1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran non-kooperatif adalah metode pembelajaran yang bersifat tradisional di kelas yang didominasi oleh metode ceramah dan ekspositorik, sehingga proses belajar lebih banyak didominasi oleh guru (teacher centred), serta hampir tidak pernah menggunakan metode pembelajaran kooperatif. Salah satu model pembelajaran non kooperatif yaitu model pembelajaran langsung. Model Pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah, tetapi metode ceramah merupakan bagian dari model pembelajaran langsung. Metode ceramah merupakan cara penyampaian keterangan atau informasi secara lisan dari guru kepada siswa. Model pembelajaran langsung sangat diperlukan dalam membelajarkan materi mata pelajaran matematika terutama yang terkait dengan membelajarkan operasi (aturan pengerjaan hitung, aljabar, matematika, dll.). Operasi sering disebut dengan skill (keterampilan) yaitu keterampilan dalam matematika berupa kemampuan pengerjaan (operasi) dan melakukan suatu prosedur atau aturan yang harus dikuasai oleh siswa dengan kecepatan dan ketepatan yang tinggi untuk memperoleh suatu hasil tertentu. Beberapa keterampilan ditentukan oleh seperangkat aturan atau instruksi atau prosedur yang berurutan, yang disebut algoritma. Model pembelajaran langsung dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkenaan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung merupakan model pembelajaran berpusat pada guru atau guru mendominasi kegiatan pembelajaran dan komunikasi terjadi satu arah, akan tetapi tetap harus menjamin keterlibatan siswa. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah : 1

2 1. Apakah yang dimaksud dengan Model Pembelajaran? 2. Apa landasan teori pada Model Pembelajaran Langsung? 3. Bagaimanakah sintaks Model Pembelajaran Langsung? 4. Apa sajakah kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Langsung? 1.3 Tujuan Adapun tujuan penulisan makalah yang ingin dicapai yaitu : 1. Untuk mengetahui definisi Model Pembelajaran Langsung 2. Untuk mengetahui landasan teori pada Model Pembelajaran Langsung 3. Untuk mengetahui sintaks Model Pembelajaran Langsung 4. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan Model Pembelajaran Langsung? 1.4 Manfaat Makalah ini diharapkan dapat bermannfaat bagi: 1. Guru, khususnya guru matematika sebagai bahan pertimbangan dalam mengelola dan merancang pembelajaran di kelas. 2. Mahasiswa, dapat menjadi motivator bagi mahasiswa lain untuk mengembangkan makalah ini lebih luas sehingga dapat bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran matematika di sekolah 3. Penulis, untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari model pembelajaran langsung. BAB II PEMBAHASAN 2.1 Defenisi Model Pembelajaran Langsung Model pembelajaran langsung (Direct Instruction) merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan tahap demi tahap. (Suyatno, 2009:73). Robert E. Slavin dalam bukunya Educational Psychology dari Johns Hopkins University yang diterbitkan oleh Needham Height Allyn and Bacon, Boston mendefinisikan pembelajaran langsung (Direct Instruction) sebagai 2

3 sebuah pendekatan mengajar di mana pembelajaran berorientasi pada tujuan pembelajaran dan distrukturisasi oleh guru. (Direct istruction is an approach to teaching in which lessons are goal-oriented and structured by the teacher p.231) (Faiq, 2013). Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa model pembelajaran langsung adalah pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa belajar secara tahap demi tahap untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif adalah pengetahuan mengenai sesuatu dan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaiamana melakukan sesuatu. Arends (dalam Tasyamni, 2015) menyatakan: The direct instruction model was specifically designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step-bystep fashion. Artinya: Model pengajaran langsung secara khusus dirancang untuk mempromosikan belajar siswa dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat diajarkan secara langkah demi langkah. Contoh pengetahuan deklaratif adalah bahwa presiden RI dipilih melalui pemilu yang dilaksanakan setiap 5 tahun sekali. Contoh pengetahuan prosedural adalah bagaimana tata cara dan langkah-langkah pelaksanaan pemilu di Indonesia. (Faiq, 2013) Lebih lanjut Arends (dalam Tasyamni, 2015) menyatakan: Direct instruction is a teacher-centered model that has five steps: establishing set, explanation and/or demonstration, guided practice, feedback, and extended practice a direct instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a learning environment that businesslike and task-oriented. Artinya: Pengajaran langsung adalah model berpusat pada guru yang memiliki lima langkah: menetapkan tujuan, penjelasan atau demonstrasi, panduan praktek, umpan balik, dan perluasan praktek. Pelajaran dalam pengajaran langsung memerlukan perencanaan yang hati-hati oleh guru dan lingkungan belajar yang menyenangkan dan berorientasi tugas. 3

4 Jadi model pembelajaran langsung merupakan sebuah model pembelajaran yang bersifat teacher centered (berpusat pada guru). Saat melaksanakan model pembelajaran ini, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa, selangkah demi selangkah. Guru sebagai pusat perhatian memiliki peran yang sangat dominan. Karena itu, pada direct instruction, guru harus bisa menjadi model yang menarik bagi siswa. Beberapa pakar pendidikan seperti Good dan Grows, 1985 menyebut direct instruction (model pembelajaran langsung) ini dengan istilah pengajaran aktif. Atau diistilahkan sebagai mastery teaching (mengajar tuntas) oleh Hunter, Sedangkan oleh Rosenshine dan Stevens, 1986 disebut sebagai pengajaran eksplisit (explicit instruction). Model pengajaran langsung memberikan kesempatan siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan apa yang dimodelkan gurunya. Oleh karena itu hal penting yang harus diperhatikan dalam menerapkan model pengajaran langsung adalah menghindari menyampaikan pengetahuan yang terlalu kompleks. Di samping itu, model pengajaran langsung mengutamakan pendekatan deklaratif dengan titik berat pada proses belajar konsep dan keterampilan motorik, sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang lebih terstruktur. Menurut Suyatno, (2009) ciri-ciri pengajaran langsung adalah sebagai berikut. a. Perhatian : Pengamatan akan dapat memperlihatkan perilaku dengan baik apabila perilaku tersebut jelas dan tidak terlalu kompleks. b. Retensi : Suatu perilaku yang teramati dapat dimantapkan jika pengamatan dapat menghubungkan pengalaman sebelumnya. c. Produksi : Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengulang keterampilan baru secara bergiliran. d. Motivasi : Penguatan diberikan pada siswa dapat melakukan dengan baik dan benar. 2.2 Landasan Teori Pembelajaran Langsung Teori pendukung pembelajaran langsung adalah teori behaviorisme dan teori belajar sosial. 1. Teori Behaviorisme 4

5 Dalam perspektif behaviorisme pembelajaran diartikan sebagai proses pembentukan hubungan antara rangsangan (stimulus) dan balas (respon). Belajar merupakan proses pelaziman (pembiasaan). Hasil pembelajaran yang diharapkan adalah perubahan perilaku berupa kebiasaan. Behaviorisme adalah pandangan yang menyatakan bahwa perilaku harus dijelaskan melalui pengalaman yang dapat diamati, bukan dengan proses mental. Menurut kaum behavioris, perilaku adalah segala sesuatu yang kita lakukan dan bisa dilihat secara langsung misalnya anak membuat poster, guru tersenyum pada anak, murid mengganggu murid lain, dan sebagainya. Proses mental didefinisikan oleh psikolog sebagai pikiran, perasaan, dan motif yang kita alami namun tidak bisa dilihat oleh orang lain. Meskipun kita tidak bisa melihat pikiran, perasaan, dan motif secara langsung, semua itu adalah sesuatu yang riil. Proses mental antara lain pemikiran anak tentang cara membuat poster, perasaan senang guru terhadap muridnya, dan motivasi anak untuk mengontrol perilakunya.(santrock dalam Kasmaja, 2014). Adapun kedudukan pendidik dalam kaitannya dengan teori pembelajaran langsung adalah menyajikan stimulus tertentu yang dapat membangkitkan respon peserta didik berupa hasil belajar yang diingingkan. 2. Teori Belajar Sosial Menurut Trianto teori pembelajaran sosial memberikan penjelasan tentang peran pengamatan dalam pembelajaran. Teori ini menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran perilaku dan penekanannya pada proses mental internal. Teori pembelajaran sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura, menyatakan bahwa sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain. Inti dari teori pembelajaran sosial adalah pemodelan (modeling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah penting pelatihan pada peserta didik dalam melatihkan keterampilan proses. Berdasarkan kedua teori tersebut, model pembelajaran langsung menekankan belajar sebagai perubahan perilaku. Jika behaviorisme menekankan belajar sebagai proses stimulus respons, dan teori belajar sosial 5

6 memiliki prinsip bahwa seseorang dapatbelajar melalui pengamatan perilaku orang lain. 2.3 Sintaks Model Pembelajaran Langsung Salah satu karakteristik dari suatu model pembelajaran adalah adanya sintaks/tahapan pembelajaran. Menurut suyatno, (2009) adapun sintaks model pembelajaran ialah: 1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. 2. Mempresentasikan dan mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan. 3. Membimbing pelatihan 4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik 5. Memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan. Slavin (dalam Tasyamni, 2015), mengemukakan tujuh langkah spesifik dalam sintaks pembelajaran langsung, yaitu sebagai berikut. 1. Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa. Dalam tahap ini guru menginformasikan hal-hal yang harus dipelajari dan kinerja siswa yang diharapkan. 2. Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat. Dalam tahap ini guru mengajukan pertanyaan untuk mengungkap pengetahuan dan keterampilan yang telah dikuasai siswa. 3. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemontrasikan konsep dan sebagainya. 4. Melaksanakan bimbingan. Bimbingan dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep. 5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih. Dalam tahap ini, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilannya atau menggunakan informasi baru secara individu atau kelompok. 6. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik. Guru memberikan review terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa, memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan. 7. Memberikan latihan mandiri. 6

7 Dalam tahap ini, guru dapat memberikan tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari. 2.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Langsung Secara umum setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan-kelebihan yang membuat model pembelajaran tersebut lebih baik digunakan dibanding dengan model pembelajaran yang lainnya. Tetapi selain mempunyai kelebihankelebihan pada setiap model pembelajaran juga ditemukan keterbatasanketerbatasan yang merupakan kelemahannya Model pengajaran langsung mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut: 1. Dalam model pengajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. 2. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan kepada siswa yang berprestasi rendah sekalipun. 3. Model pengajaran langsung menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi), sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini. 4. Model pengajaran langsung dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kelas yang kecil. 5. Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran dengan jelas. 6. Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat. 7. Dalam model ini terdapat penekanan pada pencapaian akademik. 8. Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat. 9. Umpan balik bagi siswa berorientasi akademik. 10. Model pengajaran langsung dapat digunakan untuk menekankan butirbutir penting atau kesulitan-kesulitan yang mungkin dihadapi siswa. 11. Model pengajaran langsung dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan pengetahuan faktual dan terstruktur. 7

8 2.4.2 Model pengajaran langsung mempunyai beberapa kelemahan sebagai berikut: 1. Karena dalam model ini berpusat pada guru, maka kesuksesan pembelajaran bergantung pada guru. Jika guru kurang dalam persiapan, pengetahuan, kepercayaan diri, antusiasme maka siswa dapat menjadi bosan, teralihkan perhatiannya, dan pembelajaran akan terhambat. 2. Model pengajaran langsung sangat bergantung pada cara komunikasi guru. Jika guru tidak dapat berkomunikasi dengan baik maka akan menjadikan pembelajaran menjadi kurang baik pula. 3. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model pembelajaran langsung tidak dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk cukup memproses dan memahami informasi yang disampaikan. 4. Jika terlalu sering menggunakan modelpengajaran langsung akan membuat beranggapan bahwa guru akan memberitahu siswa semua informasi yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajan siswa itu sendiri. 5. Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Kenyataannya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga sering melewatkan hal-hal penting yang seharusnya diketahui. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMP Mata Pelajaran : Matematika Pokok Bahasan : Aljabar Kelas/Semester : VIII /I 8

9 WaktuPertemuan : 2 x 40 menit (1 x Pertemuan) A. Standar Kompetensi 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis lurus. B. Kompetensi Dasar I.1 Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya. C. Indikator a. Kognitif 1. Menguraikan berbagai bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya. b. Afektif 1. Mengembangkan perilaku berkarakter yang meliputi: teliti, tekun, kesabaran, terbuka dan mendengarkan pendapat teman. 2. Mengembangkan keterampilan sosial, meliputi: bertanya, menyumbangkan ide atau berpendapat dan menjadi pendengar yang baik. c. Psikomotor Terampil dalam menguraikan berbagai bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya. D. Tujuan pembelajaran : a. Kognitif 1. Siswa dapat menguraikan berbagai bentuk aljabar ke dalam faktor faktornya. b. Afektif 1. Terlibat dalam proses pembelajaran yang berpusat pada guru, sambil mengembangkan perilaku berkarakter, meliputi: teliti, tekun, sabar, terbuka dan mendengarkan pendapat teman. 2. Terlibat dalam proses pembelajaran yang berpusat pada guru, sambil mengembangkan keterampilan sosial, meliputi: bertanya, menyumbangkan ide atau berpendapat dan menjadi pendengar yang baik. c. Psikomotor Siswa terampil dalam menguraikan berbagai bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya. E. Materi Ajar : Aljabar Pemfaktoran Bentuk Aljabar. 9

10 Pemfaktoran (faktorisasi) bentuk aljabar adalah menyatakan bentuk penjumlahan menjadi suatu perkalian dari bentuk aljabar tersebut Ada beberapa faktorisasi bentuk aljabar antara lain: 1. Bentuk ax + ay + az + dan ax + bx cx Bentuk aljabar yang terdiri atas dua suku atau lebih dan memiliki faktor sekutu dapat difaktorkan dengan menggunakan sifat distributif. ax + ay + az + = a(x + y + z + ) ax Faktorkanlah + bz cx = bentuk x (a + aljabar b c) berikut: a. 2x + 2y b. 2x 2 10x jawab: a. 2x + 2y memiliki faktor sekutu 2, sehingga 2x + 2y = 2(x + y) b. 2x 2 10x = 2x (x) 2x (5) = 2x (x - 5). 2. Bentuk dua selisih kuadrat Bentuk aljabar yang terdiri atas dua suku dan merupakan selisih dua kuadrat dapat dijabarkan sebagai berikut. x 2 -y 2 = x 2 + (xy-xy)+y 2 = (x 2 +xy)-(xy+y 2 ) = x(x+y)-y(x+y) =(x-y)(x-y) Dengan demikian bentuk selisih dua kuadrat x 2 -y 2 dapat dinyatakan sebagai berikut. x 2 -y 2 =(x-y)(x-y) 3. Bentuk ax 2 + bx + c dengan a = 1 Bentuk aljabar x 2 + 5x + 6 memenuhi bentuk x 2 + bx + c untuk menfaktorkan bentuk x 2 + bx + c dilakukan dengan cara mencari dua bilangan real yang hasil kalinya sama dengan c dan jumlahnya sama dengan b. Misal x 2 + bx + c sama dengan (x + m)(x + n) Maka x 2 + bx + c = (x + m)(x + n) = x 2 + mx + nx + mn = x 2 + (m + n)x + mn x 2 + bx + c = x 2 + (m + n)x + mn sehingga menjadi: x 2 + bx + c = (x + m)(x + n) dengan m x n = c dan m + n = b Contoh: Faktorkanlah bentuk aljabar berikut: x 2 + 4x

11 Jawab: x 2 + 4x + 3 = (x + 1) (x + 3) 4. Bentuk ax2 + bx + c dengan a 1, a 0. Bentuk ax 2 + bx + c dengan a 1, a 0 dapat difaktorkan dengan cara berikut: ax 2 + bx + c = ax 2 + px + qx + c. Dengan p x q = a x c dan p + q = b Untuk menfaktorkan bentuk aljabar dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: Menggunakan sifat distributif ax 2 + bx + c = ax 2 + px + qx + c, dengan p x q = a x c dan p + q = b Menggunakan rumus: ax 2 + bx + c = (ax + m)(ax + n), dengan m x n = a x c dan m + n = b. Contoh: Faktorkan bentuk aljabar 3x2 + 14x + 15, dengan menggunakan sifat distribusi dan menggunakan rumus. Jawab: - Menggunakan sifat distributif 3x x + 15 = 3x 2 + 9x + 5x + 15 = 3x (x + 3) + 5 (x + 3) = (3x + 5)(x + 3) - Menggunakan rumus 3x x + 15 = (3x + 5)(3x + 9) = (3x + 9)(3x + 5) = 3(x + 3)(3x + 5) = (x + 3)(3x + 5) Jadi, 3x x + 15 = (x + 3)(3x + 5). F. Strategi pembelajaran Model Pembelajaran : Langsung Metode pembelajaran : Ekspositori,Ceramah, Tanya jawab, dan Penugasan G. Media Pembelajaran 1. Power Point 2. Buku Paket 3. LKS H. Pengorganisasian Kelas 1. Individu I. Langkah-langah kegiatan pembelajaran Kegiatan Awal Tahap Kegiatan Guru Kegiatan Siswa Alokasi Waktu 11

12 a. Menginformasikan tujuan pembelajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa Memulai pembelajaran dengan salam dan mengajak siswa untuk berdoa Mengecek kehadiran siswa, dan menyiapkan siswa untuk belajar Menyampaikan informasi tentang subpokok bahasan yang akan dipelajari, serta menyampaikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai siswa Menjawab salam dan berdoa Menyampaiakn kepada guru, siswa yang tidak hadir beserta alasannya, dan menyiapkan diri untuk belajar Mendengarkand an menanggapi tujuan pembelajaran yang disampaikan guru 5 Menit b. Me-review pengetahuan dan keterampilan prasyarat Mengajukan pertanyaaan tentang materi sebelumnya pemfaktoran dan mengingatkan sifat Menjawab pertanyaan guru 5 Menit distributif Kegiatan Inti c. Menyampaikan materi pelajaran Menyampaikan materi tentang penguraian bentuk aljabar ke dalam faktor- Menyimak apa yang disampaikan guru 20 menit 12

13 a. Melaksanakan bimbingan dan Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih b. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik faktornya, mendemontrasikan konsep Mengajukan memberikan contohcontoh, pertanyaanpertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih keterampilan Memberikan review terhadap hal-hal yang telah dilakukan siswa Memberikan umpan balik terhadap respon siswa yang benar dan mengulang keterampilan jika diperlukan. Kegiatan Penutup Menjawab pertanyaanpertanyaan yang diberikan oleh guru sesuai pemahaman masing-masing Melatih ketrampilannya Menyimak penjelasan guru Menjawab umpan balik yang diberikan oleh guru 15 Menit 15 Menit 20 13

14 20 Menit c. Memberikan latihan mandiri. Memberikan tugastugas mandiri kepada siswa Mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru secara mandiri J. Sumber Belajar Matematika Konsep dan Aplikasinya: untuk SMP/MTs Kelas VIII oleh Dewi Nuharini dan Tri Wahyuni; editor Indratno. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional, K. Evaluasi Tugas dan Tes Akhir. L. Penilaian 1. Teknik : Tertulis 2. Bentuk Instrumen : Soal berbentuk uraian TUGAS MANDIRI Nama: Kelas: 1. Faktorkanlah bentuk-bentuk aljabar berikut : a. 2x+6 b. pq 2 r 3 +2 p 2 qr+3 pqr c. a 2 9 d. x x+16 e. 6 x 2 11 x+3 14

15 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari pembahasan di atas sebagai berikut: 1. Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik, yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. 2. Model pengajaran langsung memiliki lima fase yang sangat penting, yaitu 1) Menyampaikan Tujuan dan Mempersiapkan Siswa, 2) Mendemonstrasikan Pengetahuan atau Keterampilan, 3) Menyediakan Latihan Terbimbing, 4) Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik, 5) Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri. 3. Landasan Teori Pembelajaran Langsung ialah teori behaviorisme dan teori belajar sosial. Berdasarkan kedua teori tersebut, pembelajaran langsung menekankan belajar sebagai perubahan perilaku. Behaviorisme menekankan belajar sebagai proses stimulus respon bersifat mekanis, dan teori belajar sosial beraksentuasi pada perubahan perilaku bersifat organis melalui peniruan. 15

16 4. Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran langsung yaitu - Kelebihan model pembelajaran langsung, yaitu : o Dalam model pengajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan o o o urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-keterampilan kepada siswa yang berprestasi rendah sekalipun. Model pengajaran langsung menekankan kegiatan mendengarkan (melalui ceramah) dan kegiatan mengamati (melalui demonstrasi), sehingga membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini. Model pengajaran langsung dapat memberikan tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan fakta. - Kekurangan model pembelajaran langsung adalah : o Karena dalam model ini berpusat pada guru, maka kesuksesan o o o o 3.2 Saran pembelajaran bergantung pada guru. Model pengajaran langsung sangat bergantung pada cara komunikasi guru. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci atau abstrak, model pembelajaran langsung tidak dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk cukup memproses dan memahami informasi yang disampaikan. Jika terlalu sering menggunakan modelpengajaran langsung akan membuat siswa beranggapan bahwa guru akan memberitahu siswa semua informasi yang perlu diketahui. Hal ini akan menghilangkan rasa tanggung jawab mengenai pembelajan siswa itu sendiri. Demonstrasi sangat bergantung pada keterampilan pengamatan siswa. Kenyataannya, banyak siswa bukanlah pengamat yang baik sehingga sering melewatkan hal-hal penting yang seharusnya diketahui. Adapun saran yang dapat kami berikan adalah walaupun model pembelajaran langsung berpusat pada guru atau guru mendominasi kegiatan 16

17 pembelajaran dan komunikasi terjadi satu arah, akan tetapi tetap harus menjamin keterlibatan siswa. DAFTAR PUSTAKA Faiq, muhammad (2013). Mengenal Direct Instruction (Model Pembelajaran Langsung/Model Pengajaran Langsung). Sumber: diakses (06/09/2015). Kasmaja, hadi. (2014). Model Pmbelajaran Langsung. Sumber: diakses (16/09/2015) Suyatno. (2009). Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Masmedia Buana Pustaka: Sidoarjo. Tasyamni, wiwik. (2015). Model Pembelajaran Langsung. Sumber: ng.doc, diakses (06/09/2015) Widyantini, Theresia. Penerapan model pembelajaran langsung dalam mata pelajaran matematika SMP/MTS. Sumber: %20Pendidikan/pendahuluan.pdf.diakses(06/09/2015). 17

18 LAMPIRAN Kelompok : 2 Uswatun Hasanah A

19 Mufidah A Ira Kusnia Vani A Mirad Pidu A Nur Rahman A Rusli A Murniati A Teguh Abdi Iriandi A Diskusi kelompok 2 mengenai Model Pembelajaran Langsung Adapun hal-hal yang di pertanyakan dalam pembahasan diskusi kelompok 2 yaitu: 1. Ammar Abdullah J.G Apakah yang dimaskud dengan metode ekspositorik? Mengapa model pembelajaran langsung kurang dapat diterapkan pada materi yang kompleks? Pada tahap apakah model ini menggunakan metode pembelajaran kooperatif? Jawab : Metode ekspositori merupakan metode dengan cara penjelasan dan metode ekspositori ini, pembelajaran yang digunakan dengan memberikan keterangan terlebih dahulu definisi, prinsip dan konsep materi pelajaran serta memberikan contoh-contoh latihan pemecahan masalah dalam bentuk ceramah, demonstrasi, tanya jawab dan penugasan. Karena model pembelajaran ini banyak menggunakan metode dengan penjelasan dan demonstrasi ketika pembelajaran terlalu kompleks maka dapat menimbulkan perhatian siswa berkurang karena kita ketahui sumber daya otak itu terbatas, oleh karena itu model pembelajaran ini ditekankan pembelajaran dengan tahap demi tahap. Pada model ini tidak digunakan metode pengelompokkan, seperti pada model kooperatif. 2. Ricka Indriana 19

20 Pada ciri-ciri bagian d. Motivasi : Penguatan diberikan kepada siswa yang dapat melakukan dengan baik dan benar. Penguatan seperti apakah yang diberikan kepada siswa? Jawab : Penguatan yang diberikan yaitu dorongan internal yang dapat memotivasi siswa dalam belajar. Adapun penguatan yang diberikan bisa berupa motivasi dengan kata-kata atau pujian,penghargaan (reward), tepuk tangan, dan lain sebgainya, sehingga dapat meningkatkan siswa dalam pembelajaran. 3. Nur Irnasari Bagaimana strategi guru untuk menciptakan pembelajaran yang efektif pada model pembelajaran langsung? Jawab : 1. Sebelum melaksanakan pembelajaran langsung guru perlu merencanakan proses pembelajaran,yaitu : a. Merumuskan Tujuan b. Memilih Isi c. Melakukan Analisis Tugas d. Merencanakan Waktu dan Ruang Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh guru: - Memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa. - Memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugastugasnya dengan perhatian yang optimal. 2. Guru harus dapat menguasai perencaan proses pembelajaran yang akan berlangsung. 3. Mefokuskan perhatian siswa terpusat pada guru pada saat guru menjelaskan atau dalam demonstrasi, guru harus bersikap aktif, agar siswa tidak kehilangan perhatiannya pada saat guru menjelaskan dan membuat siswa termotivasi selama kegiatan pembelajaran. 4. Andi Ulfa Apakah model pembelajaran langsung dapat diterapkan pada semua materi? Jawab : 20

21 Iya, tetapi dalam menerapkan model pembelajaran langsung penyampaian pengetahuan tidak terlalu kompleks, terperinci dan abstract. 5. Syamsudin Dalam kondisi kelas bagaimana kita dapat menerapkan model pembelajaran langsung? Jawab : Pada model pembelajaran langsung ini, kita dapat menerapkannya pada kondisi kelas ditinjau dari tiga aspek; ruangan kelas, guru dan siswa. Dalam model pembelajaran ini diusahakan ruangan kelas dapat memfokuskan siswa pada guru, guru dapat menguasai perencanan proses pembelajaran dan seseringkali guru dapat memotivasi siswa dan model pembelajaran langsung dapat diterapkan pada siswa yang berprestasi rendah. 6. Fitriani Sebutkan ciri ciri umum model pembelajaran langsung? Jawab : Adapun ciri- ciri / karakteristik model pembelajaran langsung yaitu: i. Dilakukan dengan cara menyampaikan materi pelajaran secara ii. lisan oleh karena itu sering diidentikkan dengan ceramah. Model pembelajaran langsung ini yaitu guru yang aktif dalam pembelajaran dan siswa dapat meniru (modeling) yang diajarkan oleh guru. Materi pelajaran yang disampaikan adalah materi pelajaran yang sudah jadi, seperti data atau fakta, konsep-konsep tertentu yang harus dihafal sehingga tidak menuntut siswa untuk berfikir ulang. Ada yang menyebut dengan istilah pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif. 21

22 iii. Adanya tujuan utama pembelajaran yaitu penguasaan materi pelajaran itu sendiri. Artinya, setelah proses pembelajaran berakhir siswa diharapkan dapat memahaminya dengan benar dengan cara dapat mengungkapkan kembali materi yang telah diuraikan. 22

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan baik, dan melihat model pembelajaran yang tepat.

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan baik, dan melihat model pembelajaran yang tepat. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa agar siswa mendapatkan pengalaman belajar dari kegiatan tersebut. Dalam kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Didalam proses belajar mengajar diperlukan metode, pendekatan, tekhnik atau model pembelajaran yang tepat. Hal tersebut dimaksudkan agar tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam aktivitas kehidupan manusia sehari-hari hampir tidak pernah terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan aktivitas sendiri, maupun di dalam

Lebih terperinci

Penerapan model pembelajaran langsung dalam mata pelajaran matematika SMP/MTs. Oleh Dra. Theresia Widyantini, M.Si.

Penerapan model pembelajaran langsung dalam mata pelajaran matematika SMP/MTs. Oleh Dra. Theresia Widyantini, M.Si. Penerapan model pembelajaran langsung dalam mata pelajaran matematika SMP/MTs Oleh Dra. Theresia Widyantini, M.Si PPPPTK Matematika 1. Pendahuluan Jika kita mencermati Standar Isi Permendiknas Nomor 22

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pendidikan yang diterapkan di negara ini.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. pendidikan yang diterapkan di negara ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia selalu mempunyai potensi untuk berkembang. Potensi tersebut dapat muncul melalui proses pendidikan. Secara umum pendidikan menjadi salah satu

Lebih terperinci

Penerapan model pembelajaran langsung dalam mata pelajaran matematika SMP/MTs. Oleh. Dra. Theresia Widyantini, M.Si

Penerapan model pembelajaran langsung dalam mata pelajaran matematika SMP/MTs. Oleh. Dra. Theresia Widyantini, M.Si ARTIKEL Penerapan model pembelajaran langsung dalam mata pelajaran matematika SMP/MTs Oleh Dra. Theresia Widyantini, M.Si PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PPPPTK) MATEMATIKA

Lebih terperinci

Penerapan model pembelajaran langsung dalam mata pelajaran matematika SMP/MTs (oleh Dra. Theresia Widyantini, M.Si)

Penerapan model pembelajaran langsung dalam mata pelajaran matematika SMP/MTs (oleh Dra. Theresia Widyantini, M.Si) Penerapan model pembelajaran langsung dalam mata pelajaran matematika SMP/MTs (oleh Dra. Theresia Widyantini, M.Si) Jika kita mencermati Standar Isi Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 mata pelajaran matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Mengajar itu adalah seni. Itulah salah satu ungkapan yang menunjukkan ciri guru yang kreatif dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Mengajar itu adalah seni. Itulah salah satu ungkapan yang menunjukkan ciri guru yang kreatif dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Mengajar itu adalah seni. Itulah salah satu ungkapan yang menunjukkan ciri guru yang kreatif dan inovatif. Anggapan mengajar sebagai bagian dari suatu seni memang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Komunikasi Matematis 1. Pengertian Komunikasi Matematis Komunikasi secara umum diartikan sebagai suatu cara untuk meyampaikan suatu pesan dari pembawa pesan ke penerima

Lebih terperinci

MODEL MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF

MODEL MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF MODEL MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF TUJUAN Mendeskripsikan beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan pada pembelajaran di kelas. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan langkah-langkah

Lebih terperinci

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif

Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif Jurnal Matematika Vol. 3 No. 2, Desember 2013. ISSN: 1693-1394 Perbandingan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran Langsung dengan Pembelajaran Kooperatif Tri Wahyuningsih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dewasa ini menuntut manusia terus mengembangkan wawasan dan kemampuan di berbagai bidang khususnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah laku bahkan pola pikir seseorang untuk lebih maju dari sebelum mendapatkan pendidikan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kelas (PTK) pada siswa kelas VIII A SMP N 2 Sanden dengan menerapkan. model pembelajaran tipe Teams Games Tournament

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kelas (PTK) pada siswa kelas VIII A SMP N 2 Sanden dengan menerapkan. model pembelajaran tipe Teams Games Tournament BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada siswa kelas VIII A SMP N Sanden dengan menerapkan model pembelajaran tipe

Lebih terperinci

2. Menggambar gambar grafik fungsi pada bidang koordinat Cartesius. D. Tujuan Pembelajaran Melalui diskusi, siswa diharapkan mampu :

2. Menggambar gambar grafik fungsi pada bidang koordinat Cartesius. D. Tujuan Pembelajaran Melalui diskusi, siswa diharapkan mampu : PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 1 SINGARAJA Jl. Gajah Mada No. 109 Telp. (0362) 22441 Fax. (0362) 25970 Website: http://www.smpn1singaraja.sch.id E-mail: smpn1_singaraja@yahoo.co.id

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Negeri 41 Semarang Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VII/ Gasal Alokasi Waktu : 2 x 40 menit ( 1 pertemuan) A Standar Kompetensi 2 Memahami bentuk,

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KERANGKA TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kerangka Teoritis 1. Hakikat Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction) Pengajaran langsung telah digunakan oleh beberapa peneliti

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 7 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ibrahim dan Nur (Rusman,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Representasi Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK. A. Kemampuan Representasi Matematis BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Representasi Matematis Janvier (Kartini, 2009) mengungkapkan bahwa konsep tentang representasi merupakan salah satu konsep psikologi yang dipakai dalam pendidikan matematika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang bermutu merupakan salah satu modal bangsa dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia. Menurut Sukardjo dan Kamarudin (2009: 83) bahwa, Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari pembentukan Negara RI adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tentunya menuntut adanya penyelenggaraan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR Norhasanah, M. Arifuddin Jamal, dan Suyidno Program Studi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lebih dari sekedar realisasi satu sasaran, atau bahkan beberapa sasaran. Sasaran itu BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keberhasilan Keberhasilan adalah hasil serangkaian keputusan kecil yang memuncak dalam sebuah tujuan besar dalam sebuah tujuan besar atau pencapaian. keberhasilan adalah lebih

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Matematis Secara umum komunikasi dapat diartikan sebagai suatu proses penyampaian pesan dimana individu atau beberapa orang atau kelompok menciptakan dan menggunakan

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi. 1 BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan segala usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana dan bertujuan mengubah tingkah laku manusia kearah yang lebih baik dan sesuai

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG

PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG PEMERINTAH KABUPATEN BULELENG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI SINGARAJA Jl. Gajah Mada No. 09 Telp. (0362) 2244 Fax. (0362) 25970 Website: http://www.smpnsingaraja.sch.id E-mail: smpn_singaraja@yahoo.co.id

Lebih terperinci

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DI KELAS V SDN 22 LUBUK ALUNG KAB PADANG PARIAMAN

PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DI KELAS V SDN 22 LUBUK ALUNG KAB PADANG PARIAMAN 1 PENINGKATAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION DI KELAS V SDN 22 LUBUK ALUNG KAB PADANG PARIAMAN Meysi Tri Dasya ¹, Dr. Erman Har, M.Si², Wirnita Eska,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Darsono (2000:32) belajar adalah suatu kegiatan yang melibatkan individu secara keseluruhan, baik fisik maupun psikis untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu Slameto

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR ANTARA SFE DAN MODEL KONVENSIONAL PADA KUBUS DAN BALOK SMP N 39 PURWOREJO

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR ANTARA SFE DAN MODEL KONVENSIONAL PADA KUBUS DAN BALOK SMP N 39 PURWOREJO STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR ANTARA SFE DAN MODEL KONVENSIONAL PADA KUBUS DAN BALOK SMP N 39 PURWOREJO Herly Kurniyawan, Bambang Priyo Darminto Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakikat belajar Menurut James O. Wittaker (1970: 15) dalam Wasty Soemanto (2003), belajar dapat didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan

Lebih terperinci

DisampaikanOleh: Sabar Nurohman, M.Pd.Si PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM

DisampaikanOleh: Sabar Nurohman, M.Pd.Si PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM Curiculum Vitae Nama: Sabar Nurohman, M.Pd.Si TTL: Banjarnegara, 21 Juni 1981 Alamat: PuriSakinahA9, Potorono, Banguntapan, Bantul Pendidikan: S1: Pend. FisikaFMIPA UNY S2: Pend. SainsPPS UNY Pekerjaan:

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat 6 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Kemampuan Pemahaman Konsep 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep Pemahaman konsep terdiri dari dua kata yaitu pemahaman dan konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Berdasarkan kajian teori yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai

Lebih terperinci

Jurnal Review Pendidikan Dasar ISSN: Vol 1 No 1 September 2015

Jurnal Review Pendidikan Dasar ISSN: Vol 1 No 1 September 2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DENGAN ARAHAN UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN EKSPERIMEN DAN PENGUASAAN KONSEP MATERI GAYA PADA SISWA KELAS IV SD Siti Munawaroh*) wawa_dipadrana@yahoo.com Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail

BAB I PENDAHULUAN. Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut John Holt ( 1981 ) dalam bukunya How Children Fail dinyatakan bahwa siswa yang masuk pendidikan menengah, hampir 40 persen putus sekolah. Bahkan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Adapun fungsi pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

BAB I PENDAHULUAN. Adapun fungsi pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal terpenting yang harus dipenuhi dalam kehidupan manusia. Karena salah satu sifat dasar manusia adalah keingintahuannya akan hal-hal

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Model pembelajaran kooperatif tipe GI merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadipribadi manusia yang berkualitas. Masyarakat

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION AND TEAM ACCELERATED INSTRUCTION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION AND TEAM ACCELERATED INSTRUCTION PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION AND TEAM ACCELERATED INSTRUCTION (TAI) DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) KELAS VII Oleh Beni Asyhar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu faktor penting dalam pembelajaran yang digunakan oleh guru demi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN No : 1 Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII /1

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN No : 1 Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII /1 RENCANA PELASANAAN PEMBELAJARAN No : 1 Mata Pelajaran : Matematika elas / Semester : V /1 Alokasi : 4 jam pelajaran A. Standar ompetensi : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching, Pembelajaran Konvensional, Kemampuan Komunikasi Matematis dan Skala Sikap 1. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Reciprocal Teaching

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAGANG

PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAGANG PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA DIKLAT MENYUSUN LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN DAGANG Angela Merici Fina Indriani SMK Negeri 1 Pamekasan xie_sunset@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Kajian Pembelajaran Langsung a. Pengertian Pembelajaran Langsung Menurut Arends (1997) model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kurikulum pendidikan adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan. Bila kurikulum baik maka para guru juga akan lebih baik dalam menyampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Pencapaian standar

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Pencapaian standar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dapat dimulai dari menganalisis

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Metode pembelajaran Direct Learning Dalam proses pembelajaran terdapat serangkaian kegiatan pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Metode pembelajaran Direct Learning Dalam proses pembelajaran terdapat serangkaian kegiatan pembelajaran BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.11. Metode pembelajaran Direct Learning Dalam proses pembelajaran terdapat serangkaian kegiatan pembelajaran yang bertujuan memperoleh pengetahuan dan ketrampilan,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS METODE KUIS INTERAKTIF DAN EXPLICIT INTRUCTION PADA PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STKIP PGRI NGAWI

EFEKTIVITAS METODE KUIS INTERAKTIF DAN EXPLICIT INTRUCTION PADA PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STKIP PGRI NGAWI EFEKTIVITAS METODE KUIS INTERAKTIF DAN EXPLICIT INTRUCTION PADA PRESTASI BELAJAR MAHASISWA STKIP PGRI NGAWI Erny Untari Program Studi Pendidikan Matematika STKIP PGRI Ngawi Email : Erny1703@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DIRECT INSTRUCTION. Wiwik Sukrorini Guru Matematika SMP Negeri 23 Pontianak

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DIRECT INSTRUCTION. Wiwik Sukrorini Guru Matematika SMP Negeri 23 Pontianak 27 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL DIRECT INSTRUCTION Wiwik Sukrorini Guru Matematika SMP Negeri 23 Pontianak Abstract This study was motivated by the study of matter form

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. 1. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. A. Deskripsi Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran. 1. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Proses Pengembangan Perangkat Pembelajaran 1. Deskripsi Waktu Pengembangan Perangkat Pembelajaran Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : VIII (Delapan) : 1.2 Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : VIII (Delapan) : 1.2 Menguraikan bentuk aljabar ke dalam faktor-faktornya. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah Mata Pelajaran Kelas Semester : SMP Negeri 3 Magelang : Matematika : VIII (Delapan) : (Satu) Standar Kompetensi :.Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KajianTeori 2.1.1 Hasil Belajar Hasil belajar menurut Anni ( 2004:4 ) merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar Hasil belajar

Lebih terperinci

LAMPIRAN 1 DAFTAR NILAI SISWA

LAMPIRAN 1 DAFTAR NILAI SISWA LAMPIRAN LAMPIRAN 1 DAFTAR NILAI SISWA DAFTAR NILAI MATEMATIKA KELAS VIII A SEMESTER 1 SMP PANGUDI LUHUR TUNTANG NO NAMA Nilai Sebelum Tindakan Nilai Siklus 1 Nilai Siklus 2 1 R1 40 70 40 2 R2 45 58 90

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah :... Mata Pelajaran : Matematika Kelas : VIII (Delapan) Semester : 1 (Satu) Standar Kompetensi : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan

Lebih terperinci

SILABUS PEMBELAJARAN

SILABUS PEMBELAJARAN SILABUS PEMBELAJARAN Sekolah : SMP Negeri 28 Bandar Lampung Kelas : VIII (Delapan) Mata Pelajaran : Matematika Semester : I (satu) ALJABAR Standar Kompetensi : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) Model pembelajaran Search, Solve, Create, and Share (SSCS) pertama kali dikembangkan oleh Pizzini tahun

Lebih terperinci

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS XI IPA 3 MAN 3 BANJARMASIN MELALUI PENGAJARAN LANGSUNG BERBANTUAN MEDIA VIRTUAL

MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS XI IPA 3 MAN 3 BANJARMASIN MELALUI PENGAJARAN LANGSUNG BERBANTUAN MEDIA VIRTUAL MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA KELAS XI IPA 3 MAN 3 BANJARMASIN MELALUI PENGAJARAN LANGSUNG BERBANTUAN MEDIA VIRTUAL Siti hadijah, Muhammad Arifuddin Jamal, Abdul Salam Program Studi Pendidikan Fisika

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. ilmu baru ataupun untuk memperoleh pengalaman baru. Menurut Slameto,

BAB II KAJIAN TEORI. ilmu baru ataupun untuk memperoleh pengalaman baru. Menurut Slameto, BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar Matematika Belajar merupakan suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan ilmu baru ataupun untuk memperoleh pengalaman baru. Menurut Slameto, Belajar

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1 LATAR BELAKANG MAKRO : Kondisi pendidikan secara makro di indonesia dalam lingkup internasional maupun nasional Kondisi pembelajaran di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik. BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Belajar Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, nilai, sikap, dan tingkah laku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA ELAS X-1 SMA NEGERI 12 BANJARMASIN MELALUI PENERAPAN MODEL PENGAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN GERAK MELINGKAR Norhasanah, M. Arifuddin Jamal, dan Suyidno FKIP Unlam

Lebih terperinci

Almiati SMK Negeri 8 Semarang. Abstrak

Almiati SMK Negeri 8 Semarang. Abstrak 1 EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY TERHADAP PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA SMK NEGERI 8 SEMARANG DALAM MATERI INTEGRAL Almiati SMK Negeri 8 Semarang Abstrak

Lebih terperinci

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016,

Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016, Jurnal Pendidikan Teknik Elektro. Volume 05 Nomor 03 Tahun 2016, 951-956 Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam mengajarkan suatu keterampilan pada siswa yaitu model pembelajaran langsung.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Aktivitas Belajar Slameto (2001 : 36) berpendapat bahwa penerimaan pelajaran jika dengan aktivitas siswa sendiri kesan itu tidak akan berlalu begitu saja, tetapi difikirkan,

Lebih terperinci

STUDENT BASED LESSON PLAN

STUDENT BASED LESSON PLAN STUDENT BASED LESSON PLAN ( Rencana Pembelajaran Berbasis Siswa )( Tarmo Gholik ) Student Based Lesson Plan adalah suatu langkah dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran yang berbasis siswa dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMP Negeri 3 Singaraja Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII / Ganjil Alokasi Waktu : 2 40 menit A. Standar Kompetensi x. Memahami bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah 5 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Exclusive Penerapan model pembelajaran dapat memudahkan guru dalam merancang pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualifikasi sumber daya manusia (SDM) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan upaya untuk membentuk sumber daya manusia sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Selain itu, melalui pendidikan akan dibentuk manusia

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI PENINGKATAN HASIL BELAJAR MAHASISWA MELALUI DIRECT INSTRUCTIONAL PADA MATAKULIAH PENGANTAR AKUNTANSI Suci Rohayati & Dhiah Fitrayati Universitas Negeri Surabaya senouchi3@gmail.com Abstrak Melalui kegiatan

Lebih terperinci

Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan wawancara dan observasi. awal, yaitu pembelajaran yang berlangsung secara alamiah, kemudian dilakukan

Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan wawancara dan observasi. awal, yaitu pembelajaran yang berlangsung secara alamiah, kemudian dilakukan 71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pra Penelitian Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan wawancara dan observasi awal, yaitu pembelajaran yang berlangsung secara alamiah, kemudian dilakukan

Lebih terperinci

BAB II PEMBELAJARAN PASSING ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION)

BAB II PEMBELAJARAN PASSING ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) 12 BAB II PEMBELAJARAN PASSING ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (DIRECT INSTRUCTION) A. Pembelajaran Passing Atas dalam Permainan Bola Voli 1. Pembelajaran

Lebih terperinci

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MODEL BERBALIK (RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA Asria Hirda Yanti Mahasiswa Pascasarjana (S-2) UNIB E-mail: asriahirdayanti@gmail.com

Lebih terperinci

Suci Puspa Melati, M. Arifuddin Jamal, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin,

Suci Puspa Melati, M. Arifuddin Jamal, dan Suyidno Prodi Pendidikan Fisika FKIP Unlam Banjarmasin, MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII A DI SMP NEGERI 31 BANJARMASIN PADA MATERI AJAR ZAT DAN WUJUDNYA MELALUI PENERAPAN MODEL EXPLICIT INSTRUCTION Suci Puspa Melati, M. Arifuddin Jamal, dan Suyidno

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional BAB I pasal 1 (1) pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah adalah pembelajaran Bahasa Indonesia. Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam pengembangan ada empat macam

Lebih terperinci

MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DALAM MATEMATIKA

MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DALAM MATEMATIKA MODEL PENGAJARAN LANGSUNG DALAM MATEMATIKA Nursupiamin * Abstrak: Setiap guru mempunyai karakteristik tersendiri dalam mengajar. Seorang guru dianggap sukses memotivasi dan mampu mengembangkan prestasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli Menurut Djamarah dan Syaiful (1999:22), Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN PEMBELAJARAN DD/CT DENGAN MEDIA POWER POINT PADA MATERI BUMI DAN BENDA LANGIT SISWA KELAS X PROGRAM KEAHLIAN TATA BUSANA 2 SMK N 4 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan suatu gambaran keseluruhan urutan atau langkah-langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, budaya, politis, keagamaan, intelektual,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Hasil Belajar Hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya seluruh aspek potensi kemanusiaan saja (Suprijono, 2006). Hasil belajar adalah

Lebih terperinci

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER ( NHT ) MATERI AJAR PERBANDINGAN DAN FUNGSI TRIGONOMETRI PADA SISWA KELAS X Yudi Susilo 1, Siti Khabibah

Lebih terperinci

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO

PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN I PALOPO Prosiding Seminar Nasional Volume 2, Nomor 1 ISSN 2443-119 PENERAPAN PEMBELAJARAN BERBASIS PAIKEM PADA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI DIFERENSIAL UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA3 SMAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN OPERASI PADA BENTUK ALJABAR MENGGUNAKAN MODEL PERSEGI PANJANG DENGAN PENEMUAN TERBIMBING DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PEMBELAJARAN OPERASI PADA BENTUK ALJABAR MENGGUNAKAN MODEL PERSEGI PANJANG DENGAN PENEMUAN TERBIMBING DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PEMBELAJARAN OPERASI PADA BENTUK ALJABAR MENGGUNAKAN MODEL PERSEGI PANJANG DENGAN PENEMUAN TERBIMBING DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP MASALAH YANG DITEMUKAN MATEMATIKA ITU SULIT POKOK

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan : SMP XXX Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII / Gasal Standar Kompetensi : 1. Memahami bentuk aljabar, relasi, fungsi, dan persamaan garis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mutu pendidikan merupakan permasalahan yang masih menjadi bahan kajian dan perhatian sampai sekarang ini. Hal ini terbukti dari banyaknya penelitian yang dilakukan

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON KELAS X SMA PGRI PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON KELAS X SMA PGRI PEKANBARU 1 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN HIDROKARBON KELAS X SMA PGRI PEKANBARU Hafizhah Al-Mukarramah*, Erviyenni**, Herdini *** Email : hafizhahibc@gmail.com

Lebih terperinci

DADANG SUPARDAN JURS. PEND. SEJARAH FPIPS UPI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL

DADANG SUPARDAN JURS. PEND. SEJARAH FPIPS UPI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DADANG SUPARDAN JURS. PEND. SEJARAH FPIPS UPI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL LATAR BELAKANG MAKRO : Kondisi pendidikan secara makro di indonesia dalam lingkup internasional maupun nasional yang masih rendah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana. untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah suatu upaya sadar dan terencana untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi manusia yang serba bervariasi. Dengan pendidikan, akan dapat

Lebih terperinci