, dan evaluasi tersebut akan didasarkan pada standar pengujian yang biasa digunakan dalam lingkup internasional meski tidak benar-benar sesuai standar. 3

4 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dari penelitian ini adalah belum pernah dilakukannya uji kekuatan mekanis terhadap produk lower limb prosthetics yang diproduksi Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta. 1.3 Asumsi dan Batasan Masalah Asumsi dari penulis mengenai kekurangan dari produk lower limb prosthetic yang diproduksi Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta adalah: 1. Karakterisasi produk atau evaluasi kekuatan mekanis akan mengacu pada ISO Kelemahan pylon adapter sebagai evaluasi Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta disebabkan oleh karakter bahan aluminium cor yang lemah, atau karena faktor manufaktur. Karena dari penampakan pylon adapter terdapat banyak void yang menandakan suhu yang terlalu tinggi dalam pencairan aluminium pada proses cor. 3. Beban diasumsikan secara aksial tanpa sudut untuk memudahkan pengujian. 4. Dalam perhitungan Shear yield strength bahan akan diasumsikan setengah kali tensile yield strength bahan. Dalam penelitian evaluasi terhadap produk lower limb prosthetic produk Yakkum ini, penulis memberikan batasan masalah sebagai berikut : 1. Pengujian tidak dilakukan sama persis dengan ketentuan pada standar ISO 10328, hanya didasarkan pada penelitian-penelitian mengenai pengujian lower limb prosthetics yang berkaitan dengan standar ISO. 2. Pengujian mekanis terbatas pada pengujian tekan maksimum atau ultimate strengt yang mengacu pada ISO Tidak dilakukan uji kekuatan mekanis terhadap kekuatan material aluminium cor yang digunakan sebagai bahan dasar, karena mengacu pada ISO yang mengatur tentang cara uji lower limb prosthetics. 4. Evaluasi lower limb prosthetics dilakukan dengan jumlah spesimen yang terbatas. 4

5 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah melakukan evaluasi kekuatan mekanis terhadap lower limb prosthetic yang diproduksi Pusat Rehabilitasi Yakkum Yogyakarta. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah diperolehnya data evaluasi kekuatan mekanis dari produk sehingga dapat dilakukan pengembangan produk lower limb prosthetics dengan peralatan yang tersedia di bengkel, bahan yang ada di pasaran, dan dengan harga yang murah. 5