Bab VII RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 7.1 Penetapan Kawasan Perkotaan dan Kawasaan Pedesaan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Bab VII RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 7.1 Penetapan Kawasan Perkotaan dan Kawasaan Pedesaan"

Transkripsi

1 Bab VII RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN 7.1 Penetapan Kawasan Perkotaan dan Kawasaan Pedesaan Kondisi wilayah Kota Tidore Kepulauan yang dipisahkan oleh selat menjadikan wilayah tersebut mempunyai perbedaan karakteristik wilayah. Pulau Tidore lebih memiliki karakteristik wilayah perkotaan sedangkan wilayah di Pulau Halmahera lebih berkarakteristik pedesaan. Dengan konsep pengembangan struktur ruang wilayah multi nukleus, Kota Tidore Kepulauan direncanakan mempunyai pusat-pusat aktivitas yang terdapat di satuan wilayah masing-masing. Diharapkan terdapat perkembangan pada Kota Tidore Kepulauan dengan berkembangnya wilayah perkotaan. Penetapan wilayah perkotaan dan pedesaan di Kota Tidore Kepulauan dilakukan berdasarkan: 1. Kondisi wilayah eksisting 2. Kecenderungan perkembangan penduduk untuk tahun perencanaan 3. Konsep pengembangan wilayah 4. Konsep pengembangan penduduk 5. Konsep pengembangan sarana dan prasarana Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama pertanian (kegiatan pertanian, kegiatan penunjang pertanian, dan kegiatan pengolahan produk pertanian), termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Kawasan perkotaan dapat berupa satu atau beberapa desa/kelurahan pada satu kecamatan yang ditetapkan sebagai kawasan perkotaan dengan kedudukan sebagai ibukota kecamatan dan area di luar ibukota kecamatan dimaksud adalah sebagai kawasan perdesaan. Sehingga Kota Tidore Kepulauan dibagi menjadi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan dengan ketetapan: Hal VII-1

2 1. Pulau Tidore merupakan 100% wilayah perkotaan 2. Wilayah Kota Tidore Kepulauan bagian pulau Halmahera yang merupakan wilayah perkotaan sebesar 40% dan 60% termasuk kawasan pedesaan. Penetapan tersebut mempengaruhi pada rencana arahan pengembangan dan distribusi penduduk. Tabel 7. 1 Rencana Pembagian Jumlah Penduduk di Perkotaan dan Pedesaan Tahun 2030 No. Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Penduduk Perkotaan Jumlah Penduduk Desa 1 Tidore Tidore Selatan Tidore Utara Tidore Timur Oba Oba Utara Oba Selatan Oba Tengah Sumber: Hasil Analisis Studio Arahan Pengembangan dan Distribusi Penduduk Kondisi demografi di Kota Tidore Kepulauan secara umum mempunyai jumlah penduduk sebesar jiwa pada tahun 2008 dengan jumlah penduduk terbanyak di Kecamatan Tidore sebesar jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah di Kecamatan Oba Selatan sebesar jiwa. Pertumbuhan penduduk rata-rata Kota Tidore Kepulauan dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2008 sebesar 2,17%. Pertambahan jumlah penduduk di Kota Tidore Kepulauan lebih dikarenakan faktor alami yaitu kelahiran. Dengan jumlah penduduk usia muda lebih banyak dari pada jumlah penduduk usia tua, Kota Tidore Kepulauan lebih banyak mempunyai penduduk usia produktif. Penduduk yang produktif bekerja lebih banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk pengangguran. Pencari kerja dan pekerja lebih banyak laki-laki dibandingkan perempuan. Namun dari kondisi perbandingan jenis kelamin, didapatkan kecenderungan jumlah laki-laki yang semakin menurun dengan kemungkinan bahwa penduduk laki-laki melakukan migrasi untuk mencari kerja. Dinamika penduduk tersebut menjadi landasan perkiraan jumlah penduduk pada tahun perencanaan. Jumlah penduduk selama tahun perencanaan terhitung April Hal VII-2

3 2010 Maret 2030 direncanakan mengalami perkembangan alami. Khusus untuk Oba Utara yang di dalamnya terdapat Kota Sofifi direncanakan pertumbuhan penduduknya dua kali lebih dari pertumbuhan tertinggi di Kota Tidore Kepulauan. Pertumbuhan penduduk sebanyak dua kali lebih besar didasari perencanaan bahwa Kota Sofifi akan menjadi ibukota provinsi dengan fenomena perpindahan penduduk yang tinggi. Tahun 2015 rencana jumlah penduduk Kota Tidore Kepulauan sebesar jiwa dan tahun 2030 direncanakan jumlah penduduk bertambah menjadi jiwa. Rencana pertumbuhan penduduk rata-rata diperkirakan sebesar 1,99%. Perkiraan distribusi penduduk lebih banyak tersebar di Pulau Tidore khususnya Kecamatan Tidore. Kepadatan tertinggi diperkirakan berada di Kecamatan Tidore dan kepadatan terendah di Kecamatan Oba Tengah. Dengan proyeksi jumlah penduduk tersebut maka perkiraan luas lahan untuk permukiman terbanyak di Kecamatan Tidore Kepulauan. Kondisi tersebut dapat dikatakan sebagai ketidakmerataan jumlah penduduk di Kota Tidore Kepulauan. Tabel 7. 2 Rencana Jumlah Penduduk Tahun 2015 dan 2030 (Jiwa) No. Kecamatan Rencana Jumlah Penduduk Tidore Tidore Selatan Tidore Utara Tidore Timur Oba Oba Utara Oba Selatan Oba Tengah Kota Tidore Kepulauan Sumber: Hasil Analisis Studio Ketidakmerataan jumlah penduduk di Kota Tidore Kepulauan dikarenakan adanya ketidakmerataan fasilitas pelayanan dan lokasi yang dipisahkan oleh laut sedangkan jalan darat tidak dapat mengakomodasi secara maksimal. Ketidakmerataan jumlah penduduk juga menyebabkan perbedaan terhadap perkembangan wilayah. Sehingga dengan tujuan agar tercipta pemerataan pembangunan maka perlu adanya arahan pengembangan dan distribusi penduduk di Kota Tidore Kepulauan. Dengan tujuan pengembangan perencanaan yaitu menyamaratakan pembangunan terutama di daerah tertinggal, maka strategi pengembangan penduduk Hal VII-3

4 dilakukan pada upaya pemerataan distribusi penduduk. Dalam pengembangannya, distribusi penduduk di wilayah perencanaan diarahkan untuk menempati peruntukan kawasan permukiman. Hal ini untuk menjaga optimalisasi pemanfaatan lahan dengan mengalokasikan distribusi penduduk pada permukiman dan menghambat pertumbuhan permukiman pada kawasan lindung dan rawan bencana. Skenario dan arahan pengembangan distribusi penduduk bertujuan untuk mencapai pembangunan wilayah yang merata dan sesuai dengan daya dukung lingkungan. Untuk itu, pengembangan distribusi jumlah penduduk memperhatikan beberapa aspek, seperti aspek lingkungan dan arahan pengembangan wilayah. Arahan distribusi penduduk di Kota Tidore Kepulauan antara lain adalah sebagai berikut: Pusat-pusat kegiatan dan pusat kegiatan baru diarahkan mempunyai kepadatan penduduk tinggi. Pusat kegiatan yang telah berkembang menjadi area terbangun diupayakan mempunyai kepadatan penduduk sedang. Kawasan-kawasan rentan bencana geologi diupayakan memiliki kepadatan penduduk rendah. Secara umum, terdapat tiga tindakan yang dilakukan terkait dengan rencana distribusi penduduk, yaitu: Menghambat Laju Pertumbuhan Penduduk Langkah ini dilakukan di kawasan permukiman dengan resiko bencana geologi tinggi dan kawasan lindung, seperti di bagian pulau Tidore yang rawan bencana gunung api. Tindakan menghambat laju distribusi penduduk di kawasan ini antara lain dilakukan dengan pembatasan pengembangan permukiman di lokasi tersebut dan tidak mengembangkan fasilitas pelayanan pada daerah tersebut. Mengontrol Perkembangan Distribusi Penduduk Definisi mengontrol distribusi penduduk di sini adalah dengan membatasi perkembangan penduduk, khususnya terkait dengan pertumbuhan lahan permukiman pada peruntukkan permukiman di wilayah terkait. Hal ini untuk memastikan pertumbuhan penduduk yang ada tidak menimbulkan efek negatif minimal bagi wilayah perencanaan. Langkah ini banyak dilakukan di bagian perkotaan khususnya pulau Tidore. Upaya ini dilakukan pada beberapa daerah pengembangan dengan kepadatan penduduk tinggi. Sehingga wilayah Hal VII-4

5 permukiman menjadi kompak, mengumpul dan tidak menyebar di peruntukan lahan hutan lindung. Memacu Pertumbuhan Penduduk Langkah memacu pertumbuhan penduduk dilakukan di kawasan dengan kriteria jumah penduduk sedikit dan ketersediaan lahan kosong masih luas. Penerapan langkah ini dapat dilakukan dengan upaya merangsang kawasan terkait agar lebih sesuai bagi peruntukkan perkotaan, baik dengan rekayasa teknologi, maupun dengan tindakan insentif dan disinsentif oleh pemerintah. Langkah ini diterapkan pada wilayah Kota Tidore Kepulauan bagian pulau Halmahera antara lain: Kota Sofifi, pusat pengembangan kegiatan lokal di Gita-Payahe dan ibukotaibukota Kecamatan Loleo-Akelamo dan Lifofa. Dalam implementasinya, pengembangan distribusi penduduk ini juga harus disertai dengan pengembangan sarana prasarana pendukung, khususnya fasilitas pendukung permukiman untuk memacu tumbuhnya permukiman di beberapa lokasi yang dipacu untuk memiliki laju pertumbuhan penduduk pesat. Gambar 7. 1 Skema Rencana Skenario Distribusi Penduduk Hal VII-5

6 Perhitungan distribusi penduduk optimum disesuaikan dengan skenario distribusi penduduk. Hasil perhitungan distribusi penduduk optimum sesuai dnegan skenario dapat diketahui bahwa penduduk Kota Tidore Kepulauan terdistribusi ke Kota Sofifi dan Oba Utara sebanyak 27,05%. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk hasil rencana, maka dapat diketahui bahwa jumlah penduduk yang direncanakan di Kota Sofifi masih dapat ditampung karena jumlah penduduk optimum tahun 2030 diperkirakan sebesar jiwa. Sedangkan jumlah penduduk rencana Pulau Tidore melebihi jumlah penduduk optimum. Sehingga dalam perencanaan distribusi penduduk dapat diarahkan ke wilayah Kota Tidore Kepulauan di Pulau Halmahera. No. Tabel 7. 3 Distribusi Tahun 2008 dan Distribusi Penduduk - Kepadatan Optimum Tahun 2030 Kecamatan Distribusi Penduduk 2008 (%) Distribusi Penduduk 2030 (%) Kepadatan Optimum 2030 Keterangan 1 Tidore 22,61 7,64 Tinggi 2 Tidore Selatan 16,41 12,23 Rendah 3 Tidore Utara 17,60 17,24 Rendah 28,29 52,55 jiwa/ha = Kepadatan Rendah 4 Tidore Timur 8,30 3,07 Tinggi 52,56 75,82 jiwa/ha = Kepadatan Sedang 5 Oba 10,95 10,51 Rendah 75,83 99,19 jiwa/ha = Kepadatan Tinggi 6 Oba Utara 11,67 27,05 Rendah Oba Selatan 5,45 8,43 Rendah 8 Oba Tengah 7,00 13,82 Rendah 100,00 100,00 Sumber: Hasil Analisis Studio No. Tabel 7. 4 Perbandingan Jumlah Penduduk Rencana dengan Jumlah Penduduk Optimum Th 2030 Kecamatan Jumlah Penduduk Rencana 2030 (Jiwa) Jumlah Penduduk Optimum 2030 (Jiwa) Verifikasi 1 Tidore Melebihi jumlah penduduk optimum 2 Tidore Selatan Melebihi jumlah penduduk optimum 3 Tidore Utara Melebihi jumlah penduduk optimum 4 Tidore Timur Melebihi jumlah penduduk optimum 5 Oba Melebihi jumlah penduduk optimum 6 Oba Utara Belum melebihi jumlah penduduk optimum 7 Oba Selatan Belum melebihi jumlah penduduk optimum 8 Oba Tengah Belum melebihi jumlah penduduk optimum Kota Tidore Kepulauan Sumber: Hasil Analisis Studio Hal VII-6

7 Untuk mencapai tujuan pemerataan distribusi penduduk di Kota Tidore Kepulauan, maka dilakukan beberapa upaya berikut ini: Pembatasan KDB dan ketinggian bangunan di kawasan padat perkotaan Pulau Tidore yang bertujuan untuk membatasi pertumbuhan bangunan agar menjadi kota sehat. Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan yang relatif lebih tinggi di Pulau Tidore untuk menghambat laju permukiman di kawasan tersebut. Menerapkan PBB yang relatif rendah pada beberapa tahun awal pembangunan untuk memacu pertumbuhan kawasan di pusat-pusat layanan kegiatan baru dan di kawasan yang telah ditetapkan dalam rencana penataan ruang sebagai blok pertumbuhan maupun blok permukiman yang kondisinya masih tertinggal untuk memacu pertumbuhan blok terkait. Pada daerah yang ditetapkan sebagai pusat layanan kegiatan berskala kecamatan diberikan kemudahan ijin dan administrasi sebagai pemacu pertumbuhan di kawasan tersebut. Pada kawasan rawan bencana, tidak diberikan ijin bagi pengembangan permukiman yang kurang sesuai dengan standar bangunan anti gempa dan memiliki KDB maupun KLB tidak sesuai dengan rencana tata ruang. Tidak diberikan ijin pembangunan kompleks permukiman baru oleh pengembang bagi kawasan yang perlu dihambat pertumbuhan penduduknya. Peningkatan layanan sarana prasarana dan angkutan umum untuk mendorong tumbuhnya wilayah pinggiran agar sesuai dengan arahan penataan ruang Hal VII-7

8 Peta 7. 1 Rencana Kepadatan Penduduk Optimum Gambar 7.1. Peta Rencana Kepadatan Penduduk Optimum Hal VII-8

9 Gambar 7.2. Peta Rencana Distribusi Penduduk Hal VII-9

10 7.2 Rencana Sistem Pedesaan Pengembangan sistem kegiatan pembangunan adalah arahan pembangunan yang harus memperhatikan arahan pengembangan kawasan budidaya dan kawasan prioritas pada wilayah Kota Tidore Kepulauan. Dalam kaitannya dengan pengembangan sistem permukiman perkotaan dan perdesaan, maka sistem kegiatan pembangunan harus mampu mengupayakan cara-cara keterpaduan berbagai instrumen yang ada, sehingga pengembangan sistem permukiman dapat dilaksanakan. Pengembangan ini meliputi antara lain : Pengembangan sistem permukiman perdesaan dan perkotaan yang dilaksanakan secara serasi dan saling mendukung dengan memperkuat interaksi antar dua wilayah. Pengembangan sistem permukiman yang diarahkan untuk menunjang kegiatan perekonomian, dan sektor-sektor produksi yang didukung oleh pola jaringan transportasi dan jaringan prasarana wilayah lainnya. Pengembangan pusat-pusat permukiman perdesaan yang disusun terkait dengan pusat permukiman perkotaan yang melayaninya, sehingga secara keseluruhan, pusat-pusat permukiman saling terkait, berjenjang dan dapat menguatkan perkembangan kota dan desa yang serasi. Peningkatan fasilitas pelayanan perkotaan yang sesuai dengan fungsi kota dan hierarki kota. Rencana pengembangan infrastruktur jaringan jalan sebagai penghubung antara satu pusat permukiman dengan pusat permukiman lainnya Pembangunan permukiman yang diarahkan untuk meningkatkan infrastruktur lingkungan permukiman yang meliputi sistem drainasi, suplai air bersih, pembuangan limbah. Untuk rencana pengembangan kawasan perkotaan dan pedesaan Kota Tidore Kepulauan, dapat dilihat pada Peta 7.3 Hal VII-10

11 Gambar 7.3. Peta Rencana Perkotaan dan Perdesaan Hal VII-11

12 7.3 Rencana Sistem Kota-kota Tidore Kepulauan Konsep Pengembangan Pusat Pelayanan Rencana sistem pusat pelayanan kegiatan disusun untuk mencapai efisiensi dan efektifitas pelayanan dalam wilayah Kota Tidore Kepulauan. Rencana sistem pusat pelayanan juga disusun untuk memudahkan pencapaian masyarakat pada pusat pelayanan. Untuk itu, beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rencana sistem pusat pelayanan antara lain adalah sebagai berikut: Struktur pelayanan wilayah Kota Tidore Kepulauan disusun dengan berjenjang berdasarkan hierarkhinya, yaitu pusat pelayanan regional (Pusat Pusat Kegiatan Wilayah), Pelayanan Kota sebagai pusat kegiatan lingkungan wilayah, pusat kegiatan lokal (Sub Pusat Pelayanan Kota) dan pusat pelayanan kecamatan (Pusat Pelayanan Lingkungan) Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dikonsentrasikan sebagai pusat kegiatan regional. Pusat Pelayanan Kota (PKK) dikonsentrasikan di pusat kota dengan tingkat aksesibiitas yang sangat baik guna memudahkan pencapaian pelayanan pusat regional terhadap wilayah Kota Tidore Kepulauan dan wilayah lain disekitarnya sebagai daerah layanan pusat pelayanan ini. Wilayah lain disekitarnya meliputi Ternate dan Tidore. Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub-PPK) dikonsentrasikan di lokasi dengan tingkat aksesibiitas yang baik guna memudahkan pencapaian pelayanan pusat ini terhadap pusat pelayanan lain dibawahnya dan mendorong pertumbuhan kawasan setempat. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) dengan tingkat pelayanan yang lebih rendah disebarkan sesuai dengan kebutuhan penduduk untuk memudahkan tingkat pencapaian masyarakat setempat terhadap pusat pelayanan terdekat. Terkait dengan peran dan posisi Kota Tidore Kepulauan dalam Provinsi Maluku Utara dan keberadaan kota Sofifi sebagai ibukota Provinsi Maluku Utara, maka terdapat pusat pelayanan kegiatan dalam wilayah perencanaan dengan tingkat hierarki yang berbeda. Berikut ini tabulasi hierarki pusat pelayanan dalam wilayah perencanaan: Hal VII-12

13 Tabel 7. 5 Rencana Hierarki, Pusat Pelayanan dan Skala Layanannya Hierarki I II III IV Pusat Pelayanan Kegiatan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) Pusat Kegiatan Lokal (PKL) Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub-PPK) Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Skala Pelayanan Wilayah Fungsi Regional Kota Wilayah Kawasan kelurahan Soasio, Kota Sofifi Soaso Akelamo Payahe Lifofa Melayani seluruh wilayah Kota Tidore Kepulauan dan Kabupaten/Kota di sekitarnya yang masuk dalam satuan wilayah pengembangan yang sama, yaitu: Ternate dan Tidore Melayani Kota dalam bidang pemerintahan, jasa dan perdagangan Pusat kegiatan baru untuk melayani daerah Oba dan Oba Selatan dengan tujuan memajukan daerah selatan Semua ibukota kecamatan Melayani wilayah kecamatan dan (Tomagoba, dibawahnya untuk kegiatan Lokal Kecamatan Gurabati, Rum, pemerintahan kecamatan, Tosa, Sofifi, Loleo, perdagangan dan jasa. Payahe dan Lifofa) Sumber : Hasil Analisis Studio Hal VII-13

14 Gambar 7. 2 Skema Rencana Hierarki/Orde Sistem Kota-kota Sumber: Hasil Analisis Tim Hal VII-14

15 Peta 7. 4 Rencana Hierarki Hal VII-15

16 7.3.2 Rencana Struktur Kota Tidore Kepulauan Penetapan struktur pusat-pusat pelayanan di wilayah perencanaan dan Kota Tidore Kepulauan secara luas didasarkan pada beberapa pertimbangan antara lain sebagai berikut: Pertimbangan Hierarki Sistem Kota-Kota. Sarana pendidikan, kesehatan, perdagangan telah melayani seluruh wilayah Tidore Kepulauan. Antar wilayah di Kota Tidore Kepulauan juga sudah dilayani oleh jalur transportasi darat dan laut. Permasalahan persebaran sarana prasarana Kota Tidore Kepulauan secara keseluruhan adalah terdapat perbedaan jumlah di Pulau Tidore dengan Pulau Halmahera. Sebaran sarana prasarana di Kota Tidore Kepulauan lebih banyak di Pulau Tidore. Tujuan dari pertimbangan potensi dan masalah sebaran sarana prasarana di Kota Tidore Kepulauan dan distribusi penduduk adalah menenetukan hierarki sistem kotakota. Dengan pertimbangan hierarki sistem kota-kota sebagai acuan maka dapat dikelompokkan pembagian wilayah. Pertimbangan Kondisi Fisik dan Geografis Wilayah Terkait dengan pengaruh kondisi fisik wilayah Kota Tidore Kepulauan terhadap bentukan struktur ruang yang ada serta distribusi layanan sarana prasarana, maka pengembangan struktur ruang maupun pembentukan BWK (Bagian Wilayah Kota), juga harus memperhatikan aspek ini. Beberapa natural constrain, seperti laut dan perbukitan, serta artificial constrain, seperti bangunan dan infrastruktur perlu diperhatikan. Hal ini untuk memastikan bahwa adanya kondisi fisik tersebut tidak menghambat aksesibilitas pusat pelayanan satu menuju pusat pelayanan lainnya, maupun dari pusat pelayanan menuju masyarakat. Pertimbangan Fungsional dan Kesamaan Karakteristik Wilayah(Homogenitas Wilayah) Satuan wilayah pengembangan juga didasarkan atas kesamaan fungsi dan karakter yang ada pada masing-masing wilayah desa dan aspek homogenitas kesesuaian pemanfaatan ruang dan kemungkinan pengembangan, terutama berkaitan denga rencana pengembangan pemanfaatan lahan. Hal VII-16

17 Pertimbangan Lokasi Optimum Masa Depan dan Arahan Pengembangan Wilayah Penentuan lokasi optimum pada dasarnya mengacu pada konsep jarak dan waktu tempuh terhadap pusat pelayanan sebagai variabel tingkat pencapaian masyarakat. Dengan memperhatikan lokasi optimum dalam penetapan struktur ruang, diharapkan tingkat pelayanan yang diberikan pada penduduk wilayah Kota Tidore Kepulauan merata dalam suatu optimum-areal. Beberapa prinsip yang diacu dalam penentuan lokasi optimum ini antara lain adalah: o Agregat Distance Minimization: jarak total yang ditempuh oleh masyarakat dari tempat tinggalnya untuk mencapai pusat pelayanan kegiatan harus minimum o Average Distance Minimization: jarak rata-rata yang ditempuh oleh masyarakat dari tempat tinggalnya untuk mencapai pusat pelayanan kegiatan harus minimum o Minimization Distance Criterion: jarak terjauh yang ditempuh oleh masyarakat dari tempat tinggalnya untuk mencapai pusat pelayanan kegiatan harus minimum o Equal Asignment Criterion: jumlah penduduk yang berada di sekitar pusat pelayanan harus sama sehingga beban masing-masing pusat pelayanan sama. o Tracehold Constrain Criterion: jumlah penduduk di sekitar pusat pelayanan lebih besar dari jumlah minimal yang dibutuhkan untuk mendukung satu pusat pelayanan. o Capacity Constrain Criterion: jumlah penduduk di sekitar pusat pelayanan tidak melebihi nilai kapasitas maksimal pusat pelayanan. o Accecibility Criterion: merupakan kriteria aksesibilitas yang diukur melalui jarak antara supply center dan demand point. Dengan mengacu pada beberapa pertimbangan yang telah dikemukakan, maka rencana pengembangan struktur ruang di Kota Tidore Kepulauan antara lain dapat tergambar melalui skema berikut: Hal VII-17

18 Pusat Pelayanan Kota (PPK) Pulau Tidore direncanakan sebagai pusat kegiatan wilayah dengan cakupan wilayah pelayanan regional meliputi Kota Tidore Kepulauan, Ternate dan daerah lainnya yang lebih dekat dengan Kota Tidore Kepulauan. Pulau Tidore sebagai PKW karena merupakan kawasan perkotaan yang berfungsi atau berpotensi sebagai: 1) simpul kedua kegiatan ekspor-impor yang mendukung PKN; 2) Pusat kegiatan industri dan jasa yang melayani skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota; 3) Simpul transportasi yang melayani skala provisni atau beberapa kabupaten/kota. Satu pulau Tidore merupakan satu PKW karena kesamaan kondisi alam, terhubung dengan baik dalam jaringan transportasi darat dan lebih bersifat urban dibandingkan dengan wilayah lainnya. Ketersediaan fasilitas yang lebih lengkap adalah salah satu pertimbangan bahwa pulau Tidore sebagai pusat kegiatan wilayah yang melayani wilayah sendiri maupun wilayah di luar Kota Tidore kepulauan. Pusat kegiatan wilayah ini lebih berfungsi pada ketersediaan fasilitas pemerintahan kota, pusat perdagangan, pusat pengembangan pendidikan, pusat wisata budaya dan sejarah, perantara jalur perhubungan laut. Pusat Pelayanan Kota (PPK) Pusat kegiatan lingkungan wilayah terletak di Kota Sofifi dengan pusat kawasan di Sofifi. Pusat kegiatan lingkungan wilayah ini direncanakan mempunyai fungsi layanan kota regional karena status Kota Sofifi yang telah direncanakan sebagai ibukota Provinsi Maluku Utara. Sofifi mempunyai lokasi yang strategis karena dilewati oleh jalur trans Halmahera dan mempunyai pelabuhan yang menghubungkan dengan wilayah sekitar seperti Tidore dan Ternate. Sofifi mempunyai fungsi sebagai pusat pemerintahan provinsi, pusat perkantoran regional provinsi, pusat pengembangan pendidikan tinggi, pusat perdagangan dan jasa regional dan permukiman perkotaan. Pada masanya, dengan perencanaan sebagai ibukota provinsi Kota Sofifi akan menjadi kota yang padat sehingga Kota Sofifi termasuk hierarki I bersama dengan Pulau Tidore. Sub Pusat Pelayanan Kota (Sub - PPK) Sub Pusat kegiatan lokal di Kota Tidore Kepulauan terletak di Gita-Payahe yang direncanakan sebagai pusat kegiatan baru untuk layanan kecamatan dan kecamatan lainnya. Kondisi fisik Payahe sebagai ibukota Kecamatan Oba telah Hal VII-18

19 berkembang menjadi permukiman lebih padat dibandingkan dengan kecamatan Oba Selatan. Payahe mempunyai wilayah yang strategis dengan adanya dataran yang landai dan dilewati oleh jalur trans Halmahera yang menghubungkan antara Kota Tidore Kepulauan dengan Weda dan daerah Halmahera Selatan. Sedangkan Gita telah berkembang sebagai pelabuhan lokal yang direncanakan akan ditingkatkan menjadi pelabuhan yang dapat melayani Kota Tidore Kepulauan dan wilayah di luar Kota Tidore Kepulauan. Sehingga, Kota Gita- Payahe berfungsi sebagai pusat perdagangan dan jasa kawasan Kota Tidore Kepulauan bagian selatan, pengembangan perkebunan, industri agro dan permukiman transmigrasi. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) Dalam pengembangan struktur ruang Kota Tidore Kepulauan, semua ibukota kecamatan (IKK) di Kota Tidore Kepulauan dikembangkan sebagai pusat layanan kegiatan kecamatan. Pusat pelayanan ini berfungsi untuk melayani kebutuhan kegiatan penduduk di wilayah kecamatan Kota Tidore Kepulauan. Pusat layanan kegiatan kecamatan antara lain Tomagoba, Gurabati, Rum, Tosa, Sofifi, Loleo- Akelamo, Gita-Payahe dan Lifofa. Fungsi pusat layanan kegiatan kecamatan yaitu sebagai pusat pemerintahan kecamatan, pusat pelayanan kecamatan baik pendidikan, kesehatan dan layanan umum, pusat perdagangan kecamatan. Pemerataan fasilitas di kecamatan juga diturunkan sampai kepada desa agar pelayanan dapat merata di semua wilayah. Sehingga rencana pembagian struktur ruang Kota Tidore Kepulauan secara skematik dapat dilihat dibawah ini Hal VII-19

20 Peta 7. 5 Rencana Struktur Ruang Hal VII-20

21 7.4 Rencana Kebutuhan Sarana Hunian Ketersediaan perumahan di Kota Tidore Kepulauan pada dasarnya masih bersifat seperti daerah pedesaan (rural) di Indonesia dengan pemenuhan kebutuhan perumahan yang diusahakan sendiri oleh masyarakat. Ketersediaan sarana hunian yang disediakan pemerintah tergolong masih sedikit. Proyeksi jumlah kebutuhan rumah untuk tahun 2030 di Kota Tidore Kepulauan sebanyak unit rumah. Luas lahan untuk permukiman pada tahun 2030 diperkirakan membutuhkan 3,16 Km 2. Dengan total luas wilayah Kota Tidore Kepulauan sebesar 9.116,36 Km 2, maka luas lahan untuk permukiman tersebut masih mencukupi. Hal yang perlu diperhatikan adalah Kota Tidore Kepulauan memiliki kerawanan bencana yang kompleks dari bencana gunung berapi, longsor, banjir, tsunami dan gempa bumi. Selain itu wilayah Kota Tidore Kepulauan mempunyai area lindung dan daerah bergunung-gunung yang luas. No. Tabel 7. 6 Proyeksi Jumlah Kebutuhan Rumah dan Luas Lahan (Km 2 ) Kecamatan Jumlah Kebutuhan Rumah (Unit) Jumlah Luas Lahan (Km 2 ) Perkotaan Pedesaan Jumlah Perkotaan Pedesaan Jumlah 1 Tidore ,94 0,00 2,94 2 Tidore Selatan ,40 0,00 2,40 3 Tidore Utara ,21 0,00 2,21 4 Tidore Timur ,08 0,00 1,08 5 Oba ,57 0,85 1,42 6 Oba Utara ,13 1,70 2,83 7 Oba Selatan ,28 0,42 0,70 8 Oba Tengah ,34 0,51 0,85 Kota Tidore Kepulauan ,95 3,48 14,43 Sumber: Hasil Analisis Studio Gambar 7. 3 Sarana Hunian yang Ketersediaannya Dipenuhi Oleh Masyarakat Sendiri Sumber: Hasil Survey Hal VII-21

22 Melihat tingginya kebutuhan akan rumah di wilayah perencanaan, maka penyediaan perumahan lebih mempertimbangkan beberapa hal antara lain: 1. Jumlah dan kepadatan penduduk 2. Tingkat kemampuan ekonomi penduduk 3. Pola budaya penduduk setempat dengan melihat kecenderungan perkembangan kawasan permukiman 4. Kondisi fisik dasar wilayah antara lain kondisi topografi dan geografi, kondisi iklim, pertimbangan gangguan bencana alam, kondisi vegetasi 5. Peraturan setempat, seperti rencana tata ruang yang meliputi GSB, KDB, KLB, dan sejenisnya, atau peraturan bangunan secara spesifik, seperti aturan khusus arsitektur, keselamatan dan bahan bangunan Ketentuan berdasarkan standar nasional Indonesia, fisik lingkungan perumahan mempunyai ketentuan sebagai berikut: 1. Ketinggian lahan tidak berada di bawah permukaan air setempat, kecuali dengan rekayasa/ penyelesaian teknis. 2. Kemiringan lahan tidak melebihi 15% dengan ketentuan: a. Tanpa rekayasa untuk kawasan yang terletak pada lahan bermorfologi datar landai dengan kemiringan 0-8% b. Diperlukan rekayasa teknis untuk lahan dengan kemiringan 8-15% Agar kebutuhan akan rumah tidak mempengaruhi produksi pertanianperkebunan di Kota Tidore Kepulauan, maka rencana untuk penyediaan perumahan di Kota Tidore Kepulauan antara lain: 1. Perumahan hanya diperbolehkan di daerah terbangun (built-up area) dan daerah bebas bencana. 2. Rumah yang disediakan berupa rumah tinggal dengan tipe rumah sederhana dengan luas kavling sesuai dengan peraturan Pemerintah Daerah. 3. Pengendalian penyelenggaraan pembangunan gedung dengan penerbitan IMB (Ijin Mendirikan Bangunan), Penerbitan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung dan Perpanjangan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung, Persetujuan Rencana Teknis Pembongkaran Bangunan Gedung. 4. Melakukan peningkatan dan sinkronisasi perijinan oleh pemerintah daerah. Hal VII-22

23 5. Rencana penyediaan perumahan di Kecamatan Oba Utara, Oba Tengah, Oba dan Oba Selatan, sebagian pemenuhan kebutuhan masih diserahkan pada masyarakat setempat namun sesuai dengan ketentuan IMB. Untuk estetika, kelestarian fungsi lahan, dan ketahanan gempa, maka rencana penyediaan perumahan (rumah) dibatasi pada: 1. Dalam satu kompleks perumahan terdapat taman lingkungan perumahan. 2. Koefisien lantai dasar maksimal sebesar 60% dari luas lahan yang tersedia. Hal ini berlaku untuk semua lokasi. 3. Tinggi bangunan perumahan dua lantai, diperbolehkan untuk tiga lantai. 4. Bangunan rumah menggunakan desain hemat energi dan tahan terhadap gempa (Surat Keputusan Direktur Jenderal Cipta Karya Nomor: 111/KPTS/CK/1993) Gambar 7. 4 Contoh Rumah Sederhana Tahan Gempa Sumber: RTRW Provinsi Maluku Utara 5. Berjarak 5 meter dari badan jalan (ruang manfaat jalan) 6. Dalam mendirikan bangunan rumah meliputi: rumah berlandaskan pada tanah dan pondasi batuan yang kokoh, bangunan rumah memiliki serambi dan trotoar rumah, terdapat sumber air bersih (baik sumur bor maupun sambungan pipa air bersih kota), terdapat penampungan air hujan dan limbah rumah tangga (SNI ) % luas lahan dalam satu rumah digunakan untuk area terbuka hijau dan sumur resapan. Hal VII-23

24 Gambar 7. 5 Skema Area Sumur Resapan di Lingkungan Rumah 7.5 Rencana Pengembangan Fasilitas Umum Rencana Pengembangan Fasilitas Pendidikan Perencanaan sarana pendidikan harus didasarkan pada tujuan pendidikan yang akan dicapai, dimana sarana pendidikan dan pembelajaran ini akan menyediakan ruang belajar harus memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, serta sikap secara optimal. Oleh karena itu dalam merencanakan sarana pendidikan harus memperhatikan : 1. Berapa jumlah anak yang memerlukan fasilitas ini pada area perencanaan 2. Optimasi daya tampung dengan satu shift; 3. Effisiensi dan efektifitas kemungkinan pemakaian ruang belajar secara terpadu; 4. Pemakaian sarana dan prasarana pendukung; 5. Keserasian dan keselarasan dengan konteks setempat terutama dengan berbagai jenis sarana lingkungan lainnya. Adapun penggolongan jenis sarana pendidikan dan pembelajaran ini meliputi: 1. Taman kanak-kanak (TK), yang merupakan penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar pada tingkatan pra belajar dengan lebih menekankan pada kegiatan bermain, yaitu 75%, selebihnya bersifat pengenalan 2. Sekolah dasar (SD), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program enam tahun 3. Sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan proram tiga tahun sesudah sekolah dasar (SD) Hal VII-24

25 4. Sekolah menengah umum (SMU), yang merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan menengah mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa untuk melanjutkan pendidikan kejenjang pendidikan tinggi 5. Sarana pembelajaran lain yang dapat berupa taman bacaan ataupun perpustakaan umum lingkungan, yang dibutuhkan di suatu lingkungan perumahan sebagai sarana untuk meningkatkan minat membaca, menambah ilmu pengetahuan, rekreasi serta sarana penunjang pendidikan. Sarana pendidikan di Kota Tidore Kepulauan terdiri dari jenjang pendidikan TK, SD, SMP, SMU dan Perguruan Tinggi. Berdasarkan perbandingan jumlah sarana pendidikan eksisting dan hasil proyeksi untuk tahun 2030, maka dapat diketahui bahwa sarana pendidikan TK di Kota Tidore Kepulauan masih kurang untuk mencukupi kebutuhan pendidikan taman kanak-kanak. Sarana pendidikan TK saat ini dirasa perlu karena sebagai pendidikan pengantar sebelum pendidikan dasar. Pada jenjang pendidikan ini telah diajarkan pengenalan huruf dan menulis sehingga dapat merintis pengurangan buta huruf. Tabel 7. 7 Jumlah Sarana Pendidikan TK Eksisting dan Kebutuhan Tahun 2030 No Kecamatan Standar Jumlah Fasilitas TK (Unit) Luas Kondisi Kebutuhan 2030 (m2) Eksisting 1 Tidore kurang Tidore Selatan Jumlah 4 20 kurang Tidore Utara penduduk 9 18 kurang pendukung 4 Tidore Timur 5 9 kurang minimal Oba kurang jiwa. 6 Oba Utara kurang Luas lahan 7 Oba Selatan minimal kurang Oba Tengah m 2. 7 kurang Kota Tidore Kepulauan kurang Sumber: Hasil Analisis Studio Kebutuhan sarana pendidikan tingkat dasar (SD) di Kota Tidore Kepulauan pada tahun 2030 masih belum mencukupi. Terutama untuk wilayah Kecamatan Tidore dan Tidore Selatan. Hal VII-25

26 Tabel 7. 8 Jumlah Sarana Pendidikan SD Eksisting dan Kebutuhan Tahun 2030 No Kecamatan Standar Jumlah Fasilitas SD (Unit) Luas Kondisi Kebutuhan 2030 (m2) Eksisting 1 Tidore kurang 38,281 2 Tidore Selatan Jumlah kurang 31,256 3 Tidore Utara penduduk lebih 28,776 pendukung 4 Tidore Timur 7 7 cukup 14,055 minimal Oba 14 9 lebih 18,444 jiwa. 6 Oba Utara cukup 36,850 Luas lahan 7 Oba Selatan minimal lebih 9,174 8 Oba Tengah m lebih 11,115 Kota Tidore Kepulauan lebih 187,951 Sumber: Hasil Analisis Studio Kebutuhan sarana pendidikan tingkat dasar (SD) di Kota Tidore Kepulauan pada tahun 2030 masih belum mencukupi. Terutama untuk wilayah Kecamatan Tidore, Tidore Selatan dan Tidore Timur. Tabel 7. 9 Jumlah Sarana Pendidikan SMP Eksisting dan Kebutuhan Tahun 2030 No Kecamatan Standar Jumlah Fasilitas SMP (Unit) Luas Kondisi Kebutuhan 2030 (m2) Eksisting 1 Tidore 3 6 kurang 57,421 2 Tidore Selatan Jumlah 2 5 kurang 46,884 3 Tidore Utara penduduk 5 5 cukup 43,164 pendukung 4 Tidore Timur 1 2 kurang 21,083 minimal Oba 7 3 lebih 27,665 jiwa. 6 Oba Utara 6 6 cukup 55,275 Luas lahan 7 Oba Selatan minimal cukup 13,761 8 Oba Tengah m lebih 16,672 Kota Tidore Kepulauan lebih 281,926 Sumber: Hasil Analisis Studio Berdasarkan proyeksi penduduk untuk tahun tahun perencanaan 2030, maka diperkirakan jumlah fasilitas pendidikan SMA saat ini kurang mencukupi kebutuhan. Kecamatan Tidore, Tidore Selatan, Tidore Utara dan Oba Selatan masih membutuhkan fasilitas pendidikan pada tahun perencanaan. Hal VII-26

27 Tabel Jumlah Kebutuhan Sarana Pendidikan SMA Eksisting dan Tahun 2030 No Kecamatan Standar Jumlah Fasilitas SMA (Unit) Luas Kondisi Kebutuhan 2030 (m2) Eksisting 1 Tidore 5 6 kurang Tidore Selatan Jumlah 2 5 kurang Tidore Utara penduduk 2 5 kurang pendukung 4 Tidore Timur 2 2 cukup minimal Oba 3 3 cukup jiwa. 6 Oba Utara 6 6 cukup Luas lahan 7 Oba Selatan minimal kurang Oba Tengah m cukup Kota Tidore Kepulauan lebih Sumber: Hasil Analisis Studio Fasilitas pendidikan lainnya adalah ketersediaan taman bacaan. Keberadaan fasilitas taman bacaan ditujukan untuk memberikan kemudahan kepada masyarakat pada sumber informasi khususnya buku. Diperkirakan jumlah fasilitas taman bacaan yang dibutuhkan pada tahun 2030 sebanyak 60 unit. Fasilitas pendidikan tingkat tinggi atau perguruan tinggi telah tersedia di Kecamatan Tidore sebanyak 3 unit yaitu: STMIK, PG SD, dan Universitas Nuku. Tabel Jumlah Kebutuhan Sarana Pendidikan Taman Bacaan Tahun 2030 No Kecamatan Standar Jumlah Fasilitas Taman Bacaan th 2030 Luas (m2) 1 Tidore 12 1,837 2 Tidore Selatan Jumlah 10 1,500 3 Tidore Utara penduduk 9 1,381 pendukung 4 Tidore Timur minimal Oba jiwa. 6 Oba Utara 12 1,769 Luas lahan 7 Oba Selatan minimal Oba Tengah m Kota Tidore Kepulauan 60 9,022 Sumber: Hasil Analisis Studio Pengembangan sarana pendidikan di Kota Tidore Kepulauan sebagai berikut: Hal VII-27

28 1. Peningkatan dan perbaikan bangunan sekolah dan perguruan tinggi yang telah ada pada saat ini. Serta peningkatan fasilitas pembelajaran di sekolahsekolah menyangkut ketersediaan laboratorium dan perpusatakaan. 2. Mendirikan sekolah baru dibeberapa titik untuk daerah yang belum terlayani di wilayah perencanaan. 3. Untuk pulau-pulau kecil di Kota Tidore Kepulauan yang terdapat permukiman seperti pulau Mare dan pulau Maitara setidakknya terdapat 1 (satu) sarana pendidikan untuk setiap tingakatan (TK, SD, SLTP dan Taman bacaan). 4. Menyediakan sekolah menengah kejuruan berdasarkan potensi wilayah pengembangan. Ketersediaan fasilitas SMK di Kota Tidore Kepulauan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: Tabel Arahan Rencana Ketersediaan Fasilitas SMK di Kota Tidore Kepulauan Lokasi Tidore dan Tidore Selatan Tidore Utara dan Tidore Timur Oba Utara Oba Tengah Oba Oba Selatan SMK yang Dibutuhkan SMK dengan pembagian program studi: 1. Pariwisata dan perhotelan 2. Manajemen perkantoran 3. Home Industri 4. Perikanan 5. Perkapalan SMK dengan pembagian program studi: 1. Pariwisata dan perhotelan 2. Manajemen perkantoran 3. Pertanian 4. Perikanan SMK dengan pembagian program studi: 1. Pariwisata dan perhotelan 2. Manajemen perkantoran 3. Industri Agro 4. Perkebunan 5. Perkapalan SMK dengan pembagian program studi: 1. Industri Agro 2. Perkebunan 3. Perkapalan 4. Pertambangan SMK dengan pembagian program studi: 1. Industri Agro 2. Pertanian 3. Perkebunan 4. Perikanan 5. Perkapalan SMK dengan pembagian program studi: Hal VII-28

29 Lokasi SMK yang Dibutuhkan 1. Pertanian 2. Peternakan 3. Perkebunan 4. Perikanan 5. Mendirikan taman bacaan umum di tengah-tengah permukiman masyarakat untuk memberikan akses ilmu pengetahuan dan informasi melalui buku. 6. KDB bangunan sebesar 60% dengan 40% digunakan untuk lapangan olah raga, taman, dan area parkir. Gambar 7. 6 Gambar Kegiatan Belajar-Mengajar Hal VII-29

30 Peta 7. 6 Rencana Pengembangan Fasilitas Pendidikan Hal VII-30

31 7.5.2 Rencana Pengembangan Fasilitas Kesehatan Sarana kesehatan berfungsi memberikan pelayanan kesehatan kesehatan kepada masyarakat, memiliki peran yang sangat strategis dalam mempercepat peningkatan derajat kesehatan masyarakat sekaligus untuk mengendalikan pertumbuhan penduduk. Dasar penyediaan sarana ini adalah didasarkan jumlah penduduk yang dilayani oleh sarana tersebut. Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. Beberapa jenis sarana yang dibutuhkan adalah a. Rumah sakit b. Posyandu yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan untuk anak-anak usia balita c. Balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada penyembuhan (currative) tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-waktu tertentu juga untuk vaksinasi d. Balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik Bersalin), yang berfungsi melayani ibu baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta melayani anak usia sampai dengan 6 tahun e. Puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan kepada penduduk dalam penyembuhan penyakit, selain melaksanakan program pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit di wilayah kerjanya f. Puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai unit pelayanan kesehatan sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan terbatas dan membantu pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup wilayah yang lebih kecil g. Tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana yang memberikan pelayanan kesehatan secara individual dan lebih dititikberatkan pada usaha penyembuhan tanpa perawatan Hal VII-31

32 h. Apotik, berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaan obat-obatan, baik untuk penyembuhan maupun pencegahan. Tabel Kondisi Eksisting Sarana Kesehatan dan Rencana Kebutuhan Tahun 2030 No. Kecamatan Jenis Sarana Jumlah Sarana (unit) Eksisting 2030 Luas 1 Tidore Rumah Sakit Umum Tipe C (* BKIA dan Rumah Bersalin Tempat praktek dokter 1 6 Puskesmas Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Apotek Tidore Selatan Tempat praktek dokter 1 5 Puskesmas rawat inap Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Apotek Tidore Utara BKIA dan Rumah Bersalin Tempat praktek dokter 5 Puskesmas rawat inap Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Apotek Tidore Timur Tempat praktek dokter 2 Puskesmas Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Apotek Sofifi dan Oba Utara Rumah Sakit Umum Tipe B (* BKIA dan Rumah Bersalin Tempat praktek dokter 6 Puskesmas rawat inap Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Apotek Oba Tengah Tempat praktek dokter 2 Puskesmas rawat inap Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Apotek Hal VII-32

33 No. Kecamatan Jenis Sarana Jumlah Sarana (unit) Eksisting Oba Rumah sakit Tipe D Luas BKIA dan Rumah Bersalin Tempat praktek dokter 3 Puskesmas rawat inap Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Apotek Oba Selatan Tempat praktek dokter 1 Puskesmas Puskesmas Pembantu Balai Pengobatan Apotek Sumber: Hasil Analisis Studio Keterangan: Perhitungan kebutuhan berdasarkan SNI , (* berdasarkan Buku Teknik Analisis Regional) Status Tidore yang telah ditetapkan oleh RUTR Provinsi sebagai PKW dan status Kota Sofifi sebagai PKLW dan ibukota Provinsi Maluku Utara membutuhkan fasilitas yang dapat melayani secara regional. Sehingga rencana pemenuhan kebutuhan fasilitas kesehatan di Kota Tidore Kepulauan dengan : 1. Mendirikan rumah sakit umum tipe B dengan skala layanan provinsi di Kota Sofifi dan mendirikan rumah sakit tipe D di Payahe untuk jangkauan layanan wilayah Tidore bagian Selatan (Oba dan Oba Selatan). 2. Peningkatan dan perbaikan bangunan fasilitas kesehatan yang telah ada untuk skala layanan Kota Tidore Kepulauan terutama yang terletak di pusat kota. 3. Menambah fasilitas puskesmas pembantu di wilayah Tidore bagian Pulau Halmahera untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan. Penambahan ini mempertimbangkan lokasi yang luas dengan persebaran permukiman yang mengelompok dibeberapa tempat. 4. Menambah fasilitas BKIA atau rumah bersalin di pusat kegiatan terutama di Tidore (Soasio), Tidore Utara (Rum), Kota Sofifi, Oba (Payahe). Pembangunan sarana kesehatan BKIA bertujuan untuk meningkatkan akses kesehatan bagi ibu dan anak. Hal VII-33

34 5. Penambahan fasilitas kesehatan seperti praktek dokter, apotek dan lainya yang dapat disediakan oleh masyarakat diserahkan pada masyarakat dan diarahkan pada pusat-pusat kegiatan lainnya. 6. Di setiap satuan permukiman diharuskan terdapat pos pelayanan terpadu (Posyandu). Dengan standar pelayanan posyandu yang melayani jiwa, maka di Kota Tidore Kepulauan dibutuhkan posyandu sebanyak 112 unit posyandu. Lokasi yang dipakai untuk posyandu dapat dilakukan di balai warga atau rumah warga. 7. Untuk pulau-pulau kecil di Kota Tidore Kepulauan yang terdapat permukiman seperti Pulau Mare dan Pulau Maitara setidaknya terdapat 1 (satu) sarana kesehatan untuk fasilitas posyandu untuk balita dan lansia, puskesmas pembantu. 8. Setiap fasilitas kesehatan mempunyai kepadatan bangunan (BCR) 60% dan 40% untuk parkir dan lahan terbuka hijau. Hal VII-34

35 Peta 7. 7 RENCANA PENGEMBANGAN FASILITAS KESEHATAN Hal VII-35

36 7.5.3 Rencana Pengembangan Fasilitas Peribadatan Sarana peribadatan merupakan sarana kebutuhan kerohanian sehingga perlu disediakan di lingkungan perumahan yang direncanakan selain sesuai peraturan yang ditetapkan juga sesuai dengan keputusan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena berbagai macam agama dan kepercayaan yang dianut oleh masyarakat penghuni yang bersangkutan, maka kepastian tentang jenis dan jumlah fasilitas peribadatan yang akan dibangun baru dapat dipastikan setelah lingkungan perumahan dihuni selama beberapa waktu. Pendekatan perencanaan yang diatur adalah dengan memperkirakan populasi dan jenis agama serta kepercayaan dan kemudian merencanakan alokasi tanah dan lokasi bangunan peribadatan sesuai dengan tuntutan planologis dan religius. Dasar penyediaan ini juga akan mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan / blok yang nantinya lahir sesuai konteks lingkungannya. Penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani area tertentu. Jenis sarana peribadatan sangat tergantung pada kondisi setempat dengan memperhatikan struktur penduduk menurut agama yang dianut, dan tata cara atau pola masyarakat setempat dalam menjalankan ibadah agamanya. Saat ini, fasilitas sarana ibadah umat Islam sudah terpenuhi, sedangkan fasilitas umat Kristiani lebih banyak tersedia di Kecamatan Oba dan Oba Utara. Adapun jenis sarana ibadah untuk agama Islam, direncanakan sebagai berikut: 1. Kelompok penduduk 250 jiwa, diperlukan musholla/langgar 2. Kelompok penduduk jiwa, disediakan masjid 3. Kelompok penduduk jiwa, disediakan masjid desa 4. Kelompok penduduk jiwa, disediakan masjid kecamatan (mengacu pada SNI ) Untuk sarana ibadah agama lain, direncanakan sebagai berikut: 1. Katolik mengikuti ketentuan paroki 2. Hindu mengikuti adat 3. Budha dan Kristen Protestan mengikuti sistem kekerabatan atau hierarki lembaga. Hal VII-36

37 Sehingga gambaran kebutuhan fasilitas peribadatan agama Islam pada tahun rencana 2030 adalah: Tabel Rencana Kebutuhan Fasilitas Peribadatan Tahun 2030 Kebutuhan Fasilitas Peribadatan no Kecamatan Standar Masjid Masjid Mushola Warga Desa 1 Tidore Tidore Selatan Tidore Utara Penduduk penunjang 4 Tidore Timur Mushola = 250 Jiwa; 5 Oba Masjid Warga = 2500 jiwa; 6 Oba Utara Masjid Desa = jiwa 7 Oba Selatan Oba Tengah Kota Tidore Kepulauan Sumber: Hasil Analisis Studio Keterangan: Standar berdasarkan SNI Dalam hal pemenuhan kebutuhan sarana peribadatan, rencana pembangunannya antara lain: 1. Pembangunan fasilitas peribadatan skala layanan Kota Sofifi yang terletak di pusat kota. 2. Pembangunan fasilitas peribadatan skala layanan kecamatan seperti Masjid Agung di pusat kegiatan baru Payahe dengan lokasi dapat berdekatan dengan kantor kecamatan. 3. Penambahan sarana peribadatan diserahkan kepada kesepakatan masyarakat dengan syarat pembangunan mengikuti IMB dan ketentuan bangunan tahan gempa. 4. Membantu masyarakat dengan diberikannya pedoman standar pembangunan bangunan peribadatan. 5. Dalam satu tempat peribadatan harus mempunyai 40% lapangan terbuka hijau dan parkir. 6. Untuk sarana ibadah agama Islam dan Kristen Protestan dan Katolik, kebutuhan ruang dihitung dengan dasar perencanaan 1,2 m²/jemaah, termasuk ruang ibadah, ruang pelayanan dan sirkulasi pergerakan. Sedangkan tempat ibadah agama lain disesuaikan berdasarkan kebiasaan masyarakat setempat dalam melakukan ibadah agamanya. Hal VII-37

38 Peta 7. 8 RENCANA PENGEMBANGAN FASILITAS PERIBADATAN Hal VII-38

39 7.5.4 Rencana Pengembangan Fasilitas Pemerintahan dan Pelayanan Umum Fasilitas perkantoran di Kota Tidore Kepulauan merupakan fasilitas pemerintah dan pelayanan umum yang memberikan jasa pelayanan pada masyarakat. Skala pelayanan untuk fasilitas ini dibedakan menjadi: skala wilayah Kota Tidore Kepulauan, skala kota, skala wilayah kecamatan dan skala lingkungan desa. Pengembangan wilayah Kota Tidore Kepulauan berdasarkan satuan wilayah pengembangan dan pembagian pusat-pusat kegiatan mengharuskan adanya perhitungan luasan fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum. Perhitungan luas kawasan perkantoran yang dibutuhkan di Kota Tidore Kepulauan adalah: Tabel Rencana Jumlah Perkiraan Kebutuhan Luas Areal Perkantoran No. Kecamatan Luas Lahan Perkantoran per Cakupan Layanan (Ha) Kecamatan Kelurahan Perkotaan Jumlah (Ha) 1 Tidore Tidore Selatan Tidore Utara Tidore Timur Oba Oba Utara Oba Selatan Oba Tengah Kota Tidore Kepulauan Sumber: Hasil Analisis Studio Kebutuhan lahan perkantoran pemerintahan pada lingkup kelurahan meliputi: kantor kelurahan, Pos Kamtib, pos pemadam kebakaran, agen pelayanan pos, loket pembayaran air bersih, loket pembayaran listrik dan lahan parkir. Kebutuhan lahan perkantoran pemerintahan pada lingkup kecamatan meliputi: kantor kecamatan, kantor polisi, pos pemadam kebakaran, kantor pos pembantu, dan kantor stasiun telekomunikasi. Kebutuhan lahan perkantoran pemerintahan pada lingkup perkotaan di Kecamatan Tidore dan sekitarnya untuk perkantoran pelayanan setingkat kabupaten, di Kota Sofifi digunakan untuk perkantoran pemerintahan tingkat provinsi. Dengan perbedaan cakupan layanan, maka direncanakan bahwa luas kebutuhan perkantoran di Kota Sofifi dua kali lebih banyak dibandingkan kebutuhan perkantoran di Kecamatan Tidore. Hal VII-39

40 Rencana pengembangan sarana pemerintahan dan pelayanan umum atau perkantoran: 1. Kawasan perkantoran dialokasikan pada pusat-pusat kegiatan baik skala kota, kecamatan dan desa dengan pertimbangan mempermudah penduduk Kota Tidore Kepulauan dalam mengakses perkantoran pemerintahan dan pelayanan umum. Pulau Tidore untuk pusat perkantoran skala regional dan kota, sedangkan Kota Sofifi untuk pusat perkantoran skala provinsi. 2. Dibangunnya fasilitas layanan pemerintah dan pelayanan umum kantor pemadam kebakaran dengan mempertimbangkan bahwa kondisi perkotaan di Kota Tidore Kepulauan dua puluh tahun kedepan akan semakin padat. Penyediaan kantor pemadam kebakaran bertujuan untuk mengatisipasi bencana kebakaran dengan seiring padatnya intensitas bangunan di perkotaan. 3. Penyediaan kantor Pos dan Giro untuk peningkatan pelayanan jasa komunikasi dan pengiriman barang di setiap ibukota kecamatan dengan pusat kantor di Kecamatan Tidore dan Kota Sofifi yang berskala layanan regional. 4. Bangunan perkantoran di Pulau Tidore mempunyai kepadatan bangunan 50% dengan ketinggian maksimal 4 lantai. Gambar 7. 7 Gedung Perkantoran Provinsi Maluku Utara di Sofifi Sumber: Hasil Survey Rencana Pengembangan Fasilitas Perdagangan Sarana perdagangan dan niaga ini tidak selalu berdiri sendiri dan terpisah dengan bangunan sarana yang lain. Dasar penyediaan selain berdasarkan jumlah penduduk yang akan dilayaninya, juga mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan bentukan grup bangunan / blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu. Hal VII-40

41 Menurut skala pelayanan, penggolongan jenis sarana perdagangan dan niaga adalah: 1. Toko/warung (skala pelayanan unit RT 250 penduduk), yang menjual barangbarang kebutuhan sehari-hari; 2. Pertokoan (skala pelayanan penduduk), yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari yang lebih lengkap dan pelayanan jasa seperti wartel, fotocopy, dan sebagainya; 3. Pusat pertokoan dan/atau pasar lingkungan (skala pelayanan unit desa penduduk), yang menjual keperluan sehari-hari termasuk sayur, daging, ikan, buah buahan, beras, tepung, bahan-bahan pakaian, pakaian, barang-barang kelontong, alat-alat pendidikan, alat-alat rumah tangga, serta pelayanan jasa seperti warnet, wartel dan sebagainya; 4. Pusat perbelanjaan dan niaga (skala pelayanan unit kecamatan penduduk), yang selain menjual kebutuhan sehari-hari, pakaian, barang kelontong, elektronik, juga untuk pelayanan jasa perbengkelan, reparasi, unitunit produksi yang tidak menimbulkan polusi, tempat hiburan serta kegiatan niaga lainnya seperti kantor-kantor, bank, industri kecil dan lain-lain. 5. Pusat perbelanjaan dan niaga (skala pelayanan unit perkotaan penduduk), yang selain menjual kebutuhan sehari-hari, pakaian, barang kelontong, elektronik, juga untuk pelayanan jasa perbengkelan, reparasi, unit-unit produksi yang tidak menimbulkan polusi, tempat hiburan serta kegiatan niaga lainnya seperti kantor-kantor, bank, industri kecil dan lain-lain. Kondisi eksisting sarana perdagangan di Kota Tidore Kepulauan hanya sebatas untuk cakupan wilayah lokal. Lokasi pusat perbelanjaan yang dapat diketahui antara lain: - Pasar daerah di Kecamatan Tidore - Pasar lokal di dekat pelabuhan Rum - Pasar lokal di dekat pelabuhan Goto - Pasar lokal di Payahe Selain lokasi perdagangan yang diketahui, kemungkinan masyarakat melakukan kegiatan perdagangan yang dilakukan di lingkungan terkecil permukiman setempat. Untuk menggerakkan perekonomian di Kota Tidore Kepulauan bidang pariwisata harus dikembangkan. Sebagai basis perekonomian di Kota Tidore Kepulauan adalah pertanian-perkebunan. Kedua bidang tersebut harus ditunjang oleh sarana perdagangan Hal VII-41

42 sebagai pengembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sehingga rencana sarana perdagangan di wilayah perencanaan: 1. Perbaikan dan peningkatan pasar di Sofifi (dekat Goto) menjadi pasar induk yang melayani regional. Dengan ketentuan maksimal ketinggian bangunan 4 lantai dan KDB 50%. 2. Perbaikan dan peningkatan pelayanan pasar induk Sari Malaha yang dapat melayani regional dan Kota Tidore Kepulauan. Dengan ketentuan masksimal ketinggian bangunan 4 lantai dan KDB 50%. 3. Perbaikan pasar induk kecamatan dengan maksimal ketinggian bangunan 3 lantai, ketentuan KDB 50%. Desain pasar induk kecamatan didasarkan pada pasar tradisional dengan keleluasaan interaksi antara pembeli dan penjual. 4. Pembangunan pasar pusat kerajinan di pusat-pusat kota pengembangan pariwisata yang tersebar di Soasio, Rum, Gurabati, Sofifi dan Payahe. 5. Pengaktifan pasar ikan di Soasio untuk menunjang kegiatan perdagangan perikanan. 6. Pembangunan toko dan warung diserahkan kepada masyarakat namun lebih diarahkan kepada pusat kegiatan baru dan pusat-pusat kegiatan lainnya. Gambar 7. 8 Kegiatan Perdagangan di Kota Tidore Kepulauan Gambar 7. 9 Pasar Induk Kota Sari Malaha dan Pasar Ikan Hal VII-42

43 7.5.6 Rencana Pengembangan Fasilitas Perbankan Sarana perbankan adalah sarana perekonomian yang menunjang dinamika perekonomian daerah di Kota Tidore Kepulauan. Dengan tipe masyarakat Kota Tidore Kepulauan yang lebih bersifat masyarakat rural, kondisi perekonomian menengah ke bawah, serta bisnis yang dijalankan, maka sebaiknya pemerintah memberikan kemudahan sarana perbankan berbasis masyarakat dan juga menggandeng perbankan swasta yang memberikan bunga ringan. Selain itu, rencana pengembangan fasilitas perbankan bertujuan memberikan fasilitas penunjang dalam pengembangan industri agro dan pariwisata. Rencana pengembangan sarana perbankan di Kota Tidore Kepulauan: 1. Diijinkan pendirian cabang bank dengan cakupan wilayah regional di Sofifi. Bangunan bank didirikan pada kawasan perdagangan dengan KDB maksimum 50% dan ketinggian bangunan maksimum 4 lantai. 2. Membuka cabang bank daerah di pusat kegiatan baru yaitu di lokasi Payahe. Bangunan bank didirikan pada kawasan perdagangan dengan KDB maksimum 50% dan ketinggian bangunan maksimum 3 lantai. 3. Membuka cabang bank daerah di setiap ibukota kecamatan. Bangunan bank didirikan pada kawasan perdagangan dengan KDB maksimum 50% dan ketinggian bangunan maksimum 3 lantai. 4. Pendampingan untuk program pemerintah dalam mengentas kemiskinan daerah perkotaan dengan adanya BKM (Badan Keuangan Masyarakat) di masyarakat Rencana Pengembangan Fasilitas Kebudayaan dan Rekreasi Sarana kebudayaan dan rekreasi merupakan bangunan yang dipergunakan untuk mewadahi berbagai kegiatan kebudayaan dan atau rekreasi, seperti gedung pertemuan, gedung serba guna, bioskop, gedung kesenian, dan lain-lain. Bangunan dapat sekaligus berfungsi sebagai bangunan sarana pemerintahan dan pelayanan umum, sehingga penggunaan dan pengelolaan bangunan ini dapat berintegrasi menurut kepentingannya pada waktu-waktu yang berbeda. Penetapan jenis atau macam sarana kebudayaan dan rekreasi pada suatu daerah sangat tergantung pada kondisi setempat area tersebut, yaitu menyangkut faktor-faktor: Hal VII-43

44 1. Tata kehidupan penduduknya. 2. Struktur sosial penduduknya. Menurut lingkup pelayanannya, jenis sarana kebudayaan dan rekreasi meliputi: 1. Balai warga/balai pertemuan (skala pelayanan unit RW penduduk) 2. Balai serbaguna (skala pelayanan unit Desa penduduk) 3. Gedung pertemuan/gedung serbaguna (skala pelayanan unit kecamatan penduduk) 4. Bioskop (skala pelayanan unit kecamatan penduduk) Sarana kebudayaan dan rekreasi di Kota Tidore Kepulauan masih menggunakan sarana pemerintahan seperti balai pertemuan di Kantor Kepala Desa. Balai pertemuan tersebut berfungsi sebagai balai serbaguna. Sehingga rencana peningkatan sarana kebudayaan dan rekreasi antara lain: 1. Merawat fasilitas kebudayaan dan rekreasi yang telah ada bersama dengan masyarakat sekitar. Pelibatan partisipasi masyarakat dari berbagai elemen LSM, komunitas setempat, swasta. 2. Membuat tambahan fasilitas rekreasi baru yang dapat diintegrasikan dengan fasilitas eksisting. 3. Meningkatkan fasilitas disekitar tempat rekreasi seperti fasilitas persampahan, parkir, taman, penerangan dan lainnya. 4. Memperbaiki balai pertemuan yang ada di setiap kantor masing-masing desa. 5. Dengan adanya Upacara Adat Lufu Kie, Legu Gam dan Dabus di Pulau Tidore sebagai obyek wisata seni dan budaya, maka direncanakan dibangun gedung serbaguna sebagai gedung kesenian dan pusat informasi kebudayaan di Pulau Tidore. Gambar Contoh Gedung Pertemuan Sebagai Gedung Kesenian dan Pusat Informasi Kebudayaan Hal VII-44

45 7.5.8 Rencana Pengembangan Lokasi Pariwisata Menurut Undang-undang No. 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pembangunan kepariwisataan diperlukan untuk mendorong pemerataan kesempatan berusaha dan memperoleh manfaat serta mampu menghadapi tantangan perubahan kehidupan lokal, nasional maupun global. Untuk Kota Tidore Kepulauan, fasilitas rekreasi untuk sekarang ini masih berada satu lokasi dalam tempat wisata setempat seperti pantai, dan lainnya. Sebagai salah satu lokasi pariwisata nasional, tempat rekreasi di Kota Tidore Kepulauan sudah memenuhi standar nasional. Namun keberadaan fasilitas rekreasi yang ada sekarang ini belum mampu mengangkat Kota Tidore Kepulauan secara keseluruhan. Berdasarkan data primer, diketahui bahwa di desa-desa Kota Tidore Kepulauan terdapat lokasi-lokasi yang mempunyai potensi sebagai lokasi wisata alternatif selain wisata budaya. Obyek wisata unggulan yang dijadikan sebagai integrated tourism antara lain: 1. Obyek wisata tirta, terdiri dari: Kawasan wisata Pulau Mare, Pulau Maitara dan gugusan Pulau Woda yang dapat dijadikan sebagai kawasan wisata global skala Provinsi Maluku Utara dengan keunikan dan daya tarik yang beragam, pantai Rum, Cobo, Taman Cobo, Pantai Gamgau, dan Pantai Tugulufa. 2. Obyek wisata alam, terdiri dari: Kawasan wisata Gurua Marasai di Kelurahan Guraping Kota Sofifi dan Air Terjun Luku Celeng di Desa Kalaodi, Kecamatan Tidore. 3. Obyek wisata sejarah, terdiri dari: Kedaton Sultan, Masjid Sultan, Dermaga Sultan, Museum Malige Sonyine, Makam Sultan Nuku, Makam Sultan Djamaluddin, Makam Habib Umar Al Faroek Rahmatullah dan Benteng Tahula. Obyek wisata ini dapat dijadikan sebagai obyek wisata sejarah dan wisata ziarah. 4. Obyek wisata seni dan budaya, terdiri dari: Upacara Adat Lufu Kie dan Legu Gam serta Dabus. 5. Obyek wisata Agro terdiri dari Kawasan Agrowisata Gurabunga dan Kalaodi Hal VII-45

46 Gambar Obyek Wisata Bahari Kota Tidore Kepulauan Rencana pengembangan pariwisata Kota Tidore Kepulauan: 1. Pengembangan kawasan pariwisata di Kota Tidore Kepulauan dilakukan secara integrated dengan pengembangan dikhususkan pada obyek wisata unggulan Kota Tidore Kepulauan 2. Membentuk Badan Promosi Pariwisata Daerah. Badan promosi pariwisata daerah Kota Tidore Kepulauan berkedudukan di ibukota Tidore Kepulauan (Soasio). Badan tersebut merupakan badan swasta yang berdiri sendiri dan saling melakukan koordinasi dengan Badan Promosi Pariwisata Indonesia. 3. Mendukung pengembangan dunia usaha pariwisata dengan membentuk Gabungan Industri Pariwisata Daerah yang terdiri dari pengusaha pariwisata, asosiasi usaha pariwisata, asosiasi profesi dan asosiasi lain yang terkait dengan pariwisata. Rencana pengembangan fasilitas pendukung pariwisata 1. Lokasi wisata dilengkapi dengan fasilitas penerangan, tempat sampah, taman, parkir, wc umum. 2. Membangun dan melestarikan fasilitas camping ground, pembuatan pos-pos pendakian untuk pengembangan wisata alam. 3. Membangun taman wisata bunga dan fasilitas taman bermain sebagai perluasan wisata alam dan budaya di Gurabunga. 4. Pembangunan port marina pada pulau-pulau kecil sebagai pengembangan fasilitas pada wisata bahari. 5. Banyaknya wisata bahari, maka perlu adanya pembangunan early warning system untuk bencana tsunami dan area evakuasi. 6. Pengembangan wisata yang berorientasi pada integrated tourism maka perlu ditunjang dengan sarana transportasi baik darat dan laut yang terpadu yang menghubungkan ODTW di Kota Tidore Kepulauan secara keseluruhan. Hal VII-46

47 7. Merangsang dan mengontrol berdirinya tempat penginapan yang berkualitas. 8. Perbaikan dan pembangunan museum serta menyediakan fasilitas penunjang seperti loket, wc umum, taman, penerangan dan parkir. Gambar Contoh Taman Bunga yang Dapat Dikembangkan di Gurabunga Gambar Contoh Pengembangan Sarana Port Marina sebagai Penunjang Wisata Bahari Hal VII-47

48 Peta 7.9 RENCANA OBYEK WISATA UNGGULAN Hal VII-48

49 7.6 Rencana Sistem Jaringan Transportasi Kota Tidore Kepulauan merupakan bagian dari gugusan pulau di Kepulauan Maluku. Sarana perhubungan yang telah ada di Kota Tidore Kepulauan antara lain perhubungan darat dan perhubungan laut. Baik perhubungan darat maupun perhubungan laut sangat berperan penting dalam bidang ekonomi, budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta untuk kemakmuran rakyat. Hal tersebut dikarenakan dengan perhubungan yang baik maka dapat meningkatkan mobilitas penduduk antar wilayah untuk dapat mengakses suatu layanan tertentu. Selain itu, perhubungan tersebut dapat berperan sebagai prasarana distribusi barang dan jasa Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Darat Rencana Pengembangan jaringan jalan Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis. Sistem jaringan jalan di Kota Tidore Kepulauan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan sekunder. Sistem jaringan jalan primer tersebut meliputi jaringan jalan trans Halmahera yang melayani pergerakan antar wilayah di Provinsi Maluku Utara. Kondisi jaringan jalan primer di Kota Tidore Kepulauan sudah dalam keadaan baik. Sistem jaringan jalan sekunder meliputi jaringan jalan yang menghubungkan tiap pusat kegiatan di wilayah Kota Tidore Kepulauan. Kondisi jaringan jalan sekunder di Kota Tidore Kepulauan sudah dalam keadaan baik namun masih terdapat jaringan jalan yang perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Hal VII-49

50 Gambar Kondisi Jalan di Kota Tidore Kepulauan Sumber: Hasil Survey Panjang jalan di Kota Tidore Kepulauan terdiri dari : 1. Jalan provinsi sepanjang 251 km, yang terdiri dari 237 km jalan beraspal dan 14 km jalan tidak beraspal/tanah. 2. Jalan kabupaten/kota sepanjang km, yang terdiri dari 216,23 km jalan beraspal dan 11,2 km jalan sirtu, serta 23,08 km jalan tanah Kondisi jalan di Kota Tidore Kepulauan bervariasi dari yang masih berbatu dan jalan tanah yang dalam kondisi buruk sampai dengan kondisi baik. Kondisi jalan tanah yang sudah baik mempunyai lebar dan keadaan jalan yang layak untuk digunakan. Sedangkan jalan lainnya yang beraspal ada yang lastasir (lapis tipis aspal pasir) dan ada yang beraspal. Sehingga rencana untuk pengembangan jaringan jalan di Kota Tidore Kepulauan adalah: 1. Perbaikan untuk jalan dalam kondisi rusak berat menjadi kondisi baik dengan fasilitas pelengkap antara lain drainase, trotoar, jalur hijau, penerang jalan dan rambu-rambu lalu lintas. 2. Perbaikan jalan dari kondisi jalan sedang menjadi baik dengan fasilitas pelengkap antara lain drainase, trotoar, jalur hijau, penerang jalan dan ramburambu lalu lintas. 3. Meneruskan pembuatan jalan di Pulau Tidore yang menghubungkan lokasilokasi pariwisata terutama ruas jalan: - Gamtufkange Gurabunga; - Ome Jaya; - Mareku - Afa-afa; - Dowora Kalaodi. 4. Pembuatan jalan lokal sekunder baru di wilayah Kota Tidore Kepulauan bagian Pulau Halmahera dengan tujuan sebagai pengontrol perkembangan kawasan Hal VII-50

51 budidaya yang pada perkembangannya dapat berubah menjadi jalan kolektor sekunder. Gambar Penampang Jalan Gambar Jalan Arteri Primer di Oba Utara dengan Kelengkapannya Rencana pengembangan jaringan jalan tersebut dapat dirinci seperti di bawah ini: Tabel Panjang Jalan Menurut Jenis Permukaaan di Kota Tidore Kepulauan No Kondisi Jalan Panjang Jalan (Km) 1 Baik Sedang ,12 3 Rusak ,17 4 Rusak berat ,71 Jumlah ,44 Hal VII-51

52 No Jenis Perkerasan 1 Hotmix ,47 2 Lapen ,39 3 Sirtu 7.052,32 4 Tanah ,29 Jumlah ,44 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Tidore Kepulauan Klasifikasi jalan di Kota Tidore Kepulauan menurut kewenangan Tabel Jalan Nasional dan Strategis Nasional terdiri dari kolektor primer Urut Nomor Ruas Nama Ruas Panjang ( Km ) Klasifikasi JL. Sofifi - Akelamo Kolektor Primer (K1) 2 026/15/K JL. Akelamo (KM 60) - Payahe Kolektor Primer (K1) 3 026/16/K JL. Payahe - Weda Kolektor Primer (K1) 4 026/17/K JL. Keliling Pulau Tidore Kolektor Primer (K1) Tabel Rencana Pengembangan Jaringan Jalan Nomor Panjang Urut Ruas Nama Ruas ( M ) 1 01 Jl.S.M.Taher Jl. A. Malawat Jl. Taman Siswa Jl.Yos Sodarso Jl. St. Zainal Bidin Syah Jl. MT. Haryono Jl. Jend. Ahmad Yani Jl.Goto Pantai Jl. Kemakmuran Hal VII-52

53 10 09 Jl.S.Parman Jl Kompleks Tambula Gg. Sowohi Kie Matiti Gg. Sowohi Sahabati Gg. Sowohi Toduho Jl Flamboyan Jl.Teratai Jl Kuburan Tuguwaji Jl.SDN Goto Jl.Bayangkara Jl. Sultan Mansyur Jl.Psr.Sarimalaha Jl Topo Jl Topo Jl.Seli Jl. Kuburan Seli Jl.Seli Jl.Soadara Jl.Soadara Jl.soadara-Topo Jl.Gimalaha Jl. Gamtufkage Worskop Jl Tambula Kuburan Jl.Bumi Putra Jl.Mawar Jl.Melati Jalan Tomagoba- Tambula Jl.Samping Kiri Ktr Walikota Hal VII-53

54 Jl. S.Nuku Jl.Sultan Hasanudin Jl SMU Jl.Blkng Darmawanita Jl.Cempaka Jl.Bonsai Jl.Tomagoba Jl.Tomagoba Jl.Gamtufkange Tengah Jl.Gamtufkange Tengah Jl. Patra Alam Jl Soamabelo Jl Soamafu Jl Soayaba Jl.Frans Kaiseipo Jl. Soajawa-Topo Jl. Timore Jl.Nusantara Tanah Abang Jl.Tanah Abang Jl.Tanah Abang Jl Tanah Abang Jl.Tanah Abang Jl.KPU Jl KPU Jl KPU Jl KPU Jl Perumahan PU Hal VII-54

55 Jl.Tuguwaji Jl.Tuguwaji Jl.Stadion Jl Perumahan PU Jl.Tomagoba Jl.Tomagoba Jl.Tomagoba Jl Open Spis Jl.Gamtufkange Barat Jl.Gamtufkange Barat Jl.Garolaha Jl.Tanah Abang Jl.Blkng.Ktr Pertanian Jl.Blkng Ktr Pertanian Jl.Goto Pantai Jl. Nusantara Jl.Kalodi-Golili Kalaodi-Kola Jl.Cobodoe Udin Fabanyo Jl.Ake Mam Jl.SMP.Stanawiyah Dowora Jl.Ake Mam jlan Ake Mam Jl.Ake Mam Jl.Talaga-Lolobi Jl.Talaga-Lolobi Jl. Pattimura Hal VII-55

56 Jl.Gapensi Jl.Cobodoe Jl.Goto Ling Jl Kompleks PDAM Jl.Kedondong Jl Matoa Jl.Lingkar KTR Walikota Jl.Mes Perumtel Jl Lingar Worskop Jl.Open Spis Jl,Tugu Jl.Gamtufkange Barat Gamtufkange Timur Jl. Trikora Jl. Trikora Jl. SMP Tsanawia Seli Jl.Stadion Gurabati Jl.Dowora-Sowom Jl.Cobodoe Jl.Jati-Pelbhn.Feri Jl.Hate Jati Kuburan Jalan Supera Jl.Sonyinga Salaka Jl Kuburan Soasio Jl.Lingkar Rk.1-Rk Jl.Lingkar Rk.1-Rk Jl.Lingkar Rk.I-Rk Jl.Tomalou - Gurabati Hal VII-56

57 Jl Gosale-Sarani Jl.Tuguiha Jl.Toloa-Pemantau Bulan Jl.Rum Balibunga-Talaga Jl. Tambulah Lolobi Jl. Tambulah Lolobi Jl. Tambulah Lolobi Jl. Bkg. Rutan Jl. MR Uchen Jl. Boki Nursaefa Jl Gosale Sarani Jl.Pelabuhan Sultan Jl Talaga Lobi Talaga Lobi Jl Dowora-Kalaodi Jl.Kompleks TK Manurung 1/Goto Jl Goto Jl Kuburan Goto Jl SMK Pertanian Jl Cobodoe RT Jl SDN Goto Jl.Tsanawia Mareku Jl Mareku sangadji Jl.Mosallah Al Iksan Jl Manggustang Jl. Samping Dispenda Jl.Blkg.Eks Nuku Jl SDN Goto Hal VII-57

58 Jl Salemba Jl.Salemba Jl Kompleks KODIM Jl Ake Mam Jl Asrama Kodim Jl SDN Goto Jl Salemba Jl.Soa-Cina Jl.Soarora Jl Gamtufkange selatan Jl. Marimoi Jl. Timore I Jl Supera Pantai Jl.Kompleks TK Manurung 2/Goto Jl Kompleks PDAM Jl Angrek Jl.Pelabuhan Sultan Jl Gosale-Sarani Jl Tuguiha-Lapangan Jl Dokiri Masjid Mareku Tengah Jl Ome-Kuburan Jl Supera Jl Lada Ake - Jaya Jl Ciriliyati Gam.8- Gurabunga Jl Gosale-Sarani Jl Tambula-Lolobi Jl Gura Gomore Hal VII-58

59 Jl.Sagu-Sagu Jl Tambula-Lolobi Jl Trans Lokal Beringin SP Jl Hategau Jl Payahe Jl Payahe PLN Jl Payahe - Dehepodo Jl Lokasi Trans Koli-Bale Jl PorosTrans Kolibale Jl SMP Aliyah Talaga Mori Jl SMP Aliyah Talaga Mori Jl Achmad Mahifa Jl Bale Jl Payahe Jl.Tadupi Pantai Jl Akekolano Jl Akekolano Jl SDN Akekolano Jl Kuburan Garojou Jl MTS Bukit Durian Jl.Rum-Soasio Jl Dokiri Penghubung Jl Folarora-Ngosi Jl Gurabunga-Ngosi Jl Fabaharu-Jambula Jl Komlek Lapangan Cobodoe Jl Cobodoe Jl Ome-Jaya Hal VII-59

60 Ome-Jaya Jl Gurabunga-Lada Ake Jl.Dowora-Rum Jl Cobo Tanjung Jl.Cobo Tanjung Jl. TPA Jl ktr Lurah Balibunga Jl. Rum.Balibunga Plbhn.Ferry Jl.Blkng.Rum Kahar Rum -Mara Jl.Rum-A.Kahar Jl SMU Salawering Rum Pasar Jl Rum Pasar Jl Rum-Kahar Jl Rum-Kahar Jl Fabaharu Jl Fabaharu Jl Fabaharu Jl Komleks Lada Ake Jl.Ome Halaro Jl Ome Jl Ome Ome Tengah Jl.Gubukusuma-Guwaepaji Jl.Sirongo-Bua-bua Mareku-Sirongo Mareku Lapangan Hal VII-60

61 Jl Sangaji JikoMalofo Jl Stdion Mareku Jl Mareku Penghubung Mareku Mareku Pantai Jl Mareku SDN Jl Afa-Afa-Sirongo Mareku-Afa Jl Afa-Afa Jl Afa-afa Jl Afa-afa Jl Mareku PDAM Mareku Tanjung Mareku Gamsung Jl Ome-Gubukusuma Kola-Jambula Jl Ome Jl Ome Jl.Afa-afa Jl Sultan Syaifuddin Jl Tongolo-Dokiri Toloa Gambati-Toloa tomaidi Jl Toloa Jl.Toloa Jl Toloa Jl Toloa Lapangan Bola Jl Toloa Jl Toloa Hal VII-61

62 Jl Toloa Jl Dokiri Jl Dokiri Jl Tuguiha -Tomalou Jl SMK Tomalou Jl SMK Tomalou Jl Blkng Tomalou RK Jl.Tomalou Rk 3-Rk Jl Tuguiha Penghubung Jl.Tomalou Rk.1 Rk Jl. Gurabati RK.1-RK Jl.Gurabati RK.2-RK Jl.Gurabati RK Gurabati Rk.2 _Masjid Jl.Lingkar Rk.1-Rk Jl.SDN.Gurabati Jl.Tongowai Jl.Tongowai Jl.Tongowai Jl. Soadara-Seli Jl.Seli Jl.Blkng.Ktr.Camat.Tdre.Selatan Jl.Tongowai-Ktr.Camat Tidore Sltn Jl.Lingkar Rk.1 - Rk Jl.Gurabati Kuburan RK Jl Tongolo Jl Tuguiha Jl Tongolo-Dokiri Hal VII-62

63 Jl Doriki Jl Dokiri Jl Tagalaya Jl Sofifi -Akelamo Jl Lola Jl Lola Jl Lola Jl Lola Jl Lola Jl SDN Tadupi Jl Akelamo-Beringi Jaya Jl Akelamo Jl Akelamo Jl Akelamo Jl Safang-Beringin Jaya Jl Paceda Quary Jl Paceda Jl Paceda Jl Paceda Jl Paceda Jl Masuk SDN Noramaake Jl Desa Nuku Jl Maidi Jl Maidi Jl Maidi Jl Maidi Jl Maidi Jl.Poros Trans.Maidi SP Hal VII-63

64 Jl Hager Jl Hager Jl Hager Jl Hategau Jl.Hategau Jl Hategau-Pelabuhan Jl Lifofa Jl Lifofa Jl Toe Gereja Jl Kususinopa Jl Sigela Jl Yef Jl Poros Payahe Jl Durian -Kali Oba Jl Tomadou-Talaga Jl Maitara -Pasimayou Jl Maitara-Ake Bay Jl. Yusuf Marajabessy Jl. Al Bajuri Jl. Godake Jl Merdeka Jl Kebangsaan Jl Proklamasi Jl. Bukulasa Jl SMP Sofifi Jl. Polsek Sofifi Jl. Barumadoe Jl Kaiyasa-Pasar Sofifi Hal VII-64

65 Jl Durian Jl Kusu Sarani Jl Ampera Jl Ampera Jl. Kadir Mahmud Jl. Muhammad Maya Jl. Kene Suara Jl. Suara Tahe Jl. Idrus Tukang Jl. Zainal Abidin Syah Jl. Jamaluddin Adam Jl. Siswa Jl. Hasan Yunus Jl Akekolano Jl Akekolano Jl Akekolano Jl Akekolano Jl.Akekolano -Somahode Jl Akekolano Sarani Jl Akekolano Sarani Jl Akekolano Sarani Jl Somahode Pantai Somahode Pantai Jl Somahode PAntai Jl.Lingkar Pasar somahode Jl.Somahode Jl Somahode Jl Somahode Hal VII-65

66 Jl Somahode Jl Somahode Jl Somahode Jl.Garojou-Somahode Jl Garojou Jl Garojou Jl. Muara Kali oba Jalan Perumahan Polda Jalan Perumahan Jalan Perumahan Jalan Perumahan Jl. Revolusi Jl Durian Jl Durian Jl Durian Jl Muara Kali Oba Jl Muara Kali Oba Jalan Kantor Gubernur Jalan Kantor Gubernur Jalan Kantor Gubernur Jalan Kantor Gubernur Jalan Kantor Gubernur Jalan Kantor Gubernur Jalan Kantor Gubernur Jl Ampera Pantai Jl Akekolano Jl Somahode Pantai Jl Somahode Pantai Hal VII-66

67 Jl Somahode Jl Kusu Jl Kusu Jl Kusu Jl Akekolano Jl.Tadupi Belakang Jl Gita Jl Payahe Gedung Pertemuan Jl.Payahe Sarani Jl.Payahe masjid Jl.SDN Payahe Jl Payahe-Weda Jl.Hijrah Kampung Baru Jl Hijrah Kamp.Baru Jl Bastiong Sarani Jl.Akelamo-Payahe Jl Gita Sarani Jl Gita islam Jl Hijrah Kamp.Baru Jalan Toseho Jl Guraping Jl Guraping Jl Guraping Jl Guraping Jl Guraping Jl Guraping Jl Guraping Jl Guraping Hal VII-67

68 Jl Lingkar Guraping Jl. Pelabuhan Ferry Galala Jl Gosale-Sarani Jl Gosale-Sarani Jl Gosale-Sarani Jl Gosale-Sarani Jl Gosale-Sarani Jl SDN Topo Sumber: Dinas Pekerjaan Umum Kota Tidore Kepulauan Rencana Pengembangan Sarana Transportasi Darat Rencana Sistem jaringan transportasi darat yaitu sistem jaringan jalan secara garis besar akan meliputi beberapa rencana yaitu: a. rencana jaringan jalan nasional; b. rencana jaringan jalan provinsi; c. rencana jaringan jalan kabupaten/kota; d. sistem terminal; dan e. pengembangan prasarana dan sarana angkutan umum. (1) Rencana Jaringan jalan nasional dengan fungsi Kolektor Primer primer dengan ruang milik jalan 15 meter, meliputi : a. ruas jalan Payahe-Weda; b. ruas jalan Akelamo-Payahe; c. ruas jalan Sp. Dodinga-Akelamo; (2) Rencana Jaringan jalan provinsi dengan fungsi kolektor sekunder dengan ruang milik jalan 5 meter, yaitu; ruas jalan Tidore Tidore Selatan Tidore Utara Tidore Timur Tidore (Keliling Pulau Tidore) dan Oba Oba Selatan. (3) Rencana Jaringan jalan kabupaten/kota dengan fungsi kolektor sekunder dengan ruang milik jalan 5 meter, meliputi: a. ruas jalan Gamtufkange Gurabunga Jaya Fabaharu Ome; b. Dowora Kalaodi Fabaharu Ome; c. Jaya Fabaharu; dan Hal VII-68

69 d. Jalan dari Tuguiha (Tidore Selatan) Tidore Utara (4) Rencana Jaringan jalan kabupaten/kota dengan fungsi lokal sekunder, dengan ruang milik jalan 3 meter, meliputi : a. ruas jalan Tomadou - Talaga b. ruas jalan Gurabati - Ibukota Kelurahan/Desa; c. ruas jalan Tambula - Lolobi; d. ruas jalan Talaga - Lolobi; e. ruas jalan Dowora - Sowom; f. ruas jalan Poros Trans Maidi SP1; g. ruas jalan Hatagau - Pelabuhan; h. ruas jalan Rum Balibung - Talaga; i. ruas jalan Poros Trans Kolibale; j. ruas jalan Gurabunga Ngosi 1; k. ruas jalan Folarora Ngosi 2; l. ruas jalan Gurabunga Lada Ake; m. ruas jalan Fabaharu - Jambula; n. ruas jalan Gubukusuma Guaepaji; o. ruas jalan Sirongo Buabua; p. ruas jalan Afa Afa Sirongo; q. ruas jalan Gurabati Tomalou; r. ruas jalan Tuguiha Tomalaou; s. ruas jalan Akelamo Beringin Jaya; t. ruas jalan Garojou Sumahode; u. ruas jalan Kususonopa; v. ruas jalan Maitara - Akebai; w. ruas jalan Maitara - Pasimayou; x. ruas jalan Akekolano- Sumahode; y. ruas jalan Garojou - Sumahode; z. ruas jalan Toseho; aa. ruas jalan Safang Beringin Jaya. (5) Rencana peningkatan dan pembangunan Terminal penumpang meliputi: a. peningkatan pelayanan terminal Sofifi yang berfungsi melayani angkutan antar Kabupaten/kota dalam Provinsi Maluku Utara dengan Luas lebih kurang 4 (empat) Ha; b. pembangunan terminal di Gita; c. peningkatan kwalitas terminal tipe C di Soasio; d. Pembangunan terminal Payahe; e. perbaikan sub terminal di Rum (Tidore Utara); f. pembangunan sub terminal di setiap pelabuhan baik regional terutama Pelabuhan Soasio, Pelabuhan Sofifi, sedangkan di pelabuhan lokal terutama di pelabuhan Tomalou (Tidore Selatan), Rum (Tidore Utara), Mafututu (Tidore Timur), Loleo (Oba Tengah), Gita (Oba), Lifofa dan Maidi (Oba Selatan), Guraping (Oba Utara). Hal VII-69

70 (6) Pengembangan jaringan pelayanan angkutan penumpang meliputi; a. pengembangan jaringan trayek angkutan jalan perintis dari Payahe Weda dan Payahe Lifofa Halmahera Selatan; dan b. pengembangan trayek angkutan perkotaan: c. trayek Terminal Soasio : Rum, Mafututu, Kalaodi, Gurabunga, dan Topo gunung; dan d. trayek Terminal Rum : Jaya, Afa-afa, dan Bua-bua Pendekatan perencanaan desain jaringan transportasi lokal pada suatu kawasan harus mempertimbangkan konsep perencanaan pengembangan lingkungan yang berorientasi transit (Transit-Oriented Development TOD). Secara umum konsep ini menetapkan adanya desain suatu pusat lingkungan yang memiliki beragam kegiatan sebagai sarana lingkungan yang sekaligus juga merupakan pusat kegiatan pergerakan transit lokal baik antar moda transit yang sama maupun dengan berbagai moda transit yang berbeda, dengan mempertimbangkan aspek jangkauan kenyamanan berjalan kaki sebagai orientasi utamanya. Pendekatan desain pada konsep ini tidak hanya menyangkut desain sistem transportasi dalam hal ini sistem transit saja, melainkan juga akan terkait dengan bagaimana alokasi dan penataan berbagai elemen rancangan ruang kota yang lain, seperti peruntukan lahan, intensitas pemanfaatan lahan, tata bangunan, ruang terbuka dan tata hijau, sistem sirkulasi dan penghubung, dan lain sebagainya. Beberapa prinsip umum pada konsep perencanaan lingkungan yang berorientasi transit (TOD) ini adalah: 1. Pendekatan perencanaan berskala regional yang mengutamakan kekompakan dengan penataan kegiatan transit, 2. Perencanaan yang menempatkan sarana lingkungan dengan peruntukan beragam dan campuran pada area pusat lingkungan dan pusat transit ini, 3. Pembentukan lingkungan yang sangat mendukung / ramah bagi pejalan kaki, 4. Perencanaan desain yang mempertahankan area cadangan terutama area hijau, 5. Pendekatan desain dengan mengutamakan kenyamanan kehidupan pada ruang publik dan pusat lingkungan bersama selain pada ruang privat, Hal VII-70

71 6. Pengembangan yang mampu memicu / mendorong pembangunan area sekitar pusat transit baik berupa pembangunan penyisipan, revitalisasi maupun bentuk penataan / perencanaan lain. Moda transportasi di Kota Tidore Kepulauan angkutan darat di Kota Tidore Kepulauan terdiri dari mobil carter, angkutan umum, ojek dan becak motor. Di Kota Tidore Kepulauan terdapat 4 (empat) buah terminal. 2 (dua) diantaranya berada di Pulau Tidore yaitu di Soasio dan Rum. 2 (dua) lainnya berada di Pulau Halmahera yaitu di Gita dan Sofifi. Masing masing terminal terletak berdekatan dengan pelabuhan. Gambar Terminal di Soasio Sumber: Hasil Survey Sehingga rencana pengembangan sarana transportasi antara lain: 1. Peningkatan dan perbaikan terminal di Sofifi menjadi terminal tipe B yang berfungsi melayani angkutan antar kota dalam Provinsi Maluku Utara. Luas terminal tipe B sebesar 2 Ha. 2. Pembanguna terminal di Gita menjadi terminal yang berfungsi melayani angkutan di dalam Kota Tidore Kepulauan terutama sebagai transit ke wilayah Selatan dan sebagai transit ke dan dari Halmahera Barat. 3. Perbaikan terminal di Soasio sebagai terminal tipe C agar dapat maksimal dalam pelayanan angkutan dalam perkotaan di Pulau Tidore. 4. Perbaikan sub terminal di Rum (Tidore Utara). 5. pembangunan sub terminal di setiap pelabuhan baik regional terutama Pelabuhan Soasio, Pelabuhan Sofifi, sedangkan di pelabuhan lokal terutama di pelabuhan Tomalou (Tidore Selatan), Rum (Tidore Utara), Mafututu (Tidore Timur), Loleo (Oba Tengah), Gita (Oba), Lifofa dan Maidi (Oba Selatan), Guraping (Oba Utara). Hal VII-71

72 6. Untuk pelayanan di dalam perkotaan disediakan halte bus. Lokasi halte ditempatkan pada titik pergantian moda lainnya seperti pelabuhan kecil dan tempat mangkal ojek dan becak motor. Fasilitas penunjang antara lain: peta jalur perjalanan dan tarif, tempat tunggu, tong sampah. 7. Setiap terminal tipe B dan tipe C dilengkapi dengan fasilitas pendukung antara lain: - Jalur pemberangkatan dan kedatangan kendaraan umum. - Tempat parkir kendaraan umum selama menunggu keberangkatan, termasuk di dalamnya tempat tunggu dan tempat istirahat kendaraan umum. - Bangunan kantor terminal, menara pengawas dan loket penjualan karcis - Tempat tunggu penumpang dan/atau pengantar. - Rambu-rambu dan papan informasi, yang sekurang-kurangnya memuat petunjuk jurusan dan peta, tarif dan jadwal perjalanan. - Pelataran parkir kendaraan pengantar dan/atau ojek dan becak motor. 8. Sub terminal minimal dilengkapi dengan fasilitas penunjang antara lain: loket penjulan karcis, ruang tunggu, parkir dan petunjuk jurusan dan peta, taris dan jadwal perjalanan Gambar Contoh Ketersediaan Sarana Transportasi Sub Terminal dan Halte Bus Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Laut Keberadaan transportasi laut sangat penting bagi penunjang pergerakan penduduk dan kegiatan di Kota Tidore Kepulauan. Pergerakan melalui jalur laut pada kondisi saat ini dapat dirinci sebagai berikut: 1. Pergerakan transportasi laut intensitas paling padat dilakukan antara Rum Ternate. Hal VII-72

73 2. Pergerakan transportasi laut intensitas paling padat dalam Kota Tidore Kepulauan dilakukan antara Soasio Sofifi. 3. Pergerakan transportasi laut intensitas sedang dalam Kota Tidore Kepulauan dilakukan antara Soasio Gita (Kecamatan Oba). 4. Pergerakan laut lainnya dilakukan dari setiap masing-masing pelabuhan dengan intensitas yang sangat kecil dan dilakukan secara spontan. Berdasarkan Profil Wilayah Kota Tidore Kepulauan 2009 terdapat usulan sarana pelabuhan seperti di bawah ini: Tabel Rencana Klasifikasi Pelabuhan di Kota Tidore Kepulauan Profil dermaga Ukuran No Nama Pelabuhan Pulau Klasifikasi Tiang (M) Lantai Pancang P L Kedalaman Faceline Dermaga (LWS) 1 Soasio Tidore P. Regional Spun File Beton Rum Tidore P. Lokal Beton Kayu Maitara Maitara P. Lokal Kayu Kayu Mare Mare P. Lokal Beton Kayu Sofifi Halmahera P. Regional Spun File Beton Galala Halmahera P. Lokal Kayu Kayu Guraping Halmahera P. Lokal Beton Kayu Somadehe Halmahera P. Lokal Kayu Kayu Maidi Halmahera P. Lokal Beton Beton Loleo Halmahera P. Lokal Beton Kayu Lola Halmahera P. Lokal Beton Kayu Gita Halmahera P. Lokal Baja Beton Ferry Rum Tidore P. Lokal Beton Beton Ferry Dowora Tidore P. Lokal Beton Beton Ferry Galala Halmahera P. Lokal Beton Beton Perikanan Goto Tidore P. Lokal Beton Kayu Perikanan Tomalou Tidore P. Lokal Beton Kayu Guraping Halmahera P. Lokal Beton Beton Cobo Tidore P. Lokal Beton Kayu Kususinopa Halmahera P. Lokal Beton Beton Tomalou Tidore P. Lokal Beton Beton Pelabuhan Batu Bara Tidore Khusus Beton Beton - - Rum 23 Pelabuhan Batu Bara Pasigau Halmahera Khusus Beton Beton - - Sumber: Profil Wilayah Kota Tidore Kepulauan, Dinas Perhubungan, Telekomunikasi dan Informatika Kota Tidore Kepulauan Hal VII-73

74 Dengan melihat pergerakan laut eksisting, keberadaan pelabuhan dan rencana pengembangan wilayah Kota Tidore Kepulauan, maka direncanakan sistem penyeberangan transportasi laut sebagai berikut: Tabel Rencana Sistem Trayek Penyeberangan Transportasi Laut No. Kategori Trayek Penyeberangan Menghubungkan Intensitas Keterangan 1 Trayek Utama Rum - Ternate Besar 2 Trayek Pengumpan Sofifi - Ternate Soasio (Goto) - Sofifi Soasio (Goto) - Gita Loleo - Soasio (Goto) PKW - PKW/PKLW Rum - Sofifi Sedang PKW - PKL Gita - Sofifi Rum - P. Maitara Gurabati - P Mare Maidi - Gita Lola Sofifi (Goto) Rum - Gurabati Gurabati - Loleo Gurabati - Gita 3 Trayek Perintis Lifofa - Maidi Kecil Lola - P. Woda sesuai dengan permintaan Sumber: Hasil Analisis Studio,2009 PKLW - PKL IKK - IKK menghubung pelabuhan dengan lokasi wisata Keterangan trayek penyeberangan dalam Kota Tidore Kepulauan antara lain: 1. Trayek utama adalah pelayanan angkutan laut yang menghubungkan antar pelabuhan yang berfungsi sebagai pusat akumulasi dan distribusi. 2. Trayek pengumpan merupakan penunjang trayek utama, yakni: a. menghubungkan pelabuhan yang berfungsi sebagai pusat akumulasi dan distribusi dengan pelabuhan yang bukan berfungsi sebagai pusat akumulasi dan distribusi; atau b. menghubungkan pelabuhan-pelabuhan yang bukan berfungsi sebagai pusat akumulasi dan distribusi. 3. Trayek perintis adalah trayek penyeberangan yang menghubungkan daerah terpencil atau daerah yang belum berkembang dengan pelabuhan yang Hal VII-74

75 berfungsi sebagai pusat akumulasi dan distribusi atau pelabuhan yang bukan berfungsi sebagai pusat akumulasi dan distribusi. Jaringan dan trayek angkutan laut ditetapkan dengan memperhatikan: a. pengembangan pusat industri, perdagangan dan pariwisata; b. pengembangan daerah; c. keterpaduan intra dan antar moda transportasi; dan d. perwujudan kesatuan wawasan nusantara. Ketersediaan sarana penunjang transportasi laut dapat direncanakan sebagai berikut: 1. Pengembangan dan peningkatan sarana dan prasarana pelabuhan Payahe dan Loleo sebagai pelabuhan yang melayani angkutan antar wilayah. 2. Pengembangan dan peningkatan fasilitas pelabuhan Sofifi, Soasio dan Rum sebagai pelabuhan yang melayani angkutan antar pulau (regional dan nasional) 3. Pengembangan pelabuhan Goto (Soasio) menjadi pelabuhan petikemas yang melayani dalam Kota Tidore Kepulauan dan wilayah disekitarnya. 4. Penyediaan prasarana pergudangan untuk memenuhi perpindahan arus barang melalui pelabuhan. 5. Pengembangan fasilitas pelabuhan yang terpisah antara penumpang dan barang dengan dilengkapi fasilitas penunjang yang mencukupi. 6. Penyediaan pelabuhan untuk keperluan industri di Payahe. 7. pengembangan dan peningkatan pelabuhan khusus batubara yang berada di kelurahan Rum Balibunga Kecamatan Tidore Utara dan Dusun Pasigau Desa Aketobatu Kecamatan Oba Tengah; Rencana Pengembangan Sistem Transportasi Udara Kota Tidore Kepulauan tidak memiliki sarana transportasi udara. Bandar udara di Ternate merupakan satu-satunya fasilitas transportasi udara yang menghubungkan Provinsi Maluku Utara dengan wilayah lainnya se-nusantara. Perencanaan Sofifi sebagai ibukota provinsi yang baru tidak harus disertai ketersediaan sarana bandar udara di Sofifi. Penambahan trayek dan waktu pelayanan penyeberangan ke Ternate melalui Rum dan Sofifi adalah salah satu rencana pengembangan menunjang kelancaran ketersediaan sarana perhubungan. Hal VII-75

76 Peta Rencana Sistem Transportasi Hal VII-76

77 7.7 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Utilitas (telekomunikasi, energi, pengairan, prasarana pengelolaan lingkungan) Rencana Pengembangan Fasilitas dan Sistem Jaringan Telekomunikasi Sarana telekomunikasi saat ini semakin dibutuhkan dalam menunjang aktivitas penduduk baik dalam industri, perdagangan, pemerintahan, dan pendidikan. Telekomunikasi saat ini telah berkembang dari via kabel hingga nirkabel yang dalam penggunaannya digunakan sebagai penghubung dengan dunia maya yang dapat digunakan sebagai fasilitas mendapatkan ilmu pengetahuan dan media promosi suatu usaha. Kondisi fasilitas telekomunikasi saat ini di Kota Tidore Kepulauan terdapat fasilitas layanan telepon dan layanan telepon nirkabel. Layanan tersebut dikembangkan oleh PT. Telkom, PT. Indosat dan PT. Telkomsel yang saat ini telah memiliki 7 buah tower, 19 unit warung telekomunikasi, dan 4 warung internet yang tersebar di seluruh wilayah Kota Tidore Kepulauan. Layanan telepon dari PT. Telkom hanya terdapat di Pulau Tidore. Untuk wilayah yang berada di Pulau Halmahera, layanan telepon sekarang ini baru tersedia di Sofifi. Layanan nirkabel dari PT. Indosat dan PT. Telkomsel telah mencakup hampir sebagian besar wilayah Pulau Tidore. Gambar Salah Satu BTS di Kota Tidore Kepulauan Sumber: Survey Lapangan, 2009 Dengan kondisi demikian maka rencana pengembangan fasilitas dan sistem jaringan telekomunikasi antara lain: 1. Penambahan jaringan telepon untuk Kota Sofifi dan disepanjang jalan trans Halmahera sehingga skala layanan dapat menjangkau Payahe dan Lifofa dan ibukota kecamatan lainnya. 2. Penambahan jaringan telepon melalui pelayanan jasa telepon nirkabel Hal VII-77

78 Peta Rencana Jaringan Telepon Hal VII-78

79 7.7.2 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan listrik Jaringan listrik dalam kebutuhan masa kini sangatlah menentukan dalam berbagai aspek kehidupan. Listrik tidak hanya digunakan sebagai sumber penerangan tetapi juga untuk menjalankan suatu proses produksi dalam suatu industri. Saat ini Kota Tidore Kepulauan telah dilayani oleh listrik baik di Pulau Tidore maupun di bagian Pulau Halmahera kecuali Kecamatan Oba Selatan yang belum terlayani. Ketersediaan listrik di Pulau Halmahera masih belum memuaskan karena masih terjadi pemadaman bergilir. Tabel Rencana Kebutuhan Listrik Tahun 2030 Kota Tidore Kepulauan 2030 No Kecamatan Kebutuhan Listrik (KVA) Jumlah Jumlah Penduduk Rumah Non Domestik Jumlah Domestik 1 Tidore , ,68 2 Tidore Selatan , ,95 3 Tidore Utara , ,14 4 Tidore Timur , ,37 5 Oba , ,45 6 Oba Utara , ,03 7 Oba Selatan , ,18 8 Oba Tengah , ,54 Kota Tidore Kepulauan , ,37 Sumber: Hasil Analisis Studio Rencana pengembangan sistem jaringan energi/kelistrikan di Kota Tidore Kepulauan terdiri dari: (1) Jaringan tenaga listrik di Kota Tidore Kepulauan terdiri atas: a. PLTD Soasio di Kecamatan Tidore; b. PLTD Payahe di Kecamatan Oba; c. PLTD Sofifi di Kecamatan Oba Utara; d. PLTU Rum Balibunga Kecamatan Tidore Utara; dan e. PLTU Pasigau di Kecamatan Oba Tengah. (2) Rencana pengembangan jaringan listrik Kota Tidore Kepulauan direncanakan dipenuhi dari : Hal VII-79

80 a. pengembangan pembangkit listrik, meliputi PLTD ranting Soasio, PLTD ranting Payahe, dan PLTD ranting Sofifi; b. pengembangan pembangkit listrik yang memanfaatkan sumber energi alternatif berupa panas bumi di Akesahu; c. percepatan penyelasian pembangunan PLTU di Rum Balibunga Kecamatan Tidore Utara dan; dan d. percepatan pembangunan PLTU di Dusun Pasigau Desa Aketaobatu Kecamatan Oba Tengah. (3) Jaringan tenaga listrik dikembangkan untuk menyalurkan tenaga listrik antar sistem yang menggunakan kawat saluran udara dan/atau kabel bawah tanah sesuai dengan kebutuhan. Daerah yang jauh dari pusat pembangkit listrik dan mempunyai potensi energi lokal dikembangkan secara khusus dengan pengembangan pembangkit listrik yang menggunakan energi alternatif terutama biodesel dari minyak jarak dan mikrohidro. Hal VII-80

81 Peta RENCANA PENGEMBANGAN JARINGAN LISTRIK Hal VII-81

82 7.7.3 Rencana Pengembangan Jaringan Air Bersih Secara umum, setiap rumah harus dapat dilayani air bersih yang memenuhi persyaratan untuk keperluan rumah tangga. Pusat kegiatan yang terdapat banyak fasilitas di dalamnya juga membutuhkan layanan air bersih. Rencana Sistem penyediaan air minum meliputi : a. sistem perpipaan meliputi jaringan pipa berupa 2 (dua) sumur dalam perpipaan di Kel. Gurabati Kec. Tidore selatan dan 1 (satu) sumur dalam perpipaan di Kel. Soadara Kec. Tidore, reservoir perpipaan di kel Tomagoba kec. Tidore, perpipaan Kel Indonesiana dan Kel Goto Kec. Tidore; dan b. sistem non perpipaan di layani dengan mobil tangki air; c. perluasan jaringan pelayanan di selurah kecamatan; d. peningkatan peran serta masyarakat dan dunia usaha dalam penyelenggaraan sistem air minum. Jenis-jenis elemen perencanaan pada jaringan air bersih yang harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan adalah: a) Kebutuhan air bersih b) Jaringan air bersih c) Keran umum d) Hidran kebakaran Beberapa persyaratan, kriteria dan kebutuhan yang harus dipenuhi berdasarkan SNI adalah: Penyediaan kebutuhan air bersih 1. Lingkungan perumahan harus mendapat air bersih yang cukup dari perusahaan air minum atau sumber lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku; dan 2. Apabila telah tersedia sistem penyediaan air bersih kota atau sistem penyediaan air bersih lingkungan, maka tiap rumah berhak mendapat sambungan rumah atau sambungan halaman. Penyediaan jaringan air bersih 1. Harus tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan sambungan rumah. 2. Pipa yang ditanam dalam tanah menggunakan pipa PVC, GIP atau fiber glass. 3. Pipa yang dipasang di atas tanah tanpa perlindungan menggunakan GIP. Hal VII-82

83 Penyediaan kran umum 1. Satu kran umum disediakan untuk jumlah pemakai 250 jiwa. 2. Radius pelayanan maksimum 100 meter. 3. Kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30 liter/orang/hari. 4. Ukuran dan konstruksi kran umum sesuai dengan SNI tentang Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum. Penyediaan hidran kebakaran 1. Untuk daerah komersial jarak antara kran kebakaran 100 meter. 2. Untuk daerah perumahan jarak antara kran maksimum 200 meter. 3. Jarak dengan tepi jalan minimum 300 meter. 4. Apabila tidak dimungkinkan membuat kran diharuskan membuat sumur-sumur kebakaran. 5. Perencanaan hidran kebakaran mengacu pada SNI tentang Tata Cara Pemasangan Sistem Hidran Untuk Pencegahan Bahaya Kebakaran Pada Bangunan Rumah dan Gedung. Kebutuhan air bersih tahun 2030 Tabel Kebutuhan Air Bersih Kota Tidore Kepulauan per Kecamatan Tahun 2030 Kebutuhan Perkiraan Kebutuhan Rata- No Kecamatan Rata m 3 Maksimum Kebutuhan /Hari m 3 /hari Puncak m 3 /Hari 1 Tidore 8.378, , ,20 2 Tidore Selatan 6.841, , ,18 3 Tidore Utara 6.298, , ,57 4 Tidore Timur 3.076, , ,13 5 Oba 4.036, , ,91 6 Oba Utara 8.065, , ,44 7 Oba Selatan 2.008, , ,26 8 Oba Tengah 2.432, , ,03 Kota Tidore Kepulauan , , ,71 Sumber: Hasil Analisis Studio Rencana pengembangan air bersih di Kota Tidore Kepulauan sebagai berikut: 1. Studi kelayakan ketersediaan air bersih khususnya di Pulau Halmahera. 2. Ketersediaan jaringan perpipaan disesuaikan dengan kontur dan mengikuti jaringan jalan baik di Pulau Tidore dan Pulau Halmahera. 3. Ketersediaan hidran kebakaran diutamakan di daerah perkotaan P. Tidore, Kota Sofifi dan Gita-Payahe. Hal VII-83

84 Peta Rencana Pengembangan Jaringan Air Bersih Hal VII-84

85 7.7.4 Rencana Pengembangan Jaringan Drainase Jaringan drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan penerima air dan atau ke bangunan resapan buatan. Sarana drainase harus disediakan pada lingkungan perumahan di perkotaan. Terutama pada pusat-pusat kegiatan di lingkungan permukiman perkotaan sangat diperlukan. Lingkungan perumahan harus dilengkapi jaringan drainase sesuai ketentuan dan persyaratan teknis yang diatur dalam peraturan/ perundangan yang telah berlaku, terutama mengenai tata cara perencanaan umum jaringan drainase lingkungan perumahan di perkotaan. Bagian dari jaringan drainase adalah: Tabel Bagian-Bagian dari Jaringan Drainase Sarana Badan penerima air Bangunan pelengkap Prasarana Sumber air di permukaan tanah (laut, Badan penerima air aut, sungai, danau). Sumber air di bawah permukaan tanah (air tanah akifer). Gorong-gorong Pertemuan saluran Bangunan terjunan Jembatan Street inlet Pompa Bangunan pelengkap Pintu air Sumber : Hasil Analisis Studio Jaringan drainase di Kota Tidore Kepulauan dapat dijumpai pada jalan-jalan besar dan di daerah perkotaan yaitu di Pulau Tidore. Rencana pengembangan jaringan drainase antara lain: - Ketersediaan Jaringan drainase mengikuti jaringan jalan dengan mengutamakan daerah perkotaan. - Membangun jaringan drainase di permukiman-permukiman baru terutama di wilayah Kota Tidore Kepulauan di Pulau Halmahera. Rencana sistem drainase di Kota Tidoremeliputi: a. ketersediaan Jaringan drainase mengikuti jaringan jalan dengan mengutamakan daerah perkotaan; b. membangun jaringan drainase di permukiman-permukiman baru maupun yang lama, terutama di wilayah Kota Tidore Kepulauan yang berada di Pulau Halmahera; c. perbaikan dan peningkatan fungsi pelayanan sistem drainase kota dengan rehabilitasi dan pemeliharaan saluran; d. operasionalisasi dan pemeliharaan saluran pembuangan drainase. Hal VII-85

86 Peta Rencana Jaringan Drainase Hal VII-86

87 7.7.5 Rencana Pengembangan Jaringan Air Limbah Sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin banyaknya ragam kegiatan yang dilakukan di Kota Tidore Kepulauan maka penggunaan air bersih yang diikuti oleh jumlah air limbah domestik yang dibuang juga akan semakin meningkat. Sistem pengelolaan air limbah di Kota Tidore meliputi: (1) rencana pembangunan layanan pengelolaan limbah meliputi instalasi pengolahan limbah (IPAL) di Sofifi Kecamatan Oba Utara dan Indonesiana di Kecamatan Tidore; (2) peningkatan layanan pengelolaan limbah tinja (IPLT) yang terletak di Kelurahan Rum Kecamatan Tidore Utara; (3) peningkatan layanan pengelolaan air limbah meliputi perencanaan dan pengelolaan air limbah kawasan padat penduduk di Kelurahan Sofifi, dan Kelurahan Indonesiana; dan (4) sistem pengelolaan limbah B3 meliputi limbah Rumah Sakit di Kelurahan Indonesiana Kecamatan Tidore dan Desa Garojou Kecamatan Oba Utara, dan limbah industri di Desa Sumahode Kecamatan Oba Utara dan Desa Gita Kecamatan Oba; (5) pembangunan instalasi pengolahan limbah dan penyimpanan sementara Bahan Beracun Berbahaya(B3) yang dilaksanakan sesuai peraturan yang berlaku Tabel Perkiraan Produksi Air Limbah Kota Tidore Kepulauan Tahun 2030 No Kecamatan Kebutuhan Air Bersih (m 3 /hari) Perkiraan Produksi Air Limbah (m 3 /hari) 1 Tidore 8.378, ,18 2 Tidore Selatan 6.841, ,99 3 Tidore Utara 6.298, ,90 4 Tidore Timur 3.076, ,33 5 Oba 4.036, ,69 6 Oba Utara 8.065, ,29 7 Oba Selatan 2.008, ,03 8 Oba Tengah 2.432, ,56 Kota Tidore Kepulauan , ,97 Sumber: Hasil Analisis Studio Hal VII-87

88 Peningkatan air limbah ini jika tidak dikelola akan berdampak kepada tercemarnya lingkungan penerima, baik tanah, air tanah ataupun air permukaan. Rencana pengelolaan air limbah dilakukan dengan pertimbangan: - Pertumbuhan penduduk dan jumlah penduduk yang akan dilayani. - Asumsi jumlah air limbah domestik sebesar 70% dari penggunaan air bersih. - Sistem IPAL menggunakan jaringan perpipaan pada daerah-daerah padat penduduk. Sistem IPAL dialirkan memanfaatkan gaya gravitasi. - Lokasi IPAL berada pada daerah yang memiliki dampak lingkungan paling minimal. IPAL direncanakan di dua tempat yaitu di Kecamatan Tidore dan Kecamatan Oba Utara. Karena menggunakan gaya gravitasi maka IPAL diarahkan berada di wilayah yang memiliki elevasi lebih rendah dibanding daerah layanannya, yaitu pada daerah pantai. Kriteria penentu yang diperlukan dalam perencanaan maupun pemilihan teknologi air limbah antara lain: 1. Beban organik dalam sistem 2. Fluktuasi debit air limbah 3. Waktu detensi yang diperlukan 4. Sistem pembuangan efluen 5. Luas areal tanah 6. Kepadatan penduduk 7. Kondisi topografis 8. Kondisi sosial masyarakat pengguna Perencanaan pembuangan air limbah di Kota Tidore Kepulauan dilakukan dengan memperhatikan kondisi lingkungan yang ada seperti kondisi fisik tanah dan kepadatan penghuninya, maka dalam perencanaannya memakai kaidah-kaidah sebagai berikut : 1. Menghindari adanya pembuangan langsung air kotor ke badan air. 2. Prinsip sistem pembuangan air kotor adalah penyaluran langsung air kotor dalam satu bangunan atau satu blok bangunan. 3. Sistem pembuangan secara terpisah yaitu dengan memisahkan jaringan air kotor dengan air hujan. 4. Sistem pengaliran secara grafitasi mengingat kondisi topografi dengan perbedaan tinggi muka tanah yang cukup besar. Hal VII-88

89 Sistem sanitasi yang dapat diterapkan pada Kota Tidore Kepulauan meliputi Sistem Terpusat (Off Site Sanitation) yang diterapkan pada kawasan perumahan padat perkantoran dan pusat perdagangan dan jasa. Sistem setempat (On Site Sanitation) untuk wilayah dengan kepadatan rendah, hotel, rumah sakit, serta industri bersih. Sistem sanitasi dengan sistem setempat dikelola oleh warga / institusi secara mandiri. Sistem pembuangan limbah terpusat (Off Site sanitation) adalah fasilitas sanitasi yang berada di luar persil. Pada sistem ini limbah di buang kesuatu tempat pembuangan yang aman dengan atau tanpa pengolahan, sesuai dengan kriteria baku mutu atau besarnya limpahan. Keuntungan penggunaan sistem terpusat adalah : - Memberikan pelayanan lebih nyaman. - Menampung semua limbah domestik, sehingga pencemaran air parit (air hujan), badan-badan air permukaan dan air tanah dapat dihindarkan. - Cocok untuk daerah perkotaan dengan kepadatan tinggi sampai menengah. - Masa pakainya lama. Sedangkan kendala yang dihadapi adalah : - Biaya pembangunan tinggi. - Memerlukan tenaga-tenaga terampil dan terdidik untk menangani operasi dan pemeliharaan. - Keuntungan hanya bisa dicapai jika digunakan oleh seluruh penduduk daerah tersebut. - Sistem yang besar memerlukan perencanaan dan pelaksanaan jangka panjang. Prinsip-prinsip penyaluran air limbah Prinsip-prinsip penyaluran air limbah adalah sebagai berikut : 1. Disalurkan kedalam saluran tertutup dan harus rapat air. 2. Jalur saluran disesuaikan sedemikian rupa, sehingga sedapat mungkin melalui daerah pelayanan (service area) sebanyak-banyaknya. 3. Aliran limbah harus mampu membawa kotoran-kotorannya (self cleansing velocity) dan tidak boleh merusak salurannya. 4. Kedalaman aliran air limbah harus mampu dipakai berenangnya bendabenda yang ada di dalamnya dan juga tidak boleh penuh, kecuali yang alirannya memerlukan pemompaan. Hal VII-89

90 5. Sedapat mungkin aliran limbah dapat terus menerus membawa bendabenda yang ada di dalamnya, tanpa adanya benda-benda yang berhenti atau mengendap di dalam jalur salurannya, sehingga tidak terjadi proses pembusukan sebelum sampai di bangunan pengolahannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan penyaluran air limbah secara terpusat adalah sebagai berikut: Fluktuasi Pengaliran Fluktuasi debit air buangan dalam saluran bervariasi dalam sehari. Pada waktu pemakaian air bersih memuncak, debit air buangan pun memuncak. Adapun pemilihan bentuk saluran yang akan digunakan perlu memperhatikan kelebihan apa saja dari bentuk yang dipilih. Untuk air buangan mengingat adanya debit maksimum dan debit minimum serta harus pula memenuhi syarat pengaliran. Diantara bermacam-macam bentuk saluran terdapat dua macam bentuk saluran yang sering digunakan yaitu : - Bentuk pipa bulat lingkaran. - Bentuk pipa bulat telur. Bangunan Pelengkap Penyaluran Air Buangan 1. Manhole Kegunaan dari manhole adalah untuk memeriksa, memelihara serta juga memperbaiki keadaan saluran. Dalam perletakannya, bangunan manhole haruslah diperhatikan beberapa hal sehingga sesuai dengan fungsinya. Adapun tempat-tempat yang memerlukan manhole antara lain : a. Pada bagian yang lurus, manhole diletakkan pada jarak tertentu yang tergantung pada diameter saluran. b. Pada setiap tempat dimana terjadi perubahan diameter saluran. c. Pada setiap tempat dimana terjadi pertemuan aliran. d. Pada setiap tempat dimana terjadi perubahan saluran. e. Pada setiap ada perubahan kemiringan saluran. 2. Belokan Pada belokan perlu dipasang manhole agar mudah melakukan pemeriksaan bila terjadi penyumbatan karena pada belokan seiring terjadi endapan. Tikungan atau belokan pada pipa saluran perlu mendapat perhatian Hal VII-90

91 terutama agar tidak merubah bentuk penampang sehingga aliran tetap uniform (seragam). Jari-jari tikungan yang sangat kecil dapat menyebabkan terjadinya kehilangan energi yang besar. Untuk mengatasi hal ini maka syarat minimum jari-jari tikungan harus sama atau lebih besar dari tiga kali diameter pipa saluran. 3. Junction Diperlukan bila terjadi pertemuan antara cabang yang disambungkan atau memasuki saluran utama. Pada junction diperlukan manhole untuk mempermudah dilakukannya pembersihan atau perbaikan. Pada suatu saluran air buangan dimana dipasang manhole terjadi perubahan diameter pipa dan kemiringannya, maka endapan tersebut diisebut transsistem. 4. Bangunan terminal/clean out Bangunan ini dipasang pada ujung awal saluran air buangan. Tujuan penggunaan bangunan terminal ini yaitu untuk menyisipkan alat penerangan ke dalam saluran air buangan pada saat pemeriksaan. 5. Building Sewer Disebut juga house connection adalah cabang antara saluran air buangan dengan saluran rumah-rumah penduduk. Sebaiknya sambungan rumah dibuat pada saat pemasangan saluran air buangan dilakukan, sehingga akan mengurangi atau menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan akibat yang kurang baik terhadap pekerjaan atau kerusakan pada saluran. 6. Siphon Pemasangan bangunan siphon merupakan alternatif terakhir yang dipertimbangkan, sedapat mungkin dihindari. Siphon adalah pemasangan saluran air buangan pada saat melintasi sungai, lembah atau jalan raya. Yang harus diperhatikan dalam menentukan profil pada siphon adalah kehilangan energi dan mudah melakukan pembersihan. Kehilangan energi pada siphon mempunyai hubungan dengan kecepatan aliran dengan siphon. Dalam pembuatan siphon harus diingat bahwa siphon harus selalu terisi dan terdapat kecepatan yang tertentu dan tetap untuk dapat mengalirkan air yang masuk. Hal ini sulit dilakukan bila debit aliran dari saluran berubah-ubah (tidak konstan). Untuk mengatasi hal ini dibuat lebih dari satu saluran dengan luas penampang Hal VII-91

92 masing-masing saluran lebih kecil dari ujung-ujung siphon dibuat manhole untuk mempermudah bila diperlukan pemeriksaan atau pembersihan. 7. Ventilasi Ventilasi pada jaringan air buangan diperlukan untuk : - Mencegah tertahannya udara dan gas yang terbentuk dari air buangan yang dapat membahayakan serta dapat menimbulkan korosi. - Mencegah terbentuknya H2SO4 yang dapat menimbulkan karat pada besi. - Mencegah timbulnya bau gas akibat pembusukan air buangan. - Mencegah timbulnya tekanan di atas atau di bawah atmosfer sehingga dapat mengakibatkan terbentuknya pengaliran pada plumbing fixture. - Pemberian ventilasi dilakukan pada manhole dan bangunan terminal clean out. 8. Bangunan Penggelontor Pada tempat dimana kecepatan minimum dan ketinggian renang dalam saluran tidak terpenuhi akan dapat menyebabkan terjadinya endapan. Oleh karena itu, maka diperlukan penggelontoran untuk mengatasinya. Bangunan penggelontor direncanakan sehingga cukup untuk menampung air guna keperluan menggelontor. Beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam perencanaan bangunan penggelontor adalah: a) Penggelontor tidak boleh merusak saluran yang ada (erosi dan pengikisan). b) Penggelontoran tidak boleh mengotori saluran. c) Air yang digunakan harus tercukupi kuantitasnya, tidak boleh mengandung lumpur dan pasir. d) Air penggelontor tawar, tidak asam dan tidak basa. Metode Penggelontoran ada dua cara yaitu : 1. Secara kontinyu yaitu penggelontoran yang dilakukan secara terus menerus. Air yang dipakai untuk menggelontor biasanya diambil dari sungai. Air penggelontor dari sungai tidak memerlukan ruangan penggelontor yang khusus, dapat diberikan langsung ke saluran-saluran. Hal VII-92

93 Untuk itu direncanakan dengan membuat debit yang cukup, besarnya dapat disesuaikan dengan diameter pipa awal lateral dengan aliran yang sedikit lebih besar dari ketinggian renang. 2. Secara periodik yaitu dapat dilakukan secara otomatis, biasanya digunakan air bersih. Karena harga air bersih cukup mahal terlebih dahulu air tersebut ditampung di ruangan tertentu dan pada waktu air diperlukan baru air tersebut digelontor. Alternatif penerapan Limbah cair pada kawasan perumahan yang berasal dari WC/jamban/toilet ditampung dalam tangki septik komunal, dimana didalam tangki septik itu sendiri sudah mengalami proses pengolahan secara biologi. Pada tiap blok terdapat beberapa lubang manhole yang alirannya menuju ke bak tangki septik komunal dan dipompa ke IPAL. Tiap tangki septik terdapat pompa. Ketinggian pompa lebih besar dari ketinggian tangki septik. Pompa dijalankan selama kurang lebih 24 jam. Sedangkan buangan air limbah (air bekas) lain disalurkan ke saluran drainase lingkungan. Pengangkutan lumpur kering dari IPAL dilakukan 2 bulan sekali, dimana pengambilan lumpur menggunakan truk tinja kemudian dibuang ke IPLT pusat. Gambar Skematik Air Buangan (Alternatif 1) Hal VII-93

94 Alternatif 2 Sistem pembuangan air limbah terpusat yang terdiri dari jaringan pipa bawah tanah (sewerage), instalasi pengolahan air limbah (sewerage treatment plant) dan bangunan-bangunan penunjang lainnya dimana air buangan dari rumah tangga dialirkan melalui saluran tertutup yang disebut saluran tersier. Kemudian air limbah dari beberapa saluran tersier dikumpulkan ke saluran sekunder dan kemudian dialirkan ke saluran primer (saluran induk) untuk kemudian ke instalasi pengolahan air limbah (Sewerage Treatment Plant). Gambar Skematik Air Buangan (Alternatif 2 Hal VII-94

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan Dalam memahami karakter sebuah wilayah, pemahaman akan potensi dan masalah yang ada merupakan hal yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS KATA PENGANTAR Sesuai Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Pasal 11 ayat (2), mengamanatkan pemerintah daerah kabupaten berwenang dalam melaksanakan penataan ruang wilayah kabupaten

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN KATA PENGANTAR Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, mengamanatkan bahwa RTRW Kabupaten harus menyesuaikan dengan Undang-undang tersebut paling lambat 3 tahun setelah diberlakukan.

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA

STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA STATISTIK DAERAH KECAMATAN LEMBEH UTARA 2016 B A D A N P U S AT S TAT I S T I K KO TA B I T U N G Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 Statistik Kecamatan Lembeh Utara 2016 No. Publikasi : 7172.1616 Katalog

Lebih terperinci

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi

Ketentuan Umum Istilah dan Definisi Ketentuan Umum 2.1. Istilah dan Definisi Penyusunan RDTR menggunakan istilah dan definisi yang spesifik digunakan di dalam rencana tata ruang. Berikut adalah daftar istilah dan definisinya: 1) Ruang adalah

Lebih terperinci

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan.... DAFTAR ISI Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Gambar Daftar Grafik i ii vii viii Bab I Pendahuluan. 1.1. Dasar Hukum..... 1.2. Profil Wilayah Kabupaten Sijunjung... 1.2.1 Kondisi Fisik

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 17 TAHUN 2006 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA HAURGEULIS KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2004-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAMAYU, Menimbang

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG Menggantikan UU No. 24 Tahun 1992 gg Tentang Penataan Ruang 1 Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman

Lebih terperinci

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN

BAB 1 MEMORANDUM PROGRAM SANITASI (MPS) KOTA TERNATE BAB PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Latar Belakang Aspek Sanitasi adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan, pola

Lebih terperinci

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya; Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI

Lebih terperinci

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP LAMPIRAN II PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN PROVINSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan Tujuan penataan ruang wilayah Kota adalah Terwujudnya Kota Tidore

Lebih terperinci

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI

KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI BAB 4 KONDISI LINGKUNGAN PERMUKIMAN PASCA RELOKASI Program Relokasi di Kelurahan Sewu dilatar belakangi oleh beberapa kondisi, diantaranya kondisi banjir yang tidak dapat di prediksi waktu terjadi seperti

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.5883 KESRA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Penyelenggaraan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 101). PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN BAB VI RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN 6.1. Struktur Peruntukan Lahan e t a P Gambar 6.1: Penggunaan lahan Desa Marabau 135 6.2. Intensitas Pemanfaatan Lahan a. Rencana Penataan Kawasan Perumahan Dalam

Lebih terperinci

KETERSEDIAAN KEBUTUHAN KEMAMPUAN. Kerangka Hubungan Lokasi Fasilitas, Gravitasi Fasilitas dan Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan

KETERSEDIAAN KEBUTUHAN KEMAMPUAN. Kerangka Hubungan Lokasi Fasilitas, Gravitasi Fasilitas dan Pemanfaatan Fasilitas Pendidikan MATA KULIAH PRASARANA WILAYAH DAN KOTA I (PW 09-1303) SOSIAL INFRASTRUKTUR Fasilitas : Pendidikan,Kesehatan,Peribadatan, P ib d t Perdagangan 5 Oleh Dr.Ir.Rimadewi Supriharjo,MIP Jur. Perencanaan Wilayah

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KOTA BEKASI BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 9 2011 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 09 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PERIZINAN PEMANFAATAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil III. METODE PENELITIAN A. Gambaran Umum Kecamatan Kemiling. Kondisi Wilayah Kecamatan kemiling merupakan bagian dari salah satu kecamatan dalam wilayah kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan

Lebih terperinci

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS

PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYELENGGARAAN PENGEMBANGAN PERUMAHAN KAWASAN INDUSTRI MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT,

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso KATA PENGANTAR Sebagai upaya mewujudkan perencanaan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang efektif, efisien dan sistematis guna menunjang pembangunan daerah dan mendorong perkembangan wilayah

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG I. UMUM PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

Lebih terperinci

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3

HIRARKI IV ZONASI. sub zona suaka dan pelestarian alam L.1. sub zona sempadan lindung L.2. sub zona inti konservasi pulau L.3 LAMPIRAN VI : PERATURAN DAERAH DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN TABEL-2 KLASIFIKASI ZONA DAN SUB ZONA HIRARKI I fungsi lindung adm fungsi

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN LOKASI BANGUNAN REHABILITASI ALZHEIMER DI YOGYAKARTA Bangunan Rehabilitasi Alzheimer di Yoyakarta merupakan tempat untuk merehabilitasi pasien Alzheimer dan memberikan edukasi atau penyuluhan

Lebih terperinci

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 1 BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 31 TAHUN 2013 TENTANG PENGATURAN INTENSITAS PEMANFAATAN RUANG KORIDOR JALAN LETJEND S. PARMAN - JALAN BRAWIJAYA DAN KAWASAN SEKITAR TAMAN BLAMBANGAN

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Profil Kelurahan Mulyaharja 4.1.1. Keadaan Umum Kelurahan Mulyaharja Kelurahan Mulyaharja terletak di Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2011-2031 I. UMUM Sesuai dengan amanat Pasal 20 Undang-Undang Nomor 26 Tahun

Lebih terperinci

Syarat Bangunan Gedung

Syarat Bangunan Gedung Syarat Bangunan Gedung http://www.imland.co.id I. PENDAHULUAN Pemerintah Indonesia sedang giatnya melaksanakan kegiatan pembangunan, karena hal tersebut merupakan rangkaian gerak perubahan menuju kepada

Lebih terperinci

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN Bab ini menjelaskan aspek-aspek yang dianalisis dalam penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten dan data (time-series) serta peta

Lebih terperinci

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA

Katalog BPS : BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA Katalog BPS : 1101002.6271012 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2014 ISSN : 2089-1725 No. Publikasi : 62710.1415 Katalog BPS : 1101002.6271012 Ukuran Buku

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... Halaman BAB I. PENDAHULUAN... I-1 1.1 Latar Belakang... I-1 1.2 Dasar Hukum Penyusunan... I-3 1.3 Hubungan Antar Dokumen... I-4

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian. Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Kondisi Geografis Daerah Penelitian Kecamatan Rumbai merupakan salah satu Kecamatan di ibukota Pekanbaru yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah

Lebih terperinci

V. HASIL ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN

V. HASIL ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN 63 V. HASIL ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN A. Luas Perubahan Lahan Perkebunan Karet yang Menjadi Permukiman di Desa Batumarta I Kecamatan Lubuk Raja Kabupaten OKU Tahun 2005-2010 Berdasarkan hasil

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN LOKASI

BAB III TINJAUAN LOKASI BAB III TINJAUAN LOKASI 3.1 Tinjauan Data Pusat Rehabilitasi Narkoba di Yogyakarta 3.1.1 Esensi Pusat Rehabilitasi Narkoba adalah suatu sarana yang melaksanakan rehabilitasi sosial dan rehabilitasi medis

Lebih terperinci

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN 2.1 Tujuan Penataan Ruang Dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang, khususnya Pasal 3,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.. Luas Wilayah Kota Tasikmalaya berada di wilayah Priangan Timur Provinsi Jawa Barat, letaknya cukup stratgis berada diantara kabupaten Ciamis dan kabupaten Garut.

Lebih terperinci

BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN

BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN BAB IV PENENTUAN KEBUTUHAN AIR MINUM DI WILAYAH PERENCANAAN IV.1 Umum Dalam merencanakan instalasi pengolahan air minum diperlukan informasi mengenai kebutuhan air minum di wilayah perencanaan. Kebutuhan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN STATISTIK DAERAH KECAMATAN SERASAN ISSN : - Katalog BPS : 1101002.2103.060 Ukuran Buku : 17,6 cm x 25 cm Jumlah Halaman : 10 halaman Naskah : Seksi Neraca Wilayah dan

Lebih terperinci

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI

Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI Lampiran Peraturan Bupati Tanah Datar Nomor : 18 Tahun 2015 Tanggal : 18 Mei 2015 Tentang : Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2016 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR ISI i

Lebih terperinci

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan

I. PENDAHULUAN. Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lingkungan alam yang ditata sedemikian rupa untuk bermukim dinamakan pemukiman. Pada awalnya lingkungan mungkin hanyalah lahan kosong, rawarawa, atau bahkan hutan

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI

BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 33 BAB IV GAMBARAN UMUM KELURAHAN BEJI 4.1 Lokasi dan Keadaan Wilayah Kelurahan Beji adalah sebuah kelurahan diantara enam kelurahan yang terdapat di Kecamatan Beji Kota Depok. Kelurahan Beji terbentuk

Lebih terperinci

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 Katalog BPS : 1101002.6271012 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 BADAN PUSAT STATISTIK KOTA PALANGKA RAYA STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013 STATISTIK DAERAH KECAMATAN JEKAN RAYA 2013

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Desa Margosari Desa Margosari adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Pagelaran Utara Kabupaten Pringsewu. Desa Margosari dibuka pada tahun 1953 berdasarkan

Lebih terperinci

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KOTA BANJARMASIN 2013-2032 APA ITU RTRW...? Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan Pola Ruang Wilayah Kota DEFINISI : Ruang : wadah yg meliputi

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.42, 2008 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN NEGARA. Keserasian Kawasan. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR: 11/PERMEN/M/2008 TENTANG PEDOMAN KESERASIAN

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH DAN ISU STRATEGIS... II-1 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... BAB I PENDAHULUAN... I-1 1.1 LATAR BELAKANG... I-1 2.1 MAKSUD DAN TUJUAN... I-2 1.2.1 MAKSUD... I-2 1.2.2 TUJUAN... I-2 1.3 LANDASAN PENYUSUNAN...

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota 66 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Gambaran Umum Kota Bandarlampung 1. Letak Geografis Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota Bandarlampung memiliki luas wilayah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI -157- LAMPIRAN XXII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SINJAI TAHUN 2012-2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI A. KAWASAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2014 KEMENPERA. Bencana Alam. Mitigasi. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012

KATA PENGANTAR. Demikian Laporan Akhir ini kami sampaikan, atas kerjasama semua pihak yang terkait kami ucapkan terima kasih. Medan, Desember 2012 KATA PENGANTAR Puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Laporan Akhir Kajian Rencana Zonasi Kawasan Industri ini dapat diselesaikan. Penyusunan Laporan

Lebih terperinci

Rangkuman tentang Muatan. Rencana Rinci

Rangkuman tentang Muatan. Rencana Rinci Rangkuman tentang Muatan Rencana Rinci Di Susun Oleh : Nama : Nadia Nur N. Nim : 60800114049 Kelas : C1 TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN

Lebih terperinci

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam

Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Tahap II. Penilaian/ pembobotan Kriteria Penilaian Daya Dukung Lingkungan dalam Rangka Pengembangan Kawasan Wisata Alam Untuk penentuan prioritas kriteria dilakukan dengan memberikan penilaian atau bobot

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN KORIDOR JALAN RAYA SERPONG KOTA TANGERANG SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang

BAB IV ANALISIS. 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang BAB IV ANALISIS 4.1 ANALISIS FUNGSIONAL a) Organisasi Ruang Skema 1 : Organisasi ruang museum Keterkaitan atau hubungan ruang-ruang yang berada dalam perancangan museum kereta api Soreang dapat dilihat

Lebih terperinci

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di

IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 114,47 km 2 beribukota di 40 IV.GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Gedung Aji memiliki luas wilayah sekitar 4,47 km beribukota di Kampung Gedung Aji yang berjarak 36 km dari Ibu Kota Kabupaten

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. maret Pada tahun 2008 tentang pembentukan Kabupaten Mesuji dan IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Keadaan umum Kabupaten Tulang Bawang Kabupaten Tulang Bawang adalah salah satu dari 10 Kabupaten di wilayah Propinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang terbentuk pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan suatu wilayah/kota berdampak pada perubahan sosial, ekonomi, geografi, lingkungan dan budaya sehingga diperlukan fasilitas penunjang untuk melayani kebutuhan

Lebih terperinci

Page 1 of 14 Penjelasan >> PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2002 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No

28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No 28 Jurnal Sangkareang Mataram ISSN No. 2355-9292 IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG PADA KORIDOR JL. LANGKO PEJANGGIK SELAPARANG DITINJAU TERHADAP RTRW KOTA MATARAM Oleh : Eliza Ruwaidah Dosen tetap Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses pembangunan yang terjadi di wilayah perkotaan sedang mengalami perkembangan pesat di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan-pembangunan yang terjadi lebih banyak

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR Oleh: ARI KRISTIANTI L2D 098 410 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

Lebih terperinci

5.1 KEBIJAKSANAAN DASAR PENGEMBANGAN KOTA

5.1 KEBIJAKSANAAN DASAR PENGEMBANGAN KOTA 5.1 KEBIJAKSANAAN DASAR PENGEMBANGAN KOTA Pengembangan Kawasan Kota Sei Rampah sebagai bagian dari Pembangunan Kabupaten Serdang Bedagai, pada dasarnya juga mempunyai tujuan untuk mewujudkan suatu masyarakat

Lebih terperinci

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi

PROFIL DESA. Profil Kelurahan Loji. Kondisi Ekologi 23 PROFIL DESA Pada bab ini akan diuraikan mengenai profil lokasi penelitian, yang pertama mengenai profil Kelurahan Loji dan yang kedua mengenai profil Kelurahan Situ Gede. Penjelasan profil masingmasing

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN PADA PUSKESMAS DAN PERIZINAN SARANA PELAYANAN

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 41 IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung 1. Keadaan Umum Provinsi Lampung merupakan salah satu provinsi di Republik Indonesia dengan areal daratan seluas 35.288 km2. Provinsi

Lebih terperinci

HASIL PENELITIAN ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA

HASIL PENELITIAN ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA ANALISIS PERKEMBANGAN AKTIVITAS KOMERSIL GALALA DI JALAN LINTAS HALMAHERA Fitriani S. Rajabessy 1, Rieneke L.E. Sela 2 & Faizah Mastutie 3 1 Mahasiswa S1 Program Studi Perencanaan Wilayah & Kota Universitas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada awalnya Kabupaten Tulang Bawang mempunyai luas daratan kurang lebih mendekati 22% dari luas Propinsi Lampung, dengan pusat pemerintahannya di Kota Menggala yang telah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan

PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pengembangan wilayah merupakan program komprehensif dan terintegrasi dari semua kegiatan dengan mempertimbangkan sumberdaya yang ada dalam rangka memberikan kontribusi untuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Pembangunan dan pengembangan wilayah merupakan dinamika daerah menuju kemajuan yang diinginkan masyarakat. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dalam memajukan kondisi sosial,

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Menurut Avelar et al dalam Gusmaini (2012) tentang kriteria permukiman kumuh, maka permukiman di Jl. Simprug Golf 2, Kelurahan Grogol Utara, Kecamatan Kebayoran

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km,

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Jarak dari Kecamatan Megamendung ke Desa Megamendung adalah 8 km, V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Desa Megamendung Desa Megamendung merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Secara geografis, Desa

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini merupakan hasil temuan dan hasil analisa terhadap kawasan Kampung Sindurejan yang berada di bantaran sungai

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA

BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA BAB III TINJAUAN WILAYAH YOGYAKARTA 3.1 TINJAUAN UMUM WILAYAH YOGYAKARTA 3.1.1 Kondisi Geografis dan Aministrasi Kota Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa dengan luas 32,50 km2. Kota

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG PEDOMAN PERSETUJUAN SUBSTANSI DALAM PENETAPAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG

Lebih terperinci

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN LAMPIRAN IV INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN 2010-2030 NO. PROGRAM KEGIATAN LOKASI BESARAN (Rp) A. Perwujudan Struktur Ruang 1 Rencana Pusat - Pembangunan dan

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 136 TAHUN 2007 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEDERHANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAKA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUASIN NOMOR 28 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANYUASIN 2012-2032 1. PENJELASAN UMUM Lahirnya Undang-Undang Penataan Ruang nomor

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG KAWASAN BANDUNG UTARA DI WILAYAH KABUPATEN BANDUNG DAN KABUPATEN BANDUNG

Lebih terperinci

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN 2011 2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BATANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

VII. TATA LETAK PABRIK

VII. TATA LETAK PABRIK VII. TATA LETAK PABRIK A. Lokasi Pabrik Penentuan lokasi pabrik adalah salah satu hal yang terpenting dalam mendirikan suatu pabrik. Lokasi pabrik akan berpengaruh secara langsung terhadap kelangsungan

Lebih terperinci

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN

BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN BAB II METODA DAN RUANG LINGKUP PEMBAHASAN 2.1 Metoda Pembahasan Dalam rangka pelaksanaan kegiatan Studi Kelayakan dan Master Plan Politeknik Ilmu Pelayaran Semarang, Konsultan akan melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi

BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU. Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN MALINAU Kabupaten Malinau terletak di bagian utara sebelah barat Provinsi Kalimantan Timur dan berbatasan langsung dengan Negara Bagian Sarawak, Malaysia. Kabupaten Malinau

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

BAB II DESA BERINGIN JAYA. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Damai. d. Sebelah timur berbatasan dengan /Kecamatan Sentajo Raya 1

BAB II DESA BERINGIN JAYA. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Suka Damai. d. Sebelah timur berbatasan dengan /Kecamatan Sentajo Raya 1 BAB II DESA BERINGIN JAYA A. Geografis Desa Beringin Jaya secara geografis terletak di Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi, dengan luas daerah 35 km 2. Desa Beringin Jaya berbatasan langsung

Lebih terperinci

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN

BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN BAB V PROFIL KAWASAN PENELITIAN 5.1. LATAR BELAKANG DESA KESUMA Kawasan penelitian yang ditetapkan ialah Desa Kesuma, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau. Desa ini berada pada

Lebih terperinci

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG NO. 41 2011 SERI. E PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 41 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYERAHAN PRASARANA, SARANA DAN UTILITAS PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DARI PENGEMBANG

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI WILAYAH

BAB II DESKRIPSI WILAYAH BAB II DESKRIPSI WILAYAH 1.1 Kondisi Geografis 2.1.1 Kota Magelang a. Letak Wilayah Berdasarkan letak astronomis, Kota Magelang terletak pada posisi 110 0 12 30 110 0 12 52 Bujur Timur dan 7 0 26 28 7

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN

BAB IV ANALISIS PERANCANGAN 4.1 ANALISIS LOKASI TAPAK BAB IV ANALISIS PERANCANGAN Dalam perancangan arsitektur, analisis tapak merupakan tahap penilaian atau evaluasi mulai dari kondisi fisik, kondisi non fisik hingga standart peraturan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30). Dikemukakan juga oleh Sumadi (2003:1) dalam II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Geografi Dari asal katanya, geografi berasal dari kata geo yang berarti bumi, dan graphein yang berarti lukisan atau tulisan (Nursid Sumaatmadja:30).

Lebih terperinci

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan

LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN. Kualitas yang diharapkan LAMPIRAN V KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KOTA MEDAN Zona (berdasarkan Kawasan Lindung Kawasan Hutan Manggrove (Hutan Bakau Sekunder); Sungai, Pantai dan Danau; Rel Kereta Api pelindung ekosistim bakau

Lebih terperinci

Apa saja Struktur Ruang dan Pola Ruang itu??? Menu pembangunan atau produk dokumen yang kita buat selama ini ada dibagian mana??

Apa saja Struktur Ruang dan Pola Ruang itu??? Menu pembangunan atau produk dokumen yang kita buat selama ini ada dibagian mana?? DASAR PENATAAN RUANG DAN PENGGUNAAN LAHAN Semakin menurunnya kualitas permukiman Alih fungsi lahan Kesenjangan antar dan di dalam wilayah Kolaborasi bangunan yang tidak seirama Timbulnya bencana Mamanasnya

Lebih terperinci

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis

2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik. A. Kondsi Geografis 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik A. Kondsi Geografis Kabupaten Bolaang Mongondow adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Utara. Ibukota Kabupaten Bolaang Mongondow adalah Lolak,

Lebih terperinci